HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Hubungan Basket/Wadah Hasil Tangkapan terhadap Sanitasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat adalah benar merupakan hasil karya saya, dan di dalam proses pembuatannya sejak mulai dari proposal penelitian sampai penulisan, saya diarahkan dan dibimbing oleh pembimbing skripsi. Skripsi ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2009 Arhi Eka Priatna

3 ABSTRAK ARHI EKA PRIATNA. Hubungan Basket/wadah Hasil Tangkapan terhadap Sanitasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi Jawa barat. Dibimbing oleh ANWAR BEY PANE. Fungsi Basket/wadah hasil tangkapan (BHT) di pelabuhan perikanan selain sebagai alat bantu untuk mengangkut dan menampung hasil tangkapan (HT) juga berfungsi untuk sanitasi. Sanitasi di pelabuhan perikanan penting untuk dijaga, karena dapat mempengaruhi mutu HT. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi HT, BHT dan sanitasi di PPN Palabuhanratu; mendapatkan hubungan BHT terhadap sanitasi di PPN Palabuhanratu. Penelitian dilakukan bulan November 2007 di PPN Palabuhanratu, menggunakan metode kasus dengan aspek diteliti adalah aspek HT (jenis, berat, panjang dan mutu) dan aspek penggunaan BHT dan dampak penggunaan/tidak digunakannya BHT terhadap sanitasi. Kondisi empat jenis HT dominan, yaitu ikan layur, tembang, tongkol dan eteman memiliki karakteristik masing-masing ukuran panjang ( mm, mm, mm, mm); berat ( g, g, g, g); dan mutu (5,3-7,3, 4,0-7,3, 4,3-7,0, 4,3-6,8). Terdapat empat jenis wadah HT yang digunakan untuk aktivitas pendaratan dan pemasaran HT yaitu keranjang bambu, blong, jolang dan kotak styrofoam masing-masing berkapasitas 25 kg, 120 kg, 40 kg dan 20 kg. Kondisi sanitasi di dermaga pendaratan dan TPI masih terlihat kurang bersih, sedangkan di lingkungan sekitar dermaga pendaratan dan TPI secara umum cukup bersih. Bentuk konstruksi dan bahan wadah BHT mempengaruhi sanitasi di dermaga pendaratan dan TPI. Dampak penggunaan BHT berupa keranjang bambu, blong dan jolang adalah lantai dermaga dan TPI menjadi kotor dan licin, sehingga kebersihan dan kenyaman menjadi terganggu; terlebih-lebih bila tidak digunakannya BHT sama sekali. Jenis limbah fisik akibat penggunaan basket/wadah berupa blong dan keranjang bambu adalah berupa ceceran potongan-potongan ikan, genangan berupa cairan, lendir dan atau darah ikan. Kata kunci: basket/wadah hasil tangkapan, sanitasi, PPN Palabuhanratu

4 HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ARHI EKA PRIATNA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 Judul Skripsi Nama NRP Departemen : Hubungan Basket/Wadah Hasil Tangkapan terhadap Sanitasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat : Arhi Eka Priatna : C : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Disetujui : Pembimbing Dr. Ir. H. Anwar Bey Pane, DEA NIP Diketahui : Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP Tanggal Lulus : 5 Mei 2009

6 KATA PENGANTAR Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah Hubungan Basket/Wadah Hasil Tangkapan terhadap Sanitasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Program Hibah Kompetisi A3 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional; yang ketua pelaksana penelitiannya adalah Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA dan para anggota peneliti : DR. Ir. Ernani Lubis, DEA, Ir. Dinarwan, MS., dan Iin Solihin, S.Pi, M.Si. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA selaku dosen pembimbing atas pengarahan, bimbingan, curahan pemikiran dan motivasi yang telah diberikan sejak proses penulisan proposal, pelaksanaan penelitian sampai penulisan skripsi; 2. Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si. selaku wakil komisi pendidikan, Dr. Ir. Budhi Hascaryo, M.Si. dan Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si. selaku dosen penguji; 3. Program Hibah Kompetisi A3 yang telah memberikan kepercayaan untuk melaksanakan penelitian tersebut, dan Bagian Kepelabuhanan Perikanan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB yang telah memfasilitasi peralatan dan perlengkapan dalam menyusun skripsi ini; 4. Ayahanda Supriatna, Ibunda Nanan Sunarsih, dan semua keluarga yang senantiasa memotivasi dan mendukung ananda baik doa maupun materil, selama menjalani perkuliahan hingga menyesaikan skripsi; 5. Pihak PPN Palabuhanratu (Bapak Bustami, Bapak Lili, dan Ibu Imas) dan petugas TPI (Bapak Kosasih dan Bapak Supriadi) yang telah membantu dalam proses penelitian;

7 6. Ibu Anih (Ibunda Fariz dan Faras) sekeluarga di Palabuhanratu Sukabumi atas segala bantuannya selama penulis penelitian di PPN Palabuhanratu; 7. Teman-teman yang turut membantu dalam penelitian ini (Roif Hardani, Rachmatullah, Indra Supiyono, Robby Mulyana, dan Topan Basuma), sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkannya. Bogor, Mei 2009 Penulis

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 09 Agustus 1985, dari pasangan Bapak Supriatna dan Ibu Nanan Sunarsih, di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis, yaitu SD Negeri Poncol Bekasi dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 272 Jakarta Timur dan dinyatakan lulus pada tahun Penulis kemudian melanjutkan jenjang pendidikan di SMU Negeri 62 Jakarta Timur dan lulus pada tahun Selanjutnya, penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan mengambil Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB pada tahun Selama menjadi mahasiswa FPIK IPB, penulis pernah menjadi Kepala Divisi Olahraga Departemen Pengembangan Minat dan Bakat HIMAFARIN FPIK IPB periode Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Basket/Wadah Hasil Tangkapan terhadap Sanitasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat di bawah bimbingan Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian skripsi yang diselenggarakan oleh Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 5 Mei 2009.

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan Penyortiran dan Pengangkutan Hasil Tangkapan Penanganan Hasil Tangkapan Basket hasil Tangkapan, Peranan dan Pengelolaannya di Pelabuhan Perikanan Sanitasi, Peranan dan Pengelolaannya di Pelabuhan perikanan Basket Hasil Tangkapan dan Sanitasi di PPN Palabuhanratu METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Analisis Data PERIKANAN TANGKAP DI PPN PALABUHANRATU 4.1 Unit Penangkapan Ikan dan Nelayan di PPN Palabuhanratu Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu Fasilitas Terkait Pendaratan dan Pelelangan di PPN Palabuhanratu 29 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan Proses Pendaratan dan Pelelangan di PPN Palabuhanratu Pemasaran dan Pendistribusian Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu Mutu Hasil Tangkapan didaratkan di PPN Palabuhanratu x xi xiii viii

10 6 BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 6.1 Macam-macam Basket/Wadah di PPN Palabuhanratu Penggunaan Basket/wadah di PPN Palabuhanratu KONDISI SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 7.1 Sanitasi di Dermaga Pendaratan Sanitasi di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sanitasi di Lingkungan Sekitar Dermaga Pendaratan dan TPI HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PPN PALABUHANRATU 8.1 Pengaruh Basket/Wadah Hasil Tangkapan yang Ada di PPN Palabuhanratu terhadap Kondisi Sanitasi Faktor-Faktor dari Penggunaan Wadah non Basket Hasil Tangkapan yang Berpotensi Mempengaruhi Sanitasi di PPN Palabuhanratu Dampak dari Penggunaan /Tidak Digunakannya Basket/Wadah Hasil Tangkapan Terhadap Sanitasi di Dermaga Pendaratan, TPI dan Lingkungan Sekitarnya Jenis Limbah Fisik Akibat Tidak Digunakannya Basket danwadah non Basket di PPN Palabuhanratu Pengukuran Besaran Limbah Penggunaan Wadah non Basket di PPN Palabuhanratu KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jenis dan jumlah alat tangkap serta komposisinya di PPN Palabuhanratu tahun Perkembangan dan pertumbuhan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu periode Perkembangan dan pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu periode Perkembangan dan pertumbuhan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode Perkembangan produksi dan nilai produksi ikan laut di PPN Palabuhanratu periode Produksi hasil tangkapan didaratkan menurut jenisnya di PPN Palabuhanratu tahun Kisaran ukuran panjang dan berat dari keempat jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun Distibusi hasil tangkapan segar menurut bulan dan kota tujuan distribusi di PPN Palabuhanratu, tahun Kisaran rata-rata mutu sampel hasil tangkapan dominan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun Fungsi pemindahan hasil tangkapan oleh basket dan wadah lainnya di PPN Palabuhanratu Jenis limbah akibat tidak digunakannya basket/wadah pada aktivitas pendaratan, pemasaran dan pendistribusian ikan terhadap sanitasi di PPN Palabuhanratu Pengaruh penggunaan wadah (keranjang bambu dan blong) terhadap sanitasi di dermaga pendaratan lama dan TPI berupa ceceran potongan-potongan ikan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun Pengaruh penggunaan wadah (keranjang bambu dan blong) terhadap sanitasi di dermaga pendaratan lama dan TPI berupa genangan cairan, lendir dan atau darah ikan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun x

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Diagram komposisi alat tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun Grafik Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu periode Grafik perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu periode Grafik perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode Grafik perkembangan jumlah produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu periode tahun Fasilitas gerobak dorong di PPN Palabuhanratu Komposisi jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun Histogram volume pendaratan hasil tangkapan dominan menurut jenis dan bulan di PPN Palabuhanratu pada tahun Sampel hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, bulan November 2007: (a). layur (Trichurus sp.); (b).eteman/semar (Mene maculata); (c). tembang (Clupea fimbriata); (d). tongkol (Auxis sp.) Histogram volume pendaratan empat jenis sampel hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun Histogram frekuensi sebaran kelas ukuran panjang sampel hasil tangkapan dominan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun Histogram frekuensi sebaran kelas ukuran berat sampel hasil tangkapan dominan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun Grafik volume distribusi ikan segar dari PPN Palabuhanratu menurut bulan, tahun Diagram didistribusi ikan segar dari Palabuhanratu berdasarkan tujuannya Aktivitas pencucian hasil tangkapan di dermaga pendaratan PPN Palabuhanratu pada wadah : (a) keranjang bambu dan (b) blong Basket (trays) hasil tangkapan kapasitas 50 kg di PPN Palabuhanratu Berbagai macam bentuk wadah hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu: (a) keranjang bambu; (b) blong; (c) jolang; (d) kotak styrofoam xi

13 18 Penggunaan wadah hasil tangkapan pada aktivitas pendaratan: (a) keranjang bambu; (b) blong; dan pemasaran hasil tangkapan: (c) jolang; (d) kotak styrofoam di PPN Palabuhanratu Penggunaan wadah hasil tangkapan pada aktivitas pendistribusian hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu: (a) box plastik; (b) mobil bak Kondisi sanitasi di gedung TPI PPN Palabuhanratu: (a) potonganpotongan tubuh ikan di lantai TPI; (b) peletakan ikan tembang di lantai TPI Kondisi sanitasi di selokan sekitar TPI PPN Palabuhanratu Aktivitas Pemasaran Hasil tangkapan tanpa wadah (meja kecil) xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi penelitian Layout Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Spesifikasi dan nilai organoleptik ikan basah xiii

15 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tangkapan di pelabuhan perikanan berperan sebagai salah satu sumber utama pendapatan pelabuhan perikanan. Hal ini menjadi suatu dasar berjalannya aktivitas pendaratan, pemasaran, pendistribusian hasil tangkapan dan aktivitas terkait lainnya di pelabuhan perikanan tersebut. Akibat dari adanya aktivitas tersebut, para pelaku (pihak nelayan, pedagang, pengelola pelabuhan dan lainlainnya) akan memperoleh pendapatan, baik itu dari transaksi hasil tangkapan maupun jasa. Pada aktivitas pendaratan dan pemasaran/pelelangan hasil tangkapan diperlukan suatu alat bantu yang mampu menampung dan atau mengangkat hasil tangkapan. Alat bantu tersebut dapat berupa basket atau wadah untuk hasil tangkapan berukuran kecil/sedang, atau tali dan ganco untuk hasil tangkapan yang berukuran besar. Ketersediaan basket/wadah hasil tangkapan di pelabuhan perikanan adalah penting, karena dapat membantu kelancaran aktivitas pembongkaran, pemindahan, dan pengakutan hasil tangkapan mulai dari dek kapal sampai ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Selain itu, digunakannya basket/wadah hasil tangkapan dalam proses aktivitas pendaratan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas pendaratan hasil tangkapan. Jika jumlah basket kurang mencukupi maka akan dapat menimbulkan antrian, sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan mutu ikan tersebut. Penggunaan basket hasil tangkapan juga berfungsi untuk membantu mempertahankan mutu hasil tangkapan, karena dapat melindungi hasil tangkapan agar tidak tersentuh langsung dengan lantai TPI dan menahan tekanan tumpukan ikan atau basket di atasnya (Pane, 2007). Fungsi basket selain yang telah dikemukakan diatas adalah untuk sanitasi, karena dapat mengurangi pencemaran (potongan ikan, ikan utuh yang rusak, genangan darah dan lendir) ke lingkungan sekitarnya. Akan tetapi, basket yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu masih belum memenuhi fungsi tersebut. Sebagai contoh wadah keranjang bambu tidak mampu

16 mencegah tetesan lendir dan darah ke lantai dermaga dan TPI, bahkan wadah ini sulit untuk dibersihkan (Pane et al, 2008). Pada aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu, basket digunakan sebagai wadah untuk menampung, wadah hasil penyortiran dan wadah pengangkutan hasil tangkapan dari dek kapal ke TPI, sedangkan pada aktivitas pemasaran/pelelangan hasil tangkapan di TPI, basket digunakan sebagai wadah untuk menampung hasil tangkapan yang sifatnya sementara atau tetap selama proses pelelangan dan atau penjualan di TPI (Pane, 2007). Selama proses pendaratan dan pemasaran, mutu hasil tangkapan haruslah diupayakan tidak mengalami penurunan. Untuk memperlambat penurunan mutu hasil tangkapan, dapat dilakukan penanganan hasil tangkapan berupa penggunaan basket/wadah, pencucian ikan dengan air bersih dan pemberian es (pengesan) atau pendinginan. Sanitasi di pelabuhan perikanan penting untuk dijaga, karena akan mempengaruhi mutu hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan tersebut. Selain itu, juga mempengaruhi kenyamanan para pelaku pasar (nelayan, pedagang ikan dan pembeli/pengunjung) dalam beraktivitas di pelabuhan perikanan. Akan tetapi, para pelaku (nelayan, pedagang ikan dan pembeli/pengunjung) dalam melakukan aktivitas pendaratan dan pemasaran/pelelangan di PPN Palabuhanratu masih belum memperhatikan kebersihan. Hal ini dapat dilihat dari banyak ikan utuh rusak, potongan-potongan ikan, genangan lendir dan darah, serta sampah yang berada di dermaga bongkar, TPI dan lingkungan sekitarnya. Apabila kondisi tersebut dibiarkan terus-menurus akan memperburuk mutu hasil tangkapan, bahkan citra dari pelabuhan perikanan itu sendiri. Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwa dalam setiap melakukan aktivitas di pelabuhan perikanan harus selalu memperhatikan sanitasi/kebersihan. Salah satu upaya sanitasi yang dilakukan oleh nelayan di PPN Palabuhanratu adalah dengan menggunakan basket/wadah. Penggunaan basket/wadah oleh nelayan membuat hasil tangkapan tertampung dengan baik tanpa harus bersentuhan langsung dengan lantai dermaga/tpi sehingga tidak ada ikan yang berceceran di lantai dan terhindar dari potongan tubuh, darah/lendir dari ikan tersebut. 2

17 Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu merupakan salah satu pelabuhan perikanan terpenting dan terbesar di pantai selatan Jawa. Ditambah lagi, lokasinya yang relatif berdekatan dengan kota Bandung dan Jakarta sebagai tempat untuk memasarkan hasil tangkapannya, menjadikan nilai tambah tersendiri bagi pelabuhan perikanan ini. Pada tahun 2006 volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu adalah sebesar ton dengan nilai produksi Rp ,- (Anonimus, 2007). Untuk mendukung hal tersebut diperlukan upaya untuk mempertahankan mutu ikan agar tetap terjaga melalui penggunaan basket/wadah hasil tangkapan yang benar dan kebersihan lingkungan di pelabuhan perikanan tersebut. Berdasarkan hal-hal diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan basket/wadah hasil tangkapan terhadap sanitasi di PPN Palabuhanratu. 1.2 Permasalahan Penelitian Belum diketahuinya faktor-faktor dari basket atau wadah non basket hasil tangkapan yang berpotensi mempengaruhi sanitasi serta dampak digunakan/tidak digunakaannya basket atau wadah hasil tangkapan terhadap sanitasi di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, basket/wadah hasil tangkapan yang ada di PPN Palabuhanratu dalam proses penggunaannya menimbulkan kotoran berupa potongan-potongan ikan, lendir dan tetesan darah di dermaga pendaratan dan lantai TPI PPN Palabuhanratu. 1.3 Tujuan Penelitian 1) Mengetahui kondisi hasil tangkapan, basket/wadah hasil tangkapan dan sanitasi di PPN Palabuhanratu, 2) Mendapatkan hubungan basket/wadah hasil tangkapan terhadap sanitasi di PPN Palabuhanratu meliputi: a). Pengaruh penggunaan basket/wadah hasil tangkapan terhadap sanitasi (faktor-faktor yang mempengaruhi dan dampak penggunaannya); dan b). Jenis dan besaran limbah fisik yang ditimbulkannya. 3

18 1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan dapat memberi masukan bagi nelayan, pedagang, dan pengelola TPI PPN Palabuhanratu akan pentingnya menggunakan basket/wadah hasil tangkapan yang baik untuk menjaga sanitasi di pelabuhan perikanan, terlebihlebih untuk menjaga mutu ikan yang didaratkan di pelabuhan ini. 4

19 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terdiri atas pembongkaran dari palkah kapal, penyortiran, penurunan dari dek ke dermaga dan pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke tempat pelelangan ikan. Oleh karena itu, proses pembongkaran harus dilakukan dengan cermat agar ikan hasil tangkapan tidak mengalami cacat fisik selama pembongkaran (Taiban, 1976 vide Haririyah, 2002). Mekanisme pembongkaran hasil tangkapan yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu adalah sebagai berikut (Djulaeti, 1994) : a. Sebelum kapal melakukan pembongkaran, nakhoda kapal melapor untuk melakukan pembongkaran dengan membawa surat-surat kapal, yaitu pas biru, surat izin berlayar dan buku lapor kedatangan kapal; b. Petugas tambat labuh mencatat waktu dan kedatangan kapal di buku lapor kapal serta memberi izin untuk melakukan pembongkaran; c. Pembongkaran dari palkah diawali dengan pengeluaran hasil tangkapan ikan dari palkah ke geladak dengan diangkat satu persatu untuk ikanikan yang berukuran besar seperti cakalang, tuna, tongkol, dan dengan menggunakan keranjang untuk ikan yang berukuran kecil. Jenis ikan yang besar dan berat seperti cucut, pembongkaran ikan dibantu dengan menggunakan tali yang berdiameter dua sampai empat centimeter ke geladak kapal oleh dua sampai tiga orang Anak Buah Kapal (ABK). Proses pengakutan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI dengan menggunakan sarana pengangkut seperti lori dan gerobak. Di PPN Palabuhanratu menggunakan gerobak sebagai sarana pengangkut hasil tangkapan dari dermaga ke TPI.

20 2) Pelelangan Hasil Tangkapan Pelelangan hasil tangkapan merupakan suatu sistem pemasaran ikan di pelabuhan perikanan didalamnya terdapat penjual (nelayan pemilik), juru lelang dan pembeli (bakul/peserta lelang) dimana pembeli/bakul dapat bertransaksi melalui proses lelang sesuai jenis dan mutu ikan yang ditransaksikan. Fungsi PP/PPI dalam hal pemasaran adalah sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan bagi nelayan maupun pedagang. Adanya kegiatan pelelangan ikan di PP/PPI maka kegiatan tersebut merupakan kegiatan awal dari pemasaran ikan untuk mendapatkan harga yang layak (Lubis, 2005). Tata cara proses dan pelaksanaan pelelangan ikan di TPI Palabuhanratu (Mahyuddin, 2007): 1) Setelah pemilik kapal/nakhoda melaporkan kedatanggannya ke petugas pelabuhan, maka pemilik kapal akan mendapatkan nomor urut pendaratan di dermaga. 2) Setelah ikan didaratkan di dermaga di depan TPI, pemilik kapal harus melapor kepada petugas TPI. 3) Ikan dicuci dengan air laut, kemudian dipisahkan menurut jenis dan ukuran untuk menentukan harga, dimasukkan ke dalam keranjang yang disediakan oleh pengelola TPI. 4) Ikan ditimbang oleh petugas TPI, kemudian ikan yang sudah ditimbang mendapat label/karcis yang berisikan nama pemilik dan nomor urut lelang. 5) Para bakul/pembeli diijinkan untuk melihat ikan-ikan yang akan dilelang. 6) Lelang dilaksanakan secara terbuka dan bebas. Penawaran dimulai dengan harga terendah. Penawaran tertinggi dinyatakan sebagai pemenang dan menjadi pembeli ikan yang dilelang. Pemenang lelang dicatat dalam karcis lelang. 7) Bakul sebagai pembeli membayar tunai hasil pembeliannya kepada petugas TPI ditambah biaya retribusi lelang sebesar 3 %. Apabila pembayaran tidak tunai, maka harus ada persetujuan dari manajer TPI. 6

21 8) Pihak TPI membayarkan hasil pelelangan kepada nelayan setelah dipotong retribusi sebesar 2 %. Setelah aktivitas pelelangan selesai, tenaga kerja bongkar muat membawa hasil tangkapan dari TPI ke tempat penampungan pembeli/bakul dan ada juga yang langsung diangkut dengan mobil bak untuk didistribusikan ke tempat pengolahan ikan dan pasar-pasar, baik di sekitar Palabuhanratu maupun di luar daerah Palabuhanratu seperti Sukabumi dan Jakarta Penyortiran dan Pengangkutan Hasil Tangkapan Penyortiran hasil tangkapan adalah memisahkan hasil tangkapan menurut jenis, ukuran dan mutu, selanjutnya di masukkan ke dalam keranjang. Proses penyortiran dilakukan pada saat pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek kapal. Setelah proses penyortiran selesai dilakukan pencucian hasil tangkapan, bahkan pengesan ulang. Proses penyortiran ikan harus dilakukan secara cepat (Nilawati, 1995 vide Rahayu, 2000). Hal itu dimaksudkan agar hasil tangkapan yang telah dikeluarkan dari dalam palkah tidak terkena sinar matahari langsung dalam waktu lama, sehingga dapat menurunkan mutu hasil tangkapan (Mulyadi, 2007). Hasil tangkapan yang berada di atas dek kapal seharusnya sesegera mungkin langsung dimasukkan ke dalam keranjang agar hasil tangkapan tidak bersentuhan langsung dengan dek kapal yang kotor. Kondisi dek kapal seringkali tidak diperhatikan kebersihannya, biasanya anak buah kapal (ABK) hanya sesekali saja mencuci dek kapal. Ditambah lagi, air yang digunakan untuk mencuci dek kapal oleh ABK adalah air kolam pelabuhan. Air tersebut sudah tidak bersih dan higienis lagi, karena sudah tercemar dengan sampah (limbah) dan genangan oli kapal. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan mutu hasil tangkapan yang berada diatas dek kapal. Pencucian hasil tangkapan dilakukan setelah hasil tangkapan dimasukkan ke dalam keranjang. Hasil tangkapan yang ada di dalam keranjang biasanya dicuci menggunakan air kolam pelabuhan. Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf di atas, hasil tangkapan yang dicuci dengan air kolam pelabuhan yang kotor akan mengalami penurunan mutu. 7

22 Setelah proses penyortiran dan pencucian, hasil tangkapan dalam keranjang diatas dek di pindahkan ke dermaga dan selanjutnya diangkut ke TPI. Sarana pengangkut yang digunakan di pelabuhan perikanan dalam proses pendaratan hasil tangkapan adalah beragam, seperti gerobak dorong, lori atau dipikul. Di PPN Palabuhanratu, alat bantu yang digunakan dalam pengangkutan hasil tangkapan dapat berupa sarana pengangkut, seperti gerobak dorong dapat juga berupa wadah, diantaranya keranjang, trays (keranjang plastik atau blong) dan tong-tong plastik (Djulaeti, 1994). Menurut Mulyadi (2007), alat bantu yang digunakan di PPN Pekalongan untuk mengangkut hasil tangkapan dari dermaga bongkar ke TPI adalah kereta dorong (lori). Setiap kereta dorong (lori) dapat memuat tiga unit basket atau dengan kapasitas angkut sekitar kg hasil tangkapan Penanganan Hasil Tangkapan Penanganan ikan merupakan suatu perlakuan yang dikenakan terhadap hasil tangkapan yang bertujuan mempertahankan tingkat kesegaran ikan atau memperlambat perkembangan mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kebusukan ikan. Ikan merupakan salah satu komoditas yang mudah rusak (high perishable food) sehingga penanganan ikan harus menggunakan suhu dingin mendekati 0 o C agar proses pembusukkan bisa diperlambat sehingga dapat mempertahankan mutu hasil tangkapan (Moeljanto, 1982). Penanganan ikan di suatu pelabuhan perikanan sebaiknya dimulai ketika proses pembongkaran sampai ikan didistribusikan dan tiba ditangan konsumen (Rahayu, 2000). Penanganan ikan di pelabuhan perikanan biasanya dilakukan dengan cara pemberian es untuk ikan segar dan pemberian garam untuk ikan-ikan yang akan dibuat ikan asin. Untuk menunjang penanganan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan adalah tersedianya sarana es dan air bersih. Penggunaan es dapat membantu menjaga suhu hasil tangkapan agar tetap segar dan air bersih untuk membersihkan hasil tangkapan dari kotoran, lendir dan darah yang menempel di tubuh ikan. Hal tersebut bertujuan agar mutu hasil tangkapan tidak cepat menurun. 8

23 2.2 Basket hasil Tangkapan, Peranan dan Pengelolaannya di Pelabuhan Perikanan (1) Basket Hasil Tangkapan Basket hasil tangkapan merupakan wadah atau tempat untuk mengangkut ikan dari dek kapal ke dermaga atau tempat pembongkaran ikan dan selanjutnya ke TPI. Pihak-pihak yang menggunakan basket hasil tangkapan yang tersedia di pelabuhan perikanan ialah nelayan/pengusaha perikanan, pedagang dan pembeli (bakul). Penyediaan basket hasil tangkapan di pelabuhan perikanan, biasanya disediakan oleh pihak pengelola TPI, namun ada juga yang disediakan sendiri oleh nelayan, pedagang dan pembeli (bakul). Basket yang disewakan oleh pihak pengelola kepada nelayan dikenakan harga sewa yang telah ditentukan sebelumnya oleh pihak pengelola. Jumlah basket yang akan disewakan harus disesuaikan dengan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan yang dibagi dengan kapasitas satu basket. Hal ini berguna agar banyaknya basket yang disewa tidak kurang atau sangat berlebihan jumlahnya. (2) Peranan Basket Hasil Tangkapan Peranan basket hasil tangkapan selain sebagai wadah angkut, juga membantu mempertahankan mutu hasil tangkapan. Hal ini disebabkan karena basket dapat melindungi hasil tangkapan dari sentuhan langsung dengan lantai dermaga dan TPI yang umumnya kotor dan banyak genangan darah dan lendir, bahkan cemaran lainnya seperti sampah. Selain itu, penggunaan basket yang baik dapat membantu meningkatkan kebersihan lantai dermaga dan TPI. Di tempat pelelangan, ikan tidak boleh diletakkan begitu saja diatas lantai atau dilangkahi, tetapi ikan harus diletakkan dalam sebuah tempat atau wadah/basket agar kebersihan ikan tetap terjaga, ikan tidak terkena kotoran atau mendapat pencemaran dari kotoran yang terdapat di TPI. (3) Pengelolaan Basket Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Basket disewakan kepada nelayan untuk aktivitas pendaratan dan pelelangan hasil tangkapan. Nelayan membayar sewa basket ke pengelola TPI atau KUD 9

24 setelah selesai dipakai untuk proses pendaratan dan pelelangan. Dana hasil penyewaan tersebut nantinya digunakan oleh pengelola TPI atau KUD untuk biaya pemeliharaan basket. Keranjang atau basket ikan juga dibersihkan setiap kali selesai pemakaian, agar ikan yang dimasukkan tidak terkontaminasi oleh bakteri (Lubis, 2005). Basket di pelabuhan perikanan umumnya dikelola oleh pengelola TPI atau KUD pelabuhan setempat. Pemeliharaan dan pengelola basket hasil tangkapan meliputi (Pane et al, 2008) 1). Kebersihan basket dengan tujuan agar basketbasket yang ada tetap bersih sehingga perlu pembersihan secara kontinu setelah dipakai; 2). Keamanan basket dengan tujuan agar basket-basket tersebut tidak hilang sehingga misalnya perlu adanya nama pelabuhan pada setiap basket dan perlu warna basket yang berbeda untuk setiap pelabuhan; 3). Sistem peminjaman yang mudah dan cepat agar pengguna tidak memerlukan banyak waktu untuk proses meminjam; 4). Harga sewa yang murah yang tidak memberatkan pengguna. 2.3 Sanitasi, Peranan dan Pengelolaannya di Pelabuhan perikanan (1) Sanitasi Sanitasi adalah suatu upaya pengendalian (mencegah dan atau mengurangi) jasad renik patogen dari faktor lingkungan fisik sekitarnya yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat; sanitasi lingkungan adalah cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara. Pengertian sanitasi dalam industri pangan yaitu mencakup kebiasaan, sikap hidup, tindakan aseptik dan bersih terhadap benda termasuk manusia yang akan kontak langsung dengan bahan pangan. Dalam industri pangan sanitasi meliputi pengendalian pencemaran, pembersihan dan tindakan aseptik yang merupakan mata rantai dalam produksi (Suekarto, 1990 vide Hasibuan, 2000). Pengertian sanitasi dalam industri perikanan adalah pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan-bahan baku, peralatan dan pekerja 10

25 untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah, mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen serta mengusahakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat (Siswati, 2004). Menurut Departemen Pertanian (2002) vide Rusmali (2004), dalam pengembangan industri perikanan, pelabuhan perikanan merupakan bagian dari rantai produksi yang harus memenuhi persyaratan kelayakan dasar sanitasi dan higiene yang meliputi : 1). Lokasi dan lingkungan; 2). Konstruksi bangunan; 3). Dinding, penerangan dan ventilasi; 4). Saluran Pembuangan; 5). Pasok air dan bahan bakar; 6). Es; 7). Penanganan limbah; 8). Toilet; 9). kontruksi dan pemeliharaan alat; 10). Peralatan untuk penanganan awal; 11). Pembersihan dan sanitasi; dan 12). Kontrol sanitasi. Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwa sanitasi mencakup berbagai aspek yaitu kebersihan, kesehatan dan keimbangan lingkungan serta pengelolaannya. Hasil yang diharapkan dengan dijalankannya sanitasi di lingkungan pelabuhan perikanan antara lain yaitu terciptanya lingkungan kerja yang bersih, mutu ikan tetap terjaga dan kebersihan pelaku di pelabuhan perikanan. (2) Peranan Sanitasi Peranan sanitasi sangat penting dalam menjaga mutu hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan. Selain itu, sanitasi dapat berperan meningkatkan kebersihan dan kenyamanan lingkungan pelabuhan perikanan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga sanitasi di lingkungan pelabuhan, antara lain dengan membersihkan lantai TPI setiap aktivitas pelelangan selesai. Selain itu, dapat dilakukan pencegahan terhadap limbah atau buangan yang ditimbulkan oleh hasil tangkapan, yaitu dengan menggunakan basket hasil tangkapan yang memperhatikan kebersihan lingkungan. Hal ini untuk mencegah limbah hasil tangkapan berupa potongan-potongan ikan, tetesan darah dan lendir ikan terdapat di lantai dermaga dan TPI. Oleh karena itu, dengan mengetahui peran penting sanitasi tersebut diatas, kiranya penjagaan dan pengelolaan terhadap kebersihan lingkungan pelabuhan (khususnya TPI) dapat ditingkatkan. Hal ini membutuhkan peran pengelola PPN Palabuhanratu dalam mengatur berbagai aktivitas pendaratan, pelelangan dan 11

26 pemasaran/pendistribusian hasil tangkapan serta kesadaran dari pelaku pasar (pedagang, pembeli dan pengunjung lainnya) dalam menjaga sanitasi di pelabuhan tersebut. (3) Pengelolaan Sanitasi di Pelabuhan Perikanan Pengelolaan sanitasi di pelabuhan perikanan sebaiknya dilakukan secara berkala dan teratur, karena dapat berperan untuk mencegah gangguan kesehatan, meningkatkan kebersihan dan kenyamanan lingkungan pelabuhan; yang nantinya bertujuan untuk menjaga mutu hasil tangkapan. Pelabuhan perikanan umumnya memiliki bagian pengelola yang memanajemen sanitasi lingkungan pelabuhan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan pelabuhan, antara lain membersihkan TPI dengan air bersih setelah pelelangan selesai. Menurut Lubis (2005), kebersihan fasilitas seperti TPI, seharusnya dibersihkan dengan air tawar setiap selesai di lakukan pelelangan ikan dan seminggu dua kali diberi desinfektan. Sebaliknya jangan mencuci dengan air kolam dari pelabuhan yang umumnya sudah terpolusi. Penanganan polusi di pelabuhan perikanan harus ditangani dengan cara pengelolaan limbah yang sesuai dan tepat, peraturan yang mendukung dan pendidikan para pengguna. Selain itu, faktor kepedulian dan kesadaran pelaku (nelayan, pedagang ikan dan pembeli/pengunjung) dalam mengontrol sumber pencemaran memiliki peranan yang cukup besar. Penerapan penanganan kebersihan dan sanitasi di lingkungan pelabuhan perikanan menurut Departemen (2002) vide Rusmali (2004) dibagi ke dalam dua hal, yaitu (1) penerapan kegiatan pembuatan perangkat lunak yang terdiri aspek hukum dan peraturan, aspek pengelolaan kebersihan dan sanitasi dan aspek peran serta masyarakat dan (2) pengadaan sarana dan prasarana, penerapan kegiatan rehabilitasi sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat sanitasi dan higienis yang meliputi penanganan rehabilitasi sarana dan prasarana air cuci atau penanganan ikan, air bersih/air tawar, penanganan pengolahan air limbah, drainase, dan persampahan serta kegiatan lainnya yang dilakukan bersama-sama bidang perawatan. Pembuatan perangkat lunak (peraturan dan hukuman) tersebut perlu diterapkan untuk menciptakan lingkungan pelabuhan perikanan yang bersih dan 12

27 nyaman. Upaya tersebut antara lain pemberian sanksi hukum bagi yang melanggar ketentuan, membuat slogan atau spanduk yang mendukung terciptanya kebersihan dan melakukan kegiatan yang turut melibatkan masyarakat sekitar pelabuhan seperti gotong-royong bersama membersihkan lingkungan pelabuhan untuk menciptakan lingkungan pelabuhan perikanan yang bersih dan nyaman. 2.4 Basket Hasil Tangkapan dan Sanitasi di PPN Palabuhanratu (1) Pengguna Basket/wadah Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu Penggunaan basket hasil tangkapan merupakan salah satu cara untuk membantu mempertahankan mutu hasil tangkapan. Apabila hasil tangkapan didaratkan di pelabuhan perikanan tidak menggunakan basket akan berdampak hasil tangkapan bersentuhan langsung dengan lantai TPI; terlebih-lebih dilangkahi dan diinjak-injak. Hal ini akan menyebabkan mutu hasil tangkapan menurun. Jenis wadah yang digunakan di PPN Palabuhanratu antara lain blong, keranjang bambu, styrofoam dan jolang. Wadah-wadah tersebut berfungsi sebagai alat bantu mengangkut dan menampung hasil tangkapan baik pendaratan maupun pemasaran. Wadah blong digunakan oleh nelayan payang sebagai pengganti palkah dalam operasi penangkapan ikan. Setelah kembali ke fishing base, blong yang berisi hasil tangkapan didaratkan ke dermaga, lalu diangkut dengan gerobak ke TPI atau ke tempat pengolahan ikan (pengasinan/pemindangan). Satu gerobak dapat mengangkut tiga unit blong. Wadah keranjang bambu digunakan oleh nelayan bagan untuk menampung hasil tangkapan saat operasi penangkapan. Pengangkutan keranjang bambu dari dermaga ke TPI atau ke tempat pengolahan ikan dengan cara dipikul, satu pikulan terdapat dua unit keranjang bambu. Selain dipikul, pengakutan keranjang bambu juga bisa menggunakan gerobak. Satu gerobak dapat mangangkut sekitar empat unit keranjang bambu. Wadah jolang dan styrofoam digunakan untuk menampung hasil tangkapan oleh pedagang ikan di TPI atau di pasar ikan. Jolang menampung hasil tangkapan berukuran kecil seperti ikan tembang dan eteman. Kotak styrofoam menampung hasil tangkapan seperti tongkol, layur dan tuna. 13

28 (2) Kondisi Sanitasi di PPN Palabuhanratu Pada saat penelitian awal kondisi sanitasi di dermaga pendaratan dan TPI di PPN Palabuhanratu kurang bersih. Hal ini dapat dilihat banyak ikan utuh yang rusak, potongan-potongan ikan, sampah, campuran genangan darah dan lendir yang tercecer di lantai dermaga dan TPI. Penggunaan basket/wadah yang tidak sesuai ditambah lagi tidak digunakannya basket/wadah menjadi penyebab pencemaran tersebut terjadi. Basket/wadah yang ada belum dapat menampung berbagai ukuran dan jenis hasil tangkapan yang dominan ada. Bentuk basket/wadah yang ada mengakibatkan darah dan lendir ikan di dalam basket/wadah, menetes membasahi bahkan menggenangi lantai dermaga dan TPI. Apalagi hasil tangkapan yang ditangani dengan tidak menggunakan basket/wadah seperti cucut, limbah dari cucut (darah, isi perut dan lendir) berserakan dilantai dermaga dan TPI. Kondisi selokan di TPI yang mampat karena limbah potongan ikan dan sampah, membuat aliran pembuangan limbah (darah dan lendir) ikan menjadi tidak lancar. Kesadaran pelaku (nelayan dan pedagang ikan) akan pentingnya kebersihan masih kurang sehingga mencemari lingkungan pelabuhan. Pelaku masih banyak yang membuang sampah (bungkusan nasi, puntung rokok dan plastik) tidak pada tempatnya. Lokasi Pelabuhan perikanan yang dekat dengan pasar ikan yang kotor menambah kotornya lingkungan pelabuhan perikanan. Orang (pengunjung) bebas masuk ke dermaga dan TPI tanpa adanya pengawasan kebersihan terhadap pengunjung tersebut. 14

29 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapangan dilakukan pada bulan November 2007 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Sukabumi, Jawa Barat. Peta lokasi penelitian disajikan pada Lampiran Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah hasil tangkapan didaratkan dan basket/wadah hasil tangkapan Adapun alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (untuk nelayan, pedagang, petugas kebersihan dan pengelola TPI), alat timbang, alat ukur panjang berupa penggaris, dan kamera. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kasus. Aspek yang diteliti yaitu 1) aspek hasil tangkapan yang meliputi jenis, berat, panjang dan mutu dari jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan selama periode penelitian, 2) aspek penggunaan basket/wadah hasil tangkapan dan dampak penggunaan/tidak digunakannya basket/wadah hasil tangkapan pada aktivitas pendaratan dan pemasaran di PPN Palabuhanratu terhadap sanitasi di dermaga pendaratan dan TPI. Penelitian dibatasi pada penggunaan wadah oleh nelayan dan pedagang ikan di dermaga pendaratan dan tempat pelelangan ikan (TPI) PPN Palabuhanratu. Adapun parameter-parameter yang diamati dan atau diukur dalam penelitian ini meliputi : a). Pengamatan dan pengukuran terhadap sampel hasil tangkapan dominan didaratkan di PPN Palabuhanratu b). Pengamatan bentuk dan penggunaan basket/wadah hasil tangkapan yang ada c). Pengamatan dan pengukuran limbah fisik berupa buangan limbah padat (ikan utuh yang rusak, ceceran potongan-potongan ikan) dan buangan cair (genangan darah dan lendir) dari dampak penggunaan/tidak digunakannya basket/wadah dalam aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan.

30 Pengamatan dan pengukuran sampel-sampel diatas dilakukan dalam kurun waktu satu bulan pengamatan. Untuk itu secara acak ditetapkan tiga hari pengamatan dan pengukuran, yaitu pada minggu awal, minggu tengah, minggu akhir dari bulan tersebut. Pengamatan hasil tangkapan untuk mengetahui jenis hasil tangkapan yang ditangani menggunakan dan tidak menggunakan basket/wadah, serta mutu hasil tangkapannya. Adapun pengukuran panjang dan berat hasil tangkapan didaratkan masing-masing dengan cara diukur menggunakan penggaris dan ditimbang menggunakan timbangan dengan kemampuan timbangan maksimum 2 kg dan simpangan 10 gram. Panjang ikan diukur menurut panjang total yaitu dari ujung kepala sampai ke ujung sirip ekor. Mutu hasil tangkapan diukur berdasarkan acuan organoleptik yang meliputi mata, insang, daging perut dan konsistensi, kemudian dari empat nilai tersebut dirata-ratakan (Lampiran 3). Pengukuran sampel hasil tangkapan dilakukan terhadap 15 ekor ikan per jenis yang menggunakan wadah dan 15 ekor ikan per jenis yang tidak menggunakan wadah, serta pengukuran mutunya. Banyak sampel diatas diambil secara purposive dan acak dari jenis-jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan pada tiap hari pengamatan. Total jumlah sampel hasil tangkapan yang diukur selama penelitian sejumlah 360 ekor ikan. Pengamatan bentuk dan penggunaan basket dan wadah (non basket) hasil tangkapan untuk mencari penyebab pencemaran selama aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan berlangsung di dermaga pendaratan dan TPI PPN Palabuhanratu. Pengambilan sampel untuk pengamatan dan pengukuran besaran limbah dilakukan dengan cara meng- kotak-kotakkan lantai dermaga dan TPI secara imajiner per m 2. Pengamatan dan pengukuran diambil secara acak untuk setiap kotakan dan dilihat berapa banyak kotakan tersebut tercemar ikan utuh yang rusak, ceceran potongan-potongan ikan (potongan/m 2 ) dan genangan cairan darah bercampur lendir ikan (luas genangan/m 2 ). Pencemaran yang terjadi difoto dengan menggunakan kamera. Banyak sampel kotakkan diatas diambil secara purposive dari luas areal pengamatan aktivitas pendaratan dan pemasaran pada tiap hari pengamatan. 16

31 Wawancara tentang penggunaan basket dan mengenai sanitasi di PPN Palabuhanratu dengan kuisioner ditujukan pada pihak-pihak terkait. Pemilihan responden dilakukan secara purposive, yaitu kepada : nelayan (6 orang), pedagang ikan (6 orang), petugas kebersihan (3 orang) dan pengelola PP/TPI/KUD (3 orang). Data yang Dikumpulkan (1) Data Utama a. Data utama primer, meliputi : a1. Aktivitas pendaratan dan pemasaran/pelelangan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu; a2. Panjang dan berat hasil tangkapan per jenis ikan; a3. Mutu organoleptik per jenis ikan; a4. Pengamatan Penggunaan/tidak digunakannya basket hasil tangkapan dan dampaknya terhadap sanitasi di PPN Palabuhanratu; a5. Besaran limbah hasil tangkapan berupa ceceran potongan ikan, darah dan lendir ikan di dermaga dan TPI; dan a6. Gambar basket/wadah hasil tangkapan, aktivitas pendaratan dan pemasaran HT, serta kondisi sanitasi di PPN Palabuhanratu; b. Data utama sekunder, meliputi : b1. Produksi hasil tangkapan yang didaratkan per bulan tahun 2006 dan data produksi tahunan selama 10 tahun terakhir ( ); b2. Jenis dan jumlah basket/wadah yang tersedia di PPN Palabuhanratu; (2) Data Tambahan a. Data tambahan primer, meliputi : a1. Gambar/foto-foto proses pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan; a2. Pemeliharaan dan pengelolaan basket hasil tangkapan, serta sanitasi di PPN Palabuhanratu; 17

32 b. Data tambahan sekunder, meliputi : b1. Kondisi umum Palabuhanratu; b2. Kondisi umum perikanan tangkap di PPN Palabuhanratu; b3. Letak geografis dan luas wilayah; b4. Fasilitas-fasilitas di PPN Palabuhanratu; b5. Peta daerah penelitian; dan b6. Lay out PPN Palabuhanratu. 3.4 Analisis Data Analisis data ukuran panjang dan berat hasil tangkapan dilakukan dengan perhitungan statistik sederhana yaitu rata-rata, sebaran kelas dan analisis grafik untuk mengetahui karakteristik ukuran panjang dan berat hasil tangkapan. Analisis mutu hasil tangkapan dilakukan dengan perhitungan statistik sederhana yaitu kisaran rata-rata mutu hasil tangkapan untuk mendapatkan kategori mutu hasil tangkapan. Analisis bentuk dan penggunaan basket/wadah hasil tangkapan dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sanitasi. Analisis dampak penggunaan/tidak digunakannya basket HT terhadap sanitasi dianalisis secara deskriptif (kualitatif) dan besaran limbah (kuantitatif) dengan perhitungan statistik sederhana yaitu rata-rata, standar deviasi dan kisaran. 18

33 4 PERIKANAN TANGKAP DI PPN PALABUHANRATU Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah selatan Jawa Barat. Kabupaten Sukabumi berjarak 123 km dari ibukota Provinsi Jawa Barat, Bandung dan 180 km dari ibukota negara, Jakarta. Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan pesisir di wilayah selatannya (Elier, 2007), yaitu kecamatan yang sebagian atau seluruh wilayahnya berbatasan langsung dengan laut. Laut yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudra Hindia. Kecamatan pesisir tersebut meliputi Kecamatan Simpenan, Palabuhanratu, Cikakak, Cisolok, Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung dan Tegalbuleud. Selain sebagai kecamatan pesisir, Palabuhanratu juga merupakan ibukota kabupaten Sukabumi. Teluk Palabuhanratu terletak di desa Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Palabuhanratu terletak di Pantai Selatan Jawa yang berhadapan dengan Samudera Hindia, yang secara tidak langsung terlindung dari gelombang laut, karena wilayah Palabuhanratu berbentuk teluk. Teluk Palabuhanratu secara geografis berada pada posisi 6 o o 5 57,48 LS dan 106 o 20 57, o 36 0,36 BT. Luas wilayah Palabuhanratu sekitar ,130 ha atau 6,59 % dari total luas wilayah Kabupaten Sukabumi yaitu ,54 ha (Astrini vide Yundari, 2005). Adapun batas wilayah administratif kecamatan Palabuhanratu adalah : (1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikidang; (2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpenan; (3) Sebelah Barat berbatasan dengan Cikakak dan Samudra Hindia; (4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Warung Kiara dan Lengkong. Palabuhanratu memiliki panjang garis pantai kurang lebih 105 km (Elier, 2007). Di daerah tersebut sekarang telah banyak dibangun rumah makan dan hotel, menjadikan Palabuhanratu sebagai salah satu daerah wisata pantai terkenal di Pantai Selatan Jawa. Banyaknya wisatawan yang datang ke daerah tersebut, menyebabkan sebagian hasil tangkapan diserap oleh wisatawan baik langsung maupun melalui ke rumah makan dan hotel.

34 4.1 Unit Penangkapan Ikan dan Nelayan di PPN Palabuhanratu Salah satu faktor penentu keberhasilan operasi penangkapan ikan adalah unit penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan merupakan kesatuan teknis yang terdiri atas alat tangkap dan armada penangkapan (kapal ikan). Selain itu nelayan juga memiliki peran penting dalam operasi penangkapan ikan. (1) Alat Tangkap Jenis alat tangkap yang ada di PPN Palabuhanratu antara lain pancing ulur, payang, bagan, rampus, trammel net, gill net, tuna longline, pancing tonda, rawai, pancing layur dan Purse Seine (Anonimus, 2007). Jumlah total frekuensi kumulatif alat tangkap yang ada di PPN Palabuhanratu tahun 2006 adalah kali. Berdasarkan komposisi masingmasing alat tangkap tahun 2006 tersebut, didapatkan alat tangkap paling dominan di PPN Palabuhanratu adalah pancing ulur (30,9 %), bagan (27,6 %) dan payang (21,4 %). Selain pancing ulur juga terdapat alat tangkap lainnya yang cukup penting yaitu gill net, rampus dan tuna longline dan purse seine (Tabel 1 dan Gambar 1). Tabel 1 Jenis dan jumlah kumulatif alat tangkap serta komposisinya di PPN Palabuhanratu tahun 2006 No. Jenis alat tangkap Jumlah frekuensi kumulatif * ) (kali) Komposisi (%) 1 Pancing Ulur ,9 2 Bagan ,6 3 Payang ,4 4 Gill Net 581 6,9 5 Rampus 476 5,6 6 Tuna Longline 204 2,4 7 Trammel Net 185 2,2 8 Pancing Tonda 150 1,8 9 Rawai 61 0,7 10 Pancing Layur 44 0,5 11 Purse Seine 6 0,1 Jumlah ,0 Keterangan: *) Jumlah bulanan kumulatif alat tangkap selama setahun Sumber: Anonimus, 2007 (diolah kembali) 20

35 Payang 21.4% Pancing Ulur 30.9% Bagan 27.6% Pancing Tonda 1.8% Rampus 5.6% Trammel Net 2.2% Gill Net 6.9% Rawai 0.7% Purse Seine 0.1% Tuna Longline 2.4% Pancing Layur 0.5% Gambar 1 Diagram komposisi alat tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun Jumlah alat tangkap yang beroperasi selama periode tiap tahunnya cenderung meningkat dengan persentase pertumbuhan rata-rata sebesar 6,4 % per tahun atau rata-rata 636 unit per tahun. Jumlah alat tangkap pada periode tersebut berkisar antara unit dan kisaran persentase pertumbuhan tiap tahunnya antara negatif 14,9-1,2 %. Perkembangan dan pertumbuhan jumlah alat tangkap bulanan tertinggi di PPN Palabuhanratu periode disajikan secara lengkap pada Tabel 2 dan Gambar 2. Tabel 2 Perkembangan dan pertumbuhan jumlah alat tangkap bulanan tertinggi di PPN Palabuhanratu periode Tahun Jumlah alat tangkap* ) Pertumbuhan (Unit) (%) , , , , , , , , ,4 Kisaran (-14,9) - 31,2 Rata-rata 636 6,4 Keterangan: *) Dihitung dari jumlah alat tangkap tertinggi per bulan selama 12 bulan (setahun) Sumber: Anonimus, 2007 (diolah kembali) 21

36 Jumlah alat tangkap terendah terjadi pada tahun 1998, yaitu sebanyak 497 unit atau menurun sebesar 5,9 % dari tahun sebelumnya. Berdasarkan informasi dari pihak PPN Palabuhanratu, hal ini disebabkan pada tahun tersebut, banyak alat tangkap yang tidak beroperasi akibat kondisi ekonomi yang tidak menentu pada saat itu (krisis moneter). Jumlah alat tangkap yang memiliki tingkat operasional paling tinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebanyak 846 unit dengan persentase pertumbuhan sebesar 15,4 % dari tahun sebelumnya. Jumlah Alat Tangkap (Unit) Tahun Gambar 2 Grafik Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu periode (2) Armada Penangkapan Ikan Kapal penangkapan ikan selain digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, juga berguna sebagai alat transportasi yang membawa seluruh unit penangkapan ikan menuju fishing ground atau daerah penangkapan tempat alat tangkap akan dioperasikan, serta membawanya pulang kembali ke fishing base atau pangkalan beserta hasil tangkapan yang didapat. Armada penangkapan di Palabuhanratu terdiri dari dua jenis, yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM). Perahu motor tempel adalah perahu yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel (outboard engine) yang biasanya digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap dengan usaha perikanan skala kecil. Kapal motor adalah kapal yang pengoperasiannya 22

37 menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal (inboard engine) dan umumnya digunakan oleh nelayan skala menengah dan besar. Kapal motor di PPN Palabuhanratu digunakan untuk mengopersikan alat tangkap tuna longline, purse seine, dan rawai; sedangkan perahu motor tempel digunakan pada alat tangkap jaring rampus, payang, pancing, dan gill net (Anonimus, 2007). Tabel 3 Perkembangan dan pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu periode Tahun PMT Armada Penangkapan* ) (Unit) Pertumbuhan (%) KM Pertumbuhan (%) Jumlah Armada Penangkapan (unit) Pertumbuhan (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0 Kisaran (-20,2) - 60, (-27,4) - 106, (-15,7) - 39,1 Rata-rata 320 9, , ,4 Keterangan: *) Dihitung dari jumlah armada penangkapan tertinggi per bulan selama 12 bulan (setahun) Sumber: Anonimus, 2007 (diolah kembali) Armada kapal/perahu di PPN Palabuhanratu terdiri atas armada dengan fishing base di PPN Palabuhanratu dan armada pendatang. Jumlah armada penangkapan diatas selama periode mengalami fluktuasi. Namun, pada periode tersebut, secara keseluruhan jumlah armada penangkapan cenderung mengalami peningkatan dengan persentase pertumbuhan tiap tahunnya rata-rata sebesar 9,4 % atau rata-rata 507 unit per tahun. Perkembangan dan pertumbuhan jumlah armada penangkapan periode disajikan secara lengkap pada Tabel 3 dan Gambar 3. Berdasarkan Tabel 3, jumlah armada penangkap ikan pada tahun 2006 di PPN Palabuhanratu sebanyak 798 unit dengan komposisi perahu motor tempel (PMT) berjumlah 511 unit (64,0 %) dan kapal motor (KM) sebanyak 287 unit 23

38 (36,0 %). Hal ini menunjukkan bahwa perahu motor tempel (perahu kincang, payang dan dogol) merupakan armada penangkapan ikan yang paling dominan di PPN Palabuhanratu pada tahun tersebut. Peningkatan jumlah armada juga terjadi pada tahun yang sama tersebut, yaitu sebesar 18 % dari tahun sebelumnya. Jumlah Armada Penangkapan (Unit) Tahun Perahu Motor Tempel Kapal Motor Jumlah Armada Penangkapan Gambar 3 Grafik perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu periode Penurunan pertumbuhan jumlah armada penangkapan terendah terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar negatif 15,7 % dari tahun sebelumnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak PPN Palabuhanratu, penurunan jumlah perahu motor tempel dan kapal motor pada tahun tersebut disebabkan oleh terjdinya kenaikan harga BBM dan pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Hal tersebut diduga menyebabkan jumlah armada pendatang di PPN Palabuhanratu menjadi menurun. Peningkatan jumlah seluruh jenis armada PMT dan KM tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 39,1 % dibanding tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan pertumbuhan jumlah kapal motor (KM) sebesar 106,3 % dari tahun sebelumnya. Selain itu, pada tahun tersebut juga merupakan peningkatan tertinggi jumlah kapal motor (KM) dibanding tahuntahun lainnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak PPN Palabuhanratu, peningkatan ini disebabkan adanya upaya untuk menambah jumlah 24

39 unit armada penangkapan agar upaya penangkapan (effort) dapat menjangkau wilayah daerah penangkapan ikan yang lebih luas lagi. Selain itu, kondisi tesebut didukung dengan stabilnya perekonomian di indonesia sehingga mendorong pengusaha penangkapan untuk menambah unit armada penangkapannya. Peningkatan jumlah unit armada penangkapan terus berlanjut setelah tahun 2004 hingga tahun (3) Nelayan Di PPN Palabuhanratu nelayn dapat dibagi menjadi dua kelompok nelayan yaitu nelayan buruh dan nelayan pemilik. Nelayan buruh adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, sedangkan nelayan pemilik atau biasa juga disebut juragan adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan dan tidak selalu ikut dalam operasi penangkapan ikan. Mayoritas nelayan di kecamatan Palabuhanratu adalah penduduk asli daerah tersebut, selain itu terdapat juga nelayan pendatang. Nelayan pendatang ada yang berasal dari pulau Jawa, seperti dari Cilacap, Cirebon dan Indramayu; dan juga dari luar pulau Jawa, seperti dari Bungus, Bengkulu dan Makasar. Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode tahun disajikan secara lengkap pada Tabel 4 dan Gambar 4. Tabel 4 Perkembangan dan pertumbuhan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode tahun Tahun Jumlah Nelayan (orang) Pertumbuhan (%) , , , , , , , , ,7 Kisaran (-8,2) - 32,6 Rata-rata ,7 Sumber: Anonimus, 2007 (diolah kembali) Pada tahun 2006 jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu (Tabel 4) sebanyak orang dengan persentase pertumbuhan sebesar 24,7 % dari tahun 25

40 sebelumnya. Pada tahun tersebut juga merupakan jumlah nelayan tertinggi selama periode Hal ini mengindikasikan bahwa makin banyaknya masyarakat sekitar Palabuhanratu yang memilih berusaha di bidang perikanan tangkap baik itu sebagai nelayan buruh maupun nelayan pemilik Jumlah Nelayan (orang) Tahun Gambar 4 Grafik perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu cenderung mengalami peningkatan dengan persentase pertumbuhan sebesar rata-rata 6,7 % per tahun atau berkisar negatif 8,2 %-32,6 %. 4.2 Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu Jenis-jenis ikan laut di PPN Palabuhanratu didominasi oleh ikan cakalang, cucut, layaran, tongkol, tuna, layur, peperek dan tembang (Anonimus, 2007). Ikan laut tersebut berasal dari pendaratan hasil tangkapan dari laut dan dari darat seperti Jakarta, Cisolok, Ujung Genteng, Binuangeun, Loji, Indramayu, Pamengpeuk, dan Juwana ke PPN Palabuhanratu. Pada tahun 2006 volume produksi ikan di pelabuhan tersebut sebesar ton dan nilai produksinya sebesar Rp ,- (subbab 1.1). Pada tahun tersebut produksi mengalami penurunan sebesar 20,4 % dan nilai produksinya turun sebesar 6,9 % dari tahun sebelumnya (Tabel 5). Kondisi tersebut diduga disebabkan oleh cukup banyak nelayan yang tidak melaut, karena adanya isu 26

41 tsunami yang terjadi pantai selatan Jawa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak PPN Palabuhanratu, pada saat itu dapat dilihat pula banyak kapal yang berlabuh di kolam pelabuhan sehingga selama kondisi tersebut nelayan banyak yang beralih profesi sementara seperti menjadi buruh tani, tukang ojek dan pedagang. Nilai produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu selama periode cenderung mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah produksi perikanan laut (Tabel 5 dan Gambar 5). Rata-rata pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu selama periode tersebut adalah sebesar 14,6 % atau dengan kisaran negatif 22,9-94,8 % per tahun, sedangkan rata-rata pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapannya sebesar 51 % atau berada pada kisaran negatif 35,4-219,9 % per tahun. Tabel 5 Perkembangan produksi dan nilai produksi ikan laut di PPN Palabuhanratu periode * ) Tahun Produksi (ton) Pertumbuhan (%) Nilai Produksi (Rp ) Pertumbuhan (%) , , , , , , , , , , , , , , , , , ,9 Rata-rata , Kisaran (-22,9) - 94, (-35,4) - 109,7 Keterangan: *) Berasal dari pendaratan dari laut dan dari darat (Jakarta, Cisolok, dll) Sumber: Anonymous, 2007 (diolah kembali) Penurunan volume produksi yang besar terjadi pada tahun 1998, yaitu sebesar negatif 22,9 %. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari nelayan setempat, hal ini diduga karena tingginya biaya operasional penangkapan ikan akibat krisis moneter yang terjadi mulai tahun 1997 sehingga banyak nelayan lebih memilih untuk tidak melaut. Walaupun demikian, persentase pertumbuhan 27

42 nilai produksinya meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 2,8 %. Hal ini diduga terjadi karena jumlah hasil tangkapan yang ditawarkan tidak seimbang dengan jumlah permintaan menyebabkan harga hasil tangkapan menjadi meningkat, bahkan juga untuk hasil tangkapan yang diekspor. Hasil tangkapan untuk tujuan ekspor tersebut diatas dijual atau ditransaksikan dalam mata uang dollar, dimana pada kondisi tahun tersebut nilai tukar mata uang dollar sedang tinggi terhadap mata uang rupiah, sehingga keseluruhannya berujung-ujung kepada peningkatan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu. Produksi (ton) Tahun N ila i Pro duksi (R p ) Produksi Nilai Produksi Gambar 5 Grafik perkembangan jumlah produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu periode tahun Pada tahun 2005 terjadi persentase pertumbuhan volume produksi hasil tangkapan tertinggi, yaitu sebesar 94,8 % dari tahun sebelumnya. Kenaikan volume produksi hasil tangkapan ini seiring dengan meningkatnya jumlah unit penangkapan ikan (alat tangkap, armada penangkapan dan nelayan; Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4). Persentase pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar negatif 35,4 % dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena volume produksi hasil tangkapan mengalami penurunan dari pada tahun 1999 menjadi pada tahun 2000 atau sebesar negatif 7,5 %. 28

43 Persentase pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 219,9 % dari tahun sebelumnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh pihak PPN Palabuhanratu, hal ini diduga juga disebabkan oleh tingginya permintaan ikan oleh masyarakat, tetapi tidak didukung oleh jumlah produksi hasil tangkapan yang banyak pula; sehingga menyebabkan harga hasil tangkapan tersebut menjadi tinggi. Jumlah hasil tangkapan didaratkan mempengaruhi nilai produksi hasil tangkapan, sehingga mempengaruhi nilai jual hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Jadi dapat dikatakan, ketika Jumlah produksi hasil tangkapan sedikit sedangkan permintaan konsumen tinggi maka harga ikan menjadi tinggi. Akan tetapi bila sebaliknya, ketika Jumlah produksi hasil tangkapan banyak sedangkan permintaaan konsumen sedikit maka harga hasil tangkapan menjadi rendah. 4.3 Fasilitas Terkait Pendaratan dan Pelelangan di PPN Palabuhanratu Fasilitas untuk mendukung aktivitas pendaratan dan pelelangan di PPN Palabuhanratu adalah sebagai berikut (Lampiran 2) : 1). Fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas pendaratan a). Dermaga Dermaga adalah suatu bangunan di pantai yang berfungsi sebagai tempat labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut (Lubis, 2005). Dermaga dapat terdiri dari berbagai macam sesuai dengan fungsinya, untuk dermaga bongkar berfungsi membongkar (unloading) muatan, dermaga muat untuk mengisi perbekalan (out fitting), dermaga labuh untuk berlabuh (idle berthing). Di PPN Palabuhanratu terdapat dua dermaga, yaitu dermaga satu dan dua. Berdasarkan informasi dari pihak PPN Palabuhanratu dermaga satu memiliki luas total 500 m 2, yang terdiri atas areal tambat labuh (310 m 2 ), areal tempat pendaratan ikan (94 m 2 ) dan areal tempat perbekalan (106 m 2 ), sedangkan dermaga dua memiliki luas sebesar 410 m 2. 29

44 Dermaga satu dimanfaatkan untuk kapal berukuran kurang dari 20 GT (Gross Tonage) mendaratkan hasil tangkapan, sedangkan dermaga dua untuk kapal-kapal berukuran lebih dari sama dengan 20 GT. b). Kolam Pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga (Lubis, 2005). Kolam pelabuhan menurut fungsinya dibagi menjadi dua, yaitu sebagai tempat untuk alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga dan sebagai kolam putar, artinya daerah perairan untuk berputarnya kapal (turning basin). Di PPN Palabuhanratu kini telah tersedia dua kolam pelabuhan. Kolam pertama digunakan untuk kapal yang berukuran lebih kecil dari 20 GT dan Kolam kedua digunakan untuk kapal yang berukuran lebih dari sama dengan 20 GT (Anonimus, 2007). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak PPN Palabuhanratu, ukuran luas total kolam pelabuhan satu sebesar m 2 dan kolam pelabuhan dua sebesar m 2. c). Alat Bantu Peranan alat bantu dalam proses pendaratan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan sangat penting, terutama dalam membantu proses pendaratan, pengangkutan dan pendistribusian hasil tangkapan. Pane (2005) mengemukakan bahwa alat bantu yang biasa digunakan dalam pendaratan hasil tangkapan yaitu alat bantu yang dapat mempercepat dan membantu proses pendaratan hasil tangkapan. Alat bantu tersebut terdiri dari sarana pengangkutan, wadah angkut (basket) dan alat bantu lainnya. Alat bantu ini haruslah bersifat tidak merusak, bersih, tahan lama serta mudah dalam pemeliharaannya. 30

45 Selain basket hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu ada pula alat bantu lainnya seperti gerobak dorong (Gambar 6). Gerobak digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dari dermaga ke TPI dan atau digunakan untuk mengangkut langsung hasil tangkapan ke tempat pengolahan di sekitar PPN Palabuhanratu. Gambar 6 Fasilitas gerobak dorong di PPN Palabuhanratu. Alat bantu yang digunakan untuk mengangkat ikan-ikan yang berukuran besar yaitu ganco, cara menggunakannya adalah dengan cara mengaitkannya di daerah sekitar kepala ikan. Ganco umumnya digunakan untuk memindahkan ikan dari palkah ke dek kapal, dan selanjutnya ke dermaga dan atau langsung ke tempat perusahaan pengolahan ikan. 2). Fasilitas Penanganan Fasilitas penanganan hasil tangkapan mempengaruhi upaya meminimalisir penurunan mutu oleh bakteri di dalam tubuh ikan. Kebersihan dan pemeliharaan fasilitas tersebut harus dilakukan secara rutin. Fasilitas-fasilitas yang terkait dengan penanganan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan meliputi: a). Instalasi Air Bersih Air yang dipergunakan untuk kebutuhan melaut dan penanganan ikan harus memenuhi syarat sanitasi dan higienis. Sumber air bersih di suatu pelabuhan dapat berasal dari bergai sumber seperti sungai, setu, waduk, sumur artesis, PAM, air laut olahan, dan waduk buatan (Pane, 2005). 31

46 Air yang berasal dari sumber air tersebut tidak dapat langsung dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih karena masih memerlukan pengolahan lebih lanjut agar air yang dihasilkan memenuhi syarat kebersihan. Instalasi pengolahan air bersih di suatu pelabuhan perikanan harus mampu memenuhi kebutuhan air bersih seluruh fasiitas yang ada di pelabuhan perikanan tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak PPN Palabuhanratu, penyaluran kebutuhan air bersih untuk kapal perikanan di PPN Palabuhanratu dipenuhi oleh PT. Eko Mulyo. Air yang disalurkan berasal dari air PDAM dan dialirkan ke kapal perikanan melalui jaringan pipa dan slang plastik dengan ukuran penjualan dalam bentuk blong (drum plastik) yang berkapasitas 250 liter dan 120 liter serta dalam bentuk jerigen plastik (30 liter) untuk kolam satu, sedangkan untuk kolam dua menggunakan jaringan pipa dan slang langsung sampai ke dalam kapal. Kemampuan mensuplai air bersih di PPN Palabuhanratu masih cukup besar dengan tersedianya tangki air yang berkapasitas 400 m 3 (Anonimus, 2007). Disamping itu telah terpasang instalasi baru air bersih khusus untuk kegiatan masyarakat perikanan, baik untuk nelayan maupun pihak investor dalam rangka meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat perikanan. b). Pabrik Es atau Unit Pelayanan Es Es penting digunakan untuk menjaga mutu hasil tangkapan agar tetap segar, baik ketika operasi penangkapan maupun selama proses pendaratan dan pemasaran hingga didistribusikan ke konsumen. Ciri-ciri es balok yang berkualitas baik adalah bening dan padat. Es balok yang berwarna putih juga baik, namun cepat mencair dan rapuh. Ciri-ciri es balok yang rusak adalah yang berwarna agak kehijauan, asin dan mudah rapuh. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak PPN Palabuhanratu, di Pelabuhan ini tidak memiliki pabrik es sendiri, tetapi bekerjasama dengan KUD Mina Mandiri Sinar Laut yang melaksanakan kemitraan dengan perusahaan swasta, yaitu pabrik es Ratu Tirta, Sari 32

47 Petojo dan Tirta Jaya. Dengan demikian, berkat kemitraan harga es yang diperoleh oleh nelayan dan pedagang ikan menjadi lebih terjangkau. 3). Fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas pelelangan a). Gedung TPI Syarat-syarat gedung TPI yang baik menurut Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan vide Rahadiansyah (2003), harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : Mempunyai persediaan air bersih, Mempunyai wadah untuk melelang hasil tangkapan, Tidak terdapat genangan air di lantai pelelangan ikan, Ruangan yang ada pada gedung TPI dibagi menjadi (Lubis, 2005) : 1. Ruang sortir, yaitu tempat membersihkan, menyortir dan memasukkan hasil tangkapan ke dalam wadah atau keranjang; 2. Ruang pelelangan, yaitu tempat menimbang, memperagakan dan melelang hasil tangkapan; 3. Ruang pengepakan, yaitu tempat memindahkan hasil tangkapan ke dalam peti lain dengan diberi es dan atau garam, selanjutnya siap untuk di kirim; 4. Ruang administrasi pelelangan terdiri dari loket-loket untuk pembayaran transaksi hasil pelelangan, gedung peralatan lelang, ruang duduk untuk peserta lelang, toilet dan ruang cuci umum. Letak dan pembagian ruang di gedumg pelelangan harus direncanakan agar aliran produk (flow of product) berjalan dengan cepat. Hal ini dengan pertimbangan bahwa produk perikanan merupakan produk yang cepat mengalami penurunan mutu sehingga aliran produk ini terganggu akan menyebabkan terjadinya penurunan mutu ikan (Lubis, 2005). Luas gedung TPI ditentukan oleh faktor-faktor jumlah produksi yang harus ditampung oleh gedung pelelangan, jenis hasil tangkapan yang dilelang dan cara peragaan hasil tangkapan saat dilelang. Lantai gedung pelelangan harus miring kira-kira 2 0. Hal ini dimaksudkan, air dari penyemprotan kotoran sisa-sisa hasil tangkapan setelah selesai aktivitas pelelangan dapat mengalir ke 33

48 saluran pembuangan dengan mudah sehingga kebersihan tempat pelelangan senantiasa terpelihara (Lubis, 2005). Berdasarkan informasi dari pihak PPN Palabuhanratu, luas gedung TPI sebesar 864 m 2. Hasil pengamatan peneliti memperlihatkan bahwa pemanfaatan gedung TPI oleh nelayan, pedagang ikan dan pembeli (bakul) hanya sepertiga dari luas seluruh gedung untuk melakukan aktivitas pemasarana hasil tangkapan, sisanya digunakan untuk parkir motor dan aktivitas berdagang oleh beberapa pedagang lain. 34

49 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu mencapai lebih dari 54 jenis dengan jumlah volume produksi 5.461,6 ton. Beragamnya jenis alat tangkap yang dioperasikan di PPN ini (subbab 4.1 Tabel 1) menghasilkan beragamnya jenis hasil tangkapan tersebut. Tabel 6 Produksi hasil tangkapan didaratkan menurut jenisnya di PPN Palabuhanratu tahun 2006* ) No. Jenis Ikan Jumlah (ton) Komposisi (%) 1 Cakalang 1.001,3 18,3 2 Tuna Madidihang 677,8 12,4 3 Tuna Mata Besar 562,0 10,3 4 Tongkol Abu-abu 506,5 9,3 5 Eteman/ Semar 485,8 8,9 6 Tongkol Lisong 454,3 8,3 7 Tembang 369,6 6,8 8 Layur 222,6 4,1 9 Udang Rebon 214,5 3,9 10 Tongkol Banyar 152,0 2,8 11 Peperek 144,0 2,6 12 Tuna Albakora 143,8 2,6 13 Deles 106,0 1,9 14 Ikan Lainnya 421,2 7,7 Jumlah 5.461,6 100,0 Keterangan: *) Pendaratan asal dari laut Sumber: Anonimus, 2007 (diolah kembali) Jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2006, yang diperoleh dengan melihat persentase volume produksi per jenis hasil tangkapan yang memiliki komposisi lebih besar atau sama dengan 5%, adalah cakalang dengan volume produksi 1.001,3 ton (18,3%), tuna madidihang dengan volume produksi 677,8 ton (12,4%), tuna mata besar dengan volume produksi 562,0 ton (10,3%), tongkol abu-abu dengan volume produksi 506,5 ton (9,3%), eteman/semar dengan volume produksi 485,8 ton (8,9%), tongkol lisong dengan volume produksi 454,3 ton (8,3%), dan tembang dengan volume produksi

50 369,6 ton (6,8%). Data volume produksi dan komposisi ikan laut menurut jenis tahun 2006 dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 6 dan Gambar 6. Tongkol Banyar 3% Udang Rebon 4% Layur 4% Ikan Lainnya 15% Cakalang 19% Tuna Madidihang 12% Tembang 7% Tongkol Lisong 8% Semar/Eteman 9% Tongkol abuabu 9% Tuna Mata Besar 10% Gambar 7 Komposisi jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun Sepanjang tahun 2006, besaran volume produksi bulanan adala berbedabeda untuk tiap jenis hasil tangkapan didaratkan di PPN Palabuhanratu (Gambar 8). Hal ini diduga adanya pengaruh musim penangkapan terhadap hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Di daerah Palabuhanratu itu sendiri terdapat dua musim penangkapan, yaitu musim barat dan musim timur. Pada umumnya musim barat berlangsung mulai dari bulan Desember sampai dengan Februari, sedangkan musim timur berlangsung mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus. Selama tahun 2006 tersebut, hampir seluruh jenis hasil tangkapan didaratkan setiap bulannya. Akan tetapi, ada beberapa jenis ikan yang jumlah volume produksinya sangat kecil atau sama sekali tidak didaratkan pada bulanbulan tertentu, yaitu ikan eteman/semar pada bulan Maret dan April, tongkol lisong pada bulan Februari dan Mei serta udang rebon pada bulan Juli. Hal ini diduga pada bulan-bulan tersebut merupakan bulan peralihan musim penangkapan (musim barat-musim timur) atau disebut dengan musim peralihan atau musim pancaroba, dimana pada musim tersebut nelayan yang beroperasi di luar teluk Palabuhanratu jarang melaut sehingga jumlah hasil tangkapan menurun. 36

51 Produksi Jenis Hasil Tangkapan (ton) Bulan 1. Cakalang 2. Tuna Madidihang 3. Tuna Mata Besar 4. Tongkol Abu-abu 5. Eteman/Semar Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 83,44 56,49 46,84 42,21 40, Bulan Produksi Jenis Hasil Tangkapan (ton) 6. Tongkol Lisong 7. Tembang 8. Layur 9. Udang Rebon 10. Tongkol Banyar Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 37,86 30,80 18,55 17,88 12,67 Sumber: Anonimus, 2007 (diolah kembali) Gambar 8 Histogram volume pendaratan hasil tangkapan dominan menurut jenis dan bulan di PPN Palabuhanratu pada tahun Musim pendaratan hasil tangkapan perbulan dari setiap jenis hasil tangkapan didaratkan di PPN Palabuhanratu dapat diindikasikan dari volume produksi masing-masing jenis hasil tangkapan. Ikan cakalang, dengan rata-rata volume produksi per bulan pada tahun 2006 sebesar 83,44 ton, memiliki musim pendaratan atau volume produksi bulanan diatas rata-rata terjadi pada bulan Februari-April, Juni-Juli, dan bulan September; dengan produksi maksimum atau puncak pendaratan terjadi pada bulan September sebesar 151,47 ton

52 Musim pendaratan ikan tuna madidihang atau dimana volume produksi diatas rata-ratanya terjadi pada bulan Januari-Maret dan bulan Mei-Juni, memiliki puncak pendaratan terjadi pada bulan Januari dengan produksi bulanan maksimumnya sebesar 126,7 ton. Pada ikan tuna mata besar, puncak pendaratan atau produksi maksimum bulanan terjadi pada bulan Desember (171,17 ton) dan dengan musim pendaratan terjadi pada bulan Januari, Juni, dan Desember. Jenis ikan tongkol seperti tongkol abu-abu, tongkol lisong dan tongkol banyar masing-masing memliki puncak pendaratan atau produksi bulanan maksimum pada bulan Desember (177,35 ton), November (233,21 ton) dan Februari (51,19 ton). Musim pendaratan ikan eteman/semar terjadi pada bulan September- November dengan produksi maksimum (207,42 ton) atau puncak pendaratan terjadi pada bulan September. Pada ikan tembang, puncak pendaratan terjadi pada bulan Juli (137,98 ton) dengan musim pendaratan atau volume produksi bulanan diatas rata-rata terjadi pada bulan Mei dan bulan Juni-Juli. Musim pendaratan ikan layur atau volume produksi diatas rata-rata terjadi pada bulan Oktober-Desember; dan bulan Agustus-September merupakan produksi maksimum (52,13-58,56 ton) atau puncak pendaratan; sedangkan untuk udang rebon, musim pendaratan atau produksi bulanan diatas rata-rata terjadi pada bulan Agustus, Oktober dan November, dengan produksi maksimum atau puncak pendaratan terjadi pada bulan September (81,23 ton). Berdasarkan nilai produksi maksimum bulanan yang ada diatas, pendaratan hasil tangkapan per jenis ikan terbanyak terjadi pada bulan September yaitu untuk jenis cakalang, eteman/semar, dan udang rebon; bulan Desember pada jenis tuna mata besar dan tongkol abu-abu; tuna pada bulan Januari; tongkol banyar pada bulan Februari; tembang pada bulan Juli; layur pada bulan Agustus serta tongkol lisong pada bulan November. Hampir sepanjang tahun 2006 terdapat produksi maksimum atau puncak pendaratan pada jenis-jenis tertentu hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu; kecuali pada bulan Maret-Juni dan Oktober. 38

53 (a) (b) (c) (d) Sumber: Pane, et al (2008) Gambar 9 Sampel Hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, bulan November 2007: (a). layur (Trichurus sp.); (b). eteman/semar (Mene maculata); (c). tembang (Clupea fimbriata); (d). tongkol (Auxis sp.). Pada saat penelitian dilakukan, pada bulan November, hasil tangkapan yang dominan di PPN Palabuhanratu (Gambar 9) antara lain adalah layur, tongkol, eteman/semar dan tembang. Berdasarkan sampel hasil tangkapan dominan yang diambil (Gambar 10) pada bulan tersebut, volume produksi paling besar dari jenis hasil tangkapan dominan tersebut adalah ikan layur (41,37 kg) atau 44,5 %, kemudian, disusul oleh ikan tongkol (tongkol abu-abu, tongkol lisong dan tongkol banyar) (33,43 kg) atau 36,0 %, eteman/semar (12,29 kg) atau 13,2 %, dan tembang (5,83 kg) atau 6,3 %. Apabila dibandingkan antara volume sampel hasil tangkapan diatas dengan volume produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu untuk keempat jenis hasil tangkapan dominan yang sama sepanjang tahun 2006, maka untuk sampel hasil tangkapan layur diatas pada bulan November tahun 2007 yang memiliki volume terbesar dibandingkan dengan volume ketiga sampel hasil tangkapan yang lain, 39

54 ternyata pada bulan November tahun 2006, volume produksi hasil tangkapan layur paling kecil dibandingkan dengan volume hasil tangkapan lainnya (tongkol, eteman/semar dan tembang). Hal ini diduga karena layur yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah hasil tangkapan yang dipasarkan di TPI, sedangkan produksi hasil tangkapan pada bulan November 2006 selain memasukan hasil tangkapan dipasarkan di TPI juga dipasarkan melalui PT. AGB (Asia Great Business) yang berlokasi di dermaga diseberang dermaga pendaratan dan TPI. PT. AGB merupakan perusahaan yang menampung ikan layur segar berukuran gram per ekor untuk tujuan ekspor ke korea selatan. Bulan Berat Jenis Ikan Sampel Layur Eteman/Semar Tembang Tongkol (kg) November 41,37 12,29 5,83 33,43 Gambar 10 Histogram volume pendaratan empat jenis sampel hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun ) Ukuran Sampel Hasil Tangkapan Didaratkan Ukuran (panjang dan berat) keempat sampel hasil tangkapan dominan yang yang telah diperoleh pada bulan November di PPN Palabuhanratu adalah sangat beragam sesuai dengan jenis ikannya. Keempat jenis sampel hasil tangkapan dominan bulan november pada umum memiliki kisaran ukuran panjang antara mm, sedangkan kisaran ukuran beratnya antara gram (Tabel 7). Ikan layur memiliki kisaran ukuran panjang antara mm dan beratnya berkisar antara gram. Ikan tembang memiliki kisaran ukuran panjang antara mm dan kisaran ukuran beratnya antara gram. Ikan tongkol ukuran panjangnya berkisar antara mm dan kisaran ukuran beratnya antara gram, serta ikan eteman/semar ukuran panjangnya berkisar antara mm dan kisaran ukuran beratnya berkisar gram. Selain keempat jenis sampel hasil tangkapan dominan diatas, terdapat pula hasil tangkapan lainnya yang didaratkan pada bulan yang sama (November) yaitu 40

55 ikan cucut, pari dan tuna. Menurut Pane (2007), ikan cucut memiliki kisaran ukuran panjang antara mm dan kisaran ukuran beratnya antara gram. Ikan pari ukuran panjang antara mm dan kisaran ukuran beratnya antara gram, serta ikan tuna ukuran panjangnya berkisar antara mm dan kisaran ukuran beratnya antara gram. Tabel 7 Kisaran ukuran panjang dan berat dari keempat jenis hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun 2007 November Jenis Ikan Kisaran Panjang Kisaran Berat (mm) (gram) Min - Max Min - Max I. Sampel Hasil Tangkapan Dominan 1 Layur Tembang Tongkol Eteman/Semar II. Ikan Lainnya 1 Cucut*) Pari*) Tuna*) Keterangan: *) Sumber: Pane, 2007 Sumber: Data Primer Penelitian 2007 Sebaran kelas panjang dari keempat jenis hasil tangkapan dominan pada bulan November masing-masing memiliki nilai frekuensi yang berbeda-beda. Berdasarkan Gambar 11, pada ikan layur frekuensi terbesar berada pada selang kelang mm, yaitu 30 ekor. Pada ikan tembang frekuensi terbesar berada pada selang kelas mm (yaitu 28 ekor). Pada ikan tongkol dan eteman/semar frekuensi terbesar masing-masing berada pada selang kelas mm (32 ekor) dan mm (39 ekor). 41

56 Jenis 1. Layur Selang Kelas Panjang (mm) Frekuensi Bulan November Jenis 1. Layur Selang Kelas Berat (gram) Frekuensi Bulan November Tembang Tembang Tongkol Tongkol Eteman Gambar Histogram frekuensi sebaran kelas ukuran panjang sampel hasil tangkapan dominan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun Eteman Gambar 12 Histogram frekuensi sebaran kelas ukuran berat sampel hasil tangkapan dominan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun

57 Sebaran kelas berat dari keempat jenis sampel hasil tangkapan dominan pada bulan November masing-masing memiliki nilai frekuensi yang berbedabeda. Pada ikan layur frekuensi terbesar berada pada selang kelas gram (43 ekor). Pada ikan tembang frekuensi terbesar berada pada selang kelas gram (31 ekor). Pada ikan tongkol selang kelas gram merupakan frekuensi terbesar dalam sebaran ukuran berat ikan tersebut, yaitu 37 ekor. Untuk ikan eteman/semar frekuensi terbesar berada pada selang kelas gram (yaitu 32 ekor) (Gambar 12). Pola frekuensi sebaran kelas ukuran panjang dan berat ikan layur adalah relatif sama (Gambar 11 dan Gambar 12). Hal ini mengindikasikan bahwa ikan layur sampel yang didaratkan berasal dari satu populasi yang sama. Pola frekuensi sebaran kelas panjang ikan tembang, hanya memiliki satu puncak pada akhir selang kelas, dan berdasarkan pola frekuensi sebaran kelas beratnya juga memiliki satu puncak yang relatif berkumpul bagian tengah selang kelasnya. Hal ini mengindikasikan sampel ikan tembang yang didaratkan juga berasal dari satu populasi yang sama. Pada ikan tongkol, pola frekuensi sebaran kelas ukuran panjang relatif tidak jauh berbeda dengan pola frekuensi sebaran kelas ukuran beratnya, yakni memiliki pola satu puncak. Diduga sampel ikan tongkol yang didaratkan berasal dari satu populasi yang sama. Berlainan dengan ketiga jenis ikan diatas, pola frekuensi sebaran kelas panjang ikan eteman/semar dan pola frekuensi sebaran kelas ukuran beratnya adalah relatif sama, yaitu memiliki dua puncak. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan eteman/semar yang didaratkan berasal dari dua populasi yang berbeda atau dari dua wilayah populasi yang berbeda. 5.2 Proses Pendaratan dan Pelelangan di PPN Palabuhanratu (1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu oleh nelayan dilakukan pada pagi dan sore hari. Untuk nelayan yang berangkat melaut pada malam hari mendaratkan hasil tangkapannya pada pagi hari, sedangkan untuk nelayan yang berangkat melaut pagi hari mendaratkan hasil tangkapannya pada 43

58 sore hari. Hal ini menunjukkan operasi penangkapan dilakukan selama sekitar 12 jam per trip. Nelayan mendaratkan hasil tangkapan ke fishing base atau PPN Palabuharatu setelah melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan yang melakukan pendaratan pagi hari yaitu bagan, pancing layur, gill net, pancing tonda, pancing ulur dan rampus, nelayan yang melakukan pendaratan pada sore hari yaitu payang, dan saat malam hari dilakukan oleh nelayan tuna longline. Kapal tuna mendaratkan hasil tangkapanya pada umumnya dilakukan saat malam hari, hal ini dilakukan untuk menjaga suhu hasil tangkapan tetap segar tidak terpengaruh oleh suhu pada siang hari. Ikan tuna itu sendiri didaratkan dengan cara menggunakan ganco sebagai alat untuk mengangkat atau memindah tuna dari kapal ke ruang pendingin. Nelayan payang, bagan, gill net, pancing ulur, pancing tonda dan rampus mendaratkan hasil tangkapan di dermaga pendaratan satu, sedangkan untuk nelayan tuna mendaratkan hasil tangkapannya di dermaga pendaratan dua. Dermaga pendaratan digunakan oleh nelayan untuk membongkar hasil tangkapan yang diperolehnya selama operasi penangkapan ikan. Untuk mendukung aktivitas pendaratan kini telah tersedia fasilitas dermaga pendaratan atau dermaga pembongkaran hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu sebanyak dua unit. Dermaga bongkar yang pertama, yaitu dermaga pembongkaran yang berada di sisi gedung TPI Palabuhanratu atau di dekat kolam pelabuhan kesatu dan dermaga bongkar yang kedua terletak di dekat kolam pelabuhan kedua. Dermaga kesatu digunakan untuk kapal yang berukuran lebih kecil dari 20 GT dan dermaga kedua digunakan untuk kapal yang berukuran lebih dari sama dengan 20 GT (subbab 4.3). (2) Pelelangan Hasil tangkapan Aktivitas pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanratu belum optimal. Hal ini dikarenakan fungsi TPI saat ini sebagai tempat lelang tidak berjalan. TPI dipergunakan hanya sebagai pasar tempat jual beli biasa antara pedagang pembeli dan nelayan. Tidak ada pelelangan ikan. Tempat pelelangan ikan (TPI) Palabuhanratu tidak berfungsi secara optimal pada dasarnya diakibatkan oleh tidak berfungsinya KUD Mina Sinar Laut. 44

59 Menurut Pane (2007), kurangnya kemampuan sumberdaya manusia (SDM) untuk mengelola dan mengawasi pelelangan menjadi faktor penyebab tidak terselenggaranya pelelangan di TPI Palabuhanratu. Akibat dari hal tersebut diatas retribusi dari nelayan tidak ada, sehingga KUD tidak memiliki pemasukan untuk mendanai biaya operasional dan pembayaran gaji pengurus. Silalahi (2006) menambahkan, faktor yang menjadi alasan ketidakberfungsinya KUD Mina Sinar Laut adalah keterbatasan dana yang tersedia. 5.3 Pemasaran dan Pendistribusian Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu Daerah pemasaran dan pendistribusian ikan segar dari PPN Palabuhanratu, seperti Palabuhanratu, Sukabumi, Jakarta, bahkan ada pula yang diekspor. Untuk jenis ikan, seperti tembang, tongkol, eteman/semar didistribusikan baik ke daerah sekitar Palabuhanratu maupun keluar daerah Palabuhanratu antara lain Sukabumi dan Jakarta. Ikan layur dan tuna kualitas sangat baik didistribusikan ke Jakarta untuk kemudian diekspor ke negara Jepang dan Korea Selatan. Volume ikan segar yang distribusikan ke kota Palabuhanratu, Sukabumi, Jakarta dan untuk di ekspor dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distibusi hasil tangkapan segar menurut bulan dan kota tujuan distribusi di PPN Palabuhanratu, tahun 2006 Bulan Kota Tujuan Distribusi Ikan Segar Jumlah Pl. Ratu Sukabumi Jakarta Ekspor (kg) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata-rata Sumber: Anonimus,

60 Volume Ikan Segar (ton) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Bulan Gambar 13 Grafik volume distribusi ikan segar dari PPN Palabuhanratu menurut bulan, tahun Pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan relatif lebih banyak terjadi pada bulan-bulan Januari, Juni, September dan Desember dimana jumlah hasil tangkapan yang didistribusikan berada pada posisi diatas 250 ton per bulan (Gambar 13). Pemasaran dan pendistribusian yang relatif rendah terjadi pada bulan April dan Oktober dengan hasil tangkapan yang didistribusikan dibawah 120 ton. Kondisi tersebut diduga adanya pengaruh musim-musim penangkapan yang terjadi di Palabuhanratu. Ekspor 4% Pl Ratu 25% Sukabumi 1% Jakarta 70% Gambar 14 Diagram didistribusi ikan segar dari Palabuhanratu berdasarkan tujuannya. 46

61 Wilayah yang menjadi tujuan utama pemasaran ikan segar dari Palabuhanratu adalah wilayah Jakarta (Gambar 14) yang mencapai 70 % dari jumlah ikan segar yang didistribusikan. Hal ini dapat diduga karena Jakarta dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan pasar potensial bagi ikan segar. Beberapa daerah di Jakarta yang menjadi tujuan pemasaran adalah pasar ikan Muara Baru dan Muara Angke. Dimungkinkan pula bahwa dari Jakarta ini sebagian ikan segar dari Palabuhanratu dikirim keluar negeri (ekspor) baik dalam bentuk segar maupun setelah mengalami pengolahan. Namun demikian ikan segar yang tercatat di Palabuhanratu yang diekspor mencapai 4 % dari jumlah ikan segar yang didistribusikan (Anonimus, 2007). 5.4 Mutu Hasil Tangkapan Didaratkan di PPN Palabuhanratu Mutu hasil tangkapan merupakan faktor penting yang harus dipenuhi untuk kebutuhan konsumen. Mutu hasil tangkapan berkaitan dengan tingkat kesegaran hasil tangkapan tersebut, semakin segar maka mutu ikan semakin bagus. Pengujian mutu ikan dapat dilakukan secara organoleptik, yaitu berdasarkan scoresheet ikan basah bernilai 1-9 (mata, insang, perut dan konsistensi). Kisaran rata-rata mutu hasil tangkapan sampel didaratkan di PPN Palabuhanratu yang diuji secara organoleptik dapat lihat secara lengkap disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Kisaran rata-rata mutu sampel hasil tangkapan dominan di PPN Palabuhanratu bulan November, tahun 2007 Kisaran Rata-rata Mutu* ) Jenis Sampel Hasil Bulan November Tangkapan Dominan Min - Max Layur 5,3-7,3 Tembang 4,0-7,3 Tongkol 4,8-7,0 Eteman/Semar 4,3-6,8 Keterangan: *) Pengujian mutu secara organoleptik Sumber: Data Primer Penelitian 2007 Berdasarkan Tabel 9, mutu sampel hasil tangkapan selama penelitian menunjukkan kisaran rata-rata nilai organoleptik (5,3-7,3) untuk ikan layur, (4,0-7,3) untuk ikan tembang, (4,8-7,0) untuk ikan tongkol dan (4,3-6,3) untuk ikan eteman/semar. Hal ini mengindikasikan secara keseluruhan bahwa sampel hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu berada pada kategori cukup segar (6-7) sampai 47

62 dengan segar (7-8) dan kategori tidak segar untuk nilai organoleptik 4 sampai dengan 6. Untuk menjaga mutu hasil tangkapan agar tetap baik perlu dilakukan penanganan hasil tangkapan yang baik. Pengamatan terhadap penanganan hasil tangkapan yang dilakukan oleh peneliti mulai dari dermaga sampai dengan TPI masih kurang baik. Secara keseluruhan hasil tangkapan didaratkan sudah menggunakan wadah mulai dari atas dek kapal sampai dengan TPI. Akan tetapi, wadah hasil tangkapan yang digunakan belum mampu mengatasi menetesnya cairan lendir/mukus, darah ikan dan tetesan air (yang berasal dari pencucian ikan) dari dalam wadah ke lantai dermaga pendaratan dan TPI, dan tidak banyak hasil tangkapan yang ditangani dengan pemberian es. Menurut Moeljanto (1982), penanganan ikan harus menggunakan suhu dingin mendekati 0 0 C, agar proses pembusukkan bisa diperlambat sehingga dapat mempertahankan mutu (subsubbab 2.1.3). Mutu hasil tangkapan akan lebih baik apabila ditangani dengan pemberian es, karena es dapat menjaga suhu hasil tangkapan agar tetap dingin. (a) (b) Gambar 15 Aktivitas pencucian hasil tangkapan di dermaga pendaratan PPN Palabuhanratu pada wadah : (a) keranjang bambu dan (b) blong. Pencucian hasil tangkapan baik yang dilakukan oleh nelayan di atas dek kapal/di dermaga (Gambar 15) maupun pedagang di TPI tidak menggunakan air bersih. Mereka menggunakan air dari kolam pelabuhan, dimana air tersebut umumnya sudah tercemar dengan polusi seperti sampah, tumpahan oli kapal dan cemaran lainnya. Hal ini akan dapat mengakibatkan menurunnya mutu hasil tangkapan. 48

63 Berdasarkan hal diatas, menurut pengamatan peneliti di lapangan, pada umumnya sampel hasil tangkapan yang ditangani dengan menggunakan wadah mutu hasil tangkapannya relatif lebih baik daripada yang tidak menggunakan wadah. Bahkan, akan lebih baik lagi apabila mutu hasil tangkapan, ditangani dengan pengesan ulang dan pencucian menggunakan air bersih. 49

64 6 BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU Bentuk/model wadah hasil tangkapan yang ada di PP/PPI Indonesia, pada umumnya berupa basket yang berbentuk balok (sisi atas terbuka), berbahan plastik dan berlubang-lubang kecil pada kelima sisinya. Basket tersebut banyak ditemui seperti, di PPN Pekalongan, PPI Muara Angke Jakarta dan PPS Jakarta. 6.1 Macam-macam Basket/Wadah di PPN Palabuhanratu Basket/wadah hasil tangkapan menurut jenis dan bentuk yang tersedia di PPN Palabuhanratu yaitu keranjang plastik (basket/trays), keranjang bambu, tong plastik (blong), bak fibre (jolang) dan kotak styrofoam. Sumber: Pane, et al (2008) Gambar 16 Basket (trays) hasil tangkapan kapasitas 50 kg di PPN Palabuhanratu. Sejak tahun 2005, keranjang plastik (basket/trays) yang dimiliki oleh KUD Mina Mandiri Sinar Laut ini (Gambar 16), tidak pernah dipakai lagi oleh nelayan dan pedagang ikan sebagai wadah hasil tangkapan untuk kegiatan pelelangan di PPN Palabuhanratu. Hal tersebut dikarenakan aktivitas pelelangan di TPI PPN Palabuhanratu tidak berjalan. Berdasarkan pengamatan di lapangan nelayan dan pedagang ikan biasanya menggunakan wadah lain seperti keranjang bambu, kotak styrofoam, blong dan jolang. Bentuk-bentuk basket/wadah yang ada di PPPN Palabuhanratu dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 17. Basket atau disebut juga trays, yakni keranjang yang terbuat dari bahan plastik keras berbentuk seperti balok dan berkapasitas umumnya 30 dan 50 kg,

65 memiliki lima sisi yang tertutup dan satu sisi atas yang terbuka, dimana disetiap sisi yang tertutup memiliki lubang-lubang ventilasi sebagai tempat keluarnya lendir-lendir dan air sisa pencucian ikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak TPI, harga beli per unit keranjang plastik (basket/trays) kurang lebih Rp ,- dan memiliki daya tahan sekitar 1 tahun. Keranjang bambu merupakan wadah hasil tangkapan berbentuk silinder memendek dan atau seperti balok dengan bagian atas yang terbuka (Gambar 17a). Keranjang terbuat dari bahan alami/anyaman bambu dengan kapasitas 25 kg. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang dan buruh angkut, harga beli per unit keranjang bambu sekitar Rp ,- dan memiliki daya tahan sekitar 1 tahun. (a) (b) (c) Sumber: Pane, et al (2008) (foto diolah kembali) Gambar 17 Berbagai macam bentuk wadah hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu: (a) keranjang bambu; (b) blong; (c) jolang; (d) kotak styrofoam. Tong Plastik (Blong) merupakan wadah hasil tangkapan berbentuk silinder memanjang vertikal dan menggembung di bagian tengahnya, bagian atas terbuka, berbahan plastik, dan memiliki penutup (Gambar 17b). Pada umumnya wadah blong ini berkapasitas 120 kg ikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan (d) 51

66 dan pedagang, harga beli per satu unit blong sekitar Rp ,- dan memiliki daya tahan sekitar 5 tahun. Bak fibre (Jolang) merupakan wadah hasil tangkapan yang berbentuk seperti bak setengah bundar yang terbuat dari bahan fibre (Gambar 17c). Daya tampung wadah jolang ini sekitar 40 kg ikan. Wadah ini biasanya digunakan pedagang untuk memajang hasil tangkapan yang akan dijual. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang di TPI, harga beli per unit jolang sekitar Rp ,- dan memiliki daya tahan sekitar 5 tahun. Kotak styrofoam merupakan wadah hasil tangkapan berbentuk balok yang terbuat dari bahan styrofoam (Gambar 17d). Wadah ini juga memiliki lima sisi yang tertutup dengan sisi atas yang dapat dibuka-tutup. Kelima sisi tersebut tidak memiliki lubang-lubang seperti halnya basket/trays. Daya tampung kotak styrofoam ini sekitar 20 kg ikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang di TPI, harga beli per unit kotak styrofoam sekitar Rp ,- dan memiliki daya tahan sekitar 6 bulan. 6.2 Penggunaan Basket/wadah di PPN Palabuhanratu Basket/wadah hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu biasanya digunakan nelayan sebagai wadah pengangkut hasil tangkapan, sedangkan pedagang ikan umumnya menggunakan basket/wadah sebagai wadah hasil tangkapan selama proses penjualan di TPI dan dermaga pendaratan. Penggunaan basket, tong/blong, keranjang bambu, kotak styrofoam dan jolang sebagai fungsi pengangkutan/pemindahan hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 10. Penggunaan basket/wadah hasil tangkapan bahkan sudah dilakukan sejak di atas kapal, contohnya wadah blong pada kapal payang. Penggunaan blong pada kapal payang berfungsi sebagai wadah pengganti palkah, karena di kapal payang tidak terdapat ruang di bawah dek yang bisa digunakan sebagai palkah atau tempat menyimpan ikan selama operasi penangkapan. Basket/wadah hasil tangkapan pada aktivitas pendaratan di PPN Palabuhanratu digunakan sebagai wadah menampung hasil tangkapan dari palkah dan wadah menyortirkan hasil tangkapan menurut jenis dan mutunya. Kemudian dari atas dek kapal wadah dipindahkan ke dermaga (Gambar 18a), dan selanjutnya diangkut ke TPI. Pengangkutan wadah dari dermaga ke TPI dilakukan oleh anak 52

67 buah kapal (ABK) atau tenaga kerja bongkar muat (TKBM) menggunakan alat bantu, yaitu gerobak dorong (Gambar 18b). (a) (b) (c) (d) Gambar 18 Penggunaan wadah hasil tangkapan pada aktivitas pendaratan: (a) keranjang bambu; (b) blong; dan pemasaran hasil tangkapan: (c) jolang; (d) kotak styrofoam di PPN Palabuhanratu. Pada aktivitas pendaratan wadah blong digunakan oleh nelayan payang, wadah kotak styrofoam digunakan oleh nelayan layur, dan wadah keranjang bambu digunakan oleh nelayan bagan. Pada aktivitas pemasaran/pelelangan di PPN Palabuhanratu, basket/wadah digunakan sebagai wadah untuk menampung hasil tangkapan. Di TPI PPN Palabuhanratu, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, aktivitas pelelangan tidak berjalan, pedagang dan pembeli hasil tangkapan bertransaksi langsung seperti layaknya penjualan di pasar (subbab 5.2). Terdapat dua jenis pedagang di TPI, yaitu pedagang besar (grosir) dan pedagang kecil (pengecer). Pengamatan peneliti di lapangan selama proses pemasaran/penjualan hasil tangkapan di TPI, umumnya pedagang kecil 53

68 menggunakan wadah kotak styrofoam dan jolang untuk menjajakan hasil tangkapan(gambar 18c dan Gambar 18d). Namun ada juga pedagang kecil yang menggunakan wadah blong dan keranjang bambu. Pada umumnya wadah blong dan keranjang bambu untuk menampung ikan tembang, tongkol dan eteman; wadah kotak styrofoam untuk ikan layur dan tongkol; wadah keranjang bambu untuk ikan tembang dan eteman; dan wadah jolang untuk menampung ikan tembang dan eteman. Tabel 10 Fungsi pemindahan hasil tangkapan oleh basket dan wadah lainnya di PPN Palabuhanratu Jenis Wadah Fungsi Pemindahan/Pengangkutan 1. Basket (trays) *) 1. Wadah pengangkut ikan: 1). Dari kapal ke dermaga pendaratan 2). Dari dermaga pendaratan ke TPI 3). Dari TPI ke kendaraan pengangkut/pendistribusian 2. Wadah ikan selama proses pelelangan di TPI 2. Tong plastik (blong) 1. Wadah pengangkut ikan: **) 1). Dari kapal ke dermaga pendaratan 2). Dari dermaga pendaratan ke TPI 3). Dari dermaga pendaratan ke Tempat Pengolah Ikan 2. Wadah ikan selama proses penjualan di TPI 3. Keranjang Anyaman 1. Wadah pengangkut ikan: Bambu 1). Dari kapal ke dermaga pendaratan 2). Dari dermaga pendaratan ke TPI 3). Dari dermaga pendaratan ke tempat pengolahan ikan (dengan menggunakan gerobak dorong) 2.Wadah ikan selama proses penjualan di TPI dan dermaga pendaratan/sampingtpi 4. Kotak Styrofoam 1. Wadah pengangkut ikan: ***) 1). Dari kapal ke dermaga pendaratan 2). Dari dermaga pendaratan ke coolstorage PT AGB (untuk tujuan ekspor ke Korea Selatan) 3). Dari dermaga pendaratan ke TPI (untuk pasar lokal) 2. Wadah ikan selama proses penjualan di TPI dan dermaga pendaratan/sampingtpi 5. Jolang 1. Wadah ikan selama proses penjualan di TPI 6. Lainnya: Box Plastik (kapasitas sampai 150 kg) Sumber: Pane, 2007 Keterangan: *) Penggunaan sampai tahun 2005 **) Juga sebagai wadah hasil tangkapan di kapal ***) Juga sebagai wadah hasil tangkapan khusus layur di kapal 1. Dari dermaga pendaratan ke tempat pengolahan ikan (dengan menggunakan mobil bak terbuka) 54

69 Keranjang bambu juga digunakan oleh buruh angkut untuk aktivitas pemindahan hasil tangkapan. Pada aktivitas tersebut buruh angkut memindahkan hasil tangkapan dari blong nelayan atau pedagang besar ke kotak styrofoam dan jolang pedagang kecil/pengecer. (a) Gambar 19 Penggunaan wadah hasil tangkapan pada aktivitas pendistribusian hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu: (a) box plastik; (b) mobil bak. Wadah box plastik (Gambar 19a) (kapasitas 150 kg) biasanya digunakan oleh pedagang besar sebagai wadah menampung hasil tangkapan dan pengusaha pengolahan ikan untuk mengangkut hasil tangkapan dari dermaga bongkar ke tempat pengolahan ikan menggunakan mobil bak terbuka (Gambar 19b). Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang ikan, wadah ini tidak digunakan oleh pedagang ikan di TPI, karena bentuk dan ukurannya yang besar dan cukup berat sehingga agak sulit dipindahkan-pindahkan. Namun berbeda dengan nelayan, ada sebagian kecil nelayan yang menggunakan wadah box plastik ini sebagai pengganti palkah untuk menampung hasil tangkapan selama proses penangkapan ikan, sama seperti halnya wadah blong. Nelayan yang menggunakan wadah tersebut adalah nelayan gillnet. (b) 55

70 7 KONDISI SANITASI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 7.1 Sanitasi di Dermaga Pendaratan Sanitasi di dermaga pendaratan PPN Palabuhanratu, berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan masih terlihat kurang bersih. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya limbah berupa ikan utuh yang rusak, potongan-potongan tubuh ikan yang tercecer dan genangan darah bercampur lendir di dermaga pendaratan; disebabkan karena adanya aktivitas pendaratan hasil tangkapan oleh nelayan yang dilakukan belum sebagaimana mestinya. Seharusnya dalam melakukan aktivitas tersebut, nelayan menangani hasil tangkapan dengan hati-hati dan tidak ceroboh, sehingga tidak banyak ikan utuh yang rusak jatuh di lantai dermaga pendaratan. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan PPN Palabuhanratu masih belum memperhatikan aspek kebersihan. Pada proses pemindahan hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga pendaratan, nelayan menggunakan wadah hasil tangkapan yang kurang bersih. Sebagai contoh wadah keranjang bambu yang digunakan oleh nelayan bagan tidak dibersihkan dengan baik. Masih banyak sisa darah dan sisik ikan yang menempel dalam wadah tersebut. Menurut Lubis (2005), seharusnya setelah pemakaian wadah/basket langsung dibersihkan agar ikan yang dimasukan tidak terkontaminasi dengan bakteri (subbab 2.2). Pemindahan hasil tangkapan oleh nelayan juga masih belum benar, mereka memindahkan wadah berisi hasil tangkapan secara tidak hati-hati; yang berakibat sedikit banyak hasil tangkapan yang berjatuhan di lantai dermaga pendaratan. Pengamatan peneliti di lapangan, memperlihatkan bahwa nelayan di PPN Palabuhanratu dalam aktivitas pencucian hasil tangkapan masih menggunakan air dari kolam pelabuhan; dimana air tersebut sudah tercemar oleh limbah oli kapal, sampah plastik dan lain-lain (subbab 5.4). Hal ini secara langsung dapat menurunkan mutu hasil tangkapan. Air bersih yang disediakan oleh pihak PPN Palabuhanratu dimanfaatkan nelayan hanya untuk kebutuhan logistik melaut saja. Proses pencucian ikan di dermaga pendaratan nelayan tidak dapat memanfaatkan fasilitas air bersih, karena instalasi pipa/slang air bersih dalam keadaan rusak.

71 Kondisi sanitasi dan kebersihan yang kurang terjaga di dermaga pendaratan juga disebabkan oleh kurangnya kesadaran nelayan. Hal ini dapat lihat dari banyaknya limbah non ikan seperti puntung rokok dan sampah plastik di dermaga pendaratan. Selain itu, banyak juga nelayan yang membuang ludah sembarangan di dermaga pendaratan. Akibat yang ditimbulkan dari kondisi ini adalah kebersihan dan kenyamanan di dermaga pendaratan menjadi terganggu. Apabila dilihat dari kondisi fasilitas dermaga pendaratan itu sendiri, khususnya dermaga pendaratan satu yang berada dekat TPI. Kondisinya sudah banyak lubang-lubang, sehingga menimbulkan genangan air dari sisa pencucian ikan dan darah yang bercampur lendir. Kondisi sanitasi seperti di dermaga pendaratan PPN Palabuhanratu terjadi juga di lingkungan dermaga pendaratan Pelabuhan Perikanan Samudra Jakarta (PPSJ) (Rusmali, 2004) dan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke Jakarta (Faubiany, 2007). Selanjutnya Rusmali menyebutkan bahwa, kebersihan dan sanitasi di lantai dermaga PPSJ terlihat kurang bersih, banyak terdapat limbah padat dan cair seperti potongan tubuh ikan yang tercecer, sampah plastik, kertas, botol air mineral bekas, puntung rokok dan sebagainya. Faubiany (2007) mengatakan bahwa, sanitasi yang kurang bersih di PPI Muara Angke Jakarta adalah adanya limbah seperti potongan tubuh ikan, ikan utuh yang rusak dan ceceran darah bercampur lendir ikan. Menurut Rusmali (2004) dan Faubiany (2007), kondisi tersebut dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kapal yang melakukan pendaratan, jumlah hasil tangkapan yang didaratkan dalam kondisi rusak, cara penurunan ikan yang tidak benar dan kesadaran para pelaku yang masih kurang untuk menjaga kebersihan di dermaga pendaratan Penyebab terjadinya kondisi sanitasi yang tidak bersih tersebut diatas di PPN Palabuhanratu adalah karena cara penanganan ikan di dermaga pendaratan kurang baik. Pada saat proses pendaratan dan pengangkutan di dermaga cara penanganan, penurunan dan pengangkutan ikan belum dilakukan dengan benar dan tidak hati-hati. Sebagai contoh pada proses penyortiran, ikan dipilih berdasarkan jenis dan ukuran relatif, kemudian ikan yang disortir dilempar satu per satu ke keranjang masing-masing dengan cepat dan tergesa-gesa. Kecerobohan dalam menyortir ikan ini mengakibatkan sedikit banyak 57

72 menimbulkan limbah potongan tubuh ikan, darah dan lendir ikan di lantai dermaga, sedangkan penyebab limbah non-ikan diakibatkan oleh masih kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan oleh pedagang non-ikan dan pengunjung yang membuang sampah sembarangan di dermaga pendaratan. 7.2 Sanitasi di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Di lingkungan gedung TPI PPN Palabuhanratu, kondisi sanitasi di dalam ruang pelelangan juga kurang bersih. Ruang pelelangan ini terlihat masih kotor karena banyak ceceran darah dan lendir yang menggenangi TPI (Gambar 20a), adanya potongan-potongan tubuh ikan, ikan utuh yang rusak dan orang-orang yang meludah sembarangan diatas lantai di dalam ruangan sebagaimana halnya di lantai dermaga pendaratan (subbab 6.1). Selain itu juga terdapat sampah-sampah non-ikan seperti puntung rokok dan sampah plastik; seperti halnya dilantai dermaga pendaratan. Penyebab kurangnya kebersihan dan sanitasi di ruang pelelangan ini adalah penanganan hasil tangkapan yang belum benar, kurangnya kesadaran pelaku akan pentingnya kebersihan di ruang pelelangan, tidak menaati peraturan tentang kebersihan di ruang pelelangan, dan banyaknya orang yang tidak berkepentingan disaat pemasaran di TPI. Jumlah pelaku (nelayan, pedagang ikan, pembeli dan buruh angkut/pikul) yang beraktivitas saat pemasaran ikan di TPI PPN Palabuhanratu pada saat penelitian dilakukan diperkirakan sekitar 30 orang nelayan, 25 orang pedagang pengecer ikan, 20 orang pembeli perorangan, dan 10 orang buruh angkut. Akan tetapi, terdapat sejumlah orang tidak berkepentingan di TPI antara lain pedagang non-ikan seperti pedagang asongan (sekitar 5 orang), pedagang nasi bungkus (sekitar 3 orang) dan lainnya (hanya berlalu-lalang di TPI) sejumlah sekitar 15 orang (dewasa dan anak-anak). Peraturan tentang pengawasan terhadap orang-orang yang keluar masuk ke dalam gedung TPI PPN Palabuhanratu tidak ada. Hal ini menyebabkan pengawasan secara khusus terhadap orang-orang yang masuk ke dalam gedung TPI menjadi kurang terjaga, mereka bebas keluar masuk secara sembarangan ke dalam gedung TPI tanpa memperhatikan kebersihannya. 58

73 Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangaan, tidak semua hasil tangkapan di TPI ditangani dengan menggunakan wadah selama proses pemasaran. Sebagai contoh penanganan ikan tembang di TPI dilakukan dengan cara menaruh langsung hasil tangkapan di lantai TPI (Gambar 20b) yang umumnya kotor. Hal ini akan menimbulkan banyak ceceran darah dan lendir yang menggenangai lantai TPI dan potongan- potongan tubuh ikan tersebut. Hal ini berdampak secara langsung akan menurunkan mutu ikan tersebut; terlebih-lebih nelayan merapihkan ikan tembang di lantai TPI dengan cara menggunakan kakinya. Selain penanganan terhadap ikan tembang tersebut terdapat pula penanganan yang sama yang diterapkan pada ikan berukuran besar seperti ikan cucut dan pari. (a) (b) Gambar 20 Kondisi sanitasi di gedung TPI PPN Palabuhanratu: (a) potonganpotongan tubuh ikan di lantai TPI; (b) peletakan ikan tembang di lantai TPI. Kondisi fasilitas gedung TPI di PPN Palabuhanratu sudah cukup baik. Gedung TPI sudah memiliki bangunan dan atap permanen, kemiringan lantai gedung TPI sudah sekitar 2 0, tiang-tiang gedung sudah dilapisi dengan keramik agar mudah dibersihkan dan terdapat saluran pembuangan (selokan) untuk air kotor sisa pencucian dan limbah sisa-sisa hasil tangkapan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak TPI, lantai gedung TPI di PPN Palabuhanratu dibersihkan seminggu sekali, yaitu setiap hari senin sekitar pukul WIB. Menurut Lubis (2005), seharusnya setiap proses pelelangan/pemasaran selesai, lantai TPI harus segera dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih dan pemberian desinfektan agar lantai TPI bersih dan hiegienis (subbab 2.3). 59

74 Pada proses pembersihan lantai TPI di PPN Palabuhanratu digunakan alat pompa air diesel dengan sumber airnya berasal dari kolam pelabuhan. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kehiegenisan lantai gedung TPI tersebut, karena pada umumnya air dari kolam pelabuhan sudah tercemar limbah. Selain itu, fasilitas lainnya seperti tempat sampah di lingkungan sekitar TPI juga masih kurang, hanya terdapat dua unit tempat sampah yang berada di ujung kiri dan kanan gedung TPI. Kondisi kebersihan dan sanitasi di TPI yang kurang bersih ini juga terjadi di PPS Jakarta dan PPI Muara angke. Di TPI PPSJ banyak terlihat limbah seperti potongan tubuh ikan, genangan darah dan lendir tercecer (Rusmali, 2004). Hal tersebut juga terjadi di TPI Muara Angke Jakarta (Faubiany, 2008). Faktor yang mempengaruhi kondisi sanitasi yang kurang bersih di kedua pelabuhan perikanan tersebut adalah cara penanganan ikan di TPI yang belum benar, kesadaran pelaku (nelayan, pemain lelang dan pedagang ikan) akan kebersihan masih rendah, peraturan yang lemah, kurang bersihnya lantai TPI dan keranjang ikan yang digunakan kondisinya sudah rusak. 7.3 Sanitasi di Lingkungan Sekitar Dermaga Pendaratan dan TPI Sanitasi di lingkungan sekitar dermaga pendaratan dan TPI berdasarkan pengamatan di lapangan secara umum cukup bersih. Seperti di tempat parkir kebersihannya cukup baik, hanya sedikit sampah di sekitar tempat tersebut. Akan tetapi, pada saluran pembuangan (selokan) terdapat limbah berupa potongan tubuh dan sisik ikan, sampah plastik serta bungkus rokok (Gambar 15), menyebabkan saluran tersebut menjadi tersumbat dan terdapat genangan air di saluran pembuangan tersebut. Penyebab terjadinya limbah ikan di lingkungan sekitar dermaga dan TPI diatas diperngaruhi oleh aktivitas pengangkutan dan distribusi hasil tangkapan. Gerobak sebagai alat bantu untuk mengangkut hasil tangkapan besar seperti ikan cucut dan pari dari dermaga ke TPI, meneteskan ceceran darah dan lendir dari hasil tangkapan tersebut ke lantai dermaga, lantai TPI dan lahan parkir yang dilaluinya. Ceceran darah dan lendir di lantai TPI selanjutnya memasuki saluran pembuangan dan menggenang. 60

75 Penyebab lainnya adanya limbah non-ikan seperti sampah di lahan parkir ditimbulkan oleh aktivitas penjualan oleh pedagang asongan (sekitar 7 orang) atau kaki lima (sekitar 4 orang) dan warung kecil (4 orang) yang menjajakan barang dagangannya di lingkungan sekitar dermaga dan TPI. Aktivitas pedagang tersebut biasanya dimulai dari sore hari sampai dengan malam hari, dengan adanya aktivitas tersebut sedikit banyak menimbulkan sampah plastik, bungkus rokok dan bungkusan nasi di sekitar dermaga dan TPI. Gambar 15 Kondisi sanitasi di selokan sekitar TPI PPN Palabuhanratu. Kondisi sanitasi di dermaga pendaratan, TPI dan lingkungan sekitarnya diatas harus terus ditingkatkan. Hal ini dapat ditempuh antara lain, dengan cara : Memberikan penyuluhan kepada pelaku yang beraktivitas (nelayan, pedagang ikan, dan pembeli/pengunjung) di PPN Palabuhanratu akan pentingnya menjaga kebersihan di lingkungan pelabuhan; Melakukan pengawasan terhadap kebersihan dan orang-orang yang masuk ke dalam ruang TPI dengan peraturan dan sanksi yang tegas; dan Penanganan hasil tangkapan dengan menggunakan wadah yang benar pada proses pendaratan, pemasaran serta pendistribusian hasil tangkapan, serta peningkatan fasilitas sanitasi. 61

76 8 HUBUNGAN BASKET/WADAH HASIL TANGKAPAN TERHADAP SANITASI DI PPN PALABUHANRATU 8.1 Pengaruh Basket/Wadah Hasil Tangkapan yang Ada di PPN Palabuhanratu terhadap Kondisi Sanitasi Jenis basket/wadah yang ada di PPN Palabuhanratu belum memenuhi fungsi basket/wadah untuk sanitasi, karena jenis basket/wadah yang ada masih menimbulkan pencemaran seperti potongan-potongan tubuh ikan, ikan utuh yang rusak dan ceceran darah bercampur lendir ikan. Jenis basket/wadah yang ada di PPN Palabuhanratu berdasarkan peranan dalam aktivitas dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok wadah untuk aktivitas pendaratan, wadah untuk aktivitas penjualan dan wadah untuk akvititas pendistribusian. Wadah yang digunakan untuk 1) aktivitas pendaratan yaitu keranjang plastik (basket/trays), blong, keranjang bambu dan kotak styrofoam; 2) untuk aktivitas pemasaran yaitu keranjang plastik (basket/trays), kotak styrofoam dan jolang; 3) untuk aktivitas pendistribusian yaitu blong dan box plastik. Basket/wadah sebagai alat bantu untuk mengangkut, menampung dan mendistribusi hasil tangkapan tidak dapat dilepaskan dari aktivitas pendaratan, pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan. Oleh sebab itu, basket/wadah memegang peranan cukup penting dalam aktivitas-aktivitas tersebut. Pada aktivitas pendaratan, pemasaran dan pendistribusian penggunaan basket/wadah yang kurang baik sedikit banyak mempengaruhi kondisi sanitasi di dermaga pendaratan, TPI dan lingkungan sekitarnya. Permasalahan sanitasi yang ditimbulkan akibat dari penggunaan wadah tidak dapat ditangani dengan baik apabila tidak diketahui sumber pencemarannya. Masing-masing jenis wadah yang ada di PPN Palabuhanratu menghasilkan pencemaran baik langsung maupun tidak langsung ke lantai dermaga, TPI dan lingkungan sekitar Faktor-Faktor dari Penggunaan Wadah non Basket Hasil Tangkapan yang Berpotensi Mempengaruhi Sanitasi di PPN Palabuhanratu Faktor-faktor dari penggunaan wadah (non basket) yang berpengaruh terhadap kondisi sanitasi di dermaga pendaratan, TPI dan lingkungan sekitarnya di

77 PPN Palabuhanratu adalah bentuk konstruksi wadah, bahan wadah dan proses penggunaan wadah sebagai pengangkut hasil tangkapan yang dilakukan oleh pengguna wadah tersebut. Wadah yang secara langsung memiliki pengaruh terhadap kondisi sanitasi di dermaga pendaratan dan TPI adalah keranjang bambu dan yang secara tidak langsung mempengaruhi kondisi sanitasi adalah blong, jolang dan kotak styrofoam. Pengaruh penggunaan keranjang bambu terhadap sanitasi di dermaga pendaratan dan TPI berasal dari bentuk konstruksi dan bahan. Secara konstruksi wadah keranjang bambu memiliki lubang di bagian bawah, kerena wadah tersebut dibuat dari anyaman bambu. Kondisi tersebut memungkinkan wadah keranjang bambu tidak mampu mencegah tercecernya cairan lendir, darah ikan dan potongan-potongan ikan ke lantai dermaga pendaratan dan TPI. Selain konstruksi, faktor lain yang menyebabkan keranjang bambu mempengaruhi sanitasi adalah proses penggunakan keranjang bambu pada saat pengangkutan ikan. Pada proses tersebut nelayan dan buruh angkut kurang memperhatikan batas kemampuan bahan wadah terhadap ikan yang diangkut sehingga wadah sering berubah bentuk karena adanya sifat elastisitas bambu. Hal tersebut menyebabkan sebagian ikan tertekan, rusak dan ada juga yang jatuh ke lantai dermaga pendaratan dan TPI. Wadah blong, kotak styrofoam dan jolang, secara langsung tidak menghasilkan limbah fisik ke lantai dermaga dan TPI, karena ketiga wadah tersebut memiliki konstruksi bagian bawah yang tertutup dan bahannya tidak elastis. Namun kondisi sanitasi yang kurang bersih di dermaga pendaratan dan TPI disebabkan adanya tingkah laku nelayan dan pedagang ikan yang cenderung sembarang membuang limbah dan kotoran (darah bercampur lendir ikan, potongan-potongan ikan, dan ikan utuh rusak) yang berasal dari ketiga wadah tersebut di dermaga pendaratan dan TPI. Penyebab nelayan dan pedangang ikan dengan mudah membuang limbah ikan dari wadah blong, kotak styrofoam, dan jolang baik ke lantai dermaga maupun TPI karena kurangnya kesadaran akan kebersihan nelayan maupun pedagang ikan di PPN Palabuhanratu. Selain sifat buruk nelayan dan pedagang, 63

78 rendahnya sanitasi di dermaga pendaratan dan TPI juga disebabkan karena kondisi fasilitas kebersihan seperti tempat sampah yang minim (subbab 7.2) Dampak dari Penggunaan/Tidak Digunakannya Basket/Wadah terhadap Sanitasi di Dermaga Pendaratan, TPI dan Lingkungan Sekitarnya Basket di PPN Palabuhanratu penggunaannya di kelola oleh KUD Mina mandiri, untuk kegiatan lelang ikan di TPI. Selama ini aktivitas pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu tidak berjalan dengan baik, sehingga basket sebagai sarana pengangkutan dan penanganan hasil tangkapan tidak digunakan. Diduga penggunaan basket di pelabuhan ini (subbab 6.1 Gambar 16) sebenarnya juga belum memberikan pengaruh yang baik terhadap sanitasi baik di dermaga pendaratan maupun TPI. Hal ini disebabkan basket tersebut memiliki bentuk konstruksi berlubang baik di sisi samping maupun bagian bawah. Lubanglubang pada basket tersebut dapat menimbulkan pencemaran karena ceceran darah dan lendir ikan masih dapat keluar dari basket dan mengotori di lantai dermaga pendaratan maupun TPI. Kondisi yang sama juga disebutkan oleh Kutipah (2002), terhadap basket jenis yang sama yang digunakan di PPN Pekalongan masih menyebabkan pencemaran yang berasal dari ceceran darah dan lendir ikan lantai dermaga pendaratan dan TPI. Secara keseluruhan dampak dari penggunaan wadah dan tidak digunakannya basket di dermaga, TPI dan lingkungan sekitarnya adalah kurang baiknya kondisi sanitasi/kebersihan. Dampak tersebut berdasarkan lokasi aktivitasnya diantaranya: 1) Di Gedung TPI Pada aktivitas pemasaran di gedung TPI menimbulkan dampak pencemaran yaitu lantai ruang pelelangan menjadi kotor, licin karena ceceran darah dan lendir ikan, bau tidak sedap, sehingga kebersihan dan kenyamanan di TPI menjadi terganggu. Dampak lain karena adanya lainlimbah tersebut di TPI, menimbulkan kehadiran bintang-binatang seperti lalat dan kucing di sekitar gedung TPI PPN Palabuhanratu. 64

79 2) Di Dermaga Pendaratan Pada aktivitas pendaratan di dermaga pendaratan menimbulkan dampak pencemaran yaitu lantai dermaga menjadi kotor dan genangan limbah, bau tidak sedap, sehingga kebersihan dan kenyamanan di dermaga pendaratan menjadi terganggu. 3) Di Lingkungan sekitar Pada aktivitas pendistribusian baik di lingkungan sekitar dermaga pendaratan maupun gedung TPI yaitu lahan parkir menimbulkan kekotoran relatif kurang menggangu. Akan tetapi, di selokan sekitar dermaga dan TPI terdapatnya limbah ikan dan non ikan yang menyebabkan selokan menjadi tersumbat dan menimbulkan bau tak sedap, serta binatang belatung di sekitar selokan tersebut. Dampak lain dari penggunaan wadah dan tidak digunakannya basket pada aktivitas pendaratan, pemasaran dan pendistribusian di PPN Palabuhanratu, baik secara langsung maupun tidak langsung adalah menurunkan mutu hasil tangkapan, mengurangi nilai estetika/keindahan dan dapat memperburuk citra PPN Palabuhanratu. Apabila dilihat dari segi kualitas hasil tangkapan didaratkan di PPN Palabuhanratu, mutu hasil tangkapan berada dalam kategori cukup segar dan segar (subbab 5.4). Hal ini disebabkan, pada umumnya nelayan di PPN Palabuhanratu melakukan operasi penangkapan hanya seharian penuh (one day fishing). Akan tetapi, karena faktor dari basket/wadah dan cara penanganan hasil tangkapan dalam basket/wadah kurang baik, terutama pada saat proses pengangkutan, sedikit banyak hasil tangkapan secara kondisi fisiknya sudah tidak baik lagi, seperti perut pecah, kepala ikan yang memar dan tubuh ikan yang terpotong-potong. Menurunnya mutu ikan juga dipengaruhi oleh buruknya sanitasi di pelabuhan perikanan. Mutu ikan yang tidak baik lagi, akan menyebabkan harga ikan tersebut menjadi rendah. Berdasarkan permasalahan di atas, dapat diberikan solusi agar pada proses pendaratan, pemasaran dan pendiribusian hasil tangkapan menggunakan basket 65

80 yang dapat memenuhi fungsi sanitasi/lingkungan (Pane et al, 2008), adalah sebagai berikut : 1). Tidak membuat tumpahan cairan: mukus/lendir/darah/cairan rembesan es. Solusi: - Dibuatkan ruang/kompartemen sebagai penampung cairan dibagian bawah basket 2). Tidak membuat ikan jatuh berceceran di lantai (terutama untuk ikan-ikan ukuran kecil) Solusi: - Tinggi basket ditambah 10% di bagian atas basket. Bagian tambahan tinggi basket ini, pada penggunaannya diharapkan tidak diisi ikan, tetapi dikosongkan. 3). Tidak membuat ikan tergencet: Solusi: - Volume ikan di dalam basket tidak berlebihan beratnya yang dapat membuat ikan tergencet (kapasitas basket yang dirancang, max. 30 kg) 4). Konstruksi basket (selain kekuatan bahan basket) dapat menahan beban tumpukan basket diatasnya, tidak menekan ikan dan menghancurkan basket. Solusi: - Konstruksi basket dibuat sedemikian rupa dapat menahan tumpukan basket di atasnya: yaitu penambahan ketebalan bibir atas basket (sampai ke bawah) di semua sudut basket. Oleh karena itu, pentingnya penggunaan basket/wadah yang sesuai dengan karakteristik hasil tangkapan (umumnya ikan basah/segar) didaratkan di PPN Palabuhanratu dan setiap melakukan aktivitas di PPN Palabuhanratu khususnya aktivitas pendaratan dan pemasaran pelaku harus selalu memperhatikan, menjaga dan memelihara kebersihan sehingga sanitasi tetap terjaga; yang nantinya bertujuan untuk menjaga mutu ikan agar tetap segar. Fasilitas kebersihan di PPN Palabuhanratu juga harus ditingkatkan, untuk mendukung sanitasi di wilayah pelabuhan tersebut. Kebersihan dan sanitasi yang baik perlu dijaga dengan baik, terutama apabila nantinya PPN Palabahanratu berkembang menjadi pelabuhan perikanan bertipe A (PPS). 66

81 8.2 Jenis Limbah Fisik Akibat Tidak Digunakannya Basket dan Wadah non Basket di PPNPalabuhanratu Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tidak seluruhnya ditangani dengan menggunakan wadah, sehingga ikan diletakan langsung di lantai TPI (subbab 7.2) dan ada juga yang menggunakan meja-meja kecil beralaskan terpal di lingkungan TPI maupun dermaga (Gambar 22). Hal tersebut selain menyebabkan lantai dermaga dan TPI menjadi kotor juga menyebabkan mutu ikan menurun karena bersentuhan langsung baik dengan lantai dermaga maupun lantai TPI. Gambar 22 Aktivitas Pemasaran Hasil tangkapan tanpa wadah (meja kecil). Pengaruh tidak digunakannya wadah pada aktivitas pendaratan dan pemasaran di lingkungan PPN Palabuhanratu menyebabkan tingkat pencemaran lebih tinggi bila dibandingkan dengan digunakannya wadah pada aktivitas tersebut. Limbah yang timbul dari tidak digunakannya wadah pada aktivitas pendaratan dan pemasaran ikan secara rinci disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Jenis limbah akibat tidak digunakannya basket/wadah pada aktivitas pendaratan, pemasaran dan pendistribusian ikan terhadap sanitasi di PPN Palabuhanratu Aktivitas Lokasi Jenis limbah fisik Dermaga pendaratan 1. Pendaratan hasil tangkapan Potongan tubuh ikan dan ikan utuh yang rusak: tembang, eteman, campur dan genangan darah ikan, serta campuran lendir ikan 2. Pemasaran ikan Lantai TPI Potongan tubuh ikan dan ikan utuh yang rusak: tembang, eteman, cucut, pari dan genangan darah ikan campuran lendir ikan 3. Pendistribusian Lingkungan sekitar Sumber: Data Primer Penelitian 2007 Ceceran darah dan lendir 67

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terdiri atas pembongkaran

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C

SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C54103076 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tangkapan, terutama ikan, merupakan sumber bahan pangan berprotein yang dibutuhkan oleh masyarakat; selain itu juga sebagai

Lebih terperinci

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 59 5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 5.1 Kondisi Sanitasi Aktual di Dermaga dan Tempat Pelelangan Ikan PPP Lampulo (1) Kondisi dermaga Keberhasilan aktivitas

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 99 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 17 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Maret April 2010. Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo, Kecamatan Kuta Alam,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2002), pelabuhan perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 91 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei - Juni 2009 bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 106 20 ' 10 6 0 '

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 0 57-7 0 25 Lintang

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan Kebersihan terdiri dari dua aspek yang saling berkaitan yaitu sanitasi dan higienitas. Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu dan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO 91 6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO 6.1 Tingkatan Mutu Hasil Tangkapan yang Dominan Dipasarkan di PPP Lampulo Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu juga merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Maret 2011. Lokasi penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta. 3.2

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU 71 5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU Penanganan hasil tangkapan dalam usaha penangkapan ikan memegang peran yang sangat penting, hal ini dikarenakan hasil tangkapan

Lebih terperinci

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis atau secara pemahaman dari pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Faktor-faktor Berpotensi Mempengaruhi Sanitasi Tempat Pelelangan Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta Faktor-faktor yang berpotensi

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU 6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU Kemampuan pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis maupun secara manajemen pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI

6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI 6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI Perikanan tangkap di PPI Jayanti meliputi unit penangkapan ikan (armada dan alat tangkap), nelayan, jenis dan volume hasil tangkapan serta berbagai

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Secara astronomis wilayah Palabuhanratu berada pada 106º31' BT-106º37' BT dan antara 6 57' LS-7 04' LS, sedangkan secara administratif

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 5 HUBUNGAN AKTIVITAS PENDARATAN DAN PELELANGAN TERHADAP KEBUTUHAN FASILITAS DAN KONDISI KUALITAS HASIL TANGKAPAN ARMADA TRADISIONAL DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ROBBY MULYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5.1 Proses pelelangan aktual di PPI Muara Angke Proses pelelangan ikan adalah salah satu mata rantai rangkaian kegiatan usaha perikanan tangkap yang secara

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 53 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengelolaan Aktifitas di Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke 6.1.1 Aktivitas pra pelelangan ikan Aktivitas pra pelelangan ikan diawali pada saat ikan berada di atas dermaga

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Waktu penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010. Lokasi penelitian di pangkalan pendaratan ikan Muara Angke, Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta. 3.2

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6 o 57-7 o 25 Lintang Selatan dan 106 o 49-107 o 00 Bujur Timur dan mempunyai

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA 1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

PENGKAJIAN UPAYA PENINGKATAN KEBERSIHAN DI LINGKUNGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI

PENGKAJIAN UPAYA PENINGKATAN KEBERSIHAN DI LINGKUNGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI PENGKAJIAN UPAYA PENINGKATAN KEBERSIHAN DI LINGKUNGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI Oleh : KIMURSIH C44051006 MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) terletak pada posisi 06 59 47, 156 LS dan 106 32 61.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH

SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

RIKA PUJIYANI SKRIPSI KONDISI PERIKANANN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIKA PUJIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan layur (Trichiurus sp.) adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang banyak tersebar dan tertangkap di perairan Indonesia terutama di perairan Palabuhanratu.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN BERSTANDAR INTERNASIONAL: KASUS PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ENENG NURHALIMAH

KAJIAN AWAL PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN BERSTANDAR INTERNASIONAL: KASUS PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ENENG NURHALIMAH KAJIAN AWAL PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN BERSTANDAR INTERNASIONAL: KASUS PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ENENG NURHALIMAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta.

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta. 19 3 METODOLOGI 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum mengenai Hasil Tangkapan yang di Daratkan di PPI Karangsong Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Karangsong adalah ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil.

Lebih terperinci

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' 9 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Waktu dan Tempat Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Juli 00 hingga Januari 0 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta

Lebih terperinci

KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER

KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER Prehatin Trirahayu Ningrum Institute For Maritime Studies (IMaS) Universitas Jember. Alamat: Kalimantan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Topografi dan Geografi Topografi wilayah Palabuhanratu adalah bertekstur kasar, sebagian besar wilayahnya merupakan dataran bergelombang dan terdiri atas daerah

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS DAN FASILITAS

6 AKTIVITAS DAN FASILITAS 48 6 AKTIVITAS DAN FASILITAS 6.1 Aktivitas PPI Perkembangan aktivitas kepelabuhanan di PPI Cituis didasarkan kepada fungsi pelabuhan perikanan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009

Lebih terperinci

STUD1 HUBUNGAN HASIL TANGKAPAN DENGAN UKURAN BASKETNCTADAH HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI JAWA BARAT ROIF HARDANI SKRIPSI

STUD1 HUBUNGAN HASIL TANGKAPAN DENGAN UKURAN BASKETNCTADAH HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI JAWA BARAT ROIF HARDANI SKRIPSI STUD1 HUBUNGAN HASIL TANGKAPAN DENGAN UKURAN BASKETNCTADAH HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI JAWA BARAT ROIF HARDANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKLJLTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah besar. Perikanan laut di Kabupaten Malang per tahunnya bisa menghasilkan 400 ton ikan segar dengan

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2) EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2) ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 212

Lebih terperinci

4 METODOLOGI PENELITIAN

4 METODOLOGI PENELITIAN 24 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. Adapun tempat pelaksanaan penelitian yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke. 4.1

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG DEDE SEFTIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU 109 6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU Penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut, khususnya untuk nelayan pancing rumpon

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA

KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMASARAN HASIL PERIKANAN DI PASAR IKAN TERINTEGRASI PADA PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu berada di Kabupaten Sukabumi yang memiliki delapan Desa atau Kelurahan diantaranya Desa Palabuhanratu, Citarik, Citepus,

Lebih terperinci