PENGARUH BRIDGING COURSE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII CERDAS SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH BRIDGING COURSE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII CERDAS SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENGARUH BRIDGING COURSE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII CERDAS SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Matematika Disusun oleh: Yohanes Aditya Kurniawan HALAMAN JUDUL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i

2 ii

3 iii

4 HALAMAN PERSEMBAHAN Syukur, Puji dan Terima Kasih Karya Ilmiah ini kupersembahkan kepada : - Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang tak henti-hentinya mendengarkan doa dan keluh kesahku. - Orangtuaku tercinta Bartholomeus Agus Santosa dan Christina Georgia Tuti Setiasih. - Adikku yang bandel, Benedictus Fajar Kristianto. - Pak Indra, Pak Santo, Bu Yuli, Miss Rika, Bu Titik, Bu Siska, Bu Riris, Bu Detha, Pak Ucup, Pak Pon dan staf lain selaku staf tenaga pengajar di SMP Kanisius Pakem yang tidak bisa saya sebutkan seluruhnya. - Teman-teman hebat saya; Angga, Charis, Kikid, Podhang, Marcel, Leski, Candra, Dimas, Angger, Ucup, Surya, Tian, Beni, Erick, Dita, Wiwik, Rini, Angel, Yulia T., Ayuk, Yulia W., Phya, Deka, Rey, Emil, Ncis, Silvi, Elsa, Sinta, Tya, Linda, Rossa, Soso, Ria, Tyas (2008), Tyas, Eli dan Beni (2009), Cella, Chandra, Ocha, Oky, Siska (BK), Adam dan Jenny (PBI). - Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil iv

5 v

6 ABSTRAK YOHANES ADITYA KURNIAWAN Pengaruh Bridging Course Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem pada saat mengikuti Bridging Course, (2) untuk mengetahui tingkat kesulitan dan daya pembeda soal pre-test dan post-test Bridging Course yang diberikan kepada siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta, (3) untuk mengetahui hambatan siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta di dalam mengikuti pembelajaran (Course). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 29 siswa. Data diperoleh dari observasi, tes hasil belajar dan angket. Observasi dilaksanakan untuk melihat proses belajar siswa selama mengikuti course. Hasil belajar siswa didapat dari nilai pre-test dan post-test yang sudah dilaksanakan kemudian dianalisis dengan mencari tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal baik secara keseluruhan maupun dianalisis per tiap materi yang termuat dalam Bridging Course. Hasil penelitian pada program Bridging Course menunjukkan bahwa: (1) Peningkatan Hasil Belajar terlihat dari nilai rata-rata kelas yang mencapai 35,08 saat pre-test dan 45,68 saat post-test Bridging Course (2) Secara keseluruhan, tingkat kesulitan soal pre-test dan post test adalah sedang sementara tingkat kesulitan materi bilangan bulat, bilangan pecahan dan bangun datar secara berurutan baik pre-test dan post-test adalah sedang, sedang dan sukar. Daya pembeda soal secara keseluruhan, saat pre-test adalah cukup dan saat post-test adalah baik. Namun secara materi, daya pembeda materi bilangan bulat, bilangan pecahan dan bangun datar saat pre-test berturut-turut adalah baik, baik dan jelek dan ketika post-test, daya pembeda materi bilangan bulat, bilangan pecahan dan bangun datar adalah baik, baik sekali dan baik. (3) hambatan yang didapat setelah melalui penelitian dibagi menjadi 2 aspek, yaitu dari segi materi dan dari segi siswa. dari segi materi, hal yang paling nampak adalah adanya materi yang tidak diajarkan sehingga menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal. Sementara dari segi siswa, kemampuan siswa yang berbeda-beda dalam menangkap materi yang diberikan menyebabkan hasil-hasil belajar yang didapat berbeda-beda tiap anaknya di tiap course-nya. Kata Kunci : Bridging Course, Tingkat Kesulitan Soal, Daya Pembeda Soal, Hasil Belajar vi

7 ABSTRACT YOHANES ADITYA KURNAWAN The Effect of Bridging Course for Students Learning Results of 7 th Student of Cerdas Class in SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. The research was aimed (1) to knowing the improvement of Students Learning Result of 7 th Student of Cerdas Class SMP Kanisius Pakem Yogyakarta in following Bridging Course, (2) to knowing the difficulty level and distinguishment power of pre-test and post-test Bridging Course that given to 7 th Student of Cerdas Class SMP Kanisius Pakem Yogyakarta, (3) to knowing the barriers of 7 th Student of Cerdas Class SMP Kanisius Pakem Yogyakarta when following the study (Course). This research was used a descriptive qualitative quantitative method. This research was started in August The subject of this research were 7 th Student of Cerdas Class SMP Kanisius Pakem Yogyakarta, academic year of 2012 / 2013 amounting to 29 students. The data obtained from observation, students learning result test and questionnaire. Observation carried out to see students learning process during following the Course. Students Learning Result obtained from value of pre-test and post-test that was conducted and analyzed by searching the difficulty level and distinguishment power both overall or each material contained in Bridging Course. The result of Bridging Course shows that (1) Improvement of Students Learning Result seen by the average value of the class that reached until 35,08 when pre-test and it reached until 45,68 when post-test, (2) Overall, the difficulty level of pre-test and post-test is enough and the difficulty level of integers, fraction numbers and plane geometry material sequentially for pre-test and posttest is enough, enough and difficult. Overall, distinguishment power of Bridging Course when pre-test is an enough and good when post-test Bridging Course was carried out. But, distinguishment power of integers, fraction numbers and plane geometry alternately is good, good and bad. When post-test, distinguishment power of Bridging Course alternately is good, very good and good, (3) the barriers that obtained after research divided into two aspect, that is from material aspect and student aspect. In terms of material aspect, the most evident matter is existance of a material which not be taught so that cause students learning result less maximal. In terms of student aspect, a difference of ability of students in receiving the given material causing students learning result obtained differ from each student in each Course. Keyword : Bridging Course, the level of difficulty questions, differentiator power of questions, result learning vii

8 viii

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma 2. Drs. Aufridus Atmadi, M.Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma 3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Matematika 4. Ibu Chatarina Enny Murwaningtyas, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan pengarahan dan bimbingan selama ini. 5. Bapak Andrias Indra Purnama, S.T., S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Pakem yang telah berkenan memberikan ijin pada penelitian ini. 6. Ibu MG. Sri Yuliwanti, S.Pd., selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pelaksanaan penelitian. ix

10 x

11 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Persetujuan Pembimbing... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman Persembahan... iv Pernyataan Keaslian Karya... v Abstrak... vi Abstract... vii Pernyataan Publikasi Karya... viii Kata Pengantar... ix Daftar Isi... xi Daftar Tabel... xix Daftar Gambar... xxii Daftar Lampiran... xxiv Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Pembatasan Masalah... 7 xi

12 E. Batasan Istilah... 8 F. Manfaat Penelitian... 8 Bab II Kajian Pustaka A. Program Bridging Course Pengertian, Sebab dan Tujuan Bridging Course Pola Pembelajaran Program Bridging Course Materi Pembelajaran Bridging Course a) Bilangan Bulat ) Penjumlahan Bilangan Bulat ) Pengurangan Bilangan Bulat ) Perkalian Bilangan Bulat ) Pembagian Bilangan Bulat b) Bilangan Pecahan ) Memahami Konsep Pecahan Menggunakan Batang Pecahan ) Menyebutkan Macam-Macam Pecahan (a) Pecahan Biasa (b) Pecahan Campuran (c) Pecahan Desimal (d) Persen (e) Permil xii

13 3) Menentukan FPB dan KPK ) Menentukan Pecahan Senilai ) Mengubah Pecahan ke Bentuk Lain (a) Menyederhanakan Pecahan (b) Mengubah Pecahan ke Bentuk Persen / Permil (c) Mengubah Pecahan ke dalam Bentuk Desimal (d) Mengubah Pecahan Campuran Menjadi Pecahan Biasa (e) Menentukan Letak Pecahan (f) Menyebutkan beberapa pecahan diantara 2 pecahan ) Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Pecahan ) Mengalikan Bilangan Pecahan ) Pembagian Bilangan Pecahan c) Bangun Datar ) Mengenal dan Mengidentifikasi Bangun-Bangun Datar (a) Persegi Panjang (b) Persegi (c) Jajargenjang (d) Belah Ketupat (e) Layang-layang (f) Trapesium (i) Trapesium Sebarang (ii) Trapesium Sama Kaki (iii) Trapesium Siku-siku xiii

14 (g) Segitiga (i) Jenis Segitiga Menurut Panjang Sisinya I. Segitiga Sebarang II. Segitiga Sama Kaki III. Segitiga Sama Sisi (ii) Jenis Segitiga Menurut Besar Sudut-Sudutnya I. Segitiga Lancip II. Segitiga Tumpul III. Segitiga Siku-Siku (iii) Jenis Segitiga Menurut Panjang Sisi dan Besar Sudutnya I. Segitiga Siku-Siku Sama Kaki II. Segitiga Tumpul Sama Kaki B. Hasil Belajar Hasil Belajar Sebagai Hasil Dari Tujuan Instruksional Penilaian dan Jenis-Jenis Penilaian Hasil Belajar Alat Penilaian Hasil Belajar a. Soal Benar-Salah b. Soal Berganda c. Soal Menjodohkan d. Soal Isian Analisis Hasil Belajar C. Pre-test dan Post-test xiv

15 D. Kerangka Berpikir E. Hipotesis Bab III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek Penelitian Objek Penelitian C. Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat D. Waktu dan Tempat Penelitian E. Bentuk Data Penelitian Data Hasil Belajar Siswa F. Metode Pengumpulan Data G. Instrumen Penelitian Instrumen Pembelajaran a. Sumber yang Berasal dari Guru b. Sumber yang Berasal dari Dinas Pendidikan Instrumen Penelitian a. Instrumen Observasi b. Pengumpumpulan Dokumen c. Angket xv

16 3. Hasil Tes Belajar H. Metode Analisis Data Analisis Data Hasil Belajar Siswa a. Analisis Tingkat Kesukaran Soal b. Analisis Daya Pembeda Soal c. Nilai Rata-Rata d. Analisis Peningkatan Hasil Belajar ) Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ) Uji t Analisis Hambatan Siswa I. Rencana Tahap-Tahap Penelitian Bab IV Pelaksanaan Kegiatan Penelitian di Lapangan, Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Pelaksanaan Penelitian di Lapangan B. Hasil Penelitian Analisis Tingkat Kesukaran Soal a. Tingkat Kesukaran Soal Secara Keseluruhan b. Tingkat Kesukaran Soal Berdasar Masing-Masing Materi ) Bilangan Bulat ) Bilangan Pecahan ) Bangun Datar Analisis Daya Pembeda Soal xvi

17 a. Daya Pembeda Soal Secara Keseluruhan b. Daya Pembeda Soal Berdasar Masing-Masing Materi ) Bilangan Bulat ) Bilangan Pecahan ) Bangun Datar Nilai Rata-Rata a. Nilai Rata-Rata Secara Keseluruhan b. Nilai Rata-Rata Berdasar Masing-Masing Materi ) Nilai Rata-Rata Materi Bilangan Bulat ) Nilai Rata-Rata Materi Bilangan Pecahan ) Nilai Rata-Rata Materi Bangun Datar Analisa Peningkatan Hasil Belajar a. Analisa Peningkatan Hasil Belajar Secara Keseluruhan b. Analisa Peningkatan Hasil Belajar Berdasar Masing-Masing Materi ) Bilangan Bulat ) Bilangan Pecahan ) Bangun Datar Analisis Hambatan Siswa C. Keterbatasan Penelitian xvii

18 Bab V Penutup A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka xviii

19 DAFTAR TABEL Tabel 2.A1 Kebaikan dan Kelemahan Tes Benar-Salah Tabel 2.A2 Kebaikan dan Kelemahan Tes Berganda Tabel 2.A3 Kebaikan dan Kelemahan Tes Menjodohkan Tabel 2.A4 Kebaikan dan Kelemahan Tes Isian Tabel 3.A1 Kisi-Kisi Materi Bridging Course dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Materi Bilangan Bulat dan Pecahan Tabel 3.A2 Kisi-kisi Materi Bridging Course dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi Bangun Datar Tabel 3.A3 Kesesuaian Indikator dengan Soal Bridging Course Tabel 3.A4 Lembar Analisis Kesukaran Pre-test dan Post-test Tabel 3.A5 Tabel Kategori Tingkat Kesulitan Soal Tabel 3.A6 Lembar Analisis Daya Pembeda Soal Tabel 3.A7 Tabel Hitung Daya Pembeda Soal Tabel 3.A8 Tabel Kategori Daya Pembeda Soal Tabel 3.A9 Tabel Uji Normalitas Tabel 4.A1 Jadwal Penelitian Tabel 4.A2 Kisi-kisi Materi Soal pre-test dan post-test BC xix

20 Tabel 4.A3 Hasil Pengolahan Tingkat Kesulitan Soal pre-test dan post-test Tabel 4.A4 Interpretasi Jumlah Tingkat Kesukaran Soal pre-test dan post-test Tabel 4.A5 Tingkat Kesukaran Soal pre-test dan post-test Materi Bilangan Bulat Tabel 4.A6 Tingkat Kesukaran Soal pre-test dan post-test Materi Bilangan Pecahan Tabel 4.A7 Tingkat Kesukaran Soal pre-test dan post-test Materi Bangun Datar 86 Tabel 4.A8 Daya Pembeda Soal pre-test Tabel 4.A9 Daya Pembeda Soal post-test Tabel 4.A10 Daya Pembeda Soal Pre-test Materi Bilangan Bulat Tabel 4.A11 Daya Pembeda Soal Post-Test Materi Bilangan Bulat Tabel 4.A12 Daya Pembeda Soal Post-Test Materi Bilangan Pecahan Tabel 4.A13 Daya Pembeda Soal Post-Test Materi Bilangan Pecahan Tabel 4.A14 Daya Pembeda Soal Post-Test Materi Bangun Datar Tabel 4.A15 Daya Pembeda Soal Post-Test Materi Bangun Datar Tabel 4.A16 Nilai Pre-test Siswa Kelas VII Cerdas Tabel 4.A17 Nilai Post-test Siswa Kelas VII Cerdas Tabel 4.A18 Tabel Nilai Rata-Rata Pre-test dan Post-test Materi Bilangan Bulat Tabel 4.A19 Tabel Nilai Rata-Rata Pre-test dan Post-test Materi Bilangan Pecahan Tabel 4.A20 Tabel Nilai Rata-Rata Pre-test dan Post-test Materi Bangun Datar 96 Tabel 4.A21 Selisih Nilai Pre-test dan Post-Test xx

21 Tabel 4.A22 Data Selisih Nilai Pre-test dan Post-test yang sudah Diurutkan Tabel 4.A23 Tabel Hitung Uji Normalitas Tabel 4.A24 Selisih Nilai Pre-test dan Post-test pada Uji-t Tabel 4.A25 Selisih Nilai Pre-test dan Post-test Materi Bilangan Bulat Tabel 4.A26 Urutan Selisih Nilai Pre-test dan Post-test Materi Bilangan Bulat Tabel 4.B1 Perhitungan Uji Normalitas Tabel 4.B2 Jumlah Nilai Pre-test, Post-test, Selisih pre dan post-test Materi Bilangan Bulat Tabel 4.B3 Selisih Nilai Pre-test dan Post-test Materi Bilangan Pecahan Tabel 4.B4 Urutan Selisih Nilai Pre-test dan Post-test Materi Bilangan Pecahan Tabel 4.B5 Perhitungan Uji Normalitas Tabel 4.B6 Jumlah Nilai Pre-test, Post-test, Selisih pre dan post-test Materi Bilangan Pecahan Tabel 4.B7 Selisih Nilai Pre-test dan Post-test Materi Bangun Datar Tabel 4.B8 Urutan Selisih Nilai Pre-test dan Post-test Materi Bangun Datar Tabel 4.B9 Perhitungan Uji Normalitas Tabel 4.B10 Jumlah Nilai Pre-test, Post-test, Selisih pre dan post-test Materi Bangun Datar Tabel 4.B11 Rangkuman Bridging Course Secara Keseluruhan Tabel 4.B12 Rangkuman Bridging Course Berdasarkan Materi xxi

22 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Penjumlahan 6 + (-8) dengan Garis Bilangan Gambar 2.2 Pengurangan 4 3 dan 4 + (-3) Gambar 2.3 Pengurangan -3 (-5) Gambar 2.4 Definisi Perkalian Gambar 2.5 Batang Pecahan Gambar 2.6 Pecahan Senilai dan Gambar 2.7 Penyelesaian dengan Pembagian Bersusun Gambar 2.8 Garis Bilangan Pecahan Gambar 2.9 Bangun Persegi Panjang Gambar 2.10 Bangun Persegi Gambar 2.11 Bangun Jajargenjang Gambar 2.12 Bangun Jajargenjang KLMN Gambar 2.13 Bangun Belah Ketupat Gambar 2.14 Bangun Layang-layang Gambar 2.15 Layang-Layang ABCD Gambar 2.16 Bangun Trapesium Gambar 2.17 Trapesium Sebarang Gambar 2.18 Trapesium Sama Kaki Gambar 2.19 Trapesium Siku-Siku Gambar 2.20 Bagan Hubungan Bangun Segiempat Gambar 2.21 Bangun Segitiga xxii

23 Gambar 2.22 Segitiga Sebarang Gambar 2.23 Segitiga Sama Kaki Gambar 2.24 Segitiga Sama Sisi Gambar 2.25 Segitiga Lancip Gambar 2.26 Segitiga Tumpul Gambar 2.27 Segitiga Siku-Siku Gambar 2.28 Segitiga Siku-Siku Sama Kaki Gambar 2.29 Segitiga Tumpul Sama Kaki Gambar 2.30 Segitiga ABC Gambar 2.31 Diagram Hubungan Belajar dan Mengajar Gambar 4.1 Kuesioner Siswa (NAW) Tanggal 1 Agustus Gambar 4.2 Hasil Pekerjaan NAW Tanggal 1 Agustus Gambar 4.3 Kuesioner Siswa (CDN) Tanggal 1 Agustus Gambar 4.4 Hasil Pekerjaan CDN Tanggal 1 Agustus Gambar 4.5 Kuesioner Siswa (AMO) Tanggal 2 Agustus Gambar 4.6 Hasil Pekerjaan AMO Tanggal 2 Agustus Gambar 4.7 Kuesioner Siswa (DK) Tanggal 4 Agustus Gambar 4.8 Hasil Pekerjaan DK Tanggal 4 Agustus Gambar 4.9 Pembelajaran Course Pada Tanggal 2 Agustus Gambar 2.10 Pembelajaran Course Pada Tanggal 29 Agustus xxiii

24 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A Lampiran A1 Silabus Matematika Materi Bilangan Bulat, Bilangan Pecahan dan Bangun Datar Lampiran A2 RPP Materi Bilangan Bulat dan Pecahan Lampiran A3 RPP Materi Bilangan Bulat dan Pecahan Lampiran A4 Soal Pre-test Bridging Course Lampiran A5 Soal Post-test Bridging Course Lampiran A6 Kunci Jawaban Pre-test dan Post-test Bridging Course LAMPIRAN B Lampiran B1 Analisis Tingkat Kesulitan Pre-test Lampiran B2 Analisis Daya Pembeda Soal Pre-test Lampiran B3 Analisis Tingkat Kesulitan Post-test Lampiran B4 Analisis Daya Pembeda Soal Post-test Lampiran B5 Rekap Hasil Analisis Tingkat Kesulitan dan Daya Pembeda Soal Pre-test dan Post-test Lampiran B6 Analisis Tingkat Kesukaran Soal Pre-test dan Post-test Materi Bilangan Bulat Lampiran B7 Analisis Tingkat Kesukaran Soal Pre-test dan Post-test Materi Bilangan Pecahan xxiv

25 Lampiran B8 Analisis Tingkat Kesukaran Soal Pre-test dan Post-test Materi Bangun Datar Lampiran B9 Analisis Daya Pembeda Soal Pre-test dan Post-test Materi Bilangan Bulat Lampiran B10 Analisis Daya Pembeda Soal Pre-test dan Post-test Materi Bilangan Pecahan Lampiran B11 Analisis Daya Pembeda Soal Pre-test dan Post-test Materi Bangun Datar LAMPIRAN C Lampiran C1 Jawaban Kuis Siswa Tanggal 1 Agustus Lampiran C2 Jawaban Kuis Siswa Tanggal 2 Agustus Lampiran C3 Jawaban Kuis Siswa Tanggal 9 Agustus Lampiran C4 Jawaban Kuis Siswa Tanggal 15 Agustus Lampiran C5 Jawaban Kuis Siswa Tanggal 29 Agustus Lampiran C6 Jawaban Kuis Siswa Tanggal 4 September Lampiran C7 Jawaban Kuis Siswa Tanggal 6 September Lampiran C8 Kuesioner Siswa Tanggal 1 Agustus Lampiran C9 Kuesioner Siswa Tanggal 9 Agustus Lampiran C10 Kuesioner Siswa Tanggal 29 Agustus Lampiran C11 Kuesioner Siswa Tanggal 4 September xxv

26 LAMPIRAN D Lampiran D1 Surat Keterangan Mengadakan Penelitian Lampiran D2 Dokumen Foto Kegiatan Pembelajaran xxvi

27 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan perubahan pola perilaku dari belum mampu menjadi sudah mampu dalam jangka waktu tertentu (Winkel, 2010:56). Dapat diartikan bahwa belajar merupakan proses seseorang untuk mengembangkan apa yang ada dalam diri orang tersebut. Banyak hal yang bisa dikembangkan dari diri setiap orang. Kemampuan-kemampuan seperti kemampuan bermusik, berolahraga, menghitung, menulis, menyanyi dan sebagainya dikembangkan ke arah hal yang berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Maka dari itu, secara singkat bisa dikatakan bahwa belajar merupakan proses pengembangan diri yang hakekatnya menuju ke arah yang positif. Matematika adalah ilmu pengetahuan yang erat kaitannya dengan bilangan dan kalkulasi penghitungan. Menurut James dan James (1976), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsepkonsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Bisa dikatakan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang menerapkan logika dalam proses berpikir (bernalarnya). Dalam menggunakan logika tidaklah mudah, karena kita harus melihat hubungan-hubungan apa saja yang ada di dalam sebuah materi. 1

28 2 Secara sengaja atau tidak sengaja, dalam kehidupan kita hampir tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan belajar, termasuk belajar matematika. Secara disengaja, kita belajar matematika di sekolah dengan arahan guru sebagai fasilitator belajar. Secara tidak sengaja, kita belajar matematika dalam kehidupan kita sehari-hari seperti membeli sesuatu, menghitung sesuatu, menimbang / mengukur sesuatu adalah salah satu kegiatan belajar matematika secara tidak langsung. Maka, bisa dikatakan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang universal, yang bisa dipelajari siapa saja, kapan saja dan dimana saja walaupun secara sadar ataupun tidak sadar. Bukan menjadi hal yang mudah untuk belajar matematika karena belajar matematika itu sendiri menggunakan logika dan manusia memiliki taraf bernalar yang berbeda-beda. Kemampuan dalam hal inilah yang nantinya membedakan mana materi matematika yang dianggap sulit dan mana yang dianggap mudah. Dalam kenyataannya, kita lebih sering mendengar bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang sulit. Hal ini selalu terlihat bahwa hasil UN dalam mata pelajaran matematika menjadi yang paling rendah. Hal tersebut terlihat dari pernyataan Moh. Nuh kepada redaksi Kompas dalam website-nya. ( yang dimuat pada tanggal 2 Juni 2012 pukul 10:03, oleh Lusia Kus Anna) Seluruhnya 229 siswa tidak lulus mata pelajaran matematika dan hasil ujian nasional yang telah diketahui yaitu siswa SMP yang tidak lulus mencapai siswa, yang terbanyak gagal dalam mata pelajaran matematika

29 3 Hal ini menandakan bahwa masih adanya kesulitan siswa dalam mempelajari materi-materi matematika. Perlu diteliti apakah yang menjadi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika. Banyak faktor yang menghambat seseorang untuk belajar, baik faktor dari dalam diri seseorang maupun dari luar. Faktor hambatan yang berasal dari diri sendiri misalnya motivasi dan minat untuk belajar matematika, dalam belajar diperlukan motivasi dan minat yang tinggi. Motivasi dan minat yang dibangun akan menimbulkan rasa ingin tahu yang tinggi sehingga bagaimanapun bentuk soal yang diberikan dalam pelajaran matematika, siswa akan sebisa mungkin mencari cara penyelesaiannya. Dari situlah akan muncul pengalamanpengalaman dalam menyelesaikan soal yang nantinya bisa dipakai kembali apabila menemui soal yang serupa atau hampir sama. Faktor dari luar misalnya adalah faktor lingkungan. Faktor inilah yang akan membentuk kebiasaan siswa. Jika siswa berada di lingkungan yang didominasi oleh rasa malas, maka siswa tersebut juga akan menjadi malas. Jika siswa berada di lingkungan yang mempunyai semangat belajar tinggi maka siswa tersebut juga memiliki semangat belajar yang tinggi pula. Namun tidak sepenuhnya faktor tersebut berpengaruh, kembali lagi kepada diri siswa tersebut menyingkapi keadaan disekitarnya. Kesulitan belajar yang tidak kunjung diatasi akan berdampak pada hasil belajar siswa itu sendiri. Hasil belajar yang didapat biasanya cenderung kurang baik. Namun perlu ditinjau kembali apa yang menyebabkan nilai siswa menjadi kurang baik. Banyak kecenderungan yang membuat hasil belajar siswa kurang

30 4 baik. Salah satu kecenderungannya adalah dimana proses pembelajaran yang kurang nyaman bagi siswa sehingga siswa kurang berminat memperhatikan pelajaran. Proses pembelajaran yang baik memiliki efek yang baik pula bagi siswanya begitu pula sebaliknya. Sebuah proses pembelajaran menuntut siswa untuk semakin siap setiap harinya, siap dalam arti mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung. Kesiapan yang diharapkan meliputi kesiapan psikis dan mental. Kesiapan mental misalkan tidak merasa minder ketika menjawab dengan salah pertanyaan yang diajukan oleh guru. Kesiapan psikis misalkan tidak membuat keributan di kelas ketika pembelajaran berlangsung. Siswa yang siap dalam mengikuti pembelajaran akan lebih cepat memahami dan mengerti bahan materi yang diajarkan termasuk juga latihan-latihan soal yang diberikan oleh guru. Sebuah proses pembelajaran memerlukan suatu penilaian yaitu evaluasi. Evaluasi itu sendiri adalah suatu kegiatan / proses menentukan nilai dari segala sesuatu (Anas Sudijono, 2011:1). Baik itu evaluasi yang diberikan kepada guru maupun siswa. Apabila mengacu kepada siswa, maka bisa dikatakan bahwa evaluasi berguna untuk memberikan nilai / mutu dalam diri siswa, sejauh mana kemampuan yang dipunyai siswa tersebut mampu menyelesaikan sebuah masalah di dalam belajarnya (dalam hal ini kemampuan siswa menyelesaikan soal). Evaluasi kepada siswa bisa dilakukan kapan saja oleh pihak sekolah. Evaluasi bisa diberikan saat pembelajaran berlangsung (selama proses

31 5 pembelajaran). Evaluasi ini disebut dengan evaluasi formatif. Contoh dari tes ini adalah pemberian kuis. Tujuan daripada evaluasi formatif ini adalah sebagai informasi baik kepada siswa maupun guru tentang kemajuan belajar siswa yang telah dicapai. Evaluasi lain adalah evaluasi sumatif. Evaluasi ini dilakukan pada akhir periode pembelajaran tertentu. Contoh evaluasi sumatif adalah UAS (Ujian Akhir Sekolah), Ujian Kenaikan Kelas, atau UTS (Ujian Tengah Semester). Tujuan diadakan evaluasi ini adalah sebagai dasar keputusan yang menyangkut kenaikan kelas, kelulusan atau penyaluran jurusan. Di luar itu, evaluasi bisa dilakukan di awal sebelum siswa memasuki sebuah jenjang pendidikan. Evaluasi ini berupa tes ujian masuk suatu jenjang pendidikan. Tes ujian masuk sekolah (baik SMP maupun SMA) dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa yang ingin belajar di suatu jenjang pendidikan. Tes ini bisa dikatakan sebagai evaluasi karena dalam tes ini siswa akan dinilai berdasarkan hasil tes ujian masuk yang berupa soal-soal yang diberikan dari pihak sekolah yang bersangkutan. Dari tes ini pula, sekolah mampu melihat sejauh mana kemampuan yang dimiliki siswa (dalam hal ini kemampuan kognitif). Tujuan mengetahui kemampuan siswa adalah sebagai strategi bagi guru untuk menetapkan suatu model pembelajaran nantinya. Dengan model pembelajaran yang tepat dan sesuai kemampuan siswanya maka pembelajaran akan berjalan dengan baik. Beberapa sekolah tidak menerapkan tes ujian masuk untuk menerima siswa baru. Mereka hanya menerima berdasarkan NEM (Nilai Ebtanas Murni). Tidak menjadi jaminan bahwa siswa dengan NEM yang tinggi akan mengikuti

32 6 pembelajaran dengan baik. Tidak adanya tes ujian masuk ini akan mempersulit guru di dalam menerapkan model pembelajaran di kelasnya. Guru tidak tahu seberapa jauh kemampuan siswa baru tersebut. Program Bridging Course dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi hal-hal tersebut. Bisa dikatakan bahwa Bridging Course membantu sekolah yang menerima siswa baru tanpa menggunakan jalur tes ujian masuk. Membantu dalam hal menjembatani kemampuan siswa melalui suatu proses pembelajaran bersama yang diawali dengan pre-test dan diakhiri dengan post-test. Tujuan dari pre-test dan post-test sendiri adalah untuk mengevaluasi siswa baru dari segi kemampuan yang dipunyainya. Bagi peneliti, program Bridging Course masih asing di telinga. Maka dari itu peneliti mencoba untuk melakukan penelitian terhadap program ini mengenai seberapa baik pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa kelas VII Cerdas di SMP Kanisius Pakem. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan yang sudah diceritakan peneliti diatas, beberapa hal akan menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Fokus-fokus itu tertuang dalam bentuk rumusan sebagai berikut : 1. Apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem pada saat mengikuti Bridging Course?

33 7 2. Bagaimanakah tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal ketika pretest dan post-test yang diberikan kepada siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta? 3. Apa sajakah yang menjadi hambatan siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta di dalam mengikuti Course? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem pada saat mengikuti Bridging Course. 2. Mengetahui tingkat kesulitan dan daya pembeda soal pre-test dan post-test Bridging Course yang diberikan kepada siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta. 3. Mengetahui hambatan siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta di dalam mengikuti pembelajaran Course. D. Pembatasan Masalah Batasan masalah yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah : 1. Pengaruh yang diamati adalah perubahan nilai yang terjadi ketika mengikuti pre-test dan post-test Bridging Course. 2. Siswa yang dianalisis nilainya adalah siswa yang mengikuti pre-test dan post-test.

34 8 3. Hambatan yang diamati diambil berdasarkan dari rangkuman kuesioner, hasil pengamatan peneliti dan pengulasan materi ajar Bridging Course. E. Batasan Istilah Agar tidak menimbulkan kerancuan dalam memahami topik penelitian ini maka peneliti akan menjelaskan beberapa hal seperti : 1. Program Bridging Course adalah program pendidikan yang memberikan pelatihan dan pembelajaran yang dapat menjembatani kemampuan siswa sebelum benar-benar mengikuti proses pembelajaran di jenjang SMP pada beberapa mata pelajaran terutama mata pelajaran matematika. 2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka menerima / menyelesaikan pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 22:2010). Hasil belajar merupakan kemampuan baru sama sekali atau penyempurnaan kemampuan yang dimiliki sebelumnya (Winkel, 61:2012). Bisa dikatakan bahwa sebenarnya hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seorang siswa, baik itu bersifat baru ataupun pengembangan dari kemampuan yang sudah dipunya. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa a. Membantu siswa mengembangkan bekal dan kemampuannya dalam mempelajari materi matematika di jenjang SMP.

35 9 2. Bagi guru a. Membantu guru mengetahui bekal dan kemampuan yang dipunyai siswa baru. b. Membantu guru mengetahui kesulitan / kelemahan belajar yang dialami / dipunyai siswa baru. 3. Bagi peneliti a. Sebagai wawasan peneliti dalam mengembangkan pendidikan dan berinovasi dalam dunia pendidikan.

36 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Program Bridging Course 1. Pengertian, Sebab dan Tujuan Bridging Course Program Bridging Course adalah semacam program matrikulasi untuk meningkatkan kemampuan awal siswa di tingkat SMP pada beberapa mata pelajaran. Penyebab dimunculkannya program ini karena melihat kekurangsiapan siswa baru dalam mengikuti pelajaran di SMP terjadi di sebagian besar sekolah. Tidak merata dan rendahnya mutu di tingkat sebagian Sekolah Dasar juga menjadi penyebab utama. Para guru dan kepala sekolah juga menyatakan bahwa siswa menjadi lebih yakin, karena materi Bridging Course lebih mirip dengan memantapkan kembali pelajaran SD secara singkat dan kemudian disambungkan dengan pelajaran awal di SMP. Pola pembelajaran yang diterapkan juga menyenangkan, sehingga siswa merasa nyaman terhadap mata pelajaran yang bersangkutan. Tujuan utama dilaksanakannya program Bridging Course adalah menyiapkan siswa baru di SMP, sehingga memiliki kesiapan memadai dalam aspek substantif dan psikologis dalam mengikuti pelajaran. Tujuan ini dapat dirinci sebagai berikut: 10

37 11 a) Meningkatkan bekal awal siswa baru SMP dalam aspek substantif dengan cara membahas materi-materi esensial (misalnya materi di SD) yang sangat penting untuk persiapan mengikuti pelajaran di SMP. b) Meningkatkan kesiapan psikologis, antara lain minat dan motivasi belajar siswa baru dalam mengikuti pelajaran di SMP. 2. Pola Pembelajaran Program Bridging Course Cara melaksanakan pembelajaran dalam program Bridging Course terkait erat dengan upaya agar siswa belajar dengan mudah, penuh keyakinan akan mampu menguasai apa yang dipelajari dan sungguhsungguh dalam belajar. Prinsip pembelajaran yang dapat memunculkan tiga hal di atas, antara lain: a) Pembelajaran kontekstual, b) Pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning) c) Pembelajaran berdasarkan masalah. Tentu masih banyak pola pembelajaran lain yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik anak didik dan kondisi sekolah serta lingkungannya. Pembelajaran kontekstual artinya pembelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa dan konteks apa yang sudah diketahui oleh siswa. Bahkan pada tahap tertentu pola pembelajaran kontekstual dapat diteruskan dengan mendorong siswa menarik kesimpulan sendiri, sehingga seakan-akan mereka menemukan teori atau hukum baru.

38 12 Pembelajaran yang menyenangkan artinya pembelajaran yang dapat membuat siswa senang dan bukan merasa terpaksa ikut pelajaran. Agar siswa senang dalam belajar, maka prinsip pemrosesan informasi patut diperhatikan. Siswa akan menyenangi situasi belajar jika apa yang dipelajari sesuai dengan apa yang diperlukan atau sesuai dengan hobinya, paling tidak terkait dengan apa yang dibutuhkan atau hobinya. Di samping itu, siswa akan senang belajar jika situasinya menyenangkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk mengkaitkan pembelajaran dengan apa yang pada umumnya disenangi oleh siswa dan menyelipkan humor yang dapat menarik perhatian siswa. Siswa SMP kelas VII pada umumnya masih dalam taraf berpikir operasional konkrit sehingga pembelajaran yang pada umumnya disenangi adalah yang terkait atau paling tidak dapat dikaitkan atau mengambil contoh kehidupan remaja sehari-hari. Adapun pokok bahasan yang sedang dipelajari akan menjadi menarik bagi siswa jika dikaitkan kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran berdasarkan masalah artinya pembelajaran didasarkan pada problem sehari-hari dan dalam pembelajaran siswa diajak untuk memecahkannya. Melalui pembelajaran semacam itu siswa akan merasa ditantang untuk mengajukan gagasan. Biasanya akan muncul berbagai gagasan dan siswa akan saling memberikan alasan dari gagasan yang diajukan. Dalam proses pembahasan gagasan itu akan terjadi interaksi dan pemaduan gagasan yang pada akhirnya mengarah pada saling melengkapi.

39 13 Siswa biasanya sangat senang karena merasa mampu memecahkan masalah yang diberikan. Karena bekal awal siswa baru SMP pada umumnya sangat beragam, maka pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sangat cocok untuk diterapkan. Pada pola ini siswa dikelompokkan dalam kelompok setara, tetapi anggota masing-masing kelompok terdiri dari individu yang heterogen dilihat dari bekal awalnya. Sederhananya, dalam setiap kelompok terdapat siswa yang pandai, sedang dan kurang. Selama pembelajaran, setiap kelompok dirancang untuk bekerjasama dan didorong agar semua anggota kelompok memahami apa yang dipelajari. Penilaian bukan hanya berdasarkan atas pemahaman masing-masing anggota kelompok, tetapi juga pemahaman kelompok. Artinya nilai kelompok akan berpengaruh terhadap penilaian individu yang menjadi anggotanya. Jadi siswa yang pandai akan terimbas oleh nilai siswa yang kurang pandai, jika siswa tersebut tetap tidak paham materi yang dipelajari pada saat penilaian. 3. Materi Pembelajaran Bridging Course Materi pokok yang diberikan oleh program Bridging Course meliputi 3 materi yang dianggap pokok saat SD yaitu : a) Bilangan Bulat b) Bilangan Pecahan c) Bangun Datar

40 14 Berikut penjelasan mengenai materi Bridging Course : a) Bilangan Bulat Sub-materi bilangan bulat yang diajarkan dalam Bridging Course meliputi : 1) Penjumlahan bilangan bulat 2) Pengurangan bilangan bulat 3) Perkalian bilangan bulat 4) Pembagian bilangan bulat Sebelum memasuki keempat sub-materi tersebut, siswa diperkenalkan dengan macam-macam bilangan termasuk mengenal bilangan bulat positif dan negatif serta garis bilangan. 1) Penjumlahan Bilangan Bulat (a) Penjumlahan dengan alat bantu Dalam menghitung hasil penjumlahan dua bilangan bulat, dapat digunakan dengan menggunakan garis bilangan. Bilangan yang dijumlahkan digambarkan dengan anak panah dengan arah sesuai dengan bilangan tersebut. Apabila bilangan positif, anak panah menunjuk ke arah kanan. Sebaliknya, apabila bilangan negatif, anak panah menunjuk ke arah kiri. Contoh : 6 + (-8) =...

41 15 Gambar 2.1 Penjumlahan 6 + (-8) dengan garis bilangan (b) Penjumlahan tanpa alat bantu Penjumlahan pada bilangan yang bernilai kecil dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan. Namun, untuk bilangan-bilangan yang bernilai besar, hal itu tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, kita harus dapat menjumlahkan bilangan bulat tanpa alat bantu. - Kedua bilangan bertanda sama Jika kedua bilangan bertanda sama (keduanya bilangan positif atau keduanya bilangan negatif), jumlahkan kedua bilangan tersebut. Hasilnya berilah tanda sama dengan tanda kedua bilangan. Contoh: (1) = 359

42 16 (2) 58 + ( 72) = ( ) = Kedua bilangan berlawanan tanda Jika kedua bilangan berlawanan tanda (bilangan positif dan bilangan negatif), kurangi bilangan yang bernilai lebih besar dengan bilangan yang bernilai lebih kecil tanpa memerhatikan tanda. Hasilnya, berilah tanda sesuai bilangan yang bernilai lebih besar. Contoh: (1) 75 + ( 90) = (90 75) = 15 (2) ( 63) = = 62 (c) Sifat-sifat operasi penjumlahan bilangan bulat (i) Sifat tertutup Pada penjumlahan bilangan bulat, selalu menghasilkan bilangan bulat juga. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut, untuk setiap bilangan bulat a dan b, berlaku a + b = c, dengan c juga bilangan bulat. (ii) Sifat komutatif Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Penjumlahan dua bilangan bulat selalu diperoleh hasil yang sama walaupun kedua bilangan tersebut dipertukarkan

43 17 tempatnya. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut,untuk setiap bilangan bulat a dan b, selalu berlaku a + b = b + a. (iii) Mempunyai unsur identitas Bilangan 0 (nol) merupakan unsur identitas pada penjumlahan. Artinya, untuk sebarang bilangan bulat apabila ditambah 0 (nol), hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut, untuk sebarang bilangan bulat a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a = a. (iv) Sifat asosiatif Sifat asosiatif disebut juga sifat pengelompokan. Sifat ini dapat dituliskan sebagai berikut, untuk setiap bilangan bulat a, b, dan c, berlaku (a + b) + c = a + (b + c). (v) Mempunyai invers Invers suatu bilangan artinya lawan dari bilangan tersebut. Suatu bilangan dikatakan mempunyai invers jumlah, apabila hasil penjumlahan bilangan tersebut dengan inversnya (lawannya) merupakan unsur identitas (0 (nol)). Lawan dari a adalah a, sedangkan lawan dari a adalah a. Dengan kata lain, untuk setiap bilangan bulat selain nol pasti mempunyai lawan, sedemikian sehingga berlaku a + ( a) = ( a) + a = 0.

44 18 2) Pengurangan Bilangan Bulat (a) Pengurangan dinyatakan sebagai penjumlahan dengan lawan bilangan pengurang Gambar 2.2 Pengurangan 4-3 dan 4+(-3) Pada pengurangan bilangan bulat, mengurangi dengan suatu bilangan sama artinya dengan menambah dengan lawan pengurangnya. Secara umum, dapat dituliskan sebagai berikut, untuk setiap bilangan bulat a dan b, maka berlaku a b = a + ( b). (b) Pengurangan dengan alat bantu Contoh : -3 (-5) =... Gambar 2.3 pengurangan -3 (-5)

45 19 3) Perkalian Bilangan Bulat Gambar 2.4 Definisi Perkalian (a) Menghitung hasil perkalian bilangan bulat Sifat-sifat yang dapat ditemukan pada perkalian antara lain: (i) p x q = pq (ii) p x q = - (pq) = - pq (iii) p x (-q) = - (pq) = - pq (iv) (-p) x (-q) = p x q = pq (b) Sifat-sifat perkalian pada bilangan bulat (i) Sifat tertutup Untuk setiap bilangan bulat p dan q, selalu berlaku p x q = r, dengan r juga bilangan bulat. (ii) Sifat komutatif Untuk setiap bilangan bulat p dan q, selalu berlaku p x q = q x p. (iii) Sifat asosiatif Untuk setiap bilangan bulat p, q, dan r selalu berlaku (p x q) x r = p x (q x r).

46 20 (iv) Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan Untuk setiap bilangan bulat p, q, dan r selalu berlaku p x (q + r) = (p x q) + (p x r). (v) Sifat distributif perkalian terhadap penngurangan Untuk setiap bilangan bulat p, q, dan r selalu berlaku p x (q - r) = (p x q) - (p x r). (vi) Memiliki elemen identitas Untuk setiap bilangan bulat p, selalu berlaku p x 1 = 1 x p = p. Elemen identitas pada perkalian adalah 1. 4) Pembagian Bilangan Bulat (a) Pembagian sebagai operasi kebalikan dari perkalian Jika p, q, dan r bilangan bulat, dengan q faktor p, dan q 0 maka berlaku p : q = r p = q x r. (b) Menghitung hasil pembagian bilangan bulat Mengacu pada sifat perkalian, maka dapat disimpulkan : Untuk setiap p, q, r bilangan bulat, q 0 dan memenuhi p : q = r berlaku : (i) Jika p, q bertanda sama, r adalah bilangan bulat positif; (ii) Jika p, q berlainan tanda, r adalah bilangan bulat negatif. (c) Pembagian dengan bilangan nol Untuk setiap bilangan bulat a, berlaku 0 : a = 0; a 0. Hal ini tidak berlaku jika a = 0, karena 0 : 0 = tidak terdefinisi.

47 21 (d) Sifat pembagian pada bilangan bulat Sifat yang terdapat dalam pembagian bilangan bulat : (i) Pembagian bilangan bulat tidak bersifat tertutup. (ii) Pembagian bilangan bulat tidak berlaku sifat komutatif. (iii) Pembagian bilangan bulat tidak berlaku sifat asosiatif. b) Bilangan Pecahan Materi bilangan pecahan yang diajarkan dalam Bridging Course meliputi 1) Memahami konsep pecahan menggunakan batang pecahan. 2) Menyebutkan macam-macam pecahan 3) Menentukan FPB dan KPK 4) Menentukan pecahan senilai 5) Mengubah pecahan ke bentuk lain 6) Menjumlahkan dan mengurangkan pecahan dengan teliti 7) Mengalikan pecahan dengan teliti 8) Membagi pecahan dengan teliti Dari 8 indikator diatas, masih ada sub-indikator di dalam indikator 5 yang meliputi menyederhanakan pecahan, mengubah pecahan ke bentuk persen / permil, mengubah pecahan ke bentuk desimal, mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa dan sebaliknya, menentukan letak pecahan dan menyebutkan beberapa pecahan diantara 2 pecahan.

48 22 1) Memahami Konsep Pecahan Menggunakan Batang Pecahan. Gambar 2.5 Batang Pecahan Gambar di atas adalah batang pecahan yang terdiri dari lima bagian yang sama. Ada satu bagian yang diarsir. Kita dapat mengatakan bahwa ada satu bagian yang diarsir dari lima bagian yang sama. Gambar tersebut menunjukkan seperlima bagian dari keseluruhan. Lambang seperlima adalah. Angka 1 menyatakan banyaknya bagian yang diarsir selanjutnya disebut pembilang, sedangkan angka 5 menyatakan banyaknya bagian pada batang pecahan selanjutnya disebut penyebut. 2) Menyebutkan Jenis-jenis Pecahan Pecahan terdiri dari 5 jenis, yaitu: (a) Pecahan biasa Pecahan biasa berbentuk, dengan a dan b bilangan bulat dan b 0 serta b bukan faktor dari a. Selanjutnya a disebut pembilang sedangkan b disebut penyebut. Contoh:,,, -, dan lainnya.

49 23 (b) Pecahan campuran Pecahan campuran berbentuk c dengan a, b dan c bilangan bulat. Contoh: 2, -5, 1, dan lainnya. (c) Pecahan desimal Pecahan desimal adalah pecahan yang penulisannya menggunakan tanda koma. Contoh: 0,35; 2,67; 9,543; -2,3; dan lainnya. (d) Persen Persen berarti per seratus. Lambang persen adalah %. Contoh: 27%, 69%, 30%, -8%, dan lainnya. (e) Permil Permil berarti per seribu. Lambang permil adalah % o. Contoh: 457% o, -12% o, 700% o, dan lainnya 3) Menentukan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dari p dan q, dengan p, q anggota himpunan bilangan asli adalah bilangan terkecil anggota himpunan bilangan asli yang habis dibagi oleh p dan q. Contoh : tentukan KPK dari 2, 3, an 4! Bilangan asli kelipatan 2 adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24,... Bilangan asli kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24,...

50 24 Bilangan asli kelipatan 4 adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24,... Kelipatan persekutuan dari 2, 3, dan 4 adalah 12, 24,... Jadi, KPK dari 2, 3, dan 4 adalah 12. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari dua bilangan adalah bilangan asli terbesar yang merupakan faktor persekutuan kedua bilangan tersebut. Contoh : Tentukan FPB dari 25 dan 30! Faktor dari 25 adalah 1, 5, dan 25, faktor dari 30 adalah 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, dan 30. Tampak bahwa 1 dan 5 merupakan faktor dari 25 dan 30. Selanjutnya, 1 dan 5 disebut faktor persekutuan dari 25 dan 30. Karena 5 merupakan faktor terbesar, maka 5 disebut faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 25 dan 30. 4) Menentukan Pecahan Senilai Pecahan senilai adalah pecahan-pecahan yang nilainya sama. Untuk memperoleh pecahan-pecahan yang senilai dapat dilakukan dengan mengalikan atau membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama. Jika diketahui pecahan dengan p, q 0 maka berlaku atau, dimana a dan b konstanta positif bukan nol. Contoh : cari pecahan senilai dari dan!

51 25 Gambar 2.6 Pecahan Senilai dan 5) Mengubah Pecahan ke Bentuk Lain (a) Menyederhanakan pecahan Dalam menyederhanakan sebarang pecahan, q berlaku dimana a adalah FPB dari p dan q. Contoh : cari pecahan paling sederhana dari! FPB (18,45) adalah 9 sehingga, sehingga pecahan paling sederhana dari adalah. (b) Mengubah pecahan ke bentuk persen / permil Pecahan dengan penyebut 100, dapat dituliskan dengan menggunakan persen. Persen berarti perseratus atau bagian dari seratus. Simbol persen adalah %.

52 26 Cara merubah suatu pecahan menjadi persen adalah dimana a adalah bilangan pengali agar penyebut memiliki nilai 100. Contoh : ubahlah ke dalam bentuk persen! Untuk mengubah ke dalam bentuk permil, cara yang sama digunakan dengan mengalikan bilangan yang menghasilkan nilai 1000 dan diberi lambang % o. (c) Mengubah pecahan ke dalam bentuk desimal Apabila suatu pecahan biasa atau campuran akan diubah atau dinyatakan ke dalam bentuk pecahan desimal, maka dapat dilakukan dengan cara mengubah penyebutnya menjadi 10, 100, 1.000, , dan seterusnya. Dapat pula dengan cara membagi pembilang dengan penyebutnya. Sebaliknya, untuk mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa/campuran dapat kalian lakukan dengan menguraikan bentuk panjangnya terlebih dahulu. Contoh : ubahlah menjadi bentuk desimal pecahan! atau

53 27 Ubahlah menjadi bentuk pecahan bentuk desimal 0,345! 0,345 = 0 + 0,3 + 0,04 + 0,005 = = (d) Mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa Rumus umum untuk mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa adalah : ; Contoh : ubahlah menjadi bentuk pecahan biasa pecahan Untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran, syaratnya adalah, dimana d > e. Untuk mengubahnya, gunakan pembagian bersusun. Contoh : Ubahlah menjadi pecahan campuran pecahan!

54 28 (cara 1) dengan pembagian bersusun Gambar 2.7 Penyelesaian dengan pembagian bersusun (cara 2) dengan mengubah pecahan tersebut (e) Menentukan letak pecahan Seperti pada garis bilangan, bilangan yang berada di sebelah kiri bilangan lain nilainya lebih kecil sedangkan bilangan yang berada di sebelah kanan bilangan lain maka nilainya lebih besar. Gambar 2.8 Garis Bilangan Pecahan bisa dikatakan bahwa. Namun jika tidak menggunakan garis bilangan dapat menggunakan cara lain yaitu menyamakan penyebutnya terlebih dahulu.

55 29 Contoh : Berilah tanda >, < atau = dua pecahan berikut ini Jawab : sehingga bisa diberi tanda atau bisa dikatakan (f) Menyebutkan beberapa pecahan diantara 2 pecahan Di antara dua pecahan yang berbeda selalu dapat ditemukan pecahan yang nilainya di antara dua pecahan tersebut. Untuk menentukan pecahan yang nilainya di antara dua pecahan, langkah-langkahnya sebagai berikut : - Samakan penyebut dari kedua pecahan. Kemudian, tentukan nilai pecahan yang terletak di antara kedua pecahan tersebut. - Ubahlah lagi penyebutnya, jika belum diperoleh pecahan yang dimaksud, begitu seterusnya. Contoh : tentukan pecahan diantara dan! Samakan penyebut kedua pecahan terlebih dahulu. = dan. Tentukan pecahan antara dan. Dan hasilnya tidak ada pecahan diantara kedua pecahan. Jika mengalami kejadian ini lakukan lagi mengubah penyebutnya. Ubah penyebutnya menjadi 30 sehingga = dan.

56 30 Kemudian bandingkan dan. Ternyata ada 1 pecahan diantara kedua pecahan tersebut yaitu. 6) Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Pecahan Dalam menentukan hasil penjumlahan atau pengurangan pecahan dengan bilangan bulat, ubahlah bilangan bulat itu ke dalam bentuk pecahan dengan penyebut yang sama dengan penyebut pecahan itu. Kemudian, jumlahkan atau kurangkan pembilangnya sebagaimana pada bilangan bulat. Jika pecahan tersebut berbentuk pecahan campuran, jumlahkan atau kurangkan bilangan bulat dengan bagian bilangan bulat pada pecahan campuran. Contoh : 2 + = Dalam menentukan hasil penjumlahan atau pengurangan dua pecahan, samakan penyebut kedua pecahan tersebut, yaitu dengan cara mencari KPK dari penyebut-penyebutnya. Kemudian, baru dijumlahkan atau dikurangkan pembilangnya. Contoh :

57 31 Sifat-sifat penjumlahan bilangan pecahan sama dengan sifat-sifat penjumlahan pada bilangan bulat. 7) Mengalikan Bilangan Pecahan Untuk mengalikan dua pecahan dan dilakukan dengan mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut atau dapat ditulis dengan q dan s 0 Contoh : Sifat-sifat perkalian bilangan bulat juga berlaku untuk sifat-sifat bilangan pecahan. Invers perkalian (kebalikan) dari adalah. Suatu pecahan bila dikalikan dengan inversnya hasilnya selalu 1. Contoh : 8) Pembagian Bilangan Pecahan Untuk sebarang pecahan dan dengan q, r dan s 0 berlaku : = x dimana adalah invers dari

58 32 Contoh : c) Bangun Datar Materi bangun datar yang diajarkan dalam Bridging Course meliputi : 1) Mengenal bangun-bangun datar 2) Mengidentifikasi ciri-ciri masing-masing bangun datar melalui kegiatan observasi 3) Membedakan jenis-jenis segiempat 4) Mengenal jenis-jenis segitiga baik menurut sudut maupun sisisisinya melalui kegiatan observasi 5) Mengenal jenis-jenis trapesium melalui kegiatan observasi 6) Memahami konsep keliling dan menemukan rumus keliling suatu bangun datar 7) Menerapkan rumus keliling dalam kehidupan sehari-hari 8) Memahami konsep luas dan menemukan rumus luas suatu bangun data 9) Menerapkan rumus luas dalam kehidupan sehari-hari Semua indikator akan dibahas sebagai berikut : 1) Mengenal dan Mengidentifikasi Bangun-bangun Datar Macam-macam bangun datar meliputi :

59 33 (a) Persegi panjang Persegi panjang adalah bangun segi empat yang keempat sudutnya siku-siku dan sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. Gambar 2.9 Bangun Persegi Panjang Persegi panjang mampu menempati bingkainya dengan 4 cara. Sifat-sifat yang dimiliki oleh persegi panjang antara lain : (i) Sisi-sisi yang berhadapan dari persegi panjang sama panjang. (ii) Diagonal-diagonal persegi panjang adalah sama panjang dan membagi dua sama besar. (iii) Setiap sudut persegi panjang adalah sama besar dan membentuk sudut 90 o. Keliling persegi panjang dapat dihitung dengan rumus : Keliling Persegi Panjang = 2(p + l) = 2p + 2l p adalah panjang bangun persegi panjang dan l adalah lebar bangun persegi panjang. Sementara luas bangun persegi panjang dapat dihitung dengan rumus : Luas Persegi Panjang = p x l = pl.

60 34 (b) Persegi Persegi adalah bangun segi empat yang keempat sudutnya siku-siku dan keempat sisinya sama panjang dan sejajar. Gambar 2.10 Bangun Persegi Persegi mampu menempati bingkainya dengan 8 cara. Sifat-sifat yang dimiliki dalam persegi adalah : (i) Semua sisi persegi sama panjang (ii) Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya. (iii) Diagonal-diagonal persegi berpotongan sama panjang dan membentuk sudut siku-siku. Keliling persegi dapat dihitung dengan rumus : Keliling persegi = 4s s adalah sisi persegi, dan rumus untuk menghitung luas dari bangun persegi adalah Luas Persegi = s 2 (c) Jajargenjang Jajargenjang adalah bangun segi empat dimana sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta sudut yang berhadapan sama besar.

61 35 Gambar 2.11 Bangun Jajargenjang Sifat sifat yang dimiliki bangun jajargenjang adalah : (i) Pada setiap jajargenjang, sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. (ii) Pada jajargenjang, sudut yang berhadapan sama besar. (iii) Pada setiap jajargenjang, sudut yang berdekatan besarnya 180 o. (iv) Pada setiap jajargenjang, diagonalnya membagi 2 sama besar. t a Gambar 2.12 Bangun Jajargenjang KLMN Dari gambar diatas, keliling jajargenjang dapat ditulis dengan rumus : Keliling Jajargenjang = 2 (KL + LM) Luas bangun jajargenjang dapat dicari dengan rumus : Luas Jajargenjang = a x t Dengan a adalah alas jajargenjang dan t adalah tinggi jajargenjang. Tinggi jajargenjang selalu tegak-lurus terhadap alas jajargenjang.

62 36 (d) Belah ketupat Belah ketupat adalah bangun segi empat dengan sisi yang berhadapan sejajar, keempatnya sama panjang dan sudut yang berhadapan sama besar. Gambar 2.13 Bangun belah ketupat Sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun belah ketupat antara lain : (i) Semua sisi pada belah ketupat sama panjang (ii) Kedua diagonal pada belah ketupat merupakan sumbu simetri. (iii) Kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama panjang dan saling berpotongan tegak lurus. (iv) Pada setiap belah ketupat, sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonaldiagonalnya. Untuk mencari keliling dari bangun belah ketupat diberikan rumus : Keliling Belah Ketupat = 4s s adalah sisi dari belah ketupat.

63 37 Dan luas dari bangun belah ketupat, dapat dicari dengan rumus : Luas Belah Ketupat = adalah diagonal dari belah ketupat. (e) Layang-layang Layang-layang adalah segi empat yang masing-masing pasang sisinya sama panjang, diagonal-diagonalnya tegak lurus dan sepasang sudut yang berhadapan sama besar. Gambar 2.14 Bangun layang layang Bangun layang-layang memiliki beberapa sifat yaitu : (i) Pada setiap layang-layang, masing-masing sepasang sisinya sama panjang. (ii) Pada setiap layang-layang, terdapat sepasang sudut berhadapan sama besar. (iii) Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri. (iv) Salah satu diagonal layang-layang membagi diagonal lainnya menjadi dua bagian sama panjang dan kedua diagonal itu saling tegak lurus.

64 38 Gambar 2.15 Layang-layang ABCD Keliling layang-layang dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Keliling layang-layang = 2 (x + y) Dan untuk menghitung luas dari layang-layang diberkan rumus : Luas layang-layang = (f) Trapesium Trapesium adalah bangun segi empat yang mempunyai tepat sepasang sisi yang berhadapan sejajar. Gambar 2.16 Bangun Trapesium Trapesium terbagi menjadi 3 jenis yaitu : (i) Trapesium sebarang Trapesium sebarang adalah trapesium yang keempat sisinya tidak sama panjang.

65 39 Gambar 2.17 Trapesium sebarang Pada gambar di atas, AB // DC, sedangkan masing-masing sisi yang membentuknya, yaitu AB, BC, CD, dan AD tidak sama panjang. (ii) Trapesium sama kaki Trapesium sama kaki adalah trapesium yang mempunyai sepasang sisi yang sama panjang, di samping mempunyai sepasang sisi yang sejajar. Gambar 2.18 Trapesium Sama Kaki Pada gambar di atas, AB // DC dan AD = BC. (iii) Trapesium siku-siku Trapesium siku-siku adalah trapesium yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku (90 o ). Gambar 2.19 Trapesium Siku-siku

66 40 Pada gambar di samping, selain AB // DC, juga tampak bahwa besar DAB = 90 o (siku-siku). Sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun trapesium antara lain: (i) Jumlah sudut yang berdekatan di antara dua sisi sejajar pada trapesium adalah 180 o Trapesium sama kaki memiliki ciri-ciri khusus yaitu : (i) (ii) (iii) Diagonalnya sama panjang Sudut-sudut alasnya sama besar Dapat menempati bingkai dengan 2 cara Untuk menghitung keliling trapesium, diberikan rumus : Keliling Trapesium = jumlah seluruh sisi trapesium Sementara luas trapesium dapat dihitung dengan rumus : Luas Trapesium = x jumlah sisi sejajar x tinggi Bangun-bangun yang sudah dibicarakan diatas termasuk ke dalam keluarga segiempat. Berikut hubungan antar bangun segiempat Belah Ketupat Gambar 2.20 Bagan Hubungan Bangun Segiempat

67 41 (g) Segitiga Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga buah titik sudut. Gambar 2.21 Bangun Segitiga Alas segitiga merupakan salah satu sisi dari suatu segitiga, sedangkan tingginya adalah garis yang tegak lurus dengan sisi alas dan melalui titik sudut yang berhadapan dengan sisi alas. Jenis-jenis segitiga dapat dilihat dari beberapa segi : i. Panjang sisi-sisinya ii. Besar sudut-sudutnya iii. Panjang sisi dan besar sudutnya. i. Jenis segitiga menurut panjang sisi-sisinya I. Segitiga sebarang Segitiga sebarang adalah segitiga yang sisi-sisinya tidak sama panjang. Gambar 2.22 Segitiga sebarang

68 42 II. Segitiga sama kaki Segitiga sama kaki adalah segitiga yang memiliki 2 buah sisi yang sama panjang. Gambar 2.23 Segitiga Sama Kaki III. Segitiga sama sisi Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah sisi sama panjang dan 3 buah sudut sama besar. Gambar 2.24 Segitiga Sama Sisi ii. Jenis segitiga menurut besar sudut-sudutnya I. Segitiga lancip Segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut lancip. Sudut yang dibentuk lebih dari 0 o hingga kurang dari 90 o

69 43 II. Segitiga tumpul Gambar 2.25 Segitiga lancip Segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul. Sudut yang dibentuk lebih dari 90 o hingga kurang dari 180 o. Gambar 2.26 Segitiga Tumpul III. Segitiga siku-siku Segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku. Sudut yang dibentuk sebesar 90 o. Gambar 2.27 Segitiga Siku-Siku

70 44 iii. Jenis segitiga menurut panjang sisi dan besar sudutnya. I. Segitiga siku-siku sama kaki Segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan membentuk sudut siku-siku. Gambar 2.28 Segitiga siku-siku sama kaki II. Segitiga tumpul sama kaki Segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan membentuk sudut tumpul. Gambar 2.29 Segitiga tumpul sama kaki Untuk mencari keliling segitiga dibawah ini Gambar 2.30 Segitiga ABC

71 45 Keliling segitiga ABC diatas adalah Keliling Segitiga = a + b + c Dan untuk mencari luas segitiga, diberikan rumus yaitu : Luas segitiga = x alas x tinggi = x a x t = B. Hasil Belajar 1. Hasil Belajar Sebagai Hasil Dari Tujuan Instruksional Belajar dan mengajar sejatinya adalah sebuah proses yang mengandung 3 unsur di dalamnya. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan menjadi : a. Tujuan pengajaran (instruksional). b. Pengalaman (proses) belajar-mengajar. c. Hasil belajar. Ketiga unsur tersebut dapat digambarkan ke dalam sebuah diagram menjadi Tujuan Instruksional (a) (c) Proses Belajar Mengajar (b) Hasil Belajar Gambar 2.31 Diagram Hubungan Belajar dan Mengajar Garis (a) menunjukkan hubungan tujuan instruksional dengan pengalaman belajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara pengalaman

72 46 belajar dengan hasil belajar dan garis (c) menunjukkan suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan instruksional telah dicapai / dikuasai siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkan setelah menempuh proses belajar mengajar (Nana Sudjana, 2010:2). Bisa dikatakan bahwa ketiga unsur tersebut memiliki keterkaitan. Di dalam unsur-unsur tersebut muncul interaksi baik guru-siswa maupun siswa-siswa. Tujuan instruksional pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa (Nana Sudjana, 2010:2). Tujuan instruksional ini selaras dengan pengertian belajar yang dinyatakan oleh Hilgard (Mulyati, 2005) bahwa belajar berarti pembentukan tingkah laku individual melalui kontak dengan lingkungan dan secara psikologis (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Bisa dikatakan bahwa hakekat dari tujuan instruksional dan belajar saling memiliki keterkaitan, yaitu sama-sama mengarahkan siswa ke suatu perubahan tingkah laku. Tingkah laku yang diharapkan jelas tingkah laku yang bersifat positif. Hasil belajar / hasil pembelajaran berupa perubahan perilaku individu (Mohamad Surya, 2005:16). Bisa dikatakan bahwa muncul sesuatu yang baru dalam diri siswa. perubahan yang diharapkan jelas perubahan yang positif. Perubahan positif cenderung memiliki sifat seperti menetap,

73 47 fungsional dan disadari. Perubahan perilaku individu meliputi beberapa aspek yaitu - kognitif / pengetahuan - afektif / sikap, - konatif / tingkah laku - psikomotorik / keterampilannya. Aspek-aspek diatas biasanya muncul dan tertuang di dalam buku hasil belajar akhir siswa / raport. 2. Penilaian dan Jenis-jenis Penilaian Hasil Belajar Penilaian terhadap suatu hasil belajar adalah proses memberikan nilai terhadap suatu hasil belajar siswa dengan kriteria tertentu (Nana Sudjana, 2010:3). Artinya, apa yang dikerjakan siswa di dalam proses pembelajaran akan diberikan suatu penghargaan berupa nilai. Nilai yang didapat tergantung dari apa yang sudah dikerjakan siswa. Penilaian tidak hanya diberikan terhadap hasil belajar siswa saja. Penilaian juga dilakukan terhadap suatu proses belajar. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan pengajaran (instruksional) (Nana Sudjana, 2010:3). Penilaian proses belajar bisa meliputi penilaian terhadap keefisien dan keefektifannya dalam mencapai tujuan instruksional ataupun dalam mencapai perubahan dalam diri siswa. Berdasarkan kedua penilaian terhadap hasil belajar maupun proses belajar,

74 48 bisa dikatakan bahwa proses belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Secara hubungan, proses merupakan sebab dari hasil belajar. Ada beberapa jenis penilaian yang bisa dilakukan (Nana Sudjana, 2010:5) : a. Penilaian formatif; penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar. Tujuannya adalah melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri b. Penilaian sumatif; penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program seperti akhir semester. Tujuannya untuk melihat hasil yang dicapai oleh siswa yakni tujuan-tujuan materi pembelajaran yang dikuasai siswa. c. Penilaian diagnostik; penelitian yang dilakukan untuk kepentingan bimbingan belajar, remidial dan lain sebagainya. Tujuannya adalah melihat kelemahan dan kesulitan siswa serta faktor penyebabnya. d. Penilaian selektif; penelitian yang bertujuan untuk keperluan seleksi. e. Penilaian penempatan; penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Penilaian yang dilakukan bisa dilihat dari segi alat penilaiannya. Penilaian berdasarkan alat penilaiannya dibagi menjadi 2 yaitu tes dan nontes. Penilaian dengan tes terbagi menjadi beberapa macam yaitu tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tertulis (menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal

75 49 pada tes ada yang disusun secara objektif maupun esai / uraian. Sementara non-tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner / angket, wawancara dan lain sebagainya (Nana Sudjana; 2010:5). Penilaian juga masih terbagi menjadi 2 hal, yaitu speed test (menggunakan kecepatan) seperti tes objektif dan power test (menggunakan kekuatan) seperti esai / uraian. Penilaian masih dapat dibagi lagi menurut objek yang dinilai, yaitu tes individu dan tes kelompok. 3. Alat Penilaian Hasil Belajar Tes adalah salah satu alat penilaian hasil belajar siswa. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, tulisan maupun perbuatan (Nana Sudjana, 2010:35). Kebanyakan tes yang diberikan digunakan untuk menilai hasil belajar kognitif siswa, sementara untuk bidang afektif (sikap) dan psikomotorik (gerak) terdapat tes-tes tertentu pula. Tes yang diberikan kepada siswa sebenarnya memiliki banyak bentuk, salah satunya adalah tes dalam bentuk tes objektif. Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk seperti soal benar-salah, soal berganda, soal menjodohkan dan soal isian. a. Soal benar-salah Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan jawaban yang benar

76 50 dan sebagian lagi merupakan pernyataan salah. Bentuk soal ini digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi dan prinsip (Nana Sudjana, 2010:45-47). Kebaikan Koreksi dapat dilakukan dengan cepat dan objektif Kelemahan Kemungkinan menebak jawaban benar setiap soal hanya 50%. Kurang dapat mengukur aspek Soal dapat disusun dengan mudah pengetahuan Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan Tabel 2.A1 Kebaikan dan Kelemahan Tes Benar-Salah Untuk membuat soal bentuk ini, perlu memperhatikan hal-hal : 1) Hindari pernyataan yang mengandung kata kadang-kadang, selalu, umumnya dan lain sebagainya 2) Hindari penggunaan kalimat langsung dari buku pelajaran. 3) Hindari pernyataan yang merupakan pendapat yang masih diperdebatkan kebenarannya. 4) Hindari penggunaan pernyataan negatif ganda. 5) Usahakan kalimat soal tidak terlalu panjang 6) Susun pernyataan-pernyataan benar-salah secara random, jangan membuat pola yang mudah ditebak siswa.

77 51 b. Soal berganda Soal berganda adalah bentuk tes objektif yang mempunyai satu jawaban benar. Bentuk soal ini terdiri atas stem, pernyataan yang berisi permasalahan yang ditanyakan; option, sejumlah pilihan jawaban; Kunci, jawaban benar / paling tepat dan distractor (pengecoh), jawaban lain selain jawaban benar. Kebaikan Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar bahan pengajaran yang sudah Kelemahan Kemungkinan melakukan tebak terka masih cukup besar dan terbuka diberikan Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan cepat menggunakan kunci jawaban Jawaban setiap pertanyaan sudah pasti benar dan salah Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat secara nyata sehingga penilaian bersifat objektif Tabel 2.A2 Kebaikan dan Kelemahan Tes Berganda c. Soal menjodohkan Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok ini berada pada satu kesatuan soal. Bagian kiri adalah soal pernyataan dan bagian kanan adalah jawaban. Umumnya

78 52 jumlah soal dan jawaban sama jumlahnya namun baiknya pilihan jawaban harus lebih banyak daripada soal. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi siswa menjawab dengan metode menebak (Nana Sudjana, 2010:47) Kebaikan Kelemahan Hanya dapat digunakan untuk Penilaian dapat dilakukan secara cepat dan objektif mengukur hal-hal yang sifatnya fakta dan hapalan Tepat digunakan untuk mengidentifikasi dua hal yang saling berhubungan Sukar untuk menentukan materi / pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan Tabel 2.A3 Kebaikan dan Kelemahan Tes Menjodohkan Untuk membuat soal bentuk ini, perlu memperhatikan hal-hal : 1) Materi yang diajukan berasal dari hal yang sama sehingga persoalan yang ditanyakan bersifat homogen. 2) Usahakan pernyataan dan jawaban mudah dimengerti. 3) Jumlah jawaban hendaknya lebih banyak dari jumlah soal. 4) Gunakan simbol yang berlainan antara pertanyaan dan jawaban. 5) Susunlah soal dalam satu halaman yang sama.

79 53 d. Soal isian Bentuk soal isian merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar dan salah (Nana Sudjana, 2010:44). Tes dalam bentuk ini dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan istilah, fakta, prinsip, metode, prosedur dan lain sebagainya. Kebaikan Menyusun soal relatif soal Kecil kemungkinan bagi siswa untuk memberi jawaban dengan cara menebak Menuntut siswa untuk menjawab dengan singkat dan tepat Hasil penilaian cukup objektif Kelemahan Kurang dapat mengukur aspek yang lebih tinggi Tetap memerlukan waktu lama untuk mengoreksinya Menyulitkan pengkoreksian apabila jawaban testee membingungkan Tabel 2.A4 Kebaikan dan Kelemahan Tes Isian Untuk membuat soal bentuk ini, perlu memperhatikan hal-hal : 1) Jangan menggunakan / mengambil pernyataan yang langsung dari buku. 2) Pernyataan hendaknya mengandung hanya satu kemungkinan jawaban yang dapat diterima.

80 54 4. Analisis Hasil Belajar Analisis hasil belajar atau tepatnya analisis item soal adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh pertanyaan yang memiliki kualitas baik dan memadai. Analisis yang bisa dilakukan antara lain analisis tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Menganalisis tingkat kesukaran soal berarti mengkaji soal-soal berdasarkan tingkat kesulitannya. Untuk mengetahui kualitas soal tersebut baik atau tidak, perlu mengetahui keseimbangan kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksud adalah bobot soal mudah, sedang dan sukar tergolong seimbang dan proposional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari seberapa sanggup siswa menjawab soal yang diberikan. Sehingga bisa dikatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang yang memiliki bobot kesukaran yang seimbang antara soal yang mudah, sedang dan sukar. Nana Sudjana (2010:135) menyatakan bahwa ada beberapa pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal berkategori mudah, sedang dan sukar. Biasanya proporsi soal dibuat atau 30% soal berkategori mudah, 40% soal berkategori sedang dan 30% soal berkategori sukar. Analisis daya pembeda soal adalah mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam membedakan siswa yang masuk ke dalam kategori rendah atau tinggi prestasinya. Bisa dikatakan pula bahwa analisis daya pembeda soal adalah mengkaji butir soal dengan tujuan mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang mampu (tinggi

81 55 prestasinya) dengan siswa yang kurang mampu. Artinya, bila soal diberikan kepada anak yang mampu maka hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi dan sebaliknya. Namun apabila jika soal diberikan kepada siswa yang mampu namun hasilnya menunjukkan prestasi yang rendah atau sebaliknya bisa dikatakan bahwa soal tersebut tidak memiliki kualitas yang baik. Hal itu dikarenakan soal tidak mampu membedakan mana siswa yang mampu dan mana yang tidak mampu. C. Pre-test dan Post-test Jika berbicara lebih jauh mengenai pre-test dan post-test, kedua hal ini terkait erat dengan apa yang dinamakan evaluasi. Menurut Anas Sudijono, Evaluasi adalah suatu kegiatan / proses menentukan nilai dari segala sesuatu. Dalam hal ini yang akan dievaluasi adalah hasil belajar siswa. Pre-test dan post-test merupakan bagian dari sebuah tes itu sendiri. Tes (Anas Sudijono, 2011:67) adalah cara / prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian (dalam hal ini di bidang pendidikan), yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan / perintah-perintah oleh testee sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan prestasi testee tersebut. Tes memiliki 2 fungsi yaitu : 1. Alat pengukur tingkat perkembangan / kemajuan belajar siswa dan 2. Alat pengukur keberhasilan suatu program pengajaran. Dengan begitu, pre-test dan post-test memiliki fungsi yang sama seperti yang dipaparkan oleh Anas Sudijono.

82 56 Pre-test dan post-test biasanya diberikan sebelum dan sesudah periode suatu materi diberikan. Pre-test sering disebut dengan tes awal. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana materi yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa khususnya siswa baru. Biasanya isi dari materi tes awal ditekankan pada bahan-bahan esensial (penting) yang sudah diketahui siswa (siswa baru). Ada tindak lanjut yang dilakukan setelah melalui pre-test (Anas Sudijono, 2011:69) yaitu : 1. Apabila semua materi yang terdapat pada pre-test dikuasai dengan baik, maka materi tersebut tidak diajarkan lagi. 2. Jika materi yang dipahami siswa hanya sebagian saja, maka materi yang diajarkan cukup materi yang belum dipahami oleh siswa. Tes akhir atau disebut post-test dilaksanakan pada akhir suatu program pengajaran. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua materi pembelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai oleh siswa. Isi dari tes ini adalah materi-materi penting yang telah diajarkan dan biasanya soal tes dibuat sama dengan tes awal. Maka dari itu, apabila tes akhir itu lebih baik dari tes awal maka prorgam pengajaran itu berjalan dengan baik. D. Kerangka Berpikir Adakalanya guru perlu melaksanakan evaluasi bagi siswanya. Termasuk siswa baru yang akan atau sedang memasuki jenjang SMP. Guru perlu mengetahui sampai sejauh mana kemampuan dan bekal yang dipunyai siswa

83 57 mengenai materi yang sudah mereka pelajari di tingkat SD. Beruntung bagi sekolah yang melaksanakan tes ujian masuk saat penerimaan siswa baru, dari tes ujian masuk tersebut pihak sekolah mampu melihat mana-mana saja siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dan dibawah rata-rata. Namun bagi sekolah yang tidak melaksanakan tes ujian masuk dalam menerima siswa baru akan kesulitan mana siswa yang benar-benar siap mengikuti pembelajaran di tingkat SMP. Ketidaksiapan dalam mengikuti pembelajaran itu nantinya akan berdampak pada hasil belajar yang didapat siswa. Oleh sebab itu, sekolah yang tidak mengadakan tes ujian masuk akan diberikan suatu program pengajaran dari Dinas Pendidikan. Program pengajaran tersebut diberi nama Bridging Course. Program Bridging Course dipakai untuk membantu sekolah dalam menjembatani bekal dan kemampuan siswa baru, agar siswa semakin siap dalam mengikuti pembelajaran di tingkat SMP. E. Hipotesis Program Bridging Course memiliki tujuan untuk menjembatani bekal dan kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran di tingkat SMP. Hal ini berarti, ingatan siswa mengenai materi yang pernah dipelajari sewaktu SD akan dipanggil kembali untuk menjadi bekal pengetahuan mendasar materi yang akan dipelajari di tingkat SMP. Pola pembelajaran yang ada dalam program Bridging Course sendiri meliputi pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah. Pola yang dilaksanakan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. Dengan

84 58 tujuan yang ingin dicapai dan pola pembelajaran yang disesuaikan dengan siswa, penelitian mengenai program Bridging Course akan membantu siswa dalam peningkatan hasil belajar siswa di kelas yang dikenai program ini.

85 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata (Punaji, 2010:33). Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan / mendeskripsikan semua kejadian yang terjadi selama course berlangsung di kelas VII Cerdas. Peneliti juga mendeskripsikan hasil belajar siswa berupa hasil kuis selama course. Penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti menggunakan teknik-teknik observasi, wawancara atau interview, analisis isi dan metode pengumpulan data lainnya untuk menyajikan respons-respons dan perilaku subjek (Punaji, 2010:34). Dalam penelitian ini, peneliti memberikan tafsiran atau pengkajian secara mendalam setiap fenomena yang terjadi di kelas course dan mengikuti perkembangan course di tiap pertemuannya. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang secara umum menggunakan data-data yang nantinya akan diskor dalam angka yang kemudian dianalisis menggunakan statistik (Paul Suparno, 2010:7). Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa berupa nilai pretest, kuis dan post-test akan dihitung menggunakan statistika. 59

86 60 Dalam penelitian ini, data rekaman video dan hasil kuisoner dideskripsikan secara kualitatif. B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/ Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta melalui program Bridging Course dengan pokok bahasan materi bilangan bulat, bilangan pecahan dan bangun datar. C. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah penyebab yang diduga (presumed cause) menyebabkan perubahan hasil (Punaji, 2010:110). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program Bridging Course dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bilangan bulat, bilangan pecahan dan bangun datar. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat adalah variabel yang mempresentasikan dampak yang diduga (presumed effect) sebagai akibat dari variabel bebas dan diamati melalui hasil yang ditimbulkanoleh adanya perlakuan / pemberian

87 61 treatment terhadap suatu keadaan, objek, orang dan segala yang dapat diobservasi (Punaji, 2010:111). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta. D. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian berlangsung bulan Agustus hingga September Pelaksanaan penelitian berlangsung di semester ganjil tahun pelajaran 2012 / E. Bentuk Data Penelitian 1. Data Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar siswa diperoleh dari skor hasil tes belajar matematika yang disajikan oleh program Bridging Course. Tes dalam penelitian ini meliputi tes kemampuan awal (pre-test), kuis dan post-test. Hasil pre-test ini digunakan untuk melihat kemampuan pemahaman siswa di dalam mengerjakan soal Bridging Course dan melihat kecenderungan soal-soal mana saja yang memiliki banyak kesalahan, sedangkan post-test digunakan sebagai konfirmasi hasil belajar siswa setelah mengikuti proses course yang merupakan bagian dari program Bridging Course. Kuis yang dilaksanakan pada setiap Course digunakan untuk mengukur kemampuan siswa di tiap materi di setiap pertemuannya. Hasil kuis saat Course akan

88 62 digunakan untuk mengetahui pengaruh program Bridging Course terhadap hasil belajar siswa kelas VII Cerdas mengalami peningkatan atau tidak. F. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode / cara pengumpulan data untuk mengetahui hambatan siswa dalam mengikuti course berupa angket dan observasi berupa pengamatan di kelas sementara teknik pengambilan data hasil belajar siswa dilakukan dengan tes tertulis berupa pre-test dan post-test. 1. Pengamatan / observasi Observasi dilakukan sebagai alat penilaian untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Nana Sudjana, 2010:84). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan untuk mengetahui dan mengamati proses Course program Bridging Course yang dilaksanakan. Pengamatan dilakukan sendiri dengan menggunakan media camera digital. 2. Pemberian angket / kuesioner Angket / kuisoner diberikan sebagai alat untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa (Nana Sudjana, 2010:67). Pemberian angket dalam penelitian ini diberikan untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa saat mengikuti Course. Pemberian angket diberikan setiap pertemuan Course berlangsung sehingga peneliti mampu menganalisis kesulitan yang dialami

89 63 dan dirasakan siswa ketika mengikuti Course. Angket yang diberikan adalah jenis angket terbuka. 3. Data hasil belajar siswa Data mengenai hasil belajar siswa didapat dengan memberikan soal pre-test, kuis dan post-test. Pre-test dilakukan pada MOS / sebelum pertemuan course dilaksanakan, kuis diberikan setiap akhir pertemuan course dan post-test dilakukan setelah siswa mengikuti program course. Data yang didapat inilah yang digunakan untuk mengetahui seberapa baik pengaruh Bridging Course terhadap hasil belajar siswa dilihat dari peningkatan nilai pre-test ke nilai post-test. 4. Dokumen Dokumen disini menjadi sumber data yang sangat membantu untuk memperkuat data penelitian. Dokumen yang digunakan adalah data foto hasil pre-test, kuis dan post-test siswa. Sementara data video yang digunakan adalah data video proses pembelajaran course di kelas VII Cerdas. G. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya berupa : tes tertulis, angket, wawancara, dokumentasi, dan observasi (Paul Suparno, 2010:56). Pada penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian.

90 64 1. Instrumen Pembelajaran Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran terdiri dari 2 sumber yang berbeda: a. Sumber yang berasal dari guru Instrumen pembelajaran yang bersumber dari guru meliputi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), Silabus dan Soal Kuis di tiap course. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dipakai karena materi Bridging Course sesuai dengan materi yang diajarkan di awal kelas VII. Hal ini dilakukan untuk efisiensi waktu. 1) Standar Kompetensi : 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung Bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah KompetensiDasar : 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan Pecahan Kompetensi Dasar 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan Indikator Menjumlahkan bilangan bulat dengan koin bilangan Mengurangkan bilangan bulat dengan koin bilangan Mengalikan bilangan bulat dengan koin bilangan Membagi bilangan bulat dengan koin bilangan Memahami konsep pecahan menggunakan batang pecahan Menyebutkan macam-macam pecahan Menentukan KPK dan FPB Menentukan pecahan senilai Merubah pecahan ke bentuk lain Menjumlahkan pecahan Mengurangkan pecahan

91 65 Kompetensi Dasar Indikator Mengalikan pecahan Membagi pecahan Tabel 3.A1 Kisi-kisi materi Bridging Course dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi bilangan bulat dan pecahan 2) Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya Kompetensi Dasar : 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya. 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang. 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya. 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang. 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat Indikator Mengenal bangun datar segitiga Mengidentifikasi ciri-ciri masing-masing bangun datar Mengenal jenis-jenis segitiga baik menurut sudut maupun sisi-sisinya Mengidentifikasi ciri-ciri masing-masing bangun datar Membedakan jenis-jenis segiempat Mengenal jenis-jenis trapesium Memahami konsep keliling

92 66 Kompetensi Dasar Indikator serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. dan menemukan rumus keliling suatu bangun datar Menerapkan rumus keliling dalam kehidupan sehari-hari Memahami konsep luas dan menemukan luas suatu bangun datar Menerapkan rumus luas dalam kehidupan sehari hari Tabel 3.A2 Kisi-kisi materi Bridging Course dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi bangun datar b. Sumber yang berasal dari Dinas Pendidikan Instrumen pembelajaran yang bersumber dari dinas pendidikan yaitu soal pre-test dan post-test Bridging Course. Pre-test dan post-test ini berisi soal-soal yang memuat 3 materi besar Bridging Course yaitu bilangan bulat, bilangan pecahan dan bangun datar. 2. Instrumen Penelitian a. Instrumen Observasi Observasi yang dilakukan adalah observasi non-sistematik. Observasi non-sistematik adalah observasi yang dilakukan tanpa terlebih dahulu mempersiapkan dan membatasi kerangka yang akan diamati. Artinya adalah peneliti melakukan pengamatan bebas tanpa menggunakan pedoman instrumen observasi. Dari observasi nonsistematik ini, peneliti akan memaparkan apa saja yang sudah dilihat dan dialami selama mengikuti proses pembelajaran.

93 67 b. Pengumpulan Dokumen Cara lain untuk memperoleh data dari aktivitas siswa adalah dengan menggunakan teknik pengumpulan dokumen. Dokumen adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat dipergunakan sebagai bukti atau keterangan (Menurut KBBI). Pada penelitian ini menggunakan rekaman video dan foto sebagai bukti kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang akan direkam dalam penelitian ini antara lain: 1) Keadaan proses pembelajaran Course yang dilaksanakan di kelas VII Cerdas. 2) Hasil belajar yang berupa nilai pre-test, post-test dan nilai kuis setiap pertemuannya. c. Angket Angket / kuisoner diberikan sebagai alat untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa (Nana Sudjana, 2010:67). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket terbuka. Angket ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa dalam mengikuti course. Kisi-kisi angket yang dibuat peneliti meliputi dua hal : 1) Bagian (materi) mana yang menjadi kesulitan siswa saat itu (pertemuan course) 2) Alasan siswa memilih hal itu sebagai kesulitannya.

94 68 3. Hasil Tes Belajar siswa. Hasil tes belajar siswa didapatkan dari soal pre-test dan post-test Bridging Course yang diberikan pemerintah dan soal-soal kuis dari guru mapel matematika di setiap Course. Berikut nomor soal pada Bridging Course dan materi yang terkait didalamnya. No Indikator No soal 1. Penjumlahan Bilangan Bulat 2. Pengurangan Bilangan Bulat 3. Perkalian Bilangan Bulat 1, 2, 3, 4, 5, 6 4. Pembagian Bilangan Bulat 5. Memahami Konsep Pecahan 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, Menyebutkan macam-macam Pecahan 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, Menentukan FPB dan KPK 7 8. Menentukan Pecahan Senilai 8 9. Merubah Pecahan ke Bentuk Lain 8, 10, 12, Menjumlahkan dan Mengurangkan Pecahan 9, 11, Mengalikan Pecahan Membagi Pecahan Mengenal Bangun Datar dan Ciri-cirinya 15, 16, 22, Mengenal Jenis Segitiga dan Segiempat 15, 19, 20, Mengenal Jenis Trapesium Menerapkan Konsep Keliling Bangun Datar Menerapkan Konsep Luas Bangun Datar 23, 24, 25 Tabel 3.A3 Kesesuaian Indikator dengan Soal Bridging Course Penilaian pre-test dan post-test bersifat obyektif karena soal berbentuk pilihan ganda dan soal kuis dinilai secara subyektif oleh guru karena soal berbentuk uraian. H. Metode Analisis Data Analisis data yang dilakukan mencakup 2 hal yaitu analisis hasil belajar siswa dan analisis hambatan siswa.

95 69 1. Analisis Data Hasil Belajar Siswa Analisis data hasil belajar ini terbagi menjadi dua hal yaitu analisis data hasil belajar secara keseluruhan dan analisis data hasil belajar berdasarkan tiap materinya. Kedua analisis yang dilakukan sama-sama menganalisis tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal pre-test dan posttest, menghitung nilai rata-rata pre-test dan post-test serta menghitung peningkatan hasil belajar pre-test dan post-test. a. Analisis Tingkat Kesukaran Soal Sebelum memulai untuk menganalisis hasil pekerjaan siswa, terlebih dahulu melakukan analisis tingkat kesukaran soal. Hal ini dilakukan untuk membandingkan jawaban siswa dengan tingkat kesukaran setiap item soal. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghitung tingkat kesukaran soal adalah : - Inputkan nilai tiap item soal seluruh siswa yang mengikuti pretest dan post-test. - Beri nilai 1 untuk item benar dan 0 untuk item salah - Jumlahkan seluruh nilai benar dari setiap item soal. - Bagi setiap jumlah benar di tiap item soal dengan jumlah siswa yang mengikuti pre-test atau post-test. - Hasil yang didapatkan dibandingkan dengan kriteria tingkat kesukaran soal yang sudah ditentukan.

96 70 No Soal No siswa n 1 2 m k L O p q R Tabel 3.A4 lembar analisis kesukaran soal pre-test dan post-test n = jumlah seluruh soal m = jumlah siswa yang mengikuti pre-test dan post-test k, l, o, p, q, r = jumlah benar setiap item soal setelah mendapatkan jumlah benar dari setiap item soal, maka nilai tersebut (k, l, o, p, q, r) dibagi dengan m (jumlah siswa yang mengikuti pre-test dan post-test). Hasilnya dibandingkan dengan kriteria tingkat kesukaran soal. Menurut Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen, kriteria kesukaran dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut : Rentang Angka Kategori < 0,30 Terlalu sukar 0,30 0,70 Sedang > 0,70 Terlalu Mudah Tabel 3.A5 Tabel Kategori Tingkat Kesukaran Soal Dari tabel tersebut diatas dapat diartikan sebagai : 1) Soal yang memiliki rentang angka kurang dari 0,30 dianggap sebagai soal dengan kategori terlalu sukar bagi siswa di kelas tersebut. 2) Soal yang memiliki rentang angka antara 0,30 hingga 0,70 dianggap sebagai soal dengan kategori cukup / sedang bagi siswa di kelas tersebut.

97 71 3) Soal yang memiliki rentang angka lebih dari 0,70 dianggap sebagai soal dengan kategori mudah bagi siswa di kelas tersebut. b. Analisis Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal tes hasil belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasikan) antara testee berkemampuan tinggi dengan testee berkemampuan rendah sedemikian rupa sehingga sebagian besar testee berkemampuan tinggi lebih banyak menjawab betul, sementara testee berkemampuan rendah sebagian besar menjawab salah (Anas Sudijono, 2011:386) Tabel yang digunakan sama seperti tabel sebelumnya No Soal No siswa n R 1 2 m k L O p Q R Tabel 3.A6 Lembar Analisis Daya Pembeda Soal n = jumlah seluruh soal m = jumlah siswa yang mengikuti pre-test dan post-test k, l, o, p, q, r = jumlah benar setiap item soal R = rangking Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencari daya pembeda soal adalah :

98 72 - Buat rangking siswa berdasarkan jumlah soal yang dijawab dengan benar. - Setelah mendapat seluruh rangking siswa, buat 2 kategori kelas. kita sebut dengan kelas atas dan kelas bawah. Kelas atas terdiri dari siswa dengan rangking tertinggi dan kelas bawah terdiri dari siswa dengan rangking terendah. - Banyaknya siswa yang masuk ke dalam kelas atas dan kelas bawah adalah 27% dari jumlah siswa yang mengerjakan soal. 27% diambil karena sudah ketetapan peneliti terdahulu. - Buat tabel baru untuk memasukkan nilai dari siswa kelas atas dan kelas bawah. Tabel yang dibuat sama seperti tabel sebelumnya namun perlu diurutkan dari rangking tertinggi dari tiap kelasnya. - Buat tabel baru kembali untuk perhitungan daya pembeda soal No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori Tabel 3.A7 Tabel Hitung Daya Pembeda Soal B A = jumlah benar di kelas atas di nomor- B B = jumlah benar di kelas bawah di nomor- J A = jumlah siswa di kelas atas J B = jumlah siswa di kelas bawah P A = jumlah benar di kelas atas di nomor- dibagi dengan jumlah siswa di kelas atas

99 73 P B = jumlah benar di kelas bawah di nomor- dibagi dengan jumlah siswa di kelas bawah D = P A - P B Setelah menghitung seluruhnya, kita padankan D dengan kategori berdasarkan Anas Sudijono. Rentang Angka Kategori 0,00-0,20 Daya Pembeda Jelek 0,20-0,40 Daya Pembeda Sedang 0,40-0,70 Daya Pembeda Baik 0,70 1,00 Daya Pembeda Baik Sekali < 0,00 Daya Pembeda Jelek Sekali Tabel 3.A8 Tabel Kategori Daya Pembeda Soal Dari tabel diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut : - Daya pembeda jelek : testee berkemampuan tinggi lebih banyak menjawab salah daripada testee berkemampuan rendah - Daya pembeda sedang : testee berkemampuan tinggi seimbang dengan testee berkemampuan rendah dalam menjawab soal. - Daya pembeda baik : testee berkemampuan tinggi lebih banyak menjawab benar daripada testee berkemampuan rendah - Daya pembeda baik sekali : testee berkemampuan tinggi dominan menjawab benar daripada testee berkemampuan rendah - Daya pembeda jelek sekali : testee berkemampuan tinggi dominan menjawab salah daripada testee berkemampuan rendah.

100 74 c. Nilai Rata-rata Untuk mencari rata-rata nilai pre-test dan post-test kita konversikan skor yang didapat siswa. untuk mengkonversi kita gunakan rumus : Setelah mendapat nilai tiap siswa, kita bisa mencari nilai rata-rata kelas baik itu pre-test dan post-test. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai rata-rata kelas adalah Rumus yang digunakan berlaku baik untuk analisis soal secar keseluruhan ataupun analisis soal berdasarkan materinya.

101 75 d. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Untuk menganalisis peningkatan prestasi belajar siswa dari hasil pretest dan post-test digunakan uji statistik dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1) Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis berdistribusi normal. Dalam hal ini x i merupakan selisih antara nilai pre-test dan post-test. Langkah-langkah uji normalitas menurut Husaini dan Purnomo, (2008:315) yaitu: a) Merumuskan H o dan H 1 H o : F(x) = H 1 : F(x) (x) (x) b) Menentukan taraf signifikansi ( c) Menentukan daerah kritik : D hitung d) Menentukan nilai statistik uji D : (i) Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar (ii) Hitung frekuensi untuk setiap pengamatan x i yang berbeda (iii) Hitung frekuensi kumulatif relatif = S N (x i ) (iv) HitungZ i = (v) Tentukan (x i ) = P ( Z <Z i ) (vi) Buat tabel berikut ini

102 76 x i (x i ) S N (x i ) Z i (x i ) Tabel 3.A9 Tabel Uji Normalitas (vii) MenentukanD maksimum e) Membuat kesimpulan H o diterima bila D hitung < dan disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. 2) Uji t Jika telah disimpulkan bahwa data berdistribusi normal maka dapat dilakukan uji t untuk kelompok dependen, atau satu kelompok yang di-test dua kali, untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Menurut Paul Suparno (2010:97) rumus yang digunakan untuk menghitung nilai t adalah: Keterangan: d : perbedaan skor tiap subjek n: jumlah pasang data d f = n -1

103 77 Langkah-langkah uji t adalah: 1) Merumuskan H 0 dan H 1 2) Menentukan taraf signifikansi ( 3) Menentukan wilayah kritik Ho ditolak jika t hitung < - t tabel atau t hitung >t tabel 4) Menentukan statistik uji: 5) Membuat kesimpulan a) Jika t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan sehingga dapat dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa. b) Jika -t tabel t hitung t tabel maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan sehingga dapat dikatakan tidak terjadi peningkatan hasil belajar siswa. 2. Analisis Hambatan Siswa Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hambatan siswa dalam mengikuti course adalah dengan :

104 78 1) Membandingkan beberapa item soal dengan jawaban kuesioner siswa 2) Hasil rekaman foto dan video menurut sisi peneliti 3) Pengulasan materi yang diajarkan I. Rencana Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini meneliti tentang pengaruh program Bridging Course terhadap hasil belajar siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2012 / Agar penelitian ini berjalan dengan lancar, maka dibuat suatu rencana kegiatan penelitian yang nantinya digunakan sebagai acuan penelitian. Berikut rencana kegiatan selama penelitian berlangsung : a. Perencanaan Sehubungan peneliti terlambat mengikuti proses awal yaitu pre-test maka perencanaan kegiatan penelitian diawali setelah pre-test yang meliputi : (1) Menyiapkan lembar kuesioner bagi siswa yang akan dibagikan setiap pertemuannya. (2) Menyiapkan alat elektronik untuk tujuan dokumentasi seperti camera digital dan handphone. b. Pelaksanaan dan Pengamatan Karena dalam pelaksanaannya peneliti tidak terlibat langsung dalam pembelajarannya maka peneliti hanya bertindak sebagai observer di kelas namun tetap mengikuti kegiatan pembelajarannya yang meliputi : (1) Merekam semua kejadian di kelas selama pelaksanaan Course

105 79 (2) Membantu guru mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran (3) Ikut mengkoreksi apabila ada materi salah / kurang tepat yang disampaikan kepada siswa (4) Membantu guru mengkoreksi hasil kuis siswa (5) Membantu siswa yang kesulitan mempelajari materi (6) Mengawasi jalannya post-test di akhir pembelajaran course. (7) Membagikan kueisoner di tiap akhir pembelajaran selama course berlangsung. c. Pengolahan Data Dari data-data yang sudah diperoleh, peneliti melakukan olah data hingga menemukan sebuah kesimpulan dari rumusan masalah yang ditanyakan. d. Penyusunan Laporan Penelitian

106 BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN DI LAPANGAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian di lapangan Pembelajaran Bridging Course mulai dilaksanakan setelah selesai mengadakan pre-test. Pre-test itu sendiri dilaksanakan pada tanggal 24 Juli Penelitian ini mengambil subyek siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2012 / Course diawali sejak tanggal 25 Juli 2012 hingga 11 September Siswa aktif yang hadir mengikuti course ini sebanyak 26 siswa yang terdaftar pada absensi kelas. Pre-test diadakan pada tanggal 24 Juli 2012 di kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2012 / Pre-test ini diikuti oleh 25 siswa. Dari data yang sudah diperoleh kebanyakan siswa memperoleh nilai yang kurang baik. Hasil yang kurang baik inilah yang mengindikasikan bahwa bekal dan kemampuan siswa di kelas tersebut belum merata. Masih ada beberapa siswa yang kesulitan mengerjakan soal karena bekal dan kemampuannya kurang. Oleh karena bekal dan kemampuan yang dimiliki siswa kurang maka muncul kecenderungan hitung kancing atau asal menyilang karena soal berbentuk pilihan ganda. Bisa dikatakan bahwa course perlu dilaksanakan untuk membantu menjembatani kemampuan siswa. 80

107 81 Course yang dilaksanakan hanya mencakup 2 materi Bridging Course saja yaitu bilangan bulat dan bilangan pecahan, dikarenakan waktu yang tidak mencukupi untuk membahas semua materi Bridging Course. Materi bangun datar hanya dijelaskan secara sepintas melalui soal-soal pre-test. Course diadakan hampir sebanyak 12 kali. Course ini mengambil jam matematika. Pembelajaran matematika di kelas tersebut dilaksanakan pada hari selasa, rabu dan kamis. Atas kesepakatan bersama guru mata pelajaran matematika, diputuskan bahwa siswa boleh menlakukan penelitian sebanyak 2 hari setiap minggu. Dalam penelitian course ini, peneliti hanya masuk ke kelas di hari selasa dan rabu saja dikarenakan hari kamis peneliti harus mengikuti perkuliahan. Informasi yang terjadi di hari kamis akan diinformasikan kepada peneliti pada hari selasa. Di dalam kelas Course, peneliti ikut membantu mengawasi jalannya pembelajaran sehingga peneliti tahu interaksi apa saja yang muncul di kelas tersebut. Berikut tabel jadwal Course yang telah dilaksanakan : Hari dantanggal Course Materi Course Selasa, 31 Juli 2012 Penjumlahan bilangan bulat dengan garis bilangan Rabu, 1 Agustus 2012 Penjumlahan bilangan bulat dengan persegi-ajaib Operasi pada bilangan bulat dengan Kamis, 2 Agustus 2012 menggunakan media gelas dan sedotan Selasa, 7 Agustus 2012 Sifat-sifat operasi bilangan bulat Rabu, 8 Agustus 2012 Pangkat dan akar bilangan bulat Kamis, 9 Agustus 2012 Operasi pangkat dan akar bilangan bulat Selasa, 14 Agustus Rabu, 15 Agustus 2012 Mengenal pecahan Rabu, 29 Agustus 2012 Membandingkan, menyisipkan dan mengurutkan pecahan

108 82 Hari dantanggal Course Selasa, 4 September 2012 Kamis, 6 September 2012 Materi Course Operasi pada pecahan Akar dan pangkat bilangan pecahan Tabel 4.A1 Tabel jadwal penelitian Pertimbangan waktu yang terlalu lama apabila terus mempelajari materi BC selanjutnya yaitu bangun datar. Hal itu dikarenakan materi bangun datar ada di akhir semester genap kelas VII. Apabila materi ini diajarkan saat course maka akan terjadi pengulangan mengajaran materi bangun datar di kemudian hari. hal tersebut juga akan memakan jatah dari materi lain. Tes akhir / post-test dilaksanakan pada tanggal 11 September Tes ini diikuti oleh 27 siswa. Tes akhir ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui seberapa jauh pemahaman mereka mengenai materi-materi yang diajarkan. Berikut kisi-kisi soal pre-test dan post-test yang didapat oleh peneliti saat observasi. Soal selengkapnya ada di lampiran A4 dan A5. No Soal Materi 1 6 Bilangan Bulat 7 14 Bilangan Pecahan Bangun Datar Himpunan Tabel 4.A2 Kisi-kisi Materi Soal pre-test dan post-test BC Dalam soal tersebut, muncul 5 soal yang berisikan materi himpunan yang tidak masuk ke dalam materi Bridging Course. untuk perhitungan analisis, soal himpunan digabung dengan materi soal bangun datar.

109 83 B. Hasil Penelitian 1. Analisis tingkat kesukaran soal a. Tingkat Kesukaran Soal Secara Keseluruhan Perlunya memastikan tingkat kesukaran soal yang akan diberikan. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana bekal dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal. Materi himpunan yang sejatinya tidak masuk dalam materi BC, tetap ikut dianalisis. Hasilnya ditunjukkan sebagai berikut (Lampiran B1 dan B3) : SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 PRE-TEST POST-TEST SOAL NOMOR KATEGORI SOAL NOMOR KATEGORI 1 0,64 Sedang 0,74 Mudah 2 0,52 Sedang 0,48 Sedang 3 0,16 Sukar 0,59 Sedang 4 0,44 Sedang 0,67 Sedang 5 0,40 Sedang 0,37 Sedang 6 0,36 Sedang 0,70 Sedang 7 0,48 Sedang 0,74 Mudah 8 0, 32 Sedang 0,48 Sedang 9 0,24 Sukar 0,48 Sedang 10 0,24 Sukar 0,41 Sedang 11 0,48 Sedang 0,59 Sedang 12 0,40 Sedang 0,52 Sedang 13 0,24 Sukar 0,67 Sedang 14 0,44 Sedang 0.44 Sedang 15 0,44 Sedang 0,70 Sedang 16 0,28 Sukar 0,19 Sukar 17 0,48 Sedang 0,19 Sukar 18 0,24 Sukar 0,26 Sukar 19 0,12 Sukar 0,37 Sedang 20 0, 32 Sedang 0,30 Sedang 21 0,68 Sedang 0,63 Sedang 22 0,28 Sukar 0,37 Sedang 23 0,28 Sukar 0,26 Sukar 24 0,28 Sukar 0,33 Sedang 25 0,52 Sedang 0,44 Sedang 26 0,28 Sukar 0,33 Sedang 27 0,20 Sukar 0,22 Sukar 28 0,12 Sukar 0,22 Sukar

110 ,20 Sukar 0,59 Sedang 30 0,40 Sedang 0,33 Sedang Tabel 4.A3 Hasil Pengolahan Tingkat Kesukaran Soal pre-test dan post-test Dari pengolahan data yang sudah dilakukan, didapat Kategori Jumlah Soal pretest Presentase Jumlah Soal post-test Presentase MUDAH 0 soal 0 % 2 soal 6,66 % SEDANG 16 soal 53,34 % 22 soal 73,34 % SUKAR 14 soal 46,66 % 6 soal 20 % Tabel 4.A4 Interpretasi jumlah tingkat kesukaran soal pre-test dan post-test Proporsi untuk soal pre-test masih tergolong kurang baik karena proporsi soal untuk soal yang mudah, sedang dan sukar tergolong tidak seimbang. Namun soal pre-test yang diberikan mayoritas memiliki soal berkategori sedang sehingga soal tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Dilihat dari soal mudah dan sukar, komposisi antara soal mudah dan sukar tidak seimbang karena soal berkategori mudah lebih sedikit daripada soal berkategori sukar malah hampir tidak ada (sebanyak 0 persen). Dapat disimpulkan bahwa soal pre-test tidak begitu mudah atau begitu sukar. Namun, soal pre-test belum mencukupi komposisi untuk soal yang baik. Untuk soal post-test, hampir mirip dengan soal pre-test. Setelah dilakukan analisis hasil tes belajar didapat komposisi yang mayoritas soal masuk dalam kategori sedang. Bisa dikatakan bahwa soal tidak terlalu mudah atau sukar. Namun soal berkategori mudah masih lebih sedikit presentasenya daripada soal berkategori sukar sehingga soal masih dianggap sukar. Bisa disimpulkan bahwa

111 85 komposisi soal post-test yang tidak merata maka soal post-test juga belum termasuk ke dalam kategori soal yang baik. b. Tingkat Kesukaran Soal Berdasar Masing-Masing Materi Namun, apabila dianalisis berdasar masing-masing materi, ketiga materi yaitu bilangan bulat, bilangan pecahan dan bangun datar memiliki tingkat kesukaran sendiri-sendiri. Materi himpunan yang sejatinya tidak masuk dalam materi BC, tetap ikut dianalisis dan masuk ke dalam materi bangun datar. 1) Bilangan Bulat Setelah melalui perhitungan (lampiran B6) didapat hasil tingkat kesulitan materi bilangan bulat baik dalam pre-test maupun post-test sebagai berikut : SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 Pre-test Post-test Soal Nomor Kategori Soal Nomor Kategori 1 16 / 25 = 0,64 Sedang 1 20 / 27 = 0,74 Mudah 2 13 / 25 = 0,52 Sedang 2 13 / 27 = 0,48 Sedang 3 4 / 25 = 0,16 Sukar 3 16 / 27 = 0,59 Sedang 4 11 / 25 = 0,44 Sedang 4 18 / 27 = 0,67 Sedang 5 10 / 25 = 0,40 Sedang 5 10 / 27 = 0,37 Sedang 6 9 / 25 = 0,36 Sedang 6 19 / 27 = 0,70 Sedang Kesimpulan Sedang Kesimpulan Sedang Tabel 4.A5 Tingkat Kesukaran Soal pre-test dan post-test materi Bilangan Bulat

112 86 2) Bilangan Pecahan Setelah melalui perhitungan (lampiran B7) didapat hasil tingkat kesulitan materi bilangan pecahan baik dalam pre-test maupun post-test sebagai berikut : SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 Pre-test Post-test Soal Nomor Kategori Soal Nomor Kategori 7 13 / 25 = 0,52 Sedang 7 20 / 27 = 0,74 Mudah 8 8 / 25 = 0, 32 Sedang 8 13 / 27 = 0,48 Sedang 9 6 / 25 = 0,24 Sukar 9 13 / 27 = 0,48 Sedang 10 6 / 25 = 0,24 Sukar / 27 = 0,41 Sedang / 25 = 0,48 Sedang / 27 = 0,59 Sedang / 25 = 0,40 Sedang / 27 = 0,52 Sedang 13 6 / 25 = 0,24 Sukar / 27 = 0,67 Sedang / 25 = 0,44 Sedang / 27 = 0.44 Sedang Kesimpulan Sedang Kesimpulan Sedang Tabel 4.A6 Tingkat Kesukaran Soal pre-test dan post-test materi Bilangan Pecahan 3) Bangun Datar Setelah melalui perhitungan (lampiran B8) didapat hasil tingkat kesulitan materi bangun datar baik dalam pre-test maupun post-test sebagai berikut : SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 Pre-test Post-test Soal Nomor Kategori Soal Nomor Kategori / 25 = 0,44 Sedang / 27 = 0,74 Mudah 16 7 / 25 = 0,28 Sukar 16 5 / 27 = 0,19 Sukar / 25 = 0,48 Sedang 17 5 / 27 = 0,19 Sukar 18 6 / 25 = 0,24 Sukar 18 7 / 27 = 0,26 Sukar 19 3 / 25 = 0,12 Sukar / 27 = 0,37 Sedang 20 8 / 25 = 0, 32 Sedang 20 8 / 27 = 0,30 Sedang / 25 = 0,68 Sedang / 27 = 0,63 Sedang 22 7 / 25 = 0,28 Sukar / 27 = 0,37 Sedang 23 7 / 25 = 0,28 Sukar 23 7 / 27 = 0,26 Sukar 24 7 / 25 = 0,28 Sukar 24 9 / 27 = 0,33 Sedang

113 87 SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 Pre-test Post-test Soal Nomor Kategori Soal Nomor Kategori / 25 = 0,52 Sedang / 27 = 0,44 Sedang 26 7 / 25 = 0,28 Sukar 26 9 / 27 = 0,33 Sedang 27 5 / 25 = 0,20 Sukar 27 6 / 27 = 0,22 Sukar 28 3 / 25 = 0,12 Sukar 28 6 / 27 = 0,22 Sukar 29 5 / 25 = 0,20 Sukar / 27 = 0,59 Sedang / 25 = 0,40 Sedang 30 9 / 27 = 0,33 Sedang Kesimpulan Sukar Kesimpulan Sedang Tabel 4.A7 Tingkat Kesukaran Soal pre-test dan post-test materi Bangun Datar 2. Analisis Daya Pembeda Soal a. Daya Pembeda Soal Secara Keseluruhan Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kekuatan soal dalam membedakan kemampuan siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Materi himpunan yang sejatinya tidak masuk dalam materi BC, tetap ikut dianalisis. Berikut tabel hasil perhitungan analisis daya pembeda soal (sistematis perhitungan ada pada lampiran B2 dan B4) : No No D Kategori Soal Soal D Kategori 1 0,72 baik sekali 16 0,17 jelek 2 0,14 jelek 17 0,28 cukup 3 0,26 cukup 18 0,43 baik 4 0,31 cukup 19 0,26 cukup 5 0,31 cukup 20 0,57 baik 6 0,14 jelek 21 0,28 cukup 7 0,43 baik 22 0,00 jelek 8 0,71 baik sekali 23 0,29 cukup 9 0,29 cukup 24 0,17 jelek 10 0,43 baik 25 0,28 cukup 11 0,31 cukup 26 0,31 cukup 12 0,17 jelek 27 0,26 cukup 13 0,12 jelek 28 0,26 cukup 14 0,00 jelek 29-0,29 jelek sekali

114 88 No No D Kategori D Kategori Soal Soal 15-0,14 jelek sekali 30 0,29 cukup Tabel 4.A8 daya pembeda soal pre-test No No D Kategori Soal Soal D Kategori 1 0,43 baik 16 0,15 jelek 2-0,14 jelek sekali 17-0,29 jelek sekali 3 0,00 jelek 18-0,15 jelek sekali 4-0,28 jelek sekali 19 0,14 jelek 5 0,57 baik 20-0,29 jelek sekali 6 0,29 cukup 21 0,28 cukup 7 0,43 baik 22 0,29 cukup 8-0,14 jelek sekali 23 0,00 jelek 9 0,57 baik 24 0,29 cukup 10 0,43 baik 25 0,42 baik 11 0,71 baik sekali 26 0,29 cukup 12 0,57 Baik 27-0,15 jelek sekali 13 0,43 baik 28 0,29 cukup 14 0,72 baik sekali 29 0,72 baik sekali 15 0,29 cukup 30 0,00 jelek Tabel 4.A9 daya pembeda soal post-test Maka dapat disimpulkan bahwa daya pembeda soal pre-test didominasi oleh kategori daya pembeda yang CUKUP dengan 14 soal sementara daya pembeda soal pre-test didominasi juga oleh kategori daya pembeda yang BAIK dengan 8 soal. b. Daya Pembeda Soal Berdasar Masing-Masing Materi Namun, apabila dianalisis berdasar masing-masing materi, ketiga materi yaitu bilangan bulat, bilangan pecahan dan bangun datar memiliki daya pembeda soal yang tak sama. Materi himpunan yang sejatinya tidak masuk dalam materi BC, tetap ikut dianalisis dan masuk ke dalam materi bangun datar.

115 89 1) Bilangan Bulat Setelah melalui perhitungan (lampiran B9) berikut adalah hasil daya pembeda soal untuk materi bilangan bulat pre-test dan post-test : No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,86 0,29 0,57 Baik ,57 0,14 0,43 Baik ,29 0,14 0,15 Jelek ,86 0,14 0,72 Baik sekali ,57 0,29 0,28 Cukup ,57 0,14 0,43 Baik Kesimpulan Baik Tabel 4.A10 Daya pembeda Soal pre-test materi Bilangan Bulat No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,00 0,43 0,57 Baik ,71 0,29 0,42 Baik ,71 0,29 0,42 Baik ,86 0,57 0,29 Cukup ,43 0,14 0,29 Cukup ,86 0,43 0,43 Baik Kesimpulan Baik Tabel 4.A11 Daya pembeda Soal post-test materi Bilangan Bulat 2) Bilangan Pecahan Setelah melalui perhitungan (lampiran B10) berikut adalah hasil daya pembeda soal untuk materi bilangan pecahan pretest dan post-test : No D = P B A B B J A J B P A = P B = A - Soal P B Kategori ,71 0,43 0,28 Cukup ,57 0,00 0,57 Baik ,43 0,14 0,29 Cukup ,57 0,00 0,57 Baik ,71 0,14 0,57 Baik ,57 0,14 0,43 Baik

116 90 No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,14 0,29-0,15 Jelek Sekali ,71 0,29 0,42 Baik Kesimpulan Baik Tabel 4.A12 Daya pembeda Soal pre-test materi Bilangan Pecahan No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,86 0,43 0,43 Baik ,57 0,43 0,14 Jelek ,57 0,00 0,57 Baik ,86 0,14 0,72 Baik Sekali ,00 0,14 0,86 Baik Sekali ,00 0,43 0,57 Baik ,00 0,29 0,71 Baik Sekali ,00 0,14 0,86 Baik Sekali Kesimpulan Baik Sekali Tabel 4.A13 Daya pembeda Soal post-test materi Bilangan Pecahan 3) Bangun Datar Setelah melalui perhitungan (lampiran B11) berikut adalah hasil daya pembeda soal untuk materi bangun datar pre-test dan post-test : No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,57 0,29 0,28 Cukup ,57 0,00 0,57 Baik ,57 0,57 0,00 Jelek ,29 0,29 0,00 Jelek ,29 0,00 0,29 Cukup ,71 0,00 0,71 Baik Sekali ,57 0,57 0,00 Jelek ,29 0,14 0,15 Jelek ,43 0,14 0,29 Cukup ,57 0,00 0,57 Baik ,71 0,14 0,57 Baik ,57 0,14 0,43 Baik

117 91 No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,29 0,00 0,29 Cukup ,43 0,00 0,43 Baik ,14 0,14 0,00 Jelek ,14 0,14 0,00 Jelek Kesimpulan Jelek Tabel 4.A14 Daya pembeda Soal pre-test materi bangun datar No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,71 0,29 0,42 Baik ,00 0,14-0,14 Jelek Sekali ,29 0,29 0,00 Jelek ,57 0,14 0,43 Baik ,57 0,14 0,43 Baik ,00 0,14-0,14 Jelek Sekali ,86 0,14 0,72 Baik Sekali ,71 0,29 0,42 Baik ,43 0,14 0,29 Cukup ,86 0,14 0,72 Baik Sekali ,71 0,43 0,28 Cukup ,57 0,00 0,57 Baik ,43 0,14 0,29 Cukup ,14 0,29-0,15 Jelek Sekali ,86 0,43 0,43 Baik ,43 0,14 0,29 Cukup Kesimpulan Baik Tabel 4.A15 Daya pembeda Soal post-test materi bangun datar 3. Nilai Rata-Rata a. Nilai Rata-Rata Kelas Secara Keseluruhan Analisis ini dilakukan dengan melihat jumlah skor yang didapat oleh siswa setelah mengerjakan soal pre-test dan post-test. Cara menghitung nilai yang didapat siswa adalah dengan N k = (S/ T) x 100 N k = Nilai akhir (Nilai yang sudah dikonversi) S = Skor benar yang didapat

118 92 T = jumlah seluruh soal Contoh menghitung nilai : Siswa absen 1 mendapat skor 15 (jawaban yang benar) dari 30 soal yang diberikan. Maka nilai yang didapat siswa tersebut adalah N k = (S / T) x 100 N k = (15 / 30) = 50 Sehingga nilai yang didapat siswa tersebut adalah 5 Materi himpunan yang sejatinya tidak masuk dalam materi BC, tetap ikut dianalisis. Berikut rekap nilai pre-test siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem : No Nama Siswa Skor Nilai No Nama Siswa Skor AMO 10 33,67 15 KVT 10 AMP 15 ARK 10 AMK - CKW - CDN 12 DKN 10 DK 4 DGP 10 EPP 13 FMS 9 50,00 33, ,00 33,34 13,34 33,34 43,34 30,00 16 MS 9 17 NAW PJN 9 19 PDR PWL RR SJ 7 23 SR TR WEN 10 Nilai 33,34 30,00 33,34 30,00 43,34 46,67 33,34 23,34 36,67 40,00 33,34

119 93 No Nama Siswa HS 9 JNA 17 JCS 13 Skor Nilai No 30,00 56,67 43,34 Nama Siswa Skor 26 YR FH 0 Rata-Rata Kelas Tabel 4.A16 Nilai Pre-test siswa kelas VII Cerdas Nilai 53, ,08 Berikut rekap nilai post-test siswa kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem : No Nama Siswa AMO 12 AMP 15 ARK 13 AMK - CKW 17 CDN 15 DKN 16 DK 15 DGP - EPP 15 FMS 13 HS 14 JNA 13 JCS 20 Skor Nilai No 40,00 50,00 43,34-56,67 50,00 53,34 50,00-50,00 43,34 46,67 43,34 66,67 Nama Siswa Skor 16 MS NAW PJN PDR PWL RR 9 22 SJ SR TR WEN YR FH FVB 1 29 VS 16 KVT 14 Rata-Rata Kelas 46,67 Tabel 4.A17 Nilai Post-test siswa kelas VII Cerdas Nilai 50,00 53,34 43,34 50,00 53,34 30,00 36,67 50,00 43,34 36,67 53,34 36,67 3,33 53,34 45,68

120 94 b. Nilai Rata-Rata Kelas Berdasar Masing-Masing Materi Materi himpunan yang sejatinya tidak masuk dalam materi BC, tetap ikut dianalisis dan masuk ke dalam materi bangun datar. 1) Nilai Rata-Rata Materi Bilangan Bulat No Nama Siswa Siswa Pre-Test Post-Test 1 AMO 33,33 83,33 2 AMP 50,00 66,67 3 ARK 50,00 50,00 4 AMK CKW - 83,33 6 CDN 66,67 66,67 7 DKN 66,67 66,67 8 DK 16,67 83,33 9 DGP 33,33-10 EPP 83,33 66,67 11 FMS 50,00 66,67 12 HS 50,00 66,67 13 JNA 33,33 50,00 14 JCS 50,00 83,33 15 KVT 33,33 66,67 16 MS 16,67 50,00 17 NAW 33,33 66,67 18 PJN 33,33 50,00 19 PDR 66,67 66,67 20 PWL 50,00 66,67 21 RR 16,67 50,00 22 SJ 16,67 33,33 23 SR 50,00 33,33 24 TR 33,33 50,00 25 WEN 50,00 66,67 26 YR 66,67 33,33 27 FH 00,00 83,33 28 FVB - 00,00 29 VS - 66,67 Jumlah 1005, ,68 Banyak Siswa Rata-rata 40,2 59,88 Tabel 4.A18 Tabel Nilai Rata-rata pre-test dan post-test materi bilangan bulat

121 95 2) Nilai Rata-Rata Materi Bilangan Pecahan No Nama Siswa Siswa Pre-Test Post-Test 1 AMO 37,50 12,50 2 AMP 37,50 87,50 3 ARK 12,50 37,50 4 AMK CKW - 100,00 6 CDN 37,50 62,50 7 DKN 37,50 62,50 8 DK 25,00 50,00 9 DGP 50,00-10 EPP 50,00 75,00 11 FMS 12,50 50,00 12 HS 25,00 37,50 13 JNA 37,50 37,50 14 JCS 50,00 87,50 15 KVT 12,50 63,50 16 MS 25,00 62,50 17 NAW 25,00 50,00 18 PJN 12,50 37,50 19 PDR 50,00 62,50 20 PWL 62,50 75,00 21 RR 50,00 37,50 22 SJ 25,00 00,00 23 SR 50,00 25,00 24 TR 37,50 62,50 25 WEN 62,50 50,00 26 YR 62,50 100,00 27 FH 00,00 37,50 28 FVB - 12,50 29 VS - 75,00 Jumlah 887, Banyak Siswa Rata-rata 35,50 53,74 Tabel 4.A19 Tabel Nilai Rata-rata pre-test dan post-test materi bilangan pecahan

122 96 3) Nilai Rata-Rata Kelas Materi Bangun Datar No Nama Siswa Siswa Pre-Test Post-Test 1 AMO 31,25 31,25 2 AMP 56,25 25,00 3 ARK 37,50 43,75 4 AMK CKW - 25,00 6 CDN 31,25 37,50 7 DKN 18,75 43,75 8 DK 6,25 37,50 9 DGP 25,00-10 EPP 25,00 31,25 11 FMS 31,25 31,25 12 HS 25,00 43,75 13 JNA 75,00 43,75 14 JCS 37,50 50,00 15 KVT 43,75 31,25 16 MS 37,50 43,75 17 NAW 37,50 50,00 18 PJN 37,50 37,50 19 PDR 31,25 37,50 20 PWL 37,50 37,50 21 RR 31,25 18,75 22 SJ 25,00 56,25 23 SR 25,00 68,75 24 TR 43,75 31,25 25 WEN 12,50 18,75 26 YR 43,75 37,50 27 FH 00,00 25,00 28 FVB - 00,00 29 VS - 37,50 Jumlah 806, Banyak Siswa Rata-rata 32,25 36,11 Tabel 4.A20 Tabel Nilai Rata-rata pre-test dan post-test materi bangun datar

123 97 4. Analisis Peningkatan Hasil Belajar a. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Secara Keseluruhan (Materi himpunan yang sejatinya tidak masuk dalam materi BC, tetap ikut dianalisis.) Setelah kita mengetahui bahwa nilai pre-test mengalami peningkatan saat post-test (dilihat pada rata-rata kelas), maka kita perlu tahu apakah peningkatannya / kenaikannya signifikan. Untuk mengetahui apakah kenaikannya signifikan atau tidak, kita perlu mengujinya dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-dependen. Uji t-dependen dilakukan karena sampel yang diuji kurang dari 30 siswa dan tes yang dilakukan (pre-test dan post-test) diujikan pada sampel yang sama juga. Syarat untuk melakukan uji t-dependen adalah melakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas yang dipakai adalah uji normalitas Kolmogorov- Smirnov. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov (a) Merumuskan H 0 dan H 1 (b) Taraf signifikansi (c) Daerah Kritik: di tolak jika

124 98 (d) Statistik uji No Nama Siswa Siswa Pre test Post test 1 AMO 33,67 40,00 6,33 2 AMP 50,00 50, ARK 33,34 43,34 10,00 4 AMK CKW - 56,67-6 CDN 40,00 50,00 10,00 7 DKN 33,34 53,34 20,00 8 DK 13,34 50,00 36,66 9 DGP 33, EPP 43,34 50,00 6,66 11 FMS 30,00 43,34 13,34 12 HS ,67 16,67 13 JNA 56,67 43,34 6,67 14 JCS ,67 23,33 15 KVT 33,34 46,67 13,33 16 MS 30,00 50,00 20,00 17 NAW 33,34 53,34 20,00 18 PJN ,34 13,34 19 PDR 43,34 50,00 6,66 20 PWL ,34 6,67 21 RR 33,34 30,00 3,67 22 SJ 23,34 36,67 13,33 23 SR 36,67 50,00 13,33 24 TR ,34 3,34 25 WEN 33, ,33 26 YR FH ,67 28 FVB VS - 53,34 - Tabel 4.A21 Selisih nilai pre-test dan post-test Siswa yang dipilih untuk uji statistik adalah siswa yang mengikuti kedua tes yaitu pre-test dan post-test, sehingga hanya 24 siswa yang akan diuji (n = 24). Data selisih pre-test dan post-test diurutkan sebagai berikut :

125 99 0 6,33 10,00 13,34 20,00 0 6,66 10,00 13,34 23,33 3,33 6,66 13,33 16,67 36,66 3,34 6,67 13,33 20,00 36,67 3,34 6,67 13,33 20,00 Tabel 4.A22 Data selisih nilai pre-test dan post-test yang telah diurutkan X i F(X i ) SN(X i ) Z i Fo(X i ) / 24-1,28 0,1003 0,0169 0,0586 3, / 24-0,95 0,1711 0,0461 0,0877 3, / 24-0,94 0,1736 0,0069 0,0486 3, / 24-0,91 0,1814 0,0269 0,0147 6, / 24-0,64 0,2611 0,0111 0,0527 6, / 24-0,61 0,2709 0,0624 0,0207 6, / 24-0,60 0,2743 0,1424 0, , / 24-0,27 0,3936 0,1064 0, , / 24 0,07 0,5279 0,0971 0, , / 24 0,07 0,5279 0,1804 0, , / 24 0,41 0,6591 0,0909 0, , / 24 0,75 0,7734 0,1016 0, , / 24 1,09 0,8621 0,0545 0, , / 24 2,45 0,9929 0,0345 0, , / 24 2,45 0,9929 0,0071 0,0346 Tabel 4.A23 Tabel Hitung Uji Normalitas

126 100 D = maksimum(0,1804,0,1386) = 0,1804 (e) Kesimpulan, bahwa di terima atau data berdistribusi normal sehingga pengujian data dapat dilanjutkan ke uji-t 2) Uji-t Setelah dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal maka selanjutnya dapat dianalisis apakah terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan uji t dependen. Wilayah kritik: Ho ditolak jika t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel Statistik uji: No Nama Siswa Siswa Pre test Post test 1 AMO 33,67 40,00 6,33 2 AMP 50,00 50, ARK 33,34 43,34 10,00 4 AMK - - -

127 101 No Nama Siswa Siswa Pre test Post test 5 CKW - 56,67-6 CDN 40,00 50,00 10,00 7 DKN 33,34 53,34 20,00 8 DK 13,34 50,00 36,66 9 DGP 33, EPP 43,34 50,00 6,66 11 FMS 30,00 43,34 13,34 12 HS ,67 16,67 13 JNA 56,67 43,34 6,67 14 JCS ,67 23,33 15 KVT 33,34 46,67 13,33 16 MS 30,00 50,00 20,00 17 NAW 33,34 53,34 20,00 18 PJN ,34 13,34 19 PDR 43,34 50,00 6,66 20 PWL ,34 6,67 21 RR 33,34 30,00 3,34 22 SJ 23,34 36,67 13,33 23 SR 36,67 50,00 13,33 24 TR ,34 3,34 25 WEN 33, ,33 26 YR FH ,67 28 FVB VS - 53,34 - Jumlah 877,1 1233,42 303,00 Tabel 4.A24 Selisih Nilai Pre-test dan Post-test

128 102 t tabel dengan taraf signifikansi 5% = 2,069 5,28 > 2,069 Artinya adalah ditolak, yang berarti ada perbedaan signifikan antara pre-test dan post-test pada program Bridging Course. Dengan kata lain. pada program Bridging Course terjadi peningkatan hasil belajar siswa. b. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Berdasar Masing-Masing Materi (Materi himpunan yang sejatinya tidak masuk dalam materi BC, tetap ikut dianalisis dan masuk ke dalam materi bangun datar.) 1) Bilangan Bulat Setelah mendapatkan nilai pre-test dan post-test, perlu dilakukan pengecekan apakah nilai yang didapat siswa berubah secara signifikan atau tidak. Untuk melakukan itu perlu dilakukan uji-t berpasangan yang dipersyarati oleh uji normalitas terlebih dahulu.

129 103 No Bilangan Bulat Nama Siswa Absen Pr Po Selisih 1 AMO 6,66 16,66 10,00 2 AMP 10,00 13,33 3,33 3 ARK 10,00 10,00 0,00 4 AMK CKW - 16,66-6 CDN 13,33 13,33 0,00 7 DKN 13,33 13,33 0,00 8 DK 3,33 16,66 13,33 9 DGP 6, EPP 16,66 13,33 3,33 11 FMS 10,00 13,33 3,33 12 HS 10,00 13,33 3,33 13 JNA 6,66 10,00 6,67 14 JCS 10,00 16,66 6,66 15 KVT 6,66 13,33 6,67 16 MS 3,33 10,00 6,67 17 NAW 6,66 13,33 6,67 18 PJN 6,66 10,00 6,67 19 PDR 13,33 13,33 0,00 20 PWL 10,00 13,33 3,33 21 RR 3,33 10,00 6,67 22 SJ 3,33 6,66 3,33 23 SR 10,00 6,66 3,34 24 TR 6,66 10,00 3,34 25 WEN 10,00 13,33 3,33 26 YR 13,33 6,66 6,67 27 FH 0,00 13,33 13,33 28 FVB - 0,00-29 VS - 13,33 - Tabel 4.A25 Selisih Nilai Pre-test dan Post-test materi bilangan bulat Setelah memperoleh selisih antara nilai pre-test dan posttest kemudian urutkan selisih nilai tersebut dari yang terkecil hingga yang terbesar. 0,00 3,33 3,33 6,67 6,67 0,00 3,33 3,34 6,67 10,00 0,00 3,33 3,34 6,67 13,33 0,00 3,33 6,66 6,67 13,33 3,33 3,33 6,67 6,67 - Tabel 4.A26 Urutan Selisih Nilai pre-test dan post-test bilangan bulat

130 104 s = 3,68 0, / 24-1,36 0,0869 0,0797 0,0381 3, / 24-0,45 0,3264 0,1319 0,0903 3, / 24-0,45 0,3264 0,2153 0,1736 6, / 24 0,45 0,6736 0,0903 0, / 24 0,45 0,6736 0,2014 0, , / 24 1,36 0,9131 0,0036 0, , / 24 2,26 0,9881 0,0119 0,0297 Tabel 4.B1 Perhitungan Uji Normalitas D = maksimum( 0,2153, 0,1736 ) = 0,2153 Maka bisa disimpulkan data berdistribusi normal dan bisa dilanjutkan uji-t. Setelah diketahui bahwa materi bilangan bulat berdistribusi normal, maka bisa dianjutkan dengan uji-t berpasangan. Berikut hipotesis uji yang digunakan

131 105 Wilayah kritik: Ho ditolak jika t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel No Bilangan Bulat Nama Siswa Absen Pr Po Selisih (d) 1 AMO 6,66 16,66 10,00 2 AMP 10,00 13,33 3,33 3 ARK 10,00 10,00 0,00 4 AMK CKW - 16,66-6 CDN 13,33 13,33 0,00 7 DKN 13,33 13,33 0,00 8 DK 3,33 16,66 13,33 9 DGP 6, EPP 16,66 13,33 3,33 11 FMS 10,00 13,33 3,33 12 HS 10,00 13,33 3,33 13 JNA 6,66 10,00 6,67 14 JCS 10,00 16,66 6,66 15 KVT 6,66 13,33 6,67 16 MS 3,33 10,00 6,67 17 NAW 6,66 13,33 6,67 18 PJN 6,66 10,00 6,67 19 PDR 13,33 13,33 0,00 20 PWL 10,00 13,33 3,33 21 RR 3,33 10,00 6,67 22 SJ 3,33 6,66 3,33 23 SR 10,00 6,66 3,34 24 TR 6,66 10,00 3,34 25 WEN 10,00 13,33 3,33 26 YR 13,33 6,66 6,67 27 FH 0,00 13,33 13,33 28 FVB - 0,00-29 VS - 13,33 - Jumlah 209,92 319,91 120,00 Tabel 4.B2 Jumlah Nilai Pre-test, Post-test dan Selisih pre dan post- test materi bilangan bulat

132 106 t tabel dengan taraf signifikansi 5% = 2,069 4,60 > 2,069 Artinya adalah ditolak, yang berarti ada perbedaan signifikan antara soal pre-test bilangan bulat dan soal post-test bilangan bulat pada program Bridging Course. Dengan kata lain, soal bilangan bulat mengalami peningkatan. 2) Bilangan Pecahan Setelah mendapatkan nilai pre-test dan post-test, perlu dilakukan pengecekan apakah nilai yang didapat siswa berubah secara signifikan atau tidak. Untuk melakukan itu perlu dilakukan uji-t berpasangan yang dipersyarati oleh uji normalitas terlebih dahulu. No Absen Nama Siswa Bilangan Pecahan Pr Po Selisih 1 AMO 10,00 6,66 3,34 2 AMP 10,00 23,33 13,33

133 107 No Absen Nama Siswa Bilangan Pecahan Pr Po Selisih 3 ARK 3,33 13,33 10,00 4 AMK CKW - 26,66-6 CDN 10,00 16,66 6,66 7 DKN 10,00 16,66 6,66 8 DK 6,66 13,33 6,67 9 DGP 13, EPP 13,33 20,00 6,67 11 FMS 6,66 13,33 6,67 12 HS 6,66 10,00 3,34 13 JNA 10,00 10,00 0,00 14 JCS 13,33 23,33 10,00 15 KVT 3,33 16,66 13,33 16 MS 6,66 16,66 10,00 17 NAW 6,66 13,33 6,67 18 PJN 3,33 10,00 6,67 19 PDR 13,33 10,00 3,33 20 PWL 16,66 20,00 3,34 21 RR 13,33 10,00 3,33 22 SJ 3,33 0,00 3,33 23 SR 6,66 10,00 3,34 24 TR 10,00 16,66 6,66 25 WEN 10,00 13,33 3,33 26 YR 16,66 26,66 10,00 27 FH 0,00 10,00 10,00 28 FVB - 3,33-29 VS - 20,00 - Tabel 4.B3 Selisih Nilai Pre-test dan Post-test materi bilangan pecahan Setelah memperoleh selisih antara nilai pre-test dan posttest kemudian urutkan selisih nilai tersebut dari yang terkecil hingga yang terbesar. 0,00 3,34 6,66 6,67 10,00 3,33 3,34 6,66 6,67 10,00 3,33 3,34 6,67 10,00 13,33 3,33 3,34 6,67 10,00 13,33 3,33 6,66 6,67 10,00 - Tabel 4.B4 Urutan Selisih Nilai pre-test dan post-test bilangan pecahan

134 108 s = 3,47 0, / 24-1,88 0,0301 0,0116 0,0301 3, / 24-0,92 0,1788 0,0295 0,0121 3, / 24-0,92 0,1788 0,1962 0,1545 6, / 24 0,04 0,5160 0,0160 0, / 24 0,04 0,5160 0,1923 0, , / 24 1,00 0,8413 0,0754 0, , / 24 1,96 0,9750 0,0250 0,0166 Tabel 4.B5 Perhitungan Uji Normalitas D = maksimum( 0,1962, 0,1545 ) = 0,1962 Maka bisa disimpulkan data berdistribusi normal bisa dilanjutkan uji-t. Setelah diketahui bahwa materi bilangan bulat berdistribusi normal, maka bisa dianjutkan dengan uji-t berpasangan. Berikut hipotesis uji yang digunakan

135 109 Wilayah kritik: Ho ditolak jika t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel No Absen Nama Siswa Bilangan Pecahan Pr Po Selisih (d) 1 AMO 10,00 6,66 3,34 2 AMP 10,00 23,33 13,33 3 ARK 3,33 13,33 10,00 4 AMK CKW - 26,66-6 CDN 10,00 16,66 6,66 7 DKN 10,00 16,66 6,66 8 DK 6,66 13,33 6,67 9 DGP 13, EPP 13,33 20,00 6,67 11 FMS 6,66 13,33 6,67 12 HS 6,66 10,00 3,34 13 JNA 10,00 10,00 0,00 14 JCS 13,33 23,33 10,00 15 KVT 3,33 16,66 13,33 16 MS 6,66 16,66 10,00 17 NAW 6,66 13,33 6,67 18 PJN 3,33 10,00 6,67 19 PDR 13,33 10,00 3,33 20 PWL 16,66 20,00 3,34 21 RR 13,33 10,00 3,33 22 SJ 3,33 0,00 3,33 23 SR 6,66 10,00 3,34 24 TR 10,00 16,66 6,66 25 WEN 10,00 13,33 3,33 26 YR 16,66 26,66 10,00 27 FH 0,00 10,00 10,00 28 FVB - 3,33-29 VS - 20,00 - Jumlah 223, ,67 Tabel 4.B6 Jumlah Nilai Pre-test, Post-test dan Selisih pre dan post- test materi bilangan pecahan

136 110 t tabel dengan taraf signifikansi 5% = 2,069 7,76 > 2,069 Artinya adalah ditolak, yang berarti ada perbedaan signifikan antara soal pre-test bilangan pecahan dan soal posttest bilangan pecahan pada program Bridging Course. Dengan kata lain, soal bilangan pecahan mengalami peningkatan. 3) Bangun Datar Setelah mendapatkan nilai pre-test dan post-test, perlu dilakukan pengecekan apakah nilai yang didapat siswa berubah secara signifikan atau tidak. Untuk melakukan itu perlu dilakukan uji-t berpasangan yang dipersyarati oleh uji normalitas terlebih dahulu. No Absen Nama Siswa Bangun Datar Pr Po Selisih 1 AMO 16,66 16,66 0,00 2 AMP 9,00 13,33 4,33 3 ARK 20,00 20,00 0,00 4 AMK CKW - 13,33-6 CDN 16,66 20,00 3,34 7 DKN 10,00 23,33 13,33 8 DK 3,33 20,00 16,67 9 DGP 13, EPP 13,33 16,66 3,33 11 FMS 13,33 16,66 3,33

137 111 No Bangun Datar Nama Siswa Absen Pr Po Selisih 12 HS 13,33 23,33 10,00 13 JNA 40,00 23,33 16,67 14 JCS 20,00 26,66 6,66 15 KVT 23,33 16,66 6,67 16 MS 20,00 23,33 3,33 17 NAW 20,00 26,66 6,66 18 PJN 20,00 23,33 3,33 19 PDR 16,66 20,00 3,34 20 PWL 20,00 20,00 0,00 21 RR 16,66 10,00 6,66 22 SJ 16,66 30,00 13,34 23 SR 20, ,33 24 TR 23,33 16,66 6,67 25 WEN 13,33 10,00 3,33 26 YR 23,33 20,00 3,33 27 FH 0,00 13,33 13,33 28 FVB - 0,00-29 VS - 20,00 - Tabel 4.B7 Selisih Nilai Pre-test dan Post-test materi bangun datar Setelah memperoleh selisih antara nilai pre-test dan posttest kemudian urutkan selisih nilai tersebut dari yang terkecil hingga yang terbesar. 0,00 3,33 3,34 6,67 13,33 0,00 3,33 4,33 6,67 13,34 0,00 3,33 6,66 10,00 16,67 3,33 3,33 6,66 13,33 16,67 3,33 3,34 6,66 13,33 - Tabel 4.B8 Urutan Selisih Nilai pre-test dan post-test bilangan pecahan s = 5,18

138 112 0, / 24-1,29 0,0985 0,0265 0,0152 3, / 24-0,65 0,2578 0,1172 0,0755 3, / 24-0,65 0,2578 0,2005 0,1588 4, / 24-0,46 0,3228 0,1772 0,1355 6, / 24-0,01 0,4960 0,1290 0, / 24-0,01 0,4960 0,2123 0, , / 24 0,64 0,7389 0,0111 0, , / 24 1,28 0,8997 0,0247 0, , / 24 1,28 0,8997 0,0169 0, , / 24 1,92 0,9726 0,0274 0,0143 Tabel 4.B9 Perhitungan Uji Normalitas D = maksimum( 0,2123, 0,1706 ) = 0,2123 Maka bisa disimpulkan data berdistribusi normal dan bisa dilanjutkan uji-t. Setelah diketahui bahwa materi bangun datar berdistribusi normal, maka bisa dianjutkan dengan uji-t berpasangan. Berikut hipotesis uji yang digunakan Wilayah kritik: Ho ditolak jika t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel Bangun Datar No Absen Nama Siswa Pr Po Selisih (d) 1 AMO 16,66 16,66 0,00

139 113 No Absen Nama Siswa Bangun Datar Pr Po Selisih (d) 2 AMP 9,00 13,33 4,33 3 ARK 20,00 20,00 0,00 4 AMK CKW - 13,33-6 CDN 16,66 20,00 3,34 7 DKN 10,00 23,33 13,33 8 DK 3,33 20,00 16,67 9 DGP 13, EPP 13,33 16,66 3,33 11 FMS 13,33 16,66 3,33 12 HS 13,33 23,33 10,00 13 JNA 40,00 23,33 16,67 14 JCS 20,00 26,66 6,66 15 KVT 23,33 16,66 6,67 16 MS 20,00 23,33 3,33 17 NAW 20,00 26,66 6,66 18 PJN 20,00 23,33 3,33 19 PDR 16,66 20,00 3,34 20 PWL 20,00 20,00 0,00 21 RR 16,66 10,00 6,66 22 SJ 16,66 30,00 13,34 23 SR 20, ,33 24 TR 23,33 16,66 6,67 25 WEN 13,33 10,00 3,33 26 YR 23,33 20,00 3,33 27 FH 0,00 13,33 13,33 28 FVB - 0,00-29 VS - 20,00 - Jumlah 422,27 483,26 160,98 Tabel 4.B10 Jumlah Nilai Pre-test, Post-test dan Selisih pre dan post- test materi bangun datar

140 114 t tabel dengan taraf signifikansi 5% = 2,069 0,94 < 2,069 Artinya adalah diterima, yang berarti tidak ada perbedaan signifikan antara soal pre-test bangun datar dan soal post-test bangun datar pada program Bridging Course. Maka apabila dirangkum dalam tabel menjadi seperti berikut : - Analisis yang dipandang secara keseluruhan Tabel 4.B11 Rangkuman Bridging Course secara Keseluruhan - Analisis yang dipandang berdasar masing masing materi Aspek Bilangan Bilangan Bangun Bulat Pecahan Datar Pre-test 40,20 35,50 32,25 Post-test 59,88 53,74 36,11 Pre-test Sedang Sedang Sukar Post-test Sedang Sedang Sedang Pre-test Baik Baik Jelek Post-test Baik Baik Sekali Baik Peningkatan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan 4.B12 Rangkuman Bridging Course berdasarkan materi Nilai Ratarata Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Bridging Course Aspek Rata-Rata Kelas Tingkat Kesulitan Daya Pembeda Pre Post Pre Post Pre Post Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, ada beberapa hal yang bisa dikatakan melalui tabel tersebut, antara lain : Peningkatan 35,08 45,68 Sedang Sedang Cukup Baik Signifikan - Secara keseluruhan, nilai rata-rata kelas sangat kurang baik dan masih jauh di bawah KKM mapel matematika di sekolah tersebut (KKM =

141 115 68). Namun apabila dibandingkan dengan tingkat kesulitan dan daya pembeda soal yang sudah dilakukan analisis, terdapat ketimpangan dimana saat nilai rata-rata kelas saat pre-test hanya mencapai 35,08 namun dikatakan tingkat kesulitannya SEDANG dan daya pembeda soalnya CUKUP, perlu dilakukan analisis lanjut dengan melihat per materinya yang juga harus kita analisis sama seperti menganalisis keseluruhan soal. Hal itu pula nampak pada post-test dimana rata-rata kelas yang hanya mencapai 45,68 namun dikatakan tingkat kesulitannya SEDANG dan daya pembeda soalnya dikatakan BAIK maka perlu juga dilakukan analisis lanjut masing-masing materinya untuk soal post-test. - Setelah melakukan analisis lanjut dengan masing-masing materi, berikut keterangan yang dapat dijelaskan dalam tabel... tersebut : Untuk materi bilangan bulat dan bilangan pecahan, rata-rata kelas keduanya cenderung rendah namun tingkat kesulitannya dikatakan SEDANG dan daya pembedanya dikatakan BAIK. Hal yang kontras terjadi dengan rata-rata rendah namun dikatakan soal itu tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar dan memiliki daya pembeda yang baik. Hal ini harus dianalisis kembali namun secara kualitatif. Untuk materi bangun datar, peningkatannya dikatakan TIDAK SIGNIFIKAN, artinya pada saat pre-test tingkat kesulitannya SUKAR menjadi SEDANG saat post-test adalah soal tersebut tetap dikatakan SUKAR dan daya pembeda soal saat pre-test adalah

142 116 JELEK menjadi BAIK berarti daya pembeda soal untuk materi bangun datar tetap JELEK. Ada kemungkinan, materi bangun datar yang menyebabkan nilai menjadi turun karena banyak siswa yang menjawab salah pada bagian materi bangun datar. Di sisi lain, faktor materi himpunan yang dimasukkan ke dalam kategori materi bangun datar menyebabkan analisa terhadap materi bangun datar itu sendiri menjadi kurang baik. 5. Analisis Hambatan Siswa Analisis hambatan siswa ini dilakukan dengan memilih beberapa siswa yang menurut peneliti cukup mewakili jawaban siswa di kelas VII Cerdas dalam mengikuti Course. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hambatan siswa dalam mengikuti course adalah dengan : a) Membandingkan beberapa item soal dengan jawaban kuesioner siswa Membandingkan beberapa item soal dengan jawaban kuesioner siswa bertujuan untuk melihat kesesuaian hambatan yang dialami siswa dari soal kuis yang diberikan dengan apa yang dirasakan sendiri dengan siswa. Berikut beberapa sampel yang diambil untuk melihat hambatan yang dialami siswa selama mengikuti Course :

143 117 - Pertemuan tanggal 1 Agustus 2012, materi kuis persegi ajaib Gambar 4.1 Kuesioner Siswa (NAW) tanggal 1 Agustus 2012 Gambar 4.2 Hasil Pekerjaan NAW tanggal 1 Agustus 2012 Dalam kuesioner, siswa mengatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam pembelajaran hari tersebut. Namun dilihat dari hasil kuis yang sudah didapat siswa, nilai yang didapat masih kurang baik (terlihat di gambar). Bisa dikatakan bahwa siswa belum sepenuhnya memperhatikan bagaimana cara mengerjakan soal persegi ajaib.

144 118 Gambar 4.3 Kuesioner Siswa (CDN) tanggal 1 Agustus 2012 Gambar 4.4 Hasil Pekerjaan CDN tanggal 1 Agustus 2012 Dalam kuesioner, siswa mengatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam pembelajaran hari tersebut dan setelah dilihat, hasil kuis yang sudah didapat siswa sangat baik. Bisa dikatakan bahwa siswa sudah mengerti dengan materi yang diajarkan pada hari itu.

145 119 - Pertemuan tanggal 2 Agustus 2012, materi kuis operasi bilangan bulat Gambar 4.5 Kuesioner Siswa (AMO) tanggal 2 Agustus 2012 Gambar 4.6 Hasil Pekerjaan AMO tanggal 2 Agustus 2012 Dalam kuesioner, siswa mengatakan bahwa dia merasa kesulitan dalam pembagian bilangan bulat. Namun dilihat dari hasil kuis yang sudah didapat siswa, nilai yang didapat masih kurang baik dan kesalahan bukan hanya dari soal yang memuat pembagian bilangan bulat namun soal yang memuat pengurangan dan perkalian bilangan bulat juga mengalami kesalahan. Bisa dikatakan

146 120 bahwa siswa tersebut masih mengalami kesulitan dalam mengoperasikan bilangan bulat. - Pertemuan tanggal 4 September 2012, materi operasi bilangan pecahan Gambar 4.7 Kuesioner Siswa (DK) tanggal 4 Agustus 2012 Gambar 4.8 Hasil Pekerjaan DK tanggal 4 Agustus 2012 Dalam kuesioner, siswa mengatakan bahwa dia merasa kesulitan dalam pembagian dan pengurangan bilangan pecahan. Apa yang

147 121 dipaparkan siswa dalam kuesioner benar terlihat dari hasil kuis yang diperolehnya. Soal mengenai pengurangan dan pembagian dalam kuis belum benar dan tidak diisi. Hal ini menandakan bahwa siswa belum memahami konsep pengurangan dan pembagian. Beberapa sampel diatas menandakan bahwa siswa mengalami hambatan. Hal itu tidak hanya terjadi pada sampel diatas saja, beberapa siswa juga ditemukan memiliki jawaban kuesioner yang sama dan hasil kuis yang kurang memuaskan. Bisa dikatakan bahwa ada kecenderungan siswa tidak bertanya saat pembelajaran bagian yang belum mereka mengerti sehingga masih menimbulkan salah dalam menjawab kuis yang diberikan oleh guru. b) Hasil rekaman foto dan video menurut sisi peneliti Berikut beberapa data foto dalam course yang dilaksanakan di kelas VII Cerdas. Gambar 4.9 Pembelajaran (Course) pada tanggal 2 Agustus 2012

148 122 Gambar 4.10 Pembelajaran (Course) pada tanggal 29 Agustus 2012 Dari rekaman yang dimiliki oleh peneliti, baik itu rekaman foto maupun video, peneliti menyimpulkan mengenai beberapa siswa di dalam kelas tersebut yang tampak dalam pengamatan peneliti. - AMO, siswa ini adalah siswa yang sangat pemalu. Peneliti memperkirakan siswa ini adalah siswa yang minder dengan kemampuannya sendiri. Siswa ini sangat jarang diminta maju untuk mengerjakan soal di depan kelas karena selalu menolak dan takut salah dalam mengerjakan soal. - RR, siswa ini adalah siswa yang aktif di dalam kelas. ketika pembelajaran berlangsung terkadang siswa ini bisa sangat memperhatikan dan terkadang pula siswa ini jadi kurang memperhatikan. Oleh sebab itu, terkadang hasil kuis yang didapat siswa ini tinggi dan terkadang rendah. - FH, siswa ini bisa dikatakan siswa yang ajaib menurut gurunya. Peneliti juga memperhatikan sendiri sikap siswa ini

149 123 dikelas. Perhatian siswa ini mengenai pembelajaran sangat kurang. - JCS, siswa ini masuk ke dalam kategori siswa yang pintar karena setiap pembelajaran berlangsung siswa ini selalu memperhatikan penjelasan guru dan bertanya apabila dia merasa kurang mengerti. Dari beberapa sampel siswa tersebut, tampak bahwa hambatan yang datang berasal dari diri siswa sendiri (faktor intern). Maka dari itu perlu ada pembiasaan dari guru untuk mengubah sikap siswa di kelas saat pembelajaran. Tujuannya supaya siswa menjadi perhatian dengan materi yang sedang diajarkan. c) Pengulasan Materi yang diajarkan Materi yang diajarkan dalam Bridging Course meliputi bilangan bulat, bilangan pecahan dan bangun datar. - Materi Bridging Course terdiri dari 30 soal pilihan ganda dengan pembagian 6 soal bilangan bulat, 8 soal bilangan pecahan, 10 soal bangun datar dan 5 soal himpunan. - Materi bangun datar tidak diajarkan kepada siswa kelas VII Cerdas. Pertimbangan mengapa materi bangun datar tidak diajarkan saat course kepada siswa kelas VII Cerdas karena :

150 124 Materi bilangan bulat dan bilangan pecahan sesuai dengan materi yang seharusnya diajarkan saat awal semester ganjil di kelas VII sehingga bisa diajarkan sekaligus di course. Materi bangun datar diajarkan pada akhir semester genap kelas VII sehingga apabila diajarkan saat course akan diajarkan kembali di semester genap dan akan menghabiskan banyak waktu dan akan menyita waktu pembelajaran untuk materi yang lain. - Dalam soal Bridging Course terdapat 5 soal yang memuat materi soal himpunan. Materi himpunan, belum diajarkan di tingkat SD dan tidak masuk ke dalam kategori materi Bridging Course yang diberikan, yang sejatinya hanya 3 materi saja. Alasan peneliti memasukkan soal-soal himpunan ke dalam kategori materi bangun datar adalah karena ada soal yang memuat materi bangun datar. Namun setelah dilihat, dalam soal himpunan tersebut juga memuat materi bilangan bulat. materi himpunan sejatinya ada di akhir semester ganjil kelas VII. Oleh sebab itu, salah satu hambatan yang dialami siswa adalah materi yang belum diajarkan kepada siswa saat pembelajaran (Course) berlangsung sehingga banyak siswa mengalami banyak

151 125 kesalahan dalam menjawab soal untuk materi bangun datar datar dalam post-test. Maka secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam mengikuti Bridging Course belum maksimal, hal-hal yang menyebabkan kurang maksimalnya program ini adalah : - Kekurangsiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Kekurangsiapan tersebut meliputi kekurangsiapan dalam hal mempelajari materi, nilai tugas yang cenderung naik turun dan kekonsistenan siswa di dalam kelas, artinya siswa cenderung bersikap aktif-pasif di dalam kelas. - Kesesuaian materi dan waktu pembelajaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah adanya materi yang dalam kalender akademik berada di luar semester tersebut sementara beberapa materi memang sesuai dengan kalender akademik yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan adanya materi yang tidak diajarkan sementara 50% dari soal pre-test dan post-test adalah materi yang tidak diajarkan sehingga jelas mengakibatkan nilai yang didapat siswa menjadi rendah dan kurang maksimal. C. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari banyak terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain :

152 Keterbatasan media rekap pembelajaran. Peneliti seharusnya benarbenar mempersiapkan media yang akan digunakan dalam merekam semua aktivitas pembelajaran. Beberapa rekaman video tidak memunculkan suara sehingga kurang jelas dalam menangkap apa yang sedang dibicarakan. 2. Kemampuan siswa dalam pemahaman statistika. Peneliti merasa harus banyak belajar mengenai perhitungan statistika dan pemahaman maknamakan didalamnya. 3. Waktu penelitian yang tidak sepenuhnya diikuti oleh peneliti. Hal ini disebabkan peneliti masih mengikuti perkuliahan sehingga beberapa pertemuan course tidak diikuti. 4. Peneliti tidak berinteraksi langsung dengan siswa (mengajar) sehingga peneliti hanya mengetahui kelemahan siswa sebatas kuesioner dan rekaman video observasi. 5. Peneliti masih kurang teliti dalam menyeleksi dan mengkategorikan soal ke dalam jenis materinya.

153 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh serta analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Perbedaan yang nampak dari hasil belajar pre-test dan post-test adalah adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang didapat di kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta yang pada saat pre-test ratarata kelas hanya mencapai 35,08 dan pada saat post-test mencapai 45,68. Terjadi peningkatan sebanyak 10,60 dan peningkatan tersebut dikatakan signifikan setelah melalui uji statistika. Secara materi, bilangan bulat dan bilangan pecahan mengalami peningkatan yang signifikan sementara materi bangun datar tidak mengalami peningkatan secara signifikan. 2. Berdasarkan analisa yang sudah dilakukan, mayoritas soal pre-test dan post-test memiliki tingkat kesukaran yang cukup (sedang) sehingga soal-soal yang dikerjakan tidak terlalu sulit ataupun terlalu gampang dan daya pembeda soal di pre-test dikatakan cukup dan untuk daya pembeda soal di post-test dikatakan baik. Namun secara materi, materi bilangan bulat dan bilangan pecahan memiliki tingkat kesukaran dan daya pembeda yang sedang sementara bangun datar memiliki tingkat kesukaran yang dikatakan sukar dan daya pembedanya dikatakan baik. 127

154 128 Hal ini sangat kontras dengan rata-rata kelas yang rendah yang didapat saat pre-test dan post-test. 3. Berdasarkan analisis hambatan yang dialami siswa, disebabkan karena 3 faktor yaitu : - Faktor intern siswa yang kurang siap dalam mengikuti pembelajaran course seperti, konsentrasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. - Faktor pemahaman konsep siswa dalam mengikuti materi yang diajarkan. Materi yang diajarkan belum sepenuhnya ditangkap oleh siswa. konsep-konsep di dalam materi belum dipahami secara baik. - Adanya materi yang tidak diajarkan menyebabkan nilai pada materi bangun datar tidak maksimal dan berpengaruh dengan nilai secara keseluruhan. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Bridging Course belum cukup maksimal untuk membantu siswa dalam menjembatani bekal dan kemampuan siswa di kelas VII Cerdas SMP Kanisius Pakem tersebut. Bridging Course juga membantu guru melihat hambatan dan kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga nantinya guru mempunyai cara / metode pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa mempelajari materi pelajaran selanjutnya.

155 129 B. Saran 1. Bagi mahasiswa calon guru matematika dan guru matematika Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran bagi mahasiswa calon guru matematika dalam melakukan proses pembelajaran dalam melihat kemampuan siswanya agar nantinya para calon guru ini mampu memberikan metode yang tepat untuk membantu siswa memahami apa yang dipelajarinya terutama materi pelajaran matematika dan melakukan inovasi-inovasi pengajaran dalam dunia pendidikan 2. Bagi pihak sekolah Pemilihan materi haruslah tepat sasaran dimana materi yang penting didahulukan. Materi bilangan bulat dan bilangan pecahan dirasa lebih harus didahulukan karena kedua materi ini menjadi dasar untuk materi-materi selanjutnya. Tidak perlu mengambil semua indikator yang tertulis dalam pedoman Bridging Course, cukup mengambil beberapa saja yang sekiranya dapat mewakili pembelajaran seluruhnya. Misalkan saja materi yang bisa diambil adalah pengenalan sifat-sifat dan operasinya. Kedua hal itu akan dipakai seterusnya untuk mendasari matei-materi lainnya. Materi bangun datar dan himpunan yang sejatinya tidak ada dalam materi Bridging Course tidak dilaksanakan sepertinya tidak apa-apa mengingat indikator yang diberikan sudah pernah dipelajari semuanya di jenjang SD. Hal-hal itu akan berimbas pada efisiensi. Efisiensi yang didapat adalah efisiensi kualitas materi dan

156 130 waktu. Efisiensi materi akan membuat siswa lebih memahami materi dengan baik sementara efisiensi waktu akan membuat pembelajaran Bridging Course tidak berlangsung lama dan tidak memakan waktu pembelajaran. Waktu yang sebaiknya digunakan untuk melaksanakan Bridging Course adalah 1 minggu atau 3 kali pertemuan sebelum memulai pembelajaran di sekolah (waktu MOS). 3. Bagi siswa Siswa sebaiknya mengikuti pembelajaran dengan konsentrasi penuh agar siswa mampu memahami materi yang sedang diberikan oleh guru sebab dengan konsentrasi penuh dalam pembelajaran mereka akan terbantu mencapai ketuntasan belajarnya. 4. Bagi pemerintah Pemerintah yang terkait dengan program ini sebaiknya memperkirakan materi sesuai dengan kalender akademik, agar tidak terjadi loncatan yang terlalu jauh sehingga materi yang diprogramkan dapat tersampaikan seluruhnya.

157 DAFTAR PUSTAKA Winkel, W Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Penerbit Media Abadi Nana, Sudjana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya. Panduan Bridging Course Direktorat PSMP Dewi, Nuharini, & Tri, Wahyuni Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk kelas VII SMP dan MTSn 1. Jakarta : Pusat Perbukuan, Depdiknas. Mulyati. (2005). Psikologi Belajar. Yogyakarta : Penerbit Andi Mohamad, Surya. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani Quraisy. Anas, Sudijono. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Punaji Setyosari, H. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Penerbit Kencana. Suparno, Paul. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma. Iqbal, Hasan. (2002). Pokok Pokok Metodologi Penelitian dan Apilkasinya. Jakarta : Ghaira Indonesia. Purwanto. (2010). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Surakarta : Pustaka Belajar. Djemari, Mardapi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta : Mitra Cendikia. Husaini, Usman & Purnomo, Setiady. (2006). Pengantar Statistika Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara 131

158 132 REFERENSI DARI INTERNET Lusia Kus Anna. ulus.ujian.matematika diakses tanggal 13 November 2012 Anonim Pengertian Matematika diakses pada tanggal 13 November 2012 Anonim Validitas dan Reliabilitas. diakses pada tanggal 7 Desember Anonim Pengertian Dokumen dan Dokumentasi. diakses pada tanggal 24 Desember 2012 Anonim Bangun Segiempat diakses pada tanggal 24 Januari 2013

159 LAMPIRAN A1 Satuan Pendidikan : SMP Kanisius Pakem Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : I (satu) SILABUS Standar Kompetensi : BILANGAN 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Nilai Kemanusiaan Refleksi Aksi Kecakapan Hidup Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan Bilangan Bulat dan Bilangan Pecah Melakukan diskusi Memberikan tentang jenis-jenis contoh bilangan bulat bilangan bulat (pengulangan) (Competence) Menyebutkan bilangan bulat Mengidentifikasikan besaran sehari-hari yang menggunakan bilangan bulat. (TM & PT) Kerja keras Teliti Kerjasama Menghorma ti orang lain Apakah menyena ngkan? Lebih mende ngarka n orang lain Mau kerjasa ma Mengharg ai pendapat orang lain Berani berbicara di depan umum Tes tulis Tes uraian Tulislah 5 bilangan 1x40 menit bulat yang lebih dari -3 dan kurang dari 10 Buku teks Garis bilangan Termometer Tangga rumah Kue yang bulat, Lingkungan Buah-buahan 133

160 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Nilai Kemanusiaan Refleksi Aksi Kecakapan Hidup Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar Membuat garis bilangan dan menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan (TM & PT) Menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan (Competence & Conscience) Teliti Kerja keras Bagaiman Mendeng a rasanya arkan belajar pendapat dalam orang kelompok? lain Mengharg ai orang lain Tes tulis Tes uraian Letakkanlah bilangan -1, 0, dan 3 pada garis bilangan tersebut 1x40 menit Mendiskusikan cara melakukan operasi tambah, kurang, kali, dan bagi pada bilangan bulat termasuk operasi campuran (TM ) Mendiskusikan cara menentukan sifatsifat perkalian dan pembagian bilangan bulat negatif dengan negatif dan positif dengan negatif (TM) Mendiskusikan untuk menentukan kuadrat dan pangkat tiga, serta akar kuadrat dan akar pangkat tiga (TM) Melakukan operasi tambah, kurang, kali, dan bagi bilangan bulat termasuk operasi campuran. (Co mpet ence & Con scie nce) Menghitung kuadrat dan pangkat tiga bilangan bulat. Kerja keras Teliti Kerjasama Menghorma ti orang lain Teliti Kerjakeras Apakah menyena ngkan? Lebih mende ngarka n orang lain Mau kerjasa ma Bagaiman Mendeng a rasanya arkan belajar pendapat dalam orang kelompok? lain Mengharg ai pendapat orang lain Berani berbicara di depan umum Mengharg ai orang lain Tes tulis Tes isian Tes uraian A. Hitunglah = (9+12)x6= (-36):4= x(-12)=... B. Sebuah kotak memuat 25 buah jeruk. Kalau ada 140 buah jeruk, berapa banyak kotak yang harus disediakan? Tes tulis Tes uraian Berapakah a. 12 b x40 menit 2x40 menit 134

161 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Nilai Kemanusiaan Refleksi Aksi Kecakapan Hidup Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar Mendiskusikan jenisjenis bilangan pecahan Menyebutkan bilangan pecahan Membuat garis bilangan dan menentukan letak bilangan pecahan pada garis bilangan (TM) Mendiskusikan bilangan pecahan senilai Mendiskusikan cara mengubah bentuk pecahan ke bentuk pecahan yang lain (TM) Melakukan operasi hitung tambah, kurang, kali, bagi bilangan pecahan (TM & PT) Menuliskan bentuk baku (misal amuba yang panjangnya 0, mikron) (TM & PT) Memberikan contoh berbagai bentuk dan jenis bilangan pecahan :biasa, campuran desimal, persen dan permil. Mengubah bentuk pecahan ke bentuk pecahan yang lain. Menyelesaik an operasi hitung tambah, kurang, kali, bagi bilangan pecahan. Kerja keras Teliti Kerjasama Menghorma ti orang lain Teliti Kerjakeras Kerja keras Teliti Kerjasama Menghorma ti orang lain Apakah menyena ngkan? Lebih mende ngarka n orang lain Mau kerjasa ma Bagaiman Mendeng a rasanya arkan belajar pendapat dalam orang kelompok? lain Apakah menyena ngkan? Lebih mende ngarka n orang lain Mau kerjasa ma 135 Mengharg ai pendapat orang lain Berani berbicara di depan umum Mengharg ai orang lain Mengharg ai pendapat orang lain Berani berbicara di depan umum Tes tulis Tes isian 1. Dua buah roti bolu dibagikan kepada 4 anak secara merata. Masing-masing anak memperoleh... bagian 2. Setengah bagian hasil panen diberikan kepada Surya. Bagian surya kalau dinyatakan dalam persen adalah...% Tes tulis Tes isian 1. Ubahlah dalam bentuk desimal =.. 2. Ubahlah dalam bentuk persen 5 =... % 8 Tes tulis Tes uraian Hitunglah: 1. 1 ½ x 2/3 = ¾ : ½ = ,5 + 3,75 = ,2-9,85 =.. 2x40 menit 2x40 menit 2x40 menit

162 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Nilai Kemanusiaan Refleksi Aksi Kecakapan Hidup Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar Mendiskusikan cara membulatkan bilangan pecahan sampai satu atau dua desimal (TM) 1.2 Mengguna kan sifatsifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam pemeca han masalah. Bilangan Bulat dan Bilangan Pecah Melakukan diskusi tentang sifat-sifat operasi tambah, kurang, kali, bagi pada bilangan bulat(pengulangan) (TM & PT) Menemukan Teliti sifat-sifat Kerjakeras operasi tambah, kurang, kali, bagi, pada bilangan bulat. Bagaiman Mendeng a rasanya arkan belajar pendapat dalam orang kelompok? lain Mengharg ai orang lain Tes tulis Tes isian Isilah titik-titik berikut ini 1. a =... b =... Jadi = a. 3 x (5 x 4) =... b. (3 x 5) x 4 =... Jadi 3 x (5 x 4) = (...x...) x... 2x40 menit Buku teks, lingkungan Menyelasaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan bulat dengan menggunakan sifatsifat penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian (TM & PT) Menggunaka n sifat-sifat operasi tambah, kurang, kali, dan bagi pada bilangan bulat (pengulanga Kerja keras Teliti Kerjasama Menghorma ti orang lain Apakah menyena ngkan? Lebih mende ngarka n orang lain Mau kerjasa ma Mengharg ai pendapat orang lain Berani berbicara di depan umum Tes tulis Tes uraian Pada hari Sabtu Candra memberi kelereng pada Aan sebanyak 25 butir dan kepada Yudha 17 butir. Hari Minggu Candra memberi kelereng kepada Novan sebanyak 2x40 menit 136

163 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Nilai Kemanusiaan Refleksi Aksi Kecakapan Hidup Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar n) 13 butir. Berapakah banyak semua kelereng yang diberikan Candra kepada Aan, Yudha, dan Novan? Melakukan diskusi cara menggunakan operasi hitung tambah, kurang, kali atau bagi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan (TM) Teliti Kerjakeras Bagaiman Mendeng a rasanya arkan belajar pendapat dalam orang kelompok? lain Mengharg ai orang lain Tes tulis Tes uraian Dalam sebuah karung beras ada 25 kg beras yang akan dibagikan kepada 10 orang. Berapa kg beras bagian dari masing-masing orang tersebut? 2x40 menit 137

164 Standar Kompetensi : GEOMETRI 4. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya Kompetensi Dasar 6.1 Mengidenti fikasi sifatsifat segitiga berdasarka n sisi dan sudutnya Materi Pokok/ Pembelajaran Segiempat dan segitiga Kegiatan Pembelajaran Mendiskusikan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisisisinya dengan menggunakan model segitiga Indikator Menjelaskan jenisjenis segitiga berdasarkan sisisisinya Nilai Kemanusiaan Kerja keras Teliti Kerjasama Menghorm ati orang lain Refleksi Apakah menye nangka n? Aksi Lebih mendeng arkan orang lain Mau kerjasam a Kecakapan Hidup Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Menghar Tes tulis Tes isian Dari segitiga gai pendapat orang lain Berani berbicara di depan umum ABC diketahui sisi AB = BC, Segitiga ABC merupakan segitiga... Alokasi Waktu Sumber Belajar 2x40 menit Buku teks, Model-model segitiga 6.2 Menginden Segiempat ti fikasi dan segitiga sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjan g, belah ketupat dan layanglayang Mendiskusikan jenis-jenis segitiga berdasarkan sudut-sudutnya dengan menggunakan model segitiga Menggunakan lingkungan untuk mendiskusikan pengertian jajargenjang, persegi, persegi panjang, belah ketupat, trapesium, dan layang-layang menurut sifatnya Menjelaskan jenisjenis segitiga berdasarkan besar sudutnya Menjelaskan pengertian jajargenjang, persegi, persegi panjang, belah ketupat, trapesium dan layang-layang menurut sifatnya. Teliti Kerjakeras Kerja keras Teliti Kerjasama Menghorm ati orang lain Bagaima na rasanya belajar dalam kelompo k? Apakah menye nangka n? Mendenga rkan pendapat orang lain Lebih mendeng arkan orang lain Mau kerjasam a Menghar gai orang lain Menghar Tes lisan gai pendapat orang lain Berani berbicara di depan umum Tes tulis Tes isian Pada segitiga PQR diketahui sudut P = 60 0 Daftar pertanyaan dan sudut Q = Segitiga PQR merupakan segitiga... Lihatlah di seluruh ruang kelasmu! Bendabenda manakah yang berbentuk persegi? Benda-benda manakah yang berbentuk persegipanjang? 2x40 menit 6x40 menit Buku teks, model bangun datar dari kawat dan dari karton, benda-benda di sekitar siswa. 138

165 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran 6.3 Menghi Segiempat tung keliling dan segitiga dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunak annya dalam pemecahan masalah Kegiatan Pembelajaran Mendiskusikan sifat-sifat segi empat ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya Menemukan rumus keliling bangun segitiga dan segi empat dengan cara mengukur panjang sisinya Indikator Menjelaskan sifat sifat segi empat ditinjau dari sisi, sudut, dandiagonalnya. Menurunkan rumus keliling bangun segitiga dan segi empat Nilai Kemanusiaan Teliti Kerjakeras Kerja keras Teliti Kerjasama Menghorm ati orang lain Refleksi Bagaima na rasanya belajar dalam kelompo k? Apakah menye nangka n? Aksi Mendenga rkan pendapat orang lain Lebih mendeng arkan orang lain Mau kerjasam a Kecakapan Hidup Teknik Menghar Tes lisan gai orang lain Menghar Tes tulis gai pendapat orang lain Berani berbicara di depan umum Penilaian Bentuk Instrumen Daftar pertanyaan Tes isian Contoh Instrumen Apakah panjang semua sisi jajargenjang sama panjang? Apakah kedua diagonal persegi saling tegak lurus? Q P R Keliling segitga PQR sama dengan... Alokasi Waktu 6x40 menit Sumber Belajar 4x40 menit Buku teks, R model bangun datar dari kawat atau dari Q P karton Menemukan luas persegi dan persegi panjang menggunakan petakpetak(satuan luas) Menemukan luas segitiga dengan menggunakan luas persegi panjang Menurunkan rumus Teliti luas bangun segitiga Kerjakeras dan segiempat Bagaima na rasanya belajar dalam kelompo k? Mendenga rkan pendapat orang lain Menghar gai orang lain A C B D Luas persegipanjang ABCD adalah... 8x40 menit 139

166 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Menemukan luas jajargenjang, trapesium, layang-layang, dan belah ketupat dengan menggunakan luas segitiga dan luas persegi atau persegi panjang Indikator Nilai Kemanusiaan Refleksi Aksi Kecakapan Hidup Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar 6.4 Melukis Segitiga segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu Menggunakan rumus keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat untuk menyelesaikan masalah Menggunakan penggaris, jangka, dan busur untuk melukis segitiga jika diketahui: Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat Kerja keras Teliti Kerjasama Menghorm ati orang lain Melukis segitiga Teliti yang diketahui tiga Kerjakeras sisinya, dua sisi satu sudut apitnya atau satu sisi dan dua sudut Apakah menye nangka n? Bagaima na rasanya belajar dalam kelompo Lebih mendeng arkan orang lain Mau kerjasam a Mendenga rkan pendapat orang lain Menghar Tes tulis gai pendapat orang lain Berani berbicara di depan umum Menghar Tes tulis gai orang lain Tes uraian Pak Surya 4x40 menit mempunyai kebun berbentuk persegipanjang dengan panjang 1 km dan lebar 0,75 km. Kebun tersebut akan ditanami pohon kelapa yang berjarak 10 m satu dengan yang lain. Berapa banyak bibit pohon kelapa yang diperlukan pak Surya? Tes uraian Lukislah sebuah 3x40 menit Buku teks, segitiga jika penggaris, diketahui jangka panjang sisisisinya 2 cm, 3 cm, dan 1,5 cm. 140

167 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran - ketiga sisinya - dua sisi dan satu sudut apitnya - satu sisi dan dua sudut Melukis segitiga samasisi dan segitiga samakaki dengan menggunakan penggaris, jangka dan busur derajat Indikator Melukis segitiga samasisi dan segitiga samakaki Nilai Kemanusiaan Kerja keras Teliti Kerjasama Menghorm ati orang lain Refleksi k? Apakah menye nangka n? Aksi Lebih mendeng arkan orang lain Mau kerjasam a Kecakapan Hidup Teknik Menghar Tes tulis gai pendapat orang lain Berani berbicara di depan umum Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Tes uraian Lukislah sebuah 2x40 menit segitiga ABC dengan AC = BC = 3 cm. Sumber Belajar Menggunakan penggaris dan jangka untuk melukis garis sumbu, garis bagi, garis berat, dan garis tinggi suatu segitiga Melukis garis tinggi, garis bagi, garis berat, dan garis sumbu. Teliti Kerjakeras Bagaima na rasanya belajar dalam kelompo k? Mendenga rkan pendapat orang lain Menghar Tes tulis Tes kinerja 6x40 menit gai orang lain 141

168 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Nilai Kemanusiaan Refleksi Aksi Kecakapan Hidup Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar Lukislah ketiga garis tinggi dari masing-masing segitiga tersebut. Apakah yang kalian dapatkan? Mengetahui, Kepala Sekolah Sleman, Guru Mata Pelajaran Andrias Indra Purnama, S. T, S. Pd. G MG. Sri Yuliwanti 142

169 LAMPIRAN A2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu : SMP Kanisius Pakem : Matematika : VII (tujuh) / I : 16 x 40 menit (8 pertemuan) A. Standar Kompetensi : 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah B. Kompetensi Dasar : 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan C. Indikator : 1. Menentukan penjumlahan dua bilangan bulat atau lebih 2. Menentukan hasil pengurangan dua bilangan bulat atau lebih 3. Menentukan hasil perkalian bilangan bulat 4. Menyelesaikan operasi pembagian bilangan bulat 5. Menyelesaikan operasi pemangkatan bilangan bulat 6. Menghitung akar kuadrat suatu bilangan 7. Menentukan pecahan senilai 8. Menyederhanakan pecahan 9. Mengurutkan pecahan 10. Mengubah bentuk pecahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain 11. Menyelesaikan operasi hitung bilangan pecahan 12. Menentukan bentuk baku bilangan besar dan bilangan kecil D. Tujuan Pembelajaran : Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat : 1. Menentukan penjumlahan dua bilangan bulat atau lebih 2. Menentukan hasil pengurangan dua bilangan bulat atau lebih 3. Menentukan hasil perkalian bilangan bulat 4. Menyelesaikan operasi pembagian bilangan bulat 143

170 5. Menyelesaikan operasi pemangkatan bilangan bulat 6. Menghitung akar kuadrat suatu bilangan 7. Menentukan pecahan senilai 8. Menyederhanakan pecahan 9. Mengurutkan pecahan 10. Mengubah bentuk pecahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain 11. Menyelesaikan operasi hitung bilangan pecahan 12. Menentukan bentuk baku bilangan besar dan bilangan kecil E. Materi Pembelajaran: 1. Operasi penjumlahan bilangan bulat 2. Operasi pengurangan bilangan bulat 3. Operasi perkalian bilangan bulat 4. Operasi pemangkatan bilangan bulat 5. Pecahan senilai 6. Operasi hitung pecahan F. Metode Pembelajaran 1. Diskusi 2. Demonstrasi 3. Tanya Jawab 4. Pemberian Tugas G. Nilai Kemanusiaan : Kerja sama, kreatif, teliti H. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan 1 Pendahuluan 1. Mengingat kembali himpunan bilangan asli dan himpunan bilangan cacah 2. Sebagai motivasi mengingat pentingnya materi ini untuk memahami materi selanjutnya yaitu operasi hitung bilangan bulat 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan inti 1. Melakukan diskusi tentang jenis-jenis bilangan bulat 2. Menyebutkan bilangan-bilangan yang merupakan bilangan bulat 3. Mengidentifikasikan besaran sehari-hari yang menggunakan bilangan bulat 4. Dengan menggunakan model atau gambar termometer siswa menyebutkan arti suhu 1 C di atas 0 C dan arti suhu 1 C di bawah 0 C 5. Dengan gambar garis bilangan, guru menunjukkan letak bilangan bulat 144

171 6. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyuruh beberapa siswa untuk menunjukkkan letak bilangan tertentu pada garis bilangan dan siswa ditugasi mengerjakan soal latihan 7. Siswa mempresentasikan dan siswa lain menanggapi dengan bimbingan guru 8. Siswa mengerjakan soal latihan mandiri dari buku Penutup 1. Siswa merangkum materi 2. Siswa diberi pekerjaan rumah 3. Guru mengingatkan siswa untuk membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya yaitu operasi tambah, kurang, kali, dan bagi pada bilangan bulat. Pertemuan II Pendahuluan : 1. Mengingat kembali penjumlahan dan pengurangan sederhana bilangan bulat 2. Motivasi : Mengaitkan manfaat materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan hasil yang diharapkan akan dicapai siswa. Kegiatan Inti : 1. Guru menginformasikan pada siswa untuk menyiapkan mistar hitung 2. Secara klasikal guru menginfomasikan tujuan alat peraga, mistar hitung dan mendemonstrasikan cara penggunaannya 3. Dengan teman sebelah siswa menyelesaikan permasalahan yang telah dirumuskan oleh guru yaitu melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat 4. Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan 5. Beberapa siswa mempresentasikan hasil 6. guru dan siswa membahas hasil presentasi siswa secara klasikal dengan Tanya jawab 7. Guru memberikan soal pada siswa untuk diselesaikan secara individu tanpa alat bantú Penutup : 1. Dengan bimbingan guru siswa diminta meminta membuat rangkuman 2. Siswa dan guru melakukan refleksi 145

172 3. Guru memberikan tugas rumah Pertemuan III Pendahuluan: 1. Mengingat kembali penjumlahan dan pengurangan sederhana bilangan bulat 2. Motivasi : Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh sehingga memperoleh hasil yang memuaskan Kegiatan Inti: 1. Mendiskusikan cara menentukan sifat-sifat perkalian dan pembagian bilangan bulat negatif dengan negatif, dan positif dengan negative. 2. Siswa mengerjakan LKS secara berpasangan kemudian mempresentasikannya 3. Melalui presentasi, siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan bahwa : Jika a dan b bilangan bulat, maka : i. a x ( -b ) = - ( a x b ) ii. (-a ) x b = - ( a x b ) iii. (-a ) x (-b ) = a x b 4. Guru mengecek pemahaman siswa dengan tanya jawab 5. Siswa mengerjakan soal tugas individu dari buku teks Penutup: 1. Dengan bimbingan guru siswa diminta meminta membuat rangkuman 2. Guru memberikan tugas rumah Pertemuan IV Pendahuluan: 1. Membahas PR terpilih 2. Sebagai motivasi, mengingat pentingnya materi ini untuk tingkat/kelas yang lebih tinggi dan untuk mata pelajaran lain 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti: 1. Mendiskusikan pemangkatan bilangan 2. Mendiskusikan sifat-sifat operasi bilangan berpangkat yaitu : perkalian bilangan berpangkat ( a m x a n ), pembagian bilangan berpangkat ( a m : a n ), serta m n pemangkatan bilangan berpangkat ( a ) dengan m dan n bilangan bulat 3. Guru mengecek pemahaman siswa dengan memberikan soal latihan 12 halaman 36 buku Erlangga 146

173 4. Mendiskusikan langkah-langkah menentukan kuadrat dan pangkat tiga, serta akar kuadrat dan akar pangkat tiga dari bilangan bulat 5. Membahas arti 2a dan a 2, yaitu 2a = 2 x a = a + a a 2 = a x a 6. Membahas arti 3a dan a 3 yaitu 3a = 3 x a = a + a + a a 3 = a x a x a 7. Guru mengecek pemahaman siswa dengan memberi tugas kelompok 8. Dengan tanya jawab dibahas arti akar kuadrat suatu bilangan, misalnya dengan kalimat : 4 2 = 16, maka 16 = 4 Dengan demikian, akar kuadrat suatu bilangan adalah operasi kebalikan dari kuadrat suatu bilangan 9. Dibahas arti akar pangkat tiga suatu bilangan misalnya dengan kalimat : ( -2 ) 3 = -8 maka 3 8 = -2 Dengan demikian, akar pangkat tiga suatu bilangan adalah operasi kebalikan dari pangkat tiga suatu bilangan 10. Siswa diberi tugas mandiri Penutup: 1. Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman 2. Guru memberikan tugas PR. Pertemuan V Pendahuluan: 1. Membahas PR terpilih 2. Mengingat kembali pembagian bilangan bulat 3. Sebagai motivasi, Dengan menguasai materi yang telah diberikan akan membantu siswa menyelasaikan masalah sehari-hari 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti: 1. Dengan diskusi dibahas tentang cara menentukan pecahan senilai 2. Dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan tentang cara menentukan pecahan yang senilai 147

174 3. Siswa mengerjakan soal tentang pecahan senilai 4. Dengan diskusi dibahas tentang cara menyederhanakan pecahan 5. Siswa menyimpulkan cara menyederhanakan pecahan 6. Siswa mengerjakan soal tentang menyederhanakan pecahan 7. Dengan diskusi dibahas cara mengurutkan bilangan pecahan 8. Siswa menyimpulkan cara mengurutkan pecahan Penutup: 1. Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman 2. Guru memberikan tugas PR Pertemuan VI Pendahuluan: 1. Membahas PR terpilih 2. Mengingat kembali pembagian bilangan bulat 3. Sebagai motivasi, Dengan menguasai materi yang telah diberikan akan membantu siswa menyelasaikan masalah sehari-hari 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti: 1. Mendiskusikan cara mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran, desimal, persen, dan permil atau sebaliknya 2. Dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan cara mengubah pecahan biasa menjadi pecahan yang lain atau sebaliknya 3. Siswa mengerjakan soal tentang mengubah pecahan biasa ke pecahan bentuk yang lain Penutup: 1. Dengan bimbingan guru siswa diminta meminta membuat rangkuman 2. Siswa dan guru melakukan refleksi 3. Guru memberikan tugas rumah Pertemuan VII Pendahuluan: 1. Membahas PR terpilih 2. Mengingat kembali tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dan bilangan pecahan senilai 148

175 3. Sebagai motivasi, Dengan menguasai materi yang telah diberikan akan membantu siswa menyelasaikan masalah sehari-hari 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti: 1. Guru menyampaikan masalah : 2 3 kg kg m m Dengan tanya jawab: 1) dibahas penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama 2 3 2) dibahas + dengan menggunakan dua lembar karton yang masing masing dibagi 10, lalu mengambil dan yang lain diambil nya, dan 5 10 siswa diminta untuk menghitung jumlah pengambilannya 3) Dengan karton yang panjangnya 10 cm dibagi 10, diambil 6/10 nya, kemudian dari 6/10 diambil ½ nya, siswa diminta menghitung sisanya yaitu 6/10 x ½ =. 4) Sama seperti langkah 3 tetapi karton 6/10 bagian dibagi menjadi 2 yang sama luasnya, jadi 6/10 : 2 =. Penutup: 1. Dengan bimbingan guru siswa diminta meminta membuat rangkuman 2. Siswa dan guru melakukan refleksi 3. Guru memberikan tugas rumah Pertemuan VIII Pendahuluan: 1. Membahas PR terpilih 2. Mengingat kembali perkalian bilangan pecahan dan cara mengubah bentuk pecahan 3. Sebagai motivasi, Dengan menguasai materi yang telah diberikan akan membantu siswa menyelasaikan masalah sehari-hari 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran 149

176 Kegiatan Inti: 1. Dengan teman sebelah siswa diberikan permasalahan tentang pemangkatan pecahan 2. Beberapa siswa menuliskan hasil kerjanya dan ditanggapi oleh siswa lain 3. Siswa mengerjakan tugas dari guru yang harus dikerjakan secara individu 4. Dengan diskusi siswa danguru membahas cara menuliskan bentuk baku bilangan besar dan bilangan kecil 5. Siswa mengerjakan soal tentang penulisan bentuk baku dari buku sumber Penutup: 1. Dengan bimbingan guru siswa diminta meminta membuat rangkuman 2. Siswa dan guru melakukan refleksi 3. Guru memberikan tugas rumah I. Refleksi : Apakah pembelajaran hari ini cukup menyenangkan? J. Aksi : Lebih giat berlatih K. Kecakapan Hidup : Dalam berhitung lebih cepat dan teliti. L. Alat dan Sumber Belajar Buku Paket Erlangga, LKS Prestasi, Mistar hitung, Lingkungan M. Penilaian Teknik Bentuk Instrumen Instrumen : = (9 + 10) x 4 = (-35) : 7 = x (-10) = = =... : Tes : Tertulis 7. Sebuah roti dibagikan kepada 8 anak, berapa bagian masing-masing anak mendapatkan bagian yang sama? 4 8. Ubahlah ke dalam bentuk decimal =...% Hitunglah: 1 x

177 Kunci: , ,5% Nilai = B x 10 Mengetahui Kepala Sekolah Pakem, Guru MataPelajaran Andrias Indra Purnama, S. T, S.Pd MG. Sri Yuliwanti, S.Pd 151

178 LAMPIRAN A3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu : SMP Kanisius Pakem : Matematika : VII (tujuh) / I : 4 x 40 menit (2 pertemuan) A. Standar Kompetensi: 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah B. Kompetensi Dasar : 1.2. Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam pemecahan masalah. C. Indikator : 1. Menyelesaikan soal pemecahan masalah menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat. 2. Menyelesaikan soal pemecahan masalah menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan pecahan. D. Tujuan Pembelajaran Pertemuan I ( 2 jam ) : Mampu mengoperasikan sifat-sifat operasi tambah, kurang, kali, dan bagi pada bilangan bulat dan menggunakannya dalam pemecahan masalah Pertemuan 2 ( 2 jam ) : Mampu menyelesaikan soal-soal dengan menggunakan sifat-sifat operasi hitung pecahan. 152

179 E. Materi Pembelajaran 1. Sifat-sifat yang berlaku dan tidak berlaku pada penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pada bilangan bulat dan bilangan pecahan. 2. Penggunaan sifat-sifat pada penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian untuk menyelesaikan masalah F. Metode Pembelajaran : 1. Diskusi 2. Demonstrasi 3. Tanya Jawab 4. Pemberian Tugas G. Nilai Kemanusiaan : Bertanggung jawab, teliti, dan kerjasama H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I 1. Pendahuluan a. Membahas PR terpilih b. Sebagai motivasi, menjelaskan manfaat materi yang akan dipelajari pada materi selanjutnya dan mata pelajaran lain misalnya sains c. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti a. Siswa mendiskusikan tentang sifat-sifat operasi tambah, kurang, kali, dan bagi pada bilangan bulat, misalnya : = = Jadi =. Sifat ini disebut sifat Apakah 8 7 = 7 8? Jadi, pada pengurangan x ( 4 x 5 ) = ( 3 x 4 ) x 5 = Jadi Sifat ini disebut sifat. 153

180 3. 2 x ( ) =. (2 x 4) + ( 2 x 6 ) = Jadi, Sifat ini disebut sifat perkalian terhadap penjumlahan 5 x ( 9 6 ) =. ( 5 x 9 ) ( 5 x 6 ) = Sifat ini disebut sifat perkalian terhadap pengurangan b. Siswa membandingkan sifat-sifat pada penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan bulat c. Guru membahas sifat-sifat yang berlaku pada penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan bulat kemudian siswa menyimpulkan d. Guru mengecek pemahaman siswa dengan memberi tugas mandiri 3. Penutup a. Dengan bimbingan guru siswa diarahkan untuk merangkum materi b. Siswa diberi pekerjaan rumah c. Guru mengingatkan siswa untuk membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya yaitu bilangan pecahan Pertemuan II 1. Pendahuluan a. Membahas PR yang sulit b. Memberi motivasi bahwa materi ini banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan banyak digunakan pada materi selanjutnya misalnya aritmatika sosial c. Mengingat kembali tentang operasi pada bilangan bulat d. Mengingat kembali tentang pecahan-pecahan yang senilai e. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti a. Guru menyampaikan masalah : 2 3 kg kg

181 2 4 m m b. Dengan tanya jawab: 1) dibahas penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama 2) dibahas dengan menggunakan dua lembar karton yang masing-masing dibagi 10, lalu mengambil 5 2 dan yang lain diambil 10 3 nya, dan siswa diminta untuk menghitung jumlah pengambilannya. 3) Dengan karton yang panjangnya 10 cm dibagi 10, diambil 6/10 nya, kemudian dari 6/10 diambil ½ nya, siswa diminta menghitung sisanya yaitu 6/10 x ½ =. 4) Sama seperti langkah 3 tetapi karton 6/10 bagian dibagi menjadi 2 yang sama luasnya, jadi 6/10 : 2 =. 3. Penutup a. Siswa diarahkan untuk menyimpulkan b. Siswa diberi pekerjaan rumah I. Refleksi : Apa manfaat dari mempelajari bilangan bulat dan bilangan pecahan? J. Aksi : lebih mahir dalam berhitung K. Kecakapan Hidup : lebih cepat berhitung dan teliti L. Sumber Belajar: 1. Buku Paket Erlangga dan LKS Prestasi 2. kertas karton 3. gunting M. Penilaian Pemahaman Konsep Hitunglah (-9) dan (-9) ( ) + ( -29) dan 8 + [(15 + (-29)] dan ( 8 3) 5 dan 8 ( 3 5 ) 155

182 5. 7 x ( ) dan ( -7 x 6 ) + ( -7 x 4 ) Sederhanakanlah : 1. 3/10 4/5 + 9/20 =. 2. 4/9 x 3/4 : 5 =. 3. ( -2/5 + 1/3 ) x ( - 1/5 ) = 4. 5/2 x ( -3/4 ) : 7/10 = Penalaran dan komunikasi : Gaji seorang pegawai Rp ,00 / bulan. Jika gaji pegawai itu dinaikkan sebesar 12,5 %, maka hitunglah gaji pegawai itu sekarang! Pemecahan masalah : Didit naik pesawat ke luar negeri dengan membawa tas yang masing-masing bertnya 6,5 kg, 32/5 kg, dan 7,7 kg. Jika berat tas yang dibawa maksimum 20 kg, dapatkah Didit membawa semua tasnya ke dalam pesawat? Mengetahui Pakem, Juli 2012 Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Andrias Indra Purnama, S. T, S.Pd MG. Sri Yuliwanti, S. 156

183 LAMPIRAN A4 BRIDGING COURSE MATEMATIKA 2012 PRE TEST Nama :. Intansi :. Kab/Kota : Provinsi: Uraikan secara singkat penyelesaian soal berikut, dan lingkarilah jawaban yang sesuai No Soal Uraian singkat Pernyataan yang tepat untuk garis bilangan di atas adalah... A = 7 B = 7 C. 7 3 = 4 D = 4 2 Hasil dari : 3 x 4 adalah... A. 31 B. 33 C. 45 D Jika a = 2, b = -3, dan c = -1, maka 3a 2 + 2ab 3b 2 c =... A. -27 B. -3 C. 18 D Hasil kali dua bilangan 32. Dua bilangan tersebut adalah. A. 2 dan -16 B. -4 dan 8 C. -8 dan 4 D. -16 dan 2 157

184 No Soal Uraian singkat 5 Hasil -26 (-14) + 5 adalah. A. -35 B. -17 C. -7 D Apabila bilangan genap dinyatakan dengan G dan bilangan ganjil dinyatakan dengan J, maka pernyataan yang benar di bawah ini adalah... A. G + J = G B. G + G = J C. G J = J D. J G = G 7 Tante Indah ingin menempatkan 72 buah apel dan 48 buah jeruk di sejumlah piring. Jika setiap piring berisi jumlah dan jenis buah yang sama, maka piring terbanyak yang diperlukan ada... A. 6 B. 8 C. 12 D Pecahan jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah A. 37,5 % B. 3,75 % C % D. 3 % 8 9 Selisih dari 2,583 dan 5,3 adalah... A. 2,283 B. 2,383 C. 2,717 D. 2,

185 No Soal Uraian singkat 10 Dua pecahan yang terletak di antara 4 3 dan 5 4 adalah... A. B. C. D dan dan dan dan Bentuk sederhana dari : = A B C D Pernyataan berikut yang benar adalah... A. -5 kurang dari -8 B. (-2) 3 lebih dari (-5) C. lebih dari D. 0 kurang dari Urutan naik dari pecahan 12 7, 6 5, 25%, dan 0,8 adalah... A. 5 7, 0,8,, 25% 6 12 B. 0,8, 12 7, 6 5, 25% C. 25%, 0,8, 12 7, 6 5 D. 25%, 12 7, 0,8,

186 No Soal Uraian singkat 14 Jika jumlah dua pecahan adalah 4 3 dan selisihnya 4 1, maka kedua pecahan itu adalah A. dan B. dan C. dan D. dan Sifat layang-layang yang dimiliki oleh belah ketupat adalah... A. Mempunyai satu sumbu simetri B. Dapat menempati bingkainya dengan 4 cara C. Diagonalnya saling berpotongan tegak lurus D. Dapat dibentuk dari dua segi tiga sembarang yang kongruen 16 A = {jajargenjang} B = {layang-layang} C = {persegi} D = {belahketupat} Dari pernyataan di atas, yang benar adalah A. C B A B. C B D C. C D B D. D B A Pada trapesium di atas, besar A adalah... A B C D

187 No Soal Uraian singkat 18 Pasangan ukuran ruas garis di bawah ini yang tidak dapat dilukis menjadi segitiga adalah... A. 14 cm, 18 cm dan 23 cm B. 10 cm, 12 cm dan 14 cm C. 6 cm, 7 cm dan 8 cm D. 3 cm, 4 cm dan 7 cm 19 Perhatikan tigaan satuan panjang berikut ini! ( i ) 4 cm, 5 cm, 6 cm ( ii ) 12 cm, 12 cm, 17 cm ( iii )11 cm, 12 cm, 15 cm ( iv ) 5 cm, 11 cm, 16 cm Dari tigaan satuan panjang tersebut, yang dapat membentuk segitiga tumpul adalah... A ( i ) B. ( ii ) C. (iii) D. (iv) 20 Diketahui ABC dengan A(-2, 0), B(3, 0) dan C(3, 8). Pernyataan berikut adalah benar, kecuali... A. ABC sama kaki B. ABC siku-siku C. ABC sama sisi D. ABC siku-siku sama kaki 21 Suatu persegi panjang memiliki panjang 3 kali lebarnya. Jika keliling persegi panjang itu 64 cm, maka luas persegi panjang tersebut adalah... cm 2. A. 768 B. 192 C. 144 D Diketahui A, B, C dan D merupakan titik-titik sudut belah ketupat dengan A berhadapan dengan C dan B berhadapan dengan D. Jika B + D = 2( A + C), maka besar sudut B adalah... A B C D

188 23 No Soal Uraian singkat Pada jajargenjang ABDF di atas, BC : CD = FE : ED = 1 : 3 dan luas ABDF 600 cm 3. Luas daerah yang diarsir adalah... cm 2. A. 75 B. 100 C. 150 D Perhatikan gambar jajargenjang berikut! 25 Panjang DE adalah... cm. A. 14,65 B. 15,75 C. 16,76 D. 17, 65 Sebidang tanah berbentuk persegi panjang ditanami rumput seperti gambar di atas, dan bagian yang diarsir adalah jalan. Luas bagian yang ditanami rumput adalah... m 2 A. 52 B. 58,5 C. 60 D. 62,5 162

189 No Soal Uraian singkat 26 Dari pernyataan berikut yang benar adalah... A. {segi empat} {belah ketupat} B. {persegi} {belah ketupat} C. {belah ketupat} {persegi} D. {segi empat} {layang-layang} 27 Diketahui : A = {1, 3, 5, 7,...} Ditentukan : i. 15 A iii. 73 A ii. 0 A iv. 28 A Dari pernyataan di atas yang benar adalah... A. i dan ii B. ii dan iv C. ii dan iii D. iii dan iv 28 Pernyataan yang benar adalah... A. A A = { } C. A A = B. A A = A D. A A = S 29 Diketahui : A = {bilangan prima kurang dari 10} B = {bilangan genap kurang dari 10} Pernyataan berikut yang benar adalah... A. A // B C A B B. A B D. A B 30 Satu kelas yang terdiri atas 40 anak, 32 anak berkulit putih, 30 anak berkaca mata, dan 25 anak berkulit putih dan berkacamata. Banyak siswa yang berkulit putih yang tidak berkacamata ada... anak. A. 3 C. 10 B. 7 D

190 LAMPIRAN A5 BRIDGING COURSE MATEMATIKA 2012 POST TEST Nama :. Intansi :. Kab/Kota : Provinsi: Uraikan secara singkat penyelesaian soal berikut, dan lingkarilah jawaban yang sesuai! No 1 Soal Uraian singkat Pernyataan yang tepat untuk garis bilangan di atas adalah... A = 7 B. 4-7 = -3 C. 7 3 = 4 D = 4 2 Hasil dari : 3 x 4 adalah... A B. 31 C. 45 D Jika a = 2, b = -3, dan c = -1, maka 3a 2 + 2ab 3b 2 c =... A. 27 B. 3 C D Hasil kali dua bilangan Dua bilangan tersebut adalah. A. -2 dan -4 2 B. -4 dan 2 3 C. (-4) 2 dan 2 D. -8 dan

191 No 5 Hasil -26 (-14) + 5 adalah. A. -35 B. -17 C. -7 D. 12 Soal Uraian singkat 6 Apabila bilangan genap dinyatakan dengan G dan bilangan ganjil dinyatakan dengan J, maka pernyataan yang benar di bawah ini adalah... A. G + J = J B. G + G = J C. G J = G D. J G = G 7 Tante Indah ingin membagikan 72 buah apel dan 48 buah jeruk kepada sejumlah anak-anak di sekitar rumahnya dengan pembagi an yang sama. Jumlah terbanyak anak yang menerima pembagi an buah-buahan tersebut adalah... anak. A. 24 B. 12 C. 8 D Pecahan jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah A. 37,25 % B. 3,75 % C % D. 3 % 8 9 Selisih dari 2,583 dan 5,3 adalah... A. 2,283 B. 2,383 C. 2,717 D. 2,

192 No 10 Soal Dua pecahan yang terletak di antara 4 3 dan 5 4 adalah... Uraian singkat A. B. C. D dan dan dan dan Bentuk sederhana dari : = A B C D Pernyataan berikut yang benar adalah... A. -5 kurang dari -8 B. (-2) 3 lebih dari (-5) C. lebih dari D. 0 kurang dari Susunan bilangan pecahan berikut yang diurutkan dari bilangan terkecil ke bilangan terbesar adalah... A. B. C. D ,,,, ,,,, ,,,, ,,,,

193 No 14 Soal Jika jumlah dua pecahan adalah 4 3 dan selisihnya 4 1, maka kedua pecahan itu adalah... Uraian singkat A. B. C. D. 1 3 dan dan dan dan Sifat layang-layang yang dimiliki oleh belah ketupat adalah... A. Mempunyai satu sumbu simetri B. Dapat menempati bingkainya dengan 4 cara C. Dapat dibentuk dari dua segi tiga sembarang yang kongruen D. Diagonalnya saling berpotongan tegak lurus 16 A = {jajargenjang} B = {layang-layang} C = {persegi} D = {belahketupat} Dari pernyataan di atas, yang benar adalah A. C B A B. C B D C. D B A D. C D B Pada trapesium di atas, besar C adalah... A B C D

194 No Soal Uraian singkat 18 Pasangan ukuran ruas garis di bawah ini yang tidak dapat dilukis menjadi segitiga adalah... A. 14 cm, 18 cm dan 33 cm B. 10 cm, 12 cm dan 14 cm C. 6 cm, 7 cm dan 8 cm D. 3 cm, 4 cm dan 6 cm 19 Perhatikan tigaan satuan panjang berikut ini! ( i ) 4 cm, 5 cm, 6 cm ( ii ) 12 cm, 12 cm, 17 cm ( iii )11 cm, 12 cm, 15 cm ( iv ) 5 cm, 11 cm, 16 cm Dari tigaan satuan panjang tersebut, yang dapat membentuk segitiga tumpul adalah... A ( i ) B. ( ii ) C. (iii) D. (iv) 20 Diketahui ABC dengan A(-2, 0), B(3, 0) dan C(3, 5). Pernyataan berikut adalah benar, kecuali... A. ABC sama kaki B. ABC siku-siku C. ABC sama sisi D. ABC siku-siku sama kaki 21 Suatu persegipanjang memiliki panjang 3 kali lebarnya. Jika keliling persegi panjang itu 64 cm, maka luas persegi panjang tersebut adalah... cm 2 A. 108 B. 144 C. 192 D Diketahui A, B, C dan D merupakan titik-titik sudut belah ketupat dengan A berhadapan dengan C dan B berhadapan dengan D. Jika B + D = 2( A + C), maka besar sudut A adalah... A B C D

195 No 23 Soal Uraian singkat Pada jajargenjang ABDF di atas, BC : CD = FE : ED = 1 : 2 dan luas ABDF 600 cm 3. Luas daerah yang diarsir adalah... cm 2. A. 100 B. 200 C. 300 D Perhatikan gambar jajargenjang berikut! 25 Panjang DE adalah... cm. A. 17,65 B. 16,75 C. 15,76 D. 14, 65 Sebidang tanah berbentuk persegi panjang ditanami rumput seperti gambar di atas, dan bagian yang diarsir adalah jalan. Luas bagian yang ditanami rumput adalah... m 2 A. 52 B. 58,5 C. 60 D. 62,5 169

196 No Soal Uraian singkat 26 Dari pernyataan berikut yang benar adalah... A. {segi empat} {belah ketupat} B. {persegi} {belah ketupat} C. {belah ketupat} {persegi} D. {segi empat} {layang-layang} 27 Diketahui : A = {1, 3, 5, 7,...} Ditentukan : i. 15 A iii. 73 A ii. 0 A iv. 28 A Dari pernyataan di atas yang benar adalah... A. i dan ii B. ii dan iii C. ii dan iv D. iii dan iv 28 Pernyataan yang benar adalah... A. A A = { } C. A A = B. A A = { } D. A A = A 29 Diketahui : A = {bilangan prima kurang dari 10} B = {bilangan genap kurang dari 10} Pernyataan berikut yang benar adalah... A. A // B C A B B. A B D. A B 30 Satu kelas yang terdiri atas 40 anak, 32 anak berkulit putih, 30 anak berkaca mata, dan 25 anak berkulit putih dan berkacamata. Banyak siswa yang tidak berkulit putih maupun tidak berkacamata ada... anak. A. 3 C. 10 B. 8 D

197 LAMPIRAN A6 BRIDGING COURSE MATEMATIKA TAHUN 2012 Kunci Pretes BC Matematika Kunci Postes BC Matematika 2012 No Kunci Jawaban No Kunci Jawaban No Kunci Jawaban No Kunci Jawaba 1 D 16 C 1 B 16 D 2 A 17 D 2 B 17 C 3 D 18 D 3 A 18 A 4 D 19 B 4 C 19 B 5 C 20 B 5 C 20 D 6 C 21 B 6 A 21 C 7 D 22 A 7 A 22 B 8 A 23 B 8 B 23 C 9 C 24 A 9 C 24 D 10 C 25 C 10 C 25 C 11 B 26 C 11 B 26 C 12 C 27 C 12 C 27 B 13 D 28 B 13 C 28 D 14 A 29 B 14 C 29 B 15 C 30 A 15 D 30 B 171

198 LAMPIRAN B1 PRE-TEST BRIDGING COURSE No J R x x

199 No J R x x JB x x ANALISIS TINGKAT KESULITAN SOAL SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 SOAL NOMOR KATEGORI 1 16 / 25 = 0,64 SEDANG 2 13 / 25 = 0,52 SEDANG 3 4 / 25 = 0,16 SUKAR 4 11 / 25 = 0,44 SEDANG 5 10 / 25 = 0,40 SEDANG 6 9 / 25 = 0,36 SEDANG 7 13 / 25 = 0,52 SEDANG 8 8 / 25 = 0, 32 SEDANG 9 6 / 25 = 0,24 SUKAR 10 6 / 25 = 0,24 SUKAR / 25 = 0,48 SEDANG / 25 = 0,40 SEDANG 13 6 / 25 = 0,24 SUKAR / 25 = 0,44 SEDANG / 25 = 0,44 SEDANG 16 7 / 25 = 0,28 SUKAR / 25 = 0,48 SEDANG 18 6 / 25 = 0,24 SUKAR 19 3 / 25 = 0,12 SUKAR 173

200 Dari perhitungan yang di dapat berikut hasilnya : 20 8 / 25 = 0, 32 SEDANG / 25 = 0,68 SEDANG 22 7 / 25 = 0,28 SUKAR 23 7 / 25 = 0,28 SUKAR 24 7 / 25 = 0,28 SUKAR / 25 = 0,52 SEDANG 26 7 / 25 = 0,28 SUKAR 27 5 / 25 = 0,20 SUKAR 28 3 / 25 = 0,12 SUKAR 29 5 / 25 = 0,20 SUKAR / 25 = 0,40 SEDANG Kategori menurut Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen Dari 30 soal Pre-Test Bridging Course didapatkan analisa hasil soal, berikut hasil analisis Kategori Jumlah Soal Persentase MUDAH 0 soal 0 % SEDANG 16 soal 53,34 % SUKAR 14 soal 46,66 % 174

201 LAMPIRAN B2 ANALISIS DAYA PEMBEDA SOAL No J R x x

202 No J R x x JB x x Buat rangking untuk kelas atas dan kelas bawah (27% x siswa yang mengikuti) = 27% x 25 = 7 siswa Kelas Atas R No J Kelas Bawah No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,86 0,14 0,72 baik sekali ,57 0,43 0,14 jelek 176

203 ,26 0,00 0,26 cukup ,57 0,26 0,31 cukup ,57 0,26 0,31 cukup ,57 0,43 0,14 jelek ,57 0,14 0,43 baik ,71 0,00 0,71 baik sekali ,43 0,14 0,29 cukup ,43 0,00 0,43 baik ,57 0,26 0,31 cukup ,43 0,26 0,17 jelek ,26 0,14 0,12 jelek ,57 0,57 0,00 jelek ,43 0,57-0,14 jelek sekali ,43 0,26 0,17 jelek ,71 0,43 0,28 cukup ,43 0,00 0,43 baik ,26 0,00 0,26 cukup ,57 0,00 0,57 baik ,71 0,43 0,28 cukup ,14 0,14 0,00 jelek ,43 0,14 0,29 cukup ,43 0,26 0,17 jelek ,71 0,43 0,28 cukup ,57 0,26 0,31 cukup ,26 0,00 0,26 cukup ,26 0,00 0,26 cukup ,14 0,43-0,29 jelek sekali ,43 0,14 0,29 cukup 177

204 Interpretasi kategori : 0,00-0,20 = jelek 0,20 0,40 = cukup 0,40 0,70 = baik 0,70 1,00 = baik sekali Bertanda negatif / < 0,00 = jelek sekali KATEGORI JELEK SEKALI JELEK CUKUP BAIK BAIK SEKALI JUMLAH SOAL 2 soal 8 soal 14 soal 4 soal 2 soal PERSENTASE 6,67 % % 46,66 % 13,33 % 6,67% 178

205 LAMPIRAN B3 POST-TEST BRIDGING COURSE No J R X X JB x x 179

206 ANALISIS TINGKAT KESULITAN SOAL SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 SOAL NOMOR KATEGORI 1 20 / 27 = 0,74 Mudah 2 13 / 27 = 0,48 Sedang 3 16 / 27 = 0,59 Sedang 4 18 / 27 = 0,67 Sedang 5 10 / 27 = 0,37 Sedang 6 19 / 27 = 0,70 Sedang 7 20 / 27 = 0,74 Mudah 8 13 / 27 = 0,48 Sedang 9 13 / 27 = 0,48 Sedang / 27 = 0,41 Sedang / 27 = 0,59 Sedang / 27 = 0,52 Sedang / 27 = 0,67 Sedang / 27 = 0.44 Sedang / 27 = 0,74 Mudah 16 5 / 27 = 0,19 Sukar 17 5 / 27 = 0,19 Sukar 18 7 / 27 = 0,26 Sukar / 27 = 0,37 Sedang 20 8 / 27 = 0,30 Sedang / 27 = 0,63 Sedang / 27 = 0,37 Sedang 23 7 / 27 = 0,26 Sukar 24 9 / 27 = 0,33 Sedang / 27 = 0,44 Sedang 26 9 / 27 = 0,33 Sedang 180

207 27 6 / 27 = 0,22 Sukar 28 6 / 27 = 0,22 Sukar / 27 = 0,59 Sedang 30 9 / 27 = 0,33 Sedang Kategori menurut Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen Dari perhitungan yang di dapat berikut hasilnya : Dari 30 soal Post-Test Bridging Course didapatkan analisa hasil soal, berikut hasil analisis Kategori Jumlah Soal Persentase MUDAH 2 soal 6,67 % SEDANG 21 soal 70,00 % SUKAR 7 soal 23,33 % 181

208 LAMPIRAN B4 ANALISIS DAYA PEMBEDA SOAL No J R X X JB x x 182

209 Buat rangking untuk kelas atas dan kelas bawah (27% x siswa yang mengikuti) = 27% x 27 = 7 siswa Kelas Atas R No J Kelas Bawah No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,86 0,43 0,43 baik ,29 0,43-0,14 jelek sekali ,57 0,57 0,00 jelek ,43 0,71-0,28 jelek sekali ,86 0,29 0,57 baik ,86 0,57 0,29 cukup ,00 0,57 0,43 baik 183

210 ,43 0,57-0,14 jelek sekali ,71 0,14 0,57 baik ,57 0,14 0,43 baik ,00 0,29 0,71 baik sekali ,86 0,29 0,57 baik ,86 0,43 0,43 baik ,86 0,14 0,72 baik sekali ,86 0,57 0,29 cukup ,29 0,14 0,15 jelek ,14 0,43-0,29 jelek sekali ,14 0,29-0,15 jelek sekali ,43 0,29 0,14 jelek ,00 0,29-0,29 jelek sekali ,71 0,43 0,28 cukup ,43 0,14 0,29 cukup ,14 0,14 0,00 jelek ,43 0,14 0,29 cukup ,71 0,29 0,42 baik ,43 0,14 0,29 cukup ,14 0,29-0,15 jelek sekali ,43 0,14 0,29 cukup ,86 0,14 0,72 baik sekali ,29 0,29 0,00 jelek Interpretasi kategori : 0,00-0,20 = jelek 0,20 0,40 = cukup 0,40 0,70 = baik 184

211 0,70 1,00 = baik sekali Bertanda negatif / < 0,00 = jelek sekali KATEGORI JELEK SEKALI JELEK CUKUP BAIK BAIK SEKALI JUMLAH SOAL 7 soal 5 soal 7 soal 8 soal 3 soal PERSENTASE 23,34 % 16,66 % 23,33 % 26,67 % 10 % 185

212 LAMPIRAN B5 Setelah melihat dan menganalisis soal pre-test maupun post-test BC, maka bisa dilihat perbandingan-perbandingannya sebagai berikut : TINGKAT KESUKARAN SOAL PRE-TEST POST-TEST PRE-TEST POST-TEST Progres No Kategori No Kategori No Kategori No Kategori Progres 1 Sedang 1 Mudah Naik 16 Sukar 16 Sukar Tetap 2 Sedang 2 Sedang Tetap 17 Sedang 17 Sukar Turun 3 Sukar 3 Sedang Naik 18 Sukar 18 Sukar Tetap 4 Sedang 4 Sedang Tetap 19 Sukar 19 Sedang Naik 5 Sedang 5 Sedang Tetap 20 Sedang 20 Sedang Tetap 6 Sedang 6 Sedang Tetap 21 Sedang 21 Sedang Tetap 7 Sedang 7 Mudah Naik 22 Sukar 22 Sedang Naik 8 Sedang 8 Sedang Tetap 23 Sukar 23 Sukar Tetap 9 Sukar 9 Sedang Naik 24 Sukar 24 Sedang Naik 10 Sukar 10 Sedang Naik 25 Sedang 25 Sedang Tetap 11 Sedang 11 Sedang Tetap 26 Sukar 26 Sedang Naik 12 Sedang 12 Sedang Tetap 27 Sukar 27 Sukar Tetap 13 Sukar 13 Sedang Naik 28 Sukar 28 Sukar Tetap 14 Sedang 14 Sedang Tetap 29 Sukar 29 Sedang Naik 15 Sedang 15 Sedang Tetap 30 Sedang 30 Sedang Tetap Dari tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa 2 soal yang dianggap sedang pada pre-test, dianggap mudah saat post-test. 13 soal yang dianggap sedang saat pre-test masih dianggap sama tingkat kesulitannya saat post-test. Sementara 9 soal yang dianggap sukar saat pretest, dianggap sedang pada saat post-test dan 5 soal yang dianggap sukar saat pre-test dianggap sama tingkat kesulitannya saat post-test serta ada 1 soal yang saat pre-test dianggap sedang dianggap sukar saat post-test dikerjakan. 186

213 DAYA PEMBEDA SOAL PRE-TEST POST-TEST PRE-TEST POST-TEST Progres No Kategori No Kategori No Kategori No Kategori Progres 1 baik sekali 1 baik Menurun 16 jelek 16 jelek Tetap 2 jelek 2 jelek sekali Menurun 17 cukup 17 jelek sekali Menurun 3 cukup 3 jelek Menurun 18 baik 18 jelek sekali Menurun 4 cukup 4 jelek sekali Menurun 19 cukup 19 jelek Menurun 5 cukup 5 baik Meningkat 20 baik 20 jelek sekali Menurun 6 jelek 6 cukup Meningkat 21 cukup 21 cukup Tetap 7 baik 7 baik Tetap 22 jelek 22 cukup Meningkat 8 baik sekali 8 jelek sekali Menurun 23 cukup 23 jelek Menurun 9 cukup 9 baik Meningkat 24 jelek 24 cukup Meningkat 10 baik 10 baik Tetap 25 cukup 25 baik Meningkat 11 cukup 11 baik sekali Meningkat 26 cukup 26 cukup Tetap 12 jelek 12 baik Meningkat 27 cukup 27 jelek sekali Menurun 13 jelek 13 baik Meningkat 28 cukup 28 cukup Tetap 14 jelek 14 baik sekali Meningkat 29 jelek sekali 29 baik sekali Meningkat 15 jelek sekali 15 cukup Meningkat 30 cukup 30 jelek Menurun 187

214 Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Bangun Datar LAMPIRAN B6 ANALISIS TINGKAT KESUKARAN SOAL Pre-Test Bilangan Bulat No No JB SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 Soal Nomor Kategori 1 16 / 25 = 0,64 SEDANG 2 13 / 25 = 0,52 SEDANG 3 4 / 25 = 0,16 SUKAR 4 11 / 25 = 0,44 SEDANG 5 10 / 25 = 0,40 SEDANG 6 9 / 25 = 0,36 SEDANG Dari 6 soal pre-test bilangan bulat tersebut, 5 dari soal tersebut masuk ke dalam kategori sedang sedangkan 1 soal masuk ke dalam kategori sukar. Maka bisa disimpulkan bahwa soal pre-test bilangan bulat tergolong dalam kategori sedang. 188

215 Post-Test Bilangan Bulat No No JB SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 Soal Nomor Kategori 1 20 / 27 = 0,74 Mudah 2 13 / 27 = 0,48 Sedang 3 16 / 27 = 0,59 Sedang 4 18 / 27 = 0,67 Sedang 5 10 / 27 = 0,37 Sedang 6 19 / 27 = 0,70 Sedang Dari 6 soal post-test bilangan bulat tersebut, 5 dari soal tersebut masuk ke dalam kategori sedang sedangkan 1 soal masuk ke dalam kategori mudah. Maka bisa disimpulkan bahwa soal post-test bilangan bulat tergolong dalam kategori sedang. 189

216 LAMPIRAN B7 ANALISIS TINGKAT KESUKARAN SOAL Pre-Test Bilangan Pecahan No No JB SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 Soal Nomor Kategori 7 13 / 25 = 0,52 SEDANG 8 8 / 25 = 0, 32 SEDANG 9 6 / 25 = 0,24 SUKAR 10 6 / 25 = 0,24 SUKAR / 25 = 0,48 SEDANG / 25 = 0,40 SEDANG 13 6 / 25 = 0,24 SUKAR / 25 = 0,44 SEDANG Dari 8 soal pre-test bilangan pecahan tersebut, 5 dari soal tersebut masuk ke dalam kategori sedang sedangkan 3 soal masuk ke dalam kategori sukar. Maka bisa disimpulkan bahwa soal pre-test bilangan pecahan tergolong dalam kategori sedang. 190

217 Post-Test Bilangan Pecahan No No JB SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 Soal Nomor Kategori 7 20 / 27 = 0,74 Mudah 8 13 / 27 = 0,48 Sedang 9 13 / 27 = 0,48 Sedang / 27 = 0,41 Sedang / 27 = 0,59 Sedang / 27 = 0,52 Sedang / 27 = 0,67 Sedang / 27 = 0.44 Sedang Dari 8 soal post-test bilangan bulat tersebut, 7 dari soal tersebut masuk ke dalam kategori sedang sedangkan 1 soal masuk ke dalam kategori mudah. Maka bisa disimpulkan bahwa soal post-test bilangan bulat tergolong dalam kategori sedang. 191

218 LAMPIRAN B8 ANALISIS TINGKAT KESUKARAN SOAL Pre-Test Bangun Datar No JB SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 Soal Nomor Kategori / 25 = 0,44 SEDANG 16 7 / 25 = 0,28 SUKAR 192

219 17 12 / 25 = 0,48 SEDANG 18 6 / 25 = 0,24 SUKAR 19 3 / 25 = 0,12 SUKAR 20 8 / 25 = 0, 32 SEDANG / 25 = 0,68 SEDANG 22 7 / 25 = 0,28 SUKAR 23 7 / 25 = 0,28 SUKAR 24 7 / 25 = 0,28 SUKAR / 25 = 0,52 SEDANG 26 7 / 25 = 0,28 SUKAR 27 5 / 25 = 0,20 SUKAR 28 3 / 25 = 0,12 SUKAR 29 5 / 25 = 0,20 SUKAR / 25 = 0,40 SEDANG Dari 16 soal pre-test bangun datar tersebut, 6 dari soal tersebut masuk ke dalam kategori sedang sedangkan 10 soal masuk ke dalam kategori sukar. Maka bisa disimpulkan bahwa soal pre-test bilangan pecahan tergolong dalam kategori sukar. Post-Test Bangun Datar No

220 No JB SUKAR : < 0,30 SEDANG 0,30 0,70 MUDAH : > 0,70 Soal Nomor Kategori / 27 = 0,74 Mudah 16 5 / 27 = 0,19 Sukar 17 5 / 27 = 0,19 Sukar 18 7 / 27 = 0,26 Sukar / 27 = 0,37 Sedang 20 8 / 27 = 0,30 Sedang / 27 = 0,63 Sedang / 27 = 0,37 Sedang 23 7 / 27 = 0,26 Sukar 24 9 / 27 = 0,33 Sedang / 27 = 0,44 Sedang 26 9 / 27 = 0,33 Sedang 27 6 / 27 = 0,22 Sukar 28 6 / 27 = 0,22 Sukar / 27 = 0,59 Sedang 30 9 / 27 = 0,33 Sedang Dari 16 soal post-test bangun datar tersebut, 9 dari soal tersebut masuk ke dalam kategori sedang, 6 soal masuk ke dalam kategori sedang dan sedangkan 1 soal masuk ke dalam kategori mudah. Maka bisa disimpulkan bahwa soal post-test bangun datar tergolong dalam kategori sedang. 194

221 LAMPIRAN B9 ANALISIS DAYA PEMBEDA SOAL Pre-Test Bilangan Bulat No J R No J R rangking untuk kelas atas dan kelas bawah (27% x siswa yang mengikuti) = 27% x 25 = 7 siswa Kelas Atas Kelas Bawah R No J R No J Interpretasi kategori : 0,00-0,20 = jelek 0,20 0,40 = cukup 0,40 0,70 = baik 0,70 1,00 = baik sekali Bertanda negatif / < 0,00 = jelek sekali 195

222 No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,86 0,29 0,57 Baik ,57 0,14 0,43 Baik ,29 0,14 0,15 Jelek ,86 0,14 0,72 Baik sekali ,57 0,29 0,28 Cukup ,57 0,14 0,43 Baik Dari 6 soal pre-test bilangan bulat tersebut, 3 soal memiliki daya pembeda soal yang baik, 1 soal memiliki daya pembeda soal yang baik sekali, 1 soal memiliki daya pembeda soal yang cukup dan 1 soal memiliki daya pembeda soal yang jelek. Bisa dikatakan bahwa soal bilangan bulat memiliki daya pembeda yang baik. Post-Test Bilangan Bulat No J R No J R rangking untuk kelas atas dan kelas bawah (27% x siswa yang mengikuti) = 27% x 27 = 7 siswa Kelas Atas Kelas Bawah R No J R No J

223 Kelas Atas Kelas Bawah R No J R No J Interpretasi kategori : 0,00-0,20 = jelek 0,20 0,40 = cukup 0,40 0,70 = baik 0,70 1,00 = baik sekali Bertanda negatif / < 0,00 = jelek sekali No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,00 0,43 0,57 Baik ,71 0,29 0,42 Baik ,71 0,29 0,42 Baik ,86 0,57 0,29 Cukup ,43 0,14 0,29 Cukup ,86 0,43 0,43 Baik Dari 6 soal pre-test bilangan bulat tersebut, 4 soal memiliki daya pembeda soal yang baik dan 2 soal memiliki daya pembeda soal yang cukup. Bisa dikatakan bahwa soal bilangan bulat memiliki daya pembeda yang baik. 197

224 LAMPIRAN B10 ANALISIS DAYA PEMBEDA SOAL Pre-Test Bilangan Pecahan No J R No J R rangking untuk kelas atas dan kelas bawah (27% x siswa yang mengikuti) = 27% x 25 = 7 siswa Kelas Atas Kelas Bawah R No J R No J Interpretasi kategori : 0,00-0,20 = jelek 0,20 0,40 = cukup 0,40 0,70 = baik 0,70 1,00 = baik sekali Bertanda negatif / < 0,00 = jelek sekali No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,71 0,43 0,28 Cukup ,57 0,00 0,57 Baik ,43 0,14 0,29 Cukup ,57 0,00 0,57 Baik 198

225 ,71 0,14 0,57 Baik ,57 0,14 0,43 Baik ,14 0,29-0,15 Jelek Sekali ,71 0,29 0,42 Baik Dari 8 soal pre-test bilangan pecahant tersebut, 5 soal memiliki daya pembeda soal yang baik, 2 soal memiliki daya pembeda soal yang cukup dan 1 soal memiliki daya pembeda soal yang jelek sekali. Bisa dikatakan bahwa soal bilangan pecahan memiliki daya pembeda yang baik. Post-Test Bilangan Pecahan No J R No J R rangking untuk kelas atas dan kelas bawah (27% x siswa yang mengikuti) = 27% x 27 = 7 siswa Kelas Atas Kelas Bawah R No J R No J Interpretasi kategori : 0,00-0,20 = jelek 0,20 0,40 = cukup 0,40 0,70 = baik 0,70 1,00 = baik sekali Bertanda negatif / < 0,00 = jelek sekali 199

226 No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,86 0,43 0,43 Baik ,57 0,43 0,14 Jelek ,57 0,00 0,57 Baik ,86 0,14 0,72 Baik Sekali ,00 0,14 0,86 Baik Sekali ,00 0,43 0,57 Baik ,00 0,29 0,71 Baik Sekali ,00 0,14 0,86 Baik Sekali Dari 8 soal post-test bilangan pecahan tersebut, 4 soal memiliki daya pembeda soal yang baik sekali, 3 soal memiliki daya pembeda soal yang baik dan 1 soal memiliki daya pembeda soal yang jelek. Bisa dikatakan bahwa soal bilangan pecahan memiliki daya pembeda yang baik sekali. 200

227 LAMPIRAN B11 ANALISIS DAYA PEMBEDA SOAL Pre-Test Bangun Datar No J R rangking untuk kelas atas dan kelas bawah (27% x siswa yang mengikuti) = 27% x 25 = 7 siswa Kelas Atas R No J Kelas Bawah 201

228 R No J No Soal Interpretasi kategori : 0,00-0,20 = jelek 0,20 0,40 = cukup 0,40 0,70 = baik 0,70 1,00 = baik sekali Bertanda negatif / < 0,00 = jelek sekali B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,57 0,29 0,28 Cukup ,57 0,00 0,57 Baik ,57 0,57 0,00 Jelek ,29 0,29 0,00 Jelek ,29 0,00 0,29 Cukup ,71 0,00 0,71 Baik Sekali ,57 0,57 0,00 Jelek ,29 0,14 0,15 Jelek ,43 0,14 0,29 Cukup ,57 0,00 0,57 Baik ,71 0,14 0,57 Baik ,57 0,14 0,43 Baik ,29 0,00 0,29 Cukup ,43 0,00 0,43 Baik ,14 0,14 0,00 Jelek ,14 0,14 0,00 Jelek Dari 16 soal pre-test bangun datar tersebut, 6 soal memiliki daya pembeda soal yang jelek, 5 soal memiliki daya pembeda soal yang baik, 1 soal memiliki daya pembeda yang baik sekali dan 4 soal memiliki daya pembeda soal yang cukup. Bisa dikatakan bahwa soal bilangan pecahan memiliki daya pembeda yang jelek. Post-Test Bangun Datar No J R

229 No J R rangking untuk kelas atas dan kelas bawah (27% x siswa yang mengikuti) = 27% x 27 = 7 siswa Kelas Atas R No J Kelas Bawah R No J Interpretasi kategori : 0,00-0,20 = jelek 0,20 0,40 = cukup 0,40 0,70 = baik 0,70 1,00 = baik sekali Bertanda negatif / < 0,00 = jelek sekali 203

230 No Soal B A B B J A J B P A = P B = D = P A - P B Kategori ,71 0,29 0,42 Baik ,00 0,14-0,14 Jelek Sekali ,29 0,29 0,00 Jelek ,57 0,14 0,43 Baik ,57 0,14 0,43 Baik ,00 0,14-0,14 Jelek Sekali ,86 0,14 0,72 Baik Sekali ,71 0,29 0,42 Baik ,43 0,14 0,29 Cukup ,86 0,14 0,72 Baik Sekali ,71 0,43 0,28 Cukup ,57 0,00 0,57 Baik ,43 0,14 0,29 Cukup ,14 0,29-0,15 Jelek Sekali ,86 0,43 0,43 Baik ,43 0,14 0,29 Cukup Dari 16 soal post-test bangun datar tersebut, 6 soal memiliki daya pembeda soal yang baik, 4 soal memiliki daya pembeda soal yang cukup, 1 soal memiliki daya pembeda yang jelek, 2 soal memiliki daya pembeda yang baik sekali dan 3 soal memiliki daya pembeda soal yang jelek sekali. Bisa dikatakan bahwa soal bilangan pecahan memiliki daya pembeda yang baik. 204

231 LAMPIRAN C1 Beberapa Jawaban Siswa Saat Kuis Tanggal 1 Agustus

232 206

233 LAMPIRAN C2 Beberapa Jawaban Siswa Saat Kuis Tanggal 2 Agustus

234 208

235 209

236 LAMPIRAN C3 Beberapa Jawaban Siswa Saat Kuis Tanggal 9 Agustus

237 211

238 212

239 LAMPIRAN C4 Beberapa Jawaban Siswa Saat Kuis Tanggal 15 Agustus

240 214

241 215

242 216

243 217

244 LAMPIRAN C5 Beberapa Jawaban Siswa Saat Kuis Tanggal 29 Agustus

245 219

246 220

247 221

248 LAMPIRAN C6 Beberapa Jawaban Siswa Saat Kuis Tanggal 4 September

249 223

250 224

251 225

252 LAMPIRAN C7 Beberapa Jawaban Siswa Saat Kuis Tanggal 6 September

253 227

254 228

255 229

256 230

257 LAMPIRAN C8 Beberapa Kuesioner Siswa Tanggal 1 Agustus

258 LAMPIRAN C9 Beberapa Kuesioner Siswa Tanggal 9 Agustus

259 LAMPIRAN C10 Beberapa Kuesioner Siswa Tanggal 29 Agustus

260 LAMPIRAN C11 Beberapa Kuesioner Siswa Tanggal 4 September

261 LAMPIRAN D1 SURAT KETERANGAN MENGADAKAN PENELITIAN 235

262 LAMPIRAN D1 Dokumen Foto kegiatan Pembelajaran 236

PENGARUH PROGRAM BRIDGING COURSE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII CERDAS SMP KANISIUS PAKEM

PENGARUH PROGRAM BRIDGING COURSE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII CERDAS SMP KANISIUS PAKEM PENGARUH PROGRAM BRIDGING COURSE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII CERDAS SMP KANISIUS PAKEM Yohanes Aditya Kurniawan 1, Ch. Enny Murwaningtyas 2 1,2 Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEAKTIFAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

REMEDIASI DENGAN METODE PEER TUTORING

REMEDIASI DENGAN METODE PEER TUTORING REMEDIASI DENGAN METODE PEER TUTORING BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA ASPEK KOGNITIF MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X SMA NEGERI 3 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: Maida Khoirina

Lebih terperinci

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA Skripsi Oleh : Anantyas Kusuma D K2311006 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) DENGAN METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

UPAYA PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UPAYA PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) BERBANTUAN MODUL PADA MATERI STOIKIOMETRI SISWA KELAS X-2 SMA ISLAM AHMAD YANI BATANG

Lebih terperinci

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF MENGGUNAKAN

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF MENGGUNAKAN PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF MENGGUNAKAN APLIKASI SMARTFIELD TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PEMAHAMAN BANGUN DATAR SEDERHANA ANAK TUNARUNGU KELAS II B DI SLB B YAKUTPURWOKERTO TAHUN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA PRESENTASI POWER POINT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS IV SDLB BINA PUTRA SALATIGA SEMESTER II TAHUN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Quasi Eksperimen KD Sebaran Flora Dan Fauna Kelas XI IPS SMA N 1 Karanganyar Tahun Ajaran

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI

ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI 1 ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI Skripsi Oleh : Anggesta Yulita Ristaniva Putri X 2306017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA DENG

PEMBELAJARAN FISIKA DENG PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA PADA MATERI FLUIDA KELAS XI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Skripsi Oleh : Emilia Nur

Lebih terperinci

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY DENGAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI-IIS 6 SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 BULU SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: PRIHATIN NURUL ASLAMIN K7109152 FAKULTAS

Lebih terperinci

: ARNIKA ANDRIANI K

: ARNIKA ANDRIANI K PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MAJASTO 02 TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : ARNIKA ANDRIANI

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS VII SMP N 1 KEBONARUM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS VII SMP N 1 KEBONARUM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS VII SMP N 1 KEBONARUM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI Oleh : ANIS PRASTIWI NIM K3111010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE

PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DILENGKAPI MEDIA ANIMASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SUHU DAN KALOR SKRIPSI OLEH : FRISKA AMBARWATI K2311029 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Skripsi Oleh : May Shofiana Amalia K2308101 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Oleh: JANNATUN NA IM. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan. untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: JANNATUN NA IM. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan. untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SMP NEGERI 2 KAUMAN KELAS VIII G TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: TIARA OBRILIAN CAHYANTI K

SKRIPSI. Oleh: TIARA OBRILIAN CAHYANTI K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, AND EXTENDING) MATERI FLUIDA DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TTW (THINK, TALK, WRITE) PADA MATERI OPTIK UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI MB SMK NEGERI 2 KARANGANYAR Skripsi Oleh: Uly Azmi

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH ARINA MUSTIKA NIM

SKRIPSI OLEH ARINA MUSTIKA NIM PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING ORGANIZING REFLECTING EXTENDING) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BALONG SKRIPSI

Lebih terperinci

RATIH RAHMAWATI K

RATIH RAHMAWATI K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: RATIH RAHMAWATI K8412067

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 2 SUKOHARJO PADA MATERI FLUIDA STATIS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Skripsi Oleh: Christina

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MERODA

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MERODA UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MERODA MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI Oleh: HERI KURNIAWAN K4610043 FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA KELAS VIII DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM TEKANAN ZAT CAIR SMP NEGERI 4 PURWANTORO HALAM AN JUDUL

ANALISIS ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA KELAS VIII DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM TEKANAN ZAT CAIR SMP NEGERI 4 PURWANTORO HALAM AN JUDUL ANALISIS ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA KELAS VIII DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM TEKANAN ZAT CAIR SMP NEGERI 4 PURWANTORO HALAM AN JUDUL SKRIPSI Oleh: CHARLY WAHYU PAMUJI K2308076 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 06 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB I BILANGAN Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra. Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya

Lebih terperinci

: AYU PERDANASARI K

: AYU PERDANASARI K UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh : AYU PERDANASARI K7413024

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN KIMIA KARBONDI KELAS X.1 SMA SANG TIMUR YOGYAKARTATAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN KIMIA KARBONDI KELAS X.1 SMA SANG TIMUR YOGYAKARTATAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN KIMIA KARBONDI KELAS X.1 SMA SANG TIMUR YOGYAKARTATAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO SKRIPSI Oleh : NIKEN TRI WIDAYATI K 2312049 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER (LT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK LEMBAGA SOSIAL KELAS XII IPS 2 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University 1 THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL WITH STRUCTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) APPROACH TO IMPROVE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN CLASS VII 3 SMP NEGERI 16 SIJUNJUNG Nadhilah Andriani

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI MEMBILANG BENDA 1-10 MELALUI MEDIA GRAFIS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS DASAR II SEMESTER I DI SLB BC BINADSIH KARANGANOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian.

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian. Glosarium A Akar pangkat dua : akar pangkat dua suatu bilangan adalah mencari bilangan dari bilangan itu, dan jika bilangan pokok itu dipangkatkan dua akan sama dengan bilangan semula; akar kuadrat. Asosiatif

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROKARBON KELAS X SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI MIA 5 SMA NEGERI 3 SURAKARTA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL Skripsi Oleh: Lia Aristiyaningsih

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN METODE PEER TUTORING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN METODE PEER TUTORING PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN METODE PEER TUTORING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI KELAS X MIA 3 SMA BATIK 2 SURAKARTA

Lebih terperinci

PENGARUH METODE INKUIRI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 NGADIROJO

PENGARUH METODE INKUIRI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 NGADIROJO PENGARUH METODE INKUIRI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 NGADIROJO Oleh: Fendy Ardianto NIM 11321450 Skripsi ini ditulis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : Atut Yuliarni NIM : X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2015

SKRIPSI. Disusun Oleh : Atut Yuliarni NIM : X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2015 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSA KATA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA GAMBAR DAN KARTU KATA PADA SISWA KELAS II SEMESTER II TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB NEGERI BANJARNEGARA

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS DUA BANGUN DATAR SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA REALIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI SLB ABC GIRI WIYATA DARMA WONOGIRI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

(Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tawangsari Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS

(Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tawangsari Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DISERTAI TEKNIK FISHBONE DIAGRAM DAN CONCEPT MAPPING DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN GAYA BELAJAR SISWA (Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan

Lebih terperinci

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF BERMAIN JAWABAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IIS 2 SMA NEGERI 1 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014-2015 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA MAGNIT MELALUI ALAT PERAGA KIT IPA BAGI SISWA TUNADAKSA KELAS V SEMESTER II SLB/D YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Sri Rahayuningsih

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MEKANIKA TEKNIK BERBASIS ANIMASI DI SMK TEKNIK GAMBAR BANGUNAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MEKANIKA TEKNIK BERBASIS ANIMASI DI SMK TEKNIK GAMBAR BANGUNAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MEKANIKA TEKNIK BERBASIS ANIMASI DI SMK TEKNIK GAMBAR BANGUNAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (Uji Coba Pengembangan Produk di SMK N 2 Sukoharjo) SKRIPSI Oleh: INAYAH

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 KARANGANYAR SKRIPSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN METODE PERMAINAN TREASURE HUNT (Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI Oleh: Dapimahanani NPM. 12144100063 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Shinta Nurroh Novitasari K

Skripsi Oleh : Shinta Nurroh Novitasari K UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII H SEMESTER

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : Nur Oktavia K

Skripsi. Oleh : Nur Oktavia K UPAYA PENINGKATAN KERJASAMA SISWA KELAS X SMA ISLAM 1 SURAKARTA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE Skripsi Oleh : Nur Oktavia K2312052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: AYU PRATIWI HANDAYANI K

SKRIPSI. Oleh: AYU PRATIWI HANDAYANI K PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA BLOCK DIENES SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV DI SLB-C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VII G SMP NEGERI 5 PONOROGO

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VII G SMP NEGERI 5 PONOROGO UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VII G SMP NEGERI 5 PONOROGO Oleh: MIA DRIYANA NIM. 12321541 Skripsi ini ditulis untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Amy Mukaromatun L K

SKRIPSI. Oleh: Amy Mukaromatun L K PENERAPAN MODEL KREATIF-PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS X MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

HIMAWAN SEMARANG PADA SEMESTER 2 TAHUN

HIMAWAN SEMARANG PADA SEMESTER 2 TAHUN PENGGUNAAN ALAT PERAGA MODEL BANGUN DATAR DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDLB C Hj. SOEMIYATI HIMAWAN SEMARANG

Lebih terperinci

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PENGARUH HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA (Studi Pra-Eksperimen pada Topik Berkomunikasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Medan) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VII

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VII i PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 PONOROGO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ARTIKEL JURNAL. Oleh: Ahmad HeruWibowo NIM

ARTIKEL JURNAL. Oleh: Ahmad HeruWibowo NIM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI KONSEP PECAHAN SEDERHANA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SISWA KELAS III SD NEGERI KARANGWUNI I GUNUNGKIDUL ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: Lenni Wulandari A

Diajukan Oleh: Lenni Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (PTK pada Siswa Kelas VIII E Semester Gasal

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: ADNAN HUSADA PUTRA NIM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

SKRIPSI. Oleh: ADNAN HUSADA PUTRA NIM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN CIRC DAN METODE PEMBELAJARAN PBL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 GONDANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: ADNAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATON

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATON UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATON (GI) PADA MATERI HIDROLISIS KELAS XI MIA 1 SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat. Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : AJENG DEWI WULANDARI ( )

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat. Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : AJENG DEWI WULANDARI ( ) UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THE POWER OF TWO PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI PATIKRAJA SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEPUASAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII Jurusan IPS SMA N 1 Ngemplak Tahun Ajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh : Puji Wahono K7408252 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN A. Bilangan Bulat I. Pengertian Bilangan bulat terdiri atas bilangan bulat positif atau bilangan asli, bilangan nol dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat

Lebih terperinci

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika SD

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika SD Indriyastuti MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dunia Matematika SD untuk Kelas V SD dan MI 5 Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas Nomor

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA NEGERI 1 PONOROGO KELAS X-8 PADA MATERI OPTIKA TAHUN

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Semarang. Dinas Pendidikan MKKS Sub Rayon 05 Kota Semarang. JalanPatimura 9 (024) Kota Semarang 50123

Pemerintah Kota Semarang. Dinas Pendidikan MKKS Sub Rayon 05 Kota Semarang. JalanPatimura 9 (024) Kota Semarang 50123 Pemerintah Kota Semarang Dinas Pendidikan MKKS Sub Rayon 05 Kota Semarang JalanPatimura 9 (024)3544024 Kota Semarang 50123 KISI-KISI SOAL UKK MATEMATIKA SatuanPendidikan : SMP/MTs. Alokasi Waktu : 120

Lebih terperinci

K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA EFEKTIVITAS METODE PICTURE EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM (PECS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT BERBASIS EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIb SLB-B YRTRW SURAKARTA

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : Dita Ajeng Hikmaningsih K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2015

Skripsi. Oleh : Dita Ajeng Hikmaningsih K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF TINGKAT TINGGI PADA MATERI SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN PROJECT BASED LEARNING DI KELAS X MIA SMA NEGERI 2 SURAKARTA Skripsi Oleh : Dita Ajeng Hikmaningsih K2311020

Lebih terperinci

Oleh: ANDREAS CHRISTANTO PERMADI

Oleh: ANDREAS CHRISTANTO PERMADI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS DI KELAS XI IPA SMA KARTIKA WIJAYA SURABAYA Oleh: ANDREAS CHRISTANTO

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BABADAN TAHUN PELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BABADAN TAHUN PELAJARAN UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BABADAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI SKRIPSI Oleh: Imam Mustofa K2308038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2015

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: July Trianita Widya Rahayu K

SKRIPSI. Oleh: July Trianita Widya Rahayu K EKSPERIMEN BLENDED LEARNING TIPE KELAS MURNI DAN APLIKASI PRAKTIS SUB TEMA BIOMASSA ENERGI TERBARUKAN DITINJAU DARI MINAT SISWA KELAS VIII SMP N 7 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: July Trianita Widya Rahayu K2311039

Lebih terperinci

: CANDRA WRI WANDANA K

: CANDRA WRI WANDANA K HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PADA POKOK BAHASAN ASAM BASA DAN GARAM KELAS VII SEMESTER GASAL SMP NEGERI 1 TASIKMADU TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG Oleh: IIS INDAH WIJAYANTI NIM. 13321698 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) PADA SISWA KELAS X TGB B SMK NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PARTISIPASI SISWA KELAS VIII.I SMP NEGERI 3 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI DENGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI DENGAN MEDIA ANIMASI POWTOON UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AK 2 SMK NEGERI I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: ISMIATI NUR HALIMAH K

SKRIPSI. Oleh: ISMIATI NUR HALIMAH K PENGGUNAAN MEDIA BLOK PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN BILANGAN PECAHAN SEDERHANA PADA SISWA KELAS IV SDN 5 JATISRONO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: ISMIATI NUR HALIMAH K7109107

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA Skripsi Oleh: Gilang Ramadhan K 2310046 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DISERTAI DISKUSI DAN MEDIA HYPERCHEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X 1 SMA ISLAM 1 SURAKARTA

Lebih terperinci

NADIA DEVINA ARYA PUTRI K

NADIA DEVINA ARYA PUTRI K EFEKTIVITAS METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PEMBAGIAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV DI SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: NADIA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Aminah Uswatun Hasanah K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI. Oleh Aminah Uswatun Hasanah K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENERAPANN METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DILENGKAPI MODUL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM KELAS XI SMA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI UNTUK SMA KELAS XI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI UNTUK SMA KELAS XI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI UNTUK SMA KELAS XI Oleh DWI PUJIASTUTI 12321570 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN BRIDGING ANALOGY SEBAGAI UPAYA MEREDUKSI MISKONSEPSI FISIKA SEKOLAH MENENGAH

PENERAPAN PENDEKATAN BRIDGING ANALOGY SEBAGAI UPAYA MEREDUKSI MISKONSEPSI FISIKA SEKOLAH MENENGAH PENERAPAN PENDEKATAN BRIDGING ANALOGY SEBAGAI UPAYA MEREDUKSI MISKONSEPSI FISIKA SEKOLAH MENENGAH Skripsi Oleh: Putri Sulistiyani Shanti Paramita K2311063 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW DAN PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA DI PURWODADI GROBOGAN Tesis Untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMPN 2 BADEGAN TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

Oleh : AYUB RIDWAN SYAH K

Oleh : AYUB RIDWAN SYAH K UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MERODA SENAM LANTAI MELALUI PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS XI 1 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 Oleh :

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user PENINGKATAN SIKAP DAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI PENERAPAN MODEL EXAMPLE NON-EXAMPLE PADA SISWA KELAS XI KP SMK MURNI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA SMP KELAS VII DI KABUPATEN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA SMP KELAS VII DI KABUPATEN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA SMP KELAS VII DI KABUPATEN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh: Dewi Puspitasari K2309013 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xvi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : JUMAKIR NIM : X

SKRIPSI. Oleh : JUMAKIR NIM : X PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA FLASH CARD BAGI SISWA KELAS V C 1 SDLB KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 SKRIPSI Oleh : JUMAKIR

Lebih terperinci

TEKNIK SELF MONITORING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN TATA TERTIB DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 SURAKARTA

TEKNIK SELF MONITORING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN TATA TERTIB DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 SURAKARTA TEKNIK SELF MONITORING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN TATA TERTIB DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : DEBBY AYU ARVIANOLA NIM K3111024 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

: RAMADHAN FUAD SAE PRATAMA K

: RAMADHAN FUAD SAE PRATAMA K UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DI UDARA MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS X MIPA 1 SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : RAMADHAN FUAD

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMODELAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 2 KALIGONDANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN GENDER

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMODELAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 2 KALIGONDANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN GENDER i DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMODELAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 2 KALIGONDANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN GENDER SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Oleh:

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6 Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor

Lebih terperinci

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTOR DAN KOGNITIF FISIKA SISWA PADA MATERI FLUIDA DINAMIK KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 PRACIMANTORO Skripsi Oleh: Dwi Waryanti

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas II SD Negeri Carangan NO. 22 Surakarta tahun

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : M A R Y U N I NIM: X.5107549 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 4 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : HURIL

Lebih terperinci