IV. V. PERUMUSAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUTAN V. RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Pembangunan hutan rakyat sebagai salah satu upaya Pemerintah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. V. PERUMUSAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUTAN V. RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Pembangunan hutan rakyat sebagai salah satu upaya Pemerintah"

Transkripsi

1 IV. V. PERUMUSAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUTAN V. RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA 5.1. Analisis Faktor Lingkungan Strategis Pembangunan hutan rakyat sebagai salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik secara ekonomi maupun ekologi, tidak terlepas dari faktor lingkungan strategis yang mempengaruhinya. Faktor lingkungan strategis tersebut terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini, faktor internal dan eksternal dilihat dari sisi Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta sebagai organisasi strategis yang mengurusi pembangunan hutan rakyat. Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki atau ada pada Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta. Faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman yang berada di luar dinas yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta. Perumusan strategi pembangunan hutan rakyat dengan mempertimbangkan kedua faktor lingkungan strategis tersebut dapat menghasilkan strategi yang paling sesuai untuk mencapai sasaran dan tujuan. Analisis faktor lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) diperoleh melalui pengamatan dan wawancara kepada responden yang memahami masalah pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta, sehingga identifikasi dan inventarisasi faktorfaktor lingkungan strategis tersebut lebih tepat dan sesuai dengan keadaan nyata. Faktor internal dan eksternal juga dapat diambil dari beberapa faktor teknis dan

2 sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta sebagaimana yang terdapat dalam hasil analisis regresi Faktor Internal Faktor internal yang berpengaruh terhadap pembangunan hutan rakyat terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan meliputi : 1) komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan, 2) adanya tenaga Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL), dan 3) adanya Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penelitian dan Pengembangan. Adapun faktor kelemahan meliputi : 1) belum adanya Peraturan Daerah tentang hutan rakyat, 2) data lahan kritis/lahan potensi hutan rakyat belum akurat, dan 3) kurangnya sarana prasarana penunjang. A. Kekuatan 1. Komitmen Pemerintah Daerah Terhadap Pembangunan Kehutanan Komitmen pemerintah daerah dalam mendukung program pembangunan hutan rakyat dapat dilihat dari arah dan kebijakan pembangunan daerah. Pemerintah Kabupaten Purwakarta mengakomodasi agenda dan prioritas pembangunan disesuaikan dengan visi, misi dan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam arah dan kebijakan umum APBD Kabupaten Purwakarta Tahun 2006, kehutanan dimasukkan ke dalam bidang penguatan struktur ekonomi. Dalam arah dan kebijakan umum tersebut memuat sasaran serta arah kebijakan dan program sub bidang kehutanan, sebagai berikut : - Sasaran sub bidang kehutanan adalah meningkatkan efisiensi produksi hasil hutan, mengupayakan reboisasi dan konservasi tanah, mengendalikan bahaya banjir dan erosi hutan, eksploitasi lahan hasil hutan serta ekstensifikasi dan

3 pengembangan tanaman ekonomis yang mempunyai daya dukung untuk menjaga kelestarian tanah dan air. - Arah kebijakan sub bidang kehutanan adalah pemanfaatan hutan untuk diversifikasi usaha. - Sedangkan program pembangunan sub bidang kehutanan adalah program pemanfaatan potensi sumber daya hutan dan pengembangan hutan rakyat. Program ini bertujuan untuk lebih memanfaatkan potensi sumber daya hutan secara efisien, optimal dan berkelanjutan. Komitmen Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam pembangunan hutan rakyat dapat ditunjukan dalam alokasi APBD Kabupaten Purwakarta dalam bentuk kegiatan pendampingan. Pada tahun 2005 dialokasikan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan Pendampingan GRLK. Kemudian pada tahun 2006 dialokasikan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan Pendampingan GRLK dan Rp ,- untuk Pendampingan GNRHL. Komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan menjadi faktor internal kekuatan yang sangat menentukan, terlebih pada era otonomi daerah seperti saat ini. Ada atau tidaknya program dan kegiatan pembangunan kehutanan, yang salah satunya adalah pembangunan hutan rakyat, tergantung dari komitmen dan kemauan pemerintah daerah bersangkutan. 2. Adanya Tenaga Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) Peranan penyuluh kehutanan sesuai dengan paradigma yang berkembang saat ini, tidak lagi sebatas proses alih teknologi dan informasi pembangunan kehutanan tetapi lebih kepada proses pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah upaya untuk mendorong masyarakat ke arah kemandirian dengan

4 meningkatkan kapasitas, kapabilitas, dan produktivitasnya. Dengan demikian diharapkan masyarakat akan lebih mampu dan siap untuk berperan aktif dalam pembangunan kehutanan sekaligus melestarikannya (Pusat Bina Penyuluhan Departemen Kehutanan, 2005). Tenaga Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) merupakan salah satu faktor kekuatan yang dimiliki untuk mendukung pelaksanaan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta. Peranan PKL diantaranya adalah mensosialisasikan program hutan rakyat, mendampingi petani dalam menyusun perencanaan hutan rakyat, transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan hutan rakyat, serta menampung permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh petani untuk disampaikan kepada dinas terkait. Jumlah tenaga PKL yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta sebanyak 56 orang terdiri dari 48 pria dan 8 wanita, yang wilayah kerjanya tersebar di 17 kecamatan dan 192 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Purwakarta. Sasaran penyuluhan kehutanan yang ditetapkan dalam Programa Penyuluhan Kehutanan Kabupaten Purwakarta Tahun 2006 adalah sebagai berikut : a. Berkembangnya usaha di bidang kehutanan dengan manajemen yang lebih produktif dan efisien untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. b. Meningkatkan produksi dan produktivitas usaha kehutanan dengan tetap memperhatikan aspek pelestarian sumber daya alam dan lingkungan. c. Meningkatkan motivasi dan mutu kinerja masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha kehutanan. 3. Adanya Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

