MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi

1 Nomor : 006/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NO. 006/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 SELASA, 1 MARET 2005 JAKARTA 2005

2 KETERANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NO. 006/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UUD H a r i : Selasa 2. Tanggal : 1 Maret Waktu : WIB 4. Tempat : Ruang Sidang Mahkamah Konstitusi RI Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 Jakarta Pusat 1. Susunan Persidangan : 1. MARUARAR SIAHAAN, S.H. ( K e t u a ) 2. Prof. H.A. SYARIFUDDIN NATABAYA, S.H., LLM ( Anggota ) 3. Prof. H.A. MUKHTIE FADJAR, S.H. ( Anggota ) 6. Pemohon : H. Biem Benjamin, 7. Panitera Pengganti : Wiryanto, S.H.,M.Hum 8. Acara : Pemeriksaan Pendahuluan 2

3 JALANYA SIDANG SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S. H. Sidang dalam Perkara Nomor 006/PUU-III/2005 dinyatakan terbuka untuk umum. kita buka dan KETUK 1X Saudara Pemohon sebagaimana biasa sebelum kita mulai sidang kita minta Saudara memperkenalkan siapa saja yang hadir dan siapa yang mendampingi Saudara bisa kita catatkan. Silakan. 2. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Terima kasih banyak Bapak Ketua dan para anggota. Kami hadir, nama Biem Benjamin sebagai anggota masyarakat DKI dan juga anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, kami didampingi oleh Bapak Daud David Poliraja sebelah kanan saya 3. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S. H. Dari? 4. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Staf Pak. 5. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S. H. Oh, staf ya? Tapi bukan kuasa? 6. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Termasuk kuasa Pak. 7. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S. H. Kuasa ya? 3

4 Kalau kuasa itu ada surat kuasa, kalau pendamping ada pernyataan Saudara Pemohon didampingi oleh siapa saja, yang mana bisa di pilih? Silakan. 8. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Surat kuasanya ada Pak, ini kita belum 9. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S. H. Oh, silakan dulu Saudara. 10. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN saya Dan juga kami menguasakan kepada Pak John Pontius sebelah kiri 11. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S. H. Jadi, yang sebelah kanan itu Daud Poliraja? 12. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Daud Poliraja Pak. 13. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S. H. kiri? Daud Poliraja Staf Ahli Bidang Politik ya? Kemudian yang sebelah 14. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN John Pontius. 15. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S. H. Staf Ahli Bidang Ekonomi. Sedang yang ketiga tidak hadir ya? 16. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Ya baik. 17. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S. H. Jadi, di sini kuasa untuk memberi nasihat bantuan. Sepertinya lebih tepat sebagai pendamping saya kira. 4

5 18. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Ya, kalau memang demikian kita 19. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S. H. Karena satu pun tidak ada yang profesinya advokat atau misalnya ahli hukum kan tapi penasehat politik dan penasehat ekonomi. Baiklah sementara kita terima ini saja ini surat, tapi sebagai pernyataan bahwa didampingi begitu ya? 20. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Baik, Pak. 21. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S. H. Baik. Di dalam permohonan ini, ini mungkin yang kewenangan keberapa ya keempat menyangkut Undang-undang Nomor 32. Oleh karena itu tentu di dalam melihat permohonan ini kita akan sedikit lebih hati-hati dan mungkin nanti kalau di pandang relevan ada penggabungan atau apa yang lain-lain, sehingga tidak sporadis pengujian terhadap satu undang-undang yang menyebabkan sumber daya maupun waktu daripada Pemerintah, DPR bisa terpecah. Sebelum kita lanjut saya ingin persilakan Saudara bisa menjelaskan dulu pokok permohonan Saudara, sebagaimana sudah Saudara muat dalam permohonan tertulis yang didaftarkan di MK kami beri waktu. 22. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Terima kasih atas waktunya Pak. Kami akan bacakan pokok-pokok pikiran perkara ini, pokok-pokok perkara. TENTANG POKOK PERKARA 1. Pada tanggal 29 September 2004 Dewan Perwakilan Rakyat Periode telah menyetujui Rancangan Undang Undang tentang Pemerintahan Daerah (RUU Pemda). Kemudian, RUU Pemda itu disahkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri menjadi UU Pemda, pada tanggal 15 Oktober diundangkan oleh Sekretaris Negara Bambang Kesowo dan pada tanggal yang sama (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). 5

6 2. Pemohon menyambut baik dan mendukung dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah (selanjutnya Pilkada) secara langsung, sesuai dengan semangat Pasal 18 ayat (4) perubahan kedua UUD 1945 bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis. 3. Kendati demikian, dalam pandangan Pemohon, banyak terdapat materi dalam UU Pemda tidak sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UUD Ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada poin (3) meliputi : a. Menetapkan Wakil Kepala Daerah baik di tingkat Provinsi, kabupaten dan kota sebagai satu pasangan calon dalam Pilkada. b. Menetapkan Komisi Pemilihan Umum Daerah sebagai penyelenggara Pilkada, dan, c. Menetapkan persyaratan pengajuan calon Kepala Daerah bersifat diskriminatif. Ini maksudnya di dalam Pilkada itu ditentukan 15% persyaratannya di DPRD begitu. Saya rasa lalu wakil, bisa saya bacakan teruskan Pak ya? a. Wakil Kepala Daerah tidak termasuk dalam Pilkada i. Bahwa, UUD 1945 BAB VI PEMERINTAHAN DAERAH, Pasal 18 ayat (4) menyatakan : Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintahan Daerah Provinsi, kabupaten/kota dipilih secara demokratis.**) ii. Bahwa, Undang Undang Nomor 32 tahun 2004, bagian keempat Pemerintah Daerah, Paragraf Kesatu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pasal 24 Menyatakan : (1) Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintahan daerah yang disebut kepala daerah. (2) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi disebut Gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota. (3) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah. (4) Wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil walikota. (5) Kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. iii. Penetapan wakil Kepala Daerah sebagai pasangan Kepala Daerah dalam Pilkada sebagaimana tercantum dalam UU Pemda Pasal 24 ayat (5) 6

7 merupakan sebuah ketetapan yang tidak sesuai dengan UUD 1945 BAB VI PEMERINTAHAN DAERAH, Pasal 18 ayat (4). b. Komisi Pemilihan Umum Daerah sebagai penyelenggara Pilkada i. Bahwa, UUD 1945 VI PEMERINTAHAN DAERAH, Pasal 18 ayat (4) menyatakan : Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintahan Daerah Provinsi, kabupaten/kota dipilih secara demokratis.**) ii. Bahwa, UUD 1945 BAB VIIB PEMILIHAN UMUM, Pasal 22E ayat (2) menyatakan : Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah***) iii. Bahwa, UUD 1945 BAB VIIB PEMILIHAN UMUM, Pasal 22E ayat (5) menyatakan : Pemilihan Umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri***) iv. Bahwa, UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, BAB IV Bagian Pertama Umum, Pasal 15 ayat (1) menyatakan : Pemilu diselenggarakan oleh KPU yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri, ayat (2) KPU bertanggungjawab atas penyelenggaraan Pemilu. Serta Pasal 17, ayat (1) menyatakan : Struktur organisasi penyelenggara Pemilu terdiri atas KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota, dan ayat (2) menyatakan : KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah pelaksana Pemilu di provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan bagian dari KPU. v. Bahwa, Undang Undang Nomor 32 Tentang Pemerintahan Daerah, Bagian Kedelapan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Paragraf Kesatu Pemilihan, Pasal 57 ayat (1) menyatakan : Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan oleh KPUD yang bertanggungjawab kepada DPRD. vi. Bahwa, pelaksanaan kedaulatan rakyat secara demokratis, baik itu diselenggarakan dalam kegiatan pemilihan kepala daerah maupun pemilihan umum.harus memenuhi asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. vii. Bahwa, menurut konstitusi pelaksanaan Pilkada tidak termasuk di dalam Pemilihan Umum. Oleh karenanya penetapan Komisi Pemilihan Umum Daerah sebagai penyelenggara Pilkada sebagaimana diatur dalam UU Pemda Pasal 57 ayat (1) merupakan sebuah ketetapan yang tidak sesuai dengan UUD 1945 BAB VIIB PEMILIHAN UMUM, Pasal 22E ayat (2) dan (5). 7

8 c. Persyaratan pengajuan calon Kepala Daerah bersifat diskriminatif. i. Bahwa, UUD 1945 BAB X WARGA NEGARA DAN PENDUDUK**), Pasal 27 ayat (1), menyatakan : Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. ii. Bahwa, UUD 1945 BAB XA**) HAK ASASI MANUSIA Pasal 28I ayat (2), menyatakan : Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. **) iii. Bahwa, Undang Undang Nomor 32 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 59 ayat (2) menyatakan : Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam Pemilihan Umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan. iv. Bahwa, Undang Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (selanjutnya UU Pilpres), BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN, Pasal 101, menyatakan : Khusus untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004, partai politik atau gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan perolehan suara pada Pemilu anggota DPR sekurang-kurangnya 3% (tiga persen) dari jumlah kursi DPR atau 5% (lima persen) dari perolehan suara yang sah secara nasional hasil Pemilu anggota DPR tahun 2004 dapat mengusulkan Pasangan Calon. v. Bahwa, baik Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih melalui Pemilu maupun Calon Kepala Daerah yang dipilih melalui Pilkada, merupakan perwujudan pemilihan yang demokratis sekaligus sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bertujuan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, serta Kepala Daerah (lembaga eksekutif). vi. Bahwa, membedakan persyaratan pengajuan Calon Kepala Daerah dalam Pilkada dengan persyaratan pengajuan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana tercantum dalam UU Pemda Pasal 59 ayat (2) dan UU Pilpres Pasal 101, merupakan sebuah ketetapan yang tidak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2). 8

9 PETITUM Berdasarkan uraian di atas, tuntuan dalam permohonan ini adalah sebagai berikut: 1. Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan: membatalkan UU Pemda, bagian keempat Pemerintahan Daerah, Paragraf Kesatu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pasal 24 ayat (5) berikut pasal-pasal yang berkaitan, yang di dalamnya terdapat kalimat Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pasangan Calon, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota, yaitu pada Pasal 56, Pasal 58 sampai dengan Pasal 65, Pasal 70, Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 79, Pasal 82, sampai dengan Pasal 86, Pasal 88, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 95, sampai dengan Pasal 103, Pasal 106, sampai dengan Pasal 119. Serta menyatakan Pasal-pasal sebagaimana tersebut diatas tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat; 3. Menyatakan : membatalkan UU Pemda, Bagian Kedelapan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Paragraf Kesatu Pemilihan, Pasal 57 ayat (1), berikut pasal-pasal yang berkaitan, yang didalamnya terdapat kalimat Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD), yaitu pada Pasal 57, Pasal 60 sampai dengan Pasal 67, Pasal 81, Pasal 83, Pasal 84, Pasal 85, Pasal 90, sampai dengan Pasal 94, Pasal 98, sampai dengan Pasal 103, Pasal 113, dan Pasal 114. Serta menyatakan Pasal-pasal sebagaimana tersebut diatas tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat; 4. Menyatakan : membatalkan UU Pemda, Pasal 59 ayat (2), karena menetapkan persyaratan Pengajuan Calon Kepala Daerah yang bersifat diskriminatif berbanding dengan persyaratan Pengajuan Calon Presiden dan Wakil Presiden, serta menyatakan Pasal sebagaimana tersebut diatas tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat. 23. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S.H. Jakarta, 18 Februari 2004 Hormat Saya H. Bien Benjamin Tahap pemeriksaan dalam perkara ini sekarang adalah pemeriksaan pendahuluan. Jadi itu bisa berarti kita akan mencoba mengklarifikasi dulu beberapa hal di dalam legal standing, baik dalam pokok perkara yang Saudara ajukan, nanti akan diajukan beberapa pertanyaan, dan kalau ada beberapa hal 9

10 yang tidak sesuai dengan permohonan Saudara mungkin diberi kesempatan untuk memperbaiki, apakah salah ketik atau mungkin salah uraian. Tetapi sebelum kita mulai, oleh karena Surat Kuasa yang Saudara ajukan tadi tampaknya memang, meskipun judulnya Surat Kuasa tapi isinya pendampingan, yaitu di sini khusus memberikan bantuan dan nasehat hukum mendampingi/mewakili pemberi kuasa, menghadiri persidangan, menyampaikan tangkisan, dan lain sebagainya, itu kita pandang sebagai pendampingan. Oleh karena itu, yang bisa berbicara adalah Pemohon, tetapi Saudara bisa konsultasi. Jadi untuk beberapa pertanyaan tentu akan kami beri kesempatan kepada rekan-rekan untuk bertanya, kira-kira apa hal yang perlu dipertanyakan, baik dari segi standing maupun pokok perkara. 24. HAKIM Prof. ABDUL MUKHTIE FADJAR, S.H., MS. Terima kasih Pak Ketua. Saudara Pemohon, di dalam permohonan ini Saudara bertindak sebagai warga negara yang kebetulan menjadi Anggota DPD sekaligus Anggota MPR. Pasal 51 Undang-undang Mahkamah Konstitusi itu seperti yang Saudara kutip, berarti Anda memilih pada katagori Pemohon A, sebagai perorangan warga negara Indonesia. Tapi ada yang lebih lanjut, yaitu tentang hak-hak konstitusionalnya yang harus dirugikan. Oleh karena itu, mohon penjelasan, apa kerugian konstitusional Saudara Pemohon sebagai Pemohon terhadap undang-undang atau adanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menurut dalil Saudara ada hal-hal yang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Jadi sebagai subyek warga negara, lalu ada hak konstitusional, lalu ada kerugian. Ini Anda perlu menjelaskan dulu tentang posisi Saudara sebagai Pemohon di dalam permohonan ini. Sebelum nanti ada pertanyaan-pertanyaan yang berkait dengan perkara yang intinya, kalau dalam pokok perkara itu Anda mempersoalkan 3 (tiga) hal saja, yaitu tentang mengapa Pilkada juga memilih wakil? Padahal Undang- Undang Dasar 1945 seharusnya hanya kepala daerah saja. Ini nanti juga diberikan reasoning, apakah menurut Anda berarti wakil itu tidak perlu dipilih atau menurut Anda tidak perlu ada wakil kepala daerah, karena Undang- Undang Dasar 1945 tidak menyebut ada wakil kepala daerah. Kemudian juga penyelenggara PILKADA yang Pemohon keberatan itu diselenggarakan oleh KPUD. Apakah menurut Pemohon siapa mestinya menurut argumentasi Anda yang sesuai dengan konstitusi? Karena pengujian undang-undang ini semuanya dikaitkan dengan konstitusionalitas. Undang-undang tersebut atau pasal dari undang-undang atau ayat dari pasal atau bagian dari ayat, yang akan dinilai konstitusional atau tidak. Kemudian tentang diskriminatifnya, mengapa tidak sama dengan memilih Presiden dan Wakil Presiden? Anda juga harus ingat bahwa Pasal 101 adalah pasal peralihan, ada pasal yang utama. Itu hanya khusus untuk Pilpres 10

11 tahun 2004, pasal yang utamanya 15% juga. Ini saya ingatkan supaya diperhatikan hal-hal seperti itu. Silakan untuk diberikan penjelasan. 25. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Terima kasih atas pertanyaannya. Kami akan menjelaskan tentang hak konstitusi itu, di mana kami cantumkan kerugian kami, kewenangan konstitusi. Untuk itu nanti saya minta waktu untuk berkonsultasi untuk itu, tetapi tuntutan kami memang ada 3 (tiga) hal, yaitu di dalam Undang-Undang Dasar 1945 itu memang tidak disebutkan para wakil kepala daerah. Jadi hanya disebutkan gubernur, bupati dan walikota. Sedangkan di Undang-undang 32 itu muncul para wakil. Jadi gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, wakil walikota. Kami mempertanyakan, apakah ini bisa seperti itu, menambahkan apa yang sudah jelas di dalam Undang-Undang Dasar 1945? Menambahkan atau mengurangkan? Dalam hal ini adalah menambahkan para wakil-wakil dalam pemerintahan daerah, yaitu yang tadi kami sebut pemerintahan di provinsi, kabupaten dan kota. Lalu yang kedua, KPU itu ada di Undang-Undang Dasar, cakupan KPU terbatas kepada pemilihan umum yaitu memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD Tingkat Provinsi dan DPRD Tingkat Kota. Tidak meliputi pelaksanaan atas pemilihan kepala daerah. Yang ketiga, jadi kalau kami bisa menyarankan, katakan begitu, pemilihan kepala daerah bisa dilakukan oleh komisi tersendiri, karena memang KPU tidak mencakup Pilkada itu. Lalu yang ketiga, tentang persentasi pencalonan. Tadi dikatakan memang, di dalam Pemilu Pilpres itu 15%, lalu peralihannya ada hingga 5%. Ini kenapa tidak dilakukan hal yang sama? Ini sebuah diskriminasi, karena sama-sama pertama kali dilakukan di Indonesia. Terima kasih. 26. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM Ini semacam pengulangan pertanyaan saya, tetapi kalau tadi nasi, nasi itu di goreng, sekarang nasi goreng, jadi lain. Saya sedikit mengingatkan Saudara Pemohon di dalam Pasal 51 itu, Pemohon adalah yang menganggap hak dan kewenangan konstitusionalnya dirugikan. Sekarang, apa yang merugikan hak Saudara dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 ini kira-kira? Hak konstitusional. Di dalam Undang-Undang Dasar ini dikatakan penjelasan dari Pasal 51 itu, hak konstitusional itu adalah hak-hak sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Dasar. Apa hak konstitusional Anda yang dirugikan? Apakah Anda tidak bisa menjadi gubernur? Kepala daerah atau wakil kepala daerah? Atau apa? Sehingga Anda itu concern mengajukan permohonan kepada Mahkamah? 11

12 27. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Pertanyaannya sama ya Pak. 28. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM Bukan pertanyaan, jawaban yang saya minta. 29. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S.H. Artinya belum jelas betul tadi jawabannya itu. 30. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Jadi hak konstitusi kami, kalau ini dibiarkan artinya kami melaksanakan. 31. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM Hak Saudara. Sebab di sini Anda sebagai perorangan. Hak itu melekat kepada perseorangan. Umpamanya saya, hak milik saya diganggu, itu melekat kepada saya, umpamanya hak saya untuk menjadi kepala daerah dihilangkan, itu hak yang melekat kepada saya. Kalau tidak bisa dijawab, tidak apa-apa. 32. KETUA MARUARAR SIAHAAN, S.H. Jadi kalau memang belum bisa dijawab sekarang, ini bisa juga nanti karena kita beri kesempatan nanti menurut Pasal 39, 14 hari untuk memperbaiki. Artinya, di sini nampak betul bahwa belum jelas, karena Saudara juga mengaitkan sebagai Anggota DPD barangkali mungkin persepsi sebagai Anggota DPD, meskipun menjadi perseorangan mungkin juga bisa begitu atau mungkin lebih tepat masalah ini dibicarakan di DPD sebagai lembaga yang membawakan, DPD itu membicarakan masalah-masalah daerah, ini barangkali yang bisa. Kalau tidak bisa dijawab pertanyaan itu, bisa kami beri kesempatan apakah di-pending dulu sambil nanti memperbaiki nanti atau boleh juga kadang-kadang setelah berpikir relevansinya kurang, bisa jadi tidak jadi. 33. PEMOHON H. BIEM BENJAMIN Kalau ditanyakan hak konstitusi yang dirugikan ini bisa nanti kalau katakan semua Anggota DPD itu mempunyai hak juga untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah termasuk juga saya. Kalau kami melaksanakan itu, tetapi undang-undang-nya tidak sesuai, artinya bertentangan Undang-undang 32 itu tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar, artinya kami juga ikut melanggar konstitusi itu. 12

13 34. HAKIM Prof. H. A. S. NATABAYA, S.H., LLM Saya beri contoh, Pemohon mengatakan bahwa antara lain hak Saudara itu bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), Kesamaan di depan hukum. Begini dalam permohonan Saudara itu, apa memang Saudara itu dihalangi untuk menjadi kepala daerah dengan peraturan yang berlaku? 35. PEMOHON BIEM BENJAMIN Bisa kami minta izin berapa menit untuk bermusyawarah? Jadi begini Pak, di dalam Pilkada nanti pencalonan itu melalui partai. Partai yang mencalonkan dan independen, itu bisa dicalonkan, artinya bukan dari partai. Jadi kalau saya sebagai pribadi dan juga yang lain bisa dicalonkan dari partai itu. Tetapi kalau saya dicalonkan oleh partai itu tetapi tidak diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Wakil Kepala Daerah. 36. HAKIM Prof. H. A. S NATABAYA, S.H., LLM Bahwa Saudara itu dirugikan dengan undang-undang ini antara lain yang hak yang diatur didalam Undang-Undang Dasar itu hak konstitusional Saudara itu hak diperlakukan sama di depan hukum. Sekarang apakah hak Saudara di depan hukum itu dirugikan akibat undang-undang ini berlaku? Itu yang saya tanya. Tapi kalau Saudara belum bisa jawab, karena Saudara masih berkonsultasi yang Saudara berikan itu belum bisa serap secara langsung itu, jadi kalau ditentir mahasiswa itu belum tentu bisa cepat apa namanya itu. Jadi, barangkali saya menyarankan saja, sesuai ketentuan daripada Mahkamah ini dikatakan begini. Pemeriksaan Pendahuluan. Sebelum memulai memeriksa pokok perkara, kita kan belum. Maka Mahkamah Konstitusi mengadakan pemeriksaan kelengkapan, kejelasan, materi permohonan. Dua, dalam pemeriksaan yang dimaksud pada ayat (1) Mahkamah Konstitusi wajib memberi nasehat kepada Pemohon untuk melengkapi dan atau memperbaiki permohonan dalam jangka waktu paling lambat14 hari. Jika Saudara menganggap ini mau dilaksanakan monggo, tapi kalau Saudara anggap Wah, memang permohonan saya ini kurang mendasar, saya tarik sajalah. Ya, monggo juga. 37. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H Baik, saya kira tidak usah dijawab tetapi tadi alasan yang Saudara berikan tentang Pasal 51 tampaknya tidak termuat dalam permohonan, argumen yang Saudara sebutkan. Oleh karena itu baiknya kita beri saja kesempatan pada Saudara mungkin melengkapi argumen itu, melengkapi saja dan coba dipelajari Pasal 51 itu terutama tentang kepentingan konstitusional yang dirugikan. karena Saudara membawakan juga sebagai perseorangan tetapi juga tadi tidak melupakan sebagai anggota DPD. Kemungkinan ada implikasinya yang mungkin secara kelembagaan terlihat disana, oleh karena 13

14 itu uraian mengenai kepentingan konstitusional itu dan hak konstitusional yang diatur dalam konstitusi, Saudara sudah mengutip tadi Pasal 27 ayat (1), Pasal 28 ayat (1), Pasal 28I ayat (2) mengenai perlakuan non diskriminatif dan lain sebagainya itu tentu harus tercermin juga sebagai dasar kepentingan, kalau itu memang mau diungkapkan. Menurut Pasal 39 kita beri selambatlambatnya 14 hari. Meskipun Saudara sudah perbaiki tentu apakah akan lanjut nanti ke Pleno tentu kita nilai tergantung pada laporan Panel tetapi akan nilai apakah benar uraian tentang kepentingan konstitusional yang Saudara kemukakan didalam permohonan ini, cukup untuk mendukung adanya standing ataupun legal standing untuk mengajukan permohonan. Barangkali nanti bisa tentukan dulu mengenai itu. Jadi saya pikir sebelum kita tutup dengan penjelasan tadi apakah ada yang ingin Saudara kemukakan apakah setuju atau meneruskan? Demikian 38. PEMOHON BIEM BENJAMIN Ya. Kami setuju untuk melengkapi. 39. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H Oleh karena itu karena Saudara Pemohon setuju untuk melengkapi dan menurut Pasal 39 ayat (2) kita berikan waktu selambat-lambatnya 14 hari. Maka persidangan pada hari ini kita anggap selesai. Dan dengan ini sidang kita nyatakan sidang ditutup. KETUK 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB. 14