PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT PADA USAHA TANI PADI DAN JAGUNG: Pendekatan Multiinput-Multioutput

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT PADA USAHA TANI PADI DAN JAGUNG: Pendekatan Multiinput-Multioutput"

Transkripsi

1 PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT PADA USAHA TANI PADI DAN JAGUNG: Pendeatan Multnput-Multoutput Erma Suryan, Sr Hartoyo, Bonar M. Snaga, dan Sumaryanto 91 PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT PADA USAHA TANI PADI DAN JAGUNG: Pendeatan Multnput-Multoutput Estmaton of Output Supply and Input Demand Elastctes for Rce and Corn Farmng: A Multnput-Multoutput Approach Erma Suryan 1, Sr Hartoyo 2, Bonar M. Snaga 3, dan Sumaryanto 4 1,4 Pusat Sosal Eonom dan Kebaan Pertanan Jl. A. Yan No.70, Bogor ,3 Faultas Eonom dan Manaemen, Insttut Pertanan Bogor Jl. Raya Darmaga, Kampus IPB Darmaga, Bogor E-mal: erma_pse@yahoo.com Nasah dterma: 27 Februar 2015 Nasah drevs: 27 Maret 2015 Dsetuu terbt: 10 Me 2015 ABSTRACT The obectve of ths study was to estmate output supply and nput demand elastctes for analyzng mpacts of prce changes of output, nput, and nfrastructure on supply of output (rce and corn) and on demand for nputs. Data were taen from surveys conducted n 2007 and 2010 by the Indonesan Center for Agrcultural Soco Economc and Polcy Studes (ICASEPS) n collaboraton wth JBIC and IFPRI. The unt of analyss was vllage. As many as 45 lowland vllages were selected as samples from seven provnces n and off-java. A mult nputmult output approach wth Seemngly Unrelated Regresson was used to estmate the elastcty and approprateness of the model. The results of analyss show that elastcty of output supply on ts prce was postve and elastc, whle elastcty on nput prce was negatve and nelastc. Elastcty of nput demand on ts prce was negatve, and t was elastc to the prce of urea fertlzer, rrgaton fee, labor cost, and other nputs, whle elastctes on other nputs prce vared. Elastcty of nput demand on rce prce changes was postve and elastc. Acreage and nfrastructure (rural road and rrgaton) had a postve mpact on output supply and nput demand. The results of the study mples that rce producton could be ncreased by sustanng Government Purchase Prce polcy, promotng adopton of new technology, lmtng land converson nto non-farmng use, and mprovng rural nfrastructure. Keywords: rce, corn, farmng, prce change, supply elastcty, demand elastcty, nfrastructure ABSTRAK Tuuan peneltan n adalah melauan pendugaan elaststas penawaran output dan permntaan nput untu menganalss dampa perubahan harga output, harga nput, dan nfrastrutur (rgas dan alan) terhadap penawaran output (pad dan agung) dan permntaan nput. Data bersumber dar hasl surve PSEKP, JBIC, dan IFPRI tahun 2007 dan 2010 d tuuh provns d Jawa dan luar Jawa. Peneltan menggunaan unt analss desa dengan umlah sampel 45 desa sawah. Analss menggunaan pendeatan multnput-multoutput dan estmas model menggunaan metode seemngly unrelated regresson. Hasl peneltan menunuan elaststas penawaran output terhadap harga sendr bertanda postf dan elasts, sedangan terhadap harga nput bertanda negatf dan nelasts. Elaststas permntaan nput terhadap harga sendr bertanda negatf dan elasts terhadap pupu urea, pengaran, tenaga era, dan nput lannya, sedangan terhadap harga nput lannya besarannya bervaras. Elaststas permntaan nput terhadap perubahan harga pad bertanda postf dan elasts. Luas areal tanam dan nfrastrutur (rgas dan alan) menunuan pengaruh postf terhadap penawaran output dan permntaan nput. Implas peneltan adalah penngatan produs pad dapat dlauan dengan melanutan ebaan HPP, menngatan penggunaan tenolog, menean lau onvers lahan, dan menngatan aloas anggaran untu pembangunan/rehabltas nfrastrutur rgas dan alan. Kata unc: pad, agung, usaha tan, perubahan harga, elaststas penawaran, elaststas permntaan, nfrastrutur

2 92 Jurnal Agro Eonom, Volume 33 Nomor 2, Otober 2015: PENDAHULUAN Setor pertanan meml peranan pentng dalam pereonoman nasonal, yang terlhat dar ontrbus setor pertanan terhadap produ domest bruto (PDB) yang menempat urutan edua terbesar (13,7%-15,3%) setelah setor ndustr (23,7%-27,8%) dalam perode tahun (BPS, 2015a). Setor pertanan danggap pentng arena uga berperan sebaga penyerap tenaga era terbesar dbandngan setor-setor lannya. Pada perode setor pertanan menyerap tenaga era ratarata 37,9%/tahun dar total angatan era sebanya 41,2 uta orang. Namun, a dlhat lau pertumbuhannya, tenaga era d setor pertanan cenderung menurun dengan lau 0,8%/tahun selama perode (BPS, 2015b). Berdasaran data BPS, umlah produs pad selama 10 tahun terahr mengalam surplus. Ja onvers dar GKG e beras 62,7%, maa produs beras pada tahun 2004 setar 33,9 uta ton dan pada tahun 2014 menngat menad 44,4 uta ton (na 30,9%). Setelah durang beras yang tercecer setar 3,3%, maa umlah beras yang sap donsums masyaraat terseda 39,8 uta ton. Dengan asums bahwa onsums beras per apta ratarata 114 g/ha, maa ebutuhan beras dapat dcuup sebanya 28,6 uta ton dengan total umlah pendudu sebanya 250 uta orang (Herawan, 2015). Mespun etersedaan beras dataan surplus, upaya penngatan produs tetap harus dlauan mengngat umlah pendudu terus menngat dar watu e watu dan lau pertumbuhan produs pad cenderung menurun. Perembangan untu omodtas agung selama perode menunuan penngatan, ba luas panen, produtvtas, maupun produs secara nasonal. Data BPS menunuan produs agung menngat dengan lau rata-rata 5,8%/tahun. Penngatan produs n serng dengan penngatan luas panen yang mengalam penngatan dengan lau rata-rata 1,5%/tahun dan produtvtas agung uga mengalam penngatan dengan lau rata-rata 4,1%/tahun. Hasl peneltan Agustan dan Hartoyo (2012) menunuan bahwa pasoan agung d Provns Jawa Barat dan Jawa Tmur elasts terhadap perubahan harga, namun nelasts terhadap perubahan harga nput benh, pupu urea, pupu SP-36, dan upah tenaga era. Penngatan produs tanaman, hususnya pad dan agung, tda terlepas dar upaya pemerntah melalu berbaga program dan ebaan, mengngat banyanya endala yang berpotens menghambat penngatan produs pangan. Permasalahan yang menonol dalam penngatan produs pangan, antara lan menngatnya erusaan lngungan dan perubahan lm global, menngatnya onvers lahan pertanan e nonpertanan, terbatasnya etersedaan nfrastrutur, semptnya luas epemlan lahan, lemahnya sstem perbenhan dan perbbtan nasonal, eterbatasan ases petan terhadap permodalan, mash tnggnya suu bunga usaha tan, serta lemahnya apastas dan elembagaan petan dan penyuluh (Kementeran Pertanan, 2012). Mengngat omplesnya permasalahan yang muncul d lapangan, maa dperluan upaya penanggulangan yang omprehensf melalu mplementas berbaga program egatan yang mengarah pada pencapaan ecuupan pangan secara nasonal. Dalam upaya mendorong penngatan produs pangan, serngal pemerntah lebh fous pada pengaturan Harga Pembelan Pemerntah (HPP) untu pad dengan tuuan melndung petan dar turunnya harga pada saat panen raya. Dalam pratenya d lapangan, harga omodtas tanaman pangan mash berflutuas; harga aan turun pada saat musm panen raya dan meranga na pada saat supla mula menps d pasaran. Pertanyaannya, seberapa besar pengaruh perubahan harga output, hususnya pad dan agung, terhadap penawaran edua ens omodtas tersebut dan pengaruhnya terhadap permntaan nput varabelnya? D ss lan, pemerntah uga melauan pengaturan sarana produs melalu subsd yang dsaluran untu benh dan pupu. Selama urun watu empat tahun ( ), aloas anggaran subsd pupu menngat enam al lpat, pada tahun 2006 sebesar Rp3,2 trlun dan pada tahun 2010 mencapa Rp18,4 trlun (Kementeran Pertanan, 2012). Pemerntah memberan subsd pupu melalu penetapan harga eceran tertngg (HET) untu ens pupu urea, SP-36, ZA, NPK, dan pupu organ. Melalu subsd harga pupu, dharapan petan mampu membel umlah pupu sesua yang dbutuhan. Pertanyaannya, seberapa besar pengaruh perubahan harga nput yang dsubsd pemerntah tersebut berpengaruh pada penawaran pad dan agung,

3 PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT PADA USAHA TANI PADI DAN JAGUNG: Pendeatan Multnput-Multoutput Erma Suryan, Sr Hartoyo, Bonar M. Snaga, dan Sumaryanto 93 serta permntaan nput tu sendr dan ens nput varabel lannya? Penngatan produs tanaman pangan tda hanya dtentuan oleh penggunaan nput varabel dan penerapan tenolog, tetap uga harus dduung nfrastrutur yang memada. Pembangunan nfrastrutur d perdesaan seharusnya menad prortas pemerntah, mengngat pembangunan nfrastrutur dapat memengaruh pereonoman wlayah. Hasl beberapa stud menunuan bahwa membanya onds nfrastrutur rgas dan alan berpengaruh postf terhadap penngatan produs dan produtvtas (Antle, 1983; Ahmed dan Donovan, 1992; Yoshno dan Naahgash, 2000a dan 2000b; Bandyopadhyay et al., 2007; Gbson dan Olva, 2008; Inon dan Omotor, 2009; Hartono et al., 2010; Kassal et al., 2012; Tunde dan Adeny, 2012; Hartoyo, 2013; Usman et al. 2013). Sea era otonom daerah, rehabltas dan atau pengembangan nfrastrutur d perdesaan mengalam perlambatan. Hasl pendataan Dretorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanan, Kementeran Pertanan pada tahun 2010, tercatat erusaan nfrastrutur rgas mencapa 2,27 uta hetar atau 28,37% dar luas bau sawah 8 uta hetar. Dar total erusaan arngan rgas tersebut, 27,88% tergolong rusa berat, 41,94% rusa sedang, dan 30,18% rusa rngan. Kerusaan nfrastrutur rgas umumnya selan berupa pendangalan bendungan, uga berupa penurunan ualtas rgas. Kerusaan tersebut terad ba d arngan seunder maupun terser, namun yang domnan adalah d arngan terser (Sumaryanto et al., 2006). Degradas ualtas rgas n merupaan endala yang sangat serus dalam penngatan produs pangan (Smatupang, 2000). Selan rgas, nfrastrutur alan d perdesaan dapat berpengaruh pada produs dan produtvtas pertanan. Hasl aan Ban Duna (2012) menunuan dar seluruh arngan alan, 72% merupaan alan abupaten. Hampr 50% dar arngan alan abupaten berada pada onds buru, hanya 19% dalam onds ba. Konds tersebut tentu berpengaruh pada elancaran dstrbus barang dan asa eluar-masu desa, termasu mobltas tenaga era. Konds tersebut dhawatran aan memengaruh produs pertanan, hususnya omodtas tanaman pangan. Pertanyaannya, seberapa besar pengaruh nfrastrutur rgas dan alan terhadap penawaran output dan permntaan nput untu usaha tan pad dan agung? Untu menawab permasalahanpermasalahan tersebut, maa peneltan n dlauan dengan tuuan melauan pendugaan elaststas penawaran output dan permntaan nput terhadap perubahan harga output, perubahan harga nput, dan perubahan fator tetap (luas areal tanam, nfrastrutur rgas dan alan). Hasl pendugaan dharapan dapat detahu besarnya pengaruh perubahan harga output/nput dan fator tetap terhadap penawaran output dan permntaan nput varabelnya. METODE PENELITIAN Data dan Loas Peneltan Peneltan n menggunaan data hasl surve yang dlauan oleh Pusat Sosal Eonom dan Kebaan Pertanan (PSEKP) beera sama dengan Japan Ban for Internatonal Cooperaton (JBIC) dan Internatonal Food Polcy Research Insttute (IFPRI) pada tahun 2007 dan Peneltan n menggunaan unt analss desa dengan mengambl 45 desa sawah yang tersebar d 7 provns, yatu Jawa Tengah, Jawa Tmur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalmantan Selatan, Sulawes Utara, dan Sulawes Selatan. Pemlhan desa contoh ddasaran pada rtera agroeosstem lahan sawah dengan ens omodtas yang dusahaan domnan tanaman pangan dan tanaman semusm. Berdasaran rtera tersebut, untu data surve tahun 2007 terplh sebanya 12 desa contoh yang tersebar d 5 provns, yatu Jawa Tengah, Jawa Tmur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawes Selatan, sedangan untu data surve tahun 2010 terplh sebanya 33 desa contoh yang tersebar d 7 provns, yatu Jawa Tengah, Jawa Tmur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalmantan Selatan, Sulawes Utara, dan Sulawes Selatan. Keranga Pemran Beberapa hasl peneltan menunuan bahwa nfrastrutur alan dan rgas memberan pengaruh postf terhadap produs pertanan dan permntaan nput yang pada ahrnya mampu menngatan produs dan

4 94 Jurnal Agro Eonom, Volume 33 Nomor 2, Otober 2015: pendapatan usaha tan. Pengaruh nfrastrutur terhadap pendapatan usaha tan tda beera secara langsung, tetap melalu transms tertentu. Bentu transms masng-masng ens nfrastrutur hngga e perubahan penawaran output, permntaan nput, dan pendapatan usaha tan dapat dlhat pada Gambar 1. Infrastrutur alan dan alat transportas merupaan sstem arngan yang menghubungan dan mengat seluruh wlayah. Sebaga penghubung antarwlayah, fungs alan dan alat transportas sangat strategs sebaga prasarana dstrbus barang, ba dar desa e ota maupun sebalnya dar ota e desa. Kemudahan ases menuu tempat pemasaran atau pembelan ebutuhan nput produs memudahan petan dalam mengelola usaha pertanannya dan sebalnya arus barang dar ota uga dengan mudah dapat masu e desadesa. Lancarnya arus barang dar desa e luar desa atau sebalnya aan mendorong perdagangan seman menngat dan memengaruh harga barang yang dperdagangan. Konds dan ualtas alan yang ba dapat memengaruh ases petan terhadap tenolog dan mendorong petan menngatan freuens ehadran dalam egatan penyuluhan yang dberan petugas penyuluh lapangan (PPL) terat nformas tenolog pertanan. Kehadran petan dalam egatan penyuluhan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terat novas dan tenolog yang menduung upaya penngatan produs. Banyanya pengetahuan yang dperoleh petan melalu penyuluhan, pada tahapan lebh lanut dharapan petan dapat mengadops tenolog untu usaha pertanannya. Fata emprs menunuan bahwa man ba onds alan dan sarana transportas maa cenderung menadan baya angutan barang lebh murah (Usman, 2014). Penurunan baya transportas n selanutnya aan berpengaruh pada harga nput dan harga output arena dalam analss usaha tan, baya transportas dperhtungan dalam harga nput dan harga output. Perubahan harga nput secara langsung aan berpengaruh pada baya produs, sedangan perubahan harga output aan berpengaruh pada total penermaan usaha tan. Perubahan harga nput yang cenderung lebh rendah dan harga output yang dterma petan yang cenderung lebh tngg, dduga aan memengaruh nera usaha tan. Infrastrutur alan tda hanya memengaruh harga nput dan harga output omodtas pertanan, tetap uga membua Infrastrutur rgas Infrastrutur alan + transportas Kapastas sumber daya Proses produs pertanan Luas pengusahaan Watu pengusahaan Jens omodtas Aplas tenolog (prapanen, panen, dan pascapanen) Knera usaha tan Produs Produtvtas Dversfas Harga nputoutput Permntaan nput Ases tenolog Ases pasar Arus barang Ases lapangan era Mobltas tenaga era Upah tenaga era Pendapatan usaha tan Gambar 1. Meansme pengaruh nfrastrutur terhadap nera dan pendapatan usaha tan

5 PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT PADA USAHA TANI PADI DAN JAGUNG: Pendeatan Multnput-Multoutput Erma Suryan, Sr Hartoyo, Bonar M. Snaga, dan Sumaryanto 95 ases esempatan era. Kemudahan transportas d perdesaan menuu e luar desa dan sebalnya dapat mendorong penngatan mobltas tenaga era. Jara antara tempat tnggal dan tempat era tda lag menad endala, asalan duungan fasltas alan dan transportas terseda cuup memada. Peluang era yang terseda d setor nonpertanan dapat dengan mudah dases oleh tenaga era pertanan, hususnya yang meml eteramplan dan memenuh persyaratan. Tda dapat dpungr bahwa tngat upah tenaga era d setor nonpertanan relatf lebh tngg dbandngan d setor pertanan. Tuntutan ebutuhan eonom yang man menngat dar watu e watu dan tngat upah yang lebh tngg menad daya tar tenaga era setor pertanan untu beralh beera d setor nonpertanan. Dengan man banyanya umlah tenaga era pertanan yang beera d setor nonpertanan menyebaban supla tenaga era d setor pertanan menurun. Hal n dapat terlhat dar data BPS yang mencatat serapan tenaga era d setor pertanan menurun, yang semula 41,89% pada tahun 2007 menad 39,46% pada tahun 2010 dar seluruh angatan era d Indonesa. Sesua huum eonom, a terad penurunan supla tenaga era, sementara permntaan tenaga era dasumsan tetap atau menngat, maa upah tenaga era mengalam penngatan. Penngatan upah tenaga era d setor pertanan selanutnya aan drespons petan dengan melauan penyesuaan penggunaan nput produs lannya. Perubahan penggunaan nput dduga aan berpengaruh pada nera dan pendapatan usaha tan. Infrastrutur rgas merupaan prasarana pentng hususnya untu egatan usaha tan tanaman pad. Pertumbuhan tanaman pad relatf membutuhan ar lebh banya dbandngan tanaman pangan lannya. Oleh arena tu, umumnya petan d daerah persawahan aan menanam pad pada musm huan yang etersedaan arnya relatf memada, sedangan pada musm emarau (etersedaan ar aga berurang) petan umumnya mengusahaan tanaman selan pad, sepert tanaman palawa atau tanaman sayuran. Intenstas penanaman pad dsesuaan dengan onds pengaran d wlayah setempat. Bag wlayah persawahan berrgas tens memungnan penanaman pad dua hngga tga al dalam setahun, sedangan d wlayah yang berrgas semtens penanaman pad bsa satu hngga dua al dalam setahun, untu wlayah yang berrgas sederhana atau tadah huan umumnya hanya menanam pad seal setahun. Mengacu pada Gambar 1, adanya arngan rgas dengan ualtas ba aan menngatan apastas sumber daya lahan arena mampu menngatan esuburan lahan. Menngatnya apastas sumber daya lahan aan berpengaruh pada proses produs yang mencaup menngatnya luas pengusahaan, perubahan pola tanam, dan penerapan tenolog. Konds tersebut membawa onseuens pada penggunaan nput produs, sepert benh, pupu, tenaga era, dan pestsda/herbsda. Aloas penggunaan nput yang dgunaan dalam proses produs, lebh lanut aan berpengaruh pada nera usaha tan, melput produs, produtvtas, dan pola dversfas tanaman yang dusahaan. Knera usaha tan pada ahrnya aan berpengaruh pada pendapatan usaha tan. Keranga Teorts Pada analss usaha tan dengan pendeatan multnput-multoutput dasumsan petan berpr rasonal, yatu bertuuan untu memasmalan penermaan dar egatan usaha tannya. Untu mencapa tuuan tersebut, petan harus mampu mengaloasan penggunaan seumlah nput dengan anggaran terbatas untu menghaslan produs yang masmal. Mengngat ada seumlah nput harus dbel petan, sementara anggaran yang dml terbatas, maa umlah setap ens nput yang aan dbel harus dperhtungan agar produs masmal dapat tercapa. Analss untu menentuan permntaan masng-masng nput agar dapat dcapa euntungan masmum dapat dlauan melalu fungs penermaan (Debertn, 1986). Teor eonom produs menyataan a petan menggunaan n nput yang berbeda untu memprodus m output yang berbeda, sementara produs tda hanya dpengaruh oleh penggunaan nput varabel, tetap uga dpengaruh fator lannya, maa secara matemats fungs produs dformulasan sebaga berut: y f ( x, Z ) (1)

6 96 Jurnal Agro Eonom, Volume 33 Nomor 2, Otober 2015: d mana: y = produs e- ( = 1,..., m ) x = penggunaan nput varabel e- ( = 1,..., n) Z = penggunaan nput tetap e- ( = 1,..., u) Hubungan antara nput dan output pada persamaan (1) dapat dtulsan dalam bentu fungs produs transformas sebaga berut: H( y, x; 0 d mana: y = vetor uanttas output x = vetor uanttas nput varabel Z = vetor uanttas nput tetap (2) Menurut Lau (1978) dan Chambers (1988) yang demuaan oleh Hartoyo (1994), beberapa sfat terat fungs transformas, antara lan: (1) merupaan fungs terbatas, postf, dan mempunya nla rl, (2) merupaan fungs yang ontnu, (3) merupaan fungs yang rata (smoothness), (4) merupaan fungs yang monoton, (5) merupaan fungs yang onves, (6) fungs yang dapat dturunan dua al (twce dfferentablty), dan (7) merupaan fungs yang tertutup (boundedness). Pada pengelolaan usaha tan dasumsan petan aan memasmuman euntungan dalam anga pende, maa euntungan yang merupaan selsh antara total penermaan dan total baya varabel, secara matemats dformulasan sebaga berut: m 1 d mana: ( p y ) n 1 ( r x ) π = euntungan p = harga output e- ( = 1,..., m ) r = harga nput varabel e- ( = 1,..., n) (3) Varabel lannya sudah ddefnsan sebelumnya. Untu memasmuman euntungan, petan meml endala anggaran yang terbatas. Solus untu memasmuman euntungan usaha tan pada persamaan (3) dengan endala anggaran, maa dapat dlauan melalu metode Lagrangan sebaga berut: L m 1 d mana: p y n 1 r x H( y, x; Ψ = pengganda Lagrange (4) Menurut Varan (1992), untu memasmuman euntungan ada dua syarat yang harus terpenuh, yatu syarat perlu (necessary condton) sebaga onds order pertama (frst order condton/foc) dan syarat cuup (suffcent condton) sebaga onds order edua (second order condton/soc). FOC dperoleh dengan menurunan persamaan Lagrangan terhadap output (y), nput (x), dan pengganda (Ψ), d mana masng-masng turunan pertama harus sama dengan nol, sebaga berut: L p y L x H ( y, x; 0 y H ( y, x; r 0 x L H ( y, x; 0 (5) (6) (7) Berdasaran persamaan (5) dapat dtentuan bahwa euntungan masmum dapat dcapa pada saat tngat transformas produ sama dengan raso harga output. Msal ada dua output yang berbeda (output dan ), maa aan dperoleh onds berut: (8) Persamaan (8) menunuan bahwa perubahan harga satu ens output (p ) aan memengaruh umlah produs output lannya (y ). Sementara, dar persamaan (6) mensyaratan bahwa euntungan masmum dapat dcapa apabla tngat substtus marnal nput sama dengan raso harga nput, secara matemats sebaga berut: y y x x p p r r (9) Persamaan (9) memberan mana bahwa a ada perubahan dalam satu harga nput (r ), hal n dapat memengaruh permntaan nput lannya (x ). Perubahan permntaan nput bsa

7 PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT PADA USAHA TANI PADI DAN JAGUNG: Pendeatan Multnput-Multoutput Erma Suryan, Sr Hartoyo, Bonar M. Snaga, dan Sumaryanto 97 postf atau negatf tergantung hubungan eonom antara nput x dan x. Ja hubungan edua ens nput tersebut bersang, maa tandanya postf, sebalnya a bertanda negatf menunuan bahwa hubungan edua ens nput omplementer. Persamaan (5) dan (6) merupaan syarat yang harus dpenuh untu mencapa euntungan masmum, yatu pada saat produ margnal masng-masng output sama dengan raso harga nput-output. Dengan ata lan, nla produ marnal masng-masng nput terhadap masng-masng output sama dengan harga nput bersangutan. H( y, x; r x p (10) Selanutnya, a danggap syarat ecuupan (SOC) dar persamaan (5), (6), dan (7) terpenuh, maa dapat dtentuan nla-nla optmal y, x, dan Ψ untu menghaslan euntungan masmum. Bentu fungs nla output dan nput yang optmum, sebaga berut: (11) (12) (13) Ja persamaan (11), (12), dan (13) dsubsttusan e dalam persamaan (4), maa aan dperoleh euntungan masmum, sebaga berut: m 1 H( y, x; p r x y y* ( p, r; x x* ( p, r; *( p, r; p y *( p, r; r x *( p, r; (14) n 1 Persamaan (14) dapat dnyataan dalam bentu lan: *( p, r, atau (15) Tanda * menyataan nla nput dan output optmum yang menghaslan euntungan masmum. Menurut Varan (1992), fungs euntungan meml empat syarat, yatu (1) tda menurun terhadap harga output dan tda menngat terhadap harga nput, (2) homogen berderaat satu terhadap harga output, (3) onves terhadap harga output, dan (4) ontnus dalam harga output. Namun, menurut Lau (1978), propertes fungs euntungan, yatu (1) merupaan fungs terbatas, postf, dan mempunya nla rl, (2) merupaan fungs yang ontnu, (3) merupaan fungs yang rata (smoothness), (4) merupaan fungs yang monoton, (5) merupaan fungs yang onves, (6) fungs yang dapat dturunan dua al (twce dfferentablty), dan (7) merupaan fungs yang tertutup (boundedness). Ketuuh propertes fungs euntungan n sama dengan propertes fungs transformas. Fungs penawaran output dapat dperoleh dengan menerapan prnsp Hottelng Lemma, yatu turunan pertama persamaan (15) terhadap harga output sebaga berut: *( p, r, p p y *( p, r; (16) Analog dengan persamaan (16), a persamaan (15) dturunan terhadap harga nput, maa aan dperoleh fungs permntaan nput sebaga berut: *( p, r, x r r *( p, r; (17) Revew yang dlauan Hartoyo (1994), menunuan beberapa elebhan menggunaan pendeatan dual melalu fungs euntungan, yatu (1) fungs penawaran output dan permntaan nput dengan mudah dapat dperoleh melalu penerapan prnsp Hottelng Lemma sepert pada persamaan (16) dan (17), (2) fungs penawaran dan permntaan yang dturunan dar fungs euntungan aan memperoleh nla yang sama a fungs tersebut dturunan dar fungs produs dengan memasmuman euntungan, dan (3) analss dengan menggunaan fungs euntungan dapat menghndar adanya masalah bas arena persamaan smultan, mengngat dalam fungs euntungan semua peubah esogen berada d sebelah anan persamaan dan semua peubah endogen berada d sebelah r persamaan. Model Emprs Fungs Keuntungan Translog Peneltan n menggunaan pendeatan multnput-multoutput dengan fungs euntungan translog sepert yang dgunaan

8 98 Jurnal Agro Eonom, Volume 33 Nomor 2, Otober 2015: Fulgnt and Perrn (1990) dan Hartoyo (1994). Spesfas model emprs fungs euntungan sebaga berut: d mana: (18) π = euntungan (Rp) p dan p s = harga output e- dan e-s, = s = 1, 2 p 1 = harga pad p 2 = harga agung r dan r g = harga nput e- dan e-g, = g = 1, 2, 3, 4, 5, 6 r 1 = harga pupu urea (Rp/g) r 2 = harga pupu TSP (Rp/g) r 3 = harga pupu NPK (Rp/g) r 4 = baya pengaran (Rp/ha) r 5 = upah tenaga era (Rp/HOK) r 6 = baya nput varabel lannya (Rp) Z dan Z u = nput tetap e- dan e-u, untu = u = 1, 2, 3 Z 1 = luas panen (ha) Z 2 = nfrastrutur rgas (IP pad) Z 3 = nfrastrutur alan (Rp/m) D m = dummy varabel e-m, untu m = 1, 2 D1 = dummy varabel untu pulau (1 = Jawa; 0 = luar Jawa) D2 = dummy varabel untu tahun (1 = 2007; 0 = 2010),,,,,,,, 0,, s Berdasaran persamaan (18), selanutnya dapat dturunan menad persamaan pangsa penermaan dan pangsa baya nput varabel dengan menerapan prnsp Hottelng Lemma. Secara matemats pangsa penermaan dformulasan sebaga berut: ln ln p 2 1 py S 1 g u ln 0 ln p ln r ln z s1 1 u ln p ln p s ln z u ln p ln z g1 1 = parameter yang dduga s ln z 6 u g ln r ln r ln p ln r ln r ln z D untu = 1, 2 m g S * s1 ln p s ln z * s D 1 m 6 ln r * (19) Persamaan pangsa baya nput varabel secara matemats dformulasan sebaga berut: ln r X ln r S * d mana: * S * S S ln p ln z * D untu = 1, 2, 3, 4, 5, 6 6 g1 m ln r g * g (20) = pangsa penermaan dugaan = pangsa baya nput varabel dugaan Peubah lannya sudah delasan sebelumnya. Persamaan (19) selanutnya dapat dgunaan untu menurunan fungs penawaran output, sedangan dar persamaan (20) dapat dcar fungs permntaan nput. Pendugaan parameter pada persamaan (18), (19), dan (20) selanutnya dgunaan untu menentuan elaststas penawaran output dan elaststas permntaan nput. Elaststas Penawaran Output dan Permntaan Input Pengertan elaststas penawaran output (permntaan nput) yatu persentase perubahan output (nput) abat adanya perubahan harga output (nput) sebesar satu persen. Dalam peneltan n, elaststas penawaran ouput (permntaan nput) terbag dalam empat elompo, yatu: (1) elaststas penawaran output (permntaan nput) terhadap harga sendr, (2) elaststas penawaran output (permntaan nput) terhadap harga output/nput lan, (3) elaststas penawaran output (permntaan nput) terhadap harga nput/output, dan (4) elaststas penawaran output (permntaan nput) terhadap fator tetap. Secara matemats, formulas elaststas penawaran ouput (permntaan nput) terhadap harga sendr, harga slang, dan fator tetap berturut-turut dformulasan pada persamaan (21), (22), dan (23) sebaga berut:

9 PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT PADA USAHA TANI PADI DAN JAGUNG: Pendeatan Multnput-Multoutput Erma Suryan, Sr Hartoyo, Bonar M. Snaga, dan Sumaryanto 99 ln q Untu =1,2,3,...,n (21) ln p ln q (22) ln p =1,2,3,...,m; ln q l (23) ln Z l=1,2,3,...,m; l l Keterangan: Untu =1,2,3,...,n; Untu =1,2,3,...,n; ԑ = elaststas penawaran (permntaan nput) terhadap harga sendr ԑ = elaststas penawaran (permntaan nput) terhadap harga slang ԑ l = elaststas penawaran (permntaan nput) terhadap fator tetap q = umlah penawaran output (permntaan nput) p = harga output (nput) z = fator tetap HASIL DAN PEMBAHASAN Analss Usaha Tan Pad dan Jagung Usaha tan pad dan agung mash menad andalan sebaga sumber pendapatan rumah tangga petan d wlayah persawahan. Pada perode , secara umum luas penguasaan lahan sawah per rumah tangga menurun sebesar 20,85% (Tabel 1). Penurunan n dduga arena fator onvers lahan sawah e penggunaan nonpertanan. Hasl aan Irawan (2012) menyataan onvers sawah d Jawa mencapa 429,7 rbu hetar dengan lau onvers sebesar 2,34%/tahun selama perode tahun Lebh memprhatnan bahwa onvers lahan terad pada lahan rgas tens 244,3 rbu hetar/tahun dan rgas setengah tens 15,9 rbu hetar/tahun. Apabla terad onvers lahan rgas tens dan setengah tens, maa aan berpengaruh pada IP pad. Mengacu pada Tabel 1, secara umum IP pad menngat 5,66% selama perode Penngatan IP cuup taam terad d wlayah Jawa Tengah dan Lampung. Konds n dduga arena dua fator: (1) adanya penngatan ualtas rgas d edua wlayah tersebut dan (2) menngatnya penggunaan pompa ar untu pengaran tanaman pad. Kedua hal tersebut memungnan petan mengubah pola tanam dengan menambah freuens tanam pad. Sebalnya, penurunan IP pad sepert yang terad d Jawa Tmur dduga arena (1) banyanya lahan sawah rgas tens yang beralh fungs e lahan sawah berrgas semtens atau sederhana menyebaban freuens penanaman pad menurun, (2) adanya erusaan arngan rgas dan menurunnya tata elola rgas, dan (3) tda ada upaya penggunaan pompa ar untu pengaran tanaman pad. Fator-fator tersebut menad penyebab penurunan IP pad arena petan secara rasonal aan mengubah pola tanam pada saat onds pengarannya seman terbatas. Pada perode , secara umum produtvtas pad mengalam enaan relatf ecl yatu sebesar 0,77% (Tabel 2). Penngatan produtvtas n dduga arena adanya perubahan aloas penggunaan nput produs serng adanya penngatan ualtas nfrastrutur rgas dan alan. Strutur baya produs dnyataan dalam nla rl untu mengores efe nflas. Nla rl dhtung dengan membag nla nomnal dengan harga gabah per logram. Dalam analss usaha tan, pengertan pendapatan usaha tan sama dengan euntungan usaha tan, yatu total penermaan durang total baya produs. Dalam analss n, total baya sudah memperhtungan baya tenaga era dalam eluarga, tetap tda memperhtungan baya sewa lahan arena umumnya petan berusaha tan d lahan ml sendr. Pendapatan usaha tan pad tahun 2010 mengalam penngatan dbandngan tahun 2007 (Tabel 2). Penngatan n selan arena adanya penngatan penermaan uga dsebaban penurunan baya produs. Penngatan penermaan usaha tan selan dsebaban adanya penngatan produtvtas uga arena menngatnya harga gabah dar Rp2.242/g pada tahun 2007 menad Rp2.516/g pada tahun D ss lan, baya produs menurun pada selang watu antara 2007 dan Penurunan baya produs dlauan petan dengan cara mengubah aloas penggunaan nput serng teradnya penngatan upah buruh tan dan menurunnya supla tenaga era d setor pertanan. BPS mencatat serapan tenaga era d setor pertanan pada tahun 2007 sebesar 41,9% menurun menad 39,5% pada tahun 2010 (BPS, 2015).

10 100 Jurnal Agro Eonom, Volume 33 Nomor 2, Otober 2015: Tabel 1. Perubahan luas penguasaan lahan dan IP pad menurut provns, 2007 dan 2010 Provns Luas penguasaan lahan sawah per rumah tangga (ha) IP pad Perubahan (%) Perubahan (%) Jawa: 0,317 0,214-32, ,24 1. Jawa Tengah 0,358 0,230-35, ,00 2. Jawa Tmur 0,279 0,199-28, ,44 Luar Jawa: 0,708 0,536-24, ,66 3. Lampung 0,507 0,408-19, ,36 4. Nusa Tenggara Barat 0,722 0,544-24, ,51 5. Kalmantan Selatan 0, Sulawes Utara 0, Sulawes Selatan 0,840 0,562-33, ,76 Total (Jawa + luar Jawa) 0,609 0,482-20, ,66 Keterangan: Dolah dar data hasl surve PSEKP, JBIC, dan IFPRI tahun 2007 dan 2010, mencaup 45 desa contoh Tabel 2. Analss usaha tan pad d loas peneltan, 2007 dan 2010 (per ha per MT) Desrps Unt Jumlah Nla rl a Pangsa b (%) Jumlah Nla rl a Pangsa b 1. Penermaan g , ,00 2. Baya: , ,34 a. Benh g , ,31 b. Pupu: , ,43 - Urea g , ,62 - SP-36 g , ,74 - NPK g , ,52 - Lannya Rp 218 5, ,55 c. Tenaga era HOK , ,78 d. Pestsda Rp 93 2, ,28 e. Baya lan Rp 80 1, ,10 3. Pendapatan Rp , ,66 4. R/C 1,46 1,60 Keterangan: a Nla rl dhtung dar nla nomnal dbag dengan harga gabah per logram b Pangsa merupaan propors terhadap nla rl penermaan (%) Jagung merupaan tanaman palawa yang palng domnan dusahaan petan d loas peneltan. Pada perode , pendapatan rl usaha tan agung menunuan penurunan sebesar 25,4% (Tabel 3). Penurunan pendapatan n dsebaban menngatnya baya produs, hususnya untu benh dan tenaga era. Jumlah penggunaan benh pada tahun 2010 menngat setar 2,5 al lebh banya dbandngan pada tahun Hal n dsebaban sebagan petan cenderung menggunaan benh hasl panen sendr. Benh agung yang dtanam petan sebagan besar mash tergolong benh nonhbrda dan umumnya benh tersebut dperoleh dar hasl panen sendr. Oleh arena tu, produtvtasnya lebh rendah a

11 PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT PADA USAHA TANI PADI DAN JAGUNG: Pendeatan Multnput-Multoutput Erma Suryan, Sr Hartoyo, Bonar M. Snaga, dan Sumaryanto 101 Tabel 3. Analss usaha tan agung d loas peneltan, 2007 dan 2010 (per ha per MT) Desrps Unt Jumlah Nla rl a Pangsa b (%) Jumlah Nla rl a Pangsa b (%) 1. Penermaan g , ,00 2. Baya: , ,72 a. Benh g , ,73 b. Pupu: , ,60 - Urea g , ,40 - SP-36 g , ,75 - NPK g , ,87 - Lannya Rp 164 4, ,59 c. Tenaga era HOK , ,39 d. Pestsda Rp 113 2, ,67 e. Baya lan Rp 26 0, ,31 3. Pendapatan Rp , ,28 4. R/C 1,98 1,65 Keterangan: a Nla rl dhtung dar nla nomnal dbag dengan harga agung per logram b Pangsa merupaan propors terhadap nla rl penermaan dbandngan benh agung hbrda. Kecenderungan petan menggunaan benh produs sendr lebh banya dengan alasan memnmalsr rso gagal tumbuh tanaman. Sementara untu penngatan baya tenaga era, selan arena penngatan umlah tenaga era, uga dsebaban menngatnya upah buruh tan abat supla tenaga era d setor pertanan cenderung menurun. Mengngat baya produs relatf terbatas, dengan menngatnya baya benh dan tenaga era, petan cenderung menean baya pupu dengan cara mengurang penggunaan pupu urea dan SP-36 dan menngatan penggunaan pupu ombnas sepert pupu NPK. Elaststas Penawaran Output dan Permntaan Input Produs pad dan agung selan dtentuan oleh penggunaan nput varabel uga dpengaruh fator tetap, dalam hal n luas tanam, nfrastrutur rgas dan alan. Keteratan antara penawaran output, permntaan nput, peubah harga, dan fator tetap dapat dlhat melalu hasl estmas model emprs (persamaan 19, 20, dan 21). Pendugaan persamaan (19), (20), dan (21) menghaslan 104 parameter, 51 parameter (49,04%) secara statst sgnfan pada α = 1%, α = 5%, dan α = 10%. Hasl pendugaan telah memenuh persyaratan model, yatu homogentas, smetr, monoton, dan onves. Koefsen determnan (R 2 ) dar model sebesar 0,5373, artnya setar 53,73% penawaran output dan permntaan nput dapat delasan oleh varas peubah-peubah penelasnya, yatu harga ouput, harga nput, dan fator tetap. Parameter hasl pendugaan selanutnya dgunaan untu menentuan elaststas penawaran output dan elaststas permntaan nput (Tabel 4). Elaststas Penawaran Output Mengacu pada Tabel 4, elaststas penawaran pad, agung, dan tanaman lannya bertanda postf terhadap harganya. Artnya, a terad penngatan harga pad, agung, dan tanaman lannya, maa aan mendorong penngatan penawaran pad, agung, dan tanaman lannya. Penngatan harga pad sebesar 10% menyebaban penngatan penawaran pad sebesar 13,67%, penawaran agung menngat 4,99%, dan penawaran tanaman lannya menngat 15,77%. Perubahan harga agung nelasts dan tda berpengaruh nyata pada penawaran pad dan agung dengan nla elaststas secara berurutan masng-masng 0,132 dan 0,530. Temuan n berbeda dengan hasl peneltan Agustan (2012), d mana

12 102 Jurnal Agro Eonom, Volume 33 Nomor 2, Otober 2015: Tabel 4. Elaststas penawaran output dan permntaan nput pada usaha tan tanaman pangan d loas peneltan, 2007 dan 2010 Peubah Harga: Pad Jagung Tan. lannya Jumlah output/nput Urea SP-36 NPK Pengaran Tenaga era 1. Pad 1,367 a 0,499 1,577 a 1,992 a 1,796 b 1,352 b 2,285 b 2,452 a 2,548 a Input lan 2,724 0,596 4,450 4,914 1,979 1,776 2,123 4,187 7, Jagung 0,132 0,530 0,712 a 0,668 a 0,569 0,778 b 1,665 a 0,647 b 0,511 b 0,596 0,770 3,233 2,864 1,174 1,793 2,443 2,170 2, Tanaman 0,771 a 1,313 a -0,718 c -1,676 a -1,178 a -0,564 a -4,621 a -1,405 a -2,290 a lannya 6,627 5,750-1,347-14,862-5,066-2,786-16,394-9,246-24, Pupu urea -0,128 a -0,162 a -0,097 c -2,364 a 0,063 a 0,384 b 0,223 b 0,114 a -0,020-4,914-2,864-1,443-10,601 0,310 1,908 2,115 3,181-0, Pupu SP-36-0,054 b -0,065-0,051 0,030-0,423 b 0,306 b -0,009-0,053 c -0,005-1,979-1,174-0,887 0,310-1,775 1,902-0,081-1,457-0, Pupu NPK -0,043 b -0,093 b -0,043 0,189 b 0,320 b -0,809 a -0,022-0,065 b -0,024-1,776-1,793-0,771 1,908 1,902-3,647-0,223-1,943-1, Baya ar -0,050 b -0,137 a -0,031 0,076 b -0,006-0,015-1,010 a 0,052 c -0,005-2,123-2,443-0,943 2,115-0,081-0,223-7,607 1,588-0, Tenaga era -1,564 a -1,559 b -1,155 a 1,137 a -1,110 c -1,305 b 1,525 c -1,824 a 0,301-4,187-2,170-3,737 3,181-1,457-1,943 1,588-3,234 0, Input lan -0,431 a -0,326 b -0,195 a -0,052-0,030-0,126-0,036 0,080-1,017 a Fator tetap: -7,241-2,285-3,690-0,910-0,258-1,229-0,223 0,969-11, Luas tanam 1,254 a 0,674 a 1,266 a 1,243 a 1,285 a 1,209 a 1,070 a 1,145 a 1,199 a 21,113 4,811 24,515 23,159 11,143 12,207 6,684 13,965 14, Infr. rgas 0,349 c -0,954 c -2,054 a -0,363 c 0,269-0,230 0,314 0,155-1,298 a 1,418-1,610-9,594-1,613 0,549-0,549 0,494 0,454-3, Infr. alan -0,631 a -0,372 a -0,435 a -0,621 a -0,677 a -0,535 a -0,650 a -0,580 a -0,464 a -9,470-2,350-7,983-11,132-5,695-5,150-4,248-6,360-4,969 Keterangan: Anga d bawah adalah nla t-htung; t 0,01(44) = 2,414 t 0,05(44) = 1,680 t 0,10(44) = 1,301 a = sgnfan pada α = 1%; b = sgnfan pada α = 5%; c = sgnfan pada α = 10% elaststas penawaran agung terhadap harga sendr d Provns Jawa Tmur dan Jawa Barat, masng-masng sebesar 1,665 dan 1,764. Perubahan harga tanaman lannya berpengaruh nyata terhadap penawaran pad, agung, dan tanaman lannya. Pengaruh perubahan harga pad terhadap penawaran pad ternyata lebh elasts dbandngan penawaran agung. Hal n dduga arena adanya pengaruh penetapan harga pembelan pemerntah (HPP) untu omodtas pad, sehngga petan terlndung dar anlonya harga pada saat panen raya. Penualan hasl panen dengan harga ual sesua HPP saa petan sudah memperoleh euntungan, apalag a harga ual d pasaran lebh tngg dar HPP. Sementara untu omodtas agung, harga ual produ sepenuhnya mengut harga pasar. Tda ada ntervens pemerntah yang mengatur harga ual agung. Elaststas penawaran pad, agung, dan tanaman lannya terhadap perubahan harga nput varabel bertanda negatf. Artnya, setap terad penngatan harga nput varabel, maa

13 PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT PADA USAHA TANI PADI DAN JAGUNG: Pendeatan Multnput-Multoutput Erma Suryan, Sr Hartoyo, Bonar M. Snaga, dan Sumaryanto 103 aan berpengaruh pada penurunan penawaran pad, agung, dan tanaman lannya. Khusus untu tanaman pad, pengaruh perubahan harga seluruh nput varabel ecual upah tenaga era secara statst nelasts bersar antara 0,054 hngga 0,431 dan berpengaruh nyata pada tngat α = 1% dan α = 5% tergantung ens nputnya. Sementara, pengaruh harga nput ecual upah tenaga era terhadap penawaran agung uga nelasts dengan besaran nla elaststas antara 0,065 hngga 0,326. Temuan n menduung hasl peneltan Agustan (2012) yang menunuan perubahan harga nput nelasts terhadap penawaran agung d Jawa Tmur dan Jawa Barat. Pengaruh perubahan upah tenaga era elasts terhadap penawaran pad, agung, dan tanaman lannya.hasl n menduung analss usaha tan pad yang telah delasan sebelumnya, d mana penngatan upah tenaga era menyebaban baya produs usaha tan menngat, sehngga petan melauan penyesuaan melalu pengaturan penggunaan pupu. Hal n berpengaruh pada penurunan produs dan pendapatan usaha tan. Ada tga fator tetap yang danalss pengaruhnya terhadap penawaran pad, agung, dan tanaman lannya, yatu luas tanam, nfrastrutur rgas, dan nfrastrutur alan. Penngatan luas tanam sebesar 10% berpengaruh nyata pada penngatan penawaran pad, agung, dan tanaman lannya, masng-masng sebesar 12,5%, 6,7%, dan 12,7%. Anga tersebut menunuan bahwa pengaruh luas lahan elasts terhadap penawaran pad dan tanaman lannya. Berdasaran nla elaststas penawaran pad terhadap luas areal tanam tersebut, seyoganya pemerntah lebh antspatf terhadap ebaan yang bermbas pada penurunan luas areal sawah arena aan berpengaruh pada produs pad dan etersedaan pangan nasonal. Infrastrutur rgas yang dpros dengan ndes pertanaman (IP) pad berpengaruh postf terhadap penawaran pad dan berpengaruh negatf terhadap penawaran agung dan tanaman lannya. Berdasaran Tabel 4, penngatan nfrastrutur rgas sebesar 10% aan berpengaruh nyata pada penngatan penawaran pad sebesar 3,5%, sedangan pengaruhnya terhadap penawaran agung dan tanaman lannya menurun masngmasng 9,5% dan 20,5%. Hal n menunuan bahwa agung atau tanaman lannya merupaan tanaman ompettf untu pad arena umumnya dtanam d lahan yang sama. Pengamblan eputusan petan untu penanaman pad aan dlauan a onds ar untu tanaman cuup memada. Oleh arena tu, a dlauan perbaan ualtas rgas yang menamn supla ar e persawahan, maa petan cenderung aan memprortasan menanam pad, sehngga peluang menanam agung atau tanaman lannya aan tergeser. Pada Tabel 4 terlhat nla elaststas penawaran pad, agung, dan tanaman lannya terhadap nfrastrutur alan masng-masng sebesar -0,631, -0,372, dan -0,435, secara statst berpengaruh nyata pada tngat α = 1%. Dalam analss n, nfrastrutur alan menggunaan pros baya transportas per lometer. Man ba ualtas alan, maa baya transportas per lometer aan lebh rendah, sebalnya a ualtas alan man rusa, maa baya transportas per lometer aan lebh tngg. Fenomena n uga dtemuan dar peneltan d Ngera, d mana ualtas alan berbandng terbal dengan baya transportas (Usman, 2014). Oleh arena tu, tanda negatf pada elaststas penawaran output dan elaststas permntaan nput terhadap nfrastrutur alan sebenarnya meml mana hubungan antara peubah baya transportas dan penawaran output atau permntaan nput. Pada saat terad penurunan baya transportas (perbaan alan) sebesar 10%, pengaruhnya nyata terhadap penngatan penawaran pad sebesar 6,31%, penawaran agung menngat 3,72%, dan penawaran tanaman lannya menngat 4,35%. Penngatan penawaran output tersebut mendorong penngatan permntaan nput bersar antara 4,64% hngga 6,77% tergantung ens nputnya. Hasl peneltan n menduung peneltan sebelumnya yang dlauan oleh Hartoyo (2013), d mana rehabltas alan berdampa postf terhadap penngatan produs dan pendapatan usaha tan. Ja dbandngan dengan hasl peneltan Inon dan Omotor (2009) d Ngera, d mana penngatan ualtas alan sebesar 10% berdampa pada penngatan penawaran output sebesar 12%, maa pengaruh perbaan nfrastrutur alan d Indonesa terhadap penawaran output relatf lebh rendah dbandngan d negara lan. Elaststas Permntaan Input Mengacu pada Tabel 4, elaststas permntaan nput terhadap harga sendr seluruhnya

14 104 Jurnal Agro Eonom, Volume 33 Nomor 2, Otober 2015: menunuan tanda negatf bersar antara -0,423 hngga -2,364 dan secara statst berpengaruh nyata. Artnya, setap terad penngatan harga nput menyebaban penurunan permntaan nputnya, berlau uga pada onds sebalnya. D antara eenam ens pupu yang danalss, permntaan pupu urea menunuan palng elasts (-2,364) terhadap perubahan harganya sendr. Perubahan harga pupu urea sebesar 10% aan berpengaruh nyata pada penngatan permntaan pupu urea sebesar 23,64%. Tnggnya elaststas permntaan pupu urea dsebaban pupu urea merupaan pupu utama yang dbutuhan petan dalam usaha tan pad dan palawa. Jumlah ebutuhan pupu urea umumnya lebh banya dbandngan ens pupu lannya. Mespun doss reomendas penggunaan pupu urea sebesar g/ha, pada pratenya petan menggunaan pupu urea melebh doss anuran. Hasl analss usaha tan pad pada Tabel 2 menunuan aloas penggunaan pupu urea mencapa 315 g/ha pada tahun 2007 dan 270 g/ha pada tahun Elaststas permntaan nput yang terendah (-0,423) adalah permntaan pupu SP- 36. Penngatan harga pupu SP-36 sebesar 10% aan berpengaruh pada permntaan pupu SP-36 sebesar 4,23%. Rendahnya elaststas pupu SP-36 dsebaban ens pupu n tda menad unsur utama dalam egatan usaha tan. Kebutuhan pupu SP-36 uga relatf rendah dan dapat dsubsttus dengan pupu NPK. Nla elaststas slang antarnput ada yang bertanda postf dan negatf. Hubungan omplementer (tanda negatf) dtunuan antara urea dan nput lannya (pestsda dan herbsda) sebesar -0,052, sedangan pupu urea dengan SP-36, NPK, dan tenaga era meml hubungan substtus (tanda postf) dengan nla elaststas bersar antara 0,030 hngga 1,137. D antara harga nput varabel yang danalss, perubahan upah buruh tan berpengaruh elasts terhadap permntaan nput varabel, ecual permntaan nput lannya. Elaststas permntaan nput terhadap harga pad dan agung seluruhnya bertanda postf dengan nla besaran bervaras antara 0,511 hngga 2,548 dan secara statst berpengaruh nyata pada α = 5%. Penngatan harga pad sebesar 10% aan berdampa pada penngatan permntaan pupu urea, SP-36, dan NPK, masng-masng sebesar 19,92%, 17,96%, dan 13,52%, sedangan pengaruhnya terhadap permntaan untu pengaran, tenaga era, dan nput lannya masng-masng sebesar 22,85%, 24,52%, dan 25,48%. Perubahan harga agung secara umum berdampa nelasts terhadap perubahan permntaan nput. Perubahan harga pad ternyata memberan respon lebh tngg pada permntaan nput dbandngan perubahan harga agung. Hal n menunuan bahwa usaha tan pad mash menad andalan utama sebaga sumber pendapatan petan, hususnya d perdesaan yang beragroeosstem sawah. Penngatan harga pad atau agung umumnya aan mendorong petan untu menngatan produs. Serng dlauannya penngatan produs, secara petan aan menambah umlah penggunaan nput varabelnya. Elaststas permntaan nput terhadap fator tetap bervaras, ba tanda (sgn) maupun besarannya. Luas areal tanam berdampa postf dan secara statst sgnfan terhadap permntaan seluruh ens nput varabel dengan nla elaststas bersar antara 1,070 hngga 1,285, artnya penngatan luas areal tanam sebesar 10% aan berpengaruh pada penngatan permntaan nput varabel bersar 10,70-12,85%. Penngatan permntaan nput tda terad secara langsung, tetap melalu meansme eputusan petan untu menngatan produs dengan melauan optmalsas lahan. Pengaruh nfrastrutur rgas terhadap permntaan nput secara umum postf ecual permntaan pupu urea. Penngatan ualtas rgas yang dndasan dengan penngatan IP pad aan mendorong petan menngatan produs. Konseuensnya, petan aan menngatan penggunaan nput varabel. Ja terad penurunan permntaan nput (pupu), hal n dduga arena adanya hubungan substtus pada nput pupu. Dalam analss n, eta terad penngatan ualtas rgas, ustru permntaan pupu urea menurun. Hal n mungn terad arena pada pratnya d lapangan, penggunaan pupu urea bsa dsubsttus dengan pupu NPK. Konds n dduung oleh tanda elaststas harga slang antara pupu urea dan pupu NPK yang menunuan tanda postf (hubungan substtus). Elaststas permntaan nput varabel terhadap nfrastrutur alan bertanda negatf bersar antara -0,464 hngga -0,677. Mengngat nfrastrutur alan dpros dar baya

15 PENDUGAAN ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT PADA USAHA TANI PADI DAN JAGUNG: Pendeatan Multnput-Multoutput Erma Suryan, Sr Hartoyo, Bonar M. Snaga, dan Sumaryanto 105 transportas, d mana ualtas alan berbandng terbal dengan baya transportas, maa nla elaststas dartan a terad penurunan baya transportas (penngatan ualtas alan) sebesar 10%, maa pengaruhnya terhadap permntaan nput bersar antara 4,64% hngga 6,77%. Penurunan baya transportas menyebaban harga nput yang dbayar petan lebh murah dan harga output yang dterma petan menad lebh tngg. Hal n menad fator pendorong petan untu menngatan produs agar dapat dperoleh pendapatan usaha tan lebh tngg. Penngatan produs abat membanya ualtas nfrastrutur alan aan berpengaruh pada penngatan permntaan nput. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesmpulan Perubahan harga pad dan agung berpengaruh postf terhadap penawaran pad dan agung serta permntaan nput. Perubahan harga pad cenderung lebh elasts pengaruhnya terhadap penawaran pad dan agung serta permntaan nput dbandngan perubahan harga agung. Perubahan harga nput berpengaruh negatf terhadap penawaran pad, agung, dan tanaman lannya. D antara ens nput yang danalss, secara umum perubahan upah tenaga era berdampa elasts dan secara statst sgnfan terhadap penawaran pad, agung, dan tanaman lannya serta permntaan nput. Penngatan luas areal tanam dan ualtas nfrastrutur alan berpengaruh postf terhadap penngatan penawaran output dan permntaan nput. Sementara, untu perbaan ualtas rgas cenderung berpengaruh postf terhadap penngatan penawaran pad, namun berdampa pada penurunan penawaran agung dan tanaman lannya. Penngatan ualtas rgas berpengaruh pada penngatan permntaan pupu SP-36, pengaran, dan tenaga era, sedangan permntaan pupu urea, NPK, dan nput lannya cenderung menurun. Implas Kebaan Hasl analss elaststas penawaran dan permntaan terhadap perubahan harga dan nfrastrutur bermplas beberapa hal. Pertama, ebaan penetapan HPP mash laya dlanutan, mengngat perubahan harga pad terbut berpengaruh nyata terhadap penawaran pad. Kedua, mengngat upah tenaga era d setor pertanan cenderung menngat serng menurunnya supla tenaga era, maa pemerntah seyoganya menngatan penggunaan tenolog yang memnmuman penggunaan tenaga era. Ketga, pemerntah seyoganya mendorong program pencetaan/perluasaan sawah atau menean onvers lahan pertanan e penggunaan nonpertanan mengngat luas areal tanam berpengaruh postf dan sgnfan terhadap penawaran output dan permntaan nput. Keempat, pemerntah seyoganya mengaloasan anggaran lebh tngg untu pembangunan/rehabltas nfrastrutur rgas dan alan d perdesaan mengngat nfrastrutur rgas dan alan berdampa postf terhadap penngatan produs. DAFTAR PUSTAKA Agustan, A Pengaruh Harga dan Infrastrutur terhadap Penawaran Output, Permntaan Input dan Daya Sang Usaha Tan Jagung d Jawa Tmur dan Jawa Barat. Dsertas. Bogor: Insttut Pertanan Bogor. Agustan, A. dan S. Hartoyo Pendugaan elaststas penawaran output dan permntaan nput usaha tan agung. Jurnal Eonom Pembangunan 13(2): Ahmed, R. and C. Donovan Issues of Infrastructural Development: A Synthess of the Lterature. Washngton, D.C.: Internatonal Food Polcy Research Insttute. Antle, J.M Infrastructure and aggregate agrcultural productvty: nternatonal evdence. Economc Development and Cultural Change 31: [BPS] Badan Pusat Statst. 2015a. Perembangan ontrbus setor dan subsetor pertanan terhadap PDB perode (16 Maret 2015). [BPS] Badan Pusat Statst. 2015b. Propors pendudu 15 tahun e atas yang beera menurut lapangan peeraan utama (6 Maret 2015). Bandyopadhyay, S., P. Shyamsundar, dan M. Xe Yeld Impact of Irrgaton Management Transfer: Story from the Phlppnes. Polcy

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE Dew Arfanty Azm, Dra.Madu Ratna,M.S. dan 3 Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Untu mengetahu pla perubahan nla suatu varabel yang dsebaban leh varabel lan dperluan alat analss yang memungnan ta unut membuat perraan nla varabel tersebut pada nla

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Pengendalan Kualtas Statst Pengendalan Kualtas statst merupaan suatu metode pengumpulan dan analss data ualtas, serta penentuan dan nterpretas penguuran-penguuran

Lebih terperinci

IV. MODEL-MODEL EMPIRIS FUNGSI PERMINTAAN

IV. MODEL-MODEL EMPIRIS FUNGSI PERMINTAAN 69 IV. MODEL-MODEL EMPIRIS FUNGSI PERMINTAAN Dtnau dar sfat hubungan antar persamaan terdapat dua ens model persamaan yatu model persamaan tunggal dan model sstem persamaan. Model persamaan tunggal adalah

Lebih terperinci

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA BAB V MOEL SEERHANA ISTRIBUSI TEMPERATUR AN SIMULASINYA Model matemata yang terdapat pada bab sebelumnya merupaan model umum untu njes uap pada reservor dengan bottom water. Model tersebut merupaan model

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Masalah Analss regres merupaan lmu peramalan dalam statst. Analss regres dapat dataan sebaga usaha mempreds atau meramalan perubahan. Regres mengemuaan tentang engntahuan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Usulan Penerapan Teor Marov Dalam Pengamblan Keputusan Perawatan Tahunan Pada Pt. Pupu Kujang USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Nof Ern,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.. Populas dan Sampel Populas adalah eseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngup yang ngn dtelt. Banyanya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut uuran populas, sedangan suatu nla

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok BAB II TORI DASAR II.. Analss Kelompo Istlah analss elompo pertama al dperenalan oleh Tryon (939). Ia memperenalan beberapa metode untu mengelompoan obye yang meml esamaan araterst (statsoft, 004). Kesamaan

Lebih terperinci

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal n aan dbahas beberapa macam uuran yang dhtung berdasaran espetas dar satu peubah aca, ba dsrt maupun ontnu, yatu nla espetas, rataan, varans, momen, fungs pembangt

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Created by Smpo PDF Creator Pro (unregstered verson) http://www.smpopd.com Statst Bsns : BAB IV. UKURA PEMUSATA DATA. Pendahuluan Untu mendapatan gambaran yang lebh jelas tentang seumpulan data mengena

Lebih terperinci

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga Jurnal Graden Vol No Januar 006 : 34-38 Karatersas Matr Lesle Ordo Tga Mudn Smanhuru, Hartanto Jurusan Matemata, Faultas Matemata dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas Bengulu, Indonesa Dterma Desember

Lebih terperinci

Pengaruh Kelembaban dan Seri Tanah Terhadap Mutu dan Produksi Tanaman Tembakau Temanggung dengan Metode MANOVA

Pengaruh Kelembaban dan Seri Tanah Terhadap Mutu dan Produksi Tanaman Tembakau Temanggung dengan Metode MANOVA Pengaruh Kelembaban dan Ser Tanah Terhadap Mutu dan Produs Tanaman Tembaau Temanggung dengan Metode MANOVA Mftala Al Rza ), Sutno ), dan Dumal ) ) Jurusan Statsta, Faultas MIPA, Insttut Tenolog Sepuluh

Lebih terperinci

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Sebelum suatu Jarngan Neural Buatan (JNB) dgunaan untu menglasfasan pola, terlebh dahulu dlauan proses pembelaaran untu menentuan strutur arngan, terutama dalam penentuan nla bobot.

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Semnar Nasonal Aplas Tenolog Informas 00 (SNATI 00) ISSN: 0-0 Yogyaarta, Jun 00 FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Sr Kusumadew Jurusan Ten Informata,

Lebih terperinci

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2)

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2) BB 0 Mengnterpretasan Populas arabel Kanon arabel anon secara umumnya artfsal. Ja varabel awal X ( dan X ( dgunaan oefsen anon a dan b mempunya unt propors dar hmpunan X ( dan X (. Ja varabel awal yang

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata Probabltas dan Statsta Dsrt Adam Hendra Brata Unform Bernoull Multnomal Setap perstwa aan mempunya peluangnya masng-masng, dan peluang terjadnya perstwa tu aan mempunya penyebaran yang mengut suatu pola

Lebih terperinci

Penggunaan Model Regresi Tobit Pada Data Tersensor

Penggunaan Model Regresi Tobit Pada Data Tersensor SEMINAR NASIONAL MAEMAIKA DAN PENDIDIKAN MAEMAIKA UNY 016 S 15 Penggunaan Model Regres obt Pada Data ersensor Def Yust Fadah 1, Resa Septan Pontoh 1, Departemen Statsta FMIPA Unverstas Padjadjaran def.yust@unpad.ac.d

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Varans Peneltan 3.1.1 Varabel Peneltan Peneltan n mengenal dua macam varabel yatu : 1. Varabel bebas (X) yatu : Berpr formal. Varabel terat (Y) yatu : Hasl belajar Sejarah

Lebih terperinci

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum Bab III Plant Nonlnear Dengan Fase Nonmnmum Pada bagan n dbahas mengena penurunan learnng controller untu sstem nonlnear dengan derajat relatf yang detahu Dalam hal n hanya dperhatan pada sstem-sstem nonlnear

Lebih terperinci

Optimasi Baru Program Linear Multi Objektif Dengan Simplex LP Untuk Perencanaan Produksi

Optimasi Baru Program Linear Multi Objektif Dengan Simplex LP Untuk Perencanaan Produksi JURNA INFORMATIKA, Vol.4 No.2 September 27, pp. 222~229 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 222 Optmas Baru Program near Mult Objetf Dengan Smplex P Untu Perencanaan Produs Maxs Ary Am BSI Bandung e-mal:

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MIXED LINIER INTEGER PROGRAMMING UNTUK MENENTUKAN ALOKASI PRODUKSI DAN DISTRIBUSI DALAM JARINGAN RANTAI PASOK GLOBAL

IMPLEMENTASI MIXED LINIER INTEGER PROGRAMMING UNTUK MENENTUKAN ALOKASI PRODUKSI DAN DISTRIBUSI DALAM JARINGAN RANTAI PASOK GLOBAL IMLEMENASI MIE LINIER INEGER ROGRAMMING UNUK MENENUKAN ALOKASI ROUKSI AN ISRIBUSI ALAM JARINGAN RANAI ASOK GLOBAL Mahendrawath ER 1) Rully Soelaman 2) Ftrana 1) 1) Jurusan Sstem Informas 1) Jurusan en

Lebih terperinci

Model Quadratic Almost Ideal Demand System Permintaan Pangan Hewani di Indonesia

Model Quadratic Almost Ideal Demand System Permintaan Pangan Hewani di Indonesia Semnar Nasonal Matemata 6 Jun 015 UI - Unpad Model Quadratc Almost Ideal Demand System Permntaan Pangan Hewan d Indonesa 1 Ftra Vrgantar, Hagn Wayant, 3 Sonny Koeshendraana 1, Program Stud Matemata Faultas

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN

IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN SISFO-Jurnal Sstem Informas IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN Fazal Mahananto 1), Mahendrawath ER 2), Rully Soelaman 3) Jurusan Sstem Informas,

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

BAB II DIMENSI PARTISI

BAB II DIMENSI PARTISI BAB II DIMENSI PARTISI. Defns dasar dan eteratannya dengan metrc dmenson Dalam pembahasan dmens parts, graf yang dbahas adalah graf terhubung sederhana dan tda meml arah. Sebelum mendefnsan graf yang dgunaan

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI GUDANG DISTRIBUSI PADA SISTEM DISTRIBUSI PRODUK KONSUMSI PT X DI JAWA TIMUR

PENENTUAN LOKASI GUDANG DISTRIBUSI PADA SISTEM DISTRIBUSI PRODUK KONSUMSI PT X DI JAWA TIMUR Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Tenolog IX Program Stud MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruar 2009 PENENTUAN LOKASI GUDANG DISTRIBUSI PADA SISTEM DISTRIBUSI PRODUK KONSUMSI PT X DI JAWA TIMUR Teguh Otarso Program

Lebih terperinci

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING 7 Ilustras entu hmpunan fuzzy dan fungs eanggotaannya dapat dlhat pada Contoh 3. Contoh 3 Msalan seseorang dataan sudah dewasa ja erumur 7 tahun atau leh, maa dalam loga tegas, seseorang yang erumur urang

Lebih terperinci

Pendekatan Hurdle Poisson Pada Excess Zero Data

Pendekatan Hurdle Poisson Pada Excess Zero Data SEMINAR NASIONAL MAEMAIKA DAN PENDIDIKAN MAEMAIKA UNY 05 Pendeatan Hurdle Posson Pada Excess Zero Data S - 7 Def Yust Fadah, Resa Septan Pontoh Departemen Statsta FMIPA Unverstas Padadaran def.yust@unpad.ac.d

Lebih terperinci

MODEL SUOMINEN UNTUK PENETAPAN INDEKS DERAJAT KOMPETISI INDUSTRI PERBANKAN

MODEL SUOMINEN UNTUK PENETAPAN INDEKS DERAJAT KOMPETISI INDUSTRI PERBANKAN roceedng ESAT (solog, Eonom, Sastra, Arste & Spl) Vol. Audtorum Kampus Gunadarma, - Agustus 7 ISSN : 858-559 MODEL SUOMINEN UNTUK ENETAAN INDEKS DERAJAT KOMETISI INDUSTRI ERBANKAN Suzanna Lamra Sregar

Lebih terperinci

BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO. solusi dari suatu masalah diberikan berdasarkan proses rendomisasi (acak).

BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO. solusi dari suatu masalah diberikan berdasarkan proses rendomisasi (acak). BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO 3. Smulas Monte Carlo Smulas Monte Carlo merupaan bentu smulas probablst dmana solus dar suatu masalah dberan berdasaran proses rendomsas (aca).

Lebih terperinci

VI. KETIDAKPASTIAN. Contoh : Asih mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Asih terkena cacar

VI. KETIDAKPASTIAN. Contoh : Asih mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Asih terkena cacar VI. KETIDAKPASTIAN 12 Dalam enyataan sehar-har banya masalah dduna n tda dapat dmodelan secara lengap dan onssten. Suatu penalaran dmana adanya penambahan fata baru mengabatan etdaonsstenan, dengan cr-cr

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. Analisis diskriminan (discriminant analysis) merupakan salah satu metode

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. Analisis diskriminan (discriminant analysis) merupakan salah satu metode BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3. Analss Dsrmnan Analss dsrmnan (dscrmnant analyss) merupaan salah satu metode yan dunaan dalam analss multvarat. Dalam analss dsrmnan terdapat dua jens varabel yan terlbat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Analss dsrmnan merupaan ten menganalss data, dmana varabel dependen merupaan data ategor ( nomnal dan ordnal ) sedangan varabel ndependen berupa data nterval atau raso.msalnya

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PERSEDIAAN BARANG EOQ DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR KADALUARSA DAN FAKTOR ALL UNIT DISCOUNT

ANALISIS MODEL PERSEDIAAN BARANG EOQ DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR KADALUARSA DAN FAKTOR ALL UNIT DISCOUNT LAORAN HASIL ENELITIAN ANALISIS MOEL ERSEIAAN BARANG EO ENGAN MEMERTIMBANGKAN FAKTOR KAALUARSA AN FAKTOR ALL UNIT ISOUNT Tauf Lmansyah LEMBAGA ENELITIAN AN ENGABIAN KEAA MASYARAKAT UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1)

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1) Paradgma, Vol. 13 No. 2 Agustus 2009 hlm. 189 194 MODEL REGRESI SEMIPARAMERIK SPLINE UNUK DAA LONGIUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERIA HIV Lls Laome 1) 1) Jurusan Matemata FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) BAB TINJAUAN TEORITIS. Knsep Dasar Infes, Saluran Pernafasan, Infes Aut, dan Infes Saluran Pernafasan Aut (ISPA.. Infes Infes adalah masunya uman atau mrrgansme e dalam tubuh manusan dan berembang ba sehngga

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS Ihwannul Khols, ST. MT. Unverstas 7 Agustus 945 Jaarta hols27@gmal.com Abstra Pengenalan pola data

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari bulan Juli sampai

4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari bulan Juli sampai 4 METODE PENELITIAN 4.1 Watu dan Loas Peneltan Peneltan n dlasanaan selama 6 bulan dmula dar bulan Jul sampa bulan Desember 005 d Kabupaten Indramayu, Provns Jawa Barat yang terleta pada poss geografs

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN Buletn Ilmah ath. Stat. dan erapannya (Bmaster) Volume 5, No. 3 (6), hal 8. INVERS DRAZIN DARI SUAU ARIKS DENGAN ENGGUNAKAN BENUK KANNIK JRDAN Eo Sulstyono, Shanta artha, Ea Wulan Ramadhan INISARI Suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMAL CPO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT. XYZ

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMAL CPO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT. XYZ e-jurnal Ten Industr FT USU Vol 3, No., Otober 03 pp. 45-5 PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMAL CPO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT. YZ Delmar Bnhot Lumbantoruan, Poerwanto,

Lebih terperinci

KOLINEARITAS GANDA (MULTICOLLINEARITY) Oleh Bambang Juanda

KOLINEARITAS GANDA (MULTICOLLINEARITY) Oleh Bambang Juanda KOLINEARITAS GANDA MULTICOLLINEARIT Oleh Bambang Juanda Model: = X + X + + X + ε. Hubungan Lnear Sempurna esa, Ja C X 0 C onstanta yg td semuanya 0. Mudah detahu rn td ada dugaan parameter oef dgn OLS,

Lebih terperinci

METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND

METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND Rully Soelaman, Suc Hatnng Rn dan Dana Purwtasar Faultas Tenolog Informas, Insttut Tenolog Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, 60, Indonesa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penyusunan laporan tugas akhir ini dilakukan sesuai dengan langkahlangkah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penyusunan laporan tugas akhir ini dilakukan sesuai dengan langkahlangkah BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penyusunan laporan tugas ahr n dlauan sesua dengan langahlangah peneltan yang aan dperlhatan pada dagram d bawah n, agar peneltan n dapat berjalan secara ba dan terarah. Sehngga

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk) Semnar Nasonal plas enolog Informas (SNI ) Yogyaarta, Jun FUZZY BCKPROPGION UNUK KLSIFIKSI POL (Stud asus: lasfas ualtas produ) Sr Kusumadew Jurusan en Informata, Faultas enolog Industr Unverstas Islam

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN HARGA ANTAR KELOMPOK KOMODITAS PEMBENTUK INFLASI DI SUMATERA BARAT

ANALISIS KETERKAITAN HARGA ANTAR KELOMPOK KOMODITAS PEMBENTUK INFLASI DI SUMATERA BARAT Analss Keteratan Harga Antar Kelompo Komodtas Pembentu Inflas d Sumatera Barat 233 ANALISIS KETERKAITAN HARGA ANTAR KELOMPOK KOMODITAS PEMBENTUK INFLASI DI SUMATERA BARAT Gaffar Ramadhan Abstract Ths study

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

Strategi Meminimalkan Load Shedding Menggunakan Metode Sensitivitas Untuk Mencegah Voltage Collapse Pada Sistem Kelistrikan Jawa-Bali 500 kv

Strategi Meminimalkan Load Shedding Menggunakan Metode Sensitivitas Untuk Mencegah Voltage Collapse Pada Sistem Kelistrikan Jawa-Bali 500 kv 1 Strateg Memnmalan Load Sheddng Menggunaan Metode Senstvtas Untu Mencegah Voltage Collapse Pada Sstem Kelstran Jawa-Bal 500 V Rs Cahya Anugrerah Haebb, Ad Soepranto,, Ardyono Pryad Jurusan Ten Eletro,

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

EVALUASI STATUS KETERTINGGALAN DAERAH DENGAN ANALISIS DISKRIMINAN 6. Oleh : Anik Djuraidah

EVALUASI STATUS KETERTINGGALAN DAERAH DENGAN ANALISIS DISKRIMINAN 6. Oleh : Anik Djuraidah EVALUASI STATUS KETERTINGGALAN DAERAH DENGAN ANALISIS DISKRIMINAN 6 S-21 Oleh : An Djuradah Departemen Statsta FMIPA- IPB e-mal : andjuradah@gmal.com ABSTRAK Pembangunan daerah tertnggal merupaan upaya

Lebih terperinci

e + Dengan menggunakan transformasi logit dari π(x), maka model regresi fungsi logit dapat didefinisikan sebagai berikut (2) π(x) e

e + Dengan menggunakan transformasi logit dari π(x), maka model regresi fungsi logit dapat didefinisikan sebagai berikut (2) π(x) e ANALISIS PEMAKAIAN KEMOTERAPI PADA KASUS KANKER PAYUDARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL (STUDI KASUS PASIEN DI RUMAH SAKIT X SURABAYA Aref Yudssanta, dan Dra. Madu Ratna, M.S Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Analisis Sensitivitas

Analisis Sensitivitas Analss Senstvtas Terdr dar aa : Analss Senstvtas, bla terad perubahan paraeter seara dsrt Progra Lnear Paraetr, bla terad perubahan paraeter seara ontnu Maa-aa perubahan pasa optu: Perubahan suu tetap,

Lebih terperinci

PEMODELAN TINGKAT KERAWANAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED ORDINAL LOGISTIC REGRESSION

PEMODELAN TINGKAT KERAWANAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED ORDINAL LOGISTIC REGRESSION PEMODELAN INGKA KERAWANAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPAEN LAMONGAN DENGAN PENDEKAAN GEOGRAPHICALLY WEIGHED ORDINAL LOGISIC REGRESSION Marsa Rfada 1, Purhad 1) Mahasswa Magster Jurusan Statsta, Insttut

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online Jurnal Ensten 4 () (06): 4-3 Jurnal Ensten Avalable onlne http://jurnal.unmed.ac.d/0/ndex.php/ensten Penguuran Intrus Ar Laut Pada Sumur Gal Dengan Kondutvtmeter D Desa Pematang Guntung Kecamatan Telu

Lebih terperinci

V E K T O R Kompetensi Dasar :

V E K T O R Kompetensi Dasar : MODUL PEMELJRN I V E K T O R Kompetens Dasar : 1. Mahasswa mampu memaham perbedaan besaran vetor dan salar serta memberan contohcontohna dalam ehdupan sehar-har, 2. Mahasswa mampu melauan operas penumlahan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR DAN PROYEKSI KONSUMSI PANGAN NASIONAL: KASUS PADA KOMODITAS: BERAS, KEDELAI DAN DAGING SAPI

ANALISIS FAKTOR DAN PROYEKSI KONSUMSI PANGAN NASIONAL: KASUS PADA KOMODITAS: BERAS, KEDELAI DAN DAGING SAPI ANALISIS FAKTOR DAN PROYEKSI KONSUMSI PANGAN NASIONAL: KASUS PADA KOMODITAS: BERAS, KEDELAI DAN DAGING SAPI The Analyses of Factors and Proecton of Natonal Food Consumpton: The Cases of Rce, Soybean, and

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEKERJAAN DENGAN MENGGUNAKAN DISPATCHING RULES DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI

PENJADWALAN PEKERJAAN DENGAN MENGGUNAKAN DISPATCHING RULES DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI PENJADWALAN PEKERJAAN DENGAN MENGGUNAKAN DISPATCHING RULES DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI Yunarstanto 1 Irwan Iftad 1 Iwan Ngabd Raharjo 2 Abstract: Producton flow n PT. Tga Seranga Pustaa Mandr

Lebih terperinci

π(x) JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X D-112

π(x) JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X D-112 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol., No., (Sept. ) ISSN: 3-98X D- Analss Pemaaan Kemoterap pada Kasus Kaner Payudara dengan Menggunaan Metode Regres Logst Multnomal (Stud Kasus Pasen d Rumah Sat X Surabaya)

Lebih terperinci

Prosedur Komputasi untuk Membentuk Selang Kepercayaan Simultan Proporsi Multinomial

Prosedur Komputasi untuk Membentuk Selang Kepercayaan Simultan Proporsi Multinomial SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Prosedur Komputas untu Membentu Selang Kepercayaan Smultan Propors Multnomal S - 11 Bertho Tantular Departemen Statsta FMIPA UNPAD bertho@unpad.ac.d

Lebih terperinci

CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS UNTUK MELIHAT KARAKTERISTIK CALON INVESTOR SAHAM RETAIL PT BURSA EFEK JAKARTA

CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS UNTUK MELIHAT KARAKTERISTIK CALON INVESTOR SAHAM RETAIL PT BURSA EFEK JAKARTA CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS UNTUK MELIHAT KARAKTERISTIK CALON INVESTOR SAHAM RETAIL PT BURSA EFEK JAKARTA LAPORAN PENELITIAN MANDIRI PENELITI RESA SEPTIANI PONTOH NIP : 132 317 117 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

Bab III Model Estimasi Outstanding Claims Liability

Bab III Model Estimasi Outstanding Claims Liability Bab III Model Estmas Outstandng Clams Lablty. Model ELRF Suatu model yang dgunaan untu menasr outstandng clams lablty, tda cuup hanya melbatan data pada run-off trangle saa. Sebab, pembayaran lam d masa

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Eksternal Pneumonia pada Balita di Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression

Faktor-Faktor Eksternal Pneumonia pada Balita di Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol., No., (Sept. ) ISSN: 3-98X D-37 Fator-Fator Esternal Pneumona pada Balta d Jawa Tmur dengan Pendeatan Geographcally Weghted Regresson Ftrarma Putr Santoso, Sr Pngt W, dan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER PENYELESIN SISTEM PESMN TK LINIE Mater Kulah: Pengantar; Iteras Satu Tt; Iteras Newton # PENGNT # erut n adalah contoh seumpulan buah persamaan ta lner smulta dengan buah varabel ang ta detahu:... ( 57...

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Buta Huruf di Kabupaten/Kota se-jawa Timur dengan Metode Geographically Weighted t Regression

Pemodelan Angka Buta Huruf di Kabupaten/Kota se-jawa Timur dengan Metode Geographically Weighted t Regression JURNAL EKNIK IS Vol. 6, No., (7) ISSN: 337-3539 (3-97 Prnt) D- Pemodelan Anga Buta Huruf d Kabupaten/Kota se-jawa mur dengan Metode Geographcally Weghted t Regresson Nndya Kemala Astut, Purhad, dan Shof

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Buta Huruf Kabupaten/kota di Jawa Timur dengan Geographically Weighted Ordinal Logistic Regression

Pemodelan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Buta Huruf Kabupaten/kota di Jawa Timur dengan Geographically Weighted Ordinal Logistic Regression JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol., No., (Sept. 0) ISSN: 30-98X D-3 Pemodelan Fator-Fator Yang Mempengaruh ngat Buta Huruf Kabupaten/ota d Jawa mur dengan Geographcally Weghted Ordnal Logstc Regresson Nur Lalyah

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

Pemodelan Persentase Kriminalitas Dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Di Jawa Timur Dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression (GWR)

Pemodelan Persentase Kriminalitas Dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Di Jawa Timur Dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression (GWR) JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No.1, (014 7-50 (01-98X Prnt D-18 Pemodelan Persentase Krmnaltas Dan Fator- Fator ang Mempengaruh D Jaa Tmur Dengan Pendeatan Geographcally Weghted Regresson (GWR Pan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Semnar Nasonal Inovas Dan Aplkas Teknolog D Industr 2017 ISSN 2085-4218 ITN Malang, 4 Pebruar 2017 PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Helza

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014 MENGGUNAKAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014 MENGGUNAKAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION E-ISSN 57-9378 Jurnal Statsta Industr dan Komputas Volume, No., Januar 017, pp. 59-66 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 014 MENGGUNAKAN METODE GEOGRAPHICALLY

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

Eman Lesmana, Riaman. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang km 21 Jatinangor ABSTRAK

Eman Lesmana, Riaman. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang km 21 Jatinangor ABSTRAK PENGGUNAAN MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PROGRAM PENGGEMUKAN SAPI PO ( PERANAKAN ONGOLE) SERTA ANALISIS BCR ( BENEFIT COST RATIO ) PENGGUNAAN PAKAN BAHAN KERING Eman Lesmana, Raman Jurusan Matemata

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

Pemodelan Peran Perempuan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur Tahun Menggunakan Regresi Data Panel

Pemodelan Peran Perempuan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur Tahun Menggunakan Regresi Data Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Prnt) D-305 Pemodelan Peran Perempuan Terhadap Pertumbuhan Eonom d Jawa Tmur Tahun 010-014 Menggunaan Regres Data Panel Putr Rachmawat, Wahu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DALAM PRAKIRAAN CUACA DI DAERAH BALI SELATAN

IMPLEMENTASI BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DALAM PRAKIRAAN CUACA DI DAERAH BALI SELATAN E-Jurnal Matemata Vol. 5 (4), November 2016, pp. 126-132 ISSN: 2303-1751 IMPLEMENTASI BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DALAM PRAKIRAAN CUACA DI DAERAH BALI SELATAN I Made Dw Udayana Putra 1, G. K. Gandhad

Lebih terperinci

Optimasi Perencanaan Hasil Produksi dengan Aplikasi Fuzzy Linear Programming (FLP)

Optimasi Perencanaan Hasil Produksi dengan Aplikasi Fuzzy Linear Programming (FLP) Semnar Nasonal Waluyo Jatmko II FTI UPN Veteran Jawa Tmur Optmas Perencanaan Hasl Produks dengan Aplkas Fuzzy Lnear Programmng (FLP) Akhmad Fauz Jurusan Teknk Informatka UPNV Veteran Jawa Tmur Emal: masuz@upnatm.ac.d

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MULTIKOLINEARITAS MELALUI METODE RIDGE REGRESSION. Oleh : SOEMARTINI

PENYELESAIAN MULTIKOLINEARITAS MELALUI METODE RIDGE REGRESSION. Oleh : SOEMARTINI PENYELESAIAN MULTIKOLINEARITAS MELALUI METODE RIDGE REGRESSION Oleh : SOEMARTINI JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 008 DAFTAR ISI Hal DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Lucas Theorem Untuk Mengatur Penyimpanan Memori yang Lebih Aman

Lucas Theorem Untuk Mengatur Penyimpanan Memori yang Lebih Aman Lucas Theorem Untu Mengatur Penympanan Memor yang Lebh Aman Hendra Hadhl Chor (135 8 41) Program Stud Ten Informata ITB Jalan Ganesha 1, Bandung e-mal: hendra_h2c_mathematcan@yahoo.com; f1841@students.f.tb.ac.d

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci