BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN"

Transkripsi

1 BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN 3.1 Analisis Berdasarkan cara menghitung besaran-besaran yang telah disebutkan pada Bab II, diperoleh perumusan untuk besaran-besaran tersebut sebagai berikut: Jika jumlah seluruh titik dalam kompleks adalah n dan titik yang akan dianalisis adalah x, maka: RA = dmax pi i= 1 e ( i 1) max dengan: e max = banyaknya sisi maksimum dalam kompleks, yaitu sebesar p i = banyaknya titik pada kedalaman i d max = kedalaman maksimum n( n 1) 2 RR of = R x n dengan: R x = banyaknya ring yang melalui x RR c = R t 2n 3 dengan: R t = banyaknya ring total

2 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 15 RR from = RR c 1+ d r dengan: d r = jarak terpendek rata-rata dari x ke semua ring yaitu sebesar dengan d r = jarak terpendek dari x ke ring R t r=1 R d t r Perlu diperhatikan bahwa pada perumusan RR of seharusnya pembaginya adalah p - 1, dengan p merupakan banyaknya titik. Akan tetapi banyaknya titik di sini adalah n + 1 (semua titik ditambah dengan carrier). Sehingga pembagi untuk RR of menjadi (n + 1) 1 = n. Demikian pula halnya dengan RR c, pembaginya seharusnya adalah 2p - 5, dengan p merupakan banyaknya titik. Pembagi tersebut berubah menjadi 2(n + 1) - 5 = 2n - 3. Sedangkan untuk menghitung d r, harap diperhatikan bahwa ring yang melewati x nilai d r -nya 0. Selain itu, pembagi untuk RR from selain d r juga ditambahkan 1 untuk mencegah pembagian dengan nol untuk kasus x dilewati oleh semua ring. Jika dilihat dari perumusannya, semakin banyak titik dengan nilai kedalaman lebih besar dari 1, maka x menjadi semakin asimetri. Sedangkan semakin banyak ring yang melewati x, maka x akan semakin terdistribusi. 3.2 Teknis Pemrograman Program lengkap yang digunakan untuk memberi masukan dan memberikan keluaran berupa peta gamma dan besaran-besaran RA, RR terhadap, RR kompleks, dan RR dari

3 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 16 dapat dilihat dalam lampiran. Berikut ini adalah penjelasan algoritma yang digunakan untuk menyusun program tersebut: Tampilan GUI Bila program dijalankan, maka akan muncul GUI sebagai berikut: Gambar 3 Tampilan GUI

4 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 17 Terlihat bahwa terdapat lima buah tempat kosong untuk memberi masukan, yaitu: 1. Di sebelah kanan dari tulisan Jumlah Ruangan pada bagian Input. 2. Di antara tulisan Ruang dan dengan Ruang pada bagian Keterhubungan. 3. Di antara tulisan dengan Ruang dan dua buah radio button bertuliskan Terhubung dan Tak Terhubung pada bagian Keterhubungan. 4. Di antara tulisan Carrier dengan ruang dan push button bertuliskan OK pada bagian Keterhubungan. 5. Di antara tulisan Ruang dengan RA pada bagian Analisis. Untuk radio button (tombol yang pada awalnya berbentuk lingkaran, tetapi jika ditekan akan muncul lingkaran hitam di dalamnya) hanya ada dua buah, bertuliskan Terhubung dan Tak Terhubung pada bagian Keterhubungan. Sedangkan untuk push button (tombol berbentuk kotak untuk ditekan), ada empat buah yaitu: 1. Tombol Reset di pojok kanan atas. 2. Tombol OK di sebelah bawah pada bagian Keterhubungan. 3. Tombol Graf di sebelah kiri antara bagian Keterhubungan dan Analisis. 4. Tombol Hitung di sebelah kanan bawah pada bagian Analisis.

5 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan Masukan (Input) Kelima tempat kosong untuk memberi masukan mempunyai fungsi yang berbedabeda, yaitu: 1. Tempat yang terletak di sebelah kanan dari tulisan Jumlah Ruangan pada bagian Input berfungsi untuk memasukkan jumlah ruangan maksimum yang diperlukan dalam membangun matriks keterhubungan serta untuk membatasi masukanmasukan lainnya (lebih lengkapnya lihat poin ke-2 hingga ke-4). Pada bagian ini, dilakukan pemeriksaan apakah masukan berupa bilangan, bukan karakter lain. Bila ternyata masukannya bukan merupakan bilangan, maka akan terlihat suatu peringatan bertuliskan Input harus berupa angka dan isian pada tempat ini berubah menjadi seperti pada kondisi awal, yaitu kosong. Setelah didapat nilai masukan yang sah, nilai tersebut ke dalam sebuah variabel bernama n yang terdapat di dalam struktur handle, agar nantinya dapat digunakan kembali pada fungsi lain. Kemudian, dibangun suatu matriks nol berukuran (n + 1) x (n + 1) yang dinamakan A sebagai matriks keterhubungan karena nantinya carrier akan dimasukkan pada baris/kolom ke-(n + 1). Matriks ini juga disimpan ke dalam struktur handle agar dapat digunakan pada fungsi lain. 2. Tempat yang terletak di antara tulisan Ruang dan dengan Ruang serta di antara tulisan dengan Ruang dan dua buah radio button bertuliskan Terhubung dan Tak Terhubung pada bagian Keterhubungan, masing-masing berfungsi untuk memasukkan nomor ruangan yang terhubung. Pada bagian ini juga dilakukan pemeriksaan apakah masukan berupa bilangan atau bukan. Yang berbeda dengan

6 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 19 poin 1 adalah terdapat pemeriksaan apakah bilangan yang dimasukkan melebihi nilai yang tersimpan dalam variabel n yang terdapat dalam struktur handle. Apabila ternyata melebihi, maka akan keluar peringatan bertuliskan Input tidak boleh melebihi jumlah ruangan dan isian pada tempat yang salah akan berubah menjadi seperti pada kondisi awal, yaitu kosong. Nilai masukan yang sah pada kedua tempat tersebut juga disimpan dalam dua variabel yang secara berturutturut diberi nama input1 dan input2, yang juga disimpan dalam struktur handle. 3. Tempat yang terletak di antara tulisan Carrier dengan ruang dan push button bertuliskan OK pada bagian Keterhubungan berfungsi untuk mencatat dengan ruangan berapa saja carrier terhubung. Sama seperti pada poin 2, diperiksa apakah masukan berupa bilangan atau bukan serta jika ternyata bilangan yang dimasukkan, apakah bilangan tersebut sudah melebihi nilai yang tersimpan dalam variabel n dalam struktur handle atau belum. Dan sama seperti pada poin-poin sebelumnya, masukan yang telah sah nilainya disimpan ke dalam variabel out yang terdapat dalam struktur handle. 4. Tempat terakhir yang terletak di antara tulisan Ruang dengan RA pada bagian Analisis berfungsi untuk memasukkan nomor ruangan yang akan dianalisis. Pada bagian ini juga dilakukan pemeriksaan seperti pada poin 2 dan 3, yaitu pemeriksaan jenis masukan dan pemeriksaan besarnya nilai masukan. Jika telah sah, nilai masukan ini disimpan ke dalam varibel bernama input3.

