BAB IV PERANCANGAN 4.1 Kriteria Perancangan
|
|
- Yulia Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PERANCANGAN 4.1 Kriteria Perancangan Perancangan sistem crane pada gudang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan metode FIFO sebagaimana mestinya. Berdasarkan kriteria perancangan maka dasar perancangan menjadi hal utama yang harus dikonsep dengan baik. Dasar perancangan pada kasus ini harus disesuaikan dengan kondisi gudang yang telah tersedia di PT.Tansri Gani dan menjadi variabel penting dalam menentukan analisa pengambilan keputusan. Dasar perancangan penelitian ini bertumpu pada 8 hal berikut adalah: a) Pintu masuk-keluar gudang meliputi: 1. Jumlah pintu 2. Ukuran pintu b) Dari sisi barang meliputi: 1. Tinggi barang 2. Jumlah tumpukan 3. Pengelompokan barang c) Pengelolaan barang: 1. Penempatan barang 2. Identitas barang 3. Ukuran pallet Sebanyak 8 poin yang menjadi variabel pada kasus ini. Delapan poin ini 6 poin diantaranya yang dapat dijadikan sebagai pilihan mekanisme simulasi pada VB Excel. Pilihan-pilihan ini menjadi penentu dalam perubahan tata letak barang di gudang, tata letak crane, jalur masuk-keluar barang, biaya dan waktu yang menghasilkan seberapa besar efisiensi yang dapat dihasilkan dari pilihan ini. Dari pilihan yang tersedia, dipilih satu pada setiap kriteria disesuaikan dengan kondisi gudang. Pilihan secara otomatis menerapkan metode FIFO serta merancang sistem dengan jarak mobilisasi terdekat dengan pintu keluarnya barang di gudang. 32
2 33 Tabel 1. Pilihan-pilihan Pada Masing-masing Kriteria Mekanisme Mekanisme Penempatan Barang Pengelompokan Barang Penempatan Area Loading Barang Kebutuhan Pintu Masuk-Keluar Penempatan Crane Pilihan Priority on Column Priority on Row Penempatan Acak Acak Bedasarkan Tinggi Barang 1 Area Loading dan Menetap 1 Area Loading disetiap kelompok 1 Area Loading Flexible 1 Pintu 2 Pintu Dekat pintu masuk Dekat pintu keluar Ditempatkan di tempat akhir bergerak 4.2 Mekanisme Kerja Existing Mekanisme kerja dari rancangan ini membutuhkan aturan secara umum yang berlaku untuk forklift maupun crane. Berikut ini adalah mekanisme kerja secara umum ketika mengangkut barang masuk dan keluar gudang: a. Barang yang dimasukkan ke gudang selalu satu paket dengan palletnya. b. Barang yang masuk maupun keluar di data terlebih dahulu melalui sistem aplikasi atau pembukuan manual. c. Mesin pengangkut barang berjalan mengikuti aturan penempatan. d. Barang bisa langsung ditempatkan dengan prioritas blok kosong yang dekat dengan pintu keluar. e. Prioritas penempatan barang memenuhi tingkat pertama terlebih dahulu sampai penuh, baru bisa mengisi tingkat kedua. f. Tidak ada perpindahan blok penempatan barang jika tidak ada transaksi barang masuk ataupun keluar. g. Jenis barang yang dikeluarkan perlu diidentifikasi terlebih dahulu melalui aplikasi ataupun pembukuan manual untuk menentukan mana barang yang harus diambil dengan menggunakan prinsip FIFO.
3 34 h. Setelah lokasi diketahui, mesin pengangkut barang baru bisa bergerak ke blok barang yang harus diambil. i. Pergerakan menggunakan crane memiliki prinsip, jika barang berada di blok bawah, maka crane harus memindahkan barang blok atas terlebih dahulu ke area kosong terdekat, lalu mengambil barang blok bawah dan mengeluarkannya dari gudang lalu menempatkan kembali barang di area loading ke blok bawah yang sudah kosong sedangkan jika barang berada di blok atas maka, crane dapat langsung mengeluarkan barang tersebut dari gudang dengan jalur pengangkutan yang sudah ditentukan oleh aplikasi. j. Pergerakan menggunakan forklift memiliki prinsip, jika barang ada di bagian pojok blok, maka barang yang menutupi pojok blok harus terlebih dahulu ditempatkan ke area loading barang, ketika nanti barang yang sudah ada di pojok terambil, barang yang diletakkan di area loading barang dikembalikan ke tempat bagian pojok yang telah kosong. Sementara jika barang yang perlu diambil ada di pinggir laju forklift, maka barang tersebut bisa langsung diambil tanpa perlu membongkar barang lain karena posisinya tidak tertutupi barang lain. 4.3 Perancangan Fungsional Komponen Perancangan Fungsional Berikut ini adalah komponen yang diperlukan dalam perancangan fungsional: 1. Layout gudang Dibutuhkan untuk perancangan penempatan barang-barang pada gudang. 2. Crane Perangkat yang digunakan sebagai material handling yang digunakan pada barang yang ada di gudang. 3. Pallet Digunakan sebagai alat bantu pemindah crane dan berfungsi untuk meningkatkan kapasitas gudang khususnya untuk rancangan pallet terbaru.
4 35 4. Program Penentuan Pengaturan Proses Sebagai aplikasi yang digunakan untuk posisi barang dan posisi geraknya crane Mekanisme Pengelolaan Barang Mekanisme penempatan barang dibagi menjadi 3 macam namun hanya satu yang digunakan. Mekanisme yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Mekanisme Priority on Column Mekanisme ini adalah penempatan yang mendahulukan jalur kolom. Kolom yang menjadi penempatan pertama pada gudang adalah kolom yang dekat dengan pintu. Jika pintu berada di pojok kiri gudang, maka kolom yang terisi terlebih dahulu merupakan kolom kiri gudang begitupun sebaliknya. 2. Mekanisme Priority on Row Mekanisme ini adalah mekanisme mendahulukan penempatan di baris pertama penempatan barang pada gudang yang dekat dengan pintu terlebih dahulu. Sehingga jika pintu berada dibagian depan gudang, maka baris yang diisi paling terakhir merupakan baris paling belakang gudang atau bagian yang paling jauh dari pintu. Mekanisme inilah yang digunakan karena cocok dengan kondisi gudang yang hanya memiliki satu pintu. 3. Mekanisme Penempatan Secara Acak. Secara umum mekanisme ini menempatkan barang secara acak, tidak sesuai aturan dan hanya memprioritaskan penempatan di tempat kosong yang tersedia Parameter Acuan Rancangan a. Pengelompokan Barang Pengelompokan barang dibagi kembali ke dalam 2 mekanisme yaitu: 1. Mekanisme Pengelompokan Acak Mekanisme ini merupakan mekanisme yang mengikuti urutan masuk-keluar barang berdasarkan tempat yang kosong. Barang yang memasuki gudang langsung ditempatkan di spot kosong yang tersedia tanpa melihat
5 36 pengelompokan spesifikasi maupun perencanaan kapan akan dikeluarkannya. 2. Mekanisme Pengelompokan Berdasarkan Tinggi Barang Mekanisme ini merupakan mekanisme yang mengelompokkan barang berdasarkan tinggi barang. Pengelompokkan yang digunakan pada kasus kali ini adalah mekanisme pengelompokan berdasarkan tinggi barang, karena tinggi gudang yang tersedia mempengaruhi susunan penempatan barang. b. Penempatan Area Loading Barang Penempatan area ini dibagi ke dalam 3 pilihan dan dipilih yang paling efektif dan efisien berdasarkan hasil dari simulasi. Berikut ini adalah pilihannya: 1. Hanya 1 area loading dan menetap. 2. Terdapat 1 area loading disetiap kelompok. 3. Area loading fleksibel. c. Kebutuhan Pintu Masuk-Keluar Pintu masuk dan keluar juga menggunakan dua mekanisme diasumsikan satu pintu hanya muat memasukkan/mengeluarkan 1 pallet produk dan dipilih mekanisme terefektif dan efisien berdasarkan dari simulasi. Mekanismenya yaitu: 1. Pintu masuk dan keluar digabung dalam 1 pintu. 2. Pintu masuk dan keluar memiliki masing-masing tempat. d. Penempatan Crane Penempatan crane dibagi menjadi tiga pilihan mekanisme yaitu: 1. Dekat pintu masuk 2. Dekat pintu keluar 3. Ditempatkan di tempat terakhir bergerak 4.4 Analisis Teknik Analisis Volume Gudang Kapasitas gudang dihitung menggunakan rumus volume ruang karena gudang pada studi kasus memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi. Kondisi gudang merupakan gabungan dari sejumlah ruang yang berbentuk balok. Persamaan yang digunakan adalah:
6 37 Vtotal = V1 + V2 + V3 + + Vn..(1) Vtotal = (p. l. t)1 + (p. l. t)2 + (p. l. t)3 + + (p. l. t)n..(2) Dimana: Vtotal = Volume total gudang (m 3 ) p = Panjang gudang (m) l = Lebar gudang (m) t = Tinggi gudang (m) Analisis Kapasitas Gudang Gudang yang dirancang, dapat menyimpan barang secara bertingkat, dimana terdapat lebih dari satu lapisan tingkat barang yang bisa disusun di dalam gudang. Kapasitas gudang merupakan jumlah maksimum barang yang dapat disimpan dalam satuan pallet. Tingkat pertama merupakan tempat peletakan barang di atas lantai gudang. Kapasitas pada tingkat kedua berbeda dari kapasitas tingkat pertama, jumlahnya lebih sedikit dikarenakan harus disediakan jalur untuk crane, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada Lampiran 2, tingkat pertama berwarna biru, sedangkan yang dapat diisi oleh tingkat kedua berwarna merah, sehingga luasan penyimpanan tingkat dua, sebesar 45,3% dari lantai pertama. Kapasitas gudang tingkat pertama merupakan total kapasitas gudang yang telah dikurangkan dengan luas area loading barang yang telah dihitung. Persamaan yang digunakan adalah: TKTP = LKG LAL Dimana : TKTP = Total kapasitas tingkat pertama (pallet) LKG = Luas keseluruhan gudang (m 2 ) LAL = Luas area loading (m 2 ) Dengan rancangan pada tingkat kedua harus disediakan jalur crane maka dihitung kapasitas tingkat kedua yang tentunya memiliki besaran lebih kecil daripada kapasitas pada tingkat pertama. Untuk kasus ini, diasumsikan hanya ada dua tingkat penyimpanan karena diasumsikan tidak merubah bentuk awal gudang Analisis Rute Crane Rute crane dianalogikan pada frekuensi gerak per langkah setiap kolom dan baris Excel hingga menjadi suatu jalur. Jalur tersebut menjadi penentu perhitungan jarak tempuh masuk-keluar produk. Selain itu menjadi acuan utama dalam perhitungan biaya dan waktu yang dibandingkan dengan kondisi jarak tempuh awal
7 38 dengan asumsi biaya dan waktu yang sama. Perhitungannya pada program menggunakan VBA. Tabel 2. Asumsi Analisa Biaya dan Waktu Jenis Gerakan Frekuensi Langkah Biaya dan Waktu Horizontal x m Vertikal y n Total mx + ny Perancangan Pallet Perancangan pallet dibutuhkan dalam rangka penggunaan crane. Rancangan pallet haruslah terbuat dari bahan yang kuat. Prosedur penumpukan barang yang ditetapkan oleh PT. Tansri Gani dibatasi hanya 2 tingkat. Prosedur dibuat karena pada kondisi sekarang, tumpukan barang yang ada di tingkat atas ditahan oleh barang pada tingkat bawah sehingga jika tumpukan ditambah maka mempengaruhi kualitas produk yang berada di tingkat bawah. Saat ini pun penyimpanan barang sudah menggunakan pallet namun memiliki kekurangan: 1. Pallet mudah terpisah dari produk. 2. Pallet hanya melindungi salah satu sisi produk yaitu bagian dasar. 3. Jika ditumpuk pallet menimpa produk bagian bawah yang bisa mempengaruhi kualitas produk. 4. Pallet tidak memiliki kait khusus yang dapat disambungkan dengan crane. Kondisi tersebut memerlukan desain ulang pallet dengan mempertimbangkan beberapa aspek dari perubahan metode yang diterapkan di gudang. Hasil dari desain ulang pallet hanya berupa kriteria Pembuatan Sistem Identifikasi Barang Sistem ini dibuat dengan simulasi VBA, maka diperlukan spesifikasi barang pada saat masuk maupun keluar. Pada saat barang masuk, dibutuhkan data tipe barang, tipe tinggi barang, jumlah barang per pallet, serta tanggal masuk. Sedangkan ketika barang keluar dibutuhkan data tipe barang serta jumlah yang dibutuhkan untuk dikeluarkan, yang nantinya sistem menuntun crane ke arah
8 39 barang yang sesuai dengan permintaan, dan barang teridentifikasi memiliki tanggal masuk ke gudang yang paling awal untuk tipe yang dikehendaki. Nomor seri merupakan salah satu data yang di input dalam sistem. Nomor seri merupakan nomor unik yang menunjukkan kloter masuknya setiap barang, dimana nomor seri selalu kembali ke nomor satu setiap harinya. Setiap barang memiliki nomor seri yang sama jika barang tersebut masuk ke dalam satu waktu kloter yang sama, meskipun barang tersebut memiliki tipe barang yang berbeda. Logika Program Penentuan Pengaturan Proses Logika program yang dirancang memiliki beberapa sub program utama: 1. Penempatan tempat letak barang Penempatan barang dirancang memiliki dua tingkat. Tingkat pertama full seluruh blok penempatan dapat terisi penuh, namun pada tingkat kedua tidak full, terdapat beberapa blok yang dikosongkan sebagai jalur mobilisasi crane. Barang yang masuk ke dalam gudang selalu diletakkan yang paling dekat dengan pintu keluar, sehingga aplikasi yang dirancang ketika mendapatkan perintah untuk memasukkan barang maka sistem yang bekerja mengecek blok penempatan yang kosong yang dekat dengan pintu terlebih dahulu, sistem terus melakukan cek hingga jika saat melakukan cek tidak ada blok yang kosong maka artinya blok penempatan telah penuh, sehingga barang yang dimasukan ke dalam gudang tidak dapat dimasukkan. Setiap barang yang masuk memiliki identitas waktu, jenis barang serta nomor seri barang. 2. Penetapan barang yang harus dikeluarkan dari gudang Ketika aplikasi menerima perintah untuk mengeluarkan barang, maka sistem mengecek barang jenis apa yang diminta. Setelah diketahui jenis barangnya, maka sistem melacak jenis barang tersebut di database yang memiliki tanggal yang paling tua, sehingga barang tersebutlah yang harus keluar. Jika barang tersebut berada pada posisi tingkat 2 penempatan barang, maka barang dapat langsung diangkut oleh crane dan dibawa hingga ke pintu keluar. Jika barang yang harus keluar ada pada tingkat 1, maka barang di tingkat 2 harus diletakkan di area loading barang terlebih dahulu,
9 40 setelahnya crane mengangkut barang yang harus dikeluarkan, lalu crane kembali lagi mengangkut barang di area loading dan ditempatkan ke tingkat 1 yang telah kosong pada blok penempatan semula. 3. Langkah dari pintu ke blok penempatan Alur proses masuknya barang secara praktis disajikan pada algoritma Gambar 8. Mulai Kedatangan Barang Ya Memasukkan Data Barang. Tipe A? Tidak Kategori A Kategori B Cek Tempat Kosong Blok A yang Dekat Pintu Keluar Cek Tempat Kosong Blok B yang Dekat Pintu Keluar Menemukan Tempat Kosong Barang Ditempatkan Selesai Gambar 8. Algoritma Langkah dari Pintu Ke Blok Penempatan
10 41 Pintu gudang hanya satu pintu dan mengacu pada FIFO, maka prioritas penempatan barang menggunakan priority corner, yang berarti penempatan barang diprioritaskan dekat dengan pintu keluar. Pada VBA, simulasi masuknya barang terlihat memenuhi lantai pertama terlebih dahulu hingga penuh. Setelahnya, lantai kedua akan terisi secara otomatis. Hal tersebut berlaku pada gudang bagian depan maupun bagian belakang. 4. Langkah dari Blok Tempat ke Pintu Gudang Alur proses keluarnya barang secara sistem ditunjukkan pada algoritma Gambar 9 di bawah ini. Mulai Ya Kategori A Data Barang. Tipe A? Tidak Kategori B Cek Barang Waktu Terlama di Gudang Ya Ambil Barang Keluarkan Barang Apakah Barang di Tumpukan Atas? Tidak Pindahkan Barang Tumpukan Atas Keluarkan Barang Tumpukan Bawah Kembalikan Barang Tumpukan Atas ke Tumpukan Bawah Update Posisi Barang Terbaru pada Database Selesai Gambar 9. Algoritma Langkah dari Blok Tempat ke Pintu Keluar
11 42 Awalnya sistem perlu memasukkan spesifikasi barang apa yang akan dikeluarkan, lalu sistem mencari barang tipe tersebut yang paling lama menempati gudang, jika barang berada di lantai atas maka barang bisa langsung dikeluarkan, jika barang berada di tumpukan bawah, maka secara otomatis barang yang ada ditumpukkan atasnya akan dipindahkan dulu ke tempat terdekat yang tidak mengganggu jalur keluarnya barang. Lalu barang di tumpukkan bawah tersebut dikeluarkan terlebih dahulu, usai dikeluarkan barang yang dipindahkan sementara tadi akan ditempatkan di tumpukkan bagian bawah pada tempat sebelumnya. Urutan pemasukkan barang secara FIFO asumsi gudang keadaan kosong dapat dilihat pada Lampiran 19, 20, dan Batasan dan Asumsi dalam Perancangan Perancangan ini dibuat dengan sejumlah batasan dan asumsi dengan tujuan memberikan kemudahan pada tahap awal perancangan. Batasan dan asumsi dimaksud dijelaskan pada sub bab di bawah ini Batasan 1. Pintu Gudang Gudang hanya memiliki 1 pintu. 2. Tipe Barang Tipe barang hanya ada 2 yaitu A dan B yang dibedakan dari ukuran tinggi barang per pallet. 3. Gerak Crane Gerak crane pada penelitian ini memiliki batasan. Crane bergerak horizontal baik pada arah sumbu x dan y, serta gerak arah vertikal pada sumbu z crane Crane tidak dapat bergerak horizontal diagonal atau diagonal vertikal. 4. Prioritas Penempatan Prioritas penempatan yang dirancang memiliki batasan prioritas penempatan pada lantai pertama dan mengisi baris pertama yang paling dekat dengan pintu keluar dengan urutan pengisian horizontal. Prioritas penempatan barang dapat dilihat pada Lampiran 19, 20, dan 21 dengan asumsi gudang dalam keadaan kosong.
12 43 5. Perpidahan Barang Sementara Perpindahan barang pada penelitian ini memiliki batasan jika barang sementara dipindahkan, maka setelah barang yang diperlukan telah diambil, barang sementara tersebut dikembalikan ke tempat semula oleh crane. Kasus tersebut terjadi ketika barang yang mau diambil berada pada posisi lantai 1, maka barang pada lantai 2 dipindahkan terlebih dahulu ke area kosong terdekat, setelahnya barang lantai 1 tersebut diambil, lalu crane kembali lagi untuk memindahkan barang di area kosong terdekat tersebut ke blok lantai 1 yang telah kosong. 6. Simulasi Aplikasi Simulasi aplikasi yang telah dibuat tidak dapat langsung diaplikasikan pada penggunaan alat crane secara teknis, diperlukan upgrade kemampuan aplikasi yang lebih kompleks dalam penggunaannya secara teknis. 7. Rancangan Pallet Rancangan pallet pada penelitian ini tidak memenuhi standar ISO pallet yang tersedia dipasaran dikarenakan penelitian ini terbatas pada tidak mengubah kondisi gudang kekinian. 8. Konsekuensi Pergantian Teknis pergantian metode material handling dari forklift ke crane tidak dibahas, termasuk mengenai kesebandingan antara harga pembelian crane dengan harga penjualan forklift. Demikian pula halnya dengan perbandingan efisiensi energi listrik antara penggunaan forklift dan crane Asumsi Rancangan sistem pengelolaan gudang ini mensyaratkan adanya dukungan fasilitas fisik yang secara teknis perlu dinyatakan dalam beberapa asumsi sebagai berikut: 1. Setiap satu kali proses masuk/keluar barang, crane hanya mengangkat satu jenis barang dengan satuan pallet.
13 44 2. Perpindahan barang sementara hingga ketempat yang dituju memiliki harga dimana harga tersebut masuk ke dalam harga barang yang dikeluarkan dari gudang. 3. Asumsi rancangan crane yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis hoist crane. Rel yang dapat digunakan adalah rel jenis runway atau girder karena lebar gudang bagian depan dan belakang berbeda. Rel tersebut menjadi jalur bagi bridge crane agar bridge crane dapat berjalan ke tempat yang memiliki beda lebar ruang. Tinggi gudang blok B lebih pendek dibandingkan blok A sehingga runway dari blok A menuju blok B harus dibuat menurun dengan selisih 50 cm. Meskipun ketika crane berjalan ke blok B tingginya turun sebesar 50 cm, crane tetap dapat bekerja di blok B karena dimensi barang blok B lebih kecil dibandingkan barang di blok A. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Asumsi Crane yang Digunakan Sumber: Asumsi rancangan pallet yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis pallet kandang, berbentuk seperti sarang burung berdimensi persegi yang disesuaikan tingginya dengan barang dan dimodifikasi memiliki kait dibagian atasnya yang dicocokkan dengan permukaan kait hoist crane agar barang dapat diangkut masuk-keluar gudang beserta
14 45 palletnya. Asumsi rancangan pallet yang dapat digunakan dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Asumi Pallet yang Digunakan Sumber:
15 46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pintu Masuk-Keluar Gudang Semenjak awal dibangunnya Gudang FG Ciracas, gudang ini memiliki dua pintu. Pintu tersebut terletak di bagian depan dan belakang gudang. Awalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pergudangan sangat dibutuhkan oleh industri apapun, baik industri yang bergerak di bidang jasa, ataupun manufaktur. Gudang merupakan bagian dari sistem logistik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian pemilihan sistem pergudangan yang efektif ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2016 di Gudang Finish Good (FG) PT.
Lebih terperinciJatinangor, Juni 2017 Penulis
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, dan kasih sayang-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perancangan Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan setiap proses produksi (Dionisius Narjoko, 2013). Sistem pergudangan yang baik adalah sistem pergudangan yang mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia semakin terintegrasi dengan perekonomian global. Persaingan yang terjadi di sektor industri semakin pesat, hal tersebut memicu para pengusaha
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT Heksatex Indah adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil rajut lusi (Warp Knitting). Masalah yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah operator mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas
Lebih terperinciPERANCANGAN TATA LETAK DAN PALLET RACKING SYSTEM SEBAGAI PENDUKUNG PENGENDALIAN BARANG DI GUDANG PRODUK JADI (Studi Kasus PT. Tiara Kurnia Malang)
PERANCANGAN TATA LETAK DAN PALLET RACKING SYSTEM SEBAGAI PENDUKUNG PENGENDALIAN BARANG DI GUDANG PRODUK JADI (Studi Kasus PT. Tiara Kurnia Malang) LAYOUT AND PALLET RACKING SYSTEM DESIGN FOR SUPPORTING
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri farmasi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, penulis menemukan bahwa storage yang bermasalah adalah storage Unit 1. Pada storage Unit
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISIS
BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Analisis Metode Shared Storage Shared storage merupakan metode pengaturan tata letak ruang gudang dengan menggunakan prinsip FIFO (First In First Out) dimana barang yang paling
Lebih terperinciMATERIAL HANDLING. Materi Kuliah Ke-7 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS. Dimas Yuwono Wicaksono, ST., MT.
MATERIAL HANDLING Materi Kuliah Ke-7 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS Dimas Yuwono Wicaksono, ST., MT. dimas_yw@yahoo.com Definisi Seni dan ilmu pengetahuan dari perpindahan, penyimpanan, perlindungan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT.GISTEX merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang terbesar di Bandung, yang berfokus pada produksi tekstil dan garmen (fashion). Setelah melewati beberapa tahun dalam melakukan pengembangan
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Tata Letak Gudang Bahan Baku Peletakan bahan baku pada kavling untuk saat ini belum ada peletakan yang tetap. Bahan baku yang datang diletakkan pada tempat
Lebih terperinci5.3 Perhitungan Jumlah Kebutuhan Rak Saat Ini Perhitungan Utilisasi Saat Ini Perhitungan Utilisasi Rak Saat Ini
Abstrak PT. Eigerindo Multi Produk Industri adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi tas dengan merk Eiger dan Bodypack. Perusahaan juga memproduksi dompet, topi, sepatu, sandal, jam tangan dan lain-lain
Lebih terperinciPENENTUAN LUAS LANTAI PERTEMUAN #9 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS
PENENTUAN LUAS LANTAI PERTEMUAN #9 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Menerapkan
Lebih terperinciPembahasan Materi #10
1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan 2 Dasar Penentuan Pertimbangan Penentuan Desain Fasilitas Pertimbangan Desain Fasilitas Luas Lantai (Gudang Bahan Baku, Mesin, Gudang Bahan Jadi, Perkantoran)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang menggunakan manusia sebagai
Lebih terperinciDefinisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material
Definisi 1. Material handling adalah ilmu dan seni memindahkan, menyimpan, melindungi, dan mengontrol/ mengawasi material. 2. Material handling merupakan penyediaan material dalam jumlah yang tepat, pada
Lebih terperinciAplikasi Surat Keluar Masuk Versi 1.0
Aplikasi Surat Keluar Masuk Versi 1.0 1 Implementasi Bagian ini menjelaskan kebutuhan pengguna untuk membuat Aplikasi Surat Keluar Masuk Studi Kasus Biro Kerjasama Dan Kemahasiswaan Bagian ini juga menjelaskan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Pesawat Pengangkat Banyak jenis perlengkapan pengangkat yang tersedia membuatnya sulit digolongkan secara tepat. Penggolongan ini masih dipersulit lagi oleh kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan industri yang pesat, baik industri yang berskala besar maupun industri menengah ke bawah. Pengaruh perkembangan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS 5.1. Analisis Tata letak Awal
BAB V ANALISIS Perencanaan ulang tata letak fasilitas dan aliran material merupakan permasalahan yang sering muncul pada sebuah lantai produksi. Proses yang kompleks dengan melibatkan semua stasiun kerja
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT. Delapan Empat Sakti merupakan perusahaan dibawah naungan Internal Group terletak di kota Bandung, Jawa Barat. Perusahaan ini memproduksi sprei dan bedcover. Masalah yang dihadapi perusahaan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN
BAB III ANALISIS, ALGORITMA, DAN CONTOH PENERAPAN 3.1 Analisis Berdasarkan cara menghitung besaran-besaran yang telah disebutkan pada Bab II, diperoleh perumusan untuk besaran-besaran tersebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan dalam hal mengenai bahan yang akan diproses menjadi suatu produk bagi perusahaan industri merupakan hal penentu dalam kelancaran produksinya, maka perlu
Lebih terperincidi CV. NEC, Surabaya
Perbaikan Tata Letak Gudang Mesin Fotokopi Rekondisi di CV. NEC, Surabaya Indri Hapsari 1 dan Albert Sutanto 2 Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut Surabaya Email: indri@ubaya.ac.id
Lebih terperinciPERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA
PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA Indri Hapsari, Benny Lianto, Yenny Indah P. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya Email : indri@ubaya.ac.id PT. JAYA merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri di bidang manufaktur khususnya di Indonesia dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri di bidang manufaktur khususnya di Indonesia dan sekitarnya telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam
BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam disebabkan oleh
Lebih terperinci1. Biaya Investasi: - Harga pembelian - Harga komponen alat bantu - Biaya instalasi 2. Biaya operasi: - Biaya perawatan - Biaya bahan bakar - Biaya
1. Biaya Investasi: - Harga pembelian - Harga komponen alat bantu - Biaya instalasi 2. Biaya operasi: - Biaya perawatan - Biaya bahan bakar - Biaya jaminan tenaga kerja (upah dan jaminan kecelakaan) 3.
Lebih terperinciBAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM
BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. KONE MiniSpace TM KONE Minispace TM adalah lift dengan pengimbang menggunakan EcoDisc, motor sinkronisasi tanpa perseneling yang digerakkan oleh suatu penggerak frekuensi variable.
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
14 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Metode Material Handling 4.1.1 Faktor Peralatan Material Handling yang digunakan Metode yang di gunakan untuk mengirim part dari part preparation ke Line Assembling Engine
Lebih terperinciPERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PENYIMPANAN PRODUK PT PIPA BAJA DENGAN METODE DEDICATED STORAGE
PERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PENYIMPANAN PRODUK PT PIPA BAJA DENGAN METODE DEDICATED STORAGE Yhongki Feryndra Nugraha 1) dan Moses Laksono Singgih 2) 1) Program Magister Manajemen Teknologi, Institut
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dilakukan implementasi dan pengujian terhadap aplikasi yang dibangun. Tahapan ini dilakukan setelah analisis dan perancangan selesai dilakukan dan selanjutnya
Lebih terperinci8/4/2010. Oleh : Rahmad Harjono Dosen Pembimbing : Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng.
Perancangan Tata-Letak Gudang Untuk Meminimumkan Jumlah Produk yang Tidak Tertampung Dalam Blok dan Efisiensi Aktivitas Perpindahan Barang (Studi Kasus : Divisi Penyimpanan Produk Akhir PT. ISM BOGASARI
Lebih terperinciBAB III PEMBUATAN MODEL BATUAN DAN PERHITUNGAN BESARAN FISIS MODEL. 3.1 Pengujian Model dengan Menggunakan Metode Selular Automata
BAB III PEMBUATAN MODEL BATUAN DAN PERHITUNGAN BESARAN FISIS MODEL 3.1 Pengujian Model dengan Menggunakan Metode Selular Automata 3.1.1 Pencarian Titik Masuk Awal dan Titik Akhir Pada tahap awal program,
Lebih terperinciManual Penggunaan Algoritma Evolusi Diferensial untuk Mengoptimasikan Tata Letak Fasilitas Komarudin
Manual Penggunaan Algoritma Evolusi Diferensial untuk Mengoptimasikan Tata Letak Fasilitas Komarudin Laboratorium Rekayasa, Simulasi dan Pemodelan Sistem Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi dan Pengolahan Data Hasil ekstrasi data yang penulis peroleh dari lapangan antara lain : 1) Ekstrasi data mesin, dapat dilihat pada halaman lampiran (halaman 99)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri-industri kini kian berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diindonesia. Pertambahan jumlah penduduk membuat daya beli dari suatu produk menjadi
Lebih terperinciUsulan Perbaikan Tata Letak Gudang Produk Drum Oli Menggunakan Metode Dedicated Storage Di PT XYZ
Usulan Perbaikan Tata Letak Gudang Produk Drum Oli Menggunakan Metode Dedicated Storage Di PT XYZ Tb Muhamad Arif Aliudin 1, Muhammad Adha Ilhami 2, Evi Febianti 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas
Lebih terperinciOptimasi Jarak dan Waktu Material Handling dengan Perbaikan Layout Berdasarkan Class Based Storage dan Simulasi
Petunjuk Sitasi: Tama, I. P., ndriani, D. P., & Putri, N.. (0). Optimasi Jarak dan Waktu Material Handling dengan Perbaikan Layout Berdasarkan Class Based Storage dan Simulasi. Prosiding SNTI dan STELIT
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berikut ini merupakan simpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis, yaitu: 1. Tata letak awal pada gudang produk jadi PT Amico Primarasa belum optimal dalam
Lebih terperinciUsulan Tata Letak Gudang Untuk Meminimasi Jarak Material Handling Menggunakan Metode Dedicated Storage
Jurnal Teknik Industri, Vol.1,.1, Maret 2013, pp.29-34 ISSN 2302-495X Usulan Tata Letak Gudang Untuk Meminimasi Material Handling Menggunakan Metode Dedicated Storage Ayunda Prasetyaningtyas A. 1, Lely
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Perusahaan PT PINDAD merupakan perusahaan industri dan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan produk militer komersial di Indonesia. Salah satu produk yang dibuat oleh perusahaan ini adalah kendaraan
Lebih terperinciMEKANISME KERJA JIB CRANE
JIB CRANE DEFINISI JIB CRANE Jib Crane adalah jenis crane di mana anggota horisontal (jib atau boom), mendukung bergerak hoist, adalah tetap ke dinding atau ke tiang lantai-mount. Jib dapat ayunan melalui
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menerapkan kombinasi algoritma NN dan metode heuristik untuk membuat program bagi kasus Sequential 2L-CVRP dengan memberikan usulan rute dan peletakan barang
Lebih terperinciIndustrial Management Implementasi Penempatan dan Penyusunan Barang di Gudang Finished Goods Menggunakan Metode Class Based Storage
Industrial Engineering Journal Vol.5.2 (2016) 11-16 ISSN 2302 934X Industrial Management Implementasi Penempatan dan Penyusunan Barang di Gudang Finished Goods Menggunakan Metode Class Based Storage Basuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia sekarang ini memiliki proyek pembangunan dalam banyak jenis. Proyek pembangunan pembangunan yang paling umum dijumpai adalah proyek pembangunan industri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan metode atau cara untuk memenangkan persaingan. Pengaturan tata letak dari fasilitas produksi dan area kerja merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang akan kita hadapi membawa perubahan besar pada berbagai aspek kehidupan, khususnya pada kehidupan berbisnis. Dengan semakin terbukanya pasar global
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)
TM. 091486 - Manufaktur TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) Cipto Adi Pringgodigdo 2104.100.026 Dosen
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT Setelah proses perancangan selesai, maka dalam bab ini akan diungkapkan dan diuraikan mengenai persiapan komponen, peralatan yang dipergunakan, serta langkah-langkah praktek.
Lebih terperinciKelas IV MI Assa adah Ulujami
Kelas IV MI Assa adah Ulujami Mengenal Fungsi Menu & Ikon Microsoft Excel Menu Bar Toolbar Standar Cell Pointer Formula Bar Colum Heading Toolbar Formating Row Heading Lembar Kerja Scroll Bar Menu Bar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem logistik yang bertanggungjawab akan perpindahan material antar fasilitas. Distribusi berperan dalam membawa
Lebih terperinciPraktikum Excel_7 (DATABASE & PIVOT TABLES) Ari Wibowo 2009
Pengertian Database Database (Manajemen Data) adalah manajemen pengelolaan data model relasional, yang terdiri dari lajur kolom dan baris. Database terdiri dari Field yaitu struktur data yang merupakan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN Pada bab ini akan dijelaskan proses pengujian, hasil, dan analisis dari hasil pengujian. Ada tiga bagian yang diuji, yaitu perangkat keras, perangkat lunak,
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE CRAFT SEBAGAI USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMASI ONGKOS DAN JARAK MATERIAL HANDLING
PENGGUNAAN METODE CRAFT SEBAGAI USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMASI ONGKOS DAN JARAK MATERIAL HANDLING PADA PT JEMBO ENERGINDO TANGERANG Disusun Oleh: Dian Puspa Haruniasari/32412034
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata letak material handling dan pengaturan letak fasilitas memiliki peran penting dalam dunia industri. Tujuan dari tata letak adalah untuk memberikan efektifitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan Tata Letak Fasilitas merupakan suatu kegiatan yang dimana penempatan suatu departemen dan sub departemennya diletakkan sesuai kebutuhan yang diinginkan
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KONSEP
Lebih terperinciAplikasi Persediaan dengan Excel
1 Aplikasi Aplikasi Persediaan Persediaan dengan dengan Excel Excel APLIKASI PERSEDIAAN DENGAN EXCEL PENDAHULUAN Laporan persediaan merupakan informasi penting dalam pengelolaan persediaan, Informasi penting
Lebih terperinciLUAS LANTAI KEGIATAN PRODUKSI & NON PRODUKSI/PELAYANAN
LUAS LANTAI KEGIATAN PRODUKSI & NON PRODUKSI/PELAYANAN 124 Penetapan Luas Lantai Tata letak pabrik pada dasarnya merupakan penempatan dan pengaturan dari bermacammacam fasilitas produksi yang ada. Pengaturan
Lebih terperinciANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI
BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI Penelitian sistem prefabrikasi ini berawal dari terjadinya peningkatan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal, yang terjangkau dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu perusahaan adalah pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Peningkatan pembangunan tersebut berlangsung diberbagai bidang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan konstruksi pada masa sekarang mengalami kemajuan yang sangat pesat. Peningkatan pembangunan tersebut berlangsung diberbagai bidang, misalnya pembangunan
Lebih terperinciGambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks
BAB 4 HASIL DA A ALISA Banyak komponen mesin yang memiliki bentuk yang cukup kompleks. Setiap komponen tersebut bisa jadi memiliki CBV, permukaan yang berkontur dan fitur-fitur lainnya. Untuk bagian implementasi
Lebih terperinciPETA DARI KE & ONGKOS MATERIAL HANDLING PRAKTIKUM VI TIM ASISTEN PLO 2015
PETA DARI KE & ONGKOS MATERIAL HANDLING PRAKTIKUM VI TIM ASISTEN PLO 2015 DEFINISI Material handling merupakan salah satu jenis transportasi (pengangkutan), yang digunakan untuk memindahkan bahan baku,
Lebih terperinciPERANCANGAN TATALETAK GUDANG DENGAN METODA DEDICATED STORAGE LOCATION POLICY (Studi Kasus : PT. X)
PERANCANGAN TATALETAK GUDANG DENGAN METODA DEDICATED STORAGE LOCATION POLICY (Studi Kasus : PT. X) Reinny Patrisina 1, Indawati 2 1) Studio Tata Letak Fasilitas Pabrik Jurusan Teknik Industri Fakultas
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DATA DAN HASIL
BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL 5.1 Analisis Data Penentuan Kapasitas Gudang Finished Goods yang Optimal Dari data jumlah pallet yang dibutuhkan untuk stock akhir bulan dan kapasitas gudang sebelum penelitian,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gudang Gudang adalah sebuah fasilitas yang berfungsi untuk mendukung produk dalam proses manufaktur, mengurangi biaya transportasi, membantu mempersingkat waktu dalam merespon
Lebih terperinciDESAIN SISTEM AKUNTANSI TERINCI
Minggu 8 DESAIN SISTEM AKUNTANSI TERINCI Sub pokok bahasan : 1) Desain Output terinci a. Bentuk laporan b. Pedoman desain laporan c. Alat-alat desain output terinci d. Mengatur tata letak isi output e.
Lebih terperinciBab 3 Algoritma Feature Pengurangan
Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Sebelum membahas pemodelan produk berbasis yang disusun berdasarkan algoritma pengurang terlebih dahulu akan dijelaskan hal-hal yang mendasari pembuatan algoritma tersebut,
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. algoritma djikstra, beberapa kebutuhan yang diperlukan meliputi : f. Menyimpan data titik, garis dan gambar
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Kebutuhan Aplikasi Untuk membangun aplikasi lintasan terpendek dengan menggunakan algoritma djikstra, beberapa kebutuhan yang diperlukan meliputi : a.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.
33 BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS SISTEM
BAB III ANALISIS SISTEM Analisa terhadap sistem yang sedang berjalan adalah suatu kegiatan untuk mempelajari interaksi sistem yang terdiri atas pelaku proses dalam sistem, prosedur, dan data serta informasi
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Kerangka pemecahan masalah atau biasa disebut dengan metodologi penelitian adalah suatu proses berpikir dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data baik melalui
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Departemen Pekerjaan Umum Departemen Pekerjaan Umum, biasa disebut Departemen PU, sempat bernama "Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah" (1999-2000)
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. dan memudahkan dalam pengembangan sistem selanjutnya. Tujuan dari analisa
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN.1. Analisis Sistem Dalam perancangan sebuah sistem diperlukan analisis untuk keperluan sistem. Dengan adanya analisis sistem, sistem yang dirancang diharapkan akan lebih
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN ANALISA
BAB V HASIL DAN ANALISA Dalam bab ini akan dikemukakan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan pada bab IV dan kaitannya dengan teori yang menjadi landasan dalam pengolahan data tersebut.
Lebih terperinciABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT X adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang agri-food. Unit perusahaan di Cirebon sebagai tempat penelitian menghasilkan produk pakan ternak, berbentuk tepung, crumble dan pellet. Permasalahan
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data Dalam proses penulisan skripsi mengenai perancangan tata letak ini, penulis mengumpulkan dan menyusun data-data yang berhasil dikumpulkan oleh penulis.
Lebih terperinciSOAL-JAWAB MATEMATIKA PENCACAHAN
SOAL-JAWAB MATEMATIKA PENCACAHAN Soal 1 Tersedia angka-angka 1, 2, 3, 7, 8, 9. a) Dari angka-angka tersebut disusun bilangan terdiri dari tiga angka berbeda. Berapa banyaknya bilangan yang dapat disusun?
Lebih terperinciOleh: CINDY IKA YULI ANDARINI ( ) PEMBIMBING I: Ir. YERRY SUSATIO, MT. PEMBIMBING II: Ir. HERI JUSTIONO
Oleh: CINDY IKA YULI ANDARINI (2409 105 012) PEMBIMBING I: Ir. YERRY SUSATIO, MT. PEMBIMBING II: Ir. HERI JUSTIONO Peralatan pengangkat bahan digunakan unuk memindahkan muatan di lokasi atau area, departemen,
Lebih terperinciAnalisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai
Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Soft cor ini dipasang sepanjang keliling area yang akan dicor, dengan kata lain pembatas area yang sudah siap di cor dengan area yang belum siap. 46 Pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurangi kulitas barang/produk yang dihasilkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang terjadi hampir di seluruh bidang industri yang sangat ketat, memaksa setiap perusahaan melakukan efisiensi dalam segala kegiatan proses produksinya
Lebih terperinciIMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dilakukan implementasi dan pengujian terhadap aplikasi yang dibangun. Tahapan ini dilakukan setelah analisis dan perancangan selesai dilakukan dan selanjutnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memerlukan adanya persediaan bahan baku ataupun material lainnya. Untuk mendukung hal ini maka dibutuhkan tempat penyimpanan. Tempat penyimpanan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT Setelah proses perancangan selesai, maka dalam bab ini akan diungkapkan dan diuraikan mengenai persiapan komponen, peralatan yang dipergunakan, serta langkah-langkah praktek.
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN. 3.1 Desain Alur Penentuan Keputusan Robot
BAB 3 PERANCANGAN 3.1 Desain Alur Penentuan Keputusan Robot Aplikasi ini bertujuan untuk menentukan perilaku robot yang diinginkan dalam pertandingan sepak bola antar robot. Dari berbagai kondisi lapangan,
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang telah dibuat sebelumnya, sehingga diharapkan dengan adanya implementasi ini
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi program merupakan implementasi dari hasil analisis dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya, sehingga diharapkan dengan adanya implementasi
Lebih terperinciPerancangan Ulang Fasilitas Produksi Menggunakan 2-OptAlgorithm Di PT. XYZ ABSTRAK
Perancangan Ulang Fasilitas Produksi Menggunakan 2-OptAlgorithm Di PT. XYZ Setiawan Adi Nugroho 1,Evi Febianti 2, Bobby Kurniawan 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa San.5424@yahoo.com
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian deskriptif (Narbuko dan Achmadi, 2008) adalah jenis penelitian yang berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, dapat dirasakan bahwa teknologi mengalami perkembangan yang cukup pesat. Banyak sekali inovasi di masa kini yang dapat kita gunakan untuk
Lebih terperinciPEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA
PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA 1. Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode, yaitu metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat sekaligus memindahkan muatan yang dapat digantungkan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville,
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pengembangan perangkat lunak dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, yang terbagi atas 4
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan)
Lebih terperinciorganisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan. Tata atur ruang pusat perbelanjaan
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Tata Atur Ruang Pusat perbelanjaan kerajinan Konsep tata atur ruang pusat perbelanjaan kerajinan dihasilkan dan organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan.
Lebih terperinci