Analisa Kestabilan Bebas Penyakit pada Penyebaran Demam Berdarah Menggunakan Model Host Vector
|
|
- Yanti Veronika Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EMINA NAIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 Analisa Kestailan Beas Penakit pada Penearan Demam Berdarah Menggunakan Model ost Vector Kasus: Dua erotpe Eminugroho atna ari Nikenasih Binatari FMIPA UNY T - Astrak Tujuan dari penelitian ini adalah mementuk model matematika demam erdarah dengan mengasumsikan setelah semuh dari sakit maka dapat kemali rentan terhadap penakit dalam hal ini diatasi untuk dua serotpe Model ang dientuk tidak hana mempertimangkan populasi host tetapi juga vector dengan mempertimangkan adana peredaan laju kesemuhan antara terinfeksi pertama dengan ang kedua Berdasarkan model diahas tiga titik ekuilirium aitu eas penakit endemic hana pada serotpe pertama dan endemic hana pada serotpe kedua Menggunakan net generating matriks diperoleh dua jenis asic reproduction numer elanjutna perilaku solusi model di sekitar titik ekuilirium dianalisa menggunakan MAPLE asil menunjukkan ahwa jika asic reproduction numer kurang dari satu maka titik ekuilirium eas penakit stail asimtotik local Jika asic reproduction numer leih dari satu maka ketiga titik ekuilirium tidak stail Kata kunci: model ost Vector titik ekuilirium stail I PENDAULUAN eperti ang telah diketahui ahwa demam erdarah merupakan penakit ang sering muncul pada musim pancaroa Virus dengue merupakan penea penakit demam erdarah ini Transmisi demam erdarah dimulai dari manusia ang telah terinfeksi demam erdarah digigit namuk Aedes Aegpti sehat Akiatna virus juga akan erada dalam tuuh namuk Virus mempunai masa inkuasi 4 0 hari di dalam tuuh namuk elanjutna namuk sehat ini diseut seagai namuk terinfeksi Apaila namuk terinfeksi menggigit manusia sehat maka dengan masa inkuasi 4 5 hari seelum akhirna gejala pertama demam erdarah muncul ang meneakan manusia sehat ini diseut terinfeksi Penelitian mengenai pemodelan matematika penearan demam erdarah telah anak dilakukan Dimulai dari [] ang memahas tentang model penearan demam erdarah dimana populasi diagi menjadi tiga kelas aitu kelas rentan kelas terinfeksi dan kelas semuh dari penakit Penelitian ini leih difokuskan pada populasi manusia saja seagai host dari penakit demam erdarah Namun pada kenataanna namuk Aedes Aegpti seagai vector penakit mempunai peranan penting dalam penearan demam erdarah Untuk itu perlu dientuk suatu model host-vector untuk menjawa permasalahan ini Esteva [] telah memahas mengenai hal ini Pada model ini masih diasumsikan host ang telah semuh dari sakit tidak dapat kemali rentan terhadap penakit Padahal virus penea demam erdarah mempunai empat serotpe ang ereda aitu DEN DEN DEN3 dan DEN4 Jika seseorang telah terinfeksi oleh salah satu serotpe maka dapat terinfeksi kemali dengan serotpe ang ereda Jadi model dikemangkan dengan mengasumsikan host ang telah semuh dapat kemali rentan Pada penelitian ang telah dilakukan oewono [3] masih elum memedakan kelas rentan dengan kemungkinan serotpe ang ereda ementara James [4] memahas model host-vector dengan memisahkaan kelas rentan dengan dua serotpe ang ereda namun masih mengasumsikan ahwa laju kesemuhan dari terinfeksi pertama sama dengan ang terinfeksi kedua Untuk itu dalam makalah ini akan dientuk model host-vector dengan memisahkan kelas rentan antara ang pernah terinfeksi pertama dengan infeksi kedua juga diasumsikan ahwa laju kesemuhan dari terinfeksi pertama ereda dengan ang kedua Berdasarkan model ang diperoleh perilaku solusi di sekitar titik ekuilirium akan diamati menggunakan MAPLE
2 IBN II PEMBENTUKAN MODEL Pada agian ini akan diahas mengenai pementukan model demam erdarah dengan memperhatikan populasi host dan vector Didefinisikan untuk total populasi host dan V untuk total populasi vector Populasi host diagi menjadi kelas ang rentan terhadap demam erdarah aik serotpe ang pertama maupun kedua kelas terinfeksi oleh serotpe pertama I kelas terinfeksi oleh serotpe kedua I kelas rentan oleh serotpe kedua setelah terinfeksi oleh serotpe pertama kelas rentan oleh serotpe pertama setelah terinfeksi oleh serotpe kedua kelas terinfeksi oleh serotpe kedua setelah semuh dari serotpe pertama I kelas terinfeksi oleh serotpe pertama setelah semuh dari serotpe kedua I kelas ang semuh dari penakit ementara pada populasi vector tidak didefinisikan kelas semuh karena virus dengue akan ada di dalam tuuh namuk sepanjang hidupna Populasi vector diagi menjadi kelas ang rentan terhadap virus dengue aik serotpe pertama maupun kedua Y kelas terinfeksi oleh serotpe pertama Y I dan kelas terinfeksi oleh serotpe kedua Y I Jika untuk menatakan anakna gigitan per namuk per hari maka untuk V namuk akan ada V gigitan namuk per hari Jadi manusia akan menerima seanak V gigitan namuk per hari V Y Banakna gigitan dari namuk ang terinfeksi oleh serotpe pertama per hari adalah I V Jika menatakan laju transmisi dari namuk ke manusia maka laju infeksi manusia ang rentan terhadap V YI serotpe pertama adalah vh V Karena satu namuk akan menggigit mendapat virus dengue untuk serotpe pertama seesar ke namuk seesar ( ) untuk ang kedua adalah Berikut dierikan diagram transferna per hari per manusia maka satu namuk per hari akan I + I Jika laju transmisi dari manusia maka laju infeksi per namuk ang rentan terhadap serotpe pertama adalah I + I elanjutna untuk laju kesemuhan setelah terinfeksi pertama dinotasikan dan vh V Y V I I V YI V I V Y vh V I I V YI V I ( I + I ) Y Y I I I Y I GAMBA DIAGAM TANFE MODEL
3 EMINA NAIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 Diasumsikan ahwa kematian akiat demam erdarah sangat kecil sehingga tidak diperhitungkan Laju kelahiran untuk populasi host diasumsikan konstan dan sama dengan kematian alami Dinotasikan dengan µ Demikian juga laju kelahiran untuk populasi vector diasumsikan konstan dan sama dengan kematian alami Dinotasikan dengan α Jadi model matematikana adalah d V YI V YI µ vh µ V V () d I V YI I µ I V () d I V YI I µ I V (3) d V YI I vh µ V (4) d V YI I vh µ V (5) d I V YI I µ I V (6) d I V YI I µ I V (7) d I + I µ (8) edangkan untuk populasi vector dengan I I I I dy αv ( I + I ) ( I + I ) αy (9) dy I ( I + I ) α Y I (0) dy I ( I + I ) α Y I () dengan Y + YI + YI V Jika diamil I I I I I I I Y YI YI I I I I V V V d µ V vh I V vh I µ () d I V vh I I µ I () d I V vh I I µ I (3) d V I vh I µ (4) d V I vh I µ (5) d I V vh I I µ I (6) d I V vh I I µ I (7) d I + I µ (8) 3
4 IBN dengan edangkan untuk populasi vector I I I I d α ( I + I ) ( I + I ) α (9) d I ( I + I ) α I (0) d I ( I + I ) α I () dengan + + I I III AIL DAN PEMBAAAN Pada agian ini akan diahas mengenai titik ekuilirium sistem () dan analisa kestailan di sekitar titik ekuilirium Titik-titik ekuilirium ang diahas adalah titik ekuilirium eas penakit titik ekuilirium endemic pada serotpe pertama dan pada serotpe kedua A Titik Ekuilirium Pemahasan mengenai titik ekuilirium akan dijelaskan melalui lemma erikut Lemma Bukti a Jika 0 maka diperoleh titik ekuilirium eas penakit I I I I I I I Jika I 0 I 0 0 I 0 0 I 0 maka diperoleh titik ekuilirium endemic hana pada serotpe pertama ( I I0) µ α V dengan µ V µ + α vh I V vh µ + α V ( µ + ) α V µ µ V µ µ α vh vh vh V V µ α vh µ I µ V µ α V µ α vh c Jika I 0 I 0 0 I 0 0 I 0 maka diperoleh titik ekuilirium endemic hana pada serotpe kedua ( 0 I I ) µ V µ + α vh I V vh µ dengan + α V ( µ + ) α V µ µ V µ µ α vh vh vh V µ + α vh V µ I µ α V µ V µ α V µ α vh a Jika ruas kanan dari masing-masing persamaan pada sistem () sama dengan nol maka dari () diperoleh dan pada (9) diperoleh edangkan erturut-turut pada () (8) dan (0) () diperoleh 0 Jadi diperoleh titik ekuilirium eas penakit I I I I I I I Jika I 0 I 0 0 I 0 0 I 0 maka dengan mengamil nol di ruas kanan dari (0) diperoleh (3) α I I Jika ruas kanan () sama dengan nol dan mensustitusi (3) ke () maka diperoleh 4
5 EMINA NAIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 µ α (4) V Jika ruas kanan () sama dengan nol dan mensutitusikan (4) ke () maka diperoleh I Jika (5) disutitusikan ke (3) maka diperoleh µ V µ α (5) V µ α I vh µ V µ + α (6) V µ vh Jika ruas kanan (4) sama dengan nol dan mensutitusikan (6) ke (4) maka diperoleh V µ + α (7) V µ elanjutna jika ruas kanan (9) sama dengan nol dan mensutitusikan (6) ke (9) maka diperoleh + α V ( µ + ) α V µ µ V µ µ α vh vh vh (8) Jadi terukti untuk titik ekuilirium endemic untuk serotpe pertama dengan erturut-turut seperti pada (4) (6) (7) (8) (5) I I c Jika I 0 I 0 0 I 0 0 I 0 maka dengan mengamil nilai nol di ruas kanan dari (9) diperoleh atau ( ) I α I 0 (9) α I I Jika (3) diamil sama dengan nol dan (9) disutitusikan maka diperoleh atau V µ α vh I I I 0 µ α (0) V Jika () diamil sama dengan nol dan (0) disustitusikan maka diperoleh atau V µ α µ α µ vh I 0 µ V V I Jika () disustitusi ke (9) maka diperoleh µ V µ α () V µ α vh 5
6 IBN I µ V µ + α V µ vh Jika (9) diamil sama dengan nol dan () disustitusikan maka diperoleh + α V ( µ + ) α V µ µ V µ µ α vh vh vh Jika ruas kanan (5) sama dengan nol dan mensutitusikan () maka diperoleh V µ () (3) V µ + α (4) Jadi terukti titik ekuilirium endemic untuk serotpe kedua dengan seperti pada (0) () (4) (3) () I I erturut-turut B Basic eproduction Numer Berikut akan dierikan langkah-langkah untuk mendapatkan asic reproduction numer menggunakan net generating matri seperti ang telah dilakukan oleh Driessche [5] Dientuk matriks F ang entrientrina adalah suku-suku ang masuk ke kelas-kelas terinfeksi selanjutna diamil turunanna terhadap masing-masing kelas pada saat ( ) V V V V I vh I vh I vh I ( I I ) ( I I ) + + I I I I I I V V V V I I ( ) ( ) I I I I I I + + I I I I I I V V V V I I I I ( I + I ) ( I + I ) I I I I I I F V V V V I I I I ( I + I ) ( I + I ) I I I I I I V V V V I I I I ( I + I ) ( I + I ) I I I I I I V V V V I I I I ( I + I ) ( I + I ) I I I I I I ( ) F V V elanjutna dientuk matriks L ang entri-entrina adalah suku-suku ang keluar dari kelaskelas terinfeksi selanjutna diamil turunanna terhadap masing-masing kelas pada saat ( ) 6
7 EMINA NAIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 + µ ) I + µ ) I + µ ) I + µ ) I ( α I ) ( α I ) I I I I I I + µ ) I + µ ) I + µ ) I + µ ) I ( α I ) ( α I ) I I I I I I + µ µ ) I + µ ) I + µ ) I + µ ) I ( α I ) ( α ) I 0 µ I I I I I I µ L + µ ) I + µ ) I + µ ) I + µ ) I ( α I ) ( α I ) µ 0 0 I I I I I α 0 I + µ ) I + µ ) I + µ ) I + µ ) I ( α I ) ( α I ) α I I I I I I + µ ) I + µ ) I + µ ) I + µ ) ( α I ) ( α I ) I ( ) I I I I I I dan inverse dari matriks L adalah µ µ L + µ µ α α L Dicari matriks G aitu hasil perkalian antara matriks F dan α α α G α V ( + µ ) V ( + µ ) Basic eproduction Numer adalah nilai eigen teresar dari matriks G erkenaan dengan serotpe pertama dan kedua erturut-turut ditunjukkan pada (5) vh vh α + µ α + µ α + µ V α + µ V (5) Untuk menunjukkan jumlah host terinfeksi erikutna jika ang terinfeksi pertama diseakan oleh serotpe pertama edangkan menunjukkan jumlah host terinfeksi erikutna jika ang terinfeksi pertama diseakan oleh serotpe kedua C Kestailan di ekitar Titik Ekuilirium Pemahasan mengenai kestailan di sekitar titik ekuilirium akan diahas melalui Gamar 3 menggunakan nilai nilai parameter seperti ang tampak pada Tael Karena laju kematian diasumsikan sama dengan laju kelahiran sementara angka harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 70 Untuk namuk mempunai angka harapan hidup minggu hari tahun maka nilai µ seesar 7
8 IBN sehingga nilai α seesar 4 hari edangkan nilai leih esar diandingkan Karena untuk infeksi kedua seringkali leih fatal diandingkan dengan ang pertama [6] TABEL NILAI PAAMETE Parameter Nilai eferensi µ [7] α [8] 05 [] 055 [4] vh 049 [4] vh 03 [4] 048 [] 0 Diasumsikan Leih lanjut melalui sistem () dientuk matriks Jacoian V V V V I vh I µ V V I µ V V I 0 µ V V 0 0 vh I µ V V vh I µ J V V I 0 µ V V I 0 µ µ α α α elanjutna nilai-nilai parameter ang tampak di Tael disutitusi pada matriks J serta diamil pada ( I I0) dan ( 0 I I ) saat erturut-turut Jika V 5000 dan 0000 disustitusi pada (5) maka diperoleh nilai sementara diperoleh untuk V dan 00 Menggunakan hasil perhitungan ini maka diperoleh nilai-nilai eigen seperti tampak pada Tael erikut Titik Ekuilirium ( ) TABEL NILAI-NILAI EIGEN DAI MATIK J DI ETIAP TITIK EKUILIBIUM ITEM () Titik Ekuilirium ( I I ) Titik Ekuilirium ( I I ) < > > > i i i i stail asimtotik lokal tidak stail tidak stail tidak stail Kesimpulan ang sama juga diperoleh untuk 8
9 EMINA NAIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 Berikut dierikan Gamar dan 3 untuk menunjukkan perilaku solusi dari istem () menggunakan MAPLE Berdasarkan Gamar untuk nilai 0 < maka mula-mula populasi kelas rentan turun hingga hari ke-0 tetapi untuk t akhirna menuju edangkan populasi kelas terinfeksi menuju 0 al ini dikarenakan tidak cukupna kelas rentan ang isa diinfeksi Artina penakit demam erdarah semakin lama semakin menghilang edangkan dari Gamar 3 kelas turun leih cepat dan untuk kelas terinfeksi tetap ada di alam Artina penakit demam erdarah selalu ada Leih lanjut proporsi untuk kelas terinfeksi serotpe kedua I + I leih tinggi diandingkan dengan I + I al ini wajar terjadi karena seringkali seseorang ang terinfeksi demam erdarah ang kedua leih fatal diandingkan seelumna GAMBA PEILAKU OLUI UNTUK < GAMBA 3 PEILAKU OLUI UNTUK > 0 0 IV IMPULAN Model matematika untuk penearan demam erdarah dengan mempertimangkan tidak hana populasi host tetapi juga vector dierikan dalam istem () Model ini juga memedakan antara laju kesemuhan antara ang terinfeksi oleh serotpe pertama dan kedua Berdasarkan model diahas tiga titik ekuilirium aitu titik ekuilirium eas penakit endemic oleh serotpe pertama dan endemic oleh serotpe kedua Menggunakan MAPLE tampak ahwa untuk asic reproduction numer erkenaan dengan serotpe pertama dan kedua kurang dari satu maka titik ekuilirium eas penakit