LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani NUR AZIZAH, S. Farm NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2013

2 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA Cimahi, November 2013 Oleh NUR AZIZAH NIM : Disetujui Oleh :

3 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga laporan praktek kerja profesi apoteker di PT. Solas Langgeng Sejahtera yang dilaksanakan pada bulan November dapat diselesaikan. Penyusunan laporan ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di industri farmasi merupakan rangkaian dari kegiatan pendidikan profesi apoteker yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman mahasiswa profesi apoteker yang berkaitan dengan pembuatan sediaan farmasi khususnya dalam skala industri. Dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan serta dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Bambang Sutjiatmo, selaku Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani. 2. Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt, selaku Plh. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani. 3. Drs. I Made Pasek Narendra, MM., Apt, selaku ketua program studi Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani. 4. Hestiary Ratih, S.Si., M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing PKPA Program Studi Profesi Apoteker UNJANI, atas petunjuk dan arahan yang diberikan selama penyusunan laporan ini. 5. Agung Yuwono, S.Si., Apt, selaku manajer pabrik PT. Solas Langgeng Sejahtera, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). i

4 6. Hanni Nur.T, S.Si., Apt, selaku pembimbing dari PT. Solas Langgeng Sejahtera yang telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu selama menjalani PKPA. 7. Seluruh staf, kepala seksi dan karyawan PT. Solas Langgeng Sejahtera yang telah banyak memberikan bimbingan, informasi, masukan dan pengalaman selama PKPA di PT. Solas Langgeng Sejahtera. 8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani. 9. Seluruh keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil. 10. Rekan-rekan Program Studi Profesi Apoteker angkatan XV dan sahabat-sahabat terbaik yang tidak dapat disebutkan satu persatu, serta semua pihak yang telah berperan dalam menyelesaikan laporan ini. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, disadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan semoga kerjasama antara Program Studi Profesi Apoteker UNJANI dengan PT. Solas Langgeng Sejahtera dapat terus terjalin dengan baik. Bandung, Ferbruari 2014 Penulis ii

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii BAB I. PENDAHULUAN... 1 BAB II. TINJAUAN UMUM Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat yang Baik Peran, Fungsi dan Tugas Apoteker di Industri Farmasi BAB III. TINJAUAN KHUSUS Sejarah dan Perkembangan PT.Solas Langgeng Sejahtera Lokasi dan Tata Letak Bangunan Struktur Organisasi Bangunan dan Fasilitas Produksi Produk PT. Solas Langgeng Sejahtera BAB IV. TUGAS KHUSUS ANNUAL PRODUCT REVIEW Latar Belakang Tujuan Tinjauan Pustaka Informasi yang di butuhkan dalam penyusunan APR Pembahasan Kesimpulan BAB V. PEMBAHASAN Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene iii

6 5.6 Produksi Pengawasan mutu Inspeksi diri dan audit mutu Penanganan keluhan produk Dokumentasi Pembuatan dan analisa berdasarkan kontrak Kualifikasi dan validasi BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA iv

7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. DENAH PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA STRUKTUR ORGANISASI PROSES PENGOLAHAN LIMBAH PROSES PENGOLAHAN AIR ALUR DAN PROSES PEMBUATAN OBAT v

8 DAFTAR TABEL Tabel Halaman IV.1 Pengujian Produk Tahunan Kapsul IV.2 Pengujian Produk Tahunan Kaplet IV.3 Pengujian Produk Tahunan Sirup vi

9 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman III.1. Denah PT. Solas Langgeng Sejahtera III.2. Struktur organisasi III.3. Proses pengolahan limbah III.4. Proses pengolahan air III.5. Alur dan proses pembuatan obat vii

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri farmasi merupakan industri yang berkembang pesat di Indonesia. Industri ini mendukung terpenuhinnya kualitas kesehatan masyarakat nasional. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi standart kualitas yang dipersyaratkan. Dalam upaya menjamin dan mempertanggung jawabkan khasiat, kualitas dan keamanan produk yang dihasilkan, pemerintah telah mengambil kebijakan yang mengharuskan setiap industri farmasi untuk menerapkan GMP (Good Manufacturing Practice), dimana istilah GMP lebih dikenal dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Kebijakan ini bertujuan untuk memberi jaminan kepada masyarakat dengan memastikan bahwa sifat dan mutu obat yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki. Untuk dapat menerapkan dan merealisasikan CPOB secara tepat dan konsisten sangat diperlukan sumber daya manusia yang kompeten, oleh karena itu industri farmasi wajib menyediakan personil yang memenuhi kualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk menjalankan kegiatan industri. Seorang Apoteker adalah personil kunci dalam penerapan aspekaspek yang tercantum dalam CPOB sehingga sehingga seorang apoteker dituntut untuk memiliki kemampuan, keterampilan dan pengetahuan khusus di bidang kefarmasian yang didukung oleh profesionalisme dan rasa tanggung jawab yang tinggi serta senantiasa mengikuti perkembangan teknologi di bidang farmasi. 1

11 2 Sebagai upaya untuk memberikan wawasan yang luas tentang industri farmasi bagi calon apoteker, untuk itu Program Profesi Apoteker Universitas Jenderal Achmad Yani bekerja sama dengan PT. Solas Langgeng Sejahtera memberi kesempatan bagi calon apoteker untuk mengenal lingkungan kerja dan memperluas pengetahuan tentang industri farmasi melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker yang di laksanakan pada tanggal 6-29 November Tujuan Tujuan praktek kerja profesi apoteker di industri farmasi adalah : 1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker di industri farmasi. 2. Membekali mahasiswa program profesi apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi. 3. Mempelajari prinsip dan penerapan CPOB di industri farmasi. 4. Mengetahui gambaran tentang situasi dan kondisi kerja di industri farmasi, sehingga dapat mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan praktek kerja profesi apoteker dilaksanakan di PT. Solas Langgeng Sejahtera pada tanggal 6-29 November 2013.

12 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Industri Farmasi Pengertian Industri Farmasi Menurut definisi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Adapun obat didefinisikan sebagai bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia. Sedangkan bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standard mutu sebagai bahan baku farmasi. (Anonim, 2010) (1). Industri farmasi memiliki fungsi pembuatan obat dan atau bahan obat, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan. Industri farmasi yang memproduksi obat dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan industri farmasi yang menghasilkan bahan obat dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang besar bahan baku farmasi dan instalasi farmasi rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Persyaratan Industri Farmasi Setiap industri farmasi dalam melaksanakan kegiatan dan proses di industri harus memenuhi ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi yang 3

13 4 tercantum dalam Permenkes RI No. 1799/Menkes/Per/IX/2010 adalah sebagai berikut: i) Berbadan usaha berupa perseroan terbatas ii) Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat iii) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) iv) Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia (WNI) masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu. v) Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang kefarmasian (Anonim, 2010). (1) Selain persayaratan di atas, industri farmasi juga wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Industri farmasi juga diharuskan melakukan farmakovigilans (seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian (assessment), pemahaman, dan pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat). Apabila dalam proses farmakovigilans tersebut industri farmasi menemukan obat dan atau bahan obat hasil produksinya yang tidak memenuhi standard dan atau persyaratan keamanan, khasiat / kemanfaatan, dan mutu, industri farmasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Kepala BPOM Pencabutan Izin Industri Farmasi Industri farmasi yang tidak mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan, oleh pemerintah dapat dilakukan penarikan izin usaha industrinya. Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990, Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dengan beberapa alasan, yaitu : i) Melakukan pemindahtanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan usaha tanpa memiliki izin. ii) Tidak menyampaikan informasi industri farmasi yang berupa laporan kegiatan usaha industri farmasi kepada Direktur Jenderal POM dengan

14 5 tembusan kepala kantor wilayah secara berturut-turut tiga kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar. iii) Melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan RI. iv) Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu). v) Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi (Anonim, 1990). (2) 2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik (3) CPOB merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan Good Manufacturing Practices dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pedoman CPOB disusun sebagai petunjuk dan contoh bagi industri farmasi dalam menerapkan cara pembuatan obat yang baik untuk seluruh aspek dan rangkaian proses pembuatan obat. Pedoman ini juga dalam industri farmasi dimaksudkan sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan. Konsep CPOB bersifat dinamis, sehingga CPOB yang diterapkan tetap dapat menerima berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam teknologi produksi dan pengawasan mutu. Ruang lingkup CPOB meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan hygiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum

15 6 dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu Kebijakan Mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran pada semua departemen didalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi CPOB termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya. Unsur dasar manajemen mutu adalah: i) Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, dan sumber daya. ii) Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapat kepastian dengan tingkat kepercayaan tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu/ Quality Assurance Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya. Tiap personil telah memiliki struktur organisasi yang baik, memiliki tugas spesifik dan kewenangan serta tidak dibebani tanggung jawab yang

16 7 berlebihan untuk menghindari resiko terhadap mutu obat. Dalam satu industri farmasi sekurang-kurangnya ada tiga personil yang ditempati oleh seorang apoteker, yaitu personil kunci yang mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu (QC) dan kepala bagian manajemen mutu (Pemastian Mutu/QA). Bagian QA dan QC harus independen satu sama lain. Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan dasar teori dan praktek CPOB sesuai dengan tugas yang diberikan bagi seluruh personil, baik personil yang bertugas di area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Pelatihan hendaklah dilakukan berkesinambungan dan dinilai secara berkala. Pelatihan spesifik diberikan kepada personil yang berkerja di area dengan tingkat pencemaran yang tinggi, seperti area bersih atau area penanganan bahaya berpotensi tinggi toksik atau bersifat sensitif Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan produksi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Ruang lingkup bangunan dan fasilitas meliputi area penimbangan, area produksi, area penyimpanan, area pengawasan mutu, dan sarana pendukung. Tata letak ruang hendaklah dikaji sejak tahap perencanaan konstruksi bangunan demi keefektifan semua kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi, dan pengawasan serta untuk menghindari ketidakteraturan.

17 8 Untuk menghindari resiko terjadinya kontaminasi silang antar produk, halhal yang perlu diperhatikan sebagai persyaratan bangunan industri farmasi, antara lain: i) Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan langit-langit) harus kedap air, tidak terdapat sambungan atau retakan yang dapat menyebabkan pelepasan atau pengumpulan partikel, bukan merupakan media petumbuhan mikroba, mudah dibersihkan serta tahan terhadap metode pembersihan, bahan pembersih dan desinfektan. Sudut-sudut antara dinding, lantai dan langit-langit dalam daerah-daerah kritis hendaklah berbentuk lengkungan. ii) Untuk daerah pengolahan dan pengemasan harus dihindari pemakaian bahan dari kayu. iii) Pipa saluran udara dipasang diatas langit-langit atau dikoridor untuk menghindari penumpukan debu. iv) Lampu penerangan harus dipasang rata dengan langit-langit. v) Saluran air limbah harus cukup besar dan mempunyai bak kontrol. Pada area khusus untuk kegiatan produksi, didesain saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan, sedangkan area penyimpanan didesain dan disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik, bersih, kering, mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas kondisi yang ditetapkan, memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemasan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Laboratorium pengawasan mutu (QC) didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, luasnya memadai, disediakan tempat penyimpanan yang memadai untuk sampel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut pereaksi dan dokumen hendaklah terpisah dari area

18 9 produksi, area pengujian biologis, mikrobiologi dan radio isotop hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk. Desain Dan Konstruksi: i) Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan di rawat sesuai dengan tujuannya. ii) Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. iii) Bahan yang diperlukan untuk peng-operasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi. iv) Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat. v) Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering. vi) Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak menjadi sumber pencemaran. vii) Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk

19 10 tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk. viii) Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia atau yang ditempatkan di area dimana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta dibumikan dengan benar. ix) Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. x) Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah disimpan. xi) Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat. xii) Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan Sanitasi dan Hygiene Sanitasi dan hygiene yang ketat perlu diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi, wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran potensial. Prosedur hygiene perorangan yang rinci hendaklah diberlakukan bagi semua personil dan diadaptasikan. Hygiene perorangan meliputi tiap personil (semua personil) yang masuk ke area pembuatan harus menggunakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Program hygiene yang rinci hendaklah dibuat dan diadaptasi terhadap berbagai kebutuhan di dalam

20 11 area pembuatan, prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi. Hindari bersentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara, produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer dan juga peralatan yang bersentuhan dengan produk dan harus mencuci tangan sebelum memasuki area produksi. Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksikan dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Adanya prosedur tertulis yang menunjukan penanggung jawab untuk sanitasi serta menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan untuk pembersihan sarana dan bangunan. Prosedur tertulis dan dipatuhi. Setelah digunakan, peralatan dibersihkan baik bagian luar maupun dalam sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah hilang. Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan. Prosedur pembersihan hendaklah rinci supaya operator dapat melakukan pembersihan tiap jenis alat secara konsisten dan efektif. Tanpa kecuali, prosedur pembersihan, sanitasi dan hygiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan Produksi Produksi dilaksanakan dan diawasi oleh personil yang kompeten dengan mengikuti posedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin bahwa produk yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi) dan harus terdokumentasi. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan produksi meliputi bahan awal, validasi proses, produk antara dan produk ruahan, produk jadi, semua kegiatan pengolahan, pengemasan, penyimpanan, penanganan produk pulihan, obat kembalian, dan karantina obat jadi.

21 12 Unsur-unsur dalam pengolahan obat yang efektif yaitu adanya prosedur kerja standar umum yang tertulis, adanya instruksi produksi tertulis yang tegas untuk setiap produk yang dibuat, kepatuhan yang ketat pada prosedurprosedur dan dokumentasi yang cermat dan tepat waktu. Untuk memastikan produk obat homogen dan sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi, pengujian atau pemeriksaan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian QA dan hasilnya dicatat. Prosedur tertulis untuk pengawasan selama proses berjalan hendaklah dipatuhi Pengawasan Mutu (QC) Pengawasan Mutu (QC) merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi pengawasan mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.

22 13 Persyaratan dasar dari pengawasan mutu adalah adalah : i) Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang telah terlatih dan prosedur yang disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB. ii) Pengambilan sempel bahan awal, bahan pengemasan, produk antara produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang disetujui oleh QC. iii) Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu). iv) Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang benar. v) Pengawasan mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara lain menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi dan menyimpan baku pembanding, memastikan kebenaraan label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian investigasi keluhan yang berkaitan dengan produk dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika perlu dicatat. vi) Personil QC hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk melakukan pengambilan sampel dan investigasi bila diperlukan Inspeksi diri, Audit mutu dan audit & Persetujuan pemasok Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci

23 14 oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif. Audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu berguna sebagai pelengkap inpeksi diri. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajeman perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak. Kepala bagian manajemen mutu hendaknya bertanggung jawab bersama bagian lain terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: i) Hal-hal yang diinspeksi adalah mencakup karyawan, bangunan, penyimpanan, bahan awal obat dan obat jadi, peralatan, produksi, pengawasan mutu, dokumentasi, pemeliharaan gedung dan peralatan. ii) Tim inspeksi diri ditunjuk oleh pemimpin perusahaan sekurangkurangnya tiga orang dari bidang yang berlainan dan paham mengenai CPOB yang dipimpin oleh bagian QA. iii) Pelaksanaan dan selang waktu inspeksi diri sesuai kebutuhan, sekurangkurangnya sekali dalam setahun. iv) Laporan inspeksi diri mencakup hasil, penilaian, kesimpulan dan usulan tindakan perbaikan. v) Tindak lanjut inspeksi diri berdasarkan laporan dilakukan oleh pemimpin perusahaan. vi) Audit mutu berguna sebagai pelengkap dari inspeksi diri, yang meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu yang umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen atau tim khusus. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.

24 15 Daftar pemasok yang disetujui hendaknya ditinjau ulang secara berkala dan dievaluasi secara teratur Penanganan keluhan terhadap produk, Penarikan kembali produk dan Produk kembalian Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penanganan keluhan dan laporan hendaknya dicatat dan secepatnya ditangani kemudian dilakukan penelitian dan evaluasi. Tindak lanjut dilakukan berupa tindakan perbaikan, penarikan obat dan dilaporkan kepada pemerintah yang berwenang. Obat kembalian dapat digolongkan menjadi obat yang masih memenuhi spesifikasi dapat digunakan, dapat diolah ulang dan tidak dapat diolah ulang. Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentudari semua mata rantai distribusi.penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi syarat kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan dan merugikan kesehatan yang menimbulkan efek samping atau masalah medis lainnya yang menyangkut fisik, reaksi-reaksi alergi maupun efek toksik. Prosedur penanganan obat kembalian mencakup jumlah, karantina, penelitian, pengolahan kembali, pemeriksaan dan pengawasan mutu yang seksama. Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaknya dimusnahkan dan dibuat kembali prosedurnya. Pencatatan dilakukan untuk penanganan obat kembalian dan dilaporkan. Setiap pemusnahan dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh pelaksana dan saksi kemudian dilaporkan ke BPOM.

25 Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Dokumentasi meliputi : i) Spesifikasi Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus di penuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Spesifikasi meliputi spesifikasi bahan awal, spesifikasi bahan pengemas, spesifikasi produk antara dan produk ruahan, dan spesifikasi produk jadi. ii) Dokumen Produk Dokumen produk meliputi : dokumen produksi induk, prosedur pengolahan induk, dan prosedur pengemasan induk (formula pembutan, instruksi pengolahan, dan instruksi pengemasan) yang menyatakan seluruh bahn awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua semua operasi pengolahan dan pengemasan. iii) Prosedur Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sample, pengujian dan pengoperasian peralatan. iv) Laporan dan Catatan Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusi dan semua catatan yang berpengaruh pada mutu produk akhir.

26 Pembuatan dan analisa berdasarkan kontrak Dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk yang menjadi tanggung jawab kepala bagian QA Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas atau sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan konsisten. Terdiri dari kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja. i) Kualifikasi Desain (KD) Merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas, sistem atau peralatan yang baru. ii) Kualifikasi Instalasi (KI) Dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau yang dimodifikasi. Persyaratan minimal untuk melakukan KI adalah: instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang dan instrumen sesuai spesifikasi dan gambar teknik yang didesain, pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan dari pemasok, ketentuan dan persyaratan kalibrasi, dan verifikasi bahan konstruksi. iii) Kualifikasi Operasional (KO) KO dapat dilakukan setelah KI. KO minimal mencakup: pengujian tentang proses, sistem dan peralatan, dan pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah. Penyelesaian formal KO mencakup: kalibrasi, prosedur, pengoperasian dan pembersihan, pemilihan operator dan perawatan preventif. Penyelesaian KO fasilitas, sistem dan peralatan dilengkapi dengan persetujuan tertulis.

27 18 iv) Kualifikasi Kinerja (KK) KK dilakukan setelah KO selesai, meskipun dalam beberapa kasus KK disatukan dengan KO. KK minimal mencakup pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan, dan uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas atas dan bawah. v) Kualifikasi Fasilitas (KF) Kualifikasi fasilitas, peralatan dan sistem terpasang yang telah operasional dilakukan agar dapat mendukung dan memverifikasi parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat. Selain itu kalibrasi, prosedur, pengoperasian dan pembersihan, perawatan preventif serta prosedur dan catatan pelatihan operator harus didokumentasikan. Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi dilakukan bila ada perubahan yang mempengaruhi produk secara langsung (major modification), produk baru atau produk lama dengan metode baru. Semua kegiatan validasi hendaknya direncanakan dahulu dan didokumentasikan sementara secara singkat, tepat dan jelas dalam RIV (Rencana Induk Validasi). RIV sekurang-kurangnya mencakup kebijaksanaan validasi, struktur organisasi kegiatan validasi, ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi, format dokumen, protokol, dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan, pengendalian perubahan, acuan dokumen yang digunakan. Validasi proses adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa proses yang dilakukan dapat memberikan hasil konsisten yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Validasi proses digunakan untuk pembuatan produk baru, adanya perubahan proses yang dapat mempengaruhi hasil misalnya perubahan alat, material, dan batch size.

28 19 Terdapat 3 macam cara untuk melaksanakan validasi proses: i) Validasi prospektif adalah validasi proses yang digunakan untuk produk baru sebelum dipasarkan. ii) Validasi konkuren adalah validasi proses dilakukan selama proses produksi rutin. iii) Validasi retrospektif adalah validasi yang dilakukan pada proses yang sudah berjalan (diambil dari data-data sebelumnya). Validasi ini tidak berlaku jika terjadi perubahan formula, peralatan dan prosedur pembuatan (Anonim, 2006). (3) 2.3. Peran, Fungsi dan Tugas Apoteker di Industri Farmasi (4) Menurut PP 51 tahun 2009, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Disebutkan pula, industri framasi harus memiliki tiga orang Apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu setiap produksi sediaan farmasi. Selain dalam bidang tersebut seorang apoteker di bidang industri farmasi juga berperan dalam bidang lainnya antara lain : i) Registrasi produk/obat ii) Prmasaran produk (Produk Manajer) iii) Pengembangan produk (Research and Development) Apoteker sebagai penanggung jawab produksi Berdasarkan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), kepala produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk menjalankan tugas secara profesional.kepala bagian produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat, termasuk: i) Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan

29 20 ii) Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat iii) Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh kepala bagian produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) iv) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi v) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan dan vi) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan Apoteker sebagai penanggung jawab pengawasan mutu Berdasarkan pedoman CPOB, kepala bagian pengawasan mutu hendaklah seorang yang terkualifikasi dan lebih diutamakan seorang apoteker, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu. Beberapa tugas dan kewjiban dari kepala bagian pengawasan mutu, termasuk: i) Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi ii) Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan iii) Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain iv) Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak v) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan mutu vi) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan dan

30 21 vii) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan Apoteker sebagai penanggung jawab pemastian mutu Berdasarkan pedoman CPOB, kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) hendaklah seorang yang terkualifikasi dan lebih diutamakan seorang apoteker, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/pemastian mutu, termasuk: i) Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu ii) Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan iii) Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala iv) Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian pengawasan mutu v) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit terhadap pemasok) vi) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi vii) Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi viii) Mengevaluasi/mengkaji catatan bets ix) Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua faktor terkait Apoteker dalam proses registrasi obat dan desain kemasan Berdasarkan keputusan Kepala BPOM RI No : HK tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat dijelaskan bahwa produk terapetik yang diedarkan di wilayah Indonesia dan/atau

31 22 tujuan ekspor wajib memiliki izin edar dan untuk memperoleh izin edar tersebut harus dilakukan proses registrasi ke BPOM RI. Berdasarkan hal tersebut maka seorang apoteker sebagai seorang yang kompeten di bidang obat berperan penting terhadap kegiatan yang berhubungan dengan peredaran obat. Selain itu,apoteker sebagai seseorang yang mengetahui peraturan mengenai kemasan dan label harus mampu dalam mengatur desain kemasan yang benar. Uraian tugas dan tanggung jawab bagian registrasi dan desain kemasan: i) Bertanggung jawab dalam melakukan semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pendaftaran semua produk atau obat, baik pendaftaran produk baru atau pendaftaran ulang suatu produk (renew) ii) Bertanggung jawab dalam melengkapi dokumen registrasi dengan data valid dan data yang sebenarnya iii) Bertanggung jawab dalam melakukan desain kemasan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku Apoteker dalam Riset dan Pengembangan Produk Seorang yang bertanggung jawab pada bidang riset dan pengembangan produk harus seorang apoteker yang memiliki kemampuan dan pengetahuan mengenai zat aktif dan berbagai zat pembantu yang akan digunakan dalam pengembangan formula. Tugas dan tanggung jawab penanggung jawab riset dan pengembangan produk adalah: i) Bertanggung jawab dalam pengembangan produk baru sesuai dengan permintaan marketing. ii) Bertanggung jawab untuk melakukan efisiensi biaya produksi dengan membuat formulasi bahan yang memerlukan biaya rendah namun tetap menjaga kualitas. iii) Bertanggung jawab untuk memperbaiki formula obat jika ditemukan permasalahan dalam produksi. iv) Bertanggung jawab untuk pengembangan sarana penunjang yang dibutuhkan demi kelancaran produksi (seperti sistem tata udara, sistem air, sistem pengolahan limbah, dan lain-lain). (5)

32 BAB III TINJAUAN KHUSUS PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA 3.1 Sejarah dan Perkembangan Pada tahun 1997 PT. Solas Langgeng Sejahtera berdiri di Jakarta dan diresmikan pada tanggal 11 November 1999 setelah izin dari pemerintah keluar, dan sejak itu perusahaan memulai operasinya dengan jumlah karyawan sebanyak 37 orang. Pada akhir , PT. Solas Langgeng Sejahtera memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sebanyak 13 macam untuk produk Non Beta Laktam (NBL) dan 4 macam untuk produk Beta Laktam (BL). PT. Solas Langgeng Sejahtera dalam melakukan kegiatannya dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan yang sesuai dan menunjang untuk kegiatan yang dilakukan yaitu fasilitas produksi, fasilitas laboratorium, utility (aqua demineralisata, Water softener, steam boiler), sistem penunjang (Air handling unit dan unit pengolahan limbah). PT. Solas Langgeng Sejahtera memasarkan produknya di dalam dan di luar negri (Myanmar, Hongkong, Vietnam, Nigeria). Sebagian besar produkproduk PT. Solas Langgeng Sejahtera adalah produk etichal atau produk resep dokter, suplemen (multivitamin) dan beberapa produk over the counter (OTC). 3.2 Lokasi dan Tata Letak Bangunan PT. Solas Langgeng Sejahtera terletak di Jalan Industri I no.18, padalarang, bandung Jawa Barat. Pabrik ini menempati areal tanah seluas ±9840 m 2 dan luas areal bangunan ± 4282 m 2, denah pabrik terdapat pada Lampiran 1, Gambar III.1. Tata letak dan posisi bangunan PT. Solas Langgeng Sejahtera didasarkan pada fungsi dan keseuaian dengan kegiatan yang dilakukan sehingga memungkinkan kegiatan produksi dilaksanakan dengan baik dan teratur 23

33 24 serta terjaga sistem kebersihannya. Dengan sarana dan letak bangunan yang sesuai dan memadai maka dapat dihindari resiko kekeliruan, pencemaran silang, dan berbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu obat. 3.3 Struktur Organisasi PT. Solas Langgeng Sejahtera dipimpin oleh seorang direktur yang membawahi lima bagian yaitu bagian pabrik (produksi, quality assurance/qa, quality control/qc, Research and Developmentserta paten tol mf, registrasi), teknik dan keamanan (pemeliharaan, bengkel), logistik dan keuangan (Production Planning and Inventory Control, gudang, pengemasan, pembelian dan kas), bagian umum (kebersihan dan bangunan, operasional kendaraan pabrik, keamanan, dokumen perizinan, personalia). Apoteker di PT. Solas Langgeng Sejahtera mempunyai peran, fungsi dan tugas sebagai manajer pabrik, penanggung jawab produksi, penanggung jawab pengawasan mutu, penanggung jawab pemastian mutu, registrasi obat dan kemasan dan riset serta pengembangan produk. Gambar struktur organisasi PT. Solas Langgeng Sejahtera terdapat pada Lampiran 2, Gambar III Bagian Pabrik Bagian Pabrik di PT. Solas Langgeng Sejahtera dipimpin oleh seorang manajer. Manajer bagian pabrik bertanggung jawab langsung terhadap kepala direktur utama dan komisaris. Selain itu, seorang manajer pabrik juga bertanggung jawab terhadap keseluruhan bagian dan kegiatan yang berjalan di pabrik yang terkait dengan jalannya proses produksi, mencangkup lingkungan pabrik dan penunjangnya. Manajer bagian pabrik memimpin dan berkoordinasi dengan beberapa sub bagian dalam hal tugas, fungsi dan tanggung jawabnya di bagian pabrik dengan sub bagian produksi (ß-laktam dan non ß-laktam), pemastian mutu (QA), pengawasan mutu (QC), riset pengembangan, toll manufacturing dan registrasi. Manajer bagian pabrik juga bekerjasama dengan bagian marketing dalam hal penanganan produk dan produk kembalian, serta

34 25 perjanjian ekspor, dengan bagian PPIC dalam penanganan dan order bahan baku dan bahan kemas dan dengan bagian teknis dalam penanganan peralatan dan fasilitas penunjang, serta dengan bagian personalia dalam hal pelatihan karyawan dan lain-lain. i) Bagian produksi Tugas bagian produksi adalah sebagai berikut: a. Merencanakan sistem produksi yang dipergunakan dalam pelaksanaan produksi. b. Menetapkan prosedur dan program yang mencakup semua kegiatan produksi perusahaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan dan melaksanakan kebijakan perusahaan dalam kegiatan produksi dengan sebaik-baiknya. c. Bertanggung jawab pada direktur atas semua kegiatan perusahaan khususnya yang berhubungan dengan produksi. d. Melakukan penyerahan hasil produksi ke gudang serta dilakukan pencatatan. Bagian produksi terdiri dari : 1. Produksi ß-laktam Bagian produksi ß-laktam bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses produksi untuk produk-produk ß-laktam. Untuk menghasilkan obat jadi yang memenuhi spesifikasi yang diinginkan maka produksi yang dilakukan harus selalu mengikuti prosedur produksi yang sesuai dengan CPOB. 2. Produksi non ß-laktam Bagian produksi non ß-laktam bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses produksi untuk produk-produk non ß- laktamdan berjalan sesuai ketentuan CPOB. ii) Bagian pemastian mutu (QA) Bagian pemastian mutu di PT. Solas Langgeng Sejahtera berada dibawah bagian manajer pabrik. Bagian pemastian mutu dipimpin oleh seorang manajer. Bagian pemastian mutu yang bertanggung jawab atas keseluruhan sistem mutu yang diterapkan di lingkungan pabrik

35 26 mencakup aspek bangunan dan fasilitas, proses produksi, pengawasan mutu, dan pengujian, serta penanganan keluhan dan dokumentasi. Fungsi QA: a) Meyakinkan bahwa produk yang dibuat telah sesuai standar internasional (WHO, FDA). b) Mengontrol proses produksi untuk mencegah diluluskannya produk yang tidak sesuai. c) Bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang menyangkut kualitas produk. Tanggung jawab QA: a) Memastikan SOP (standard operational procedure) b) Training karyawan c) Uji kompetensi d) Validasi dan kalibrasi e) Penanganan keluhan, kegagalan, dan penyimpangan f) Record management (menyimpan/mengatur dokumen) g) Audit h) Pelulusan produk yang telah memenuhi kriteria. Tugas dan tanggungjawab dalam bidang dokumentasi adalah membuat berbagai dokumen pendukung jalannya produksi, pencatatan, dan pelabelan hasil audit dan validasi, meliputi : a) Dokumen validasi dan kualifikasi b) Dokumen catatan pengolahan dan pengemasan bets yang telah divalidasi c) Pencatatan dan pelabelan hasil audit, serta manajeman dokumentasinya d) Membuat dan mengevaluasi SOP e) Memastikan setiap dokumentasi tercatat dan tersimpan rapih dantersedia bila diperlukan.

36 27 Dalam bidang penanganan keluhan, bagian QA berkoordinasi dengan bagian pemasaran untuk penyelusuran penyebab keluhan dari faktor internal atau eksternal. iii) Bagian pengawasan mutu (QC) Bagian pengawasan mutu di PT. Solas Langgeng Sejahtera berada dibawah bagian manajer pabrik. Bagian ini dipimpin oleh seorang manajer. Bagian pengawasan mutu (QC) yang bertanggung jawab atas mutu produk yang dihasilkan berdasarkan proses produksi, produk dalam proses produksi, produk jadi dan kegiatan pengujian atas mutu produk tersebut. Dalam pengujian produk, manajer memimpin dan berkoordinasi dengan para analis pengujian. Tugas pokok bagian QC adalah: a) Menyusun dan merevisi prosedur analisis dan spesifikasi untuk bahan baku obat, bahan kemas, produk antara, produk ruahan, dan produk akhir/obat jadi. b) Menyiapkan prosedur tertulis secara rinci untuk tiap pemeriksaan dan pengujian maupun cara pengambilan contoh untuk pemeriksaan. c) Melakukan pengawasan mutu Pengawasan mutu dilakukan terhadap: 1. Bahan awal yang meliputi bahan baku dan bahan kemas. 2. Proses produksi Pengawasan mutu dalam proses atau In Process Control (IPC). 3. Proses Pengemasan Sebelum ada keputusan diluluskan oleh bagian pengawasan mutu, pengemasan belum dapat dilanjutkan dan selama proses pengemasan, pengawasan dilakukan oleh petugas pengemasan dan bagian pengawasan mutu (in process control). d) Melakukan pembuatan dan perencanaan prosedur tetap validasi, berperan serta dalam melakukan program validasi. e) Melakukan dan mengawasi kalibrasi peralatan. f) Melakukan evaluasi pemasok. g) Menangani produk kembalian

37 28 Bagian pengawasan mutu dapat mengambil keputusan dan menggolongkan obat kembalian menjadi: 1. Produk kembalian masih dapat diolah ulang 2. Produk kembalian masih memenuhi spesifikasi dan dapat dikemas ulang 3. Produk kembalian tidak dapat diolah ulang dan harus dimusnahkan. h) Membuat dan memeriksa Catatan Pengolahan Bets (CPB) i) Memeriksa air produksi Air produksi yang diperiksa adalah water softener dan aqua demineralisata. Spesifikasi dari air produksi telah ditetapkan secara internal oleh perusahaan. Air produksi diperiksa meliputi ph, kandungan logam berat, konduktivitas dan mineral. j) Pemeriksaan air limbah Air limbah diperiksa oleh bagian pengawasan mutu secara berkala yang meliputi ph dan kadar logam berat. iv) Bagian research and development Bagian research and development di PT. Solas Langgeng Sejahtera berada di bawah bagian manajer pabrik. Tugas dan tanggung jawab bagian research and development adalah : a) Mengembangkan dan merencanakan formula baru b) Mengevaluasi dan memperbaiki formula produk yang sudah beredar c) Bekerjasama dengan bagian pengawasan mutu dalam menentukan standarisasi bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi. d) Melakukan uji stabilitas terhadap obat baru yang sedang dikembangkan, dan obat yang beredar di pasaran. e) Mengembangkan metode analisis untuk produk baru. f) Membuat dokumen untuk produk baru sehingga dapat digunakan untuk produksi selanjutnya. Tahapan kerja bagian research and development : a) Memperoleh usulan dari marketing b) Studi literatur (tinjauan pustaka)

38 29 c) Penyusunan formula d) Uji skala laboratorium e) Perbaikan formula f) Uji ulang g) Produksi skala pilot (1/10 skala produksi) h) Penyusunan berkas pra registrasi (BPOM) i) Memperoleh hasil pra registrasi (HPR) j) Penyusunan berkas registrasi (BPOM) k) Nomor registrasi l) Persiapan produksi v) Bagian registrasi Tugas dan tanggung jawab bagian registrasi diantaranya : a. Menyiapkan dokumen yang di butuhkan untuk kepentingan registrasi obat jadi ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), bila ada produk baru atau produk yang mengalami perubahan. b. Melakukan pendaftaran produk ke BPOM bila ada produk baru atau produk yang mengalami perubahan. Pendaftaran produk baru dilakukan jauh hari sebelum produksi karena terkadang proses pendaftaran obat tersebut memakan waktu yang cukup lama. Jika telah memenuhi persyaratan maka akan dikeluarkan nomor registrasi obat baru. Jika terdapat kekurangan dokumen maka diberi rentang waktu untuk melengkapinya. i. Bagian Teknik dan Keamanan Kepala bagian teknik dan keamanan PT. Solas Langgeng Sejahtera dipimpin oleh seorang sarjana teknik. Bagian teknik dan keamanan dibawahi sub bagian pemeliharaan dan bengkel. Sub bagian pemeliharaan dan bengkel bertanggung jawab dalam pemeliharaan segenap peralatan dalam industri mulai dari peralatan produksi hingga pelaratan dan fasilitas pendukung, yaitu : i) Penanganan Water System aqua DM dan Water Heater. ii) Pengaturan dan pembuatan uap panas dengan steam boiler

39 30 iii) Pengaturan sistem sirkulasi udara AHU/HVAC, dust collector dan compressor. iv) Penanganan limbah dengan waste water system. v) Perawatan mesin-mesin produksi. ii. Bagian Logistik dan Keuangan Bagian logistik dan keuangan meliputi PPIC, gudang, pengemasan, pembelian dan kas, dokumentasi, perizinan, dan kendaraan. Manajer PPIC, gudang dan pengemasan hendaklah seorang apoteker dengan pengalaman praktis paling sedikit 2 tahun bekerja di bagian produksi pabrik farmasi, memiliki pengalaman dan pengetahuan di bidang perencanaan produksi, CPOB dan kepemimpinan. a. Bagian PPIC (Production Planing and Inventory Control) Tugas bagian PPIC adalah sebagai berikut: a. Mengkoordinir dan mengatur kegiatan perencanaan produksi b. Mengkoordinir dan mengatur tersedianya bahan kemas dan bahan baku (termasuk bahan aktif dan bahan eksipien) Mengkoordinir dan mengatur produk-produk return. c. Bertanggung jawab atas terlaksananya proses pengemasan dari produk ruahan menjadi produk jadi agar terjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas yang dilaksanakan sesuai dengan catatan pengemasan bets dan dengan memperhatikan pelaksanaan CPOB dan biaya yang ditetapkan d. Merencanakan, mengatur dan mengkoordinasi kegiatan pergudangan, pengiriman, persediaan dan pembelian agar proses permintaan dan persediaan barang dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, tepat waktu, efesien dan efektif. Bagian PPIC akan menerima job order untuk jangka waktu tiga sampai enam bulan dari bagian pemasaran, kemudian PPIC menghitung jumlah bets untuk produk obat tertentu, bahan baku yang dibutuhkan dan jumlahnya. Berdasarkan data stok bahan baku dan bahan kemas untuk

40 31 kebutuhan produksi, PPIC membuat surat permintaan pembelian ke bagian pembelian. b. Bagian gudang Tugas bagian gudang adalah : a. Menerima barang dari pemasok, yaitu memeriksa kesesuaian barang yang diterima dengan surat pesanan dan surat jalan. b. Mengeluarkan barang dari gudang. c. Mengembalikan barang dari pemasok, yaitu jika bagian pengawasan mutu melakukan penolakan terhadap barang yang tidak memenuhi syarat dan menyampaikan informasi ke bagian pembelian. d. Melakukan pemusnahan barang, yaitu jika terdapat bahan baku danbahan kemas yang tidak sesuai spesifikasi pesanan atau ditolak, barang yang rusak karena kualitasnya tidak baik atau karena terlalu lama di simpan. e. Melakukan pemeriksaan persediaan akhir bahan baku dan bahan kemas. f. Membuat laporan bulanan. g. Mengawasi penyimpanan obat jadi dan mencatatnya ke dalam dokumen pemasukan dan pengeluaran obat jadi. c. Bagian pengemasan Tugas bagian pengemasan adalah: a. Menerima bahan kemas dari bagian gudang untuk di gunakan dalam proses pengemasan. b. Melakukan pengkodingan pada bahan kemas sebelum di gunakan dalam proses pengemasan. c. Melakukan proses kemas produk ruahan dari hasil produksi menjadi produk jadi sesuai dengan ketentuan CPOB. d. Melakukan penimbangan hasil proses kemas dan mencatatnya.

41 32 d. Bagian pembelian Bagian pembelian bertanggung jawab melakukan pembelian bahan baku, bahan pengemas, dan bahan penunjang perusahaan, baik untuk peralatan kantor dan juga untuk proses produksi. e. Bagian administrasi dan keuangan Administrasi dan keuangan mengawasi sistem aliran dan segala pencatatannya bagi perusahaan yang di pegang oleh konsultan yang di tunjuk oleh perusahaan. Tugas bagian administrasi adalah sebagai berikut : a. Melakukan pembukuan atas transaksi yang terjadi di dalam perusahaan. b. Bekerjasama dengan bagian lain terutama dengan bagian pemasaran, pembelian, dan produksi dalam kegiatan penerimaan dan pengeluaran kas. c. Mengkoordinir kegiatan pembukuan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. d. Menyusun dan menganalisis laporan keuangan. iii. Bagian Personalia dan Umum Bagian personalia masih di pimpin oleh direktur perusahaan. Bagian umum meliputi kebersihan dan bangunan, opersional kendaraan pabrik, keamanan, dokumentasi perizinan dan personalia. Tugas dan tanggung jawab dari bagian personalia dan umum adalah menyusun peraturan pekerja dengan berdasarkan peraturan pemerintah dan kebijakan industri, menyusun sistem administrasi dan uraian kerja tiap bagian di industri. Jumlah personalia di PT. Solas Langgeng Sejahtera sekitar 141 orang yang terdiri dari manajer, supervisor, staff, produksi, laboratorium, sopir, satpam, teknik, gudang, marketing, kantin, dan bagian umum. PT. Solas Langgeng Sejahtera memiliki lima hari kerja selama seminggu yaitu dari hari Senin hingga Kamis dengan jam kerja dari jam sampai WIB dan hari

42 33 Jumat dari jam sampai WIB. Tugas bagian personalia dan umum adalah: i) Melakukan proses pencarian, seleksi, penerimaan dan penempatan pada bagian-bagian yang membutuhkan sesuai dengan permintaan kebutuhan tenaga kerja. ii) Melakukan pengarsipan atas data-data karyawan. iii) Menyiapkan uang untuk pembayaran upah dan gaji karyawan. iv. Bagian Pemasaran Bagian pemasaran dipimpin oleh seorang manajer pemasaran. Tugas bagian pemasaran adalah : i) Menyusun rencana kegiatan dalam bidang penjualan. ii) Menyelenggarakan dan mengawasi administrasi penjualan. iii) Mencari pelanggan baru dengan melakukan penawaran produk produk. iv) Membina hubungan baik dengan pelanggan. v) Membuat proyeksi penjualan untuk tahun mendatang. vi) Menyusun anggaran penjualan untuk tiap periode. vii) Memberikan masukan kepada direktur mengenai produk baru dan perubahan harga produk. 3.4 Bangunan dan Fasilitas Bangunan dari PT. Solas Langgeng Sejahtera dirancang menurut CPOB. Tata letak dan posisi bangunan didasarkan pada fungsi dan kesesuaian dengan kegiatan yang dilakukan sehingga memungkinkan kegiatan produksi dilaksanakan dengan baik, teratur serta terjaga sistem kebersihannya. Selain itu, diupayakan untuk mencegah terjadinya pencemaran dari lingkungan di sekelilingnya seperti pencemaran udara dan air maupun pencemaran yang berasal dari kegiatan yang dilakukan di sekitar lokasi tersebut. Bangunan pabrik terdiri atas : i) Kantor Pusat ii) Ruang produksi non beta lactam (NBL) iii) Ruang produksi beta lactam (BL) iv) Gudang bahan baku, bahan kemas dan oba tjadi

43 34 v) Gudang bahan mudah terbakar vi) Gudang Botol vii) Gudang retained sample viii) Ruang karantina ix) Ruang pengemasan sekunder x) Laboratorium xi) Ruang utility dan bengkel teknik xii) Instalasi pengolahan limbah xiii) Kantin Kantor Pusat Bangunan kantor PT. Solas Langgeng Sejahtera terletak dibagian depan perusahaan. Di dalam bangunan kantor tersebut terdapat logo perusahaan, beberapa contoh produk yang dihasilkan PT. Solas Langgeng Sejahtera, ruang pemasaran, ruang Direktur Utama Pabrik Pembagian dan posisi bangunan PT. Solas Langgeng Sejahtera dirancang berdasarkan fungsi dan disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan sehingga memungkinkan kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang sesuai dan mengikuti tahap produksi, serta menurut tingkat kebersihan yang disyaratkan. Dinding bangunan terbuat dari beton dan partisi calci board dengan rangka hollow, dinding dicat epoksi dan tidak terdapat sudut disetiap ruang yang disebut dengan caving. Dalam rangka penerapan pelaksanaan pedoman CPOB, PT. Solas Langgeng Sejahtera melakukan pembagian ruangan untuk proses produksi. Pembagian ruang untuk proses produksi obat dibagi atas dua area, yaitu : i) Grey area / Kelas E: area untuk pembuatan dan pengemasan primer obat-obatan. ii) Black area / Kelas F dan G: area untuk pengemasan sekunder, gudang, dan lain-lainnya.

44 35 Bangunan pabrik PT. Solas Langgeng Sejahtera terdiri dari ruang produksi non ß-laktam dan ruang produksi ß-laktam : i) Produksi non ß-laktam Bagian produksi non ß-laktam bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses produksi untuk produk-produk non ß-laktam. Untuk menghasilkan obat jadi yang memenuhi spesifikasi yang diinginkan maka produksi yang dilakukan harus selalu mengikuti prosedur produksi yang sesuai dengan CPOB. Sediaan yang diproduksi di NBL adalah kaplet, kapsul, sirup, suspensi, semi solid, krim, balsem dan bedak/powder. Sistem tata udara pada dibagian produksi diatur dengan menggunakan sistem HVAC. Udara di koridor sirup lebih negatif daripada udara pada ruang produksinya, sedangkan udara pada kolidor kaplet dan kapsul lebih positif daripada udara dalam ruang produksinya. Ruang pada gedung unit produksi non ß-laktam terdiri atas: a) Ruang sirup, terdiri atas ruang antara bahan baku, ruang stagging, ruang timbang, ruang mixing, ruang penyimpanan botol sirup, ruang IPC (In Process Control), ruang antara, ruang pengisian ke botol, ruang kemas primer. b) Ruang semi solid, terdiri atas ruang antara bahan baku, ruang stagging, ruang timbang, ruang mixing, ruang IPC, ruang antara, ruang pengisian, ruang kemas. c) Ruang kapsul, terdiri atas ruang antara bahan baku, ruang stagging, ruang timbang, ruang mixing, ruang IPC, ruang antara, ruang pengisian kapsul, ruang strip, ruang kemas primer. d) Ruang kaplet, terdiri atas ruang antara bahan baku, ruang stagging, ruang timbang, ruang mixing, ruang granulasi, ruang FBD (fluidized bed dryer), ruang fitz mill, ruang IPC (in process control), ruang cetak, ruang antara, ruang strip, ruang kemas primer. e) Ruang loker laki-laki dan perempuan f) Toilet laki-laki dan perempuan

45 36 ii) Produksi ß-laktam Bagian produksi ß-laktam bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses produksi untuk produk-produk ß-laktam. Produksi produk sediaan ß-laktam dilakukan di bangunan yang terpisah dengan bangunan produksi lainnya. Ruangan produksi ß-laktam diatur sedemikian rupa agar dapat dicegah pencemaran oleh debu ß-laktam. Pengaturan sirkulasi udara dilakukan secara khusus dan terpisah. Debu yang dihasilkan dari proses produksi disedot oleh dust collector kemudian dikumpulkan untuk dilarutkan dan dialirkan kedalam pengolahan limbah ß-laktam. Tekanan udara ruangan produksi sediaan ß-laktam diatur untuk menghindari kontaminasi. Udara dari ruang produksi ß-laktam harus disaring terlebih dahulu agar udara yang keluar tidak mengandung ß- laktam. Udara dialirkan keluar melewati penyaring dan disemprotkan larutan NaOH untuk memecah cincin ß-laktam. Ruang pada gedung unit produksi ß-laktam terdiri dari ruang sirup kering, ruang cetak, ruang timbang, ruang mixing, ruang ruahan, ruang pengisian kapsul, ruang cuci alat, ruang IPC, ruang strip, ruang kemas sekunder, ruang air shower, gudang bahan awal, loker wanita dan pria. Sistem tata udara di bagian produksi diatur dengan menggunakan sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning). HVAC terdiri atas inlet dan outlet sebagai sarana masuk dan keluarnya udara Laboratorium Bangunan laboratorium terletak di bagian belakang pabrik, berada di lantai dua dan menyatu dengan ruang manajer pabrik, QA, QC, serta riset dan pengembangan. Ruang laboratorium di PT. Solas Langgeng Sejahtera digunakan untuk kepentingan QC dalam hal menguji hasil sampling. Bangunan laboratorium telah di desain sedemikian rupa sesuai dengan kegunaannya mengikuti pedoman praktek laboratorium yang baik, yang memiliki sarana penunjang praktek pengujian laboratorium yang memadai serta peralatan yang sesuai. Ruang yang tersedia di laboratorium terdiri dari

46 37 ruang asam, ruang dan gudang zat pereaksi, ruang timbang, ruang uji mikrobiologi, ruang instrumen, autoklaf, LAF cabinet, vaccum compressor, magnetic stirrer, water bath, climatic chamber, oven, ultrasonic cleaner, kulkas, komputer, HPLC shimadzu 10 RDN, spektro uv lampu D2, disolution tester standar USP, emergency eye wash & shower, lemari pendingin, desikator. Untuk meminimalisasi kontaminasi, maka ruangan untuk laboratorium mikrobiologi dibuat higienis dan dibuat ruang antara agar dapat mengurangi kontaminasi dari luar. Peralatan yang berada di laboratorium dibersihkan setiap sebelum dan sesudah digunakan. Selain itu juga dilakukan kalibrasi secara rutin dengan bantuan pihak luar Gudang Gudang adalah bagian yang menerima, menyimpan dan mengeluarkan barang kemudian menata dan mengatur bahan baku dan bahan kemas agar terjamin keutuhannya secara fisik dan kimia serta menghindari kesalahan pada saat pengambilan. Bagian gudang bertugas mengatur dan menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi. Sistem penyimpanan bahan baku disesuaikan dengan spesifikasi bahan baku tersebut. i) Gudang bahan baku dan bahan kemas Tahap penanganan terhadap bahan baku dan bahan kemas, adalah : b. Bahan baku dan bahan kemas yang dikirim oleh suplier disimpan di gudang bahan baku dan kemas. c. Untuk menunggu hasil pemeriksaan dari bagian pengawasan mutu, disimpan di ruang karantina dan diberi label karantina. d. Setelah dinyatakan lulus dari bagian pengawasan mutu, bahan baku dan bahan kemas dapat digunakan untuk proses produksi. e. Jika bagian pengawasan mutu melakukan penolakan terhadap barang yang tidak memenuhi syarat, maka melakukan pengembalian barang ke pemasok dan menyampaikan informasi ke bagian pembelian. f. Melakukan pemusnahan barang, apabila terdapat bahan baku yang dan bahan kemas yang tidak sesuai spesifikasi pesanan atau di reject,

47 38 barang yang rusak karena kualitasnya yang tidak baik atau karena terlalu lama disimpan. ii) Gudang obat jadi Obat jadi yang disimpan di gudang berasal dari bagian produksi. Untuk obat jadi yang menunggu hasil pemeriksaan dari bagian pengawasan mutu, disimpan di ruang karantina obat jadi dan diberi label karantina. Setelah dinyatakan lulus dari bagian pengawasan mutu, obat jadi tersebut dikirim ke distributor sesuai dengan pesanan. Proses perputaran barang dilakukan menggunakan sistem gabungan FIFO (First In First Out) pertama masuk-pertama keluar dan FEFO (First Exspire First Out) pertama kadaluarsa pertama keluar. iii) Gudang tahan api Gudang tahan api berfungsi untuk menyimpan zat-zat yang mudah terbakar seperti etanol, aseton, propilenglikol dan lain-lain. Penempatan khusus ini dimaksudkan untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan selain itu juga untuk memenuhi persyaratan CPOB. iv) Gudang botol Gudang botol berfungsi untuk menyimpan botol yang berasal dari pemasok sebelum botol-botol tersebut digunakan. Pengaturan letak gudang botol dilakukan sedemikian rupa yaitu disimpan di bagian belakang namun dekat dengan jalan bertujuan memudahkan dalam pengiriman botol tersebut ke gudang produksi. Pengaturan untuk penyimpanan yaitu botol dibedakan berdasarkan ukuran botol yaitu 20 ml, 60 ml, 100 ml, dan 120 ml, sedangkan untuk tube dan capper dipisahkan di tempat tersendiri, selain itu juga diatur berdasarkan sistem FIFO (First In First Out). v) Gudang retained sample Gudang retained sample berfungsi untuk menyimpan sampel produk setiap bets untuk keperluan dokumentasi sehingga jika terjadi kekeliruan di pasaran dapat dengan mudah ditelusuri. Penyimpanan sampel dilakukan berdasarkan jenis produk kemudian disusun per bets, ditata

48 39 dan dirapikan pertahun. Produk retained sample dimusnahkan setelah habis masa kadaluarsa produk tersebut ditambah satu tahun. Penanganan sample pertinggal dibawah tanggung jawab bagian QC Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang dapat membantu kelancaran dalam produksi produk di PT. Solas Langgeng Sejahtera. a. Pemanasan, ventilasi dan pengkondisian udara a. Sistem pemanas Sistem pemanas yang digunakan untuk penunjang proses produksi di PT. Solas Langgeng Sejahtera terdiri dari dua sistem: 1. Pemanasan dengan sistem pemanas steam (boiler) Pemanasan dengan sistem ini memerlukan sarana penunjang lain yaitu watersoftener yang kualitasnya selalu dilakukan pengontrolan QC. Mesin boiler yang digunakan dapat dioperasikan dengan baik. Boiler yang digunakan memiliki kapasitas satu ton dengan bahan bakar solar. Salah satu proses produksi yang memerlukan output dari boiler adalah fluidized bed dryer untuk proses pengeringan massa, double jacket untuk pemanasan larutan sirup, serta oven double door untuk pengeringan botol. 2. Water heater Water heater yang digunakan PT. Solas Langgeng Sejahtera memiliki kapasitas 1500 liter air. Alat ini berfungsi juga sebagai pemanas air yang langsung digunakan untuk bahan pembuatan obat terutama dalam proses pembuatan liquid syrup. Air yang digunakan untuk sistem pemanas ini adalah aqua DM. Pengawasan dilakukan oleh QC setiap hari kemudian diuji mikroba, ph, produktivias dan kesadahan.

49 40 b. Ventilasi Sistem tata udara yaitu HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning) dengan udara segar yang berasal dari udara bebas minimal sebanyak 10% dan sisanya berasal dari udara yang disirkulasi kembali. HVAC digunakan dengan tiga sistem utama yaitu: 1. Air change Berfungsi sebagai sumber utama yang masuk kedalam ruang produksi dan telah melalui tahapan penyaringan dengan pre-filter 25-30%, medium 90-95% dan HEPA filter 99,99%. 2. Dust collector Sistem ini digunakan untuk menghisap debu-debu bahan baku obat pada saat proses mixing atau proses lainnya. Debu dari proses produksi non ß-laktam ditampung dalam dust box yang terdapat dalam unit dust collector, sedangkan untuk membersihkan debu dari proses produksi ß-laktam menggunakan air washer. 3. Air washer Berfungsi untuk mengolah debu yang dihasilkan dari proses produksi ß-laktam PT. Solas Langgeng Sejahtera yang kemudian diolah menggunakan larutan NaOH 0,6% berfungsi untuk memecah cincin ß-laktam kemudian disaring dengan menggunakan beberapa pre filter yang pada akhirnya dikeluarkan udara bersih. b. Fasilitas listrik dan penerangan Daya terbesar digunakan untuk menjalankan alat atau mesin produksi. Sistem penerangan yang terdapat di PT. Solas Langgeng Sejahtera, untuk tiap ruangan telah memadai dan mengikuti rekomen dari cahaya lampu sebagaimana tercantum dalam CPOB terbaru. c. Saluran pengolahan limbah PT. Solas Langgeng Sejahtera memiliki sistem UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan)

50 41 PT Solas Langgeng Sejahtera juga melaksanakan program WWT (Waste Water Treatment) yaitu pengolahan air limbah sebelum dibuang. Pemeriksaan dilakukan setiap kali dalam satu bulan dan sekali dalam enam bulan dikirim ke laboratorium yang telah ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sistem pengolahan limbah yaitu instalasi penanganan limbah terdiri dari bak-bak penampungan limbah yang menampung limbah dari pipa pembuangan limbah produksi ß-laktam maupun non ß-laktam. Limbah industri merupakan sisa hasil produksi berupa limbah padat maupun cair. Limbah padat ada dua macam yaitu limbah padat yang dibakar/dikubur sedangkan limbah padat yang berupa debu dilarutkan terlebih dahulu untuk kemudian diolah bersama limbah cair. Pipa dari masing-masing bengunan produksi terpisah karena untuk limbah ß- laktam diperlakukan khusus sebelum digabung dengan limbah non ß- laktam, yaitu pada proses pertama dilakukan pemecahan cincin ß-laktam aktif dengan pemberian NaOH 6,6% didiamkan selama ± 1 hari, ph di bak ini adalah 11-12, kemudian dinetralkan dengan HCl hingga ph menjadi 6-8, baru setalah itu dapat digabungkan ke bak penampungan ketiga dan bercampur dengan limbah non ß-laktam. Proses selanjutnya terjadi netralisasi dan juga terjadi proses penyaringan kotoran kasar dengan menggunakan karbon aktif, manganese sand dan zeolite untuk menghilangkan bau dan kekeruhan. Pada bak keempat terjadi proses pengendapan. Pada bak kelima terjadi proses aerasi dimana terjadi penggumpalan limbah dengan menggunakan oksigen sehingga terbentuk lumpur yang diendapkan. Sebelum menuju bak terakhir terjadi penyaringan kembali dengan menggunakan karbon aktif. Pada bak terakhir ini diisi ikan mas sebagai parameter biologi. Apabila ikan mas tersebut tetap hidup, maka limbah dapat dibuang ke luar lingkungan pabrik. Setelah limbah dinyatakan telah netral dapat dialirkan ke lingkungan. Gambar proses Pengolahan limbah dapat di lihat pada Lampiran 3, Gambar III.3.

51 42 d. Sistem fasilitas air dan uap Sumber air Deep Well dengan kedalaman ± 60 m. Fasilitas air ini menggunakan sistem looping (looping system), air yang digunakan untuk mendukung proses produksi obat di PT. Solas Langgeng Sejahtera yaitu: i) Air bersih yaitu air langsung dari tanah (raw water) yang setiap harinya digunakan untuk keperluan pembersihan lantai, kamar mandi, penyiraman tanaman dan keperluan lainnya. ii) Air murni yaitu air yang telah melalui proses penyaringan ketat untuk menghasilkan air dengan kualitas demin water, melalui tahapan preteatment, Filtration & Membrane Filtration / Reverse Osmosis, lalu dilakukan proses demineralisasi dengan menggunakan mesin resin pertukaran ion (ion exchanger) Prosesnya : Raw water masuk ke tangki penampung lalu ke Manganese Filter Filter Softener RO tangki penampung RO Cation Exchanger Anion Exchanger Tangki penampung Catride Filter 1 (0,45µ) Catride filter 2 (0,22 µ) UV Point of use tangki penampung RO. Untuk penyaluran air ke ruang produksi digunakan pipa baja anti karat jenis American Iron and Steel Institute (AISI) 316 L. Setiap harinya dilakukan pengecekan kualitas air oleh QC meliputi ph dan konduktifitas. Pengujian mikrobiologi terhadap air dilakukan setiap minggu. Gambar proses Pengolahan air dapat di lihat pada Lampiran 4, Gambar III.4. iii) Air softener, yaitu air yang telah melalui proses penyaringan dengan menggunakan resin anion kation yang digunakan hanya untuk keperluan boiler, cuci botol. Kualitas air setiap hari dimonitor oleh bagian QC.

52 43 e. Sistem uap bersih Uap yang dihasilkan dari boiler atau katel uap hasil air softener yang telah dididihkan diatas 100 o C dan pada sistem instalasi pipa terdapat beberapa steam trap yang berfungsi untuk mencegah agar uap yang digunakan pada mesin untuk keperluan produksi benar-benar uap (bukan air panas). Outlet dari sistem boiler atau ketel uap ini setiap bulannya dikontrol dan diuji kadarnya atau kandungannya. f. Sistem gas nitrogen Gas nitrogen yang digunakan adalah N 2 -UHP, cara penggunaanya yaitu dengan cara penyemprotan langsung ke dalam wadah saat mixing dan pengisian produk obat yang rentan terhadap oksidasi oleh adanya oksigen. g. Sistem udara tekan (compressed air) Sistem udara tekan yang digunakan ada 3 compressor yang terdiri dari compressor 1 (oil free) hanya digunakan untuk kontak langsung dengan produk, compressor 2 dan 3 untuk lainnya. 3.5 Produksi Produksi obat PT. Solas Langgeng Sejahtera dilakukan berdasarkan pesanan order (job order) yang diberikan oleh bagian marketing setiap bulannya. Perencanaan jenis sediaan dan jadwal produksi diatur oleh bagian PPIC. Bagian produksi memberikan surat permintaan bahan baku dan bahan kemas ke gudang. Gudang memberikan bahan baku dan bahan kemas sesuai dengan permintaan produksi setelah diluluskan dari bagian QC. Bahan awal tersebut kemudian diserahkan ke ruang penimbangan. Untuk tiap penimbangan dilakukan pembuktian kebenaran identitas, jumlah bahan yang ditimbang oleh dua petugas penimbangan dan pembuktian tersebut dicatat. Sebelum dilakukan pengolahan, peralatan diperiksa kebersihannya dan dinyatakan secara tertulis sebelum digunakan. Semua kegiatan pengolahan dilaksanakan mengikuti prosedur tetap. Selama proses produksi diawasi oleh supervisior dan dilakukan pengawasan mutu oleh QC dan IPC

53 44 (In Process Control). Alur dan proses pembuatan obat dapat dilihat di Lampiran 5, Gambar III Produk PT. Solas Langgeng Sejahtera Sebagian besar produk-produk PT. Solas Langgeng Sejahtera adalah produk non ethical (produk obat bukan resep dokter), ethical (produk obat resep dokter), dan suplemen (multivitamin). Beberapa produk PT. Solas Langgeng Sejahtera antara lain Solasic kaplet, Kamolas kaplet dan sirup, Droxal suspensi, Moxalas kaplet dan suspense, Qinox kaplet, Solvitron kapsul, Solpenox kaplet dan sirup kering, Ticomag kaplet, Novelaslotion, Orphen kaplet, Truvit sirup dan drops, Cafmosol kaplet, Solvita dan Solvita plus sirup, Solvita Baby Drop, Curbexon sirup, Redusec kapsul, Soldextam kaplet dan sebagainya. Selain di Indonesia PT. Solas Langgeng Sejahtera juga memasarkan produknya di luar negri (Myanmar, Hongkong, Vietnam, dan Nigeria).

54 BAB IV TUGAS KHUSUS ANNUAL PRODUCT REVIEW 4.1 Latar Belakang Industri farmasi merupakan industri yang berbeda dibandingkan dengan industri pada umumnya. Industri farmasi termasuk kedalam High Regulator Industi, karena produk-produk yang dihasilkan (obat) mempunyai efek yang besar bagi konsumennya. Oleh karena itu banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu industri farmasi, dimulai dari pendirian, perizinan, proses produksi, pendistribusian, hingga akhirnya penyerahan produk (obat) ke pasien. Namun, ketika produk dilepas ke pasaran, tidak lantas tugas dari industri farmasi selesai, diperlukan pengkajian mutu produk agar nilai (efficacy, quality, dan safety) suatu obat terjamin dan digunakan sesuai fungsinya untuk meningkatkan derajat kesehatan. Sehingga, diperlukan suatu pedoman yang mengatur setiap industri farmasi agar menghasilkan produk obat yang baik dan upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga kualitas produknya tetap pada spesifikasi yang telah ditentukan. Pedoman tersebut diantaranya adalah CPOB (Cara Pembuatan Obat Baik), cgmp (current Good Manufacturing Product), PICS (Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme), dan lain-lain. Dalam CPOB 2012, upaya untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan dituangkan dalam Pengawasan Mutu. Dalam literatur tersebut dinyatakan bahwa pengkajian mutu produk (Product Quality Review) harus dilakukan oleh industri farmasi terhadap semua obat yang terdaftar, termasuk produk ekspor. Pengkajian mutu produk ini dilakukan secara berkala yaitu tiap tahun, lebih dikenal dengan istilah APR (Annual Product Review) dan perlu didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya. 45

55 Tujuan 1. Membekali Mahasiswa PKPA pengetahuan tentang tata cara pengujian mutu produk tiap tahunnya di PT. Solas Langgeng Sejahtera. 2. Mengetahui lebih jauh tentang tugas dan fungsi dibidang Quality Assurance (QA). 4.3 Tinjauan Pustaka Pengkajian Mutu produk (Annual Produck Review / APR) didefinisikan sebagai sebuah laporan terorganisir dan komprehensif dari seluruh proses produksi, analitis, stabilitas, pengaduan, perubahan, penyimpangan, recall dan data pelanggan yang terkait dengan produk farmasi sehingga dapat memonitor kualitas produk obat dan meningkatkan kualitasnya bila perlu. Untuk tujuan monitoring laporan evaluasi setidaknya dibuat setiap tahun (annual). Monitoring kualitas obat atau Product Quality Review (PQR) adalah tinjauan kualitas secara berkala terhadap semua produk obat terlisensi termasuk produk ekspor yang dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan proses yang konsisten, spesifikasi yang sesuai mulai dari pemilihan material hingga kemasan untuk menonjolkan trend dan untuk mengidentifikasi proses perbaikan. i) Penanggung Jawab Annual Product Review (APR) Pelaksanaan APR yang merupakan bagian dari program jaminan mutu menjadi tanggung jawab dari Departemen QA mulai dari keseluruhan koordinasi sampai pada administrasi. Memberikan jaminan bahwa laporan yang dikeluarkan pada waktu yang tepat setelah pengumpulan data, penelusuran semua kegiatan dan meninjau data yang diberikan. Sebelum menyelesaikan APR, Departemen QA bertanggung jawab untuk menyusun dan memeriksa dokumen, memastikan semua departemen telah menyediakan data yang diperlukan. Dari kajian semua data dan aspek yang terkait, maka dibuat laporan yang bersifat komprehensif, hasil dapat dinyatakan dalam bentuk table

56 47 atau grafik. APR ini dilaksanakan untuk setiap produk. Aspek-aspek yang dipertimbangkan pada waktu pelaksanaan APR adalah : a. Jumlah bets yang di buat b. Jumlah bets yang di tolak atau di proses ulang dan bila ada bets yang bermasalah. c. Hasil dari pengujian analisis kimia, fisika dan mikrobologi dari produk jadi dan atau pemeriksaan selama proses. d. Hasil dari pemantauan lingkungan dan air terutama dalam produk steril, cream dan cairan. e. Status validasi dari proses terutama tahap-tahap yang kritis dan validasi metode analisis yang digunakan. f. Perubahan / penyimpangan dari proses standar yang menyangkut peralatan, formulasi, proses, lingkungan, spesifikasi, metode analisa dan lain-lain. g. Penyimpanan dan hasil dari penyelidikan terhadap kegagalan. h. Keluhan produk yang diterima akibat reaksi yang merugikan dari obat. i. Teguran dari badan regulasi maupun perintah penarikan kembali obat jadi j. Pemantauan retain sampel Pengkajian mutu produk biasanya dilakukan setiap tahun (sehingga biasa dikenal dengan Annual Product Review). Akan tetapi terkadang pengkajian terhadap produk tertentu tidak dapat dilakukan setiap tahunnya, melainkan menyesuaikan dengan kebutuhannya. Contohnya produk-produk yang dalam 1 tahun diproduksi dalam jumlah yang banyak (misal, mencapai 300 bets) akan merepotkan apabila APR dilakukan setahun sekali. Selain merepotkan, kualitas produk yang sebanyak itu tidak dapat dikontrol dengan baik. Selanjutnya, untuk produk yang jumlah produksinya dalam setahun hanya sedikit (<10 bets ) tidak dapat dilakukan APR dalam 1 tahun

57 48 tersebut karena data yang dibutuhkan kurang sehingga pengolahan statistik tidak dapat dilakukan. ii) Langkah-langkah penyusunan APR sebagai berikut: a. Mengumpulkan dokumen produksi/catatan Pengolahan Batch Olah dari produk yang akan di lakukan pengkajian. b. Mengumpulkan dokumen lain yang dibutuhkan, seperti dokumen validasi/kualifikasi, change control, penyimpangan, produk kembalian, recalled, stabilitas. c. Evaluasi dan pendataan dari dokumen CPB meliputi: 1. Evaluasi kesesuaian formula dengan Formulir Permintaan Transfer Komponen (FPTK). 2. Isi CPB yang terkait bahan baku, meliputi: no. lot, kadar, penggunaan real dengan teoritis dan manufakturer. 3. Isi CPB yang terkait proses produksi, meliputi: tahapan proses, mesin yang digunakan, waktu yang dibutuhkan, pengujian selama proses. d. Mencatat penyimpangan, change control, komplain dan produk kembalian dan stabilitas. e. Menyusun laporan kajian mutu produk. Menurut CPOB 2012, hal-hal yang dikaji dalam APR minimal harus mencakup: a. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk, terutama yang dipasok dari sumber baru; b. Kajian terhadap pengawasan selama-proses yang kritis dan hasil pengujian produk jadi; c. Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan investigasi yang dilakukan; d. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan, dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan; e. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode analisis;

58 49 f. Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk ekspor; g. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak diinginkan; h. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan; i. Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang sebelumnya; j. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran; k. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara (HVAC), air, gas bertekanan, dan lain-lain; dan l. Kajian terhadap Kesepakatan Teknis untuk memastikannya selalu mutakhir. (5) iii) Tujuan dalam pembuatan APR di industri farmasi Setiap industri farmasi harus melakukan APR dengan tujuan: a. Memberikan bukti dalam bentuk dokumen yang menggambarkan konsistensi proses yang dilakukan dari bets ke bets. b. Menjamin bahan awal, bahan pengemas dan produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi standar. c. Menjadikan dokumen tertulis sebagai bahan pertimbangan dalam modifikasi spesifikasi produk dan instruksi prosedur pengendalian, apabila diperlukan. 4.4 Informasi Yang dibutuhkan Dalam Penyusunan Annual Produck Review (APR) Dalam pelaksanaan APR (Annual Product Review ) terlebih dahulu harus ditentukan bagian yang akan di review. Bagian yang akan di review terdiri dari:

59 50 i) Informasi umum, meliputi: Nama Sediaan, Bentuk Sediaan, Tahun Pembuatan, Jumlah Bets, Ukuran Bets, Kemasan dan Pemerian. ii) Informasi khusus : a. Untuk pengujian kapsul: tanggal pembuatan, kadaluarsa, no.batch, pemerian, bobot (mg), friability (%), kekerasan (Kp), waktu hancur (detik), keseragaman kandungan ((%), rata-rata, SBR), disolusi (%), kadar (%), waktu mixing akhir (detik), hasil cetak (kaplet), hasil strip (kaplet). Contoh tabel dapat dilihat pada Lampiran 5, Tabel IV.1 b. Untuk pengujian kaplet/tablet : tanggal pembuatan, kadaluarsa, no.batch, pemerian, bobot (mg), friability (%), kekerasan (Kp), waktu hancur (detik), keragaman bobot ((%) rata-rata, SBR), disolusi (%), kadar (%), waktu mixing awal (detik), waktu pengeringan (detik), kadar air (%), waktu mixing akhir (detik), haisl cetak (kaplet), hasil strip (kaplet). Contoh tabel dapat dilihat pada Lampiran 6, Tabel IV.2. c. Untuk pengujian sirup : tanggal pembuatan, kadaluarsa, no.batch, pemerian, berat jenis (g/ml), ph, viskositas (cps), kadar zat aktif (%), waktu pencampuran (menit), volume sirup yang difilling (ml), hasil filling (botol), hasil kemas (botol). Contoh tabel dapat dilihat pada Lampiran 7, Tabel IV Pembahasan Langkah pertama dalam melakukan Pengkajian Mutu Produk (Annual Product Review/APR) adalah mencari arsip-arsip yang di simpan di gudang, arsip-arsip tersebut adalah Final QA Release atau Daftar Periksa Pelulusan Obat Jadi, yang memuat seluruh aspek produksi selama tahun 2013 (dari bulan januari sampai bulan oktober). Yaitu yang terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets. Di dalam arsip tersebut juga terdapat sertifikat analisa obat jadi, sertifikat tersebut memuat tentang pelulusan setiap jenis obat. Untuk produk syrup meliputi pemeriksaan pemerian obat, identifikasi, ph, berat jenis, viskositas,

60 51 kadar zat aktif, serta pengujian mikrobiologi. Untuk produk tablet/ kaplet meliputi pemerian obat, bobot, identifikasi, kekerasan, waktu hancur, disolusi, serta kadar. Untuk kapsul meliputi pemerian obat, identifikasi, bobot kapsul, panjang kapsul, dan kadar. Semua pemeriksaan tersebut di sertai spesifikasi dan hasil uji. Dalam Catatan Pengolahan Bets (CPB) pemeriksaannya meliputi : i) Pemeriksaan sebelum penimbangan, seperti : jumlah bahan baku, ruangan bersih, timbangan bersih dan sudah di kalibrasi, operator berpakaian lengkap dan memakai sarung tangan, tidak ada catatan produksi produk lain serta semua bahan baku yang ditimbangan telah diluluskan QC. ii) Daftar chek list bahan baku sebelum mixing iii) Proses pembuatan obat (meliputi bahan-bahan, mesin, cara, waktu) iv) Pemeriksaan selama proses filling. Catatan Pengemasan Bets meliputi : i) Hasil produksi dan hasil kemas yang disertai dengan spesifikasi dan hasil nyata. ii) Label produk ruahan dan kebersihan peralatan/ruangan, misalnya hasil kemas apabila telah diluluskan di beri label hijau. iii) Daftar periksa sebelum pelaksanaan penandaan bahan kemas, meliputi : a. Kebersihan alat dan ruangan pengemasan b. Seleksi pada etiket sebelum di cap no.bets c. Susun angka dan huruf untuk no bets, exp.date dan mfg.date d. Lakukan penandaan etiket yang telah disiapkan e. Seleksi hasil penandaan etiket serta periksa kebenarannya f. Berikan etiket yang telah diberi penandaan ke jalur pengemasan. g. Pemusnahan etika yang rusak setelah di periksa oleh QC. iv) Catatan pengemasan sekunder Dalam penyusunan APR dilihat beberapa data yang terdapat pada arsip Final QA Release untuk semua jenis obat yang diproduksi pada tahun 2013 berdasarkan jumlah bets masing-masing jenis obat tersebut.

61 Kapsul Untuk obat dalam bentuk sediaan kapsul pengkajiannya adalah sebagai berikut : i) Calcimega kapsul a. Keseragaman bobot 1. Isi kapsul Enam bets Calcimega kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki bobot isi kapsul rata-rata 662,406 mg. hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan (660mg ±5%). 2. Total kapsul Enam bets Calcimega kapsul yang di ambil sebagai sampel memiliki bobot total kapsul rata-rata 757,653 mg. hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan (760 mg ± 5%). b. Panjang kapsul Enam bets Calcimega kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki panjang kapsul rata-rata 20,823 mm. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan (21,7 mm ± 0,3) c. Keseragaman kandungan dan simpangan baku relatif Enam bets Calcimega kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki keseragaman kandungan rata-rata 100,658 % untuk nikotinamide, 104,141 % untuk vitamin B6, dan 101,18% untuk vitamin B1. Nilai rata-rata simpangan baku relatif pada bets sampel Calcimega kapsul adalah 1,658 % untuk nikotinamide, 1,658% untuk vitamin B6, dan 1,658% untuk vitamin B1. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan keseragaman kandungan (90-110%) dan simpangan baku relatif (<6%). d. Kadar Enam bets Calcimega kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki kadar rata-rata 100,57% untuk nikotinamide, 104,025% untuk

62 53 vitamin B6, dan 101,066% untuk vitamin B1. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan kadar (90-110%). e. Hasil filling Enam bets Calcimega kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki hasil filling rata-rata 300,862 kapsul. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan kapsul, akan tetapi untuk Calcimega kapsul bets KJZ 1, KJZ 2 dan KMZ 13 memiliki jumlah rata-rata hasil filling , hal tersebut di karenakan pada ketiga bets tersebut di produksi setengah bets yakni untuk kapsul. f. Hasil strip Enam bets Calcimega kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki hasil strip rata-rata 297,900 kapsul, dan 122,781 kapsul. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan hasil kemas kapsul dan hasil kemas setengah bets kapsul. ii) Redusec kapsul a. Keseragaman bobot Sepuluh bets Redusec kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki bobot total kapsul rata-rata 238,068 mg. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan (223,25-246,75). b. Waktu hancur Sepuluh bets Redusec kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki waktu hancur rata-rata 263 detik. hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan (max 900 detik) c. Keragaman bobot dan simpangan baku relatif Sepuluh bets Redusec kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki keragaman bobot rata-rata 103,316 % dan nilai rata-rata simpangan baku relatif pada bets sampel Redusec kapsul adalah 5,54%. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan keseragaman kandungan (90-110%) dan simpangan baku relatif (<6%).

63 54 d. Disolusi Sepuluh bets Redusec kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki disolusi rata-rata 105,26%. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan disolusi (t=45 Q>75). e. Kadar Sepuluh bets Redusec kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki kadar rata-rata 104,04%. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan kadar (90-110%). f. Hasil filling Sepuluh bets Redusec kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki hasil filling rata-rata 178,719 kapsul. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan 106,382 kapsul. g. Hasil strip Sepuluh bets Redusec kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki hasil strip rata-rata 105,420 kapsul. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan hasil kemas (106,382 kapsul). iii) Solathim kapsul a. Keseragaman bobot 1. Isi kapsul Sepuluh bets Solathim kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki bobot isi kapsul rata-rata 528,466 mg. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan ( mg). 2. Total kapsul Sepuluh bets Solathim kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki bobot total kapsul rata-rata 624,101 mg. hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan ( mg).

64 55 b. Keragaman bobot dan simpangan baku relatif Sepuluh bets Solathim kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki keragaman bobot rata-rata 99,43%. Nilai rata-rata simpangan baku relatif pada bets sampel Solathim kapsul adalah 1,723%. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan keseragaman kandungan (90-110%) dan simpangan baku relatif (<6%). c. Disolusi Sepuluh bets Solathim kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki disolusi rata-rata 99,042. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan disolusi (t=30 Q 85%) d. Kadar Sepuluh bets Solathim kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki kadar rata-rata 99,48%. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan kadar (90-110%). e. Hasil filling Sepuluh bets Solathim kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki hasil filling rata-rata kapsul. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan kapsul. f. Hasil strip Sepuluh bets Solathim kapsul yang diambil sebagai sampel memiliki hasil strip rata-rata kapsul. Hal ini menunjukan bahwa kapsul tersebut telah memenuhi persyaratan hasil strip ( kapsul) Sirup Untuk obat dalam bentuk sediaan sirup pengkajiannya adalah sebagai berikut : i) Anstrep suspensi a. Pemerian Spesifikasi pemerian dari Anstrep suspensi adalah larutan kental berwarna coklat dengan aroma Strawberry dan rasa manis.

65 56 Berdasarkan pengamatan terhadap sepuluh bets Anstrep suspensi, semuanya sudah memenuhi spesifikasi pemerian yang ditentukan. b. Berat jenis Rata-rata nilai berat jenis dari sepuluh bets Anstrep suspensi yang diamati adalah sebesar 1,21 g/ml. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi berat jenis Anstrep suspensi yakni antara 1,0-1,3. c. ph Rata-rata nilai ph dari sepuluh bets Anstrep suspensi yang diamati adalah sebesar 3,726. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi ph Anstrep suspensi yakni 3-5. d. Viskositas Rata-rata nilai viskositas dari sepuluh bets Anstrep suspensi yang diamati adalah sebesar 366,45 cps. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi viskositas Anstrep suspensi yakni cps. e. Hasil filling Rata-rata hasil filling yang di hasilkan dari sepuluh bets Anstrep suspensi adalah botol. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi hasil filling yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan botol. f. Hasil kemas Rata-rata hasil kemas yang di hasilkan dari sepuluh bets Anstrep suspensi adalah botol. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi hasil kemas yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan botol. ii) Curbexon sirup a. Pemerian Spesifikasi pemerian dari Curbexon sirup adalah larutan kental berwarna kuning dengan aroma orange-vanilla dan rasa manis. Berdasarkan pengamatan terhadap sepuluh bets Curbexon sirup, semuanya sudah memenuhi spesifikasi pemerian yang ditentukan.

66 57 b. Berat jenis Rata-rata nilai berat jenis dari sepuluh bets Curbexon sirup yang diamati adalah sebesar 1,09 g/ml. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi berat jenis Curbexon sirup yakni antara 1,0-1,2 g/ml. c. ph Rata-rata nilai ph dari sepuluh bets Curbexon sirup yang diamati adalah sebesar 4,26. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi ph Curbexon sirup yakni 3-5. d. Viskositas Rata-rata nilai viskositas dari sepuluh bets Curbexon sirup yang diamati adalah sebesar 113,571 cps. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi viskositas Curbexon sirup yakni cps. e. Kadar Rata-rata kadar dari sepuluh bets Curbexon sirup yang diamati adalah sebesar 103,051% untuk vitamin B1,101,88% untuk vitamin B6, 109,88% untuk vitamin C, dan 88,05% untuk nikotinamid. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi kadar vitamin B1, vitamin B6, vitamin C dan nikotinamid dari Curbexon sirup yakni % f. Hasil filling Rata-rata hasil filling yang di hasilkan dari sepuluh bets Curbexon sirup adalah botol. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi hasil filling yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan botol. g. Hasil kemas Rata-rata hasil kemas yang di hasilkan dari sepuluh bets Curbexon sirup adalah botol. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi hasil kemas yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan botol. iii) Flagsol sirup a. Pemerian Spesifikasi pemerian dari Flagsol sirup adalah larutan kental berwarna putih dengan aroma tutty fruity dan rasa manis. Berdasarkan pengamatan terhadap sepuluh bets Flagsol sirup, semuanya sudah memenuhi spesifikasi pemerian yang ditentukan.

67 58 b. Berat jenis Rata-rata nilai berat jenis dari sepuluh bets Flagsol sirup yang diamati adalah sebesar 1,114 g/ml. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi berat jenis Flagsol sirup yakni antara 1,1-1,3 g/ml. c. ph Rata-rata nilai ph dari sepuluh bets Flagsol sirup yang diamati adalah sebesar 4,67. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi ph Flagsol sirup yakni 4-6. d. Viskositas Rata-rata nilai viskositas dari sepuluh bets Flagsol sirup yang diamati adalah sebesar 367 cps. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi viskositas Flagsol sirup yakni cps. e. Kadar Rata-rata kadar dari sepuluh bets Flagsol sirup yang diamati adalah sebesar 100,95%. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi kadar Flagsol sirup yakni % f. Hasil filling Rata-rata hasil filling yang di hasilkan dari sepuluh bets Flagsol sirup adalah botol. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi hasil filling yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan botol. g. Hasil kemas Rata-rata hasil kemas yang di hasilkan dari sepuluh bets Flagsol sirup adalah botol. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi hasil kemas yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan botol Kaplet Untuk obat dalam bentuk sediaan kaplet pengkajiannya adalah sebagai berikut : i) Arfen kaplet a. Keseragaman bobot Sembilan bets Arfen kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki bobot rata-rata 603,761mg. hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan ( ).

68 59 b. Friability Sembilan bets Arfen kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki friability rata-rata 0,120%. hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan karena kurang dari max 0,5%. c. Kekerasan Kekerasan dari Sembilan bets Arfen kaplet yang diambil sebagai sampel mempunyai rata-rata 10,56 Kp. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan karena berada diantara 6-11 Kp. d. Waktu hancur Sembilan bets Arfen kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki waktu hancur rata-rata 748,25 detik. hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan (maks 900) e. Keseragaman kandungan dan simpangan baku relatif Sembilan bets Arfen kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki keragaman bobot rata-rata 100,21 %, sedangkan nilai Simpangan Baku Relatif pada sampel Arfen kaplet adalah 1,857 %. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan keragaman bobot (90-110%) dan Simpangan Baku Relatif (<6) f. Disolusi Sembilan bets Arfen kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki nilai disolusi 101,639%. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan karena berada pada rentang Q=min 80%. g. Kadar Sembilan bets Arfen kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki kadar rata-rata 99,942 % untuk Ibu profen. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan kadar zat aktif (90-110%).

69 60 h. Kadar air Sembilan bets Arfen kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki kadar air rata-rata 0,422%. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan (0,2-1,0) i. Hasil cetak Sembilan bets Arfen kaplet yang diambil sebagai sampel menghasilkan cetak rata-rata kaplet. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan kaplet. j. Hasil kemas Sembilan bets Arfen kaplet yang diambil sebagai sampel menghasilkan hasil strip rata-rata sebanyak kaplet. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan kaplet. ii) Cafmosol kaplet a. Keseragaman bobot Sepuluh bets Cafmosol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki bobot rata-rata 797,447 mg. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan ( ). b. Friability Sepuluh bets Cafmosol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki friability rata-rata 0,106%. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan karena kurang dari max 0,5 %. c. Kekerasan Kekerasan dari Sepuluh bets Cafmosol kaplet yang diambil sebagai sampel mempunyai rata-rata 10,33 Kp. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan karena berada diantara 5-8 Kp. d. Waktu hancur Sepuluh bets Cafmosol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki waktu hancur rata-rata 455,8 detik. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan (maks 900).

70 61 e. Keragaman bobot dan simpangan baku relatif Sepuluh bets Cafmosol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki keragaman bobot rata-rata 99,579% untuk paracetamol dan 99,105% untuk cofein, sedangkan nilai Simpangan Baku Relatif adalah 0,572% untuk paracetamol dan cofein. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan keragaman bobot (90-110%) dan Simpangan Baku Relatif (<6) f. Disolusi Sepuluh bets Cafmosol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki nilai disolusi 102,328% untuk paracetamol dan 98,981% untuk cofein. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan karena berada pada rentang Q=min 80%. g. Kadar Sepuluh bets Cafmosol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki kadar rata-rata 99,612% untuk paracetamol dan 99,141% untuk cofein. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan kadar zat aktif (90-110%). h. Kadar air Sepuluh bets Cafmosol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki kadar air rata-rata 1,523%. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan (0,5-1,5). i. Hasil cetak Sepuluh Bets Cafmosol kaplet yang diambil sebagai sampel menghasilkan cetaak rata-rata kaplet. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan kaplet. j. Hasil kemas Sepuluh bets Cafmosol kaplet yang diambil sebagai sampel menghasilkan hasil strip rata-rata sebanyak kaplet. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan kaplet.

71 62 iii) Cetrol kaplet a. Keseragaman bobot Enam bets Cetrol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki bobot rata-rata 202,22mg. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan (199,5-220,5). b. Friability Enam bets Cetrol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki friability rata-rata 0,185%. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan karena kurang dari max 0,5%. c. Kekerasan Kekerasan dari Enam bets Cetrol kaplet yang diambil sebagai sampel mempunyai rata-rata 7,683 Kp. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan karena berada diantara 6-8 Kp. d. Waktu hancur Enam bets Cetrol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki waktu hancur rata-rata 182,33 detik. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan (maks 900). e. Keragaman bobot dan simpangan baku relatif Enam bets Cetrol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki keragaman bobot rata-rata 102,536%, sedangkan nilai Simpangan Baku Relatif adalah 1,105%. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan keragaman bobot (90-110%) dan Simpangan Baku Relatif (<6). f. Kadar Enam bets Cetrol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki kadar rata-rata 102,536%. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan kadar zat aktif (90-110%). g. Kadar air Enam bets Cetrol kaplet yang diambil sebagai sampel memiliki kadar air rata-rata 3,495%. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan (2-5).

72 63 h. Hasil cetak Enam bets Cetrol kaplet yang diambil sebagai sampel menghasilkan cetak rata-rata kaplet. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan kaplet. i. Hasil kemas Enam bets Cetrol kaplet yang diambil sebagai sampel menghasilkan hasil strip rata-rata sebanyak kaplet. Hal ini menunjukan bahwa kaplet tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu dalam satu ukuran bets menghasilkan kaplet Dry sirup Untuk obat dalam bentuk sediaan dry sirup pengkajiannya adalah sebagai berikut : i) Cefadroxil DS a. Pemerian Spesifikasi pemerian Cefadroxil DS adalah berupa granul halus dan kering berwarna merah muda dengan aroma strawberry, ketika disuspensikan menghasilkan suspense kental dengan rasa manis. Dari ketiga bets yang diamati semua sediaan telah memenuhi spesifikasi pemerian. b. Berat jenis Rata-rata nilai berat jenis dari tiga bets Cefadroxil DS adalah 1,13 g/ml. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi berat jenis yaitu antara 1,0-1,2 g/ml. c. ph Rata rata nilai ph dari tiga bets Cefadroxil DS adalah 5,8. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi ph Cefadroxil DS yaitu antara 4-6.

73 64 d. Kadar Rata-rata nilai kadar dari tiga bets cefadroxil Ds adalah 96,106. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi kadar cefadroxil DS yaitu e. Hasil filling Hasil filling yang dihasilkan Cefadroxil DS yaitu sebesar 1995 ini sudah memnuhi spesifiksi yaitu sebanyak 2000 filling. f. Hasil kemas Hasil kemas yang didapat Cefadroxil DS yaitu sebesar Ini memenuhi spesifiksi yaitu sebesar ii) Solathin a. Pemerian Spesifikasi pemerian Solathin adalah berupa granul halus dan kering berwarna merah muda dengan aroma strawberry, ketika disuspensikan menghasilkan suspensi kental dengan rasa manis. Dari kedelapan bets yang diamati semua sediaan telah memenuhi spesifikasi pemerian. b. Berat jenis Rata-rata nilai berat jenis dari delapan bets Solathin adalah 1,054 g/ml. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi berat jenis yaitu antara 1,0-1,2 g/ml. c. ph Rata-rata nilai ph dari delapan bets Solathin adalah 7,54. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi ph Solathin yaitu antara 6-8. d. Viskositas Nilai rata-rata viskositas dari Solathin adalah 400, Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi Viskositas yaitu antara e. Kadar Rata-rata nilai kadar thiamphenikol dari delapan bets Solathin adalah 99,26. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi kadar Solathin yaitu

74 65 g. Hasil filling Hasil filling yang dihasilkan Solathin yaitu sebesar 4017 ini sudah memenuhi spesifiksi yaitu sebanyak 4000 filling. h. Hasil kemas Hasil kemas yang didapat Solathin yaitu sebesar Ini memenuhi spesifiksi yaitu sebesar iii) Solpenox a. Pemerian Spesifikasi pemerian Solpenox dari kesepuluh bets adalah berupa serbuk atau granul halus dan kering berwarna merah muda dengan aroma strawberry, yang ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan suspensi kental dengan rasa manis. Dari kesepuluh bets yang diamati semua sediaan telah memenuhi spesifikasi pemerian. b. ph Rata-rata nilai ph dari sepuluh bets Solpenox adalah 7,25. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi ph Solphenox yaitu antara 6-8. c. Kadar Rata-rata nilai kadar dari sepuluh bets Solphenox adalah 100,861. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi kadar Solphenox yaitu d. Hasil filling Hasil filling yang dihasilkan dari kesepuluh bets Solphenox yaitu sebesar ini sudah memenuhi spesifiksi, bahkan cenderung lebih. Hal itu dikarenakan bobot massa per botol yang difilling mendekati nilai spesifikasi minimum sehingga jumlah hasil filling lebih dari spesifikasinya yaitu sebanyak filling. e. Hasil kemas Hasil kemas yang didapat dari kesepuluh bets Solphenox yaitu sebesar Ini memenuhi spesifiksi, bahkan cenderung lebih. Hal itu dikarenakan bobot massa per botol yang difilling mendekati nilai

75 66 spesifikasi minimum sehingga jumlah hasil filling lebih dari spesifikasinya yaitu sebesar Kesimpulan Berdasarkan pengkajian produk pada tahun 2013 (bulan Januari-Oktober), seluruh hasil produksi baik tablet, kapsul maupun sirup, telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Namun ada beberapa produk yang yang tidak memenuhi spesifikasi pada hasil filling dan hasil kemas, hal tersebut dikarenakan adanya pengambilan sampel yang melebihi batas, seperti pengambilan sampel untuk pengujian mutu maupun sebgai contoh pertinggal yaitu sampel yang disimpan pada suhu kamar tanpa pengatur suhu dan tetap dilakukan uji berkala setiap tahunnya untuk mengetahui stabilitas produk. Contoh pertinggal akan mempermudah pengujian bila ada klaim atau laporan dari konsumen. Untuk produk yang tidak memenuhi spesifikasi perlu diadakan validasi metode analisis dan proses, untuk menjamin bahwa produk tersebut memenuhi spesifikasi.

76 BAB V PEMBAHASAN PT. Solas Langgeng Sejahtera merupakan industri farmasi yang telah menerapkan sistem CPOB dengan baik dalam seluruh kegiatan sejak pertama kali berdiri. PT. Solas Langgeng Sejahtera berusaha untuk menerapkan sistem manajemen mutu yang baik dalam setiap aspek sesuai dengan CPOB sehingga dapat menghasilkan produk yang konsisten, berkhasiat, aman dan bermutu sesuai dengan tujuan penggunaannya. Selain pemenuhan aspek-aspek CPOB, jaminan kualitas produk PT. Solas Langgeng Sejahtera, telah dibuktikan dengan diperolehnya tiga belas sertifikat CPOB untuk produk-produk non β-laktam dan empat sertifikat CPOB untuk produk-produk β-laktam. 5.1 Manajemen Mutu Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan melalui suatu Kebijakan Mutu. Sistem manajemen mutu di PT. Solas Langgeng Sejahtera telah melakukan unsur dasar manajemen mutu yang baik mencakup pola kerja yang baik dari struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya yang ada. Produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan CPOB sehingga dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. 5.2 Personalia Personil merupakan sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. PT. Solas Langgeng Sejahtera telah memiliki struktur organisasi dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas dari setiap bagiannya. Dimana struktur organisasi yang jelas diperlukan untuk memberikan batas wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil, serta adanya pembagian nxjkchjkxhtugas dan pendelegasian tugas dalam bentuk job description sehingga setiap personil yang bekerja mengetahui tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. 67

77 68 PT. Solas Langgeng Sejahtera dipimpin oleh seorang plant manager yang membawahi 3 orang apoteker sebagai personil kunci yang bertanggung jawab sebagai kepala bagian produksi, kepala pemastian mutu (QC) dan kepala pengawasan mutu (QA) yang kompeten dan memiliki kualifikasi sesuai dengan persyaratan CPOB. Setiap personil yang terlibat pada proses produksi, merupakan personil yang telah mendapatkan pelatihan secara berkesinambungan dengan jadwal yang rutin sehingga memiliki kualifikasi yang sesuai dengan persyaratan CPOB. 5.3 Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas di PT. Solas Langgeng Sejahtera didesain sedemikian rupa untuk meminimalkan pencemaran serta perlindungan maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah sehingga dapat menjaga kualitas produk sesuai dengan ketentuan CPOB. Pembagian dan posisi bangunan PT. Solas Langgeng Sejahtera dirancang berdasarkan fungsi dan disesuaikan dengan kegiaan yang dilakukan sehinga memungkinkan kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang sesuai dan mengikuti tahap produksi, serta menurut tingkat kebersihan yang disyaratkan. Dengan sarana dan letak bangunan yang sesuai dan memadai, dapat dihindari resiko kekeliruan, pencemaran silang dan berbagai keslahan lain yang dapat menurunkan mutu obat. Urutan penempatan ruangan terutama pada ruang produksi mengikuti alur kegiatan produksi dengan luas masing-masing ruangan yang sesuai, serta kondisi ruangan yang selalu dikontrol dan dijaga agar selalu sesuai dengan ksikondisi yang diperlukan. Terdapat 2 jenis area di PT. Solas Langgeng Sejahtera, yaitu grey area dan black area. Karena sediaan yang diproduksi oleh PT. Solas Langgeng Sejahtera tidak ada yang berupa sediaan steril maka ruang proses produksi, laboratorium mikrobiologi dan ruang sampling termasuk pada grey area dengan persyaratan jumlah partikel maksimal /m 3 dan batas cemaran mikroorganisme sebanyak 200 cfu/m 3. Ruang tersebut termasuk ke dalam klasifikasi ruang kelas E. Laboratorium kimia, kantor, packaging area, warehouse, bagian mesin dan area perkantoran merupakan black area.

78 69 Bangunan pabrik PT. Solas Langgeng Sejahtera terdiri dari ruang produksi Non β-laktam (NBL) dan ruang produksi β-laktam (BL) Ruang produksi β-laktam, gedung produksinya terpisah dari gedung produksi lain, hal ini untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi pencemaran silang. Dinding bangunan terbuat dari beton dan partisi Calci Board dengan rangka hollow, dinding di cat epoksi dan tidak terdapat sudut di setiap ruang yang di sebut dengan caving. Sistem tata udara diatur dengan menggunakan sistem HVAC, sistem ini berhubungan dengan kelas kebersihan yang berkaitan dengan produksi obat tujuan penggunaan sistem tersebut adalah pasokan udara untuk karyawan, menghindari kontaminasi silang antar produk, produk kepada karyawan, karyawan terhadap produk. Adapun fungsi pendingin (AC) adalah untuk mengatur suhu dan kelembapan. Untuk ruangan yang menghasilkan banyak debu dipasang dust collector dengan tujuan untuk menyedot debu dan ditampung sebagai limbah padat. Udara di koridor sirup lebih negatif daripada udara pada ruang produksinya, sedangkan udara pada koridor kaplet dan kapsul lebih positif daripada udara dalam ruang produksinya serta adanya prosedur tetap perbedaan suhu kelembapan dan tekanan dari masing-masing ruang berdasarkan perbedaan kelas ruangan. Namun ruang antara yang terdapat PT. Solas Langgeng Sejahtera belum menggunakan sistem interlock, dimana bila satu pintu terbuka maka pintu lain tidak terbuka. Selain itu proses pemecahan cincin ß-laktam ke udara bebas belum terlalu efektif dan masih tercium bau khas golongan penisilin. Konstruksi lantai di area pengolahan produksi dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien karena sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan berbentuk lengkungan yaitu dengan dinding bangunan terbuat dari beton dan partisi calci board dengan rangka hollow, dinding seluruh ruangan di cat epoksi dan tidak terdapat sudut disetiap ruang yang disebut dengan caving. Fiting lampu dibuat tertanam di atap untuk menghindari pembentukan ceruk dan mempermudah pembersihan serta tidak ada pipa yang terpasang diruangan.

79 70 Tata letak ruang produksi PT. Solas Langgeng Sejahtera dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi, misalnya ruang bagian filling sirup dan capper tutup botol lalu terhubung dengan ruang labeling serta ruang pembuatan pengikat kemudian ke ruang mixer lalu ke ruang granulator dan proses seterusnya. Selain itu alur proses memasuki ruangan produksi, pertama personil melepaskan sepatu dan pada ruangan ini terhubung dengan toilet untuk mencuci tangan, lalu masuk ke area dengan kelas lebih rendah yang terdapat loker untuk personil mengganti pakaian, menyimpan tas, kemudian terdapat step over bench dan adanya ruangan khusus mengganti pakaian kerja dengan lengkap setelah itu ruang antara yang menghubungkan dengan produksi. Gudang didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik dengan adanya ruangan penyimpanan suhu tertentu dan suhu kamar, gudang selalu bersih, kering dan penerangan yang baik serta dipelihara dalam batas suhu dan kelembapan yang ditetapkan. Penyusunan di gudang masingmasing menggunakan palet yang terbuat dari kayu agar tidak tercemar debu, kotoran, terhindar dari rembesan air serta lembab dan mempengaruhi dari bahan atau produk. Produk jadi, bahan baku dan bahan kemas dengan status karantina disimpan terpisah agar tidak mencampur dengan status yang telah diluluskan oleh QC. Penerimaan dan pengeluaran barang diatur sedemikian rupa dengan sistem FIFO dan FEFO. Ruangan laboratorium dan ruang pengawasan mutu telah terpisah dari area produksi. Laboratorium dilengkapi dengan ruangan-ruangan yang terpisah yaitu ruangan area pengujian mikrobiologi yang dilengkapi dengan LAF, ruang instrumen terpisah agar memberi perlindungan instrumen terhadap gangguan listrik, getaran, kelembapan yang berlebihan dan gangguan lain. Prosedur kerja setiap atau alat diletakkan dekat alat dengan label pada rak-rak yang ada dilaboratorium untuk mempermudah pengambilan. Sedangkan ruang IPC terdapat di masing-masing bangunan produksi.

80 71 Sistem pembersihan ruangan juga sudah dilakukan secara berkala sesuai dengan ruangan dan proses produksi yang dilaksanakan. Pembersihan ruangan dilakukan sebelum produksi dan sesudah produksi. Pembersihan menyeluruh terhadap alat, ruangan dan wadah-wadah yang digunakan selama proses produksi, setelah bersih di beri label BERSIH. Fasilitas yang tersedia di PT. Solas Langgeng Sejahtera sudah memenuhi standar yag meliputi fasilitas pengolahan air, tenaga listrik (PLN), udara bertekanan, uap air, sistem pengolahan limbah, dan sistem pengolahan udara, juga terdapat bengkel yang letaknya terpisah dari area produksi gunanya untuk penyimpanan suku cadang, asesori mesin dan perkakas bengkel. 5.4 Peralatan Peralatan dan mesin-mesin untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat. Peralatan yang digunakan di PT. Solas Langgeng Sejahtera telah memenuhi persyaratan CPOB. Pada masing-masing alat terdapat prosedur dan cara pemakaian alat dan prosedur pembersihan alat. Peralatan yang digunakan untuk proses produksi terbuaat dari stainlees steel dimana tidak menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk di luar batas yang ditentukan. Pemilihan bahan peralatan tersebut sesuai dengan bahan-bahan yang tercantum dalam Farmakope. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan mencatat di kalibrasi secara berkala dan hasil pemeriksaannya didokumentasikan dengan baik. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian seperti pelumas digunakan pelumas food grade apabila mesin kontak dengan produk misalnya pada mesin chopper atau blade agar tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian. Penempatan mesin dan peralatan disesuaikan dengan tahapan kegiatan produksi serta penyesuaian jarak yang memadai untuk memudahkan kegiatan karyawan di dalamnya. Kebersihan mesin dan peralatan harus dijaga baik sebelum maupun sesudah kegiatan produksi yang pelaksanaannya sesuai petunjuk yang ada. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi silang dengan

81 72 bahan lain yang digunakan sebelumnya. Setiap mesin dan peralatan memiliki buku pemeliharaan yang berisi riwayat pemeliharaan dan perbaikan mesin. Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi telah disanitasi sesuai prosedur tertulis biasanya dilakukan satu tahun dua kali dengan pengaliran air panas berasal dari water heater kemudian diuji batas cemaran mikroba oleh QC. Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain dipasang pada tiap ruang produksi agar mudah diakses pada tiap tahap proses dan adanya penandaan yang jelas untuk menunjukkan isi dan arah aliran dari masing-masing pipa misalnya air DM, air water heater. 5.5 Sanitasi dan Hygiene Penerapan sanitasi dan hygiene dilakukan pada setiap aspek pembuatan obat. PT. Solas Langgeng Sejahtera secara umum memenuhi persyaratan tercantum pada CPOB. Sanitasi dan hygiene diterapkan pada personalia, bangunan, mesin dan peralatan, bahan produksi dan wadahnya serta hal lain yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Program sanitasi yang dilakukan di PT. Solas Langgeng Sejahtera adalah dengan melakukan pembersihan ruangan sebelum dan sesudah bekerja, termasuk juga pembersihan peralatan. Ruangan, peralatan serta lingkungan dibersihkan secara menyeluruh minimal satu kali seminggu. Sanitasi lingkungan dan ruangan juga didukung dengan penggunaan air bersih dan sistem tata udara yang baik termasuk didalamnya penggunaan penyaring udara yang berkualitas. Setiap personil yang masuk ke dalam area produksi (grey area) harus memakai pakaian pelindung seperti baju khusus ruang produksi, masker, sarung tangan, penutup kepala dan sepatu. Hal ini dilakukan untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan menjaga keamanan serta kesehatan personil. Penerapan sanitasi dan hygiene dilengkapi dengan prosedur yang mudah dipahami dan dipatuhi yang berkaitan dengan kesehatan dan keamanan personil. Untuk personil produksi ß-laktam, sebelum memasuki atau keluar ruang produksi harus terlebih dahulu melalui air shower untuk membersihkan partikel-partikel yang menempel, khususnya pada pakaian Hal ini dilakukan

82 73 untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan keamanan serta kesehatan personil. 5.6 Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan, oleh sebab itu setiap tahapan selalu diawasi supervisior dan adanya IPC yang mengontrol hasil dari tahapan produksi. Kegiatan produksi di PT. Solas Langgeng Sejahtera tiap tahapnya telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Penggunaan alat-alat produksi sesuai dengan SOP yang ada sehingga proses kegiatan produksinya telah memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu. Setiap tahap produksi mulai dari penimbangan, pencampuran, pengisian dan pengemasan dilakukan oleh kepala seksi dan operator yang bertugas pada masing-masing bagian. Pelaksanaan IPC (In Process Control) dilakukan setiap tahapnya, sampel diambil oleh inspektor QA yang berada di ruang produksi dan dilakukan pengujian oleh bagian QC. Seluruh proses produksi yang dilaksanakan, dicatat dan didokumentasikan dalam Catatan Pengolahan Bets (CPB) dan Catatan Pengemasan Bets (bets record). Terdapat arti penomoran bets terdiri dari bentuk sediaan, bulan, tahun dan nomor produksi dari produk tersebut. Proses pengolahan produk yang berbeda di PT. Solas Langgeng Sejahtera tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang kerja yang sama karena setiap ruangan hanya terdapat satu mesin produksi sehingga tidak ada resiko kecampurbauran atau kontaminasi silang. Prosedur tetap yang berisi prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk yang disertai pemeriksaan dan pengawasan untuk menjamin mutu produk. 5.7 Pengawasan Mutu Bagian pengawasan mutu (QC) di PT. Solas Langgeng Sejahtera bertanggung jawab dalam memberikan kepastian bahwa produk memiliki mutu yang sesuai

83 74 dengan tujuan penggunaannya secara konsisten. Pengawasan mutu dilakukan meliputi pengawasan terhadap kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium, pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, uji stabilitas produk, validasi, penyusunan dan penyimpanan spesifikasi yang berlaku bagi tiap bahan dan produk termasuk metode pengujiannya dan program pemantauan lingkungan, serta menyiapkan prosedur tertulis secara rinci untuk setiap kegiatan pemeriksaan, pengujian dan analisis. Kegiatan bagian QC secara umum telah sesuai dengan ketentuan yang ada di CPOB. Bahan baku dan bahan kemas yang baru datang dari pemasok diberi label KARANTINA. QC melakukan pengambilan sampel. Setiap bahan baku harus dilengkapi dengan sertifikat analisa yang akan digunakan sebagai acuan pemeriksaan bahan. Setelah diperiksa, bahan baku yang diluluskan ditempelkan label DILULUSKAN kemudian disimpan di gudang. Apabila bahan baku ditolak ditempelkan label DITOLAK dan ditempatkan pada area return. Semua yang telah diberi label lulus telah mengalami kesesuaian terhadap spesifikasi identitas, kekuatan, kemurnian dan parameter lainnya. Produk ruahan adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dikemas. Pengambilan contoh dilakukan pada saat pembuatan berlangsung, selama 30 menit sekali. Produk ruahan harus segera diperiksa sesuai dengan spesifikasinya. Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh tahapan produksi, termasuk pengemasan dan siap untuk didistribusikan. Pengambilan sampel dilakukan pada proses pengemasan, selama 30 menit sekali. Penilaian akhir obat jadi, harus mencakup seluruh faktor terkait diantaranya memenuhi persyaratan produk, hasil pengawasan selama proses, dokumentasi produksi dan pemeriksaan kemasan akhir. Setiap bets produk, diambil contoh pertinggal yang disimpan pada suhu kamar tanpa pengatur suhu dan tetap dilakukan uji berkala setiap tahunnya untuk mengetahui stabilitas produk. Contoh pertinggal akan mempermudah pengujian bila ada klaim atau laporan dari konsumen. Pengawasan mutu melakukan

84 75 pemantauan lingkungan dengan menyampling, menguji dan pemantauan mutu air secara teratur dan limbah. 5.8 Inspeksi diri dan Audit Mutu Program inpeksi diri dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB untuk melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri di PT. Solas Langgeng Sejahtera direalisasikan dalam program rutin, pelaksanaannya di bawah tanggung jawab bagian QA dan dilakukan oleh tim inspeksi diri yang dibentuk dengan tim dari perusahaan sendiri maupun gabungan dengan pihak BPOM. Sebagai tindak lanjut dari hasil pemeriksaan, pencarian jalan keluar menggunakan CAPA (Corrective Action Preventif Actions) yang mengacu pada CPOB. Inspeksi diri dilaksanakan untuk menghindari cacat kerja kritis, menghindari cacat kerja dampak besar, memastikan dalam langkah pembuatan obat secara seksama. Aspek inspeksi diri yang dilakukan meliputi personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan peralatan, peralatan, dokumentasi, pengawasan selama proses, pengawasan mutu, penanganan keluhan dan penarikan kembali produk serta distribusi dan lainnya. 5.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Keluhan terdiri dari 2 macam yaitu keluhan dari dalam (bagian produksi, pengawasan mutu, dan gudang) dan dari luar (dokter, apoteker, rumah sakit dan pasien). Keluhan yang terjadi dapat berupa keluhan mutu produk, kecacatan produk, terjadinya efek samping yang merugikan atau obat yang tidak berkhasiat. Semua keluhan yang datang diteliti dan dievaluasi dengan cermat kemudian ditindak lanjuti. Apabila ada keluhan mengenai produk maka dibandingkan dengan produk yang disimpan di gudang retain sample dengan nomor bets yang sama. Bagian pengawasan mutu dapat mengambil kepurtusan dan menggolongkan keluhan menjadi : i) Obat kembalian yang masih dapat di olah ulang

85 76 ii) Obat kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan dapat digunakan atau dikemas ulang. iii) Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang dan harus dimusnahkan. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap obat kembalian, bagian pengawasan mutu membuat berita acara yang berisi keputusan, nama barang, nomor bets, tanggal kadaluarsa, jumlah dan hasil pemeriksaan Dokumentasi Dokumentasi merupakan bagian dari sitem informasi manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode, instruksi, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat. Selain itu untuk memastikan bahwa setiap karyawan mendapat instruksi yang jelas dan rinci mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul apabila hanya mengandalkan instruksi lisan. Dokumentasi seluruh kegiatan terutama berkenaan dengan pengadaan, produksi, penyimpanan dan distribusi obat yang ada dilingkungan PT. Solas Langgeng Sejahtera telah dilakukan dengan baik, meliputi batch record, protap produksi, operasional, perawatan gedung, perawatan alat dan perawatan penunjang lainnya, spesifikasi bahan dan produk, metode dan prosedur analisa, penyimpanan dan sebagainya. Sistem dokumentasi di PT Solas Langgeng Sejahtera belum terkomputerisasi sehingga kurang efektif dan efisien, meskipun demikian barang yang didistribusikan tercatat dengan baik untuk mengawasi distribusi dan mempermudah evaluasi barang. Dokumen asli disimpan di QA dan dikopi ke tiap bagian. Dokumen terdiri dari dokumen terkendali merupakan dokumen kopian dan tidak terkendali digunakan untuk registrasi ke luar negeri. Dokumen dibuat dengan kata tidak bermakna ganda dengan tujuan yang jelas. Semua dokumen telah disetujui, ditandatangani oleh pihak berwenang dan didistribusikan dengan baik. Setiap dokumen yang direvisi dan terdapat tanggal revisi serta nama personil yang merevisi. Dokumen disimpan dalam ruangan khusus dan disusun secara teratur untuk mempermudah saat pencarian.

86 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisa produk berdasarkan kontrak dilakukan melalui protokol toll-in dan toll-out. Toll-in berarti PT. Solas Langgeng Sejahtera sebagai penerima kontrak sedangkan pihak yang memberi tender sebagai pemberi kontrak. Toll in dilaksanakan jika PT. Solas Langgeng Sejahtera memang memiliki fasilitas produksi yang di butuhkan serta masih memungkinkan dari segi kapasitas produksi. Toll out berarti PT. Solas Langgeng Sejahtera, mengalihkan pembuatan produknya kepada perusahaan luar, umumnya disebabkan karena kapasitas produksi yang melebihi kemampuan atau akibat tidak tersedianya fasilitas produksi yang di butuhkan Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi dan validasi di PT Solas Langgeng Sejahtera dilaksanakan menurut prosedur tetap (protap) dan hasilnya didokumentasikan. Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas atau sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan konsisten. Dalam melakukan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk Validasi (RIV) merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan kinerja yang baik. Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut kualifikasi. Kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan validasi di industri farmasi. Kualifikasi dilakukan terhadap seluruh peralatan produksi, yaitu peralatan yang langsung berhubungan dengan produksi obat maupun sarana pendukung produksi seperti alat-alat yang terdapat pada bagian Pengawasan Mutu. Tahapan validasi secara umum di PT. Solas Langgeng Sejahtera yaitu : i) Kualifikasi Rancang (KR) merupakan tahap rancangan yang meliputi kualifikasi rancangan dari sistem, sub-sistem, atau peralatan.

87 78 ii) Kualifikasi Instalasi (KI) dilaksanakan berdasarkan petunjuk dari manual book, dengan cara membandingkan identitas, konstruksi, komponen, dan aksesoris yang terdapat pada protokol kualifikasi instalasi berdasarkan pengamatan langsung di lapangan. iii) Kualifikasi Kinerja (KO) dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan dalam pengoperasian mesin tersebut berdasarkan protap yang telah ditetapkan, dengan pengamatan langsung pada saat pengoperasian mesin. iv) Kualifikasi Kinerja (KK) Setelah melakukan semua kegiatan kualifikasi maka dapat dinyatakan bahwa mesin tersebut memenuhi persyaratan kualifikasi instalasi dan operasional dan layak untuk digunakan untuk menghasilkan produk yang bermutu baik. Validasi pembersihan merupakan tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa proses pembersihan akan senantiasa berjalan seperti yang direncanakan dan menghasilkan tingkat kebersihan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Untuk mendeteksi residu atau cemaran digunakan metode analisis yang telah tervalidasi, PT. Solas Langgeng Sejahtera menggunakan metode analisis Swab Test, yaitu suatu metode pengambilan contoh dengan cara mencuplik atau mnyeka permukaan langsung. Swab Test ini mempunyai kelebihan diantaranya yaitu dapat mencuplik area yang sukar dibersihkan secara langsung, dan dapat memungkinkan evaluasi paling langsung terhadap jumlah residu permukaan langsung. Namun, metode ini pun memiliki kekurangan seperti adanya bagian permukaan yang tidak dapat diseka, bahan penyeka yang dapat mempengaruhi permukaan residu, residu harus diekstraksi dari bahan penyeka sehingga jumlah atau angka penemuan kembali (recovery rates) merupakan aspek yang kritis, serta sensitivitas yang terbatsas karena keterbatasan area pengambilan cuplikan.

88 BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan dan pengamatan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilaksanakan di PT. Solas Langgeng Sejahtera, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan diantaranya : i) PT. Solas Langgeng Sejahtera telah melaksanakan seluruh aspek CPOB dalam rangka menerapkan sistem manajemen mutu, baik bangunan dan fasilitas dari perusahaan, lingkungan, proses produksi maupun personil yang terlibat telah sesuai dengan persyaratan pada, sesuai dengan Keputusan Mentri Kesehatan RRI No.43/Menkes/SK/II/1988 tentang CPOB. ii) PT. Solas Langgeng Sejahtera memiliki sertifikat CPOB sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan dan melaksanakan kegiatan produksi berdasarkan standar CPOB tersebut. iii) Mutu obat telah dibentuk dari awal proses produksi dengan memenuhi persyaratan CPOB, sehingga tidak hanya ditentukan pada produk akhir saja. iv) Semua bagian dalam struktur organisasi melaksanakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga semua kegiatan yang ada dapat dilaksanakan dengan baik. v) Profesi Apoteker memiliki tugas dan ruang lingkup yang cukup luas mulai dari bagian pengembangan produk, produksi sampai dengan bagian jaminan dan pengawasan mutu (QA/QC) 6.2 Saran Untuk meningkatkan dan menjaga kualitas produksi yang lebih baik ada beberapa hal yang disarankan bagi PT.Solas Langgeng Sejahtera i) Pelatihan untuk tiap personil perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara merata bagi semua personil agar meningkatkan pengetahuan dan kedisiplinan dalam bekerja. 79

89 80 ii) Tiap personil hendaknya selalu menggunakan atribut lengkap apabila sedang melakukan proses produksi, seperti menggunakan sarung tangan dan masker, serta selalu menutup pintu disetiap ruang produksi, untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antara produk yang satu dengan produk yang lainnya. iii) Analis yang bekerja di laboratorium hendaklah memakai atribut yang lengkap untuk menghindari kecelakaan kerja seperti sarung tangan dan masker. iv) Perbaikan bangunan harus segera dilaksanakan, terutama di ruang produksi, karena masih terdapat dinding dan lantai yang retak.

90 DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, 2010, Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/IX/2010, Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi, Departemen Kesehatan RI Jakarta 2. Anonim, 1990, Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/ Menkes/ SK/V/1990, Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi, Departemen Kesehatan RI Jakarta. 3. Anonim, 2006, Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan POM RI, Jakarta. 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta. 5. Badan Pengawas Obat dan Makanan Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. BPOM RI. Jakarta. 6. Anonim, 1988, Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 43/Menkes/SK/ 1988, Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, Departemen Kesehatan RI Jakarta 81

91 LAMPIRAN 1 DENAH PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA Gambar III.1 Denah PT. Solas Langgeng Sejahtera 82

92 LAMPIRAN 2 STRUKTUR ORGANISASI PT.SOLAS LANGGENG SEJAHTERA Komisaris Direktur Utama Pabrik produksi Teknik dan Keamanan Logistik dan Keuangan Bagian Umum Administrasi dan Personalia QA QC R&D Paten MF Registrasi Pemeliharaan Bengkel PPIC, Gudang dan Pengemasan Pembelian Kas 1. Kebersihan dan bangunan 2. Operasional kendaraan pabrik 3. Keamanan 4. Dokumen perizinan 5. personalia Akunting Personalia Pajak dan Faktur Admin Marketing Gambar III.2 Bagan struktur organisasi PT Solas Langgeng Sejahtera 83

93 LAMPIRAN 3 PROSES PENGOLAHAN LIMBAH PT.SOLAS LANGGENG SEJAHTERA Gambar III.3 Proses pengolahan limbah 84

94 LAMPIRAN 4 PROSES PENGOLAHAN AIR PT.SOLAS LANGGENG SEJAHTERA Di alirkanke Produksi Anion Kation Tangki penampungan Air dari sumber Lampu UV Raw Water tank Filter Manganis Tank Filter Softener Tank System Reverse Osmosis (Ro) Gambar III.4 Proses pengolahan air 85

95 LAMPIRAN 5 ALUR DAN PROSES PEMBUATAN OBAT PT.SOLAS LANGGENG SEJAHTERA Marketing Pembelian PPIC 2 Suplier Keuangan 5 10a Gudang Bahan Baku dan Kemas 10b Produksi QC A. Kaplet B. Sirup/Suspensi C. Kapsul D. Salep/Cream Penimbangan SPV A.Kaplet 14 B. Kapsul C. Syrup Pecampuran 15 Granulasi 16 Pengeringan QC 17 Ayak 18 Pencampuran Akhir 19 Penimbangan Pecampuran 29 Penimbangan 30 Pengisian Kapsul QC 31 Penimbangan 32 Kemas Primer 33 Penimbangan QC QC Pelarutan dan Pencampuran Pendinginan QC Pengisian Botol 37 Pencatatan Jumlah Botol 20 Pencetakan 33 Kemas Sekunder 38 QC 21 QC 24 Penimbangan 22 Kemas Primer QC 23 Penimbangan 27 Ruang Karantina/ Penimbangan 25 Gudang Obat Jadi 26 Distributor Gambar III.5. Alur pembuatan obat 86

96 LAMPIRAN 5 (lanjutan) Keterangan : 1. Marketing memberikan data pesanan produk (job order) setiap bulan 2. PPIC menghitung kebutuhan bahan baku dan bahan kemas dan mengajukan kebutuhan tersebut ke bagian pembelian 3. Pembelian membuat surat pesanan (PO) ke supplier, untuk pemesanan kebutuhan bahan baku dan bahan kemas 4. Pembelian juga memberikan data tanggal pembayaran ke supplier kepada bagian keuangan 5. Supplier memberikan tagihan ke bagian keuangan (faktur asli) 6. Bagian keuangan melakukan pembayaran ke supplier, sesuai dengan tanggal jatuh tempo. 7. Supplier mengirimkan barang ke gudang pabrik dengan dilengkapi surat jalan lengkap. 8. Gudang memberikan copy surat jalan ke bagian keuangan 9. Bahan baku dan bahan kemas diperiksa oleh QC a. PPIC memberikan perencanaan jenis obat apa saja yang akan diproduksi dan jadwal produksi bulanan b. Bagian produksi memberikan surat permintaan bahan baku dan bahan kemas ke gudang 10. Gudang memberikan bahan baku dan bahan kemas sesuai dengan permintaan produksi setelah diluluskan dari bagian QC 11. Bahan baku dibawa ke ruang penimbangan 12. Penimbangan diawasi oleh Supervisorproduksi disertai dengan pencatatan 13. Bahan yang telah ditimbang dibawa ke bagian pencampuran dan diberi label. A. Kaplet 14. Bahan yang telah dicampur dibawa ke ruang granulasi 15. Hasil granulasi dikeringkan di Fluid Bed Dryer sampai kadar air tertentu 16. Granul kering tersebut di fitz mill dan diayak untuk meratakan granul agar mudah dicetak 17. Penambahan fasa luar dan dilakukan pencampuran akhir 18. Hasil pencampuran ditimbang dan dikarantina yang kemudian dilakukan pemeriksaan oleh QC 19. Setelah diluluskan kemudian diberi label diterima dan dilakukan pencetakan. Selama pencetakan dilakukan pemeriksaan oleh IPC, bobot, friabilitas, kekerasan, waktu hancur. 20. Hasil cetak kemudian ditimbang dan diberi label timbang 21. Kemudian dibawa ke ruang kemas primer untuk distrip 22. Hasil kemas primer ditimbang dan diberi label kemudian dibawa ke ruang kemas sekunder 23. Hasil kemas sekunder dibawa ke ruang karantina, kemudian ditimbang setiap kartonnya. 24. Hasil obat jadi tersebut disimpan dalam gudang obat jadi. 87

97 LAMPIRAN 5 (lanjutan) 25. Pengiriman obat ke distributor dengan disertai surat jalan dan pembuatan faktur penjualan. 26. Sebelum obat jadi masuk ke dalam gudang obat jadi, diperiksa dan di kontrol oleh QC. B. Kapsul 27. Bahan yang telah ditimbang dilakukan pencampuran 28. Hasil pencampuran setelah homogen, kemudian ditimbang dan diberi label timbang dan label karantina. Hasil pencampuran diperiksakan ke QC. 29. Setelah mendapat label diterima oleh QC, kemudian proses pengisian ke kapsul yang dikontrol oleh QC. 30. Hasil pengisian kapsul ditimbang dan diberi label, kemudian dilakukan proses penyetripan. 31. Hasil strip kemudian dilakukan penimbangan 32. Kemudian dibawa ke ruang kemas sekunder, selanjutnya sesuai dengan No C. Sirup 33. Bahan yang telah ditimbang dilakukan pencampuran dan dilarutkan 34. Setelah homogen dilakukan pendinginan 35. Setelah mendapat tanda lulus dari QC kemudian proses pengisian ke botol 36. Jumlah botol yang terisi dicatat dan disimpan dalam keranjang. 37. Kemudian dibawa ke dalam ruang kemas sekunder. Selanjutnya sesuai dengan No

98 89

99 LAMPIRAN 6 PENGKAJIAN PRODUK TAHUNAN KAPSUL Tabel IV.1. pengkajian produk tahunan (kapsul) Nama Sediaan : Bentuk Sediaan : TahunPembuatan : Jumlah Bets : Ukuran Bets : Kemasan : Pemerian : No Tanggal Pembuat an Kadalua rsa No. Batch Peme rian Pengawasan Mutu Bobot (mg) Waktu Keragaman bobot (%) Kadar (%) Hancur Bobot total Bobot isi (detik) B6 B1 446,5-358,7- Max Ratarata SBR Ratarata SBR Positif 493,5 425,2 900 Rata-rata SD SBR 90

100 LAMPIRAN 6 PENGKAJIAN PRODUK TAHUNAN KAPSUL (lanjutan) No Vit B6 Kadar (%) Vit Mangan B12 sulfat Cupri sulfat Waktu Mixing Awal (detik) Waktu Mixing Akhir (Detik) Produksi Hasil Filling kapsul Hasil Strip (kapsul) Positif Positif Positif Ratarata SD SBR 91

101 LAMPIRAN 7 PENGKAJIAN PRODUK TAHUNAN KAPLET Tabel IV.2. pengkajian produk tahunan (kaplet) NamaSediaan : TahunPembuatan : Jumlah Bets : Ukuran Bets : Kemasan : Pemerian : No Tanggal Pembuat an Kadal uarsa No. Batch Peme rian Bobot (mg) Keseragaman Kandungan (%) Ratarata SBR 199,5-220,5 PengawasanMutu Friab ility (%) Maks. 0,5 Kek eras an (Kp) 5-7 Waktu Hancur (detik) Maks. 5 menit <6 Disolusi (%) t=45 Q 75% Kadar (%) Waktu Mixing Awal (detik) Waktu penger ingan (detik) Kadar Air (%) Produksi Waktu Mixing Akhir (Detik) Hasil cetak (kaplet) Hasil strip (kaplet) ,5-6, Rata Rata SD SBR 92

102 LAMPIRAN 8 PENGKAJIAN PRODUK TAHUNAN SIRUP Tabel IV.3. pengkajian produk tahunan (sirup) NamaSediaan : BentukSediaan : TahunPembuatan : Jumlah Bets : Ukuran Bets : Kemasan : Pemerian : No Tanggal Pembua tan Kadalu arsa No. Batch PengawasanMutu Pemeri an Berat jenis (g/ml) ph Viskositas (cps) Kadar ZatAktif (%) Waktu pencamp uran (menit) Volume syrup yang di filling (ml) Produksi Hasil filling (botol) Hasil kemas (botol) 1,1-1, Rata Rata SD SBR 93

103 94

104

105 CURRICULUM VITAE Nama lengkap : Nur Azizah NIM : Tempat/Tanggal lahir : Karawang / 19 september 1990 Alamat lengkap : Dusun kenangadua, rt/007 rw/003, desa.solokan, kec.pakis jaya, kab.karawang. No. Telp/HP : Alamat zieroziero28@gmail.com Judul laporan : Laporan PKPA di PT. Solas Langgeng Sejahtera dan di Apotek Kimia Farma 381 kopo Bandung Jurusan : Apoteker Fakultas : Farmasi Unjani Tahun Angkatan : 2013 Tgl/bln/thn lulus : 24 Maret 2014 Riwayat pendidikan : 1. MI Mathla ul Anwar Karawang (Tahun lulus 2002) 2. Mts Mathla ul Anwar Karawang (Tahun lulus 2005) 3. SMA Mathla ul Anwar Karawang (Tahun lulus 2008) 4. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Bandung (Tahun lulus 2012) 5. Universitas Jendral Achmad Yani Program Studi Profesi Apoteker (Tahun lulus 2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK 7 2013, No.122 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK PENDAHULUAN PRINSIP

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.382, 2014 KEMENHAN. Peralatan Kesehatan. Lembaga Farmasi TNI. Standardisasi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017 INDUSTRI No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan Substansi materi Dosen I Selasa, 29 Agustus 2017 Pendahuluan -Ruang lingkup industri farmasi -Pemenuhan CPOB -Jenis-jenis industri farmasi -Ciri-ciri industri farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.794, 2014 KEMEN KP. Obat Ikan. Cara Pembuatan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2014 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT IKAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN Disusun Oleh: Nelli Purba, S.Farm. NIM 083202142 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

BAB 1 MANAJEMEN MUTU

BAB 1 MANAJEMEN MUTU Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 BAB 1 MANAJEMEN MUTU PRINSIP Industri obat tradisional harus membuat obat tradisional sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG, PERIODE 1 APRIL 29 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YESSICA

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LOEDFIASFIATI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.393, 2011 BADAN POM. Obat Tradisional. Pembuatan. Persyaratan Teknis. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.06.11.5629

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK BAB 1

PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK BAB 1 Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisioanl Yang Baik (CPOTB) PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.06.11.5629 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG Disusun Oleh : Eka Saputra, S. Farm. 073202020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.04.1.33.12.11.09938 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENARIKAN OBAT YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR DAN/ATAU PERSYARATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 18 JULI 16 SEPTEMBER 2011

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: CINDY HERIYANTI. H, S. Farm. (NPM: 2448715105) PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 659/MENKES/SK/X/1991 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa untuk membuat obat tradisional yang memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang berhak mendapat kesehatan yang layak seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan alternatif solusi kesehatan masyarakat. Oleh karena harga obat tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan alternatif solusi kesehatan masyarakat. Oleh karena harga obat tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, penggunaan obat tradisional dan obat yang berasal dari bahan alami semakin marak di masyarakat. Obat tradisional dan obat bahan alam menjadi pilihan alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman masyarakat semakin sadar bahwa akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Mala Febriani S. Farm. 083202139 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA (LAFIAU) Drs. ROOSTYAN EFFENDIE, Apt Disusun Oleh : Ratna susanti,s.fram 083202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : HELMY ANDRIANTO WIDJAYA, S.Farm. NPM. 2448716033 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI Di PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi (3 31 Oktober 2011) Disusun Oleh: Pipi Saputri, S.Farm. NIM 103202102

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : KONSEP DASAR PENGAWASAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung. Disusun Oleh:

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung. Disusun Oleh: LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung Disusun Oleh: Debora R. Hutagaol, S.Farm. NIM 133202215 Dinda Ayyu Hanjaya, S.Farm. NIM 133202126

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN 3.1 Keterlibatan Dalam Produksi Praktek Kerja Profesi Apoteker di P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, dilaksanakan

Lebih terperinci

PERSONALIA

PERSONALIA PERSONALIA 1. Persyaratan Umum Jumlah dan Pengetahuan: Memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mempunyai sikap dan kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan Cara Pembuatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) 2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara Perjalanan sejarah dimulai ketika di pangkalan udara belum

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI LANDSON PT. PERTIWI AGUNG JALAN DDN SUKADANAU CIKARANG BARAT BEKASI PERIODE 9 SEPTEMBER-7 NOVEMBER 2014 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB Disampaikan oleh: Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik & PKRT Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IKATAN APOTEKER INDONESIA Tangerang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARAT PERIODE 1 JULI 26 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS OKTOBER 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS OKTOBER 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS 2015 09 OKTOBER 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: YUVITA ROSARY DEVA, S. Farm NPM. 2448715154 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (LAFI DITKESAD) PERIODE 01 30 NOVEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan industri farmasi sangat penting dalam membantu pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas yang dibutuhkan

Lebih terperinci