5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA"

Transkripsi

1 5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Faktor-faktor Berpotensi Mempengaruhi Sanitasi Tempat Pelelangan Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta Faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi baik buruknya kondisi sanitasi dan higienitas di tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti, disebabkan oleh adanya beberapa aktivitas, seperti pengangkutan ikan dari dermaga ke tempat pelelangan ikan (TPI), pelelangan ikan dan pengangkutan ikan di TPI sebelum didistribusikan ke perusahaan, pedagang, dan pengolah ikan. Faktor-faktor yang diduga berpotensi mempengaruhi sanitasi tempat pelelangan ikan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 11 Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi sanitasi di TPI Aktivitas di TPI 1) Pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI 2) Pelelangan ikan 3) Pengangkutan ikan di TPI sebelum didistribusikan ke perusahaan, pedagang, dan pengolah ikan Sumber: Data primer penelitian, 2011 Faktor yang berpotensi mempengaruhi sanitasi a. Cara pengangkutan yang belum benar; b. Kesadaran para kuli angkut yang masih rendah dalam menjaga sanitasi; c. Pengangkatan ikan pada saat sebelum dan sesudah ditimbang. a. Cara penempatan ikan yang tidak benar; b. Banyaknya orang yang membuang sampah di lantai TPI; c. Banyak orang yang meludah sembarangan; d. Jumlah hasil tangkapan yang dijual; e. Pemindahan ikan setelah pelelangan selesai; f. Frekuensi pencucian keranjang belum teratur; g. Keranjang yang digunakan rusak dan belum diperbaiki; h. Kesadaran para pemenang lelang dan kuli angkut tentang sanitasi masih rendah. a. Cara pendistribusian yang belum benar b. Kesadaran pihak pelaku pendistribusian yang rendah: pedagang angkutan, usaha angkutan

2 60 Pada proses pengangkutanikan dari TPI ke dermaga yang tidak benar, mengakibatkan ikan mudah rusak dan menurun kualitasnya. Keranjang ikan dipindahkan dari atas gerobak dorong atau trolly dengan sedikit bantingan. Bantingan ini menyebabkan ikan-ikan berjatuhan, terutama dari keranjangkeranjang yang terisi penuh. Setelah itu keranjang ikan diatur di lantai TPI, dengan cara diseret menggunakan pengait oleh para pekerja dan kuli angkut. Cara ini dapat mengakibatkan rusaknya keranjang dan juga dapat merusak ikan di dalamnya karena saling berbenturan (Gambar 7). Gambar 7 Penarikan keranjang yang berisi ikan dengan cara diseret di lantai TPI PPSNZJ tahun Menurut Departemen Pertanian (1997) vide Rusmali (2007), wadah yang berisi ikan saat dipindahkan sebaiknya diangkat, tidak diseret di atas lantai. Sebaliknya yang terlihat di PPS Nizam Zachman Jakarta pemindahan ikan di lantai TPI masih diseret. Penarikan keranjang ikan menghasilkan limbah potongan tubuh ikan, darah dan lendir ikan yang tercecer. Limbah ikan dihasilkan karena kerja buruh angkut yang ceroboh dan terburu-buru, sehingga sebagian kecil ikan dan potongan tubuh ikan tercecer. Darah dan lendir ikan yang tercecer juga terjadi karena selama ikan berada di TPI tidak dilakukan pencucian. Pencucian hanya dilakukan pada saat ikan didaratkan dari kapal dan air yang digunakan untuk mencuci ikan diambil dari kolam pelabuhan yang kotor, padahal sudah dipasang peraturan untuk tidak mencuci ikan dengan air yang kotor. Namun, tetap saja ada beberapa pelaku aktivitas yang melakukan pelanggaran.

3 61 Sebelum pelelangan dimulai, para peserta lelang bebas keluar masuk TPI dengan alasan ingin melihat-lihat terlebih dahulu ikan yang ingin dibeli. Saat mereka masuk dan melihat-lihat di dalam gedung TPI tidak jarang ada yang meludah dan membuang puntung rokok sembarangan di lantai TPI. Peraturan tentang larangan merokok dan meludah sembarangan tidak ditempel dengan alasan bahwa dulu sudah ditempel dengan baik, namun masih banyak pengguna maupun pengunjung yang tidak menghiraukan. Tidak adanya peraturan dan pengawasan yang baik tentang hal ini menyebabkan pelanggaran tersebut masih saja terus berulang setiap kali proses pelelangan berlangsung. Saat pelelangan berlangsung, juru lelang akan berkeliling dekat dengan keranjang ikan yang akan dijual. Pengurus kapal yang mengawasi proses pelelangan berdiri di atas keranjang ikan yang akan dijual. Tidak jarang ada ikanikan yang ikut terinjak saat pengurus kapal tersebut berpindah dari satu keranjang ke keranjang yang lain. Begitu juga dengan para peserta lelang lainnya seperti pedagang dan pengolah ikan yang berdiri di atas keranjang yang berisi ikan (Gambar 8) Gambar 8 Peserta lelang berdiri di atas keranjang yang berisi ikan di TPI PPSNZJ tahun 2011 Berbagai permasalahanyang timbul berkaitan dengan peningkatan jumlah pengunjung di pasar pelelangan ikan Tsukiji antara lain masalah pengelolaan sanitasi seperti masalah pengendalian suhu yang disebabkan oleh masuk dan keluarnya sejumlah besar orang yang tidak berwenang, dan permasalahan dengan

4 62 pengunjung yang menghambat aktivitas pelelangan ikan, terutama pada kegiatan lelang yang diselenggarakan pagi hari di kawasan tuna grosir. Berdasarkan alasan ini, pengunjung yang tidak berkepentingan di pasar Tsukiji saat ini tidak diizinkan untuk memasuki kawasan tuna grosir. Pengunjung yang berkepentingan di pasar Tsukiji diperbolehkan masuk dengan syarat diminta untuk sangat berhati-hati dan waspada saat mereka melakukan kunjungan ke pasar Tsukiji. Hal ini bertujuan untuk mencegah segala jenis hambatan dalam kegiatan perdagangan dan untuk menjamin keamanan pangan bagi konsuumen. Keranjang-keranjang ikan yang telah dijual akan dipisahkan ke tempat masing-masing, sesuai kesepakatan antara kuli angkut dengan pemenang lelang. Pemindahan keranjang dilakukan dengan cara diseret kembali. Setelah itu, ikanikan dalam keranjang yang berada di TPI dipindahkan ke dalam keranjangkeranjang lain yang dibawa oleh masing-masing pemenang lelang. Saat ikan-ikan dipindahkan, banyak ikan yang berjatuhan karena kecerobohan kuli angkut yang terburu-buru. Ukuran keranjang TPI dan keranjang pemenang tidak selalu sama dimana keranjang pemenang lelang ada yang ukurannya lebih kecil dari ukuran keranjang TPI. Oleh karena itu, pada saat keranjang ikan sudah penuh maka kuli angkut akan meratakannya dengan menggunakan kaki. Hal ini menunjukan bahwa penanganan ikan yang dilakukan masih kurang baik. Frekuensi pencucian keranjangsetelah proses penjualan ikan berlangsung tidak dilakukan secara rutin. Keranjang ikan yang digunakan hanya dicuci sekitar satu bulan sekali menggunakan air bersih saja tanpa menggunakan desinfektan sehingga masih ada sisa-sisa lendir dan darah ikan yang menempel pada keranjang ikan. Keranjang/trays yang digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan juga dalam kondisi rusak dan belum diperbaiki. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran para pemenang lelang dan kuli angkut tentang pentingnya sanitasi dan higienitas dalam penanganan hasil tangkapan. Persiapan ikan sebelum didistribusikan juga masih kurang baik. Hal ini terlihat pada saat ikan menunggu untuk diangkut dari TPI ke perusahaan atau pedagang, ikan tidak ditutup dan tidak diberikan es untuk tetap mempertahankan mutu ikan (Gambar 9). Kondisi ini dapat mempercepat kemunduran mutu ikan dan mempercepat proses pembusukan ikan. Meskipun jarak dari TPI ke

5 63 perusahaan atau pedagang (pasar grosir atau pasar pengecer ikan) jaraknya tidak terlalu jauh, keranjang ikan seharusnya ditutup dan diberi es agar kualitas ikan tetap terjaga. Gambar 9 Pengangkutan dari TPI ke perusahaan, pedagang dan atau ke pengolah ikan tanpa menggunakan es dan penutup di PPSNZJ tahun Menurut Junianto (2003) vide Lubis et al., (2009), bahwa salah satu ketentuan penanganan ikan dari pembongkaran sampai pengangkutan menuju hinterland adalah penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat, agar tingkat kesegarannya dapat dipertahankan. Selanjutnya menurut Clucas dan Ward (1996) vide Lubis et al (2009), bahwa hal-hal prinsip yang perlu diperhatikan selama penanganan ikan mulai saat pembongkaran sampai pengangkutan ke TPI atau ke hinterland: pengontrolan suhu ikan selama penanganan agar selalu dingin; penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat; memperkecil sentuhan fisik secara langsung dengan ikan; menghindari sengatan langsung sinar matahari pada tubuh ikan dan memperkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan. Pada saat pelelangan berlangsung masih terdapat beberapa kekurangan mengenai kebersihan dari para pelaku lelang seperti membuang sampah sembarangan di lantai TPI, sehingga pada saat pengamatan masih terlihat adanya sampah di lantai TPI seperti puntung rokok dan sampah plastik. Selain itu, pada saat pelelangan ikan berlangsung masih terdapat ceceran darah dan lendir yang menggenangi lantai TPI, potongan-potongan ikan yang berceceran, asap rokok yang mengepul dalam ruangan dan orang-orang yang meludah sembarangan di dalam ruangan. Saat proses pelelangan berlangsung, kerap kali para pelaku lelang

6 64 duduk di atas keranjang (trays) yang berisi ikan dan meletakkan kakinya pada keranjang yang sudah berisi ikan, sehingga terjadi perpindahan kotoran dari sendal pelaku lelang ke keranjang ikan (Gambar 10). Gambar 10 Para pelaku lelang duduk dan meletakkan kaki diatas keranjang/trays di TPI PPSNZJ tahun Dalam penerapan SSOP di pelabuhan perikanan, orang yang tidak berkepentingan, seharusnya dilarang masuk ke TPI. Selain itu, sebelum masuk ke TPI diharuskan mencuci tangan dan kaki (sepatu) ke dalam bak berisi air yang mengandung chlorine. Alangkah lebih baiknya, apabila orang-orang yang masuk ke TPI mengganti sepatunya dengan sepatu boot khusus yang disediakan oleh pihak TPI, untuk mencegah masuknya kuman atau bakteri yang terdapat pada sepatu. Hal ini dilakukan dalam rangka mempertahankan kualitas ikan agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dan penyakit (Menai, 2007). 5.2 Kondisi Fisik dan Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan PPS Nizam Zachman Jakarta Kondisi tempat pelelangan ikan (TPI) di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dikatakan kurang higienis. Hal ini menjadi salah satu kendala mengingat peran TPI sebagai sarana awal dalam menjaga kualitas ikan yang didaratkan di pelabuhan.

7 65 Berdasarkan data statistik tahunan PPSNZJ, ikan yang dibongkar di TPI terdiri dari 40% bermutu jelek, 24% bermutu sedang dan 36% bermutu baik. Rendahnya mutu ikan di TPI disebabkan oleh beberapa faktor antara lain seperti penanganan ikan di atas kapal yang kurang baik karena pemilik atau anak buah kapal (ABK) lebih mengutamakan kuantitas dibadingkan dengan kualitas; bangunan TPI secara teknis sudah tidak layak lagi (sekitar 29 tahun), lantai bangunan tidak rata dan pecah-pecah, sedangkan atapnya sudah banyak yang bocor; serta fasilitas yang terdapat di TPI seperti timbangan, trays dan lantai TPI dinilai kurang bersih dan higienis (PPSNZJ, 2008) Kondisi fisik tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta Menurut keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 01/MEN/2007 (DKP, 2007), tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, terdapat beberapa persyaratan tempat pelelangan ikan (TPI). Persyaratan untuk kondisi fisik dan fasilitas tempat pelelangan ikan yang baik adalah: tempat pelelangan ikan harus terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan; mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higiene; dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan toilet dalam jumlah yang mencukupi. Tempat cuci tangan harus dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan pengering sekali pakai; mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam pengawasan hasil perikanan; dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah, makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas; mempunyai fasilitas pasokan air tawar dan atau air laut bersih yang cukup; mempunyai wadah khusus yang tahan karat dan kedap air untuk menampung hasil perikanan yang tidak layak untuk dimakan; harus mempunyai ruang pendingin yang dapat dikunci untuk menyimpan produk perikanan dan mempunyai fasilitas wadah untuk produk yang tidak layak konsumsi pada tempat yang diberi tanda;serta mempunyai tempat khusus untuk unit pengendalian keamanan hasil perikanan.

8 66 Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada saat melakukan penelitian, secara fisik tempat pelelangan ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dikatakan sudah kurang layak pakai. Hal ini dapat dilihat dari kondisi gedung pelelangan ikan dan beberapa fasilitas yang sudah rusak. Kondisi fisik lantai TPI licin (Gambar 11a) dan rusak/berlubang (Gambar 11b) sehingga bisa menambah akumulasi kekotoran di TPI dan menyebabkan lantai TPI sulit untuk dibersihkan karena kotoran yang dihasilkan dari proses pemasaran ikan menempel pada lantai TPI yang rusak dan berlubang tersebut. a Gambar 11 Kondisi lantai TPI yang licin (a) dan berlubang (b) di PPSNZJ tahun b Konstruksi lantai gedung TPI PPS Nizam Zachman Jakarta terbuat dari semen. Lantai TPI memiliki kemiringan 2 0 ke arah saluran pembuangan; sesuai Lubis (2009b). Hal ini dimaksudkan agar air yang terdapat pada lantai TPI dapat mengalir ke saluran pembuangan sehingga tidak terjadi genangan di lantai TPI. Lubis (2009b), mengatakan bahwa tempat pelelangan ikan harus mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembangan air dan mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higiene. Selanjutnya dapat dilihat bahwa pada gedung pelelangan ikan, terdapat tiang dan atap TPI yang berkarat dan banyak cat yang rontok sehingga bisa menambah kontaminasi terhadap hasil tangkapan yang dijual di TPI (Gambar 12a dan 12b). Beberapa fasilitas seperti lampu penerangan hanya ada satu sampai dua buah yang

9 67 hidup, dinding/tembok TPI dalam keadaan rusak/berlubang dan berlumut (Gambar 13). a Gambar 12 Kondisi atap TPI yang berkarat (a) dan berlubang (b) di PPSNZJ tahun b Menurut keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 01/MEN/2007 (DKP, 2007), tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, disebutkan bahwa tempat pelelangan ikan harus memenuhi persyaratan kebersihan dan higiene dan harus mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam pengawasan hasil perikanan. Selanjutnya dikatakan juga bahwa tempat pelelangan ikan harus terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan. Gambar 13 Dinding TPI yang rusak, kotor, dan berlumut di PPSNZJ tahun 2011.

10 68 Penanganan sampah, limbah dan peralatan dinilai masih kurang baik, di lokasi TPI dan lingkungan masih terdapat sampah berserakan. Tempat sampah yang tersedia di TPI hanya satu buah dan dalam kondisi rusak. Pada saat pengamatan terlihat bahwa sampah yang sudah disimpan pada tempatnya berserakan, hal ini dikarenakan kondisi fisik tempat sampah yang sudah rusak (Gambar 14). Gambar 14 Kondisi tempat sampah di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Sampah jika tidak diurus dan dikelola dengan baik dapat menyebabkan masalah lingkungan yang sangat merugikan. Sampah yang menumpuk dan membusuk dapat menjadi sarang kuman dan binatang yang dapat mengganggu kesehatan manusia serta mengganggu estetika lingkungan karena terkontaminasi pemandangan tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat hidung (Anonim 2006). Selanjutnya dikatakan bahwa terdapat hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat pembuangan sampah: pisahkan sampah kering/non organik dengan sampah basah/organik dalam wadah plastik; tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan, angin, dan lain sebagainya; hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat, belatung, tikus, kucing, semut, dan lain-lain;buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak mudah berserakan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap; tempat sampah harus tertutup aman dari segala gangguan namun mudah dijangkau petugas kebersihan; serta jangan membakar sampah di lingkungan padat penduduk karena dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan orang lain.

11 69 Saluran pembuangan yang berada di sekitar TPI dinilai kurang lancar dan terjadi penyumbatan akibat adanya sampah padat seperti bungkus dan puntung rokok, plastik dan potongan-potogan ikan yang menggenang di dalam saluran tersebut (Gambar 15). Gambar 15 Kondisi saluran pembuangan air/limbah dari proses pelelangan ikan di PPSNZJ tahun 2011 Sanitasi adalah bagian dari sistem pembuangan air limbah, yang khususnya menyangkut pembuangan air kotor dari rumah tangga, sisa-sisa proses industri, pertanian, peternakan, perikanan, dan rumah sakit (sektor kesehatan). Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah dengan baik terutama limbah cair (Anonim 2008). Fasilitas kran air bersih di TPI jumlahnya sangat terbatas dan dalam kondisi kurang baik (Gambar 16a), sehingga menghambat para pelaku aktivitas pelelangan dalam menjaga kebersihan. Air yang tersedia di TPI bisa dikatakan dapat terkontaminasi, hal ini dapat dilihat dari selang air di TPI yang tergeletak di lantai (tidak dilengkapi dengan gantungan) (Gambar 16b). Kondisi selang air dalam keadaan kurang baik (bocor).

12 70 a Gambar 16 Kondisi kran air di TPI (a) dan selang air (b) yang tergeletak di lantai (tanpa gantungan) di PPSNZJ tahun b TPI PPS Nizam Zachman Jakarta sebenarnya memiliki fasilitas bak pencuci keranjang/trays yang disediakan untuk mencuci keranjang ikan yang digunakan, akan tetapi bak pencuci keranjang ini sudah tidak berfungsi karena pencucian keranjang hanya dilakukan sekitar satu bulan sekali dan tidak dicuci di bak pencuci keranjang, melainkan langsung dicuci di kran yang ada di TPI (Gambar 17). Gambar 17 Kondisi bak pencucian keranjang (trays) yang sudah tidak digunakan di TPI PPSNZJ tahun Keranjang/trays di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta dalam kondisi rusak dan banyak kotoran dari lendir dan darah ikan yang mengering dan menempel

13 71 pada sela-sela keranjang. Trays tidak dicuci secara rutin setiap kali setelah selesai lelang atau setelah digunakan. Trays merupakan wadah/tempat untuk menyimpan hasil tangkapan berupa keranjang yang memiliki bentuk seperti balok (Gambar 18). Pengadaan trays merupakan wewenang dari Koperasi Mina Muara Makmur dengan cara disewakan, yang berada dibawah pengawasan Dinas Perikanan DKI Jakarta. Koperasi Mina Muara Makmur menyediakan trays dengan jumlah 300 unit dan biasanya trays yang disewakan setiap harinya mencapai 250 unit. Harga sewa untuk trays yaitu sebesar Rp 1.500,00 per unit per hari. Gambar 18 Kondisi keranjang/trays yang kotor dan rusak di PPSNZJ tahun Menurut Pane (2008), untuk meningkatkan mutu dan sanitasi di pelabuhan perikanan, diperlukan suatu basket yang mampu sekaligus memberi pengaruh positif terhadap mutu ikan dan sanitasi. Selain itu, Lubis (2005) menyebutkan adalah penting perawatan fasilitas, termasuk basket; seharusnya dibersihkan menggunakan air bersih, diberi desinfektan atau menggunakan air panas tekanan tinggi. Alat angkut hasil tangkapan lainnya yang biasa digunakan oleh nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu blong. Blong merupakan alat angkut hasil tangkapan yang memiliki bentuk silinder (Gambar 19). Sama halnya dengan trays, pengadaan blong juga merupakan wewenang dari Koperasi Mina Muara Makmur yang berada dibawah pengawasan Dinas Perikanan DKI Jakarta. Jumlah blong

14 72 yang disediakan yaitu sebanyak 200 unit yang setiap harinya mencapai 100 unit blong yang disewakan dengan harga Rp 2.000,00 per unit per hari. Gambar 19 Kondisi blong di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Beberapa peralatan yang digunakan di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta memiliki permukaan yang tidak tahan karat, seperti timbangan yang digunakan terlihat sudah berkarat. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor ketidakbersihan pada produk perikanan yang akan dijual jika karat pada timbangan tersebut menempel pada produk perikanan. Timbangan yang biasa digunakan masih tergolong manual (Gambar 20). Gambar 20 Kondisi timbangan yang berkarat di TPI PPSNZJ tahun 2011.

15 73 Menurut keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 01/MEN/2007 (DKP, 2007), tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, peralatan dan perlengkapan yang berhubungan langsung dengan ikan harus terbuat dari bahan tahan karat, tidak menyerap air, mudahdibersihkan dan tidak menyebabkan kontaminasi sesuatu apapun terhadapbahan baku yang sedang diolah maupun produk akhir serta dirancang sesuai persyaratan sanitasi. Trays dan blong yang berisi hasil tangkapan dalam jumlah yang banyak biasanya diangkut dengan menggunakan trolly. Trolly ini merupakan kerangka besi beroda kecil yang disediakan oleh Koperasi Mina Muara Makmur sekaligus sebagai fasilitas tambahan di TPI (Gambar 21). Koperasi tersebut menyediakan sepuluh trolly untuk mempermudah aktivitas pendistribusian ikan yang ada di dalam trays maupun blong. Sama halnya dengan timbangan, trolly yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan tersebut memiliki permukaan yang tidak tahan karat. Gambar 21 Trolly yang digunakan untuk mengangkut trays dan blong di TPI PPSNZJ tahun Selama diangkut dengan trolly ikan tidak ditutupi sehingga terkena sinar matahari langsung dan polusi udara. Departemen Pertanian (1997) vide (Rusmali, 2004) menyatakan selama proses pengangkutan ikan, agar terhindar dari sinar matahari langsung maka sebaiknya ikan diangkut melalui tempat teduh atau ditutupi. Namun yang terlihat di PPSNZJ, ikan yang diangkut dengan trolly

16 74 menuju TPI tidak ditutupi sehingga terkena sinar matahari langsung, yang akan berdampak kepada penurunan mutu ikan yang akan dijual di TPI. Melihat kondisi fisik bangunan TPI yang sudah memprihatinkan, dimana sudah banyak mengalami kerusakan maka bangunan TPI akan diperbaiki dan direlokasi mendekati kearah dermaga barat pelabuhan dengan volume sebesar m 2. Tujuan dari relokasi pembangunan TPI lebih dekat jaraknya ke dermaga barat adalah untuk memudahkan dan mempercepat dalam pengangkutan hasil tangkapaan dari dermaga ke TPI. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola pelabuhan, bangunan TPI yang akan dibuat terdiri dari dua lantai, lantai pertama direncanakan sebagai tempat untuk kegiatan pelelangan dan lantai dua sebagai tempat pengolahan ikan, bangunan TPI tersebut akan dilengkapi dengan kanopi (penutup) disepanjang jalur dermaga ke TPI sehingga ikan yang turun dari kapal yang akan masuk ke TPI tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Menurut Bahrum (2010), usia bangunan TPI Muara Baru sudah melebihi dua puluh tahun dan tidak pernah direnovasi. Akibatnya, fisik bangunan berupa atap mengalami kebocoran dan lantai sebagian ada yang retak-retak. Bangunan TPI dibangun pada tahun 1984, jadi bangunan tersebut memang usianya sudah tua. Lokasi TPI dan kantor akan dipindahkan ke arah Timur atau sekitar lokasi dermaga transit. Menurut bagian Pemasaran Perum PPSJ Cabang Jakarta, rencananya tahun 2011 akandimulai pembangunan gedung TPI yang baru berikut kantor di lokasi dermaga transit sebelah timur pelabuhan Samudera Jakarta Pengelolaan tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta Penyelenggaraan pelaksanaan penjualan ikan di tempat pelelangan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta dikelola oleh koperasi primer perikanan yang ditunjuk langsung oleh Gubernur DKI Jakarta. Koperasi pimer perikanan adalah koperasi primer perikanan yang bergerak dibidang perikanan dan beranggotakan para nelayan, pedagang dan pengolah ikan. Gubernur menunjuk koperasi primer perikanan sebagai penyelenggara pelelangan ikan berdasarkan usulan Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta. Koperasi yang telah

17 75 ditunjuk sebagai penyelenggara pelelangan ikan wajib menyelenggarakan penjualan ikan yang ditetapkan dalam jangka waktu 3 tahun dan dapat diperpanjang. Perpanjangan jangka waktu penyelenggaraan pelelangan ikan ditetapkan oleh Gubernur dan diajukan paling lambat 3 bulan sebelum berakhirnya jangka waktu penyelenggaraan pelelangan ikan (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2011). Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan pada saat proses penjualan ikan berlangsung, sebenarnya aktivitas penjualan ikan yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta penjualan ikan dengan sistem opow. Sistem opow adalah sistem pelelangan ikan dimana ikan yang didaratkan dibeli oleh pemilik kapal, lalu akan dijual kembali ke pihak-pihak tertentu, dengan kata lain ikan yang didaratkan sudah ditentukan pemiliknya. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta Nomor 1 Tahun 2006 tentang retribusi daerah, disebutkan mengenai retribusi yang diambil dalam pemakaian tempat pelelangan ikan. Ikan segar, beku, hidup ataupun ikan dalam kondisi kering yang diproduksi lokal, akan dikenakan retribusi kepada nelayan dan pedagang sebesar 5% dari harga transaksi (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2011). Pemasaran ikan diadakan setiap hari pada jam-jam tertentu yang diatur oleh kepala pelelangan sesuai dengan kebutuhan. Pemasaran ikan dapat dimulai apabila memenuhi persyaratan, sepertiikan telah terkumpul dalam ruangan lelang lengkap dengan catatan berat, jenis, dan pemilik ikan; dihadiri sekurangkurangnya 3 orang calon pembeli yang memenuhi persyaratan; dan setelah persyaratan tersebut terpenuhi maka juru lelang wajib mengumumkan lelang akan dimulai. Pemasaran ikan dilakukan sesuai dengan urutan yang ditentukan oleh kepala pelelangan dan setiap calon pembeli pengikut lelang diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan penawaran. Pemasaran ikan dilaksanakan dengan sistem penawaran meningkat untuk mencapai harga penawaran tertinggi. Sebelum proses penjualan ikan dimulai, penjual ikan berkewajiban untuk melaporkan kedatangan kapalnya kepada pihak TPI; membongkar ikan dari kapal dengan disaksikan oleh pengawas bongkar ikan; menyerahkan ikan yang akan dijual kepada juru timbang untuk dilakukan penimbangan; menyerahkan ikan

18 76 yang akan dijual kepada juru lelang; dan mencocokan kembali hasil penjualan ikan kepada juru buku setelah diadakan proses penjualan ikan. Jenis ikan yang dijual di TPI PPSNZJ hanyalah jenis-jenis ikan selain tuna meliputi ikan layang, cumi-cumi, tenggiri, cucut, kembung, udang, gindara, lemadang, kakap batu dan manyung, setelah dijual ikan-ikan tersebut dipasarkan ke luar daerah dan pasar lokal. Jenis ikan tuna tidak dijual terlebih dahulu, melainkan langsung masuk ke perusahaan yang ada di Tuna Landing Centre (TLC) untuk tujuan ekspor, kecuali untuk tuna lokal (reject) yang melalui lelang sampel terlebih dahulu sebelum masuk ke perusahaan.namun transaksi penjualan ikan tetap tercatat datanya di TPI Muara Makmur berdasarkan laporan dari pihak perusahaan, sehingga TPI memperoleh retribusi dari nilai transaksi tersebut. Setelah ikan dibongkar dan diturunkan ke dermaga, selanjutnya ikan diangkut ke tempat tujuan berbeda. Ikan yang diturunkan dari kapal tradisional langsung diangkut menuju TPI, sedangkan ikan yang diturunkan dari kapal tuna langsung diangkut masuk ke dalam tempat penanganan ikan milik perusahaan yang ada di TLC. Persiapan ikan yang dilakukan setelah ikan diturunkan dari kapal tradisional, yaitu ikan yang telah disortir per keranjang disusun di lantai dermaga. Sebelum diangkut ke TPI, ikan dicuci dengan menggunakan air kolam pelabuhan di atas lantai dermaga. Air tersebut diambil oleh ABK dari kolam pelabuhan dengan menggunakan ember yang diikat dengan tali. Tempat pengambilan air berada di pinggir dermaga, dekat dengan kapal yang sedang mendaratkan ikan. Bagan distribusi dan pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Gambar 22. Pengangkutan ikan dari dermaga ke TPI menggunakan gerobak dorong atau trolly. Setiap pengangkutan membutuhkan waktu sekitar lima menit, tergantung pada jarak yang ditempuh dari tempat pembongkaran. Secara keseluruhan proses pengangkutan akan selesai bila sudah tidak ada lagi ikan yang diturunkan. Jarak terjauh dari tempat pembongkaran ke TPI sekitar 50 m. Setiap trolly yang digunakan untuk mengangkut trays bisa diisi 2-3 trays, selama diangkut dengan trolly ikan tidak menggunakan penutup sehingga terkena sinar matahari langsung dan polusi udara. Jumlah buruh yang mengangkut hasil tangkapan ke TPI untuk setiap kapal adalah 3 sampai 5 orang secara bergantian.

19 77 Pengangkutan ikan dari kapal tuna menuju tempat penanganan milik perusahaan dibedakan untuk tujuan ekspor langsung dan dilakukan pengolahan atau penanganan lebih lanjut. Ikan untuk tujuan ekspor, dari tempat penanganan di dermaga khusus kapal tuna diangkut dengan menggunakan truk kontainer berpendingin. Biasanya setelah pembongkaran ikan pada pagi hari, siang harinya ikan langsung diangkut ke bandara. Ikan yang akan diolah disimpan terlebih dahuluke cold storage pelabuhan atau cold storage milik perusahaan dengan menggunakan kendaraan truk atau pick up dengan atau tanpa pendingin. Didaratkan kapal Perikanan Kapal Tuna LL TLC Kapal Angkut Dari Kapal ke Kapal Tuna segar dan beku Tuna Lokal Pelabuhan Udara Pelabuhan Laut Pengecer E K S P O R Dermaga Kapal Non Tuna LL Tempat Pelelangan Ikan/TPI Ikan segar/beku Dermaga Lewat Truk (Darat) Udang Segar/Beku Ikan Segar Prosesing & Pembekuan Pusat Pemasaran Ikan Pengecer L O K A L PENGEPAKAN Keterangan: = Proses = Tempat/gedung = Jalur Distribusi = Produk/barang = Kapal = Orang = Proses Sumber: Profil PPSNZJ, 2011 Gambar 22 Bagan distribusi dan pemasaran ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta.

20 78 Setelah ikan didaratkan, sebagian ikan dijual di TPI. Ikan dijual dengan sistem penawaran harga yang meningkat. Sebagian ikan lainnya diekspor untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, tanpa melalui pelelangan sebelumnya. Pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan pelelangan ikan dilakukan oleh Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, meliputi tata cara penyelenggaraan pelelangan ikan; bimbingan teknis usaha perikanan, pemasaran dan mutu hasil perikanan; meningkatkan kesejahteraan nelayan; dan meningkatkan kemampuan teknis penyelenggara pelelangan ikan di TPI serta dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, meliputi: mempersiapkan dan mengajukan koperasi primer perikanan untuk menyelenggarakan pelelangan ikan; meningkatkan kemampuan organisasi, manajemen dan usaha koperasi; dan memfasilitasi permodalan, untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI. Berdasarkan peraturan yang ada pihak UPT PPS Nizam Zachman Jakarta seharusnya membantu pihak pengelola TPI dalam mengawasi sanitasi dan mutu ikan pada setiap diadakannya penyelenggaraan pelelangan ikan. Mekanisme pemeliharaan sanitasi dan higienitas meliputi penyemprotan lantai lelang setiap hari, pencucian trays setiap selesai digunakan, pencucian lantai TPI dengan sabun non detergen setiap hari, dan pembersihan saluran air setiap hari. Mekanisme pemantauan terhadap mutu hasil tangkapan meliputi pemantauan langsung di lapangan secara visual dan pengambilan sampel oleh petugas untuk diuji di laboratorium. Kegiatan pemantauan tersebut dilaksanakan oleh petugas TPI dan BPMPHPK (Badan Pengawas Mutu Produk Hasil Perikanan dan Kelautan) Provinsi DKI Jakarta. Pihak UPT juga bertugas memelihara dan merawat TPI beserta kelengkapannya meliputi penempatan trays di gudang setiap hari setelah digunakan, pemeliharaan pompa air dan sound system setiap selesai digunakan, serta pemeliharaan trolly dan timbangan setiap satu kali dalam satu minggu. Pada kenyataannya, pihak UPT PPS Nizam Zachman Jakarta tidak menjalankan fungsinya secara optimal dalam hal menjaga sanitasi dan higienitas di TPI. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas kebersihan di TPI, pencucian trays tidak dilakukan setiap hari atau setiap selesai digunakan, trays hanya dicuci setiap satu bulan sekali. Pencucian lantai TPI dilakukan setiap hari

21 79 pada saat sebelum dan sesudah proses penjualan/pemasaran namun tidak menggunakan desinfektan, pencucian lantai TPI hanya menggunakan air laut saja. Mekanisme pemantauan terhadap mutu hasil tangkapan dilakukan langsung di lapangan secara visual, namun tidak dilakukan pengambilan sampel oleh petugas untuk diuji di laboratorium. Peralatan yang ada di TPI seperti trays, timbangan, trolly dan blong tidak disimpan di tempat khusus penyimpanan peralatan, melainkan disimpan sembarangan di sudut-sudut TPI.

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terdiri atas pembongkaran

Lebih terperinci

6 UPAYA PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6 UPAYA PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6 UPAYA PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Dampak Sanitasi dari Aktivitas di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta dan Upaya Pengelolaannya Aktivitas yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 59 5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 5.1 Kondisi Sanitasi Aktual di Dermaga dan Tempat Pelelangan Ikan PPP Lampulo (1) Kondisi dermaga Keberhasilan aktivitas

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Maret 2011. Lokasi penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta. 3.2

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis atau secara pemahaman dari pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 53 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengelolaan Aktifitas di Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke 6.1.1 Aktivitas pra pelelangan ikan Aktivitas pra pelelangan ikan diawali pada saat ikan berada di atas dermaga

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 99 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan

Lebih terperinci

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5.1 Proses pelelangan aktual di PPI Muara Angke Proses pelelangan ikan adalah salah satu mata rantai rangkaian kegiatan usaha perikanan tangkap yang secara

Lebih terperinci

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2002), pelabuhan perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan Kebersihan terdiri dari dua aspek yang saling berkaitan yaitu sanitasi dan higienitas. Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44); LEMBARAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 52 5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Fasilitas Pelayanan Penyediaan Bahan Perbekalan Kapal Perikanan Selama di laut, nelayan tetap melakukan aktivitas layaknya di darat seperti makan,

Lebih terperinci

KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER

KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER Prehatin Trirahayu Ningrum Institute For Maritime Studies (IMaS) Universitas Jember. Alamat: Kalimantan

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN BERSTANDAR INTERNASIONAL: KASUS PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ENENG NURHALIMAH

KAJIAN AWAL PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN BERSTANDAR INTERNASIONAL: KASUS PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ENENG NURHALIMAH KAJIAN AWAL PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN BERSTANDAR INTERNASIONAL: KASUS PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ENENG NURHALIMAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Bantul memiliki potensi kekayaan sumber

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG Menimbang BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT

Lebih terperinci

ANALISIS UPAYA PENGELOLAAN DAN UPAYA PEMANTAUAN PELABUHAN PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

ANALISIS UPAYA PENGELOLAAN DAN UPAYA PEMANTAUAN PELABUHAN PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ANALISIS UPAYA PENGELOLAAN DAN UPAYA PEMANTAUAN PELABUHAN PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Mengenai Dampak Linkungan (AMDAL) Disusun oleh : Kelompok

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMASARAN HASIL PERIKANAN DI PASAR IKAN TERINTEGRASI PADA PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Nama Pemilik Usaha : Umur :

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan

Lebih terperinci

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 9/MENKES/SK/VI/ YANG TELAH DIMODIFIKASI NO. a. b. - VARIABEL UPAYA BANGUNAN PASAR Penataan ruang dagang Tempat penjualan bahan pangan dan makanan

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2012 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan. 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu dan teknologi maka berkembang pula peralatan-peralatan mekanis yang dapat mempercepat dan memperbaiki mutu produknya. Produkproduk perikanan

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 18 TAHUN : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum mengenai Hasil Tangkapan yang di Daratkan di PPI Karangsong Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Karangsong adalah ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil.

Lebih terperinci

SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH

SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH SANITASI DAN HIGIENITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN, SUBANG ENIH MARKENIH DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.../PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 5 HUBUNGAN AKTIVITAS PENDARATAN DAN PELELANGAN TERHADAP KEBUTUHAN FASILITAS DAN KONDISI KUALITAS HASIL TANGKAPAN ARMADA TRADISIONAL DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ROBBY MULYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM, PERKEMBANGAN HASIL PERIKANAN DAN PENERIMAAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI LOKASI PENELITIAN

BAB 4 GAMBARAN UMUM, PERKEMBANGAN HASIL PERIKANAN DAN PENERIMAAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI LOKASI PENELITIAN 39 BAB 4 GAMBARAN UMUM, PERKEMBANGAN HASIL PERIKANAN DAN PENERIMAAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI LOKASI PENELITIAN Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Baru berlokasi di dalam area Pelabuhan Perikanan Samudera

Lebih terperinci

ii. Tempat Penampungan Sampah Pengelolaan sampah di Pratistha Harsa dikelola oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi. Pengambilan sampah di

ii. Tempat Penampungan Sampah Pengelolaan sampah di Pratistha Harsa dikelola oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi. Pengambilan sampah di 92 ii. Tempat Penampungan Sampah Pengelolaan sampah di Pratistha Harsa dikelola oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi. Pengambilan sampah di tempat pengumpulan sampah sementara dilakukan 1

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 17 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Maret April 2010. Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo, Kecamatan Kuta Alam,

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat

Lebih terperinci

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR 6.1. Pengelolaan Sampah Pasar Aktivitas ekonomi pasar secara umum merupakan bertemunya penjual dan pembeli yang terlibat dalam

Lebih terperinci

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Lampiran 1 INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Nama Lokasi : Diperiksa Tanggal : Alamat : No. Sasaran Jenis Pemeriksaan 1. Halaman Bersih/tidak ada sampah berserakan Ada

Lebih terperinci

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Telah dijelaskan sebelumnya

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 yang bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta Utara. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Mutu hasil tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Mutu hasil tangkapan 5 2 TINJAUAN PUSTAKA Penanganan hasil tangkapan yang baik, membutuhkan penanganan dan fasilitas serta pelayanan kepelabuhanan perikanan yang tepat dalam upaya menjaga mutu hasil tangkapan. Berikut ini

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Lembar Observasi Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun 2012 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama Bekerja : Observasi ini merupakan jawaban tentang persyaratan Hygiene Petgugas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Perikanan 2.1.1 Pengertian Hasil Perikanan Menurut UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

Lebih terperinci

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan tentang penyimpanan bahan pada katering pelayanan lembaga

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan tentang penyimpanan bahan pada katering pelayanan lembaga HANDOUT 8 Mata Kuliah : Katering Pelayanan Lembaga Program : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering Jenjang : S-1 Semester : VI Minggu : 12 dan 13 Pokok Bahasan : Penyimpanan Bahan Jumlah SKS : 3 sks 1.

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU 6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU Kemampuan pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis maupun secara manajemen pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) Kementerian Kesehatan RI 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

Bgn-2. Penanganan Mutu Produk

Bgn-2. Penanganan Mutu Produk Bgn-2. Penanganan Mutu Produk 1. Proses produksi 2. Pengolahan 3. Teknologi 4. Pemasaran A. Sasaran B. Hazard Analysis Critical Control Point, meliputi 2 aspek : 1. SSOP (Sanitation Standar Operating Procedure)

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI Lampiran 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN, PENGETAHUAN, LINGKUNGAN, PELATIHAN

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN dr. Tutiek Rahayu,M.Kes tutik_rahayu@uny.ac.id TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN 1 syarat LOKASI KONSTRUKSI Terhindar dari Bahan Pencemar (Banjir, Udara) Bahan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang proses dan pembekuan untuk hasil perikanan laut, yang merupakan milik Bapak H.Yusdin

Lebih terperinci

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan Pekalongan PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman STANDAR Adalah proses penanganan linen yang telah dipergunakan oleh pasien, yang tidak terkontaminasi

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain LEmBRGn PEHELITinn STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR Jonny Zain ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2008 di Pelabuhan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENYELENGGARAAN PELELANGAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN Nama Rumah Makan/Restoran : Alamat : Nama Pengusaha : Jumlah Karyawan : Jumlah Penjamah Makanan : Nomor Izin Usaha :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah besar. Perikanan laut di Kabupaten Malang per tahunnya bisa menghasilkan 400 ton ikan segar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan terutama diarahkan untuk meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran nelayan

Lebih terperinci

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara bahan makanan kering dan basah serta mencatat serta pelaporannya. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima harus

Lebih terperinci