5 KONDISI AKTUAL PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI TPI PPN PALABUHANRATU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 KONDISI AKTUAL PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI TPI PPN PALABUHANRATU"

Transkripsi

1 67 5 KONDISI AKTUAL PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI TPI PPN PALABUHANRATU Pemasaran hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu saat ini adalah tanpa melalui pelelangan. Akibatnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang seharusnya merupakan tempat dilaksanakannya pelelangan kini hanya sebagai tempat penjualan ikan hasil tangkapan antara nelayan dan pedagang serta bakul. Meskipun tidak ada pelelangan, TPI PPN Palabuhanratu tetap memiliki daya tarik bagi nelayan untuk menjual hasil tangkapannya di tempat tersebut. Berikut ini dijelaskan mengenai sejarah pelelangan dan penyebab tidak adanya pelelangan serta pola pemasaran yang terjadi saat pelelangan sudah tidak berlangsung lagi. 5.1 Sejarah pelelangan dan penyebab tidak adanya pelelangan saat ini Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu didirikan pada tahun Pembangunan pelabuhan ini bertujuan sebagai tempat tambat labuh nelayan yang mempunyai fishing ground di Samudera Hindia, dan agar nelayan bisa memasarkan hasil tangkapannya. Sejak pertama kali dibangun, pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu adalah pemasaran dengan sistem pelelangan. Pada saat itu pelelangan di TPI PPN Palabuhanratu dikelola oleh Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi. Namun, proses pelelangan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi hanya berlangsung selama 10 tahun. Pada tahun 1997 saat krisis multidimensional melanda Indonesia, pemerintah melalui menteri Pertanian dan Menteri koperasi dan pemberdayaan industri kecil mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) No.132 tahun 1997, 902/Kpts/3/SKB/../IX/1997 mengenai pelelangan ikan yang tercantum dalam Bab II pasal 4 ayat 2 yang berbunyi: Kepala daerah menunjuk KUD sebagai penyelenggara pelelangan ikan setelah memenuhi syarat (Dinas Perikanan Propinsi DKI Jakarta), serta didukung oleh Perda Jabar No.5 tahun 2005 tentang penyelenggaraan pelelangan ikan (Dinas Perikanan Propinsi Jabar). Implementasi dari kebijakan tersebut adalah hampir semua Tempat Pelelangan (TPI) termasuk di PPN Palabuhanratu dikelola oleh KUD Mina. Pada Perda Jabar No.5 Tahun 2005, tercantum mengenai izin penyelenggaraan pelelangan ikan. Isi dari Perda ini mempertegas dari SKB No.132 Tahun Dalam Perda Jabar No.5 Tahun

2 dijelaskan tentang izin penyelenggaraan pelelangan ikan pada Bab III Pasal 5 dimana penyelenggaraan pelelangan ikan harus memiliki izin Gubernur. Izin tersebut diberikan kepada KUD Mina yang memenuhi syarat yaitu memiliki kekuatan ekonomi yang baik. Selanjutnya dalam Perda Jabar tersebut dijelaskan kembali jika pada suatu lokasi TPI tidak terdapat KUD Mina yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penyelenggara pelelangan ikan dapat diberikan kepada Dinas Kabupaten atau Kota. Adapun alasan dibalik keluarnya SKB tersebut, menurut Baga (2010) tersebut adalah untuk memberdayakan Koperasi Unit Desa Mina (KUD Mina) yang tengah kehilangan citra positif di mata masyarakat. Koperasi juga mengalami masa-masa kritis dimana kepercayaan dari masyarakat sudah mulai hilang secara perlahan. Selain itu, koperasi juga mengalami kesulitan dalam pendanaan operasional kegiatan koperasi akibat unit usahanya yang mulai gulung tikar. Untuk memberdayakan kembali koperasi, pemerintah berinisiatif untuk menyerahkan pengelolaan pelelangan ikan kepada koperasi sebagai unit usahanya, karena koperasi dianggap merupakan lembaga yang gerakannya berasal dari bawah (masyarakat) dan dianggap mampu untuk menyelenggarakan pelelangan. Menurut Baga (2010) keputusan pemerintah untuk menyerahkan tanggung jawab pelelangan ikan kepada koperasi terlalu terburu-buru, karena pada saat itu koperasi sebagai sebuah organisasi berada dalam keadaan yang tidak baik. Selain itu, koperasi yang ada pada saat itu merupakan koperasi yang dibentuk oleh pemerintah (top-down) bukan hasil dari gerakan sosial-ekonomi masayarakat. Sehingga, koperasi yang ada bersifat tidak aspiratif. Kondisi koperasi yang seperti diatas bisa dilihat dari pernyataan koresponden nelayan dan pedagang ikan yang ada disekitar Palabuhanaratu yang menganggap koperasi hanyalah sebuah nama saja tanpa mengetahui ada kegiatan dan manfaat bagi mereka. Hal ini menyebabkan pelelangan ikan yang ada di Palabuhanratu tidak berjalan sejak dikelola oleh KUD Mina Mandiri Sinar Laut pada tahun 2000 sampai sekarang. Menurut pihak PPN Palabuhanratu, pelelangan yang ada di TPI PPN Palabuhanratu sejak dipegang oleh KUD Mina hanya berpura-pura mengadakan pelelangan, karena pembeli sudah ditentukan sebelum pelelangan dimulai.

3 69 Sampai saat ini pelelangan ikan belum terlaksana kembali, meskipun sesekali dilakukan pelelangan dan retribusi pelelangan ikan tetap diberlakukan. Bahkan pada tahun 2007 mencapai nilai raman yang tinggi sepanjang sejarah TPI PPN Palabuhanratu yaitu sebesar 1,3 miliar rupiah dan pada tahun tersebut, belum juga ada pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanratu. Berdasarkan wawancara dengan kepala Cabang Dinas Perikanan yang menangani pelelangan ikan menyatakan bahwa tidak berfungsinya TPI di PPN Palabuhanratu disebabkan oleh beberapa aspek, diantaranya: 1. Aspek Regulasi : 1) Kerjasama dalam penegakan aturan masih belum tercapai karena kurangnya dukungan pihak terkait. 2) Belum ada kejelasan mengenai aturan-aturan untuk ikan yang tidak diperkenankan untuk dilelang. 2. Aspek Sosial : 1) Kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pelelangan ikan masih rendah, pola pikir seperti inilah yang harus diubah. 2) Adanya multifungsi usaha/multifungsi profesi sehingga menyulitkan peran seseorang dalam aktivitas lelang. Contoh : pengusaha (pemilik kapal) di palabuhanratu biasanya merangkap sebagai bakul. 3) Adanya sistem langgan yang sulit untuk diubah. Sistem langgan ini biasanya terjadi ketika nelayan tidak memiliki modal untuk melaut maka mereka akan meminjam uang kepada juragan, sehingga hasil tangkapan nelayan harus diserahkan sepenuhnya kepada juragan tersebut. 3. Aspek teknis : tata letak areal bongkar yang tidak sesuai. Saat ini dermaga untuk area bongkar digunakan kapal untuk bersandar akibat kolam pelabuhan yang telah overcapacity. Penyebab pelelangan sebagaimana disebutkan oleh Kepala Cabang Dinas diatas dapat terjadi karena adanya perpindahan pengelolaan TPI dari Dinas Perikanan ke KUD Mina. Menurut pengelola TPI, pergantian pengelola ini menyebabkan adanya perbedaan pengelolaan pelelangan. Saat dikelola oleh Dinas Perikanan, Kepala TPI bertindak tegas terhadap pelaku pelelangan jika terjadi pelanggaran, hal berbeda dilakukan oleh pengelola KUD sebagai Kepala TPI

4 70 yang kurang tegas dalam bertindak sehingga ketiga aspek tersebut bisa muncul. Penyebab lainnya adalah karena pengelola KUD tidak mengerti benar Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat mengenai pelelangan. Sehingga ada beberapa ikan hasil tangkapan yang tidak dilelang. Keadaan ini tidak disertai dengan komunikasi yang baik antara pengelola TPI dengan pelaku pelelangan, sehingga muncul masalah sebagaimana disebutkan oleh Kepala Cabang Dinas diatas. 5.2 Pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan ini Pada kondisi ideal, mekanisme pemasaran yang terjadi adalah setelah ikan didaratkan di dermaga adalah ikan langsung ditangani oleh ABK kapal tersebut maupun TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) dari kapal tersebut. Selama proses pembongkaran, ikan disortir menurut jenis, ukuran dan mutu. Setelah itu kemudian dilakukan proses penimbangan di lapak masing-masing atau didepan gedung TPI. Proses penimbangan ada yang benar-benar menggunakan timbangan atau hanya dikira-kira saja. Apabila ikan hasil tangkapan telah terjual kepada bakul, maka bakul membayar uang retribusi kepada TPI setelah proses penimbangan selesai. Pelelangan ikan hasil tangkapan yang tidak berjalan dengan baik, sangat disesalkan oleh sebagian nelayan yang telah lama ada di PPN Palabuhanratu dan sempat mengalami periode pelelangan ikan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi ataupun nelayan yang pernah mengikuti pelelangan di daerah lain. Nelayan, terutama nelayan ABK, yang pernah ikut pelelangan ikan merasakan banyaknya keuntungan yang diperoleh dari pelelangan. Menurut nelayan, keuntungan yang diperoleh mereka yaitu nelayan menjadi tahu berapa harga pasaran untuk ikan yang dijual dan ikan hasil tangkapan yang dilelang mempunyai harga jual yang tinggi. Nelayan-nelayan yang mengungkapkan ini pada umumnya sering ikut pelelangan di pelabuhan-pelabuhan yang ada di daerah Banten seperti di Binuangeun. Akibat dari tidak berjalannya pelelangan di Palabuhanratu, pemasaran hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu terpusat di bakul (pedagang ikan) dengan sistem ijon. Nelayan Palabuhanratu mengungkapkan bahwa dengan tidak adanya pelelangan, nelayan tidak memperoleh informasi yang benar dalam masalah harga

5 71 ikan, karena proses pemasaran hasil tangkapan yang ada saat ini tidak terbuka, malainkan dengan sistem ijon. Sistem ijon ini merupakan sistem yang sangat merugikan nelayan. Biasanya bakul/tauke/tengkulak memberikan pinjaman terlebih dahulu kepada nelayan sebagai modal melaut, setelah mendapat ikan, maka bakul/tauke/tengkulak yang berhak menjual ikan dan menentukan harga beli dari nelayan adalah bakul/tauke/tengkulak tersebut. Dalam sistem ini, nelayan tidak mengetahui secara pasti berapa harga ikan yang dimilikinya. Pemasaran hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu, berdasarkan asal ikan yang dipasarkan di PPN Palabuhanratu, terbagi menjadi dua yaitu pemasaran ikan hasil tangkapan yang didaratkan (melalui laut) dan pemasaran ikan hasil tangkapan yang didatangkan melalui jalur darat (melalui darat). Terbentuknya dua pola pemasaran di PPN Palabuhanratu disebabkan oleh TPI yang tidak berfungsi dengan baik Potensi pasar hasil tangkapan Kecamatan Palabuhanratu merupakan daerah pemasaran hasil tangkapan yang potensial di Kabupaten Sukabumi. Selain merupakan daerah berlokasinya pelabuhan perikanan, juga merupakan daerah pariwisata bahari. Banyak wisatawan yang datang dari berbagai daerah ke kecamatan ini. Bahkan pada saat penelitian berlangsung, diamati banyak wisatawan mancanegara yang datang dan menikmati kuliner seafood. Indikasi lain bahwa Palabuhanratu merupakan pasar yang potensial adalah banyaknya nelayan yang berasal dari daerah pesisir lain di Kabupaten Sukabumi yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. Selain itu banyak pula ikan yang datang berasal dari daerah lain ke PPN Palabuhanratu. Selain permintaan lokal yang berasal dari sektor pariwisata, permintaan ikan yang berasal dari PPN Palabuhanratu juga datang dari luar kota Palabuhanratu bahkan ekspor. Banyaknya permintaan pasar terhadap ikan yang berasal dari PPN Palabuhanratu menyebabkan para bakul ataupun pengumpul mendatangkan ikan yang berasal dari luar PPN Palabuhanratu. Ikan yang didatangkan pada umumnya

6 72 berasal dari wilayah pesisir Kabupaten Sukabumi seperti Cisolok dan Ujung Genteng. Selain dari wilayah pesisir Kabupaten Sukabumi, ikan yang dipasarkan di PPN Palabuhanratu juga berasal dari Jakarta, Lampung, Banten, Indramayu, Cianjur dan Juwana. Pada Tabel 26 dan Gambar 14 dibawah ini, dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 Jakarta merupakan daerah yang banyak memasarkan hasil tangkapannya ke PPN Palabuhanratu dengan jumlah 1.613,5 ton, sedangkan yang paling sedikit adalah daerah Indramayu (266 ton). Hal ini menunjukkan bahwa potensi pasar yang ada di PPN Palabuhanratu bukan hanya menarik minat bagi daerah pesisir yang ada di Kabupaten Sukabumi, tapi juga daerah luar Kabupaten Sukabumi. Menurut agen-agen maupun pedagang grosir menyatakan bahwa pengiriman hasil tangkapan dari luar daerah Kabupaten Sukabumi ke PPN Palabuhanratu pada umumnya untuk mensuplai sektor pariwisata bahari seperti kebutuhan restoran dan hotel atau tempat penginapan yang ada ada di Palabuhanratu atau diwilayah Bogor dan Cianjur untuk mendapatkan ikan yang lebih beragam. Tabel 26 Produksi ikan per bulan dan per daerah yang disalurkan lewat darat ke PPN Palabuhanratu tahun 2008 (dalam ton) Daerah asal Ikan Bulan Jakarta Cisolok U.Genteng Binuangeun Indramayu Juwana Jumlah Jan 233 3,4 39,2 7, ,1 Feb ,2 4, ,0 Mar 115 2,4 25,2 9, ,4 Apr 105 8,4 38,2 26,5 4, ,6 Mei 114 5, , ,7 Juni 132 7, , ,7 July , , ,9 Aug 123,5 14, , ,8 Sept 124, , ,8 Okt 132, ,5 17, ,2 Nov 135,8 13, , ,5 Des 154,5 13, , ,9 Rata-rata 134,5 9,4 49,0 24,2 22,2 92,2 331,5 Simpangan 32, Kisaran Sumber:Statistik PPN Palabuhanratu 2008

7 73 Juwana 28% Jakarta 40% Indramayu 7% Binuangeun 7% U. Genteng 15% Cisolok 3% Gambar 14 Persentase ikan yang disalurkan per daerah lewat darat ke PPN Palabuhanratu tahun Pemasaran ikan hasil tangkapan yang didaratkan melalui laut 1) Pemasaran melalui TPI Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPN Palabuhanratu meskipun tidak digunakan dalam proses pelelangan ikan, tetapi nelayan dan pedagang lebih suka bertransaksi di TPI karena dekat dengan tempat pedagang ikan menjual ikan hasil pembeliannya. Terdapat tiga asal produksi hasil tangkapan yang hasil tangkapannya sering dijual/dipasarkan di TPI, yaitu produksi hasil tangkapan yang berasal dari armada penangkapan bagan, payang, dan gillnet. Dalam sistem pemasaran ini, ikan hasil tangkapan dari nelayan dijual/dipasarkan oleh bakul; dalam hal ini bakul menjadi penjual. Pada saat pemasaran, bakul menjual tanpa ditimbang terlebih dahulu, besaran ditentukan berat berdasarkan kepada perkiraan (taksiran) saja. Cara menjual ikan hasil tangkapan nelayan oleh bakul mirip seperti proses lelang. Terjadi tawar menawar antara pembeli (pedagang pengecer, pengolah) dengan bakul, dan ikan akan diputuskan terjual jika telah mendapatkan harga tertinggi. Alur pemasaran pada pola pemasaran ini terlihat seperti pada Gambar 10. Waktu pemasaran ketiga armada penangkapan diatas berbeda-beda. Pemilik bagan dan gillnet menjual hasil tangkapn pada pagi hari dan payang pada sore hari. Bagan dan gillnet meskipun mempunyai waktu pemasaran yang sama tapi tidak pernah menjual hasil tangkapan pada waktu bersamaan. Biasanya hasil tangkapan bagan dijual terlebih dahulu karena waktu penadaratannya lebih pagi.

8 74 Produksi ikan yang didaratkan melalui laut TPI* Bakul Pedagang pengecer Pengolah Konsumen luar daerah (Kab. Sukabumi, Bandung, Cianjur, Banten, Bogor, dll) Konsumen lokal di Palabuhanratu Keterangan: *)Pelelangan tidak terjadi Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi (2008) Gambar 10 Rantai Pemasaran melalui TPI dari ikan yang didaratkan melalui laut di PPN Palabuhanratu, Antara bagan dan gillnet tidak terjadi persaingan dalam menjual hasil tangkapan yang mereka peroleh, karena hasil tangkapan dua alat tangkap ini umumnya berbeda-beda. Alat tangkap bagan lebih banyak menangkap ikan tembang dan tongkol yang masih berukuran kecil, sedangkan alat tangkap gillnet lebih banyak menangkap ikan tongkol yang ukuran lumayan besar. Ikan hasil tangkapan yang dipasarkan di TPI PPN Palabuhanratu tidak hanya untuk konsumsi lokal saja, namun juga dijual ke luar Kabupaten Sukabumi seperti Jakarta, Bandung, Cianjur dan Bogor bagi pedagang yang membeli dalam jumlah banyak. Pedagang dan nelayan yang melakukan transaksi seperti diatas tidak dikenakan retribusi. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan dan pengelola pelelangan, tidak ditariknya retribusi terhadap proses transaksi diatas karena keuntungan yang diperoleh nelayan masih tidak bisa menutupi modal awal untuk melakukan penangkapan. 2) Pemasaran tanpa melalui TPI Sistem pemasaran tanpa melalui TPI sebenarnya didominasi oleh ikan dengan tujuan ekspor, seperti tuna dan layur. Ikan-ikan inilah yang kemudian oleh

9 75 pihak TPI PPN Palabuhanratu menjadi sasaran penarikan retribusi. Besarnya retribusi yang ditarik adalah sebesar 3% untuk nelayan dan 2% untuk pedagang/pengolah pembeli. Penarikan retribusi dilakukan setelah dilakukan penimbangan ikan. Selain untuk ekspor, sebagian hasil tangkapan tuna dan layur adalah untuk konsumsi lokal. Dalam menjual hasil tangkapannya, nelayan PPN Palabuhanratu menjual hasil tangkapannya melalui bakul dengan alasan menjual kepada bakul karena saat musim paceklik, biaya melaut dibiayai oleh bakul. Pemilik armada penangkapan yang melakukan kegiatan pemasaran tanpa melalui TPI adalah armada penangkapan tuna seperti purse seine dan kapal rumpon. Kapal rumpon ini sebenarnya adalah kapal pancing tonda yang menangkap ikan di wilayah perairan yang telah dipasangi rumpon sehingga dikenal dengan nama kapal rumpon. Kapal penangkap tuna seperti purse seine, berasal dari berbagai daerah, seperti dari Sibolga, Cilacap dan Jakarta (Pane 2009 b ). Kapal-kapal ini tidak terdaftar di PPN Palabuhanratu. Mengenai jumlah kapal ini juga tidak tercatat secara pasti di PPN Palabuhanratu maupun di TPI. Alur pemasaran pada pola pemasaran ini, dapat terlihat pada (Gambar 11). Berdasarkan hasil wawancara, pihak responden bakul sebenarnya menginginkan ikan kualitas ekspor tersebut untuk dilelang. Namun, pengusaha ekspor dan pemilik kapal yang ada di PPN Palabuhanratu menyatakan bahwa jika ikan untuk ekspor dilelang maka akan terjadi penurunan mutu. Pengusaha ekspor juga menyatakan bahwa penyebabkan ikan ekspor tidak dilelang adalah karena fasilitas yang mendukung untuk penyelenggaraan pelelangan untuk ikan khusus ekspor belum tersedia serta daya beli bakul terhadap ikan-ikan ekspor juga rendah. Akibatnya nelayan dan pengekspor merasa lebih senang memasarkan ikan hasil tangkapannya dengan cara menjual langsung kepada bakul atau kepala pengumpul untuk kemudian diekspor. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu sendiri oleh pengusaha ekspor dijadikan sebagai cabang cold storage dan tempat untuk packaging; seperti yang dilakukan oleh pengekspor ikan layur. Perusahaan ini membuka cabang di Palabuhanratu berupa cold storage dan tempat packaging

10 76 (pengepakan). Ikan layur dibeli dari nelayan setempat melalui agen layur. Untuk kapal purse seine, mereka menjadikan PPN Palabuhanratu sebagai tempat untuk membongkar hasil tangkapan untuk kemudian diangkut dengan mobil cold box ke Jakarta. Produksi ikan yang didaratkan melalui laut Tanpa melalui TPI* Agen ikan lokal Agen Tuna Agen layur Coldstorage Palabuhanratu Coldstorage Jakarta Coldstorage Jakarta Ekspor melalui Jakarta Konsumen lokal dan luar daerah Konsumen di Jepang & Korea Selatan Keterangan: *) untuk ikan tujuan ekspor retribusi masuk ke TPI Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi (2008) Gambar 11 Rantai Pemasaran tanpa melalui TPI dari ikan yang didaratkan melalui laut di PPN Palabuhanratu Pemasaran ikan yang didatangkan melalui jalur darat ke PPN Palabuhanratu Ikan hasil tangkapan dari luar PPN Palabuhanratu merupakan ikan yang datang melalui jalur darat. Ikan yang datang biasanya dari daerah pesisir di Kabupaten Sukabumi meskipun sebagian datang dari berbagai daerah di Jawa Barat, Jakarta, Lampung dan Juwana. Ikan didatangkan oleh para bakul karena permintaan yang tinggi di PPN Palabuhanratu. Permintaan pasar yang tinggi di PPN Palabuhanratu sangatlah wajar mengingat PPN Palabuhanratu selain sebagai pelabuhan perikanan tapi juga merupakan wilayah wisata.

11 77 Produksi ikan yang didatangkan melalui darat Tanpa melalui TPI Bakul Pedagang pengecer pengecer Pengolah Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi (2008) Gambar 11 Rantai Pemasaran tanpa melalui TPI dari ikan yang didatangkan melalui darat di PPN Palabuhanratu Proses pemasaran yang terjadi diatas tidak seperti ikan yang didaratkan dari laut dimana pedagang pengecer atau pengolah dapat membeli langsung ke bakul. Pada sistem pemasaran dari ikan yang didatangkan melalui jalur darat, bakul sudah mempunyai pedagang yang dipercaya untuk menjual ikannya. Tujuan ikan yang didatangkan dari jalan darat adalah pembeli lokal dan wisatawan yang ada di sekitar PPN Palabuhanratu. Konsumen lokal di Palabuhanratu Pendistribusian hasil tangkapan keluar PPN Palabuhanratu saat ini. Berdasarkan hasil penelitian, ikan hasil tangkapan yang didistribusikan tidak hanya ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu saja. Ada juga ikan yang didatangkan dari daerah sekitar Palabuhanratu untuk kemudian dikirim ke daerah lain melalui pedagang dan distributor/agen yang ada di Palabuhanratu. Untuk memperlancar proses pendistribusian hasil tangkapan, baik itu segar maupun olahan dari PPN Palabuhanratu ke daerah lain, maka diperlukan prasarana dan sarana yan memadai. PPN Pelabuhan Perikanan sendiri mempunyai akses yang baik terhadap daerah-daerah distribusi hasil perikanannya, meskipun masih memerlukan perbaikan. Terutama prasaran jalan raya yang menghubungkan Kecamatan Palabuhanratu dengan daerah Ciawi yang merupakan pintu gerbang ke jalan tol Jagorawi. Hal yang sama terjadi untuk sarana jalan ke antar daerah

12 78 baik itu menuju Bogor, Bandung, maupun daerah distibusi lainnya. Jalan yang dilalui merupakan jalan raya yang berukuran kecil yang hanya cukup untuk 2 mobil saja. Untuk jalur ekspor, ikan yang akan diekspor harus melalui Jakarta dulu sebelum dikirim ke negara tujuan. Permasalahan akan muncul saat melalui jalan Palabuhanratu-Ciawi, kamungkinan terjebak kemacetan sangat mungkin terjadi karena sempitnya jalan dan padatnya lalu lintas. Tapi setelah tidak akan menjadi maslah karena mulai masuk ke jalan tol Jagorawi. Selama ini jalan menuju Palabuhanratu masih berukuran sempit dan sering mengalami kemacetan. Kemacetan yang sering dialami tentu saja sangat menggangu proses pendistribusian ikan, karena sifatnya yang mudah rusak sehingga harus cepat sampai ke tempat tujuan.terlebih wilayah distribusi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu cukup beragam, mulai dari lingkup lokal hingga internasional (tujuan ekspor). Gambar 13 Mobil pick up sebagai sarana distribusi lokal ikan HT Ikan hasil tangkapan tujuan pasar lokal biasanya hanya dikonsumsi oleh masyarakat sekitar Palabuhanratu saja, diantaranya daerah Gumelar, Citepus dan Cisolok. Di pasar ikan tradisional PPN Palabuhanratu, selain konsumen lokal sekitar Palabuhanratu juga turut diramaikan oleh para konsumen dari luar kota seperti Jakarta, Bandung, Sukabumi, Cianjur dan Bogor yang sedang berwisata ke PPN Palabuhanratu. Mereka sengaja membeli ikan baik dalam bentuk segar maupun olahan sebagai buah tangan. Jenis ikan tujuan pasar antar daerah/kota adalah tuna, cakalang, tongkol dan layur. Ikan-ikan ini dikirim ke daerah Bogor, Cianjur, Bandung, Jakarta, Indramayu dan Banten. Ikan tersebut dikirim menggunakan mobil pick-up dengan bak terbuka. Ikan dimasukkan kedalam blong yang sudah diisi es dan air. Untuk

13 79 mengirim ikan ke daerah seperti yang telah disebutkan sebelumnya, menurut pedagang grosir yaitu melalui agen grosir atau pengiriman secara kolektif. Pengiriman secara kolektif ini yaitu pengiriman secara bersama akan tetapi ikan hasil tangkapan merupakan milik dari masing-masing nelayan atau pedagang. Untuk jenis ikan tujuan pasar ekspor adalah ikan tuna, layur, dan swanggi. Terdapat perusahaan pengumpul/agen khusus hasil tangkapan tuna untuk ekspor ke Jepang melalui Jakarta, sedangkan untuk hasil tangkapan layur akan diekspor oleh PT. Agro Global Bisnis (PT. AGB) menuju Korea Selatan juga melalui Jakarta. Pada tabel dibawah dapat kita ketahui bahwa jumlah total ikan yang didistribusikan dari PPN Palabuhanratu ke berbagai daerah mencapai ton pada tahun Dari jumlah tersebut, distribusi ikan terbanyak terjadi pada bulan Januari yaitu sebanyak 6,1 ton atau sebesar 19,3%, seperti terlihat pada Tabel 27 dan Gambar 14. Jumlah ikan segar yang didistribusikan dari PPN Palabuhanratu selama tahun 2008 adalah sebanyak kg. Ikan yang didistribusikan, dipasarkan ke pasar-pasar ikan yang ada di Jakarta, Kota Sukabumi, Bandung, Cianjur, Banten dan lain-lain. Pendistribusian terbesar adalah ke daerah Jakarta dengan jumlah kg atau 65,49% dari total ikan yang didistribusikan dari PPN Palabuhanratu tahun Besarnya ikan yang didistribusikan ke Jakarta tidak lepas dari adanya agen/pedagang pengumpul yang melakukan pemasaran antar kota di PPN Palabuhanratu.

14 67 Tabel 27 Distribusi ikan segar dari PPN Palabuhanratu Tahun 2008 No Bulan Jumlah Ikan Segar (kg) dan Kota Tujuan Distribusi Jumlah (kg) P.ratu Sukabumi Bandung Cianjur Bogor Jakarta Banten Ekspor 1 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Aug Sept Okt Nov Des Rata-rata Simpangan Kisaran Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu

15 81 Ekspor; Banten; P.ratu; Sukabumi; Bandung; Cianjur; Jakarta; Bogor; Gambar 14 Distribusi ikan segar dari PPN Palabuhanratu Sebagain dari jumlah ikan yang didistribusikan tersebut diatas sebanyak 76,59% atau kg adalah diekspor. Ekspor dilakukan oleh perwakilan perusahaan di daerah seperti PT. AGB dan PT. URI yang bergerak di bidang ekspor layur serta perusahaan tuna longline yang menjadikan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base Secara umum, distribusi yang dilakukan oleh pedagang ataupun distributor ikan masih menggunakan jalur darat. Sarana transportasi yang digunakan dalam melakukan distribusi ikan untuk wilayah Kabupaten Sukabumi, Cianjur dan Bogor adalah menggunakan mobil pick-up dengan bak terbuka. Ikan dimasukkan kedalam wadah yang bernama blong yang didalamnya ditambahkan es balok. Perlakuan berbeda diberikan kepada ikan yang akan dikirim kedaerah Bandung dan Jakarta. Untuk daerah distribusi tersebut, distributor menyewa mobil boks dengan fasilitas ruang chilling room. 5.3 Penanganan mutu pada pemasaran hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu Mutu merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan daya tawar saat pemasaran ikan, baik melalui pelelangan ataupun tanpa pelelangan. Mutu juga menunjukkan kualitas dari hasil tangkapan yang didaratkan. Sehingga, penanganan atas mutu ikan hasil tangkapan sangat penting dilakukan oleh nelayan. Ada tiga cara utama untuk memperlambat penurunan kualitas pada ikan:

16 82 kehati-hatian dalam penanganan, kebersihan, dan menjaga produk tetap dingin. Pentingnya kehati-hatian dalam penanganan tidak dapat dipungkiri karena bakteri pembusuk dapat masuk melalui sayatan yang terjadi selama penanganan, sehingga mempercepat pembusukan. Penanganan yang tepat akan menjamin kualitas produk yang lebih segar dan tinggi (Anonymous 2008). Pane (2008) mengungkapkan bahwa penggunaan basket hasil tangkapan mempengaruhi mutu ikan secara berbeda: membantu mempertahankan mutu ikan sampai menurunkan mutu ikan. Di PPN Palabuhanratu, berdasarkan pengamatan organoleptik, mutu ikan yang didaratkan untuk konsumsi lokal berkisar antara 4-8 skala organoleptik. Untuk ikan ekspor, skala organoleptik berkisar antara 8-9 skala organoleptik (Tabel 28). Tabel 28 Nilai organoleptik ikan berdasarkan jenis basket yang digunakan dan tujuan distribusinya Alat tangkap Penanganan mutu Jenis basket Tujuan distribusi Kondisi ikan saat didaratkan Nilai organoleptik Tidak Baik. Tapi Bagan menggunakan Keranjang Lokal badan ikan es bambu banyak yang 7-8 hancur. Gillnet Menggunakan Blong & Lokal Tidak segar 6-7,5 Pancing tonda es balok Es balok trays Blong & Kotak fiberglass Lokal Segar pada bagian atas, tapi tidak segar pada bagian bawah. 4-6 Pancing layur Es curah Es balok Kotak styrofoam Ekspor Ekspor Segar, Segar Basket Lokal Tidak segar 6-7 Payang Es balok Blong Lokal Cukup segar 7-8 Berdasarkan Tabel 28 diatas, secara umum kesadaran dalam penanganan mutu oleh nelayan di PPN Palabuhanratu masih sangat kurang. Hasil tangkapan alat tangkap bagan memiliki tingkat kesegaran paling tinggi, karena ikan ditangkap pada tengah malam dan pada pagi hari sudah didaratkan. Namun hasil tangkapan bagan mempunyai kelemahan dari sisi keutuhan ikan. Banyaknya tubuh ikan hasil tangkapan bagan yang rusak yang diakibatkan oleh penggunaan keranjang yang terbuat dari bambu. Keranjang ikan yang terbuat dari bambu bersifat elastis menyebabkan bentuk keranjang berubah-rubah oleh berat ikan

17 83 sehingga mengakibatkan ikan tergencet didalamnya (Pane, 2008). Selain itu pada alat tangkap bagan juga tidak menggunakan es sebagai penghambat laju penurunan mutu karena nelayan beranggapan hanya sebentar. Kondisi ikan yang tersayat oleh keranjang bambu serta tidak menggunakan es dalam penanganannya, bisa menyebabkan penurunan mutu pada ikan hasil tangkapan bagan. (a) (b) (c) (d) (a): Blong, (b): Keranjang bambu, (c): Basket, (d): Kotak fiber Gambar 15 Jenis-jenis basket yang digunakan di PPN Palabuhanratu (a) (b) Gambar 16 Hasil tangkapan bagan; (a): mengalami kerusakan dan penurunan mutu, (b): masih segar

18 84 Alat tangkap pancing tonda yang digunakan nelayan PPN Palabuhanratu merupakan alat tangkap yang paling lama berada di fishing ground. Pada umumnya alat tangkap ini berada di fishing ground selama 1 minggu. Lamanya waktu dilaut tidak disertai dengan adanya kemampuan yang memadai dari pihak nelayan dalam menangani mutu ikan hasil tangkapan. Banyak ikan hasil tangkapan pancing tonda yang terdiri dari ikan bernilai ekonomis penting seperti tuna, cakalang dan tongkol didaratkan dalam keadaan tidak segar terutama ikan yang berada di bagian bawah blong. Ikan tersebut mengalami kerusakan pada bagian perut. Jika dilakukan penilaian secara organoleptik, maka ikan tersebut berada pada skala organoleptik 4. Penggunaan es pun hanya digunakan pada bagian atas ikan saja. Ikan yang disimpan pada bagian bawah mengalami penurunan mutu karena ikan yang berada dibawah tertekan, akibat isi blong yang besar (120 kg) (Pane 2008). Nelayan yang menggunakan alat tangkap gillnet dan payang sebagai alat penangkapan, ikan hasil tangkapannya umumnya mengalami kerusakan pada bagian perut dan secara keseluruhan kondisi mutu ikannya yang kurang dengan skala organoleptik berkisar antara 6-8 skala organoleptik. Hal ini diakibatkan nelayan menggunakan blong dan kotak fiber sebagai wadah untuk menyimpan hasil tangkapan. Kerusakan pada ikan hasil tangkapan payang dan gillnet karena banyaknya ikan dalam satu wadah. Nelayan biasanya menggunakan basket/wadah hasil tangkapan sesuai dengan kapasitas maksimal dari basket tersebut. Jika belum penuh dalam satu blong, maka blong yang lain tidak akan digunakan. Untuk menghambat penurunan mutu, nelayan menggunakan es curah dan es balok. Blong dan kotak fiber yang digunakan tidak memiliki lubang dibawahnya. Menurut Pane (2008) tanpa adanya lubang pada wadah menyebabkan air yang berasal dari es yang mencair tidak keluar dan menjadi penyebab tambahan semakin cepatnya mutu ikan menurun. Berdasarkan uraian diatas, setiap nelayan tidak mempunyai perbedaan dalam penanganan ikan. Prinsip kehati-hatian dalam penanganan, kebersihan, dan menjaga produk tetap dingin, dilakukan oleh nelayan dengan sangat kurang. Lembaga yang bertugas menangani mutu ikan di PPN Palabuhanratu adalah Laboratorium Bina Mutu Hasil Perikanan. Mahyuddin (2008) mengungkapkan

19 85 bahwa lembaga ini melakukan pengujian organoleptik dan kandungan formalin pada hasil tangkapan nelayan. Menurut pengamatan dan wawancara selama penelitian berlangsung, lembaga ini tidak memberikan himbauan kepada nelayan mengenai cara penanganan mutu ikan baik itu berupa pengumuman, pelatihan, poster maupun teguran langsung. Pengarahan hanya diberikan kepada pedagang ikan yang ada di dalam resto, secara tidak langsung melalui pemasangan poster dan secara langsung ke resto dengan melakukan kunjungan. Resto ini dibangun atas kerjasama pihak pengelola PPN Palabuhanratu dengan Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi. Sedangkan dipasar ikan tidak ada hibauan mengenai mutu ikan yang harus dijual atau cara penanganan ikan yang baik. Hal berbeda terjadi ketika peneliti melakukan kunjungan ke PPI Muara Angke. Disana dipasang berbagai macam poster atau himbauan yang berisi mengenai penanganan mutu yang baik dan manfaatnya. Poster tersebut dipasang disekitar TPI, dermaga pendaratan dan daerah penjualan ikan. Dalam poster juga ditulis mengenai bahaya penggunaan formalin dan zat aditif lainnya yang berbahaya. Seharusnya lembaga Laboratorium Bina Mutu Hasil Perikanan melakukan hal yang sama seperti di PPI Muara Angke. Informasi mengenai tata cara penanganan ikan yang baik disertai manfaatnya serta bahaya penggunaan formalin dan zat aditif lainnya seharusnya bisa diperoleh oleh nelayan, pedagang yang ada di PPN Palabuhanratu. Lemahnya kesadaran penanganan mutu ikan di PPN Palabuhanratu oleh nelayan maupun pedagang diakui oleh pihak pengelola pelabuhan dan TPI. Pengelola pelabuhan dan TPI juga menyatakan pendapatnya bahwa sangat sulit dalam menangani mutu ikan di sisi nelayan dan pedagang, karena kesadaraan konsumen dalam membeli ikan belum ada. Menurut mereka ikan dengan kualitas apapun pasti terjual habis di PPN Palabuhanratu. Hal ini menjadi penyebab nelayan dan pedagang tidak menghiraukan mutu ikan yang ditangkap ataupun yang dipasarkan. Pihak pengelola pelabuhan dan TPI seharusnya menjadi lembaga yang mampu mengontrol kualitas mutu ikan yang didaratkan. Baik itu melalui pemasangan poster atau himbauan langsung kepada nelayan dan pedagang. Pane (2008) mengungkapkan bahwa semua ikan konsumsi mutunya harus layak

20 86 konsumsi. Selanjutnya Pane menyatakan bahwa di Indonesia menurut Badan Standar Nasional (2006) ikan layak konsumsi mempunyai skala organoleptik antara 6-9, tapi standar yang lebih tinggi diterapkan oleh negara-negara di Eropa dimana ikan layak konsumsi harus mempunyai mutu dengan skala organoleptik berkisar antara 8-9. Untuk penanganan mutu, nelayan dengan alat tangkap rawai layur dan beberapa armada pancing tonda dengan prioritas ekspor, sudah selangkah lebih maju. Nelayan ini mengungkapkan bahwa mereka mendapatkan pengarahan mengenai cara menangani ikan agar tidak rusak dari pihak pengusaha ekspor. Nelayan layur pun menyadari dengan sendirinya, bahwa jika kualitas ikan yang ditangkap memiliki mutu yang rendah, maka nelayan tersebut akan mengalami kerugian. Hal ini terjadi karena harga ikannya akan menjadi murah bahkan ditolak oleh pengusaha ekspor dibandingkan bila mutunya lebih baik. Secara umum, penanganan mutu ikan oleh nelayan dan pedagang di PPN Palabuhanratu baru sebatas penggunaan es balok dan es curah jumlahnya juga belum memadai sehingga secara umum mutu ikan belum terjaga dengan baik. Penggunaan refrigerator pada palka kapal seperti yang dilakukan oleh nelayannelayan di PPI Muara Angke masih belum diterapkan di PPN Palabuhanratu.

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Secara astronomis wilayah Palabuhanratu berada pada 106º31' BT-106º37' BT dan antara 6 57' LS-7 04' LS, sedangkan secara administratif

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terdiri atas pembongkaran

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU 6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU Kemampuan pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis maupun secara manajemen pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 99 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan

Lebih terperinci

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 44 6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1 Harga Hasil Tangkapan 6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan Hasil tangkapan yang dijual pada proses pelelangan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU 71 5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU Penanganan hasil tangkapan dalam usaha penangkapan ikan memegang peran yang sangat penting, hal ini dikarenakan hasil tangkapan

Lebih terperinci

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis atau secara pemahaman dari pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan

Lebih terperinci

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 59 5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 5.1 Kondisi Sanitasi Aktual di Dermaga dan Tempat Pelelangan Ikan PPP Lampulo (1) Kondisi dermaga Keberhasilan aktivitas

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 119 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Pelelangan Ikan Aktivitas pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanratu pada Tahun 1993-2003 dikelola oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi. Pelelangan

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C

SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C54103076 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tangkapan, terutama ikan, merupakan sumber bahan pangan berprotein yang dibutuhkan oleh masyarakat; selain itu juga sebagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) terletak pada posisi 06 59 47, 156 LS dan 106 32 61.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 yang bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta Utara. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Topografi dan Geografi Topografi wilayah Palabuhanratu adalah bertekstur kasar, sebagian besar wilayahnya merupakan dataran bergelombang dan terdiri atas daerah

Lebih terperinci

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT ANALISIS SUPPLY CHAIN DALAM AKTIVITAS DISTRIBUSI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU (PPNP) Supply Chain Analysis on the Distribution Activity in Palabuhanratu Archipelago Fishing Port Oleh:

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peranan perikanan tangkap sebagai salah satu ujung tombak dari semua kegiatan perikanan disamping perikanan budidaya, menjadikan perikanan tangkap menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu juga merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan terutama diarahkan untuk meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran nelayan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU 109 6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU Penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut, khususnya untuk nelayan pancing rumpon

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 53 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengelolaan Aktifitas di Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke 6.1.1 Aktivitas pra pelelangan ikan Aktivitas pra pelelangan ikan diawali pada saat ikan berada di atas dermaga

Lebih terperinci

HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA

HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU 7.1. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu Identifikasi stakeholder dapat dilihat pada Tabel 23. Nilai kepentingan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO 91 6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO 6.1 Tingkatan Mutu Hasil Tangkapan yang Dominan Dipasarkan di PPP Lampulo Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 91 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei - Juni 2009 bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 106 20 ' 10 6 0 '

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu dan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan layur (Trichiurus sp.) adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang banyak tersebar dan tertangkap di perairan Indonesia terutama di perairan Palabuhanratu.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 52 5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Fasilitas Pelayanan Penyediaan Bahan Perbekalan Kapal Perikanan Selama di laut, nelayan tetap melakukan aktivitas layaknya di darat seperti makan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu berada di Kabupaten Sukabumi yang memiliki delapan Desa atau Kelurahan diantaranya Desa Palabuhanratu, Citarik, Citepus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional setelah nelayan memperoleh hasil ikan tangkapan, mereka lalu mencoba menjual sendiri kepada konsumen setempat melalui cara barter atau dengan nilai

Lebih terperinci

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 30 5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 5.1 Kapal-kapal Yang Memanfaatkan PPS Cilacap Kapal-kapal penangkapan ikan yang melakukan pendaratan seperti membongkar muatan

Lebih terperinci

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 ο 24 112 ο 11 BT dan 7 ο

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

Peluang pasar ekspor komoditas ikan layur dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Jawa Barat

Peluang pasar ekspor komoditas ikan layur dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Jawa Barat Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Peluang pasar ekspor komoditas ikan layur dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Jawa Barat Tri Wiji Nurani 1, Ardani 2, Ernani Lubis 1 1 Dosen pada Departemen

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

Lampiran 1 Perhitungan bobot faktor internal pengembangan PPI Pangandaran di lokasi baru

Lampiran 1 Perhitungan bobot faktor internal pengembangan PPI Pangandaran di lokasi baru 6 Lampiran Perhitungan bobot faktor internal Pangandaran di lokasi baru Kekauatan Kelemahan Internal Kekuatan Kelemahan Bobot Xi (%) a b c d e f a b c d e f g h i a. Dukungan dari pemerintah daerah berupa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pelabuhan Pekalongan semula merupakan pelabuhan umum. Semenjak bulan Desember 1974 pengelolaan dan asetnya diserahkan

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 52/09/16/Th.XVIII, 01 September PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum mengenai Hasil Tangkapan yang di Daratkan di PPI Karangsong Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Karangsong adalah ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN 4.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, Kabupaten Kebumen Bidang Pariwisata dan Budaya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010 LAMPIRAN 153 154 Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010 154 155 Lampiran 2 Lay out PPN Palabuhanratu Sumber: PPN Palabuhanratu, 2007 155 156 Lampiran 3 Perhitungan besaran pemanfaatan

Lebih terperinci

PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DAN KEBIJAKAN PUMP DI PPN PALABUHANRATU (Fish marketing and PUMP policy at Palabuhanratu Fishing Port)

PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DAN KEBIJAKAN PUMP DI PPN PALABUHANRATU (Fish marketing and PUMP policy at Palabuhanratu Fishing Port) BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 21 No. 1 Edisi April 2013 Hal 107-118 PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DAN KEBIJAKAN PUMP DI PPN PALABUHANRATU (Fish marketing and PUMP policy at Palabuhanratu Fishing Port)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 01 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 59 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Karakteristik konsumen di RW 11 Muara Angke Penjelasan tentang karakteristik individu konsumen yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 42/08/16/Th.XVIII, 01 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara dan tangkahan-tangkahan di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 0 57-7 0 25 Lintang

Lebih terperinci

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Faktor-faktor Berpotensi Mempengaruhi Sanitasi Tempat Pelelangan Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta Faktor-faktor yang berpotensi

Lebih terperinci

STUDI PEMASARAN IKAN BAWAL PUTIH (Pampus argenteus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN

STUDI PEMASARAN IKAN BAWAL PUTIH (Pampus argenteus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN STUDI PEMASARAN IKAN BAWAL PUTIH (Pampus argenteus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN Dian Ayunita NND dan Fatich Ubaidillah FPIK-Undip (ayunita_dian@yahoo.com, (ubaidillahfatich@gmail.com)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5.1 Proses pelelangan aktual di PPI Muara Angke Proses pelelangan ikan adalah salah satu mata rantai rangkaian kegiatan usaha perikanan tangkap yang secara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 23/05/16/Th.XIX, 02 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER ANALISIS FUNGSI KELEMBAGAAN NON-PASAR (NON- MARKET INSTITUTIONS) DALAM EFISIENSI ALOKASI SUMBERDAYA PERIKANAN (Studi Kasus: Pelabuhanratu, Kab. Sukabumi) RIAKANTRI

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. I dan desa Muara II. Desa Muara I masuk kedalam areal kawasan kabupaten

BAB VIII PENUTUP. I dan desa Muara II. Desa Muara I masuk kedalam areal kawasan kabupaten BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Desa Muara-Binuangeun adalah salah satu desa pesisir yang ada di kabupaten Lebak, provinsi Banten. Desa ini dibagi menjadi dua yaitu desa Muara I dan desa Muara II. Desa

Lebih terperinci

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan 13 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang dilakukan di PPN Palabuhanratu. Sebagai kasus dalam penelitian ini adalah kondisi perikanan yang berbasis di pelabuhan ini dengan

Lebih terperinci