MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN RIO RAGIS MIRANDA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN RIO RAGIS MIRANDA. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. (Di Bawah Bimbingan Dr. Ir. HARIYADI, MS.) Kegiatan magang dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari hingga 17 juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah membandingkan antara pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan keadaan nyata di lapangan, memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai level pekerjaan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas panen, menganalisis pengelolaan pemanenan dengan harapan memberikan masukkan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan. Selama melakukan kegiatan magang penulis melaksanakan seluruh jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan manajemen kebun mulai dari pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten dengan metode yang digunakan yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam pelaksanaan magang penulis melakukan berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan di pemupukan organik dan anorganik, sensus pokok, perawatan jalan dan jembatan, pengendalian gulma chemist dan manual, penunasan, sensus buah, dan panen. Secara umum Kebun Gunung Kemasan Estate (GKE) memiliki tipe tanah mineral dengan kategori kelas III. Sedangkan untuk tingkat kemiringan lahan mencapai > Curah hujan bulanan rata-rata sebesar mm dan rata-rata curah hujan tahunan sebesar mm. Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di Kebun GKE termasuk tipe iklim B (basah), dengan suhu tahunan berkisar ratarata 28ºC 32ºC dan kelembaban udara 47 % per bulan. Kehilangan produksi merupakan salah satu hal yang harus dihindarkan dalam mencapai kuantitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal hanya dapat dicapai apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Sumber losses

3 produksi di lapangan ialah : 1) Buah mentah yang terpanen sebanyak 5 janjang, 2) Buah matang tidak terangkut ke TPH sebanyak 5 janjang, 3) Buah tinggal sebanyak 17 janjang, 4) Brondolan di bunga matahari sebanyak 110 butir, 5) Brondolan di piringan sebanyak 315 butir, 6) Brondolan di ketiak pelepah sebanyak 192 butir, dan 7) Brondolan di potongan tangkai sebanyak 33 butir. Oleh karena itu untuk mengatasi tingkat kehilangan produksi yang tinggi yaitu dengan pemberlakuan sistem pengawasan yang ketat dan pemberian insentif yang sesuai kepada pemanen sehingga kegiatan panen dapat berjalan dengan baik. Antara rentang tahun 2004 ke tahun 2005 luas areal pertanaman di kebun GKE mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama antara kebun GKE dengan kebun tetangga dengan adanya penambahan blok. Sehingga produksi TBS ikut meningkat.

4 MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis. Jacq) di PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : RIO RAGIS MIRANDA A PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 Judul Nama NRP Program Studi : MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN : Rio Ragis Miranda : A : Agronomi Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Hariyadi, MS NIP : Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP : Tanggal Disetujui :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lebak, Rangkasbitung, Banten pada tanggal 16 Mei Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Ami Herman dan Ibu Suminarsih. Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan SD di SDN Aweh I Rangkasbitung, Banten. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SLTP Negeri 4 Rangkasbitung, Banten. Penulis lulus dari SMU Negeri 1 Rangkasbitung, Banten pada tahun Tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Faklultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Karya ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama empat bulan di Kalimantan Selatan yang berjudul Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan di bawah bimbingan Dr. Ir. Hariyadi, MS.

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu sehingga laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan, dan secara khusus penulis sampaikan kepada Ayahanda Ami Herman dan Ibunda Suminarsih tercinta, yang selalu ada untuk menguatkan dan memberikan motivasi, serta kasih sayang yang tak terbatas kepada penulis. Kakak dan adikku tercinta Sigit dan Nadine, beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dan memberikan kebersamaan. Seluruh keluarga besar penulis di Rangkasbitung dan di Bekasi atas seluruh bimbingan, saran, pelajaran, dan kebersamaan yang telah diberikan selama ini kepada penulis. Dr. Ir. Hariyadi, MS. selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan selama penulisan skripsi dan selama penulis menjalani masa perkuliahan. Bapak Tatang selaku Estate Manager Mustika serta keluarga, yang telah memberikan dukungan moral, nasihat, ilmu, serta fasilitas yang sangat mencukupi selama penulis melakukan magang. Bapak Syafrizal Taher (Kepala Asisten Divisi), Bapak D. Tampubolon (Asisten Divisi) dan Bapak Agus (Kepala Kantor) selaku Pembimbing Lapangan penulis yang telah memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan magang.

8 Teman-teman magang : Agus, Ardi, Cindy, Camellia, Desri, Diles, dan Sari. Serta seluruh mahasiswa yang mengikuti magang. Percayalah kita hebat karena berani mengambil tantangan ini. Teman-teman satu perjuangan, Agronomer s angkatan 41 yang selalu terikat dengan kebersamaan kita selama perkuliahan, khususnya untuk teman-teman yang telah menemani penulis selama empat tahun kuliah di IPB (kamar 99 TPB, kostan arjuna, dan kostan galih). Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan magang, semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca dan semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan dan kedamaian bagi kita semua. Bogor, 2009 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi KATA PENGANTAR... vii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 METODOLOGI... 3 Waktu dan Tempat... 3 Metode Pelaksanaan... 3 KONDISI UMUM KEBUN... 6 Letak Geografis dan Administratif... 6 Keadaan Iklim, Topografi, Tanah... 6 Luas Areal dan Tata Guna Lahan... 7 Keadaan Tanaman dan Produksi... 7 Organisasi dan Ketenagakerjaan... 7 Pengelolaan Kebun Tingkat Staf... 8 Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf... 9 Pengelolaan Tenaga Kerja Harian PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG Aspek Teknis Tebas (Slash) Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM) Penunasan Progresif (Proressive Prunning) Konsolidasi Sisip Pengendalian Gulma pada Tanaman Menghasilkan (TM) Penyisipan Sensus Pokok Sensus Buah Pelaksanaan Teknis Panen Panen... 28

10 Persiapan Panen Kriteria Matang Panen Angka Kerapatan Panen Sistem Panen dan Rotasi Panen Tenaga Pemanen Peralatan Panen Basis dan Premi Panen Sistem Pengawasan Pengangkutan Tandan Buah Segar Organisasi Panen Aspek Manajerial Pendamping Mandor Krani Buah Krani Transportasi Mandor Pupuk Mandor Penyemprotan Mandor Panen Krani Divisi Pendamping Asisten HASIL DAN PEMBAHASAN Pencapaian Produksi Kriteria Matang Panen Block Harversting System (BHS) Rotasi Panen Angka Kerapatan Panen (AKP) Penetapan Luas Ancak Panen Kehilangan Produksi (Losses) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 64

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1. Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun GKE Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Kemasan Estate Output TBS Kebun GKE Tingkat Kematangan Buah pada Tanaman Kelapa Sawit Untuk Kriteria Panen Hubungan Rendeman Minyak dan Kadar ALB Berdasarkan Fraksi Hasil Pengamatan Tingkat Kematangan Buah di Divisi I Pengamatan Kerapatan Panen Luas Seksi Panen Divisi I Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan di Divisi I, Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti Lampiran 1. Jurnal Harian sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di Gunung Kemasan Estate (GKE) Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Kemasan Estate Tahun Luas Areal dan Tata Guna Lahan GKE dan Kebun Sepupu Pemberian Premi Kepada Mandor pada Sistem Organisasi BHS Dol Denda yang Ditetapkan di Gunung Kemasan Estate DAFTAR GAMBAR

12 Nomor Halaman Teks 1. Penaburan Pupuk Urea pada Tanaman Menghasilkan Penguntilan Pupuk RP di Gudang Penguntilan Pengendalian Gulma dengan MHS pada Tanaman Menghasilkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Kegiatan Pengangkutan TBS Krani Panen Melakukan Sortasi TBS Pelepah Gondrong Meningkatkan Losses Lampiran 1. Struktur Organisasi Tingkat Divisi Kebun GKE Penempatan Pokok Sampel Angka Kerapatan Panen (AKP)... 79

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat berperan dalam pembangunan nasional karena merupakan komoditi ekspor sehingga menjadi salah satu sumber devisa bagi negara. Menurut Pahan (2006) kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per ha yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Tandan buah segar (TBS) diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit (PKS) merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit atau palm kernel oil (PKO) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya (Pahan, 2006). Penggunaan minyak sawit untuk produk pangan bersaing dengan minyak kedelai yang merupakan produk sampingan dari pembuatan tepung kedelai untuk pakan ternak. Sementara, penggunaan untuk produk nonpangan, kelapa sawit juga bersaing dengan asam lemak yang dihasilkan dari lemak sapi (tallow) yang merupakan hasil sampingan dari produk daging. Berdasarkan data dari Oil World (2005), persentase konsumsi minyak sawit dan minyak inti sawit dunia mengalami peningkatan dari % pada tahun 2000 menjadi % pada tahun Kondisi sebaliknya justru terjadi pada rata-rata konsumsi minyak dan lemak hewani yang mengalami penurunan (Pahan, 2006). Produksi minyak sawit (CPO) Indonesia tahun 2004 sebesar 12 juta ton yaitu 39,1 % dari total produksi dunia, sedangkan ekspor CPO sebesar 35,1 % dengan volume 8,6 juta ton. Begitu juga dengan luas areal pertanaman kelapa sawit yang mengalami peningkatan selama periode Pada tahun 2000 luas areal sebesar ha meningkat menjadi ha pada tahun Tahun 2006 terjadi kenaikan yang signifikan pada peningkatan produksi minyak sawit menjadi 17,75 juta ton, ekspor CPO sebesar 39,18 % dengan volume 12,1

14 juta ton, dan luas areal pertanaman kelapa sawit menjadi ha (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2007). Pemanenan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan produksi tanaman. Pelaksanaan kegiatan pemanenan berpengaruh langsung terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Kualitas minyak yang dihasilkan tergantung dari kriteria panen buah yang layak dipanen. Oleh karena itu, kegiatan panen harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh target produksi dengan kualitas yang memenuhi permintaan pasar. Keberhasilan panen sangat bergantung pada sarana penunjang dalam pemanenan seperti peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi dan penyediaan bahan tanaman yang tepat waktu serta didukung oleh faktor pendukung lainnya yang meliputi organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang diberikan. Pelaksanaan pemanenan yang tepat meliputi penentuan kriteria panen, penyebaran dan rotasi panen, penyediaan tenaga kerja yang terampil, teknis panen, pengumpulan hasil dan pengawasan serta pengangkutan panen. Tujuan Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk membandingkan antara pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan keadaan nyata di lapangan, memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai level pekerjaan. Sementara tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah menganalisis pengelolaan pemanenan dengan harapan memberikan masukkan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas panen, dan meningkatkan keterampilan di bidang pemanenan dan melatih mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan tanggung jawab.

15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2008 sampai dengan 17 Juni 2008, di Perkebunan Kelapa Sawit Gunung Kemasan Estate (GKE), PT. Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation, Desa Sejakah, Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kota Baru, Provinsi Kalimantan Selatan. Metode Pelaksanaan Pada saat melakukan magang metode yang dilakukan adalah metode kerja praktek langsung di kebun. Kegiatan tersebut melakukan seluruh jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan mulai dari pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Pengumpulan data dan informasi dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, norma kerja di lapangan serta struktur organisasi dan manajemen. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, angka kerapatan panen, sistem dan rotasi panen, tenaga kerja panen, peralatan panen, basis dan premi panen, sistem pengawasan, ancak panen, sensus produksi, pelaksanaan panen, mutu buah, buah matang tertinggal, brondolan tertinggal tidak dikutip, kondisi pokok, dan transportasi panen. Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja langsung di lapangan dengan turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan kebun, wawancara, dan diskusi dengan mandor maupun dengan para staf. Kegiatan di lapangan meliputi pencatatan prestasi kerja, alat dan bahan yang terkait dalam kegiatan yang dilakukan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan penulis selama

16 pelaksanaan magang baik sebagai PHL maupun sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten dilampirkan pada jurnal harian terlampir dalam Tabel lampiran 1. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui studi dokumentasi kebun (arsip kebun, laporan bulanan, dan laporan tahunan). Pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan yaitu kriteria matang panen berdasarkan fraksi panen; angka kerapatan panen; dan kehilangan produksi (losses) dengan rincian sebagai berikut : Kriteria matang panen (berdasarkan fraksi panen) Pengambilan sampel buah Tempat : Divisi I (Blok T3, T2, T1, T0, S0, S1, S2, S3) Jumlah kemandoran : 1 orang mandor panen Jumlah tim pemanen : 7 tim pemanen Jumlah 1 tim : 2 orang pemanen 1 tim pemanen : Diambil 4 TPH Total TPH : 28 TPH No. Pemanen : No. 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20 Cara pelaksanaan pengamatan kriteria matang panen : Pencatatan kriteria tandan matang panen dilakukan dengan menghitung semua TBS setelah selesai dipanen dan dikumpulkan di TPH Perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP) Pengambilan sampel buah Tempat : Divisi I Blok (T0, T1, T2, T3, T4, T5, T6) Tahun tanam : 1989, 1990, 1991 Total pokok produktif : (2533 Blok T0); (2089 Blok T1); (3174 Blok T2); (3776 Blok T3); (3743 Blok T4); (3823 Blok T5); (3118 Blok T6) Pokok sampel dipanen : (53 Blok T0); (43 Blok T1); (73 Blok T2); (56 Blok T3); (46 Blok T4); (61 Blok T5); (57 Blok T6) Pokok sampel : (127 Blok T0); (105 Blok T1); (159 Blok T2); (189 Blok T3); (187 Blok T4); (191 Blok T5); (156 Blok T6)

17 Cara pelaksanaan pengamatan AKP: Mengambil pokok sampel sebanyak pokok (5 % dari total pokok produktif). Dalam penempatan pokok sampel yaitu sebanyak 5 pokok secara horizontal dan 5 pokok secara vertikal, sehingga akan membentuk suatu rangkaian zig-zag dan dapat mewakili semua pokok dalam satu blok. Penempatan pokok sampel dapat dilihat pada gambar lampiran 1. Kehilangan Produksi (losses) Pengambilan sampel buah Tempat : Divisi I Blok (R2, R1, R0, Q0, Q1, Q2, Q3) Luas areal sampel : 15 ha Tahun tanam : 1989, 1990, 1991 Jumlah pemanen : 3 orang pemanen Jumlah kemandoran : 1 orang mandor panen Jumlah pengulangan : 3 kali ulangan Sumber losses : Buah mentah, buah panen tertinggal di lapangan, buah tertinggal di pokok, brondolan di bunga matahari, brondolan di piringan, brondolan di ketiak pelepah, brondolan di potongan tangkai Cara pelaksanaan pengamatan kehilangan produksi : Mengamati semua tempat yang menjadi sumber kehilangan produksi (losses) dari masing-masing pemanen, menghitung semua janjang yang dipanen setiap pemanen dan mengkonversikan jumlah brondolan yang diperoleh tiap pengutip brondolan

18 KONDISI UMUM PERKEBUNAN Letak Geografis dan Administratif Kebun kelapa sawit Gunung Kemasan Estate (GKE), PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation secara administratif terletak di Desa Sejakah, Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Lokasi kebun berjarak sekitar 50 km dari Ibukota Kabupaten Kotabaru atau 1,5 jam jika ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan dari Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan lokasi kebun dapat ditempuh menggunakan kendaraaan bermotor selama sembilan jam dengan 8,5 jam perjalanan darat dan 0,5 jam perjalanan laut (ferry). Secara geografis, lokasi kebun berbatasan dengan pemukiman dan hutan lindung PT Perhutani. Kebun Gunung Kemasan Estate (GKE) sebelah selatan berbatasan dengan Kebun Laut Timur Estate, sebelah utara dengan Kebun Gunung Aru Estate (GAE), sebelah timur dengan Desa Sejakah, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Bekambit. Keadaan Iklim, Topografi, Tanah Secara umum Kebun GKE memiliki tipe tanah mineral dengan kategori kelas III dan sebagian lagi merupakan areal yang berada di daerah rendahan. Disamping itu Kebun GKE terdapat dua sungai besar yaitu Sungai Bekambit dan Sungai Sejakah yang memberi pengaruh ketinggian air pada daerah rendahan ketika curah hujan tinggi. Sedangkan untuk tingkat kemiringan lahan, sebagian besar areal merupakan daerah yang bergelombang dengan tingkat kemiringan mencapai > Berdasarkan data curah hujan tahun (Tabel lampiran 2), menurut Schmidt dan Ferguson menunjukan bahwa Kebun GKE memiliki bulan kering (curah hujan < 60 mm) sebanyak 3 bulan yang umumnya terjadi pada bulan Agustus - Oktober. Sedangkan bulan basah (curah hujan > 100 mm) umumnya terjadi pada bulan November Juli, dengan rata-rata curah hujan bulanan sebesar mm dan rata-rata curah hujan tahunan sebesar mm. Curah hujan pada tahun 2008 sampai dengan bulan Mei adalah 126.2

19 mm/bulan dengan jumlah hari hujan perbulan adalah 10 hari. Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di Perkebunan GKE termasuk tipe iklim B (basah), dengan suhu tahunan berkisar rata-rata 28ºC 32ºC dan kelembaban udara 47 % per bulan. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Kebun Gunung Kemasan Estate mempunyai luas lahan HGU (Hak Guna Usaha) ha. Kebun ini merupakan kebun terluas dibandingkan kebun-kebun sepupu yang tergabung dalam PT Bersama Sejahtera Sakti. Dari luasan tersebut, ha merupakan areal yang sudah ditanami dan terdiri dari ha areal TM (Tanaman Menghasilkan) dan 108 ha tanaman TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Luas areal dan tata guna lahan Kebun Gunung Kemasan Estate dan kebun-kebun sepupu lainnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Keadaan Tanaman dan Produksi Penanaman kelapa sawit di Kebun GKE pertama kali dilakukan pada tahun 1989 dan penanaman terakhir dilakukan pada tahun Areal penanaman berdasarkan tahun tanam dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Bibit tanaman jenis tenera didatangkan dari Kebun Pembibitan Mustika Estate, PT Sajang Heulang, Sebamban IV, Kecamatan Kali Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Benih yang digunakan merupakan benih berkecambah yang dikeluarkan oleh produsen benih Guthrie Grup, Malaysia. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga populasinya adalah 136 pokok/ha. Sumber bibit dan teknik penanaman dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas tanaman. Organisasi dan Ketenagakerjaan Gunung Kemasan Estate (GKE) dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi seorang asisten kepala, dua orang asisten, seorang pjs asisten, dan seorang kepala seksi. Asisten kepala memimpin sebuah divisi, bagian traksi, dan gudang, sementara asisten memimpin divisinya, sedangkan kepala seksi memimpin kegiatan administrasi di kantor besar.

20 Ketenagakerjaan di GKE, PT Minamas Plantation terdiri atas karyawan staf dan non staf. Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan sistem pengupahan. Karyawan staf terdiri atas estate manager, asisten kepala, asisten divisi, dan kepala seksi. Pemberian gaji berdasarkan golongan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri dari syarat kerja umum (SKU) yang terbagi menjadi SKU bulanan dan SKU harian seperti mandor, SKU kontrak, dan buruh harian lepas (BHL). Pengelolaan Kebun Tingkat Staf Pengelolaan kebun dilakukan oleh estate manager di bantu oleh asisten kepala, asisten divisi, dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun. Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer bila tidak berada di unit usaha, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik, gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate manager. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan, dan menegur para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi, mengkoordinasikan pekerjaan mandor dalam menjalankan peraturan perusahaan, mengevaluasi hasil kerja mandor I, mandor perawatan tanaman, mandor panen, mandor perawatan jalan, krani panen serta membantu estate manager dalam pengawasan dan pelaksanaan teknis di lapangan. Dalam kegiatan lapangan asisten dibantu oleh seorang mandor I. Pelaksanaan administrasi asisten dibantu oleh krani divisi yang di bawahinya. Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor besar. Di kantor besar, kepala seksi menyusun dan melaporkan secara tertulis kegiatan administrasi yang bersifat umum, teknis budidaya, produksi, tenaga kerja, maupun hal-hal pendukung yang berasal dari luar kebun.

21 Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf Karyawan kebun tingkat non staf adalah kepala gudang, mandor I, mandor transport, krani divisi, mandor panen dan krani panen. Kepala gudang bertugas untuk mengatur keluar masuk barang, bahan, dan alat yang dibutuhkan kebun serta mencatat jumlah barang yang tersedia. Kepala gudang dalam melakukan aktivitasnya dibantu oleh seorang krani gudang. Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang membawahi beberapa mandor seperti : mandor perawatan tanaman, mandor pupuk, mandor panen, dan mandor perawatan jalan. Kegiatan yang dilakukan oleh mandor I adalah mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh mandor dan karyawan agar rencana yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Selain mengawasi, mandor I juga dapat menegur dan memberikan sangsi kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan yang tidak sesuai rencana. Krani transport bertugas mengatur karyawan dan transportasi yang dibutuhkan untuk keperluan angkut karyawan, angkut batu, angkut kayu, angkut aplikasi janjang kosong, dan angkut pupuk. Selain itu krani transport juga mengatur kegiatan pengoprasian alat-alat berat yang digunakan kebun seperti dozer, grader excavator, dan TLB. Krani divisi bertugas melakukan kegiatan administrasi seperti laporan produksi, laporan penggunaan harian kerja (HK), laporan penggunaan bahan, dan laporan-laporan lainnya. Krani divisi dalam melakukan tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan krani panen. Krani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan jatah beras kepada karyawan. Mandor lapangan bertugas untuk mengabsensi karyawan, memberikan instruksi pekerjaan, mengatur ancak karyawan, mengawasi pekerjaan, memberikan petunjuk teknis, dan melaporkan hasilnya dalam buku kerja mandor (BKM). Seorang mandor harus dapat meningkatkan hasil kerja karyawan agar dapat mencapai target yang diinginkan. Krani panen bertugas dalam mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari panennya. Laporan dimasukkan dalam buku laporan penerimaan buah setiap

22 divisi yang selanjutnya dilaporkan ke krani divisi. Struktur organisasi tingkat divisi dapat di lihat pada Gambar Lampiran 2. Sistem pengupahan staf dan karyawan berdasarkan ketentuan perusahaan, sedangkan BHL ditentukan berdasarkan upah minimum regional (UMR) yang berlaku di daerah tersebut. Pemberian gaji untuk karyawan staf maupun non staf dihitung untuk 7 jam kerja, kecuali hari Jumat yaitu hanya 5 jam kerja. Jumlah karyawan staf dan non staf di Kebun GKE dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun GKE Karyawan Staff Jumlah 1. Estate Manager 1 2. Senior Asisten 1 3. Asisten 1 4. Kasie 1 Total 4 Karyawan Non Staff Jumlah 1. SKU-B Kantor SKU-B Traksi SKU-B Divisi SKU Harian 351 Total 422 Sumber : Kantor Besar GKE (2008) Kebun GKE menyediakan beberapa sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan para karyawan kebun. Sarana dan prasarana yang tersedia bagi karyawan antara lain perumahan, listrik, air bersih, jatah beras per kepala keluarga, pelayanan kesehatan, koperasi, mesjid, sekolah, mess, tempat penitipan anak, lapangan olah raga, dan balai posyandu. Pengelolaan Tenaga Kerja Harian Kegiatan harian di lapangan dimulai pukul WITA yang diawali dengan lingkaran pagi pada setiap divisi dan dipimpin oleh asisten. Sementara seluruh kegiatan di lapangan dimulai pukul WITA dan berakhir pukul WITA, terkecuali hari Jumat kegiatan hanya diakhiri pukul WITA.

23 PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis selama magang yang dilakukan di kebun mulai dari buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten yang dimulai pukul WITA untuk mengikuti apel pagi. Pekerjaan di lapangan dimulai pukul WITA sampai dengan WITA. Waktu istirahat pada pukul WITA sampai dengan pukul WITA namun sebagian besar pekerjaan di lapangan dilakukan dengan sistem borongan sehingga tidak menutup kemungkinan ada beberapa pekerjaan yang selesai dari waktu yang ditentukan. Pengelolaan tanaman kelapa sawit memiliki dua hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi yaitu pemeliharaan dan pemungutan hasil (panen). Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk mengkoordinasikan areal pertanaman kelapa sawit secara optimal agar didapat pertumbuhan dan perkembangan tanaman terbaik. Kegiatan pemeliharaan yang baik juga memudahkan kegiatan pemanenan. Kegiatan panen tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menjaga kelestarian pertanaman dengan memungut hasil berupa tandan buah segar (TBS) dan brondolan yang bernilai ekonomi tinggi. Pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan selama penulis melakukan magang antara lain pengendalian gulma manual yakni slashing (tebas), pengendalian gulma chemist yang dikenal dengan block spraying system (BSS), penunasan progresif (pruning), konsolidasi sisip, penyisipan, sensus pokok, dan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM). Sementara kegiatan yang berkaitan dengan produksi yaitu panen (potong buah), transportasi panen, peralatan panen, angka kerapatan panen, dan sensus buah. Tebas (Slashing) Tebas gawangan (Slashing) adalah kegiatan menanggulangi pertumbuhan gulma di gawangan kelapa sawit dengan cara membabat. Jenis gulma yang tumbuh dominan di gawangan mati dan pasar rintis di Kebun GKE antara lain:

24 Nephrolepis biserata (paku harupat), Cromolaena odorata (putihan), Melastroma malabatricum (senduduk), Lantara camara (tembelekan) dan Kentosan. Kegiatan Slashing bertujuan untuk mengendalikan gulma-gulma di gawangan mati yang dapat menghalangi kelancaran kegiatan pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Selain itu juga bertujuan untuk memudahkan pengawasan pemanenan dan mengurangi persaingan hara. Alat yang digunakan adalah parang babat. Teknis pelaksanaan pembabatan dilakukan sampai setinggi 20 cm dari permukaan tanah. Gulma-gulma yang menempel pada batang kelapa sawit seperti kentosan dan jenis gulma berkayu juga harus dibabat. Pembabatan dilakukan oleh 1 orang setiap gawangan dengan sistem ancak giring yaitu, apabila seorang pembabat telah selesai mengerjakan satu gawangan, maka pembabat tersebut pindah ke gawangan berikutnya yang belum dikerjakan oleh pembabat lainnya. Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar adalah perempuan dan berstatus karyawan tetap (SKU). Rotasi babat adalah 2 kali dalam setahun dengan norma kerja 0.3 ha/hk. Prestasi kerja mahasiswa untuk kegiatan ini adalah 0.3 ha/hk. Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM) Kegiatan pemupukan dimulai dari penguntilan pupuk kemudian dari gudang sampai diecer di depan pasar rintis sebanyak 3-4 karung until di setiap gawangan hidup, untuk kebutuhan sampai pasar tengah, setengah pasar berikutnya dilakukan dari jalan koleksi pada blok sebelahnya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan oleh mandor, mempercepat dan memudahkan pekerjaan pemupukan. Kegiatan pemupukan kelapa sawit pada tanaman menghasilkan (TM) di PT Bersama Sejahtera Sakti dikenal dengan istilah BMS (Block Manuring System) artinya, sistem pemupukan yang terkonsentrasi dan dikerjakan pada blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, mandor lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. BMS ini memiliki beberapa kelebihan yaitu pekerjaan pemupukan lebih terpola, tenaga pengawas untuk penguntil dan penabur lebih sedikit sehingga dapat menekan biaya operasional, output pupuk lebih tinggi dan mutu pemupukan lebih baik. Akan tetapi dengan berkurangnya

25 tenaga pengawas menyebabkan pengawasan tenaga kerja pupuk menjadi berkurang. Secara teknis pelaksanaannya kegiatan pemupukan dengan sistem BMS memiliki prinsip kerja 4T (tepat waktu, tepat dosis, tepat tempat, dan tepat jenis). Tepat waktu artinya pemupukan dilakukan pada waktu yang tepat. Tujuannya penerapan BMS diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan. Tepat jenis artinya pemupukan dilakukan dengan jenis pupuk yang sesuai (sifat material dasar pupuk). Tujuannya pupuk dapat diserap oleh tanaman semaksimal mungkin. Tepat dosis artinya pemupukan dilakukan dengan dosis yang sesuai takaran (setiap pokok mendapatkan dosis pupuk yang sama) sesuai rekomendasi. Tujuannya mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit seoptimal mungkin. Tepat tempat artinya pemupukan dilakukan pada tempat yang tepat dan dengan cara yang benar. Tujuanya agar didapatkan prestasi kerja pemupukan seoptimal mungkin. Jenis pupuk anorganik yang diaplikasikan di Kebun GKE yaitu Urea, MOP (KCl), RP (Rock Phosphate) dan HGFB, selain pupuk anorganik juga dilakukan pemupukan organik berupa pupuk janjang kosong. Aplikasi pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) dilakukan secara manual yaitu menggunakan tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja perempuan yang telah terlatih. BMS sangat mengedepankan organisasi, dan masing-masing organisasi saling mendukung satu sama lain sehingga tujuan diterapkannya BMS dapat tercapai. Organisasi tersebut adalah: 1. Organisasi kerja penguntilan 2. Organisasi kerja pelangsiran 3. Organisasi kerja pengeceran 4. Organisasi kerja penaburan 5. Organisasi kerja penggulungan karung untilan Untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan di lapangan, pemupukan perlu dilakukan dengan sistem penguntilan. Sistem untilan merupakan metode

26 aplikasi pupuk dari karung goni berukuran 50 kg menjadi karung goni yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan memudahkan operasional pemupukan di lapangan (biasanya antara kg per untilan). Persiapan until pupuk yaitu takaran (sesuai kelipatan dosis pupuk/pokok), alas tempat untilan, karung untilan, papan administrasi rencana pemupukan, tenaga penguntil pupuk. Tenaga kerja penguntil merupakan tenaga kerja borongan, sehingga jam kerja tidak mengikuti peraturan perusahaan. Mekanisme kegiatan penguntilan yakni keluarkan pupuk dari gudang sesuai BPB (dahulukan stok lama dan atau yang karung goninya rusak, atas prinsip FIFO). Kemudian mempersiapkan alas pupuk, karung until, dan takaran untilan. Buka karung dengan cara menarik benang jahitannya. Hancurkan atau haluskan pupuk yang telah menggumpal dan membatu. Menguntil pupuk sesuai kg/until dengan takaran yang telah dipersiapkan (berat tiap untilan berkisar antara 12,5-13,5 kg). Susun untilan dengan rapi dan teratur (10 susun) agar mudah dalam perhitungan. Terakhir yaitu membersihkan dan merapikan gudang until setelah selesai. Karung goni untuk untilan menggunakan bekas karung pupuk sebelumnya tidak boleh menggunakan karung goni yang baru dibuka. Hal ini perlu karena jumlah karung goni bukaan baru merupakan kontrol jumlah dalam kg atau zak. Pupuk yang sudah diuntil harus segera ditabur esok harinya agar tidak terjadi proses penggumpalan. Tenaga kerja penguntil merupakan tenaga kerja borongan sehingga tidak dituntut jam kerjanya, tetapi lebih diutamakan output pupuknya. Persiapan dan Organisasi Kerja Pengeceran Persiapan dalam kegiatan pengeceran sebelum pupuk dilangsir yaitu membuat rencana aplikasi pemupukan (hari dan tanggal pelaksanaan) yang dibuat oleh asisten divisi. Mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan dalam kegiatan pengeceran dan biasanya menggunakan tenaga kerja berjumlah 2-3 orang kenek buah. Mempersiapkan kendaraan untuk membawa pupuk, dan faktor cuaca merupakan hal yang paling penting, sehingga harus memperkirakan dengan tepat. Membawa parang sebagai antisipasi apabila hujan turun.

27 Mekanisme kerjanya yaitu kendaraan pengangkut pupuk dari gudang ke lapangan menggunakan dua unit transportasi angkut buah. Pada pukul WITA kendaraan pertama harus sudah mulai memuat untilan pupuk dan selesai diecer di lapangan pukul WITA. Tidak diperbolehkan memuat untilan dengan gancu karena akan merusak karung until. Pengeceran pupuk per karungnya dilakukan dari atas kendaraan kemudian diletakan di depan pasar rintis. Peletakan karung untilan harus tepat tempat dan jumlahnya sehingga memudahkan pekerjaan pelangsiran pupuk dan setiap pokok mendapatkan dosis pupuk yang sama. Mandor pupuk bertanggung jawab terhadap keamanan pupuk dari pencurian atau disembunyikan di gawangan, parit atau tempat lain. Pupuk yang telah di langsir diusahakan ditabur pada hari itu juga. Persiapan dan Organisasi Kerja Pelangsiran Persiapan pelangsiran yaitu mempersiapkan tenaga kerja ecer (dengan perbandingan 1 : 2 dengan tenaga kerja penabur). Memperkirakan kondisi cuaca pada saat pelangsiran. Membawa parang yang digunakan untuk kegiatan tebas apabila turun hujan. Mekanisme kerja pelangsiran pupuk yaitu pelangsiran pupuk ke dalam barisan tanaman menggunakan tenaga kerja perempuan. Pelangsiran disesuaikan dengan rencana kerja pemupukan yang dibuat oleh asisten divisi yang dimulai dari tepi blok ke blok berikutnya. Berat dan jumlah untilan disesuaikan dengan kelipatan dosis per pokok dan untilan diletakan pada pokok no 1, 8, 17, dan 25 (atau disesuaikan dengan dosis dan kebutuhannya). Pastikan semua untilan yang ada di tempat peletakan pupuk terangkut semua ke dalam barisan tanaman pada setiap blok yang akan dipupuk. Persiapan dan Organisasi Kerja Penabur Pupuk Persiapan penaburan yaitu mempersiapkan tenaga kerja tabur (berjumlah 14 orang penabur yang terdiri atas tenaga kerja perempuan). Dan peralatan pupuk diantaranya takaran tabur (sesuai dengan dosis per pokok), gendongan until, sarung tangan dan rompi. Mekanisme kerjanya yaitu pertama pastikan jumlah

28 takaran sesuai dengan jumlah tenaga kerja tabur pupuk. Penaburan pupuk di masing-masing blok dimulai dari pokok pertama sampai dengan blok terakhir. Untuk pupuk urea, ditabur secara melingkar dan merata di permukaan piringan, agar secara cepat dapat meresap ke tanah dan dapat segera direspon oleh tanaman, dikarenakan sifat pupuk Urea yang mudah larut dan manguap. Sementara untuk pupuk RP dan MOP ditabur di luar lingkaran piringan atau di pinggir tumpukan pelepah dan aplikasi janjang kosong dengan berbentuk U (termasuk di tanah kering), dikarenakan pupuk MOP dan RP bersifat tidak mudah larut ataupun menguap. Sehingga terjadinya kehilangan pupuk (losses) akibat air hujan karena tertahan oleh rumpukan pelepah. Sementara tujuan dari penaburan pemupukan dengan berbentuk seperti huruf U yaitu agar dapat mengurangi losses di pasar rintis yang sering terlewati oleh pekerja. Gambar 1. Penaburan Pupuk Urea pada Tanaman Menghasilkan Pengaplikasian pupuk organik di Kebun GKE yaitu menggunakan pupuk janjang kosong. Janjang kosong ini diaplikasikan dengan dosis 200 kg/antar tanaman. Janjang kosong diletakkan diantara tanaman dalam barisan tanaman dan harus satu lapisan. Pemupukan dilakukan membentuk setengah lingkaran atau seperti huruf U dimaksudkan agar pertimbangan untuk menghindari aplikasi pupuk di pasar rintis. Mandor pupuk, mandor I, dan asisten harus mengerti penaburan yang tepat di masing-masing dosis sehingga secara visual dapat mengetahui adanya penaburan pupuk di luar piringan. Sisa untilan yang ditabur tidak boleh ditaburkan pada pokok terakhir, melainkan harus dipindahkan ke

29 barisan berikutnya yang jumlah pupuknya kurang. Karung bekas untilan dibawa dan disimpan dengan rapi di pinggir kaki lima ancaknya. Asisten dan mandor pupuk harus memastikan bahwa semua pokok sudah dipupuk sesuai dengan tempat dan dosisnya. Persiapan dan Organisasi Kerja Gulung Karung Untilan Persiapan penggulungan karung yaitu mempersiapkan tenaga kerja penggulung karung (tenaga kerja perempuan berjumlah tiga orang) dan memperkirakan kondisi cuaca pada saat penggulungan karung. Membawa parang yang digunakan untuk kegiatan tebas apabila hujan turun. Mekanisme kerjanya yaitu tenaga kerja penggulung karung mengikuti arah kerja penabur pupuk, tetapi sebatas pada collection road saja, sehingga memudahkan kerja penggulung karung dan karung yang telah dibuka tidak tercecer ke mana-mana. Karung yang telah dibuka tersebut dirapikan dan digulung sebanyak sepuluh karung until, dengan tujuan agar memudahkan dalam penghitungan karung di gudang untilan. Selanjutnya karung dibawa dan ditumpuk di tepi collection road untuk dibawa oleh truk. Gambar 2. Penguntilan Pupuk RP di Gudang Penguntilan Pelaksanaan dan pengawasan pemupukan sangat diperlukan karena biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan lebih besar dibandingkan dengan biaya perawatan lainnya. Dengan demikian diharapkan pemupukan dilaksanakan

30 dengan lebih efektif lagi guna memperoleh produksi yang tinggi. Pada saat pelaksanaan pemupukan diperlukan mandor yang dapat mengawasi dan mengatur pekerjaan pemupukan. Untuk mengontrol karyawan, mandor melakukan pengecekan dimulai dari pasar rintis sampai pasar tengah setelah pemberian pupuk. Realisasi pemupukan akan dilaporkan dan digambarkan pada peta blok pemupukan guna mengetahui blok mana yang sudah terpupuk dan perencanaan program berikutnya. Sistem kerja pemupukan adalah sistem ancak giring tetap, dimana penabur pupuk memasuki barisannya secara berurutan, kemudian pindah ke ancak berikutnya sesuai nomer urut. Norma untuk pemupukan telah diatur oleh perusahaan berdasarkan dosis pupuk, apabila lebih dari basis pemupukan maka tenaga kerja berhak mendapat premi dengan nilai yang telah ditentukan. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 604 kg sementara norma kerja karyawan adalah 741 kg. Contoh perhitungan premi karyawan: 1. Pemupukan dilakukan di blok T4, dengan tahun tanam 1989 seluas 31 ha dan jumlah pokok Blok T5 dengan tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok Blok T6 dengan tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok Pupuk yang digunakan MOP dengan dosis 1.5 kg/pokok, basis borong pupuk MOP sebesar 600 kg. 2. Dalam sehari seorang penabur mendapatkan total pupuk MOP sebesar 736 kg. Premi karyawan pemupuk sebesar Rp. 75/kg. maka perhitungannya kebutuhan pupuk : Blok T4 (tahun tanam 1989 seluas 31 ha, jumlah pokok 3 743). Dosis 1.5 kg/pokok maka akan membutuhkan pupuk sebanyak = (5 614 kg 50 kg) = 112 karung, dan (5 614 kg 12.5 kg until) = 449 untilan. Blok T5 (tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 823). dosis 1.5 kg/pokok maka membutuhkan pupuk sebanyak = (3 823 pokok x 1.5 kg) = kg. (5 734 kg 50 kg) = 115 karung, dan (5 734 kg 12.5 kg until) = 459 untilan.

31 Blok T6 (tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 118). dosis 1.5 kg/pokok maka membutuhkan pupuk sebanyak = (3 118 pokok x 1.5 kg) = kg. (4 677 kg 50 kg) = 93 karung, dan (4 677 kg 12.5 kg until) = 374 untilan. Premi karyawan = (736 kg 600 kg) = 136 kg dan (136 kg x Rp. 75/kg) = Rp maka lebih borongnya adalah Rp sehingga premi yang didapatkan seorang penabur adalah Rp Rp = Rp Penunasan Progresif (Progressive Prunning) Penunasan adalah pekerjaan membuang pelepah daun yang tidak produktif agar menjaga standar jumlah pelepah tiap tanaman kelapa sawit berdasarkan umur tanaman, keadaan tanaman, dan keadaan lapang. Tujuan penunasan adalah memudahkan kegiatan panen, menghindari tersangkutnya brondolan, memudahkan penyerbukan oleh angin dan serangga, mengurangi pertumbuhan pakis-pakisan, mencegah hama dan penyakit, mempermudah dalam melihat buah yang matang dan memudahkan kegiatan sensus produksi dan hama penyakit. Dalam pelaksanaan penunasan dan sanitasi pada umur 8 15 tahun diusahakan untuk mempertahankan jumlah pelepah optimal pada kisaran pelepah per pokok atau 5 6 pelepah per spiral. Apabila penunasan terlalu berat (over pruning) mengakibatkan pembentukan bunga betina akan menurun dan bunga jantan akan meningkat yang berakibat jumlah tandan buah yang terbentuk juga akan menurun. Penunasan yang kurang dari standar mengakibatkan produksi berkurang. Sistem penunasan yang dilakukan di GKE adalah sistem progressif prunning. Sistem progressif prunning adalah penunasan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus sepanjang tahun bersamaan dengan pelaksanaan panen. Pelepah yang ditunas yaitu menggunakan sistem songgo dua, yaitu meninggalkan dua pelepah di bawah tandan buah terbawah. Pelepah ditunas secara melingkar dan serapat mungkin membentuk tapal kuda dengan tujuan agar brondolan tidak tersangkut di ketiak pelepah. Pelepah yang sudah ditunas ditata dengan rapi di gawangan mati agar pelepah yang sudah kering dapat menjadi mulsa bagi tanaman kelapa sawit. Premi penunasan didasarkan pada jumlah

32 pokok yang ditunas yaitu Rp 400/pokok. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan penunasan adalah 5 ha/hk, sementara norma kerja karyawan adalah 8.5 ha/hk. Konsolidasi Sisip Konsolidasi sisip adalah merupakan salah satu kegiatan perawatan yang sangat penting bagi tanaman sisip karena pokok sisip harus terjamin pertumbuhannya sampai pokok tersebut siap untuk berproduksi. Perawatan yang perlu dilakukan di lapangan yaitu menegakan pokok doyong yang terjadi akibat angin kencang dan hujan lebat setelah penanaman di lapangan, pembentukan piringan pokok, penunasan, sanitasi dan lain-lain. Akan tetapi selama pelaksanaannya, penulis tidak menemukan pokok sisip yang doyong ataupun roboh sehingga pekerjaan konsolidasi sisip hanya berupa penunasan dan pembersihan piringan dari brondolan yang telah busuk dan kentosan pada pokok sisipan. Tujuan dari penunasan sisip (tunas selektif) yaitu sanitasi pelepah sesuai standar penunasan agar jumlah pelepah tetap optimal dan mempersiapkan pokok untuk dipanen. Tunas selektif dilakukan pada tanaman berumur 3 4 tahun. Suatu blok sudah siap ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40 % telah mempunyai tandan buah yang pada ketinggian ± 90 cm dari tanah (diukur dari permukaan tanah ke pangkal tandan tertua). Mekanisme pekerjaan ini adalah jumlah pelepah dan yang harus dipertahankan pada setiap pokok adalah 56 pelepah. Dalam prakteknya di lapangan, batas tunas sering digunakan istilah 3 pelepah di bawah buah terendah atau lazim disebut songgo 3. Alat untuk tunas selektif adalah dodos besar yang dipakai juga untuk potong buah pada tanaman muda. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dari arah samping dan membentuk tapak kuda untuk menghindari pelukaan pokok. Pelepah dirumpuk di gawangan mati dan dibentuk seperti huruf U. Pembersihan piringan dari brondolan bertujuan untuk mencegah tumbuhnya kentosan dan timbulnya penyakit busuk buah akibat buah terlambat dikastrasi, sehingga buah menjadi busuk. Buah yang sudah busuk tersebut harus

33 dipotong dan dijauhkan dari pokok. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 60 pokok, sementara norma karyawan adalah 60 pokok. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Menghasilkan (TM) Kegiatan pengendalian gulma secara kimia pada tanaman menghasilkan di GKE antara lain pemberantasan alang-alang, gawangan chemist, piringan dan pasar rintis chemist, dan oles anak kayu. Pemberantasan Lalang Pemberantasan alang-alang harus dilakukan secara rutin dan terpola untuk mengupayakan agar areal bebas dari alang-alang. Pemberantasan alang-alang di kebun GKE dilaksanakan dengan menggunakan teknik semprot lalang dan metode spot spraying. Metode spot spraying akan lebih efektif dibandingkan dengan metode blangket spraying karena tipe pertumbuhan alang-alang yang sporadik (terpencar-pencar). Tujuan pengendalian alang-alang yaitu untuk menghentikan perkembangan biakannya karena alasan sebagai berikut: Pertumbuhan populasi alang-alang sangat cepat karena bereproduksi dengan cara vegetatif (rhizome) dan generatif (bunga). Ditinjau dari segi penyediaan bahan organik, alang-alang tidak atau kurang memberikan kontribusi. Pada kondisi populasi yang sangat tinggi, alang-alang sangat berperan sebagai penyulut terjadinya kebakaran. Alang-alang menyerap unsur hara yang disimpan dalam rhizome. Kunci sukses pengendalian lalang yaitu rotasi yang konsisten, segmentasi areal (prioritas pengendalian dimulai dari kondisi lalang yang paling ringan menuju kondisi berat, ketepatan jenis herbisida dan dosis atau konsentrasi, penyemprotan dilakukan pada masa vegetatif aktif, monitoring dan evaluasi secara ketat untuk langkah selanjutnya. Jenis pekerjaan pengendalian alang-alang secara kimia dilakukan dengan rotasi 3 kali dalam setahun. Herbisida yang digunakan adalah Round Up atau Touchdown dengan konsentrasi 1.7 %. Alat

34 yang digunakan adalah knapsack sprayer jenis solo 15 liter, sementara jenis nozel yang digunakan adalah nozzle full cone (kerucut penuh) volume rendah vlv 200. Gambar 3. Pengendalian Gulma dengan MHS pada Tanaman Menghasilkan Mekanisme pekerjaan ini adalah tim semprot alang-alang berangkat ke lapangan bersamaan dengan MHS (micron herbi sprayer) akan tetapi semprot lalang dilakukan khusus unuk lokasi sisipan dan daerah rendahan karena lalang akan tumbuh cepat di tempat terbuka yang tidak terjangkau oleh alat MHS. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 1,2 ha/hk sementara norma kerja karyawan adalah 1.5 ha/hk. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja perempuan yang telah menjadi SKU. Gawangan Chemist Pengendalian gulma pada gawangan kelapa sawit bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara, air, dan sinar matahari; mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lainnya; menekan populasi hama, terutama pada TBM; dan untuk mempertahankan kondisi agar areal tetap murni legume cover crop (LCC). Tidak semua gulma harus diberantas, terutama jenis tanaman beneficial plant, misalnya rumput-rumput lunak, lumut, pakis Nephrolepis sp.,tunera subulata, Casia cobanensis, dan kacangan. Tanaman tersebut dianggap

35 menguntungkan karena kemampuan tanaman untuk menyediakan unsur hara, menekan populasi gulma dan hama, serta dapat melembabkan tanah. Tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) tidak diinginkan karena mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan. Pemunculan gulma harus ditangani sedini mungkin, karena dengan cara ini pengendalian gulma lebih mudah, lebih murah, dan gulma tidak berkesempatan menimbulkan persaingan yang merugikan produksi buah. Menurut Semangun (2000) gulma jenis Mikania micrantha pada tanaman menghasilkan (TM) akan menurunkan produksi sebanyak % karena gulma ini tumbuh secara merambat dan menyebar dengan biji dan potongan batang. Jenis gulma berkayu yang tumbuh dominan di Divisi I yaitu Chromolaena odorata, nama daerah putihan; Melastoma malabatricum, nama daerah senduduk; dan Lantara camara, nama daerah tembelekan. Pengendalian gulma pada gawangan memiliki 6 sasaran gulma yang harus diberantas yaitu : anak kayu, pakis kawat, kentosan, gelagah, krisan dan gulma menjalar. Sementara 6 sasaran yang tidak boleh disemprot adalah : tanah, rumput lunak, Nephrolepis, kacangan, lumut dan Beneficial Plant. Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah knapsack sprayer jenis inter pump volume 16 liter, dengan nozzel kuning, masker, baju rompi, bendera dan kendaraan pengangkut bahan herbisida. Bahan herbisida yang dipakai terdiri atas 2 campuran bahan herbisida yaitu gramoxon bersifat kontak artinya, membunuh gulma berdaun lebar dengan cara kontak langsung ke daun atau batang dan merusak lapisan epidermis pada daun dan batang, dengan dosis 0.2 l/ha dan konsentrasi 0.2 %. Metaprima yang bersifat sistemik artinya membunuh gulma dengan cara merusak jaringan yang berklorofil, dengan dosis 0.02 l/ha dan konsentrasi 0.02 %. Khusus untuk divisi I dan II kegiatan penyemprotan gawangan chemist dilakukan oleh satu tim penyemprotan. Mekanisme pekerjaan ini adalah air yang telah diisi dalam tangki dicampur dengan bahan herbisida pada pagi harinya sebelum penyemprotan dimulai dilakukan di traksi. Jumlah konsentrasi yang akan digunakan tergantung pada jumlah air yang digunakan. Sementara konsentrasi yang dipakai yaitu 0.02 % dan 0.2 % sebagai contoh, untuk kebutuhan volume semprot sebanyak liter air, akan membutuhkan 6 liter Gramoxon dan 0.6

36 gram Metaprima. Seanjutnya mandor semprot akan membagi ancak kepada masing-masing tenaga kerja dengan sistem ancak tetap. Tenaga kerja yang digunakan terdiri atas perempuan yang berjumlah 18 orang dan terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok besar. Penyemprotan Piringan dan Pasar Rintis Chemist Kegiatan penyemprotan piringan merupakan salah satu teknik pemeliharaan tanaman di sekeliling pokok atau piringan tanaman kelapa sawit. Penyemprotan piringan dilakukan setelah kegiatan oles anak kayu selesai dikerjakan, sehingga hasil pekerjaan dapat lebih optimal. Piringan, pasar rintis, dan TPH merupakan beberapa sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan. Supaya berfungsi sebagaimana mestinya, maka sarana tersebut mutlak memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan. Secara umum semakin bertambahnya umur tanaman, pertumbuhan gulma semakin berkurang karena ternaungi oleh pelepah kelapa sawit yang tinggi. Oleh karena itu untuk efisiensi pengendalian biaya, maka rotasi semprot dan dosis per hektar semprot bukan merupakan harga mati namun rotasi dan dosis semprot dapat dikurangi sesuai dengan kondisi gulma di lapangan. Herbisida yang digunakan di Kebun GKE adalah Round Up, bekerja secara sistemik, berbentuk cairan dosis Round Up adalah 0.18 l/ha dengan konsentrasi 1.7 %. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer volume 10 liter, nozzle atomizer dengan ketinggian semprot cm di atas permukaan tanah. Mekanisme pekerjaan ini adalah pengacakan kerja pada prinsipnya sama dengan pengacakan pada penyemprotan di gawangan yaitu, menggunakan ancak tetap dan terdiri atas 2 kelompok semprot. Adapun areal yang harus disemprot adalah piringan, pasar rintis, jalan angkong, pasar tengah, TPH, dan kaki lima blok. Penyemprotan dimulai dari collection road sampai pasar tengah. Penyemprotan masuk ke dalam blok melalui pasar rintis dengan menyemprot gulma sampai basah di sepanjang pasar rintis tersebut. Dengan arah semprotan searah jarum jam dan lebar semprotan 2 meter (sesuai dengan jari-jari piringan pokok). Penyemprotan pada TPH harus disesuaikan dengan luas TPH yaitu 52

37 m2. Rotasi kegiatan ini adalah 3 kali setahun. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 3.7 ha/hk sementara norma kerja karyawan adalah 4.2 ha/hk. Penyisipan Penyisipan adalah penanaman kelapa sawit pada tempat yang kosong dalam satu areal pertanaman yang sebelumnya sudah ditanami. Tanaman yang harus disisip adalah tanaman mati, rusak berat, sakit, serta abnormal. Semakin cepat dilakukan penyisipan maka pertumbuhannya akan semakin baik dan menjadi tidak ketinggalan. Penyisipan sangat penting untuk menjaga agar populasi tanaman tetap dalam keadaan penuh (full stand), karena populasi tanaman yang penuh akan memberikan hasil yang maksimal dari blok tersebut. Aturan ideal dalam menyisip adalah setiap ada 2 pohon yang mati, dilakukan penyisipan satu pokok di tengah-tengah pohon tersebut. Teknis penyisipan sama dengan penanaman awal kelapa sawit, akan tetapi perencanaan, persiapan, dan penguasaan teknisnya perlu lebih mendetail, karena pekerjaan tersebut memiliki resiko kegagalan yang fatal. Penyisiapan yang dilakukan harus menjamin kelangsungan hidup tanaman untuk berproduksi. Kegiatan pertama tanam sisip adalah pemancangan, arah pergeseran dari pancang harus ke bagian barat atau bagian timur berdasarkan pokok yang telah ada. Hal ini dimaksudkan agar penempatan dari pokok sisip tepat. Tahap kedua yaitu pembuatan lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, dengan ketentuan top soil bagian sisi barat dan sub soil bagian sisi timur. Kemudian pemberian pupuk agroblem dengan dosis 300 gram per pokok sebanyak 2 kali aplikasi. Pertama sebeluk pokok ditanam, kedua setelah pokok ditanam dengan tanah sekitar setengah dari tinggi lubang tanam. Pembukaan plastik polybag harus dilakukan hati-hati agar bola tanah tidak hancur. Pokok yang ditanam harus berdiri tegak, tanah timbunan harus dipadatkan, dan bola tanah sama dengan permukaan tanah. Hal tersebut harus dilakukan dengan tepat agar pertumbuhan dari bibit sawit optimal. Tahap terakhir yaitu pemberian klerat dengan dosis sebanyak 2 butir kemudian plastik dari polybag dipasang pada pancang dengan maksud sebagai tanda bahwa bibit sawit telah selesai disisip. Kegiatan penyisipan ini dilakukan oleh tenaga kerja borongan

38 sehingga tidak dituntut jam kerjanya. Bibit sisipan berasal dari kebun tetangga yaitu berasal dari Mustika Estate. Untuk kegiatan penyisipan ini prestasi kerja penulis yaitu 5 bibit tanaman, sementara untuk norma kerja karyawan ialah 10 bibit tanaman. Sensus Pokok Sensus pokok merupakan kegiatan mendata seluruh pokok yang terdapat di suatu blok. Sensus pokok yang dilakukan secara teliti dan teratur dapat memberikan gambaran mengenai keadaan blok yang sebenarnya. Sensus pokok dilakukan secara berkala menurut ketentuan dan secara umum bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap tentang keadaan yang sebenarnya di lapangan yang berkaitan dengan produktivitas tanaman agar diperoleh hasil yang maksimal. Manfaat hasil sensus adalah kemudahan mengelola kebun yaitu : mengetahui jumlah pokok, termasuk keperluan menyisip tanaman, pokok sakit atau abnormal, pokok mati atau kosong, data parit, pengendalian hama dan penyakit, dan kegiatan pemupukan. Data pokok normal dan abnormal yang didapatkan lebih awal akan sangat bermanfaat untuk menyusun program penyisipan, sehingga didapatkan produksi per hektar yang maksimal. Kegiatan sensus pokok ini dilakukan hanya satu kali dalam setahun dan biasanya dilakukan pada akhir tahun. Data-data tanaman ditulis pada blanko sensus pokok, yang terdapat di dalamnya yaitu pokok normal, pokok mati, pokok sisipan, pokok kosong, pokok gajah atau non valuer, pokok tergenang, pokok ganda, parit, batas rendahan dan sungai. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 7.5 ha/hk, sementara norma kerja karyawan adalah 7.5 ha/hk. Sensus Buah Persiapan panen dimulai dari kegiatan taksasi produksi yang dapat dilakukan secara semesteran maupun harian. Tujuan utama dilakukannya sensus buah yaitu untuk mengetahui potensi produksi suatu blok untuk satu semester. Taksasi produksi secara semesteran dilakukan dengan melakukan penghitungan bunga betina yang sudah mengalami penyerbukan sehingga seludang buah telah membuka sampai buah yang siap dipanen.

39 Penghitungan ini dilaksanakan setiap blok tanaman. Mekanisme pelaksanaan sensus buah yaitu penentuan pokok sampel yang dimulai dari titik sensus (TS) no.1. Penentuan pokok sampel adalah dengan mengambil selang 5 barisan dan dalam tiap baris berselang 5 pokok. Pemberian nomer awal barisan sensus sampel dimulai dari arah Barat Daya (BD) blok tanaman. Pada barisan sensus sampel terdapat tapak jala yang menandakan bahwa dalam barisan tersebut terdapat titik sensus dan pokok sensus. Pokok sensus adalah pokok yang mengelilingi titik sensus sehingga total berjumlah 6 pokok untuk satu titik sensus. Kemudian kayu disangkutkan pada salah satu janjang (sebagai tanda awal penghitungan) selanjutnya penulis menghitung semua janjang yang ada pada pokok tersebut. Janjang yang dihitung adalah mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi atau anthesis (bunga cengkih) yang diperkirakan siap dipanen 5 6 bulan berikutnya. Janjang yang diperkirakan akan dipanen pada bulan Desember (untuk sensus produksi semester I) dan atau bulan Juni (untuk sensus produksi semester II) tidak dihitung. Setelah penghitungan semua buah, penulis langsung menuliskannya pada batang pokok sawit dari tiap-tiap pokok sensus. Penulisan menggunakan paku atau cat minyak berwarna putih. Sebelum pelaksanaan sensus buah dimulai biasanya asisten divisi akan melakukan simulasi terlebih dahulu kepada pekerja, tujuannya untuk mengingatkan kembali tata cara sensus buah yang baik dan benar. Untuk luasan satu blok terdiri dari dua tim sensus, dalam satu tim berjumlah 2 3 orang. Pekerjaan ini biasanya menggunakan tenaga kerja perawatan yang semuanya terdiri dari tenaga kerja perempuan. Pekerjaan ini harus dilakukan oleh tenaga kerja tetap dan terspesialisasi sehingga faktor kelalaian dalam menghitung buah sedikit. Pengamatan dilakukan dengan cara mengelilingi pokok sampel sambil melihat ke bagian buah. Pekerjaan ini pada prinsipnya terdapat 3 tempat yang tidak boleh terjadi dalam penghitungan buah yaitu pokok (batang), blanko sensus buah dan jumlah buah itu sendiri. Banyak faktor yang menyebabkan hasil sensus ini menyimpang dari hasil produksi aktual diantaranya kesalahan pekerja dalam menghitung buah, pelepah yang tidak ditunas menyebabkan buah terjepit sehingga tidak terlihat oleh mata

40 dan kesalahan pekerja itu sendiri dalam merekap hasil sensus buah tersebut secara keseluruhan. Kesalahan sedikit saja maka akan berakibat fatal bagi suatu kebun kaitannya dengan produksi dan budget baik dalam semesteran maupun tahunan. Asisten divisi akan membuat target kepada pekerja sensus buah untuk menyelesaikan semua blok selesai dalam waktu 15 hari. Pada kegiatan ini penulis tidak berkesempatan melakukan sensus produksi secara keseluruhan disebabkan penulis hanya mengikuti sensus produksi hanya sehari. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 49 titik sensus. Sementara norma kerja karyawan adalah 49 titik sensus. Pelaksanaan Teknis Panen Pemanen tiba di lapangan pada pukul WITA. Mandor panen akan melakukan absensi dan pengarahan kepada pemanen sebelum pemanen memasuki ancaknya masing-masing. Pukul WITA kegiatan panen sudah dimulai. Pemanen memotong semua tandan buah yang telah memenuhi kriteria panen. Pelepah yang menyangga dan menghalangi pemanenan TBS dipotong sependek mungkin dan berbentk seperti tapal kuda, dengan tujuan agar brondolan tidak tersangkut pada ketiak pelepah. Pelepah yang dipotong dirumpuk di gawangan mati. Tandan buah yang telah dipotong kemudian diangkut ke TPH dengan angkong, brondolan yang tersangkut di ketiak pohon, piringan dan pasar rintis diambil dan dimasukan ke dalam karung goni kemudian diletakan di TPH. Tandan dan brondolan harus bersih dari kotoran atau sampah (batu, pasir, tanah, atau kotoran lainnya), karena hal ini dapat membahayakan pada saat proses pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Tangkai tandan buah yang panjang dipotong sependek mungkin (< 3 cm) dengan menggunakan kapak sehingga menyerupai cangkem kodok kemudian diberi nomer sesuai dengan nomer pemanen. Panen Tanaman kelapa sawit dianggap sudah menghasilkan pada tahun ketiga hingga keempat setelah ditanam. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar 6 bulan setelah penyerbukan (Sunarko, 2007). Panen

41 adalah kegiatan memotong tandan matang, mengutip brondolan, mengumpulkan serta mengangkut hasil ke TPH dan pabrik. Tujuan kegiatan panen adalah untuk mendapatkan rendeman minyak yang tinggi dan kadar ALB yang rendah dan memelihara tanaman agar tetap dalam kondisi baik. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan kriteria, sistem rotasi, premi, dan denda, pengawasan, administrasi panen dengan cara dan waktu yang tepat. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi minyak (rendeman). Waktu yang tepat akan mempengaruhi mutu minyak (ALB). Persiapan Panen Persiapan panen perlu dilakukan agar pelaksanaan panen dapat berjalan dengan baik. Kegiatan persiapan panen ini adalah perbaikan dan pengerasan jalan, perawatan TPH, pembuatan dan perawatan pasar rintis (pasar panen), pembersihan pokok piringan, pemasangan jembatan dan titi panen, dan lain-lain. Persiapan panen ini dilakukan secara bertahap sampai kegiatan panen berlangsung. Kriteria Matang Panen Suatu areal pertanaman kelapa sawit dinyatakan dapat dipanen jika (1) 60 % dari seluruh pohon yang hidup dalam areal tersebut sudah mencapai matang panen, (2) sebagian buah sudah membrondol secara alamiah, dan (3) bobot ratarata tandan sudah mencapai 3 kg (Yahya, 1990). Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong TBS pada saat yang tepat yaitu pada saat kandungan minyak dalam daging buah maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum. Di GKE menetapkan aturan untuk tandan buah yang layak dipanen adalah minimum terdapat 5 brondolan lepas yang bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan muda karena serangan tikus, atau penyakit. Angka Keraparan Panen Angka kerapatan panen adalah angka yang menunjukan persentase jumlah buah yang matang pada suatu seksi yang akan dipanen. Angka kerapatan panen

42 digunakan untuk mengetahui taksasi prosuksi, cara mencarinya adalah dengan menghitung jumlah pohon yang diperiksa dibagi dengan jumlah pohon yang akan dipanen (terdapat buah matang) maka rumusnya adalah : Angka Kerapatan Panen (AKP) = jumlah pokok sampel dipanen total pokok sampel x 100 % Pohon yang akan diamati yaitu diambil pokok sampel sebanyak pokok dalam penempatan pokok sampel tersebut harus dapat mewakili dari semua pokok dalam satu blok yaitu sebanyak 5 pokok secara horizontal dan 5 pokok secara vertikal dalam setiap barisnya, sehingga akan menyerupai bentuk zig-zag, yang disajikan dalam Gambar Lampiran 1. Sementara jumlah blok yang akan diamati adalah 7 blok. Nilai AKP pada umumnya berbeda tiap bloknya hal ini dipengaruhi oleh iklim, umur tanaman, dan lokasi tanaman. Untuk tanaman yang baru dikonversi dari status TBM menjadi TM, masih berproduksi maksimal. Sistem Panen dan Rotasi Panen Sistem panen yang digunakan di Kebun GKE adalah Block Harvesting System (BHS). BHS adalah sistem panen yang kegiatannya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan dan pindah bersama-sama ke seksi lainnya. Setiap pemanenan memiliki ancaknya masing-masing dengan luasan tertentu pada setiap seksi panen. Seksi panen merupakan luasan areal yang dipanen oleh beberapa pemanen dalam satu hari panen. Rotasi panen yang dilaksanakan di GKE adalah 6/7 hari. Rotasi panen 6/7 artinya areal dibagi menjadi 6 seksi panen sehingga terdapat 6 hari panen dengan rotasi ulang 7 hari. Tenaga Pemanen Tenaga pemanen merupakan ujung tombak perusahaan sebagai elemen yang paling fital bagi perusahaan dibanding dengan tenaga kerja perawatan, tenaga panen sebaiknya merupakan karyawan yang terspesialisasi dengan pekerjaan panen dan merupakan karyawan yang tetap, sehingga nantinya kualitas produksi yang akan dicapai semakin baik. Kebutuhan tenaga pemanen disesuaikan

43 dengan luas seksi untuk setiap hari panen. Sementara untuk kebutuhan tenaga kerja panen di Divisi I masih kurang dari standar sehingga untuk mencapai umur pusingan normal dengan tingkat kematangan buah tinggi, biasanya panen akan dilaksanakan pada hari libur (kontanan). Luas ancak panen masing-masing pemanen sekitar 3 4 ha yang tergantung dari luas blok dan jumlah pemanen yang hadir pada setiap mandoran. Pada saat tertentu, apabila pemanen tidak dapat hadir maka ancak panennya akan dikerjakan oleh pemanen lain yang tergabung dalam satu kelompok kecil pemanen (KKP) dan diatur oleh mandor panen. Pengaturan tenaga pemanen juga disesuaikan dengan keadaan produksi di lapangan. Pada saat musim prosuksi tinggi, mandor panen akan menambah jumlah tenaga kerja pemanen dengan cara menyuruh tenaga kerja perawatan untuk membantu mengutip brondolan dengan persetujuan asisten divisi atau dengan menambah jam kerja pemanen, sedangkan pada saat musim produksi rendah, mandor panen dapat mengalihkan tenaga pemanen untuk melakukan kegiatan tunas progresif. Untuk menghitung penggunaan tenaga kerja pemanenan buah berdasarkan sensus buah maka dapat digunakan rumus sebagai berikut : Kebutuhan Tenaga Kerja Panen = Taksasi Bulanan 25 Hari Output Panen Contoh perhitungan : produksi pada bulan Mei sebanyak kg, dan output panen dalam satu hari yaitu kg/hk maka kebutuhan tenaga panen untuk bulan Mei adalah : Kebutuhan Tenaga Kerja Panen = kg 25 Hari kg/hk = 52 orang Peralatan Panen Untuk memotong tandan buah dan mengangkutnya ke TPH diperlukan sarana pendukung yaitu peralatan panen. Alat yang paling fital dalam kegiatan panen adalah egrek dan dodos. Egrek yang digunakan dalam panen pun memiliki spesifikasi khusus TM yang tinggi pohonnya masih rendah dan TM yang tinggi pohonnya sudah tinggi. Alat dan perlengkapan panen yang digunakan harus sesuai dengan kondisi dan umur tanaman. Alat dan perlengkapan panen tersebut harus sudah tersedia

44 pada saat panen. Alat panen yang digunakan di Kebun GKE adalah angkong, egrek dan sambungannya, kampak, batu asah, karung goni, dodos, dan gancu. Alat dodos kecil dengan lebar mata 8 cm, panjang 18 cm digunakan untuk potong buah pada tanaman umur 3 4 tahun. Alat dodos besar dengan lebar mata 14 cm, panjang 18 cm digunakan untuk potong buah pada tanaman umur 5 8 tahun, potong buah harus membuang cabang yang menyangga buah tersebut. Egrek digunakan pada tanaman berumur > 8 tahun atau sejak tanaman mencapai tinggi 3 m. Karung goni digunakan untuk mengumpulkan brondolan, batu asah digunakan untuk mengasah dodos atau egrek, gancu dipergunakan untuk mengangkat janjang ke tempat lain, kampak digunakan untuk memotong pelepah atau cabang kelapa sawit dan memotong tangkai tandan, angkong digunakan untuk mengangkut buah ke TPH. Sementara untuk memberi nomer pemanen di TPH yaitu menggunakan tanah yang ada di sekitar blok. Alat-alat kerja untuk panen yang akan digunakan berbeda berdasarkan tinggi tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk membongkar muat TBS, dan alat untuk memuat TBS ke TPH. Kualitas dari alat dan perlengkapan panen yang ada kurang diperhatikan oleh pemanen. Dodos yang kurang diasah menyebabkan lamanya buah turun. Pengecekan ban angin angkong juga perlu diperhatikan karena ketika angkong penuh dengan TBS dapat menyebabkan ban kempes sehingga menghambat pengangkutan TBS ke TPH. Basis dan Premi Panen Pada Kebun GKE ada dua jenis basis panen yang diterapkan yaitu siap borong dan basis borong. Siap borong adalah jumlah tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja (7 jam) oleh setiap pemanen. Basis borong adalah batas minimal TBS yang harus diperoleh seorang pemanen dalam satu hari kerjanya. Basis borong ini berbeda-beda menurut tahun tanam (umur tanaman), berat janjang rata-rata (BJR), dan jumlah jam kerja. Selisih antara siap borong dan basis borong adalah premi bagi pemanen. Apabila pemanen mampu mencapai basis tugas pada hari itu, maka selain mendapat premi TBS pemanen juga mendapat premi kerajinan. Premi panen

45 adalah suatu insentif atau penghargaan yang diberikan perusahaan bagi pemanen yang telah melakukan tugas dengan baik sesuai ketentuan perusahaan. premi yang diberikan kepada pemanen adalah premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya premi basis borong (dinyatakan dalam Rp/HK), nilai adalah sama untuk seluruh tahun tanam. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen mendapat jumlah janjang panen lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya premi lebih borong (dinyatakan dalam Rp/janjang), nilainya berbeda untuk setiap tahun tanamnya tergantung berat janjang rata-rata. Pemberian premi panen bertujuan memotivasi pemanen untuk memperoleh hasil yang tinggi sesuai dengan tata tertib panen. Untuk pokok tua jumlah basis borongnya lebih rendah dari pokok dewasa karena faktor kesulitan dalam panen kelapa sawit tua lebih besar dibanding dengan tanaman dewasa, karena pada umumnya pokok sawit akan berproduksi lebih sedikit sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Selain itu pada pokok tua lebih tinggi dari pokok dewasa dan bisa mencapai ketinggian 15 m, sehingga memerlukan egrek yang lebih panjang. Berat janjang rata-rata suatu blok juga menentukan basis borong potong buah dengan norma standar potong buah bagi seorang pemanen ialah sebesar kg/hk, sehingga untuk BJR yang tinggi maka basis borongnya lebih rendah dibanding dengan BJR yang rendah. Untuk pemanen premi basis borongnya bila mencapai P 0 adalah sebesar Rp 2 000, mencapai P 1 sebesar Rp 4 000, dan mencapai P 2 sebesar RP sehingga total bila ia mencapai basis P 2 adalah sebesar Rp Pada sistem BHS Dol 2 tenaga pembrondol tidak diberikan premi basis borong melainkan hanya premi lebih borong. Contoh perhitungan premi : Seorang pemanen mendapatkan TBS sebanyak 170 janjang, panen dilaksanakan di blok T1 dengan tahun tanam 1990 pada hari Senin, premi lebih borong Rp. 325/janjang, premi basis borong untuk P2 sebesar Rp , sehingga pemanen tersebut mendapatkan premi sebesar = (Total janjang P 2);

46 (170 janjang 120 janjang) = 50 janjang; pemanen mendapatkan premi basis borong 50 janjang x Rp. 325 / janjang = Rp Total pemanen tersebut mendapatkan premi yaitu Rp Rp = Rp Ketentuan basis borong dan lebih borong yang berlaku di kebun GKE dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Kemasan Estate. Divisi Tahun Tanam Basis Borong Cutter Basis Jum at Basis Basis Borong P0 P1 P2 Jum at Picker P0 P1 P2 Lebih Borong Rp 2000 Rp 4000 Rp 6500 Rp 2000 Rp 4000 Rp 6500 Cutter Picker % % % I % % % % % % II % % % % % % III % % % % Sumber : Kantor Besar GKE (2008)

47 Premi mandor panen diberikan apabila terdapat pemanen yang dibawahinya dapat mencapai basis borong. Secara umum pemberian premi kepada mandor pada sistem organisasi BHS Dol 2 disajikan pada Tabel Lampiran 4. Sistem Pengawasan Pengawasan panen di Kebun GKE dilakukan oleh krani panen, mantri buah, mandor panen, mandor I, asisten divisi, dan staf Quality Assurance (QA) yang ditunjuk dari perwakilan PKS. Pengawasan dilakukan dengan memeriksa ancak panen buah di TPH. Pengawasan bertujuan agar mutu ancak dan buah dapat terjaga. Pemerikasaan ancak dilakukan setiap hari oleh mandor panen, sedangkan mantri buah memeriksa ancak dua kali pada setiap rotasi. Ancak panen yang diperiksa meliputi buah matang tidak dipanen, brondolan tidak dikutip, tandan matang tidak diangkut ke TPH, pelepah sengkleh dan rumpuk, brondolan hitam atau busuk, dan kondisi pokok. Buah yang berada di TPH diperiksa oleh krani panen yang meliputi jumlah buah yang dipanen, buah mentah, buah kurang matang, buah matang, buah busuk atau buah lewat matang, dan gagang panjang. Mantri buah bertanggung jawab langsung kepada estate maneger. Pemeriksaan yang dilakukan mantri buah meliputi pemeriksaan mutu ancak, mutu buah, dan persentase brondolan secara bergilir pada setiap divisi. Pemanenan yang melakukan kesalahan akan memperoleh hukuman berupa denda dan sanksi dengan tujuan agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan panen secara benar dan tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuat. Apabila pemanen tetap melakukan kesalahan yang sama, maka pemanen tersebut akan mendapatkan surat peringatan yang diberikan oleh mendor dengan persetujuan asisten divisi. Denda yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5. Pemeriksaan yang dilakukan dapat meningkatkan mutu buah, mutu ancak, produksi dan dapat diketahui pemanen yang berprestasi dan malas. Pemanen yang berprestasi dapat terlihat dari mutu ancak dan besarnya premi potong buah yang diterimanya, sedangkan pemanen yang malas terlihat dari ancak yang tidak terjaga, dan kecilnya premi potong buah yang diterimanya.

48 Pengangkutan Tandan Buah Segar Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari TPH ke PKS pada setiap hari panen. TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke PKS untuk diolah pada hari itu juga (maksimal 24 jam), tidak boleh ada restan di TPH dan brondolan harus bersih dari kotoran. Hal ini dilakukan supaya minyak yang dihasilkan tetap bermutu baik. Pengelolaan pengangkutan TBS pada prinsipnya memiliki sasaran yaitu, meningkatkan produktivitas kendaraan, menjaga agar FFA atau ALB produksi harian berkisar antara 2 3 %, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapangan, dan biaya (Rp/kg TBS) unit transport yang murah. Dalam kegiatan pengangkutan TBS terdapat tiga mata rantai atau faktor terpenting dan saling mempengaruhi, seperti tercantum pada Gambar 4 di bawah ini. Panen Pengolahan Pengangkutan TBS Gambar 4. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kegiatan pengangkutan Sumber : Vademicum Minamas Plantation (2008) Pengangkutan pada kegiatan panen meliputi pengangkutan TBS ke TPH dan dari TPH ke PKS. Pengangkutan TBS ke TPH menggunakan alat bantu angkong. Dalam satu angkong berisi 7 9 janjang tergantung BJR. Pengangkutan TBS ke TPH harus hati-hati karena pengangkutan TBS ke TPH dapat meningkatkan ALB (asam lemak bebas) akibat guncangan dan penggoresan pada saat menaikan dan menurunkan buah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengangkutan TBS dari TPH ke PKS yaitu sebagai berikut : 1. Organisasi potong buah Potong buah untuk setiap harinya diusahakan terkonsentrasi dan jangan terpencar-pencar antara mandoran yang satu dengan mandoran yang lain.

49 Hindari adanya potongan-potongan ancak panen setiap mandoran, artinya kegiatan panen diusahakan satu seksi tersebut harus selesai dalam satu hari panen. Setiap selesai panen pada satu pasar rintis, maka TBS yang dipanen harus langsung dikeluarkan ke TPH. Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan pengangkutan TBS dapat segera dimulai paling lambat pukul WITA setiap harinya. Oleh karena itu, krani buah harus secepatnya memeriksa dan menerima buah di TPH. Taksasi panen dan realisasi panen harus diusahakan seakurat mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah kendaraan yang harus disediakan untuk mengangkut TBS pada hari itu. 2. Bentuk atau pola jalan Desain jalan diusahakan agar lurus dan jarak antara jalan pengumpul buah (collection road) maksimum ± 300 m (33 34 pokok). Jalan-jalan buntu (tidak tembus) agar diminimalkan dan sebaiknya tidak ada. Desain jalan pada areal berbukit diusahakan bentuknya tidak terlalu terjal atau curam, bila diperlukan jalan pengumpul dibangun di kaki bukit. 3. Kondisi atau perawatan jalan Faktor utama kelancaran TBS adalah kondisi dan perawatan jalan yang sesuai. Hal ini dimaksudkan agar kondisi jalan senantiasa baik dan bisa dilalui termasuk pada kondisi musim hujan. Untuk menjaga kondisi jalan agar tetap baik, maka penggunaan road greader harus lebih efektik. Perawatan jalan dengan menggunakan batu padas terutama pada permukaan jalan sebaiknya diminimalkan, karena hal ini dapat mengganggu kegiatan perawatan jalan dengan menggunakan road greader yakni menimbulkan kerusakan pada mata pisau (blits).

50 Selain itu batu padas juga dapat menyebabkan kerusakan garden pada kendaraan lain yang melewatinnya. Banyaknya unit pengangkutan TBS di Divisi I adalah tiga unit, yang terdiri dari satu unit jenis dump truck kapasitas 5 6 ton, satu unit jenis dump truck kapasitas 7 8 ton milik perusahaan, dan satu jenis dump truck kapasitas 5 6 ton milik kontraktor. Setiap unit pengangkut TBS memiliki ancaknya masing-masing yang terbagi dalam setiap mandoran. Pengangkutan TBS dengan truk milik perusahaan sendiri dan truk sistem kontrak memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan truk milik perusahaan sendiri : Sebelum mengangkut buah dapat digunakan untuk mengangkut aplikasi janjang kosong dan tenaga kerja. Dalam pengisian TBS ke dalam truk tidak akan melebihi kapasitas truk sehingga jalan tidak cepat hancur dan truk terawat dengan baik. Kerugian truk milik perusahaan sendiri : Biaya pemeliharaan truk cukup tinggi sehingga perusahaan terpaksa menambah biaya pemeliharaan. Pada saat panen rendah hanya sebagian truk yang terpakai sehingga keuntungan perusahaan berkurang. Pengangkutan TBS dengan sistem kontrak memiliki keuntungan : Perusahaan dapat menyewanya sesuai dengan kebutuhan. Tidak perlu mengeluarkan biaya pemeliharaan. Kerugian pengangkutan TBS dengan sistem kontrak : Pengisian TBS yang melebihi kapasitas mengakibatkan jalan cepat hancur. Jika digunakan untuk pengangkutan pupuk dan tenaga kerja perusahaan harus mengeluarkan biaya lembur atas pekerjaan tersebut. Mekanisme pengangkutan TBS yaitu truk berangkat pertama kali sekitar pukul WITA, saat sebagian ancak panen telah selesai. Pengangkutan dilakukan paling lambat 12 jam setelah buah dipotong. Tujuannya adalah untuk

51 menghindari peningkatan kadar asam lemak bebas. Pada umumnya untuk satu unit transport TBS kapasitas 5 6 ton selesai mengangkut TBS dari TPH menghabiskan waktu sekitar 2.5 jam untuk pemberangkatan pertama. Sementara unit dengan kapasitas 7 8 ton menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk pemberangkatan pertama. Pengangkutan dilakukan dengan mendatangi semua TPH dalam blok yang dipanen. TBS yang telah tersusun rapi dicatat terlebih dahulu oleh krani buah kemudian dimuat ke truk oleh tenaga kerja pemuat buah dengan menggunakan tojok besi sebagai gancu yang berguna untuk menyusun buah di atas truk. Apabila truk sudah memenuhi kapasitas muat, maka TBS diangkut ke PKS untuk diolah selanjutnya. Organisasi Panen Pengorganisasian panen sangat penting agar tandan buah yang matang panen dapat dipanen berdasarkan penyebaran panen dan dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal pemanenan. Pada Kebun GKE, mandor panen memberi ancak kepada masing-masing pemanen. Mandor panen membawahi sekitar orang pemanen per mandoran, sementara di Divisi I memakai 3 mandor panen. Pemeriksaan ancak dilakukan pada saat kegiatan panen berlangsung dan pencatatan jumlah TBS pemanen dilakukan oleh krani buah setelah setengah ancak terselesaikan. Mandor panen bertanggung jawab langsung kepada mandor I dan asisten divisi. Krani buah melakukan koordinasi dengan mandor panen untuk pengangkutan TBS, sehingga tidak ada TBS yang tertinggal di TPH pada hari panen tersebut. Selain itu juga krani buah bertugas untuk menyeleksi tandan di TPH sebelum kernet buah mengangkutnya ke unit transport. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu buah dan sistem pengawasan yang ketat. Aspek Manajerial Pendamping Mandor Manajemen tingkat karyawan non staf meliputi karyawan yang bertugas membantu jalannya kegiatan, baik di kebun maupun pada administrasi kantor.

52 Karyawan non staf terdiri atas mandor, krani estate yang dibantu oleh krani divisi dan krani buah. Mamajemen tingkat karyawan non staf meliputi pengelolaan di bidang administrasi dan menyangkut kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan mandor, petugas administrasi kebun maupun krani lainnya. Mandor bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilaksanakan anggotanya, di bawah pengawasan mandor I dan asisten kebun. Kegiatan yang dilaksanakan selama menjadi pendamping mandor adalah mengetahui tahapan pekerjaan, mengabsensi semua tenaga kerja yang digunakan, mengawasi pekerja, mengawasi penggunaan bahan serta mengisi laporan harian mandor, hal-hal yang perlu dicatat dalam laporan mandor antara lain : jumlah tenaga kerja dan bahan yang digunakan, prestasi yang dicapai oleh pekerja dan luas areal yang dikerjakan. Selama penulis menjadi pendamping mandor, kegiatan yang diawasi adalah panen, penyemprotan, pemupukan, krani divisi dan krani buah. Krani Buah Tugas dari krani buah adalah menghitung jumlah buah yang diangkut ke pabrik serta menyortasi buah yang telah disusun di TPH. Apabila pada TPH ditemukan buah yang mentah, kurang matang maka krani buah akan mencatatnya ke dalam buku laporan penerimaan buah sawit sebagai denda atau sangsi kepada pemanen. Khusus untuk buah mentah di TPH krani panen akan menyuruh pemanen untuk membelah buah tersebut sebagai tanda, bahwa buah tersebut tidak masuk ke dalam sampel grading di PKS. Tugas yang dilakukan penulis saat menjadi krani buah adalah mencatat jumlah buah yang diperoleh oleh pemanen pada setiap bloknya, serta memastikan TPH bersih dari brondolan. Pencatatan jumlah buah yang dilakukan krani buah harus lebih dahulu dari pada pengangkutan buah yang dilakukan oleh kenek buah. Sehingga masalah pencatatan jumlah buah yang tidak valid dapat dihindari. Oleh karena itu, harus ada kerjasama antara krani buah dengan kenek buah. Krani Transportasi Tugas dari krani transportasi adalah memastikan buah dari kebun sampai ke PKS, menghitung kebutuhan truk, mengabsensi tenaga kerja kenek buah,

53 memeriksa dan melaporkan buah restan, melaporkan truk yang terjebak di jalan rusak dan menginformasikan kondisi keadaan jalan yang akan dilalui. Mandor transportasi mengawasi 3 unit transportasi pengangkut buah, truk pemupukan, truk pengangkut tenaga kerja dan unit berat lainnya seperti greder, TLB, ford, dan lain-lain. Tugas yang dilakukan penulis saat menjadi pendamping mandor transportasi adalah mengabsensi tenaga kerja kenek buah, memeriksa dan melaporkan buah restan dan melaporkan truk yang terjebak di jalan rusak. Pengangkutan buah dimulai jam 9 pagi sampai semua buah terkirim ke PKS. Mandor Pupuk Rencana kerja pemupukan dibuat oleh asisten yang diajukan kepada manejer kebun. Rencana kerja terdiri atas tahun tanam, luas areal dan blok, jumlah tanaman, jenis pupuk, dosis serta waktu pemupukan. Krani divisi membuat bon permintaan dan pengeluaran barang yang telah direncanakan asisten untuk satu kali aplikasi yang ditujukan kepada kepala gudang. Pembuatan bon ini dilakukan sehari sebelum hari aplikasi. Pada kegiatan pemupukan, asisten, mandor I serta mandor pupuk saling berkoordinasi untuk mengawasi kegiatan pemupukan sehingga permasalahan losses pupuk dapat dikurangi. Pada saat melakukan pengawasan pekerjaan pemupukan penulis melakukan pengawasan mulai dari pengangkutan dari gudang, pengeceran dari truk ke lapangan, pelangsiran pupuk di lokasi pemupukan sampai kegiatan penaburan pupuk pada pokok kelapa sawit. Jumlah karyawan yang diawasi penulis pada saat melakukan pemupukan selama dua hari adalah 21 orang yang merupakan tenaga kerja perempuan dengan luas areal 124 ha, sedangkan pupuk yang digunakan adalah pupuk dolomit sebanyak kg. Realisasi pemupukan dilaporkan setelah kegiatan pemupukan berlangsung oleh mandor pupuk yang dimasukan ke dalam buku kegiatan mandor. Mandor Penyemprotan Sebagai pendamping mandor penyemprotan, penulis ikut membantu dalam pengawasan tenaga kerja dan bahan yang digunakan. Untuk permintaan herbisida, divisi terlebih dahulu membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB)

54 yang dibuat oleh krani divisi. Selanjutnya bon tersebut diperiksa oleh asisten divisi untuk kemudian disetujui, kemudian diajukan kepada kepala gudang untuk mengambil bahan kimia tersebut. Sebelumnya air untuk mencampur bahan kimia telah diisi pada hari sebelumnya setelah penyemprotan selesai. Air yang digunakan tersebut harus bersih dari kotoran, dengan tujuan agar menghindari kerusakan pada alat semprot, kran tersumbat pada tangki mobil, serta daya kerja herbisida yang optimal. Tugas mandor penyemprotan di lapangan yaitu : mengabsensi tenaga kerja, menentukan areal yang disemprot, mengawasi kegiatan kerja, mengawasi kegiatan kerja, mengawasi penggunaan herbisida di lapangan serta mengisi buku kegiatan mandor. Selama menjadi pendamping mandor penyemprotan hal yang harus diperhatikan adalah pengawasan penggunaan herbisida. Pengawasan penggunaan herbisida sangat penting karena kebutuhan herbisida sudah ditentukan, sehingga apabila ada kekurangan, pengendalian gulma menjadi kurang efektif. Mandor Panen Panen merupakan bagian yang berkaitan dengan produksi. Pengawasan produksi adalah salah satu kegiatan manajemen yang harus dilakukan untuk melihat kemajuan usaha yang telah dicapai, rencana ke depan maupun tingkat efesiensi yang telah dilakukan. Pencatatan produksi dilakukan menurut aturan atau format tertentu yang sudah dibakukan dan up to date. Pengawasan dilakukan dari tingkat mandor sampai asisten divisi yang bersifat kontrol setiap hari. Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengancakan tenaga kerja pemanen untuk pemanenan setiap hari. Mengawasi dan mencatat seluruh kegiatan panen dan lokasi panen dalam ancaknya setiap hari dalam pekerjaan di lapangan berkoordinasi dengan krani buah dan melapor kepada mandor I. Bertanggung jawab atas hasil panen atau produksi kualitas maupun kuantitas dalam ancak divisi dan bertanggung jawab langsung kepada mandor I dan asisten divisi.

55 Krani Divisi Krani divisi merupakan manajemen tingkat divisi dalam suatu divisi, dan seorang krani harus bertanggung jawab terhadap administrasi dalam divisinya. Krani divisi bertugas membuat bon permintaan bahan, mengisi laporan rencana dan realisasi pekerjaan bulanan, mengisi daftar hadir karyawan, mengisi buku prestasi kerja karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian, mengarsir dan membuat peta pekerjaan, membuat dan merangkum data produksi panen. Kegiatan yang dilakukan penulis saat menjadi krani divisi adalah mengisi laporan rencana dan realisasi pekerjaan bulanan, mengisi daftar hadir karyawan, mengisi buku prestasi kerja karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian. Pendamping Asisten Manajemen tingkat staf terdiri dari manajer kebun dan asisten yang dibantu oleh unsur pendukung lainnya. Tugas dan tanggung jawab asisten divisi adalah mengelola kegiatan divisi untuk mencapai target produksi divisi dan mengelola seluruh kegiatan divisi. Asisten divisi juga bertugas melaksanakan adminsitrasi divisi dengan tertib, pembinaan sumber daya manusia yang ada di divisi, pengendalian biaya yang telah disetujui manajer, dan berwenang untuk memberi persetujuan atas buku mandor serta bertanggung jawab terhadap manajer kebun secara langsung. Asisten kebun juga bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada di divisi maupun dalam lingkungan kemasyarakatan. Selama menjadi pendamping asisten, penulis melakukan pengawasan terhadap semua pekerjaan yang ada di divisi I, secara keseluruhan baik terhadap pekerja maupun mandor. Penulis ikut mengontrol semua pekerjaan bersamaan dengan asisten divisi ke setiap blok yang ada pekerjaan.

56 HASIL DAN PEMBAHASAN Pencapaian Produksi Kuantitas produksi merupakan jumlah nyata produksi yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan, yang dalam hal ini berarti tonase TBS yang dihasilkan ataupun jumlah minyak kelapa sawit yang berhasil diekstraksi dari TBS yang dihasilkan. Selain itu juga inti kelapa sawit dapat juga memberikan pendapatan kepada perusahaan yaitu dengan menjualnya kepada perusahaan lain. Perencanaan produksi di Kebun GKE ditetapkan berdasarkan hasil sensus buah. Sensus buah dilakukan untuk memperkirakan produksi tanaman pada semester atau enam bulan berikutnya. Sensus buah untuk semester I dilakukan pada bulan Januari, sementara untuk semester II dilakukan pada bulan Juni. Data produksi harian, bulanan, dan semesteran dipantau secara intensif oleh perusahaan untuk mengetahui persentase pencapaian target bulanan, semesteran, dan tahunan yang ditargetkan dengan batas toleransi penyimpangan sebesar 3 %. Data produksi TBS disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Output TBS Kebun GKE Tahun Luas Areal (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha/thn) Sumber : Kantor Besar GKE (2008) Tingkat produksi kelapa sawit juga di Kebun Gunung Kemasan Estate mengalami peningkatan produksi yaitu pada tahun Sementara antara rentang tahun 2004 ke tahun 2005 luas areal pertanaman di kebun GKE mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama antara kebun

57 GKE dengan kebun tetangga dengan adanya penambahan blok. Sehingga produksi meningkat. Produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh jumlah pokok produktif, bahan tanaman, kondisi iklim, curah hujan, topografi, kultur teknis, kebijakan perusahaan, dan faktor sosial seperti pencurian TBS. Menurut Rankine dan Fairhurst (1998), terjadinya fluktuasi produksi pada setiap bulan dipengaruhi oleh lima faktor yaitu produksi daun, nisbah kelamin, keguguran bunga, bobot janjang dan iklim. Curah hujan yang tinggi juga akan mendorong pembentukan bunga, sedangkan curah hujan yang rendah akan menghambat produksi bunga (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2000). Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal (Fauzi et al. 2002). Kriteria matang panen yang ideal dipanen adalah 2 brondolan per kg TBS yang jatuh secara alami di piringan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Kriteria matang panen di Kebun GKE adalah 5 brondolan yang jatuh secara alami di piringan. Tingkat kematangan dan Kriteria panen di Kebun GKE dapat dilihat pada Tabel 4. Hubungan rendeman minyak dan kadar asam lemak bebas pada tandan disajikan pada Tabel 5.

58 Tabel 4. Tingkat Kematangan Buah Pada Tanaman Kelapa Sawit Untuk Kriteria Panen Jumlah Brondolan Buah tidak membrondol sama sekali, jumlah brondolan lepas 0 % Brondolan lepas kurang dari 5 brondol/kg berat janjang atau 12.5 % - 25 % buah luar membrondol Brondolan lepas 5 brondol/kg berat TBS atau buah bagian luar telah membrondol 26 % - 50 % Buah sudah membrondol 51 % % buah luar membrondol atau bagian dalam ikut membrondol Buah sudah membrondol keseluruhan yang lepas lebih dari 95 % Tingkat Batas Kematangan Toleransi Mentah 0 % (Unripe) Kurang matang 8 % (Under ripe) Matang (Ripe) 85 % Lewat matang 5 % (Over ripe) Janjang kosong 2 % (Empty bunch) Total 100 % Sumber : Vademicum Minamas Plantation (2008) Menurut Mangoensoekarjo (2000) panen buah mentah akan merugikan perusahaan karena produktivitas minyak kelapa sawit menurun. Selain itu pengolahan inti kelapa sawit menjadi sulit karena tempurung buah yang belum matang cukup keras. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap mentah ke matang, kemudian menurun pada tahap lewat matang, sedangkan kandungan ALB meningkat dari buah matang sampai lewat matang. Hubungan antara tingkat kematangan buah dengan rendeman minyak dan kadar ALB disajikan pada Tabel 5.

59 Tabel 5. Hubungan Rendeman Minyak dan Kadar ALB Berdasarkan Fraksi Kadar Asam Lemak Fraksi Rendeman Minyak (%) Bebas (%) Sumber : Lubis (1992) Pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan terhadap kualitas mutu buah dengan unsur yang diamati adalah tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sample tujuh tim pemanen dalam satu kemandoran pada satu hari seksi panen. Hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa jumlah tandan mentah fraksi 00 dan 0 sebanyak 3.28 %. Hal yang menyebabkan besarnya persentase buah mentah yang dipanen adalah pemanen ingin memperoleh premi yang tinggi. Pemanen pada buah mentah akan merugikan perusahaan dikarenakan tandan mentah memiliki rendeman yang rendah. Selain itu, tandan mentah akan disortasi oleh pabrik, sehingga mengurangi pemasukan dari hasil penjualan TBS. Tandan fraksi I sebanyak 8.63 %. Tandan matang fraksi 2 dan 3 sebanyak %. Nilai persentase pada tandan fraksi 2 dan 3 ini belum memenuhi standar kriteria panen tandan yang ideal yaitu minimal sebesar 85 % (Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Minamas Plantation). Faktor penyebabnya adalah pada umumnya pemanen ingin memperoleh lebih borong lebih cepat dan apabila target basis borong belum tercapai biasanya pemanen enggan berjalan lebih jauh, sehingga pemanen akan memotong buah yang seharusnya belum dapat dipanen. Pada tandan fraksi 4 dan 5 sebanyak 3.17 % dan 2.40 %. Hal ini terjadi karena kekurangtelitian pemanen pada rotasi sebelumnya ketika memanen di ancaknya.

60 Tabel 6. Hasil Pengamatan Tingkat Kematangan Buah di Divisi I Tingkat Fraksi No Pemanen Kematangan Jumlah Persentase TBS (%) Lewat Matang Mentah Kurang Matang Matang Jumlah Sumber : Hasil Pengamatan di lapangan (2008) Gambar 5. Krani Panen Melakukan Sortasi TBS Kriteria panen dengan melihat brondolan yang jatuh di piringan kurang diperhatikan oleh pemanen di lapangan. Hal ini disebabkan terkadang brondolan tersangkut di pelepah dan tidak terlihat di piringan. Pemanen lebih melihat pada perubahan warna kulit buah dan mesokarp buah sehingga acuan pengamatan warna kulit dan warna mesokarp ini mengakibatkan tingkat kesalahan panen yang

61 tinggi yaitu masih ditemukannya buah mentah yang dipanen. Pengamatan warna kulit ini tidak dianjurkan karena perubahan warna kulit dapat dipengaruhi oleh musim dan intensitas cahaya matahari. Pengamatan warna mesokarp dengan cara melukai buah juga tidak dianjurkan karena akan meningkatkan kadar ALB pada buah. Block Harvesting System (BHS) Tanaman kelapa sawit pada umur 3 sampai 4 tahun akan memasuki masa tanaman menghasilkan (TM) dimana pada masa tersebut buah kelapa sawit sudah mulai dapat dipanen. Pemanenan dapat terus dilakukan sampai tanaman mencapai umur kurang lebih 25 tahun. Perencanaan yang baik dalam pemanenan mutlak sangat diperlukan. Hal ini perlu dilakukan mengingat panen buah kelapa sawit dilakukan pada areal yang luas dan intensitas panen dapat berlangsung setiap hari jika semua areal pertanaman sudah memasuki masa tanaman menghasilkan. Penentuan sistem panen yang digunakan merupakan salah satu bagian dari perencanaan pemanenan. Penentuan sistem panen yang digunakan pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh produktivitas dan efisiensi kerja yang optimal. Menurut Tobing (1992) bahwa beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan sistem panen, antara lain potensi produksi menurut umur tanaman, keadaan topografi areal, dan kondisi tenaga kerja panen baik jumlah maupun kualitasnya. Sistem panen yang umumnya diterapkan di perkebunan-perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yaitu sistem ancak tetap dan sistem ancak giring. Kedua sistem ini mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya di lapangan. Penerapan sistem ancak tetap dimaksudkan agar para pemanen dari setiap kemandoran panen diberikan ancak panen dengan luas tertentu untuk dapat diselesaikan pada hari itu tanpa ada perpindahan ancak. Kelebihan dari sistem ini, diantaranya pemanen tidak perlu melakukan perpindahan ancak yang berarti dapat menghindari kemungkinan terlalu banyak jalan, mandor panen mempunyai cukup waktu untuk mengawasi atau mengontrol pelaksanaan pemanenan, mempermudah mandor panen untuk langsung menegur atau mendenda kesalahan pemanen, dan mencatat hasil yang dilakukan oleh krani panen relatif lebih sederhana karena

62 tidak ada perpindahan. Kelemahan dari sistem ini, diantaranya mandor panen kurang kreatif dalam usaha pengaturan atau penyusunan kerja yang lebih efektif, pengangkutan TBS dan brondolan yang cepat kurang dapat diharapkan terutama bila tidak dibarengi dengan adanya keharusan segera mengangkat dan mengumpulkan TBS dan brondolan ke TPH, dan sistem ini hanya berorientasi penyelesaian ancak panen bukan peningkatan hasil output panen, namun kualitas ancak juga seringkali kurang diperhatikan. Penerapan sistem ancak giring dimaksudkan agar pemanen dari setiap kemandoran panen diberikan ancak panen tertentu dalam waktu tertentu, dimana apabila pemanen telah menyelesaikan ancak panen tahapan pertama, maka harus pindah ke ancak panen berikutnya yang telah ditetapkan atau dutunjuk oleh mandor panen sehingga perpindahan dapat terjadi lebih dari dua kali tergantung pada kerapatan buah yang masak. Kelebihan dari sistem ini adalah, TBS dan brondolan dapat sampai di TPH pada waktu yang diinginkan, pengawasan oleh mandor panen lebih intensif karena rentang pengawasan ancak diperkecil, dan pengangkutan tandan buah segar dan brondolan lebih mudah diatur, kelemahan dari sistem ini, diantaranya perpindahan ancak panen akan menimbulkan terjadinya penambahan waktu dan jarak tempuh akan lebih panjang, mandor panen tekadang salah dalam menegur atau mendenda kesalahan pemanenan dikarenakan mandor panen terkadang lupa dengan pemanen yang menyelesaikan ancak tersebut, dan sistem ini hanya berorientasi pada peningkatan output sehingga seringkali pemanen kurang memperhatikan kualitas ancak panen. Kedua sistem panen tersebut diatas pada dasarnya menghendaki hasil output TBS dan brondolan yang tinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Beberapa tahun belakangan ini, sistem panen yang biasa digunakan mengalami perkembangan. Perkebunan kelapa sawit yang termasuk dalam lingkup Group Guthrie yang ada di Indonesia mengembangkan suatu konsep sistem panen terbaru yang dinamakan dengan Block Harvesting System (BHS). Sistem panen ini sudah mulai diterapkan sejak tahun 2002 walaupun pada awal penerapannya mengalami banyak kendala dan kesulitan. BHS merupakan penggabungan dari sistem ancak panen tetap dan sistem ancak panen giring yang

63 berorientasi pada peningkatan hasil output dari masing-masing pemanen dan penyelesaian ancak sehingga dapat mengurangi kehilangan produksi. Dalam mencapai tujuan pelaksanaan BHS yang berorientasi pada peningkatan output pemanen dan penyelesaian ancak panen, perlu disusun langkah-langkah yang sistematis dalam pelaksanaannya di lapangan. Tujuannya agar setiap komponen yang terlibat dalam pelaksanaan BHS mengerti tugas dan tanggung jawabnya sehingga problem produksi yang ada sebelumnya sedikit banyak dapat diatasi. Langkah-langkah pelaksanaan BHS adalah sebagai berikut : 1. Setiap divisi dibagi menjadi enam seksi panen pada peta kebun, dimana setiap seksi panen diberi nama dengan huruf dan dibedakan warnanya dalam peta kebun. Arah perputaran seksi panen ditentukan dan arahnya harus teratur dengan memberikan tanda panah pada peta kebun. Setiap pemanen atau kelompok kecil pemanen (KKP) atau kemandoran panen harus mempunyai ancak panen yang tetap disetiap blok dalam satu seksi panen dimana batas antar pemanen atau antar KKP atau antar kemandoran panen diberi tanda. 2. Penjelasan dan pengertian mengenai Standard Operating Procedure (SOP) panen harus diberikan kepada seluruh pemanen. Tugas mandor dan krani panen adalah memonitor produktivitas, kualitas panen, dan pencatatan administrasi panen. 3. Mandor panen memastikan bahwa seluruh ancak panen sudah dipanen seluruhnya pada hari tersebut dan apabila ada ancak panen yang kosong harus diselesaikan oleh pemanen lain dalam satu KKP. 4. Asisten divisi wajib mengawasi pengangkutan buah dan memastikan hasil panen pada hari tersebut terangkut seluruhnya serta melakukan penilaian terhadap kemajuan pelaksanaan panen, produktivitas, dan efisiensi dengan menganalisa data dari administrasi panen agar dapat dilakukan perbaikanperbaikan. Beberapa ketentuan yang dapat dijadikan acuan untuk mendukung langkah-langkah pelaksanaan BHS, antara lain : 1. Setiap divisi hanya mempunyai satu seksi panen per hari sehingga dalam seminggu setiap divisi mempunyai enam seksi panen.

64 2. Seluruh kemandoran panen dalam satu divisi melakukan panen pada seksi panen yang sama per hari. 3. Ancak panen tiap kemandoran panen atau KKP atau pemanen di dalam blok tiap seksi panen harus jelas dan bersifat tetap. 4. Pemanen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama dan arah perputaran seksi panen harus selaras antar divisi. 5. Panen diselesaikan blok per blok secara berkelanjutan ke arah jalan koleksi. 6. Mobilisasi pemanen antar blok dalam satu seksi panen harus efisien dan efektif. 7. Kebutuhan tenaga kerja panen tiap seksi panen harus sama. Apabila kerapatan panen rendah, maka tenaga kerja panen dapat diperbantukan ke dalam pekerjaan pemeliharaan yang lain. Pelaksanaan Block Harvesting System (BHS) Pada dasarnya, sistem BHS memerlukan kerjasama yang baik antar sesama tenaga kerja panen maupun tenaga kerja panen dengan supervisi (asisten, mandor I, dan mandor panen). Hal ini mutlak diperlukan, karena dalam menyelesaikan satu seksi panen baik seluruh tenaga kerja panen dalam satu kemandoran panen maupun antar kemandoran panen harus salalu bersama-sama dalam setiap perpindahan blok sampai selesai satu seksi panen pada hari tersebut. Keuntungan yang diperoleh apabila hal ini berjalan dengan baik adalah buah yang sudah dipanen dapat terangkut semua karena posisi buah berada pada jalur yang sama dan mengurangi kehilangan produksi akibat buah tertinggal di dalam blok maupun di TPH. Komunikasi dan koordinasi antar tenaga kerja panen maupun tenaga kerja panen dengan mandor panen harus dapat berjalan dengan baik. Pembentukan KKP sangat membantu mandor panen dalam mengarahkan tenaga kerja panen untuk dapat menyelesaikan satu seksi panen dalam sistem BHS ini. Secara keseluruhan, pelaksanaan BHS di Kebun GKE dari segi pelaksanaan prosedur kerja sudah berjalan cukup baik. Kelebihan lain dari sistem BHS ini adalah jumlah mandor dapat dikurangi sehingga dapat menekan biaya upah tenaga kerja, mandor tidak terlalu banyak

65 menyediakan waktu untuk membagi ancak pemanen, pemanen tidak perlu berpindah-pindah sehingga kegiatan panen terkonsentrasi, administrasi pencatatan lebih mudah dan sederhana, pengawasan panen lebih efektif, dan pemanen menjadi lebih giat untuk menyelesaikan ancaknya. Rotasi Panen Rotasi atau pusingan panen merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS, serta biaya eksploitasi. Sementara rotasi panen yang berlaku di Kebun GKE yaitu 6/7. Artinya dalam satu minggu terdapat 6 hari kerja dengan interval 7 hari, sehingga dalam satu bulan setiap seksi dipanen sebanyak 4 kali. Hari kerja setiap pemanen dari hari Senin sampai Sabtu dan jumlah jam kerja setiap hari adalah 7 jam kerja kecuali hari Jumat yaitu hanya 5 jam, maka rincian jam kerjanya ialah sebagai berikut : - Senin sampai Sabtu (5 x 7) jam + (1 x 5) jam = 40 jam. - Persentase jumlah seksi yang dipanen setiap hari adalah : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu (7 / 40) x 100 % = 17.5 % Jumat (5 / 40) x 100 % = 12.5 % Rotasi Panen Terlambat (Umur Pusingan > 9 hari) Rotasi / pusingan panen terlambat akan menyebabkan buah cenderung over ripe (terlalu masak), bahkan bisa menjadi empty bunch (janjang kosong). apabila ini terjadi maka akan mengakibatkan : Jumlah brondolan meningkat sehingga akan memperlambat penyelesaian ancak panen bahkan basis borongnya sulit tercapai (output kg/hk rendah dan biaya panen meningkat). Peluang losses yaitu janjang masak tertinggal di pokok dan brondolan tidak terkutip menjadi sangat tinggi. Kualitas minyak rendah (FFA > 3 %).

66 Rotasi Panen Terlalu Cepat (Umur Pusingan < 7 hari) Rotasi / pusingan panen yang terlalu cepat akan mengakibatkan : Pemanen cenderung memotong buah under ripe (agak matang) dan unripe (mentah) untuk memenuhi basis kerjanya. Akibat meningkatnya buah under ripe (agak matang) dan unripe (mentah) dapat menurunkan % OER (Oil Extraction Rate). Meningkatnya biaya pengolahan karena menurunnya kapasitas olah PKS akibat tingginya % buah mogul (unstripe bunch) sehingga proses perebusannya memerlukan waktu yang lebih lama. Pada saat panen rendah biasanya asisten divisi menyuruh mandor panen untuk melaksanakan kegiatan tunas progresif, sebagai langkah untuk mengatasi rotasi panen yang terlalu cepat. Sedangkan pada saat panen puncak umur pusingan bisa mencapai > 9 hari, hal ini disebabkan oleh tingkat kematangan buah yang tinggi, serta dalam sebulannya banyak hari libur sehingga seksi panen yang biasanya dapat selesai dalam satu hari panen menjadi tidak selesai. Untuk mengatasi hal ini biasanya asisten divisi menyuruh mandor panen untuk melakukan kegiatan kontanan. Yang dimaksud dengan kontanan yaitu kegiatan panen yang dilaksanakan pada hari libur serta sistem pembayaran upah dilakukan pada hari itu juga berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh perusahaan tersebut. Selain itu jumlah tenaga kerja pengutip brondolan ditambah dengan cara mengalokasikan tenaga kerja perawatan pada kegiatan panen. Rata-rata pusingan potong buah di Divisi I pada bulan Mei 2008 adalah 3.4 dan umur pusingannya 8 9 hari. Angka Kerapatan Panen (AKP) Angka kerapatan panen adalah perkiraan jumlah tandan matang yang dapat dipanen pada suatu areal atau blok. Tujuan dilakukannya taksasi harian ini adalah untuk memperkirakan berapa unit angkutan yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen dan untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panen pada luasan tertentu. Hasil taksasi ini juga digunakan oleh kebun sebagai laporan kepada pabrik pengolah kelapa sawit (PKS) sebagai acuan mandor grading di PKS untuk menentukan berapa unit

67 angkutan yang harus di grading oleh PKS persentase. Angka kerapatan panen diperoleh dengan membagi jumlah pokok produktif yang dipanen dengan total pokok yang diperiksa dikalikan 100 %. Pokok sampel yang diamati sebesar 5 %. Angka kerapatan panen berguna untuk menentukan berapa perkiraan produksi esok hari yang berhubungan dengan penyediaan tenaga kerja dan angkutan panen. Hasil pengamatan angka kerapatan panen disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengamatan Kerapatan Panen Blok Tahun Tanam Total Pokok Produktif Pokok Sampel Pokok Sampel dipanen Persentase Kerapatan Panen (%) T T T T T T T Sumber : Hasil Pengamatan di Lapangan (2008) Pada Tabel 7. Dapat diketahui bahwa AKP dari blok yang diamati berbeda. Nilai AKP yang diperoleh berkisar antara %. Menurut Tobing (1992) perbedaan AKP suatu areal dipengaruhi oleh iklim, umur tanaman, dan tempat. Perbedaan AKP dari blok yang diamati diduga karena perbedaan umur tanaman. Umur tanaman berpengaruh terhadap potensi pokok untuk berproduksi yaitu semakin tua umur tanaman maka semakin sedikit pokok untuk berproduksi atau sebaliknya, semakin muda umur tanaman maka samakin banyak pokok berproduksi. Tobing (1992) menyatakan bahwa kisaran nilai AKP 100 % - 25 % menunjukkan produksi tinggi, sedangkan nilai AKP 20 % - 15 % menunjukkan produksi sedang. Hasil perkiraan produksi melalui perhitungan angka kerapatan panen dapat berbeda dengan produksi aktual di lapangan. Hal ini disebabkan oleh tingkat

68 ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik adanya pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau adanya buah matang tertinggal di pokok. Dari nilai AKP 45 % dengan berat janjang rata-rata (BJR) sebesar kg dan total pokok produktif sebanyak pokok, maka perkiraan produksi untuk keesokan hari sebesar kg. Dengan contoh perhitungan sebagai berikut : Estimasi Produksi Harian = Jumlah Pokok Produktif x AKP x BJR = pokok x 45 % x kg = kg Hasil perkiraan produksi melalui perhitungan angka kerapatan panen dapat berbeda dengan produksi aktual di lapangan. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketelitian saat pengamatan, jumlah sampel yang sedikit dan adanya pemanenan terhadap tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen. Batas toleransi untuk penyimpangan terhadap produksi yaitu sebesar 3 %. Penetapan Luas Ancak Panen Dalam menetukan luasan ancak panen baik luas ancak setiap pemanen, KKP, dan kemandoran panen, maupun luas seksi panen dan jumlahnya mempunyai beberapa pertimbangan yang mempengaruhinya. Dalam menentukan luas ancak panen setiap pemanen dipengaruhi oleh topografi, target output, daya jelajah rata-rata pemanen, jumlah rata-rata output (TBS dan brondolan) setiap rotasi panen, dan waktu penyelesaian ancak setiap pemanen. Penentuan luas ancak panen setiap KKP dipengaruhi oleh fluktuasi kemasakan buah, daya jelajah maksimum pemanen, absensi setiap tenaga kerja panen, hubungan sosial dan kerjasama antar anggota KKP, dan waktu penyelesaian ancak setiap KKP. Pertimbangan dalam menentukan luas ancak panen setiap kemandoran panen antara lain jumlah tenaga kerja panen tiap kemandoran, waktu penyelesaian ancak setiap kemandoran panen, dan rentang pengawasan dan pembinaan setiap mandor panen yang optimal. Luas dan jumlah seksi panen untuk setiap divisi sangat dipengaruhi oleh luas tanaman menghasilkan, jumlah hari panen dalam seminggu, dan jam kerja harian.

69 Seksi panen adalah luasan areal panen yang dibagi menjadi 6 bagian, seksi panen itu diperoleh dengan membagi seluruh luas areal divisi I ke dalam 6 hari sesuai dengan proporsi jam kerjanya. Contoh : Luas tanaman menghasilkan divisi I : 1086 Ha Luas seksi hari Jumat : (12.5/17.5) x (1086/5) = Ha Luas seksi hari biasa : ( )/5 = Ha Tabel 8. Luas Seksi Panen Divisi I Seksi Panen Blok Luas (ha) Senin (A) T9, T8, T7, T6, T5, T4 188 Selasa (B) T3, T2, T1, T0, S0, S1, 185 S2, S3 Rabu (C) S4, S5, S6, S7, S8, S9 186 Kamis (D) R9, R8, R7, R6, R5, R4, 195 R3 Jumat (E) R2, R1, R0, Q0, Q1, Q2, 150 Q3 Sabtu (F) Q4, Q5, Q6, Q7, Q8, Q9 182 Sumber : Kantor Divisi I (2008) Seksi panen rata-rata untuk hari Senin Sabtu adalah Sementara untuk seksi panen hari Jumat atau seksi E memiliki luas yang lebih sedikit dari seksi panen hari biasa karena pada hari Jumat panen dilakukan pada blok-blok yang memiliki luasan panen yang kecil dan disesuaikan dengan jam kerja pada hari Jumat yaitu hanya 5 jam. Seksi panen dianjurkan dapat selesai dalam satu hari panen, hal ini bertujuan untuk menjaga agar rotasi dan umur pusingan tetap normal. Kehilangan Produksi (Losses) Kehilangan produksi adalah salah satu hal yang harus dihindari dalam mencapai kuantitas dan kualitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal

70 hanya dapat dicapai apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Dengan demikian pengertian menaikkan produksi adalah memperkecil losses produksi. Sumber losses produksi di lapangan yaitu : 1) Buah mentah yang terpanen, 2) Buah masak tinggal di pohon (tidak dipanen), 3) Brondolan tidak dikutip, 4) Brondolan di tangkai janjang. Gambar 6. Pelepah Gondrong Meningkatkan Losses Resiko merupakan suatu kemungkinan (possibility) terjadinya sesuatu yang tidak terduga sebelumnya, yang bersifat merugikan dan dapat mempengaruhi penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan yang berkaitan dengan produktivitas kualitas dan biaya (Wideman, 1992). Kehilangan hasil produksi akibat resiko panen per tahun tanam di Divisi I, Gunung Kemasan Estate dengan luas areal contoh 15 ha yaitu 10% dari seksi panen (R2, R1, R0, Q0, Q1, Q2, Q3) dapat dilihat pada Tabel 10.

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Kastrasi, adalah kegiatan membuang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : SONI SETIAWAN NIM. 120 500 086 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dan pemanenan buah matang merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) Oleh M. TAUFIQUR RAHMAN A01400022 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A34104040 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Program Studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq.)

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode menghasilkan,

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TINTIN BOYOK SAWIT MAKMUR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Aang Kuvaini Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 22 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis adalah aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis berupa pembibitan, pemeliharaan tanaman (penunasan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja 45 PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen kelapa sawit adalah tenaga kerja yang bertugas untuk menurunkan buah kelapa sawit dari pokok dengan tingkat kematangan buah sesuai dengan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Tanam 2009/2010 No Uraian Kegiatan Norma 1 Persiapan Lahan pembersihan lahan 25 Hk pembukaan jaringan drainase 10 Hk 2 Menanam Menanam

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh YESSI AFRILLA NIM. 070500120 PROGAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Oleh RIDWAN HARYONO NIM

Oleh RIDWAN HARYONO NIM 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. RAJAWALI PLANTATION BANGKIRAI ESTATE DESA PERIAN, KECAMATAN MUARA MUNTAI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh RIDWAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Harvest Management on oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) at East Kota Waringin, Central Kalimantan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan.

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Manajemen Panen

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN)

PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN) PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN) Oleh INDRA HARIMURTI SARTONO PRABOWO A34104063 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab. Rokan Hulu, Riau. Tambusai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Kegiatan Sensus Pokok adalah kegiatan perhitungan seluruh jumlah pokok kelapa sawit (produktif dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL LAMPIRAN 84 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL No Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (satuan/hk) Lokasi Penulis Karyawan Standart Pe mbimb ing Keterangan 1 14/ 02/ 2011 Tiba dilokasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. GUNUNG SEJAHTERA PUTI PESONA (GSPP) ASTRA AGRO LESTARI, DESA ARGA MULYA KALIMANTAN TENGAH

PENGELOLAAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. GUNUNG SEJAHTERA PUTI PESONA (GSPP) ASTRA AGRO LESTARI, DESA ARGA MULYA KALIMANTAN TENGAH PENGELOLAAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. GUNUNG SEJAHTERA PUTI PESONA (GSPP) ASTRA AGRO LESTARI, DESA ARGA MULYA KALIMANTAN TENGAH Benny G. Kaban A24060177 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Padang Halaban dipimpin oleh senior estate manager (SEM) yang merupakan pemegang puncak keputusan atas pengelolaan kebun secara efektif dan profesional

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penulis selama dua bulan melakukan perkerjaan teknis sebagai karyawan harian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengelolaan air, pengendalian gulma, pemupukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/AGR-KBN/22 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal 1 dari 5 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Lembar Isian Kerja ini baik langsung maupun tidak langsung.

KATA PENGANTAR. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Lembar Isian Kerja ini baik langsung maupun tidak langsung. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Lembar Isian Kerja yang berjudul Manajemen Penyiapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan penyisipan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi),

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Kegiatan pengendalian gulma pada Perkebunan Pantai Bonati dibagi menjadi dua metode yaitu pengendalian gulma secara kimiawi dan pengendalian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA Oleh SITI KHOMARIAH NIM. 070500115 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci