FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat dan strategi pengembangan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Muhammad Izzuddin Faizal NIM E

4 ABSTRAK MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Dibimbing oleh LETI SUNDAWATI. Hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung perlu dikelola secara intensif agar meningkatkan produktifitas lahan sehingga dapat meningkatkan supply kayu dari hutan rakyat. Intensitas pengelolaan hutan rakyat dapat dipengaruhi oleh karakteristik petani, persepsi, dan motivasi petani terhadap pembangunan dan pengembangan hutan rakyat. Pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung perlu strategi yang tepat dengan memperhatikan faktor lingkungan strategis baik internal maupun eksternal. Berdasarkan uji korelasi menunjukkan bahwa persepsi dan motivasi petani berpengaruh nyata terhadap tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat. Sedangkan hasil perumusan strategi dengan metode analisis Internal Factor Evaluation - External Factor Evaluation, analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) menunjukan bahwa prioritas strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung adalah : 1) Membangun kerja sama antara kelompok tani hutan rakyat dengan industri pengolahan kayu. 2) Penyerapan sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat. 3) Penambaham jumlah tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) 4) Pemaksimalan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program pemerintah. Kata kunci: hutan rakyat, intensitas, motivasi, persepsi, strategi ABSTRACT MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL. Factors Affecting Management Intensity of Community Forest and Forest Development Strategy of the Community Forest in Sendang Subdistrict Tulungagung Regency. Supervised by LETI SUNDAWATI. Community forests in Tulungagung Regency have to be managed intensively to increase the land productivity and wood supply from community forests. Community forest management intensity could be affected by the characteristics of farmers, farmers perceptions, and motivation. Community forest development in Tulungagung need appropriate strategies. Based on correlation test showed perceptions and motivations of farmers significantly effected of the level of intensity of community forest management. The results of the strategy formulation in development of community forest using analysis methods Internal Factor Evaluation - External Factor Evaluation, SWOT analysis and Quantitative Strategic Planning Matrix analysis showed that the priority strategies are: 1) build cooperation between community forest farmers group with timber industry. 2) Using the source of government funds for the program and assisting community forest farmers. 3) Increasing the number of extention worker 4) Maximizing the capacity of extention worker role in disseminating the government program. Keywords: community forests, motivation, intensity, perception, strategy

5

6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

7 Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung Nama : Muhammad Izzuddin Faizal NIM : E Disetujui oleh Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2014 ini ialah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Agus Imam MW DIAT beserta staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dan Bapak Edy sebagai koordinator tenaga Penyuluh Kehutanan Lapangan Kabupaten Tulungagung yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2014 Muhammad Izzuddin Faizal

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE 2 Kerangka Pemikiran 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4 Alat dan Bahan 4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 4 Prosedur Pelaksanaan Penelitian 4 Pengolahan dan Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Karakteristik Responden 10 Pembangunan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang 12 Tingkat Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang 13 Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat 14 Korelasi Faktor-faktor dalam Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat 16 Perumusan Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Tulungagung 16 SIMPULAN DAN SARAN 23 Simpulan 23 Saran 23 DAFTAR PUSTAKA 24 RIWAYAT HIDUP 25

10 DAFTAR TABEL 1 Skor pertanyaan intensitas pengelolaan hutan rakyat 5 2 Kategori tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat 6 3 Skor pertanyaan terkait persepsi 6 4 Kategori tingkat persepsi 6 5 Skor pertanyaan terkait motivasi 7 6 Kategori tingkat motivasi 7 7 Tingkat keeratan hubungan antara variabel 8 8 Sebaran responden berdasarkan umur 10 9 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Sebaran responden berdasarkan luas hutan rakyat yang dimiliki Sebaran responden berdasarkan pendapatan total per tahun Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha tani hutan rakyat Sebaran responden berdasarkan intensitas pengelolaan hutan rakyat Sebaran responden berdasarkan kategori intensitas pengelolaan hutan rakyat Tingkat persepsi petani terhadap pembangunan hutan rakyat Tingkat motivasi petani terhadap pembangunan hutan rakyat Faktor karakteristik responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat Faktor persepsi dan motivasi responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat Analisis faktor internal Analisis faktor eksternal Hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal Prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berdasarkan hasil analisis QSPM 22 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian 3 2 Lokasi Penelitian 4 3 Kuadran analisis SWOT stakeholder pengembangan hutan rakyat 21

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat didefinisikan sebagai hutan yang dimiliki rakyat dengan luas minimal 0.25 ha yang ditutupi oleh tanaman dari jenis kayu-kayuan atau jenis lainnya. Hutan rakyat umumnya berada di tanah pribadi atau tanah adat. Pengembangan hutan rakyat sejalan dengan berbagai kebijakan baik di pusat maupun daerah. Untuk tingkat nasional pengembangan hutan rakyat merupakan kegiatan pokok dalam progran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) yang digulirkan sejak tahun 2003, dengan target seluas 3 juta ha yang akan dilaksanakan dalam waktu 5 tahun. Sasaran GNRHL ada di 15 provinsi, yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Untuk tingkat Propinsi Jawa Barat, sejak tahun 2003 juga telah digulirkan Program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis yang kegiatan utamanya adalah pengembangan hutan rakyat. Luas areal hutan rakyat di Provinsi Jawa Timur mengalami kenaikan yang cukup signifikan seiring dengan gencarnya program rehabilitasi hutan dan lahan yang digalakkan oleh pemerintah daerah setempat bekerjasama dengan masyarakat pemilik hutan rakyat. Areal hutan rakyat di Provinsi Jawa Timur menurut catatan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur yang semula ha (tahun 2007) meningkat 48.82% pada akhir tahun 2011 menjadi ha. Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang memiliki potensi hutan rakyat yang cukup besar. Menurut catatan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung, pada tahun 2012 luas kawasan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung seluas ha yang tersebar di 12 kecamatan. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan hutan rakyat diantaranya tergantung pada intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani. Pola usaha tani hutan rakyat masih dilakukan secara tradisional dan belum sepenuhnya memperhatikan prinsip prinsip ekonomi pengusahaan yang paling menguntungkan (Hardjanto 1990 dalam Suharjito 2000). Pemilik hutan rakyat umumnya belum menggantungkan penghidupannya pada hutan hutan yang dimiliknya, mereka mengusahakan hutan rakyat tersebut sebagai sambilan. Hal ini dapat berakibat terhadap tingkat produktivitas kayu yang dihasilkan dari hutan rakyat yang masih rendah, sehingga berdampak pada pendapatan yang diperoleh. Produktivitas kayu yang dihasilkan dipengaruhi oleh intensitas dalam pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat. Dalam pengelolaan hutan rakyat sampai saat ini dilakukan oleh petani hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung masih secara tradisional.

12 2 Perumusan Masalah Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas masyarakat dalam mengelola hutan rakyat beragam. Faktor-faktor tersebut diduga dipengaruhi oleh persepsi, motivasi, dan karakteristik petani. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan 2 masalah dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, yaitu : 1. Bagaimana keterkaitan persepsi, motivasi dan karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat? 2. Bagaimana merumuskan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengkaji keterkaitan persepsi, motivasi dan karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat. 2. Merumuskan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan gambaran sejauh mana keterkaitan persepsi, motivasi, dan karakteristik petani terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. 2. Memberikan informasi dan pertimbangan kebijakan bagi pemerintah daerah dalam strategi pembangunan dan pemanfaatan lahan di daerah. Ruang Lingkup Penelitian Batasan ruang lingkup dalam melakukan penelitian ini lebih ditujukan pada petani daerah Kabupaten Tulungagung yang lahannya sedang atau akan ditanami tanaman kehutanan seperti jati, sengon, akasia, jabon, dan gmelina. Selain itu penelitian ini hanya difokuskan untuk mengidentifikasi dan mengetahui pengaruh persepsi, motivasi, karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat, dan menganalisis strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. METODE Kerangka Pemikiran Melalui penelitian ini penulis ingin mengkaji keterkaitan persepsi petani terhadap hutan rakyat, motivasi petani dalam membangun hutan rakyat, dan karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.

13 3 Untuk merumuskan strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, penulis ingin mengkaji faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pembangungan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Faktor internal terdiri atas faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Faktor kekuatan yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat berupa adanya tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan), tingginya komitmen pemerintah daerah terhadap kehutanan, dan adanya kelompok tani hutan rakyat. Faktor kelemahan yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat, masih minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan HR, data lahan kritis dan potensial hutan rakyat belum akurat, dan kurang intensifnya penyuluhan dan pendampingan dari tenaga PKL. Faktor eksternal terdiri atas faktor peluang dan faktor ancaman yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat. Faktor peluang yang mempengaruhi pembangunan hutan rakyat antara lain adanya kebun bibit rakyat, prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik, adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah, dan adanya program BLU (Badan Layanan Umum). Faktor ancaman yang muncul adalah murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak, administrasi surat kepemilikan tanah, dan mahalnya biaya pembuatan SKAU (Surat Keterangan Asal Usul) kayu khususnya untuk hasil hutan rakyat berupa kayu jati. Persepsi petani Motivasi petani Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat Pengembangan pembangunan hutan rakyat Karakteristik petani hutan rakyat 1. Usia 2. Tingkat pendidikan 3. Jumlah anggota keluarga 4. Luas hutan rakyat yang dikelola 5. Pendapatan per tahun 6. Pengalaman usahan tani hutan rakyat Faktor Internal Analisis SWOT Faktor Eksternal Alternatif strategi Prioritas strategi Strategi pengembangan hutan rakyat Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

14 4 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Agustus Sendang Gambar 2 Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kuesioner 2. Peta wilayah penelitian 3. Data statistik lokasi penelitian 4. Alat tulis 5. Unit komputer dengan program Microsoft Office Word 2013, Microsoft Office Excel 2013, dan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17.0 for Windows. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari masyarakat melalui wawancara, kuesioner, dan observasi di lapangan. Sementara data sekunder berupa data kondisi lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, serta data terkait lokasi penelitian. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Metode pengambilan contoh responden dan analisis data Penentuan contoh terpilih dilakukan dengan purposive sampling atau contoh diarahkan dengan memperhatikan keberadaan hutan rakyat yang dicirikan dengan luas hutan rakyat serta posisi lokasi terhadap wilayah Kabupaten Tulungagung. Pengambilan contoh responden menggunakan metode pengambilan contoh tiga tingkat (three stage sampling). Satuan contoh tingkat pertama adalah kecamatan, satuan tingkat kedua adalah desa dan satuan contoh ketiga adalah rumah tangga. Dikarenakan keterbatasan sumber daya dan waktu penelitian maka pada satuan contoh tingkat pertama hanya dipilih satu kecamatan yaitu Kecamatan Sendang yang memiliki potensi hutan rakyat paling besar dinilai oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Tulungagung memiliki peningkatan luas hutan rakyat yang paling tinggi dibanding kecamatan-kecamatan

15 5 lain. Selain itu dipilihnya Kecamatan Sendang dikarenakan Kecamatan Sendang sering mendapatkan program bantuan terkait pembangunan hutan rakyat. Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok dipilih karena mewakili desadesa lainnya dalam hal kelas ketinggian wilayah dan memiliki potensi hutan rakyat terbesar dibandingkan desa-desa lainnya. Wilayah Desa Dono terletak di kelas ketinggian mdpl, wilayah desa Nglurup masuk dalam kelas ketinggian mdpl, dan Desa Krosok wilayahnya masuk dalam ketinggian di atas 1000 mdpl. Selanjutnya diambil masing-masing 20 petani hutan rakyat dari setiap desa sebagai responden. Keseluruhan responden berjumlah 60 responden. Kriteria responden adalah petani yang aktif membudidayakan tanaman kayu-kayuan (tanaman kehutanan di lahan miliknya). Untuk responden penyusunan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, terdiri dari Kepala Dishutbun Kabupaten Tulungagung, Kepala Sie Perlindungan dan Konservasi Dishutbun Kabupaten Tulungagung, tiga orang ketua kelompok tani hutan rakyat dari tiga desa contoh (Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok) dan koordinator tenaga PKL di Kecamatan Sendang, sehingga terdapat enam responden untuk penyusunan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Pengolahan dan Analisis Data Analisis deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik petani yang membudidayakan tanaman kayu-kayuan di lahan miliknya. Karakteristik petani yang dianalisis meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan per tahun, lama usaha tani, dan luas lahan yang dimiliki. Penentuan karakterisktik individu Untuk penentuan karakteristik individu dijelaskan dengan menggunakan persamaan selang nilai (Irianto 2004), yaitu : Selang Nilai = Intensitas pengelolaan hutan rakyat Intensitas pengelolaan hutan rakyat merupakan curahan waktu yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di lahan milik mereka. Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan secara statistik. Intensitas pengelolaan hutan rakyat diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan tentang kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan petani hutan rakyat. Pertanyaan terkait intensitas pengelolaan hutan rakyat terdiri dari tiga pertanyaan terkait perencanaan pengelolaan hutan rakyat dan tiga pertanyaan terkait pelaksanaan pengelolaan hutan rakyat, masing masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Skor pertanyaan intensitas pengelolaan hutan rakyat Kategori Skor Selalu 3 Kadang-kadang 2 Tidak pernah 1

16 6 Untuk mengetahui tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat, maka jumlah skor dari tiap pertanyaan dari masing-masing responden dikategorikan sesuai Tabel 2 dibawah ini. Tabel 2 Kategori tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat Kategori Skor Tinggi Sedang Rendah 6 9 Persepsi petani terhadap pembangunan hutan rakyat Persepsi merupakan proses perencanaan informasi untuk dipahami. Penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain) merupakan alat untuk untuk memperoleh informasi tersebut. Untuk memahami informasi tersebut diperlukan kesadaran atau kognisi (Sarwono 2002). Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan secara statistik. Persepsi diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan tentang persepsi masyarakat tentang pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Pada persepsi memiliki 14 pertanyaan, masing masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Skor pertanyaan terkait persepsi Kategori Skor Setuju 3 Kurang setuju 2 Tidak setuju 1 Tingkat persepsi petani terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dapat diketahui dari jumlah skor dari tiap pertanyaan dari masingmasing responden dan dikategorikan sesuai dengan Tabel 4. Tabel 4 Kategori tingkat persepsi Kategori Skor Baik Cukup baik Buruk Motivasi petani dalam pembangunan hutan rakyat Motivasi menurut Sudaryanto et al (1987) adalah faktor dalam (endogen) yang tumbuh dalam diri manusia yang berupa nilai nilai yang mendorong untuk memanfaatkan kesempatan dan atau mengambil manfaat dari kondisi kondisi yang menguntungkan. Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan secara statistik. Motivasi diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan tentang motivasi petani dalam membangun hutan rakyat. Untuk mengetahui tingkat motivasi petani maka diajukan 8 pertanyaan, masing masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 5.

17 7 Tabel 5 Skor pertanyaan terkait motivasi Kategori Skor Setuju 3 Kurang setuju 2 Tidak setuju 1 Untuk mengetahui tingkat motivasi pembangunan hutan rakyat yang dimiliki oleh petani hutan rakyat, maka jumlah skor dari tiap pertanyaan dari masing-masing responden dikategorikan sesuai Tabel 6. Tabel 6 Kategori tingkat motivasi Kategori Skor Tinggi Sedang Rendah 8 13 Uji validitas Validitas menunjukkan sejauh mana skor, nilai atau ukuran yang diperoleh benar benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur. Validitas digolongkan dalam tiga tipe, yaitu validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk. Pada penelitian ini menggunakan validitas konstruk karena validitas konstruk digunakan untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan itu telah mengukur aspek yang sama. Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel. Uji reliabilitas Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu. Menurut Sarwono (2006), dalam uji reliabilitas nilai korelasi dikatakan reliabel, apabila ri semakin mendekati 1 (mempunyai cronbach alpha lebih dari 0.6). Dalam pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan software Microsoft excel dan software SPSS 17.0 for windows. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada seluruh pertanyaan terkait persepsi yang valid diperoleh nilai Cronbach s Alpha sebesar Untuk nilai Cronbach s Alpha pada seluruh pertanyaan terkait motivasi yang valid diperoleh nilai sebesar Maka dapat disimpulkan pertanyan-pertanyaan tersebut reliabel. Uji korelasi non-parametrik Spearman Uji korelasi non-parametrik Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk Ordinal. Setiap variabel yang berupa tingkat persepsi, tingkat motivasi dan karakteristik dari masing-masing responden dicari koefisien hubungan dan signifikansi hubungannya terhadap variabel tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat.

18 8 Tabel 7 Tingkat keeratan hubungan antara variabel Interval koefisien Tingkat Hubungan Sangat Lemah > Cukup > Erat > Sangat Erat (Sumber : Sarwono 2006) Metode perumusan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung Metode yang digunakan dalam penelitian untuk merumuskan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung adalah analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen formulasi strategi dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan suatu strategi (Rangkuti 2005). SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) serta lingkungan eksternal opportunity (peluang) dan threat (ancaman). Analisis SWOT didasarkan pada logika untuk dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang dan juga secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Hasil analisis SWOT berupa matriks empat kuadran yang masing-masing terdiri dari perpaduan strategi antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis SWOT (Rangkuti 2005): 1. Analisis faktor internal dan faktor eksternal Analisis faktor internal Analisis faktor internal digunakan untuk memperoleh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Selanjutnya dievaluasi menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dengan langkah sebagai berikut : a. Menentukan faktor internal yang terdiri dari kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) dengan responden terbatas b. Menentukan derajat kepentingan relatif (bobot) setiap faktor internal c. Memberikan skala peringkat (rating) 1 sampai 4 pada setiap faktor kekuatan dan kelemahan untuk menunjukkan apakah faktor tersebut mewakili kelemahan utama (peringkat = 1), kelemahan kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil (peringkat = 3), dan kekuatan utama (peringkat = 4) d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor tertimbang. e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 menunjukkan kondisi internal yang sangat buruk dan nilai 4 menunjukkan kondisi internal yang sangat baik. Analisis Faktor Eksternal Analisis faktor eksternal menggunakan matriks EFE (External Factor Evaluation) dengan langkah sebagai berikut : a. Menentukan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (Opportunity) dan ancaman (Threats) dengan responden terbatas

19 9 b. Menentukan derajat kepentingan relatif (bobot) setiap faktor eksternal c. Memberikan skala peringkat (rating) 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal yang menunjukkan seberapa efektif respon terhadap faktor eksternal yang berpengaruh tersebut. Nilai peringkat berkisar antara 1 sampai 4. Nilai 4 jika jawaban rata-rata dari responden sangat baik dan nilai 1 jika jawaban rata-rata menyatakan buruk d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor tertimbang. e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 menunjukkan kondisi eksternal yang sangat buruk dan nilai 4 menunjukkan kondisi eksternal yang sangat baik. 2. Penentuan skala prioritas dengan Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi yang dihasilkan melalui analisis SWOT, untuk penentuan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Langkah-langkah dalam analisis QSPM adalah sebagai berikut: a. Mendaftar kekuatan dan kelemahan kunci internal, serta peluang dan ancaman kunci eksternal dalam kolom kiri dari QSPM yang diperoleh dari matriks IFE dan matriks EFE. b. Memberi bobot untuk setiap faktor internal dan eksternal c. Menentukan posisi organisasi pada kuadran analisis SWOT dengan menggunakan selisih antara total skor kekuatan dengan total skor kelemahan untuk sumbu (X) dan selisih antara total skor peluang dengan total skor ancaman untuk sumbu (Y) d. Mengidentifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk diimplementasikan. e. Menetapkan nilai daya tarik (Attractive Score = AS), tentukan nilai yang menunjukkan daya tarik relatif dari setiap alternatif strategi. Nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, 4 = sangat menarik. f. Menghitung total nilai daya tarik (Total Atttactiveness Score = TAS) Total nilai daya tarik ditetapkan sebagai hasil perkalian bobot dengan nilai daya tarik dalam setiap baris. Total nilai daya tarik menunujukkan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik strategi alternatif itu.

20 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden 1. Usia responden Umumnya usia petani sangat berpengaruh pada produktivitas kerja dan selanjutnya akan berpengaruh pada besarnya pendapatan. Sebaran responden berdasarkan umur pada lokasi penelitian dapat terlihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan umur Usia Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada rentang usia yang produktif. Usia produktif yang ditetapkan oleh BPS adalah tahun. Tingkat usia dari petani hutan rakyat diduga berpengaruh terhadap tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan. 2. Tingkat pendidikan formal responden Pada umumnya tingkat pendidikan mempengaruhi banyaknya ilmu pengetahuan yang dimiliki dan dipahami oleh seseorang. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam praktek pengelolaan hutan rakyat yang mereka miliki. Selain itu tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi dalam mengembangkan hutan rakyat. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal pada lokasi penelitian dapat terlihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (orang) Persentase (%) SD SMP/SMA D3/S Jumlah Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa sebagian besar (73%) dari responden memiliki tingkat pendidiakan formal pada tingkat SMP/SMA. Maka dapat disimpulkan tingkat pendidikan dari responden termasuk dalam kategori sedang. 3. Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga merupakan indikator penilaian ukuran keluarga. Adapun asumsi yang berkembang di masyarakat adalah semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah kebutuhan sehingga mempengaruhi motivasi petani dalam mengelola lahan yang dimiliki. Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 10.

21 11 Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah Luas hutan rakyat yang dimiliki Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.22/Menhut-V/2007 tentang pedoman pembuatan tanaman hutan rakyat gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan, hutan rakyat didefinisikan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas minimum 0.25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50%. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa sebagian besar responden (62%) memiliki luas hutan rakyat ha. Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan luas hutan rakyat yang dimiliki Luas hutan rakyat (ha) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah Pendapatan total per tahun Pendapatan total per tahun diperoleh dari pendapatan petani dari pekerjaan utama dan pekerjaan sambilan dalam satu tahun. Tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi dalam intensitas pengelolaan hutan rakyat. Sebaran responden berdasarkan pendapatan per tahun dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan pendapatan total per tahun Pendapatan per tahun (Rp) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah Pengalaman usaha tani hutan rakyat Pengalaman usaha tani adalah lama waktu melakukan usaha tani hutan rakyat yang dilakukan oleh responden. Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha tani hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 13.

22 12 Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha tani hutan rakyat Lama usaha tani hutan rakyat Jumlah (orang) Persentase (%) (tahun) Jumlah Pembangunan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Pembangunan hutan rakyat di Kecamatan Sendang sebagian besar adalah tanaman kehutanan yang dikelola bersama dengan tanaman pertanian dengan sistem tumpangsari. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan hasil yang didapatkan dari lahan hutan rakyat yang dimiliki oleh petani. Dengan pola tumpang sari diharapkan produktifitas lahan meningkat dan petani dapat memperoleh manfaat dari lahan sambil menunggu masa tebang hutan rakyat. Jenis tanaman kehutanan yang berada di lahan milik sebagai tanaman pokok adalah sengon (Albizia falcataria), jabon (Anthocepalus cadamba) dan jati (Tectona grandis) sedangkan tanaman pertanian adalah singkong, pisang, talas, gadung, umbi porang, camcau, dan rumput odot yang ditanam sebagai tanaman sela. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang telah dilakukan oleh petani di Kecamatan Sendang meliputi pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran hasil. 1. Pengadaan bibit Petani mendapatkan bibit sengon dan jati yang ditanam dengan cara membeli bibit dalam polybag dengan harga Rp per polybag untuk bibit sengon dan Rp per polybag untuk bibit jati. Bibit dibeli dari pedagang yang khusus menjual bibit pohon yang didapat di luar Kecamatan Sendang. Pembelian bibit ada yang dilakukan secara kolektif oleh kelompok tani dan ada yang membeli secara mandiri. Pada tahun 2011 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung memberikan bantuan bibit kepada tiga kelompok tani di Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok dalam proyek Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Bibit yang diberi berupa tanaman sengon sebanyak 6000 batang tiap kelompok tani. 2. Penanaman Penanaman dilakukan saat musim penghujan tiba. Sebelum kegiatan penanaman dilakukan, petani melakukan persiapan lahan yang biasanya dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Persiapan lahan yang dilakukan adalah membersihkan lahan dari tumbuhan lain yang berpotensi mengganggu pertumbuhan pohon seperti rumput dan alang-alang. Setelah lahan dibersihkan dilakukan pembuatan lubang tanam yang kemudian diberi pupuk kandang dan dipasang ajir. Penentuan jarak tanam yang digunakan petani berbeda-beda, ada yang menggunakan jarak tanam 2 m 2 m, 3m 3m, dan 5m 5m.

23 13 3. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan petani pada hutan rakyat milik mereka masih sangat sederhana. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi kegiatan pemupukan, pemangkasan, dan penjarangan. Pada kegiatan pemupukan, sebagian besar petani menggunakan pupuk kandang yang diperoleh dari ternak peliharaan. Selain pupuk kandang, petani hutan rakyat juga menggunakan pupuk urea setiap 6 bulan sekali sampai usia 2 tahun. Sebagian besar kegiatan pemangkasan dilakukan oleh petani tiap empat bulan sekali hingga tanaman berusia 2 tahun. 4. Pemanenan Kegiatan pemanenan kayu dilakukan saat daur yang dikehendaki oleh petani sudah tercapai (5 hingga 8 tahun untuk jenis sengon dan jabon, dan 10 tahun untuk jenis jati), namun banyak juga yang memanen kayu dengan sistem tebang butuh yaitu saat petani membutuhkan biaya mendesak untuk sekolah anak atau untuk keperluan hajatan. Kegiatan pemanenan kayu dilakukan sendiri oleh pembeli kayu dalam hal ini dilakukan oleh tengkulak. Komoditas tanaman sela yang ditanam di sela-sela pohon dipanen untuk tambahan kebutuhan sehari-hari dan pakan ternak yang dimiliki. 5. Pemasaran hasil Pemasaran hasil hutan rakyat di Kecamatan Sendang saat ini masih bergantung kepada tengkulak dalam mendistribusikan hasil tanamannya ke industri. Sistem pembelian yang digunakan tengkulak adalah sistem borongan. Dalam penentuan harga, kebanyakan petani tidak tahu harga batangan dari ukuran diameter dan tinggi pohon, sehingga para tengkulak berani memberi harga rendah kepada petani. Tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Intensitas pengelolaan hutan rakyat merupakan curahan waktu yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di lahan milik mereka. Dalam penelitian ini kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang diidentifikasi untuk diketahui intensitasnya adalah kegiatan perencanaan dan kegiatan pelaksanaan. Kegiatan perencanaan mencakup kegiatan penentuan jenis bibit, penentuan jarak tanam, dan perencanaan pemasaran hasil. Kegiatan pelaksanaan mencakup kegiatan pemupukan, penjarangan, dan pengendalian penyakit. Hasil perhitungan tentang intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan intensitas pengelolaan hutan rakyat Variabel Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) Perencanaan 3 5 (rendah) (sedang) >8 (tinggi) 9 15 Pelaksanaan 3 5 (rendah) (sedang) >8 (tinggi) 9 15

24 14 Perencanaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang akan dilakukan untuk menjalankan suatu usaha pada periode tertentu, mencakup pengelolaan usaha, hasil produksi yang dijual, pasar dan pemasaran serta proyeksi keuangan (Simanjuntak 2004). Intensitas kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh petani hutan rakyat memiliki kategori sedang, yaitu sebanyak 41 responden (68%). Hal ini disebabkan oleh karena petani rata-rata langsung melakukan kegiatan pelaksanaan, sehingga kegiatan perencanaan tidak dilakukan secara matang dan biasanya dibicarakan dalam kelompok tani. Pada kegiatan pelaksanaan, dominan petani memiliki tingkat intensitas yang sedang pada pelaksanaan pengelolaan hutan, yaitu sebanyak 40 responden (67%). Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan kategori intensitas pengelolaan hutan rakyat Variabel Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) Intensitas pengelolaan (tinggi) hutan rakyat (sedang) (rendah) Jumlah Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berada di kategori sedang, yaitu sebanyak 33 responden (55%) yang melakukan kegiatan pengelolaan hutan rakyat dengan cukup intensif. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat Persepsi petani terhadap hutan rakyat Dalam pengertian psikologi, persepsi merupakan proses perencanaan informasi untuk dipahami. Penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain) merupakan alat untuk untuk memperoleh informasi tersebut. Untuk memahami informasi tersebut diperlukan kesadaran atau kognisi (Sarwono 2002). Persepsi erat hubungannya dengan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang berakibat terhadap kemauan dan perasaan pada stimulus tersebut, serta motivasi tertentu. Menurut Lockard (1977) dalam Tampang (1999), persepsi dipengaruhi dari variabel-variabel yang berkombinasi satu dengan lainnya, yaitu: (1) pengalaman masa lalu, apa yang pernah dialami; (2) indoktrinasi budaya, bagaimana menerjemahkan apa yang dialami; (3) sikap pemahaman, apa yang diharapkan dan apa yang dimaksud dari hal tersebut. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang ada dalam individu tersebut. Minat, kemauan, perasaan, kebutuhan, motivasi, umur, kepribadian, kebiasaan, dan lain-lain serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang termasuk juga pengetahuan. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti sosial budaya dan sosial ekonomi (pendidikan, lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya). Pengukuran tingkat persepsi petani hutan rakyat terhadap hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dilihat dari total skor 14 pertanyaan valid penduga persepsi yang diukur dengan skala Likert sperti tercantum dalam Tabel 16.

25 15 Tabel 16 Tingkat persepsi petani terhadap hutan rakyat Kategori Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Buruk Cukup Baik Jumlah Rata-rata 30.4 Mayoritas responden (57% responden) memiliki persepsi yang baik terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Namun skor rata-rata dari keseluruhan responden terkait persepsi mereka terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menunjukkan tingkat persepsi yang cukup baik. Motivasi petani dalam membangun hutan rakyat Menurut Suhaimin (2005) motivasi berasal dari bahasa inggris motivation, kata asalnya adalah motif yang berarti maksud tujuan. Motivasi menurut Sudaryanto et al (1987) merupakan faktor dalam (endogen) yang tumbuh dalam diri manusia yang berupa nilai nilai yang mendorong untuk memanfaatkan kesempatan dan atau mengambil manfaat dari kondisi kondisi yang menguntungkan. Secara singkat motivasi dapat dikatakan sebagai nilai nilai atau motif yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Minat dari dalam tersebut akan tercermin dalam perilaku yang sebenarnya merupakan kumpulan fantasi dari berbagai aspek. Pengukuran tingkat motivasi petani dalam membangun hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dilihat dari total skor 8 pertanyaan valid penduga motivasi yang diukur dengan skala Likert sperti tercantum dalam Tabel 17. Tabel 17 Tingkat motivasi petani dalam pembangunan hutan rakyat Kategori Skor Jumlah (orang) Presentase (%) Rendah Sedang Tinggi Jumlah Rata-rata Berdasarkan Tabel 17 sebanyak 67% responden memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam membangun hutan rakyat, maka dapat disimpulkan tingkat motivasi petani hutan rakyat dalam mengelola hutan rakyat termasuk dalam kategori tinggi.

26 16 Korelasi Faktor-faktor dalam Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat Pada Tabel 18 tersaji hasil uji korelasi faktor karakteristik responden yang diduga mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menggunakan uji korelasi Spearman. Tabel 18 Faktor karakteristik responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat Karakteristik responden Intensitas pengelolaan hutan rakyat Koefisien korelasi Sig. (2-tailed) Umur Tingkat pendidikan Jumlah anggota keluarga Luas hutan rakyat Pendapatan per tahun Pengalaman usaha tani Tidak terdapat satu pun dari karakteristik responden yang memiliki nilai koefisien korelasi yang mencukupi untuk mempengaruhi tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat. Dapat disimpulkan bahwa keseluruhan karakteristik tersebut tidak ada yang berpengaruh terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat. Tabel 19 Faktor persepsi dan motivasi responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat Faktor Intensitas pengelolaan hutan rakyat Koefisien korelasi Sig. (2-tailed) Persepsi 0.271* Motivasi 0.263* * korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed) Pada Tabel 19 tersaji hasil uji korelasi antara faktor persepsi dan faktor motivasi yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menggunakan uji korelasi Spearman. Terlihat faktor persepsi dan motivasi mempunyai korelasi positif yang secara signifikan pada selang kepercayaan 95% berpengaruh nyata terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Perumusan Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Tulungagung Analisis Faktor Lingkungan Strategis Pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung secara langsung mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara ekonomi maupun ekologi. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan strategis yang mempengaruhinya. Faktor lingkungan strategis tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

27 17 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung, tenaga Penyuluh Kehutanan Lapang (PKL) dan kelompok tani hutan rakyat di Kecamatan Sendang dianggap memiliki peran strategis yang mempengaruhi perkembangan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung khususnya di Kecamatan Sendang. Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang ada pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dan kelompok tani hutan rakyat di Kecamatan Sendang yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat. Faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman dari luar dinas dan kelompok tani hutan rakyat yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Analisis faktor lingkungan internal dan faktor eksternal didapatkan melalui wawancara dan pengamatan kepada responden yang memahami permasalahan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Faktor Internal Faktor internal yang berpengaruh terhadap pembangunan hutan rakyat terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan meliputi : 1) Tersedianya tenaga penyuluh di 12 kecamatan yang khusus menangani hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, 2) Tingginya komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan, 3) Mulai munculnya kesadaran dari masyarakat untuk menjaga sumber air. Adapun faktor kelemahan meliputi :1) Data lahan potensial hutan rakyat masih belum akurat, 2) Masih rendahnya tingkat pengetahuan petani dalam mengelola hutan rakyat. A. Kekuatan 1. Adanya tenaga Penyuluh Kehutanan Lapang Penyuluh Kehutanan Lapang (PKL) merupakan ujung tombak dalam pembangunan kehutanan di lapangan. Idealnya tenaga PKL memainkan peran pendampingan terhadap kelompok yang melakukan kegiatan kehutanan. Sebagai salah satu faktor kekuatan yang mendukung pertumbuhan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, PKL berperan penting dalam transfer ilmu pengetahuan dan teknologi terkait hutan rakyat. Selain itu PKL juga berperan dalam pendampingan petani hutan rakyat serta menampung kendala yang dihadapi oleh petani hutan rakyat. Saat ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung memliki 18 orang tenaga PKL yang tersebar di 12 kecamatan. 2. Komitmen tinggi pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan Komitmen pemerintah daerah dalam pembangunan hutan rakyat menjadi faktor internal kekuatan yang sangat berpengaruh. Komitmen pemerintah daerah dalam pembangunan hutan rakyat dapat ditunjukkan dalam alokasi APBD Kabupaten Tulungagung dalam kegiatan pendampingan program pemerintah pusat. Saat ini pertumbuhan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung sangat dipengaruhi oleh adanya program pemerintah Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK), Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL), dan program Gerakan Tanam Semilyar Pohon. Pada tahun 2008 dialokasikan anggaran sebesar Rp untuk pendampingan GRLK dan GNRHL.

28 18 3. Adanya kelompok petani hutan rakyat Adanya kelompok tani hutan rakyat merupakan salah satu indikator peningkatan modal sosial yang dimiliki oleh petani hutan rakyat. Kelompok tani hutan rakyat dibentuk oleh kumpulan petani hutan rakyat yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama. Petani hutan rakyat yang tergabung dalam kelompok tani memiliki keuntungan akses informasi yang lebih baik dan seringkali diprioritaskan untuk dilibatkan dalam program pemerintah terkait hutan rakyat. B. Kelemahan 1. Masih minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan HR Pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan hutan rakyat yang baik masih rendah. Hal ini terlihat dari jarak tanam yang kebanyakan masih tidak teratur. Selain itu hanya sebagian kecil dari petani hutan rakyat yang melakukan penjarangan pohon sehingga pertumbuhan pohon menjadi tidal optimal. 2. Data lahan kritis dan potensial hutan rakyat belum akurat Untuk merencanakan program pembangunan hutan rakyat sangat diperlukan data lahan kritis dan lahan potensi hutan rakyat. Saat ini data yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung masih belum lengkap dan akurat. Hal ini disebabkan kurangnya SDM yang tersedia untuk memperbaharui data dan mengecek ke lapangan. 3. Kurang intensifnya penyuluhan dan pendampingan dari tenaga PKL Tenaga Penyuluh Kehutanan Lapang (PKL) diharapkan mampu menjadi perpanjangan tangan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dalam transfer informasi dan pendampingan petani hutan rakyat. Namun keterbatasan jumlah tenaga PKL menjadi kelemahan tersendiri yang membuat kurang intensifnya penyuluhan dan pendampingan petani hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Dari 12 kecamatan yang memiliki prospek hutan rakyat yang bagus, hanya tersedia 18 tenaga PKL. Padahal kebutuhan minimal tenaga PKL adalah minimal dua orang tiap kecamatan. Tabel 20 Analisis faktor internal Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Kekuatan (S) 1. Adanya tenaga PKL Komitmen tinggi pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan 3. Adanya kelompok tani hutan rakyat Kelemahan (W) 1. Masih minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan HR 2. Data lahan kritis dan potensial hutan rakyat belum akurat 3. Penyuluhan dan pendampingan dari tenaga PKL kurang intensif

29 19 Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pembangunan hutan rakyat terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor peluang meliputi : 1) Adanya kebun bibit rakyat, 2) Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik, 3) Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah, 4) Adanya program BLU. Faktor ancaman meliputi : 1) Murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak, 2) Administrasi surat kepemilikan tanah, 3) Mahalnya biaya pembuatan SKAU A. Peluang 1. Adanya kebun bibit rakyat Keberadaan kebun bibit rakyat milik Dinas Kehutanan dan Kebudayaan yang berada di Kecamatan Sendang merupakan faktor peluang penting yang mempengaruhi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Dengan adanya kebun bibit rakyat ini masyarakat yang ingin membangun hutan rakyat tidak perlu lagi kesulitan mencari bibit yang berkualitas dan murah. 2. Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik Industri pengolahan kayu di Jawa Timur khususnya untuk pembuatan palet kayu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah industri ini membuat permintaan kayu sengon semakin meningkat dan berimbas pada meningkatnya harga jual sengon saat ini. Komoditi kayu jati hutan rakyat terserap oleh industri mebel dan bahan bangunan rumah. 3. Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah Program pembangunan hutan rakyat memerlukan dana yang cukup besar, baik untuk kegiatan teknis maupun non teknis. Sumber dana yang bisa diharapkan yang mampu mendorong pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung antara lain berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Sumber yang lain berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK). Pada tahun 2005 Kabupaten Tulungagung mendapatkan anggaran sebesar Rp untuk kegiatan GNRHL dan Rp untuk kegiatan GRLK. 4. Adanya program BLU yang menjangkau hutan rakyat Berubahnya dasar hukum Badan Layanan Umum (BLU) kehutanan dengan terbitnya Peraturan Bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Keuangan No. PB. 1/Menhut-II/2011 & No. 04/PMK.02/2012 tentang pengelolaan Dana Reboisasi dalam Rekening Pembangunan Hutan membuat BLU mempunyai pasar yang lebih luas. Jika awalnya hanya melayani hutan tanaman rakyat (HTR) dan hutan tanaman industri (HTI), kini BLU juga melayani hutan rakyat. Program dari BLU ini berbentuk pembiayaan atau pinjaman jangka panjang bunga lunak untuk program pembangunan hutan, program pemeliharaan hutan, dan program tunda tebang. Tentu peluang ini menjadi angin segar bagi petani yang ingin membangun hutan rakyat namun terkendala modal yang minim. Selain itu adanya program tunda tebang menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilik hutan rakyat untuk mengembangkan hutan rakyat yang sudah dimiliki.

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan penyakit ekonomi pada suatu daerah yang harus di tanggulangi. Kemiskinan akan menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengelola

Lebih terperinci

IV. V. PERUMUSAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUTAN V. RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Pembangunan hutan rakyat sebagai salah satu upaya Pemerintah

IV. V. PERUMUSAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUTAN V. RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Pembangunan hutan rakyat sebagai salah satu upaya Pemerintah IV. V. PERUMUSAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUTAN V. RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA 5.1. Analisis Faktor Lingkungan Strategis Pembangunan hutan rakyat sebagai salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Purwakarta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Mulia Lestari adalah salah satu perusahaan tekstil terkemuka yang beralamatkan di Jl. Cibaligo no. 70 Cimindi-Cimahi. Produk yang dihasilkan adalah kain rajut, yang sebagian besar adalah berbentuk

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Jenis Kajian Ditinjau dari aspek tujuan penelitian, kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode deskriptif

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah PT Godongijo Asri yang beralamat di Desa Serua, Kecamatan Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Octa Putra jaya merupakan perusahaan yang bergerak di dalam industri pakaian jadi. Pada saat ini perusahaan telah memiliki merek pakaian wanita yaitu Corniche. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada produksi karet remah di PT ADEI Crumb Rubber Industry yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... xiv LAMPIRAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... xiv LAMPIRAN ABSTRAK Persaingan di era globalisasi banyak memiliki tantangan dan hambatan bukan hanya dari lingkungan internal perusahaan saja tetapi lingkungan eksternal perusahaan dan posisi perusahaan, PT. Fajar

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Desember 2011 dan Bulan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

Lingkungan umum Lingkungan operasional (Struktur Industri) Tahapan dalam Penyusunan Strategi

Lingkungan umum Lingkungan operasional (Struktur Industri) Tahapan dalam Penyusunan Strategi ABSTRAK Mobile Information Technology (MIT) adalah perusahaan yang bergerak di bidang retail penjualan notebook, berlokasi di Bandung Electronic Centre lantai 1 G3. MIT didirikan pada tahun 2007. MIT penjualan

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar obat potensial (Pharos, 2008) Hingga saat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang lingkup wilayah kerja Dinas Perkebunan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Pertanian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian 31 III..METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kajian 1. Lokasi Kajian Kajian ini dilaksanakan di Kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Lembaga yang menjadi subyek kajian ialah Unit Pelaksana Kegiatan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mitra Alam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual English First Bogor adalah lembaga kursus bahasa Inggris yang menggunakan tenaga pengajar penutur asli bahasa Inggris, memiliki jadwal kursus

Lebih terperinci

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Semestaguna Food & Beverage. Perusahaan tersebut beralamat di JL.Ring Road, Bogor Utara, Taman Yasmin. Kota Bogor. Penelitian akan dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi kehidupan manusia baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Dalam Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 disebutkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di CV. Bening Jati Anugerah yang terletak di Desa Parung Kabupaten Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian April sampai dengan Agustus

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pia Apple Pie yang berada di Jalan Pangrango 10 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR Disusun Oleh : SYAIFUL HABIB A 14105713 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian campuran (mixed methods research design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Persaingan bisnis di sektor pertambangan semakin berkembang. Hal ini menyebabkan PT. Aneka Tambang Tbk membutuhkan karyawan yang berkompetensi untuk mencapai

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 29 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi pencadangan pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang yang secara administratif terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata CHAPTER-09 Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata SWOT Filosofi SWOT Analisis SWOT atau Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi 2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Sayuran Organik Pertanian organik adalah salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan serta menghindari penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif, jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana faktor faktor internal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimum 0,25 ha. Hutan rakyat ini merupakan suatu pengembangan pengelolaan hutan yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Km 10, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV. X adalah perusahaan konveksi dan sablon yang berada di Jl. Baturahayu, terusan Buah Batu, Bandung. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2008 hingga sekarang. Dari tahun 2011 s/d 2014 perusahaan

Lebih terperinci

METODE. Desain, Tempat dan Waktu

METODE. Desain, Tempat dan Waktu 25 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini merupakan metode sensus menggunakan kuesioner dengan lokasi penelitian di STPP Bogor. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan STPP Bogor adalah lembaga

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh YANDI ASDA MUSTIKA H 34066131 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, Depok. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT 6.1 Kelembagaan Pengurusan Hutan Rakyat Usaha kayu rakyat tidak menjadi mata pencaharian utama karena berbagai alasan antara lain usia panen yang lama, tidak dapat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Karakteristik Responden Penulis telah menyebarluaskan kuesioner guna mendapatkan data mengenai karakteristik responden dalam penelitian ini. Berikut adalah hasil

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui keinginan konsumen akan minuman kesehatan, kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI DI X TRAVEL DENGAN METODE QSPM

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI DI X TRAVEL DENGAN METODE QSPM ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI DI X TRAVEL DENGAN METODE QSPM Amanda Nur Cahyawati, Dwi Hadi Sulistyarini, Suluh Elman Swara Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jln. MT. Haryono

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan yang semakin ketat, membuat setiap perusahaan harus memiliki suatu keunggulan bersaing agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan.

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species

BAB I PENDAHULUAN. bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan untuk terus meningkatkan capaian rehabilitasi hutan dan lahan. Program tersebut

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Strategi Pengembangan Usaha Maharani Farm Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Rumah Potong Ayam Maharani Farm yang beralamat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei sedangkan metodenya yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian survei merupakan penelitian kuantitatif dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Pada bab ini akan di uraikan tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses analisis dalam

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 17 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada PT. Sumbar Surya Sejati yang merupakan salah satu distributor oli Pertamina di Sumatera Barat berdiri sejak 6 Oktober 1994. Permasalahan yang muncul pada PT. Sumbar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Fungsi

Lebih terperinci

KAJIAN STRATEGIS PENGEMBANGAN TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN

KAJIAN STRATEGIS PENGEMBANGAN TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN KAJIAN STRATEGIS PENGEMBANGAN TAHAP LANJUT SENTRA BISNIS UKM PASCA DUKUNGAN PROGRAM PERKUATAN Abstract Strategic program to improve SMEs throught closing business centre that has been done since 2001,

Lebih terperinci