7 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan Tombol-tombol Selain tersedianya tempat untuk memasukkan nilai, hal yang tidak kalah pentingnya dalam memasukkan nilai adalah tombol-tombol untuk memasukkan nilai-nilai tersebut. Terdapat dua macam tombol dalam GUI ini seperti yang telah disebutkan pada subbab yaitu radio button dan push button Radio Button Dalam GUI ini hanya terdapat dua buah radio button, masing-masing dengan tulisan Terhubung dan Tak Terhubung. Melihat dari namanya, tentu saja kedua tombol tersebut fungsinya berlawanan. Pada bagian ini, terdapat fungsi yang gunanya untuk mematikan tombol yang lain apabila salah satu tombol ditekan, sehingga tidak ada kejadian di mana kedua tombol aktif secara bersamaan atau tidak ada tombol yang aktif (kecuali pada kondisi awal). Cara kerja tombol-tombol tersebut adalah apabila tombol Terhubung ditekan, maka matriks A baris ke-(input1) kolom ke-(input2) akan diisi nilai 1. Sebaliknya jika tombol Tak Terhubung yang ditekan, maka matriks A baris ke-(input1) kolom ke-(input2) akan diisi nilai 0. Tombol ini fungsinya apabila terjadi kesalahan pemasukan data, yaitu ruangan-ruangan yang tidak seharusnya terhubung secara tidak sengaja menjadi terhubung, maka dapat dilakukan pembalikan sehingga kedua ruangan tersebut menjadi tidak terhubung kembali. Oleh karena itu, apabila hanya mengisi masukan input1 dan input2 tanpa menekan tombol Terhubung, maka MATLAB akan menganggap input1 dan input2 tak terhubung (karena keadaan awalnya adalah nol lihat subbab 3.2.2).

8 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan Push Button Seperti yang telah disebutkan pada subbab 3.2.1, terdapat empat buah push button dalam GUI ini yang mempunyai bermacam-macam fungsi sebagai berikut: 1. Tombol Reset di pojok kanan atas. Seperti nama yang tertera pada tombol ini, tombol ini berfungsi untuk mengembalikan keadaan GUI ke keadaan semula. Pada saat tombol ini ditekan, akan dilakukan sebuah fungsi untuk mengembalikan kondisi hampir semua hal seperti pada keadaan awal, yaitu membuat matriks A menjadi matriks kosong berukuran 5 x 5, mengosongkan nilai-nilai variabel n, input1, input2, input3, terhubung, takterhubung, dan axes1 (data untuk peta gamma). Selain itu nilainilai pada tempat-tempat yang disediakan untuk memberi masukan, kemudian juga nilai-nilai text13 hingga text15 dan text17 (keempat variabel dengan nama depan text tersebut merupakan keluaran untuk nilai RA, RR terhadap, RR kompleks, dan RR dari) dikosongkan. Untuk tombol radio button, kondisi kedua tombol tersebut dikembalikan kembali seperti pada kondisi awal, yaitu hanya berupa lingkaran tanpa lingkaran hitam di dalamnya. Hal yang tersisa, hanya berupa gambar peta gamma terakhir. 2. Tombol OK di sebelah bawah pada bagian Keterhubungan. Tombol ini berfungsi untuk mengubah nilai yang tersimpan pada matriks A baris ke-(out) kolom ke-(n + 1) menjadi 1. Pada dasarnya, fungsi tombol ini sama dengan fungsi tombol radio button Terhubung, tetapi harap diperhatikan bahwa tidak ada tombol untuk mengubah nilai matriks A baris ke-(out) kolom ke-(n + 1)

9 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 22 menjadi 0 kembali. Jadi, jika terjadi kesalahan dalam memasukkan nomor ruangan yang terhubung dengan carrier, mau tidak mau harus digunakan tombol Reset. 3. Tombol Graf di sebelah kiri antara bagian Keterhubungan dan Analisis. Sesuai dengan namanya, tombol ini berfungsi untuk memberikan tampilan graf (peta gamma) dari masukan-masukan yang telah diberikan. Oleh karena tombol ini terkait dengan keluaran, maka penjelasan lebih lanjut akan diberikan kemudian pada subbab Tombol Hitung di sebelah kanan bawah pada bagian Analisis. Fungsi tombol ini berfungsi untuk menghasilkan hasil analisis yaitu RA, RR terhadap, RR kompleks, dan RR dari pada tempat yang telah ditentukan Pengolahan Data Setelah semua masukan diperoleh, tiba saatnya untuk memroses masukan-masukan tersebut menuju hasil yang diinginkan nantinya, yaitu peta gamma (graf) dari nilainilai yang telah dimasukkan serta hasil analisis berupa RA, RR terhadap, RR kompleks, RR dari, dan sifat sel/ruang. Untuk itu, algoritma dalam proses ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu algoritma untuk menghasilkan peta gamma, algoritma untuk mencari nilai kedalaman, dan algoritma untuk mencari ring Algoritma untuk Melakukan Pengeplotan Ide dasar dalam melakukan pengeplotan titik-titik dalam matriks A adalah menggunakan perintah gplot, dengan format penulisan: gplot(matriks keterhubungan, vektor titik, option-option lain). Dalam hal matriks keterhubungan, telah diselesaikan

10 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 23 dengan terciptanya matriks A. Sekarang dalam rangka membangun vektor titik yang mewakili titik-titik dalam matriks A, dibutuhkan algoritma pembantu yaitu algoritma pencarian nilai kedalaman terhadap carrier atau titik ke-(n + 1). Oleh karena algoritma pengeplotan ini melibatkan pencarian nilai kedalaman, maka algoritmanya tidak akan ditampilkan di sini, melainkan akan diberikan penjelasan mengenai algoritma pencarian nilai kedalaman pada subbab Algoritma Pencarian Nilai Kedalaman Algoritma ini cukup panjang, mengingat terdapat tiga buah algoritma serupa, tetapi berbeda titik awal dan arah pencariannya. Ketiga algoritma ini dinamakan algoritma maju, algoritma mundur, dan algoritma tengah, sesuai dengan cara pergerakan indeks pencariannya. Gambar 4 Pergerakan Indeks dari Tiga Macam Algoritma

11 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 24 Ketiga buah algoritma ini diperlukan karena berdasarkan pengalaman penulis terdapat contoh-contoh tertentu yang satu atau beberapa titiknya tidak memiliki nilai kedalaman yang seharusnya jika hanya digunakan satu atau dua algoritma. Salah satunya adalah kompleks berikut: Gambar 5 Contoh Kompleks yang Nilai Kedalamannya Harus Dicari Menggunakan Ketiga Macam Algoritma Dengan menggunakan algoritma maju, nilai kedalaman titik 6 terhadap titik 2 adalah 4, karena lintasan yang ditempuh untuk mendapatkan titik 6 adalah sedangkan dengan menggunakan algoritma mundur, nilai kedalaman titik 6 terhadap titik 2 juga 4, karena lintasan yang ditempuh untuk mendapatkan titik 6 adalah Oleh karena itu diperlukan satu lagi algoritma yaitu algoritma tengah sehingga dapat ditemukan nilai kedalaman yang tepat untuk titik 6 terhadap titik 2 yaitu 2.

12 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 25 Algoritma untuk mencari nilai kedalaman suatu titik, misalnya dinamakan titik a, terhadap titik-titik lain adalah sebagai berikut: 1. Untuk b dari 1 hingga n + 1, jika pada matriks A baris ke-a kolom ke-b atau baris ke-b kolom ke-a nilainya 1, maka dalam suatu matriks yang diberi nama depth baris ke-a kolom ke-b diberi nilai Indeks matriks depth baris ke-a yang nilainya lebih besar dari 0 disimpan dalam suatu vektor bernama c. Misalkan jumlah anggota c sebanyak c max. 3. Untuk d dari 1 hingga n + 1, dengan d tidak sama dengan a dan d bukan anggota dari c, untuk i dari 1 hingga c max, jika pada matriks A baris ke-d kolom ke-c i atau baris ke-c i kolom ke-d nilainya 1, maka depth baris ke-a kolom ke-d diberi nilai depth baris ke-a kolom ke-c i Ulangi langkah 2 dan 3 hingga seluruh unsur dalam matriks depth baris ke-a kecuali a nilainya lebih besar daripada 0. Sedangkan untuk kedua macam algoritma lainnya, cara pencariannya serupa dengan algoritma maju. Seperti yang telah disebutkan, titik awal pencarian dan arah pencarian kedua algoritma itu yang berbeda dengan algoritma maju. Jika pada algoritma maju indeks d dimulai dari 1 hingga n + 1, maka untuk algoritma mundur indeks d dimulai dari n + 1 hingga 1. Demikian halnya dengan algoritma tengah, indeks d dimulai dari pertengahan antara 1 dan n + 1 (atau dibulatkan ke atas jika n genap) hingga 1. Setelah itu, indeks d diubah menjadi sebesar d pertama kali + 1 hingga n + 1. Hal yang sama juga terjadi pada indeks i.

13 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 26 Selanjutnya, dilakukan pembandingan nilai kedalaman yang diperoleh dari ketiga macam algoritma serta pembandingan unsur-unsur dalam matriks depth sebagai berikut: 1. Untuk i dari 1 hingga n + 1 dan a merupakan titik seperti pada algoritma pencarian nilai kedalaman serta i tidak sama dengan a, dicari nilai minimum dari matriks depth baris ke-a kolom ke-i untuk algoritma maju, algoritma mundur, dan algoritma tengah yang tidak nol, kemudian disimpan dalam matriks depth baris ke-a kolom ke-i. 2. Untuk i dari 1 hingga n + 1 dan j dari 1 hingga n + 1, misalkan nilai matriks depth baris ke-i kolom ke-j adalah a dan nilai matriks depth baris ke-j kolom ke-i adalah b. Jika a tidak sama dengan b dan minimum dari a dan b adalah c, maka a dan b digantikan dengan c. Untuk algoritma untuk melakukan pengeplotan pada subbab , hal yang perlu dilakukan adalah mengambil nilai-nilai yang tercantum pada matriks depth baris ke-(n + 1) Algoritma Pencarian Ring Algoritma ini merupakan algoritma terumit dan membutuhkan waktu paling lama dalam membangunnya dari keseluruhan algoritma yang ada. Dalam algoritma yang penulis buat, serupa dengan bagian sebelumnya tentang pencarian nilai kedalaman, digunakan dua macam algoritma, yaitu algoritma maju dan algoritma mundur. Pengertian maju dan mundur di sini sama dengan pada bagian sebelumnya, yaitu mengenai titik awal indeks dan cara pergerakannya.

14 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 27 Berikut ini merupakan algoritma untuk mencari ring: 1. f merupakan titik awal dengan nilai 1. Nilai f disimpan ke dalam vektor lintasan. 2. Memeriksa apakah f memiliki cabang dengan cara memeriksa derajatnya. Jika lebih dari 1, maka f dianggap memiliki cabang. Jika ternyata f memiliki cabang, maka nilai f disimpan ke dalam vektor cabang. 3. Menyimpan nilai f ke dalam variabel h. 4. Untuk g dari 1 hingga n + 1 dan g bukan merupakan anggota dari lintasan, jika matriks A baris ke-g kolom ke-h atau baris ke-h kolom ke-g nilainya 1, maka g disimpan ke dalam vektor lintasan. 5. Memeriksa percabangan di g yang terhubung dengan cara memeriksa derajatnya. Jika derajatnya lebih dari 2, maka g merupakan titik yang memiliki cabang. Nilai g disimpan ke dalam vektor cabang. 6. Nilai h kemudian digantikan dengan nilai g, karena selanjutnya akan dicari titik lain yang terhubung dengan h, tetapi belum termasuk ke dalam lintasan. 7. Dilakukan pemeriksaan, apakah anggota lintasan terakhir terhubung dengan f. Jika ternyata terhubung, maka g diberi tanda n + 2 agar loop tidak memasuki poin 1 hingga 6. Kalaupun tidak terhubung, pada suatu saat tidak ada lagi g yang terhubung dan belum termasuk pada lintasan, sehingga nilai g juga akan mencapai n Diperiksa apakah g mencapai nilai n + 2 karena memang unsur terakhir lintasan terhubung dengan titik awal atau bukan. Jika benar, maka lintasan tersebut disimpan ke dalam matriks ring.

15 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan Memeriksa apakah masih mungkin terdapat cabang dari f. Jika masih ada, nilai unsur kedua pada vektor lintasan dicatat agar nantinya saat mengulang langkah 1 hingga 6 dipilih lintasan yang tidak melalui unsur tersebut. Nilai lintasan dan cabang masing-masing dikembalikan ke posisi awal, yaitu diisi dengan nilai f. Jika ternyata tidak ada lagi cabang dari f, maka saatnya untuk mengganti nilai f dengan cara f = f Ulangi langkah 2 hingga 9, hingga nilai f = n + 1. Pada algoritma mundur, g dimulai dari n + 1 hingga 1. Berikutnya, setelah terbentuk dua buah ring hasil dari algoritma maju dan mundur, dilakukan penyatuan kedua ring tersebut menggunakan algoritma: 1. Nilai i dimulai dari 1 dan j dimulai dari Jika ring dari algoritma maju baris ke-i dan ring dari algoritma mundur baris kei keduanya bukan merupakan baris 0, maka dibandingkan apakah isi keduanya sama. Jika sama, hanya salah satu ring yang menjadi anggota ring baris ke-j. Jika tidak, maka ring baris ke-j diisi dengan ring dari algoritma maju dan ring baris ke-(j + 1) diisi dengan ring dari algoritma mundur. 3. Jika salah satu baris ke-i dari ring yang diperoleh dari algoritma maju atau ring yang diperoleh dari algoritma mundur adalah baris 0, maka yang dimasukkan sebagai ring baris ke-j adalah ring yang bukan merupakan baris Nilai i = i + 1 dan j = (banyaknya baris pada matriks ring) Ulangi langkah 1 hingga 4, hingga nilai i = n + 1.

16 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 29 Setelah disatukan, maka saatnya untuk mengeliminasi baris-baris pada matriks ring yang bukan merupakan ring, sebagai berikut: 1. Menghapus salah satu dari dua buah baris yang unsur-unsurnya merupakan unsurunsur yang sama. 2. Mencari apakah dalam suatu baris terdapat dua titik dalam ring yang tidak berurutan namun terhubung. Jika ada, maka baris tersebut dihapus. 3. Penghapusan ring yang lintasannya terlalu panjang, sebab jika terdapat ring yang lintasannya sangat panjang, maka hanya ada sebuah ring dalam kompleks tersebut. 4. Memeriksa irisan titik antar baris dalam ring. Jika terdapat banyak titik yang merupakan irisan dari dua buah baris, maka salah satu baris dihapus Keluaran (Output) Terdapat dua macam keluaran pada GUI, yaitu keluaran berupa gambar (peta gamma) dan berupa hasil analisis Keluaran Berupa Gambar Seperti yang telah disebutkan pada subbab , perintah utama dalam menghasilkan keluaran ini adalah perintah gplot. Dalam subbab tersebut juga disebutkan bahwa diperlukan algoritma pencarian nilai kedalaman terhadap titik carrier. Hal ini dilakukan agar peta gamma yang tercipta nanti agak teratur sesuai dengan nilai kedalaman terhadap carrier. Setelah nantinya diperoleh nilai kedalaman masing-masing titik terhadap carrier, nilai-nilai tersebut dikurangi terlebih dahulu dengan 1 kemudian ditambahkan dengan suatu bilangan acak antara 0 dan 1. Hal ini

17 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 30 dilakukan ke dalam dua kolom, kolom pertama untuk mencatat posisi x dan kolom kedua untuk mencatat posisi y dari titik tersebut (dalam sumbu x-y). Untuk carrier sendiri, posisinya selalu di titik (0,0). Itulah sebabnya setiap kali tombol Graf ditekan posisi titik-titik kecuali carrier berpindah-pindah. Option yang digunakan dalam melakukan plot adalah o-, yang artinya titik-titik dalam peta gamma berupa lingkaran sedangkan garisnya berupa garis lurus. Selain itu juga digunakan perintah untuk mematikan sumbu-sumbu x dan y untuk memperindah tampilan peta gamma Keluaran Berupa Hasil Analisis Untuk mencari nilai RA, pertama-tama perlu diketahui nilai d i= 1 ( p i i 1). Dalam algoritma, bentuknya adalah seperti berikut ini: 1. Dicari nilai kedalaman terbesar, kemudian dinamakan d max. 2. Untuk i dari 1 hingga d max, dihitung jumlah titik yang memiliki depth sama dengan i. Jumlah ini disimpan dalam vektor jumlah baris ke-i. 3. Untuk i dari 1 hingga d max, mengalikan jumlah baris ke-i dengan (i 1). Sedangkan cara untuk menghitung banyaknya sisi maksimum dalam kompleks telah diberikan pada subbab 3.1. Kemudian sesuai dengan rumusan pada subbab 3.1, tinggal dilakukan pembagian antara jumlah dengan banyaknya sisi maksimum dalam kompleks. Untuk mencari RR terhadap, perlu dihitung terlebih dahulu jumlah ring yang melewati titik yang ingin dicari nilai RR terhadap nya, misalnya dinamakan titik a.

18 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 31 Sedangkan untuk mencari nilai RR dari, perlu dihitung terlebih dahulu nilai RR kompleks dan jarak rata-rata titik a terhadap semua ring. Untuk mencari nilai RR kompleks, caranya telah diberikan pada subbab 3.1. Sedangkan untuk menghitung jumlah ring yang melewati titik a dan jarak rata-rata titik a terhadap semua ring dapat dilakukan melalui algoritma berikut: 1. Misalkan banyaknya ring adalah t. 2. Untuk i dari 1 hingga t, diperiksa apakah a termasuk dalam ring baris ke-i. 3. Jika ya, maka variabel pencatat banyaknya ring yang melewati a, misalnya dinamakan rl, menjadi rl Jika tidak, dihitung jarak dari titik a terhadap ring, yaitu dengan melihat minimum dari depth baris ke-a terhadap titik-titik anggota ring. Nilainya dicatat dalam suatu variabel bernama jarak. 5. Jika nilai jarak tidak nol, mencari jarak rata-rata dari titik a terhadap semua ring dengan cara membagi jarak dengan t. Setelah itu, barulah dihitung nilai RR terhadap dan RR dari berdasarkan rumusan pada subbab 3.1. Terakhir, pada bagian bawah dari bagian Analisis ditampilkan sifat sel/ruang, dengan ketentuan jika RA kurang dari atau sama dengan 0,3, maka ruang tersebut simetri. Sebaliknya, jika nilai RA-nya lebih besar dari 0,3, maka ruang tersebut asimetri. Untuk sifat distribusi, cukup dipandang salah satu dari RR terhadap atau RR dari, dan di sini penulis memilih menggunakan RR terhadap karena biasanya nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan nilai RR dari. Jika nilai RR terhadap-nya lebih besar atau sama dengan 0,3, maka ruang tersebut

19 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 32 terdistribusi. Hal sebaliknya juga berlaku, yaitu jika nilai RR terhadap-nya kurang dari 0,3, maka ruang tersebut tak terdistribusi. 3.3 Penerapan Pada Beberapa Contoh Setelah membahas algoritma dan pemrograman mulai dari masukan hingga keluarannya, kini akan diperlihatkan beberapa penerapan program tersebut. 1. Sebuah bangunan dengan delapan ruangan sebagai berikut: Gambar 6 Bangunan dengan Delapan Ruangan Dari contoh tersebut, diperoleh tabel nilai RA, RR terhadap, RR kompleks, dan RR dari sebagai berikut: RR kompleks = 0, Titik RA RR terhadap RR dari 1 0, ,25 0, , ,5 0, , ,375 0, , ,5 0,346154

20 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan , ,125 0, ,25 0,25 0, , ,25 0, , ,25 0, Carrier 0, ,5 0, Tabel 1 Nilai RA, RR terhadap, RR kompleks, dan RR dari Untuk Bangunan dengan Delapan Ruangan Dari tabel ini terlihat semua titik dalam kompleks ini, terutama carrier, merupakan titik yang simetri, karena nilai RA-nya kecil (kurang dari 0,3). Sedangkan, untuk sifat terdistribusi, tiga titik yang paling terdistribusi adalah titik 2, 4, dan carrier. Hal ini terlihat dari nilai RR terhadap dan RR dari mereka cukup besar (0,5 untuk RR terhadap dan di atas 0,3 untuk RR dari). Titik 5 merupakan titik terdalam, karena memiliki nilai RR terhadap dan RR dari yang paling kecil. 2. Sebuah bangunan dengan lima ruangan, sebuah tangga, dan sebuah koridor. Bangunan ini merupakan lantai dasar dari sebuah rumah yang dibangun secara khusus pada tahun 1930 di London. Denahnya adalah sebagai berikut:

21 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 34 Gambar 7 Lantai Dasar dari Sebuah Rumah yang Dibangun Secara Khusus Pada Tahun 1930 di London Dengan menganggap carrier hanya terhubung dengan halaman depan (ruang 1), maka tabel nilai RA, RR terhadap, RR kompleks, dan RR dari untuk setiap ruangan sebagai berikut: RR kompleks = 0, Titik RA RR terhadap RR dari 1 0, , , , , , , , ,272727

22 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan , , , , , , , , , , , Carrier 0, , Tabel 2 Nilai RA, RR terhadap, RR kompleks, dan RR dari Untuk Lantai Dasar dari Sebuah Rumah yang Dibangun Secara Khusus Pada Tahun 1930 di London Terlihat bahwa memang ruangan terbaik (ruang 4) dirancang untuk kepentingan penghuni rumah, terlihat dengan sangat asimetri dan tidak terdistribusinya ruang tersebut. Sedangkan untuk koridor dan ruang keluarga memang dirancang untuk memliki akses yang cukup besar terhadap publik, terlihat dengan kecilnya nilai RA dan cukup besarnya nilai RR terhadap maupun RR dari. Di lain pihak, dapur dan halaman belakang dibuat agak asimetri dan kurang terdistribusi agar tidak semua orang dapat masuk ke sana. 3. Sebuah bangunan dengan tujuh ruangan yang memiliki peta gamma sebagai berikut:

23 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 36 Gambar 8 Peta Gamma Bangunan dengan Tujuh Ruangan Setelah dimasukkan jumlah ruangan beserta keterhubungannya ke dalam GUI, diperoleh tabel nilai RA, RR terhadap, RR kompleks, dan RR dari untuk setiap ruangan sebagai berikut: RR kompleks = 0, Titik RA RR terhadap RR dari 1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Carrier 0, , , Tabel 3 Nilai RA, RR terhadap, RR kompleks, dan RR dari Untuk Bangunan dengan Tujuh Ruangan

24 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 37 Dari tabel ini jika dicermati, maka akan terlihat bahwa hasil perhitungan ketiga RR tidak benar. Pada dua contoh sebelumnya, jika nilai RR terhadap dan RR dari untuk sebuah titik berturut-turut sebesar a dan b, maka untuk titik lain yang memiliki nilai RR terhadap sebesar a kemungkinan besar memiliki nilai RR dari sebesar b. Namun pada contoh ini, terdapat terlalu banyak nilai-nilai yang tidak sesuai, misalnya untuk titik 1 dan titik 3 serta antara titik 2, 7, dan carrier. Mereka memiliki nilai RR terhadap yang sama, tetapi nilai RR dari-nya berbeda. Berdasarkan fakta ini, penulis menyadari kelemahan terhadap algoritma yang digunakan untuk mencari nilai-nilai keempat besaran. Oleh karena itu, ditampilkan matriks ring dan depth sebagai berikut: depth = ring =

25 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan 38 Terlihat bahwa mariks depth tidak mengalami kesalahan, melainkan matriks ring-lah yang menjadi sumber kesalahan. Matriks ring yang seharusnya berisi (mirip) seperti berikut: ring = dan tabel nilai RA, RR terhadap, RR kompleks, dan RR dari yang seharusnya (setelah dihitung secara manual) adalah sebagai berikut: RR kompleks = 0, Titik RA RR terhadap RR dari 1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , ,351648

26 Bab 3 Analisis, Algoritma, dan Contoh Penerapan , , , Carrier 0, , , Tabel 4 Nilai RA, RR terhadap, RR kompleks, dan RR dari Untuk Bangunan dengan Tujuh Ruangan (Perbaikan) Sekarang terlihat bahwa nilai RR terhadap dan nilai RR dari-nya cukup sesuai, kecuali untuk kasus titik 5 yang sama nilai RR terhadap-nya dengan 2, 3, dan 4, tetapi berbeda nilai RR dari-nya. Dari nilai keempat besaran yang benar, terlihat bahwa hampir semua titik pada kompleks tersebut simetri. Hanya titik 7 dan carrier yang sifatnya asimetri. Nilai RR-nya pun kedua titik ini menempati urutan terbawah. Berarti, titik 7 cocok sebgai ruang pribadi dan akses keluar-masuk kompleks ini dibatasi. Sedangkan ruang publik yang cocok untuk kompleks ini adalah titik 3 dan titik 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Space Syntax Space syntax menurut website mengenai space syntax merupakan sekumpulan teknik untuk menganalisis susunan segala jenis ruang. Teknik ini ditemukan oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori penelitian ini. 2. Konsep Dasar Graf Teori dasar mengenai graf

Lebih terperinci

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan teori dalam penelitian ini. Konsep dasar tersebut berkaitan dengan definisi graf,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR Kecerdasan-buatan yang dirancang untuk robot pencari jalur ini ditujukan pada lingkungan labirin (maze) dua dimensi seperti ditunjukkan oleh Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi tentang metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan perencanaan layar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori graf adalah cabang kajian matematika yang mempelajari sifat-sifat graf. Secara sederhana, suatu graf adalah himpunan benda-benda yang disebut titik yang terhubung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D Penelitian ini mengembangkan model sistem pengenalan wajah dua dimensi pada citra wajah yang telah disiapkan dalam

Lebih terperinci

2.3 Algoritma Tidak Berhubungan dengan Bahasa Pemrograman Tertentu

2.3 Algoritma Tidak Berhubungan dengan Bahasa Pemrograman Tertentu DAFTAR ISI BAB 1 Pengantar Sistem Komputer Dan Pemrograman 1.1 Sistem Komputer 1.2 Program, Aplikasi, Pemrogram, dan Pemrograman 1.3 Kompiler dan Interpreter 1.4 Kesalahan Program BAB 2 Pengantar Algoritma

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL 2008

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL 2008 OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL 2008 JENIS SOAL : PEMROGRAMAN WAKTU : 120 MENIT DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH

Lebih terperinci

6 Sistem Persamaan Linear

6 Sistem Persamaan Linear 6 Sistem Persamaan Linear Pada bab, kita diminta untuk mencari suatu nilai x yang memenuhi persamaan f(x) = 0. Pada bab ini, masalah tersebut diperumum dengan mencari x = (x, x,..., x n ) yang secara sekaligus

Lebih terperinci

Sebelum membahas mengenai pemrograman LabVIEW, sebaiknya pembaca mengenal istilah istilah penting berikut ini.

Sebelum membahas mengenai pemrograman LabVIEW, sebaiknya pembaca mengenal istilah istilah penting berikut ini. Pemrograman LabVIEW 6.1 Istilah-Istilah Penting Sebelum membahas mengenai pemrograman LabVIEW, sebaiknya pembaca mengenal istilah istilah penting berikut ini. 1. G: dari kata graphical, merupakan sebutan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem ini hanya menggunakan beberapa perangkat keras yang umum digunakan, seperti mikrofon, speaker (alat pengeras suara), dan seperangkat komputer

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan permasalahan, seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. 2.1 Graf Graf

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Model Pengertian sistem Pengertian model

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Model Pengertian sistem Pengertian model BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Model 2.1.1 Pengertian sistem Pengertian sistem dapat diketahui dari definisi yang diambil dari beberapa pendapat pengarang antara lain : Menurut Romney (2003, p2) sistem

Lebih terperinci

Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan

Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Sebelum membahas pemodelan produk berbasis yang disusun berdasarkan algoritma pengurang terlebih dahulu akan dijelaskan hal-hal yang mendasari pembuatan algoritma tersebut,

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY MAMDANI

BAB III METODE FUZZY MAMDANI 29 BAB III METODE FUZZY MAMDANI Fuzzy Inference System merupakan sebuah kerangka kerja perhitungan berdasarkan konsep teori himpunan fuzzy dan pemikiran fuzzy yang digunakan dalam penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN 4.1 Kriteria Perancangan

BAB IV PERANCANGAN 4.1 Kriteria Perancangan BAB IV PERANCANGAN 4.1 Kriteria Perancangan Perancangan sistem crane pada gudang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan metode FIFO sebagaimana mestinya. Berdasarkan kriteria perancangan maka dasar perancangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN Pada bab ini berisi mengenai analisa dan perancangan program steganografi dengan menggunakan Matlab. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui cara kerja proses steganografi

Lebih terperinci

PENCARIAN SOLUSI TTS ANGKA DENGAN ALGORITMA RUNUT BALIK BESERTA PENGEMBANGANNYA

PENCARIAN SOLUSI TTS ANGKA DENGAN ALGORITMA RUNUT BALIK BESERTA PENGEMBANGANNYA PENCARIAN SOLUSI TTS ANGKA DENGAN ALGORITMA RUNUT BALIK BESERTA PENGEMBANGANNYA Wahyu Fahmy Wisudawan Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, NIM: 506 Jl. Dago Asri 4 No. 4, Bandung

Lebih terperinci

Graf Berarah (Digraf)

Graf Berarah (Digraf) Graf Berarah (Digraf) Di dalam situasi yang dinamis, seperti pada komputer digital ataupun pada sistem aliran (flow system), konsep graf berarah lebih sering digunakan dibandingkan dengan konsep graf tak

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Formulasi Masalah Sejauh ini telah diperkenalkan bahwa terdapat tiga parameter yang terkait dengan konstruksi suatu kode, yaitu panjang, dimensi, dan jarak minimum. Jika C adalah

Lebih terperinci

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM 3.1 Gambaran Umum Gambar 3.1 Gambar Keseluruhan Proses Secara Umum 73 74 Secara garis besar, keseluruhan proses dapat dikelompokkan menjadi

Lebih terperinci

Bilangan Bulat. A. Pengenalan Bilangan Bulat Himpunan bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif, bilangan nol, dan bilangan bulat positif.

Bilangan Bulat. A. Pengenalan Bilangan Bulat Himpunan bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif, bilangan nol, dan bilangan bulat positif. Bilangan Bulat A. Pengenalan Bilangan Bulat Himpunan bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif, bilangan nol, dan bilangan bulat positif. mundur maju -5-4 -3-2 -1 0 1 2 3 4 5 negatif positif Bilangan

Lebih terperinci

BAB 3 PE GEMBA GA METODE DA ALGORITMA PEMESI A MULTI AXIS

BAB 3 PE GEMBA GA METODE DA ALGORITMA PEMESI A MULTI AXIS BAB 3 PE GEMBA GA METODE DA ALGORITMA PEMESI A MULTI AXIS File STL hanya memuat informasi mengenai arah vektor normal dan koordinat vertex pada setiap segitiga / faset. Untuk mengolah data ini menjadi

Lebih terperinci

MINIMISASI AUTOMATED GUIDED VEHICLE PADA JARINGAN TRANSPORTASI DI TERMINAL KONTAINER SEMI OTOMATIS MENGGUNAKAN METODE NODE SPLITTING

MINIMISASI AUTOMATED GUIDED VEHICLE PADA JARINGAN TRANSPORTASI DI TERMINAL KONTAINER SEMI OTOMATIS MENGGUNAKAN METODE NODE SPLITTING MINIMISASI AUTOMATED GUIDED VEHICLE PADA JARINGAN TRANSPORTASI DI TERMINAL KONTAINER SEMI OTOMATIS MENGGUNAKAN METODE NODE SPLITTING oleh Fahrizal M0103056 SKRIPSI Ditulis diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Minggu II Lanjutan Matriks

Minggu II Lanjutan Matriks Minggu II Lanjutan Matriks Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tujuan Instruksional Umum Tujuan Instruksional Khusus Jumlah Pertemuan : Matriks : A. Transformasi Elementer. Transformasi Elementer pada baris

Lebih terperinci

Gambar 1. Tampilan Layar Sebuah Program Animasi

Gambar 1. Tampilan Layar Sebuah Program Animasi Menggambar Kotak (Ed. 2) 1/6 Lecture Notes Algoritma dan Pemrograman Menggambar Kotak Thompson Susabda Ngoen Di dalam penulisan program adakalanya kita perlu menggambar kotak (bingkai segi empat) di layar

Lebih terperinci

BAB IV PENDEKATAN NUMERIK UNTUK LOOKBACK OPTIONS

BAB IV PENDEKATAN NUMERIK UNTUK LOOKBACK OPTIONS 37 BAB IV PEDEKATA UMERIK UTUK LOOKBACK OPTIOS Pada bab ini akan dibahas cara pendekatan numerik untuk penentuan harga lookback options. Metode yang dipakai adalah metode binomial yang sudah dijelaskan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 KEMEROSOTAN (DEGENERACY)

PERTEMUAN 12 KEMEROSOTAN (DEGENERACY) PERTEMUAN 2 KEMEROSOTAN (DEGENERACY) Ciri-ciri terjadinya kemerosotan adalah banyaknya variabel basis yang lebih kecil dari n+m- (dimana m = jumlah sumber dan n = jumlah tujuan), hal ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks BAB 4 HASIL DA A ALISA Banyak komponen mesin yang memiliki bentuk yang cukup kompleks. Setiap komponen tersebut bisa jadi memiliki CBV, permukaan yang berkontur dan fitur-fitur lainnya. Untuk bagian implementasi

Lebih terperinci

Menentukan Arah Pukulan Terbaik dalam Pertandingan Bulutangkis Kategori Tunggal dengan Teori Graf Terbalik

Menentukan Arah Pukulan Terbaik dalam Pertandingan Bulutangkis Kategori Tunggal dengan Teori Graf Terbalik Menentukan Arah Pukulan Terbaik dalam Pertandingan Bulutangkis Kategori Tunggal dengan Teori Graf Terbalik Jaisyalmatin Pribadi 13510084 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebelum pembahasan mengenai irisan bidang datar dengan tabung lingkaran tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. A. Matriks Matriks adalah himpunan skalar (bilangan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN. 3.1 Desain Alur Penentuan Keputusan Robot

BAB 3 PERANCANGAN. 3.1 Desain Alur Penentuan Keputusan Robot BAB 3 PERANCANGAN 3.1 Desain Alur Penentuan Keputusan Robot Aplikasi ini bertujuan untuk menentukan perilaku robot yang diinginkan dalam pertandingan sepak bola antar robot. Dari berbagai kondisi lapangan,

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI BIDANG MATEMATIKA Waktu : 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL VIII

OLIMPIADE SAINS NASIONAL VIII SOAL SESI 3 OLIMPIADE SAINS NASIONAL VIII BIDANG INFORMATIKA 6 AGUSTUS 2009 DKI JAKARTA Selamat Bekerja, Berkompetisi, Jadilah Yang Terbaik! Lagu Nama Program: lagu.pas / C / CPP Batas Run time: 1 detik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

transaksi yang ingin dilihat detailnya.

transaksi yang ingin dilihat detailnya. L26 Gambar L36 Form view order penjualan pembayaran - User dapat melihat detail dari transaksi dengan cara memilih transaksi yang ingin dilihat detailnya, kemudian menekan tombol LIHAT DETAIL, atau bisa

Lebih terperinci

BAB IV DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Eksperimen Data penelitian didapatkan dari dua batuan sampel yaitu batu apung dan batu karbonat. Ukuran dimensi data pada batu karbonat untuk rekonstruksi

Lebih terperinci

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada Bagian ini akan dijelaskan beberapa definisi dan teorema terkait graf, matriks adjency, terhubung, primitifitas, dan scrambling index sebagai landasan teori yang menjadi acuan

Lebih terperinci

Model Jaringan. Ahmad Sabri, MSi, Riset Operasional 2, Universitas Gunadarma

Model Jaringan. Ahmad Sabri, MSi, Riset Operasional 2, Universitas Gunadarma Model Jaringan Sebuah jaringan terdiri dari sekelompok simpul (node) yang dihubungkan dengan busur (arc). Suatu busur dapat dialiri arus/diberikan bobot dalam jumlah tertentu Contoh: jaringan transportasi:

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional XI Bidang Komputer/Informatika

Olimpiade Sains Nasional XI Bidang Komputer/Informatika Berkas Kompetisi Soal Hari 2 Olimpiade Sains Nasional XI Bidang Komputer/Informatika 2-7 September 2012, Jakarta www.tokilearning.org www.siswapsma.org BARISAN BILANGAN Batas Waktu Batas Memori 1 detik

Lebih terperinci

STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH (PROBLEM SOLVING STRATEGIES) EDDY HERMANTO

STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH (PROBLEM SOLVING STRATEGIES) EDDY HERMANTO STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH (PROBLEM SOLVING STRATEGIES) EDDY HERMANTO Strategi Penyelesaian Masalah Beberapa Strategi Penyelesaian Masalah : 1. Membuat daftar Yang Teratur 2. Memisalkan Dengan Suatu

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

Implementasi Permainan Reversi menggunakan Penelusuran BFS dengan Konsep Algoritma MinMax

Implementasi Permainan Reversi menggunakan Penelusuran BFS dengan Konsep Algoritma MinMax Implementasi Permainan Reversi menggunakan Penelusuran BFS dengan Konsep Algoritma MinMax Romi Fadillah Rahmat, Muhammad Anggia Muchtar, Dedy Arisandi Fakultas MIPA Program Studi Teknologi Informasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1. Analisa 4.1.1 Analisis Data Pada tahap analisa data ini akan dibahas mengenai citra CT Scan yang akan dilakukan proses segmentasi atau pengelompokan data. Data citra

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis. Raizal Dzil Wafa M.

KATA PENGANTAR. Penulis. Raizal Dzil Wafa M. i KATA PENGANTAR Buku ini dibuat untuk memudahkan siapa saja yang ingin belajar MATLAB terutama bagi yang baru mengenal MATLAB. Buku ini sangat cocok untuk pemula terutama untuk pelajar yang sedang menempuh

Lebih terperinci

NASKAH UJIAN UTAMA. JENJANG/PROG. STUDI : DIPLOMA TIGA / MANAJEMEN INFORMATIKA HARI / TANGGAL : Kamis / 18 FEBRUARI 2016

NASKAH UJIAN UTAMA. JENJANG/PROG. STUDI : DIPLOMA TIGA / MANAJEMEN INFORMATIKA HARI / TANGGAL : Kamis / 18 FEBRUARI 2016 NASKAH UJIAN UTAMA MATA UJIAN : LOGIKA DAN ALGORITMA JENJANG/PROG. STUDI : DIPLOMA TIGA / MANAJEMEN INFORMATIKA HARI / TANGGAL : Kamis / 18 FEBRUARI 2016 NASKAH UJIAN INI TERDIRI DARI 80 SOAL PILIHAN GANDA

Lebih terperinci

Bundel Soal Sesi 1 Bidang Informatika Olimpiade Sains Nasional X

Bundel Soal Sesi 1 Bidang Informatika Olimpiade Sains Nasional X Bundel Soal Sesi 1 Bidang Informatika Olimpiade Sains Nasional X Manado - Sulawesi Utara - 13 September 2011 Anda dilarang membuka dan membaca isi bundel soal ini sebelum dipersilakan oleh juri. Bundel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Adapun landasan teori yang dibutuhkan dalam pembahasan tugas akhir ini di antaranya adalah definisi graf, lintasan terpendek, lintasan terpendek fuzzy, metode rangking fuzzy, algoritma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata steganos yang artinya tulisan tersembunyi (covered writing) dan kata graphos yang berarti tulisan. Sehingga steganografi

Lebih terperinci

Mengenal Bilangan Bulat

Mengenal Bilangan Bulat Mengenal Bilangan Bulat Kita sudah mempelajari bilangan-bilangan yang dimulai dari nol sampai tak terhingga. Selama ini yang kita pelajari 0 (nol) adalah bilangan terkecil. Tetapi tahukah kamu bahwa ada

Lebih terperinci

GUI Matlab untuk membuat grafik fungsi

GUI Matlab untuk membuat grafik fungsi GUI Matlab untuk membuat grafik fungsi Memulai GUI Matlab Panggil program MATLAB, Start program Matlab. Melalui editor window Matlab, ketiklah >> guide. Akan ditampilkan kotak dialog seperti tampak dalam

Lebih terperinci

Pendahuluan. Praktikum Pengantar Pengolahan Citra Digital Departemen Ilmu Komputer Copyright 2008 All Rights Reserved

Pendahuluan. Praktikum Pengantar Pengolahan Citra Digital Departemen Ilmu Komputer Copyright 2008 All Rights Reserved 1 Pengenalan Matlab Pendahuluan Matlab adalah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk analisis dan visualisasi data. Matlab didesain untuk mengolah data dengan menggunakan operasi matriks. Matlab juga

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BACKTRACKING ALGORITHM UNTUK PENYELESAIAN PERMAINAN SU DOKU POLA 9X9

IMPLEMENTASI BACKTRACKING ALGORITHM UNTUK PENYELESAIAN PERMAINAN SU DOKU POLA 9X9 Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 11 No. 1 Februari 2016 29 IMPLEMENTASI BACKTRACKING ALGORITHM UNTUK PENYELESAIAN PERMAINAN SU DOKU POLA 9X9 Febri Utama 1), Awang Harsa Kridalaksana 2), Indah Fitri Astuti

Lebih terperinci

Hari 1 / Soal 1: Bukit dan Lembah

Hari 1 / Soal 1: Bukit dan Lembah Hari 1 / Soal 1: Bukit dan Lembah Kode Soal: bukit Batas Run-time: 1 detik / test-case Batas Memori: 1 MB : Standard input : Standard output Deskripsi Diberikan data ketinggian yang di catat dalam perjalanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 4.. Analisa Penelitian ini terdiri dari analisa kebutuhan data dan analisa proses identifikasi watermark untuk mendeteksi ada atau tidaknya watermark pada citra uang kertas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit

BAB IV PEMBAHASAN. A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit BAB IV PEMBAHASAN A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Aplikasi fuzzy logic untuk pengambilan keputusan pemberian kredit

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar yang akan digunakan sebagai landasan berpikir seperti beberapa literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan begitu akan mempermudah

Lebih terperinci

Bab 2 Editor vi 9. BAB 2 EDITOR vi TUJUAN PRAKTIKUM

Bab 2 Editor vi 9. BAB 2 EDITOR vi TUJUAN PRAKTIKUM Bab 2 Editor vi 9 BAB 2 EDITOR vi TUJUAN PRAKTIKUM 1) Praktikan menguasai apa yang dimaksud dengan editor vi. 2) Praktikan mengetahui apa saja yang termasuk dalam utilitas aritmatika. 3) Praktikan mengetahui

Lebih terperinci

Penerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem

Penerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem Penerapan Pohon dengan Algoritma Branch and Bound dalam Menyelesaikan N-Queen Problem Arie Tando (13510018) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Penyusunan PETA RISIKO

Penyusunan PETA RISIKO Penyusunan PETA RISIKO LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM NAHDATUL ULAMA Humanitarian OpenStreetMap Team 1 PETA RISIKO adalah peta yang menunjukkan tingkat risiko suatu wilayah dan/atau

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI METODE. Pada bab ini akan diimplementasikan metode yang dipakai pada tugas

BAB IV IMPLEMENTASI METODE. Pada bab ini akan diimplementasikan metode yang dipakai pada tugas BAB IV IMPLEMENTASI METODE Pada bab ini akan diimplementasikan metode yang dipakai pada tugas akhir ini dengan menggunakan software Matlab 7. Program dapat dilihat pada lampiran. Input dari program adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Konvek Definisi 2.1.1. Suatu himpunan C di R n dikatakan konvek jika untuk setiap x, y C dan setiap bilangan real α, 0 < α < 1, titik αx + (1 - α)y C atau garis penghubung

Lebih terperinci

BAB 1 PERSAMAAN. a) 2x + 3 = 9 a) 5 = b) x 2 9 = 0 b) = 12 c) x = 0 c) 2 adalah bilangan prima genap d) 3x 2 = 3x + 5

BAB 1 PERSAMAAN. a) 2x + 3 = 9 a) 5 = b) x 2 9 = 0 b) = 12 c) x = 0 c) 2 adalah bilangan prima genap d) 3x 2 = 3x + 5 BAB PERSAMAAN Sifat Sifat Persamaan Persamaan adalah kalimat matematika terbuka yang menyatakan hubungan sama dengan. Sedangkan kesamaan adalah kalimat matematika tertutup yang menyatakan hubungan sama

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Gambar 1.2. Gambar 1.3

Gambar 1.1 Gambar 1.2. Gambar 1.3 Minggu ke I. Pemodelan dengan Graf alam pengertian umum model merupakan gambaran sederhana dalam dimensi lebih kecil dari objek yang diwakilinya, misalnya: model rumah, mobil atau pesawat terbang. alam

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Ibrahim Arief NIM : 13503038 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung

Lebih terperinci

Pengenalan Algoritma & Struktur Data. Pertemuan ke-1

Pengenalan Algoritma & Struktur Data. Pertemuan ke-1 Pengenalan Algoritma & Struktur Data Pertemuan ke-1 Apa itu Struktur Data? PROGRAM ALGO RITMA STRUKTUR DATA Algoritma.. deskripsi langkah-langkah penyelesaian masalah yang tersusun secara logis 1. Ditulis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.. Definisi Graf Secara matematis, graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E) ditulis dengan notasi G = (V, E), yang dalam hal ini: V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul

Lebih terperinci

Data reaksi berikut telah diperoleh dari reaksi peluruhan sederhana: Menggunakan MATLAB untuk memplot konsentrasi komponen A dalam mol/l

Data reaksi berikut telah diperoleh dari reaksi peluruhan sederhana: Menggunakan MATLAB untuk memplot konsentrasi komponen A dalam mol/l Cara membuat Plot/ Grafik dengan Matlab Pada postingan kali ini akan dibahas membuat grafik visualisasi di MATLAB. Secara khusus mampu membuat grafik sederhana dua dimensi, membuat multiplot dari grafik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Bab ini menjelaskan mengenai analisa sistem dan perancangan yang akan digunakan untuk membuat Aplikasi Permainan Hangman Tebak Kalimat untuk Pembelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

1.1 Sistem Komputer... 2

1.1 Sistem Komputer... 2 PRAKATA... DAFTAR lsi... III V BAB 1 PENGANTAR SISTEM KOMPUTER DAN PEMROGRAMAN... 1 1.1 Sistem Komputer... 2 1.2 Program, Aplikasi, Pemrogram, dan Pemrograman... 3 1.3 Kompiler dan Interpreter.... 3 1.4

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN A. SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN USEFUL BOOK MATEMATIKA KLS 5 SD SIFAT OPERASI HITUNG

BAB I BILANGAN A. SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN USEFUL BOOK MATEMATIKA KLS 5 SD SIFAT OPERASI HITUNG A. SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN SIFAT OPERASI HITUNG BAB I BILANGAN 1. Sifat Komutatif ( Pertukaran ) a + b = b + a a x b = b x a Sifat komutatif hanya berlaku pada penjumlahan dan perkalian. 1)

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma A-star (A*) Untuk Menyelesaikan Masalah Maze

Penerapan Algoritma A-star (A*) Untuk Menyelesaikan Masalah Maze Penerapan Algoritma A-star (A*) Untuk Menyelesaikan Masalah Maze Hapsari Tilawah - 13509027 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

PEMANTAUAN LAN PADA UNIVERSITAS BUNDA MULIA DENGAN APLIKASI MONITORING. Halim Agung Tekhnik Informatika Universitas Bunda Mulia

PEMANTAUAN LAN PADA UNIVERSITAS BUNDA MULIA DENGAN APLIKASI MONITORING. Halim Agung Tekhnik Informatika Universitas Bunda Mulia PEMANTAUAN LAN PADA UNIVERSITAS BUNDA MULIA DENGAN APLIKASI MONITORING Halim Agung halimagung89@gmail.com Tekhnik Informatika Universitas Bunda Mulia Abstract Peningkatan kualitas suatu proses belajar

Lebih terperinci

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis)

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) A. LANDASAN TEORI Misalkan χ merupakan matriks berukuran nxp, dengan baris-baris yang berisi observasi sebanyak n dari p-variat variabel acak X. Analisis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

Graf dan Operasi graf

Graf dan Operasi graf 6 Bab II Graf dan Operasi graf Dalam subbab ini akan diberikan konsep dasar, definisi dan notasi pada teori graf yang dipergunakan dalam penulisan disertasi ini. Konsep dasar tersebut ditulis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem DOT Matrix ini terbagi menjadi tiga bagian, yakni: perancangan perangkat keras serta perancangan perangkat lunak. 3.1. Perancangan Perangkat Keras Sistem yang

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009 SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009 Bidang Matematika Bagian Pertama Waktu : 90 Menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERSEGI PENGAMANAN UNIK KRISTAL. Mau belajar? Jangan hanya dibaca Kerjakan soalnya. disusun kembali oleh: Al. Krismanto, M.Sc

PERSEGI PENGAMANAN UNIK KRISTAL. Mau belajar? Jangan hanya dibaca Kerjakan soalnya. disusun kembali oleh: Al. Krismanto, M.Sc PERSEGI PENGAMANAN UNIK KRISTAL Mau belajar? Jangan hanya dibaca Kerjakan soalnya disusun kembali oleh: Al. Krismanto, M.Sc 1. PERSEGI AJAIB Persegi ajaib atau bujursangkar ajaib merupakan susunan bilangan-bilangan

Lebih terperinci

SOAL-JAWAB MATEMATIKA PENCACAHAN

SOAL-JAWAB MATEMATIKA PENCACAHAN SOAL-JAWAB MATEMATIKA PENCACAHAN Soal 1 Tersedia angka-angka 1, 2, 3, 7, 8, 9. a) Dari angka-angka tersebut disusun bilangan terdiri dari tiga angka berbeda. Berapa banyaknya bilangan yang dapat disusun?

Lebih terperinci

BAB XII MENCARI DATA MAKSIMUM DAN MINIMUM

BAB XII MENCARI DATA MAKSIMUM DAN MINIMUM 1 BAB XII MENCARI DATA MAKSIMUM DAN MINIMUM 12.1. Mencari Data Maksimum Untuk menjelaskan proses pencarian data terbesar atau data maksimum dari sekelompok data, di bawah ini akan diberikan contohnya terlebih

Lebih terperinci

Kasus A : Tabel untuk AM

Kasus A : Tabel untuk AM Kasus A : Tabel untuk AM Ada seorang pria yang sedang bermain dengan tabel kosong. Dia ingin memenuhi tabel kosong tersebut dengan karakter A dan M, tetapi karakter A hanya pada baris dan kolom yang apabila

Lebih terperinci

A. Segiempat Terluas

A. Segiempat Terluas A. Segiempat Terluas 1 detik Pak Chanek senang sekali dengan pelajaran geometri sewaktu masa kecil dulu. Sekarang, Pak Chanek memiliki seutas tali sepanjang L (1 L 1.000) meter. Isengiseng, ia ingin membuat

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional XI Bidang Komputer/Informatika

Olimpiade Sains Nasional XI Bidang Komputer/Informatika Berkas Kompetisi Soal Hari 1 Olimpiade Sains Nasional XI Bidang Komputer/Informatika 2-7 September 2012, Jakarta www.tokilearning.org www.siswapsma.org Bundel Soal Hari 1 OSN XI Bidang Informatika SEGITIGA

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. algoritma djikstra, beberapa kebutuhan yang diperlukan meliputi : f. Menyimpan data titik, garis dan gambar

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. algoritma djikstra, beberapa kebutuhan yang diperlukan meliputi : f. Menyimpan data titik, garis dan gambar BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Kebutuhan Aplikasi Untuk membangun aplikasi lintasan terpendek dengan menggunakan algoritma djikstra, beberapa kebutuhan yang diperlukan meliputi : a.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab 4 ini akan dijelaskan secara detail mengenai hasil-hasil pengukuran penelitian ini, hasil-hasil pengukuran tersebut meliputi: 4.1 Spesifikasi Perangkat Lunak Spesifikasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kepustakaan dan studi laboratorium, di mana penulis mempelajari teori-teori teknik

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kepustakaan dan studi laboratorium, di mana penulis mempelajari teori-teori teknik BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penulisan ini metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kepustakaan dan studi laboratorium, di mana penulis mempelajari teori-teori teknik

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 0 TUTORIAL PENGENALAN MATLAB

PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 0 TUTORIAL PENGENALAN MATLAB PRAKTIKUM ISYARAT DAN SISTEM TOPIK 0 TUTORIAL PENGENALAN MATLAB A. Tujuan 1. Mahasiswa mengenal lingkungan MATLAB dan mampu menggunakannya. 2. Mahasiswa mampu menggunakan fungsi-fungsi dasar MATLAB yang

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes bagian pertama ini terdiri dari 20 soal. 2. Waktu yang disediakan adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori dan terminologi graph, yaitu bentukbentuk khusus suatu graph dan juga akan diuraikan penjelasan mengenai shortest path. 2.1 Konsep Dasar

Lebih terperinci

3.1 Penentuan nilai tak teratur sisi dari korona graf lintasan terhadap )).

3.1 Penentuan nilai tak teratur sisi dari korona graf lintasan terhadap )). BAB 3 Hasil Utama Pada bab ini akan disajikan hasil utama dari tugas akhir ini, yakni nilai tak teratur sisi dari korona graf lintasan terhadap komplemen dari graf lengkap, dinotasikan dengan P m K n Selain

Lebih terperinci

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian.

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian. Glosarium A Akar pangkat dua : akar pangkat dua suatu bilangan adalah mencari bilangan dari bilangan itu, dan jika bilangan pokok itu dipangkatkan dua akan sama dengan bilangan semula; akar kuadrat. Asosiatif

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Subbab ini akan berisi pembahasan mengenai cara kerja algoritma Welch-

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Subbab ini akan berisi pembahasan mengenai cara kerja algoritma Welch- BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 ANALISIS Subbab ini akan berisi pembahasan mengenai cara kerja algoritma Welch- Powell dalam mewarnai simpul graf dan implementasinya dalam penyusunan jadwal ujian

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Graf

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Graf Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Graf Suatu graf G terdiri dari himpunan tak kosong terbatas dari objek yang dinamakan titik dan himpunan pasangan (boleh kosong) dari titik G yang dinamakan sisi. Himpunan

Lebih terperinci

GRAFIK (CHART) Aplikasi Manajemen Perkantoran B 1

GRAFIK (CHART) Aplikasi Manajemen Perkantoran B 1 GRAFIK (CHART) Grafik (Chart) biasanya sering digunakan untuk mengetahui suatu kenaikan atau penurunan dari angka-angka yang terjadi pada suatu data, apakah data tersebut semakin lama semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN SIMULASI

BAB 4 ANALISIS DAN SIMULASI BAB 4 ANALISIS DAN SIMULASI Pada bab empat ini akan menjelaskan mengenai hasil rancangan dari program aplikasi pengujian struktur aljabar, yaitu implementasi sistem dari rancangan program yang telah dibuat

Lebih terperinci