BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE"

Transkripsi

1 BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE Kompeteni Mahaiwa mampu. Menentukan nilai tranformai Laplace untuk fungi-fungi yang ederhana. Menggunakan ifat-ifat tranformai untuk menentukan nilai tranformai Laplace untuk fuyngi-fungi yang lebih komplek 3. Menggunakan rumu-rumu tranformai turunan dan integral 4. Menggunakan teorema pergeeran umbu- dan umbu-t 5. Menentukan turunan dan integral tranformai Laplace F() untuk memperoleh fungi alinya yang bereuaian dengan turunan dan integral terebut. Materi. Pengertian Tranformai Laplace. Keujudan Tranformai Laplace 3. Tanformai Laplace Turunan 4. Tranformai Laplace Integral 5. Pergeeran pada Sumbu 6. Pergeeran pada Sumbu t 7. Turunan Tranformai Laplace 6 -

2 BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE Tranformai Laplace merupakan alah atu metode yang digunakan untuk menyeleaikan uatu peramaan diferenial dan maalah nilai awal. Proedur utama dalam penyeleaiannya adalah:. Mentranformai (Laplace) peramaan yang ulit menjadi peramaan yang lebih ederhana yang diebut peramaan pengganti.. Menyeleaikan peramaan pengganti dengan manipulai aljabar biaa. 3. Mentranformai kembali (inver Laplace) eleaian dari peramaan pengganti untuk mendapatkan eleaian dari peramaan emula. Proedur terebut dapat digambarkan dalam bagan berikut: Peramaan Differenial/ Maalah Nilai Awal TL Peramaan Pengganti Manipulai aljabar Seleaian PD/MNA Inver TL Seleaian Peramaan Pengganti Gambar Proe penyeleaian peramaan differenial atau maalah nilai awal dengan menggunakan Tranformai Laplace. 6 -

3 6.. Pengertian Tranformai Laplace Definii. Mial f(t) terdefiniikan untuk t 0. Dibentuk fungi F dengan F() = e t f(t)dt. 0 Jika F() ada maka F() diebut tranformai Laplace dari f(t) dan dinotaikan dengan L(f). Dalam hal ini f(t) diebut tranformai inver dari F() dan dinotaikan dengan L - (F). Jadi, F() = L(f) = e t f(t)dt 0 f(t) = L - (F). Contoh :. f(t)=, t 0, maka L(f) = Jadi 0 e t dt e t = 0 =. L() = / dan L - (/) =.. f(t) = e at, t 0, maka 3. L(f) = t at e e dt e ( a)t = = a 0 0 a, untuk -a>0. 6-3

4 Jadi L(e at ) = /(-a) dan L - (/(-a)) = e at. Teorema. (Sifat Linier): Jika L(f(t)) dan L(g(t)) ada dan a, b kontan maka L{af(t)+bg(t)} = al(f(t))+bl(g(t)). Bukti: dari definii Tranformai Laplace. Contoh :. Tentukan L(coh at). Penyeleaian: Karena coh at = (e at +e -at )/, dengan ifat linier maka L(coh at) = L{(e at +e -at )/} = (/)L(e at ) + (/)L(e -at ) =(/) (/(-a))+ (/) (/(+a)) = /( -a ), untuk >a 0.. Jika F() = ( a)( b) dengan a b, tentukan L - (F). Penyeleaian: Inver dari tranformai Laplace juga berifat linier ehingga L - (F) = L - { ( )} a b a b 6-4

5 = [L ( ) L ( )] a b a b = (e at e bt ). a b 3. Jika F() = Penyeleaian: ( a)( b) dengan a b, tentukan L - (F). L - (F) = L - { ( a b )} a b a b = [al ( ) bl ( )] a b a b = (ae at be bt ). a b Latihan. Tentukan Tranformai Laplace dari:. f(t) = t. f(t) = t 3. f(t) = t n, n=,,3, 4. f(t) = t a, a>0 5. f(t) = co ωt 6. f(t) = in ωt 7. f(t) = inh t 6-5

6 6.. Keujudan Tranformai Laplace Suatu fungi yang terdefinii untuk t>0 mungkin memiliki tranformai Laplace, tetapi mungkin juga tidak memiliki (nilai integral dalam definii tidak ada). Keujudan tranformai Laplace dijamin oleh: Teorema : Mial f(t) fungi yang kontinu perbagian (piecewie continuou) pada etiap interval dalam range t 0 dan memenuhi f(t) Me γt, untuk etiap t 0, Dengan γ dan M kontan. Maka tranformai Laplace dari f(t) ada untuk emua >γ. Contoh 3: karena coh t < e t dan t n n!e t (n=0,,, ) untuk etiap t 0, maka tranformai Laplace dari coh t dan t n ada f(t) = e t f(t) g(t) = coh(t) t Gambar grafik fungi coht dan e t, terlihat bahwa untuk etiap t > 0 berlaku coht e t. 6-6