5 Penelitian dan Pengembangan Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta memiliki 2 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penelitian dan Pengembangan, yaitu : 1) UPTD Penelitian dan Pengembangan Pembibitan, dan 2) UPTD Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hayati dan Nabati. Kedua UPTD tersebut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 8 Tahun 2004 tentang Pembentukan Dinas Daerah, dan Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas dan Lembaga Teknis Daerah. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 43 Tahun 2005, UPTD Penelitian dan Pengembangan Pembibitan mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan pembibitan tanaman hutan. b. Pelaksanaan pelayanan dan pengelolaan pembibitan tanaman hutan. c. Pelaksanaan uji coba benih dan penyusunan petunjuk teknis operasional pembibitan. d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas dan ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai bidang tugasnya. Adapun fungsi dari UPTD Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hayati dan Nabati yang diatur dalam Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 44 Tahun 2005, adalah : a. Penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan sumber daya hayati dan nabati. b. Pelaksanaan pelayanan dan pengelolaan sumber daya hayati dan nabati

6 c. Pelaksanaan uji coba dan penyusunan petunjuk teknis operasional pengembangan sumber daya hayati dan nabati. d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas dan ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai bidang tugasnya. Dalam kaitannya dengan program pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta, kedua UPTD Penelitian dan Pengembangan ini dapat menjadi faktor kekuatan melalui pelaksanaan penelitian dan pengembangannya terutama yang berhubungan dengan bibit dan teknik budidaya tanaman hutan rakyat. B. Kelemahan 1. Belum Adanya Peraturan Daerah Tentang Hutan Rakyat Adanya peraturan daerah yang mengatur tentang hutan rakyat dapat menjamin kelancaran dan adanya kepastian hukum dalam pelaksanaan program pembangunan hutan rakyat di daerah. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan hutan rakyat seperti masalah kepemilikan lahan, mekanisme tata usaha kayu hutan rakyat dan masalah alih fungsi lahan dapat diatur dalam suatu peraturan daerah. Pada saat ini di Kabupaten Purwakarta belum ada peraturan daerah yang mengatur tentang hutan rakyat, sehingga berbagai kendala dan permasalahan tersebut yang muncul belum dapat diatasi secara tuntas karena belum ada aturan perundangan-undangan yang mengatur dan menjamin kepastian hukumnya. 2. Data Lahan Kritis/Lahan Potensi Hutan Rakyat Belum Akurat Data lahan atau tanah yang baik, lengkap dan akurat sangat diperlukan untuk perencanaan program pembangunan hutan rakyat. Data lahan kritis atau lahan

7 potensi hutan rakyat yang dimiliki oleh Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta belum lengkap dan akurat, hal ini disebabkan pengambilan atau inventarisasi data lahan masih menggunakan alat-alat sederhana dan faktor sumber daya manusia yang kurang memadai. Selain itu data lahan kritis juga tidak memuat keadaan tanah secara lengap seperti jenis tanah, kedalaman tanah, ph tanah dan kemiringan lahan. 3. Kurangnya Sarana Prasarana Penunjang Sarana prasarana penunjang dapat mendukung kelancaran pelaksanaan pembangunan hutan rakyat di daerah. Sarana prasarana dimaksud seperti kendaraan operasional, sarana komunikasi, peralatan teknis dan alat-alat lainnya. Sarana prasarana penunjang yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta masih sangat terbatas. Kendaraan operasional yang dimiliki oleh Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) hanya 15 (lima belas) unit atau sekitar 27 persen dari jumlah PKL yang ada. Alat teknis seperti alat untuk mengukur luas lahan kritis/potensi hutan rakyat dan alat untuk mengetahui keadaan tanah masih belum ada Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap program pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor peluang meliputi : 1) adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan provinsi, 2) adanya penangkar bibit daerah, dan 3) prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik. Sedangkan faktor ancaman meliputi : 1) pemeliharaan hutan rakyat kurang

8 intensif, 2) masih adanya tanah guntai, dan 3) kurangnya regenerasi petani hutan rakyat. A. Peluang 1. Adanya Sumber Dana dari Pemerintah Pusat dan Provinsi Program pembangunan hutan rakyat memerlukan dana yang cukup besar. Kebutuhan dana tersebut mulai dari perencanaan, persiapan, penyediaan bibit tanaman, pelaksanaan penanaman, pemeliharaan tanaman sampai pengawasan. Peluang dana untuk pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta berasal dari dua sumber. Pertama, Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) dalam bentuk Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Kedua, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat dalam bentuk Kegiatan Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK). Pada tahun 2004 Kabupaten Purwakarta mendapatkan anggaran untuk kegiatan GNRHL sebesar Rp ,- dan kegiatan GRLK sebesar Rp ,-. Pada tahun 2005 anggaran untuk kegiatan GNRHL sebesar Rp ,- dan untuk kegiatan GRLK sebesar Rp ,-. Pada tahun 2006 anggaran untuk kegiatan GNRHL sebesar Rp ,- dan kegiatan GRLK sebesar Rp ,- 2. Adanya Penangkar Bibit Daerah Bibit tanaman merupakan material pokok kegiatan yang sangat diperlukan dalam pembangunan hutan rakyat. Petani hutan rakyat biasanya tidak mengusahakan bibit tanaman sendiri/swadaya, tetapi membeli atau disediakan

9 oleh pihak lain yang mengusahakan budidaya bibit tanaman atau biasa disebut penangkar bibit. Di Kabupaten Purwakarta terdapat 13 penangkar bibit tanaman, yang tersebar di 6 (enam) kecamatan ; Kecamatan Bojong, Kiarapedes, Darangdan, Sukasari, Maniis dan Tegalwaru. Jenis bibit tanaman yang dibudidayakan terdiri dari jenis kayu-kayuan dan buah-buahan. Adanya penangkar bibit tanaman di dalam daerah Kabupaten Purwakarta merupakan suatu peluang yang dapat mendukung keberhasilan pembangunan hutan rakyat. Bibit yang berasal dari dalam daerah lebih terjamin kualitasnya, mudah aksesibilitasnya dan lebih sesuai dengan keadaan lingkungan lokasi penanaman. 3. Prospek Ekonomi Hutan Rakyat Cukup Baik Kebutuhan kayu untuk bahan baku industri di Indonesia mencapai juta meter kubik per tahun, dimana sekitar 25 juta meter kubik untuk keperluan industri pulp dan kertas. Sebagian besar pasokan kayu tersebut sampai saat ini masih bergantung pada hutan alam, padahal kemampuan penyediaan kayu bulat dari hutan alam untuk tahun 2006 hanya sekitar 8,2 juta meter kubik. Oleh karena itu, pembangunan hutan tanaman harus ditingkatkan dan dipercepat untuk dapat mengatasi kesenjangan antara kebutuhan dan pasokan kayu bulat. Pembangunan hutan tanaman oleh rakyat mempunyai arti penting karena dapat mengurangi masalah kekurangan bahan baku industri kayu (Justianto, 2007). Ameglia (2007) menyebutkan budidaya kayu baru berkembang dua tiga dekade kini karena adanya pasar : untuk peralatan rumah tangga, peti kemas, pulp, dan lain-lain penggunaan. Hal ini sangat mudah ditemukan mulai dari Jawa

10 Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kayu sengon banyak digunakan untuk peti kemas, pulp, perabot rumah tangga, bahan bangunan. Kayu jati, mahoni dan kayu keras lainnya lebih digunakan untuk perabot rumah tangga dan bahan bangunan rumah yang tergolong mewah. Hasil penting lain dari hutan rakyat adalah kayu bakar yang banyak dikonsumsi oleh industri-industri kecil seperti industri genteng dan bata, industri makanan. Disamping itu, rumah tangga di pedesaan Jawa sebagian besar masih menggunakan kayu bakar. Berdasarkan Sensus Pertanian 1983, sekitar 93 persen rumah tangga petani menggunakan kayu bakar dengan rata-rata konsumsi setiap rumah tangga 6,69 kg per hari. Sebagian besar (61,4 persen) rumah tangga yang membudidayakan pohon lebih mengutamakan hasilnya sebagai kayu bakar, diikuti oleh buah-buahan (43,6 persen) dan kayu pertukangan (30,6 persen). Berdasarkan uraian diatas, sangat jelas bahwa pembangunan hutan rakyat memiliki peluang prospek ekonomi yang cukup baik mengingat kebutuhan permintaan kayu akan terus meningkat baik permintaan pasar dalam negeri maupun luar. B. Ancaman 1. Pemeliharaan Hutan Rakyat Kurang Intensif Pemeliharaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani masih kurang intensif. Masih banyak petani hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta yang melakukan pemeliharaan seperti pemupukan, pembersihan lahan dan penyulaman hanya satu kali setelah waktu penanaman. Secara teknis, pemeliharaan yang kurang intensif dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman di lokasi hutan rakyat kurang baik. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa faktor pemupukan dan

11 pembersihan lahan merupakan faktor teknis yang berpengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta. Omon dan Priadjati (2004) mengungkapkan bahwa saat ini program rehabilitasi dan regenerasi hutan tampaknya belum berhasil dengan baik, khususnya di luar Jawa. Kemungkinan ketidakberhasilan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kualitas bibit yang rendah, pemeliharaan kurang intensif, kekeringan, kebakaran dan rendahnya rasa memiliki. Sedangkan Fauziyah dan Diniyati (2006) menyatakan, petani hutan rakyat cenderung memposisikan pohon yang ada di lokasi hutan rakyat sebagai tabungan dan tidak sebagai sumber pendapatan utama, dimana pada saat dibutuhkan dapat ditebang dan dijual, atau yang lebih dikenal dengan daur butuh. Cara pandang ini sangat berpengaruh terhadap pengelolaan hutan rakyat itu sendiri, dimana jika pohon dipandang sebagai sumber pendapatan utama maka pengelolaannya akan lebih intensif. 2. Masih Adanya Tanah Guntai Yang dimaksud dengan tanah guntai adalah tanah yang letaknya berada di dalam daerah atau wilayah Kabupaten Purwakarta tetapi pemiliknya adalah penduduk luar daerah seperti Bandung, Jakarta, Bekasi dan Subang. Tanah tersebut biasanya dititipkan kepada penduduk pribumi atau petani penggarap. Tanah guntai ini sebagian besar berada di Kecamatan Campaka, Cibatu, Bungursari, Babakan Cikao, Bojong, Kiarapedes dan Wanayasa. Tanah-tanah guntai tersebut sebenarnya merupakan lahan yang cukup potensial sebagai lokasi hutan rakyat, tetapi petani penggarap sebagian besar tidak tertarik untuk menanam tanaman hutan rakyat, hal ini disebabkan petani

12 penggarap khawatir tanaman kayu akan diakui oleh pemilik lahan atau jika secara mendadak terjadi alih fungsi lahan atas kehendak pemilik lahan. Berdasarkan hasil analisis regresi, faktor tanah guntai atau status lahan juga merupakan salah satu faktor sosial ekonomi yang bepengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan hutan rakyat. 3. Kurangnya Regenerasi Petani Hutan Rakyat Usaha hutan rakyat seperti usaha pertanian pada umumnya, kurang menarik bagi kalangan generasi muda di desa. Generasi muda di desa banyak yang urbanisasi ke kota atau bahkan lebih memilih menjadi pengangguran, daripada membantu atau meneruskan usaha tani hutan rakyat orang tua mereka. Berdasarkan hasil pengambilan data ternyata sebagian besar petani hutan rakyat yang menjadi responden berumur 50 tahun atau lebih. Dari 106 petani responden; 64 orang berumur 50 tahun atau lebih (60,38 persen), 28 orang berumur 40 tahun sampai 49 tahun (26,41 persen) dan hanya 14 orang yang berumur dibawah 40 tahun (13,21 persen). Petani merupakan pelaku utama kegiatan hutan rakyat, yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan hutan rakyat. Rendahnya regenerasi petani hutan rakyat merupakan ancaman yang cukup serius, karena dapat menghambat keberlanjutan dan kesinambungan pembangunan hutan rakyat Evaluasi Faktor Lingkungan Strategis Evaluasi lingkungan strategis terdiri dari Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), yaitu dengan memberikan nilai bobot dan peringkat pada masing-masing faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan

13 faktor eksternal (peluang dan ancaman). Hasil dari evaluasi lingkungan strategis adalah faktor internal dan eksternal yang mempunyai derajat kepentingan relatif lebih tinggi dibandingkan faktor-faktor yang lainnya Evaluasi Faktor Internal (IFE) Evaluasi faktor internal adalah pemberian nilai bobot dan peringkat yang dilakukan oleh responden pada masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan. Hasil evaluasi faktor internal secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Hasil Evaluasi Faktor Internal (IFE) No. Faktor Internal Bobot Peringkat Skor A. Kekuatan 1. Komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan 0, , Adanya tenaga PKL 0, , Adanya UPTD Penelitian dan Pengembangan 0, ,537 B. Kelemahan 1. Belum adanya Peraturan Daerah tentang hutan rakyat 2. Data lahan kritis/lahan potensi hutan rakyat Belum akurat 0, ,107 0, , Kurangnya sarana prasarana penunjang 0, ,163 Jumlah : 2,853 Hasil penilaian bobot terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta, yang dilakukan oleh 7 (tujuh) responden menunjukan bahwa faktor internal kekuatan yang mempunyai derajat kepentingan relatif tertinggi adalah komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan dengan bobot rata-rata 0,262. Kemudian diikuti oleh

14 faktor adanya tenaga Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) dengan bobot ratarata 0,210. Sedangkan faktor adanya Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penelitian dan Pegembangan memiliki bobot rata-rata terendah sebesar 0,179. Sedangkan faktor kelemahan yang mempunyai derajat kepentingan relatif tertinggi dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta adalah kurangnya sarana prasarana penunjang dengan bobot rata-rata 0,163. Faktor belum adanya Peraturan Daerah tentang hutan rakyat memiliki bobot rata-rata lebih rendah yaitu sebesar 0,107. Sedangkan faktor data lahan kritis/lahan potensi hutan rakyat yang belum akurat memiliki nilai bobot rata-rata terendah yaitu sebesar 0,079. Hasil analisis IFE juga menunjukan bahwa faktor kekuatan komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan dan faktor adanya tenaga PKL mempunyai peringkat tertinggi sebesar 4, artinya kedua faktor tersebut pengaruhnya sangat kuat dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta. Sedangkan faktor adanya UPTD Penelitian dan Pengembangan mendapatkan nilai peringkat 3, artinya faktor tersebut pengaruhnya kuat dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta. Penilaian peringkat terhadap faktor kelemahan menunjukan bahwa faktor belum adanya Peraturan Daerah tentang hutan rakyat dan faktor kurangnya sarana prasarana penunjang mendapat nilai peringkat 1, yang berarti kedua faktor tersebut pengaruhnya sangat lemah dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta. Sedangkan faktor data lahan kritis/lahan potensi hutan rakyat yang belum akurat mendapatkan nilai peringkat 2, artinya faktor ini pengaruhnya agak lemah.

15 Total skor faktor internal sebesar 2,853 (di atas nilai rata-rata 2,5). Hal ini menunjukan kondisi faktor internal pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta pada saat ini cukup kuat Evaluasi Faktor Eksternal Evaluasi faktor eksternal adalah pemberian nilai bobot dan peringkat yang dilakukan oleh responden pada masing-masing faktor peluang dan ancaman. Hasil evaluasi faktor eksternal secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) No. Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor A. Peluang 1. Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan provinsi 0, , Adanya penangkar bibit daerah 0, , Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik 0, ,369 B. Ancaman 1. Pemeliharaan hutan rakyat kurang intensif 0, , Masih adanya tanah guntai 0, , Kurangnya regenerasi petani hutan rakyat 0, ,150 Jumlah 2,385 Hasil penilaian bobot terhadap faktor eksternal (peluang dan ancaman) pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta seperti pada Tabel 4 menunjukan bahwa faktor eksternal peluang adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan provinsi mempunyai derajat kepentingan relatif lebih tinggi dari pada faktor adanya penangkar bibit daerah dan faktor prospek ekonomi hutan rakyat. Sedangkan faktor adanya penangkar bibit daerah mempunyai derajat kepentingan relatif lebih tinggi dari pada faktor prospek ekonomi hutan rakyat. Faktor adanya

16 sumber dana dari pemerintah pusat dan provinsi memiliki nilai bobot 0,262. Faktor adanya penangkar bibit daerah memiliki nilai bobot 0,139. Faktor prospek ekonomi hutan rakyat memiliki nilai bobot 0,123. Faktor eksternal ancaman pemeliharaan hutan rakyat kurang intensif memiliki derajat kepentingan yang paling tinggi, dibandingkan faktor ancaman yang lainnya. Faktor pemeliharaan hutan rakyat kurang intensif memiliki nilai bobot 0,242. Faktor masih adanya tanah guntai memiliki nilai bobot 0,159. Faktor kurangnya regenerasi petani hutan rakyat memiliki nilai bobot 0,075. Hasil penilaian peringkat terhadap faktor eksternal peluang menunjukan bahwa faktor yang memiliki peluang sangat besar dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta adalah faktor adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan provinsi dengan nilai peringkat 4. Sedangkan faktor adanya penangkar bibit daerah dan faktor prospek ekonomi hutan rakyat memiliki peluang yang lebih kecil dengan nlai peringkat 3. Sedangkan hasil penilaian peringkat terhadap faktor eksternal ancaman menunjukan bahwa faktor pemeliharaan hutan rakyat yang kurang intensif dan faktor masih adanya tanah guntai memiliki nilai peringkat yang sama yaitu 1, yang berari kedua faktor ancaman tersebut pengaruhnya sangat kuat dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta. Sedangkan faktor ancaman kurangnya regenerasi petani hutan rakyat memiliki nilai peringkat 1, artinya pengaruh faktor ini agak kuat. Total skor faktor eksternal sebesar 2,385 (di atas nilai rata-rata 2,5). Hal ini berarti kondisi faktor ekternal peluang dan ancaman dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta pada saat ini mendapat respon cukup baik.

17 Nilai bobot masing-masing faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) digunakan dalam analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk menentukan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta Alternatif Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta Perumusan alternatif strategi dengan analisis SWOT merupakan gabungan antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor eksternal (peluang dan ancaman), yang terdiri dari : 1) gabungan faktor kekuatan/strengthpeluang/opportunity (S-O), 2) gabungan faktor kelemahan/weaknesspeluang/opportunity (W-O), 3) gabungan faktor kekuatan/strengthancaman/threats (S-T), dan 4) gabungan faktor kelemahan/weaknessancaman/threats (W-T). Berdasarkan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta yang telah teridentifikasi, maka dengan menggunakan analisis SWOT dapat dirumuskan 7 (tujuh) alternatif strategi terdiri dari : a) 2 strategi yang merupakan gabungan faktor kekuatanpeluang (S-O), b) 1 strategi yang merupakan gabungan faktor kelemahanpeluang (W-O), c) 3 strategi yang merupakan gabungan faktor kekuatan-ancaman (S-T), dan c) 1 strategi yang merupakan gabungan faktor kelemahan-ancaman (W- T). Secara lengkap alternatif strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta dapat dilihat pada matriks SWOT seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks Analisis SWOT Perumusan Alternatif Strategi Pembangunan Hutan Rakyat Di Kabupaten Purwakarta

18 Faktor Internal Faktor Eksternal Peluang (O) O1=Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan provinsi O2=Adanya penangkar bibit daerah O3=Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik Ancaman (T) T1=Pemeliharaan hutan rakyat kurang intensif T2=Masih adanya tanah guntai T3=Kurangnya regenerasi petani hutan rakyat Kekuatan (S) S1=Komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan. S2=Adanya tenaga Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) S3=Adanya UPTD Penelitian dan Pengembangan Strategi S-O 1. Menggunakan komitmen pemerintah daerah untuk menyerap dana pusat dan provinsi untuk pengembangan hutan rakyat (S1-O1) 2. Membangun kemitraan antara UPTD Penelitian dan Pengembangan dengan penangkar bibit daerah (S3-O2) Strategi S-T 1. Menggunakan peranan pemerintah daerah dalam menangani hutan rakyat pada tanah guntai (S1-T2) 2. Meningkatkan penyuluhan mengenai pemeliharaan hutan rakyat (S2-T1) 3. Melakukan penelitian dan pengembangan teknik budidaya dan pemeliharaan hutan rakyat (S3-T1) Kelemahan (W) W1=Belum adanya Peraturan Daerah tentang hutan rakyat W2=Data lahan kritis/lahan potensi hutan rakyat belum akurat W3=Kurangnya sarana prasarana penunjang Strategi W-O 1. Penyusunan data lahan kritis/ lahan potensi hutan rakyat dengan memanfaatkan dana pusat dan provinsi (W2-O1) Strategi W-T 1. Memanfaatkan sarana prasarana yang ada dalam rangka sosialisasi hutan rakyat kepada generasi muda (W3-T3) Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui 7 (tujuh) alternatif strategi yang dapat dirumuskan dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta adalah sebagai berikut : a. Strategi S-O, yang merupakan penggabungan antara faktor kekuatan/strength dengan faktor peluang/opportunity. Alternatif strategi S-O adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan komitmen pemerintah daerah untuk menyerap dana pusat dan provinsi untuk pengembangan hutan rakyat. Strategi ini dirumuskan dengan menggunakan faktor kekuatan komitmen pemerintah daerah

19 terhadap pembangunan kehutanan, dan menangkap peluang adanya sumber dana dari Pemerintah Pusat dan Provinsi Jawa Barat yang dialokasikan untuk program pembangunan hutan rakyat di tingkat kabupaten. 2. Membangun kemitraan antara UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Penelitian dan Pengembangan dengan penangkar bibit daerah. Perumusan strategi ini yaitu dengan memanfaatkan faktor kekuatan adanya UPTD Penelitian dan Pengembangan, dan menangkap peluang adanya penangkar bibit daerah yang ada di wilayah Kabupaten Purwakarta. Adanya kemitraan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam penyediaan bibit yang berkualitas baik untuk kegiatan pembangunan hutan rakyat. b. Strategi W-O, yang merupakan penggabungan antara faktor kelemahan/weakness dengan faktor peluang/opportunity. Alternatif strategi W-O adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan data lahan kritis/lahan potensi hutan rakyat dengan memanfaatkan dana pusat dan provinsi. Strategi ini dirumuskan dengan mempertimbangkan faktor kelemahan data lahan kritis/lahan potensi hutan rakyat yang belum akurat, yang akan diatasi dengan menangkap peluang adanya sumber dana dari Pemerintah Pusat dan Provinsi Jawa Barat. Mengalokasikan dana untuk membuat data lahan potensi hutan rakyat yang akurat akan sangat berguna bagi penyusunan perencanaan pembangunan hutan rakyat.

20 c. Strategi S-T, yang merupakan penggabungan antara faktor kekuatan/strength dengan faktor ancaman/threat. Alternatif strategi S-T adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan peranan pemerintah daerah dalam menangani hutan rakyat pada tanah guntai. Strategi ini dirumuskan dengan menggunakan faktor kekuatan komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan, untuk mengatasi ancaman faktor adanya tanah guntai. Pemerintah daerah dapat menjadi perantara atau mediator antara pemilik lahan dengan petani penggarap dalam membuat sebuah kesepakatan yang berhubungan dengan penggunaan lahan untuk hutan rakyat. Isi kesepakatan itu berasal dari kedua belah pihak pemilik dan penggarap, yang dapat berisi mengenai jaminan alih fungsi lahan dan bagi hasil tanaman hutan rakyat. 2. Meningkatkan penyuluhan mengenai pemeliharaan hutan rakyat. Strategi ini merupakan penggabungan antara faktor kekuatan adanya tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan), untuk mengatasi ancaman pemeliharaan hutan rakyat yang kurang intensif. Frekunsi dan materi penyuluhan mengenai pemeliharaan hutan rakyat harus lebih ditingkatkan sehingga petani termotivasi untuk memelihara hutan rakyat secara lebih intensif. 3. Melakukan penelitian dan pengembangan teknik budidaya dan pemeliharaan hutan rakyat. Strategi ini dirumuskan dengan melihat faktor kekuatan adanya UPTD Penelitian dan Pengembangan, untuk mengatasi ancaman faktor pemeliharaan hutan rakyat yang masih kurang intensif. UPTD Penelitian dan Pengembangan ini dapat melakukan penelitian dan pengembangan mengenai teknik-teknik budidaya dan pemeliharaan hutan rakyat, yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat/petani. Penelitian dan

21 pengembangan diarahkan untuk menghasilkan teknologi budidaya dan pemeliharaan hutan rakyat yang murah dan dapat diterima oleh petani. d. Strategi W-T, yang merupakan penggabungan antara faktor kelemahan/weakness dengan faktor ancaman/threat. Alternatif strategi W-T adalah sebagai berikut : 1. Memanfaatkan sarana prasarana yang ada dalam rangka sosialisasi hutan rakyat kepada generasi muda. Strategi ini dirumuskan dengan meminimalkan kelemahan kurangnya sarana prasarana penunjang yang dimiliki, untuk mengatasi ancaman pemeliharaan hutan rakyat yang kurang intensif oleh petani. Pemanfaatan sarana prasarana penunjang yang ada saat ini, seperti kendaraan operasional PKL, harus lebih dioptimalkan untuk memotivasi petani agar memelihara dan mengelola hutan rakyat secara lebih intensif Prioritas Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta Perumusan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta dengan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix), yang merupakan lanjutan dari analisis perumusan alternatif strategi dengan analisis SWOT. Strategi yang mempunyai total nilai kemenarikan relatif (Total Attractive Score/TAS) tertinggi merupakan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat yang utama.

22 Dengan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) dapat diketahui urutan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Prioritas Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta Berdasarkan Hasil Analisis QSPM. No Strategi TAS Prioritas 1. Menggunakan komitmen pemerintah daerah untuk menyerap dana pusat dan provinsi untuk pengembangan hutan rakyat. 7, Membangun kemitraan antara UPTD Penelitian dan 6,263 4 Pengembangan dengan penangkar bibit daerah. 3. Penyusunan data lahan kritis/lahan potensi hutan rakyat 5,476 6 dengan memanfaatkan dana pusat dan provinsi. 4. Menggunakan peranan pemerintah daerah dalam menangani 5,718 5 hutan rakyat pada tanah guntai. 5. Meningkatkan penyuluhan mengenai pemeliharaan hutan 6,551 2 rakyat. 6. Melakukan penelitian dan pengembangan teknik budidaya dan pemeliharaan hutan rakyat. 6, Memanfaatkan sarana prasarana yang ada dalam rangka 5,281 7 sosialisasi hutan rakyat kepada generasi muda. Berdasarkan Tabel 6 dapat dirumuskan 3 (tiga) prioritas strategi tertinggi atau strategi utama pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta, sebagai berikut : 1. Menggunakan komitmen pemerintah daerah untuk menyerap dana pusat dan provinsi untuk pengembangan hutan rakyat. 2. Meningkatkan penyuluhan mengenai pemeliharaan hutan rakyat. 3. Melakukan penelitian dan pengembangan teknik budidaya dan pemeliharaan hutan rakyat. Sedangkan strategi lainnya tidak termasuk prioritas strategi utama dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta. Strategi-strategi tersebut adalah :

23 1. Membangun kemitraan antara UPTD Penelitian dan Pengembangan dengan penangkar bibit daerah. 2. Menggunakan peranan pemerintah daerah dalam menangani hutan rakyat pada tanah guntai. 3. Penyusunan data lahan kritis/lahan potensi hutan rakyat dengan memanfaatkan dana pusat dan provinsi. 4. Memanfaatkan sarana prasarana yang ada dalam rangka sosialisasi hutan rakyat kepada generasi muda. Strategi yang memiliki nilai TAS (Total Attractive Score) tertinggi sebesar 7,001 adalah menggunakan komitmen pemerintah daerah untuk menyerap dana pusat dan provinsi untuk pengembangan hutan rakyat. Perumusan strategi ini menjadi strategi utama dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta sangat tepat. Hal ini mengingat komitmen pemerintah daerah sangat menentukan dalam alokasi penggunaan dana atau anggaran untuk pembangunan, apakah pembangunan dititikberatkan pada urusan pendidikan, kesehatan, pembangunan jalan, pertanian, kehutanan atau yang lainnya. Di sisi lain pembangunan hutan rakyat memerlukan biaya atau anggaran yang sangat besar, sedangkan kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Purwakarta untuk pembangunan kehutanan sangat terbatas. Strategi ini juga dapat dimanfaatkan dalam upaya pengembangan hutan rakyat di daerah ke arah diversifikasi usaha tani hutan rakyat untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani atau masyarakat. Strategi lain yang menjadi prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta adalah meningkatkan penyuluhan mengenai pemeliharaan

24 hutan rakyat dengan nilai TAS sebesar 6,551. Strategi ini lebih dititikberatkan pada upaya meningkatkan motivasi dan kemampuan petani untuk melaksanakan pemeliharaan hutan rakyat secara intensif sehingga tingkat keberhasilan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta menjadi sangat baik secara merata. Peran PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) sangat penting dalam strategi ini untuk memberikan pemahaman pentingnya pemeliharaan hutan rakyat kepada petani. Sampai dengan saat ini masih ada petani hutan rakyat yang beranggapan bahwa tanaman kayu-kayuan dapat tumbuh tanpa perlu pemeliharaan yang intensif setelah pelaksanaan penanaman. Penyuluhan juga harus dapat memotivasi petani sehingga petani secara sadar dan atas keinginan sendiri melakukan pemeliharaan hutan rakyat. Strategi ketiga yang menjadi prioritas strategi adalah melakukan penelitian dan pengembangan teknik budidaya dan pemeliharaan hutan rakyat. Hampir sama dengan strategi kedua, strategi ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemeliharaan hutan rakyat guna mencapai hasil yang lebih baik. Secara teknis pemeliharaan memang merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan hutan rakyat. Penelitian-penelitian dan pengembangan teknik pemeliharaan tanaman hutan rakyat sudah banyak dilaksanakan seperti penelitian tentang pemupukan, pengendalian gulma dan hama penyakit, dan pembersihan lahan. Penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan oleh UPTD Penelitian dan Pengembangan Dinas diarahkan untuk menghasilkan teknik pemeliharaan dan teknik budidaya usaha tani hutan rakyat yang sesuai dengan keadaan daerah, keadaan dan perilaku petani, dan faktor sosial ekonomi petani hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta.

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi kehidupan manusia baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Dalam Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 disebutkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 48 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN/KOTA UNTUK KEGIATAN PENANAMAN MASSAL DALAM RANGKA PROGRAM GREEN SCHOOL

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pendekatan pembangunan yang sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi selama ini, telah banyak menimbulkan masalah pembangunan yang semakin besar dan kompleks, semakin melebarnya

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian campuran (mixed methods research design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS BAB II PERENCANAAN STRATEGIS 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai modal dasar pembangunan perlu dipertahankan keberadaannya dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Luas kawasan hutan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai modal pembanguan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi,

Lebih terperinci

DAFTAR IS1

DAFTAR IS1 DAFTAR IS1 Halarnan KATA PENGANTAR... i DAFTAR IS1... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. ldentifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan

Lebih terperinci

MENYOAL PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POTENSI DI ERA OTONOMI. Oleh : Eddy Suryanto, HP. Fakultas Hukum UNISRI Surakarta

MENYOAL PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POTENSI DI ERA OTONOMI. Oleh : Eddy Suryanto, HP. Fakultas Hukum UNISRI Surakarta MENYOAL PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POTENSI DI ERA OTONOMI Oleh : Eddy Suryanto, HP. Fakultas Hukum UNISRI Surakarta ABSTRAK : Arah kebijakan pembangunan hutan rakyat diarahkan pada wilayah-wilayah prioritas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki keleluasaan untuk mengelola daerah dan sumberdaya alam yang ada di daerahnya. Dengan keleluasaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Fungsi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pia Apple Pie yang berada di Jalan Pangrango 10 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang lingkup wilayah kerja Dinas Perkebunan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Pertanian

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Jenis Kajian Ditinjau dari aspek tujuan penelitian, kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode deskriptif

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN 7 Latar Belakang Tekanan terhadap sumberdaya hutan menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan, sehingga sumberdaya hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. Tekanan yang

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung oleh wawancara terhadap para responden dan informasi-informasi yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah adalah Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat. Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara, antara lain untuk menciptakan kesejahteraan

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK Hutan rakyat sudah lama ada dan terus berkembang di masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari hutan rakyat sangat dirasakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kekayaan alam bangsa Indonesia yang menjadi aset berharga dalam mendatangkan devisa bagi negara, sehingga dapat memberi kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2014 1. Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi, Dinas Kean mempunyai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

IV. ANALISIS KEBERHASILAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta

IV. ANALISIS KEBERHASILAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta IV. ANALISIS KEBERHASILAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta Hasil penilaian yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan penyakit ekonomi pada suatu daerah yang harus di tanggulangi. Kemiskinan akan menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor industri suatu negara dapat dijadikan salah satu indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah berlangsung di negara maju menunjukkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, Depok. Pemilihan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 106 Tahun 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS UNTUK GERAKAN REHABILITASI LAHAN KRITIS TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM 6.1 Kelemahan Sumber Daya Manusia Dari hasil survei dapat digambarkan karakteristik responden sebagai berikut : anggota kelompok tani hutan (KTH)

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar obat potensial (Pharos, 2008) Hingga saat

Lebih terperinci

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 2.1.1 Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi,

Lebih terperinci

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013 2.1.1 Visi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta menjawab tantangan lingkungan stratejik yang dihadapi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah PT Godongijo Asri yang beralamat di Desa Serua, Kecamatan Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM 2016-2020 Tugas Pokok : Fungsi : Visi : Misi : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kean dan 1. Merumuskan kebijakan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi 2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Sayuran Organik Pertanian organik adalah salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan serta menghindari penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

VISI Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto adalah :

VISI Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto adalah : VISI Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto adalah : Terwujudnya Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam, Produktivitas Perkebunan yang Berwawasan Agribisnis dan Pemberdayaan Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

VI. PERUMUSAN STRATEGI

VI. PERUMUSAN STRATEGI VI. PERUMUSAN STRATEGI 6.1. Analisis Lingkungan Dalam menentukan alternatif tindakan atau kebijakan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, dibutuhkan suatu kerangka kerja yang logis. Analisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan kawasan hutan di Jawa Timur, sampai dengan saat ini masih belum dapat mencapai ketentuan minimal luas kawasan sebagaimana amanat Undang-Undang nomor 41

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mitra Alam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI 7.1 Analisis Lingkungan Perusahaan Hasil analisis lingkungan perusahaan dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan wawancara secara

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 106 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 106 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 106 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN UNTUK GERAKAN REHABILITASI LAHAN KRITIS (GRLK) TAHUN ANGGARAN 2009 DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BAB 2 Perencanaan Kinerja BAB 2 Perencanaan Kinerja 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kean Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran Halaman 1 Foto-Foto Penelitian... 81 xvi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan visi dan misi Provinsi Bali tahun 2009, prioritas pembangunan Provinsi Bali sesuai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Km 10, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN VII PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN 7.1 Tahap Pengumpulan Data (Input Stage) Tahap input merupakan tahapan pertama dalam proses perumusan strategi. Tahap ini menganalisis faktor-faktor kekuatan, kelemahan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT 1 GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya hutan pada masa lalu banyak menimbulkan kerugian baik secara sosial, ekonomi, dan ekologi. Laju angka kerusakan hutan tropis Indonesia pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 8 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hutan. Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan hutan terluas di dunia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hutan. Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan hutan terluas di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, hutan merupakan vegetasi alami utama dan salah satu sumber daya alam yang sangat penting. Menurut UU No. 5 tahun 1967 hutan didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perusahaan Jamur NAD terdiri dari dua unit bisnis yaitu usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP.. iii ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP.. iii ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... HALAMAN PENGESAHAN......... i ii RIWAYAT HIDUP.. iii ABSTRAK...... ABSTRACT...... KATA PENGANTAR. iv v vi DAFTAR ISI...... vii DAFTAR TABEL.... viii DAFTAR GAMBAR.......

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada produksi karet remah di PT ADEI Crumb Rubber Industry yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR Disusun Oleh : SYAIFUL HABIB A 14105713 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp) BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 3.1. Program dan Kegiatan Dinas Pertanian Tahun 2008 Program yang akan dilaksanakan Dinas Pertanian Tahun 2008 berdasarkan Prioritas Pembangunan Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Mulia Lestari adalah salah satu perusahaan tekstil terkemuka yang beralamatkan di Jl. Cibaligo no. 70 Cimindi-Cimahi. Produk yang dihasilkan adalah kain rajut, yang sebagian besar adalah berbentuk

Lebih terperinci

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun 2018 Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta 1. K O N D I S I GEOGRAFI WILAYAH 1.1 Gambaran umum Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Keadilan diartikan sebagai keadilan antar kelompok masyarakat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan kopi bubuk Inkopas Sejahtera, Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja, karena adanya pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada restoran iga bakar Mang Opan yang terletak di Jl. Adhyaksa II No.1A, Buah Batu, Bandung. Pemilihan tempat dilakukan

Lebih terperinci

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Semestaguna Food & Beverage. Perusahaan tersebut beralamat di JL.Ring Road, Bogor Utara, Taman Yasmin. Kota Bogor. Penelitian akan dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis merupakan sektor yang paling penting di hampir semua negara berkembang. Sektor pertanian ternyata dapat

Lebih terperinci