PENGGUNAAN PROGRAM BILANGAN BULAT UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PEMOTONGAN KAYU DI PT. INDO VENEER UTAMA SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN PROGRAM BILANGAN BULAT UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PEMOTONGAN KAYU DI PT. INDO VENEER UTAMA SURAKARTA"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN PROGRAM BILANGAN BULAT UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PEMOTONGAN KAYU DI PT. INDO VENEER UTAMA SURAKARTA oleh SWARGADI RIFKY HABIBI M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 i

2 SKRIPSI PENGGUNAAN PROGRAM BILANGAN BULAT UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PEMOTONGAN KAYU DI PT. INDO VENEER UTAMA SURAKARTA yang disiapkan dan disusun oleh SWARGADI RIFKY HABIBI M Pembimbing I, dibimbing oleh Pembimbing II, Dra. Diari Indriati, M.Si NIP Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D NIP Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada hari Rabu, tanggal 22 Juli 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat. Anggota Tim Penguji Tanda Tangan 1. Drs. Siswanto, M.Si NIP Dra. Sri Sulistijowati H, M.Si NIP Drs. Kartiko, M.Si NIP Surakarta,... Juli 2009 Disahkan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dekan, Ketua Jurusan Matematika, Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D Drs. Kartiko, M.Si NIP NIP ii

3 ABSTRAK Swargadi R, PENGGUNAAN PROGRAM BILANGAN BULAT UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PEMOTONGAN KAYU DI PT. INDO VENEER UTAMA SURAKARTA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Pokok pikiran dalam menggunakan program bilangan bulat (integer programming) adalah dengan merumuskan masalah dari informasi yang tersedia, kemudian menterjemahkannya ke dalam bentuk model matematika. Salah satu penggunaan pemrograman bilangan bulat dalam bidang industri yaitu masalah optimalisasi produksi, yang membutuhkan variabel bernilai bulat. Pada permasalahan pemotongan kayu di PT. Indo Veneer Utama terdapat variasi panjang kayu dan jumlah persediaan kayu yang terbatas. Tujuan dari penulisan ini adalah menyelesaikan permasalahan program linear bilangan bulat yaitu meminimumkan sisa potongan kayu dengan menggunakan metode cabang dan batas. Berdasarkan pembahasan, diperoleh solusi optimal untuk diameter cm yaitu x 1 = 1; x 2 = 13; x 5 = 1; x 8 = 24; x 9 = 4, sedangkan untuk diameter 80 cm diperoleh hasil x 9 = 9; x 11 = 3; x 14 = 1; x 17 = 1; x 18 = 2; x 22 = 3, dengan x j adalah banyaknya kayu dengan panjang standar yang dipotong menurut pola j. Kata kunci: Pemrograman Bilangan Bulat, Metode Cabang dan Batas. iii

4 ABSTRACT Swargadi R, THE USAGE OF INTEGER PROGRAMMING TO SOLVE THE PROBLEM OF CUTTING WOOD IN PT. INDO VENEER UTAMA SURAKARTA, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University The main idea used in the integer linear programming is by formulating the problem from available information, then transforming it into mathematical model. One of using the integer programming in the field of industry that is problem optimalization production, which requiring integer variable. Problems of cutting wood in PT. Indo Veneer Utama are long wood variation and limited wood supply. The objective of this paper is to solve the integer linear programming problem that is minimizing the rest of wood cutting by using branch and bound method. Based on the result of research, it is obtained that the optimal solution for diameter cm is x 1 = 1; x 2 = 13; x 5 = 1; x 8 = 24; x 9 = 4, while for diameter 80 cm is x 9 = 9; x 11 = 3; x 14 = 1; x 17 = 1; x 18 = 2; x 22 = 3, where x j is the number of wood with crosscut standard length according pattern j. Key words: Integer Programming, Branch and Bound Method. iv

5 MOTTO Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ( QS. Al Baqarah: 286 ) Sesungguhnya Allah SWT beserta orang orang yang yang sabar ( QS. Al Anfaal: 46 ) Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah SWT, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri ( QS. Al Nisaa : 79 ) Jangan pernah berhenti berjuang, karena setiap langkah perjuangan kita ada harapan dari orang-orang tercinta kita demi masa depan kita Suatu keputusan yang Bijaksana adalah fokus dalam mencari solusi dari masalah bukan fokus pada masalah You Can, if You Think You Can ( Dr Norman V Peal ) v

6 PERSEMBAHAN Karya sederhana ini kupersembahkan untuk : v Bapak, Ibu & Seluruh Keluarga v Seseorang yang benar benar menginginkan saya bisa lulus kuliah vi

7 KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada suri teladan kita, Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi ini tidak akan dapat tersusun tanpa adanya bimbingan, petunjuk, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada : 1. Ibu Dra. Diari Indriati, M.Si, dan Bapak Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, 2. Ibu Dra. Respatiwulan, M.Si, selaku Pembimbing Akademis yang telah memberikan bimbingan, masukan dan dorongan semangat untuk lebih baik, 3. Seluruh staf dosen dan karyawan, khususnya di Jurusan Matematika dan umumnya di Fakultas MIPA, 4. Bapak Yadi, atas bantuan dan kemudahan dalam pengambilan data, 5. Teman teman seperjuangan angkatan 2001, Suparno, Guritna, Intan, Priyanto dan Tezar atas bantuan, semangat, ilmu serta dukungannya, 6. Sri Mulyani, seseorang yang selalu sabar dalam memberi semangat, dukungan serta do anya, 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terlepas dari kekurangan yang ada dalam skripsi ini, semoga memberikan manfaat bagi para pembaca. Surakarta, Juni 2009 Penulis vii

8 DAFTAR ISI JUDUL... i PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv MOTTO.... v PERSEMBAHAN vi KATA PENGANTAR..... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan... 3 II. LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Pemrograman Bilangan Bulat Bentuk Umum Program Bilangan Bulat Metode Cabang dan Batas Pencabangan Pembatasan... 7 viii

9 Penghentian Uji Keoptimuman Metode Simpleks Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 12 IV. PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Bahan Baku Peralatan Sistem Kerja Data Hasil Penelitian Pembuatan Model Asumsi-asumsi Pembuatan Model Matematika Model Matematika Pemotongan Kayu Diameter cm Model Matematika Pemotongan Kayu Diameter 80 cm Penyelesaian Model Menggunakan Metode Cabang dan Batas dan Analisis Hasil Penyelesaian.. 19 V. PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA 33 LAMPIRAN. 34 ix

10 DAFTAR TABEL 4.1 Pola Pemotongan untuk Diameter cm dengan Panjang Standar 10,24 m Pola Pemotongan untuk Diameter > 80 cm dengan Panjang Standar 11,3 m x

11 DAFTAR GAMBAR 4.1 Contoh Pencabangan Iterasi Pertama Pencabangan Kayu dengan Diameter cm Iterasi Kedua Pencabangan Kayu dengan Diameter cm Iterasi Ketiga Pencabangan Kayu dengan Diameter cm Iterasi Pertama Pencabangan Kayu dengan Diameter 80 cm Iterasi Kedua Pencabangan Kayu dengan Diameter 80 cm Iterasi Ketiga Pencabangan Kayu dengan Diameter 80 cm xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Kayu Logs Merbau dengan Diameter cm Lampiran 2. Tabel Kayu Logs Merbau dengan Diameter 80 cm Lampiran 3. Penyelesaian Metode 2 Tahap untuk Kayu Logs Merbau dengan Diameter cm Lampiran 4. Pohon Penyelesaian Kayu Logs Merbau dengan Diameter cm Lampiran 5. Nilai-nilai Hasil Penerapan Metode Pencabangan dan Pembatasan untuk Kayu Logs Merbau dengan Diameter cm Lampiran 6. Penyelesaian Metode 2 Tahap untuk Kayu Logs Merbau dengan Diameter 80 cm Lampiran 7. Pohon Penyelesaian Kayu Logs Merbau dengan Diameter 80 cm Lampiran 8. Nilai-nilai Hasil Penerapan Metode Pencabangan dan Pembatasan untuk Kayu Logs Merbau dengan Diameter 80 cm xii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai permasalahan dengan tujuan untuk mendapatkan suatu penyelesaian secara optimal, hal ini dapat dilihat dari usaha untuk memaksimalkan atau meminimalkan sumber-sumber yang terbatas. Sumber-sumber tersebut antara lain mesin, tenaga kerja, bahan baku, peralatan, dan lain sebagainya. Dengan alasan itulah, diperkenalkan riset operasi (operation research) yang pada prinsipnya berisi teknik kuantitatif yang banyak dipakai dalam pengambilan keputusan. Riset operasi merupakan metode untuk menformulasikan atau merumuskan permasalahan sehari-hari ke dalam pemodelan matematika untuk mendapatkan penyelesaian yang optimal (Bustani, 2005). Salah satu alat riset operasi yang efektif untuk menyelesaikan masalah optimalisasi adalah pemrograman linear. Pokok pikiran dalam menggunakan program linear adalah dengan merumuskan masalah dari informasi yang tersedia, kemudian menterjemahkannya ke dalam bentuk model matematika. Sifat linear di sini memberi arti bahwa seluruh fungsi matematis dalam model ini merupakan fungsi linear, sedangkan kata pemrograman merupakan sinonim dari perencanaan. Pemrograman linear dapat digunakan pada berbagai permasalahan dalam berbagai bidang kegiatan. Permasalahan-permasalahan ini dapat dimodelkan menjadi bermacam-macam model, seperti model transportasi, model penugasan, dan lainlain sebagainya. Pada penelitian ini, mengkhususkan pembahasan mengenai penggunaan pemrograman linear dalam bidang industri yaitu masalah optimalisasi produksi. Hampir semua perusahaan komersial mempunyai tujuan yaitu pencapaian keuntungan hingga semaksimal mungkin dan penekanan kerugian hingga seminimal mungkin. Salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah penanganan persediaan bahan. Penanganan persediaan bahan yang tepat dapat xiii 1

14 membantu perusahaan meraih keuntungan. Sebaliknya, penanganan persediaan bahan yang tidak tepat dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Masalah produksi ini kadang mengharuskan beberapa atau semua variabelnya bernilai bulat. Seperti pada industri mebel, yang optimalisasi produksinya adalah menentukan jumlah produk-produk yang akan dibuat. Produk seperti kayu untuk bahan membuat meja, kursi dan lemari harus dibuat dalam keadaan utuh atau bernilai bulat, sehingga diperlukan suatu pemrograman lain untuk mengoptimalkan. Permasalahan pemrograman linear yang membutuhkan variabel bernilai bulat dapat menggunakan pemrograman bilangan bulat (integer programming) (Gamal, 2003). Pemrograman bilangan bulat ini dikatakan linear jika fungsi obyektif dan kendalanya berbentuk linear, sehingga pemrograman ini disebut pemrograman linear bilangan bulat (integer linear programming). Pada pemrograman linear bilangan bulat, fungsi-fungsinya hampir sama dengan pemrograman linear, hanya ditambahkan syarat bilangan bulat pada kendala nonnegativitas. PT. Indo Veneer Utama, salah satu industri perkayuan yang ada di Surakarta. PT. Indo Veneer Utama memproduksi batangan-batangan kayu menjadi persediaan kayu dalam potongan-potongan yang lebih kecil. Tetapi selama ini penggunaan bahan baku kurang optimal sehingga menyebabkan banyaknya sisa hasil produksi yang tidak bisa digunakan lagi. Pada penulisan ini dikaji penyelesaian permasalahan pemotongan kayu di PT. Indo Veneer Utama dimana terdapat variasi panjang kayu dan mempunyai jumlah persediaan yang terbatas. Setiap potongan kayu yang diperoleh dari kayu batangan yang dipotong menurut ukuran yang dikehendaki, dimana sebatang kayu dapat dipotong menurut berbagai pola potong sesuai ukuran permintaan (Linawati, 2005). Oleh karena itu, perlu dibangun suatu model yang dapat meminimalkan nilai total sisa pemotongan kayu. Berdasarkan model yang diperoleh, meminimalkan penggunaan kayu berarti juga meminimalkan nilai total sisa pemotongan kayu. xiv

15 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah 1. bagaimana membuat model matematika untuk meminimalkan nilai total sisa pemotongan kayu? 2. bagaimana menentukan penyelesaian dari model matematika tersebut sehingga tercapai keoptimalan dan menganalisisnya? 1.3 Batasan Masalah Pembahasan masalah dalam skripsi ini dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut 1. persediaan bahan homogen berbentuk kayu batangan lurus tanpa cacat, 2. serpihan bahan yang terbuang pada proses pemotongan diabaikan (dianggap tidak ada), 3. pola pemotongan satu dimensi. 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah 1. dapat membuat model matematika untuk meminimalkan nilai total sisa pemotongan kayu, 2. dapat menentukan penyelesaian dari model matematika tersebut sehingga tercapai keoptimalan dan menganalisisnya. 1.5 Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah 1. menambah wawasan dan memperluas penerapan matematika khususnya bidang riset operasi pada industri dan perusahaan, 2. perusahaan PT. Indo Veneer Utama yang mempunyai permasalahan pemotongan kayu bisa menyelesaikan permasalahannya sehingga bisa meningkatkan keuntungan perusahaan. xv

16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pemrograman Bilangan Bulat Menurut Hillier dan Lieberman (1994), model matematika untuk pemrograman bilangan bulat sama dengan model pemrograman linear, dengan penambahan satu batasan yaitu batasan bahwa semua atau sebagian nilai variabelnya berupa bilangan bulat. Jika semua nilai variabelnya bilangan bulat, maka pemrograman ini disebut pemrograman bilangan bulat murni, tetapi jika hanya beberapa variabel berupa bilangan bulat, maka disebut pemrograman bilangan bulat campuran Bentuk Umum Program Bilangan Bulat Menurut Mulyono (1991), bentuk umum program bilangan bulat adalah : Maksimalkan / Minimalkan Z = n å j= 1 c j x j Kendala : æ ö n ç å aij x jç= = ç bi j 1 è³ ø x j 0 x j bilangan bulat untuk i = 1, 2,..., m; j = 1, 2,..., n. Z : fungsi tujuan c j : koefisien fungsi tujuan x j : variabel yang tidak diketahui a ij : koefisien kendala b i : nilai ruas kanan kendala (2.1) 4 xvi

17 Bentuk umum program tersebut harus berada pada bentuk standar. Perubahan ke bentuk standar dengan cara sebagai berikut 1. Menambahkan variabel slack pada setiap persamaan kendala yang mengandung hubungan fungsional ( ). 2. Mengurangkan variabel surplus pada setiap persamaan kendala yang mengandung hubungan fungsional ( ). 3. Menambahkan variabel buatan pada setiap persamaan yang mengandung hubungan fungsional ( atau =) Metode Cabang dan Batas Salah satu metode untuk menyelesaikan program bilangan bulat adalah metode pencabangan dan pembatasan (Hillier dan Lieberman, 1994). Dalam metode pencabangan dan pembatasan didefinisikan program linear relaksasi yaitu program bilangan bulat yang dihilangkan batas bilangan bulatnya. Pada dasarnya metode pencabangan dan pembatasan mengandung 3 langkah dasar, yaitu pencabangan, pembatasan, dan penghentian Pencabangan Variabel yang dibatasi bilangan bulat dengan nilai bukan bilangan bulat pada penyelesaian program linear relaksasi dipilih sebagai variabel pencabangan. Misal x k = * x k, dimana x k adalah variabel yang dibatasi bilangan bulat, sedangkan * x k adalah bilangan bukan bilangan bulat, maka x k dapat dipilih sebagai variabel pencabangan. Dengan memilih x k sebagai variabel pencabangan diperoleh 2 submasalah, yaitu : Submasalah 1. Submasalah 1 dibuat dengan cara menambahkan kendala bentuk umum, sehingga bentuknya menjadi seperti berikut x < [ x ] pada k * k Maksimalkan / Minimalkan Z = n å j= 1 c j x j xvii

18 Kendala : æ ö n ç å aij x jç= = ç bi j 1 è³ ø x < [ x ] k x j 0 Submasalah 2. * k x j bilangan bulat untuk i = 1, 2,..., m; j = 1, 2,..., n. Submasalah 2 dibuat dengan cara menambahkan kendala bentuk umum, sehingga bentuknya menjadi seperti berikut x > [ x ] + 1 pada k * k Maksimalkan / Minimalkan Kendala : æ ö n ç å aij x jç= = ç bi j 1 è³ ø x > [ x ] + 1 k x j 0 * k x j bilangan bulat untuk i = 1, 2,..., m; j = 1, 2,..., n. Z = n å j= 1 c j x j Dengan [ x ] adalah bilangan bulat terbesar yang kurang dari * k * x k, dan [ x ] + 1 adalah bilangan bulat terkecil yang lebih dari * k Awal * x k. Pencabangan tersebut diilustrasikan seperti tampak dalam Gambar 2.1 x < [ x ] k * k x > [ x ] + 1 k * k 1 2 Gambar 2.1 Contoh Pencabangan xviii

19 Menurut Bronson (1996), biasanya pencabangan dilakukan pada program yang mendekati optimal. Apabila terdapat lebih dari satu program yang menjadi calon untuk pencabangan selanjutnya, dipilih program yang memiliki harga Z terbesar jika fungsi objektifnya hendak dimaksimalkan, atau yang memiliki harga Z terkecil jika fungsi objektifnya hendak diminimalkan. Pada tiap pencabangan ditambahkan sebuah kendala tambahan. Jika suatu aproksimasi pertama mengandung lebih dari satu variabel tak bulat, maka kendala-kendala yang baru ini hanya diperkenalkan pada variabel yang menyimpang paling jauh dari bilangan bulat, yakni variabel yang bagian pecahannya mendekati 0,5. Dalam hal berakhir seri, maka dapat dipilih secara sembarang salah satu variabelnya. Seandainya suatu program bilangan bulat memiliki lebih dari satu pemecahan, maka dapat dipilih secara sembarang salah satu pemecahannya sebagai yang optimal dan mengabaikan yang sisanya. Pencabangan dilakukan setahap demi setahap sampai diperoleh penyelesaian bilangan bulat optimal. Seluruh tahapan pencabangan digambarkan sebagai pohon penyelesaian Pembatasan Untuk setiap submasalah diperlukan suatu batas untuk penyelesaian fisibel terbaiknya, yaitu dengan menyelesaikan program linear relaksasi dari submasalah tersebut menggunakan metode simpleks. Proses pencabangan akan terus dilakukan hingga diperoleh sebuah pemecahan bilangan bulat yang pertama. Nilai obyektif dari pemecahan bilangan bulat yang pertama harus disimpan sebagai incumbent (penyelesaian terbaik sementara) dan menjadi suatu batas terbawah untuk masalah memaksimalkan atau sebagai batas teratas untuk masalah meminimalkan. Proses pencabangan ini terus berlanjut dari nilai obyektif pemecahan bilangan tak bulat yang memberikan nilai-nilai fungsi obyektif dan lebih kecil daripada batas teratas (untuk masalah meminimalkan). Jika dalam proses pencabangan ditemukan sebuah pemecahan bilangan bulat baru, yang nilai fungsi obyektifnya lebih kecil daripada batas teratas maka nilai dari fungsi obyektif xix

20 tersebut menjadi batas atas yang baru. Nilai fungsi obyektif yang menghasilkan nilai yang sama dengan batas teratas atau lebih besar dari batas teratas yang terbaru (meminimalkan) selanjutnya akan diabaikan (pencabangan dihentikan) Penghentian Suatu submasalah dengan variabel keputusan yang dibatasi bilangan bulat pada program linear relaksasinya mempunyai nilai yang bilangan bulat, maka penyelesaian tersebut merupakan penyelesaian optimal submasalah itu sendiri dan disimpan sebagai incumbent. Nilai ini dinyatakan sebagai Z* sama dengan nilai untuk incumbent sementara. Selanjutnya suatu submasalah dapat dihentikan atau dihapuskan apabila memenuhi salah satu dari uji penghentian berikut Uji 1. Batas submasalah > Z* Suatu submasalah dengan Z > Z* harus dihentikan karena apabila dilakukan pencabangan untuk submasalah ini maka tidak akan diperoleh penyelesaian yang lebih baik dari Z* atau incumbent. Uji 2. Penghentian langsung Jika dengan metode simpleks program linear relaksasinya tidak mempunyai penyelesaian fisibel, maka submasalah tersebut dihilangkan /dihapus. Uji 3. Penyelesaian optimal program linear relaksasinya berupa penyelesaian bilangan bulat. Jika penyelesaian ini lebih baik (lebih kecil) dari incumbent yang ada maka penyelesaian ini menjadi incumbent yang baru, dan uji 1 digunakan kembali untuk submasalah yang belum dihentikan dengan nilai Z* baru yang lebih kecil Uji Keoptimalan Penyelesaian program (2.1) optimal jika tidak ada lagi submasalah yang masih harus dicabangkan. Penyelesaian optimal dari masalah (2.1) adalah penyelesaian yang menjadi incumbent terakhir. Jika tidak ada penyelesaian yang menjadi incumbent, maka disimpulkan bahwa masalah (2.1) tidak mempunyai penyelesaian fisibel. xx

21 2.1.4 Metode Simpleks Metode simpleks adalah suatu prosedur berulang-ulang yang bergerak dari satu penyelesaian dasar fisibel ke arah penyelesaian fisibel berikutnya sedemikian sehingga fungsi tujuan ke arah optimal. Penyelesaian dasar fisibel diperoleh jika semua variabel dasar tidak negatif. Suatu penyelesaian dasar fisibel yang mengoptimalkan fungsi tujuan disebut penyelesaian dasar fisibel optimal. Berikut diberikan definisi-definisi yang dikutip dari buku Taha (1996) Definisi Variabel dasar adalah variabel yang nilainya tidak nol dalam tabel simpleks. Sebaliknya, variabel tidak dasar adalah variabel yang bernilai nol dalam tabel simpleks. Definisi Entering variabel (ev) adalah variabel tidak dasar yang akan menjadi variabel dasar pada iterasi berikutnya. Definisi Leaving variabel (lv) adalah variabel dasar yang akan keluar menjadi variabel tidak dasar pada iterasi berikutnya. Definisi Elemen Pivot adalah elemen yang merupakan irisan antara kolom masuk dan persamaan pivot. Definisi Kondisi Optimalitas : variabel masuk dalam maksimisasi (minimisasi) adalah variabel nondasar dengan koefisien yang paling negatif (positif) dalam persamaan tujuan Z. Definisi Kondisi Kelayakan : untuk masalah maksimisasi maupun minimisasi, variabel keluar adalah variabel dasar saat ini yang memiliki titik potong terkecil (rasio minimal dengan penyebut yang positif secara ketat) dalam arah variabel masuk. Langkah-langkah dalam metode simpleks sebagai berikut Langkah 0 : Dengan menggunakan bentuk standar, ditentukan pemecahan dasar awal yang fisibel. Langkah 1 : Dipilih ev diantara variabel nondasar dengan menggunakan kondisi optimalitas. xxi

22 Langkah 2 : Dipilih lv dari variabel dasar dengan menggunakan kondisi kelayakan. Langkah 3 : Ditentukan nilai variabel dasar yang baru dengan membuat ev tersebut sebagai variabel dasar dan lv sebagai variabel nondasar. Kembali ke Langkah 1. Setelah ev dan lv ditemukan, iterasi berikutnya dilakukan dengan metode Gauss-Jordan. Metode ini menyebabkan adanya perubahan dalam variabel dasar dengan menggunakan dua jenis perhitungan : Tipe I (persamaan pivot) persamaan pivot baru = persamaan pivot lama dibagi elemen pivot Tipe II (untuk semua persamaan) persamaan baru = persamaan lama dikurangi (koefisien kolom masuk dikalikan persamaan pivot baru) Dalam metode simpleks terkadang muncul suatu kejadian khusus sehingga tidak diperoleh suatu keputusan yang jelas (Taha, 1996). Kejadian-kejadian khusus tersebut adalah sebagai berikut 1. Degenerasi. Degenerasi merupakan suatu kondisi di mana variabel dasar bernilai nol pada iterasi selanjutnya dan nilainya tujuannya tidak berubah. Degenerasi mempunyai 2 implikasi, implikasi pertama berkaitan dengan fenomena perputaran (cycling) yang nantinya akan mengulang urutan iterasi yang sama tanpa pernah memperbaiki nilai tujuan dan tidak pernah mengakhiri perhitungan, implikasi kedua timbul argumen untuk kemungkinan menghentikan perhitungan meski pemecahan tidak optimal. 2. Optimal alternatif. Hal ini terjadi bila suatu masalah mempunyai lebih dari satu penyelesaian fisibel dasar yang optimal. Suatu penyelesaian dengan metode simpleks mempunyai penyelesaian alternatif bila sekurang-kurangnya satu di antara variabel-variabel tidak dasar memiliki koefisien nol pada fungsi tujuan. Apabila variabel ini dipilih sebagai ev maka tidak akan mengubah nilai Z. xxii

23 3. Penyelesaian tidak dibatasi. Hal ini terjadi apabila ruang penyelesaian tidak dibatasi sehingga tujuan dapat meningkat secara pesat. 4. Penyelesaian tidak fisibel. Pemecahan tidak fisibel terjadi bila kendala tidak dipenuhi secara simultan. 2.2 Kerangka Pemikiran Model Matematika dari permasalahan pemotongan kayu dapat diturunkan dengan terlebih dulu mendefinisikan variabel-variabel dan tujuannya. Selanjutnya, dapat dibangun kendala dan fungsi tujuan model matematika dari permasalahan pemotongan kayu. Model matematika dari permasalahan pemotongan kayu diselesaikan dengan metode simpleks. Apabila salah satu nilai optimal variabel keputusan yang diperoleh dari metode simpleks tidak bilangan bulat maka penyelesaian optimal bilangan bulat dicari dengan pemrograman bilangan bulat. xxiii

24 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah gabungan studi literatur dan studi kasus. Langkah-langkah yang dilakukan adalah 1. Mengkaji tentang program linear, metode simpleks, program bilangan bulat. 2. Mengambil data-data yang diperlukan di PT. Indo Veneer Utama. 3. Membuat model matematika untuk meminimalkan nilai total sisa pemotongan kayu. 4. Menyelesaikan model matematika tersebut dengan metode simpleks program bilangan bulat. 5. Aplikasi menggunakan paket software TORA. 6. Menganalisis hasil penyelesaian model matematika tesebut. 7. Menarik kesimpulan. xxiv 12

25 BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian dilakukan di PT. Indo Veneer Utama yang merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang usaha perkayuan yang ada di Surakarta, Jawa Tengah. Lokasi perusahaannya berada di jalan Adi Sucipto, desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Luas area perusahaan adalah m Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan PT. Indo Veneer Utama untuk pembuatan furniture adalah kayu logs merbau. Yang disebut logs adalah kayu hasil penebangan dan dari sini proses pembuatan furniture berawal. Bahan baku ini dipasok dari Surabaya menggunakan trailer Peralatan 1. Sawmilling Alat untuk memotong kayu hasil penebangan (logs). 2. Traktor Pengangkut Kendaraan untuk mengangkut kayu hasil penebangan (logs) ke tempat penggergajian. 3. Meteran Alat untuk mengukur panjang kayu Sistem Kerja Sistem kerja di PT. Indo Veneer Utama sampai dengan proses penggergajian adalah sebagai berikut 1. Kayu hasil penebangan (logs) yang datang langsung masuk PT. Indo Veneer Utama dan didata di bagian logistik. 2. Logs dikelompokkan sesuai dengan kelompok diameter. xxv 13

26 3. Masuk ke proses penggergajian sesuai dengan kelompok diameter. 4. Proses penggergajian menggunakan sawmilling Data Hasil Penelitian Dari penelitian yang penulis lakukan di PT. Indo Veneer Utama diperoleh data-data mengenai bahan baku produksi, jenis produksi, dan laporan hasil produksi selama bulan Januari Perincian data bahan baku produksi PT. Indo Veneer Utama sebagai berikut Bahan Baku Utama Produksi di PT. Indo Veneer Utama adalah kayu logs merbau yang diambil dari Surabaya. Data bahan baku untuk kayu diameter cm dan untuk kayu dengan diameter > 80 cm diberikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Berdasarkan data, diperoleh panjang standar untuk kayu dengan diameter cm adalah 10,24 m dan panjang standar untuk kayu dengan diameter > 80 cm adalah 11,3 m, dimana panjang standar adalah panjang rata-rata kayu Pembuatan Model Asumsi-asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pembuatan model matematika dari formulasi persoalan pemotongan kayu di PT. Indo Veneer Utama adalah : 1. agar kayu dapat selalu diproduksi setiap waktu produksi, diasumsikan bahan berupa kayu logs merbau selalu tersedia untuk proses produksi, artinya persediaan kayu logs merbau selalu ada tidak dipengaruhi oleh keadaan alam. 2. pembuatan model setiap bulan tidak dipengaruhi oleh sisa produksi bulan sebelumnya. 3. persediaan bahan homogen berbentuk kayu batangan panjang lurus tanpa cacat. 4. perusahaan hanya menerima pemotongan kayu dengan panjang minimalnya adalah panjang standar. Panjang standar adalah panjang rata-rata logs. Panjang standar untuk pemotongan kayu dengan diameter cm adalah 10,24 xxvi

27 meter dan panjang standar untuk pemotongan kayu dengan diameter > 80 cm adalah 11,3 meter Pembuatan Model Matematika Tabel 4.1. Pola Pemotongan untuk Diameter cm dengan panjang standar 10,24 m Pola (j) Jumlah Panjang Jumlah Panjang Jumlah Panjang Sisa (cm) 100cm (Batang) 220 cm (Batang) 440 cm (Batang) Keterangan : Cara menentukan pola yaitu kayu dengan panjang standar 10,24 m dipotong potong sesuai dengan panjang yang diinginkan, dengan segala kemungkinan cara pemotongan. Untuk membuat GF (Garden Furniture) diperlukan kayu-kayu dengan ukuran panjang 100 cm, 220 cm, dan 440 cm. Pola 1, dari panjang standar 10,24 m dipotong potong untuk panjang 100 cm diperoleh 10 potongan kayu dan masih mempunyai sisa 24 cm. Pola 2, dari panjang standar 10,24 m dipotong potong untuk panjang 100 cm diperoleh 8 potongan kayu, untuk panjang 220 cm diperoleh 1 potongan kayu dan masih mempunyai sisa 4 cm. Pola 3 s/d pola 9 diperoleh dengan cara yang sama. xxvii

28 Tabel 4.2. Pola Pemotongan untuk Diameter > 80 cm dengan panjang standar 11,3 m Pola (j) Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Sisa (cm) Panjang 100 Panjang 220 cm (Batang) cm (Batang) Panjang 285 cm (Batang) Panjang 440 cm (Batang) Keterangan : Cara menentukan pola yaitu kayu dengan panjang standar 11,3 m dipotong potong sesuai dengan panjang yang diinginkan, dengan segala xxviii

29 kemungkinan cara pemotongan. Untuk membuat SD (Solid Door) diperlukan kayu-kayu dengan ukuran panjang 100 cm, 220 cm, 285 cm, dan 440 cm. Pola 1, dari panjang standar 11,3 m dipotong potong untuk panjang 100 cm diperoleh 11 potongan kayu dan masih mempunyai sisa 30 cm. Pola 2, dari panjang standar 11,3 m dipotong potong untuk panjang 100 cm diperoleh 9 potongan kayu, untuk panjang 220 cm diperoleh 1 potongan kayu dan masih mempunyai sisa 10 cm. Pola 3 s/d pola 21 diperoleh dengan cara yang sama. Permintaan : 1. Untuk membuat GF (Garden Furniture) diperlukan kayu-kayu dengan ukuran panjang 100 cm sebanyak 140 buah, 220 cm sebanyak 64 buah, dan 440 cm sebanyak 32 buah. 2. Untuk membuat SD (Solid Door) diperlukan kayu-kayu dengan ukuran panjang 100 cm sebanyak 52 buah, 220 cm sebanyak 24 buah, 285 cm sebanyak 18 buah, dan 440 cm sebanyak 12 buah. Merumuskan persoalan Program Linear sebagai berikut Minimalkan : Z = n å j= 1 c j x j Kendala : æ ö n ç å aij x jç= = ç bi j 1 è³ ø x j 0 x j bilangan bulat untuk i = 1, 2,..., m j = 1, 2,..., n Z : fungsi tujuan c j : koefisien fungsi tujuan x j : banyaknya kayu dengan panjang standar yang dipotong menurut pola j. xxix

30 a ij : jumlah potongan untuk panjang i dengan pola j b i : banyaknya pesanan untuk panjang i m : banyaknya pesanan n : banyaknya pola pemotongan yang mungkin Model Matematika Pemotongan Kayu Diameter cm Sisa pemotongan + total permintaan = total panjang kayu yang di potong. Total permintaan pelanggan (m) = 140 (1) + 64 (2,2) + 32 (4,4) = 421,6 Total panjang kayu yang dipotong (m) = 10,24 (x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + x 7 + x 8 + x 9 ) Sisa pemotongan (m) = 10,24x ,24x ,24x ,24x ,24x ,24x ,24x ,24x ,24x 9 421,6 Fungsi tujuannya adalah meminimalkan sisa pemotongan, yaitu z = 10,24 x ,24 x ,24 x ,24 x ,24 x ,24 x ,24 x ,24 x ,24 x 9 421,6 Tanpa mempengaruhi optimasi, fungsi tujuan dapat ditulis sebagai berikut Minimalkan : Z = x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + x 7 + x 8 + x 9 kendala : 10x 1 + 8x 2 + 5x 3 + 5x 4 + 3x 5 + 3x 6 + x 7 + x 8 + x 9 > 140 x 2 + 2x 3 + 3x 5 + x 6 + 4x 7 + 2x 8 > 64 x 4 + x 6 + x 8 + 2x 9 > 32 x 1, x 2,..., x 9 0 dan bilangan bulat. ( 4.1 ) Model Matematika Pemotongan Kayu Diameter 80 cm Sisa pemotongan + total permintaan = total panjang kayu yang di potong. Total permintaan pelanggan (m) = 52 (1) + 24 (2,2) + 18 (2,85) + 12 (4,4) = Total panjang kayu yang dipotong (m) = 11,3(x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + x 7 + x 8 + x 9 + x 10 + x 11 + x 12 + x 13 + x 14 + x 15 + x 16 + x 17 + x 18 + x 19 + x 20 + x 21 + x 22 ) Sisa pemotongan (m) = 11,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x 12 + xxx

31 11,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x ,3x Fungsi tujuannya adalah meminimalkan sisa pemotongan, yaitu z = 11,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x ,3 x Tanpa mempengaruhi optimasi, fungsi tujuan dapat ditulis sebagai berikut Minimalkan : Z = x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + x 7 + x 8 + x 9 + x 10 + x 11 + x 12 + x 13 + x 14 + x 15 + x 16 + x 17 + x 18 + x 19 + x 20 + x 21 + x 22 kendala : 11x 1 + 9x 2 + 8x 3 + 6x 4 + 6x 5 + 6x 6 + 5x 7 + 4x 8 + 4x 9 + 4x x x x x x x 16 + x 17 + x 18 > 52 x 2 + 2x 4 + x 5 + 3x 8 + 2x 9 + x 10 + x x x x x x 20 + x 21 + x 22 > 24 x 3 + x 5 + 2x 7 + x 9 + x x x x x x 21 > 18 x 6 + x 10 + x 11 + x x 15 + x 18 + x x 22 > 12 x 1, x 2,..., x 22 0 dan bilangan bulat ( 4.2 ) 4.7. Penyelesaian Model Menggunakan Metode Cabang dan Batas dan Analisis Hasil Penyelesaian Pola Pemotongan untuk Diameter cm Penyelesaian optimal menggunakan Teknik 2 Tahap (Two Phase) Minimalkan r = R 1 + R 2 + R 3 = x 1-9x 2-7x 3-6x 4-6x 5-5x 6-5x 7-4x 8-3x 9 + x 10 + x 11 + x 12 kendala : 10x 1 + 8x 2 + 5x 3 + 5x 4 + 3x 5 + 3x 6 + x 7 + x 8 + x 9 - x 10 + R 1 = 140 x 2 + 2x 3 + 3x 5 + x 6 + 4x 7 + 2x 8 - x 11 + R 2 = 64 x 4 + x 6 + x 8 + 2x 9 - x 12 + R 3 = 32 x 1, x 2,..., x 12, R 1, R 2, R 3 > 0 dan bilangan bulat. xxxi

32 Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan teknik 2 tahap diberikan pada Lampiran 3. Penyelesaian optimal untuk persoalan pemotongan kayu dengan diameter cm adalah x 2 = 13,94; x 7 = 12,52; x 9 = 16; Z = 42,45. Karena penyelesaian optimal belum bilangan bulat, selanjutnya digunakan metode pencabangan dan pembatasan. Ditetapkan Z* = Iterasi 1 Pada penyelesaian optimal untuk program linear (4.1), variabel yang dibatasi bilangan bulat dengan nilai bukan bilangan bulat pertama adalah x 7 = 12,52; sehingga x 7 menjadi variabel pencabangan. Variabel pencabangan ini membuat dua submasalah baru, yaitu : Submasalah 1 : masalah (4.1) ditambah dengan kendala tambahan x 7 < 12. Minimalkan : Z = x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + x 7 + x 8 + x 9 kendala : 10x 1 + 8x 2 + 5x 3 + 5x 4 + 3x 5 + 3x 6 + x 7 + x 8 + x 9 > 140 x 2 + 2x 3 + 3x 5 + x 6 + 4x 7 + 2x 8 > 64 x 4 + x 6 + x 8 + 2x 9 > 32 x 7 < 12 x 1, x 2,..., x 9 > 0 dan bilangan bulat. Submasalah 2 : masalah (4.1) ditambah dengan kendala tambahan x 7 > 13. Minimalkan : Z = x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + x 7 + x 8 + x 9 kendala : 10x 1 + 8x 2 + 5x 3 + 5x 4 + 3x 5 + 3x 6 + x 7 + x 8 + x x 2 + 2x 3 + 3x 5 + x 6 + 4x 7 + 2x 8 64 x 4 + x 6 + x 8 + 2x 9 32 x 7 13 x 1, x 2,..., x 9 0 dan bilangan bulat. xxxii

33 Proses pencabangan untuk iterasi 1 dapat dilihat pada Gambar x 12 x ³ Gambar 4.1 Iterasi pertama Penyelesaian optimal untuk submasalah 1 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9 ) = (0; 13,94; 0; 0; 0; 0; 12; 1,03; 15.48); dengan nilai Z = 42,45. Penyelesaian optimal untuk submasalah 2 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9 ) = (1,50; 12; 0; 0; 0; 0; 13; 0; 16); dengan nilai Z = 42,50. Karena nilai Z pada submasalah 1 submasalah 2, submasalah 1 harus dicabangkan lagi. Iterasi 2 Mencabangkan submasalah 1, variabel yang dibatasi bilangan bulat dengan nilai bukan bilangan bulat pada penyelesaian optimal submasalah 1 adalah x 9 = 15,48; sehingga x 9 menjadi variabel pencabangan. Variabel pencabangan submasalah 1 membuat dua submasalah baru, yaitu : Submasalah 3 : submasalah 1 ditambah dengan kendala x 9 < 15 Submasalah 4 : submasalah 1 ditambah dengan kendala x 9 > 16 Proses pencabangan untuk iterasi 2 dapat dilihat pada Gambar x 15 x ³ Gambar 4.2 Iterasi kedua xxxiii

34 Penyelesaian optimal untuk submasalah 3 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9 ) = (0; 13,94; 0; 0; 0; 0; 11,52; 12; 15); dengan nilai Z = 42,45. Penyelesaian optimal untuk submasalah 4 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9 ) = (0; 13,71; 0; 0; 0,76; 0; 12; 0; 16); dengan nilai Z = 42,48. Karena nilai Z pada submasalah 3 submasalah 4, submasalah 3 harus dicabangkan lagi. Iterasi 3 Mencabangkan submasalah 3, variabel yang dibatasi bilangan bulat dengan nilai bukan bilangan bulat pada penyelesaian optimal submasalah 3 adalah x 7 = 11,52; sehingga x 7 menjadi variabel pencabangan. Variabel pencabangan submasalah 3 membuat dua submasalah baru, yaitu : Submasalah 5 : submasalah 3 ditambah dengan kendala x 7 < 11 Submasalah 6 : submasalah 3 ditambah dengan kendala x 7 > 12 Proses pencabangan untuk iterasi 3 dapat dilihat pada Gambar x 11 x ³ Gambar 4.3 Iterasi ketiga Penyelesaian optimal untuk submasalah 5 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9 ) = (0; 13,94; 0; 0; 0; 0; 11; 3,03; 14,48); dengan nilai Z = 42,45. Penyelesaian optimal untuk submasalah 6 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9 ) = (1,50; 12; 0; 0; 0; 0; 12; 2; 15); dengan nilai Z = 42,48. xxxiv

35 Karena nilai Z pada submasalah 5 submasalah 6, submasalah 5 harus dicabangkan lagi. Iterasi selanjutnya Iterasi 3 memberikan sisa 2 submasalah yaitu submasalah 5 dan 6. Karena nilai Z pada submasalah 5 submasalah 6, submasalah 5 harus dicabangkan lagi. Submasalah 5 harus dicabangkan dalam iterasi 4, menggunakan metode pencabangan dan pembatasan diteruskan hingga diperoleh penyelesaian optimal bilangan bulat untuk masalah (4.1). Hasil penerapan metode pencabangan dan pembatasan pada masalah (4.1) diringkas dalam bentuk pohon penyelesaian. Pada pohon penyelesaian, angka yang berada di dalam lingkaran menunjukkan nomor submasalah. Lingkaran yang berwarna terang menunjukkan bahwa submasalah dengan nomor di dalam lingkaran tersebut masih harus dicabangkan. Sedangkan lingkaran yang berwarna gelap menunjukkan bahwa submasalah dengan nomor di dalam lingkaran telah memenuhi syarat penghentian sehingga sudah tidak dicabangkan. Pohon penyelesaian dan nilai-nilai hasil penerapan metode pencabangan dan pembatasan untuk kayu dengan diameter cm (ada sebanyak 41 iterasi) diberikan pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Berdasarkan hasil pada Lampiran 4 dan Lampiran 5, Incumbent 1 (Z* baru) diperoleh dari submasalah 58 dalam iterasi 29 dan tidak ada incumbent yang baru (yang lebih baik lagi). Pada hasil diperoleh 3 penyelesaian optimal, yaitu pada submasalah 58 dalam iterasi 29, submasalah 75 dalam iterasi 38 dan submasalah 81 dalam iterasi 41. Selanjutnya akan diuji pada ketiga penyelesaian optimal tersebut manakah yang menghasilkan sisa pemotongan kayu diameter cm yang paling minimal. Pengujian penyelesaian optimal untuk kayu dengan diameter cm yang menghasilkan sisa pemotongan kayu yang paling minimal adalah Submasalah NILAI Keterangan Variabel keputusan Nilai Z ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9 ) 58 ( 1; 13; 0; 0; 1; 0; 0; 24; 4 ) 43 Integer,Incumbent 1 (Z* = 43) xxxv

36 Nilai total sisa pemotongan kayu diameter cm adalah 1(24 cm) + 13(4 cm) + 1(64 cm) + 24(44 cm) + 4(44 cm) = ( ) cm = 1372 cm = 13,72 m. Submasalah NILAI Keterangan Variabel keputusan Nilai Z ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9 ) 75 ( 1; 10; 3; 0; 1; 2; 0; 22; 4 ) 43 Integer Nilai total sisa pemotongan kayu diameter cm adalah 1(24 cm) + 10(4 cm) + 3(84 cm) + 1(64 cm) + 2(64 cm) + 22(44 cm) + 4(44 cm) = ( ) cm = 1652 cm = 16,52 cm. Submasalah NILAI Keterangan Variabel keputusan Nilai Z ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9 ) 81 ( 1; 8; 5; 0; 1; 5; 0; 19; 4 ) 43 Integer Nilai total sisa pemotongan kayu diameter cm adalah 1(24 cm) + 8(4 cm) + 5(84 cm) + 1(64 cm) + 5(64 cm) + 19(44 cm) + 4(44 cm) = ( ) cm = 1872 cm = 18,72 cm. Berdasarkan hasil pembahasan nilai yang menghasilkan sisa pemotongan kayu diameter cm paling minimal diperoleh dari dari submasalah 59. Jadi untuk meminimalkan nilai total sisa pemotongan kayu diameter cm diperoleh dari melakukan pemotongan kayu dengan pola pemotongan 1 sebanyak 1 buah, pola pemotongan 2 sebanyak 13 buah, pola pemotongan 5 sebanyak 1 buah, pola pemotongan 8 sebanyak 24 buah dan pola pemotongan 9 sebanyak 4 buah Pola Pemotongan untuk Diameter 80 cm Penyelesaian optimal menggunakan Teknik 2 Tahap (Two Phase) Minimalkan r = R 1 + R 2 + R 3 + R 4 = x 1-10x 2-9x 3-8x 4-8x 5-7x 6-7x 7-7x 8-7x 9-6x 10-6x 11-6x 12-6x 13-5x 14-4x 15-5x 16-5x 17-4x 18-5x 19-4x 20-4x 21-3x 22 + x x 24 + x 25 + x 26 xxxvi

37 kendala : 11x 1 + 9x 2 + 8x 3 + 6x 4 + 6x 5 + 6x 6 + 5x 7 + 4x 8 + 4x 9 + 4x x x x x x x 16 + x 17 + x 18 - x 23 + R 1 = 52 x 2 + 2x 4 + x 5 + 3x 8 + 2x 9 + x 10 + x x x x x x 20 + x 21 + x 22 - x 24 + R 2 = 24 x 3 + x 5 + 2x 7 + x 9 + x x x x x x 21 - x 25 + R 3 = 18 x 6 + x 10 + x 11 + x x 15 + x 18 + x x 22 - x 26 + R 4 = 12 x 1, x 2,..., x 26, R 1, R 2, R 3, R 4 0 dan bilangan bulat Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan teknik 2 tahap diberikan pada Lampiran 6. Penyelesaian optimal untuk persoalan pemotongan kayu dengan diameter 80 cm adalah x 9 = 0,29; x 11 = 12; x 17 = 2,86; x 19 = 3,54; Z = 18,69. Karena penyelesaian optimal belum bilangan bulat, selanjutnya digunakan metode pencabangan dan pembatasan. Ditetapkan Z* = Iterasi 1 Pada penyelesaian optimal untuk program linear (4.2), variabel yang dibatasi bilangan bulat dengan nilai bukan bilangan bulat pertama adalah x 19 = 3,54; sehingga x 19 menjadi variabel pencabangan. Variabel pencabangan ini membuat dua submasalah baru,yaitu : Submasalah 1 : masalah (4.2) ditambah dengan kendala tambahan x 19 < 3. Minimalkan : Z = x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + x 7 + x 8 + x 9 + x 10 + x 11 + x 12 + x 13 + x 14 + x 15 + x 16 + x 17 + x 18 + x 19 + x 20 + x 21 + x 22 kendala : 11x 1 + 9x 2 + 8x 3 + 6x 4 + 6x 5 + 6x 6 + 5x 7 + 4x 8 + 4x 9 + 4x x x x x x x 16 + x 17 + x 18 > 52 x 2 + 2x 4 + x 5 + 3x 8 + 2x 9 + x 10 + x x x x x x 20 + x 21 + x 22 > 24 x 3 + x 5 + 2x 7 + x 9 + x x x x x x 21 > 18 x 6 + x 10 + x 11 + x x 15 + x 18 + x x 22 > 12 xxxvii

38 x 19 < 3 x 1, x 2,..., x 22 0 dan bilangan bulat Submasalah 2 : masalah (4.2) ditambah dengan kendala tambahan x 19 > 4. Minimalkan : Z = x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + x 7 + x 8 + x 9 + x 10 + x 11 + x 12 + x 13 + x 14 + x 15 + x 16 + x 17 + x 18 + x 19 + x 20 + x 21 + x 22 kendala : 11x 1 + 9x 2 + 8x 3 + 6x 4 + 6x 5 + 6x 6 + 5x 7 + 4x 8 + 4x 9 + 4x x x x x x x 16 + x 17 + x 18 > 52 x 2 + 2x 4 + x 5 + 3x 8 + 2x 9 + x 10 + x x x x x x 20 + x 21 + x 22 > 24 x 3 + x 5 + 2x 7 + x 9 + x x x x x x 21 > 18 x 6 + x 10 + x 11 + x x 15 + x 18 + x x 22 > 12 x 19 > 4 x 1, x 2,..., x 22 > 0 dan bilangan bulat. Proses pencabangan untuk iterasi 1 dapat dilihat pada Gambar x 3 x ³ Gambar 4.4 Iterasi pertama Penyelesaian optimal untuk submasalah 1 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9, x 10, x 11, x 12, x 13, x 14, x 15, x 16, x 17, x 18, x 19, x 20, x 21, x 22 ) = ( 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 10,23; 0; 2,06; 0; 0; 0; 0; 0; 2,86; 0; 0; 0; 0; 3,54); dengan nilai Z = 18,69. Penyelesaian optimal untuk submasalah 2 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9, x 10, x 11, x 12, x 13, x 14, x 15, x 16, x 17, x 18, x 19, x 20, x 21, x 22 ) = ( 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0,18; 0; 12; 0; 0; 0; 0; 0,73; 1,82; 0; 0; 0; 0; 0 ); dengan nilai Z = 18,73. xxxviii

39 Karena nilai Z pada submasalah 1 submasalah 2, submasalah 1 harus dicabangkan lagi. Iterasi 2 Mencabangkan submasalah 1, variabel yang dibatasi bilangan bulat dengan nilai bukan bilangan bulat pada penyelesaian optimal submasalah 1 adalah x 22 = 3,54; sehingga x 22 menjadi variabel pencabangan. Variabel pencabangan submasalah 1 membuat dua submasalah baru, yaitu : Submasalah 3 : submasalah 1 ditambah dengan kendala x 22 < 3 Submasalah 4 : submasalah 1 ditambah dengan kendala x 22 > 4 Proses pencabangan untuk iterasi 2 dapat dilihat pada Gambar x 22 3 x 22 ³ Gambar 4.5 Iterasi kedua Penyelesaian optimal untuk submasalah 3 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9, x 10, x 11, x 12, x 13, x 14, x 15, x 16, x 17, x 18, x 19, x 20, x 21, x 22 ) = ( 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 9,14; 0; 3,14; 0; 0; 0; 0; 0; 2,86; 0; 0,54; 0; 0; 3 ); dengan nilai Z = 18,69. Penyelesaian optimal untuk submasalah 4 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9, x 10, x 11, x 12, x 13, x 14, x 15, x 16, x 17, x 18, x 19, x 20, x 21, x 22 ) = ( 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 8,18; 0; 4; 0; 0; 0; 0; 0,73; 1,82; 0; 0; 0; 0; 4 ); dengan nilai Z = 18,73. Karena nilai Z pada submasalah 3 submasalah 4, submasalah 3 harus dicabangkan lagi. Iterasi 3 Mencabangkan submasalah 3, variabel yang dibatasi bilangan bulat dengan nilai bukan bilangan bulat pada penyelesaian optimal submasalah 3 adalah x 19 = 0,54; sehingga x 19 menjadi variabel pencabangan. xxxix

40 Variabel pencabangan submasalah 3 membuat dua submasalah baru, yaitu : Submasalah 5 : submasalah 3 ditambah dengan kendala x 19 < 0 Submasalah 6 : submasalah 3 ditambah dengan kendala x 19 > 1 Proses pencabangan untuk iterasi 3 dapat dilihat pada Gambar x 0 x ³ Gambar 4.6 Iterasi ketiga Penyelesaian optimal untuk submasalah 5 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9, x 10, x 11, x 12, x 13, x 14, x 15, x 16, x 17, x 18, x 19, x 20, x 21, x 22 ) = ( 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 6,69; 0; 5,6; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 2,86; 0; 3,54; 0; 0 ); dengan nilai Z = 18,69. Penyelesaian optimal untuk submasalah 6 adalah ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9, x 10, x 11, x 12, x 13, x 14, x 15, x 16, x 17, x 18, x 19, x 20, x 21, x 22 ) = ( 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 5,69; 0; 6,6; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 2,86; 1; 2,54; 0; 0 ); dengan nilai Z = 18,73. Karena nilai Z pada submasalah 5 submasalah 6, submasalah 5 harus dicabangkan lagi. Iterasi selanjutnya Iterasi 3 memberikan sisa 2 submasalah yaitu submasalah 5 dan 6. Karena nilai Z pada submasalah 5 submasalah 6, submasalah 5 harus dicabangkan lagi. Submasalah 5 harus dicabangkan dalam iterasi 4, menggunakan metode pencabangan dan pembatasan diteruskan hingga diperoleh penyelesaian optimal bilangan bulat untuk masalah (4.2). Hasil penerapan metode pencabangan dan pembatasan pada masalah (4.2) diringkas dalam bentuk pohon penyelesaian. Pada pohon penyelesaian, angka yang berada di dalam lingkaran menunjukkan nomor submasalah. Lingkaran yang berwarna terang menunjukkan bahwa submasalah dengan nomor di dalam lingkaran tersebut masih harus dicabangkan. Sedangkan xl

41 lingkaran yang berwarna gelap menunjukkan bahwa submasalah dengan nomor di dalam lingkaran telah memenuhi syarat penghentian sehingga sudah tidak dicabangkan. Pohon penyelesaian dan nilai-nilai hasil penerapan metode pencabangan dan pembatasan untuk kayu dengan diameter 80 cm (ada sebanyak 31 iterasi) diberikan pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Berdasarkan hasil pada Lampiran 7 dan Lampiran 8, Incumbent 1 (Z* baru) diperoleh dari submasalah 48 dalam iterasi 24 dan tidak ada incumbent yang baru (yang lebih baik lagi). Pada hasil diperoleh 4 penyelesaian optimal, yaitu pada submasalah 48 dalam iterasi 24, submasalah 50 dalam iterasi 25, submasalah 56 dalam iterasi 28 dan submasalah 59 dalam iterasi 30. Selanjutnya akan diuji pada ketiga penyelesaian optimal tersebut manakah yang menghasilkan sisa pemotongan kayu diameter 80 cm yang paling minimal. Pengujian penyelesaian optimal untuk kayu dengan diameter 80 cm yang menghasilkan sisa pemotongan kayu yang paling minimal adalah Submasalah NILAI Keterangan Variabel keputusan Nilai Z ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9, x 10, x 11, x 12, x 13, x 14, x 15, x 16, x 17, x 18, x 19, x 20, x 21, x 22 ) 48 ( 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 0; 9; 0; 3; 0; 0; 1; 0; 0; 1; 2; 0; 0; 0; 3 ) 19 Integer,Incumbent 1 (Z* = 19) Nilai total sisa pemotongan kayu diameter 80 cm adalah 9(5 cm) + 3(5 cm) + 1(50 cm) + 1(20 cm) + 2(20 cm) + 3(30 cm) = ( ) cm = 260 cm = 2,6 m. Submasalah NILAI Keterangan Variabel keputusan Nilai Z ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9, x 10, x 11, x 12, x 13, x 14, x 15, x 16, x 17, x 18, x 19, x 20, x 21, x 22 ) 50 ( 0; 0; 0; 0; 0; 1; 0; 0; 8; 0; 2; 0; 0; 1; 0; 0; 2; 2; 0; 0; 0; 3 ) 19 Integer Nilai total sisa pemotongan kayu diameter 80 cm adalah 1(90 cm) + 8(5 cm) + 2(5 cm) + 1(50 cm) + 2(20 cm) + 2(20 cm) + 3(30 cm) = ( ) cm = 360 cm = 3,6 m. xli

42 Submasalah NILAI Keterangan Variabel keputusan Nilai Z ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9, x 10, x 11, x 12, x 13, x 14, x 15, x 16, x 17, x 18, x 19, x 20, x 21, x 22 ) 56 ( 0; 0; 0; 0; 1; 0; 0; 0; 8; 0; 3; 0; 0; 1; 0; 0; 1; 2; 0; 0; 0; 3 ) 19 Integer Nilai total sisa pemotongan kayu diameter 80 cm adalah 1(25 cm) + 8(5 cm) + 3(5 cm) + 1(50 cm) + 1(20 cm) + 2(20 cm) + 3(30 cm) = ( ) cm = 280 cm = 2,8 m. Submasalah NILAI Keterangan Variabel keputusan Nilai Z ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6, x 7, x 8, x 9, x 10, x 11, x 12, x 13, x 14, x 15, x 16, x 17, x 18, x 19, x 20, x 21, x 22 ) 59 ( 0; 0; 0; 0; 0; 0; 1; 0; 8; 0; 2; 0; 0; 2; 0; 0; 1; 2; 0; 0; 0; 3 ) 19 Integer Nilai total sisa pemotongan kayu diameter 80 cm adalah 1(60 cm) + 8(5 cm) + 2(5 cm) + 2(50 cm) + 1(20 cm) + 2(20 cm) + 3(30 cm) = ( ) cm = 360 cm = 3,6 m. Berdasarkan hasil pembahasan nilai yang menghasilkan sisa pemotongan kayu diameter 80 cm paling minimal diperoleh dari submasalah 48. Jadi untuk meminimalkan nilai total sisa pemotongan kayu diameter 80 cm diperoleh dari melakukan pemotongan kayu dengan pola pemotongan 9 sebanyak 9 buah, pola pemotongan 11 sebanyak 3 buah, pola pemotongan 14 sebanyak 1 buah, pola pemotongan 17 sebanyak 1 buah, pola pemotongan 18 sebanyak 2 buah dan pola pemotongan 22 sebanyak 3 buah. xlii

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pemotongan kayu sering dialami oleh industri yang memproduksi batangan-batangan kayu menjadi persediaan kayu dalam potonganpotongan yang lebih

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI

OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI OPTIMASI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN POLA PEMOTONGAN SATU DIMENSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKIT KOLOM (COLUMN GENERATION TECHNIQUE) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PROGRAM LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA TITIK INTERIOR DAN METODE SIMPLEKS

PENYELESAIAN PROGRAM LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA TITIK INTERIOR DAN METODE SIMPLEKS PENYELESAIAN PROGRAM LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA TITIK INTERIOR DAN METODE SIMPLEKS oleh SUPARNO M47 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dijelaskan metode-metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simpleks dan Metode Branch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu tempat dimana sumber daya dasar dikelola dengan proses yang sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu hasil berupa barang atau jasa yang

Lebih terperinci

OPTIMASI CUTTING STOCK SATU DIMENSI PADA INDUSTRI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE COLUM GENERATION TECHNIQUE

OPTIMASI CUTTING STOCK SATU DIMENSI PADA INDUSTRI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE COLUM GENERATION TECHNIQUE ISBN:978-602-7980-9-6 OPTIMASI CUTTING STOCK SATU DIMENSI PADA INDUSTRI PEMOTONGAN BALOK KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE COLUM GENERATION TECHNIQUE Nerli Khairani ], Ramlah Hidayat ] FMIPA, UNIMED nerlinst@yahoo.co.id

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE SIMPLEKS DENGAN ALGORITMA TITIK INTERIOR DALAM PENYELESAIAN MASALAH PROGRAM LINIER SKRIPSI AGUSTINA ANGGREINI SITORUS

PERBANDINGAN METODE SIMPLEKS DENGAN ALGORITMA TITIK INTERIOR DALAM PENYELESAIAN MASALAH PROGRAM LINIER SKRIPSI AGUSTINA ANGGREINI SITORUS PERBANDINGAN METODE SIMPLEKS DENGAN ALGORITMA TITIK INTERIOR DALAM PENYELESAIAN MASALAH PROGRAM LINIER SKRIPSI AGUSTINA ANGGREINI SITORUS 120803060 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Jurnal Manajemen Informatika dan Teknik Komputer Volume, Nomor, Oktober 05 PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riset Operasi Masalah pengoptimalan timbul sejak adanya usaha untuk menggunakan pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah manajemen suatu organisasi. Sebenarnya kegiatan yang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PROGRAM BILANGAN BULAT CAMPURAN DUA KRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT SKRIPSI TAUFIK HIDAYAT RITONGA

PENYELESAIAN PROGRAM BILANGAN BULAT CAMPURAN DUA KRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT SKRIPSI TAUFIK HIDAYAT RITONGA PENYELESAIAN PROGRAM BILANGAN BULAT CAMPURAN DUA KRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT SKRIPSI TAUFIK HIDAYAT RITONGA 110803028 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

RATA-RATA KUADRAT SESATAN PENDUGA REGRESI DENGAN KOMBINASI LINIER DUA VARIABEL BANTU PADA SAMPEL ACAK SEDERHANA

RATA-RATA KUADRAT SESATAN PENDUGA REGRESI DENGAN KOMBINASI LINIER DUA VARIABEL BANTU PADA SAMPEL ACAK SEDERHANA RATA-RATA KUADRAT SESATAN PENDUGA REGRESI DENGAN KOMBINASI LINIER DUA VARIABEL BANTU PADA SAMPEL ACAK SEDERHANA oleh INTAN LISDIANA NUR PRATIWI NIM. M0110040 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI SOLUSI INTEGER UNTUK MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR BILEVEL. Jessica Christella NPM:

SKRIPSI SOLUSI INTEGER UNTUK MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR BILEVEL. Jessica Christella NPM: SKRIPSI SOLUSI INTEGER UNTUK MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR BILEVEL Jessica Christella NPM: 2013710013 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN SAINS UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN 2017 FINAL

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linear Menurut Sitorus, Parlin (1997), Program Linier merupakan suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu suatu

Lebih terperinci

BAB II METODE SIMPLEKS

BAB II METODE SIMPLEKS BAB II METODE SIMPLEKS 2.1 Pengantar Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode simpleks didasarkan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE SIMPLEKS

BAB IV. METODE SIMPLEKS BAB IV. METODE SIMPLEKS Penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim (ingat kembali solusi

Lebih terperinci

PENGARUH GREEN MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK HIJAU TEH KOTAK ABSTRAK

PENGARUH GREEN MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK HIJAU TEH KOTAK ABSTRAK PENGARUH GREEN MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK HIJAU TEH KOTAK ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh green marketing mix yang terdiri dari produk, promosi, harga dan

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS MASALAH TRANSPORTASI DAN PENERAPANNYA PADA PENDISTRIBUSIAN PRODUK OTENTIK COFFEE YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI

ANALISIS SENSITIVITAS MASALAH TRANSPORTASI DAN PENERAPANNYA PADA PENDISTRIBUSIAN PRODUK OTENTIK COFFEE YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI ANALISIS SENSITIVITAS MASALAH TRANSPORTASI DAN PENERAPANNYA PADA PENDISTRIBUSIAN PRODUK OTENTIK COFFEE YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

SIMULASI PEMILIHAN SUPPLIER SIMPLISIA TERBAIK DI PT. AIR MANCUR MENGGUNAKAN METODE ADDITIVE RATIO ASSESSMENT

SIMULASI PEMILIHAN SUPPLIER SIMPLISIA TERBAIK DI PT. AIR MANCUR MENGGUNAKAN METODE ADDITIVE RATIO ASSESSMENT SIMULASI PEMILIHAN SUPPLIER SIMPLISIA TERBAIK DI PT. AIR MANCUR MENGGUNAKAN METODE ADDITIVE RATIO ASSESSMENT oleh TITIK MURDATIK M0107061 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI xvi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan elemen-elemen yang berbentuk persegi panjang yang terdiri dari baris dan kolom dan dibatasi dengan tanda [ ] atau (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai wilayah hutan yang cukup luas dan merupakan negara terpenting penghasil berbagai kayu bulat tropis, kayu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Perencanaan Produksi Produksi yang dalam bahasa inggris disebut production adalah keseluruhan proses yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa Produk yang dihasilkan sebagai

Lebih terperinci

OPTIMASI RUTE MULTIPLE-TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MELALUI PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN METODE BRANCH AND BOUND

OPTIMASI RUTE MULTIPLE-TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MELALUI PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN METODE BRANCH AND BOUND OPTIMASI RUTE MULTIPLE-TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MELALUI PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN METODE BRANCH AND BOUND SKRIPSI Oleh Eka Poespita Dewi NIM 051810101068 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

BAB III. METODE SIMPLEKS

BAB III. METODE SIMPLEKS BAB III. METODE SIMPLEKS 3.1. PENGANTAR Metode grafik tidak dapat menyelesaikan persoalan linear program yang memilki variabel keputusan yang cukup besar atau lebih dari dua, maka untuk menyelesaikannya

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PELEM BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PROGRAM LINEAR YANG MENGGUNAKAN METODE BRANCH & BOUND

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PROGRAM LINEAR YANG MENGGUNAKAN METODE BRANCH & BOUND PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PROGRAM LINEAR YANG MENGGUNAKAN METODE BRANCH & BOUND DENGAN METODE GRAFIK & SIMPLEKS (Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics. UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm IMPLEMENTASI ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA 0-1 KNAPSACK PROBLEM UNTUK MENGOPTIMALKAN MUATAN BARANG Arum Pratiwi,

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND βeta p-issn: 2085-5893 / e-issn: 2541-0458 http://jurnalbeta.ac.id Vol. 5 No. 2 (Nopember) 2012, Hal. 99-107 βeta 2012 PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND Siti Rahmatullah, Mamika Ujianita Romdhini, Marwan, Lailia Awalushaumi (Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R Metode Simpleks M U H L I S T A H I R PENDAHULUAN Metode Simpleks adalah metode penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi globalisasi dunia saat ini mendorong persaingan diantara para pelaku bisnis yang semakin ketat. Di Indonesia sebagai negara berkembang, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemrograman linier integer atau Integer Linear Programming (ILP) pada intinya berkaitan dengan program-program linier di mana beberapa atau semua variabel

Lebih terperinci

PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI

PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI E-Jurnal Matematika Vol. 5 (4), November 2016, pp. 148-155 ISSN: 2303-1751 PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI Gede Suryawan 1, Ni Ketut Tari Tastrawati 2, Kartika Sari

Lebih terperinci

APLIKASI METODE BRANCH AND CUT DALAM OPTIMASI PRODUKSI POT BUNGA (Studi Kasus: UD. Pot Bunga Mukhlis Rangkuti, Gelugur) SKRIPSI

APLIKASI METODE BRANCH AND CUT DALAM OPTIMASI PRODUKSI POT BUNGA (Studi Kasus: UD. Pot Bunga Mukhlis Rangkuti, Gelugur) SKRIPSI APLIKASI METODE BRANCH AND CUT DALAM OPTIMASI PRODUKSI POT BUNGA (Studi Kasus: UD. Pot Bunga Mukhlis Rangkuti, Gelugur) SKRIPSI NUSAIBAH KHOLILAH 100803035 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan interupsi signifikan terhadap kegiatan operasional sehari-hari yang bersifat normal dan berkesinambungan. Interupsi ini dapat menyebabkan entitas

Lebih terperinci

12/15/2014. Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer.

12/15/2014. Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer. 1 PEMROGRAMAN LINEAR BULAT (INTEGER LINEAR PROGRAMMING - ILP) Apa yang dimaksud dengan Pemrograman Bulat? METODE SIMPLEKS Solusi yang didapat optimal, tetapi mungkin tidak integer. 2 1 INTEGER LINEAR PROGRAMMING

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword: Activiity based Costing system, Cost of Goods Manufacture, Cost Driver, Overhead Cost. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keyword: Activiity based Costing system, Cost of Goods Manufacture, Cost Driver, Overhead Cost. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT This research will discuss about calculation cost of goods manufactured in PT. Abadi Jaya which is still the traditional system in determining the cost of goods manufactured. Traditional system

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI PADA TIGA HASIL OPERASI GRAF CYCLE DENGAN GRAF PATH

DIMENSI PARTISI PADA TIGA HASIL OPERASI GRAF CYCLE DENGAN GRAF PATH DIMENSI PARTISI PADA TIGA HASIL OPERASI GRAF CYCLE DENGAN GRAF PATH oleh HIDRA VERTANA M0112042 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

Lebih terperinci

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Hikmah *1, Nusyafitri Amin 2 *1 Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sulawesi Barat, 2 Program Studi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENJADWALAN SMK NEGERI 1 KEMUSU BOYOLALI TUGAS AKHIR

SISTEM INFORMASI PENJADWALAN SMK NEGERI 1 KEMUSU BOYOLALI TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI PENJADWALAN SMK NEGERI 1 KEMUSU BOYOLALI TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Program Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMUM PADA CV. XYZ. Angeline, Iryanto, Gim Tarigan

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMUM PADA CV. XYZ. Angeline, Iryanto, Gim Tarigan Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 2 (2014), pp. 137 145. PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMUM PADA CV. XYZ Angeline, Iryanto, Gim Tarigan Abstrak. CV.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern sekarang ini dengan biaya hidup yang semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern sekarang ini dengan biaya hidup yang semakin meningkat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era modern sekarang ini dengan biaya hidup yang semakin meningkat, berakibat beberapa perusahaan mengalami peningkatan biaya pendistribusian produk. Pendistribusian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh

Lebih terperinci

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Jurnal LOG!K@ Jilid 7 No 1 2017 Hal 52-60 ISSN 1978 8568 KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Khoerunisa dan Muhaza

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMANDU WISATA DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN PEMANDU WISATA DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS PENJADWALAN PEMANDU WISATA DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS oleh ADITYA WENDHA WIJAYA M0109003 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 2.1 Analisis Peluang Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI. 2.1 Analisis Peluang Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii SURAT PERNYATAAN TIDAK MENGADAKAN PENELITIAN MENGGUNAKAN PERUSAHAAN... iv PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II PEMROGRAMAN LINIER (METODE SIMPLEKS)

PRAKTIKUM II PEMROGRAMAN LINIER (METODE SIMPLEKS) PRAKTIKUM II PEMROGRAMAN LINIER (METODE SIMPLEKS) A. Tujuan Praktikum 1. Memahami bagaimana merumuskan/ memformulasikan permasalahan yang terdapat dalam dunia nyata. 2. Memahami dan dapat memformulasikan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI HASIL PRODUKSI TAHU DAN TEMPE MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND (STUDI KASUS: PABRIK TEMPE ERI JL. TERATAI NO.

OPTIMALISASI HASIL PRODUKSI TAHU DAN TEMPE MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND (STUDI KASUS: PABRIK TEMPE ERI JL. TERATAI NO. JIMT Vol. 12 No. 1 Juni 2015 (Hal. 53-63) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X OPTIMALISASI HASIL PRODUKSI TAHU DAN TEMPE MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND (STUDI KASUS: PABRIK TEMPE

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL

PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 17 5 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL PESTI NOVTARIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program linier merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan, seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan

Lebih terperinci

Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007 2 PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PTK pada siswa kelas VII Semester Ganjil SMP N 1 Kerjo tahun 2013/2014) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai

Lebih terperinci

Bentuk Standar. max. min

Bentuk Standar. max. min Teori Dualitas 2 Konsep Dualitas Setiap permasalahan LP mempunyai hubungan dengan permasalahan LP lain Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara matematis dari satu model LP primal 3

Lebih terperinci

PENDEKATAN ALGORITMA PEMROGRAMAN DINAMIK DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN KNAPSACK 0/1 SKRIPSI SRI RAHAYU

PENDEKATAN ALGORITMA PEMROGRAMAN DINAMIK DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN KNAPSACK 0/1 SKRIPSI SRI RAHAYU PENDEKATAN ALGORITMA PEMROGRAMAN DINAMIK DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN KNAPSACK 0/1 SKRIPSI SRI RAHAYU 060823001 PROGRAM STUDI SARJANA MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Model umum metode simpleks

Model umum metode simpleks Model umum metode simpleks Fungsi Tujuan: Z C X C 2 X 2 C n X n S S 2 S n = NK FungsiPembatas: a X + a 2 X 2 + + a n X n + S + S 2 + + S n = b a 2 X + a 22 X 2 + + a 2n X n + S + S 2 + + S n = b 2 a m

Lebih terperinci

Pemrograman Linier (3)

Pemrograman Linier (3) Pemrograman Linier () Metode Big-M Ahmad Sabri Universitas Gunadarma, Indonesia Pada model PL di mana semua kendala memiliki relasi, variabel basis pada solusi awal (tabel simpleks awal) adalah Z dan semua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI GRAFIK DAN METODE PRIMAL SIMPLEKS

BAB III SOLUSI GRAFIK DAN METODE PRIMAL SIMPLEKS BAB III SOLUSI GRAFIK DAN METODE PRIMAL SIMPLEKS A. Metode Simpleks Metode simpleks yang sudah kita pelajari, menunjukkan bahwa setiap perpindahan tabel baru selalu membawa semua elemen yang terdapat dalam

Lebih terperinci

MDH Gamal, Zaiful Bahri

MDH Gamal, Zaiful Bahri Jurnal Natur Indonesia 5(): -8 () ISSN -979 Pendekatan Program Linear untuk Persoalan Pemotongan Stok (Pola Pemotongan Satu Dimensi) MDH Gamal, Zaiful Bahri Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB 2 PROGRAM INTEGER. Program linear merupakan metode matematika untuk mengalokasikan sumber

BAB 2 PROGRAM INTEGER. Program linear merupakan metode matematika untuk mengalokasikan sumber BAB 2 PROGRAM INTEGER 2.1 Program Linear Program linear merupakan metode matematika untuk mengalokasikan sumber daya yang biasanya terbatas supaya mencapai hasil yang optimal, misalnya memaksimumkan keuntungan

Lebih terperinci

Abstrak. Info Artikel. Abstract Universitas Negeri Semarang ISSN

Abstrak. Info Artikel. Abstract Universitas Negeri Semarang ISSN UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm METODE COLUMN GENERATION TECHNIQUE SEBAGAI PENYELESAIAN PERMASALAHAN CUTTING STOCK SATU DIMENSI PADA PEMOTONGAN

Lebih terperinci

Daftar Isi Standarisasi Harga dan Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

Daftar Isi Standarisasi Harga dan Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Daftar Isi 2014 1 Kata Pengantar 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, maka Buku Standarisasi Harga dan Standarisasi Sarana

Lebih terperinci

PENGARUH KETERAMPILAN MENGGUNAKAN VARIASI MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SD NEGERI DAWUNGAN 1 TAHUN AJARAN 2014/ 2015

PENGARUH KETERAMPILAN MENGGUNAKAN VARIASI MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SD NEGERI DAWUNGAN 1 TAHUN AJARAN 2014/ 2015 PENGARUH KETERAMPILAN MENGGUNAKAN VARIASI MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SD NEGERI DAWUNGAN 1 TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Materi Bahasan

Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Materi Bahasan Metode Simpleks dalam Bentuk Tabel (Simplex Method in Tabular Form) Kuliah 04 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Metode simpleks dalam bentuk tabel 2 Pemecahan untuk masalah minimisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pemrograman Linear Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimum atau minimum) dengan menggunakan persamaan dan

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA PRODUKSI PADA HOME INDUSTRY SUSU KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENGALI LAGRANGE DAN PEMROGRAMAN KUADRATIK TUGAS AKHIR SKRIPSI

OPTIMASI BIAYA PRODUKSI PADA HOME INDUSTRY SUSU KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENGALI LAGRANGE DAN PEMROGRAMAN KUADRATIK TUGAS AKHIR SKRIPSI OPTIMASI BIAYA PRODUKSI PADA HOME INDUSTRY SUSU KEDELAI MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENGALI LAGRANGE DAN PEMROGRAMAN KUADRATIK TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

KOMBINASI PRODUK DALAM UPAYA PENCAPAIAN LABA MAKSIMAL DENGAN PROGRAMASI LINIER PADA UD. MIM BANYUWANGI

KOMBINASI PRODUK DALAM UPAYA PENCAPAIAN LABA MAKSIMAL DENGAN PROGRAMASI LINIER PADA UD. MIM BANYUWANGI KOMBINASI PRODUK DALAM UPAYA PENCAPAIAN LABA MAKSIMAL DENGAN PROGRAMASI LINIER PADA UD. MIM BANYUWANGI (PRODUCTS COMBINATION IN EFFORT TO ACHIEVE MAXIMUM PROFIT WITH LINEAR PROGRAMMING ON UD. MIM BANYUWANGI)

Lebih terperinci

PENDUGA RASIO PADA PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI, KURTOSIS, DAN KORELASI

PENDUGA RASIO PADA PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI, KURTOSIS, DAN KORELASI PENDUGA RASIO PADA PENGAMBILAN SAMPEL ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI, KURTOSIS, DAN KORELASI oleh EKO BUDI SUSILO M0110022 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

mempunyai tak berhingga banyak solusi.

mempunyai tak berhingga banyak solusi. Lecture 4: A. Introduction Jika suatu masalah LP hanya melibatkan 2 kegiatan (variabel keputu-san) saja, maka dapat diselesaikan dengan metode grafik. Tetapi, jika melibatkan lebih dari 2 kegiatan, maka

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. MEGA ELTRA PERSERO CABANG MEDAN SKRIPSI

OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. MEGA ELTRA PERSERO CABANG MEDAN SKRIPSI OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. MEGA ELTRA PERSERO CABANG MEDAN SKRIPSI DIAH PURNAMA SARI 090803062 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. Simpleks

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. Simpleks PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS Mata Kuliah : RISET OPERASI AGRIBISNIS Semester : V Pertemuan Ke : 4 BAHAN AJAR Pokok Bahasan : Penyelesaian PL dengan Metode Dosen : Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh George Dantzig pada tahun Linear Programming (LP) adalah perencanaan aktivitas-aktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh George Dantzig pada tahun Linear Programming (LP) adalah perencanaan aktivitas-aktivitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Linear adalah suatu alat yang digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi suatu model linear dengan keterbatasan-keterbatasan sumber daya yang tersedia.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

Integer Programming (Pemrograman Bulat)

Integer Programming (Pemrograman Bulat) Integer Programming (Pemrograman Bulat) Pemrograman bulat dibutuhkan ketika keputusan harus dilakukan dalam bentuk bilangan bulat (bukan pecahan yang sering terjadi bila kita gunakan metode simpleks).

Lebih terperinci

ESTIMASI-MM PADA REGRESI ROBUST (Studi Kasus Produksi Kedelai di Indonesia Tahun 2010)

ESTIMASI-MM PADA REGRESI ROBUST (Studi Kasus Produksi Kedelai di Indonesia Tahun 2010) ESTIMASI-MM PADA REGRESI ROBUST (Studi Kasus Produksi Kedelai di Indonesia Tahun 2010) oleh ENDAH KRISNA MURTI M0106039 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA PRODUKSI BIBIT UDANG PUTIH DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS (Studi Kasus: PT. Surya Windu Pertiwi) SKRIPSI

OPTIMASI BIAYA PRODUKSI BIBIT UDANG PUTIH DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS (Studi Kasus: PT. Surya Windu Pertiwi) SKRIPSI OPTIMASI BIAYA PRODUKSI BIBIT UDANG PUTIH DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS (Studi Kasus: PT. Surya Windu Pertiwi) SKRIPSI JEPRIANTO PANGIHUTAN SILABAN 090803063 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Oleh: DESSY DWI JAYANTI A

Oleh: DESSY DWI JAYANTI A PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) (PTK pada Siswa Kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun

Lebih terperinci

INTEGER PROGRAMMING. Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc.

INTEGER PROGRAMMING. Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc. INTEGER PROGRAMMING Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA CONTOH SOAL! Sebuah perusahaan jus buah curah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH STURM-LIOUVILLE DARI PERSAMAAN GELOMBANG SUARA DI BAWAH AIR DENGAN METODE BEDA HINGGA

PENYELESAIAN MASALAH STURM-LIOUVILLE DARI PERSAMAAN GELOMBANG SUARA DI BAWAH AIR DENGAN METODE BEDA HINGGA PENYELESAIAN MASALAH STURM-LIOUVILLE DARI PERSAMAAN GELOMBANG SUARA DI BAWAH AIR DENGAN METODE BEDA HINGGA oleh FIQIH SOFIANA M0109030 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING

Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING Bahan Kuliah Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING Oleh: Darmansyah Tjitradi, MT. PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL UNLAM 25 1 ANALISA SISTEM Agar lebih mendekati langkah-langkah operasional, Hall & Dracup

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI PERMAINAN DALAM STRATEGI PEMASARAN PRODUK TUGAS AKHIR

PENERAPAN TEORI PERMAINAN DALAM STRATEGI PEMASARAN PRODUK TUGAS AKHIR PENERAPAN TEORI PERMAINAN DALAM STRATEGI PEMASARAN PRODUK TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Matematika Oleh : ENDAH PRASETIOWATI 10754000100

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... LEMBAR PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... LEMBAR PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... LEMBAR PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI

STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI SKRIPSI Oleh: Arif Rahmad Saleh K 3303021 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN LINIER. Metode Simpleks

PEMROGRAMAN LINIER. Metode Simpleks PEMROGRAMAN LINIER Metode Simpleks Metode Simpleks Metode simpleks digunakan untuk memecahkan permasalahan PL dengan dua atau lebih variabel keputusan. Prosedur Metode Simpleks: Kasus Maksimisasi a. Formulasi

Lebih terperinci

TENTUKAN MODEL MATEMATISNYA!

TENTUKAN MODEL MATEMATISNYA! INTEGER PROGRAMING CONTOH SOAL! Sebuah perusahaan jus buah curah JASJUS TAMBUNAN memproduksi 2 jenis produk, yaitu jus jeruk dan jus jambu. Masing-masing produk tersebut membutuhkan 2 tahapan produksi,

Lebih terperinci

PENERAPAN LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI METODE TSUKAMOTO PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PEREMPATAN MANDAN KABUPATEN SUKOHARJO

PENERAPAN LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI METODE TSUKAMOTO PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PEREMPATAN MANDAN KABUPATEN SUKOHARJO PENERAPAN LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI METODE TSUKAMOTO PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PEREMPATAN MANDAN KABUPATEN SUKOHARJO oleh KARTIKA DEWAYANI M0112048 SKRIPSI ditulis dan diajukan

Lebih terperinci

Pemodelan dalam RO. Sesi XIV PEMODELAN. (Modeling)

Pemodelan dalam RO. Sesi XIV PEMODELAN. (Modeling) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIV PEMODELAN (Modeling) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pemodelan dalam RO Outline:

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 65 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Kebutuhan Komponen Dalam pembuatan cat, diperlukan beberapa komponen yang menyusun terbentuknya cat tersebut menjadi produk jadi. Data

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Dwi Aningtyas Pangestuti NIM

SKRIPSI. Oleh: Dwi Aningtyas Pangestuti NIM PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI, ORIENTASI TUJUAN, DAN PENGUKURAN KINERJA SEBAGAI ASPEK RASIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA ( Studi Empiris pada Universitas Jember) SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN SMALL-GROUP WORK DAN MEDIA FLANNELGRAPH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD AL-FIRDAUS

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN SMALL-GROUP WORK DAN MEDIA FLANNELGRAPH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD AL-FIRDAUS PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN SMALL-GROUP WORK DAN MEDIA FLANNELGRAPH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD AL-FIRDAUS SURAKARTA TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

DIMENSI METRIK PADA GRAF LOLLIPOP, GRAF MONGOLIAN TENT, DAN GRAF GENERALIZED JAHANGIR

DIMENSI METRIK PADA GRAF LOLLIPOP, GRAF MONGOLIAN TENT, DAN GRAF GENERALIZED JAHANGIR DIMENSI METRIK PADA GRAF LOLLIPOP, GRAF MONGOLIAN TENT, DAN GRAF GENERALIZED JAHANGIR oleh ARDINA RIZQY RACHMASARI M0112013 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

TUNAS JAYA GATAK SUKOHARJO

TUNAS JAYA GATAK SUKOHARJO PROSEDUR EKSPOR PERUSAHAAN MEBEL ROTAN PADA CV TUNAS JAYA GATAK SUKOHARJO Proposal Tugas Akhir Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Pada Progam DIII Manajemen

Lebih terperinci