BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh gambaran perusahaan industri PT. Asahimas Flat Glass Tbk., Berdasarkan pengumpulan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dari lapangan serta keteranganketerangan yang diperoleh dari beberapa karyawan yang berhubungan dengan tujuan penelitian, maka data ini selanjutnya akan diproses sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas pada bab terdahulu Gambaran Umum Perusahaan PT Asahimas Flat Glass Tbk adalah sebuah perusahaan persero yang merupakan perusahaan berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) yang didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 4 tanggal 7 Oktober 1971, dan Akta No. 9 tanggal 6 Januari 1972 dengan nama PT Asahimas Flat Glass Co., Ltd. Berdirinya PT Asahimas Flat Glass,Tbk. merupakan perintis dari industri kaca lembaran pertama di Indonesia setelah melakukan joint venture antara PT Roda Mas yang merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang distributor kaca impor dengan Asahi Glass Co., Ltd. yang merupakan perusahaan asing Jepang yang memproduksi kaca. Hal yang mendorong berdirinya PT Asahimas Flat Glass,Tbk. adalah karena diijinkannya modal asing untuk masuk ke Indonesia, serta melihat tingginya permintaan terhadap kaca lembaran di Indonesia, pada saat itu kebutuhan kaca dalam negeri masih diimpor dan tidak ada pabrik yang memproduksi kaca lembaran. 26

2 Pembangunan tungku (pabrik) pertama (F1) di Jakarta tepatnya di Ancol Barat dimulai pada Januari 1972, mulai berproduksi pada tanggal 26 April 1973 dan diresmikan tanggal 16 Juli 1973 dengan luas tanah sekitar 42 Ha. Modal awal sebesar US $ , kapasitas awal produksi sebesar ± ton setahun dan hanya memproduksi kaca lembaran polos yang disebut dengan float (FL) dengan ketebalan 2-6 mm, dan menggunakan proses Four Cault Process. Pada bulan Oktober dilakukan modifikasi tungku pertama, dan dilakukan pula pembangunan tungku kedua (F2) untuk menaikan kapasitas produksi karena permintaan kaca semakin meningkat. Kapasitas tungku kedua adalah sebanyak ton setahun, dan juga tetap menggunakan proses Four Cault Process. Tahun 1981 pada bulan April didirikan tungku ketiga (F3) karena permintaan kaca dari luar negeri semakin meningkat terutama pada kebutuhan kaca yang berukuran lebih besar dan tebal dengan kualitas yang tinggi. Kapasitas tungku ketiga ini sebanyak ton per tahun dengan tebal kaca 2-19 mm dengan lebar ± 140 inci. Namun proses yang digunakan tidak seperti pada tungku pertama dan kedua, melainkan menggunakan proses baru yang disebut dengan Float Process atau proses pengambangan kaca diatas timah. Pergantian teknik yang lama dikarenakan proses Four Cault Process dianggap tidak efisien karena kaca dibuat dengan menarik molten glass ke atas untuk dibentuk menjadi kaca lembaran, namun cara ini membuat permukaan kaca menjadi bergelombang, sehingga cara tersebut tidak digunakan lagi dan digantikan dengan Float Process. Pada Oktober 1990 dibangun tungku keempat (F4) yang menggunakan teknik Float Process sama seperti pada F3. Produksi pertama F4 adalah pada Februari 1993 dengan memproduksi jenis kaca Stopsol (kaca reflektif). Kapasitas produksi pada F4 bisa mencapai ton per tahun. Karena teknologi pada F1 dan F2 tidak secanggih pada F3 dan F4, maka produksi di F1 dan F2 dihentikan atau dengan kata lain tungku F1 dan F2 tidak digunakan lagi. PT Asahimas Flat Glass Tbk mulai memproduksi kaca pengaman (Safety Glass) sejak 1976 dengan kapasitas produksi sebesar m²/tahun, sedangkan untuk jenis kaca cermin (mirror) mulai diproduksi sejak tahun 1986 dengan kapasitas produksi sebesar m²/tahun. 27

3 PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. membangun kembali 2 buah pabrik yang terletak di Surabaya dan Cikampek. Pabrik di Surabaya berada di Desa Taman, Sidoarjo dengan luas tanah 50 Ha, yang terdapat dua tungku yaitu : 1. A1 dibangun Juni,1985 (mulai produksi pada maret 1987) 2. A2 dibangun Januari 1996 (mulai produksi pada Juli 1997) memproduksi ton/tahun dengan menggunkan teknik pembuatan kaca melalui proses Float Process dan memproduksi jenis kaca seperti pada pabrik di Jakarta. Sedangkan pabrik di Cikampek tidak memiliki tungku karena disana hanya memproduksi jenis kaca pengaman (Safety Glass) yang menggunakan bahan baku kaca lembaran dari pabrik di Jakarta. Pabrik di Cikampek dibangun pada Maret 1997 dan mulai berproduksi pada Februari Pada tahun 1991, PT.Asahimas Flat Glass Co.,Ltd. melakukan merger dengan PT. Purnomo Sejati Indonesia (pabrik kaca di Sidoarjo), PT. Asahimas Jaya Safety Glass Co., Ltd. (pabrik kaca pengaman) dan PT. Danta Prima (pabrik kaca cermin) sehingga bernama PT. Asahimas Flat Glass Co,. Ltd. Pada bulan Oktober 1995 perusahaan ini mulai Go Public dengan menjual sahamnya ke masyarakat umum. Akhir tahun 1998, perusahaan ini berganti nama menjadi PT. Asahimas Flat Glass Tbk., dengan presentasi kepemilikan saham dari PT. Asahimas saat ini adalah Asahi Glass Co,.Ltd. (43,86 %), PT. Rodamas (40,80%), koperasi karyawan (0,38 %) dan masyarakat (14,96 %) Visi & Misi Prusahaan Visi Perusahaan : Menjadi perusahaan manufactur terkemuka dan pemasok kaca secara global beserta produk lain yang terkait. Misi Perusahaan : Membangun dunia sebagai tempat yang lebih baik untuk hidup. 28

4 4.1.3 Kebijakan Mutu Perusahaan PT. Asahimas Flat Glass Tbk., sebagai perusahaan yang memproduksi kaca lembaran, mirror, kaca otomotif berkomitmen untuk selalu melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap semua sumber daya dalam rangka mengedepankan kepuasan pelanggan. Serta berusaha untuk menyediakan tempat kerja yang baik, aman, nyaman dan sehat serta memelihara lingkungan untuk terjaminnya kepentingan generasi dimasa kini dan masa depan. Pimpinan dan semua karyawan PT. Asahimas Flat Glass Tbk., Akan menerapkan kebijakan ini dan bertanggung jawab untuk semua aspek tersebut dibawah ini : 1. Patuh terhadap peratuan pemerintah dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan serta K3 yang berdampak kepada karyawan dan masyarakat. 2. Terus berusaha untuk meningkatkan keuntungan dan memberikan nilai tambah ke pelanggan dengan memproduksi komponen yang berkualitas tinggi 3. Terciptanya perancangan pencegahan polusi dan metoda yang sesuai untuk fasilitas yang ada yang secara teknis dan ekonomis dimungkinkan. Serta memberikan kesadaran kepada semua karyawan untuk aktif dalam merencanakan pencegahan. 4. Terjalinnya hubungan industrial yang dinamis untuk mencapai keseimbangan diarea kerja dan memperkenalkan kepada karyawan, menyediakan jasa dan pengunjung untuk selalu hidup sehat dan berbudaya sehat. 29

5 4.1.4 Struktur Organisasi Struktur organisasi PT. Asahimas Flat Glass Tbk., dapat dilihat pada gambar. Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Asahimas Flat Glass Tbk. 30

6 4.1.5 Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terlibat di PT. Asahimas Flat Glass Tbk., merupakan tenaga kerja terbaik dari berbagai daerah di seluruh indonesia. Meskipun didominasi dari pulau jawa Jenis Produksi Produk yang dihasilkan oleh PT. Asahimas Flat Glass. Tbk., yang difokuskan pada produksi hot F3 adalah kaca Clear glass, dimana setiap harinya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen, yang terdiri dari macam produk yaitu : 1. Mirror glass 2. Otomotif glass 3. Safety glass Proses Produksi Hot Proses Pada bagian hot process terbagi menjadi beberapa tahap yaitu melting dan drawing. Batch house, melter dan refiner merupakan bagian dari melting sedangkan drawing terdiri dari alat utama berupa metal batch dan lehr Batch House Batch house merupakan unit yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan campuran batch dan cullet untuk dilebur bersama di dalam furnace pada proses selanjutnya. Batch adalah campuran dari semua raw material padat yang siap dilebur bersama cullet dalam furnace, sedangkan cullet merupakan pecahan kaca yang akan dilebur bersama batch. Sebelum unit batch house, terdapat unit raw material yang berfungsi menyediakan bahan baku untuk campuran batch dan cullet. Di dalam unit batch house terdapat silo yang digunakan sebagai tempat menampung bahan baku yang siap digunakan untuk proses produksi Proses penimbangan (scaling) Proses penimbangan dilakukan untuk seluruh bahan baku dengan menggunakan timbangan (scale) yang berbeda-beda. Sebelum ditimbang, proses pengayakan 31

7 bahan baku dilakukan terlebih dahulu. Bahan baku yang diayak terlebih dahulu adalah pasir silika, dolomite, salt cake dan feldspar. Proses pengayakan ini bertujuan untuk memisahkan material yang ukuran butirannya tidak sesuai persyaratan serta memisahkan pengotor dari bahan baku Proses Pencampuran (mixing) Pada unit batch house terdapat dua jenis pencampuran yaitu pencampuran antar bahan baku seperti pasirsilika, dolomite, soda ash, saltcake, feldspar, dan calumite untuk membentuk campuran batch serta pencampuran campuran batch dengan cullet. Gambar 4.2. Jalur transportasi bahan baku di batch house Melter dan Refiner Setelah bahan-bahan bercampur di dalam batch house, selanjutnya akan masuk ke dalam tahap melting. Proses ini dimulai ketika bahan-bahan baku (batch dan cullet) dimasukkan ke dalam tungku pembakaran (furnace). Proses melting terdiri dari 2, yaitu melter dan refiner. Melter berperan dalam proses peleburan bahan baku yang berupa campuran batch dan cullet. Dalam proses ini akan dihasilkan 32

8 molten glass. Setelah keluar dari melter, maka molten glass akan masuk ke dalam refiner yang berfungsi untuk membuat kondisi molten glass lebih baik Mekanisme Proses Peleburan Proses peleburan material bahan baku di dalam furnace terbagi menjadi empat tahap yaitu primary melting stage, fining stage, stirring and skimming, serta refining. a. Primary melting stage Pada tahap primary melting, seluruh material bahan baku, baik campuran batch maupun cullet, masuk ke dalam furnace dan mulai dilebur membentuk molten glass. Untuk memasukan material ke dalam melter furnace digunakan pan feeder. Material yang dijatuhkan oleh pan feeder ke dalam melter akan membentuk batch pile dan siap untuk dilebur. b. Finingstage Fining stage merupakan tahap pelepasan gelembung (bubble) yang terdapat di dalam molten glass. Gelembung (bubble) berasal dari hasil reaksi-reaksi yang terjadi selama primary melting stage. Apabila bubble tidak terlepas dari molten glass maka dapat mengakibatkan terjadinya defect pada kaca. c. Stirring dan skimming Tahap stirring dan skimming terjadi pada bagian neck. Stirring merupakan proses pengadukan yang bertujuan menghomogenkan molten glass. Proses ini dilakukan dengan bantuan strirrer. Pada daerah neck, terdapat 6 buah stirrer. Stirrer berbentuk seperti dayung dengan blade berbentuk paddle simetris. Alat ini akan mengaduk molten glass sehingga molten glass menjadi semakin homogen. d. Refining stage Refining adalah tahap akhir dari proses peleburan material. Pada tahap ini, temperatur molten glass diatur dan dijaga sehingga dapat 33

9 memasuki metal bath untuk dibentuk lebar dan tebalnya. ditunjukkan pada gambar 4.3 OHC Bubbler Stirrer Batch Pile NSB NSB Batch Pile Primary Melting Stage Fining Stage Stirring & Skimming Canal Figure OHC Refining Stage Gambar 4.3 Pola aliran molten glass dalam furnace Proses Pembentukan (Drawing atau Forming) Setelah mengalami proses peleburan, molten glass akan mengalami proses pembentukan sehingga pada akhirnya dihasilkan kaca dengan lebar dan ketebalan tertentu. Proses pembentukan terjadi di dalam kolam timah yang disebut dengan metal bath Struktur Metal bath Kolam timah atau metal bath dapat dibagi menjadi 3 struktur yaitu : 1. bottom structure 2. roof structure 3. side sealing Untuk bagian roof structure metal bath dapat dilihat pada gambar 4.4 Tampak atas metal bath dan pembagian zona heater pada metal bath ditunjukkan pada gambar

10 ELECTRICAL EQUIPMENT BATU SIDE ROOF BATU SIDE ROOF SEALING BOX HEATER SEALING BOX SIDE BLOCK KOLAM TIMAH SIDE BLOCK BOTTOM BLOCK Gambar 4.4 Tampak depan metal bath ( Bottom structure dan side sealing metal bath ) Gambar 4.5 Tampak atas pembagian zona heater pada metal bath Mekanisme Proses Pembentukan dalam Metal bath Metal bath dapat dibagi menjadi 16 bay. Pembagian area di dalam metal bath adalah sebagai berikut: 1. Spout Zone 2. Hot end 3. Re-heat zone 4. Shoulder and narrow 5. Exit zone 35

11 Lehr Setelah kaca dibentuk ketebalan dan lebarnya, selanjutnya kaca akan mengalami proses pendinginan di dalam suatu alat yang disebut lehr. Lehr terdiri dari dua bagian yaitu closed lehr dano pened lehr. Closed lehr dibagi menjadi 12 zona dan opened lehr dibagi menjadi 4 section. Di dalam lehr terdapat 240 roll yang digerakkan oleh motor penggerak. Putaran dari motor akan memberikan kecepatan pada roll-roll tersebut. Kecepatan pada rolltersebut yang disebut kecepatan lehr (lehr speed). Pada bagian closed lehr kaca tidak mengalami kontak langsung dengan udara sedangkan di bagian opened lehr, kaca akan mengalami kontak langsung dengan udara. Proses pendinginan yang terjadi di dalam closed lehr ada2 macam, yaitu proses annealing yang merupakan proses pendinginan secara perlahan-lahan dan proses cooling yang merupakan proses pendinginan secara cepat atau drastis. Annealing dilakukan agar tidak terjadi shock temperatur yang menyebabkan pecahnya kaca sedangkan cooling bertujuan memberikan kekuatan pada kaca. Proses pendinginan sebenarnya tidak terlepas dari adanya efek internal dalam kaca. Lembaran kaca yang telah dibentuk dan keluar dari metal bath tidak memiliki temperatur yang seragam di semua sisi. Bagian pinggir kaca pasti lebih dingin dibandingkan bagian tengah kaca. Perbedaan temperatur tersebut akan mengakibatkan perbedaan kerapatan molekul dibagian pinggir dan bagian tengah kaca. Karena memiliki temperatur yang lebih rendah, maka susunan molekul di bagian pinggir kaca cenderung lebih rapat dibandingkan susunan molekul dibagian tengah kaca. Perbedaan kerapatan molekul ini dapat menyebabkan terjadinya deformasi dimana bagian pinggir kaca akan lebih cepat menyusut dibandingkan bagian tengah. Penyusutan pada bagian pinggir akan menimbulkan gaya tekan (compression) kebagian tengah kaca. Sebagai reaksi terhadap gaya tekan tersebut, bagian tengah kaca akan memberikan gaya tarik (tension) menuju bagian pinggir kaca sehingga strukturnya dapat kembali seperti semula. Gaya tekan-tarik yang terja di dalam kaca disebut dengan strain. Diagram gaya pada kaca ditunjukkan pada gambar

12 compression tension compression compression tension compression Gambar 4.6 Diagram gaya pada kaca Proses pendinginan baik annealing maupun cooling masih erat kaitannya dengan keberadaan strain dalam kaca. Apabila strain terlalu besar hingga melebihi kapasitas kaca maka kaca akan pecah. Besarnya strain dalam kaca sangat bergantung pada kecepatan perubahan temperatur. Oleh sebabitu, diperlukan suatu faktor eksternal yang membuat penurunan temperatur disemua sisi kaca sama. Hal inilah yang menyebabkan proses pendinginan dilakukan secara bertahap terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pendinginan secara cepat. Grafik tensi-kompresi pada kaca ditunjukkan pada gambar 4.10 Kompresi Kompresi Kompresi Netral Tensi Tensi Gambar 4.7 Grafik Tensi Kompresi pada kaca Berdasarkan grafik strain kaca di atas, dapat diketahui bahwa kaca akan mudah dipotong bila besarnya tensisama dengan besarnya kompresi atau berada 37

13 pada garis netral. Jadi, semakin mendekati garis netral, maka semakin mudah kaca dipotong. Agar besarnya kompresi dan tensi seimbang, diperlukan penurunan temperatur secara bertahap yang dilakukan melalui annealing. Apabila proses annealing tidak baik, maka proses cooling menjadi sulit dilakukan. Bahkan, kaca dapat mengalami pecah pada saat proses cooling bila diawali dengan proses annealing yang tidak baik. Mekanisme pendinginan pada closed lehr dilakukan dengan heat exchanger dengan udara luar sebagai fluida pendinginnya. Udara luar yang digunakan dihisap oleh exhaust fan kemudian dialirkan ke dalam pipa-pipa yang disebut ducting. Laju alir udara yang masuk kedalam ducting dapat diatur dengan bukaan dumper, apabila bukaan dumper semakin besar maka penurunan temperatur kaca juga semakin besar. Ducting menggantung pada bagian bawah dan bagian atas dari kaca,dan akan menyerap panas dari atmosfer yang terdapat di sekitar kaca sehingga akan menyebabkan temperatur kaca akan mengalami penurunan. Panas dari kaca akan mengalir menuju udara yang memiliki temperatur lebih rendah yaitu udara yang berada di dalam ducting. Tujuan dari peletakan ducting pada bagian atas dan bawah kaca adalah agar proses pendinginan kaca dapat berlangsung secara merata. Proses annealing diawali ketika kaca berada pada temperatur 540 o C dan diakhiri dengan 480 o C. Dapat diasumsikan, proses annealing terjadi di sepanjang zona 1 sampai zona 6 pada closed lehr. Titik awal dan akhir dari proses annealing bergantung pada jenis kaca. Apabila kaca yang diproduksi bukan sodalime silica, maka annealing tidak dapat diawali pada temperatur 540 C dan diakhiri pada 480 C. Mekanis meproses pendinginan yang terjadi pada area closed lehr ditunjukkan pada gambar

14 Inlet Udara Outlet Outlet Udara Udara Inlet Inlet Udara Udara Outlet Udara Panas dari kaca Panas dari kaca Panas dari kaca KACA Gambar 4.8 Pendinginan pada closed lehr Alat lain yang digunakan pada proses annealing adalah T-burner. T-burner digunakan untuk memanaskan bagian pinggir kaca karena bagian pinggir kaca cenderung lebih dingin dibandingkan kaca bagian tengah. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menyeragamkan temperatur di seluruh bagian kaca. Proses annealing dipengaruhi oleh kecepatan lehr speed. Semakin tinggi kecepatan lehr speed, maka aliran kacas emakin cepat sehingga enyebabkan transfer panas yang terjadi di lehr akan semakin cepat. Setelah zona 6, proses cooling dimulai pada zona 7 sampai 12 pada closed lehr. Kemudian proses dilanjutkan di area opened lehr, proses pendinginan dilakukan melalui kontak langsung antara udara dengan kaca. Di area ini, udara yang berasal dari forced cooling fan. Udara akan disemburkan pada bagian atas dan bawah kaca sehingga terjadi kontak antara udara dengan kaca. Banyaknya udara yang disemburkan bergantung pada bukaan dumper forced cooling fan. Apabila temperatur kaca di area opened lehr masih cukup tinggi, maka bukaan damper akan diperbesar sehingga udara pendingin yang disemburkan lebih banyak. Temperatur akhir kaca yang keluar dari area opened lehr adalah 75 C Cold Process Setelah kaca melewati proses pendinginan di dalam lehr, maka selanjutnya kaca akan memasuki tahap pemotongan, pencucian, dan pengemasan. Seluruh rangkaian proses mulai dari pemotongan hingga pengemasan kaca disebut dengan cold process. 39

15 Take off the guillotine area Setelah kaca melewati lehr, kaca akan memasuki ruang guillotine dengan temperatur sekitar o C. Pada area ini terjadi proses pemecahan kaca secara sengaja apabila kualitas dan tebal kaca tidak memenuhi standar Washing area Pada area ini, kaca akan dicuci dengan cara disemburkan dengan air pencuci. Air pencuci yang digunakan dalam proses pencucian ini ada tiga jenis yaitu hot water, rinse water, dan pure water Darkbooth area Darkbooth area merupakan area pengecekan kaca yang meliputi pengecakan strain, pengecekan tebal dan pengecekan defect yang ada pada kaca. Untuk mengetahui strain pada kaca digunakan 5 unit kamera yang dipakai sebagai strain detector. Untuk mengukur ketebalan kaca digunakan glass thickness. Alat ini bekerja dengan cara menangkap cahaya pada sisi kaca dan membacanya sebagai dua titik dengan jarak tertentu sehingga ketebalan kaca dapat diukur Chemical coating area Setelah melalui area dark booth, kaca memasuki area chemical coating. Proses coating ini bertujuan untuk mencegah terjadinya goresan (scratch) pada kaca. Bahan kimia yang dipakai sebagai pelapis (coating) pada kaca adalah Z ncc, MEA, dan citric acid. Ketiga bahan ini dicampurkan sehingga diperoleh larutan coating. 4.2 Data Jumlah Produksi dan Jumlah Produk Reject Berdasarkan pengamatan proses produksi pada proses pendinginan (Lehr), diperoleh data produksi dan data produk hanya menemukan data reject (pecah) sebagai berikut : 40

16 4.1. Tabel Data Jumlah Produksi dan Reject Tahun 2014 No Bulan Jumlah produksi/ccs Jumlah cacat (pecah)/ccs 1 Januari ,7 2 Februari ,4 3 Maret ,8 4 April ,8 5 Mei ,5 6 Juni ,8 7 Juli Agustus ,2 9 September Oktober ,7 11 November ,3 12 Desember ,4 Total ,6 4.3 Pengolahan Data Setelah dilakukan pengambilan data, selanjutnya dilakukan langkah-langkah penerapan Metode DMAIC untuk memecahkan persoalan dalam penelitian. Langkah-langkah DMAIC yang terdiri dari Define (Pendefinisian masalah), Measure (Mengukur), Analyze (Menganalisis), Improve (Memperbaiki), dan Control (Mengendalikan) diuraikan dibawah ini: Tahap Define (Pendefinisian) Tahap define atau pendefinisian, pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan Critical to Quality (CTQ) untuk mengetahui apa saja yang menjadi karakteristik kualitas kaca lembaran FL 12 mm secara fisik. Kondisi kecacatan fisik kaca lembaran FL 12 mm yang tejadi selama ini adalah. Kondisi ini yang melatar belakangi permasalahan yang terjadi pada produksi kaca lembaran FL 12 mm. Kondisi kecacatan ini yang nantinya digunakan dalam penentuan 41

17 karakteristik kualitas (CTQ). Gambar kondisi kecacatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.9 Karakteristik kualitas (CTQ) Karakteristik kualitas (CTQ) kunci adalah CTQ yang paling berpengaruh terhadap kualitas kaca lembaran FL 12 mm. untuk penentuan karakteristik kualitas (CTQ). kunci adalah dengan data kegagalan fisik kaca lembaran FL 12 mm dari karakteristik yang ada diperoleh pada saat penelitian selama tahun 2014, pengambilan data sampling dilakukan secara sekunder. Langkah selanjutnya adalah pembuatan diagram pareto untuk mengetahui frekuensi kecacatan yang paling tinggi yang nantinya digunakan sebagai karakteristik kualitas (CTQ) kunci Tahap Measure (Mengukur) Data penelitian ini dilakukan di PT. Asahimas Flat Glass Tbk., dengan mengambil data berupa jenis kecacatan pada bagian produksi. Data tersebut di dapatkan dari data reject kaca lembaran FL 12 mm, dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut : 42

18 Tabel 4.2 Data Produksi dan Reject kaca lembaran FL 12 mm tahun 2014 Observasi Produksi (Ccs) Breakage Yield Sigma Januari , ,49 Februari ,4 98,3 4,87 Maret ,8 97,9 4,97 April ,8 97,0 5,15 Mei ,5 96,5 5,20 Juni ,8 99,3 4,42 Juli Agustus ,2 98,8 4,69 September Oktober ,7 98,3 4,87 November ,3 97,8 4,98 Desember ,4 98,0 4,25 Total ,6 98,0 4,75 Pada Tabel 4.2 menjelaskan bahwa laporan produksi pada proses pendinginan di PT. Asahimas Flat Glass Tbk., selama satu tahun memiliki kegagalan sebesar 7628,6 Ccs, yaitu Pecah ( breakage ). Penyebab : Reject ini terjadi dikarenakan kenaikan kapasitas produksi yang tidak diimbangi dengan kapasitas pendinginan yang kurang baik, maka perlu adanya perbaikan Tahap Analyze (Menganalisis) Dari hasil tabel di atas dapat diketahui sebab yang utama dalam terjadinya produk reject adalah faktor breakage ( Pecah ) pada produk kaca lembaran FL 12 mm dengan persentase yang cukup besar yakni mencapai 1,9% dari total produksi maka sebagai langkah awal yang harus dilakukan adalah cacat yang dominan dengan demikian perlu mendapatkan perhatian khusus. Dan untuk mengatasi masalah tersebut, kita harus menganalisa dengan diagram sebab akibat / fishbone sebagai berikut : 43

19 Gambar 4.10 Diagram Sebab Akibat (Fishbone) Faktor penyebab masalah yang terjadi pada gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Faktor Manusia Manusia berperan penting dalam produksi terutama pada proses pembentukan dan pendinginan, karena pada proses ini 85% kontrol dilakukan oleh operator. Oleh karena itu manusia sebagai operator sangat mempengaruhi dalam pembuatan produk. Bagus atau buruknya produk yang dihasilkan ditentuakan oleh operator, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab yaitu : a. Operator kemungkinan saat bekerja tidak konsentrasi sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai. b. Keterampilan tiap operator satu dengan operator lainnya berbeda, ada operator yang mungkin kurang terampil, sehingga produk yang dihasilkan tidak sesuai. Kurangnya kelelitian tiap operator juga berbeda, yang mengakibatkan hasil produksi yang tidak sesuai. c. Kesehatan Operator terkadang kurang memadai untuk melakukan kegiatan kerja, yang mungkin akibat kelelahan yang berlebihan akibat beban kerja yang terlalu banyak. 44

20 2. Faktor Mesin Mesin yang diguanakan biasanya dapat menyebabkan beberapa kesalahan, kesalahan tersebut dapat terjadi diantaranya : a. Perawatan peralatan, dumper, dan exhaust yang kurang teratur biasanya akan mengakibatkan kemampuan mesin dalam poses produksi berkurang. b. Perubahan pola pendinginan pada saat produksi kaca lembaran FL 12 mm sehingga kapasitas pendinginan menjadi kurang mengakibatkan terjadinya pecah. 3. Faktor Metode Perbedaan kemampuan dan skill individu pada setiap operator menyebabkan system kerja yang sudah ada kurang berjalan dengan baik, sehingga akan mempengaruhi hasil produksi. 4. Faktor Material Komposisi dari bahan baku juga sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan. Jika bahan baku tidak sesuai maka akan menimbulkan berbagai macam defect dalam proses peleburan, sehingga ketika mencapai tahap pendinginan kaca lembaran akan mengalami pecah karena defect, sehingga menyebabkan terjadinya reject. 5. Faktor Lingkungan Dimana faktor lingkungan akan mempengaruhi kegiatan produksi. seperti sebagai berikut: a. Suara bising dapat mempengaruhi konsentrasi karyawan, dan dilihat dari segi kesehatan akan menimbulkan efek gangguan pendengaran dalam jangku waktu lama. b. Karena merupakan bagian dari HOT proses, Ruangan produksi memliki temperature yang cukup tinggi / panas sehingga akan mengakibatkan konsentarsi para karyawan menurun dan mudah mengalami kelelahan. 45

21 4.3.4 Tahap Improve ( Perbaikan ) Pada tahap ini dilakukan rencana perbaikan dengan metode 5 W+1 H (What, why, When, Where, Who, How). Berikut adalah tabel rencana perbaikan masalah untuk terjadinya produk cacat pecah yang didapatkan dari hasil pengolahan data pada diagram sebab akibat (fishbone) sebelumnya. Tabel 4.3 Data metode 5W + 1H Penyebab dominan Pecah Why What Where When Who How Mengapa perlu diperbaiki Apa rencana perbaikanya Dimana perbaikan dilakukan Kapan perbaikan dilakukan Siapa PIC perbaikan Bagaimana cara perbaikan Intuk Melakukan Produksi 21 Team Menambah mengurangi improve hot F3 februari produksi kapasitas Reject pada proses Line 2015 project pendinginan pendingina pada lehr dan cooling area n dengan proses operator. dengan cara pembuatan memasang slide slide dumper dumper pada exaust no Melaksanakan Perbaikan Dari rencana perbaikan di atas untuk mengurangi cacat (Pecah) yang disebabkan kurangnya kapasitas pendinginan, yang mengakibatkan temperature pada cooling area masih terlalu tinggi, sehingga pada saat kaca lembaran bersentuhan langsung dengan udara luar menjadi pecah. perbaikan yang dilakukan adalah menambah kapasitas pendinginan pada cooling area dengan membuat slide dumper sebagai pemisah antara tahan annealing (pendinginan secara bertahap untuk menyusun pertikel kaca) dan tahap cooling (pendinginan secara cepat) sebagai usaha untuk menambah kapasitas pendinginan pada cooling area. 46

22 Tabel 4.4 Skala Severity Tingkat keseriusan dampak yang Skala Severity ditimbulkan 1 Aman 2 Tidak serius 3 Cukup serius 4 Serius 5 Sangat serius Seberapa serius dampak yang ditimbulkan oleh pecah ditentukan oleh seberapa serius pengaruh yang ditimbulkannya. Adapun skala severity seperti pada table 4.5 dibawah ini Tabel 4.5 Hasil Skala Severity Produk Kaca lembaran FL 12 mm Potential Failure Mode Potential Effect of Failure Severity Kapasitas pendinginan kurang maksimal Pecah 5 Peleburan kurang sempurna Defect 3 Tebal miring Tsv Menganalisis frekuensi terjadinya kegagalan (Occurrence). Occurence failure mode menunjukkan seberapa sering suatu failure mode muncul dan mengakibatkan pecah dalam kurun waktu tertentu. Skala Occurence yang digunakan seperti pada tabel 4.6 dibawah ini. 47

23 Tabel 4.6 Skala Occurrence Skala Occurence Frekuensi Kegagalan Terjadi 1 Hampir tidak pernah terjadi 2 Jarang terjadi 3 Sering terjadi 4 Sangat sering terjadi 5 Hampir pasti terjadi (hampir selalu) Frekuensi kegagalan yang mengakibatkan terjadinya kegagalan (failure mode) Pecah ditentukan oleh frekuensi penyebab kegagalannya. Adapun penentukan skala occurrence. Hasil skala occurrence seperti pada tabel 4.7 dibawah ini. Tabel 4.7 Hasil Skala Occurrence Produk Kaca lembaran FL 12 mm Potential Failure Potential Effect of Mode Failure Occurence Kapasitas pendinginan kurang Pecah 5 maksimal Peleburan kurang sempurna Defect 4 Tebal miring Tsv Menganalisis kesulitan kontrol dilakukan (detection). Pada langkah ini akan dianalisis tingkat kesulitan pengendalian untuk dilakukan. Adapun skala detection yang digunakan adalah skala 1-5 dengan rincian dalam tabel 4.8 dibawah ini. 48

24 Tabel 4.8 Skala Detection Skala Detection Tingkat kesulitan control untuk dilakukan 1 Mudah (ada metode untuk menyelesaikanya) 2 Cukup mudah 3 Sedang 4 Cukup sulit 5 Sulit (hampir tidak mungkin dilakukan) Penentuan skala detection pada kegagalan (failure mode) dilakukan pengukuran terhadap kemampuan mengendalikan / mengontrol kegagalan yang dapat terjadi. Nilai detection dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Hasil Skala Detection Produk Kaca lembaran FL 12 mm Potential Failure Mode Potential Effect of Failure Detection Kapasitas pendinginan kurang maksimal Pecah 4 Peleburan kurang sempurna Defect 3 Tebal miring Tsv 2 Tujuan langkah ini adalah untuk memperoleh urutan tingkat kepentingan dari failure mode. Pada metode FMEA, tingkat kepentingan dihitung dengan menggunakan risk priority number (RPN). RPN dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut : RPN = Severity x Occurrence x Detection 49

25 Tabel 4.10 Tabel FMEA Kaca Lembaran FL 12 mm Dari tabel diatas dapat dilihat mode-mode kegagalan yang menyebabkan cacat pecah : 1. Failure Pecah pada kaca lembaran 12 mm yang terjadi akibat kapasitas pendinginan kurang. Efek dari penyebab kegagalan tersebut adalah berkurangnya produktivitas. Berdasarkan hal tersebut Failure Pecah dibobot nilai : Severity adalah 5 karena akibat yang ditimbulkan sangat berpengaruh terhadap kualitas kaca lembaran FL 12 mm Yang disebabkan oleh Pecah. Occurance adalah 5 dikarenakan frekuensi kegagalan hampir pasti terjadi. Kegagalan kaca lembaran FL 12 mm. Detection adalah 4 karena control untuk dilakukan sulit, pencegahan yang dilakukan seperti pemeriksaan pada mesin masih mungkin mengalami kegagalan. dimana saat proses pendinginan exhaust tidak bekerja secara maksimal. 50

26 Perbaikan dapat dilihat pada gambar 4.11 Sebelum improve Setelah improve Gambar 4.11 Slide Dumper sebelum dan sesudah sebagai pemisah Annealing dan Cooling area Tahap Control (Mengendalikan) Setelah ada perbaikan yang diberikan pada tahap improve, maka langkah selanjutnya adalah pengimplentasian dan pengendalian dari proses perbaikan yang diharapkan. Langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam tahap pengendalian (control) ini adalah: 1. Pembentukan tim khusus yang melakukan analisis lebih mendalam mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya kecacatan pada produk. Pembentukan tim kerja ini, ditunjukan untuk melakukan analisis yang lebih mendalam secara teknis mengenai proses terjadinya cacat dalam proses produksi dan tim ini bukan hanya bekerja sampai masalah selesai tetapi lebih bersipat selamanya sampai pada pengawasan perbaikan kualitas produksi dalam sebuah kecacatan dan evaluasi dari perbaikan yang dilakukan. a. Section Chief Drawing : Riski Kurniawan b. Ass Section Chief Drawing : Inoky S c. Pengawas Lapangan : Alfian Darmawan dan Tommy S. d. Pelaksana : Subeno ( sebagai perwakilan dari 3 shift ). 51

27 2. Perancangan standar baru kerja yang bisa menutupi keterbatasan mesin. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa kontributor terbesar dalam penyebab terjadinya cacat dibagian produksi adalah kesalahan pada mesin dan peralatan. Akan tetapi, permasalahan kualitas pada proses produksi, tidak akan selesai dengan melakukan sekali atau dua kali perbaikan atau modifikasi mesin. 3. Pembuatan SOP yang baru setelah melakukan improve. 52

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Airlangga, Laboratorium Dasar Bersama

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PEMBAHASAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PEMBAHASAN DAN PENGOLAHAN DATA Proses pembuatan kaca di. terbagi menjadi dua proses, yaitu Hot Process dan Cold Process. 4.1. Hot Process Hot Process merupakan awal dari proses pembuatan kaca, dari

Lebih terperinci

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma F289 Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma Milatul Afiah dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-291 Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma Milatul Afiah dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN. merupakan hasil kerja sama antara PT. Rodamas Co. Ltd. dengan PT. Asahi

BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN. merupakan hasil kerja sama antara PT. Rodamas Co. Ltd. dengan PT. Asahi 1.1 Latar Belakang Perusahaan BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN mulai berdiri pada tanggal 7 Oktober 1971. Pada mulanya pabrik ini berstatus sebagai PMA (Penanaman Modal Asing) yang merupakan hasil kerja sama

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc Perusahaan Kualitas Six Sigma Mengurangi Resiko Produk Gagal DMAIC Berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis Cacat Berdasarkan hasil dari diagram pareto yang telah dibuat, dapat dilihat persentase masing-masing jenis cacat, yaitu cacat Haze dengan persentase sebesar

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) Nama : Gangsar Novianto NPM : 32410950 Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA 60 BAB V HASIL DAN ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis reject yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Ilham Maulana NPM : 33412606 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up 1 ANALISA MODA DAN EFEK KEGAGALAN UNTUK MENGURANGI RISIKO TERJADINYA CACAT MIX UP PADA PAKAN TERNAK (Studi Kasus di PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA - semarang) Noor Charif Rachman; Dyah Ika Rinawati; Rani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala 84 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA Mochammad Damaindra, Atikha Sidhi Cahyana Program studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 TAHAP ANALISIS (ANALYSE) Setelah di lakukan pengukuran maka dilakukan analisis permasalahan. Aktivitas utama tahap analisis adalah menentukan faktor penyebab cacat dengan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L1 LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L2 LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi L3 LAMPIRAN 3 FOTO PROSES PRODUKSI DAN INSPEKSI 1. First process pemotongan awal material 2. Second process pengeboran diameter luar

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI ALUMINIUM PROFIL 4404 MENGGUNAKAN METODE DMAIC

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI ALUMINIUM PROFIL 4404 MENGGUNAKAN METODE DMAIC USULAN PERBAIKAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI ALUMINIUM PROFIL 4404 MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh Nama : Afriza Prihadi NPM : 30412313 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Dr. Ina Siti Hasanah,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistika Pada Proses Produksi Kaca Dengan Peta p Multivariat Di PT. Asahimas Flat Glass, Tbk.

Pengendalian Kualitas Statistika Pada Proses Produksi Kaca Dengan Peta p Multivariat Di PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. Pengendalian Kualitas Statistika Pada Proses Produksi Kaca Dengan Peta p Multivariat Di PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. Fanny Ayu Octaviana 1312105005 Dosen Pembimbing : Dra. Lucia Aridinanti, MT. Jurusan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014 6/18/2014 Sidang Tugas Akhir 1 PENGENDALIAN KUALITAS PADA PRODUK KACA LEMBARAN (GLASS) DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS TBK. SIDOARJO. Oleh : SIGIT BUDIANTONO (1311030075) Dosen Pembimbing : Dra. Sri Mumpuni

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 49 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tahap Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT. MYR memprodusi puluhan jenis produk makanan ringan yang sering dikonsumsi sehari-hari dari beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memperkuat dan memberikan pertimbangan dalam menelaah materi skripsi yang akan di bahas, maka diperlukan teori-teori dalam menganalisa masalah-masalah yang di angkat dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. perbaikan. Usulan perbaikan terhadap proses produksi JK-6050 dapat dilihat pada. Tabel 5. 1 Urutan Risk Priority Number

BAB V ANALISA HASIL. perbaikan. Usulan perbaikan terhadap proses produksi JK-6050 dapat dilihat pada. Tabel 5. 1 Urutan Risk Priority Number BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Berdasarkan penilaian RPN yang telah didapat, perbaikan yang akan dilakukan berdasarkan penyebab kegagalan yang telah dianalisis berdasarkan FMEA sehingga diketahui permasalahan

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... ABSTRAK.. ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv viii ix x xv

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BOTOL SIRUP ABC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ENAM SIGMA DI PT. MULIA GLASS CONTAINER Nama Disusun Oleh : : Frans Surya Hadinata

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Strada Arah Sarana (MSA) adalah perusahaan ban penumpang (Passenger Car) radial dan truk ringan (Light Truck) radial yang memiliki tiga merek yaitu Achilles, Corsa dan Strada. Namun dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Desain Penelitian Metodologi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu pemecahan masalah dengan menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu tahap - tahap yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan suatu masalah yang akan dilakukan dalam melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa dan Pembahasan Produksi dan Defect Produk Dari data yang diambil, diketahui bahwa defect yang terjadi pada proses filling liquid produk obat sirup penurun panas

Lebih terperinci

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA Decky Antony Kifta Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Aktual Jumlah Frekuensi Cacat PT. X

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Aktual Jumlah Frekuensi Cacat PT. X BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi sepatu. Sebagai salah satu perusahaan yang menghasilkan produk kelas dunia, maka kualitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

: defect, six sigma, DMAIC,

: defect, six sigma, DMAIC, ABSTRAK PD.Langgeng adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam part mesin seperti carbon brus. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka perusahaan harus memiliki keunggulan. Salah satu faktor

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam menjalankan proses produksi produk.

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam menjalankan proses produksi produk. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi perkembangan teknologi yang semakin maju dan pesatnya kondisi pasar industri menuntut perusahaan harus mampu memberikan kepuasaan kepada para konsumen.

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FAILURE MODE AND EFFECT (FMEA) PADA PRODUK RIBBED SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PTPN. II KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa hasil data Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data maka akan dianalisa untuk menentukan prioritas perbaikan item dari problem sehingga akan diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ M. Derajat A Teknik Industri Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta derajat.amperajaya@esaunggul.ac.id

Lebih terperinci

Implementasi Pendekatan DMAIC untuk Perbaikan Proses Produksi Pipa PVC (Studi Kasus PT. Rusli Vinilon)

Implementasi Pendekatan DMAIC untuk Perbaikan Proses Produksi Pipa PVC (Studi Kasus PT. Rusli Vinilon) Jurnal Metris, 16 (2015): 91 96 Jurnal Metris ISSN: 1411-3287 Implementasi Pendekatan DMAIC untuk Perbaikan Proses Produksi Pipa PVC (Studi Kasus PT. Rusli Vinilon) Dino Caesaron, Stenly Yohanes P. Simatupang

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 PEMANFAATAN PENDEKATAN SIX SIGMA UNTUK MEREDUKSI CACAT DAN MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI OUTER TUBE Ahmad

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci