RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

Transkripsi

1 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, UU NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN RI, DAN UU NO. 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI. ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A RABU, 15 NOVEMBER 2006

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL Pengujian UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD, UU No. 23 Tahun 2003 tentang pemilu Presiden dan Wakil Presiden, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU no. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI, dan UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI. PEMOHON Drs. H.M. Sofwat Hadi, S.H. ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Kamis, 15 November 2006 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 7, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. K e t u a 2) Prof. H.ABDUL MUKHTIE FADJAR, S.H., M.S Anggota 3) SOEDARSONO, S.H. Anggota Fadzlun Budi S.N., S.H., M.Hum. Panitera Pengganti 1

3 HADIR: Pemohon : Drs. H.M Sofwat Hadi, S.H. 2

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA : H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Saudara Pemohon hanya sendirian? Sudah siap ya? Sidang Panel Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa perkara Nomor 024/PUU-IV/2006 dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3 X Sebagaimana biasa persidangan kita mulai dengan memberi kesempatan kepada Pemohon untuk memperkenalkan diri, silakan. 2. PEMOHON : Drs. H.M. SOFWAT HADI, S.H. Mohon izin kami memperkenalkan diri. Nama saya Muhammad Sofwat Hadi, pangkat terakhir Kombes. Pol. (Purn), jabatan sekarang Anggota DPD RI dari daerah pemilihan Kalimantan Selatan. Alamat rumah Jalan Pinang Merah VII No. 1 Pondok Indah Jakarta Selatan. Alamat kantor Gedung DPD RI lantai III jalan Gatot Subroto Jakarta Pusat. Warga Negara Indonesia, beragama Islam, demikian perkenalan dari kami, terima kasih. 3. KETUA : H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Baiklah, jadi seperti diketahui dalam sidang pemeriksaan pendahuluan ini dari Panel nanti akan memberikan sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang tentang Mahkamah Konstitusi untuk memberikan nasihat kepada Pemohon, agar supaya nanti permohonannya bisa mendekati kesempurnaan, sehingga tidak ada hambatan untuk kelanjutan dalam persidangan ini. Oleh karena itu pertama-tama saya ingin mempersilakan kepada Pemohon untuk menyampaikan inti dari persoalan atau permohonannya. Jadi intinya adalah biasanya dibagi tiga, pertama masalah Pemohon siapa, lalu Pemohon itu apa mempunyai legal standing untuk beracara di sini, kemudian di sini dibahas juga mengenai masalah kewenangan dari Mahkamah Konstitusi. Akhirnya nanti disampaikan uraian tentang apa yang mau dimohonkan dan diakhiri dengan permohonan atau petitum dari permohonan tersebut. Kami persilakan Pemohon untuk menyampaikan. 3

5 4. PEMOHON : Drs. H.M. SOFWAT HADI, S.H. Terima kasih atas kesempatannya. Yang terhormat Sidang Mahkamah Konstitusi, Yang terhormat Ketua Hakim dan Anggota. Ingin kami sampaikan bahwa dalam kesempatan ini kami Pemohon sebagai warga negara atas nama perorangan bukan atas nama instansi atau lembaga. Pasal-pasal yang kami ajukan untuk diadakan uji materiil terhadap Undang Undang Dasar 1945 yaitu: 1. Pasal dari Undang-undang No. 12 tahun 2003 tentang pemilihan umum Pasal Pasal 102 Undang-undang No. 23 tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. 3. Pasal 230 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 4. Pasal 28 angka 2 Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI. 5. Pasal 39 angka 4 Undang-undang No. 34 tahun 2004 tentang TNI. Mengenai legal standing atau kedudukan hukum dan kerugian konstitusional Pemohon bahwa Pemohon pada waktu masih menjadi anggota polisi yang aktif dan sekarang sudah pensiun dini, karena dengan terpilihnya menjadi anggota DPD diharuskan untuk tidak merangkap sebagai anggota kepolisian. Karena ketentuan sekarang bahwa anggota eksekutif tidak boleh merangkap sebagai anggota legislatif. Jadi pada waktu kami menjadi anggota kepolisian boleh dikatakan tujuh kali pemilu tidak terdaftar sebagai pemilih, tidak boleh ikut dalam pemilu. Ini jelas kerugian konstitusional Pemohon. Kedua, apabila peraturan ini tidak diadakan uji materiil terhadap Undang Undang Dasar 1945 maka masa-masa yang akan datang dalam pemilu Pilkada maupun pemilihan presiden akan terjadi kelompok warga negara dalam hal ini anggota TNI/Polri dirugikan. Jadi kami di sini juga untuk kepentingan kelompok warga negara yang kebetulan mempunyai pekerjaan sebagai anggota TNI dan anggota Polri. Kemudian yang kami ajukan adalah bahwa sebagai warga negara termasuk anggota TNI/Polri itu mempunyai hak berpolitik. Bahkan hak berpolitik ini adalah salah satu hak asasi manusia. Hak asasi manusia ini sangat dihormati atau sangat dijunjung tinggi oleh konstitusi kita. Oleh sebab itu anggota TNI/Polri tidak boleh ikut di dalam pemilu merupakan hal yang bertentangan dengan Konstitusi antara lain: 1. Bahwa tidak boleh adanya diskriminasi perlakuan terhadap warga negara karena warga Negara yang lain ikut, Pemilu ikut, Pilkada ikut PilPres tapi anggota TNI Polri meskipun berbagai rumusan dalam undang-undang itu bermacam-macam, tapi pada hakekatnya dilarang ikut pemilihan. Karena Peraturan Pemerintah maupun 4

6 Keputusan KPU tidak boleh anggota TNI/Polri terdaftar sebagai pemilih dalam praktiknya, praktik hukumnya kita itu dilarang. 2. bertentangan sendiri dengan asas pemilihan, antara lain asas pemilihan adalah umum. Berarti untuk seluruh warga negara tidak dikecualikan karena status sosial, karena pekerjaan, karena agama, karena profesi dan sebagainya. 3. Ketiga, bahwa setiap warga negara berkedudukan sama di muka hukum dan pemerintahan. Oleh sebab itu dalam sidang ini menurut pendapat Pemohon Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan untuk mengadili permohonan kami ini. Yang ingin kami sampaikan di dalam permohonan ini keputusan dari Mahkamah Konstitusi: 1. Untuk menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. 2. menyatakan bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945 seluruh muatan materi pasal-pasal dalam undang-undang yang telah kami sebutkan terdahulu. 3. menyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap pemberlakuan seluruh materi pasal-pasal dalam undang-undang tersebut. 4. memeriksa dan mengadili dengan putusan seadil-adilnya. 5. memerintahkan pencantuman keputusan uji materiil ini dalam berita negara. Demikian secara garis besar apa yang kami sampaikan dalam kesempatan ini, selanjutnya mohon nasihat dari Majelis Hakim. Terima kasih. 5. KETUA : H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Terima kasih Saudara Pemohon kemudian sekarang tiba saatnya untuk memberikan kesempatan kepada para hakim untuk menyampaikan nasihatnya, barangkali Pak Mukthie 6. HAKIM KONSTITUSI : Prof. ABDUL MUKHTIE FADJAR, S.H., M.S. Terima kasih Pak Ketua. Saudara Pemohon, ini perorangan WNI ya? jadi nanti perlu identitas diri segala bukti bahwa berupa fotokopi KTP sebagai perorangan WNI. Bisa juga ditambah dengan dimana pekerja anggota DPD tentu bukti keanggotaan. Nah, kemudian Pemohon adalah Komisaris Besar Polisi Purn. Ini sudah lama Purnawirawannya? 7. PEMOHON : Drs. H.M. SOFWAT HADI, S.H. Menjelang pelantikan 1 Oktober, jadi pensiunnya terhitung 5

7 8. HAKIM KONSTITUSI : Prof. ABDUL MUKHTIE FADJAR, S.H., M.S. Pada Pemilu 2004 masih aktif 9. PEMOHON : Drs. H.M. SOFWAT HADI, S.H. Masih, 1 Oktober di pensiunkannya tahun HAKIM KONSTITUSI : Prof. ABDUL MUKHTIE FADJAR, S.H., M.S. Ini jadi pertama, berkaitan dengan Pemohonnya. Jadi Pemohon ini ya mungkin memang memiliki hak-hak konstitusional, tapi sekarang ini apakah dengan adanya undang-undang itu hak-hak konstitusionalnya Saudara dirugikan oleh ketentuan-ketentuan yang dipersoalkan. Nah, ini ada lima undang-undang yang dipersoalkan : Undang-undang Pemilu, Undang-undang Pilpres, Undang-undang Pemda, Undang-undang Polisi dan Undang-undang TNI. Kemudian tentu sebagai anggota DPD Saudara juga mengikuti perkembangan bahwa ini Undang-undang Pemilu yang berlaku sekarang termasuk Pilpres. Ini kan untuk Pemilu yang sudah lewat Tahun 2004 ya? Untuk Pemilu yang akan datang tahun 2009 tentu akan ada undang-undang baru ya. Dalam perkembangannya memang sekarang sedang menjadi wacana, masih pro kontra tentang hak pilih TNI dan Polri ini. Jadi kita belum tahu yang akan datang itu, tetapi kalau mengikuti mantan Panglima TNI Pak Endriarto Sutarto tahun 2009 tidak bisa ditawar lagi dan diberikan. Oleh karena itu apakah masih cukup signifikan, ini mempersoalkan undang-undang yang sudah lewat mengingat sebentar lagi juga berubah ya? sebentar lagi undang-undang itu juga ganti semua, Undang-undang Pemilu, Undang-undang Pilpres. Undang-undang Pemda juga akan ada perubahan dimana akan dipisahkan dari tentang Pilkada itu dari Undang-undang Pemda. Tentunya kalau itu betul-betul, karena ini pada tingkatan, mereka tidak kehilangan hak pilih, tetapi pada soal kebijakan atau policy, sementara karena berbagai pertimbangan dan ini rupanya tren mau menggunakan hak pilihnya. Jadi selama ini sebenarnya tidak ada kehilangan hak pilih, itu tidak ada, tetapi tidak menggunakan hak pilih. Jadi kehilangan hak pilih dengan tidak menggunakan hak pilih tentu berbeda. Oleh karena itu nasihat saya selaku hakim pada pemeriksaan pendahuluan ini adalah apakah tidak perlu dipertimbangkan kembali Anda mempersoalkan undang-undang ini. Pertama, Anda sudah tidak lagi, sekarang ini kan sudah tidak lagi polisi, yang namanya purnawirawan sudah tidak lagi polisi, masih bisa mempersoalkan undang-undang yang menyangkut hak-hak polisi dan TNI. Itu dari sudut sebagai Pemohon dan yang kedua, materi undang-undang yang dimohonkan juga, materi yang sebentar lagi barangkali juga akan berubah. Itu silakan dipertimbangkan. Apakah masih tidak membuang-buang waktu untuk mengajukan undang- 6

8 undang, yang pertama secara hak konstitusional mungkin Anda bukan lagi polisi dan tidak bisa lagi mempersoalkan undang-undang yang berkaitan dengan polisi, apalagi TNI tentu saja. Yang kedua undangundang yang sebentar lagi juga akan berubah. Ini nasihat saja kalau mau dipertimbangkan. Kalau perbaikan, ya itu tadi, perlu dilengkapi bukti identitas pribadinya yang di sini dari alat bukti yang dilampirkan hanya lima undang-undang yang dipersoalkan itu. Ya itu Pak Ketua dan Saudara Pemohon ini nasihat saya untuk Saudara, sehingga sebagai anggota DPD tentu lebih berkonsentrasi mengurusi DPD dari pada memersoalkan undang-undang yang sebentar lagi akan berubah. 11. KETUA: H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Terima kasih Bapak Hakim Prof. Mukhtie, selanjutnya Pak Soedarsono silakan. 12. HAKIM: SOEDARSONO, S.H. Terima kasih Pak Ketua, Saudara Pemohon, memang apa yang tadi dinasihatkan oleh Prof. Mukhtie sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi, itu akan bisa terjadi, bisa tidak, terserah Anda ini hak Anda. Hanya yang saya ingin kejelasan, yaitu permohonan Anda ini pada halaman lima yang di dalam kotak itu Anda menyebutkan begini, Dengan demikian Pemohon menafsirkan bahwa akibat dari berlakunya undang-undang a quo, telah terjadi serangkaian kerugian konstitusional yang pernah Pemohon alami (pernah) dan atau sedang dialami oleh kelompok warga negara (kelompok anggota TNI/Polri). Yang ingin saya tanyakan kalau yang lalu ya sudah, karena apa? Karena toh nanti andaikata ini diteruskan, dilaporkan kepada pleno, lalu diteruskan, ini putusan dari Mahkamah Konstitusi ini kan berlaku ke depan, bukan berlaku surut. Sedang undang-undang sebagian, undang-undang yang Anda mohonkan itu, itu eenmalig, satu kali Pemilu, mungkin Pemilu, setiap Pemilu kan ada perubahan undang-undang. Yang saya tanyakan, apakah Anda juga mewakili dari kelompok TNI/Polri itu? Ini secara ke depan atau secara potensial mungkin dirugikan kalau dia masih aktif sekarang ini sebagai anggota TNI dan Polri. Siapa tahu Anda ini sebagai pengurus atau ketua dari pada suatu kelompok yang anggotanya terdiri dari TNI/Polri, kami kan belum tahu, tapi harus dibuktikan karena memang ada. Jadi ini yang kemungkinan terhalang oleh undang-undang ini. Tapi undang-undang itu sendiri sudah dikatakan bahwa itu kan undang-undang itu berlaku untuk Pemilu yang lalu. Pemilu yang akan datang sudah tentu akan diubah total atau diubah beberapa pasal. Kemudian mengenai ketentuan Undang-undang Pemda juga mungkin dirubah, tapi mungkin, kapan tidak tahu. Lalu undang-undang 7

9 mengenai Kepolisian Negara dan Tentara Nasional, ini juga yang mempunyai kepentingan itu kan sudah tentu kan yang masih aktif. Saya ingin apa kira-kira alur pemikiran Anda, kok Anda sudah purnawirawan, kok justru malah mengajukan permohonan ini. Silakan, supaya jelas maksudnya. 13. PEMOHON : Drs. H.M. SOFWAT HADI, S.H. Terima kasih Bapak Majelis Hakim. Pertama saya ucapkan terima kasih, memang alat bukti mengenai kelengkapan diri nanti akan kami lampirkan. Apakah boleh saya mengajukan argumentasi dari nasihat-nasihat Anggota Hakim. Memang Undang-undang Pemilu itu, pasal ini disebutkan 2004, tapi undang-undang itu berlaku sampai sekarang dan sampai yang akan datang selama belum dicabut atau diganti. Jadi akan menimbulkan multitafsir, perdebatan, serta polemik berkepanjangan. Oleh sebab itulah untuk menjaga konstitusi ini menurut hemat kami, Mahkamah Konstitusi yang akan memutuskan. Karena apa? Karena meskipun Pemilu ini nanti undang-undangnya kemungkinan akan diubah, itu pun masih kemungkinan, bisa saja nanti muncul 2009 tetap tidak ikut Pemilu. Menurut kami mengapa ini kami ajukan? Supaya ada kesadaran bahwa selama ini sejak orde baru pelaksanaan pemilihan umum bertentangan dengan Konstitusi. Kalau misalnya sekarang diputuskan bahwa anggota TNI/Polri itu boleh ikut Pemilu, berarti yang dulu-dulu itu memang betul keliru, perlu diperbaiki dan yang akan datang. Di dalam Undang-undang Pemilu disebutkan 2009, karena ini kadang-kadang produk politik, tidak melihat dari pada tataran hukum. Ambil contoh di dalam undang-undang yang lain, tidak disebutkan tahun 2004, tapi bisa berlaku untuk selamanya bahwa tidak ikut Pilkada sebagai warga negara yang punya KTP, seolah-olah bahwa kita ini bukan lagi bupati kepala daerah, bukan lagi sebagai bapak rakyat, karena kami tidak ikut di dalam Pemilu, Pilkada. Itu undang-undang yang lainnya tidak menyebutkan demikian. Kemudian ini kami bicara secara fakta, anggota TNI/Polri itu terikat dengan macam-macam peraturan, undang-undang, disiplin TNI/Polri. Saya kira hal yang mustahil dan tidak mungkin anggota TNI, anggota Polri akan menggugat undang-undangnya sendiri, karena kita yakin bahwa Undang-undang TNI, Undang-undang Polri produk kebijakan pimpinan. Kalau kita bicara demokrasi, saya kira tidak mungkin undangundang tentang mengatur demokrasi bisa dilakukan koreksi oleh anggota-anggota TNI/Polri yang lebih kuat aturan mengenai disiplin militernya. Karena saya kira Majelis Hakim sudah paham apa yang saya maksudkan itu. Kemudian ketiga, saya sebutkan tadi bahwa apabila undangundang ini, pasal-pasal undang-undang yang kami ajukan untuk diuji, tetap diberlakukan. Ke depan itu saya yakin masih tidak ikut Pemilu dan 8

10 bahkan kalau misalnya ini sudah diputuskan, akan memudahkan pembahasan undang-undang tentang politik DPR dengan Pemerintah, karena sudah diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi. Kemudian bahasan tidak menggunakan hak pilihnya, saya katakan ternyata dalam praktik hakikatnya itu ternyata dalam bahasa hukum itu dilarang atau dibolehkan. Jadi kalau misalnya tidak menggunakan hak pilihnya, ini timbul lagi komentar macam-macam. Kalau tidak menggunakan hak pilihnya, berikan dulu hak pilihnya. Setelah diberikan baru saya tidak menggunakan, tapi ini tidak diberikan. Jadi walaupun diberikan, apa yang mau digunakan. Dan nyatanya di dalam Peraturan Pemerintah, anggota TNI/Polri dilarang untuk terdaftar sebagai pemilih, jadi itulah penafsiran akhirnya terjadi. Macam-macam, tapi pada hakikatnya itu sebetulnya. Kemudian kalau kita lihat, kadang-kadang undang-undang itu banyak bertentangan. Di satu pihak, barang siapa yang mengajak atau menghasut tidak ikut pemilihan diancam hukuman, tapi justru di pasal ini dinyatakan tidak usah ikut Pemilu dan saya juga lucu, masa dalam undang-undang dibunyikan pasal berdasarkan permintaan. Yang terjadi sekarang ini kalau kita tanya ke produk yang membuatnya, permintaan panglima, permintaan Kapolri, bukan karena berdasarkan konstitusi, seolah-olah bahwa permintaan perorangan atau permintaan pejabat itulah di atas konstitusi. Ini yang adanya kerancuan di dalam peraturan undang-undang kita. Kemudian saya tegaskan lagi bahwa bukan saja yang masa lalu. Yang masa lalu itu hanya kita menyadarkan masyarakat bahwa kita ini sudah berkali-kali melaksanakan rangkaian kegiatan demokrasi yang tidak sesuai dengan konstitusi, sehingga berikutnya pun kita harus, kita luruskan dan ini berlaku ke depan. Kami di sini perseorangan dan kami yakin bahwa ini adalah potensial, sangat potensial anggota TNI/Polri, kalau ini tidak diuji materiil, itu akan hak berpolitik, hak konstitusionalnya dirugikan. Kalau bicara soal Pemilu 2009, sekarang saja terjadi pemilihan kepala daerah. Pemilihan kepala daerah tiap bulan, tiap hari ada, jadi kalau selama ini anggota TNI/Polri tidak boleh ikut di dalam pemilihan kepala daerah. Ini kan sangat merugikan bagi seorang warga negara, padahal Sapta Marga sendiri, Marga pertama menyebutkan bahwa, Kami warga negara kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila. Jadi meskipun sudah menjadi prajurit TNI, warga negaranya tidak hilang, haknya tidak hilang, bahkan dalam Sapta Marga sebagai prajurit muncul dalam Marga keempat Jadi yang kami mohonkan kepada Majelis Hakim adalah untuk Pemilu dan pemilihan kepala daerah yang sekarang ini sedang berlangsung terus, tanggal 26 bulan ini ada Pilkada gubernur dan wakil gubernur di Banten, dan nanti 11 Desember di Aceh belum di kabupaten dan kotamadya, jadi saya merasa anggota TNI/POLRI ikut di dalam Pemilu kepala daerah padahal dia punya KTP merasa terjadi diskriminasi. Terima kasih. 9

11 14. HAKIM : SOEDARSONO, S.H. Bagus sekali kami hargai alur pemikiran Anda. Cobalah ini adalah perbaikan sidang ini tujuannya itu untuk perbaikan permohonan Anda, yaitu dengan melengkapi dan kejelasan daripada permohonan utamanya, argumentasi-argumentasi yang Anda berikan sebagai dalil permohonan Anda, karena sidang ini jangan dibayangkan hanya sekian mungkin tadi Anda bisa melihat sebelumnya begitu menyangkut banyak orang, banyak kelompok, belum nanti pemerintah harus didengar, Dewan Perwakilan Rakyat, lalu kemungkinan pihak terkait. Jadi prosedur beracara di Mahkamah Konstitusi ini lain, maka itu pertama kali diadakan pemeriksaan pendahuluan ini untuk memperjelas permohonan Anda utamanya apa-apa yang dimohonkan argumentasinya apa. Jadi coba Anda tuangkan saya tidak mengajari hanya memberi nasihat begini umpama, saya sebagai purnawirawan POLRI yang sudah melekat di jiwa saya Tri Bharata, pancamargais untuk TNI. Saya tahu betul bahwa jenderal atau perwira itu, saya tahu betul dia jujur dialah yang paling bagus, paling tepat untuk menduduki jabatan, tetapi kalau dia tidak bisa dipilih maka sebagai warga negara akan dirugikan, rugikan apa? Dicari di hak konstitusional Anda. Jadi dilihat dari kepentingan warga negara itu, jadi kepentingan tidak bisa memilih umpama jago-jago atau calonnya yang masih aktif umpamanya. Jadi ini mengenai soal hak, apakah nanti di Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, di pemerintahan, gubernur atau di walikota, bupati, atau di presiden bahkan. Ini Pilpres juga, memang bagus suatu hal yang berat di Mahkamah Konstitusi karena menyangkut seluruh bangsa merupakan nafas suatu negara dalam arti kami tidak memutuskan sekarang akan dilaporkan sidang ini pada Pleno. Laporan kami tergantung dari hasil dan perbaikan permohonan Anda dalam memberikan argumentasi-argumentasi yang seperti Anda kemukakan tadi. Tapi Anda di sini kalau tidak mewakili TNI/POLRI yang aktif, Anda harus bertolak kepada kepentingan warga negara, karena kalau Anda simak perwira POLRI tidak asing mengenai ketentuan undang-undang, memang undang-undang kepolisian di situ tidak menggunakan seakanakan itu adalah tidak menghilangkan hak hanya tidak digunakan hak pilih dan dipilih, tapi di dalam pasal yang Anda kutip ini, TNI itu dilarang untuk dipilih padahal Anda punya caloon yang tepat untuk jadi menduduki jabatan itu, itu argumentasi-argumentasi yang jelas begitu Pak. Sehingga untuk diperiksa lebih lanjut kalau pleno memandang perlu memang ini mempunyai legal standing, entry point-nya itu dari legal standing, karena seperti tadi Profesor Mukthie mengatakan, kalau Anda sudah purnawirawan ngapain ngurusin TNI/POLRI yang aktif? Tetapi sekarang bertitik tolak kepada warga negara yang kebetulan Anda purnawirawan yang sudah terbiasa dengan disiplin, pengabdian terhadap 10

12 negara sudah tahu betul begitu yang mungkin mempunyai calon-calon yang aktif tetapi mestinya dialah yang tepat untuk menduduki walikota, bupati, dan presiden bahkan. Jadi diargumentasi begitu, sehingga nanti perdebatan di dalam Pleno itu menjadi jelas, kira-kira bisa menangkap ya? Tapi ini lain dengan peradilan yang lain di sini itu tidak harus menuruti nasihat ini tidak, tidak ada sanksi apa-apa. Jadi terserah berpulang kepada Anda sendiri, kalau Anda betul-betul bersikukuh ingin kalau menurut Anda ini harus diselamatkan negara ini, harus ada pemimpin-pemimpin dari tingkat daerah sampai nasional yang betulbetul credible, capable, dan macam-macam itu silakan jalan terus, tapi argumentasinya yang kuat, saya kira sudah jelas. Terima kasih Pak Ketua. 15. KETUA : H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Terima kasih Bapak Hakim Soedarsono, Kemudian saya ingin menyampaikan kesimpulan dari nasihat ini, yang pertama bahwa saya selaku sama-sama seperti Anda sama-sama purnawirawan, sangat apresiasi terhadap apa yang Anda lakukan walaupun nanti dalam putusannya sama sekali saya tidak akan lepas dari asas imparsialitas, tapi saya sangat apresiasi kepada Anda atas usaha ini yang sangat peduli terhadap nasib dan dari para anggota TNI/POLRI. Hal yang kedua kesimpulannya adalah coba Anda baca kembali dengan teliti Pasal 51 Undang-undang Mahkamah Konstitusi dan mengenai Putusan Mahkamah Nomor 06/PUU-III/2006 yang Anda telah kutip. Di sini di dalam Pasal 51 itu jelas ada dua kualifikasi yang harus dipenuhi, pertama Anda harus salah seorang dari perorangan warga negara, kesatuan masyarakat, badan hukum publik, lembaga Negara. Itu harus dipenuhi dan Anda barangkali telah mendalilkan bahwa Anda memenuhi syarat sebagai warga negara perorangan. Tapi yang kedua seperti telah dinasihatkan para hakim, mengenai kerugian konstitusional yang terjadi karena berlakunya undang-undang ini, tadi telah dikemukakan bahwa sebagai anggota TNI/POLRI memang mempunyai hak konstitusional yang dirugikan, tetapi kedudukan Anda sebagai purnawirawan dari POLRI ini yang perlu di-explore supaya Anda bisa mengaitkan bahwa memang mempunyai kepentingan dan hak untuk menganggap kerugian tersebut. Kalau sebagai anggota aktif saya kira sudah dengan sendirinya ini kepentingannya dirugikan, hak konstitusionalnya dirugikan dan Anda sebagai mantan, sebagai purnawirawan harus dieksploitir lagi bahwa Anda memang menganggap dirugikan dengan berlakunya undang-undang ini. Hal yang kedua, coba didalami kembali di samping Pasal 28 secara keseluruhan adalah Pasal 28I ayat (1) dan Pasal 28J ayat (1) dan (2) didalami kembali, nanti barangkali bisa timbul inspirasi dari situ. Undang-Undang Dasar 1945 yang hak asasi manusia itu. Hal yang ketiganya Mahkamah Konstitusi hanya membuat pertimbangan dari sisi yuridis, sisi konstitusional tidak 11

13 lagi dari segi politis. Jadi misalnya apakah nanti harus diberikan atau tidak diberikan itu ada yang menyangkut masalah konstitusional tapi juga ada yang menyangkut masalah politis. Kalau masalah politis ini kami tidak mempunyai wewenang untuk menentukan pilihan, itu adalah wewenang dari pembentuk undang-undang dalam hal ini adalah Dewan Perwakilan Rakyat dengan Presiden. Oleh karena itu ada baiknya jika secara simultan Anda juga menyampaikan masalah ini kepada yang lebih berwenang untuk melakukan legislative review yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dengan Presiden dan ini barangkali kalau dikaitkan dengan Pilkada juga terhadap Dewan Perwakilan Daerah karena pembuat undang-undangnya bisa juga Dewan Perwakilan Daerah juga itu. Itu jadi tempuh jalan yang simultan dan di samping mempertimbangkan lebih mendalam apakah ini lebih pantas diajukan kepada Mahkamah Konstitusi, barangkali itu saja yang ingin oh masih ada? Silakan. 16. HAKIM : SOEDARSONO, S.H. Begini ya Saudara, ini hanya mengenai redaksionil saja sekalian menasihati nanti terlupa di halaman lima itu Anda mengacu kepada Pasal 51 ayat (3) dari Undang-undang Mahkamah Konstitusi, jadi pasalnya dulu dari undang-undang ini, ini, ini, bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu di halaman enam itu, itu bukan berkekuatan hukum tetap tetapi mengikat. Jadi Anda melihat Pasal 57 ayat (1) dari Undang-undang Mahkamah Konstitusi supaya apa? Ini memang itulah undang-undang itu saja redaksional saja, soal Anda pakai ex et bono itu silakan saja, memang tidak diharuskan dan juga tidak larang karena sudah jelas bahwa putusan itu tidak hanya tiga tidak dapat diterima, dikabulkan, atau ditolak begitu saja, di Mahkamah Konstitusi jadi tidak bisa macam-macam begitu. Terima kasih. 17. KETUA : H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Barangkali ada yang ingin Anda tanyakan, minta penjelasan atau sudah cukup? 18. PEMOHON : Drs. H.M. SOFWAT HADI, S.H. Terima kasih banyak atas nasihatnya saya merasa sudah cukup dan untuk memperbaiki ini saya rasa sangat berat, makanya mungkin minta waktu yang agak lama mungkin paling cepat dua minggu lagi untuk misalnya kalau kami dipanggil menghadiri sidang, jadi itu mungkin permohonan kami. Terima kasih. 12

14 19. KETUA : H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Baiklah, kami sudah menyampaikan nasihat yang tadi telah disampaikan oleh Prof. Mukthie bahwa menurut undang-undang bahwa nasihat itu bisa digunakan atau tidak terserah kepada Anda. Kemudian memang sesuai dengan Undang-undang Mahkamah Konstitusi bahwa anda diberi kesempatan untuk memperbaikinya permohonan Anda selama dalam waktu paling lama empat belas hari kerja, paling lama. Kalau seandainya dalam seminggu sudah selesai itu lebih baik, sepuluh hari, tiga hari silakan tapi diberi waktu empat belas hari. Demikian barangkali sudah cukup, karena ini sudah cukup maka dengan ini pemeriksaan untuk Panel untuk perkara Nomor 024/PUU- IV/2006 dengan ini saya nyatakan ditutup, dan kemudian akan dilanjutkan dengan waktu yang akan diberitahukan kemudian. Dengan ini saya tutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB 13