stail asimtotik local ementara jika leih dari satu maka ketiga titik ekuilirium menjadi tidak stail DAFTA PUTAKA [] oward Weiss "The I model and the Foundations of Pulic ealth" MATerials MATemàtics vol 7 pp [] Lourdes Esteva and Cristoal Vargas "Analsis of a Dengue Disease Transmission Model" Mathematical Biosciences vol 50 pp [3] Ed oewono and Asep K upriatna "A Two-dimensional Model for the Transmission of Dengue Fever Disease" Bulletin of the Malasian Mathematical ciences ociet vol 4 pp [4] Ashan James "Coeistence of Two erotpes of Dengue Virus with and without easonal Variation" McMaster Universit Canada 03 [5] P van den Driessche and James Watmough "eproduction Numers and u-threshold Endemic Equiliria for Compartmental Models of Disease Transmission" Mathematical Biosciences vol 80 pp [6] Padmalal Gurugama Pankaj Garg Jennifer Perera Ananda Wijewickrama and uranjith L eneviratne "Dengue Viral Infections" Indian Journal of Dermatolog vol 55 no pp Jan-Mar 00 [7] Badan Pusat tatistik (05) Angka arapan idup Penduduk Beerapa Negara (tahun) [Online] [8] Zhilan Feng and Jorge Velasco ernandez "Competitive Eclusion in a Vector-ost Model for the Dengue Fever" Journal of mathematical Biolog vol 35 pp
Analisa Kestabilan Bebas Penyakit pada Penyebaran Demam Berdarah Menggunakan Model Host Vector
EMINAR NAIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 Analisa Kestailan Beas Penakit pada Penearan Demam Berdarah Menggunakan Model ost Vector Kasus: Dua erotpe Eminugroho Ratna ari Nikenasih Binatari
Lebih terperinci4. Mononom dan Polinom
Darpulic www.darpulic.com 4. Mononom dan Polinom Sudaratno Sudirham Mononom adalah pernataan tunggal ang erentuk k n, dengan k adalah tetapan dan n adalah ilangan ulat termasuk nol. Fungsi polinom merupakan
Lebih terperinciAnalisis Kestabilan Titik Keseimbangan Model Perilaku Jumlah Pelaku Narkoba dengan Faktor Rehabilitasi
Vol. 7 No. 6-7 Januari Analisis Kestailan Titik Keseimangan Model Perilaku Jumlah Pelaku Narkoa dengan Faktor ehailitasi Syamsuddin Toaha Astrak Tulisan ini memahas suatu model laju eruahan jumlah elaku
Lebih terperinciTRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR
a 6 TRIGONOMETRI A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN ELAJAR Kompetensi Dasar 1. Menghayati pola hidup disiplin, kritis, ertanggungjawa, konsisten dan jujur serta menerapkannya dalam kehidupan sehari hari..
Lebih terperinci7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)
BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 idu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik pada suatu titik dari setiap
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang
35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang go pulic di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diamil diatasi pada perusahaanperusahaan
Lebih terperinciPemodelan Matematika Penyebaran Penyakit Leptospirosis Antara Vektor Penyebar Dengan Populasi Manusia
SEMNAR NASONAL MATEMATKA DAN PENDDKAN MATEMATKA UNY 5 T - 39 Pemodelan Matematika Penyearan Penyakit Leptospirosis Antara Vektor Penyear Dengan Populasi Manusia Fuji Lestari, Sugiyanto Sains dan Teknologi,
Lebih terperinciModel Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka
Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka M Soleh 1, D Fatmasari 2, M N Muhaijir 3 1, 2, 3 Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim
Lebih terperinci7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)
Ba 7 Residu dan Penggunaannya BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 Residu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik
Lebih terperinciBab III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan
Ba III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan Pada a ini, akan diahas penyearan oksigen di pemuluh kapiler dan jaringan, dimana sel-sel di jaringan diasumsikan mengkonsumsi oksigen
Lebih terperinciKAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih
KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih 126 1 5 Dosen Pembimbing: Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si Jurusan Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinciBab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR
Ba 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Model kinematika diperlukan dalam menganalisis pergerakan suatu root moil. Model kinematik merupakan analisis pergerakan sistem yang direpresentasikan secara matematis
Lebih terperinciSTUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM A COMPARATIVE STUDY OF PLATE STRUCTURE ANALYSIS USING STRIP METHOD, PBI 71, AND FEM Guntara M.
Lebih terperinciAPLIKASI PERSAMAAN DEFERENSIAL BIASA MODEL EKSPONENSIAL DAN LOGISTIK PADA PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA SURABAYA
MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology Vol. 2, No. 1, Juli 2017. Hal 129 141. APLIKASI PERSAMAAN DEFERENSIAL BIASA MODEL EKSPONENSIAL DAN LOGISTIK PADA PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA
Lebih terperinciUNNES Journal of Mathematics
Info Artikel UJM 5 (2) (2016) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm ANALISIS KESTABILAN TITIK KESETIMBANGAN MODEL MATEMATIKA PROSES TRANSMISI VIRUS DENGUE DI DALAM TUBUH
Lebih terperinciLAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL
LAJU PERTUMBUHAN BAKTERI S. Aerous MELALUI PENDEKATAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Nurdeni 1, Witri Lestari 2, dan Seruni 3 1 Program Studi Pendidikan Matematika, FTMIPA, Universitas Indraprasta PGRI [Email:
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Peningkatan pertumuhan jagung melalui pemerian pupuk merupakan usaha untuk memperaiki kondisi pertumuhan jagung dan menamah keseuran tanah. Pemerian pupuk
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo
KARAKTERISTIK GELOMBANG PECA DI PERAIRAN PERAK SURABAYA Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo Astract The ojectives of this study were to examine the height and period of sea
Lebih terperinciPERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN Sumer: Art & Gallery 44 Matematika X SMK Kelompok: Penjualan dan Akuntansi Standar kompetensi persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat terdiri atas tiga kompetensi dasar.
Lebih terperinciGelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya
Vol. 5, No.1, 52-57, Juli 2008 Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Amir Kamal Amir Astrak Sifat-sifat gelanggang evaluasi eserta pemuktiannya sudah ada dieerapa literatur seperti misalnya pada McConnel
Lebih terperinciSTUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA
STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA Oloni Togu Simanjuntak, Ir. Syamsul Amien, MS Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciPAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF
49 PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF Pendahuluan Pakan diutuhkan ternak untuk memenuhi keutuhan untuk hidup pokok, produksi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimang: a ahwa seagai pelaksanaan Pasal 19
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi virus dengue adalah suatu insiden penyakit yang serius dalam kematian di kebanyakan negara yang beriklim tropis dan sub tropis di dunia. Virus dengue
Lebih terperinciProsiding Seminar Hasil-Hasil PPM IPB 2015 Vol. I : ISBN :
Vol. I : 214 228 ISBN : 978-602-8853-27-9 MODEL EPIDEMIK STOKASTIK PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI JAWA BARAT (Stochastic Epidemic Model of Dengue Fever Spread in West Java Province) Paian
Lebih terperinciPenerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami
Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti Nida Sri Utami Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMS Lina Aryati Jurusan Matematika FMIPA UGM ABSTRAK
Lebih terperinciPERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1
PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT- Mata Pelajaran K e l a s Nomor Modul : Matematika : X (Sepuluh) : MAT.X.0 Penulis Pengkaji Materi Pengkaji Media : Drs. Suyanto : Dra.Wardani Rahayu, M.Si. : Drs. Soekiman DAFTAR
Lebih terperinciMODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT
MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT 1. TUJUAN - Memahami hukum dan prinsip fisika yang mendasari metode gaya erat - Mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai variasi gaya erat di
Lebih terperinci1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.
Bayangkan suatu fungsi seagai seuah mesin, misalnya mesin hitung. Ia mengamil suatu ilangan (masukan), maka fungsi memproses ilangan yang masuk dan hasil produksinya diseut keluaran. x Masukan Fungsi f
Lebih terperinciSIMULASI SPRINGBACK BENCHMARK PROBLEM CROSS MEMBER NUMISHEET 2005
SIMULASI SPRINGBACK BENCHMARK PROBLEM CROSS MEMBER NUMISHEET 005 Akhmad Arif Wahudi, Waluo Adi S., Tri Widodo B.R. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiah Surakarta Jl. A. Yani Paelan
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW
PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW Silviana 1, Nova Risdiyanto Ismail 2 1 Universitas Widyagama Malang/ Dosen Teknik Industri, Kota Malang 2 Universitas
Lebih terperinciVolume 1, Nomor 2, Desember 2007
Volume Nomor 2 Desemer 27 Barekeng Desemer 27 hal3-35 Vol No 2 TITIK-ANTARA DI DALAM RUANG METRIK DAN RUANG INTERVAL METRIK (Between-Points In Metric Space And Metric Interval Space MOZART W TALAKUA Jurusan
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA
ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA Mutholafatul Alim 1), Ari Kusumastuti 2) 1) Mahasiswa Jurusan Matematika, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 1) mutholafatul@rocketmail.com
Lebih terperinciMETODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 167-178, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK
Lebih terperinciKESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI
KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI Mohammad soleh 1, Leni Darlina 2 1,2 Jurusan Matematika Fakultas Sains Teknologi Universitas Islam
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 10, No. 2, Juli 2006 HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN I Made Alit Karyawan Salain 1 dan I.B.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Distriusi Distriusi dapat diartikan seagai kegiatan pemasaran untuk memperlancar dan mempermudah penyampaian arang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya
Lebih terperinciAnalisis Stabilitas Model SIR (Susceptibles, Infected, Recovered) Pada Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Maluku
Analisis Stabilitas Model SIR (Susceptibles, Infected, Recovered) Pada Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Maluku Zeth Arthur Leleury Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Pattimura
Lebih terperinciAplikasi Geometri pada Permainan Dinamis Non- Kooperatif Skalar Waktu tak Berhingga
Seminar Nasional eknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNIKI) 7 ISSN :85-99 Pekanaru, Novemer 5 Aplikasi Geometri pada Permainan Dinamis Non- Kooperatif Skalar Waktu tak Berhingga Nilwan Andiraja
Lebih terperinciANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI
ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI A.P.M., Tarigan *) dan Ahmad Syarif Zein **) *) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU **) Sarjana Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU
Lebih terperinciAnalisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi
Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi 1 Firdha Dwishafarina Zainal, Setijo Winarko, dan Lukman Hanafi Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi
Lebih terperinciPertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang
ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka atang VI. endahuluan Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka
Lebih terperinciMETODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 118-177, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK
Lebih terperinciI. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik
VII. BALOK KOLOM Komponen struktur seringkali menderita kominasi eerapa macam gaya secara ersama-sama, salah satu contohnya adalah komponen struktur alok-kolom. Pada alok-kolom, dua macam gaya ekerja secara
Lebih terperinciBAB VI DEFLEKSI BALOK
VI DEFEKSI OK.. Pendahuluan Semua alok akan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya apaila tereani. Dalam struktur angunan, seperti : alok dan plat lantai tidak oleh melentur terlalu erleihan untuk
Lebih terperinci6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat
Sumer: Art and Gallery Standar Kompetensi 6. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linier dan fungsi kuadrat Kompetensi Dasar 6. Mendeskripsikan peredaan konsep relasi dan fungsi
Lebih terperinci(R.2) PERBANDINGAN METODE BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM PENDUGAAN PARAMETER REGRESI DENGAN PARTIAL LEAST SQUARE REGRESSION
Universitas Padjadjaran, 3 Novemer 200 (R.2) PERANDINGAN METODE OOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM PENDUGAAN PARAMETER REGRESI DENGAN PARTIAL LEAST SQUARE REGRESSION I Gede Nyoman Mindra Jaya Jurusan Statistika
Lebih terperinciBAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv
BAB II PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv 2.1. Transformator Daya Transformator adalah suatu alat listrik statis yang erfungsi meruah tegangan guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian
Lebih terperinciPENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Inti Anif Fujiati 1, Sri Utami 2 FPMIPA IKIP PGRI MADIUN
Lebih terperinciElli Afrida. Staf pengajar kopertis Wilayah I dpk Unpab
8 EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK A32 DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum. L.) VARIETAS BREBES Elli Afrida Staf pengajar kopertis Wilayah I dpk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
31 HASIL DAN PEMBAHASAN Silika Hasil Isolasi dari Sekam Padi Analisis kuantitatif dengan metode X-Ray Fluorescence dilakukan untuk mengetahui kandungan silika au sekam dan oksida-oksida lainnya aik logam
Lebih terperinciANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE
Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 153 162. ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE Hendri Purwanto,
Lebih terperinciCOURSE NOTE : Sistem Persamaan Liniear
COURSE NOTE : Sistem Persamaan Liniear PERSAMAAN LINIEAR Secara umum kita mendefinisikan persamaan liniear dalam n variale x 1 x x n seagai erikut : dengan a1 a... an adalah konstanta real. a1x 1 ax ax...
Lebih terperinciModel Matematika Penyebaran Eksternal Demam Berdarah Dengue
BAB II Model Matematika Penyebaran Eksternal Demam Berdarah Dengue Bab ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berisi penurunan model matematika penyebaran penyakit DBD yang selanjutnya akan disebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dan pemahasan serius dari pemerintah dan ahli kependudukan. Bila para ahli
Lebih terperinciANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT
ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL Handali, S 1), Gea, O 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail
Lebih terperinciInisialisasi Sistem Peringatan Dini Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue
BAB V Inisialisasi Sistem Peringatan Dini Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue Bab ini menjelaskan konstruksi perangkat lunak sistem peringatan dini outbreaks DBD. Sistem peringatan dini ini dirancang
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Layanan Data Berbasis Ethernet di Wilayah Kota 2
Analisis Pertumuhan Laanan Data Berasis Ethernet di Wilaah Kota Leni Devera Asrar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Budi Utomo (ITBU), Jl. Raa Mawar Merah, Malaka-Klender,
Lebih terperinciPEMODELAN KASUS GIZI BURUK DI KOTA JAYAPURA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI POISSON
BIAStatistics (014) Vol. 8, No. 1, hal. 1-8 PEMODELAN KASUS GIZI BURUK DI KOTA JAYAPURA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI POISSON (MALNUTRITION CASE MODELING IN JAYAPURA BY USING POISSON REGRESSION ANALYSIS)
Lebih terperinciMetode Simpleks Diperbaiki (Revised Simplex Method) Materi Bahasan
/7/ Metode Simpleks Diperaiki (Revised Simple Method) Kuliah TI Penelitian Operasional I Materi ahasan Dasar-dasar aljaar dari metode simpleks Metode simpleks yang diperaiki TI Penelitian Operasional I
Lebih terperinciKESTABILAN DAN BIFURKASI MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN LAJU KESEMBUHAN TIPE JENUH. Oleh: Khoiril Hidayati ( )
KESTABILAN DAN BIFURKASI MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN LAJU KESEMBUHAN TIPE JENUH Oleh: Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 Latar
Lebih terperinciTingkat Vaksinasi Minimum untuk Pencegahan Epidemik Berdasarkan Model Matematika SIR
Matematika Integratif 2(Edisi Khusus): 4-49 Tingkat Vaksinasi Minimum untuk Pencegahan Epidemik Berdasarkan Model Matematika SIR Asep K Supriatna Abstrak Dalam paper ini dibahas sebuah model SIR sederhana
Lebih terperinciPENENTUAN BESARNYA PENGARUH FAKTOR GENETIK TERHADAP SIFAT FENOTIP DENGAN METODE PASANGAN KEMBAR
PNNTUN BSRNY PNGRUH FKTOR GNTIK TRHDP SIFT FNOTIP DNGN MTOD PSNGN KMBR. Setiawan Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Indonesia stract. Twins
Lebih terperinciBAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (PDB) ORDE SATU
BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (PDB) ORDE SATU Tujuan Instruksional: Mampu memahami dan menyelesaikan PD orde-1 dg integrasi langsung, pemisahan variael. Mampu memahami dan menyelesaikan Persamaan
Lebih terperinciKesimpulan serta Masalah yang masih Terbuka
BAB VI Kesimpulan serta Masalah yang masih Terbuka VI.1 Kesimpulan Secara umum model yang dihasilkan dapat menunjukkan adanya endemik di suatu daerah untuk nilai parameter tertentu. Hal ini dapat dilihat
Lebih terperinciModel Regresi Berganda
REGREI DAN KORELAI LINEAR BERGANDA Materi:. Konsep Analisis Regresi Berganda. Penduga Koefisien Regresi 3. Model regresi dengan dua variael eas 4. Contoh Kasus 5. Koefisien Determinasi dan koefisien korelasi
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN NASIONAL TIGA SEKTOR. Minggu 6
ANALSS PENDAPATAN NASONAL TA SEKTOR Minggu 6 Pendahuluan Pada agian terdahulu, telah diahas mengenai keseimangan pendapatan nasional 2 sektor dimana pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari dua pelaku kegiatan
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN
NLISIS KONSENTRSI TEGNGN PD GELGR BERLUBNG MENGGUNKN PEMODELN DN EKSPERIMEN khmad aizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com strak Belum diketahuinya
Lebih terperinciDETERMINAN, INVERS, PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR
DETERMINAN, INVERS, PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DETERMINAN Definisi Setiap matriks kuadrat/persegi mempunyai suatu nilai khusus yang diseut determinan. determinan adalah jumlah hasil kali elementer
Lebih terperinciHUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE
Jurnal Fisika. Volume 03 omor 02 Tahun 2014, hal 84-88 HUBUGA B VALUE DEGA FREKUESI KEJADIA DA MAGITUDO GEMPA BUMI MEGGUAKA METODE GUTEBERG-RICHTER DI SULAWESI TEGAH PERIODE 2008-2014 or Hidaya Rachmawati,
Lebih terperinciANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA
BAB V AALSA TRAFK PADA JARGA CDMA Analisa trafik pada suatu sistem seluler sangat terkait dengan kapasitas aringan dari sistem terseut. Yang terkait erat dengan kapasitas aringan ini adalah intensitas
Lebih terperinciBAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN
BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN Ba ini akan memahas kapasitas samungan rangka aja ringan terhadap gaya-gaya dalam yang merupakan hasil analisis struktur rangka aja ringan pada pemodelan a seelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernahkah anda menjadi seorang pasien yang datang ke dokter dan menolak dirawat? Biasanya penolakan muncul jika sang dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan seperti
Lebih terperinciBAB XIV V E K T O R Pengertian Vektor adalah besaran yang mempunyai arah. Tafsiran geometri sebuah vektor dilukiskan sebagai panah.
XIV V E K T O R 4. engertian adalah esaran yang mempunyai arah. Tafsiran geometri seuah vektor dilukiskan seagai panah. dengan titik pangkal (a x, a y, a z ) dan titik ujung ( x, y, z ) dinotasikan dengan.
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Titik Tetap Analisis titik tetap pada sistem persamaan diferensial sering digunakan untuk menentukan suatu solusi yang tidak berubah menurut waktu, yaitu pada saat
Lebih terperinciBab 2 Bentuk Aljabar. A. Pengertian Bentuk Aljabar. B. Suku-suku Sejenis. C. Penjumlahan dan Pengurangan. Contoh Soal dan Pembahasan:
Moh. Fatkoer Rohman 6 Ba Bentuk Aljaar Pengertian Bentuk Aljaar Bentuk aljaar adalah entuk matematika ang didalamna memuat variael atau konstanta. Perhatikan entuk-entuk aljaar erikut! ) ) 4 ) Bentuk aljaar
Lebih terperinciPengembangan Model Matematika SIRD (Susceptibles- Infected-Recovery-Deaths) Pada Penyebaran Virus Ebola
JURNAL FOURIER April 2016, Vol. 5, No. 1, 23-34 ISSN 2252-763X Pengembangan Model Matematika SIRD (Susceptibles- Infected-Recovery-Deaths) Pada Penyebaran Virus Ebola Endah Purwati dan Sugiyanto Program
Lebih terperinciEvaluasi Dampak Program Edukasi, Skrining Dan Terapi HIV Pada Model Penyebaran Infeksi HIV
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 T 7 Evaluasi Dampak Program Edukasi, Skrining Dan Terapi HIV Pada Model Penyebaran Infeksi HIV Marsudi, Noor Hidayat, Ratno Bagus Edy Wibowo
Lebih terperinciPENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Terboyo - Cangkiran Semarang)
PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Teroyo Cangkiran Semarang) Arfan Bakhtiar, Diana Puspita Sari, Hendy Tantono Industrial
Lebih terperinciII MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD
8 II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD 3.1 Penyebaran Virus DBD DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Penyebaran virus demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk. Nyamuk Aedes
Lebih terperinciANALISIS MODEL MATEMATIKA HOST-VEKTOR PENYEBARAN PENYAKIT FILARIASIS. kemungkinanan yaitu stabil atau tidak stabil dan titik kesetimbangan endemik
ANALISIS MODEL MATEMATIKA HOST-VEKTOR PENYEBARAN PENYAKIT FILARIASIS Oleh Asran 1, Drs. Asrul Sani, M.Sc., Ph.D. 2, La Guu, S.Si., M.Si. 3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB III PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
BAB III PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN 3.1 PRINSIP PERENCANAAN Pada daarna didalam perencanaan komponen truktur ang dieani lentur, akial atau kominai ean lentur dan akial haru dipenuhi ketentuan ang tertera
Lebih terperinciANALISIS MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN KOINFEKSI MALARIA-TIFUS
ANALISIS MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN KOINFEKSI MALARIA-TIFUS Nur Hamidah 1), Fatmawati 2), Utami Dyah Purwati 3) 1)2)3) Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Kampus
Lebih terperinciKESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)
KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang) Melita Haryati 1, Kartono 2, Sunarsih 3 1,2,3 Jurusan Matematika
Lebih terperinciPROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK
PROSES PERCABANGAN PADA DISTRIBUSI GEOMETRIK Arantika Desmawati, Respatiwulan, dan Dewi Retno Sari S Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Seelas Maret Astrak.
Lebih terperinciTEOREMA GREEN UNTUK MENYELESAIKAN PERHITUNGAN INTEGRAL GARIS
TEOEMA GEEN UNTUK MENYELESAIKAN PEHITUNGAN INTEGAL GAIS Prasetio Budi Darmono Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiah Purworejo Astrak Integral merupakan operasi kealikan dari turunan.
Lebih terperinciModel Matematika Penyebaran Penyakit Demam Chikungunya Dengan Dua Jenis Nyamuk Ades (Aedes Aegepty dan Aedes Albopictus)
JURNAL FOURIER Oktober 217, Vol. 6, No. 2, 45-54 ISSN 2252-763X DOI: 1.14421/fourier.217.62.45-54 E-ISSN 2541-5239 Model Matematika Penyebaran Penyakit Demam Chikungunya Dengan Dua Jenis Nyamuk Ades (Aedes
Lebih terperinciPERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. Model Gravitasi
MEODE ANALISIS ERENCANAAN 2 Materi 1 : L 311 Oleh : Ken Martina Kasikoen Model Gravitasi Model gravitasi adalah model yang paling sering digunakan dalam studi-studi perencanaan dan transportasi, karenanya
Lebih terperinciDisusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT
STUDI PENGARUH BENTANGAN(SPAN) PADA SINGLE GIRDER OVERHEAD CRANE DENGAN KAPASITAS 5 TON TYPE EKKE DAN ELKE DAN KAPASITAS 10 TON TYPE EKKE TERHADAP BERAT KONSTRUKSI GIRDERNYA Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percoaan Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah kaca yang terletak pada ketinggian 1100 m diatas permukaan laut. Tanaman gerera yang digunakan merupakan iit yang
Lebih terperinciMODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR
MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR Muhammad Naim Staf Pengajar Teknik Mesin, Akademi Teknik Soroako, Sorowako *Email: mnaim@ats-sorowako.ac.id Astrak Kecepatan motor induksi 3 fasa
Lebih terperinciMessage Authentication Code (MAC) Pembangkit Bilangan Acak Semu
Bahan Kuliah ke-21 IF5054 Kriptografi Message Authentication Code (MAC) Pemangkit Bilangan Acak Semu Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004
Lebih terperinciBAB III BASIC REPRODUCTION NUMBER
BAB III BASIC REPRODUCTIO UMBER Dalam kaitannya dengan kejadian luar biasa, dalam epidemiologi matematika dikenal suatu besaran ambang batas (threshold) yang menjadi indikasi apakah dalam suatu populasi
Lebih terperinciTransformasi Geometri. Transformasi Geometri B A B. A. Translasi. B. Refleksi. C. Rotasi. D. Dilatasi. E. Komposisi Transformasi dengan Matriks
Transformasi Geometri Transformasi Geometri B B 6. Translasi B. Refleksi C. Rotasi D. Dilatasi E. Komposisi Transformasi dengan Matriks Sumer: www.geocities.com Pantograf adalah alat untuk menggamar ulang
Lebih terperinciKonstruksi Rangka Batang
Konstruksi Rangka atang Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka atang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari sejumlah atang atang
Lebih terperinciMAKALAH FISIKA INTI PELURUHAN ALFA. Disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Inti. Dosen pengampu : Dr. Sutikno, M.T.
MAKALAH FISIKA INTI PELUUHAN ALFA Disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Inti Dosen pengampu : Dr. Sutikno, M.T. Kelompok 4 Anggota :. Pradita Ajeng Wiguna (440). iameinda Br Bangun (4404)
Lebih terperinciFaktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan DRM : 1. Aspek sumber daya manusia 2. Aspek pendukung
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Tael 3.1 Kerangka Konsep Faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan DRM : 1. Aspek sumer daya manusia 2. Aspek pendukung Assemling Lengkap Tidak Lengkap Klaim
Lebih terperinciPENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON
PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON Wiratman Wangsadinata 1, Hamdi 2 1. Pendahuluan Dalam analisis struktur eton, pengaruh peretakan eton terhadap kekakuan unsurunsurnya menurut SNI
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER)
Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, pp.646 ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER) Herri Sulaiman Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinci