4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 21 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Secara astronomis wilayah Palabuhanratu berada pada 106º31' BT-106º37' BT dan antara 6 57' LS-7 04' LS, sedangkan secara administratif wilayah Palabuhanratu meliputi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Palabuhanratu dan Kecamatan Simpenan. Dalam unit kelurahan atau desa, cakupan wilayah Palabuhanratu meliputi satu Kelurahan dan empat Desa, yaitu Kelurahan Palabuhanratu, Desa Citepus, Desa Citarik, Desa Cidadap dan Desa Loji. Batasbatas wilayah Palabuhanratu adalah sebagai berikut (Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008): Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cibodas dan Desa Buniwangi yang merupakan wilayah Kecamatan Palabuhanratu; Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cikadu. Desa Tonjong dan Desa Cibuntu yang merupakan wilayah Kecamatan Palabuhanratu, serta Desa Langkapjaya yang merupakan wilayah Kecamatan Lengkong; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kertajaya dan Desa Cihaur yang merupakan wilayah Kecamatan Simpenan; Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Palabuhanratu dan Samudera Hindia. luas wilayah Palabuhanratu adalah 8.124,2 ha. Proporsi wilayah terluas adalah Desa Loji seluas 3.390,82 ha atau 41,74% dari keseluruhan luas wilayah Palabuhanratu, sedangkan proporsi terkecil adalah Desa Citarik sebesar 1.011,50 ha atau 12,45% dari luas wilayah Palabuhanratu (Tabel 1). Tabel 1 Luas Wilayah Palabuhanratu No Kelurahan/desa Luas wilayah (ha) Palabuhanratu Citarik Citepus Cidadap Loji 1.023, , , , ,82 Proporsi luas terhadap kota (%) 12,59 12,45 16,58 16,64 41,74 Jumlah 8.214,20 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Sukabumi (2009)

2 22 Dalam konstelasi wilayah yang lebih luas, baik dalam lingkup kabupaten, provinsi bahkan nasional, wilayah Palabuhanratu akan diperankan sebagai pusat pertumbuhan (growth center) bagi Pantai Selatan Jawa Barat dan Banten. Diharapkan perkembangan dan pertumbuhan wilayah Palabuharatu akan menjadi pemicu (trigger) bagi perkembangan wilayah Selatan Jawa Barat, Banten dan sekitarnya (BPS Kabupaten Sukabumi, 2009). 4.2 Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Departemen Pertanian (tahun 1999 mengalami perubahan menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan) pada tahun anggaran 1988/1989 membangun Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu dengan dana pembangunan pada tahap awal bersumber dari Asian Development Bank (ADB) dan Islamic Developmnet Bank (ISDB) dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarananya dan mulai operasional setelah diresmikan pada tanggal 18 Pebruari tahun 1993 oleh Presiden RI. Lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak di kecamatan Palabuhanratu yang merupakan ibu kota kabupaten Sukabumi. Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak pada posisi 06º 59' 47, 156" LS dan 106º 32 61, 884" BT, merupakan daerah pesisir selatan Kabupaten Sukabumi yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia (UPT PPN Palabuhanratu, 2009). Keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu telah banyak dirasakan manfaatnya oleh para pengguna jasa Pelabuhan Perikanan juga oleh masyarakat sekitar selain itu juga mampu memberikan manfaat ganda bagi pembangunan sosial dan ekonomi dalam rangka menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD), antara lain sebagai berikut (UPT PPN Palabuhanratu, 2009) : Sebagai tempat penghasil komoditi Sumber Daya Alam terutama Sumber Daya Ikan (SDI) yang cukup melimpah untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor. Sebagai daerah tujuan wisata baik Domestik maupun Mancanegara. Mempunyai Asset Sumber Daya Manusia terkait yang berprofesi sebagai nelayan, pedagang ikan, produsen pengolahan hasil perikanan laut pada berbagai sektor produksi yang cukup berkualitas.

