BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Freeman (1984:46) dalam Solihin (2010:49), mendefenisikan stakeholder

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Freeman (1984:46) dalam Solihin (2010:49), mendefenisikan stakeholder"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam penelitian ini terdapat beberapa teori yang digunakan sebagai landasan yang mendasari penelitian dibidang tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu stakeholder theory dan legitimacy theory Teori Stakeholder Freeman (1984:46) dalam Solihin (2010:49), mendefenisikan stakeholder sebagai setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan. Pada awalnya yang dimaksud dengan stakeholder mencakup para pemengang saham (share owners), para karyawan (employees), para pelanggan (customers), para pemasok (suppliers), para pemberi pinjaman (lenders) dan masyarakat luas (society). Dill (Freeman dan Reid, 1983) dalam Solihin (2010:49) menekankan pentingnya memperhitungkan peran yang dapat dilakukan stakeholder dalam mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh manajer perusahaan. Dalam kaitan ini, Dill menyatakan : For a long time, we have assumed that the views and the initiative of stakeholders could be dealt with as externalities to the strategic planning and management process: as data to help management shape decisions, or as legal and social constraint to limit them. We have been reluctant, though, to admit the idea that some of these outside stakeholders might seek and earn active roles with management to make decicions. The more today is from stockholder influence towards stakeholder participation.

2 Studi kasus di tersebut menceritakan bagaimana masyarakat luas dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan, sehingga keberadaan mereka harus diperhitungkan sebagai pihak yang memiliki stake (kepentingan) terhadap operasional perusahaan. Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik (Shareholder) sebagaimana terjadi selama ini, namun bergeser menjadi lebih luas yaitu pada ranah sosial kemasyarakatan (Stakeholder), yang selanjutnya disebut dengan tanggung jawab social (Social responsibility). Fenomena seperti ini terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negativeexternalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi (Harahap, 2002) dalam Nor Hadi (2011:93). Untuk itu, tanggung jawab perusahaan yang semula hanya di ukur sebatas pada indikator ekonomi (economic focused) dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap stakeholder, baik internal maupun external. Berdasarkan kedudukan stakeholders dalam pengelolaan perusahaan, Jones (1995) dalam Solihin (2010:51) membagi stakeholders ke dalam dua kategori, yaitu : 1. Inside Stakeholders Inside Stakeholders terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Yang termaksuk ke dalam kategori inside stakeholders adalah pemegang saham (shareholders), para manajer (managers), dan karyawan (work force).

3 2. Outside Stakeholders Outside Stakeholders yaitu orang-orang maupun pihak-pihak (constituencies) yang bukan pemilik perusahaan, pemimpin perusahaan dan bukan pula karyawan perusahaan tetapi memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan / atau dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Yang termasuk kategori outside stakeholders adalah pelanggan (customers), pemasok (suppliers), pemerintah (government), kreditor (creditors), serikat pekerja (unions), komunitas lokal (local communities), masyarakat umum (general public) Teori Legitimasi Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik fisik maupun non fisik. O Donovan (2002) dalam Nor Hadi (2011:87) berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumberdaya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan

4 antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dalam kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Haniffa dan Cooke, 2005). Sejalan dengan karakternya yang berdekatan dengan ruang dan waktu, legitimasi mengalami pergeseran bersamaan dengan perubahan dan perkembangan lingkungan dan masyarakat di mana perusahaan berada (Dowling 1975) dalam Nor Hadi (2011:87). Perubahan nilai dan norma sosial dalam masyarakat sebagai konsekuensi perkembangan peradaban manusia juga menjadi motivator perubahan legitimasi perusahaan di samping juga dapat menjadi tekanan bagi legitimasi perusahaan (Lindblom,1994) dalam Nor Hadi (2011:88). Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan dan komunitas sekitarnya memiliki relasi sosial yang erat karena keduanya terikat dalam suatu social contract. Teori kontrak sosial menyatakan bahwa keberadaan perusahaan dalam suatu area karena didukung secara politis dan dijamin oleh regulasi pemerintah serta parlemen yang juga merupakan representasi dari masyarakat. Dengan demikian, ada kontrak sosial secara tidak langsung antara perusahaan dan masyarakat dimana masyarakat memberi cost dan benefits untuk keberlanjutan korporasi (Lako, 2011:6). Kontrak sosial (social contract) dibuat sebagai media untuk mengatur tatanan (pranata) sosial kehidupan masyarakat. Teori legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada society, operasi perusahaan harus sesuai dengan harapan masyarakat.

5 2.2 CorporateSocialPerformance (CSP) Pada awalnya konsep CSR terdiri atas empat komponen kewajiban perusahaan terhadap masyarakat (Carroll, 1979 dalam Solihin, 2008:102). Keempat komponen tersebut adalah economic responsibilities, legal responsibilities, ethical responsibilities, dan discretionary responsibilities. Beberapa ahli seperti Ackerman dan Bauer (Carroll, 1979) dikutip dari Solihin (2008:102), mengajukan kritik terhadap konsep CSR. Kritik mereka ditujukan kepada istilah social responsibility dalam konsep CSR, yang seolaholah hanya menekankan kepada kewajiban perusahaan untuk melakukan sesuatu kepada para pemangku kepentingan. Sebaliknya konsep CSR ini tidak menunjukkan berbagai upaya sosial yang dilakukan perusahaan dan memberi dampak terhadap para pemangku kepentingan yang dapat diukur hasilnya berupa kinerja (performance) bagi perusahaan. Di sisi lain, terdapat peneliti seperti Hay, Gray, dan Gates (Carroll,1979) dalam Solihin (2008:102), yang secara deskriptif menjabarkan dalam area apa saja perusahaan dianggap memiliki kewajiban terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari keputusan dan komitmen yang dibuat perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dalam isu-isu tertentu seperti tanggung jawab sosial perusahaan untuk mengatasi masalah polusi, kemiskinan, diskriminasi rasial, serta berbagai area masalah sosial lainnya. Kebutuhan untuk mencari model CSR yang dapat mengukur dampak pelaksanaan CSR oleh perusahaan terhadap masyarakat serta sejauh mana pelaksanaan CSR sebagai suatu investasi sosial memberikan kontribusi bagi

6 peningkatan kinerja keuangan perusahaan itulah yang mendorong lahirnya konsep Corporate Social Performance sebagai penyempurnaan atas konsep CSR sebelumnya (Solihin, 2008:101). Citra atau reputasi perusahaan sendiri merupakan salah satu aset yang sangat berharga. Corporate Social Performance merupakan hal yang cukup penting bagi citra (reputation) perusahaan, terutama untuk jangka panjang perusahaan yang dapat memberi kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan demikian Corporate Social Performance dapat menjadi salah satu ukuran bagi citra atau reputasi perusahaan. (Yunan, 2005 dalam Maulana, 2008). Wood mendefenisikan kinerja sosial perusahaan (Corporate Social Performance-CSP) sebagai sebuah konfigurasi prinsip-prinsip organisasi bisnis dari tanggung jawab sosial, proses tanggapan sosial, dan kebijakan-kebijakan, program, dan hasil yang dapat diamati sebagai hubungan-hubungan tersebut kepada hubungan perusahaan dalam bermasyarakat. (Orlitzky et al,. 2003) Sedangkan menurut Karimi dalam Septiadini (2010) kinerja sosial perusahaan adalah penilaian kinerja sebuah perusahaan dilihat dari peran sosial CSR yang dimainkannya di tengah masyarakat. Semakin sebuah perusahaan mengimplementasikan CSR dengan baik, maka kinerja sosial perusahaan tersebut akan semakin terangkat. Hasil yang diharapkan, tentu kembali kepada perusahaan dalam bentuk dukungan publik dan penguatan faktor sosial terhadap pengelolaan dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dari masyarakat terhadap perusahaan yang bersangkutan.

7 Berdasarkan pembahasan teori tersebut, keberadaan perusahaan tidak terlepas dari kepentingan berbagai pihak. Investor berkepentingan terhadap sumber daya yang diinvestasikan di perusahaan. Kreditor berkepentingan terhadap pengembalian pokok dan bunga pinjaman. Pemerintah berkepentingan terhadap kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku agar kepentingan masyarakat secara umum tidak terganggu. Namun yang tak kalah pentingnya adalah pihak-pihak yang selama ini kurang mendapat perhatian, yaitu karyawan, pemasok, pelanggan, dan masyarakat di sekitar perusahaan. Karyawan perlu mendapatkan penghasilan dan jaminan sosial yang layak. Bila memungkinkan, karyawan memerlukan pendidikan dan pelatihan teknis untuk meningkatkan keahlian sehingga dapat meningkatkan karier di perusahaan. Pemasok berkepentingan terhadap pelunasan utang dagang. Pelanggan berkepentingan terhadap kualitas produk perusahaan. Terakhir, masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan berkepentingan terhadap dampak sosial dan lingkungan yang berasal dari aktivitas perusahaan. Berdasarkan contoh dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan operasi perusahaan, maka tanggung jawab perusahaan tidak terbatas pada investor, yaitu memberikan pengembalian yang maksimal kepada investor. Kepentingan publik dan lingkungan juga perlu mendapat perhatian perusahaan sebagai dukungan atas operasi perusahaan. Pelestarian lingkungan di samping bermanfaat bagi masyarakat di sekitar juga bermanfaat bagi perusahaan khususnya perusahaan yang memanfaatkan lingkungan dan mendapatkan keuntungan dari lingkunganya.

8 Penelitian ini akan menggunakan jenis pendekatan pengukuran isi laporan tahunan dengan aspek-aspek penilaian tanggung jawab sosial yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang diperoleh dari website Standar GRI dipilih karena lebih memfokuskan pada standar pengungkapan berbagai kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, rigor, dan pemanfaatan sustainability reporting dan merupakan aturan internasional yang telah diakui oleh perusahaan di dunia. GRI-G4 juga menyediakan panduan mengenai bagaimana menyajikan pengungkapan keberlanjutan dalam format yang berbeda: baik itu laporan keberlanjutan mandiri, laporan terpadu, laporan tahunan, laporan yang membahas norma-norma internasional tertentu, atau pelaporan online. Jenis pendekatan pengukuran GRI-G4 melalui isi laporan tahunan dengan aspek-aspek penilaian tanggungjawab sosial yang dikeluarkan oleh GRI (Global Reporting Initiative) yang diperoleh dari website standar GRI-G4 (2013) indikator kinerja dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial mencakup praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, hak asasi manusia, masyarakat, tanggung jawab atas produk dengan total kinerja indikator mencapai 91 indikator. (Sumber : Penjelasannya dapat dilihat dalam tabel berikut :

9 Tabel Indikator Berdasarkan GRI-G4 KATEGORI EKONOMI -Kinerja Ekonomi EC1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan didistribusikan EC2 Implikasi finansial dan risiko serta peluang lainnya kepada kegiatan organisasi karena perubahan iklim EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas EC4 program imbalan pasti Bantuan financial yang diterima dari pemerintah -Keberadaan Pasar EC5 Rasio upah standar pegawai pemula (entry level)menurut gender dibandingkan dengan upah minimum regional di lokasi-lokasi operasional yang signifikan EC6 Perbandingan manajemen senior yang dipekerjakan dari masyarakat local di lokasi operasi yang signifikan -Dampak Ekonomi Tidak Langsung EC7 EC8 Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur dan jasa yang diberikan Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk besarnya dampak -Praktek Pengadaan EC9 Perbandingan dari pembelian pemasok lokal di operasional yang signifikan KATEGORI LINGKUNGAN -Bahan EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat atau volume EN2 Persentase bahan yang digunakan yang merupakan bahan input daur ulang -Energi EN3 Konsumsi energi dalam organisasi EN4 Konsumsi energi diluar organisasi EN5 Intensitas Energi EN6 Pengurangan konsumsi energi -Air EN7 Konsumsi energi diluar organisasi EN8 Total pengambilan air berdasarkan sumber EN9 Sumber air yang secara signifikan dipengaruhi oleh pengambilan air EN10 Persentase dan total volume air yang didaur ulang dan digunakan kembali

10 -Keanekaragaman Hayati Lanjutan Tabel Indikator Berdasarkan GRI-G4 EN11 Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki, disewa, dikelola didalam, atau yang berdekatan dengan, kawasan lindung dan kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi diluar kawasan lindung EN12 Uraian dampak signifikan kegiatan, produk, dan jasa terhadap keanekaragaman hayati di kawasan lindung dan kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi diluar kawasan lindung EN13 EN14 Habitat yang dilindungi dan dipulihkan Jumlah total spesies dalam iucn red list dan spesies dalam daftar spesies yang dilindungi nasional dengan habitat di tempat yang dipengaruhi operasional, berdasarkan tingkat risiko kepunahan -Emisi EN15 Emisi gas rumah kaca (GRK) langsung (Cakupan 1) -Efluen dan Limbah EN16 Emisi gas rumah kaca (GRK) energi tidak langsung (Cakupan 2) EN17 Emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung lainnya (Cakupan 3) EN18 Intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) EN19 Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) EN20 Emisi bahan perusak ozon (BPO) EN21 NO X, SO X, dan emisi udara signifikan lainnya EN22 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan EN23 Bobot total limbah berdasarkan jenis dan metode pembuangan EN24 Jumlah dan volume total tumpahan signifikan

11 Lanjutan Tabel Indikator Berdasarkan GRI-G4 EN25 Bobot limbah yang dianggap berbahaya menurut ketentuan konvensi Basel2 Lampiran I, II, III, dan VIII yang diangkut, diimpor, diekspor, atau diolah, dan persentase limbah yang diangkut untuk pengiriman internasional EN26 Identitas, ukuran, status lindung, dan nilai keanekaragaman hayati dari badan air dan habitat terkait yang secara signifikan terkena dampak dari pembuangan dan air limpasan dari organisasi -Produk dan Jasa EN27 Tingkat mitigasi dampak terhadap dampak lingungan produk dan jasa EN28 Persentase produk yang terjual dan kemasannya yang direklamasi menurut kategori -Kepatuhan EN29 Nilai moneter denda signifikan dan jumlah total sanksi non-moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lingkungan -Transportasi EN30 Dampak lingkungan signifikan dari pengangkutan produk dan barang lain serta bahan untuk operasional organisasi, dan pengangkutan tenaga kerja -Lain-lain EN31 Total pengeluaran dan investasi perlindungan lingkungan berdasarkan jenis -Asesmen Pemasok Atas EN32 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria lingkungan Lingkungan EN33 Dampak lingkungan negatif signifikan aktual dan potensial dalam rantai pasokan dan tindakan -Mekanisme Pengaduan Masalah Lingkungan EN34 yang diambil Jumlah pengaduan tentang dampak lingkungan yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi KATEGORI SOSIAL SUB-KATEGORI: PRAKTEK KETENAGAKERJAAN DAN KENYAMANAN BEKERJA

12 Lanjutan Tabel Indikator Berdasarkan GRI-G4 -Kepegawaian LA1 Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan turnover karyawan menurut kelompok umur, gender, dan wilayah LA2 Tunjangan yang diberikan bagi karyawan purnawaktu yang tidak diberikan bagi karyawan sementara atau paruh waktu, berdasarkan lokasi operasi yang signifikan LA3 Tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti -Hubungan Industrial -Kesehatan dan Keselamatan Kerja VV -Pelatihan dan Pendidikan melahirkan, menurut gender LA4 Jangka waktu minimum pemberitahuan mengenai perubahan operasional, termasuk apakah hal tersebut tercantum dalam perjanjian bersama LA5 LA6 LA7 LA8 Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komite bersama formal manajemen-pekerja yang membantu mengawasi dan memberikan saran program kesehatan dan keselamatan kerja Jenis dan tingkat cedera, penyakit akibat kerja, hari hilang, dan kemangkiran, serta jumlah total kematian akibat kerja, menurut daerah dan gender Pekerja yang sering terkena atau berisiko tinggi terkena penyakit yang terkait dengan pekerjaan mereka Topik kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian formal dengan serikat pekerja LA9 Jam pelatihan rata-rata per tahun per karyawan menurut gender, dan menurut kategori karyawan LA10 Program untuk manajemen keterampilan dan pembelajaran seumur hidup yang mendukung keberkelanjutan kerja karyawan dan membantu mereka mengelola purna bakti

13 -Keberagaman dan Kesetaraan Peluang -Kesetaraan Remunerasi Perempuan dan Laki-laki -Asesmen Pemasok Terkait Praktik Ketenagakerjaan Lanjutan Tabel Indikator Berdasarkan GRI-G4 LA11 Persentase karyawan yang menerima reviuw kinerja dan pengembangan karier secara reguler, menurut gender dan kategori karyawan LA12 Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan per kategori karyawan menurut gender, kelompok usia, keanggotaan kelompok minoritas, dan indikator keberagaman lainnya LA13 Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap laki-laki menurut kategori karyawan, berdasarkanlokasi operasional yang signifikan LA14 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria praktik ketenagakerjaan LA15 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap praktik ketenagakerjaandalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil SUB-KATEGORI: HAK ASASI MANUSIA -Investasi HR1 Jumlah total dan persentase perjanjian dan kontrak investasi yang signifikan yang menyertakan klausul terkait hak asasi manusia atau penapisan berdasarkan hak asasi manusia HR2 Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau prosedur hak asasi manusia terkait dengan Aspek hak asasi manusia yang relevan dengan operasi, termasuk persentase karyawan yang dilatih -Non-Diskriminasi HR3 Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan korektif yang diambil -Kebebasan Berserikat dan Perjanjian Kerja Bersama HR4 Operasi pemasok teridentifikasi yang mungkin melanggar atau berisiko tinggi melanggar hak untuk melaksanakan kebebasan berserikat dan perjanjian kerja bersama, dan tindakan yang diambil untuk mendukung hakhak tersebut

14 Lanjutan Tabel Indikator Berdasarkan GRI-G4 -Pekerja Anak HR5 Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan eksploitasi pekerja anak dan tindakan yang diambil untuk berkontribusi dalam penghapusan pekerja anak yang efektif -Pekerja Paksa Atau Wajib Kerja -Praktik Pengamanan HR6 Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan pekerja paksa atau wajib kerja dan tindakan untuk berkontribusi dalam penghapusan segala bentuk pekerja paksa atau wajib kerja HR7 Persentase petugas pengamanan yang dilatih dalam kebijakan atau prosedur hak asasi manusia di organisasi yang relevan dengan operasi -Hak Adat HR8 Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak masyarakat adat dan tindakan yang diambil -Asesmen HR9 Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan reviu atau asesmen dampak hak asasi manusia -Asesmen Pemasok Atas Hak Asasi Manusia -Mekanisme Pengaduan Masalah Hak Asasi Manusia HR10 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria hak asasi manusia HR11 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap hak asasi manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil HR12 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap hak asasi manusia yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan formal SUB-KATEGORI: MASYARAKAT -Masyarakat Lokal SO1 Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, asesmen dampak, dan program pengembangan yang diterapkan SO2 Operasi dengan dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap masyarakat lokal

15 Lanjutan Tabel Indikator Berdasarkan GRI-G4 -Anti-Korupsi SO3 Jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap risiko terkait dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi SO4 Komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan prosedur anti-korupsi SO5 Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil -Kebijakan Publik SO6 Nilai total kontribusi politik berdasarkan negara dan penerima/penerima manfaat -Anti Persaingan SO7 Jumlah total tindakan hukum terkait Anti Persaingan, anti-trust, serta praktik monopoli dan hasilnya -Kepatuhan SO8 Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah total sanksi non-moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan -Asesmen Pemasok Atas Dampak Terhadap Masyarakat -Mekanisme Pengaduan Dampak Terhadap Masyakat S09 peraturan Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria untuk dampak terhadap masyarakat SO10 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil SO11 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi SUB-KATEGORI: TANGGUNGJAWAB ATAS PRODUK -Kesehatan PR1 Keselamatan Pelanggan PR2 Persentase kategori produk dan jasa yang signifikan dampaknya terhadap kesehatan dan keselamatan yang dinilai untuk peningkatan Total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela terkait dampak kesehatan dan keselamatan dari produk dan jasa sepanjang daur hidup, menurut jenis hasil

16 -Pelabelan Produk dan Jasa -Komunikasi Pemasaran -Privasi Pelanggan Lanjutan Tabel Indikator Berdasarkan GRI-G4 PR3 Jenis informasi produk dan jasa yang diharuskan oleh prosedur organisasi terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, serta persentase kategori produk dan jasa yang signifikan harus mengikuti persyaratan informasi sejenis PR4 Jumlah total Insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, menurut jenis hasil PR5 Hasil survei untuk mengukur kepuasan pelanggan PR6 Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan PR7 Jumlah total Insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela tentang komunikasi pemasaran, termasuk iklan, promosi, dan sponsor, menurut jenis hasil PR8 Jumlah total keluhan yang terbukti terkait dengan pelanggaran privasi pelanggan dan hilangnya data pelanggan -Kepatuhan PR9 Nilai moneter denda yang signifikan atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan terkait penyediaan dan penggunaan produk dan jasa Sumber: (Data Diolah) GRI-G4 dirancang agar dapat diterapkan secara universal untuk semua organisasi, besar dan kecil, di seluruh dunia. Pengukuran dilakukan berdasarkan indeks pengungkapan masing-masing perusahaan yang dihitung melalui pembagian antara jumlah item yang diungkapkan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan, yang dirumuskan sebagai berikut:

17 CSRDIj = xij nj Keterangan: CSRIj nj Xij : Corporate Social Responsibility Indeks Perusahaan j : Jumlah kriteria pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk perusahaan j, nj 91 : 1 = Jika kriteria diungkapkan; 0 = Jika kriteria tidak diungkapkan Dengan diprakarsai oleh IAI-KAM pada pertengahan 2005, telah didirikan lembaga semacam GRI yang diberi nama National Center For Sustainability Reporting (NCSR). Lembaga independen ini memiliki misi: Meyusun dan meyebarluaskan pedoman penyusunan laporan keberlanjutan untuk organisasi/perusahaan di Indonesia. National Center forsustainability Reporting (NCSR) Indonesia adalah sebuah wadah (organisasi) independen dalam rangka pengembangan, pembinaan, pengukuran dan pelaporan atas implementasi keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability). NSCR Indonesia memiliki anggota dari korporasi, organisasi, dan individu-individu profesional yang mempunyai visi dan komponen yang sama dalam menerapkan dan mengembangkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Terbentuknya pusat pelaporan nasional, National Center forsustainability Reporting (NCSR) pada tahun Lima organisasi independen penting, yaitu Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Indonesia Netherlands Association (INA), National Committe on Governance (NCG), Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI)

18 mengumpulkan sumber daya mereka ke dalam prakarsa ini dengan visi menjadi pemimpin dalam menyediakan standar pelaporan keberlanjutan bagi perusahaan di Indonesia (Urip, 2014 : 99) 2.3 CorporateFinancialPerformance (CFP) ROA Harahap (2010:305) Return On Assets (ROA) menggambarkan perputaran aktiva diukur dari penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Return On Assets (ROA) menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam melakukan investasi. Return on Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pularoa, hal itu berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Jika rasio ini mengalami penurunan maka akan mempengaruhi perusahaan dalam mencari laba. Karena rasio ini menurun di pengaruhi oleh dua indikator yaitu utang dan beban yang ditanggung oleh perusahaan lebih besar dari pada pendapatan yang di peroleh oleh perusahaan.

19 Jadi penurunan rasio ini sangat berpengaruh pada laba yang di peroleh perusahaan ROE Return On Equity (ROE) merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan (Sawir, 2005:20). Weston dan Copeland (2002:241) mengatakan bahwa rentabilitas usaha adalah hasil pengembalian atas ekuitas mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan, rasio ini merupakan suatu rasio tujuan akhir. Return on Equity atau tingkat pengembalian ekuitas pemilik mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang menjadi hak bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang perusahaan makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Dengan demikian maka modal yang dimiliki oleh perusahaan tidak memberikan laba yang memuaskan bagi perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak.semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Pemilik perusahaan lebih

20 tertarik pada seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan. Kinerja keuangan (finansial) perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: laporan neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan, laporan laba/rugi yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dan laporan arus kas yang menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode (Harahap, 2011:105). Analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi. Analisis keuangan dirancang bagi pengusaha, investor, dan kreditor di mana mereka harus memahami bagaimana membaca mengartikan serta menganalisis laporan keuangan. Laporan keuangan melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun selama beberapa periode yang lalu (Astuti, 2004:29). Kinerja keuangan dipakai manajemen sebagai salah satu pedoman untuk mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan dari kinerja keuangan dibuat untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan masa lalu dan digunakan untuk memprediksi keuangan dimasa yang akan datang. Kinerja keuangan berperan penting karena digunakan sebagai indikator penilaian baik atau buruknya kondisi keuangan dan prestasi kerja suatu perusahaan dalam waktu tertentu.

21 Teknik analisis laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah analisis rasio. Teknik ini sudah banyak digunakan para analis keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2011:297). 2.4 Hubungan antara CorporateSocialPerformance (CSP) dengan Corporate FinancialPerformance (CFP) Peran perusahaan di tengah komunitas suatu bangsa adalah tidak hanya sebagai institusi ekonomi yang mengejar tujuan ekonomi, tetapi juga sebagai institusi sosial. Sebagai institusi sosial, perusahaan dituntut melakukan pembaruan-pembaruan sosial dan mendonasikan sumber daya ekonominya untuk membantu mengatasi isu-isu sosial dan lingkungan. Selain itu, setiap peningkatan skala operasi perusahaan juga secara otomatis akan meningkatkan skala dampak negatifnya pada lingkungan dan masyarakat, sementara profits-nya hanya dinikmati para pemegang saham. Hal ini menyebabkan ketidakadilan sehingga pebisnis dan korporasi harus bertindak adil dengan menyisihkan keuntungan untuk membantu mengatasi isu-isu sosial dan lingkungan. Meskipun dalam jangka pendek akan meningkatkan cost dan menurunkan laba, namun dalam jangka panjang akan mendatangkan economic benefits bagi perusahaan. Sebagai contoh, pangsa pasar yang meluas karena loyalitas konsumen kian banyak, kelangsungan bisnis yang aman dan kondusif karena meningkatnya kepercayaan para stakeholder, serta profitabilitas yang juga akan meningkat (Lako A, 2011:105).

22 Hubungan antara CSP dan CFP menurut penelitian Poddi & Vergali (2009) menjelaskan bahwa biaya intangible lebih besar dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pengungkapan CSP. Sementara hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ROE lebih besar dimiliki oleh perusahaan yang secara sukarela mengungkapkan CSP dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan CSP. Penelitiannya juga menujukkan terdapat hubungan positif antara CSP dengan kinerja pasar perusahaan Hubungan positif antara CFP dengan CSP juga dijelaskan oleh Waddock & Graves, (1997) yang menyatakan jika perusahaan tidak berperilaku etis dan bertanggung jawab, dengan mencoba untuk mengurangi cost pertanggungjawaban sosial maka dalam jangka panjang perusahaan tidak akan mendapat manfaat berkelanjutan. Selain itu CSP dianggap sebagai Good Management yang akan meningkatkan hubungan dengan stakeholder dan dalam waktu yang sama akan meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Alasan berikutnya, dengan mendasarkan pada theory of scarce resources, bahwa perilaku CSP merupakan suatu konsekuensi dan bukan suatu sebab dari peningkatan kinerja. Ketika perusahaan memiliki sumber daya yang lebih besar maka sebaiknya dialokasikan untuk aktivitas semacam CSP, Menurut model teori stakeholder, perusahaan perlu menjalin hubungan dengan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai power dalam mengendalikan ketersediaan sumber daya (Chariri dan Ghozali 2007:410). Perusahaan juga perlu mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan dari masingmasing kelompok stakeholder jadi bukan hanya kebutuhan dan keinginan dari

23 shareholdernya saja yang perlu diakomodasi oleh perusahaan, melainkan seluruh stakeholdernya. Oleh karena itu perusahaan akan mempertimbangkan kepentingan dari pemangku kepentingan karena adanya komitmen moral dari manajemen perusahaan terhadap para pemangku kepentingan. Komitmen moral ini akan mendorong perusahaan untuk merumuskan strategi perusahaan di mana strategi perusahaan akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja keuangan perusahaan. Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan stakeholder adalah dengan mengungkapkan CSR, dimana kinerja sosial perusahaan dilihat dari peran CSR yang dimainkannya ditengah masyarakat. Menurut model teori stakeholder ini juga menyebutkan bahwa kenaikan dan penurunan kinerja keuangan sejalan dengan kenaikan dan penurunan dari pengungkapan kinerja sosialnya. Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan di mana perusahaan berada, di mana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar. Teori legitimasi kaitannya dengan kinerja sosial dan kinerja keuangan adalah apabila terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat (legitimacy gap) maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Untuk mensinergikan aktivitas operasionalnya dalam memperoleh tujuan finansialnya dengan suatu sistem sosial yang berlaku di masyarakat dalam rangka mendapatkan legitimasi sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan

24 dalam waktu yang panjang. Perusahaan perlu merumuskan strategi yang dapat mengakomodasi ketidakselarasan tersebut yaitu salah satunya dengan mengungkapkan CSP yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja sosial perusahaan. berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kinerja sosial perusahaan dan kinerja keuangan adalah positif dimana hubungan positif tersebut menunjukkan arti yaitu pencapaian tinggi rendahnya kinerja keuangan sejalan dengan pencapaian tinggi rendahnya kinerja sosial perusahaan. 2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sosial dan Kinerja Keuangan Size Ferry dan Jones (1979), ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham, kapitalisasi pasar, dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi. Semakin besar total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Sedangkan Yusuf dan Soraya (2004) ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan, ditunjukan oleh natural logaritma dari total aktiva. Menurut Sawir (2004:101)ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda :

25 1. Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan. 2. Kedua, ukuran perushaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termaksud penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandigkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan-kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang. 3. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan

26 rencana keuangan dan tidak mengembangakan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen. Company Size didefinisikan sebagai ukuran suatu perusahaan yang dapat diukur dengan jumlah aset suatu perusahaan, penjualan dan kapasitas pasar. Dalam penelitian ini menggunakan jumlah aset sebagai cara untuk pengukuran company size. Karena total aset suatu perusahaan lebih stabil dari tahun ke tahun. Semakin banyak jumlah aset suatu perusahaan seharusnya semakin baik juga kondisi suatu perusahaan tersebut dan menarik perhatian bagi para investor untuk menanam sahamnya pada perusahaan tersebut (Yustiana, 2011). 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini telah dilakukan beberapa peneliti, secara ringkas adalah sebagai berikut: Hubungan positif antara CFP dengan CSP dijelaskan oleh Waddock & Graves, (1997) yang menyatakan jika perusahaan tidak berperilaku etis dan bertanggung jawab, dengan mencoba untuk mengurangi kos pertanggungjawaban sosial maka dalam jangka panjang perusahaan akan tidak akan mendapatkan manfaat berkelanjutan. Selain itu CSP dianggap sebagai Good Management yang akan meningkatkan hubungan dengan stakeholder dan dalam waktu yang sama akan meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Alasan berikutnya, dengan mendasarkan pada theory of scarce resources, bahwa perilaku CSP merupakan suatu konsekuensi dan bukan suatu sebab dari peningkatan kinerja. Ketika perusahaan memiliki sumber daya yang lebih besar maka sebaiknya dialokasikan untuk aktivitas semacam CSP.

27 Ahmad (2013) meneliti tentang Pengaruh Corporate Social Performance terhadap Corporate Financial Performance. Hasil penelitian ini menunjukkan CSP berpengaruh secara segnifikan terhadap ROA dan ROE. Size berpengaruh signifikan terhadap hubungan CSP dan ROA namun tidak terhadap ROE. Leverage signifikan terhadap hubungan CSP dengan ROA dan ROE. Titisari (2010) meneliti tentang Pengaruh Corporate Financial Performance terhadap Corporate Social Performance. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel financial performance yang di proxy dengan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap social performance. Sedangkan variabel financial performance yang di proxy dengan ROE tidak signifikan mempengaruhi social performance. Rachmawati dan Sari (2010) juga meneliti tentang hubungan antara Corporate Social Performance (CSP) dengan Corporate Financial Performance (CFP). Hasil dari penelitian ini ialah Corporate Social Performance berpengaruh positif terhadap Corporate Financial Performance dan Size berpengaruh positif pada pengembalian asset di perusahaan. Fauzi, et al. (2007) meneliti hubungan antara kinerja sosial perusahaan (CSP) dengan kinerja keuangan perusahaan (CFP) untuk menentukan apakah CSP adalah terkait dengan kinerja perusahaan dengan menggunakan slack resource theory dan good management theory. Selain itu, mengkaji apakah ukuran perusahaan atau industri mempengaruhi hubungan antara CSP dan CFP. Hasil dari studi gagal untuk menemukan hubungan yang signifikan antara CSP dan CFP di kedua model.

28 Peneliti No (Tahun) 1. Sandra A Waddock dan Samuel B Graves (1997) Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Judul Variabel Penelitian Penelitian The Corporate Kinerja sosial, Social kinerja Performance- keuangan. Financial Performance Link Metode Analisis Regresi Berganda Hasil Penelitian Hubungan positif antara CFP dengan CSP 2. Zulfikar Ali Ahmad (2013) 3. Hasan Fauzi, Lois Mahoney, Azhar Abdul Rahman (2007) 4. Kartika Hendra Titisari (2010) Pengaruh Corporate Social Performance Terhadap CorporateFinan cial Performance Institutional Ownership and Corporate Social Performance: Empirical Evidence from Indonesian Companies Pengaruh Corporate Financial Performance Terhadap Corporate Social Performance CSP, ROA, ROE, Size, Leverage CSP, CFP, Ukuran Perusahaan, Tipe Industri CSP, ROA, ROE, DER, Beta dan PBV Ordinary Least Square Regression Regresi Berganda Regresi Berganda Corporate Social Performanceberhubungan positif dengan Financial Performance. Pada perusahaan Indonesia kinerja sosial dan keuangan tidak berhubungan, Temuan ini menunjukkan bahwa investor institusi tidak memasukkan CSP sebagai bagian dari keputusan investasi mereka. Variabel financial performance yang di proxi dengan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap social performance. Sedangkan variabel financial performance yang di proxi dengan ROE tidak signifikan mempengaruhi social performance. 5. Rima Rachmawati dan Dina Sari (2010) Related Corporate Social Performance (CSP) and Corporate Financial Performance (CFP) CSP, ROA, ROE, Size Regresi Berganda Corporate Social Performance berpengaruh positif terhadap Corporate Financial Performance. Size berpengaruh positif pada pengembalian asset di perusahaan.

29 2.7 Kerangka Konseptual Pemilik modal sebagai investor dalam suatu perusahaan akan memilih perusahaan yang baik pengelolaannya. Perusahaan yang baik pengelolaannya tidak hanya dalam pengelolaan keuangannya, tetapi juga dalam hal aktivitas sosialnya. Saat perusahaan melakukan suatu aktivitas sosial dan perusahaan juga mengungkapkannya di dalam laporan tahunan, secara otomatis pihak yang membaca laporan tahunan akan mengetahui bahwa perusahaan melakukan aktivitas sosial. Investor sebagai pemilik dana di perusahaan akan melihat bahwa perusahaan melakukan aktivitas yang baik sehingga mereka akan semakin percaya untuk menempatkan modalnya di perusahaan tersebut. Pada dasarnya tanggung jawab manajemen juga untuk meningkatkan kinerja keuangan. Komponen stakeholder seperti investor, kreditor, dan tenaga kerja sangat memperhatikan tentang kinerja perusahaan. Kinerja keuangan yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan kemakmuran stakeholder. Selain itu, berdasarkan slack resource theory (Waddock dan Graves, 1997), peningkatan kinerja keuangan membuat perusahaan memiliki lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan kinerja sosial dalam semua aspek. Ada banyak ukuran-ukuran yang digunakan untuk mewakili kinerja keuangan termasuk ROA (Return on Assets) dan ROE (Return on Equity) (Waddock dan Graves, 1997). Menurut Waddock dan Graves (1997) ukuran perusahaan berkaitan dengan kinerja sosial perusahaan, yaitu perusahaan-perusahaan besar berperilaku dengan cara yang lebih bertanggung jawab secara sosial daripada perusahaan kecil. Selain itu, ukuran perusahaan dapat memiliki hubungan dengan kepemilikan

30 institusional, yaitu perusahaan-perusahaan besar mendapatkan lebih banyak perhatian dari kelompok stakeholder eksternal daripada perusahaan-perusahaan kecil, dan dengan begitu mereka perlu menanggapinya. Sebuah studi penting yang dilakukan oleh Profesor Stephen Erfle dan Michael Frantantuono menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki peringkat tertinggi dalam hal riwayat mereka pada berbagai isu sosial (termaksuk kegiatan amal, program bakti sosial, pemeliharaan lingkungan hidup, pemberdayaan perempuan, dan advokasi kelompok minoritas) juga memiliki kinerja keuangan yang lebih besar. Kinerja keuangan yang lebih baik dalam hal pertumbuhan laba operasi, rasio penjualan terhadap aset, pertumbuhan penjualan, pengembalian atas ekuitas (ROE), pertumbuhan laba terhadap aset, pengembalian atas investasi (ROI), pengembalian atas aset (ROA) dan pertumbuhan aset. (Hartman dan Desjardins, 2008:170) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Variable Independen (X) Corporate Social Performance Variable Moderating (Z) Size Variable Dependen (Y) Corporate Financial Performance : 1. ROA 2. ROE Sumber : Rachmawati dan Sari (2010)

31 2.8 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual, makahipotesis dalam penelitian ini adalah: H 1 : Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA H 2 : Corporate Social Performance berpengaruh terhadap Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE H 3 : Size berpengaruh terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROA H 4 : Size berpengaruh terhadap hubungan antara Corporate Social Performance dan Corporate Financial Performance yang diproxi dengan ROE

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN No Aspek Indikator Indikator Ekonomi 1 Kinerja Ekonomi Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung, meliputi pendapatan,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ghozali, Imam Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

DAFTAR PUSTAKA. Ghozali, Imam Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. 117 DAFTAR PUSTAKA Brigham dan Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 1 (edisi II). Jakarta: Salemba Empat. Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: Alfabeta. Fahmi, Irham. 2012.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Corporate Social Responsibility 2.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Sir. Adrian Cadbury dalam Hartman (2011:153) perusahaan harus bertanggung jawab

Lebih terperinci

LAMPIRAN I Cara. Indikator. Kualitas (esensi) Ada/Tidak

LAMPIRAN I Cara. Indikator. Kualitas (esensi) Ada/Tidak LAMPIRAN I Indikator INDIKATOR KINERJA EKONOMI Kinerja Ekonomi Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung yang meliputi pendapatan, biaya operasional, imbal jasa EC1 (kompensasi) karyawan, donasi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Lampiran 1 : Rincian Beban Tidak Terikat RSUD Tarakan.

LAMPIRAN. 1. Lampiran 1 : Rincian Beban Tidak Terikat RSUD Tarakan. L 1 LAMPIRAN 1. Lampiran 1 : Rincian Beban Tidak Terikat RSUD Tarakan. Keterangan 2012 2011 Beban Layanan : Beban Pegawai XX XX Beban Farmasi XX XX Beban Laboratorium XX XX Beban Bahan Makanan XX XX Beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik kinerja sosial terhadap stakeholders menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik kinerja sosial terhadap stakeholders menjadi topik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini topik kinerja sosial terhadap stakeholders menjadi topik yang sangat menarik dan semakin banyak dibahas di dunia maupun Indonesia, baik di media cetak dan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Servaes, Henri, dan Ane Tamayo The Impact of Corporate Social Responsibility onfirm Value: The Role of Customer Awareness.

DAFTAR PUSTAKA. Servaes, Henri, dan Ane Tamayo The Impact of Corporate Social Responsibility onfirm Value: The Role of Customer Awareness. 77 DAFTAR PUSTAKA Ardimas, Wahyu., dan Wardoyo. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan pada Bank Go Public yang terdaftar di BEI. Debbianita dan Elyzabet

Lebih terperinci

ITEM PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN. 3 EC 3 Jaminan kewajiban organisasi terhadap program imbalan pasti

ITEM PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN. 3 EC 3 Jaminan kewajiban organisasi terhadap program imbalan pasti 71 ITEM PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN NO kode GRI KETERANGAN 1 EC 1 2 EC2 Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung,meliputi pendapatan, biaya operasi, imbal jasa karyawan, donasi

Lebih terperinci

No Kode Nama Perusahaan

No Kode Nama Perusahaan Lampiran 1. Sampel Nama Perusahaan No Kode Nama Perusahaan 1 ADRO Adaro Energy 2 ADHI Adhi Karya 3 ANTM Aneka Tambang 4 AALI Astra Agro Lestari 5 ASII Astra International 6 UNSP Bakrie Sumatra Plantations

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) Teori Stakeholder ini berfokus pada cara-cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola hubungan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Desain Penelitian III.1.1. Jenis dan sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan tahunan (annual report ) dan laporan

Lebih terperinci

Daftar Nama BUMN Tahun Singkatan Perusahaan KAEF. PT. Kimia Farma ANTM. PT. Aneka Tambang PT. Bukit Asam TINS. PT. Timah. PT.

Daftar Nama BUMN Tahun Singkatan Perusahaan KAEF. PT. Kimia Farma ANTM. PT. Aneka Tambang PT. Bukit Asam TINS. PT. Timah. PT. Lampiran 1 Daftar Nama BUMN Tahun Singkatan Perusahaan KAEF PT. Kimia Farma ANTM PT. Aneka Tambang 2010 PTBA PT. Bukit Asam TINS PT. Timah SMGR PT. Semen Indonesia/ PT Semen Gresik KAEF PT. Kimia Farma

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Manufaktur

LAMPIRAN. Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Manufaktur LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Manufaktur No Kode Perusahaan Nama Perusahaan 1 ALDO Alkindo Naratama Tbk 2 ALKA Alaska Industrindo Tbk 3 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk 4 DPNS Duta Pertiwi Nusantara

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Daftar Indikator Pengungkapan CSR menurut GRI

LAMPIRAN 1. Daftar Indikator Pengungkapan CSR menurut GRI L1 LAMPIRAN 1 Daftar Indikator Pengungkapan CSR menurut GRI Indikator Kinerja Ekonomi Aspek: Kinerja Ekonomi EC1 EC2 EC3 EC4 Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung, meliputi pendapatan, biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Perusahaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan harus menjalankan fungsinya dengan tepat. Menurut Sudana (2011) Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan penelitian Oksidea (2013) adalah untuk menjelaskan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan penelitian Oksidea (2013) adalah untuk menjelaskan dan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Oksidea (2013) Tujuan penelitian Oksidea (2013) adalah untuk menjelaskan dan mengevaluasi implementasi PSAK No. 64 (2011) tentang Aktivitas Eksplorasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Indikator - Indikator Pengungkapan CSR Berdasarkan GRI Versi 3.0

LAMPIRAN 1. Indikator - Indikator Pengungkapan CSR Berdasarkan GRI Versi 3.0 95 LAMPIRAN 1 Indikator - Indikator Pengungkapan CSR Berdasarkan GRI Versi 3.0 EC1 EC2 EC3 EC4 EC5 EC6 EC7 EC8 EC9 EN1 EN2 EN3 EN4 EN5 EN6 EN7 EN8 EN9 EN10 EN11 EN12 EN13 EN14 EN15 EN16 EN17 INDIKATOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Legitimasi Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Hal itu, dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN MANUFAKTUR. Industri Barang Konsumsi 2 ADMG PT. Polyhem Indonesia Tbk Aneka Industri

DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN MANUFAKTUR. Industri Barang Konsumsi 2 ADMG PT. Polyhem Indonesia Tbk Aneka Industri Lampiran 1 DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN MANUFAKTUR No Kode Nama Emiten Sektor 1 ADES PT. Akasha Wira Internasional Tbk 2 ADMG PT. Polyhem Indonesia Tbk Aneka Industri 3 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Desain Penelitian III.1.1. Jenis dan sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan, annual report atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi sangat maju dan dinamis, yang mengakibatkan persaingan di dunia bisnis juga semakin meningkat. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Definisi teori legitimasi adalah suatu kondisi atau status, yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non

BAB I PENDAHULUAN. kinerja keuangan perusahaan namun juga ingin mengetahui mengenai kinerja non BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diera globalisasi saat ini kondisi keuangan saja tidak cukup untuk menjamin nilai perusahaan yang berkelanjutan, hal ini dikarenakan tuntutan dari para stakeholder

Lebih terperinci

Bab III. Metode Penelitian

Bab III. Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah perusahaan perusahaan manufaktur (manufacturing companies) yang tercatat di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Teori) Hal pertama mengenai teori stakeholder adalah bahwa stakeholder adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Teori) Hal pertama mengenai teori stakeholder adalah bahwa stakeholder adalah 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Teori) Hal pertama mengenai teori stakeholder adalah bahwa stakeholder adalah sistem yang secara eksplisit berbasis pada pandangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal Pengungkapan sustainability report bertujuan untuk menyediakan informasi tambahan mengenai kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan euangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan euangan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) Menurut Marwata (2001), pengungkapan didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi untuk membantu investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko perusahaan merupakan hal yang sangat krusial yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa macam risiko perusahaan menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) Jama an (2008), mengungkapkan Signalling Theory menjelaskan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), belakangan ini patut untuk dirayakan. Corporate Social Responsibility (CSR) memang sedang menjadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur. No Nama Perusahaan Kode Perusahaan

LAMPIRAN 1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur. No Nama Perusahaan Kode Perusahaan LAMPIRAN 1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur No Nama Perusahaan Kode Perusahaan 1 PT. Ultrajaya Milk Tbk 2 PT. Indo Acidatama Tbk 3 PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk 4 PT. Berlina Tbk 5 PT Lionmesh Prima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat memantau perkembangan perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat memantau perkembangan perusahaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya tujuan utama yang ingin dicapai oleh semua perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya. Karena keberlangsungan

Lebih terperinci

KELOMPOK 2. Materi Pokok Pembahasan : Pengertian Stakeholders Etika Bisnis Pengertian Tanggungjawab Sosial Perusahaan Areal Tanggungjawab Sosial

KELOMPOK 2. Materi Pokok Pembahasan : Pengertian Stakeholders Etika Bisnis Pengertian Tanggungjawab Sosial Perusahaan Areal Tanggungjawab Sosial KELOMPOK 2 Materi Pokok Pembahasan : Pengertian Stakeholders Etika Bisnis Pengertian Tanggungjawab Sosial Perusahaan Areal Tanggungjawab Sosial PEMBAHASAN A. Stakeholders 1. Pengertian Stakeholders Stakeholders

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas dengan harapan memperoleh return yang optimal. Bagi investor dan calon

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas dengan harapan memperoleh return yang optimal. Bagi investor dan calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu Negara. Hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu telah menguraikan secara sistematis hasil dari penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu dan berhubungan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi makanan haram serta bentuk negative externalities lain, Harahap (2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi makanan haram serta bentuk negative externalities lain, Harahap (2011) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat seperti: memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Teori legitimasi dan teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Teori legitimasi dan teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Terdapat beberapa perspektif teori yang digunakan untuk menjelaskan. Teori legitimasi dan teori stakeholder digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan praktek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu penggerak utama perekonomian dunia termasuk Indonesia, karena melalui pasar modal tersebut perusahaan dapat memperoleh sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia usaha. Agar perusahaan dapat lebih bersaing, maka harus lebih

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan GRI

Lampiran 1. Panduan GRI Lampiran 1. Panduan GRI Kategori Sosial (HAM, Tenaga Kerja, Tanggung Jawab Produksi dan Masyarakat) HAM HR1 HR2 HR3 HR4 HR5 HR6 HR7 HR8 Persentase dan jumlah total perjanjian investasi yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) semakin banyak di bahas

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) semakin banyak di bahas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini topik mengenai Tanggung Jawab Sosial Korporat atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) semakin banyak di bahas di dunia, baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure 2.1.1.1 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Pada umumnya, CSR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholder Ketentuan dalam perusahaan menyatakan bahwa manajemen memiliki fungsi untuk memaksimalkan laba, dengan asumsi bahwa memaksimalkan total nilai

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Salah satu dasar teori yang dapat digunakan untuk memahami konsep tentang corporate governance adalah teori keagenan, karena pada dasarnya teori

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar didalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar didalam 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar didalam Indeks Likuiditas Bursa Efek Indonesia (Indeks LQ45) periode 2014. Metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat banyaknya perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urian Teoritis 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan

Lebih terperinci

Oleh: Aditya Dharmawan Krisna Novrys Suhardianto Universitas Airlangga, Surabaya 2015

Oleh: Aditya Dharmawan Krisna Novrys Suhardianto Universitas Airlangga, Surabaya 2015 Oleh: Aditya Dharmawan Krisna Novrys Suhardianto Universitas Airlangga, Surabaya 2015 Latar Belakang (ketidakpedulian thdp dampak negatif) Perusahaan tambang keinginan untuk sukses dampak negatif pembuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan menginformasikan posisi keuangan perusahaan kepada berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti orang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti orang atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Corporate Social Responsibility CSR merupakan salah satu dari beberapa tanggungjawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti orang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik di tahun ini adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen perusahaan dalam berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimasa yang akan datang. Signalling theory menjelaskan tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimasa yang akan datang. Signalling theory menjelaskan tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signalling Theory Informasi merupakan unsur yang penting bagi investor dan pelaku bisnis lainnya, karena pada dasarnya informasi menyajikan gambaran atau keterangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Corporate Governance pada hubungan Corporate Social Responsibility

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Corporate Governance pada hubungan Corporate Social Responsibility BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peneliti Terdahulu Beberapa Penelitian terdahulu yang mendasari peneliti untuk melakukan pengujian kembali yaitu : a. Ni Wayan Rustiarini 2010 Penelitian ini di lakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Berbasis Sumber Daya(Resources Based Theory/Resources

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Berbasis Sumber Daya(Resources Based Theory/Resources BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendekatan Berbasis Sumber Daya(Resources Based Theory/Resources Based View (RBV)) Pendekatan dengan basis sumber daya (resources based view of the firm/rbv)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility Accounting) Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial mempunyai arti suatu proses pemilihan variable-variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan. keputusan dan pertanggungjawaban (accountability). Menurut Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan. keputusan dan pertanggungjawaban (accountability). Menurut Kamus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Harahap (2008:201), laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menjadi bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya revolusi industri. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya kegiatan operasional dan berkumpulnya semua faktor pendukung kegiatan operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan dampak positif

Lebih terperinci

Global Reporting Initiatives, PelaporanTanggung Jawab Sosial yang Paripurna. Andilo Tohom Tampubolon (Widyaiswara Madya pada Pusdiklatwas BPKP)

Global Reporting Initiatives, PelaporanTanggung Jawab Sosial yang Paripurna. Andilo Tohom Tampubolon (Widyaiswara Madya pada Pusdiklatwas BPKP) Global Reporting Initiatives, PelaporanTanggung Jawab Sosial yang Paripurna Andilo Tohom Tampubolon (Widyaiswara Madya pada Pusdiklatwas BPKP) Bukan saatnya lagi perusahaan berargumentasi bahwa bukan tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders) tapi juga untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) masih kurang popular dikalangan pelaku usaha nasional, karena masih banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Pengertian legitimasi teori dikemukakan oleh O Donovan (2002) dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu: Legitimacy theory as the idea that in order

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Aktivitas perusahaan atau unit bisnis tidak bisa lepas dari lingkunganya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Aktivitas perusahaan atau unit bisnis tidak bisa lepas dari lingkunganya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aktivitas perusahaan atau unit bisnis tidak bisa lepas dari lingkunganya. Lingkungan merupakan bagian dari kualitas kehidupan dan tidak dapat disangkal jika

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MAHASISWA... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... RINGKASAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi dapat didefinisikan sebgai sebuah kondisi dan merupakan hasil akhir dari sebuah proses legitimasi. Legitimasi organisasi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu lingkup dimana orang melakukan kegiatan usaha demi mendatangkan keuntungan atau laba. Selain mencari keuntungan, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendapatan suatu Negara berasal dari berbagai sektor, salah satunya berasal dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak (www.pajak.go.id,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya BAB II LANDASAN TEORI Beberapa penelitian terdahulu telah membahas faktor-faktor yang mempengaruhi tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu faktor debt-to equity ratio dan firm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibangun dengan paradigma berbasis ekonomi atau single P (Profit).

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibangun dengan paradigma berbasis ekonomi atau single P (Profit). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dua puluh tahun terakhir ini telah terjadi pergeseran paradigma bisnis dimana informasi non keuangan juga perlu untuk diungkapkan. Pada awalnya bisnis dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. juga merupakan bagian dari lingkungan sekitarnya. Tiap-tiap aktivitas. legitimasi dari masyarakat sekitarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. juga merupakan bagian dari lingkungan sekitarnya. Tiap-tiap aktivitas. legitimasi dari masyarakat sekitarnya. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori Legitimasi Menurut Nurkhin (2010) teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang diimplikasikan antara institusi sosial dan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 28 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 29 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Definisi Corporate Sosial Responsibility Menurut The World Business Council

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan setiap perusahaan. Dengan tata kelola yang baik perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUNGKAPAN CSR DAN INFORMASI KEUANGAN TERHADAP ABNORMAL RETURN SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PENGARUH PENGUNGKAPAN CSR DAN INFORMASI KEUANGAN TERHADAP ABNORMAL RETURN SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis PENGARUH PENGUNGKAPAN CSR DAN INFORMASI KEUANGAN TERHADAP ABNORMAL RETURN (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan dan Perusahaan Pertanian Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2011-2015)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas bisnis mereka. Terutama dalam era globalisasi ini, persaingan antar perusahaan menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

Lebih terperinci