UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG, PERIODE 1 APRIL 29 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YESSICA LISYANA, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG, PERIODE 1 APRIL 29 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker YESSICA LISYANA, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii

3

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXVI, yang diselenggarakan pada tanggal 1-29 April 2013 di PT. Lapi Laboratories, Kawasan Industri Modern Cikande, Serang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Apollo Suhaimi, Apt., selaku Plant Manager, yang telah memberi izin dan fasilitas kepada mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker. 2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Dekan Fakultas Farmasi. 3. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi. 4. Ibu Sin Chen, S.Si, Apt., selaku pembimbing dan Validation Manager PT.LAPI Laboratories. yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam penyusunan laporan ini. 5. Bapak Dr. Herman Suryadi, M.S., Apt selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi UI. 6. Seluruh manajer dan supervisor PT. LAPI Laboratories yang telah membimbing penulis selama pelaksanaan PKPA di PT. LAPI Laboratories. 7. Seluruh staf dan karyawan PT. LAPI Laboratories, yang telah membantu penulis selama pelaksanaan PKPA. 8. Orang tua dan keluarga yang mendukung dan mendoakan penulis 9. Teman-teman Program Profesi Apoteker Angkatan 76 UI. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat kelak untuk semua pihak yang berkepentingan. Penulis memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan laporan ini. Depok, Juni 2013 Penulis iv

5

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat yang baik... 5 BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT. LAPI LABORATORIES Sejarah Singkat Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Struktur Orgsanisasi BAB 4. PEMBAHASAN Manajemen mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN v

7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Alur Kegiatan Analytical Development Gambar 3.2. Alur Proses Registrasi Gambar 3.3. Bagan Proses Evaluasi Berkas Registrasi di BPOM vi

8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. LAPI Laboratories Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. LAPI Laboratories Lampiran 3. Struktur Organisasi Bagian QMR Lampiran 4. Struktur Organisasi Bagian QA Lampiran 5. Struktur Organisasi Bagian CE Lampiran 6. Struktur Organisasi Bagian VN Lampiran 7. Struktur Organisasi Bagian AD Lampiran 8. Struktur Organisasi Bagian QC Lampiran 9. Struktur Organisasi Bagian RN Lampiran 10. Struktur Organisasi Bagian RD Lampiran 11. Struktur Organisasi Bagian PPIC Lampiran 12. Struktur Organisasi Bagian PN Lampiran 13. Struktur Organisasi Bagian EG Lampiran 14. Alur Pengolahan Limbah Cair Lampiran 15. Alur Pembuatan WFI dan PW vii

9 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan salah satu unsur dari kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kesehatan masyarakat dalam bidang kesehatan yakni dengan menyediakan obat-obatan yang bermutu dan terdistribusi secara merata, mudah diperoleh serta terjangkau oleh masyarakat. Industri farmasi mempunyai peran penting dalam menjamin dan memperbaiki kesehatan masyarakat, memproduksi obat, meminimalkan resiko kesehatan, dan menjamin pelayanan kesehatan yang berkesinambungan. Industri farmasi terus melakukan inovasi sehingga menghasilkan produk baru dan juga memiliki jaminan mutu bahwa obat tersebut memiliki kualitas yang baik sehingga dapat memberikan efek seperti yang diharapkan dan aman bila digunakan oleh konsumen sesuai dengan aturan penggunaan yang ada. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang industri farmasi. Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Proses pembuatan obat dan atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Dalam menjamin mutu suatu obat perlu diterapkan suatu pedoman mengenai cara pembuatan obat yang baik dan benar di seluruh aspek dalam rangkaian produksi yang disebut dengan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Hal ini didasarkan pada peraturan Menteri Kesehatan No.1799/Menkes/Per/XII/2010 yang mengharuskan seluruh industri farmasi untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik yang terkait dalam pelaksanaan rangkaian produksi obat. Dengan adanya ketentuan ini, industri farmasi diharuskan untuk meningkatkan mutu produknya sebagaimana yang dimaksudkan dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan obat jadi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Dalam merealisasikan tujuan tersebut, dibutuhkan peran apoteker dalam meningkatkan fungsinya dalam bidang industri farmasi dan sebagai pemberi 1

10 2 informasi obat yang tepat sehingga produk obat yang dihasilkan memiliki kualitas dan aman bagi konsumen. Selain itu diharapkan apoteker dapat menghayati peranan dan fungsi sebagai salah satu staf managerial pada industri farmasi yang merupakan salah satu tempat pengabdian bagi seorang apoteker. Untuk memahami peranan apoteker dalam bidang industri farmasi maka dalam rangka memberikan pemahaman bagi para calon apoteker tentang perannya tersebut maka program profesi apoteker menjalin kerjasama dengan industri farmasi untuk mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. LAPI laboratories. Diharapkan para calon apoteker mendapatkan gambaran dan pengetahuan dibidang industri farmasi. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT LAPI laboratories bertujuan agar para calon apoteker : Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek CPOB yang berhubungan dengan industri farmasi serta mengetahui penerapan CPOB di PT.LAPI Laboratories Mengetahui peran dan tanggung jawab apoteker di industri farmasi.

11 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Sedangkan bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi. Industri farmasi mempunyai fungsi dalam pembuatan obat dan/atau bahan obat, pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan Persyaratan Usaha Industri farmasi Perusahaan industri farmasi wajib mempunyai Izin Usaha Industri Farmasi sebelum berproduksi. Izin usaha industi farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap berproduksi sesuai persyaratan CPOB. Tahap persetujuan prinsip harus dilalui oleh setiap industri farmasi untuk dapat memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi. Persetujuan prinsip diberikan kepada industri farmasi agar melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi, peralatan dan lain-lain yang diperlukan termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu tiga tahun, dan setiap enam bulan sekali perusahaan yang bersangkutan menyampaikan informasi kemajuan pembangunan proyeknya kepada Direktur Jenderal dari Kementerian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) dan 3

12 4 kepala dinas kesehatan provinsi. Industri farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin usaha industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan industri farmasi yang bersangkutan berproduksi. Industri farmasi yang melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan penanggung jawab, atau nama industri harus dilakukan perubahan izin. Persyaratan yang harus dipenuhi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 agar suatu industri farmasi memperoleh izin industri farmasi adalah sebagai berikut : 1. Berbadan usaha berupa Perseroan Terbatas (PT). 2. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat. 3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu. 5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup. Oleh karena itu industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Selain wajib memenuhi persyaratan CPOB, industri farmasi juga wajib melakukan farmakovigilans yaitu seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian (assessment), pemahaman dan pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat. Apabila dalam melakukan farmakovigilans

13 5 industri farmasi menemukan obat dan/atau bahan obat hasil produksinya yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu, industri farmasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Kepala Badan POM Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi dilakukan bila Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi: a. Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan tanpa izin. b. Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar. c. Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan RI. d. Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu). e. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi. 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) CPOB merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan Good Manufacturing Practices dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Ruang lingkup CPOB terdapat dua belas aspek yang harus dipenuhi dalam penerapan CPOB meliputi: manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi,

14 6 pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi (BPOM, 2006) Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu Kebijakan Mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya serta pemastian mutu. Konsep dasar pemastian mutu, CPOB dan pengawasan mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaanya. Sedangkan pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi, dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Selain itu di dalam manajemen mutu dijelaskan pula mengenai pengkajian mutu produk. Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala terhadap semua obat terdaftar, termasuk ekspor dengan tujuan membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh

15 7 sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu. Kepala produksi, pemastian mutu dan pengawasan mutu hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Dalam struktur organisasi industri farmasi bagian produksi, manajemen mutu atau pengawasan mutu dipimpin oleh orang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan, dan petugas kebersihan) dan personil lain yang kegiatannya akan berdampak pada mutu produk. Pelatihan hendaknya diberikan oleh orang yang terkualifikasi secara berkesinambungan dan efektifitas penerapannya dinilai secara berkala Bangunan dan Fasilitas Mengenai bangunan dan fasilitas, CPOB menjelaskan ketentuan-ketentuan bangunan dan fasilitas pada area penimbangan, area produksi, area penyimpanan, area pengawasan mutu, serta sarana pendukung (ruang istirahat, kantin, mengganti pakaian kerja, toilet, bengkel perbaikan dan perawatan peralatan). Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat

16 8 menurunkan mutu obat, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Bab peralatan menjelaskan mengenai ketentuan desain dan konstruksi, pemasangan dan penempatan peralatan serta perawatan. Peralatan hendaknya didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya. Peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian. Peralatan ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama. Peralatan satu sama lain ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari penumpukan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur-baur produk. Peralatan dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang bisa mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan dalam setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan, perlengkapan, bahan produksi, serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melaui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Program senantiasa dievaluasi secara berkala untuk menjamin efektifitas dan memenuhi persyaratan Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi

17 9 ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Aspek produksi mencakup perlakuan terhadap bahan awal; validasi proses; pencegahan pencemaran silang; sistem penomoran bets atau lot; penimbangan dan penyerahan; pengembalian; pengolahan; bahan dan produk kering; liquid, creams dan ointment; bahan pengemas; kegiatan pengemasan; pengawasan selama proses; bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan; karantina dan penyerahan produk jadi; penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi; pengiriman dan pengangkutan. Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Perhatian khusus diberikan pada masalah pencemaran silang. Pencemaran silang dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, misalnya dengan tersedianya ruang penyangga udara dan penghisap udara. Semua bahan yang dipakai dalam pengolahan diperiksa lebih dahulu sebelum digunakan. Kondisi daerah pengolahan dipantau dan dikendalikan sampai tingkat yang disyaratkan. Sebelum pengolahan dimulai ditempuh langkah yang menjamin bahwa daerah pengolahan dan peralatan bebas dari bahan, produk yang tidak diperlukan Pengawasan Mutu (Quality Control) Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian mutu bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.

18 10 Pengawasan mutu mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga program pemantauan lingkungan, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk. Pengawasan mutu/quality Control mencakup ketentuan cara berlaboratorium pengawasan mutu yang baik; pengawasan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi; dokumentasi; pengambilan sampel, dan persyaratan pengujian Inspeksi Diri dan Audit Mutu Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi kriteria Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan, dan dilakukan secara rutin. Pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran dilakukan. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi

19 11 yang merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dan dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Keluhan terhadap obat mencakup keluhan terhadap mutu (keadaan fisik, kimia dan biologi), reaksi yang merugikan atau masalah efek terapetik (tidak berkhasiat). Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, daluwarsa, masalah keabsahan, atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang bersangkutan. Pabrik hendaklah membuat prosedur untuk menahan, menyelidiki dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah obat tersebut dapat diproses kembali atau harus dimusnahkan Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur tetap, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.

20 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan setiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian pemastian mutu. Pada bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap Otoritas Pengawasan Obat (OPO) dalam hal pemberian izin edar dan pembuatan obat Kualifikasi dan Validasi Pada bab ini menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dan kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikasi terhadap fasilitas, peralatan, dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasi di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. Pada validasi proses dapat berupa validasi prospektif, validasi concurent, validasi retrospektif, selain validasi proses ada pula validasi pembersihan, validasi metode analisis, validasi ulang dan pengendalian perubahan. Kualifikasi adalah suatu tindakan pembuktian yang terdokumentasi dengan tujuan untuk memastikan bahwa instrumen atau sistem yang digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Kualifikasi mencakup : a. Kualifikasi desain (Design Qualification) yaitu suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan bahwa desain dari fasilitas, sistem dan peralatan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

21 13 b. Kualifikasi instalasi (Installation Qualification) yaitu suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan bahwa alat atau instrumen telah dipasang sesuai dengan desain dari spesifikasi instalasi alat tersebut. c. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification) adalah suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan bahwa alat atau instrumen tersebut telah dapat beroperasi sesuai spesifikasinya. d. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification) yaitu suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan kinerja dari alat tersebut telah menghasilkan produk atau keluaran (output) lain secara konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. e. Kualifikasi fasilitas, peralatan dan sistem terpasang yang telah operasional yaitu suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat, kalibrasi, pembersihan, perawatan preventif serta prosedur dan catatan pelatihan operator.

22 3.1 Sejarah Singkat BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT. LAPI LABORATORIES PT. LAPI Laboratories pada awalnya merupakan sebuah klinik dan laboratorium asma dan alergi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Dr.Indrayana pada tahun Nama LAPI sendiri merupakan singkatan dari Laboratorium Asma dan Alergi Pertama di Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu, PT. LAPI Laboratories berkembang menjadi sebuah industri farmasi yang maju, dan pada tahun 1994 PT. LAPI laboratories membangun pabrik di Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Kav Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Visi PT. LAPI Laboratories mempunyai visi: Menjadi salah satu perusahaan farmasi terbaik di Indonesia Misi PT. LAPI Laboratories mempunyai misi sebagai berikut : a. Memuaskan pelanggan dengan memberikan produk yang aman, efektif, dan bermutu dengan harga yang terjangkau serta pelayanan yang terbaik. b. Menjadi pusat pembuatan produk-produk bermutu melalui perbaikan kualitas secara berkelanjutan. c. Menjadi pusat pengembangan sumber daya yang bermutu. d. Menjadi pelopor perubahan teknologi melalui pusat riset dan pengembangan sarana produksi dan pengawasan mutu. e. Menjadi perusahaan yang memberikan perhatian kepada pekerja, pelanggan, dan masyarakat. f. Menjadi perusahaan yang memberikan keuntungan kepada para pemegang saham. 14

23 Kebijakan Mutu PT. LAPI Laboratories mempunyai kebijakan mutu: memberikan produk yang berkualitas untuk meningkatkan kesehatan masyarakat agar menjadi lebih baik. 3.3 Struktur Organisasi PT. LAPI Laboratiories dipimpin oleh seorang direktur yang membawahi General Manager, Plant Manager, Project Specialist, serta membawahi beberapa Manager bagian. Adapun struktur organisasi dari PT. LAPI Laboratories selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Bagian Quality Management System & Training (QMR) Bagian QMR merupakan bagian yang menyusun sistem manajemen mutu, mengendalikan dokumen dan rekaman dari tiap-tiap bagian di PT. LAPI Laboratories serta melakukan pelatihan dan seminar bagi karyawan. QMR dipimpin oleh seorang manajer, yaitu QMR Manajer. Manajer QMR membawahi QMR supervisor yang dibantu oleh administrator. Struktur organisasi bagian QMR dapat dilihat pada Lampiran 2. Manajemen mutu bertujuan untuk memastikan bahwa sistem mutu diterapkan dengan tepat dan efektif, untuk meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. PT. LAPI Laboratories menerapkan sistem manajemen mutu yang berpedoman pada ISO 9001:2008 dan CPOB. Sistem manajemen tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan pelanggan melalui perkembangan yang berkelanjutan. Tugas dan tanggung jawab bagian QMR adalah sebagai berikut 1. Membuat dan menyimpan dokumen Selain manajemen mutu, salah satu hal yang sangat penting dalam pengoperasian suatu perusahaan farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB adalah dokumentasi. Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi

24 16 manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat.. Dokumentasi pada PT. LAPI Laboratories terdiri atas dokumen dan rekaman. Dokumen di PT. LAPI Laboratories dibagi menjadi 4 level, yaitu : a. Level I (manual mutu) Merupakan pernyataan kebijakan mutu perusahaan yang dikeluarkan oleh pemimpin perusahaan serta merupakan pernyataan komitmen perusahaan terhadap sistem manajemen mutu. b. Level II (prosedur mutu) Merupakan implementasi dari manual mutu untuk pencapaian sistem manajemen mutu. c. Level III (petunjuk kerja) Merupakan implementasi dari prosedur mutu dan bersifat lebih terperinci dan teknis untuk pencapaian sistem manajemen mutu. Dokumen level III dibagi menjadi 2, yaitu: i. Level III A, terdiri dari: dokumen proses produksi, validasi, dokumen stabilitas. ii. Level III B, terdiri dari: petunjuk kerja bagian. d. Level IV (dokumen pendukung) Merupakan dokumen pendukung/penunjang yang dibutuhkan untuk pencapaian sistem manajemen mutu (termasuk dokumen eksternal).contoh; spesifikasi, daftar, gambar, formulir, logbook dan petunjuk pelaksanaan. Dari keempat level dokumen yang tergolong dalam rekaman adalah level III A dan IV. Rekaman merupakan catatan/bukti dari aktivitas yang dilakukan dan akan dimasukan ke dalam dokumen. Salinan dokumen yang telah dibuat akan didistribusikan ke tiap-tiap bagian sedangkan dokumen asli disimpan oleh bagian QMR. Untuk periode penyimpanan rekaman tercantum pada daftar induk rekaman apabila telah habis periode penyimpanannya maka dapat dimusnahkan

25 17 dengan cara dibakar atau dengan penghancur kertas dan dibuat berita acara pemusnahan. 2. Melakukan tinjauan manajemen Melakukan review untuk menilai sistem manajemen di PT. LAPI Laboratories, sudah berjalan dengan baik atau tidak. 3. Melakukan tinjauan dokumen Memeriksa dan memperbarui dokumen yang ada sesuai dengan keadaan saat ini. Seluruh dokumen yang berlaku dan telah dipakai selama 5 tahun (dilihat dari bulan dan tahun berlaku) akan dilakukan peninjauan ulang untuk memastikan dokumen yang ada masih up to date dengan sistem yang digunakan saat itu atau tidak. Hasil yang didapatkan dari peninjauan ulang ini bisa terdapat 3 kemungkinan yaitu dokumen masih up to date sehingga tidak perlu direvisi, dokumen sudah tidak up to date sehingga harus direvisi atau dokumen sudah tidak dibutuhkan sehingga dokumen dapat dihapus. 4. Mengkordinasikan pelatihan dan seminar dan evaluasi. Menyusun dan membuat jadwal pelatihan dan seminar yang diperlukan oleh setiap bagian perusahaan dan mengevaluasi dampak dari pelatihan tersebut. Pelatihan dan seminar dilakukan secara berkala dan disesuaikan dengan kebutuhan. Pelatihan yang diadakan dapat berupa pelatihan internal maupun eksternal. Pelatihan internal adalah pelatihan yang dilakukan oleh pabrik dan ditentukan oleh bagian masing-masing. Pelatihan internal merupakan pelatihan yang bersifat rutin (misal: pelatihan CPOB). Pelatihan eksternal adalah pelatihan yang dilakukan di luar pabrik berupa public training/ in house training. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara post test Bagian Quality Assurance (QA) Bagian QA merupakan bagian dari Quality Operational yang dipimpin oleh seorang manajer, yaitu QA Manajer, yang membawahi QA Released

26 18 Supervisor dan QA Inspection Supervisor dan dibantu oleh administrator. Struktur organisasi bagian QA dapat dilihat pada Lampiran 3. Tanggung jawab bagian QA antara lain adalah : 1. Pengawasan Selama Proses Produksi (IPC/ In Process Control) IPC merupakan pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan dan dilaksanakan selama proses pembuatan produk (Badan POM RI, 2006). Pengawasan ini berlangsung mulai dari tahap penimbangan, pengolahan, pengemasan primer dan pengemasan sekunder. Pada tahap penimbangan bahan baku harus dipastikan bahwa proses penimbangan sesuai dengan prosedur yang tersedia (nama bahan baku, jumlah bahan baku dan sebagainya). Pada tahap pengolahan produk harus dilakukan pemeriksaan fisik yang berbeda-beda tergantung pada jenis sediaannya. Berikut jenis-jenis pemeriksaan fisik selama proses produksi yaitu : 1. Sediaan sirup: pemerian, ph, berat jenis dan viskositas 2. Sediaan tablet: pemerian, bobot, ketebalan, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur 3. Sediaan tablet coated: pemerian, bobot, ketebalan dan waktu hancur 4. Sediaan kapsul: pemerian, bobot dan waktu hancur 5. Sediaan injeksi: pemerian, kadar air, ph dan bobot Pada tahap pengemasan primer juga dilakukan pemeriksaan yang berbedabeda tergantung pada jenis sediaannya, antara lain : 1. Sediaan sirup: tes kebocoran, tes torque dan pemeriksaan kualitas cap seal 2. Blister/ Strip: tes kebocoran, pemeriksaan kualitas strip/ blister dan pemeriksaan penandaan seperti no. bets dan tanggal kadularsa (untuk yang diembosed di kemasan primer) Untuk tahap pengemasan sekunder dilakukan pemeriksaan secara acak sejumlah, dimana N adalah jumlah karton yang dihasilkan dalam 1 bets produk.

27 19 2. Pelulusan Produk Jadi dan Pengendalian Catatan Bets Pelulusan produk merupakan proses yang memungkinkan suatu produk dikeluarkan dari status karantina dengan menggunakan sistem dan prosedur untuk menjamin produk jadi tersebut memenuhi spesifikasi pelulusannya (Badan POM RI, 2006). Tanggung jawab QA pada bagian ini antara lain pemeriksaan, pelulusan produk jadi dan pemastian status disposisi (label) produk jadi. Selain pelulusan produk jadi, QA juga melakukan pengendalian catatan bets dan bertanggung jawab untuk menyimpan dan mengeluarkan catatan bets serta memusnahan catatan bets. Catatan bets terdiri dari catatan pengolahan bets, catatan pengemasan bets, sertifikat analisis produk jadi, catatan pengujian IPC, kimia dan atau mikrobiologi. Pemusnahan catatan bets dilakukan setelah dokumen disimpan selama waktu kadaluarsa ditambah 1 tahun dihitung dari bulan penyimpanan dokumen. 3. Penanganan Penyimpangan/Kegagalan Bets Penyimpangan/kegagalan bets adalah setiap ketidaksesuaian dari Dokumen Produksi Induk (DPI) atau Prosedur Produksi Induk (PPI) yang tidak direncanakan atau setiap tindakan penanggulangan yang mempunyai dampak pada status dan mutu produk. Pada bagian ini, QA bertanggung jawab untuk : a. Mengkoordinasikan penyelidikan penyimpangan/ kegagalan bets dengan bagian terkait b. Menentukan dan mengevaluasi tindakan koreksi c. Menentukan disposisi bets tersebut d. Menentukan tindak lanjut dan tindakan pencegahannya 4. Pengkajian Produk Tahunan Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala, umumnya dilakukan setiap tahun dan dituangkan dalam dokumen Pengkajian Produk Tahunan. Pembuatan dokumen ini dilakukan untuk produk yang jumlahnya melebihi 3 bets per tahu. Pengkajian produk tahunan dimaksudkan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi, untuk menganalisis tren dan mengidentifikasi perbaikan yang

28 20 diperlukan untuk produk dan proses (BPOM RI, 2009). QA bertanggung jawab untuk melakukan penginputan data, penyusunan laporan, pemeriksaan laporan, persetujuan laporan dan evaluasi laporan. 5. Penanganan Produk Kembalian Produk yang dikembalikan adalah produk obat jadi yang dikembalikan ke bagian gudang pabrik dengan alasan produk hampir atau sudah mencapai masa kadaluarsa atau produk rusak kemasannya (kemasan primer/sekunder). Produk kembalian dengan kondisi dalam keadaan terbuka dari kemasan primernya, produk dengan tanda-tanda gigitan hewan (misalnya hewan pengerat) pada kemasan primernya harus langsung ditolak. QA bertanggung jawab untuk mendata dan memeriksa produk kembalian, serta berkoordinasi dengan QC jika diperlukan analisa di laboratorium. Hasil disposisi QA terhadap produk kembalian dapat berupa reject, repack/reprocess, released (kembali ke stok gudang), monitoring retur maupun pengobatan. 6. Penanganan Penarikan Produk Penarikan kembali produk dapat terjadi karena surat perintah dari Badan POM, adanya keluhan yang menyebabkan produk harus ditarik dan penelitian internal. Bagian QA bertanggung jawab untuk menentukan disposisi penarikan kembali produk dan mengkoordinasikan penarikan kembali produk Bagian Compliance (CE) CE merupakan bagian dari Quality Operational yang bertujuan untuk menjamin pemenuhan terhadap regulasi (mencakup CPOB dan ISO 9001) dan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Pada awalnya compliance merupakan bagian dari QA (Quality Assurance). Namun sejak juli 2012, compliance dipisahkan dari bagian QA dengan struktur organisasi yang dapat dilihat di Lampiran 4. Tanggung jawab bagian CE antara lain adalah : 1. Audit Internal dan Audit Eksternal

29 21 Audit mutu pada PT. LAPI Laboratories terdiri dari dua yaitu audit internal dan eksternal. Pelaksanaan audit internal ini bertujuan untuk : a. mengevaluasi seluruh fasilitas produksi dan pengawasan mutu serta unit penunjang lainnya apakah sesuai dengan standar sistem manajemen yang berlaku dan menemukan kekurangan yang harus diperbaiki, b. mengevaluasi sistem operasi perusahaan dalam semua aspek, dan c. mencari cara pencegahan dan mengatasi masalah secara efektif Tanggung jawab bagian CE dalam pelaksanaan audit adalah mengkoordinasi pelaksanaan audit, menyusun jadwal audit/ tim auditor serta mereview temuan dan usulan audit. Pelaksanaan audit dilakukan oleh personalia yang terkualifikasi dengan adanya pelatihan terkait terlebih dahulu. Audit internal dilakukan setiap 6 bulan sekali. Setelah dibuat programnya, maka bagian CE yang bekerja sama dengan QMR akan menyusun jadwal dan membentuk tim audit internal dengan anggotanya diambil dari beberapa bagian. Tim audit internal beranggotakan 10 orang yang kemudian dibagi dalam 5 kelompok. Tim yang mengaudit tidak akan mengaudit bagiannya. Aspek yang tercakup dalam audit internal antara lain adalah manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk, dan produk kembali, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi dan validasi dan klausul ISO 9001 (sistem manajemen mutu yang dianut oleh PT. LAPI). Audit eksternal dilakukan pada vendor ataupun toll manufacturer yang bertujuan untuk menjamin bahwa vendor atau toll manufacturer akan senantiasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam CPOB dan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan perusahaan. Aspek-aspek yang diaudit dari pihak toll manufacturer antara lain aspek umum, personalia, bangunan, gudang, produksi, peralatan dan sarana penunjang. Jika PT. Lapi Laboratories terus melakukan toll manufacturing pada toll manufacturer tertentu maka audit ekstenal dapat dilakukan setiap 3 tahun sekali. Program audit eksternal dibuat setiap 1 tahun. Hasil audit internal dan eksternal yang diperoleh selanjutnya akan dibuat tindakan perbaikan oleh pihak terkait.

30 22 2. Pengendalian Perubahan Merupakan sistem yang digunakan untuk mengkaji suatu usul perubahan atau perubahan yang terjadi yang mungkin mempengaruhi status validasi suatu fasilitas, sistem, peralatan atau proses (BPOM RI, 2012). Jenis-jenis perubahan yang dapat terjadi antara lain perubahan bahan/ pemasok, proses/metode, alat, stabilitas, fasilitas/sarana penunjang dan spesifikasi. Tanggung jawab bagian CE dalam pengendalian perubahan antara lain adalah mendata dan mengevaluasi setiap usulan perubahan yang dapat mempengaruhi mutu, menentukan tindak lanjut dari usulan perubahan dan mereview tindak lanjut perubahan sesuai timeline. Adanya usulan perubahan selanjutnya akan dimasukkan ke dalam Formulir Usulan Perubahan yang berisi pengajuan usulan (alasan dan deskripsi perubahan), catatan bagian terkait, verifikasi dokumen pendukung, evaluasi CE, disposisi usulan perubahan dan tindak lanjut usulan perubahan. Dari satu usulan perubahan dapat dihasilkan beberapa tindak lanjut usulan perubahan yang akan dimasukan ke dalam formulir tindak lanjut. Formulir tindak lanjut perubahan dibagi menjadi 2 yaitu Dokumen Produksi Induk dan Prosedur Produksi Induk (DPI-PPI) dan non DPI-PPI. 3. Penanganan Keluhan CE bertanggung jawab untuk mengevaluasi setiap keluhan yang disampaikan oleh bagian marketing yang berasal dari konsumen atau pelanggan. Informasi keluhan diperoleh dari bagian marketing yang kemudian disampaikan ke bagian CE. Selanjutnya CE bersama dengan bagian terkait akan menganalisa produk yang dikeluhkan. Setelah itu CE membuat surat jawaban ke marketing yang berisi evaluasi dan tindak lanjut terhadap keluhan tersebut. Keluhan mengenai produk mencakup keluhan kualitas produk (kemasan rusak, fisik produk tidak memenuhi spesifikasi) dan keluhan efek samping obat. Keluhan kualitas produk selanjutnya akan dimasukkan ke dalam Laporan Keluhan Kualitas Produk sedangkan keluhan efek samping obat akan dimasukan ke dalam Laporan Keluhan Efek Samping Obat. Umumnya penanganan keluhan dilakukan

31 23 selama 8 HK terhitung dari waktu penerimaan keluhan, namun untuk penanganan keluhan efek samping obat sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. 4. Pengukuran Kepuasan Pelanggan CE memasukkan survey kepuasaan pelanggan sebagai program tahunan. Tanggung jawab CE dalam pengukuran kepuasan pelanggan antara lain adalah menyusun rencana pengukuran kepuasan pelanggan serta mengumpulkan dan mengevaluasi hasil pengukuran kepuasan pelanggan. Pada pelaksanaannya, kepuasan pelanggan diukur dalam bentuk pengisian kuisoner oleh pelanggan. Kuisoner ini dibuat oleh bagian CE sendiri namun akan terlebih dahulu disosialisasikan ke bagian marketing, kemudian kuisoner akan disebarkan kepada pelanggan PT. LAPI Laboratories. Survey telah dilakukan terhadap distributor dan dokter. Kuisoner kepuasan distributor mencakup beberapa aspek yaitu pelayanan pra jual (informasi produk baru), proses pemesanan dan penjualan, pengiriman dan pelayanan purna jual (keluhan, penarikan produk kembalian). Untuk kuisoner kepuasan dokter mencakup 2 aspek yaitu kemampuan medical representative dan produk. Survey ini dilakukan setiap 1 tahun sekali. Hasil survey kepuasan distributor telah didapatkan untuk periode tahun sebelumnya sedangkan survey kepuasan dokter belum dapat dilihat hasilnya. Hasil survey yang didapatkan kemudian dianalisis, untuk ditentukan prioritas perbaikan. 5. Permintaan Dokumen Pendukung Registrasi Tanggung jawab bagian CE dalam permintaan dokumen pendukung registrasi adalah mengkoordinasikan permintaan dokumen pendukung registrasi dari bagian registrasi maupun pihak toll manufacturing kepada bagian lain yang terkait. Permintaan dokumen pendukung akan didistribusikan oleh CE ke bagian yang terkait antara lain bagian QA, QC, RD, VN, AD, RN, PN. Tiap dokumen ditentukan deadline pengumpulannya masing-masing. Pada pelaksanaannya, bagian CE akan mengingatkan batas pengumpulan dokumen sejak 3 hari sebelum deadline kepada masing-masing bagian. Setelah dokumen pendukung dari tiap

32 24 bagian telah selesai dibuat maka CE akan mengumpulkan dokumen-dokumen tersebut untuk diserahkan ke bagian registrasi atau toll manufacturing. Dokumen registrasi yang dibuat disesuaikan dengan format dari BPOM. Untuk permintaan dokumen dari toll manufacturing, CE akan memberikan copy untuk bagian registrasi. 6. Pengkajian Resiko Analisa resiko merupakan metode untuk menilai dan mengarakterisasi parameter kritis fungsi dari suatu peralatan atau proses. Di PT. LAPI Laboratories pengkajian resiko belum berjalan, namun sedang dibangun sistemnya. Tugas CE adalah mengkaji resiko yang dihasilkan dari tiap tahap dan menilai dampaknya terhadap konsumen bersama dengan bagian-bagian terkait Bagian Validasi (VN) Bagian validasi dipimpin oleh Validation Manager yang membawahi enam supervisor. Struktur organisasi bagian Validasi dapat dilihat pada Lampiran 5. Cakupan bagian validasi yang dilakukan di PT. LAPI Laboratories antara lain adalah validasi pembersihan, validasi sistem penunjang, kualifikasi peralatan, kalibrasi, validasi proses non beta laktam dan validasi proses beta laktam. Bagian VN mempunyai fungsi dan tugas pokok dalam hal mengkoordinasikan kegiatan dalam hal kalibrasi, kualifikasi alat dan sarana penunjang, validasi proses dan validasi pembersihan. 1. Kalibrasi Kalibrasi adalah tindakan pada kondisi tertentu untuk menentukan tingkat kesamaan nilai yang diperoleh dari sebuah alat atau sistem ukur, atau nilai yang direpresentasikan dari pengukuran bahan dan membandingkan dengan nilai yang telah diketahui dari suatu standar acuan (Badan POM RI, 2006). Standar acuan yang digunakan harus memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan perlalatan yang akan dikalibrasi. Dalam pelaksanaan kalibrasi harus tersedia yaitu prosedur kalibrasi, kalibrator yang merujuk pada standar nasional, jadwal kalibrasi, dokumentasi pelaksanaan dan pencatatan hasil kalibrasi.

33 25 Kalibrasi dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Kalibrasi internal dilakukan oleh pihak PT. LAPI Laboratories sendiri dengan adanya beberapa standar untuk kalibrasi timbangan, ph meter, disintegration tester, friability tester, instrumen dengan besaran volume, waktu, dan kecepatan. Kalibrasi eksternal di PT. LAPI Laboratories dengan menggunakan jasa layanan kalibrasi yang dilakukan pada instrumen ukur dengan besaran suhu, kelembapan dan tekanan. Suatu alat dikalibrasi dengan memperhatikan fungsi, frekuensi penggunaan, rekomendasi dari supplier dan trend analisis hasil kalibrasi. Semakin sering alat tersebut digunakan, maka kalibrasi semakin sering dilakukan, dan tidak harus mencapai waktu yang ditetapkan oleh supplier. 2. Kualifikasi Sebelum memulai kegiatan validasi proses harus dilakukan kualifikasi yang tepat terhadap peralatan, sistem penunjang dan sistem. Kualifikasi adalah tindakan memverifikasikan bahwa desain, instalasi, operasional dan kinerja dari suatu peralatan, sarana penunjang dan sistem akan selalu memberikan hasil yang memenuhi kriteria yang diinginkan secara konsisten. Tahapan-tahapan dalam kualifikasi adalah sebagai berikut : a. Kualifikasi desain Verifikasi yang terdokumentasi bahwa desain fasilitas, peralatan atau sistem yang diusulkan sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan (BPOM RI, 2012). Dilakukan untuk alat/sistem baru yang merujuk kepada kebutuhan perusahaan, persyaratan mutu produk, regulasi pemerintah dan persyaratan CPOB. b. Kualifikasi instalasi Verifikasi yang terdokumentasi bahwa peralatan atau sistem yang dipasang sesuai dengan desain yang telah disetujui, rekomendasi pabrik pembuat dan kebutuhan pengguna (BPOM RI, 2012). Kualifikasi instalasi terdiri dari : Pemeriksaan peralatan yang disesuaikan dengan spesifikasi saat melakukan pemesanan Pemeriksaan instalasi peralatan yang disesuaikan dengan manual instalasi dan gambar teknik

34 26 Penyesuaian instalasi peralatan ke dalam sistem mutu perusahaan yaitu protap operasional dan perawatan, program perawatan berkala, pengendalian perubahan dan kalibrasi Dokumentasikan hasil c. Kualifikasi operasional Verifikasi yang terdokumentasi bahwa peralatan atau sistem yang dipasang beroperasi pada rentang operasi yang diharapkan (BPOM RI, 2012). Kualifikasi operasional terdiri dari : Memeriksa parameter operasi dan fungsi yang berefek pada proses dan produk Pemeriksaan berdasarkan kriteria penerimaan Dokumentasikan hasil d. Kualifikasi kinerja Verifikasi yang terdokumentasi bahwa peralatan dan sistem penunjang yang terhubung secara bersama dapat bekerja secara efektif dan reprodusibel berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui (Badan POM RI, 2012). Kualifikasi kinerja terdiri dari: Memeriksa kinerja alat/sistem sesuai dengan kegunaanya dan menghasilkan produk sesuai dengan kualitasnya Pemeriksaan berdasarkan kriteria penerimaan Dokumentasikan hasil 3. Validasi Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (Badan POM RI, 2006). Tujuan dari validasi adalah untuk menghindari kerugian yang terjadi karena adanya kesalahan dan memberikan hasil yang valid dan konstan agar memenuhi persyaratan jaminan mutu dan persyaratan registrasi sehingga kualitas produk yang dihasilkan akan selalu terjamin.

35 27 Adapun ruang lingkup validasi yang dilakukan oleh PT. LAPI Laboratories adalah semua aspek yang mempengaruhi kualitas produk (memberi perubahan secara signifikan) antara lain : proses, metode, alat, sarana penunjang, bangunan, pembersihan, sistem air dan steam, sistem gas dan HVAC. Berdasarkan jenisnya, validasi terdiri dari validasi proses, validasi pembersihan, validasi metode analisa, dan validasi mikrobiologi. Bagian VN melakukan validasi proses dan validasi pembersihan, sedangkan validasi metode analisa kimia dilakukan oleh bagian AD. Validasi metode mikrobiologi dilakukan oleh bagian QC mikrobiologi. a. Validasi Proses Validasi proses adalah tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa proses yang dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang ditetapkan sebelumnya (Badan POM RI, 2012). Terdapat tiga pendekatan validasi yaitu validasi prospektif, validasi konkuren, dan validasi retrospektif. Validasi proses berlaku untuk mencakup pembuatan sediaan obat, yang mencakup validasi proses baru, validasi bila terjadi perubahan dan validasi ulang. Bila terjadi perubahan proses, perlu dilakukan validasi ulang/revalidasi. Revalidasi dilakukan bila terjadi perubahan bermakna pada suatu bets. Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan, dan proses termasuk proses pembersihan hendaklah dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi absah. Validasi prospektif harus dilakukan dan selesai sebelum produk diedarkan. Validasi ini dilakukan untuk produk baru atau produk yang mengalami modifikasi pada proses produksi dimana perubahannya berdampak pada karakteristik produk. Secara umum, 3 bets berurutan yang memenuhi parameter yang disetujui dapat diterima telah memenuhi persyaratan validasi proses. Ukuran bets yang digunakan hendaklah sama dengan ukuran bets produksi yang direncanakan. Validasi konkuren dilakukan selama proses produksi. Validasi ini berlaku untuk produk yang diproduksi secara rutin dan produk yang sudah diedarkan. Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren sama seperti validasi prospektif.

36 28 Validasi retrospektif hanya dapat dilakukan untuk proses yang sudah mapan, namun tidak berlaku jika terjadi perubahan formula, prosedur pembuatan, atau peralatan (BPOM RI, 2012). Validasi retrospektif memerlukan minimal 10 sampai 30 bets berurutan untuk menilai produk yang diedarkan stabil. b. Validasi pembersihan Validasi pembersihan adalah tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa prosedur pembersihan yang disetujui akan senantiasa menghasilkan peralatan bersih yang sesuai untuk pengolahan obat. Tindakan dilakukan hanya untuk permukaan yang bersentuhan langsung dengan produk dan dilakukan prosedur tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa metode tersebut telah tervalidasi (BPOM RI, 2012). Pada validasi ini dilakukan beberapa pengujian seperti pemeriksaan visual (adanya debu, sisa bahan pembersih), pengujian residu zat aktif, jumlah cemaran mikrobiologi dan residu bahan pembersih. 4. Rencana Induk Validasi Merupakan dokumen prosedur mutu yang menguraikan (dalam garis besar) tentang program atau kegiatan validasi di PT. LAPI Laboratories secara keseluruhan Bagian Analytical Development Bagian dari QO department yang berfungsi untuk mengembangkan metode analisa. Analytical Development dipimpin oleh AD Manager yang membawahi AD Supervisor yang membawahi empat sub bagian. Struktur organisasi bagian Analytical Development dapat dilihat di Lampiran 6. Bagian Analytical Development memiliki tanggung jawab sebagai berikut : 1. Mencari metode analisis yang tepat untuk bahan baku dan produk baru 2. Melakukan pengembangan metode analisis sehingga didapat metode baru yang lebih efektif dan efisien 2. Melakukan validasi metode analisis terhadap metode analisis 3. Mentransfer metode analisis ke bagian QC dan toll manufacturer

37 29 Kualitas dari suatu metode analisa dapat ditentukan dari beberapa parameter yaitu manusia, mesin, metode, material dan lingkungan. Parameter manusia berhubungan dengan kualitas metode analisa karena manusia memiliki kemampuan dan kualifikasi untuk mengerjakan suatu metode analisa. Dari segi mesin yang digunakan untuk analisa, mesin harus terkualifikasi, telah dikalibrasi terlebih dahulu serta memiliki robust (ketangguhan). Metode yang digunakan harus sesuai, cocok dan peka dengan karakteristik sampel yang digunakan serta harus terdokumentasi dengan baik dalam pelaksannaannya. Bahan yang digunakan harus sesuai dengan standar referensi yang telah ditentukan, murni, berkualitas dan tidak kadaluarsa. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, getaran juga dapat mempengaruhi proses analisa. Selain tanggung jawab seperti yang dijelaskan sebelumnya, bagian AD juga mempunyai tugas yang berkaitan erat dengan : 1. Pengawasan mutu untuk uji stabilitas 2. Regulator dan pemastian mutu dalam menyediakan data penunjang yang dibutuhkan 3. Pengembangan produk untuk di bagian RD 4. Toksisitas untuk uji toksik Alur kegiatan bagian AD secara umum dapat dilihat pada gambar 3.1 Perencanaan Proyek rencana pengembangan Pengembangan metode pre-validasi optimasi metode Transfer metode Validasi metode Pengujian dan pengevaluasian Penyimpanan metode yang digunakan pada bagian QC Pemantauan kembali metode yang digunakan Gambar 3.1 Alur kegiatan bagian Analytical Development

38 Bagian Quality Control (QC) Semua upaya pengawasan yang dilakukan selama pembuatan produk dan dirancang untuk menjamin agar produk senantiasa memenuhi spesifikasi, identitas, kekuatan, kemurnian dan karakteristik lain yang telah ditetapkan (BPOM RI, 2006). Bagian QC atau pengawasan mutu di PT. LAPI Laboratories dipimpin oleh seorang manager dan membawahi 4 sub bagian, yaitu starting material, finished good, microbiology, dan stability. Tiap-tiap sub bagian tersebut diawasi oleh Supervisor. Struktur organiasi bagian QC dapat dilihat di Lampiran 7. Tanggung jawab bagian QC antara lain adalah : 1. Menyusun dan mengupdate spesifikasi (bahan baku, bahan kemas dan produk), petunjuk kerja pengujian (uji produk, uji bahan baku, uji bahan kemas). 2. Menyusun Standar Operasional (SOP) terkait kegiatan QC 3. Kegiatan analisa di laboratorium termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan uji bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. 4. Uji stabilitas produk 5. Pemantauan lingkungan 6. Pengujian dalam rangka kualifikasi, validasi dan optimasi 7. Penanganan sampel pertinggal Pengawasan mutu dilakukan oleh bagian QC di gedung yang terpisah dengan gedung produksi. PT. LAPI Laboratories memiliki dua laboratorium QC yaitu laboratorium kimia yang terletak di gedung depan dan laboratorium mikrobiologi yang terletak di gedung belakang. Penyusunan spesifikasi yang dilakukan bagian QC mengacu kepada Farmakope Indonesia (FI), United States Pharmacopeia (USP), British Pharmacopeia (BP) dan kompendia yang lain. Bagian pengawasan mutu juga melakukan pemeriksaan pada bahan baku, bahan kemas dan obat jadi baik secara fisika, kimia maupun mikrobiologi (jika produk tersebut memerlukan pemeriksaan mikrobiologi). Pengawasan mutu tidak

39 31 hanya dilakukan ketika obat tersebut masih diproduksi namun ketika didistribusikan obat tersebut juga diawasi mutunya dengan cara menyimpan retain sample setiap bets yang diproduksi sudah disimpan di ruang retain sample untuk antisipasi penelusuran di masa mendatang. Untuk pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh bagian QC meliputi pemantauan air, pemantauan udara dan pemantauan udara kering bertekanan. Untuk pengujian dalam rangka kualifikasi misalnya dilakukan pada sistem air dan sistem HVAC sedangkan validasi dan optimasi misalnya dilakukan pada validasi dan optimasi proses serta validasi dan optimasi pembersihan Bagian Registrasi (RN) Bagian registrasi (RN) di PT. LAPI Laboratories dipimpin oleh dua orang manager (RN Manager I dan II) yang masing-masing membawahi satu orang supervisor. Struktur organiasi bagian registrasi dapat dilihat di Lampiran 8. RN di PT. LAPI Laboratories terbagi menjadi dua, yaitu : a. RN I merupakan bidang registrasi yang bertanggung jawab terhadap registrasi dari sediaan produk sediaan oral padat, serbuk oral kering dan obat impor. b. RN II merupakan bidang registrasi yang bertanggung jawab terhadap registrasi dari sediaan steril, sediaan cair, suplemen makanan, dan obat tradisional. Bagian RN bertugas untuk mengkoordinasikan, memeriksa dan memastikan berkas pra-registrasi dan registrasi sesuai ketentuan yang berlaku; menjalin hubungan interpersonal dan kerja sama yang baik terutama dengan lembaga/badan pemerintah yang berkaitan dengan registrasi obat dan melakukan koordinasi dengan bagian Quality Assurance dan Toll Manufacturing. Selain itu, bagian RN juga bertugas mendaftarkan produk ke Badan POM guna mendapatkan Nomor Izin Edar. Produk yang diregistrasi meliputi produk baru dan produk existing yang mengalami perubahan baik pada komposisi, kemasan, penandaan, dan lain-lain. Produk yang diregistrasi di PT. LAPI Laboratories adalah produk copy dari originator yang telah off patent.

40 32 Sebelum melakukan registrasi, Bagian RN telah melakukan penelusuran ke HAKI untuk memastikan bahwa produk yang akan diregistrasi telah off patent. Bagian RN ditunjang dengan dokumen yang didapat dari bagian bagian lain dalam hal pelaksanaan registrasi. Alur proses registrasi dapat dilihat pada gambar 3.2 sedangkan bagan proses evaluasi berkas registrasi di BPOM dapat dilihat di gambar 3.3. Gambar 3.2 Alur Proses Registrasi

41 33 Gambar 3.3 Bagan proses evaluasi berkas registrasi di BPOM Bagian Research and Development (RD) Bagian Penelitian dan Pegembangan (Research and Development/ RD) di PT LAPI Laboratories dipimpin oleh seorang Manager yang bertanggung jawab langsung kepada QO Manager. RD Manager membawahi satu orang asisten manager dan empat orang supervisor. Struktur organisasi bagian RD dapat dilihat di Lampiran 9. Fungsi bagian RD di PT LAPI Laboratories adalah sebagai berikut : a. Menghitung harga pokok penjualan berdasarkan harga bahan baku yang digunakan b. Mengembangkan produk baru c. Membuat design kemasan baru d. Mendukung registrasi produk baru dan renewal dengan memberikan data pendukung registrasi

42 34 e. Membuat Dokumen Produksi Induk (DPI) dan Prosedur Produksi Induk (PPI) yag berisi tahapan, parameter, mesin, dan persyaratan ruangan yag mendukung selama proses pengolahan, kemasan primer, dan kemasan sekunder f. Melakukan reformulasi produk-produk yang telah beredar di pasaran, jika ada perubahan/penggantian principle, keluhan fisik,keluhan kimia, atau kemasan g. Melakukan evaluasi dan efisiensi terhadap formula, proses produksi, dan kemasan yang sudah beredar h. Melakukan optimasi dan mengevaluasi proses pengolahan dan kemas primer sebagai tahapan pre-validasi i. Memberikan data trial formulasi dan kemasan ke QO untuk mendukung pengambilan keputusan pemilihan/penetapan bahan baku yang berkualitas dan stabil sesuai dengan standar farmakope yang berlaku Bagian RD melakukan tugas dalam ruang lingkup sebagai berikut : a. Pengembangan formula produk baru dan reformulasi Alur pengembangan formula produk baru di PT LAPI Laboratories adalah sebagai berikut : 1. Bagian RD menerima product brief dari Business Development melalui QO 2. Kemudian RD melakukan studi literature, studi perbandingan terhadap kompetitor, menghitung harga pokok penjualan terhadap pemakaian bahan baku, dan evaluasi ketersediaan fasilitas/sarana produksi. 3. Apabila fasilitas dan sarana produksi tidak tersedia maka perlu dilakukan maklon/ toll out ke perusahaan lain. Bagian RD melaporkan hasil evaluasi tersebut pada QO. Untuk permasalahan toll out akan diteruskan ke Toll Manufacturing Manager. Untuk memperoleh kepastian keputusan/persetujua direksi, maka hasil evaluasi dan laporan investigasi tentang keterbatasan fasilitas dan sarana produksi akan disampaikan pada rapat PDC yang dihadiri oleh Plant Manager, QO Manager, Business Development, marketing, dan direksi. 4. Apabila hasil disposisi feasibility dinyatakan belum/tidak layak untuk dilakukan pengembangan formula, maka dokumen hasil evaluasi product brief

43 35 disimpan dengan status proses berhenti atau bukan sebagai produk prioritas (jika produk tersebut untuk sementara waktu di hold oleh Marketing dan direksi, namun suatu saat ada kemungkinan tetap akan dilanjutkan kembali). 5. Jika hasil disposisi menyatakan layak dilakukan pengembangan, maka RD akan mulai meminta sampel bahan aktif, tambahan, atau bahan kemas primer yang belum ada di PPIC ke bagian pembelian/purchasing melalui QO (isi form permintaan bahan baku). 6. Sampel bahan baku baru yang diperoleh akan diperiksa oleh Analytical Development untuk pengembangan metode analisa. Pemeriksaan yang dilakukan QC/ Analytical Development, meliputi pemeriksaan terhadap stabilitas fisik, dan analisa kimia antara lain kadar, kadar air, ph, rotasi optik, kelarutan, titik leleh, kemurnian, uji mikrobiologi (bakteri,kapang,dan khamir), uji endotoksin, serta uji sterilitas. 7. Berdasarkan rekomendasi dari Analytical Development/QC dan persetujuan/desposisi dari QO, juga hasil trial skrinning/trial awal RD, maka bahan baku yang terpilih (memenuhi syarat fisik dan kimia) dibeli untuk keperluan trial. 8. RD mengisi form permintaan pembelian ke purchasing sejumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan trial. 9. Bahan baku yang datang diterima RD, disampling kemudian isi form permintaan pengujian. Formulir berikut sampel tersebut diberikan ke QO untuk keperluan analisa. Hasil analisa bahan baku baru diterima dari Analytical Development dan hasil analisa bahan baku existing atau pelulusan/released bahan baku berasal dari QC. RD menerima hasil analisa tersebut dari QO. 10. Selanjutnya RD melakukan trial skrinning dan menyusun formula, kemudian dilakukan percobaan skala laboratorium. Apabila di RD tidak tersedia alat, maka RD harus mengajukan permohonan peminjaman fasilitas dan sarana produksi ke produksi yang dikemukakan dalam rapat produksi setiap minggu. 11. Setelah diperoleh hasil percobaan skala laboratorium, RD melakukan pemeriksaan fisik/organoleptis. Pemeriksaan fisik untuk sediaan yang berbentuk tablet/tablet berselaput/kapsul umumnya meliputi kekerasan,

44 36 kerapuhan,waktu hancur, ketebalan, dan flowing serbuk, sedangkan untuk sediaan sirup/sirup kering meliputi warna, LOD, kekentalan, ph, aroma dan rasa. 12. Bila formula sudah memenuhi persyaratan fisik maupun stabilitas fisik sediaan/secara organoleptik dapat diterima sesuai kriteria yang diminta oleh marketing dan direksi maka untuk selanjutnya RD mengisi formulir permintaan pengujian. Formulir tersebut bersama sampel uji diberikan ke QO. Kemudian sampel uji untuk produk baru diteruskan ke Analytical Development dan ke QC untuk keperluan pemeriksaan produk existing maupun stabilitas produk baru dan exist. Pengujian stabilitas ada 2 perlakuan yaitu stabilitas dipercepat (accelerated test) pada suhu 40ºC ± 2ºC; RH 75% ± 5% dan stabilitas on going suhu 30ºC ± 2ºC; RH 75% ± 5%. 13. Setelah diperoleh data pengujian fisik, kimia, mikrobiologi maupun stabilitas kemudian dipilih formula terbaik yang telah memenuhi persyaratan farmakope untuk dilakukan trial skala pilot. 14. Trial skala pilot dilakukan oleh RD dengan alur yang sama seperti pada percobaan skala laboratorium dimana skala pilot merupakan skala minimum kapasitas alat di produksi sesuai dengan permintaan Badan POM yang berlaku saat ini. 15. Setelah diperoleh laporan uji stabilitas, RD menyusun laporan pengembangan produk baru kemudian memberikan laporan tersebut ke bagian Registrasi melalui QO untuk selanjutnya dilakukan pra-registrasi. 16. RD menyusun laporan DPI dan PPI meliputi proses pengolahan, proses pengemasan primer dan proses pengemasan sekunder. 17. Selanjutnya RD akan melakukan optimasi sampai diperoleh hasil yang konsisten dari tiga bets berturut-turut dari skala produksi berdasarkan parameter-parameter yang terdapat pada PPI dan data yang diperlukan untuk proses validasi. Jika terdapat perubahan selama optimasi, maka RD mengajukan usulan perubahan PPI dan DPI ke bagian QO. Setelah mendapat hasil optimasi yang optimum, dilakukan validasi proses oleh bagian validasi.

45 Setelah mendapat hasil validasi yang valid, maka bagian validasi akan menyiapkan data yang dibutuhkan untuk proses registrasi dan oleh QO data tersebut diteruskan ke bagian registrasi. Sedangkan untuk alur pengembangan formula produk reformulasi pada dasarnya sama dengan produksi baru. Perbedaannya terdapat pada input untuk dilakukan reformulasi berasal dari usulan perubahan (UP), data pengkajian tahunan, keluhan pelanggan, tindakan perbaikan dan pencegahan (Corrective and Preventive Action / CPA) maupun inisiatif RD sendiri. Selain itu, pada pengembangan formula produk reformulasi, setelah diperoleh laporan uji stabilitas maka RD akan menyusun laporan pengembangan produk reformulasi lalu mengajukan usulan perubahan (UP) ke CE. Setelah keluar persetujuan dari CE maka dengan keluarnya tindak lanjut usulan perubahan (TLUP) maka RD akan merevisi DPI dan PPI kemudian re-optimasi pada skala produksi. Tahap selanjutnya sama dengan pengembangan formula produk baru. b. Pengembangan Kemasan Bahan kemas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bahan kemas printed dan unprinted. Bahan kemas printed merupakan kemasan yang membutuhkan jasa percetakan. Contoh : kotak, frontfoil, leaflet, PTP foil, etiket dan lain-lain. Bahan kemas unprinted merupakan kemasan yang tidak memerlukan gambar dari jasa percetakan, contoh: botol, vial, ampul. Alur pengembangan kemasan printed di PT LAPI Laboratories adalah sebagai berikut 1. Alur Pengembangan Kemasan RD Manager menerima formulir product brief atas usulan perubahan atau CPA (Corrective and Preventive Action) atau permintaan dokumen pendukung registrasi ulang/ renewal registration dari QO. Evaluasi ukuran dan bentuk kemasan produk baru dilakukan dengan membandingkan kemasan terhadap produk competitor. Desain kemasan triple L merupakan desain kemasan yang dibuat oleh RD dan merupakan ciri khas PT. LAPI Laboratories, sedangkan desain kemasan yang bergambar menggunakan jasa sesuai permintaan Product Manager.

46 38 2. Bagian desain RD akan membuat beberapa desain kemasan dan menyerahkan desain ke RD. RD akan memeriksa dan mendistribusikan desain kemasan ke Produksi, PPIC (hanya desain baru), QC untuk mendapatkan persetujuan dari pihak-pihak tersebut. Bagian RD menyerahkan desain kemasan dan formulir permintaan artwork ke bagian Purchasing melalui QO. RD akan menerima, memeriksa dan menandatangani artwork kemasan yang diperoleh dari percetakan atau purchasing melalui QO lalu mendistribusikannnya kembali ke Produksi, PPIC (hanya produk baru) dan QC. Jika telah disetujui/ tidak ada koreksi, maka RD akan memberikan stempel pernyataan semifinal artwork (jika nomor registrasi belum keluar/ masih lam keluarnya atau produk tersebut di-hold). 3. Bagian RD akan menerima kopi registrasi yang terdapat nomor izin edar (NIE) dari bagian Registrasi dan RD mencantumkan nomor registrasi pada artwork terakhir atau yang diberi stempel semifinal artwork kemudian diberikan lagi ke Purchasing melalui QO. RD menerima artwork yang sudah diberi NIE dari percetakan melalui Purchasing yang dikirimkan ke QO, kemudian RD memeriksa, menandarangani dan mendistribusikan artwork tersebut ke bagian Produksi, PPIC dan QC. Jika telah disetujui dan tidak ada revisi, maka artwork diberikan ke QO untuk deberikan stemperl final artwork, tanggal dan paraf approval QO. 4. Tindak selanjutnya adalah permintaan colour proof print. Langkah selanjutnya seperti di atas. Setelah disetujui, maka colour proof print akan diberikan stempel approved dari QO berikut paraf dan tangggal approval. Sedangkan untuk alur permintaan kemasan unprinted yaitu : 1. RD menerima formulir product brief atau usulan perubahan atau meminta dan menerima sampel dari supplier atau CPA (Corrective Preventive Action) dari QO. Bahan kemas unprinted untuk product existing biasanya RD meminta sampel dari percetakan ke purchasing menggunakan formulir QO (permintaan sampel) untuk keperluan efisiensi atau adanya permintaan perubahan kemasan/ukuran kemasan, missal dengan kedatangan mesin blister baru (kemasan produk lapibal diubah dari bentuk strip ke bentuk blister)/

47 39 perubahan ukuran mould strip. Evaluasi untuk produk baru dilakukan dengan membandingkan kemasan terhadap produk kompetitor (jika ada), kemudian dilihat apakah kemasan tersedia atau tidak di gudang PPIC. 2. Jika bahan kemas tersebut tidak ada di PPIC, maka RD mengajukan permintaan sampel (botol, vial, ampul, pipet tetes, alufoil, PTP foil) ke purchasing dengan mengisi formulir QO, yang selanjutnya oleh purchasing akan diteruskan ke supplier. 3. Setelah kemasan diterima RD dari QO, lalu dilakukan analisa oleh QC untuk mendapatkan disposisi pelulusan/released dari QO/QA. 4. Setelah RD menerima disposisi diluluskan oleh QO/QA, maka RD meminta sampel dalam jumlah banyak untuk keperluan trial di mesin atau untuk keperluan uji stabilitas. Jika sampel bahan kemas sudah diterima, RD meminta jadwal trial kemas dalam meeting mingguan bersama PPIC dan produksi jika ingin menggunakan fasilitas produksi. Setelah menerima jadwal trial kemas dari keputusan meeting tersebut, RD melakukan trial kemas di produksi. 5. Jika hasil percobaan sampel bahan kemas telah memenuhi persyaratan stabilitas dan spesifikasi/ kriteria yang diminta maka RD menyusun laporan pengembangan produk dan diserahkan ke QO. Andaikata bahan kemas tersebut tidak memenuhi persyaratan spesifikasi maka akan dilakukan re-trial, stabilitas dan analisa ulang ( contoh : ketebalan alufoil yang kurang protektif terhadap obat di dalamnya). Jika hasil trial kemas tersebut untuk produk existing, maka RD akan mengajukan usulan perubahan (UP) kemasan. Untuk produk baru, bagian RD menyerahkan spesifikasi bahan kemas tersebut ke bagian QC ( untuk pembuatan spesifikasi kemasan), purchasing dan PPIC sebagai kriteria permintaan pembelian kemasan produk baru bila akan launch Bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC) PPIC dipimpin oleh seorang manajer yaitu PPIC Manajer yang membawahi empat supervisor. Struktur organisasi bagian PPIC dapat dilihat di Lampiran 10. Fungsi bagian PPIC antara lain adalah membuat rencana dan pengendalian produksi, membuat rencana workflow mulai dari bahan baku hingga menjadi

48 40 produk jadi, menyusun jadwal produksi dan membuat rencana dan pengendalian bahan. Kegiatan perencanaan produksi oleh bagian production planning dimulai dari mengumpulkan data dan menganalisa ramalan penjualan (sales forecast) tahunan dalam satuan unit jual dari bagian marketing, data stok pengaman (buffer stock) yang tersedia, ukuran bets produk, kapasitas produksi (man hours, machine hours) dan stok produk jadi yang masih ada (stock on hand finished good (FG)). Data-data tersebut dijadikan acuan untuk membuat rencana produksi baik rencana produksi 1 tahun, rencana produksi 3 bulan dan rencana produksi 1 bulan yang dibuat per bets. Untuk penentuan jumlah buffer stock produk jadi tergantung dari kebijakan perusahaan, tipe pemasaran atau distributor dimana buffer stock ini akan dibandingkan dengan sales forecast. Perhitungan jumlah untuk buffer stock produk jadi salah satunya ditentukan oleh lamanya lead time produksi. Untuk bahan awal dan kemas, lead time dimulai saat pemesanan bahan hingga bahan diterima sedangkan untuk produk jadi, lead time produksi dimulai saat bahanbahan ditimbang hingga produk jadi dirilis. Setelah data acuan terkumpul maka dilakukan penyusunan rencana produksi oleh bagian production planning, salah satunya adalah penyusunan jadwal produksi. Jadwal ini disusun dengan memperhatikan beberapa aspek terkait yaitu a. Kondisi stok produk jadi Pemantauan level stok produk jadi ditandai dengan print merah, biru dan hitam. Print merah dan biru menunjukkan bahwa ketersediaan stok produk jadi sudah di bawah level ketersediaan standar. Hasil pemantauan tersebut akan digunakan oleh PPIC untuk menentukan prioritas produk yang harus segera diproduksi. b. Kesiapan bahan awal dan bahan kemas (raw material & packaging material (RM& PM)) Data RM & PM didapatkan dari bagian inventory planning c. Urutan proses per tiap mesin produksi

49 41 d. Hasil meeting jadwal produksi mingguan dengan bagian terkait seperti PN, QC, QA, VN dan RD Jadwal yang dibuat kemudian didistribusikan ke bagian terkait. PPIC kemudian mempersiapkan Prosedur Produksi Induk (PPI) untuk bagian RM/PM yang menyiapkan bahan baku dan bahan kemas serta untuk bagian produksi. Kegiatan perencanaan kebutuhan bahan oleh bagian inventory planning dilakukan dengan menggunakan perencanaan kebutuhan material (Material Requirement Planning (MRP). Kegiatan perencanaan ini juga harus memperhatikan Bill of Material (BOM) per bets, stok bahan awal/ bahan kemas yang masih ada (stock on hand RM/PM), rencana produksi in batch, pending order RM/PM. Secara umum, kegiatan MRP dimulai dengan menetapkan standar perencanaan bahan seperti minimum order quantity (MOQ) dan lead time order yang ditentukan oleh purchasing. Selanjutnya, untuk proses pengadaan RM/PM dibuatkan formulir PP (Permintaan Pembelian) yang dibuat oleh inventory planning ke bagian Purchasing. Formulir PP tersebut berisi kode item, nama item, supplier, jumlah (satuan) dan tanggal dibutuhkan. Supplier yang dipilih oleh bagian purchasing harus sesuai dengan Approved Vendor List yang telah disetujui oleh QC. Kegiatan operasional bagian PPIC adalah sebagai berikut : 1. Pemesanan dan Penerimaan Bahan Kemas serta Bahan Baku Berdasarkan rencana produksi tahunan, bagian inventory planning membuat Permintaan Pembelian (PP). Berdasarkan PP, bagian purchasing membuat pesanan pembelian (Purchase Order/PO), berisi tanggal kedatangan, nama barang, dan jumlah. Distributor menerima PO kemudian mengirimkan barang dan sertifikat analisis disertai dengan surat jalan (Delivery Order/DO). Kondisi fisik barang harus selalu dicek saat penerimaan, bila terjadi kerusakan maka bagian inventory planning harus segera melapor ke bagian purchasing agar barang dapat segera diretur.

50 42 2. Penyimpanan Bahan Kemas serta Bahan Baku Bagian gudang bahan baku/ bahan kemas menerima barang, sertifikat analisis serta DO, kemudian membuat Tanda Terima Bahan Awal (TTBA) bila kondisi fisik barang baik dan tidak ada kerusakan. TTBA berisi nomor PO, nama barang, supplier, kode item dan jumlah. Barang yang diterima kemudian disimpan di area karantina, dan diberi label karantina selama menunggu pemeriksaan oleh QC. Berdasarkan TTBA yang diterima, QC melakukan pengambilan sampel dan pengujian. Kemudian QC mengeluarkan disposisi barang yang diluluskan (label hijau) atau barang ditolak (label merah) serta Certificate of Analyisis (CA/CoA) laboratorium. Untuk barang yang ditolak akan dikirim kembali ke distributor atau dimusnahkan sesuai perjanjian, sedangkan untuk barang yang diluluskan akan disimpan di gudang. Gudang yang terdapat di bagian PPIC meliputi gudang bahan awal, gudang bahan kemas dan gudang produk jadi sedangkan untuk produk kembalian akan diserahkan ke gudang bagian QA. Terdapat sistem pemetaan gudang pada gudang bagian RM/PM yaitu berupa sistem ERP. Sistem ini merupakan sistem terkomputerisasi dimana rak-rak pada gudang akan dibagi menjadi nomor kolom dan nomor baris sehingga untuk penelusuran RM/PM akan lebih mudah. Bila ada barang baru yang masuk ke gudang maka sistem ini dapat mencari rak kosong yang dapat ditempati. Pada sistem ini, selain nomor rak terdapat pula nomor analisa QC yaitu nomor yang diberikan oleh bagian QC sebagai tanda bahwa RM/PM telah lulus pengujian, dimana nomor analisa ini akan berguna saat pengeluaran barang dari rak yang mengacu pada sistem first in first out (FIFO). 3. Pengeluaran Bahan Kemas dan Bahan Baku Untuk pengeluaran RM/PM harus tersedia antara lain: Prosedur Produksi Induk (PPI), Bon Permintaan Bahan Awal (BPBA) dan Bon Pengeluaran Bahan Awal. 4. Penerimaan dan Pengeluaran Produk Jadi Untuk penerimaan produk jadi harus tersedia Bon Penerimaan Hasil Produksi (BPHP) dari bagian produksi. Sedangkan untuk pengeluaran produk jadi

51 43 harus tersedia Surat Pengiriman Produk Jadi (SPPJ) yang dibuat berdasarkan Marketing Sales Order (MSO). MSO berasal dari Marketing Data Processing (MDP) yang khusus menangani permintaan pembelian (PO) dari distributor. Data PO tersebut oleh marketing kemudian akan diubah menjadi MSO yang selanjutnya akan dibuat SPPJ untuk proses pengiriman barang ke distributor Bagian Produksi (PN) Bagian produksi dipimpin oleh Kepala Produksi. Kepala Produksi membawahi dua manager, yaitu Production Manager I dan II. Production Manager I menangani produksi sediaan probiotik dan sefalosforin, sedangkan Production Manager II menangani produksi sediaan non beta laktam. Struktur organisasi bagian PN dapat dilihat pada Lampiran 11. Fungsi utama Bagian Produksi yaitu menyediakan stok obat jadi yang diperlukan sesuai target dari Bagian Marketing yang dicantumkan dalam rencana produksi bulanan dari PPIC. Pelaksanaan produksi obat di PT. LAPI Laboratories dijadwalkan oleh PPIC. Bagian produksi akan merealisasikan perencanaan yang telah ditetapkan oleh PPIC. Bagian produksi akan melakukan verifikasi untuk memastikan jadwal tersebut dapat dilaksanakan, apabila jadwal telah disetujui, maka jadwal akan ditetapkan perminggu oleh bagian produksi dan dijadwalkan oleh PPIC, agar dalam waktu 1 bulan jadwal tersebut dapat direalisasikan. Jika terjadi pergeseran jadwal, maka bagian produksi dan PPIC akan saling konfirmasi. Pada setiap akhir bulan akan ada laporan produk-produk apa saja yang telah selesai diproduksi dan ada di gudang. Pada bagian produksi dilakukan kegiatan pengolahan dan pengemasan, sedangkan untuk penanganan bahan baku awal dilakukan oleh PPIC. Pada awalnya gudang PPIC di gabung dengan produksi, namun sekarang terpisah. Di produksi penting untuk menjaga agar tidak terjadi pencemaran silang, maka penyebabnya harus ditangani dengan baik seperti pengendalian debu dan sisa produksi pada alat yang digunakan. Contohnya seperti : menggunakan airlock yang memisahkan dua kelas kebersihan yang berbeda dan dust collector pada tiap ruangan yang potensial mengandung debu atau sisa produksi.

52 44 Sebelum produksi dilakukan harus dilakukan beberapa persiapan yaitu persiapan batch record, sumber daya manusia, bahan dan material, ruangan dan peralatan. 1. Batch record Sebagai pedoman kerja. Dibagi menjadi 3 yaitu batch pengolahan, batch pengemasan primer dan batch pengemasan sekunder. Fungsi batch record adalah a. Manufacturing process b. Alat control personal terhadap produksi c. Petunjuk pembuatan d. Alat penelusuran kembali e. Untuk mengetahui semua tahapan produksi sudah dilakukan dengan benar. 2. SDM Operator yang memiliki keterampilan dan telah mengikuti training. 3. Bahan dan material Menggunakan bahan dan material yang telah diluluskan. 4. Ruangan Untuk kelas E suhunya max 27 C dengan RH max 70% sedangkan untuk RH khusus, suhu ruangan adalah C. 5. Peralatan Telah dikalibrasi, tidak kadaluarsa, dapat berfungsi dengan baik. Dalam melakukan pengolahan, bagian produksi menerima perintah pengolahan (PP) yang antara lain berisi komposisi, saksi, label, dan tanda tangan. Untuk membuktikan bahwa teknik yang digunakan sudah aseptis maka dilakukan simulasi yaitu media fill dengan menggunakan placebo dan media tumbuh untuk bakteri. Inti dari pengerjaan sediaan serbuk steril adalah bagaimana menjaga kesterilan bahan baku dan produk jadi. Karena pengambilan sampel dilakukan setelah proses filling berlangsung. Sehingga jika terjadi kegagalan maka produk tersebut tidak dapat digunakan dan harus dibuang.

53 45 Sistem pelabelan di PT. LAPI laboratories menggunakan glue sticker dan roll sticker. Setelah produk dikemas dalam kemasan sekunder, produk dikarantina sambil menunggu hasil dari QC bahwa produk sudah bisa di release ke gudang Bagian Engineering (EG) Bagian Engineering di PT. LAPI Laboratories terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian Engineering yang berada di gedung depan dan gedung belakang. Hal ini disebabkan karena PT. LAPI Laboratories mempunyai 2 bangunan. Di gedung depan terdapat sarana produksi non beta laktam, sedangkan di gedung belakang terdapat sarana produksi beta laktam, dan probiotik. Bagian Engineering (bagian depan dan belakang) PT. LAPI Laboratories dikepalai oleh seorang Manager yang bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager. Engineering Manager membawahi tiga supervisor, yaitu Maintenance Supervisor, Utility Supervisor dan Sparepart Supervisor. Struktur organisasi bagian EG dapat dilihat pada Lampiran 12. Bagian Engineering bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan teknik, dan memastikan sarana-sarana dapat digunakan. Tugasnya meliputi perencanaan dan pelaksanaan perawatan mesin, alat, bangunan, sarana penunjang serta pengadaan spare part. Kegiatan bagian maintenance mencakup kegiatan preventive maintenance dan kegiatan corrective maintenance. Kegiatan preventive merupakan kegiatan pencegahan yang dilakukan pada aspek-aspek, dalam hal ini adalah mesin produksi. Kegiatan ini meliputi perencanaan jadwal perawatan mesin produksi. Untuk monitoring mesin produksi dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu. Untuk jadwal perawatan dibuat secara berkala yakni jadwal perawatan tahunan, bulanan, mingguan dan harian yang didasarkan pada manual book list perawatan. Kegiatan corrective merupakan kegiatan perbaikan yang dilakukan pada aspek-aspek, dalam hal ini adalah mesin dan peralatan yang mengalami masalah dan diupayakan agar masalah tersebut terselesaikan dan tidak terulang di masa datang. Kegiatan ini mencakup tindakan perbaikan untuk mesin dan peralatan apabila mengalami gejala awal kerusakan saat dilakukan monitoring, kerusakan serius (break down) dan ada permintaan penambahan atau modifikasi mesin.

54 46 Bagian utility merupakan bagian yang menyediakan mesin-mesin dan peralatan yang terkait fasilitas penunjang, seperti water treatment, waste water treatment dan Air Handling Unit (AHU), boiler, genset, chiller dan kompresor. Bagian utility juga melakukan kegiatan preventive maintenance dan kegiatan corrective maintenance seperti bagian maintenance. Untuk kegiatan monitoring mesin fasilitas penunjang dilakukan setiap hari karena merupakan hal yang sangat krusial untuk menunjang segala kegiatan produksi. Bagian spare part merupakan bagian pengadaan yang menyediakan spare part baik untuk mesin produksi atau mesin terkait fasilitas penunjang. Pengadaan masing-masing spare part dapat dianalisis sesuai trend kerusakan dan trend corrective kemudian ditentukan persediaan minimum dan maksimumnya. Jika terdapat project baru yang membutuhkan spare part maka kebutuhan spare part tersebut tidak boleh diambil dari persediaan yang sudah ada. Prosedur mutu bagian Engineering terdiri dari 4 prosedur mutu yaitu a. Preventive Maintenance b. Corrective Maintenance c. Kontrol Spare Part d. Pengolahan limbah Fasilitas dan Sarana Penunjang Teknik Fasilitas dan sarana penunjang teknik yang terdapat di gedung PT. LAPI Laboratories belakang antara lain sistem pengolahan limbah cair, sistem pengolahan air untuk menghasilkan purified water (PW), water for injection (WFI), dan pure steam, AHU, boiler, genset dan kompresor. Fasilitas untuk gedung depan hampir sama dengan gedung belakang, namun untuk pengolahan air hanya menghasilkan purified water (PW). a. Sistem Pengolahan Limbah Cair Sistem pengolahan limbah cair dirancang untuk mengolah air buangan industri agar kualitas air olahan memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Untuk alur pengolahan limbah cair secara skematik dapat dilihat pada Lampiran 13. Bagian-bagian alat dan tahapan pengolahan limbah cair di PT. LAPI Laboratories adalah sebagai berikut :

55 47 1. Bak netralisasi Merupakan bak untuk proses netralisasi limbah produk yang mengandung sefalosporin dengan menggunakan NaOH. 2. Sump pit Bak ini menampung semua limbah proses industri farmasi, baik limbah cair produksi sefalosporin setelah melalui bak netralisasi maupun limbah cair dari toilet, yang akan diproses lebih lanjut. Limbah tersebut akan dialirkan dengan menggunakan pompa submersible ke bak ekualisasi. 3. Bak ekualisasi Air limbah yang berasal dari bak sump pit masuk ke bak ini. Fungsi dari bak ekualisasi ialah menghomogenkan fluktuasi karakter yang ada dalam air limbah sehingga karakteristik untuk proses selanjutnya relatif seragam. Selanjutnya sebelum memasuki proses berikutnya, pada pipa yang menuju clarifier tank diinjeksikan larutan koagulan dan larutan flokulan yang berfungsi untuk mengikat zat-zat yang tersuspensi dalam air. Limbah dipompa dengan menggunakan pompa submersible ke tangki clarifier. 4. Tangki clarifier Presedimentasi atau pengendapan awal dilakukan di tangki clarifier dimana limbah yang telah mengalami proses koagulasi dan flokulasi akan terpisah menjadi lumpur padat dan air olahan. Air olahan secara gravitasi mengalir menuju bak yang selanjutnya yaitu bak aerasi. Lumpur yang terbentuk akan terkumpul di bagian bawah tangki dan secara gravitasi akan turun ke sludge tank. 5. Bak aerasi Bak aerasi ialah bak yang disediakan untuk terjadinya proses penguraian limbah dengan melibatkan bakteri aerob. Sistem yang diterapkan ialah proses lumpur aktif. Pada bak ini diciptakan suatu kondisi agar bakteri pengurai polutan bisa hidup dan berkembang biak dengan baik yaitu dengan dipasang aerator yang berfungsi sebagai pemasok oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri. Selain itu, aerator berfungsi untuk mencampur air limbah yang masuk sehingga dapat tercampur secara sempurna dan diharapkan dengan pengadukan yang sempurna tidak ada daerah dalam bak yang tidak mendapat

56 48 suplai oksigen. Air limbah dari bak aerasi akan mengalir ke bak sedimentasi secara gravitasi. 6. Bak sedimentasi Fungsi dari proses sedimentasi yang kedua ini adalah untuk memisahkan antara padatan dan air bersihnya. Padatan yang berada di tangki ini adalah mikroba atau lumpur aktif. Di dalam bak sedimentasi, flokul akan mengendap di dasar bak sebagai lumpur dan air bersih yang berada di atas lumpur akan mengalir secara gravitasi ke tangki selanjutnya yaitu break tank, sedangkan lumpurnya yang berupa lumpur akitf sebagian akan dikembalikan ke bak aearasi dengan pompa. Fungsi dari pengembalian lumpur ini adalah untuk mempertahankan populasi mikroorganisme di dalam bak aerasi tersebut. 7. Break tank Supernatan yang berasal dari bak sedimentasi akan mengalir ke break tank. Bak ini berfungsi menampung air yang akan digunakan untuk proses selanjutnya. Pada bak dilengkapi pompa untuk memompa air dari tangki ke multimedia filter. 8. Multimedia filter Air dari break tank dipompa ke multimedia filter yang terdiri dari saringan pasir dan saringan karbon. Kotoran atau sisa lumpur yang terbawa dalam air akan tersaring oleh media pasir dalam saringan pasir. Air baku saringan pasir akan tersaring lagi untuk penyempurnaan dalam saringan karbon. Pada penyaringan ini juga ditambahkan NaOH untuk menjaga agar nantinya ph pada bak effluent stabil antara ph 6-9. Hasil proses pengolahan air limbah akan dibuang ke effluent tank. 9. Effluent tank Sebagai penampung sementara sebelum dialirkan ke bagian lainnya. 10. Kolam ikan Bak ini berfungsi sebagai penampungan hasil akhir dari proses pengolahan limbah dimana air sudah dikategorikan layak buang ke saluran pembuangan akhir.

57 49 b. Sistem Pengolahan Air Sistem pengolahan air secara skematis dapat dilihat pada Lampiran Sumber air yang berasal dari air PAM diinjeksikan klorin untuk menghilangkan bakteri lalu menuju ke ground tank untuk selanjutnya dipompa melalui sand filter untuk disaring dan ditampung dalam tangki reservoir. 2. Setelah ditampung, air dialirkan melalui filter 50 µm menuju ke water softener 3. Pada water softener, air dihilangkan kesadahannya dengan menambahkan NaCl. 4. Setelah dari water softener, air akan diinjeksikan natrium metabisulfit untuk mereduksi klorin yang dapat merusak membran reverse osmosis pada tahapan selanjutnya. 5. Kemudian air akan melewati penukar panas (heat exchanger) yang bertujuan agar diperoleh air dengan suhu 18 C±2 C. Heat exchanger terdiri dari boiler dan chiller, dimana boiler hanya dinyalakan untuk proses sanitasi sedangkan chiller dinyalakan secara kontinu untuk proses pengolahan air. 6. Selanjutnya air disaring menggunakan filter 25 µm dan filter 5 µm. 7. Air yang telah disaring dengan filter 5 µm kemudian akan diinjeksikan NaOH untuk menjaga ph 5 7 kemudian dipompa ke dalam filter membran reverse osmosis. 8. Air yang telah lolos dari filter membran reverse osmosis akan masuk ke EDI dimana air akan melewati proses elektrodeionisasi untuk menurunkan konduktivitas air dan selanjutnya akan melewati detektor Total Organic Carbon (TOC) dengan syarat nilai max. TOC adalah kurang dari 500 ppb. 9. Apabila konduktivitas air memenuhi syarat (< 1,3 µs/cm) maka air akan masuk ke dalam tangki Purified Water (PW) jika tidak memenuhi maka akan otomatis dibuang. 10. Pada sistem looping PW juga terdapat Heat exchanger dimana suhu dipertahankan pada 18 C±2 C menggunakan chiller. Selanjutnya PW dalam tangki akan melewati proses penyinaran menggunakan lampu UV yang bertujuan membunuh bakteri yang terdapat pada PW yang berada di sistem looping.

58 PW akan didistribusikan ke bagian sefalosporin namun sebelum didistribusikan, air melewati detektor TOC terlebih dahulu. 12. Selain didistribusikan ke bagian sefalosporin lantai 1 dan lantai 2, PW diproses lagi menggunakan sistem Distilled Pure Steam Generator (DPSG) yang menghasilkan pure steam. 13. Sebagian pure steam dapat langsung digunakan untuk autoklaf dan sebagian lagi didinginkan menggunakan HE Cooling sehingga dihasilkan Water For Injection (WFI). 14. WFI kemudian ditampung ke dalam tangki penampungan dan dapat didistribusikan ke bagian sefalosporin setelah melewati detektor TOC. Pada tangki penampungan WFI terdapat heater dan boiler steam yang berfungsi untuk mempertahankan suhu 80 C±2 C dimana sirkulasi pada looping WFI berjalan selama 24 jam. c. Heat Ventilation Air Conditioning (HVAC) HVAC merupakan sistem yang bertujuan untuk mengatur suhu, kelembaban, perbedaan tekanan udara, jumlah partikel, serta pergantian udara di dalam ruang produksi serta ruang penyimpanan bahan baku, bahan kemas, dan produk jadi dengan menggunakan AHU, penghisap debu (dust collector) dan dehumidifier. Adapun prinsip kerja dari AHU adalah sebagai berikut: 1. Ruangan kelas D dan E Di dalam ruangan terdapat Supply Air Diffuser (SAD) dan Return Air Grill (RAG) yang digunakan untuk proses sirkulasi udara guna menjamin udara di ruangan tetap memenuhi persyaratan. Udara yang berasal dari ruangan kelas D dan E (melalui RAG) dan udara segar (fresh air) yang berasal dari luar ruangan masuk ke dalam AHU. Sebelum udara masuk ke dalam AHU terdapat dehumidifier yang berguna untuk mengatur kelembaban di ruangan dimana alat tersebut hanya digunakan untuk ruangan yang kelembabannya harus dikontrol seperti ruang cetak. Udara disaring oleh prefilter yang memiliki efisiensi 35-45%, kemudian masuk ke medium filter dengan efisiensi 95%. Setelah masuk ke medium filter, udara akan melalui evaporator dimana evaporator tersambung

59 51 dengan suatu unit pendingin (condensing unit/cu). CU ini berfungsi sebagai pendingin udara yang melewati evaporator. Udara dingin yang dihasilkan akan disaring oleh HEPA filter dengan efisiensi 99,97% kemudian didistribusikan ke ruangan-ruangan melalui SAD. 2. Ruangan kelas F dan G Udara yang berasal dari ruangan kelas F dan G (melalui RAG) dan udara segar dari luar ruangan disaring dengan menggunakan prefilter dengan efisiensi 30%. Setelah melalui prefilter maka udara dapat langsung didistribusikan ke ruangan kelas F dan G melalui SAD. d. Boiler Boiler berfungsi sebagai pemanas air dan menghasilkan uap air (steam). Air yang digunakan adalah softwater. Uap air ini dapat dialirkan ke fluid bed dryer, double jacket tank, dan mesin salut tablet otomatis. e. Penghisap debu Penghisap debu yang berfungsi menghisap dan menyaring debu dari udara. Debu yang terakumulasi pada filter akan diberi tekanan udara sehingga jatuh ke tempat pembuangan debu. Ruangan-ruangan yang membutuhkan penghisap debu antara lain: ruang pencampuran (super mixer), ruang pengayakan, ruang cetak, dan ruang fluid bed dryer.

60 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Manajemen Mutu Manajemen mutu bertujuan untuk memastikan bahwa sistem mutu diterapkan dengan tepat dan efektif, untuk meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan aman, sesuai dengan regulasi, dan tidak membahayakan (berisiko) terhadap pelanggan. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Pengujian mutu suatu produk tidak hanya ditentukan dari hasil pengujian produk akhir saja, melainkan oleh semua aspek yang berhubungan dengan pembuatan produk mulai dari bahan baku, peralatan, prosedur, personil yang melakukan proses produksi, dan lingkungan produksi harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Sistem manajemen mutu di PT. LAPI Laboratories sudah didasarkan pada ISO 9001 tahun 2008 dan CPOB. Sistem manajemen tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan pelanggan melalui perkembangan yang berkelanjutan. Sistem manajemen mutu di PT. LAPI Laboratories ditangani secara khusus oleh bagian Quality Management System & Training (QMR). Penerapan manajemen mutu ditunjang oleh partisipasi dan komitmen dari seluruh personil yang terlibat di dalamnya baik itu seluruh karyawan maupun pemasok. Dengan adanya partisipasi dari seluruh personil, maka PT. LAPI Laboratories dapat menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi. 4.2 Personalia Personil yang bekerja di PT. LAPI Laboratories harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya serta sehat fisik dan mental. Dalam melaksanakan sistem manajemen mutu, PT. LAPI Laboratories didukung oleh personil yang ada di setiap departemen dengan pembagian tanggung jawab yang adil dan sesuai dengan kapasitasnya. Setiap bidang pekerjaan memiliki job description masing-masing. 52

61 53 Secara struktur organisasi di PT. LAPI Laboratories, bagian QA, QC dan produksi sudah dipegang oleh personil yang berbeda. Sehingga mendapat spesifikasi tugas yang jelas dan rinci yang didokumentasikan sehingga tidak ada tumpang tindih tanggung jawab dan terhindar dari penumpukan beban kerja. Training diberikan pada personil meliputi training awal dan training berkala. Training yang diberikan pada awal antara lain mengenai higiene perorangan. 4.3 Bangunan dan Fasilitas Untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar, bangunan dan fasilitas, PT. LAPI Laboratories memiliki desain, konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik. Bangunan PT. LAPI Laboratories terletak di kawasan industri sehingga terhindar dari pencemaran industri lain dan lingkungan sekelilingnya. Selain itu, terdapat jadwal untuk pembersihan, sanitasi, pengendalian hewan pengerat dan perawatan berkala untuk bangunan dan fasilitas yang terdapat di PT. LAPI Laboratories. PT. LAPI Laboratories memiliki tiga gedung produksi yang letaknya terpisah berdasarkan produksinya yaitu produk non sefalosporin, sefalosporin dan probiotik. Pemisahan gedung ini sesuai dengan persyaratan CPOB dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dan kontaminasi silang dengan produk lain. Desain dari bangunan produksi dibentuk sudut lengkungan sehingga mudah untuk pembersihan, sanitasi, dan perawatan, lantai dilapisi dengan epoksi agar permukaannya menjadi licin sehingga mudah dibersihkan, tahan terhadap bahan pembersih dan tahan terhadap pengaruh cuaca, jendela yang tidak bisa dibuka untuk meminimalisir masuknya debu dari luar dan adanya sarana pengatur suhu dan kelembaban udara yakni dengan adanya Heating, Ventilation and Air Conditioner (HVAC) yang dikendalikan dengan Air Handling Unit (AHU). Pengaturan suhu dan kelembaban disesuaikan dengan kelas kebersihan masingmasing. Perlindungan dari adanya serangga burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain (pest control) juga diberikan di setiap bangunan dan fasilitas yang berada di PT. LAPI Laboratories. Gudang bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) dan gudang produk jadi terletak terpisah dan terpelihara dari kondisi yang merugikan seperti pengaruh

62 54 perubahan suhu, kelembaban dan hewan. Beberapa bahan baku yaitu bahan prekursor memiliki ruang penyimpanan tersendiri yaitu disimpan dalam kurungan di ruangan bahan baku khusus prekursor dan dikunci. 4.4 Peralatan Agar mutu obat terjamin sesuai desain serta konsisten tiap bets, peralatan yang digunakan oleh PT. LAPI Laboratories untuk pembuatan obat memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat. Hal ini juga akan memudahkan pembersihan serta perawatan dari peralatan tersebut. Permukaan peralatan yang bersentuhan langsung dengan bahan awal, produk antara, atau produk jadi terbuat dari stainless steel sehingga tidak menimbulkan reaksi atau mengabsorbsi bahan yang dapat mempengaruhi mutu produk. Peralatan didesain sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa, dan mencatat diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai dengan program dan prosedur yang ditetapkan. Pipa yang berada di ruang produksi terdiri dari pipa air (PW, WFI) dan pipa steam diberi penandaan yang jelas berupa label untuk menunjukkan isi dan arah aliran. Tiap peralatan utama diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas dan label kondisi kebersihan. Peralatan dirawat sesuai jadwal dan terdapat prosedur tetap (Protap) yang dibuat dan dipatuhi untuk perawatan dan perbaikan peralatan. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama dicatat dalam log book alat. 4.5 Sanitasi dan Higiene Sanitasi dan higiene di PT. LAPI Laboratories selalu diperhatikan untuk setiap aspek pembuatan obat agar selalu berada dalam tingkat sanitasi yang tinggi. Hal ini berlaku baik untuk mendukung higiene perorangan, sanitasi bangunan dan fasilitas, serta pembersihan dan sanitasi peralatan. Prosedur higiene perorangan diantaranya persyaratan untuk mengenakan pakaian pelindung dan perlengkapan lain yang sesuai diberlakukan bagi semua personil yang memasuki area produksi tanpa kecuali. Perlengkapan yang harus

63 55 dikenakan antara lain penutup rambut, sepatu khusus, masker dan sarung tangan. Terdapat pula perlengkapan pelindung khusus untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, misalnya penggunaan helm pelindung untuk setiap personil yang bekerja di gudang atau penutup telinga untuk personil yang bekerja di area yang bising. Cara penggunaan pakaian dan perlengkapan tersebut juga harus memenuhi ketentuan yang terdapat di setiap ruang ganti pakaian. Setiap perpindahan area, misal dari black area ke grey area, personil diwajibkan mengganti pakaiannya atau menggunakan pakaian pelindung khusus lagi, termasuk penutup kepala dan penutup sepatu untuk mencegah kontaminasi dari black area ke grey area yang lebih bersih. Sanitasi dilakukan pada bangunan, peralatan dan sistem penunjang. Kegiatan housekeeping di PT. LAPI Laboratories dilakukan secara rutin untuk menjaga kebersihan ruangan di luar area produksi. Pembersihan ruangan produksi, mesin dan peralatan juga dilakukan setiap kali selesai proses pengolahan. Sanitasi juga dapat dilakukan dengan fogging yaitu penyemprotan desinfektan pada ruangan produksi. Selain itu, terdapat pelaksanaan pest control untuk mencegah gangguan dari hewan dan serangga yang tidak diinginkan. Sistem penunjang yang memerlukan sanitasi adalah sistem pengolahan air yang menghasilkan PW dan WFI dimana terdapat sistem looping yang berfungsi ketika dilakukan sanitasi Pelaksanaan sanitasi sistem pengolahaan disesuaikan dengan jadwal yang telah dibuat bagian EG. 4.6 Produksi Untuk saat ini, PT. LAPI Laboratories hanya memproduksi sediaan padat dan cair. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi hanya dibeli dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Bahan awal, terutama yang dapat mengalami kerusakan karena terpapar pada panas, disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat dan bahan yang peka terhadap kelembaban dan/atau cahaya disimpan dengan benar di dalam ruangan yang dikendalikan kondisinya. Semua penerimaan, pengeluaran, dan jumlah bahan dicatat dan didokumentasikan dengan benar.

64 56 Selanjutnya bahan awal dikarantina sampai dikeluarkan disposisi diluluskan atau ditolak oleh bagian QC. Label karantina, ditolak, dan diluluskan diberi penandaan warna yang berbeda dengan format label yang telah ditetapkan. Bahan yang telah lulus uji akan di timbang oleh bagian PPIC sesuai kebutuhan untuk produksi produk. Selanjutnya bahan tersebut akan didistribusikan ke ruang produksi untuk diproduksi. Sebelum kegiatan pengolahan dimulai, operator memastikan bahwa area pengolahan dan peralatan bersih dan bebas dari bahan awal, produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengolahan yang akan dilakukan. Bagian produksi akan melakukan pengolahan bahan baku yang mengacu pada prosedur yang tertulis dan melakukan pencatatan semua pengawasan selama proses pada saat pelaksanaan produksi hingga dihasilkan produk jadi. Produk jadi dikemas hingga kemasan sekunder. Bahan pengemas yang tersisa dikembalikan ke gudang penyimpanan, dihitung dan didokumentasikan. Setiap bahan yang dikembalikan, diberi label yang berisi antara lain nama bahan kemas, nama produk obat yang menggunakan bahan kemas, jumlah yang dikembalikan dan tanda tangan bagian yang menggembalikan dan petugas PPIC. Selanjutnya, produk jadi dikarantina untuk dilakukan pengujian oleh bagian QC sampai dikeluarkan disposisi diluluskan atau ditolak oleh QA. Bila produk jadi telah diluluskan maka produk sudah boleh diedarkan. Penanganan bahan dan produk jadi dilakukan sesuai dengan prosedur dan didokumentasikan. 4.7 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu dilakukan oleh bagian QC di area yang terpisah dengan area produksi. PT. LAPI Laboratories memiliki dua laboratorium QC yaitu laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi. Dalam laboratorium tersebut, terdapat beberapa ruang untuk masing-masing kegiatan yang berbeda, yaitu ruang preparasi, ruangan instrumen, ruangan timbang, ruang sampel pertinggal, lemari asam, dan ruang administrasi. Untuk working standar disimpan di dry cabinet. Semua kegiatan yang dilaksanakan di laboratorium QC harus berpedoman pada Good Laboratory Practice (GLP) sehingga laboratorium kimia dan mikrobiologi dirancang dengan baik serta dilengkapi dengan peralatan yang memadai untuk menunjang pemeriksaan kemasan, bahan awal, produk ruahan,

65 57 maupun produk jadi. Peralatan untuk mengatasi kecelakaan kerja juga telah tersedia. Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium mencakup pemeriksaan bahan awal, (bahan baku dan bahan pengemas), produk ruahan, produk jadi, sampel pertinggal (bila ada keluhan), uji stabilitas, pemantauan lingkungan dan pemeriksaan kebersihan alat. Untuk pengawasan selama proses (in process control) tidak dikerjakan oleh bagian QC melainkan oleh bagian QA. Pengawasan mutu melakukan pemeriksaan pada bahan baku, bahan kemas dan obat jadi baik secara kimia maupun mikrobiologi (jika produk tersebut memerlukan pemeriksaan mikrobiologi). Pengawasan mutu tidak hanya dilakukan ketika obat tersebut masih diproduksi namun ketika didistribusikan obat tersebut juga diawasi mutunya dengan cara menyimpan sampel pertinggal setiap bets yang diproduksi sudah disimpan di ruang sampel pertinggal untuk antisipasi penelusuran di masa mendatang. Bagian QC menyimpan catatan analisis dari hasil pengujian semua sampel baik sampel produk jadi maupun sampel-sampel trial. 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri dan audit mutu dilakukan oleh orang yang terkualifikasi dan mempunyai pengalaman yang memadai dalam melakukan inspeksi diri. Inspeksi diri dan audit mutu dilakukan oleh bagian CE. Inspeksi diri dan audit mutu pada PT. LAPI Laboratories terdiri dari dua yaitu internal dan eksternal. Inspeksi diri dan audit mutu secara internal dilakukan selama dua kali setahun. Setelah dibuat programnya, maka bagian CE yang bekerja sama dengan QMR akan menyusun jadwal dan membentuk tim audit internal dengan anggotanya diambil dari beberapa bagian. Tim audit internal beranggotakan 10 orang yang kemudian dibagi dalam 5 kelompok. Tim yang mengaudit tidak akan mengaudit departemennya. Anggota tim tersebut harus kompeten dan bersifat independen. Audit mutu secara eksternal dilakukan pada vendor atau toll manufacturer. Program audit eksternal dibuat setiap 1 tahun, yang bertujuan untuk menjamin bahwa vendor atau toll manufacturer akan senantiasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam CPOB dan memenuhi spesifikasi perusahaan. Hasil audit internal dan eksternal dibuat untuk selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan oleh pihak terkait. Tindakan perbaikan dan pencegahan akan dilakukan oleh

66 58 departemen yang bersangkutan jika pada saat inspeksi ditemukan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan penerapan CPOB. 4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Keluhan terhadap produk obat dibagi menjadi dua, yaitu keluhan yang menyangkut efek samping obat dan menyangkut keluhan teknis kualitas obat. Keluhan terhadap obat dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang berhubungan dengan kegiatan manufaktur. Sedangkan keluhan dari luar perusahaan dapat berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, Rumah Sakit (RS) atau klinik, pemerintah (Badan POM), dan media massa. Semua keluhan yang berasal dari luar perusahaan, pertama-tama akan ditangani oleh bagian marketing yang akan menyaring keluhan tersebut. Laporan kemudian dikirim ke bagian Compliance (CE) beserta dengan contoh obatnya. Setelah diketahui penyebabnya, maka dibuat laporan dan dikirimkan ke bagian marketing agar dapat disampaikan kepada costumer. Berdasarkan hasil investigasi dapat dilakukan tindakan perbaikan sebagai tindakan pencegahan sementara jika diperlukan atau tindakan lain yang tepat. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets tertentu dari peredaran. Penarikan kembali obat jadi dilakukan bila ditemukan ada produk obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping obat yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Penarikan obat jadi ini dapat dilakukan atas keinginan produsen (misalnya karena stabilitas obat tidak baik), keinginan Badan POM (keluhan dari segi medis dan farmasi) dan dari penelitian internal. Setiap masalah kualitas harus diberitahukan kepada QA manager, yang kemudian akan mengkaji ulang apakah masalah tersebut berpotensi menyebabkan penarikan produk. QA manager kemudian segera melaporkan kepada QO manager jika ada potensi penarikan produk. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, kadaluarsa atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan

67 59 keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Dalam penanganan produk kembalian, QA bertanggung jawab untuk memeriksa kondisi fisik produk kembalian dan dokumen yang menyertainya, menyaksikan dan membuat berita acara proses pemusnahan. Hasil disposisi dari QA antara lain release, repack / reprocess, reject, monitoring retur maupun pengobatan. Label reject untuk produk kadaluarsa dan rusak Dokumentasi Salah satu hal yang sangat fundamental dalam pengoperasian suatu perusahaan farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB adalah dokumentasi. Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat. Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaknya mengutamakan tujuannya yaitu menentukan, memantau atau mencatat mutu dari seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Dokumentasi dapat digunakan untuk memastikan bahwa setiap personil mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakan sehingga memperkecil risiko kekeliruan. Selain itu, apabila terjadi kesalahan atau keluhan terhadap produk, maka penelusuran dapat dilakukan karena adanya dokumentasi. Hal ini dikarenakan sistem dokumentasi menggambarkan riwayat lengkap dari setiap bets atau lot suatu produk, sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap bets atau lot produk yang bersangkutan. Selain itu, sistem dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian kondisi lingkungan, perlengkapan, dan personalia. Dokumentasi dikendalikan oleh bagian QMS. Dokumentasi pada PT. LAPI Laboratories telah tersusun secara rinci mulai dari format standar dokumen, prosedur penyusunan, hingga prosedur pengisian dan penandatanganan dokumen. Dokumen disusun, diperiksa dan ditandatangani oleh personil yang berwenang. Semua dokumen diketik dan pencatatan data ditulis tangan oleh personil yang bersangkutan dengan jelas. Semua kegiatan dicatat di logbook dan ditandatangani disertai dengan nama jelas. Secara berkala dokumen dikaji ulang oleh QMS.

68 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak dilakukan oleh PT. LAPI Laboratories pada toll manufacturer baik pada toll in maupun toll out. Terdapat kontrak tertulis antara PT. LAPI Laboratories dengan pemberi / penerima kontrak yang dengan jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak, meliputi pembuatan dan analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait yang sesuai dengan izin edar untuk produk tersebut. Apabila bertindak sebagai pihak toll out maka PT. LAPI Laboratories berhak untuk melakukan audit eksternal untuk menilai kompetensi dan memastikan bahwa penerima kontrak sudah menerapkan pedoman CPOB dan sudah sesuai dengan spesifikasi PT. LAPI Laboratories. Apabila bertindak sebagai pihak toll in maka PT. LAPI Laboratories harus membuka diri untuk diaudit oleh pemberi kontrak Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi dan validasi merupakan salah satu aspek penting CPOB yang wajib diterapkan dalam setiap industri farmasi sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Di lain hal, kualifikasi terdiri atas empat tahap, yaitu Design Qualification (DQ), Instalation Qualification (IQ), Operational Qualification (OQ) dan Performance Qualification (PQ). Kualifikasi dilakukan pada alat maupun ruangan yang digunakan di PT. LAPI Laboratories. Semua peralatan produksi dan penunjang di PT. LAPI Laboratories sudah dikualifikasi. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Terdapat tiga jenis proses validasi, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren dan validasi retrospektif. Validasi dilakukan oleh tiga bagian. Validasi proses dan pembersihan dilakukan oleh bagian Validasi. Validasi metode dilakukan oleh bagian Analytical Development. Validasi mikrobiologi oleh bagian QC.

69 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. PT. LAPI Laboratories telah menerapkan semua aspek CPOB dengan baik. Kegiatan yang dilakukan di PT. LAPI Laboratories berupa manufaktur (produksi dan pengemasan), pengawasan mutu dan pemastian mutu sudah dilakukan secara terpisah tetapi memiliki tanggung jawab bersama pada penerapan CPOB agar produk yang dihasilkan tetap terjamin mutunya. 2. Apoteker mempunyai peran dan tanggung jawab sebagai pendorong dan pengarah dalam penerapan CPOB, terutama di bidang produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu 5.2 Saran Untuk produk khusus seperti avemar yang penyimpanannya di suhu dingin kurang dari 15 C, sebaiknya ketika didistribusikan menggunakan kontainer khusus yang dapat diatur suhunya atau cooling box sehingga terjamin mutunya sampai tujuan. 61

70 DAFTAR ACUAN Badan POM RI. ( 2006).Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Edisi Revisi. Badan POM. Jakarta : Badan POM. Badan POM RI. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik Jakarta : Badan POM. Badan POM RI. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan POM. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1799/Menkes/Per/XII/2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 62

71 LAMPIRAN

72 Lampiran 1. Struktur Organisasi di PT. LAPI Laboratories Operational Director Plant Manager Secretary Quality Operational Manager Head of Production Project Specialist Production Planning & Inventory Control Manager Engineering Manager Personel & General Affair Manager Toll Manufacturing Manager QMS & Training Manager / QMR Information Technology Manager Production Manager I Production Manager II Purchasing Manager Asst. Production Planning & Inventory Control Manager Asst. Personel & General Affair Manager Asst. Production Manager II Production Planning & Control Supervisor Raw Material Control Supervisor Packaging Material Control Supervisor Maintenance Supervisor Utillity Supervisor Sparepart Supervisor Personel Supervisor General Affair Supervisor Security Guard Supervisor QMS & Training Supervisor QMS & Training Supervisor IT application development & implementation Supervisor IT infrastructure & Operational Supervisor Probiotic Supervisor cephalosphorin Supervisor Processing Supervisor Packaging Supervisor 63 Finished Goods Control & Expedition Supervisor Raw Material Purchasing Supervisor Packaging Material Purchasing Supervisor HO General Material Purchasing Supervisor

73 Lampiran 2. Struktur Organisasi PT.LAPI Laboratories Operational Director Plant Manager Secretary Quality Operation Manager Quality Assurance Manager Compliance Manager Analytical Development Manager Registration Manager I Registration Manager II Quality Control Manager Research & Development Manager Validation Manager Quality Released Supervisor Quality Inspection Supervisor Compliance Supervisor Ass. Compliance Manager Analytical Development Supervisor Registration Supervisor I Registration Supervisor II Starting Material Supervisor Finished Goods Supervisor Microbiology Supervisor Stability Supervisor Ass. Process Development Manager New Product Supervisor Packaging Supervisor Existing Product & Optimation Process Supervisor Equipment Qualification Supervisor Support System Qualification Supervisor Cleaning Validation Supervisor Beta lactam Validation Supervisor Non Beta lactam Validation Supervisor 64 Internal & External Calibration Supervisor

74 65 Lampiran 3. Struktur Organisasi Bagian QMR QMR & Training Administrator QMR & Training supervisor Lampiran 4. Struktur Organisasi Bagian QA Lampiran 5. Struktur Organisasi Bagian CE Compliance manager Administrator CE Assistant Compliance Compliance

75 66 Lampiran 6. Struktur Organisasi Bagian VN Validation Manager Equipment Qualification Support System Qualification Cleaning Validation Supervisor Beta Lactam Process Validation Non Beta Lactam Process Validation Calibration Supervisor Lampiran 7. Struktur Organisasi Bagian AD

76 67 Lampiran 8. Struktur Organisasi Bagian QC Lampiran 9. Struktur Organisasi Bagian RN Registration manager I Registration manager I Administrator Registration supervisor I Registration supervisor II Lampiran 10. Struktur Organisasi Bagian RD RD Manager Administrator Processing Development Assistant DPI / PPI Administrator Existing Product & Optimation Processing New product Supervisor packaging Supervisor Formulator Formulator Packaging Designer

77 Lampiran 11. Struktur Organisasi Bagian PPIC Assisten Manager PPIC 68

78 69 Lampiran 12. Struktur Organisasi Bagian PN Lampiran 13. Struktur Organisasi Bagian EG EG Manager Administrator Maintenance Supervisor Utility Supervisor Sparepart Supervisor Maintenance Foreman Utility Foreman Sparepart Foreman Anggota Unit Maintenance Anggota Unit Utility Anggota Unit sparepart

79 70 Lampiran 14. Alur Pengolahan Limbah Cair Lampiran 15. Alur Pembuatan WFI dan PW

80 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SPESIFIKASI PRODUK JADI MEGAZING SERTA PARAMETER PENGUJIANNYA YESSICA LISYANA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

81 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Tablet Salut Spesifikasi Tablet Vitamin C Spesifikasi Tablet Vitamin B Spesifikasi Tablet Vitamin B Spesifikasi Tablet Vitamin B Spesifikasi Tablet Nikotinamid Spesifikasi Tablet Asam Folat Spesifikasi Tablet Kalsium Pantotenat Spesifikasi Tablet Vitamin B12 dan Vitamin E Spesifikasi Tablet Kalsium dan Zink BAB 3. METODELOGI PENGKAJIAN Waktu dan Tempat Metode Pengkajian BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Spesifikasi Kaplet Megazing Pembahasan BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN ii

82 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kemasan dan Kaplet Megazing iii

83 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spesifikasi dibuat dalam bentuk dokumen dan disimpan tersendiri, yang meliputi : spesifikasi bahan baku, spesifikasi produk antara, spesifikasi produk ruahan dan spesifikasi produk jadi (BPOM RI, 2006; BPOM RI, 2012). Spesifikasi ditetapkan oleh pabrik sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan dan minimal memenuhi spesifikasi yang ditetapkan di farmakope nasional atau kompendia resmi lainnya. Tahapan dalam membuat spesifikasi dan prosedur tetap pengujian produk jadi, yaitu dengan mencari pustaka atau referensi untuk spesifikasi dan prosedur tetap pengujian produk jadi. Caranya antara lain dengan mengumpulkan data-data spesifikasi resmi dari monografi untuk bahan baku tersebut beserta prosedur pengujiannya, misalnya dari Farmakope Indonesia, Farmakope Eropa, USP, BP, dan kompendia resmi lainnya yang terbaru, atau dari referensi lain yang berkaitan. Selain dari farmakope/kompendia, pembuatan spesifikasi berikut prosedur pengujiannya hampir selalu didasarkan pada sertifikat analisis (CoA) dari pabrik pembuat. Sertifikat analisis tersebut biasanya juga mengacu pada kompendia resmi yang mengalami pengembangan sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan oleh pabrik pembuatnya (BPOM RI, 2006; BPOM RI, 2012). Prosedur pengujian yang ditetapkan dalam farmakope atau kompendia resmi lainnya hendaklah diikuti. Apabila prosedur tersebut dianggap kurang praktis atau tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi pengujian, dapat digunakan prosedur lain yang telah divalidasi. Oleh karena itu, revisi berkala dari tiap spesifikasi perlu dilakukan dengan memperhatikan edisi terakhir dari farmakope nasional atau kompendia resmi lain (BPOM RI, 2012). Spesifikasi bersifat dinamis, artinya bisa berubah sebagai hasil eksperimen baru dalam pengembangan produk. Perubahan bisa dilakukan selama tidak menyebabkan masalah dalam hal stabilitas, khasiat, dan keamanan, kecuali untuk kadar zat aktif dan homogenitas. Selain itu, spesifikasi bisa diubah/dikembangkan berdasarkan temuan data ilmiah terbaru, perkembangan teknologi, perubahan peraturan/kebijakan, dan terutama berdasarkan farmakope/kompendia terbaru. 1

84 2 Beberapa farmakope nasional selalu dijaga ke-up to date-annya melalui revisi periodik. Keuntungan dari menetapkan spesifikasi adalah untuk meminimalkan resiko produk akhir yang tidak memenuhi persyaratan yang akan mengarah pada resiko mengulangi pekerjaan yang akan merugikan dari segi waktu dan finansial. Selain itu jika spesifikasi yang dibuat didasarkan pada kompendia yang dianut negara tertentu, begitu pula dengan industri farmasinya, maka akan lebih mudah untuk melakukan ekspor produk ke negara tersebut. Pada laporan ini akan dibahas tentang spesifikasi produk jadi suplemen dari PT. LAPI Laboratories yaitu Megazing, baik dari pengujian secara fisika, kimia dan mikrobiologi. 1.2 Tujuan Untuk membuat spesifikasi produk jadi Megazing dan macam-macam pengujiannya baik fisik, kimia dan mikrobiologi dari studi literatur.

85 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Spesifikasi Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau dipeoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu (BPOM RI, 2012). Spesifikasi merupakan pemerian suatu bahan, daftar pengujian, mengacu pada prosedur analitik, serta kriteria penerimaan yang sesuai berupa batas numerik, rentang, ataupun kriteria lainnya bagi uji yang bersangkutan. Spesifikasi itu membentuk seperangkat kriteria yang harus dipenuhi bahan atau produk agar dapat diterima untuk tujuan penggunaannya serta memastikan keamanan dan khasiatnya (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994b). Pemeriksaan mutu terhadap sediaan akhir dilakukan pengawasan mutu dengan membandingkan dengan semua spesifikasi yang telah ditetapkan. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menjamin bahwa sediaan yang akan dipasarkan itu stabil, aman, tidak mengandung zat asing dan mempunyai waktu absorpsi yang baik sehingga daya terapinya pun baik. Semua spesifikasi yang ada termasuk prosedur dan parameter yang digunakan dihasilkan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan selama produk masih dalam pengembangan batch-batch percobaan. Hasil yang didapat kemudian dipelajari, diteliti menggunakan metode statistik yang tepat sehingga dihasilkan spesifikasi yang digunakan lebih lanjut. Spesifikasi ini masih dapat disempurnakan dan dimodifikasi berdasarkan pengalaman di kemudian hari (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994b). 2.2 Tablet Salut Pemberian salut pada tablet yang merupakan langkah tambahan dalam proses pembuatan, menaikkan biaya produksi, dengan demikian, keputusan untuk menyalut tablet biasanya didasarkan atas salah satu atau tujuan berikut ini (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994a) : a. Untuk menutupi rasa, bau atau warna obat b. Untuk memberikan perlindungan fisik dan kimia pada obat c. Untuk mengendalikan pelepasan obat dari tablet 3

86 4 d. Untuk melindungi obat dari suasana dalam lambung, dengan menyalutnya dengan salut enterik tahan asam e. Untuk menggabungkan obat lain atau membawa formula dalam penyalutan untuk menghindari untuk tidak tercampurnya obat secara kimia, atau untuk menjamin terselenggaranya pelepasan obat secara berurutan f. Untuk memperbaiki penampilan obat dengan menggunakan warna khusus dan pencetakan kontras. Tablet salut selaput adalah tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut/ tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet. Biasanya lapisan ini berwarna, kelebihannya dari penyalutan dengan gula ialah lebih tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikit untuk penggunaanya. Selaput ini pecah dalam saluran lambung usus (Ansel, 1989). 2.3 Spesifikasi Tablet Vitamin C Mengandung tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0% C 6 H 8 O 6 (American Pharmaceutical Association, 2007; Depkes RI, 1995). Identifikasi : digerus sejumlah tablet yang telah diserbukkan dengan alkohol encer sehingga ekivalen dengan lar. Asam askorbat 1 dalam 50, saring dan lakukan proses seperti berikut (American Pharmaceutical Association, 2007; Depkes RI, 1995) : A : sebagian filtrat memenuhi untuk uji identifikasi B asam askorbat. B : ke dalam 2 ml filtrat ditambahkan 4 tetes metilen blue hangatkan sampai 40 : warna biru tua menjadi lebih muda atau berubah dalam 3 menit. C : ke dalam 1 ml filtrat ditambahkan larutan asam trikloroasetat (1 dalam 20), tambahkan sekitar 200 mg arang aktif, kocok selama 1 menit dan saring melalui penyaring beralur kecil, kembalikan filtrat jika perlu, sampai jernih. Ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 1 tetes pirol dan diaduk sampai larut, dan dipanaskan pada 50 menjadi warna biru. Disolusi (American Pharmaceutical Association, 2007) : Medium : aquadest 900 ml, Apparatus 2 : 50 rpm; waktu 45 menit. Toleransi : 75% Q yg tertera pada label larut dalam 45 menit.

87 5 Penetapan Kadar : dipindahkan 20 tablet ke dalam labu ukur 1000 ml berisi 250 ml asam metafosforat asetat. Tutup labu, kocok selama 30 menit atau sampai tablet hancur sempurna. Diencerkan dengan aquadest sampai batas dan campurkan. Dipindahkan sebagian larutan ke tabung sentrifus dan sentrifugasi sampai didapatkan supernatan yang jernih. Secara kuantitatif encerkan supernatan yang jernih dengan aquadest, jika perlu, untuk mendapatkan larutan asam askorbat 500 µg/ml. Dipipet 4 ml larutan yang ekivalen dengan 2 mg asam askorbat ke dalam erlenmeyer 50 ml, tambahkan 5 ml asam metafosforat asetat dan titrasi dengan larutan standar diklorofenol-indofenol sampai warna merah muda yang bertahan 5 detik. Periksa volume larutan diklorofenol indofenol yang digunakan dengan mencampur 5,5 ml sam metafosforat asetat dan 15 ml aquadest. Hitung jumlah asam askorbat per ml yang setara dengan larutan standar diklorofenol indofenol (American Pharmaceutical Association, 2007; Depkes RI, 1995). Waktu hancur tidak lebih dari 30 menit (Depkes RI, 1995). Keseragaman sediaan : memenuhi syarat (American Pharmaceutical Association, 2007; Depkes RI, 1995). 2.4 Spesifikasi Tablet Vitamin B1 Mengandung tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0% C 12 H 17 OClN 4 S. HCl dari jumlah yang tertera pada etiket (American Pharmaceutical Association, 2007; Depkes RI, 1995) Identifikasi (American Pharmaceutical Association, 2007; Depkes RI, 1995) : A : digerus sejumlah tablet yang telah diserbukkan yang setara dengan 10 mg zat dengan 10 ml natrium hidroksida dan saring. Kemudian ditambahkan 0,5 ml kalium ferisianida dan 5 ml isobutil alkohol, kocok selama 2 menit, biarkan lapisan cairan memisah. Permukaan cairan disinari dengan sinar UV tegak lurus dan amati cairan pada sudut 90, cairan berflouresensi biru terang yang akan hilang jika sedikit diasamkan dan berflouresensi kembali jika dibasakan. B : digerus sejumlah tablet yang telah diserbukkan yang setara dengan 10 mg zat dengan 10 ml aquadest dan saring. Pada 2 ml ditambahkan iodium terbentuk

88 6 endapan coklat merah; Pada 2 ml ditambahkan raksa (II) klorida terbentuk endapan putih; menunjukkan reaksi klorida. C : pada sisa filtrat yang diperoleh ditambahkan 1 ml timbal (II) asetat dan 1 ml NaOH 2,5 N, terjadi warna kuning. Campuran dipanaskan diatas penangas selama beberapa menit, warna berubah jadi coklat dan jika dibiarkan terbentuk endapan timbal (II) sulfida yang memisah. Disolusi (American Pharmaceutical Association, 2007) = Medium : aquadest 900 ml, Apparatus 2 : 50 rpm; waktu 45 menit. Toleransi : 75% Q yg tertera pada label larut dalam 45 menit. Penetapan Kadar (American Pharmaceutical Association, 2007; Depkes RI, 1995) : Larutan uji : dimasukkan tidak lebih dari 20 tablet ke dalam labu yang sesuai isi separuh labu dengan asam klorida 0,2 N, panaskan di atas penangas sambil sering dikocok, hingga tablet hancur/larut. Dinginkan, isi labu dipindahkan ke dalam labu ukur dan diencerkan dengan asam klorida 0,2 N sampai batas. Jika campuran tidak jernih, disentrifus atau disaring melalui kertas saring yang tidak menyerap tiamin. Sejumlah filtrat diencerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan asam klorida 0,2N hingga kadar tiamin 0,2µg/ml. lakukan prosedur PK tiamin (American Pharmaceutical Association, 2007; Depkes RI, 1995). Fase gerak : campuran aquadest, metanol dan asam asetat glasial (73:27:1) berisi natrium 1-heksasulfonat 140 mg per 100 ml. KCKT dengan detektor UV pada panjang gelombang 280 nm, kolom 3,9 mm x 30 cm berisi L1, Laju alir 1 ml/menit, Standar deviasi relatif 3,0% ; waktu retensi relatif : 1,0. Prosedur : secara terpisah disuntikan 10 µl larutan standar dan larutan uji ke kromatograf, catat kromatogram dan diukur area peak untuk tiamin HCl. Dihitung kuantitas tiamin HCl dalam tablet : C Tiamin HCl = 25 x C x (r u / r s ) Keterangan : C: konsentrasi larutan standar (mg/ml) ; r u dan r s : peak tiamin HCl yang didapat dari larutan uji dan larutan standar.

89 7 Waktu hancur tidak lebih dari 30 menit. Keseragaman sediaan memenuhi syarat (Depkes RI, 1995). 2.5 Spesifikasi Tablet Vitamin B2 Mengandung tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 115,0% C 17 H 20 O 6 N 4 dari jumlah yang tertera pada etiket (American Pharmaceutical Association, 2007). Disolusi = Medium : aquadest 900 ml, Apparatus 2 : 50 rpm; waktu 45 menit. Toleransi : 75% Q yg tertera pada label larut dalam 45 menit Penetapan Kadar (American Pharmaceutical Association, 2007) : Larutan uji : ditimbang dan diserbukkan tidak < 20 tablet. Ditimbang seksama serbuk ekivalen dengan 20 mg riboflavin, dipindahkan ke labu 250 ml dan tambahkan 150 ml asam klorida 0,1 N. Dikocok dan cuci labu dengan asam klorida 0,1 N untuk memastikan ph tetap dibawah 1,5 selama pemanasan. Campuran dipanaskan di penangas, sesekali diaduk, riboflavin larut atau di autoklaf pada 121 selama 30 menit. Didinginkan, atur ph campuran menjadi 5-6 dengan NaOH 1 N sambil diaduk, dipindahkan ke labu ukur 1000 ml, encerkan dengan aquadest sampai batas dan campurkan. Jika larutan tidak jernih, disaring dengan kertas saring yang tidak mengabsorbsi riboflavin. Larutan jernih diencerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan aquadest sampai larutan mengandung riboflavin 0,1µg/ml. Fase gerak : campuran aquadest, metanol dan asam asetat glasial (73:27:1) berisi natrium 1-heksasulfonat 140 mg per 100 ml. KCKT dengan detektor UV pada panjang gelombang 280 nm, kolom 3,9 mm x 30 cm berisi L1, Laju alir 1 ml/menit, Standar deviasi relatif 3,0% ; waktu retensi relatif : 0,8. Prosedur : secara terpisah disuntikan 10 µl larutan standar dan larutan uji ke kromatograf, catat kromatogram dan diukur area peak untuk riboflavin. Dihitung kuantitas riboflavin dalam tablet : C riboflavin = 25 x C x (r u / r s ) Keterangan : C: konsentrasi larutan standar (mg/ml) ;

90 8 r u dan r s : peak riboflavin yang didapat dari larutan uji dan larutan standar. 2.6 Spesifikasi Tablet Vitamin B6 Mengandung tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 115,0% C 8 H 11 NO 3. HCl dari jumlah yang tertera pada etiket (American Pharmaceutical Association, 2007; Depkes, 1995) Identifikasi : pada sejumlah serbuk tablet setara dengan 100 mg zat, ditambahkan 5 ml aquadest, dikocok saring ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2-3 tetes besi (III) klorida terjadi warna jingga sampai merah tua. Disolusi = Medium : aquadest 900 ml, Apparatus 2 : 50 rpm; waktu 45 menit. Toleransi : 75% Q yg tertera pada label larut dalam 45 menit. Penetapan Kadar (American Pharmaceutical Association, 2007) : Larutan uji : ditimbang dan diserbukkan tidak < 20 tablet. Ditimbang seksama serbuk ekivalen dengan 10 mg piridoksin HCl, dimasukkan dalam labu erlenmeyer dengan penambahan aquadest. Ditambahkan 5 ml larutan asam klorida lalu diencerkan dengan aquadest hingga 250 ml, dipanaskan di penangas sampai hancur sempurna. Didinginkan, dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml, diencerkan dengan aquadest sampai batas, dicampur dan disentrifus sejumlah cairan. Gunakan supernatan jernih. Fase gerak : campuran aquadest, metanol dan asam asetat glasial (73:27:1) berisi natrium 1-heksasulfonat 140 mg per 100 ml. KCKT dengan detektor UV pada panjang gelombang 280 nm, kolom 3,9 mm x 30 cm berisi L1, Laju alir 1 ml/menit, Standar deviasi relatif 3,0% ; waktu retensi relatif : 0,5. Prosedur : secara terpisah disuntikan 10 µl larutan baku dan larutan uji ke kromatograf, catat kromatogram dan diukur area peak untuk piridoksin HCl. Dihitung kuantitas piridoksin HCl dalam tablet : C piridoksin HCl = 25 x C x (r u / r s ) Keterangan : C: konsentrasi larutan standar (mg/ml) ; r u dan r s : peak piridoksin HCl yang didapat dari larutan uji dan larutan standar.

91 9 Waktu hancur tidak lebih dari 30 menit (Depkes, 1995). Keseragaman sediaan : memenuhi syarat (American Pharmaceutical Association, 2007; Depkes, 1995). 2.7 Spesifikasi Tablet Nikotinamid Mengandung tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0% C 6 H 6 ON 2 dari jumlah yang tertera pada etiket (American Pharmaceutical Association, 2007). Identifikasi (American Pharmaceutical Association, 2007) : A: diekstraksi tablet yang telah diserbukkan ekivalen dengan 500 mg nikotinamid dengan alkohol 10 ml 2x, diuapkan di penangas dan dikeringkan pada 80 selama 2 jam. Spektrum absorpsi IR dispersi sisa dengan kalium bromida didapat panjang gelombang yang sama dengan uji standar nikotinamid. B: dari nikotinamid yang didapat pada uji identifikasi A, disiapkan larutan (1 dalam 50000) dan ditetapkan absorbansi larutan ini pada 245 nm dan 262 nm dengan spektrofotometer yang sesuai, digunakan aquadest sebagai blanko, rasio A245 /A262 antara 0,63 dan 0,67. Disolusi = Medium : aquadest 900 ml, Apparatus 2 : 50 rpm; waktu 45 menit. Toleransi : 75% Q yg tertera pada label larut dalam 45 menit. Keseragaman sediaan : memenuhi syarat. Penetapan Kadar (American Pharmaceutical Association, 2007) : Larutan uji : ditimbang dan diserbukkan tidak < 10 tablet. Ditimbang seksama serbuk ekivalen dengan 25 mg nikotinamid, dipindahkan dengan bantuan aquadest 50 ml ke dalam labu ukur 250 ml. Dipanaskan jika perlu sampai melarut, didinginkan, diencerkan dengan aquadest sampai batas, campur. Dipipet 10 ml larutan ke dalam labu ukur 100 ml diencerkan dengan aquadest sampai batas, campur. Fase gerak : campuran aquadest, metanol dan asam asetat glasial (73:27:1) berisi natrium 1-heksasulfonat 140 mg per 100 ml. KCKT dengan detektor UV pada panjang gelombang 280 nm, kolom 3,9 mm x 30 cm berisi L1, Laju alir 1 ml/menit, Standar deviasi relatif 3,0% ; waktu retensi relatif : 0,5.

92 10 Prosedur : secara terpisah disuntikan 10 µl larutan standar dan larutan uji ke kromatograf, catat kromatogram dan diukur area peak untuk nikotinamid. Dihitung kuantitas nikotinamid dalam tablet : C nikotinamid = 25 x C x (r u / r s ) Keterangan : C: konsentrasi larutan standar (mg/ml) ; r u dan r s : peak nikotinamid yang didapat dari larutan uji dan larutan standar. 2.8 Spesifikasi Tablet Asam Folat Mengandung tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 115,0% C 19 H 19 O 6 N 7 dari jumlah yang tertera pada etiket (American Pharmaceutical Association, 2007). Identifikasi : dilarutkan sejumlah tablet yang diserbukkan ekivalen dengan 100 mg asam folat dengan larutan NaOH 100 ml (1 dalam 250), saring. Atur ph dengan asam klorida sampai ph 3,0. Didinginkan sampai 5 lalu disaring, bilas endapan asam folat dengan air dingin sampai air bilasan tidak ada klorida. Lalu dibilas dengan aseton dikeringkan pada 80 selama 1 jam. Spektrum absorpsi IR dari lar asam folat (1 dalam ) sehinggga larutan NaOH (1 dalam 250) menunjukkan max dan min pada panjang gelombang yang sama dengan standar asam folat rasio A296 /A365 antara 2,80 dan 3,00 Disolusi = Medium : aquadest 500 ml, Apparatus 2 : 50 rpm; waktu 45 menit. Toleransi : 75% Q yg tertera pada label larut dalam 45 menit. Keseragaman sediaan : memenuhi syarat. Waktu hancur tidak lebih dari 30 menit. Penetapan Kadar (American Pharmaceutical Association, 2007) : KCKT dengan detektor UV pada panjang gelombang 254 nm dengan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi L1, Laju alir 1 ml/menit, R antara asam folat komponen A dan asam folat tidak kurang dari 3,6, Standar deviasi relatif tidak lebih dari 2,0% Fase gerak : pindahkan 35,1 g natrium perklorat dan 1,4 g kalium fosfat monobasa yang telah ditimbang seksama ke labu ukur 1 L, tambahkan 7,0 ml KOH 1 N dan 40 ml metanol, encerkan dengan aquadest, campur. Atur ph dengan KOH 1 N atau asam fosforat sehingga ph 7,2.

93 11 Prosedur : secara terpisah disuntikan 15 µl larutan standar dan larutan uji ke kromatograf, catat kromatogram dan diukur area peak untuk asam folat dan metil paraben. Dihitung kuantitas asam folat dalam mg bagian dalam tablet : C asam folat = 25 x C x (r u / r s ) Keterangan : C: konsentrasi standar pd larutan standar (mg/ml) r u dan r s : peak rasio asam folat terhadap metil paraben yang didapat dari larutan uji dan standar masing-masing. 2.9 Spesifikasi Tablet Kalsium Pantotenat Tablet Kalsium Pantotenat mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 115,0 % jumlah isomer yang memutar bidang polarisasi ke kanan yang tertera pada etiket dari kalsium pantotenat (Depkes RI, 1995). Disolusi : medium aquadest 900 ml, dengan apparatus tipe 2 dengan waktu 45 menit. Toleransi tidak kurang dari 75% (Q) jumlah C 18 H 32 CaN 2 O 10 yang tertera pada label harus terlarut dalam 45 menit (Depkes RI, 1995). Penetapan kadar (American Pharmaceutical Association, 2007) : Fase gerak : campuran aquadest dan asam fosforat (1000:1). KCKT dengan detektor UV dengan panjang gelombang 210 nm, kolom 3,9 mm x15 cm berisi L1, Laju alir 1,5 ml/menit, Standar deviasi relatif 3,0%, waktu retensi relatif : 0,5 untuk kalsium pantotenat, 1,0 untuk asam p-hidroksibenzoat. Prosedur : secara terpisah disuntikan 10µl larutan standar dan larutan uji ke kromatograf, catat kromatogram dan diukur area peak untuk kalsium pantotenat dan internal satandar. Dihitung kuantitas kalsium pantotenat dalam tablet : C kalsium pantotenat = 25 x C x (r u / r s ) Keterangan : C : konsentrasi larutan standar (mg/ml) r u dan r s : peak rasio kalsium pantotenat terhadap asam p-hidroksibenzoat yang didapat dari larutan uji dan larutan standar Spesifikasi Tablet Vitamin B12 dan Vitamin E Tidak ditemukan di : USP 30 dan 32, FI IV.

94 12 1. Untuk penetapan kadar vitamin B12 (American Pharmaceutical Association, 2007) : Fase gerak : campuran aquadest dan metanol (65:35). KCKT dengan detektor UV pada panjang gelombang 550 nm, kolom 4,6 mm x 15 cm berisi 5 µm L1, Laju alir 0,5 ml/menit, Standar deviasi relatif 3,0%. Prosedur : secara terpisah disuntikan 200 µl larutan standar dan larutan uji ke kromatograf, catat kromatogram dan diukur area peak untuk sianokobalamin. Dihitung kuantitas sianokobalamin dalam tablet. C sianokobalamin = 100 x C x (r u / r s ) Keterangan : C: konsentrasi standar pd larutan standar (mg/ml). r u dan r s : peak sianokobalamin yang didapat dari larutan uji dan larutan standar masing-masing. 2. Untuk penetapan kadar vitamin E (American Pharmaceutical Association, 2007) : Fase gerak : larutan 10 ml asam fosforat dalam air 1000 ml yang berisi larutan A. siapkan campuran metanol dan larutan A yang telah difilter dan dialiri gas. KCKT detektor UV pada panjang gelombang 254 nm, kolom 8 mm x 10 cm berisi L1 5µm, Laju alir 2ml/menit waktu retensi relatif : 0,5 untuk ergokalsiferol dan 1,0 untuk alfa tokoferol asetat, R 12, tf : 0,8-1,2; Standar deviasi relatif 3,0% Prosedur : secara terpisah disuntikan 100 µl larutan standar dan larutan uji ke kromatograf, catat kromatogram dan diukur area peak. Dihitung kuantitas alfa tokoferol/alfa tokoferol asetat/alfa tokoferol asam suksinat dalam mg bagian dalam tablet : C alfa tokoferol = C x D x (r u / r s ) Keterangan : C: konsentrasi standar pd larutan standar (mg/ml) D: faktor pengenceran untuk larutan uji (ml) r u dan r s : peak yang terkait bentuk vit E yang didapat dari larutan uji dan standar. Hitung alfa tokoferol yang ekivalen dengan alfa tokoferol asetat/alfa tokoferol asam suksinat dengan cara mengalikan kandungan masing-masing (mg) dengan faktor 0,91/0,81.

95 Spesifikasi Tablet Kalsium dan Zink a. Kalsium mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 125% dari jumlah kalsium yang tertera pada etiket. Prosedur : menggunakan AAS pada 422,7 nm dengan hollow cathode lamp dan nyala nitrat oksida asetilen menggunakan asam klorida 0,125N berisi larutan lantanum klorida 0,1% sebagai blanko (American Pharmaceutical Association, 2007). Hitung kadar kalsium : C kalsium = 0,001 x C s x D keterangan : C s : konsentrasi standar (µg/ml); D: faktor pengenceran b. Zink mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 125% dari jumlah Zink yang tertera pada etiket. Prosedur : menggunakan AAS pada 213,8 nm hollow cathode lamp dan nyala udara asetilen menggunakan asam klorida 0,125N berisi larutan lantanum klorida 0,1% sebagai blanko (American Pharmaceutical Association, 2007). Hitung kadar zink : C zink = 0,001 x C s x D Keterangan : C s : konsentrasi standar (µg/ml); D: faktor pengenceran

96 3.1 Lokasi dan Waktu BAB 3 METODELOGI PENGKAJIAN Pelaksanaan pembuatan spesifikasi kaplet Megazing dilakukan di PT. LAPI Laboratories pada tanggal 15 April 29April Metode Pengkajian Metode pengkajian dilakukan dengan mengukur dimensi dari kaplet Megazing yang disediakan dari bagian Quality Control (QC) PT. LAPI Laboratories dan mencari literatur yang sama dan sesuai dengan karakteristik kaplet Megazing. 14

97 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Kaplet Megazing Bentuk sediaan : Kaplet salut selaput Komposisi : Vit C 750 mg, vit B1 15 mg, vit B2 15 mg, vit B6 25 mg, nikotinamid 100 mg, vit B12 12 mcg, asam folat 0,4 mg, Kalsium 20 mg, asam pantotenat 20 mg, zink 20 mg, vit E 30 IU Pemerian dimensi : Panjang = 20,00-20,10 mm Lebar = 9,40-9,45 mm warna : Ungu Penandaan : atas = polos bergaris tengah, cembung, oval bawah = polos, cembung, oval Identifikasi : -Asam Askorbat (+) -Tiamin HCl (+) -Riboflavin (+) -Piridoksin HCl (+) -Nikotinamid (+) -Sianokobalamin (+) -Asam Folat (+) -Tokoferol (+) -Kalsium (+) -Zink (+) -Asam Pantotenat (+) Kadar (Anonim, 2007):- Asam Askorbat (90,0-150,0%) -Tiamin HCl (90,0-150,0%) -Riboflavin (95,0-150,0%) -Piridoksin HCl (95,0-150,0%) -Nikotinamid (90,0-150,0%) -Asam Folat (90,0-150,0%) -Sianokobalamin (90,0-150,0%) -Tokoferol (90,0-165,0%) -Kalsium Pantotenat (90,0-150,0%) -Kalsium (90,0-125,0%) -Zink (90,0-125,0%) Disolusi : 75% dari kandungan asam folat yang tertera di 15

98 16 etiket 75% dari kandungan indeks vitamin atau indeks mineral yang tertera di etiket dari pengujian selama 1 jam (Anonim, 2007). Karakteristik Fisik : Bobot rata-rata : inti = 1300 mg ( ) mg salut = 1352 mg ( ) mg Ketebalan : 7,55-7,70 mm Waktu Hancur : kurang dari 15 menit Kerapuhan : kurang dari 1% (Anonim, 2007) Kekerasan : Min 4 kg/cm² (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994a) Parameter Mikrobiologi: - jumlah mikroba aerob total tidak >3000 cfu/g - Jumlah jamur dan kapang tidak > 300 cfu/g - Tidak ada Salmonella, Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Anonim, 2007) 4.2 Pembahasan Dalam menentukan spesifikasi dari suatu produk yang harus dilakukan pertama kali adalah studi literatur awal mengenai produk tersebut. Studi literatur tersebut dapat diperoleh dari farmakope, kompendia dan sumber-sumber lain yang terkait. Spesifikasi juga dapat diperoleh dari hasil trial-trial yang telah dilakukan baik itu skala laboratorium maupun skala pilot. Untuk produk suplemen yang mengandung berbagai macam zat aktif harus dicari cara yang sesuai untuk pengujian kimianya terutama dalam disolusi dan penetapan kadarnya. Pengukuran dimensi kapletnya digunakan alat mikrometer sekrup. Pengukuran warna dari sediaan dilakukan secara visual, digunakan standar warna toka warna sehingga warna lebih spesifik. Banyak tablet memakai warna sebagai alat vital untuk cepat dikenal serta diterima konsumen. Warna dari suatu produk harus seragam dan merata dalam satu tablet, dari satu tablet dengan yang lainnya dan dari satu batch ke batch lainnya. Ketidakmerataan warna tidak saja menyebabkan hilangnya nilai estetik, tetapi juga dapat membuat konsumen kehilangan nilai estetik, tetapi juga dapat membuat konsumen mengira sebagai

99 17 ketidak seragaman isi tablet dan rendahnya mutu produk (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994a). Untuk penandaannya juga dilakukan secara visual. Perusahan-perusahaan farmasi selain memberi warna, juga sering memberi tanda-tanda yang unik pada kaplet untuk membantu pengenalan produknya dengan cepat. Penandaan ini memakai bentuk-bentuk seperti tulisan timbul, ukiran atau cetakan. Jenis penandaan informatif yang sering digunakan biasanya menyertakan nama perusahaan atau symbol, kode produk, nama produk atau potensi dari produk itu (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994a). Pada saat dilakukan identifikasi, semua zat aktif harus dapat diidentifikasi sesuai dengan caranya masing-masing. Penetapan kadar dilakukan terhadap semua zat aktif dengan cara yang sesuai dengan yang tercantum di literatur. Untuk disolusi karena terdapat banyak zat aktif vitamin dan mineral di dalam kaplet Megazing maka ditentukan yang harus didisolusi adalah indeks vitamin dan indeks mineral. untuk penentuan indeks vitamin dilakukan pada satu indeks vitamin yang merupakan vitamin yang larut air, jika dalam formulasi terdapat riboflavin, jika tidak ada maka piridoksin. Jika tidak ada riboflavin dan piridoksin maka nikotinamid, jika tidak ada nikotinamid maka tiamin. Dan jika keempat vitamin tersebut tidak ada maka yang menjadi indeks vitamin adalah asam askorbat. Untuk penentuan indeks mineral juga dilakukan pada satu indeks mineral. Besi adalah indeks mineral jika ada dalam formulasi. Jika tidak ada maka kalsium. Jika tidak ada besi dan kalsium maka indeks vitamin adalah zink, jika ketiga mineral tersebut tidak ada maka indeks mineralnya adalah magnesium. Jadi untuk Megazing karena dalam formulasi terdapat asam folat, maka yang didisolusi adalah asam folat, indeks vitamin riboflavin dan indeks mineral kalsium. Disolusi juga harus menggunakan medium yang sesuai sehingga di dapat hasil yang diinginkan yang nantinya menjadi spesifikasi dari produk jadi, disolusi asam folat dalam kaplet Megazing menggunakan medium aquadest dan jika tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan maka mediumnya diganti menjadi larutan buffer sitrat 0,05 M ph 6,0. Karena kaplet Megazing memiliki bobot rata-rata 1300 mg atau lebih dari 324 mg maka memenuhi syarat jika tidak lebih dari 2 kaplet yang berbeda dari

100 18 bobot rata-rata dan memiliki persentase perbedaan lebih dari 5%. Dan tidak ada satu kaplet pun yang bobot rata-ratanya lebih dari dua kali lipat persentasenya (Anonim, 2007). Untuk ketebalan tidak kurang dari 4/3 kalinya. Ketebalan adalah satusatunya variabel dimensi yang berhubungan dengan dimensi. Pada beban kempa yang konstan, ketebalan kaplet bervariasi dengan berubahnya pengisian die, dengan distribusi ukuran partikel serta kepadatan campuran partikel yang dikempa, dan dengan berat kaplet, sementara pada keadaan pengisian die yang konstan, ketebalan bervariasi dengan berubahnya beban kompresi (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994a). Karena Megazing memiliki panjang lebih dari 18 mm maka untuk waktu hancur menggunakan apparatus B yaitu keranjang. Waktu hancur dari sediaan kaplet salut selaput adalah tidak boleh lebih dari 15 menit. Kerapuhan pada kaplet biasa adalah kurang dari 1%, karena untuk kerapuhan kaplet salut belum ditemukan dalam literatur sehingga kerapuhannya mengikuti persyaratan kaplet biasa. Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan kaplet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kaplet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih dan pecah-pecah pada penanganannya, akan kehilangan keelokkannya serta konsumen enggan menerimanya, dan dapat menimbulkan pengotoran pada tempat pengangkutan dan pengepakan, juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi kaplet Kerapuhan kaplet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994a). Kekerasan pada kaplet biasa adalah minimal 4 kg (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994a), karena untuk kekerasan kaplet salut belum ditemukan dalam literatur sehingga kekerasannya mengikuti persyaratan kaplet biasa. Kaplet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Pada umumnya kaplet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas, dikirim dengan kapal dan waktu ditangani dengan normal, tapi juga kaplet ini akan cukup lunak untuk melarutkan akan menghancurkan dengan sempurna begitu digunakan orang/ dapat dipatahkan di antara jari-jari bila memang kaplet ini perlu dibagi

101 19 dalam pemakaiannya (Ansel, 1989). Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan.

102 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Untuk membuat spesifikasi tidak hanya diperlukan data dari farmakope/kompendia, namun juga didapatkan dari hasil percobaan-percobaan skala laboratorium sampai percobaan skala pilot. Spesifikasi harus ditetapkan dalam rangka untuk mencegah terjadinya kerugian akibat produk yang tidak memenuhi persyaratan. Spesifikasi dari produk Megazing memiliki dimensi panjang 20,00-20,10 mm, lebar 9,40-9,45 mm dan tebal 7,55-7,70 mm. Berupa kaplet salut selaput dengan warna ungu dengan penandaan atas polos, bergaris tengah, cembung dan oval sedangkan bagian bawah polos, berbentuk cembung dan oval. Bobot rata-rata kaplet salut 1352 mg. 5.2 Saran Untuk penentuan warna digunakan standar warna untuk penentuan warna sediaan produk jadi. Sehingga warna yang dihasilkan untuk produk jadi tertentu lebih spesifik. 20

103 DAFTAR ACUAN American Pharmaceutical Association. (2007). The United States Pharmacopoeia, 30nd rev. and The National Formulary, 25th rev. Rockville: United States Pharmacopoeial Convention. American Pharmaceutical Association. (2010). The United States Pharmacopoeia, 32nd rev. and The National Formulary, 29th rev. Rockville: United States Pharmacopoeial Convention. Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Terjemahan oleh : F. Ibrahim. Jakarta : Penerbit Press Badan POM RI. ( 2006).Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Edisi Revisi. Badan POM. Jakarta: Badan POM. Badan POM RI. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L. (1994a). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L. (1994b). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga Jilid 3. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Press 21

104 LAMPIRAN

105 22 Lampiran 1. Kemasan dan Kaplet Megazing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LOEDFIASFIATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan

Lebih terperinci

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017 INDUSTRI No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan Substansi materi Dosen I Selasa, 29 Agustus 2017 Pendahuluan -Ruang lingkup industri farmasi -Pemenuhan CPOB -Jenis-jenis industri farmasi -Ciri-ciri industri farmasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.04.1.33.12.11.09938 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENARIKAN OBAT YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR DAN/ATAU PERSYARATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik Penggunaan terbesar herbal Fitofarmaka supplement kosmetik Pasar herbal Pasar dunia 10 M USD Nilai export indonesia 100 Triliun Kualitas Produksi herbal GAP GMP GDP GAP ON FARM Iklim Tanah Ketinggian bibit

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG PERIODE 2 APRIL 27 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WISNU

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.04.1.33.12.11.09938 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENARIKAN OBAT YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR DAN/ATAU PERSYARATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 MANAJEMEN UMUM Manajemen umum adalah manajemen puncak yang terdiri dari direksi dan wakil manajemen/quality Management Representative (QMR). Direksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB Disampaikan oleh: Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik & PKRT Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IKATAN APOTEKER INDONESIA Tangerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang berhak mendapat kesehatan yang layak seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan. No.721, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: CINDY HERIYANTI. H, S. Farm. (NPM: 2448715105) PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman masyarakat semakin sadar bahwa akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.794, 2014 KEMEN KP. Obat Ikan. Cara Pembuatan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2014 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT IKAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 18 JULI 16 SEPTEMBER 2011

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN Disusun Oleh: Nelli Purba, S.Farm. NIM 083202142 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu Quality Mangement System ISO 9000 series.. Published by International Organization for Stantardization (ISO) a world wide federation of national

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARAT PERIODE 1 JULI 26 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Metiska Farma PT. Metiska Farma didirikan pada tahun 1970, atas prakarsa Bapak Memet Tanuwijaya, Bapak Ismail dan Bapak Karim Johan, yang pada

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK BAB V ANALISA DATA 5.1 Perbaikan Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sesudah Proses Akreditasi ISO 17025:2008 5.1.1 Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sebelum Proses Akreditasi Sampel uji diterima oleh Manajer

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA Logo perusahaan DISETUJUI OLEH: PRESIDEN DIREKTUR Dokumen ini terkendali ditandai dengan stempel DOKUMEN TERKENDALI. Dilarang mengubah atau menggandakan dokumen tanpa seizing

Lebih terperinci

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) BPOM dalam mengawal obat Visi : Obat dan makanan terjamin aman,bermutu dan berkhasiat. Misi: Melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang beresiko terhadap kesehatan.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.34.11.12.7542 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT

Lebih terperinci

PERSONALIA

PERSONALIA PERSONALIA 1. Persyaratan Umum Jumlah dan Pengetahuan: Memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mempunyai sikap dan kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan Cara Pembuatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : HELMY ANDRIANTO WIDJAYA, S.Farm. NPM. 2448716033 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.34.11.12.7542 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim

Lebih terperinci

BAB V TUGAS KHUSUS 5.1. Latar belakang

BAB V TUGAS KHUSUS 5.1. Latar belakang BAB V TUGAS KHUSUS Tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Bayer Indonesia Cimanggis plant yang dilakukan adalah pembuatan Laporan penggunaan prekursor kepada Badan Pengawas Obat dan

Lebih terperinci