3 23 Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu sesuai dengan fungsinya memiliki peranan strategis karena letaknya berada pada posisi dekat dengan daerah penangkapan (fishing ground) perairan Samudera Hindia (Wilayah Pengelolaan Perikanan atau WPP-9) dan akses pemasaran domestik maupun ekspor. Secara khusus, Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu menampung kegiatan masyarakat perikanan, terutama terhadap aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, serta pembinaan masyarakat nelayan. Pelayanan terhadap kapal perikanan sebagai sarana produksi meliputi; penyediaan basis (home base) bagi armada penangkapan, menjamin kelancaran bongkar ikan hasil tangkapan, menyediakan suplai logistik bagi kapal-kapal ikan seperti air tawar, BBM, dan es untuk perbekalan ke laut dan lain-lain sedangkan pelayanan terhadap nelayan sebagai unsur tenaga produksi meliputi: aspek fasilitasi pengolahan, aspek pemasaran, dan aspek pembinaan masyarakat nelayan atau kelompok usaha bersama. bukti keberhasilan pelayanan jasa yang telah diberikan oleh Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu dalam melayani kebutuhan nelayan dan masyarakat perikanan telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Penghargaan yang diterima dari Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tahun 1999 berupa Piala Abdibakti Tani. Sedangkan penghargaan yang diterima pada tahun 2005 yaitu Adibakti Mina Bahari sebagai unit kerja pelayanan yang berprestasi di lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan dan tahun 2007 predikat terbaik sebagai DKP Mini (UPT PPN Palabuhanratu, 2009) Kondisi Perikanan PPN Palabuhanratu 1) Jumlah dan nilai produksi perikanan laut di PPN Palabuhanratu Produksi Ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu berasal dari hasil tangkapan kapal-kapal ikan domisili (Palabuhanratu) dan kapal-kapal ikan pendatang yang diantaranya berasal dari Cilacap, Jakarta, Bali, Sibolga dan Binuangeun. Daerah penangkapan ikan bagi nelayan yang menggunakan fishing base port-nya Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu antara lain perairan Teluk Palabuhanratu, Cisolok, Ujung Genteng, perairan sebelah Selatan Pulau Jawa dan sebelah Barat Pulau Sumatra.

4 24 Berdasarkan Tabel 2, Gambar 1 dan 2, terlihat sejak tahun 2002 sampai tahun 2009, produksi ikan dan nilai produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mengalami fluktuasi. Produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 24,36% dari tahun sebelumnya dan begitu pula produksi pada tahun 2009 yang turun sebesar 13,76% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara umum rata-rata kenaikan produksi ikan sebesar 11% dan ratarata nilai produksi sebesar 32% setiap tahun. Tabel 2 Jumlah dan Nilai Produksi Hasil Perikanan Laut yang Didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun Pendaratan ikan Fluktuasi Tahun Jumlah Nilai Volume Nilai (Kg) (Rp) (%) (%) ,04 54, ,97 2, ,01 105, ,26 1, ,89 18, ,36 9, ,76 33,3 Rata-rata Sumber: PPN Palabuhanratu, ,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000, ,000,000,000 50,000,000,000 40,000,000,000 30,000,000,000 20,000,000,000 10,000,000, Sumber: PPN Palabuhanratu, 2009 Gambar 1 Jumlah produksi hasil perikanan laut PPN Palabuhanratu tahun Sumber: PPN Palabuhanratu, 2009 Gambar 2 Nilai produksi hasil perikanan laut PPN Palabuhanratu tahun

5 25 Berdasarkan Tabel 2 dan gambar 1 dan 2, dapat dilihat bahwa besarnya jumlah produksi tidak sepenuhnya mempengaruhi besarnya nilai dari produksi tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan nilai jual atau harga dari masingmasing jenis ikan hasil tangkapan. Jumlah produksi hasil perikanan laut di PPN Palabuhanratu berfluktuasi tiap tahunnya, dimana jumlah terendah berada pada tahun 2002 yaitu sebesar kg dan terbesar berada pada tahun 2005 sebesar kg. Adapun untuk nilai dari produksi perikanan laut yang terbesar ada pada tahun 2009 sebesar Rp walaupun untuk jumlah produksinya berada pada urutan ke empat. Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan ikan yang tertangkap pada tahun ini umumnya merupakan ikan yang memiliki nilai jual tinggi atau adanya kenaikan harga jual pada tahun ini dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan nilai jual terendah berada pada tahun 2002 sebesar Rp Secara spesifik jenis ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu didominasi oleh jenis ikan Cakalang, Cucut, Tongkol, Tuna, Layur, Peperek dan Tembang. Produksi ikan dominan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu tersebut selalu berfluktuasi tiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa ikan tuna merupakan ikan yang paling dominan baik jumlah maupun nilai produksinya, selain itu ikan tuna ini memiliki nilai jual yang tinggi karena ikan tuna ini pada umumnya di ekspor atau di jual ke luar Indonesia. Pada tahun 2008 dan 2009 produksi tuna mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2007, namun nilai produksi tuna ini terus meningkat dan nilai yang tertinggi berada pada tahun 2009 sebesar Rp Ikan dengan jumlah produksi yang terendah yaitu ikan cucut dengan besar rata-rata selama tiga tahunnya sebesar kg (Tabel 3).

6 26 Tabel 3 Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun Jumlah Produksi (Kg) No. Nama Spesies Cakalang Cucut Tongkol Tuna Layur Peperek Tembang Nilai Produksi (Rp) No. Nama Spesies Cakalang Cucut Tongkol Tuna Layur Peperek Tembang Sumber: PPN Palabuhanratu, 2008 dan PPN Palabuhanratu, ) Pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu Ikan hasil tangkapan baik yang didaratkan maupun didatangkan ke PPN Palabuhanratu akan sampai ditangan konsumen dengan jalur yang berbeda-beda, baik melalui agen, pengolah, pengecer, bakul, maupun PT atau perusahaan. Ikanikan yang merupakan komoditi ekspor akan mengalami proses yang lebih panjang dan lebih selektif (Gambar 3).

7 27 Ikan dari luar PPNP lewat jalan darat Produksi ikan PPN Palabuhanratu Ikan didaratkan langsung di dermaga PPNP Non TPI Non TPI TPI Pengecer Pengolah Konsumen lokal Agen longline Cold storage di Jakarta Agen layur Cold storage P.Ratu Pengecer Bakul Pengolah Pengecer Konsumen luar Palabuhanratu : Jakarta, Bandung, Sukabumi, Cianjur, Bogor Sumber: PPN Palabuhanratu, Gambar 3 Pola pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu. 3) Jumlah produksi ikan dari luar daerah PPN Palabuhanratu Ikan yang ada di lingkungan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, selain hasil tangkapan kapal-kapal perikanan yang mendarat di kolam pelabuhan juga kiriman dari daerah lain yang melalui jalan darat seperti Jakarta, Juwana, Binuangeun, Indramayu, Pameungpeuk dan sentral pendaratan ikan lainnya yang ada di kabupaten Sukabumi seperti Loji, Cisolok, Ujung Genteng. Agen Ikan segar untuk konsumsi lokal Ekspor melalui Jakarta Ke Jepang Ekspor melalui Jakarta Ke Korea Konsumen lokal Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa jumlah ikan yang berasal dari luar daerah Palabuhanratu (melalui jalan darat) pada tahun 2008 sebesar 4,256,260 Kg dan rata-rata perbulan sebesar 354,688 Kg dengan produksi terbesar terjadi pada bulan Juni Adapun daerah yang memberikan kontribusi terbesar bagi kebutuhan ikan di Palabuhanratu adalah Jakarta sebesar 1,613,500 Kg (37.91%), Cisolok sebesar 112,810 Kg (2.65%), Ujung Genteng sebesar 587,800 Kg (13,81%), Binuangeun sebesar 290,850 Kg (6,83%), Cidaun sebesar 210,000 Kg (0,35%), Loji sebesar 14,800 Kg (4,93%), Lampung 54,000 Kg (1,27%), Indramayu 266,000 Kg (6,25%) dan Juwana sebesar 1,106,500 Kg (11,8%). Daerah Ujung Genteng merupakan daerah yang memberikan kontribusi terbesar, diduga karena jenis ikan yang didaratkan Pantai Utara Jawa saling melengkapi dengan jenis ikan yang dihasilkan di Palabuhanratu (Pantai Selatan Jawa).

8 28 Sehingga pada kondisi/musim tertentu saling membutuhkan, dimana ada beberapa jenis ikan di Pantai Utara Jawa yang produksinya tidak mencukupi sedangkan di Pantai Selatan Jawa produksinya berlebih. Akibatnya terjadi arus distribusi pemasaran ikan dari Palabuhanratu kedaerah Jakarta dan sebaliknya (PPN Palabuhanratu, 2009). Tabel 4. Produksi ikan dari luar daerah PPN Palabuhanratu melalui jalur darat ke PPN Palabuhanratu tahun 2008 Bln Jkt Jawa Barat Jateng CSK UG BNG CDN LOJI LPG IDR JWN Total (Kg) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jml Ratarata Ket : JKT = Jakarta, CSK = Cisolok, UG = Ujung Genteng, BNG = Binuangeun, CDN= Cidaun, IDR = Indramayu, LPG = Lampung, JWN = Juwana. Sumbe : PPN Palabuhanratu, ) Unit penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu a. Perahu atau Kapal Penangkap Ikan Kapal penangkap ikan berguna sebagai alat transportasi yang membawa seluruh unit penangkapan ikan menuju fishing ground atau daerah penangkapan tempat alat tangkap akan diopernsikan, serta membawa pulang kembali ke fishing base atau pangkalan beserta hasil tangkapan yang didapat. Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam, yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM). Perahu motor tempel menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar kapal, umurnnya perahu motor tempel ini digunakan dalam usaha perikanan skala kecil karena harga perahu yang terjangkau. Sedangkan kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine), umumnya kapal motor ini digunakan untuk usaha perikanan yang mempunyai skala cukup besar yang hanya dimiliki nelayan bermodal besar.

9 29 Jenis armada penangkapan ikan yang menggunakan base fishing port-nya Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu adalah jenis kapal motor dengan ukuran kapal < 10 GT s/d > 30 GT dengan berbagai macam alat tangkap seperti Gill net, Payang, Jaring Rampus, Bagan, Purse seine, Pancing ulur, Tuna Longline, Pancing rawai, dan lainnya (Gambar 4) Sumber: PPN Palabuhanratu Gambar 4 Perkembangan Jumlah Perahu atau Kapal di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Periode Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami fluktuasi. Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2007 dengan komposisi PMT sebanyak 531 unit (62%) dan kapal motor sebanyak 321 unit (38%), sedangkan jumlah unit terendah terdapat pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit (66,4%) dan kapal motor sebanyak 128 unit (33.6%). Perahu Motor Tempel (PMT) (Outboard Boat) Kapal Motor (KM) (Inboard Boat) Fluktuasi dari frekuensi masuk perahu motor tempel cukup tinggi tiap tahunnya dibandingkan fluktuasi dari kapal motor. Jumlah frekuensi masuk terbesar yaitu di tahun 2007 sebesar kali dan yang terendah sebesar kali pada tahun Tingkat fluktuasi yang tinggi bagi perahu motor tempel dapat menunjukkan tingginya ketidakpastian para nelayan yang menggunakan perahu motor tempel yang pada umumnya merupakan nelayan kecil (Gambar 5).

10 30 kali Sumber: PPN Palabuhanratu Gambar 5 Frekuensi masuk kapal motor dan perahu motor tempel di PPN Palabuhanratu tahun b. Alat penangkap ikan Untuk mendapatkan hasil tangkapan yang diinginkan baik itu jenis ikan pelagis maupun demersal nelayan diperlukan pengetahuan tentang tingkah laku ikan, daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan kemampuan menggunakan alat tangkap yang akan digunakan dalam operasional penangkapan ikan. Ada suatu konstruksi alat tangkap yang khusus digunakan untuk menangkap ikan tertentu seperti gill net yang merupakan salah satu alat tangkap untuk menangkap beberapa jenis ikan pelagis seperti ikan Tongkol, Cakalang, Tuna dan jenis ikan pelagis lainnya. 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, Kapal Motor 1,771 1,675 2,857 5,005 3,638 5,279 4,694 3,646 Perahu Motor Tempel 28,031 15,101 12,738 11,505 19,884 34,919 27,641 17,679 Jumlah Kapal 29,802 16,776 15,595 1,651 23,522 40,198 32,335 21,325 Tabel 5 Perkembangan alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu tahun No Tahun Alat Tangkap (Unit) Jumlah Fluktuasi RMP PCG PYG BGN PRS GNT RWI L.LN (Unit) (%) , , , , , , ,29 Rata- Rata Kenaikan 71,27 Sumber: PPN Palabuhanratu 2008 dan PPN Palabuhanratu 2009 Ket: RMP = Rampus; PCG = Pancing; PYG = Payang; BGN = Bagan; PRS = Purse Saine; GNT = Gillnet; RWI = Rawai; L.LN = Long Line

11 31 Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di PPN Palabuhanratu pada saat ini adalah pancing, payang, bagan, gill net, rawai, rawai tuna dan purse seine. Alat tangkap yang dominan dipergunakan oleh nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu pada tahun 2009 adalah pancing, bagan, payang, dan gill net. Adapun perkembangan jumlah alat tangkap yang digunakan dari tahun 2002 sampai dengan 2009 secara umum kecenderungan mengalami kenaikan sebesar 71% per tahun. Rata-rata kenaikan jumlah alat tangkap yang mencapai angka 70% tersebut sebagian besar diakibatkan oleh tingkat kenaikan pada tahun 2009 yang mencapai 430% atau 4 kali lipat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 ini hampir semua jenis alat tangkap mengalami pertambahan jumlahnya kecuali alat tangkap bagan dan rawai yang mengalami penurunan. c. Nelayan Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang-orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam kegiatan penangkapan ikan. Jumlah nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu terus mengalami perubahan tiap tahunnya. Perkembangan jumlah nelayan dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 6. Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu tahun No. Tahun Jumlah (Orang) Fluktuasi (%) , , , , , , ,18 Rata Rata 11,23 Sumber: PPN Palabuhanratu 2008 dan PPN Palabuhanratu 2009

12 32 2,000 1,838 1,500 1,168 Orang 1, Pancing Gillnet Payang Dogol Bagan Rawai Sumber: PPN Palabuhanratu 2009 Gambar 6 Distribusi nelayan di PPN Palabuhanratu tahun Berdasarkan Gambar 6 dan Tabel 6, dapat diketahui bahwa jumlah nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu terus meningkat, kecuali pada tahun 2008 yang mengalami penurunan sebesar 34% dari tahun sebelumnya. Namun demikian jika dirata-ratakan pertumbuhan nelayan dari tahun 2002, nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu cenderung berkembang dengan angka 11% tiap tahunnya. Jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu yang terbesar ada pada tahun 2007 sebesar 5994 orang dan yang terendah sebesar 2519 orang pada tahun Nelayan-nelayan ini paling banyak bekerja sebagai nelayan rawai dan nelayan payang. Hal ini dikarenakan jumlah nelayan yang dibutuhkan nelayan payang dan rawai tiap kapalnya relatif jauh lebih banyak daripada jumlah nelayan pada kapal lainnya. Kapal rawai yang umumnya menyerap banyak nelayan adalah kapal rawai tuna.

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 0 57-7 0 25 Lintang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu juga merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6 o 57-7 o 25 Lintang Selatan dan 106 o 49-107 o 00 Bujur Timur dan mempunyai

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) terletak pada posisi 06 59 47, 156 LS dan 106 32 61.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu berada di Kabupaten Sukabumi yang memiliki delapan Desa atau Kelurahan diantaranya Desa Palabuhanratu, Citarik, Citepus,

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Topografi dan Geografi Topografi wilayah Palabuhanratu adalah bertekstur kasar, sebagian besar wilayahnya merupakan dataran bergelombang dan terdiri atas daerah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaaan Umum Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 119

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 30 5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 5.1 Kapal-kapal Yang Memanfaatkan PPS Cilacap Kapal-kapal penangkapan ikan yang melakukan pendaratan seperti membongkar muatan

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 ο 24 112 ο 11 BT dan 7 ο

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan 23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT ANALISIS SUPPLY CHAIN DALAM AKTIVITAS DISTRIBUSI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU (PPNP) Supply Chain Analysis on the Distribution Activity in Palabuhanratu Archipelago Fishing Port Oleh:

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi secara nyata telah menyebabkan jatuhnya ekonomi nasional khususnya usaha-usaha skala besar. Dampak nyata dari kondisi tersebut adalah terjadinya peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C

SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C54103076 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tangkapan, terutama ikan, merupakan sumber bahan pangan berprotein yang dibutuhkan oleh masyarakat; selain itu juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU 7.1. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu Identifikasi stakeholder dapat dilihat pada Tabel 23. Nilai kepentingan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI

PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN PROYEK ICCTF TA 2016 ADAPTASI PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM DI WILAYAH PESISIR SELATAN PULAU JAWA BERBASIS KAJIAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER ANALISIS FUNGSI KELEMBAGAAN NON-PASAR (NON- MARKET INSTITUTIONS) DALAM EFISIENSI ALOKASI SUMBERDAYA PERIKANAN (Studi Kasus: Pelabuhanratu, Kab. Sukabumi) RIAKANTRI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 26 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Lamongan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Secara astronomis Kabupaten Lamongan terletak pada posisi 6 51 54 sampai dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas

Lebih terperinci

PERAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TERHADAP KELANCARAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN ARMADA PAYANG

PERAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TERHADAP KELANCARAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN ARMADA PAYANG PERAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TERHADAP KELANCARAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN ARMADA PAYANG MUHAMMAD REZA QADARIAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

5 PERKEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN TANGERANG DAN PPI CITUIS

5 PERKEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN TANGERANG DAN PPI CITUIS 32 5 PERKEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN TANGERANG DAN PPI CITUIS 5.1 Perkembangan Perikanan Tangkap Kabupaten Tangerang Perkembangan perikanan Provinsi Banten dan Kabupaten Tangerang sebagai sektor

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Secara geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak antara 127 O 17 BT - 129 O 08 BT dan antara 1 O 57 LU - 3 O 00 LS. Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Tentang: PEMINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUKABUMI DARI

Tentang: PEMINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUKABUMI DARI PP 66/1998, PEMINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUKABUMI DARI WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SUKABUMI KE KOTA PALABUHANRATU DI WILAYAH KECAMATAN PALABUHANRATU Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PANCING ULUR (Hand Line) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PANCING ULUR (Hand Line) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PANCING ULUR (Hand Line) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT Analysis Household Welfare of Fishermen Fishing Skipper and Crew

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografi dan keadaan topografi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara Baru. Kawasan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Umum Kecamatan Labuan 5.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Labuan terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Daerah ini memiliki luas 15,65 Km 2. Kecamatan Labuan

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu dan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok,

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4.1 DESKRIPSI PPSC Gagasan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap diawali sejak dekade 1980-an oleh Ditjen Perikanan dengan mengembangkan PPI Sentolokawat, namun rencana

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara 58 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0 15 5 34 Lintang Utara dan antara 123 07 127 10 Bujur Timur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah/kota berdampak pada perubahan sosial, ekonomi, geografi, lingkungan dan budaya sehingga diperlukan fasilitas penunjang untuk melayani kebutuhan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan umum daerah Kabupaten Sukabumi Geografi dan klimatologi

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan umum daerah Kabupaten Sukabumi Geografi dan klimatologi 19 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan umum daerah Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Geografi dan klimatologi Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Jawa Barat dengan ibukota Palabuhanratu. Secara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.50/MEN/2011 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal Ismail, Indradi 1, Dian Wijayanto 2, Taufik Yulianto 3 dan Suroto 4 Staf Pengajar

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tobelo 4.1.1 Kondisi kewilayahan Kecamatan Tobelo 1) Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak pada posisi koordinat 0 o 40

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi

Lebih terperinci

Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Selat Sunda yang diamati dalam

Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Selat Sunda yang diamati dalam 5. DAERAH PENANGKAPAN DAN HASlL TANGKAPAN 5.1. Peta Daerah Penangkapan Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Selat Sunda yang diamati dalam penelitian ini adalah di seluruh perairan Selat Sunda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memilki zona maritim yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 yang terdiri atas perairan kepulauan 2,3 juta km 2, laut teritorial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Partisipatif Daerah Penangkapan Ikan kurisi dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan jaring rampus. Kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi dan Pembagian Risiko

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi dan Pembagian Risiko 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Pembagian Risiko Terminologi risiko dalam kamus besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai suatu kondisi yang mengandung ketidak pastian (Diknas, 2003). Pada definisi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Serang 4.1.1 Letak geografis dan kondisi perairan pesisir Pasauran Serang Secara geografis Kabupaten Serang terletak pada koordinassi 5 5 6 21 LS dan 105

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang meliputi beberapa elemen sebagai subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

Peluang pasar ekspor komoditas ikan layur dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Jawa Barat

Peluang pasar ekspor komoditas ikan layur dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Jawa Barat Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Peluang pasar ekspor komoditas ikan layur dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Jawa Barat Tri Wiji Nurani 1, Ardani 2, Ernani Lubis 1 1 Dosen pada Departemen

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 1) Geografis dan topografis Kabupaten Banyuwangi terletak diantara koordinat 7 o 43` 8 o 46`

Lebih terperinci

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON 28 5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON Perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon memiliki prasarana perikanan seperti pangkalan pendaratan ikan (PPI). Pangkalan pendaratan ikan yang

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/01/62/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama November, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 15.421 Orang dan 134.810 Orang.

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nelayan Secara geografis, nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan PP selain menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritim dengan luas wilayah laut

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Menurut Riduwan (2004) penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun Cacth (ton) 46 4 HASIL 4.1 Hasil Tangkapan (Catch) Ikan Lemuru Jumlah dan nilai produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru yang didaratkan di PPP Muncar dari tahun 24 28 dapat dilihat pada Gambar 4 dan

Lebih terperinci

PERUBAHAN GILLNETTER MENJADI TROLL LINER DI PPN PALABUHANRATU. Changes of Gillnetter into Troll Liner in PPN Palabuhanratu. Oleh:

PERUBAHAN GILLNETTER MENJADI TROLL LINER DI PPN PALABUHANRATU. Changes of Gillnetter into Troll Liner in PPN Palabuhanratu. Oleh: Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No. 1, Mei 2012 Hal: 83-89 PERUBAHAN GILLNETTER MENJADI TROLL LINER DI PPN PALABUHANRATU Changes of Gillnetter into Troll Liner in PPN Palabuhanratu Oleh: Tri Wahyu

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENElITIAN

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENElITIAN III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENElITIAN 3.1 Kondisi Geografi, Demografi, dan Sosial Pelabuhanratu merupakan daerah pesisir di Selatan Kabupaten Sukabumi dan sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci