BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu berada di Kabupaten Sukabumi yang memiliki delapan Desa atau Kelurahan diantaranya Desa Palabuhanratu, Citarik, Citepus, Cibodas, Pasirsuren, Cikadu, Tonjong, dan Buniwangi. Secara astronomi wilayah Palabuhanratu berada pada BT BT dan antara LS LS, secara administratif Kecamatan Palabuhanratu berbatasan langsung dengan Kecamatan Cikakak dan Cikondang di sebelah utara, Kecamatan Cimanggu disebelah timur, Kecamatan Simpenan di sebelah selatan dan Teluk Palabuhanratu sebelah Barat. Sungai besar yang melewati daerah Kecamatan dan menjadikan muara di pantai Perairan Palabuhanratu adalah Sungai Cipalabuhan, Citepus dan Cimandiri yang sekaligus sebagai garis perbatasan dengan Kecamatan Simpenan. Panjang pantai Perairan Palabuhanratu adalah 7,9 Km dengan jenis pantai berpasir Topografi wilayah Palabuhanratu bervariasi mulai dari daratan sampai berbukit, daratan landai terletak di sepanjang garis pantai dan sepanjang aliran sungai sampai dengan daerah perkotaan (Bappeda Kabupaten Sukabumi 2008). Kondisi iklim tropis di wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh musim angin barat yang tertiup dari timur dan sebaliknya. Musim angin barat bertiup pada bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan musim angin timur berlangsung antara bulan Juni sampai bulan September. Suhu udara di Palabuhanratu berkisar antara C dengan curah hujan mm/tahun, sedangkan kelembaban udara berada pada kisaran 70 90%. Wilayah Palabuhanratu mempunyai ketinggian permukaan tanah berkisar antara meter dari permukaan laut (mdpl) dengan kemiringan lahan antara 0 70%. Profil Teluk Palabuhanratu juga menyebutkan bahwa sumberdaya geologi pantai di pesisir Teluk Palabuhanratu umumnya sama dengan sumber daya geologi pantai barat dan selatan Jawa Barat, yaitu berupa bahan galian golongan C, seperti batu pecah, bentonit, krikil, lignit, dan pasir besi. Endapan pasir terutama dijumpai di bekas alur sungai purba yang dapat dipakai sebagai bahan bangunan. 23

2 24 Berdasarkan data kantor Kecamatan Palabuhanratu, penduduk Kecamatan Palabuhanratu berjumlah jiwa yang terdiri dari jumlah keluarga. Sedangkan jumlah desa di Kecamatan Palabuhanratu berjumlah 8 desa dengan jumlah dusun 26 dusun. Bila dilihat data yang ada kecamatan Palabuhanratu merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang cukup padat dibandingkan dengan kecamatan lain di sekitar Teluk Palabuhanratu. Hal ini menujukan bahwa kemungkinan banyaknya variasi mata pencaharian di Kecamatan Palabuhanratu lebih banyak. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Palabuhanratu disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tabel Mata Pencaharian Masyarakat Kecamatan Palabuhanratu Nama Desa/Kelu rahan Ekonomi Keluarga Data Situasi Ekonomi Jumlah Aktivitas Perekonomian Palabuhan ratu Citarik Citepus Cibodas Pasirsuren Cikadu Tonjong Buniwangi Jumlah Sumber : Kecamatan Palabuhanratu 2012 (diolah) Keterangan : 1.1 : Jumlah Pra Keluarga Sejahtera 1.2 : Jumlah Keluarga Sejahtera : Jumlah Keluarga 2.1 : Jumlah aktivitas ekonomi bidang pertanian 2.2 : Jumlah aktivitas ekonomi bidang Nelayan 2.3 : Jumlah aktivitas ekonomi bidang Bangunan & Kontruksi 2.4 : Jumlah aktivitas ekonomi bidang Perdagangan, Hotel, dan Restoran

3 25 Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa jumlah masyarakat yang beraktivitas di bidang perdagangan hotel dan restoran berjumlah jiwa mendominasi mata pencaharian Kecamatan Palabuhanratu, hal ini dikarenakan Kecamatan Palabuhanratu merupakan pusat kota dari kawasan Teluk Palabuhanratu ini. Adapun masyarakat yang beraktivitas di bidang pertanian jiwa dan yang beraktivitas di bidang nelayan sekitar jiwa, dengan kata lain masyarakat Kecamatan Palabuhanratu telah memanfaatkan potensi yang ada dan ditunjang dengan visi Kecamatan Palabuhanratu yaitu Mewujudkan Masyarakat kecamatan Palabuhanratu yang Berakhlak Mulia, Maju, dan Sejahtera melalui Pengembangan Sumber Daya Alam dan Pariwisata Kegiatan Nelayan di Kecamatan Palabuhanratu Nelayan di Palabuhanratu tergabung dalam Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia atau biasa disebut HNSI yang diketuai oleh Dede Ola. Organisasi ini berguna untuk menghimpun serta mendata nelayan yang masih aktif melaut. Organisasi ini juga bekerjasama dengan PPN Palabuhanratu dalam melakukan penyuluhan terhadap nelayan dalam memberikan informasi mengenai fishing ground, penanganan mutu ikan dll. Semakin berkembangnya nelayan Palabuhanratu tidak luput dari peran serta pemerintah. Oleh karena itu untuk menunjang kepentingan nelayan, PPN Palabuhanratu mendirikan perpustakaan dan balai tempat pertemuan nelayan. Balai pertemuan nelayan tersebut digunakan nelayan untuk berbagi informasi mengenai perkembangan perikanan di Palabuhanratu (Gambar 2). Gambar 2. Balai Pertemuan Nelayan

4 26 Jumlah nelayan yang menggunakan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu sebagai fishing base dari tahun 2008 sampai 2012 semakin bertambah. Bertambahnya nelayan yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai Fishing Base-nya selain karena fasilitas dan kemudahan dalam melaut, kemudian juga timbul adanya kesadaran dari masyarakat berupa pemanfaatan Sumber Daya Ikan (SDI) di Palabuhanratu. Perkembangan jumlah nelayan yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Nelayan yang Menggunakan PPNP sebagai Fishing Base dalam Rentang Tahun Tahun Nelayan (Orang) Sumber : Data Statistik PPNP 2012 (diolah) Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat diuraikan bahwa dalam rentang tahun yang tercatat di PPN Palabuhanratu bertambah dari tahun ke tahun. Bertambahnya jumlah nelayan yang signifikan terjadi pada tahun 2012 dimana jumlah nelayan sebanyak orang Perkembangan Perikanan Tangkap di Palabuhanratu Perkembangan perikanan tangkap di Palabuhanratu tidak lepas dari adanya peran serta dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP). Secara khusus, Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu menampung kegiatan masyarakat perikanan, terutama terhadap aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, serta pembinaan masyarakat nelayan. Pelayanan terhadap kapal perikanan sebagai sarana produksi meliputi; penyediaan basis (home base) bagi armada penangkapan, menjamin kelancaran bongkar ikan hasil tangkapan, menyediakan suplai logistik bagi kapal-kapal ikan seperti air tawar, BBM, dan es

5 27 untuk perbekalan ke laut. Pelayanan terhadap nelayan sebagai sumber unsur tenaga peroduksi meliputi; aspek pemasaran dan aspek pembinaan masyarakat nelayan. Keberhasilan pembangunan perikanan dan kelautan juga sangat ditentukan oleh peran aktif masyarakat yang terdiri dari masyarakat nelayan, pengusaha, dll (PPNP 2012). Jenis armada penangkapan ikan yang terdapat di PPNP adalah jenis kapal motor dengan ukuran kapal < 10 GT s/d > 30 GT dengan berbagai macam alat tangkap seperti gill net, payang, jaring rampus, bagan, purse seine, pancing ulur, pancing tonda, tuna longline, pancing rawai dll. Jumlah kapal atau perahu motor tempel dan kapal motor lainnya yang beroperasi dari tahun 2008 sampai 2012 disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Armada Tangkap yang Beroperasi di Palabuhanratu dari Tahun 2008 sampai 2012 Jenis Kapal/Perahu (Unit) Tahun Kapal Motor Motor jumlah <10 GT GT GT >30 GT Sub jumlah Tempel Sumber: Data Statistik PPNP 2012 (diolah) Dari Tabel 4 di atas jumlah armada tangkap di Palabuhanratu dari tahun 2008 dampai 2012 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Untuk tahun 2012 perahu motor tempel mengalami kenaikan dari 461 menjadi 903 unit, sedangkan untuk jumlah kapal motor yang beroperasi berjumlah 422 unit mengalami penurunan dari jumlah asal 610 unit. Peningkatan jumlah armada tangkap yang beroperasi di Palabuhanratu dari tahun 2008 sampai 2012 lebih lengkap disajikan pada Gambar 3.

6 28 Sumber: Data Statistik PPNP 2012, (diolah) Gambar 3. Grafik Jumlah Armada Tangkap yang Beroperasional di Palabuhanratu dari Tahun 2008 sampai 2012 Berdasarkan Grafik 3, terlihat jumlah armada tangkap Palabuhanratu dari tahun 2008 sampai 2012 semakin meningkat. Bertambahnya jumlah armada tangkap dari tahun ketahun dikarenakan jumlah perahu motor tempel yang semakin banyak. Selain armada tangkap untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang diinginkan baik itu jenis ikan pelagis maupun demersal nelayan diperlukan pengetahuan tentang tingkah laku ikan, daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan kemampuan menggunakan alat tangkap yang akan digunakan dalam operasional penangkapan ikan. Ada suatu konstruksi alat yang khusus untuk menangkap ikan tertentu seperti gill net yang merupakan salah satu alat tangkap untuk menangkap beberapa jenis ikan pelagis seperti tongkol, cakalang, tuna dan jenis ikan pelagis lainnya. Perkembangan jumlah alat tangkap yang beroprasi di Palabuhanratu berdasarkan jenisnya disajikan dalam Tabel 5.

7 29 Tabel 5. Perkembangan Jenis Alat Tangkap yang Beroperasi di Palabuhanratu dari Tahun 2008 sampai 2012 Tahun Alat Tangkap (Unit) Jumlah Rampus Pancing Payang Bagan Purse Seine Gill Net Rawai Long Line Sumber: Data Statistik Palabuhanratu 2012 (diolah) Dari Tabel 5 di atas terlihat bahwa jenis alat tangkap yang paling banyak digunakan adalah Pancing dan Longline. Hal ini juga berkaitan dengan semakin banyaknya armada tangkap di bwah 10 Gt yang berada di Palabuhanratu. Produksi dan nilai produksi Perikanan tangkap juga merupakan hal yang sangat penting. Produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu berasal dari hasil tangkapan kapal-kapal domisili (Palabuhanratu) dan kapal-kapal pendatang yang diantaranya berasal dari Cilacap, Jakarta dan Binuangeun. Daerah penangkapan ikan bagi nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu antara lain Teluk Palabuhanratu, Cisolok, Ujung Genteng, perairan sebelah selatan Pulau Jawa dan barat Pulau Sumatera. Adapun data produksi dan nilai hasil produksi ikan lima tahun terakhir dari tahun 2008 sampai 2012 disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Data Produksi dan Nilai Hasil Tangkapan Ikan yang Didaratkan di PPNP pada Tahun 2008 sampai 2012 Tahun Produksi (Kg) Nilai Produksi (Rp) Sumber : PPN Palabuhanratu 2012 (diolah)

8 30 Produksi ikan yang didaratkan mengalami fluktuasi dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 35,29 % dibanding produksi pada tahun Jumlah produksi ikan yang didaratkan pada tahun 2012 sebesar kg. Peningkatan dan penurunan produksi dan hasil produksi di PPN Palabuhanratu disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Gambar 4. Grafik Produksi Ikan yang di Daratkan di PPNP pada Tahun 2008 Sampai 2012 Gambar 5. Grafik Nilai Produksi Ikan yang di Daratkan di PPNP pada Tahun 2008 Sampai 2012 Dengan melihat grafik di atas, terlihat jelas bahwa produksi dan nilai produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada periode 2008 sampai 2012 mengalami peningkatan signifikan. Peningkatan signifikan tersebut terjadi pada tahun 2012, hal ini dikarenakan jumlah armada tangkap nelayan di PPN Palabuhanratu yang semakin bertambah dan adanya ikan unggulan seperti ikan

9 31 tuna yang diekspor ke luar negeri. Ikan tuna merupakan yang terbesar produksinya dibandingkan dengan jenis ikan yang lain. Jenis ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu didominasi oleh jenis ikan cakalang, tongkol, tuna, layur, layaran dan tembang. Produksi ikan dominan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. Berikut ini disajikan data produksi dan nilai produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 5 tahun terakhir dari tahun 2008 sampai 2012 disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Data dominasi jenis ikan yang didaratkan di PPN Jenis ikan Tahun Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) Cakalang jumlah Tongkol Jumlah Tuna Jumlah Tembang Jumlah Layaran Jumlah Layur Jumlah Sumber: Data Statistik PPNP 2012 (diolah)

10 32 Jenis ikan pada Tabel 7 tersebut merupakan jenis ikan dominan yang berada di Palabuhanratu. Produksi ikan cakalang pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 38,76 % dibandingkan dengan tahun 2011, yang diikuti kenaikan naiknya produksi ikan cakalang, nilai produksi sebesar 103,4 %. Harga rata-rata ikan cakalang pada periode tahun 2012 senilai Rp ,-/Kg. Sedangkan produksi jenis ikan tongkol mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 109,19 %. Kenaikan ini akibat aktivitas alat tangkap pancing tonda dan payang yang terus meningkat. Ikan tongkol ini merupakan salah satu target penangkapan alat tangkap pancing tonda dan jaring payang oleh nelayan di Palabuhanratu. Seperti yang tercantum pada Tabel 7 produksi jenis ikan tuna dan tembang mengalami fluktuasi. Produksi dan nilai produksi jenis ikan tuna mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 27,30 % dibanding tahun 2011 demikian juga nilai produksinya mengalami peningkatan sebesar 45,78 %. Harga rata-rata ikan tuna selama tahun 2012 senilai Rp ,-/Kg. Produksi dan nilai produksi ikan tuna juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan jenis ikan yang lain. Hal ini dikarenakan jenis ikan tuna diekspor ke luar negeri seperti Jepang dan Korea. Produksi jenis ikan tembang pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 241,12 % diiringi dengan kenaikan nilai produksinya sebesar 238,67 %. Harga rata-rata jenis ikan tembang periode tahun 2012 senilai Rp ,-/Kg. Seperti yang tercantum pada Tabel 6 diatas, produksi jenis ikan layaran mengalami peningkatan sebesar 4,45 % pada tahun 2012, begitu pula dengan nilai produksinya naik sebesar 68,8 %. Harga rata-rata ikan layaran selama priode tahun 2012 senilai Rp ,-/Kg. Produksi ikan layur pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 25,73 % dibandingkan pada tahun 2011 dengan nilai produksinya naik sebesar 61,72 %. Harga rata-rata ikan Layur selama tahun 2012 Rp ,-/Kg. Kenaikan harga ikan diakibatkan karena kesadaran nelayan di lingkungan Palabuhanratu dan tuntutan pasar yang mengutamakan kualitas ikan hasil tangkapan, kondisi tersebut akan mengakibatkan taraf hidup nelayan meningkat.

11 33 Untuk lebih meningkatkan nilai jual hasil tangkapan ikan yang didaratkan di Palabuhanratu perlu diupayakan kembali mekanisme lelang dan pasar yang sehat, didukung oleh semua pihak yang terlibat khususnya pengelola TPI. Produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di Palabuhanratu selain hasil tangkapan kapal-kapal perikanan yang mendarat di dermaga Pelabuhan juga berasal dari beberapa tempat pendaratan ikan yang dikirim melalui jalan darat seperti PPI Cisolok, PPI Loji, PPI Ujung Genteng, dan daerah lainnya seperti Binuangeun (Jawa Barat), Cilacap, dan Muncar (Jawa Tengah). Jenis ikan tersebut antara lain cakalang, tembang, layur, eteman, layaran dan tongkol. Jakarta merupakan daerah yang memberikan Kontribusi terbesar, karena jenis ikan yang didaratkan pantai Utara Jawa saling melengkapi dengan jenis ikan yang dihasilkan di Palabuhanratu (Pantai Selatan Jawa). Sehingga pada kondisi/musim tertentu saling membutuhkan, dimana ada beberapa jenis ikan dipantai Utara Jawa kurang sedangkan di pantai Selatan Jawa sedang musim. Akibatnya terjadi arus distribusi silang ikan dari Palabuhanratu ke daerah Jakarta dan sebaliknya. 4.2 Kawasan Wisata Bahari di Kecamatan Palabuhanratu Wisatawan yang datang berkunjung ke Palabuhanratu bertujuan untuk menikmati suasana Pantai. Tujuan lainnya adalah fasilitas air yang ada di Palabuhanratu seperti banana boat, selancar kecil (bogie), membeli ikan segar, melakukan aktivitas di pesisir, memancing dan mencicipi hidangan khas laut. Kecamatan Palabuhanratu memiliki empat obyek wisata bahari yang menjadikan daya tarik terhadap wisatawan untuk berkunjung diantaranya; di Pantai Karangsari, Pantai Citepus (Kebon Kalapa), Pantai Citepus 1, dan pantai Citepus ( Balai Desa). Masing-masing pantai tersebut mempunyai daya tarik tersendiri terhadap wisatawan yang berkunjung ke kawasan Palabuhanratu. Obyek wisata bahari yang berada di Kecamatan Palabuhanratu disajikan pada Tabel 8.

12 34 Tabel 8. Nama dan Jenis Obyek di Kecamatan Palabuhanratu Nama Kecamatan Nama Obyek Jenis Obyek Palabuhanratu Pantai Karangsari Pantai Citepus (Kebon Kalapa) Pantai Citepus I Pantai Citepus (Balai desa) Wisata Bahari Wisata Bahari Wisata Bahari Wisata Bahari Sumber : DISPARBUDPORA Palabuhanratu 2012 (diolah) Seperti yang terdapat pada Tabel 8 Kecamatan Palabuhanratu mempunyai empat jenis obyek wisata bahari diantaranya pantai karangsari yang terdapat di Desa Palabuhanratu. Pantai Karangsari merupakan tempat favorit wisatawan baik lokal maupun mancanegara, karena di Pantai Karangsari ini selain wisatawan disuguhi dengan pemandangan yang indah wisatawan juga bisa berenang dengan menggunakan selancar kecil (bogie) atau bermain banana boat yang bisa disewa di sekitaran pantai. Berikut adalah Gambar dari Pantai Karangsari Gambar 6. Pantai Karangsari Berbeda dengan Pantai Karangsari, sepanjang Pantai Citepus Kebon Kalapa, Pantai Citepus I, dan Pantai Citepus Balai Desa wisatawan selain dapat melihat pemandangan lautnya juga dapat menikmati hidangan ikan bakar yang berada dirumah makan sepanjang Pantai Citepus tersebut. Selain itu istri nelayan juga ikut andil dengan membuka warung-warung dan berjualan cinderamata berupa baju Pantai Palabuhanratu.

13 Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas PARBUDPORA Kabupaten Sukabumi selalu berupaya untuk meningkatkan perkembangan dalam hal bidang sarana dan Prasarana wisata yang merupakan sektor utama kepariwisataan di Kabupaten Sukabumi khususnya di Pantai Palabuhanratu. Adapun sarana dan prasarana yang ada di kawasan Palabuhanratu diantaranya : a). Perhubungan dan Transportasi Sarana perhubungan menuju kawasan Pantai Palabuhanratu sudah semakin membaik. Hal ini ditunjunkan dengan adanya perbaikan jalan utama disetiap tahunnya. Selain jalan utama, jalan kecamatan Palabuhnanratu juga mengalami perkembangan dari tahun ke tahun terbukti dengan adanya perbaikan jalan dengan cara pelebaran sisi jalan. Adapun trayek angkutan yang dapat diakses yaitu dengan menggunakan bus dari kota Sukabumi menuju Palabuhanratu. Terminal Palabuhanratu berada di pusat kota Palabuhanratu yang berdekatan dengan Tourism Information Centre Palabuhanratu, hal ini memudahkan wisatawan mancanegara yang datang dengan menggunakan bus umum untuk mencari informasi mengenai wisata di Pantai Palabuhanratu. Di kawasan Palabuhanratu jumlah sarana transportasi masih terbatas, angkutan umum yang ada di Palabuhanratu masih sedikit. Apabila jarak yang akan ditempuh dekat biasanya wisatawan menggunakan sepeda motor (ojek) sebagai alat transportasi mereka. Banyaknya wisatawan yang datang menggunakan alat transportasi pribadi menjadikan angkutan umum di Palabuhanratu relatif tidak banyak. b). Penginapan dan Restoran Kawasan pantai Palabuhanratu memiliki banyak restoran sebagai penunjang kebutuhan pokok wisatawan, restoran ini berada hampir sepanjang kawasan Pantai Palabuhanratu dengan harga yang bervariasi mulai dari yang ekonomis sampai cukup tinggi. Sarana penginapan di kawasan pantai Palabuhanratu menyediakan banyak fasilitas untuk menginap, fasilitas tersebut meliputi hotel dan losmen. Sepanjang kawasan Pantai Palabuhanratu terdapat hotel dengan harga yang bervariasi. Salah satu hotel yang terkenal di Pantai Palabuhanratu adalah Samudera Beach Hotel berbintang 4 ini menawarkan

14 36 berbagai kenyamanan dan fasilitas kepada para pengunjungnya. Hal yang membuat Hotel Samudera Beach ini istimewa dan menarik banyak pengunjung ke sana adalah sebuah kamar misterius bernomor 308. Menurut mitos yang dipercayai masyarakat kamar tersebut merupakan kamar peristirahatan terakhir Nyai Roro Kidul, nuansa kamar pun diatur sedemikian rupa dengan dominasi warna hijau yang dipercaya sebagai warna favorit Nyai Roro Kidul. Hal seperti ini juga menjadikan daya tarik wisatawan yang datang ke Pantai Palabuhanratu dan Hotel Samudera Beach. c). Tempat Perbelanjaan Pantai Palabuhanratu memiliki area perbelanjaan yang lengkap mulai dari perlengkapan rumah tangga sampai dengan perlengkapan lauk pauk seperti, pasar ikan segar maupun olahan yang tertata dengan rapih. Pasar ikan yang berada di Palabuhanratu berada di sebelah Tempat Pelelangan Ikan (TPI), biasanya pasar ikan ini mulai buka dari jam 05:30 sampai dengan 20:00 WIB. d). Pusat Informasi dan Komunikasi Tourism Information Centre Palabuhanratu di bawah naungan Dinas PARBUDPORA Kabupaten Sukabumi merupakan Pusat informasi yang berada di Pantai Palabuhanratu. Selain menjadi pusat informasi bagi wisatawan yang datang ke Pantai Palabuhanratu, tourism information centre Palabuhanratu juga memfasilitasi wisatawan yang berminat untuk belajar khusus dalam hal diving dan surfing. Sarana komunikasi yang terdapat di Pantai Palabuhanratu adalah kantor pos untuk mengirim surat, barang dan wesel. Saluran telepon dan telekomunikasi hampir semua operator GSM, CDMA bisa dimanfaatkan dengan baik. e). Pengamanan Pantai/Life Guard Pantai Palabuhanratu mempunyai satuan penyelamatan dan pengamanan pantai yang disebut Balawista. Balawista tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok untuk ditugaskan di setiap pos Life Guard yang ada, masing-masing pos berisi 5 orang Balawista dengan fungsi yang penting yaitu untuk menyelamatkan wisatawan..

15 Karakteristik Responden Responden nelayan dan keluarga nelayan dalam penelitian ini berjumlah 32 orang dengan berbagai macam pekerjaan dan kegiatan, yaitu 13 orang meyewakan perahu untuk memancing, 6 orang menyewakan banana boat, 4 orang menyewakan alat selancar kecil (bogie), 3 orang menjual pakaian khas Palabuhanratu, dan 6 orang menjual makanan ringan. Adapun karakteristik responden yang diamati meliput umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja dan jumlah tanggungan keluarga (Lampiran 2) Umur Umur merupakan hal yang penting bagi produktivitas seseorang dalam melakukan sesuatu usaha atau kegiatan. Berikut data umur responden disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Umur Responden di Palabuhanratu No Umur (Tahun) Responden (Orang) Persentase (%) , > ,6 Jumlah Pada Tabel 9 di atas, dapat dilihat dengan jelas pengelompokan umur berdasarkan hasil wawancara dari kelompok umur terendah dan tertinggi dari jumlah responden 32 orang yaitu, umur tahun, tahun, >55 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah kelompok responden terbesar adalah kelompok umur tahun yaitu sebanyak 75 %( 24 responden), diikuti dengan kelompok umur > 55 tahun, yaitu sebanyak 15,6 % ( 5 responden), dan kelompok umur dengan jumlah 9,4 % ( 3 responden) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang erat kaitannya dengan dengan kecerdasan dan pola pikir dalam pengambilan keputusan terhadap suatu masalah. Berikut tingkat pendidikan responden disajikan dalam Tabel 10.

16 38 Tabel 10. Tingkat Pendidikan Responden Palabuhanratu No Pendidikan Responden (Orang) Persentase (%) 1 SD 25 78,1 2 SMP 6 18,8 3 SMA 1 3,1 Jumlah Berdasarkan Tabel 10 di atas, dari jumlah responden 32 orang dapat dilihat tingkatan pendidikan dari responden yang dikelompokan ke dalam tingkatan pendidikan yaitu, SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah Menengah Atas). Kelompok responden yang memiliki tingkat pendidikan paling banyak yaitu SD dengan jumlah 78,1 % ( 25 responden), diikuti dengan tingkat pendidikan SMP yaitu sebesar 18,8 % (6 responden) dan tingakat SMA sebesar 3,1 % ( 1 responden) Pengalaman Kerja Pengalam bekerja merupakan waktu yang telah dihabiskan seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Berikut pengalaman bekerja responden disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Pengalaman Kerja Responden Pengalaman Kerja (Tahun) Responden (Orang) Persentase (%) < 1 2 6, , ,2 > ,1 Jumlah Pada Tabel 11 di atas, dapat dilihat dengan jelas pengelompokan pengalaman kerja responden berdasarkan hasil wawancara dari kelompok terendah dan tertinggi dari jumlah responden 32 orang yaitu, pengalaman kerja < 1 tahun, 1-10 tahun, tahun dan >10 tahun. Kelompok responden terbesar adalah kelompok pengalaman kerja 1-10 tahun yaitu sebanyak 59,4 %( 19 responden), hal ini dikarenakan kegiatan wisata bahari di kawasan Palabuhanratu masih terbilang baru seperti banana boat, dan sewa papan selancar kecil (bogie). diikuti dengan kelompok pengalaman kerja tahun, yaitu sebanyak 31,2 % (

17 39 10 responden), kemudian kelompok pengalaman kerja <1 tahun, yaitu sebanyak 6,3 % ( 2 responden) dan yang < 1 tahun dengan jumlah sebanyak 3,1 % (1 responden) Jumlah Tanggungan Keluarga Tabel 12. Tanggungan Keluarga Responden No Jumlah Tanggungan (Orang) Responden (Orang) Persentase (%) 1 0 (tidak ada tanggungan) 1 3, , ,7 Jumlah Pada Tabel 12 diatas, dari jumlah responden 32 orang dapat dilihat jumlah tanggungan keluarga responden yang dikelompokan ke dalam tingkatan jumlah tanggungan terendah sampai tertinggi, yaitu 0 (tidak ada tanggungan), 1 2 orang, dan 3-4 orang. Tingkatan kelompok yang memiliki jumlah tanggungan keluarga paling banyak yaitu 3-4 dengan jumlah 65,7 % (21 responden), dilanjutkan tanggungan 1-2 dengan jumlah sebanyak 31,2 % (10 responden), dan 0 (tidak ada tanggungan) sebanyak 3,1 % (1 responden). Adanya responden yang tidak memiliki jumlah tanggungan dikarenakan responden ini adalah anak nelayan yang ikut serta dalam kontribusi wisata bahari. 4.4 Analisis Usaha Perikanan Tangkap Kegiatan usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu yang menjalankan Usaha wisata bahari. Dalam pengoprasian penangkapan ikan, nelayan yang berkontribusi wisata bahari rata-rata dalam sebulan hanya menangkap ikan 18 kali (trip). Dalam penangkapan ikan, suatu perahu atau armada tangkap terdiri dari juru mudi, dan ABK. Rata-rata upah ABK yang didapat dari hasil menangkap ikan hanya mendapatkan 30 % dari jumlah hasil tangkapan. Analisis usaha nelayan perikanan tangkap di Palabuhanratu disajikan dalam Tabel 13.

18 40 Tabel 13. Analisis Usaha Nelayan Perikanan Tangkap di Palabuhanratu No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi - Perahu < 10 Gt Alat Tangkap Mesin Jumlah Biaya Tetap - Penyusutan Perahu Penyusutan Alat Tangkap Penyusutan mesin Jumlah Biaya Variabel - Bahan Bakar Perbekalan Jumlah Biaya Total Penerimaan Kriteria finansial Pendapatan Bersih BCR 1,34 Berdasarkan pada Tabel 13 di atas, rata-rata biaya pengeluaran dalam kegiatan usaha Nelayan Perikanan di Palabuhanratu yang tergabung dalam ratarata biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel sejumlah Rp (biaya total), Sedangkan untuk rata-rata penerimaan adalah Rp Sehingga dari kurun waktu satu tahun didapat keuntungan sebesar Rp BCR pada kegiatan usaha ini sebesar 1,34 yang artinya kegiatan usaha ini layak karena BCR lebih dari satu (Lampiran 3). 4.5 Analisis Usaha Kegiatan Wisata Bahari Dalam analisis usaha kegiatan wisata bahari di kawasan Palabuhanratu terdapat beberapa aktivitas nelayan atau rumah tangga nelayan meliputi kegiatan usaha menyewakan perahu untuk memancing, sewa banana boat, sewa papan selancar kecil (bogie), menjual pakaian khas dan menjual makanan ringan. Kegiatan tersebut dilakukan untuk menambah penghasilan rumah tangga nelayan. Kegiatan usaha sewa perahu untuk memancing yang dilakukan nelayan Palabuhanratu rata-rata dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu. Hal ini karena

19 41 perahu yang disewakan merupakan perahu yang biasa dijadikan untuk menangkap ikan. Pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu biasanya para nelayan Palabuhanratu tidak melaut untuk menangkap ikan, akan tetapi mereka mengisi waktu dengan cara usaha dibidang wisata bahari seperti menyewakan perahu, menyewakan selancar kecil (bogie), dan menyewakan banana boat. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis usaha kegiatan wisata bahari di kawasan Palabuhanratu disajikan dalam beberapa Tabel berikut: Tabel 14. Analisis Usaha Menyewakan Perahu dalam 1 Tahun No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi - Perahu Mesin Jumlah Biaya Tetap - Penyusutan perahu Penyusutan mesin Jumlah Biaya Variabel - Bahan bakar Biaya Total Penerimaan Kriteria finansial Pendapatan Bersih BCR 1,23 Berdasarkan Tabel 14 di atas, terlihat bahwa rata-rata biaya pengeluaran dalam kegiatan usaha menyewakan perahu yang tergabung dalam biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel sejumlah Rp (biaya total), Sedangkan untuk rata-rata penerimaan adalah Rp Sehingga dari kurun waktu satu tahun didapat keuntungan sebesar Rp BCR pada kegiatan usaha ini sebesar 1,23 yang artinya kegiatan usaha ini layak karena BCR lebih dari satu (Lampiran 4).

20 42 Tabel 15. Usaha Sewa Banana Boat dalam 1 Tahun No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi - Banana Boat Perahu + Mesin Jumlah Biaya Tetap - Penyusutan Perahu Penyusutan Banana Boat Jumlah Biaya Variabel - Perbekalan Keamanan Bahan Bakar Jumlah Biaya Total Penerimaan Kriteria finansial Pendapatan BCR 1 Usaha penyewaan banana boat di Palabuhanratu hanya dilakukan hari Sabtu dan Minggu saja. Terdapat 6 nelayan buruh yang bekerja pada penyewaan banana boat, peran nelayan di kegiatan ini hanya menjadi pekerja buruh yang langsung berhadapan dengan wisatawan yang ingin menyewa banana boat. Biasanya nelayan buruh langsung menawarkan kepada wisatawan yang ingin menyewa banana boat, dalam 1 kali trip wisatawan dikenakan biaya sebesar Rp Berdasarkan Tabel 15, rata-rata biaya pengeluaran dalam kegiatan usaha penyewaan banana boat yang tergabung dalam biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel sejumlah Rp (biaya total), sedangkan rata-rata penerimaan adalah Rp Dalam kurun waktu 1 tahun didapat keuntungan sebesar Rp Untuk mengetahui berapa jumlah penerimaan upah nelayan buruh dalam 1 tahun maka, Rp (jumlah penerimaan) dikurangi Rp (jumlah biaya variabel ) = Rp , kemudian

21 43 hasil ini dibagi menjadi dua bagian atau 50:50 dengan pemilik resmi banana boat, setelah itu didapat hasil sebesar Rp , setelah jumlah bagi hasil dengan pemilik sudah didapat kemudian nantinya dibagi 6 (jumlah nelayan buruh), maka upah nelayan buruh pada sewa banana boat dalam 1 tahun yaitu sebesar Rp atau dalam 1 kali operasi rata-rata sebesar Rp BCR pada kegiatan usaha ini sebesar 1 yang artinya kegiatan usaha ini impas karena BCR sama dengan satu (Lampiran 5). Tabel 16. Usaha Sewa Papan Selancar Kecil dalam 1 Tahun No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi - Papan Selancar Tenda dan Kursi Jumlah Biaya Tetap - Perawatan Papan Selancar Perawatan Tenda Iuran Sampah Jumlah Biaya Variabel - Perbekalan Biaya Total Penerimaan Kriteria finansial Pendapatan Bersih BCR 2,10 Pada Tabel 16 di atas, terlihat rata-rata biaya pengeluaran dalam kegiatan usaha penyewaan papan selancar kecil (Bogie) yang tergabung dalam biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel sejumlah Rp (biaya total), sedangkan rata-rata penerimaan adalah Rp Dalam kurun waktu satu tahun didapat keuntungan sebesar Rp BCR pada kegiatan usaha ini sebesar 2,10 yang artinya kegiatan usaha ini layak karena BCR lebih dari satu (Lampiran 6).

22 44 Tabel 17. Usaha Menjual Pakaian Khas Palabuhanratu dalam 1 Tahun No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi - Bangunan/Tenda Gantungan Pakaian Meja Pakaian Jumlah Biaya Tetap - Perawatan Bangunan/Tenda Perawatan Gantungan Retribusi Jumlah Biaya Variabel - Listrik Biaya Total Penerimaan Kriteria Finansial Pendapatan Bersih BCR 1,82 Pada Tabel 17 di atas, terlihat rata-rata biaya pengeluaran dalam kegiatan usaha menjual pakaian khas Palabuhanratu yang tergabung dalam biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel sejumlah Rp (biaya total), sedangkan untuk rata-rata penerimaan adalah Rp Dalam kurun waktu satu tahun didapat keuntungan sebesar Rp BCR pada kegiatan usaha ini sebesar 1,82 itu artinya kegiatan usaha ini layak karena BRC lebih dari satu (Lampiran 7).

23 45 Tabel 18. Usaha Menjual Makanan Ringan Palabuhanratu dalam 1 Tahun No Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi - Bangunan Meja dan Kursi Peralatan Dapur Jumlah Biaya Tetap - Perawatan Bangunan Perawatan Meja dan Kursi Perawatan Peralatan Dapur Iuran Sampah Jumlah Biaya Variabel - Modal Usaha Listrik Jumlah Biaya Total Penerimaan Kriteria Finansial Pendapatan Bersih BCR 2,43 Berdasarkan Tabel 18 diatas, rata-rata biaya pengeluaran dalam kegiatan usaha menyewakan sewa papan selancar kecil (Bogie) yang tergabung dalam biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel sejumlah Rp (biaya total), sedangkan rata-rata penerimaan adalah Rp Dalam kurun waktu satu tahun didapat keuntungan sebesar Rp BCR pada kegiatan usaha ini sebesar 2,43 yang artinya kegiatan usaha ini layak karena BCR lebih dari satu (Lampiran 8). 4.6 Curahan Waktu Kerja Nelayan pada Kegiatan Wisata Bahari Usaha Sewa Perahu Untuk Memancing Pada umumnya kegiatan sewa perahu untuk memancing dilakukan pada pukul sampai dengan pukul WIB. Terdapat 13 responden yang memiliki kegiatan wisata bahari didapatkan rata-rata curahan waktu kerja nelayan yaitu 12 jam dalam 1 hari. Kegiatan sewa perahu di Palabuhanratu biasanya dilakukan hanya hari Sabtu dan Minggu saja, berarti perhitungannya dalam 1

24 46 bulan didapatkan curahan kerja 12 jam X 8 hari = 96 jam. Sehingga didapat curahan waktu kerja per bulan sebagai berikut : CK SPM = 96 X 100% = 13,33 % 720 Artinya adalah nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa perahu memiliki curahan waktu kerja sebesar 13,33 % dalam sebulan (720 jam) Usaha Sewa Banana Boat Kegiatan sewa banana boat yang bertempat di kawasan Palabuhanratu, dilakukan di pesisir pantai setiap hari Sabtu dan Minggu saja. Terdapat 6 responden dalam kegiatan ini, didapat rata-rata curahan kerja nelayan yaitu 9 jam dalam sehari. Perhitungan dalam 1 bulan didapatkan curahan kerja 9 jam X 8 hari = 72 jam. Sehingga didapat curahan waktu kerja per bulan sebagai berikut : CK SBB = 72 X 100 % = 10 % 720 Artinya adalah nelayan yang melakukan kegiatan usaha sewa banana boat memiliki curahan waktu kerja sebesar 10 % dalam sebulan (720) Usaha Sewa Selancar Kecil (Bogie) Kegiatan Usaha Sewa Selancar Kecil (bogie) ini berdasarkan wawancara terhadap 4 responden, didapatkan rata-rata curahan kerjanya yaitu 10,25 jam dalam sehari. Perhitungan dalam 1 bulan didapatkan curahan kerja 10,25 jam X 30 hari = 307,5 jam. Sehingga didapat curahan waktu kerja per bulan sebagai berikut : CK 307,5 SSK = X 100% = 42,70 % 720 Artinya adalah Rumah Tangga Nelayan (RTN) yang melakukan kegiatan usaha sewa selancar kecil (bogie) memiliki curahan waktu kerja sebesar 42,70 % dalam sebulan (720 jam).

25 Usaha Jual Pakaian Khas Curahan Kerja Rumah Tangga Nelayan (RTN) yang memiliki usaha jual pakaian khas Palabuhanratu, berdasarkan wawancara terhadap 3 responden, didapatkan curahan kerjanya rata-rata yaitu 9,33 jam dalam sehari. Perhitungan dalam 1 bulan didapatkan curahan kerja 9,33 jam X 30 hari = 279,9 jam. Sehingga didapat curahan waktu kerja per bulan sebagai berikut : CK JPK = 279,9 720 X 100% = 38,75% Artinya adalah Rumah Tangga Nelayan (RTN) yang melakukan usaha jual pakaian khas Palabuhanratu memiliki curahan waktu kerja sebesar 38,75 % dalam sebulan (720 jam) Usaha Menjual Makanan Ringan Curahan Kerja Rumah Tangga Nelayan (RTN) yang memiliki usaha menjual makanan ringan, berdasarkan wawancara terhadap 6 responden, didapatkan curahan kerjanya rata-rata yaitu 12,5 jam dalam sehari. Perhitungan dalam 1 bulan didapatkan curahan kerja 12,5 jam X 30 hari = 375 jam. Sehingga didapat curahan waktu kerja per bulan sebagai berikut : CK MMR = X100% 52,08 % Artinya adalah Rumah Tangga Nelayan (RTN) yang melakukan usaha menjual makanan ringan memiliki curahan waktu kerja sebesar 52,08 % dalam sebulan (720 jam). 4.7 Analisis Pendapatan Nelayan Kontribusi Relatif Pendapatan Rumah Tangga Nelayan di Luar Penangkapan 1. Kontribusi relatif pendapatan rumah tangga nelayan dengan 1 usaha wisata bahari di Kecamatan Palabuhanratu. Perhitungannya sebagai berikut: Usaha Sewa Perahu I w. Bahari : Pendapatan sewa perahu = Rp I total : Usaha Penangkapan + Usaha Sewa Perahu : Rp Rp

26 48 Maka, : Rp I relatif off fishing = x 100% = 20,17 % Jadi, kontribusi relatif pendapatan usaha sewa perahu terhadap rumah tangga nelayan sebesar 20,17 %. Usaha Sewa Banana Boat I w. Bahari : Pendapatan sewa banana boat = Rp I total Maka, : Usaha Penangkapan + Usaha Sewa banana boat : Rp Rp : Rp I relatif off fishing = x 100% = 13,66 % Jadi, kontribusi relatif pendapatan usaha sewa banana boat terhadap rumah tangga nelayan sebesar 13,66 %. Usaha Sewa Selancar Kecil (Bogie) I w. Bahari : Pendapatan sewa selancar kecil (bogie) = Rp I total Maka, : Usaha Penangkapan + Usaha Sewa selancar kecil (bogie) : Rp Rp : Rp I relatif off fishing = x 100% = 38 % Jadi, kontribusi relatif pendapatan sewa selancar kecil (bogie) terhadap rumah tangga nelayan sebesar 38 %. Usaha Menjual Pakaian Khas Palabuhanratu I w. Bahari : Pendapatan menjual pakaian khas Palabuhanratu = Rp I total : Usaha Penangkapan + Usaha menjual pakaian khas Palabuhanratu

27 49 Maka, : Rp Rp : Rp I relatif off fishing = x 100% = 28,20 % Jadi, kontribusi relatif pendapatan menjual pakaian khas Palabuhanratu terhadap rumah tangga nelayan sebesar 28,20 %. Usaha Menjual Makanan Ringan I w. Bahari : Pendapatan menjual makanan ringan = Rp I total Maka, : Usaha Penangkapan + Usaha menjual makanan ringan : Rp Rp : Rp I relatif off fishing = x 100% = 34,90 % Jadi, kontribusi relatif pendapatan menjual makanan ringan terhadap rumah tangga nelayan sebesar 34,90 %. 2. Kontribusi relatif pendapatan rumah tangga nelayan dan adanya peran anak nelayan, dengan 1 usaha wisata bahari. Terdapat 1 rumah tangga nelayan dimana anak nelayan ikut serta dalam usaha kontribusi wisata bahari. Perhitungannya sebagai berikut: Usaha Sewa Banana Boat dan Usaha Sewa Banana Boat (Anak Nelayan) I w. Bahari : Pendapatan sewa banana boat + Pendapatan sewa banana boat = I total Maka, Rp : Usaha Penangkapan + Usaha Sewa Perahu : Rp Rp : Rp

28 50 I relatif off fishing = x 100% = 24,04% Jadi, kontribusi relatif usaha sewa banana boat dengan adanya peran anak nelayan terhadap pendapatan rumah tangga nelayan sebesar 24,04 %. 3. Kontribusi relatif pendapatan rumah tangga nelayan dengan 2 usaha wisata bahari di Kecamatan Palabuhanratu. Terdapat 1 rumah tangga nelayan yang memiliki 2 usaha wisata bahari, perhitungannya adalah sebagai berikut: Usaha Sewa Banana Boat dan Menjual Makanan Ringan I w. Bahari : Pendapatan banana boat + menjual makanan ringan = Rp I total : Usaha Penangkapan + Usaha Sewa Perahu : Rp Rp : Rp I relatif off fishing = x 100% = 40,98 % Jadi, kontribusi relatif pendapatan usaha sewa banana boat dan menjual makanan ringan terhadap rumah tangga nelayan sebesar 40,98 %. Kontribusi relatif pendapatan rumah tangga nelayan yang diperoleh dari kegiatan wisata bahari, untuk lebih jelasnya disajikan dalam Tabel berikut: Tabel 19. Kontribusi Relatif Pendapatan Rumah Tangga Nelayan No Usaha Pendapatan usaha (Rp) Pendapatan Nelayan (Rp) Total Pendapatan (Rp) Kontribu si relatif (%) 1 Sewa Perahu ,17 2 Sewa Banana ,66 Boat 3 Sewa Bogie Jual Pakaian Khas ,20 5 Jual Makanan ,90 Ringan 6 Sewa Banana ,04 Boat & Sewa Banana Boat 7 Sewa Banana Boat & Jual Makanan Ringan ,98

29 Kontribusi Mutlak Pendapatan RTN di Luar Penangkapan 1. Kontribusi mutlak pendapatan rumah tangga nelayan dengan 1 usaha wisata bahari di Kecamatan Palabuhanratu. Perhitungannya sebagai berikut: Usaha Sewa Perahu I relatif off fishing = x = Rp Jadi, kontribusi mutlak pendapatan usaha sewa perahu terhadap rumah tangga nelayan di Kecamatan Palabuhanratu dalam 1 tahun sebesar Rp Usaha Sewa Banana Boat I relatif off fishing = x = Rp Jadi, kontribusi mutlak pendapatan usaha sewa banana boat terhadap rumah tangga nelayan di Kecamatan Palabuhanratu dalam 1 tahun sebesar Rp Usaha Sewa Selancar Kecil (Bogie) I relatif off fishing = x = Rp Jadi, kontribusi mutlak pendapatan sewa selancar kecil (bogie) terhadap rumah tangga nelayan di Kecamatan Palabuhanratu dalam 1 tahun sebesar Rp Usaha Menjual Pakaian Khas Palabuhanratu I relatif off fishing = x = Rp Jadi, kontribusi mutlak pendapatan menjual pakaian khas Palabuhanratu terhadap rumah tangga nelayan di Kecamatan Palabuhanratu dalam 1 tahun sebesar Rp Usaha Menjual Makanan Ringan

30 52 I relatif off fishing = x = Rp Jadi, kontribusi mutlak pendapatan menjual makanan ringan terhadap rumah tangga nelayan di Kecamatan Palabuhanratu dalam 1 tahun sebesar Rp Kontribusi mutlak pendapatan rumah tangga nelayan dan adanya peran anak nelayan, dengan 1 usaha wisata bahari. Terdapat 1 rumah tangga nelayan dimana anak nelayan ikut serta dalam kontribusi wisata bahari. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Usaha Sewa Banana Boat dan Usaha Sewa Banana Boat I relatif off fishing = x = Rp Jadi, kontribusi mutlak usaha sewa banana boat dengan adanya peran anak nelayan terhadap pendapatan rumah tangga nelayan di Kecamatan Palabuhanratu dalam 1 tahun sebesar Rp Kontribusi mutlak pendapatan rumah tangga nelayan dengan 2 usaha wisata bahari di Kecamatan Palabuhanratu. Terdapat 1 rumah tangga nelayan yang memiliki 2 usaha wisata bahari, perhitungannya adalah sebagai berikut: Usaha Sewa Banana Boat dan Menjual Makanan Ringan I relatif off fishing = x = Rp Jadi, kontribusi mutlak pendapatan usaha sewa banana boat dan menjual makanan ringan terhadap rumah tangga nelayan di Kecamatan Palabuhanratu dalam 1 tahun sebesar Rp Kontribusi mutlak pendapatan rumah tangga nelayan yang diperoleh dari kegiatan wisata bahari, untuk lebih jelasnya disajikan dalam Tabel berikut:

31 53 Tabel 20. Kontribusi Mutlak Pendapatan Rumah Tangga Nelayan No Usaha Pendapatan usaha (Rp) Pendapatan Nelayan (Rp) Total Pendapatan (Rp) Kontribusi Mutlak (Rp) 1 Sewa Perahu Sewa Banana Boat Sewa Bogie Jual Pakaian Khas Jual Makanan Ringan Sewa Banana Boat & Sewa Banana Boat 7 Sewa Banana Boat & Jual Makanan Ringan Berikut adalah ini adalah kontribusi relatif dan kontribusi mutlak pendapatan rumah tangga nelayan Palabuhanratu, untuk lebih jelasnya disajikan dalam Tabel 21. Tabel 21. Kontribusi Relatif dan Mutlak Pendapatan RTN Palabuhanratu di Luar Penangkapan No Usaha Total Pendapatan (Rp) Kontribusi Relatif (%) Kontribusi Mutlak (Rp) Waktu Kerja (%) 1 Sewa Perahu , ,33 2 Sewa Banana Boat , Sewa Bogie ,70 4 Jual Pakaian Khas , ,75 5 Jual Makanan , ,08 Ringan 6 Sewa Banana Boat , & Sewa Banana Boat 7 Sewa Banana Boat & Jual Makanan Ringan ,

32 Pendapatan dan Kesejahteraan Nelayan Pendapatan rumah tangga nelayan di Kecamatan Palabuhanratu yang paling besar diperoleh dari pendapatan hasil tangkapan, sewa papan selancar kecil (bogie), sewa banana boat, menjual makanan ringan, menjual pakaian khas Palabuhanratu, sewa perahu dan sewa banana boat. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan besar kontribusi sebagai berikut Tabel 22. Pendapatan Nelayan No Jenis Pemasukan Pendapatan (Rp) Kontribusi 1 Hasil Tangkapan ,9 2 Sewa Bogie ,75 3 Menjual Makanan Ringan ,15 4 Menjual Pakaian Khas ,3 5 Sewa Perahu ,55 6 Sewa Banana Boat ,35 Jumlah Dari Tabel 22 di atas, terlihat bahwa pendapatan nelayan paling besar adalah penangkapan ikan yaitu sebesar Rp , kemudian untuk usaha wisata bahari yang memberikan kontribusi terbesar adalah sewa selancar kecil (bogie) yaitu sebesar Rp , menjual makanan ringan sebesar Rp , menjual pakaian khas Palabuhanratu sebesar Rp , sewa perahu Rp dan sewa banana boat sebesar Rp Tingkat Kesejahteraan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui gubernur pada setiap provinsi di Indonesia secara berkala menerbitkan keputusan tentang Upah Minimum Regional (UMR) yang memuat nilai Upah Minimum masing-masing kabupaten (UMK) sebagai acuan standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Adapun UMR Kabupaten sukabumi yaitu Rp per bulan. Penentuan kesejahteraan dalam penelitian ini adalah dengan

33 55 menggunakan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Kebutuhan fisik minimum disini adalah kebutuhan yang dikeluarkan nelayan untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Adapun hal yang dimaksud dalam KFM dalam penelitian ini meliputi: kebutuhan beras, lauk pauk, biaya kesehatan, biaya pendidikan dan biaya rekreasi. KFM nelayan Palabuhanratu yang menjalankan usaha wisata bahari disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. KFM Nelayan Palabuhanratu yang Berkontribusi Wisata Bahari No Pendapatan Pendapatan Jumlah UMR (Kab. (KFM) Nelayan Usaha Lain Total Sukabumi) Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Tidak Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Tidak Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Tidak Sejahtera Tidak Sejahtera Tidak Sejahtera Tidak Sejahtera

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Secara astronomis wilayah Palabuhanratu berada pada 106º31' BT-106º37' BT dan antara 6 57' LS-7 04' LS, sedangkan secara administratif

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 0 57-7 0 25 Lintang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaaan Umum Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 119

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu juga merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Palabuhanratu, tepatnya di Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi (Lampiran 1). Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Topografi dan Geografi Topografi wilayah Palabuhanratu adalah bertekstur kasar, sebagian besar wilayahnya merupakan dataran bergelombang dan terdiri atas daerah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) terletak pada posisi 06 59 47, 156 LS dan 106 32 61.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nelayan Secara geografis, nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir Pantai Tanjung Pasir merupakan pantai wisata yang di kelola oleh TNI AL Kabupaten Tangerang, dan Desa Tanjung Pasir dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir merupakan salah satu desa di Kecamatan Teluknaga dimana masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional, kata tanjung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6 o 57-7 o 25 Lintang Selatan dan 106 o 49-107 o 00 Bujur Timur dan mempunyai

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu dan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok,

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 ο 24 112 ο 11 BT dan 7 ο

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU 7.1. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu Identifikasi stakeholder dapat dilihat pada Tabel 23. Nilai kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum perikanan tangkap di Indonesia masih didominasi oleh usaha perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya 15% usaha perikanan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI

PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN PROYEK ICCTF TA 2016 ADAPTASI PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM DI WILAYAH PESISIR SELATAN PULAU JAWA BERBASIS KAJIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER ANALISIS FUNGSI KELEMBAGAAN NON-PASAR (NON- MARKET INSTITUTIONS) DALAM EFISIENSI ALOKASI SUMBERDAYA PERIKANAN (Studi Kasus: Pelabuhanratu, Kab. Sukabumi) RIAKANTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografi dan keadaan topografi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara Baru. Kawasan

Lebih terperinci

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan 23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,

Lebih terperinci

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati:

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati: Daya tarik wisata alam Ujung Genteng memang membuat banyak orang penasaran karena keragaman objek wisatanya yang bisa kita nikmati dalam sekali perjalanan, mulai dari pantai berpasir putih, melihat penyu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.50/MEN/2011 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 28 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah sebuah kabupaten administrasi di Provinsi DKI Jakarta dimana sebelumnya menjadi salah

Lebih terperinci

VI. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PELABUHANRATU. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan

VI. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PELABUHANRATU. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan VI. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PELABUHANRATU Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan Pelabuhanratu selama ini mengacu kepada peraturan formal yang ditetapkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh Letak topografis dan geografis Banda Aceh

4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh Letak topografis dan geografis Banda Aceh 22 4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh 4.1.1 Letak topografis dan geografis Banda Aceh Kota Banda Aceh terletak di ujung barat Pulau Sumatera. Perairan Kota Banda Aceh secara umum dipengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Wilayah Tanjung Pasir ( Kecamatan Teluk Naga) Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Peta Wilayah Tanjung Pasir ( Kecamatan Teluk Naga) Lokasi Penelitian 61 Lampiran 1. Peta Wilayah Tanjung Pasir ( Kecamatan Teluk Naga) Lokasi Penelitian 62 Lampiran 2. Kuesioner Untuk Responden KUESIONER PENELITIAN UNTUK NELAYAN DI PANTAI TANJUNG PASIR, KABUPATEN TANGERANG

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan sejak abad ke- 17 telah menjadi kota Bandar, karena memiliki posisi sangat strategis secara geopolitik dan geostrategis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pembangunan, pengusahaan obyek

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan atau binatang air lainnya serta

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara 58 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0 15 5 34 Lintang Utara dan antara 123 07 127 10 Bujur Timur,

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini orang menganggap Kebumen sebagai wilayah perlintasan bagi para pengguna kendaraan yang akan menuju kota-kota tujuan utama di Pulau Jawa. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN 4.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, Kabupaten Kebumen Bidang Pariwisata dan Budaya

Lebih terperinci