7 Perhatian:. Teorema di ata merupakan yarat cukup dari ekiteni Tranformai Laplace, bukan yarat perlu. Sebagai contoh f(t) = t tidak memenuhi yarat dalam teorema (karena f(0) = ), tetapi L( t ) ada, yaitu L( t ) = t x π e t dt = e x dx = Γ( ) 0 0 =.. Jika Tranformai Laplace dari uatu fungi ada maka tranformai itu tunggal. 3. Jika dua buah fungi mempunyai Tranformai Laplace yang ama maka dua fungi itu hanya berbeda pada titik-titik teriolainya aja. Jadi dapat dikatakan bahwa inver dari uatu Tranformai Laplace ecara eenial adalah ama. Dalam hal fungi kontinu, maka keduanya benar-benar ama Tanformai Laplace Turunan Jika tranformai Laplace dari f diketahui dan turunan dari f ada, kita dapat mempertanyakan apakah tranformai Laplace dari f juga ada atau apakah ada yarat lain yang dapat menjamin keujudan dari tranformai Laplace f. Lebih lanjut, jika tranformai Laplace dari f ada, apakah ada hubungan di antara ke duanya. Hal ini diberikan oleh teorema berikut. 6-7

8 Teorema 3: Mial f(t) kontinu untuk t 0 dan memenuhi yarat teorema dan mempunyai turunan f (t) yang kontinu perbagian pada etiap interval hingga dalam range t 0. Maka TL dari f (t) ada untuk >γ dan diberikan oleh L(f ) =L(f) f(0), (<γ). Catatan: Teorema di ata dapat diperlua untuk mendapatkan: L(f ) = L(f) f(0) f (0), L(f ) = 3 L(f) f(0) f (0) f (0), dt. Yang dengan induki diperoleh: Teorema 4: Mial f(t), f (t), f (t),,f (n-) (t) fungi-fungi kontinu untuk t 0, dan memenuhi yarat dalam teoema untuk uatu γ dan M dan mial f (n) (t) kontinu perbagian pada etiap interval dalam range t 0. Maka TL f (n) ada jika >γ dan diberikan oleh: L(f (n) ) = n L(f) n- f(0) n- f (0) - f (n-) (0). Contoh 4 (penerapan teorema 4):. Tentukan L(t ). Penyeleaian: f(t) = t, maka f(0) = 0, f (0) = 0, f (t) =, L() = /, 6-8

9 ehingga L(f ) = L() =/ = L(f). Jadi L(f) = L(t ) = / 3.. Tentukan L(co ωt). Penyeleaian: f(t) = co ωt, maka f (t) = -ω coωt, f(0) =, dan f (0) = 0. Maka -ω L(f) = L(f ) = L(f) ehingga L(f) = L(co ωt) = /( + ω ). Dengan cara yang ama dapat ditunjukkan bahwa L(in ωt) = w/( + ω ). 6-9

10 3. Tentukan L(in t). Penyeleaian: f(t) = in t, maka f(0) = 0, f (t) = int cot = in t. Dengan Teorema 3, L(in t) = /( +4) = L(f) ehingga L(in t) =. ( + 4) 4. Tentukan Seleaian MNA: y +4y +3y = 0, y(0)=3, y (0)=. Penyeleaian: Langkah. Menyuun peramaan pengganti: Mial Y() = L(y), (y fungi yang akan dicari). Dengan teorema (3), (4) dan yarat awal, maka L(y ) = Y-y(0) = Y-3 L(y ) = Y y(0) y (0) 6-0

11 = Y-3-. Selanjutnya L(y), L(y ) dan L(y ) diubtituikan ke dalam TL dari PD nya: Y+4Y+3Y= atau (+3+(+)Y = 3+3 (peramaan pengganti). Langkah. Seleaikan peramaan pengganti (dengan cara aljabar): Y= = + ( + 3)( + ) Langkah 3. Tentukan tranformai inver dari eleaian peramaan pengganti untuk memperoleh eleaian MNA: Karena L - (/(-3)) = e -3t dan L - (/(+))=e -t, dengan menggunakan ifat linier diperoleh y(t)=-e -3t +5e -t Tranformai Laplace Integral. Teorema 5: Jika f(t) kontinu perbagian dan memenuhi yarat dari teorema, maka t L( f( τ )dτ )= L(f (t)), dengan >0 dan >γ. 0 Dari hubungan dalam teorema 5, dapat ditunjukkan; 6 -

12 t L { F()} = f( τ )dτ. 0 Contoh 5 Mial L(f) = Penyeleaian Karena, tentukan f(t). ( + ω ) dengan teorema 5 diperoleh Contoh 6 Mial L(f)=( L ( ) = inωt, ( + ω ) ω t L ( ) = in d ( co t) ( ωτ τ = ω. + ω ) ω 0 ω ). Tentukan f(t). ( + ω ) Dengan cara eperti di ata, Latihan. t L ( ) = ( co ωτ)d τ. ( ω ) ω + 0. Gunakan Teorema 4 untuk menghitung: a. L(t co ωt) b. L(t in ωt) 6 -

13 c. L(t coh at). d. L(t inh at).. Dengan rumu Tranformai dari turunan, tentukan L(in ωt) dari rumu L(co ωt). 3. Gunakan Teorema 5 untuk menentukan f(t) jika L(f) adalah: a. /( +) b. c. d. e. f. (+ ) (+ ) +. ( + ) ( ) 4 ( ) g. 4 h. ( ) + 4. Gunakan TL untuk menyeleaikan MNA: a. y -y -3y=0, y(0)=, y (0)=7 b. 4y +y=0, y(0)=, y (0)=-. 6-3

14 c. Y +y -8y=0, y(0)=, y (0)=8. d. Y +5y=t, y(0)=, y (0)=0, Pergeeran pada Sumbu Salah atu ifat penting dari tranformai laplace adalah ifat pergeeran pada umbu dan umbu t. Teorema 6 (pergeeran pada umbu ) Jika f(t) mempunyai tranformai Laplace F() dengan >γ, maka e at f(t) mempunyai tranformai F(-a) dengan -a>γ. Dengan teorema di ata, jika kita mengetahui tranformai Laplace dari f(t) maka kita dapat menentukan tranformai Laplace dari e at f(t) ecara mudah. Berdaarkan teorema di ata, kita juga dapat menentukan inver tranformai dari F(-a) jika inver tranformai dari F() diketahui, yakni L - (F(-a))=e at f(t). Hubungan antara F() dan F(-a) diberikan oleh ilutrai berikut: a F() F(-a) Beberapa rumu yang dapat diturunkan berdaarkan rumu-rumu ebelumnya dan dengan menggunakan teorema terebut adalah 6-4

15 f(t) L(f) e at t n n! n+ ( a) e at coωt a ( a) + ω e at inωt ω ( a) + ω Contoh 7: Gunakan rumu inver tranformai Laplace untuk menentukan eleaian maalah nilai awal dari maalah gerak pega teredam: y +y +5y = 0, y(0)=, y (0) = -4. Penyeleaian. Peramaan bantu dari MNA di ata adalah Y-+4+(Y-)+5Y=0, yang dapat diederhanakan ecara manipulai aljabar menjadi Y ( ) = ( + ) + + = ( + ) + ( + ) + Karena ( - L ) = co t dan L ( ) = in t, ( + ) + ( + ) + maka eleaian MNAnya adalah:. 6-5

16 y(t) =L - (Y) = e -t (cot-int) 6.6. Pergeeran pada Sumbu t Pada teorema di ata, kita dapat menggunakan pergeeran pada umbu dari F() untuk menentukan tranformai Laplace dari e at f(t). Berikut ini kita akan menentukan tranformai Laplace dari f (t) yang didefiniikan dengan 0, t < a f ( t) = f ( t a), t > a. Ini dikenal dengan pergeeran pada umbu t, yakni dengan mengganti t dengan t-a dalam f(t). Teorema (Pergeeran pada umbu t) Jika f(t) mempunyai tranformai Laplace F() dan fungi f didefiniikan dengan 0, t < a f ( t) = f ( t a), t > a. dengan a 0, maka tranformai Laplace dari f (t) adalah e -a F(). Hubungan antara f dan f dapat diilutraikan ebagai berikut: f(t) f(t-a) a t Contoh 8 6-6

17 Perhatikan fungi tangga atuan u(t-a) yang didefiniikan dengan 0, jikat < a u( t) =, digambarkan eperti, jikat > a u(t-a) a Gambar Grafik fungi u(t-a). t Fungi tangga atuan dapat digunakan ebagai blok pembangun fungi-fungi yang lain dan dapat dimanfaatkan untuk memperlua penggunaan tranformai Laplace. Dari definii tranformai Laplace, kita dapat menunjukkan bahwa L(u(t-a)) = e -a /. Fungi f yang kita definiikan di depan dapat f ditulikan ebagai: f (t) = f(t-a)u(t-a). Kaitan antara f dan f diberikan oleh contoh f(t) = co t dan f (t)=u(t-a)co(t-a) yang dapat digambarkan ebagai berikut: 6-7

18 co(t) a co (t-a) u(t-(a) co(t-a)u(t-a) Dengan menggunakan teorema di ata, maka L(f(t-a)u(t-a)) = e -a F(), Atau L - (e -a F()) = f(t-a)u(t-a). 6-8

19 Contoh 9 Tentukan Inver Tranformai Laplace dari e -a / 3. Penyeleaian: Karena L - (/ 3 ) = t / = ½(t-3) u(t-3). Contoh 0 Jika fungi f didefiniikan dengan, jika 0 < t < π f ( t) = 0, jikaπ < t < π in t, jikat > π, Carilah L(f). Penyeleaian f(t) 0 π π 3π 4π Fungi f di ata dapat ditulikan dalam bentuk kombinai dari fungi-fungi tangga atuan: f(t) = u(t) u(t-π) + u(t-π)int = u(t) u(t-π) + u(t-π)in(t-π), Sehingga L(f) = L(u(t) u(t-π) + u(t-π)in(t-π)) 6-9

20 oh = / e -π / + e -π /( +). Contoh Repone uatu item tanpa redaman terhadap gelombang tunggal peregi diberikan oleh maalah nilai awal dengan y + y = r(t), y(0) = 0, y (0) = 0,, untuk 0 < t < r ( t) = 0, untuk t yang lain. Seleaikanlah maalah nilai awal terebut dengan menggunakan tranformai Laplace. Penyeleaian. Dengan menggunakan teorema untuk tranformai Laplace turunan, maka peramaan pengganti dari PD di ata adalah yang eleaiannya adalah Y + Y = / e - /, e Y ( ) = ( + ) ( + ) = ( Sehingga inver tranformainya adalah Atau + ) e ( +. ) y ( t) = ( co t) ( co ( t )) u( t ), 6-0

21 ( co t), jika 0 t < y ( t) = co ( t ) co t, jikat > Latihan Gunakan teorema pergeeran pada umbu t untuk mencari Tranformai Laplace dari:. (t-)u(t-). (t-) u(t-). u(t-π)cot 3. e -t u(t-). 4. Seleaikan maalah nilai awal y +3y +y = r(t), y(0) = 0, y (0) = 0, dengan, untuk 0 < t < r ( t) =. 0, untuk t yang lain Turunan Tranformai Laplace Sifat-ifat tranformai Laplace eperti telah diuraikan di depan dapat dipergunakan untuk menentukan tranformai atau inver tranformai dari beberapa fungi. Penggunaan ifat turunan dan integral tranformai akan dapat melengkapi keampuhan dari tranformai Laplace. Dengan menggunakan definii dari tranformai Laplace, kita dapat menunjukkan bahwa jika F() adalah tranformai Laplace dari f, maka F () adalah tranformai Laplace dari tf(t), atau L(tf(t)) = -F (). 6 -

22 Dengan menggunakan ifat ini kita dapat menambahkan rumu tranformai Laplace dari beberapa fungi: L(f) f(t) () ( + β ) (in βt βt co βt) 3 β () ( + β ) t βt β in (3) ( + β ) (in βt + βt co βt) β Rumu-rumu di ata diturunkan dari rumu tranformai inβt dan co βt, yaitu: Ambil f(t) = inβt, maka β L(inβt) = + β = F(), Sehingga β F () = ( + β ), Sehingga menurut rumu turunan tranformai diperoleh β L(tinβt) = ( + β ),...(i) Selanjutnya, ambil g(t) = coβt, maka L(coβt) = + β = G(), 6 -

23 Sehingga β G () = ( + β ), Sehingga menurut rumu turunan tranformai diperoleh ( β ) L(tcoβt) = ( + β ),...(ii) Dengan membagi (i) dengan diperoleh β L( tinβt) = β ( + β ) Atau L - ( ( + β ) ) = tinβt, β rumu () terbukti. Dengan mengalikan (ii) dengan β dan kemudian menambahkan rumu tranformai Laplace untuk inβt, diperoleh L(inβt+βtcoβt) = ( β + β ) β ( β ) ( + β ) + β ( + β ) + β ( ( + β ) = β ) β + β ) = (, Sehingga diperoleh 6-3

24 L( (inβt+βtcoβt)) = β ( + β ) Rumu (3) terbukti. Secara ama, dengan mengalikan (ii) dengan β dan kemudian dikurangkan dengan rumu tranformai Laplace untuk inβt, diperoleh L(inβt-βtcoβt) = ( β + β ) β ( β ) ( + β ) - β ( + β ) β ( ( + β ) = β ) 3 β + β ) = (, Sehingga diperoleh L( 3 β (inβt-βtcoβt)) = ( + β ), Rumu () terbukti. Latihan 6.7 Gunakan turunan tranformai Laplace untuk menentukan tranformai Laplace dari:. t e t. t e t 3. t e -t 4. t in 3t 5. t co t 6-4

25 6. te -t co t 7. t e -t inωt 8. t inh t 9. t inh t 0. t e -t coh t 6.8 Integral Tranformai Laplace Jika F() merupakan tranformai Laplace dari f(t), dan limit dari f(t)/t untuk t menuju nol ada, kita dapat mempertanyakan hubungan antara tranformai Laplace dari f(t)/t dengan F(). Hubungan terebut diberikan oleh: L(f(t)/t) = F ( ~ ) d ~. Hubungan di ata dapat digunakan untuk menambah beberapa rumu tranformai Laplace atau inver tranformai laplace. Sebagai contoh kita dapat mencari inver ω tranformai dari ( ln( + ), dengan langkah-langkah ebagai berikut: Dengan melakukan penurunan diperoleh d d ω ω (ln( + ) = ( + ω ) Jika diambil = + ω, F() = + ω, 6-5

26 Maka f(t) = L - (F()) = L - ( ) + ω = co ωt. Dengan menggunakan integral tranformai Laplace diperoleh: L(( co ωt)/t) = ( ~ ~ L(f(t)/t) = F ( ~ ) d ~. ~ ) d~ + ω ω = [- ln( + ) ] ~ Atau ω = ln( + ), L - ω ( ln( + ) )= (-coωt)/t. Contoh lain, dengan penggunaan rumu integral tranformai kita dapat memperoleh L - a ( ln( ) )= (-coh at)/t. Latihan 6.8 Gunakan integral tranformai Laplace untuk menentukan tranformai Laplace dari:. ( + ) 6-6

27 ( + 4) ( ( 6 9) ) ln 5 + a 6. ln + b 7. + ln ( ) 8. arc cot (/ω). 6-7

28 RINGKASAN BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE Tranformai Laplace merupakan alah atu metode yang digunakan untuk menyeleaikan uatu peramaan diferenial dan maalah nilai awal. Proedur terebut dapat digambarkan dalam bagan berikut: Peramaan Differenial/ Maalah Nilai Awal TL Peramaan Pengganti Manipulai aljabar Seleaian PD/MNA Inver TL Seleaian Peramaan Pengganti Gambar Proe penyeleaian peramaan differenial atau maalah nilai awal dengan menggunakan Tranformai Laplace. 6.. Pengertian Tranformai Laplace Definii. Mial f(t) terdefiniikan untuk t 0. Dibentuk fungi F dengan F() = e t f(t)dt

29 Jika F() ada maka F() diebut tranformai Laplace dari f(t) dan dinotaikan dengan L(f). Dalam hal ini f(t) diebut tranformai inver dari F() dan dinotaikan dengan L - (F). Jadi, F() = L(f) = 0 e t f(t)dt f(t) = L - (F). Teorema. (Sifat Linier): Jika L(f(t)) dan L(g(t)) ada dan a, b kontan maka L{af(t)+bg(t)} = al(f(t))+bl(g(t)). 6.. Keujudan Tranformai Laplace Teorema : Mial f(t) fungi yang kontinu perbagian (piecewie continuou) pada etiap interval dalam range t 0 dan memenuhi f(t) Me γt, untuk etiap t 0, Dengan γ dan M kontan. Maka tranformai Laplace dari f(t) ada untuk emua >γ. Perhatian:. Teorema di ata merupakan yarat cukup dari ekiteni Tranformai Laplace, bukan yarat perlu.. Jika Tranformai Laplace dari uatu fungi ada maka tranformai itu tunggal. 6-9

30 3. Jika dua buah fungi mempunyai Tranformai Laplace yang ama maka dua fungi itu hanya berbeda pada titik-titik teriolainya aja. Jadi dapat dikatakan bahwa inver dari uatu Tranformai Laplace ecara eenial adalah ama. Dalam hal fungi kontinu, maka keduanya benar-benar ama Tanformai Laplace Turunan Teorema 3: Mial f(t) kontinu untuk t 0 dan memenuhi yarat teorema dan mempunyai turunan f (t) yang kontinu perbagian pada etiap interval hingga dalam range t 0. Maka TL dari f (t) ada untuk >γ dan diberikan oleh L(f ) =L(f) f(0), (<γ). Teorema 4: Mial f(t), f (t), f (t),,f (n-) (t) fungi-fungi kontinu untuk t 0, dan memenuhi yarat dalam teoema untuk uatu γ dan M dan mial f (n) (t) kontinu perbagian pada etiap interval dalam range t 0. Maka TL f (n) ada jika >γ dan diberikan oleh: L(f (n) ) = n L(f) n- f(0) n- f (0) - f (n-) (0) Tranformai Laplace Integral. Teorema 5: Jika f(t) kontinu perbagian dan memenuhi yarat dari teorema, maka t L( f( τ )dτ )= L(f (t)), dengan >0 dan >γ. 0 Dari hubungan dalam teorema 5, dapat ditunjukkan; 6-30

31 t L { F()} = f( τ )dτ Pergeeran pada Sumbu Teorema 6 (pergeeran pada umbu ) Jika f(t) mempunyai tranformai Laplace F() dengan >γ, maka e at f(t) mempunyai tranformai F(-a) dengan -a>γ. Jadi L - (F(-a))=e at f(t). Beberapa rumu yang dapat diturunkan dengan menggunakan teorema terebut adalah f(t) L(f) e at t n n! n+ ( a) e at coωt a ( a) + ω e at inωt ω ( a) + ω 6.6 Pergeeran pada Sumbu t Teorema (Pergeeran pada umbu t) Jika f(t) mempunyai tranformai Laplace F() dan fungi f didefiniikan dengan 0, t < a f ( t) = f ( t a), t > a. 6-3

32 dengan a 0, maka tranformai Laplace dari f (t) adalah e -a F(). 6.7 Turunan Tranformai Laplace. Dengan menggunakan definii dari tranformai Laplace, kita dapat menunjukkan bahwa jika F() adalah tranformai Laplace dari f, maka F () adalah tranformai Laplace dari tf(t), atau L(tf(t)) = -F (). Dengan menggunakan ifat ini kita dapat menambahkan rumu tranformai Laplace dari beberapa fungi: L(f) f(t) () ( + β ) (in βt βt co βt) 3 β () ( + β ) t βt β in (3) ( + β ) (in βt + βt co βt) β 6.8 Integral Tranformai Laplace Jika F() merupakan tranformai Laplace dari f(t), dan limit dari f(t)/t untuk t menuju nol ada maka L(f(t)/t) ada dan L(f(t)/t) = F ( ~ ) d ~. 6-3

33 Tabel Tranformai Laplace No. F() = L(f(t)) f(t) t a- /Γ(a) a, a>0 e at a ( a) t te at 6. ( a) n, n =,, n t ( n )! e at 7. ( a) k, k>0 k t Γ( k) e at bt at, a b ( e e ) ( a)( b) ( a b) bt at, a b ( ae be ) ( a)( b) ( a b) ω + ω a ω inωt co ωt inh at a 6-33

34 a ( a) a + ω ( a) + ω ( ( ( + ω ) + ω ) + ω ) ( + ω ) coh at e at inωt ω e at co ωt ( coωt) ω ( ωt inωt) 3 ω (inωt ωt coωt) 3 ω ω inωt 0. (inωt + ωt coωt) ( + ω ) ω. ( + a )( + b, a ) b. e -a / u(t-a) 3. e -a δ(t-a) b a (co at cobt) ln ln t γ, γ=0,577 at a bt ln ( e e ) b t 6-34

35 ln + ω a ln arctan ω ( coωt) t ( coh at) t inωt t 6-35

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

Transformasi Laplace

Transformasi Laplace Tranformai Laplace Muhafzan Agutu 22 Tranformai Laplace 3 Denii Tranformai Laplace Dalam bagian ini kita akan membicarakan ifat-ifat dan beberapa aplikai dari tranformai Laplace. Denii Diberikan uatu fungi

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 12 Diferensiasi dan Integrasi Transformasi Laplace

MATEMATIKA IV. MODUL 12 Diferensiasi dan Integrasi Transformasi Laplace MATEMATIKA IV MODUL 2 Difereniai dan Integrai Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2008 年 0 月 3 日 ( 日 ) Difereniai dan Integrai Tranformai Laplace Tranformai Laplace

Lebih terperinci

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat

Lebih terperinci

5. Transformasi Integral dan Persamaan Integral

5. Transformasi Integral dan Persamaan Integral 5. Tranformai Integral dan Peramaan Integral 5.. Tranformai Integral 5.. Tranformai Laplace 5.3. Tranformai Fourier 5.4. Peramaan Integral 5.. Tranformai Integral Di dalam Fiia Matematia ita ering menjumpai

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1 TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE

TRANSFORMASI LAPLACE TRANSFORMASI LAPLACE. Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah uatu metoda operaional yang dapat digunakan ecara mudah untuk menyeleaikan peramaan linier diferenial. Dengan menggunakan tranformai Laplace,

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

Transformasi Laplace Bagian 1

Transformasi Laplace Bagian 1 Modul Tranformai aplace Bagian M PENDAHUUAN Prof. S.M. Nababan, Ph.D eode maemaika adalah alah au cabang ilmu maemaika yang mempelajari berbagai meode unuk menyeleaikan maalah-maalah fii yang dimodelkan

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

III TRANSFORMASI. = ; (ad bc). Jika

III TRANSFORMASI. = ; (ad bc). Jika 10 III TRANSFORMASI 3.1 Tranformai Bilinear a + b Dari peramaan (2.30), yaitu = T( = ; (ad bc). Jika c + d maka peramaan terebut dapat dikalikan dengan c + d, ehingga diperoleh c + d = a + b. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

Transformasi Laplace

Transformasi Laplace TKS 43 Matematika II Transformasi Laplace (Laplace Transform) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Pengertian Transformasi Transformasi adalah teknik atau formula

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BANK SOAL DASAR OTOMATISASI

BANK SOAL DASAR OTOMATISASI BANK SOAL DASA OTOMATISASI 6 iv DAFTA ISI Halaman Bio Data Singkat Penuli.... Kata Pengantar Daftar Ii i iii iv Pemodelan Blok Diagram Sitem..... Analia Sitem Fiik Menggunakan Peramaan Diferenial......

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MATEMATIS

LATAR BELAKANG MATEMATIS 8 II LATAR BELAKANG MATEMATIS Derii : Bab ini memberian gambaran tentang latar belaang matemati ang digunaan ada item endali eerti eramaan linear diferenial orde (atu), orde (dua), orde tinggi, tranformai

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

Oleh: Kelompok IV CICI NARTIKA RELA SEPTIANI RIKA OCTALISA ULPA ARISANDI RIRIN BRILLIANTI

Oleh: Kelompok IV CICI NARTIKA RELA SEPTIANI RIKA OCTALISA ULPA ARISANDI RIRIN BRILLIANTI Oleh: Kelompok IV CICI NARTIKA 759 RELA SEPTIANI 7433 RIKA OCTALISA 7447 ULPA ARISANDI 745 RIRIN BRILLIANTI 7467 KELAS : 6.L MATA KULIAH : MATEMATIKA LANJUTAN DOSEN PENGASUH : FADLI, S.Si FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m) BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de

Lebih terperinci

STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK

STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 105 109 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK ERIN DWI FENTIKA, ZULAKMAL Program Studi

Lebih terperinci

Bab 9 Transformasi Laplace

Bab 9 Transformasi Laplace Meode Maemaika Aronomi- Bab 9 Tranformai aplace 9-. Definii Tranformai aplace Mialkan f() uau fungi real dengan variable dan >. Tranformai aplace didefiniikan ebagai: T f ( ) F( ) lim f ( ) e d f ( ) e

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryatno Sudirham nalii angkaian itrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalii angkaian itrik nalii angkaian Menggunakan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini kita akan memahami konep impedani di kawaan.

Lebih terperinci

Pembentukan Ring Bersih Menggunakan Lokalisasi Ore. Construction of Clean Ring using Ore Localization

Pembentukan Ring Bersih Menggunakan Lokalisasi Ore. Construction of Clean Ring using Ore Localization Jurnal Matematika & Sain, April 4, Vol. 9 Nomor Pembentukan Ring Berih Menggunakan Lokaliai Ore Abtrak Uha Inaini dan Indah Emilia Wijayanti ) Juruan Matematika, Fakulta Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryatno Sudirham nalii angaian itri Di Kawaan - Sudaryatno Sudirham, nalii angaian itri 3 nalii angaian Menggunaan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini ita aan memahami onep impedani di awaan.

Lebih terperinci

Secara matematis persamaan aliran panas diberikan oleh persamaan. du dt α 2 u = 0 (1)

Secara matematis persamaan aliran panas diberikan oleh persamaan. du dt α 2 u = 0 (1) 1 Peramaan Aliran Pana Secara matemati peramaan aliran pana diberikan oleh peramaan yang dalam domain 2D dapat ditulikan menjadi du dt α 2 u = (1) ( du 2 ) dt = α u x + 2 u 2 y 2 (2) Peramaan ini menyatakan

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Supeni adalah uatu item yang berfungi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Supeni dapat meningkatkan kenyamanan berkendaraan

Lebih terperinci

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungsi Alih dan Diagram Blok

SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungsi Alih dan Diagram Blok SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungi Alih dan Diagram Blok Model Matemati Sitem Peramaan matemati yang menunjukkan hubungan antara input dan output item. Dengan mengetahui model matematinya, maka tingkah laku

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE

TRANSFORMASI LAPLACE BAB 2 Pokok Pembahaan : Prinip Daar Linieria Singularia Perkalian dan Pembagian Dengan Waku Pergeeran Tranformai Fungi-fungi Elemener . PRINSIP DASAR Tranformai Laplace adalah ranformai dari uau fungi

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Matematika Lanjut 2. Achmad Fahrurozi-Universitas Gunadarma

TRANSFORMASI LAPLACE. Matematika Lanjut 2. Achmad Fahrurozi-Universitas Gunadarma TRANSFORMASI LAPLACE Matematika Lanjut 2 Definisi: Transformasi Laplace adalah transformasi dari suatu fungsi waktu f(t), t menjadi fungsi frekuensi F(s). Transformasi dilakukan dengan operasi perkalian

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Matrik Alih Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Pengantar Dalam Peramaan Ruang Keadaan berdimeni n, teradapat

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN ALGORITMA AES 256 UNTUK SEMUA JENIS FILE

ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN ALGORITMA AES 256 UNTUK SEMUA JENIS FILE ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN ALGORITMA AES 256 UNTUK SEMUA JENIS FILE Voni Yuniati (1), Gani Indriyanta (2), Antoniu Rahmat C (3) Abtrak: Kemajuan teknologi komputer dan telekomunikai telah menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

Model Rangkaian Elektrik

Model Rangkaian Elektrik Tuga Siem Linier Model Rangkaian Elekrik Model model unuk beberapa rangkaian elekrik, eperi: reiani, kapaiani, dan indukani ecara ederhana diperlihakan dalam gambar dibawah. Dalam gambar erebu juga di

Lebih terperinci

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI PENAKIR VARIANI POPLAI YANG EFIIEN PADA AMPLING ACAK EDERHANA MENGGNAKAN KOEFIIEN REGREI Neneng Gutiana Rutam Efendi Harion Mahaiwa Program Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA TESIS Diajukan guna melengkapi tuga akhir dan memenuhi alah atu yarat untuk menyeleaikan Program Studi Magiter Matematika dan mencapai gelar Magiter Sain oleh DWI CANDRA VITALOKA

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungsi Alih dan Diagram Blok

SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungsi Alih dan Diagram Blok SISTEM KENDALI OTOMATIS Fungi Alih dan Diagram Blok Model Matemati Sitem Peramaan matemati yang menunjukkan hubungan antara input dan output item. Dengan mengetahui model matematinya, maka tingkah laku

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK 6. KESTABILAN LUP KONTROL 6.. Peramaan Karakteritik R( G c ( G v ( G ( C( H( Gambar 6. Lup kontrol berumpan-balik Peramaan fungi alihnya: C( R( Gc ( Gv (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

KONDISI MINIMAL BAGI KESETIMBANGAN DUOPOLI COURNOT DAN STACKELBERG

KONDISI MINIMAL BAGI KESETIMBANGAN DUOPOLI COURNOT DAN STACKELBERG KONDISI MINIMAL BAGI KESETIMBANGAN DUOPOLI COURNOT DAN STACKELBERG Oleh: NITA ARIANI G54009 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 007 ABSTRAK

Lebih terperinci

BASIC PENGENALAN SISTEM KONTROL

BASIC PENGENALAN SISTEM KONTROL BSIC PENGENLN SISTEM KONTROL PENGENLN SISTEM-SISTEM KONTROL Sitem Kontrol Terbuka/Open-Loop INPUT CONTROLLER PLNT / PROCESS OUTPUT - output tidak diukur maupun di feedback-kan - bergantung pada kalibrai

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

Aplikasi Transformasi Laplace Pada Rangkaian Listrik

Aplikasi Transformasi Laplace Pada Rangkaian Listrik JURNA FOURIER April 013, Vol., No. 1, 45-61 ISSN 5-763X Aplikai Tranformai aplace Pada Rangkaian itrik Arifin, Muhammad Wakhid Muthofa, dan Sugiyanto Program Studi Matematika Fakulta Sain dan Teknologi,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE

MODUL 7 APLIKASI TRANFORMASI LAPLACE MODUL 7 APLIKASI TRAFORMASI LAPLACE Tranformai Laplace dapa digunaan unu menyeleaian bai peroalan analia maupun perancangan iem. Apliai Tranformai Laplace erebu berganung pada ifa-ifa ranformai Laplace,

Lebih terperinci

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah Zainal Abidin Fandi Purnama Lab. Dinamika Puat Rekayaa Indutri, ITB, Bandung E-mail: za@dynamic.pauir.itb.ac.id

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

Penyelesaian Soal Ujian Tengah Semester 2008

Penyelesaian Soal Ujian Tengah Semester 2008 Penyeleaian Soal Ujian Tengah Semeter 008 Soal A Curah hujan harian maximum tahunan elama periode 978.d. 007 di Staiun Godean Yogyakarta diajikan pada tabel di bawah ini. kedalaman hujan (mm) rekueni 5

Lebih terperinci

ASSOSIASI PRIMA PADA MODUL FRAKSI ATAS SEBARANG RING

ASSOSIASI PRIMA PADA MODUL FRAKSI ATAS SEBARANG RING ASSOSIASI PRIMA PADA MODUL FRAKSI ATAS SEBARANG RING Uha Inaini 1 dan Indah Emilia Wijayanti 2 S2 Matematika FMIPA UGM, uhainaini@mail.ugm.ac.id 2 Juruan Matematika FMIPA UGM, ind wijayanti@ugm.ac.id Abtrak.

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya arakteritik Sitem Orde Pertama Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Materi Contoh Soal Sitem Orde Pertama arakteritik Repon Waktu Ringkaan Latihan Pada bagian

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN LKTROMAGNTIKA I Modul 7 GLOMBANG DATAR PADA BAAN 1 LKTROMAGNTIKA I Materi : 7.1 Pendahuluan 7. Review Gel Datar Serbaama di udara 7.3 Gelombang Datar Serbaama di dielektrik 7.4 Gelombang Datar Serbaama

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: : Chapter 6, pp. 358 370, 370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England.

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS DESAIN SISEM KENDALI MELALUI ROO LOCUS Pendahuluan ahap Awal Deain Kompenai Lead Kompenai Lag Kompenai Lag-Lead Kontroler P, PI, PD dan PID eknik Elektro IB [EYS-998] hal dari 46 Pendahuluan Speifikai

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative)

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative) SISTEM KENDALI OTOMATIS PID Proportional-Integral-Derivative Diagram Blok Sitem Kendali Pendahuluan Urutan cerita :. Pemodelan item. Analia item 3. Pengendalian item Contoh : motor DC. Pemodelan mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

STATISTIK FERMI - DIRAC

STATISTIK FERMI - DIRAC STATISTIK ERMI - DIRAC Diuun untuk memenuhi tuga mata kuliah iika Statitik DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII 1. 06101011006 MUHAMMAD URQON. 0610101100 EVELINA ASTRA PATRIOT 3. 06101011037

Lebih terperinci

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY )

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY ) Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 44 52 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY

Lebih terperinci

2. Berikut merupakan komponen sistem kendali atau sistem pengaturan, kecuali... a. Sensor b. Tranducer c. Penguat d. Regulator *

2. Berikut merupakan komponen sistem kendali atau sistem pengaturan, kecuali... a. Sensor b. Tranducer c. Penguat d. Regulator * ELOMPO I 1. Suunan komponen-komponen yang aling dihubungkan edemikian rupa ehingga dapat mengendalikan atau mengatur keluaran yang euai harapan diebut ebagai... a. Sitem Pengaturan * b. Sitem Otomati c.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: Chapter 6, pp. 358-370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England. Degradai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR Analia Keandalan terhadap enurunan pada ondai Jalur ANALIA KANDALAN TRHADA NURUNAN ADA ONDAI JALUR Juruan Teknik ipil UU Abtrak: erencanaan ecara tradiional dari pondai jalur (trip footing) untuk tanah

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

DEFERENSIAL PARSIAL BAGIAN I

DEFERENSIAL PARSIAL BAGIAN I DEFEENSAL PASAL BAGAN Diferenial parial olume uatu iliner berjari-jari r engan ketinggian h inatakan oleh r h Yakni bergantung kepaa ua bearan, aitu r an h. Jika r kita jaga tetap an ketinggian h kita

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT JETri, Volume, Nomor, Februari 00, Halaman 5-40, ISSN 4-037 PENGAMATAN PERIAKU TRANSIENT Irda Winarih Doen Juruan Teknik Elektro-FTI, Univerita Triakti Abtract Obervation on tranient behavior i crucial

Lebih terperinci

Prosiding SPMIPA; pp: ; 2006 ISBN:

Prosiding SPMIPA; pp: ; 2006 ISBN: Proiding SPMIPA; : 96-101; 006 ISBN: 979.70.7.0 SUKU BANYAK BIKUADRATIK TAK-TEREDUKSI DENGAN FAKTORISASI MODULO BILANGAN PRIMA Suryoto Juruan Matematika FMIPA Univerita Dionegoro Jl. Prof. H. Soedarto

Lebih terperinci

= = =

= = = = + + + = + + + = + +.. + + + + + + + + = + + + + ( ) + ( ) + + = + + + = + = 1,2,, = + + + + = + + + =, + + = 1,, ; = 1,, =, + = 1,, ; = 1,, = 0 0 0 0 0 0 0...... 0 0 0, =, + + + = 0 0 0 0 0 0 0 0 0....

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam uatu truktur bangunan beton bertulang khuunya pada kolom akan terjadi momen lentur dan gaya akial yang bekerja ecara berama ama. Momen - momen ini yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformasi Laplace Salah satu cara untuk menganalisis gejala peralihan (transien) adalah menggunakan transformasi Laplace, yaitu pengubahan suatu fungsi waktu f(t) menjadi

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR 3.1. Teori Gelombang

BAB III TEORI DASAR 3.1. Teori Gelombang BAB III TEORI DASAR Bab ketiga ini memberikan penjelaan umum tentang gelombang ultraonik eperti ifat-ifatnya, fenomena piezoelektrik dan pembangkitan ultraonik, dan daar-daar pengolahan inyal ultraonik.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian adalah alah atu media yang digunakan dalam menuli dengan proedur yang telah ditentukan. Penelitian pada hakekatnya adalah uatu upaya dan bukan hanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro 3 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela X SMA Negeri Metro Tahun Pelajaran 03-04 yang berjumlah 56 iwa. Siwa terebut merupakan atu keatuan

Lebih terperinci