TKE 3105 ISYARAT DAN SISTEM. B a b 2 S i s t e m. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TKE 3105 ISYARAT DAN SISTEM. B a b 2 S i s t e m. Indah Susilawati, S.T., M.Eng."

Transkripsi

1 TKE 3105 ISYARAT DAN SISTEM B a b 2 S i s t e m Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009

2 51 B A B I I S I S T E M Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa dapat melakukan analisis dan sintesis sistem yang sangat bermanfaat untuk menunjang kreativitas perekayasaan terutama dalam desain sistem. 2. Khusus Setelah menyelesaikan bab ini, diharapkan: - Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian sistem. - Mahasiswa dapat membedakan jenis sistem waktu kontinyu dan sistem waktu diskrit. - Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis interkoneksi sistem. - Mahasiswa dapat menjelaskan sifat-sifat sistem. - Mahasiswa dapat menerapkan teori untuk analisis sistem, terutama yang berhubungan dengan bidang teknik elektro Pengertian Sistem Sistem dapat diartikan sebagai suatu proses dimana isyarat masukan akan diubah menjadi isyarat keluaran. Suatu sistem terdiri atas komponen-komponen, piranti-piranti, atau bagian-bagian yang lebih kecil yang disebut subsistem. Dipandang dari sifat isyarat masukan dan keluarannya, sistem dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Sistem waktu kontinyu Pada sistem waktu kontinyu, masukan berupa isyarat waktu kontinyu dan akan dihasilkan keluaran yang merupakan isyarat waktu kontinyu pula. Isyarat masukan sistem waktu kontinyu biasanya dinotasikan dengan x(t), dan isyarat keluarannya dinotasikan dengan y(t). Hubungan masukan-keluaran dalam sistem waktu kontinyu akan dinotasikan dengan pernyataan:

3 52 x(t) y(t) Hubungan ini juga dapat diperlihatkan dengan ilustrasi pada gambar 2.1. x(t) Sistem waktu kontinyu y(t) Gambar 2.1 Sistem waktu kontinyu 2. Sistem waktu diskrit Pada sistem waktu diskrit, masukan berupa isyarat waktu diskrit dan akan dihasilkan keluaran yang merupakan isyarat waktu diskrit pula. Isyarat masukan sistem waktu diskrit biasanya dinotasikan dengan x[n], dan isyarat keluarannya dinotasikan dengan y[n]. Hubungan masukan-keluaran dalam sistem waktu diskrit akan dinotasikan dengan pernyataan: x[n] y[n] Hubungan ini juga dapat diperlihatkan dengan ilustrasi pada gambar 2.2. x[n] Sistem waktu diskrit y[n] Gambar 2.2 Sistem waktu diskrit 2.2. Interkoneksi Sistem Seperti telah dikemukakan di atas, sistem dapat tersusun atas beberapa subsistem yang lebih sederhana. Untuk membentuk sistem ini, dibutuhkan hubungan antara subsistem-subsistem tersebut yang biasanya disebut interkoneksi sistem. Adanya interkoneksi sistem ini juga akan memudahkan analisis, karena sistem dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana. Ada beberapa jenis interkoneksi sistem yang sering dijumpai, yaitu: 1. Interkoneksi seri (cascade) Interkoneksi ini diilustrasikan pada gambar 2.3.

4 53 masukan Sistem 1 Sistem 2 keluaran Gambar 2.3 Interkoneksi seri 2. Interkoneksi paralel Interkoneksi ini diilustrasikan pada gambar 2.4. Sistem 1 masukan + keluaran Sistem 2 Gambar 2.4 Interkoneksi paralel 3. Interkoneksi seri - paralel Interkoneksi ini diilustrasikan pada gambar 2.5. Sistem 1 Sistem 2 x(t) Sistem 4 y(t) Sistem 3 Gambar 2.5 Interkoneksi seri paralel Antara sistem 1 dan sistem 2 terhubung seri, sistem 1 dan sistem 2 terhubung paralel dengan sistem 3. Sedangkan sistem 1, 2, dan 3 terhubung seri dengan sistem Interkoneksi umpan balik (feedback)

5 54 Interkoneksi umpan balik menghubungkan keluaran kembali ke masukannya. Hubungan semacam ini biasanya digunakan dalam pengendalian (kontrol). Interkoneksi ini diilustrasikan pada gambar 2.6. masukan Sistem 1 keluaran Sistem 2 Gambar 2.6 Interkoneksi umpan balik Keluaran sistem 1 merupakan masukan sistem 2, sedangkan keluaran sistem 2 diumpan-balik dan ditambahkan ke masukan eksternal untuk menghasilkan masukan yang aktual ontoh Soal dan Penyelesaian 1. Untuk rangkaian seperti gambar 2.7 berikut ini, maka tentukan bagaimana hubungan antara V s (t) sebagai masukan dan V c (t) sebagai keluaran. R Vs i(t) V Gambar 2.7 Rangkaian R untuk contoh soal no. 1 Penyelesaian: Arus i(t) yang mengalir dalam rangkaian dapat dinyatakan dengan: V s(t) V c(t) i(t) = R

6 55 atau dapat juga dinyatakan sebagai: i(t) = d dt V (t) Sedangkan pada rangkaian berlaku hubungan: R d dt d dt V (t) + c V + V i(t)r+ V V (t) + V (t) = V (t) 1 R R = V = V V (t) = S S S 1 R V (t) Persamaan yang terakhir inilah yang menyatakan hubungan antara V S (t) sebagai masukan dan V (t) sebagai keluaran pada rangkaian R tersebut. 2. Sebuah bank memberikan bunga sebesar 10% setiap akhir bulan. Nyatakan hubungan antara y[n] dan x[n], jika y[n] adalah saldo akhir bulan ke-n dan x[n] adalah simpanan bersih bulan ke-n. Penyelesaian: x[n] adalah simpanan bersih pada bulan ke-n y[n] adalah saldo akhir bulan y[n-1] adalah saldo akhir bulan ke-[n 1] maka y[n] = x[n] + 1,1 y[n 1] 3. Untuk gambar rangkaian 2.8 di bawah ini, gambarkan diagram blok yang mengilustrasikan interkoneksi sistem yang mewakilinya. S i 1 (t) i 2 (t) i(t) R V(t) Gambar 2.8 Rangkaian untuk soal no. 3

7 56 Penyelesaian: i(t) + i 1 (t) t 1 v(t) v ( t) = i1 ( t) dt - i 2 (t) i2 ( t) = v( t) R Gambar 2.9 Diagram blok untuk soal no Soal-soal Tambahan 1. Sebuah sistem terdiri atas dua buah subsistem yang terhubung dengan interkoneksi seri seperti terlihat pada gambar 2.3. Berikut adalah hubungan masukan dan keluaran untuk masing-masing sistem. Subsistem 1 : y 1 [n] = 2x 1 [n] + 4x 1 [n 1] Subsistem 2 : y 2 [n] = x 2 [n] + 0,5x 2 [n 3] Dengan x 1 [n] dan x 2 [n] melambangkan isyarat masukan sistem 1 dan sistem 2, sedangkan y 1 [n] dan y 2 [n] adalah isyarat keluaran masing-masing subsistem. Tentukanlah: a. Hubungan masukan dan keluaran sistem secara keseluruhan. b. Apakah keluaran sistem akan berubah jika urutan interkoneksi kedua subsistem dibalik? Jika berubah, tentukan hubungan masukan dan keluaran sistem yang baru. 2. Ulangi soal no. 1 jika antara subsistem 1 dan subsistem 2 terhubung dengan interkoneksi paralel.

8 Sifat-sifat Sistem Pada subbab ini akan dibahas tentang sifat-sifat dasar sistem yang mempunyai interpretasi fisik yang penting. 1. Sistem dengan dan tanpa memori Pada sistem tanpa memori, keluaran sistem pada suatu waktu tertentu hanya bergantung pada masukan pada waktu yang sama. ontoh sistem tanpa memori adalah sistem yang mempunyai hubungan keluaran dan masukan sebagai berikut: y[n] = 2 x[n] v(t) = R i(t) y(t) = x(t) ontoh terakhir biasa disebut dengan sistem identitas, yaitu suatu sistem yang keluarannya sama dengan masukannya. Sistem dengan memori mempunyai mekanisme untuk menyimpan informasi harga masukan yang bukan saat ini, masukan ini mempengaruhi sistem. ontoh sistem dengan memori adalah sistem yang mempunyai hubungan keluaran dan masukan sebagai berikut: y[n] = x[n 1] y[ n ] = n 1 v ( t ) = k = t t x[ n ] i( t ) dt 2. Sistem inversi Sebuah sistem disebut invertibel jika masukan yang tertentu menghasilkan keluaran yang tertentu pula. Dengan kata lain bahwa masukan sistem dapat diperoleh kembali dengan cara inversi. ontoh sistem invertibel adalah sistem yang mempunyai hubungan keluaran dan masukan sebagai berikut: y(t) = 2 x(t), maka masukan x(t) dapat diperoleh dengan cara inversi, yaitu x(t) = 0,5 y(t) ontoh sistem non invertibel adalah sistem yang mempunyai hubungan keluaran dan masukan sebagai berikut: y[n] = 0

9 58 y(t) = {x(t)} 2 Pada kedua contoh sistem ini, masukan yang menghasilkan keluaran tertentu tidak dapat ditentukan secara pasti. 3. Kausalitas Suatu sistem disebut kausal jika keluaran sistem hanya bergantung pada harga masukan saat ini dan masukan yang telah lalu (sebelumnya). Sistem yang seperti ini juga disebut sistem nonantisipasif (yaitu sistem yang tidak dapat meramalkan masukan yang akan datang). ontoh sistem kausal adalah sistem yang mempunyai hubungan keluaran dan masukan sebagai berikut: 1 v ( t) = i( t) dt t t ontoh sistem non-kausal adalah sistem yang mempunyai hubungan keluaran dan masukan sebagai berikut: y[n] = x[n] x[n +1] y(t) = x(t +1) Sistem-sistem tanpa memori merupakan sistem kausal. 4. Stabilitas Sistem yang stabil merupakan sistem yang dengan masukan kecil namun tetap menghasilkan keluaran yang tidak menyimpang. Sebagai contoh adalah jarum pendulum jam. Masukan x(t) berupa gaya tarikan, sedangkan keluaran y(t) berupa deviasi sudut yang dihasilkan. Meskipun masukan x(t) cukup kecil, pendulum akan tetap kembali pada posisi awalnya (gambar 2.10a). Sistem yang tidak stabil diperlihatkan pada gambar 2.10b. y(t) x(t) y(t) x(t) (a) (b) Gambar 2.10 (a) Sistem stabil (b) Sistem tidak stabil

10 59 5. Invariansi waktu (time invariance) Sebuah sistem disebut waktu invarian jika perilaku sistem tersebut tidak terpengaruh oleh waktu. Sebagai contoh misalnya sebuah rangkaian R; rangkaian R pada eksperimen hari ini akan menghasilkan tanggapan yang sama dengan tanggapan yang dihasilkan pada eksperimen pada hari sebelumnya. Sifat waktu invarian sebuah sistem, secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut. Untuk sistem waktu diskrit: Jika y[n] adalah keluaran untuk masukan x[n], maka y[n n 0 ] adalah keluaran untuk masukan x[n n 0 ]. x[n] y[n] x[n n 0 ] y[n n 0 ] Untuk sistem waktu kontinyu: Jika y(t) adalah keluaran untuk masukan x(t), maka y(t t 0 ) adalah keluaran untuk masukan x(t t 0 ). x(t) y(t) x(t t 0 ) y(t t 0 ) 6. Linearitas Jika sebuah sistem mempunyai keluaran y 1 (t) untuk masukan x 1 (t) dan keluaran y 2 (t) untuk masukan x 2 (t), maka sistem tersebut linear jika: a. Masukan x 1 (t) + x 2 (t) menghasilkan keluaran y 1 (t) + y 2 (t) b. Untuk sebuah konstanta c, maka masukan cx 1 (t) akan menghasilkan keluaran cy 1 (t) Dengan kata lain, sebuah sistem disebut linear jika memenuhi syarat: Untuk sistem waktu kontinyu: c x 1 (t) + d x 2 (t) c y 1 (t) + d y 2 (t) Untuk sistem waktu diskrit: c x 1 [n] + d x 2 [n] c y 1 [n] + d y 2 [n]

11 60 Sistem linear mempunyai sifat superposisi, yaitu jika masukan sistem merupakan kombinasi yang dinyatakan oleh x[ n] = a k k x [ n] k = a1 x1[ n] + a2x2[ n] +... maka tanggapan sistem dinyatakan sebagai jumlahan y[ n] = a k k y [ n] k = a1 y1[ n] + a2 y2[ n] +... dengan k = 1, 2, 3,. Sifat superposisi juga berlaku untuk sistem waktu kontinyu ontoh Soal dan Penyelesaian 1. Sebuah sistem waktu kontinyu dinyatakan dengan persamaan y(t) = sin {x(t)} Tentukanlah apakah sistem tersebut adalah sistem yang waktu invarian. Penyelesaian: Misalkan x 1 (t) adalah masukan sebarang sehingga akan diperoleh keluaran y 1 (t) = sin { x 1 (t) } Jika x 1 (t) digeser sebesar t 0 ke arah kanan sehingga menjadi x 2 (t) sebagai berikut x 2 (t) = x 1 (t t 0 ) Maka dengan masukan x 2 (t) akan diperoleh keluaran y 2 (t) = sin {x 2 (t)} = sin { x 1 (t t 0 )} Sehingga x 1 (t) sin {x 1 (t)} x 1 (t t 0 ) sin {x 1 (t t 0 )} Nilai sinus suatu masukan tergeser adalah versi tergeser dari keluaran, atau pergeseran waktu pada masukan menghasilkan pergeseran yang sama pada sisi keluaran. Dengan demikian, sistem yang dinyatakan dengan persamaan y(t)=sin{x(t)} merupakan sistem yang mempunyai sifat waktu invarian.

12 61 2. Sebuah sistem waktu kontinyu dinyatakan dengan persamaan y(t) = x(2t) Tentukanlah apakah sistem tersebut adalah sistem yang waktu invarian. Penyelesaian: Misalkan isyarat masukan x 1 (t) adalah sebagai berikut: x 1 (t) t Gambar 2.11 Masukan x 1 (t) untuk soal no.2 maka keluaran sistem adalah y 1 (t) = x 1 (2t) t Gambar 2.12 Keluaran y 1 (t) untuk soal no.2 Sebuah sistem disebut mempunyai sifat waktu invarian jika pergeseran waktu pada masukan akan menghasilkan pergeseran yang sama pada keluaran. Dengan demikian, penggeseran masukan pada gambar 2.11 menjadi x 2 (t) = x 1 (t 2) maka akan menggeser keluaran pada gambar 2.12 menjadi y 2 (t) = y 1 (t 2). Dengan masukan x 2 (t), keluaran sistem diperlihatkan pada gambar 2.13b. Sistem mempunyai sifat waktu invarian jika dipenuhi syarat y 2 (t) = y 1 (t 2), yang berarti gambar 2.13b harus sama dengan gambar 2.13c. Ternyata syarat ini tidak dipenuhi, sehingga dengan demikian sistem yang dinyatakan dengan persamaan y(t)=x(2t) adalah sistem yang tidak waktu invarian.

13 62 x 2 (t) = x 1 (t - 2) 1 (a) 0 4 t y 2 (t) 1 (b) 0 2 t y 1 (t 2) (c) t Gambar 2.13 (a) Masukan x 2 (t) = x(t 2) (b) Keluaran y 2 (t) (c) Keluaran y 1 (t) versi tergeser Soal-soal Tambahan 1. Buktikan bahwa sistem yang mempunyai hubungan masukan dan keluaran y[n] = 0 merupakan sistem yang non-invertibel. 2. Buktikan bahwa sistem yang mempunyai hubungan masukan dan keluaran y[n] = {x(t)} 2 merupakan sistem yang non-invertibel. 3. Jelaskan mengapa sistem tanpa memori juga merupakan sistem yang kausal.

14 63 4. Sebuah sistem waktu kontinyu dinyatakan dengan persamaan y(t) = cos {x(t)} Tentukanlah apakah sistem tersebut adalah sistem yang waktu invarian. 5. Sebuah sistem waktu kontinyu dinyatakan dengan y(t) = x(t - 2) + x(2 - t) Tentukanlah apakah sistem tersebut mempunyai memori atau tanpa memori. 6. Sebuah sistem waktu diskrit dinyatakan dengan y[n] = x[t 2] - 2x[n 8] Tentukanlah sifat-sifat apa saja yang melekat pada sistem tersebut.

TKE 3105 ISYARAT DAN SISTEM. Kuliah 5 Sistem LTI. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TKE 3105 ISYARAT DAN SISTEM. Kuliah 5 Sistem LTI. Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TKE 3105 ISYARAT DAN SISTEM Kuliah 5 Sistem LTI Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

Isyarat dan Sistem. Sistem adalah sebuah proses yang menyusun isyarat input x(t) atau x[n] ke isyarat output y(t) atau y[n].

Isyarat dan Sistem. Sistem adalah sebuah proses yang menyusun isyarat input x(t) atau x[n] ke isyarat output y(t) atau y[n]. Sistem adalah sebuah proses yang menyusun isyarat input x(t) atau x[n] ke isyarat output y(t) atau y[n]. x(t) y(t) x[n] y[n] Jadi sistem sapat dipandang sebagai sebuah proses pemetaan atau transformasi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 1 ISYARAT DAN SISTEM

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 1 ISYARAT DAN SISTEM PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 1 ISYARAT DAN SISTEM A. Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengenali jenis-jenis isyarat dasar. 2. Mahasiswa dapat merepresentasikan isyarat-isyarat dasar tersebut pada MATLAB

Lebih terperinci

By : MUSAYYANAH, S.ST, MT

By : MUSAYYANAH, S.ST, MT By : MUSAYYANAH, S.ST, MT 1 Pengertian Sistem Contoh sistem Klasifikasi Sistem Macam-macam sistem Uji sistem Linier dan Bukan Linier Time invariant atau bukan 2 Sistem bagian dari lingkungan yang menghubungkan

Lebih terperinci

RepresentasiSistem. (b) Sistem dengan sinyal input dan sinyal output banyak(lebih dari satu)

RepresentasiSistem. (b) Sistem dengan sinyal input dan sinyal output banyak(lebih dari satu) SISTEM Outline Modul A. Representasi Sistem B. Sistem Deterministik dan Sthocastic C. Sistem Waktu Kontinyu dan Sistem Waktu Diskrit D. Sistem Dengan Memori dan Tanpa Memori E. Sistem Kausal dan Non Kausal

Lebih terperinci

TE Sistem Linier

TE Sistem Linier TE 226 - Sistem Linier Jimmy Hasugian Electrical Engineering - Maranatha Christian University jimlecture@gmail.com - http://wp.me/p4scve-g KLASIFIKASI SINYAL - SISTEM Jimmy Hasugian (MCU) Klasifikasi Sinyal

Lebih terperinci

SISTEM WAKTU DISKRIT, KONVOLUSI, PERSAMAAN BEDA. Pengolahan Sinyal Digital

SISTEM WAKTU DISKRIT, KONVOLUSI, PERSAMAAN BEDA. Pengolahan Sinyal Digital SISTEM WAKTU DISKRIT, KONVOLUSI, PERSAMAAN BEDA Pengolahan Sinyal Digital 1 PENGANTAR Definisi SISTEM Proses yang menghasilkan sebuah sinyal keluaran dalam rangka merespon sebuah sinyal masukan Gambaran

Lebih terperinci

KULIAH 9 FILTER DIGITAL

KULIAH 9 FILTER DIGITAL KULIAH 9 FILTER DIGITAL TEKNIK PENGOLAHAN ISYARAT DIGITAL Kuliah 9 Filter Digital Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT

BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT A. Pengertian Sinyal Waktu Diskrit Sinyal waktu diskrit merupakan fungsi dari variabel bebas yaitu waktu yang mana nilai

Lebih terperinci

BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT

BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT BAB III SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT A. Pengertian Sinyal Waktu Diskrit Sinyal waktu diskrit merupakan fungsi dari variabel bebas yaitu waktu yang mana nilai variabel bebasnya adalah bilangan bulat.

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT. Kuliah 1 Sinyal Deterministik

SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT. Kuliah 1 Sinyal Deterministik TKE 2403 SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT Kuliah 1 Sinyal Deterministik Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009 1

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 2 SISTEM LINEAR TIME-INVARIANT (LTI)

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 2 SISTEM LINEAR TIME-INVARIANT (LTI) PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 2 SISTEM LINEAR TIME-INVARIANT (LTI) A. Tujuan 1. Mahasiswa dapat memahami sistem yang berbentuk LTI. 2. Mahasiswa dapat menganalisis suatu kasus sistem LTI dan mensimulasikannya

Lebih terperinci

ANALISA SINYAL DAN SISTEM TE 4230

ANALISA SINYAL DAN SISTEM TE 4230 ANALISA SINYAL DAN SISTEM TE 430 TUJUAN: Sinyal dan Sifat-sifat Sinyal Sistem dan sifat-sifat Sisterm Analisa sinyal dalam domain Waktu Analisa sinyal dalam domain frekuensi menggunakan Tools: Transformasi

Lebih terperinci

REKAYASA GEMPA GETARAN BEBAS SDOF. Oleh Resmi Bestari Muin

REKAYASA GEMPA GETARAN BEBAS SDOF. Oleh Resmi Bestari Muin MODUL KULIAH REKAYASA GEMPA Minggu ke 3 : GETARAN BEBAS SDOF Oleh Resmi Bestari Muin PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA 010 DAFTAR ISI DAFTAR ISI i III GERAK

Lebih terperinci

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE)

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE) BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE) KOMPETENSI Kemampuan untuk menjelaskan pengertian tentang state space, menentukan nisbah alih hubungannya dengan persamaan ruang keadaan dan Mengembangkan analisis

Lebih terperinci

Karena deret tersebut konvergen pada garis luarnya, kita dapat menukar orde integrasi dan penjumlahan pada ruas kanan.

Karena deret tersebut konvergen pada garis luarnya, kita dapat menukar orde integrasi dan penjumlahan pada ruas kanan. Transformasi- 3. Invers Transformasi- Formasi inversi untuk memperoleh dari x(n) dari X() dapat diperoleh menggunakan teorema integral Cauchy yang merupakan teorema penting dalam variabel kompleks. Transformasi-

Lebih terperinci

Kontrol Tracking Fuzzy untuk Sistem Pendulum Kereta Menggunakan Pendekatan Linear Matrix Inequalities

Kontrol Tracking Fuzzy untuk Sistem Pendulum Kereta Menggunakan Pendekatan Linear Matrix Inequalities JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. (17), 337-35 (31-98X Print) A49 Kontrol Tracking Fuzzy untuk Sistem Pendulum Kereta Menggunakan Pendekatan Linear Matrix Inequalities Rizki Wijayanti, Trihastuti Agustinah

Lebih terperinci

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 6 Modulasi Digital

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 6 Modulasi Digital TKE 2102 TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR Kuliah 6 Modulasi Digital Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009 67 B

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformasi Laplace Salah satu cara untuk menganalisis gejala peralihan (transien) adalah menggunakan transformasi Laplace, yaitu pengubahan suatu fungsi waktu f(t) menjadi

Lebih terperinci

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 4 Modulasi Frekuensi

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 4 Modulasi Frekuensi TKE 2102 TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR Kuliah 4 Modulasi Frekuensi Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009 B

Lebih terperinci

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 7 Telefoni

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 7 Telefoni TKE 2102 TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR Kuliah 7 Telefoni Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009 B A B V I I

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KENDALI

ANALISIS SISTEM KENDALI ANALISIS SISTEM KENDALI PENDAHULUAN ANALISIS WAKTU ALIH Tanggapan Waktu Alih Orde 1 Tanggapan Waktu Alih Orde Spesifikasi Tanggapan Waktu Alih Penurunan Rumus Spesifikasi Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Lebih terperinci

MATERI PENGOLAHAN SINYAL :

MATERI PENGOLAHAN SINYAL : MATERI PENGOLAHAN SINYAL : 1. Defenisi sinyal 2. Klasifikasi Sinyal 3. Konsep Frekuensi Sinyal Analog dan Sinyal Diskrit 4. ADC - Sampling - Aliasing - Quantiasasi 5. Sistem Diskrit - Sinyal dasar system

Lebih terperinci

KONTROL TRACKING FUZZY UNTUK SISTEM PENDULUM KERETA MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINEAR MATRIX INEQUALITIES

KONTROL TRACKING FUZZY UNTUK SISTEM PENDULUM KERETA MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINEAR MATRIX INEQUALITIES JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (15) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) A-594 KONTROL TRACKING FUZZY UNTUK SISTEM PENDULUM KERETA MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINEAR MATRIX INEQUALITIES Rizki Wijayanti, Trihastuti

Lebih terperinci

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014 SINYAL DISKRIT DUM 1 September 2014 ADC ADC 3-Step Process: Sampling (pencuplikan) Quantization (kuantisasi) Coding (pengkodean) Digital signal X a (t) Sampler X(n) Quantizer X q (n) Coder 01011 Analog

Lebih terperinci

MATERI 2 MATEMATIKA TEKNIK 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

MATERI 2 MATEMATIKA TEKNIK 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU MATERI 2 MATEMATIKA TEKNIK 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU 1 Persamaan diferensial orde satu Persamaan diferensial menyatakan hubungan dinamik antara variabel bebas dan variabel tak bebas, maksudnya

Lebih terperinci

Modul 1 : Respons Impuls

Modul 1 : Respons Impuls Praktikum Pengolahan Sinyal Waktu Kontinyu sebagai bagian dari Mata Kuliah ET 2004 Modul 1 : Respons Impuls Program Studi Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

Bab 2 Pengenalan Tentang Sistem

Bab 2 Pengenalan Tentang Sistem Bab 2 Pengenalan Tentang Sistem Tujuan: Siswa mampu menggambarkan konsep dasar sebuah sistem, sifat-sifat dasar sistem dan pengertian sistem waktu diskrit. Siswa mampu membedakan sistem waktu kontinyu

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN DASAR

BAB I PENGERTIAN DASAR BAB I PENGERTIAN DASAR Kompetensi Dasar: Menjelaskan pengertian dan klasifikasi dari persamaan diferensial serta beberapa hal yang terkait. Indikator: a. Menjelaskankan pengertian persamaan diferensial.

Lebih terperinci

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014 SINYAL DISKRIT DUM 1 September 2014 ADC ADC 3-Step Process: Sampling (pencuplikan) Quantization (kuantisasi) Coding (pengkodean) Digital signal X a (t) Sampler X(n) Quantizer X q (n) Coder 01011 Analog

Lebih terperinci

Department of Mathematics FMIPAUNS

Department of Mathematics FMIPAUNS Lecture 2: Metode Operator A. Metode Operator untuk Sistem Linear dengan Koefisien Konstan Pada bagian ini akan dibicarakan cara menentukan penyelesaian sistem persamaan diferensial linear dengan menggunakan

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana GERAK HARMONIK Pembahasan Persamaan Gerak untuk Osilator Harmonik Sederhana Ilustrasi Pegas posisi setimbang, F = 0 Pegas teregang, F = - k.x Pegas tertekan, F = k.x Persamaan tsb mengandung turunan terhadap

Lebih terperinci

Pada Sinyal Kontinyu dan Diskrit

Pada Sinyal Kontinyu dan Diskrit Konvolusi Pada Sinyal Kontinyu dan Diskrit Konvolusi Kontinyu Keluaran sistem dengan tanggapan impuls t) dan masukan x(t) dapat direpresentasikan sebagai: εx( τε ) δ ( t y ( t) τε ) allτ y ( t) t (2.4)

Lebih terperinci

REPRESENTASI ISYARAT ISYARAT FOURIER

REPRESENTASI ISYARAT ISYARAT FOURIER REPRESENTASI ISYARAT ISYARAT FOURIER Ridzky Novasandro (32349) Yodhi Kharismanto (32552) Theodorus Yoga (34993) Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 3.

Lebih terperinci

STABILISASI SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACKERMANN

STABILISASI SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACKERMANN Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 34 41 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND STABILISASI SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACKERMANN DIAN PUSPITA BEY

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA DASAR I/GELOMBANG/GERAK HARMONIK SEDERHANA

HAND OUT FISIKA DASAR I/GELOMBANG/GERAK HARMONIK SEDERHANA GELOMBAG : Gerak Harmonik Sederhana M. Ishaq Pendahuluan Gerak harmonik adalah sebuah kajian yang penting terutama jika anda bergelut dalam bidang teknik, elektronika, geofisika dan lain-lain. Banyak gejala

Lebih terperinci

SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN. Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN. Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 1 SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Abstrak Dalam artikel ini, konsep sistem dinamik linear disajikan dengan sistem

Lebih terperinci

Model Matematis, Sistem Dinamis dan Sistem Kendali

Model Matematis, Sistem Dinamis dan Sistem Kendali Model Matematis, Sistem Dinamis dan Sistem Kendali PENDAHULUAN Beberapa istilah pada karakteristik tanggapan : Sistem : kombinasi beberapa komponen yang bekerja secara bersama-sama dan membentuk suatu

Lebih terperinci

Invers Transformasi Laplace

Invers Transformasi Laplace Invers Transformasi Laplace Transformasi Laplace Domain Waktu Invers Transformasi Laplace Domain Frekuensi Jika mengubah sinyal analog kontinyu dari domain waktu menjadi domain frekuensi menggunakan transformasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.. Respon Impuls Akustik Ruangan. Respon impuls akustik suatu ruangan didefinisikan sebagai sinyal suara yang diterima oleh suatu titik (titik penerima, B) dalam ruangan akibat suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SINYAL DASAR ATAU FUNGSI SINGULARITAS Sinyal dasar atau fungsi singularitas adalah sinyal yang dapat digunakan untuk menyusun atau mempresentasikan sinyal-sinyal yang lain. Sinyal-sinyal

Lebih terperinci

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama)

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama) Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama) Dalam hal ini diberikan dua spesies yang hidup bersama dalam suatu habitat tertutup. Kita ketahui bahwa terdapat beberapa jenis hubungan interaksi

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA KOMPUTER JAKARTA STIK SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : PENGOLAHAN SINYAL DIGITAL Kode Mata : TK - 17305 Jurusan / Jenjang : S1 SISTEM KOMPUTER Tujuan Instruksional Umum

Lebih terperinci

SIGNAL & SPECTRUM O L E H : G U TA M A I N D R A. Rangkaian Elektrik Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik 2017

SIGNAL & SPECTRUM O L E H : G U TA M A I N D R A. Rangkaian Elektrik Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik 2017 SIGNAL & SPECTRUM O L E H : G U TA M A I N D R A Rangkaian Elektrik Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik 2017 TUJUAN PERKULIAHAN Memahami berbagai pernyataan gelombang sinyal Memahami konsep harmonisa

Lebih terperinci

Getaran Mekanik. Getaran Bebas Tak Teredam. Muchammad Chusnan Aprianto

Getaran Mekanik. Getaran Bebas Tak Teredam. Muchammad Chusnan Aprianto Getaran Mekanik Getaran Bebas Tak Teredam Muchammad Chusnan Aprianto Getaran Bebas Getaran bebas adalah gerak osilasi di sekitar titik kesetimbangan dimana gerak ini tidak dipengaruhi oleh gaya luar (gaya

Lebih terperinci

Abdul Halim Dosen Pembimbing Dr. Trihastuti Agustinah, ST., MT

Abdul Halim Dosen Pembimbing Dr. Trihastuti Agustinah, ST., MT Abdul Halim 22 05 053 Dosen Pembimbing Dr. Trihastuti Agustinah, ST., T JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 203 PENDAHULUAN PERANCANGAN HASIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi BAB I PENDAHULUAN Kompetensi Mahasiswa diharapkan 1. Memiliki kesadaran tentang manfaat yang diperoleh dalam mempelajari materi kuliah persamaan diferensial. 2. Memahami konsep-konsep penting dalam persamaan

Lebih terperinci

KERANGKA BAHAN AJAR. Mata Kuliah : Sistem Linier Semester: 3 Kode: TE-1336 sks: 3 Jurusan : Teknik Elektro Dosen: Yusuf Bilfaqih

KERANGKA BAHAN AJAR. Mata Kuliah : Sistem Linier Semester: 3 Kode: TE-1336 sks: 3 Jurusan : Teknik Elektro Dosen: Yusuf Bilfaqih KERANGKA BAHAN AJAR Mata Kuliah : Sistem Linier Semester: 3 Kode: TE-1336 sks: 3 Jurusan : Teknik Elektro Dosen: Yusuf Bilfaqih SISTEM LINIER (TE-1336, 3/0/0 ) Tinjauan Mata Kuliah a. Deskripsi Singkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup[1] Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan

Lebih terperinci

SINYAL SISTEM SEMESTER GENAP S1 SISTEM KOMPUTER BY : MUSAYYANAH, MT

SINYAL SISTEM SEMESTER GENAP S1 SISTEM KOMPUTER BY : MUSAYYANAH, MT 1 SINYAL SISTEM SEMESTER GENAP S1 SISTEM KOMPUTER BY : MUSAYYANAH, MT List Of Content 2 Pengertian Sinyal Pengertian Sistem Jenis-Jenis Sinyal dan Aplikasinya Pengertian Sinyal 3 sinyal adalah suatu isyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi BAB I PENDAHULUAN Kompetensi Mahasiswa diharapkan 1. Memiliki kesadaran tentang manfaat yang diperoleh dalam mempelajari materi kuliah persamaan diferensial. 2. Memahami konsep-konsep penting dalam persamaan

Lebih terperinci

Bab III Respon Sinusoidal

Bab III Respon Sinusoidal Bab III Respon Sinusoidal Sinyal sinusiodal digunakan sebagai input ui terhadap kinera sistem, misal untuk mengetahui respon frekuensi, distorsi harmonik dan distorsi intermodulasi... Bentuk Amplituda-fasa

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 16 Oktober 2013

Hendra Gunawan. 16 Oktober 2013 MA1101 MATEMATIKA 1A Hendra Gunawan Semester I, 2013/2014 16 Oktober 2013 Latihan (Kuliah yang Lalu) 1. Diketahui g(x) = x 3 /3, x є [ 2,2]. Hitung nilai rata rata g pada [ 2,2] dan tentukan c є ( 2,2)

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR DAN MATRIKS. MODUL 9 Vektor dalam Ruang Euklidian

ALJABAR LINEAR DAN MATRIKS. MODUL 9 Vektor dalam Ruang Euklidian ALJABAR LINEAR DAN MATRIKS MODUL 9 Vektor dalam Ruang Euklidian Zuhair Jurusan Teknik Informatika Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) Vektor dalam Ruang Euklidian Sebelum kita menginjak

Lebih terperinci

BAB 5. DIAGRAM BLOK SISTEM dan SIGNAL FLOW GRAPH

BAB 5. DIAGRAM BLOK SISTEM dan SIGNAL FLOW GRAPH BAB 5 DIAGRAM BLOK SISTEM dan SIGNAL FLOW GRAPH Bab 5 berisi tentang penurunan diagram blok untuk sistem yang kompleks serta penentuan fungsi transfer dari diagram blok secara langsung dan melalui teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S. Tiap hasil dalam ruang sampel disebut

Lebih terperinci

Catatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL

Catatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL BAB V. INTEGRAL Anti-turunan dan Integral TakTentu Persamaan Diferensial Sederhana Notasi Sigma dan Luas Daerah di Bawah Kurva Integral Tentu Teorema Dasar Kalkulus Sifat-sifat Integral Tentu Lebih Lanjut

Lebih terperinci

OPTIMISASI Minimisasi Rugi-rugi Daya pada Saluran

OPTIMISASI Minimisasi Rugi-rugi Daya pada Saluran OPTIMISASI Minimisasi ugi-rugi Daya pada Saluran Oleh : uriman Anthony, ST. MT ugi-rugi daya pada saluran ugi-rugi pada saluran transmisi dan distribusi dipengaruhi oleh besar arus pada beban yang melewati

Lebih terperinci

Analisis Ajeg dari Sinusoidal

Analisis Ajeg dari Sinusoidal Analisis Ajeg dari Sinusoidal Slide-08 Ir. Agus Arif, MT Semester Gasal 2016/2017 1 / 23 Materi Kuliah 1 Karakteristik Sinusoid Bentuk Umum Pergeseran Fase Sinus Kosinus 2 Tanggapan Paksaan thdp Sinusoid

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP DASAR SINYAL S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015

PENGENALAN KONSEP DASAR SINYAL S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015 PENGENALAN KONSEP DASAR SINYAL S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015 PEMBAGIAN SINYAL Alfin H.,ST.,MT 2 Jenis jenis sinyal Sinyal kontinyu dan diskrit Sinyal

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG SISTEM KENDALI ANALOG DAN DIGITAL Disusun Oleh: SELLA MARSELIA NIM. 061330310905 Dosen Mata Kuliah : Ir. Siswandi, M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

Lebih terperinci

TE Dasar Sistem Pengaturan

TE Dasar Sistem Pengaturan TE4345 Dasar Sistem Pengaturan Model Matematik Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp. 5947302 Fax.593237 Email: pramudijanto@gmail.com Objektif: Penyajian Model Matematik Model

Lebih terperinci

4. Dibawah ini persamaan diferensial ordo dua berderajat satu adalah

4. Dibawah ini persamaan diferensial ordo dua berderajat satu adalah Pilihlah jawaban yang benar dengan cara mencakra huruf didepan jawaban yang saudara anggap benar pada lembar jawaban 1. Dibawah ini bentuk persamaan diferensial biasa linier homogen adalah a. y + xy =

Lebih terperinci

Transformasi Laplace Peninjauan kembali variabel kompleks dan fungsi kompleks Variabel kompleks Fungsi Kompleks

Transformasi Laplace Peninjauan kembali variabel kompleks dan fungsi kompleks Variabel kompleks Fungsi Kompleks Transformasi Laplace Metode transformasi Laplace adalah suatu metode operasional yang dapat digunakan secara mudah untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear. Dengan menggunakan transformasi Laplace,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC Presentasi Tugas Akhir 5 Juli 2011 PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC Pembimbing: Dr.Ir. Moch. Rameli Ir. Ali Fatoni, MT Dwitama Aryana

Lebih terperinci

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI Sebagian besar sinyal-sinyal di alam adalah sinyal analog. Untuk memproses sinyal analog dengan sistem digital, perlu dilakukan proses pengubahan sinyal analog menjadi

Lebih terperinci

Transformasi Laplace

Transformasi Laplace TKS 43 Matematika II Transformasi Laplace (Laplace Transform) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Pengertian Transformasi Transformasi adalah teknik atau formula

Lebih terperinci

DESAIN KONTROLER FUZZY UNTUK SISTEM GANTRY CRANE

DESAIN KONTROLER FUZZY UNTUK SISTEM GANTRY CRANE DESAIN KONTROLER FUZZY UNTUK SISTEM GANTRY CRANE Rosita Melindawati (2211106002) Pembimbing : Dr. Trihastuti Agustinah, ST., MT. Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal

Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal Bab 1 Pengenalan Dasar Sinyal Tujuan: Siswa mampu menyelesaikan permasalahan terkait dengan konsep sinyal, menggambarkan perbedaan sinyal waktu kontinyu dengan sinyal waktu diskrit. Siswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0 o dan arah rotasi HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0 o dan arah rotasi HASIL DAN PEMBAHASAN sudut pada langkah sehingga diperoleh (α i, x i ).. Mentransformasi x i ke jarak sebenarnya melalui informasi jarak pada peta.. Melakukan analisis korelasi linier sirkular antara x dan α untuk masingmasing

Lebih terperinci

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Catatan Kuliah FI111 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Agus Suroso update: 4 November 17 Osilasi atau getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui titik kesetimbangan. Gerak bolak-balik tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data A. Model Matematika BAB II KAJIAN TEORI Pemodelan matematika adalah proses representasi dan penjelasan dari permasalahan dunia real yang dinyatakan dalam pernyataan matematika (Widowati dan Sutimin, 2007:

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah : Mekanika Teknik Jurusan/Prodi : Pendidikan Teknik Elektro/ Pendidikan Teknik Mekatronika Semester : 3 (tiga) Minggu ke : 2 (dua)

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

PERILAKU TEGANGAN SISTEM EKSITASI GENERATOR DENGAN METODA PENEMPATAN KUTUB DALAM DOMAIN WAKTU

PERILAKU TEGANGAN SISTEM EKSITASI GENERATOR DENGAN METODA PENEMPATAN KUTUB DALAM DOMAIN WAKTU PERILAKU TEGANGAN SISTEM EKSITASI GENERATOR DENGAN METODA PENEMPATAN KUTUB DALAM DOMAIN WAKTU Heru Dibyo Laksono 1, Noris Fredi Yulianto 2 Jurusan Teknik Elektro, Universitas Andalas Email : heru_dl@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persamaan diferensial merupakan persamaan yang didalamnya terdapat beberapa derivatif. Persamaan diferensial menyatakan hubungan antara derivatif dari satu variabel

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Pendahuluan Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat diferensial Kita akan membahas tentang Persamaan Diferensial Biasa yaitu

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG

GETARAN DAN GELOMBANG 1/19 Kuliah Fisika Dasar Teknik Sipil 2007 GETARAN DAN GELOMBANG Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id GETARAN Getaran adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran

Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran SidangTugas Akhir Bidang Studi : Desain Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran Disusun oleh : Prisca Permatasari NRP. 2105 100

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL 2.1 Pengenalan Sistem Kontrol Definisi dari sistem kontrol adalah, jalinan berbagai komponen yang menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan

Lebih terperinci

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK FASO DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASA ANGKAIAN LISTIK 1. Fasor Fasor adalah grafik untuk menyatakan magnituda (besar) dan arah (posisi sudut). Fasor utamanya digunakan untuk menyatakan gelombang sinus

Lebih terperinci

MASALAH SYARAT BATAS (MSB)

MASALAH SYARAT BATAS (MSB) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unmuh Ponorogo PENDAHULUAN MODEL KABEL MENGGANTUNG DEFINISI MSB Persamaan diferensial (PD) dikatakan berdimensi 1 jika domainnya berupa himpunan bagian pada R 1.

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

SISTEM PENYAMA ADAPTIF DENGAN ALGORITMA GALAT KUADRAT TERKECIL TERNORMALISASI

SISTEM PENYAMA ADAPTIF DENGAN ALGORITMA GALAT KUADRAT TERKECIL TERNORMALISASI SISTEM PENYAMA ADAPTIF DENGAN ALGORITMA GALAT KUADRAT TERKECIL TERNORMALISASI Oleh Caesar Aji Kurnia NIM : 612008079 Skripsi ini untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik dalam Konsentrasi

Lebih terperinci

KONSEP SINYAL. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani February EL2032 Sinyal dan Sistem

KONSEP SINYAL. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani February EL2032 Sinyal dan Sistem KONSEP SINYAL Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani 1 18 February 2013 Tujuan Belajar : mendefinisikan sinyal dan memberi contoh tentang sinyal menggambarkan domain

Lebih terperinci

PEMODELAN STATE SPACE

PEMODELAN STATE SPACE PEMODELAN STATE SPACE Beberapa Pengertian: State: State suatu sistem dinamik adalah sekumpulan minimum variabel (disebut variabel-variabel state) sedemikian rupa sehingga dengan mengetahui variabel-variabel

Lebih terperinci

TURUNAN. Ide awal turunan: Garis singgung. Kemiringan garis singgung di titik P: lim. Definisi

TURUNAN. Ide awal turunan: Garis singgung. Kemiringan garis singgung di titik P: lim. Definisi TURUNAN Ide awal turunan: Garis singgung Tali busur c +, f c + Garis singgung c, f c c P h c+h f c + f c Kemiringan garis singgung di titik P: f c + f c lim Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi lain

Lebih terperinci

Rangkaian Listrik Arus dan Tegangan AC Sinusoidal dan Phasor

Rangkaian Listrik Arus dan Tegangan AC Sinusoidal dan Phasor Rangkaian Listrik Arus dan Tegangan AC Sinusoidal dan Phasor Alexander Sadiku edited by Agus Virgono Ir. MT. & Randy E. Saputra Prodi S1-Sistem Komputer Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom - 2016

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT. Kuliah 2 Sinyal Acak

SISTEM PENGOLAHAN ISYARAT. Kuliah 2 Sinyal Acak TK 403 SISTM PNGOLAHAN ISYARAT Kuliah Sinyal Acak Indah Susilawati, S.T., M.ng. Program Studi Teknik lektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 009 KULIAH SISTM PNGOLAHAN

Lebih terperinci

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1 By : Suthami A MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK Matematika sebagai ilmu dasar yang digunakan sebagai alat pemecahan masalah di bidang keteknikan

Lebih terperinci

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1 VEKTOR 3/8/007 Fisika I 1 BAB I : VEKTOR Besaran vektor adalah besaran yang terdiri dari dua variabel, yaitu besar dan arah. Sebagai contoh dari besaran vektor adalah perpindahan. Sebuah besaran vektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan dari suatu sistem. Dalam aplikasinya, suatu sistem kontrol memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan dari suatu sistem. Dalam aplikasinya, suatu sistem kontrol memiliki tujuan BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah Sistem kontrol merupakan suatu alat untuk mengendalikan dan mengatur keadaan dari suatu sistem Dalam aplikasinya, suatu sistem kontrol memiliki tujuan atau sasaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI. Sistem Pendulum Terbalik Dalam penelitian ini diperhatikan sistem pendulum terbalik seperti pada Gambar di mana sebuah pendulum terbalik dimuat dalam motor yang bisa digerakkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, teknologi berkembang begitu pesatnya. Hal ini mendorong masyarakat untuk mengikuti teknologi yang ada bahkan mengembangkannya agar tidak ketinggalan

Lebih terperinci

Model Matematika dari Sistem Dinamis

Model Matematika dari Sistem Dinamis Model Matematika dari Sistem Dinamis September 2012 () Model Matematika dari Sistem Dinamis September 2012 1 / 60 Pendahuluan Untuk analisis dan desain sistem kontrol, sistem sis harus dibuat model sisnya.

Lebih terperinci

PENGERTIAN KINEMATIKA

PENGERTIAN KINEMATIKA PENGERTIAN KINEMATIKA Kinematika adalah mempelajari mengenai gerak benda tanpa memperhitungkan penyebab terjadi gerakan itu. Benda diasumsikan sebagai benda titik yaitu ukuran, bentuk, rotasi dan getarannya

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK SEDERHANA

GERAK HARMONIK SEDERHANA GERAK HARMONIK SEDERHANA Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak-balik benda melalui suatu titik kesetimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan. Gerak harmonik

Lebih terperinci

matematika LIMIT TRIGONOMETRI K e l a s Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran

matematika LIMIT TRIGONOMETRI K e l a s Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran Kurikulum 6/ matematika K e l a s XI LIMIT TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Dapat menghitung it fungsi trigonometri di suatu

Lebih terperinci

Kuliah 8 KONVOLUSI DAN KORELASI

Kuliah 8 KONVOLUSI DAN KORELASI TEKNIK PENGOLAHAN ISYARAT DIGITAL Kuliah 8 KONVOLUSI DAN KORELASI Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci