PEMURNIAN RHODINOL DAN GERANIOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM MUHAMMAD YUSUF HASIBUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMURNIAN RHODINOL DAN GERANIOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM MUHAMMAD YUSUF HASIBUAN"

Transkripsi

1 PEMURNIAN RHODINOL DAN GERANIOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM MUHAMMAD YUSUF HASIBUAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemurnian Rhodinol dan Dari Minyak Sereh Wangi dengan Fraksinasi Vakum adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor Bogor, Juli 2016 Muhammad Yusuf Hasibuan NIM F

4 ABSTRAK MUHAMMAD YUSUF HASIBUAN. Pemurnian Rhodinol dan Dari Minyak Sereh Wangi Dengan Distilasi Fraksinasi Vakum. Dibimbing oleh MEIKA SYAHBANA RUSLI dan EGI AGUSTIAN. Rhodinol disusun oleh dua senyawa yaitu sitronelol dan geraniol yang merupakan senyawa-senyawa yang sulit dipisahkan kerena memilki titik didih berdekatan. Proses distilasi fraksinasi vakum satu tahap belum menghasilkan fraksi kaya sitronelol dan geraniol (rhodinol) maupun fraksi kaya geraniol dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Untuk meningkatkan kemurnian fraksi rhodinol dan geraniol tersebut perlu diproses dengan distilasi fraksinasi vakum tahap kedua. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh fraksi dalam jumlah optimum menggunakan proses distilasi fraksinasi vakum. Perlakuan pada proses pemurnian rhodinol maupun geraniol dilakukan dengan variasi tekanan. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rhodinol dengan kadar 67,0% dan geraniol dengan kadar 63,3%. Berdasarkan analisis CPI perlakuan terbaik pada pemurnian rhodinol yaitu pada tekanan 4-5 mbar, dengan rendemen 19,88%, kadar rhodinol 79,30%, dan total loss sebesar 38,65 g. Pada pemurnian geraniol perlakuan terbaik berdasarkan analisis CPI yaitu pada tekanan 0-1 mbar dengan rendemen 62,30%, kadar geraniol 75,26%, dan total loss 26,60 g. Kata kunci: Minyak sereh wangi, rhodinol, geraniol, distilasi fraksinasi vakum. ABSTRACT MUHAMMAD YUSUF HASIBUAN. Rhodinol and Redistillation from Citronella Oil by Vacuum Fractinated Distillation. Supervised by MEIKA SYAHBANA RUSLI and EGI AGUSTIAN. Rhodinol, consist of two main compounds which are citronelol and geraniol, both of them are very difficult to be separated because they have close boiling point. One-step vacuum fractional distillation has not produced rhodinol rich fraction nor geraniol rich fraction with high purity yet. To improve the purity of those rhodinol and geraniol fraction, it s needed a second step of vacuum fractional distillation. The purpose of this research is to get the optimum yield by using vacuum fractional distillation. The purification of rhodinol and geraniol was done by pressure variation. Raw materials composition that in this research are rhodinol and geraniol, respectively are 67,0% and 63,3%. Based on CPI analysis, the best parameter on rhodinol purification are vacuum pressure 4-5 mbar, 19,88% of yield, 79,30% of rhodinol, and 38,65 g of total loss. The best condition on geraniol purification is by vacuum pressure 0-1 mbar, 62,30% of yield, 75,26% of rhodinol, and 26,60 g of total loss. Keywords: Citronellal oil, rhodinol, geraniol, vacuum fractionation distillation.

5 PEMURNIAN RHODINOL DAN GERANIOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM MUHAMMAD YUSUF HASIBUAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industi Pertanian DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 MUHAMMAD YUSUF HASIBUAN

6

7 Judul Skripsi : Pemurnian Rhodinol dan dari Minyak Sereh Wangi dengan Distilasi Fraksinasi Vakum Nama : Muhammad Yusuf Hasibuan NIM : F Disetujui oleh Dr Ir Meika Syahbana Rusli, M.Sc.Agr Pembimbing I Egi Agustian, ST. M.Eng Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Alhamdulillahirabbil alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan rahmat dan karunia yang telah diberikan-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam juga saya limpahkan kepada nabi besar Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Tema yang dipilih dalam karya ilmiah ini adalah pemurnian rhodinol dan geraniol dari minyak sereh wangi dengan distilasi fraksinasi vakum. Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini terutama Dr.Ir.Meika Syahbana Rusli, M.Sc.Agr dan Egi Agustian, ST.M.Eng selaku pembimbing. Terimakasih kepada rekan-rekan TIN 47 yang selalu memberi semangat dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Ungkapan terimakasih terbesar untuk Ibu dan Feni Tri Asmoro atas dukungan, perhatian, dan do a yang tak pernah putus dalam penyelesaian penulisan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini penulis persembahkan untuk Almarhum ayah tercinta yang semasa hidupnya selalu memberikan semangat, do a dan nasehatnasehatnya. Penulisan karya ilmiah ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dukungan dari teman-teman yang selalu memberikan semangat dan masukan. Terimakasih kepada Daud, Alfyandi, Hijran, Imastia, Moslem, Fauzan, Bu Rini, dan staff laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian atas bantuannya. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan segala pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Juli 2016 Muhammad Yusuf Hasibuan

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 3 Ruang Lingkup Penelitian 3 METODOLOGI 3 Bahan 3 Alat 3 Prosedur Percobaan 4 Prosedur Analisis Data 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Hasil Penelitian Pendahuluan 9 Hasil Penelitian Utama 12 Proses Redistilasi Rhodinol 13 Analisis Hasil Rhodinol 15 Proses Redistilasi 18 Analisis Hasil 19 Sifat Fisiko-Kimia Fraksi Kaya Rhodinol dan 21 SIMPULAN DAN SARAN 23 Simpulan 23 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 24 LAMPIRAN 25

10 DAFTAR TABEL 1. Pembagian fraksi pada proses distilasi minyak sereh wangi 5 2. Hasil GC fraksinasi minyak sereh wangi untuk komponen utama Konsentrasi bahan penelitian utama Hasil GC peningkatan konsentrasi rhodinol Penilaian melalui teknik CPI pada perlakuan ke Penilaian melalui teknik CPI pada perlakuan ke Peningkatan konsentrasi geraniol Penilaian melalui teknik CPI pada perlakuan ke Penilaian Melalui Teknik CPI pada perlakuan ke-2 20 DAFTAR GAMBAR 1. Alat distilasi fraksinasi dengan vakum 4 2. Diagram alir proses distilasi minyak sereh wangi 5 3. Struktur Sitronelol (Belsito et al. 2010) Struktur (Menezes et al. 2012) Kromotogram minyak sereh wangi Neraca massa perlakuan 1 dengan tekanan 4-5 mbar Neraca massa perlakuan 2 dengan tekanan 1-2 mbar Total waktu proses rhodinol Analisis loss rhodinol Nilai analisis CPI pada proses rhodinol Neraca massa perlakuan 1 dengan tekana 1-2 mbar Neraca massa perlakuan 2 dengan tekana 0-1 mbar Waktu proses redistilasi geraniol Analisis loss redistilasi geraniol Nilai analisis CPI pada proses geraniol 21 DAFTAR LAMPIRAN 1. Kondisi proses penelitian pendahuluan Kondisi proses penelitian rhodinol Hasil analisis sifat fisiko-kimia penelitian redistilasi rhodinol Kondisi proses penelitian redistilasi geraniol Hasil analisis sifat fisiko-kimia penelitian redistilasi geraniol Gambar bahan baku minyak dan hasil rhodinol dan geraniol 43

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Sereh wangi termasuk dalam tanaman penghasil minyak atsiri (essential oil). Minyak atsiri pada tanaman sereh wangi merupakan hasil dari metabolit sekunder dan memiliki aroma wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Menurut Guenther (1987) minyak atsiri yang kompleks dibentuk dari hasil ekskresi atau sekresi akibat proses metabolisme tanaman. Senyawa atsiri dari tanaman sereh wangi dapat dipisahkan dari komponen utamanya. Hal ini mendasari dilakukannya distilasi fraksi untuk pengambilan fraksi komponen utama yang terkandung pada minyak sereh wangi. Distilasi fraksi ini berguna untuk pengembangan produk minyak atsiri dan meningkatkan nilai jual. Minyak sereh wangi memiliki khasiat sebagai bahan obat tradisonal dan merupakan salah satu yang perlu terus diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya. Minyak sereh wangi merupakan komoditi ekspor utama Indonesia di antara berbagai jenis minyak atsiri lainnya. Sebagian besar diekspor dalam bentuk minyak kasar dan hanya sedikit pabrik yang mengolah minyak sereh wangi serta turunannya. Industri minyak atsiri umumnya berkonsentrasi pada minyak sereh wangi tanpa melihat senyawa penyusun yang terkandung di dalam minyak sereh wangi. Pemisahan senyawa ini memiliki nilai jual tinggi dibanding minyak penghasilnya dan dapat dijadikan produk yang berharga. Minyak sereh wangi memiliki tiga komponen senyawa utama yaitu sitronelal, sitronelol, dan geraniol. Ketiga senyawa tersebut dalam pemanfaatannya digunakan untuk bahan industri fragrance, industri farmasi dan keperluan pembuatan kosmetik yang selama ini masih diimpor. Menurut Guenther (1950) komposisi minyak sereh wangi terdiri atas bermacammacam terpen (fraksi dengan titik didih rendah), sitronelal, macam-macam ester, alkohol, sesquiterpen serta sesquiterpen alkohol, dimana minyak campuran sitronelol dan geraniol dalam perdagangan dikenal dengan rhodinol. Kedua komponen utama minyak sereh wangi (sitronelol dan geraniol) merupakan bahan penyusun komponen dalam minyak mawar (rose oil) yang harganya sangat mahal. Teknik isolasi dapat digunakan untuk menggambil senyawa komponenkomponen yang diinginkan dalam minyak sereh wangi. Teknik ini dilakukan dengan distilasi fraksinasi vakum, hasil isolasinya dapat berupa senyawa yang disebut rhodinol (campuran sitronelol dan geraniol) maupun geraniol. Distilasi bertingkat atau distilasi fraksionasi berguna untuk memisahkan komponen utama berdasarkan perbedaan titik didih. Agustian et al. (2005) menjelaskan bahwa apabila menginginkan senyawa dengan kemurnian tinggi dari hasil fraksinasi minyak sereh wangi, maka harus memperhatikan besarnya tekanan vakum yang digunakan, suhu atau titik didih dari fraksi yang diinginkan, rasio refluks dan waktu proses. Menurut Cook dan Cullen (1987) semakin tinggi nilai rasio refluks maka semakin besar efisiensi proses pemisahan. Pemisahan senyawa komponen penyusun minyak atsiri secara fisika biasanya dilakukan dengan distilasi bertingkat (FD) untuk senyawa yang memiliki berat molekul rendah dan distilasi molekular (MD) untuk senyawa yang memiliki berat molekul besar. Pemisahan komponen minyak sereh wangi akan lebih baik dilakukan dengan distilasi bertingkat, tetapi pemisahan komponen minyak nilam akan lebih baik dilakukan dengan distilasi molekuler. Distilasi yang dilakukan

12 2 umumnya dalam keadaan vakum. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya isomerisasi, polimerisasi, atau peruraian karena panas, dikarenakan penggunaan suhu tinggi mengakibatkan dekomposisi komponen-komponen yang ada di dalam minyak atsiri. Penggunaan vakum diharapkan dapat menurunkan titik didih yang tinggi dari senyawa rhodinol maupun geraniol. Metode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm dengan tujuan untuk menghindari terjadinya reaksi oksidasi pada komponen yang dipisahkan agar ikatan rangkap pada senyawa tidak putus (Mudhofar 2012). Metode pemisahan mempengaruhi senyawa geraniol, pada suhu tinggi geraniol mudah terpolimerisasi sehingga mengurangi total geraniol. Menurut Guenther (1987), geraniol mudah terdekomposisi. Sehingga dalam rancangan penelitian distilasi fraksinasi minyak rhodinol maupun geraniol menggunakan vakum, untuk menurunkan titik didih senyawa utama dari minyak sereh wangi. Salah satu cara pemisahan atau pemurnian komponen minyak adalah dengan distilasi fraksinasi. Distilasi fraksinasi minyak atsiri adalah pemisahan menjadi beberapa fraksi berdasarkan perbedaan titik didihnya (Guenther 1990). Sebaiknya minyak atsiri tidak difraksinasi pada tekanan atmosfir melainkan pada tekanan vakum karena pada suhu tinggi minyak atsiri mengalami dekomposisi dan resinifikasi, sehingga destilat mempunyai bau dan sifat fisiko-kimia yang berbeda dengan minyak murninya (Mangun 2005). Siwi (2013) melakukan pemisahan minyak sereh wangi dengan menggunakan teknologi distilasi vakum dengan dua tahap penelitian yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan mencari proses conditioning dengan rasio refluks untuk mendapatkan kemurnian paling tinggi dan waktu proses singkat, sehingga dari penelitian tersebut terpilih refluks conditioning 10:1 dengan penelitian utama proses pemisahan menggunakan tekanan 5-4 mbar dan refluks 10:10. Senyawa sitronelal, sitronelol, dan geraniol optimum diperoleh pada rasio refluks 10:10 dengan hasil GC yaitu berturut-turut sebesar 90,7%, 41,1%, dan 53,6%. Tahap conditioning yaitu memperbanyak jumlah distilat yang dikembalikan ke kolom untuk memperkaya perolehan komponen yang diinginkan di fraksi berikutnya. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian Siwi (2013), namun lebih menitikberatkan pada pemurnian rhodinol dan geraniol dengan redistilasi dari minyak sereh wangi secara fisika. Bahan yang digunakan adalah minyak kaya kandungan rhodinol dan geraniol yang diambil dari tahapan penelitian pendahuluan dan hasil penelitian Siwi (2013). Pada penelitian utama dilakukan dua perlakuan dan ulangan sebanyak dua kali (duplo) dengan volume tiap ulangan sebanyak 1000 ml, variasi tekanan 1-2 dan 4-5 mbar untuk redistilasi rhodinol dan 0-1 dan 1-2 mbar untuk geraniol. Refluks conditioning 10:1 di fraksi ke-2 dan 10:5 di fraksi ke- 3 dengan rasio refluks 10:10 untuk penelitian redistilasi rhodinol, sedangkan penelitian geraniol refluks conditioning 10:1 di fraksi ke-2 dengan rasio refluks 10:10. Pemilihan refluks yang digunakan didasari oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siwi (2013) dimana dipilih refluks yang optimum dari proses distilasi fraksinasi minyak sereh wangi. Pentingnya melakukan distilasi berulang-ulang atau disebut dengan redistilasi dapat diperoleh komponen kemurnian yang tinggi, karena jumlah komponen yang tidak diinginkan berkurang. Metode ini dimodifikasi menjadi lebih

13 moderen untuk diterapkan pada skala industri. Penelitian ini diharapkan mendapatkan dua produk yang berbeda yaitu minyak dengan kemurnian rhodinol yang tinggi dan juga minyak dengan kemurnian geraniol yang tinggi. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan fraksi rhodinol dan geraniol dari minyak sereh wangi dalam jumlah optimum dan untuk mendapatkan perlakuan yang optimum dari proses redistilasi, serta untuk menentukan laju alir redistilasi optimum. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dititikberatkan pada variasi tekanan yaitu pemurnian rhodinol menggunakan tekanan 4-5 mbar dan 1-2 mbar. Pada pemurnian geraniol menggunakan tekanan 1-2 mbar dan 0-1 mbar. Distilasi fraksinasi vakum ini untuk memperoleh fraksi rhodinol dan geraniol minyak sereh wangi dalam jumlah yang optimum. Dengan merekayasa rasio refluks beserta tahapannya. 3 METODOLOGI Bahan Bahan yang digunakan adalah minyak sereh wangi yang berjenis Cymbopogon winterianus atau dikenal dengan sebutan Java Citronella Oil yang berasal dari perkebunan rakyat Desa Sukarapih, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan. Minyak sereh wangi yang digunakan dianalisis terlebih dahulu dengan menggunakan analisis GC (Gas Chromatography). Setelah minyak sereh wangi dianalisis baru dilakukan penelitian pendahuluan yang berguna untuk mengumpulkan bahan yang digunakan untuk penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk pengumpulan bahan kaya minyak rhodinol dan geraniol. Pengumpulan bahan kaya rhodinol didapat dari hasil proses distilasi fraksinasi minyak sereh wangi pada gabungan fraksi keenam dan tujuh, dan minyak kaya geraniol yang dalam proses pemisahannya pada fraksi ketujuh. Bahan lain yang digunakan yaitu akuades, alkohol, etanol netral, indikator PP, dan larutan KOH 0,1N. Bahan tersebut digunakan untuk analisis sifat fisiko-kimia yang meliputi warna, bobot jenis, indeks bias, putaran optik, kelarutan dalam alkohol, dan bilangan asam. Alat Peralatan utama yang digunakan mencakup satu unit distilasi fraksionasi vakum dengan kolom packed (PiloDist104) yang setara dengan 120 stage (Gambar 1). Alat ini memiliki unit refluks (satuan detik) dan labu umpan sebesar 1,5-4 liter. Gas chromatography yang digunakan bermerek Agilent type 7890A dengan menggunakan kolom non polar yaitu HP-1 (methyl siloxane) dengan spesifikasi 30 m (panjang) x 25 µm (diameter luar) x 0,25 µm (diameter dalam), dan beberapa

14 4 alat tambahan yang digunakan dalam analisis sifat fisiko-kimia seperti spektrofotometer genesis 10s uv-vis, refrakto, gelas piala, erlenmeyer, buret, neraca analitik. Berikut adalah gambaran unit fraksinasi vakum. Gambar 1 Alat distilasi fraksinasi dengan vakum Keterangan: 1. Motor pengerak 14. Sensor vakum 2. Batang pengaduk magnet 15. Selang vakum 3. Jaket pemanas 16. Pendingin distilat 4. Labu umpan 17. Botol penampung 5. Termokopel umpan 18. Penampung fraksi 6. Kolom distilasi 19. Pembagi fraksi 7. Jaket pemanas kolom 20. Panel kontrol 8. Pendingin 21. Panel kontrol 9. Alat pengukur selisih tekanan 22. Tabung trap 10. Termokopel puncak 23. Kran pengontrol vakum 11. Unit refluks 24. Pompa vakum 12. Manometer 25. Rangka alumunium 13. Kondensor Prosedur Percobaan Pada penelitian ini terdiri atas dua penelitian yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan adalah penelitan pengumpulan minyak kaya rhodinol dan geraniol (Gambar 2) dengan mengikuti tahapan penelitian sebelumnya berdasarkan pemilihan proses terbaik yang dilakukan oleh Siwi (2013). Penelitian utama adalah redistilasi fraksinasi minyak kaya rhodinol dan geraniol, dengan harapan mendapatkan minyak rhodinol dan geraniol dengan kemurnian tinggi. Minyak sereh wangi yang digunakan dalam penelitian pendahuluan berdasarkan hasil analisis Gas Chromatography yaitu: sitronelal 30,7 %, sitronelol 9,1%, dan geraniol 22,7%. Minyak sereh wangi yang diperoleh dari Siwi (2013), senyawa sitronelal sebesar 33,2%, sitronelol 8,8% dan geraniol 19,5%. Untuk memproduksi minyak kaya rhodinol dan geraniol dari minyak sereh

15 5 wangi maka minyak sereh wangi dibagi ke dalam delapan fraksi berdasarkan besaran persentasi volume sesuai dengan persen luas area dari hasil Gas Chromatography. Persentasi volume distilasi dapat dilihat pada Tabel ml minyak sereh wangi Distilasi Fraksinasi vakum Tekanan 4-5 mbar Conditioning 10:1 Rasio Refluks 10:10 Distilat FMS1: 1% ; FMS2: 7% ; FMS3: 2.5%; FMS4: 31% FMS5: 2.5%; FMS6: 8%; FMS7: 20% ;FMS8: 28% Analisis GC dan Analis fisiko - kimia Hasil analisis Gambar 2 Diagram alir proses distilasi minyak sereh wangi Tabel 1 Pembagian fraksi pada proses distilasi minyak sereh wangi Fraksi Uraian Volume (ml) % Volume FMS 1 Fraksi pengotor 20 1 FMS 2 Fraksi awal FMS 3 Fraksi sebelum sitronelal 50 2,5 FMS 4 Fraksi kaya sitronelal FMS 5 Fraksi antara sitronelal dan sitronelol 50 2,5 FMS 6 Fraksi kaya sitronelol FMS 7 Fraksi kaya geraniol FMS 8 Residu Ket: (FMS 1) Sereh Wangi ke-1 Pada penelitian pendahuluan dilakukan sebanyak 11 kali running fraksinasi minyak sereh wangi untuk memproduksi minyak kaya rhodinol dan geraniol. Proses distilasi minyak sereh wangi dibagi dalam 8 fraksi (Tabel l). Minyak kaya rhodinol terdapat pada fraksi ke-6 dan ke-7. Running fraksinasi tersebut menghasilkan minyak pada fraksi ke-6 dan ke-7, Volume minyak diperoleh 560 ml untuk menjadi bahan baku penelitian utama redistilasi rhodinol. Kemudian ditambah dari minyak kaya rhodinol dari penelitian Siwi (2013) sebanyak 3600 ml. Setelah minyak kaya rhodinol terkumpul maka dilakukan analisis GC untuk mengetahui kadar senyawa rhodinol. Memproduksi minyak kaya geraniol maka dilakukan sebanyak sepuluh running pada minyak sereh wangi, minyak kaya geraniol terdapat pada fraksi ke-7

16 6 diperoleh volume 400 ml dalam satu kali running. Fraksi ke- 7 dikumpulkan mencapai 4000 ml untuk bahan baku penelitian redistilasi minyak geraniol. Setelah minyak kaya geraniol terkumpul maka dilakukan analisis GC untuk mengetahui kadar senyawa geraniol. Penelitian dilakukan di Pilot Plan 3 Pusat Penelitian Kimia-LIPI pada tahun Penelitian dilakukan secara eksperimental deskriptif, terdiri dari dua proses. Pertama, proses pemisahan minyak kaya rhodinol dari minyak sereh wangi dengan alat distilasi fraksional, dengan perlakuan fraksinasi tekanan 4-5 mbar. Kedua, redistilasi minyak rhodinol dari minyak kaya rhodinol dengan tekanan 4-5 dan 1-2 mbar, dan redistilasi minyak geraniol dari minyak kaya geraniol dengan tekanan 1-2 dan 0-1 mbar. Tahap selanjutnya yaitu analisis fisiko-kimia minyak rhodinol dan geraniol yang diperoleh dari proses distilasi. Pada penelitian ini volume minyak yang dibutuhkan dalam satu bacth adalah 1000 ml. Pada penelitian ini dibutuhkan sebanyak 4000 ml minyak kaya rhodinol, dan 4000 ml minyak geraniol dengan dua perlakuan dan dua ulangan. Pada satu run penelitian pemurnian rhodinol dibutuhkan volume 1000 ml yang nilainya setara 882 g, pemurnian geraniol dengan volume 1000 ml minyak kaya geraniol setara 884,12 g. Penelitian dilakukan secara duplo dan dibutuhkan 3528 g rhodinol dan 3536,47 g geraniol, dari dua perlakuan dan dua ulangan. Metode penelitian redistilasi rhodinol dengan tahapan proses menggunakan rasio refluks 10:10, refluks conditioning 10:1 dan 10:5 dapat dilihat pada lampiran (2a dan 2a.1). Metode penelitian redistilasi geraniol menggunakan refluks 10:10, refluks conditioning 10:1 dapat dilihat pada lampiran (4a dan 4a.1). Refluks yang digunakan memiliki satuan detik. Beneti (2011) menyatakan bahwa semakin besar rasio refluks yang digunakan maka kemurnian komponen yang dinginkan juga semakin tinggi, tetapi waktu yang digunakan juga semakin lama. Proses distilasi dilakukan berdasarkan skema rancangan pada metodologi dimana bahan dikondisikan pada suatu sistem komputer, maka pada bagian komputer diatur program distilasi sesuai dengan rencana distilasi. Setelah pengaturan program selesai, vakum dan pemanas dinyalakan. Sistem distilasi ini secara otomatis bekerja sesuai dengan program. Sebelum sistem berjalan maka sistem-sistem pendukung harus diperhatikan agar kerja lebih optimal, seperti sistem pemvakuman dan kondensor. Pada pemvakuman tekanan udara terdapat bagian trapping yang harus diisi pecahan es untuk mencegah tersedotnya fase gas ke dalam pompa vakum, sistem kondensor harus dialiri air untuk mengkondensasikan fase gas pada bagian destilat, dan pengukur tekanan. Jika sistem sudah siap operasi, barulah dijalankan fungsi run pada sistem komputer. Distilasi dilakukan dengan rangkaian alat berupa satu set kolom fraksinasi distilasi vakum, yang terdiri dari kolom distilasi, vakum, kondensor dan sistem komputer kontrol. Pemanasan komponen dapat menguapkan senyawa yang lebih volatil, terkondensasi, dan dipisahkan secara bertahap berdasarkan tekanan uap atau titik didihnya. Uap bahan yang lebih volatil menuju ke atas untuk melewati sepanjang kolom pemisah mengarah ke puncak kolom, senyawa molekul uap yang lebih berat atau tidak terlewatkan ke kolom akan turun ke dasar secara gravitasi untuk mengalami pemanasan kembali. Sedangkan uap yang melewati kolom pemisah masuk ke dalam kolam kondensasi untuk mengalami perubahan fase uap menjadi cair. Komponen yang lebih volatil dari fase uap pindah ke fase cair mengalami proses kondensasi. Setelah perubahan fase uap menjadi fase cair maka

17 minyak masuk ke dalam ke kolom refluks kemudian mengalami pemisahan kembali. Pemisahan berdasarkan laju refluks per satuan detik dan refluks conditioning. Minyak yang melewati kolom refluks masuk ke dalam kolom destilat dan minyak yang tidak terlewatkan kembali ke dalam kolom distilasi untuk mengalami pemisahan kembali. Arus proses ini berlangsung secara konsisten sampai mencapai volume destilat yang ditentukan. Fase yang lebih mudah menguap mengandung lebih banyak komponen berbobot jenis relatif ringan mudah menguap daripada fase cair, sehingga terjadi adanya pemisahan fase. Uap yang terbentuk diembunkan dan dipanaskan secara berulang-ulang, kemudian diperoleh komponen-komponen dalam keadaan yang relatif murni. Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap segera terbentuk setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap yang terbentuk dipertahankan dan kontak dengan sisa cairannya dengan harapan pada suhu dan tekanan tertentu. Antara uap dan sisa cairan berada dalam kesetimbangan sebelum campuran bahan dipisahkan menjadi destilat dan residu. Dalam proses pemisahan menggunakan kolom distilasi, temperatur dan tekanan merupakan indikator penting baik sebagai indikator proses maupun sebagai sinyal kendali. Oleh karena itu, pada penelitian ini suhu dan tekanan merupakan sistem instrumentasi proses distilasi kolom dengan fraksinasi batch berbasis kendali perubahan suhu dan tekanan. Sistem vakum dari peralatan distilasi fraksinasi yang terdapat pada bagian trapping harus diisi pecahan es yang bertujuan untuk mencegah tersedotnya fase gas ke dalam pompa vakum. Selanjutnya pada labu berleher tiga diisi dengan bahan. Sistem kondensor harus dialiri dengan air untuk mengkondensasikan fase gas pada bagian destilat dan pengukur tekanan. Jika sistem sudah siap untuk beroperasi, maka pada bagian komputer diatur program distilasi sesuai dengan rencana distilasi. Selanjutnya tekanan vakum dan pemanas (heater) dinyalakan. Vakum merupakan suatu kondisi dari udara atau gas sekitar lingkungan tertentu yang tekanan udaranya di bawah tekanan atmosfir. Untuk menghasilkan vakum perlu untuk mengeluarkan udara dari sistem. Prinsip dasar dari vakum distilasi yaitu proses tetap pada ruang hampa, aliran cairan dan uap minyak sangat diperlukan pada langkah-langkah untuk mencapai keseimbangan. Sedangkan kolom distilasi tidak terhubung ke atmosfir, tetapi pompa vakum memelihara sistem tekanan agar tetap di bawah tekanan atmosfir. Sistem pengambilan destilat dari labu destilat harus diperhatikan secara teliti dengan membuka katup tabung destilat secara manual untuk menghindari terganggunya tekanan vakum pada sistem operasi. Hal ini menjamin pengambilan destilat tanpa mengubah operasi kolom. Tekanan sistem dijaga oleh pompa vakum kinerja tinggi dan dipantau oleh transduser tekanan absolut, dengan ketepatan ± 0,5 mmhg terhubung ke programmer komputer untuk akuisisi data tekanan. Analisis Proses Analisis proses redistilasi rhodinol dan geraniol dari minyak sereh wangi dengan fraksinasi vakum dengan parameter yang diamati adalah rentang suhu distilasi (T), massa destilat (D), massa residu (R), rendemen destilat (% Wt D ), rendemen residu ( % Wt R ), kehilangan (loss) dan waktu proses. Rendemen merupakan persentase hasil dengan membagi jumlah massa produk yang dihasilkan 7

18 8 terhadap jumlah massa bahan awal yang digunakan. Kehilangan (loss) merupakan material yang hilang baik secara teknis maupun non teknis, hal ini dapat dilihat dari adanya selisih antara input dan output. Rendemen destilat dan residu serta persentase loss dihitung dengan rumus sebagai berikut: % Wt D = % Wt R = % Loss = Analisis Gas Chromatography (GC) Distilat (g) Bahan awal(g) 100 % Residu (g) Bahan awal(g) 100 % Total loss (g) Bahan awal(g) 100 % Analisis produk selanjutnya dilakukan dengan menggunakan GC (Gas Chromatography). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui senyawa komponen utama dan komponen tambahan dalam produk, sebagai hasil proses redistilasi rhodinol dan geraniol dari minyak sereh wangi dengan fraksinasi vakum. Terdapat sebelas komponen dari minyak sereh wangi yang dapat diidentifikasi dengan analisis Kromatografi Gas dan Spektrometri Massa. Komponen-komponen tersebut adalah α-pinen, limonen, linalool, sitronelal, sitronelol, geraniol, sitronelil asetat, ß- kariofilen, geranil asetat, d-kadinen dan elemol, dengan komponen utamanya adalah sitronelal (Budi 1992). Komponen utama dalam hal ini adalah sitronelol dan geraniol, sedangkan komponen tambahan adalah sitronelil asetat dan geranil asetat. GC adalah teknik analisis dimana komponen di dalam campuran dipisahkan menggunakan fase gerak berupa gas pembawa yang inert dan fase diam berupa padatan atau cairan di dalam kolom (Kupiec 2004). Proses penggunaan GC diawali dengan menginjeksikan sampel sebanyak 1 μl ke dalam injektor. Kemudian di dalam injektor terjadi proses pemisahan dengan menguapkan sampel cairan menjadi fase gas untuk dibawa ke kolom. Gas pembawa inert yang disebut sebagai fase gerak yang melarutkan molekul dalam bahan dan melewati kolom sebagai fase diam. Didalam kolom, sampel dipisahkan karena adanya interaksi antara molekul dengan fase gerak dan fase diamnya, maka fase gerak membawa molekul dengan titik didih rendah lebih dulu. Semakin lama waktu retensi komponen pada puncak (peak) yang terdapat dalam kromatogram, maka menunjukkan semakin tinggi titik didih komponen tersebut. Analisis Sifat Fisiko-kimia Analisis fisiko-kimia dalam penelitian ini meliputi warna, bobot jenis, indeks bias, putaran optik, kelarutan dalam alkohol, dan bilangan asam. Analisis fisikokimia ini dilakukan pada tiap-tiap fraksi hasil proses dari masing-masing proses redistilasi rhodinol dan geraniol dari minyak sereh wangi dengan fraksinasi vakum. Hasil fisiko-kimia ini kemudian dibandingkan dengan SNI tentang syarat mutu geraniol. Hal ini dikarenakan bahan yang diuji merupakan fraksi kaya

19 geraniol walau masih memiliki kandungan sitronelol, sitronelil asetat, geranil asetat dan komponen kecil lainnya. 9 CPI (Composite Performance Index) Prosedur Analisis Data Analisis data yang digunakan menggunakan metode CPI (Composite Performance Index) dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif (i) berdasarkan beberapa kriteria (j), dengan tujuan analisis pemilihan perlakuan terbaik untuk produk rhodinol dan geraniol. Metode CPI digunakan untuk penilaian dengan kriteria yang tidak seragam dan formula yang digunakan Aij = Xij (min) x 100 / Xij (min). Keterangan : Aij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke-j Xij (min) = nilai alternatif ke-i pada ke-j A(i + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria ke-j X(i + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria awal ke-j Pj = bobot kepentingan kriteria ke-j Iij = indeks alternatif ke-i Neraca Massa Menurut Clausen & Mattson (1978), neraca massa atau neraca berat seringkali disebut sebagai neraca material dalam industri kimia. Suatu neraca massa dapat bermakna tanpa adanya neraca energi, tetapi sebaliknya suatu neraca energi membutuhkan pengetahuan tentang massa dari komposisi dari semua aliran yang ada dalam neraca. Neraca massa atau panas suatu sistem proses dalam industri merupakan perhitungan kuantitatif dari semua bahan-bahan yang masuk, yang keluar, laju aliran massa masuk komponen sama dengan laju aliran massa keluar komponen yang terakumulasi (tersimpan) dan yang terbuang dalam sistem itu. Dalam perhitungan neraca massa anggapan yang digunakan adalah aliran material masukan dan keluaran sistem mendekati proses ajeg, dianggap tidak ada kebocoran dalam pipa-pipa, dan masukan zat-zat kimia diabaikan. Analisis neraca massa merupakan analisis pengecekan seluruh bahan yang masuk seperti energi dan bahan yang keluar seperti limbah dan produk samping. Dalam menelusuri aliran bahan, penting untuk mengatur batas yang jelas media pengukuran massa (Yousfi 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan adalah penelitian awal untuk memproduksi minyak kaya fraksi rhodinol dan fraksi geraniol dari minyak sereh wangi. Rhodinol yang

20 10 diproduksi bersumber dari campuran geraniol dan sitronelol yang diperoleh dari distilasi minyak sereh wangi. Massa molar : 156,27 g mol -1 Kepadatan : 0,855 g/cm Titik didih : 225 C, 498 K, 437 F HO Gambar 3 Struktur Sitronelol (Belsito et al. 2010) Struktur kimia sitronelol dan geraniol dapat dilihat pada (Gambar 3) dan (Gambar 4). Sitronelol (3,7-dimetyloct-6-en-l-ol) atau disebut juga dihydrogeraniol dengan rumus kimia C10H20O, adalah monoterpenoid asiklik alam. Sitronelol yang ditemukan dalam minyak sereh, termasuk Cymbopogon nardus (50%), adalah isomer yang lebih umum. Sitronelol berbau harum seperti bunga mawar (Hardjono 1994). CH 3 OH Massa Molar : 154,25 g mol -1 Titik didih : 230⁰C, Kepadatan : 0,889 g /cm 3 Titik lebur : 15⁰C, 288⁰K, 59⁰F H 3 C CH 3 Gambar 4 Struktur (Menezes et al. 2012) (trans-3,7-dimetyl-2,6-octadien-l-ol) dengan rumus kimia kimia C10H18O adalah monoterpenoid dan alkohol, yang merupakanbagian utama dari minyak mawar, minyak palmarosa, dan minyak sereh (jenis Jawa) (Worzakowska 2014). memiliki karakteristik seperti minyak bunga mawar yaitu bau, rasa, berwarna kuning pucat, dan tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Senyawa geraniol banyak terdapat pada tanaman bunga mawar, palmarosa, dan sereh wangi. memiliki aplikasi serbaguna dalam industri aroma, parfum, farmasi, kosmetik dan rumah tangga. terbukti efektif dalam mengusir nyamuk (Omolo et al. 2004). Pada penelitian pendahuluan dilakukan analisa GC pada bahan baku minyak sereh wangi. Hasil analisis diperoleh kadar sitronelal 30,7%, sitronelol 9,1%, dan geraniol 22,7%. Minyak sereh wangi yang digunakan oleh Siwi (2013) kadar sitronelal 33,2%, sitronelol 8,8%, dan geraniol 19,5% (Gambar 5).

21 11 Sitronelal Sitronelol Gambar 5 Kromotogram minyak sereh wangi (Siwi 2013) Proses pemurnian minyak sereh wangi dengan distilasi fraksinasi vakum satu tahap, dilakukan sesuai dengan rancangan penelitian dan hasil proses dilakukan analisis GC. Hasil analisis penelitian pendahuluan dapat dilihat pada (Tabel 2). Tabel 2 Hasil GC fraksinasi minyak sereh wangi untuk komponen utama Fraksi KANDUNGAN KOMPONEN UTAMA Sitronelal (%) Sitronelol (%) (%) FMS 1 9,369 0,147 1,286 FMS 2 48,278 0,251 0,488 FMS 3 70,111 0,127 0,248 FMS 4 75,030 3,464 1,219 FMS 5 4,629 39,734 15,503 FMS 6 1,064 37,020 27,823 FMS 7 0,189 18,238 55,668 Residu 0,078 39,607 18,026 Ket: (FMS 1) Sereh wangi ke-1 Dalam satu running proses distilasi fraksinasi vakum minyak sereh wangi menghasilkan minyak kaya rhodinol sebanyak 493,92 g. Minyak hasil proses distilasi penelitian pendahuluan ditambahkan dengan minyak kaya rhodinol hasil penelitian Siwi (2013) sebanyak 3175,2 g. Total minyak kaya rhodinol terkumpul 3669,12 g. Pengumpulan bahan minyak kaya geraniol dalakukan dengan tahapan distilasi oleh (Siwi 2013) satu running proses distilasi fraksinasi vakum minyak sereh wangi menghasilkan minyak kaya geraniol 400 ml 353,65 g, dibutuhkan sebanyak 10 kali running pemurnian minyak sereh wangi, untuk mendapatkan minyak kaya geraniol 4000 ml 3536,47 g. Hasil analisis GC fraksi kaya rhodinol dan geraniol dari penelitian dapat dilihat pada (Tabel 3).

22 12 Tabel 3 Konsentrasi bahan penelitian utama Bahan penelitian utama Sitronelal (%) Sitronelol (%) Graniol (%) Fraksi Kaya Rhodinol 0,79 25,55 41,45 Fraksi Kaya 0,14 17,97 63,29 Secara kimiawi minyak sereh wangi bukan senyawa tunggal tetapi tersusun dari berbagai macam komponen yang secara garis besar terdiri dari kelompok terpenoid dan fenil propan. Senyawa penyusun sereh wangi seperti limonen, linalool, sitronelal, sitronelol, geraniol, dan geraniol asetat termasuk dalam gugus asiklik alkohol. Linalool dan sitronelal merupakan senyawa yang memiliki bobot jenis lebih ringan dibandingkan dengan senyawa rhodinol (sitronelol dan geraniol), yang selalu muncul bersama-sama dalam hasil fraksinasi yang dianggap sebagai pengotor (impurities). Sedangkan geraniol asetat adalah senyawa pengotor yang memiliki bobot jenis lebih besar dari geraniol. Dengan demikian jika dilakukan proses fraksinasi terhadap rhodinol pada tekanan vakum dan suhu tertentu, maka senyawa pengotor menguap secara bersamaan dengan senyawa yang diinginkan. Hal ini dapat mempengaruhi kemurnian rhodinol. Senyawa-senyawa inilah yang harus dihilangkan pada redistilasi rhodinol dan geraniol. Pada tekanan vakum yang sama pada setiap fraksi, titik didih linalool dan sitronelal lebih rendah dari pada sitronelol, sedangkan geraniol asetat lebih tinggi daripada geraniol. asetat memiliki titik didih yang berdekatan dengan geraniol sehingga sulit untuk dipisahkan. Sehingga komponen-komponen belakang yang memiliki titik didih di atas geraniol banyak yang terbawa, komponenkomponen tersebut merupakan fraksi berat, sehingga relatif lebih sulit dipisahkan. Perlu dilakukan pemurnian yang kedua yaitu redistilasi fraksinasi vakum sehingga mendapatkan kemurnian rhodinol dan geraniol yang cukup tinggi. Penelitian redistilasi rhodinol (sitronellol dan geraniol) dilakukan karena memiliki nilai jual yang tinggi baik dipasar internasional maupun dalam negeri. Standar komersial rhodinol (74,3-81,2%) dan geraniol 75%. Hasil Penelitian Utama Redistilasi rhodinol dan geraniol adalah pemurnian senyawa kaya rhodinol dan geraniol yang bersumber dari minyak sereh wangi. Rhodinol (3, 7-dimethyl, 7- Octen-l-ol) adalah salahsatu alkohol komersial penting dalam minyak esensial dari beberapa tanaman aromatik, dengan rumus kimia kimia C10H20O. Rhodinol adalah campuran dominan monoterpen asiklik yaitu sitronelol dan geraniol. Berikut adalah struktur rhodinol yaitu (CH 3 ) 2 CH(C H 2 ) 2 CH(CH 3 ) CH 2 CH 2. Rhodinol memiliki titik nyala: > 200⁰F; CC, rasio optik: -4⁰ sampai -9⁰, indeks bias: (20 C), berat jenis: (25/25 C) (Lapczynski et al. 2008). Rhodinol adalah senyawa penghasil aroma wewangian yang banyak digunakan dalam kosmetik, wewangian halus, sampo, sabun toilet dan perlengkapan mandi lainnya serta produk non-kosmetik seperti pembersih rumah tangga dan deterjen. Penggunaannya di seluruh dunia berada di kawasan 1-10 ton per tahun. Kandungan maksimum rhodinol yang baik ditentukan oleh the

23 International Fragrance Association (IFRA). Standard (IFRA 2007) kandungan rhodinol komersial (74.3%-81.2%) dengan senyawa penyusunnya (campuran linalool, sitronelol, geraniol). Redistilasi rhodinol dan geraniol dilakukan dengan menggunakan satu set alat fraksinasi distilasi vakum. Bahan yang digunakan untuk proses redistilasi fraksinasi adalah minyak kaya rhodinol dan kaya geraniol yang diperoleh dari proses distilasi minyak sereh wangi. Penelitian yang dilakukan oleh Beneti (2011) hanya pada pengambilan fraksi sitronelal, begitu juga yang dilakukan oleh Siwi (2013) terfokus pada pemurnian sitronelal, sitronelol dan geraniol, hasil pada penelitiannya sitronelal memenuhi harapan dengan mencapai kemurnian tinggi hingga mencapai 90%, tetapi senyawa rhodinol dan geraniol masih terbilang rendah dengan nilai konsentrasi berturut-turut 54,2%, 53,6%. Senyawa rhodinol dan geraniol masih dapat ditingkatkan konsentrasinya dengan distilasi kedua atau disebut dengan redistilasi. Berdasarkan hasil analisis GC pada bahan minyak kaya rhodinol maupun geraniol diperoleh senyawa rhodinol 67% dan geraniol 63,3%, bahan minyak tersebut akan diredistilasi (pemurnian kedua) untuk mendapatkan kemurnian tinggi. Kemurnian minyak dipengaruhi oleh laju penguapan. Laju penguapan yang terlalu cepat disebabkan uap minyak terlalu cepat mengalami penguapan sehingga menyebabkan penumpukan berada dipuncak kolom disebut dengan bumping. Penumpukan minyak dipuncak kolom distilasi diakibatkan oleh kecepatan fase cair minyak teruapkan. Hal ini disebabkan oleh panas yang tinggi dapat menyebabkan laju uap naik secara tiba-tiba menuju puncak kolom sehingga dapat mempengaruhi kemurnian distilat. Distilat yang terambil memiliki kemurnian yang rendah sehingga dari itu untuk mengurangi terjadi bumping maka dilakukan refluks conditioning dimana minyak tertahan lebih lama dikolom punyak dengan satuan waktu 10:1, sepuluh detik minyak kembali ke kolom distilasi dan satu detik dialirkan menuju penampung distilat. Dengan adanya refluks conditioning dapat memperpanjang waktu proses, sehingga pengambilan senyawa rhodinol dan geraniol lebih lama. Semakin kecil waktu penyelesaian suatu pekerjaan berarti makin kecil pula biaya produksi yang diperlukan. Dengan demikian, makin cepat laju fraksinasi berarti makin kecil biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan proses fraksinasi (Lestari 2012). Proses Redistilasi Rhodinol Redistilasi rhodinol dalam satu batch menggunakan umpan 882 g dengan kandungan senyawa sitronelol 25,55%, geraniol 41,45%, fraksi sebelum sitronelol 1,13% dan fraksi setelah geraniol 31,88%. Fraksi sebelum sitronelol dan fraksi sesudah geraniol dianggap fraksi pengotor yang disebut dengan fraksi ringan dan fraksi berat yang harus dihilangkan atau dipisahkan untuk mendapatkan kemurnian rhodinol yang tinggi. Proses pemurnian dilakukan dengan tekanan yang berbeda, yaitu menggunakan tekanan 4-5 mbar dan tekanan 1-2 mbar. Redistilasi rhodinol perlakuan satu menggunakan tekanan 4-5 mbar dengan rasio refluks 10:10 dan refluks conditioning pada fraksi kedua 10:1 dan difraksi ketiga 10:5 Perbedaan tekanan yang dilakukan untuk melihat laju alir proses dan perubahan sifat fisikokimia yang terjadi setelah proses, meliputi senyawa rhodinol dan pengotor yang 13

24 14 tertinggal didalam minyak. Hasil prososes redistilasi fraksinasi rhodinol pada tekanan 4-5 mbar dapat dilihat pada neraca massa unit proses (Gambar 6). F= 882,0 g Rhodinol: 67,00 % Residu :97,111 g Rhodinol :29,46% T :112,85 0 C Uap R 10:10 T : 92,45 105,5 0 C t : 216,5 menit R 10:1 T : 105,5-107,4 0 C t : 73,5 menit R 10:5 T : 107,4 108,4 0 C t : 24,5 menit R 10:10 T : 108,4-108,7 0 C t : 161,5 menit R 10:10 T : 108, C t : 152,5 menit R 10:10 T : ,4 0 C t : 191 menit R 10:10 T : 112,4-112,85 0 C t : 151,5 menit LOSS: 38,655 g Gambar 6 Neraca massa dengan tekanan 4-5 mbar D1:44,093 g Rhodinol: 36,86% D2:21,831 g Rhodinol:53,60% D3:21,745 g Rhodinol: 52,59% D4:173,921 g Rhodinol: 62,07% D5:175,143 g Rhodinol: 71,89% D6:175,343 g Rhodinol: 78,53% D7:134,159 g Rhodinol: 80,97% Hasil proses distilasi dapat dilihat dari total rendemen yang diperoleh. Rendemen dari proses redistilasi rhodinol yang dianggap sebagai penggotor adalah fraksi ke-1 (D1), ke-2 (D2), dan ke-3 (D3) berturut-turut yaitu 5,00%, 2,48%, 2,47%. Sedangkan rendemen produk rhodinol terdapat pada fraksi ke- 4 (D4), ke-5 (D5), ke-6 (D6) dan ke-7 (D7) berturut-turut yaitu 19,72%, 19,86%, 19,88%, 15,21%. Selain itu, fraksi ke-8 yang juga dianggap pengotor sejumlah 11,01%. Total rendemen produk dari fraksi ke-4, 5, 6, dan 7 yaitu 74,67 %. Neraca massa unit proses pada perlakuan dua untuk redistilasi rhodinol dengan tekanan 1-2 mbar dapat dilihat pada (Gambar 7). Uap R 10:10 T : 90,35 102,75 0 C t : 146,5 menit D1: 44,033 g Rhodinol: 41,54% R 10:1 T : 102,75 104,5 0 C D2: 21,911 g t : 59 menit Rhodinol: 50,55% R 10:5 T : 104,5 104,75 0 C D3: 21,843 g t : 24 menit Rhodinol: 54,58% R 10:10 T : 104,75 105,45 0 C D4: 174,153 g t : 150,5 menit Rhodinol: 58,85% F=882,0 g R 10:10 T : 105,45 108,1 0 C D5: 174,316 g Rhodinol: 67,00% t : 147,5 menit Rhodinol: 68,43% R 10:10 T : 108,1 108,75 0 C D6: 175,103 g t : 182 menit Rhodinol: 79,30% R 10:10 T : 108, C D7: 137,360 g Residu : 106,475 g t : 149,5 menit Rhodinol: 80,37% Rhodinol : 40,46% LOSS: 26,805 g T : C Gambar 7 Neraca massa dengan tekanan 1-2 mbar

25 Waktu (menit) Hasil proses distilasi pada tekanan 1-2 mbar dapat dilihat dari total rendemen yang diperoleh. Rendemen dari proses redistilasi rhodinol yang dianggap sebagai penggotor adalah fraksi ke-1 (D1), ke-2 (D2), dan ke-3 (D3) berturut-turut yaitu 4,99%, 2,48%, 2,48%. Sedangkan rendemen produk rhodinol terdapat pada fraksi ke- 4 (D4), ke-5 (D5), ke-6 (D6) dan ke-7 (D7) berturut-turut yaitu 19,75%, 19,76%, 19,85%, 15,57%. Selain itu, fraksi ke-8 yang juga dianggap pengotor sejumlah 12,07%. Total rendemen produk dari fraksi ke-4, 5, 6, dan 7 yaitu 74,93 %. Analisis Hasil Rhodinol Analisis peningkatan senyawa rhodinol dari proses redistilasi dapat dilihat pada (Tabel 4), pengambilan senyawa rhodinol dari bahan minyak sereh wangi memiliki hasil yang berbeda baik pada tekan 4-5 mbar maupun tekana 1-2 mbar, tekanan terbaik yaitu 4-5 dengan nilai kadar rhodinol tertinggi 80,969 % yang terdapat pada fraksi ke-7. Berdasarkan analisis waktu pada penggambilan senyawa rhodinol dari proses redistilasi pada bahan kaya rhodinol dapat dilihat pada (Gambar 8). Waktu proses adalah total waktu yang dibutuhkan dalam satu run distilasi terlihat pada grafik bahwa perlakuan ke-2 lebih sedikit atau lebih singkat waktu prosesnya dari perlakuan ke-1. Dapat disimpulkan dalam pemilihan waktu proses tekanan 1-2 memiliki waktu yang lebih singkat dalam satu kali proses dibanding tekanan 4-5 mbar. Tabel 4 Hasil GC peningkatan konsentrasi rhodinol Fraksi Konsentrasi Hasil Redistilasi Rhodinol % P 4-5 mbar P 1-2 mbar FMR 1 36,865 41,542 FMR 2 53,603 50,55 FMR 3 52,594 54,577 FMR 4 62,073 58,849 FMR 5 71,886 68,431 FMR 6 78,533 79,304 FMR 7 80,969 80,371 Residu 29,459 40, Gambar 8 Total waktu proses rhodinol Loss atau kehilangan minyak dari proses dapat mempengaruhi rendemen minyak sehingga dapat merugikan proses. Maka perlu dilakukan analisis proses 859 P 4-5 mbar P 1-2 mbar Tekanan 15

26 Bobot (Geram) 16 untuk dapat mengurangi terjadinya loss yang berlebihan. Dalam proses ini penyebab utama loss adalah terhisapnya pase gas kedalam pompa vakum sehingga minyak tertahan dalam pompa vakum, menyebabkan minyak tidak naik ke puncak kolom atau mengalami proses penguapan sempurna dan tidak terkondensasi menjadi kondensat disebabkan suhu dan tekanan dalam proses yang tidak setimbang. Hasil analisis loss pada penelitian redistilasi rhodinol dapat dilihat pada (Gambar 9) P 4-5 mbar P 1-2 mbar Tekanan Gambar 9 Analisis loss rhodinol Analisis loss proses redistilasi rhodinol pada perlakuan satu sebanyak 43 g loss. Redistilasi rhodinol pada perlakuan kedua sebanyak 29,5 g loss. Pada perlakuan kedua lebih sedikit loss, sehingga dapat disimpulkan bahwa loss perlakuan dua lebih baik dari perlakuan satu. Untuk mengurangi loss maka dilakukan waktu tunggu pengambilan residu lebih lama, sehingga uap yang masih tertahan di dalam kolom distilasi mengalami kondensasi berdasarkan penurunan suhu pada kolom dengan suhu lingkungan, setelah perubahan dari fase uap menjadi minyak maka turun ke bawah secara gravitasi berdasarkan berat molekulnya. Analisis pemilihan perlakuan terbaik untuk produk rhodinol dengan metode Composite Performance Index (CPI) dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif (i) berdasarkan beberapa kriteria (j). Hasil analisis dapat dilihat pada (Table 5) dan (Table 6). Tabel 5 Penilaian melalui teknik CPI pada tekanan 4-5 mbar Proses Senyawa Nilai Kriteria P 4-5 Rhodinol Rendemen Waktu Senyawa Nilai Rendemen mbar (%) (%) Proses Rhodinol Waktu Alternatif Peringkat FMR 1 36,86 5, ,12 228,51 339,63 5 FMR 2 53,60 2, ,62 40,16 84,26 168,04 6 FMR 3 52,59 2, , ,80 7 FMR 4 62,07 19, ,52 319, ,65 3 FMR 5 71,88 19,86 150,5 58,50 322,22 192,13 572,85 2 FMR 6 78,53 19,88 188,5 63,91 322,60 240,64 627,15 1 FMR 7 80,97 15,21 150,5 65,90 246,83 192,13 504,86 4 Bobot Kriteria 0,3 + 0,4 + 0,3 -

27 Nilai Alternatif 17 Tabel 6 Penilaian melalui teknik CPI pada tekanan 1-2 mbar Proses Senyawa Nilai Kriteria P 1-2 Rhodinol Rendemen Waktu Senyawa Nilai mbar Rendemen (%) (%) Proses Rhodinol Waktu Alternatif Peringkat FMR 1 41,54 4,99 146, ,61 183,13 293,74 5 FMR 2 50,55 2, ,51 40,11 73,75 150,37 6 FMR 3 54,58 2, ,42 40, ,42 7 FMR 4 58,85 19,75 150,5 42,50 318,85 188,13 549,48 3 FMR 5 68,43 19,76 147,5 49,42 319,16 184,38 552,96 2 FMR 6 79,30 19, ,27 320,60 227,5 605,37 1 FMR 7 80,37 15,57 149,5 58,04 251,50 186,88 496,42 4 Bobot Kriteria 0,3 + 0,4 + 0,3 - Analisis tren pada analisis Composite Performance Index (CPI). Identifikasi kriteria tren positif (semakin tinggi nilainya semakin baik) dan tren negatif (semakin rendah nilainya semakin baik), untuk kriteria tren positif, nilai minimum pada setiap kriteria ditransformasi ke-100, sedangkan nilai lainnya ditransformasi secara proporsional lebih tinggi. Untuk kriteria tren negatif, nilai minimum pada setiap kriteria ditransformasi ke-100, sedangkan nilai lainnya ditransformasi secara proporsional lebih rendah. Senyawa rhodinol semakin besar nilainya, maka nilai konsentrasi semakin meningkat tren positif, rasio rendemen semakin besar maka nilainya semakin murni tren positif, waktu proses semakin lama maka semakin tidak optimal tren negatif. Nilai alternatif hasil analisis dapat dilihat pada (Gambar 10) FMR 1 FMR 2 FMR 3 FMR 4 FMR 5 FMR 6 FMR 7 Fraksinasi P 4-5 mbar P 1-2 mbar Gambar 10 Nilai analisis CPI pada proses rhodinol Berdasarkan analisis CPI (Composite Performance Index) dapat dilihat pada (Gambar 12). Perlakuan ke-1 dengan tekanan 4-5 mbar dan perlakuan ke-2 dengan tekanan 1-2 mbar nilai yang didapat tidak begitu jauh perbedaannya, disimpulkan bahwa perlakuan terbaik dengan tekanan 4-5 mbar. Memiliki nilai analisis tertinggi 627,15 pada (FMR 6). Penyebab utama sulitnya meningkatkan rhodinol pada fraksi produk karena senyawa ester-ester sitronelol dan geraniol yang memiliki titik didih

28 18 dan tekanan uap yang sangat berdekatan dengan alkoholnya. Hal ini menyebabkan ester-ester tersebut menguap lebih dahulu ataupun secara bersamaan dengan rhodinol sehingga sangat sulit untuk dipisahkan. Proses Redistilasi Redistilasi geraniol perlakuan satu menggunakan tekanan 1-2 mbar dengan rasio refluks 10:10 dan refluks conditioning pada fraksi ke dua 10:1, umpan yang dimasukkan 884,117 g dengan senyawa geraniol 63,29%. Neraca massa unit proses geraniol dapat dilihat pada (Gambar 11). Uap F=884,117 g 63,293 % Residu : 554,909 g : 77,26 % T : 104,95 0 C R 10:10 R 10:1 R 10:10 LOSS: 22,335 g T : ,8 0 C t : 137,5 menit T : 102,8 103,05 0 C t : 89 menit T : 103,05 104,95 0 C t : 144,5 menit D1:87,951 g : 25,59% D2:43,844 g : 28,26 % D3:175,077 g : 49,84 % Gambar 11 Neraca massa pada proses dengan tekanan 1-2 mbar Hasil proses distilasi pada tekanan 1-2 mbar dapat dilihat dari total rendemen yang diperoleh. Rendemen dari proses redistilasi geraniol yang dianggap sebagai penggotor adalah fraksi ke-1 (D1), ke-2 (D2), dan ke-3 (D3) berturut-turut yaitu 9,95%, 4,96%, 19,80%. Sedangkan rendemen produk geraniol terdapat pada fraksi ke- 4 (D4) sebesar 62,76%. Neraca massa unit proses pada perlakuan dua untuk redistilasi geraniol dengan tekanan 0-1 mbar dapat dilihat pada (Gambar 12). Uap R 10:10 T : 92,65 97,75 0 C t : 119 menit D1:88,055 g : 33,59 % F=884,117 g 63,293 % R 10:1 R 10:10 T : 97,75 98,9 0 C t : 46,5 menit T : 98,9 99,95 0 C t : 130,5 menit D2:43,816 g :38,345 % D3:174,852 g :47,205 % Residu: 550,795 g : 75,26% T: 99,95 0 C LOSS: 26,598 g Gambar 12 Neraca massa pada proses dengan tekanan 0-1 mbar

29 Waktu (menit) Hasil proses distilasi pada tekanan 0-1 mbar dapat dilihat dari total rendemen yang diperoleh. Rendemen dari proses redistilasi geraniol yang dianggap sebagai penggotor adalah fraksi ke-1 (D1), ke-2 (D2), dan ke-3 (D3) berturut-turut yaitu 9,96%, 4,96%, 19,78%. Sedangkan rendemen produk geraniol terdapat pada fraksi ke- 4 (D4) sebesar 62,30%. Analisis Hasil Pengambilan senyawa geraniol dari bahan minyak sereh wangi memiliki hasil yang berbeda baik pada tekan 1-2 mbar maupun tekana 0-1 mbar, analisis peningkatan senyawa geraniol dari proses redistilasi dapat dilihat pada (Tabel 7). Tabel 7 Peningkatan konsentrasi geraniol Redistilasi Fraksi Konsentrasi geraniol P 1-2 mbar P 0-1 mbar FMG 1 25,59 33,59 FMG 2 28,26 38,345 FMG 3 49,835 47,205 Residu 77,26 75,26 19 Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses dengan P 1-2 mbar merupakan perlakuan terbaik. Berdasarkan hasil analisis konsentrasi geraniol, diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan satu yaitu pada fraksi residu dengan nilai konsentrasi geraniol 77,26%. Dibanding dengan prolehan perlakuan ke-2 senyawa geranol sebesar 75,26%. Berdasarkan analisis waktu pada penggambilan senyawa geraniol dari proses redistilasi pada bahan kaya geraniol dapat dilihat pada (Gambar 13) P 1-2 mbar P 0-1 mbar Tekanan Gambar 13 Waktu proses redistilasi geraniol Total waktu yang dibutuhkan pada penelitian geraniol untuk perlakuan ke- 1 P(1-2 mbar) yaitu 371 menit, perlakuan dua total waktu yang dibutuhkan untuk perlakuan ke-2 P(0-1mBar) yaitu 296 menit. Dapat disimpulkan perlakuan ke-2 lebih baik dari perlakuan ke-1, waktu perlakuan ke-2 lebih singkat dibandingkan dengan perlakuan ke-1. Loss atau kehilangan minyak dari proses dapat mempengaruhi rendemen. Maka perlu dilakukan analisis proses untuk dapat mengurangi terjadinya loss yang

30 Bobot (gram) 20 berlebihan. Dalam proses ini penyebab utama loss adalah lamanya minyak tertahan dalam kolom distilasi, maka minyak tidak naik ke puncak kolom atau mengalami proses penguapan tidak sempurna. Menyebabkan kondensat yang diperoleh berkurang. Penyebab lain terjadinya loss adalah terhisapnya fase gas oleh vakum yang masuk kedalam pompa sehingga menyebabkan kehilangan minyak. Hasil analisis loss pada redistilasi geraniol dapat dilihat pada (Gambar 14) P 1-2 mbar P 0-1 mbar Tekanan Gambar 14 Analisis loss redistilasi geraniol Pada analisis loss proses redistilasi geraniol perlakuan ke-1 yaitu 22,34 g, penelitan perlakuan ke-2 yaitu 15,74 g, dapat disimpulkan bahwa loss pada perlakuan ke-2 lebih baik daripada perlakuan ke-1. Bobot pada perlakuan ke-2 mengalami kehilangan minyak lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan ke-1. Analisis pemilihan perlakuan terbaik untuk produk geraniol dengan metode CPI (Composite Performance Index). Hasil analisis CPI pada redistilasi geraniol dapat dilihat pada (Tabel 8) dan (Tabel 9). Tabel 8 Penilaian melalui teknik CPI pada perlakuan ke-1 Proses tekanan 0-1 mbar Senyawa (%) Nilai Kriteria Rendemen (%) Waktu Proses Senyawa R Waktu Nilai Alternatif FMG 1 33,59 9, ,39 76,77 187,16 3 FMG 2 38,35 4,96 46,5 34, ,25 4 FMG 3 47,21 19,78 130,5 42, ,19 285,97 2 Residu 75,26 62, , ,58 812,61 1 Bobot Kriteria Tabel 9 Penilaian melalui teknik CPI pada perlakuan ke-2 Proses tekanan 1-2 mbar Senyawa (%) Nilai Kriteria Peringkat Rendemen (%) Waktu Proses Senyawa R Waktu Nilai Alternatif FMG 1 25,59 9,95 137, ,24 46,35 156,59 3 FMG 2 28,26 4, , ,13 4 FMG 3 49,835 19,80 144,5 58,42 159,73 48,71 266,86 2 Residu 77,26 62, ,57 506,26 125,1 721,89 1 Bobot Kriteria Peringkat

31 Nilai Alternatif Senyawa geraniol semakin besar nilainya, maka nilai konsentrasi semakin meningkat tren positif, rasio rendemen semakin besar maka nilainya semakin murni tren positif, waktu proses semakin lama maka semakin tidak optimal tren negatif. Nilai alternatif hasil analisis dapat dilihat pada (Gambar 15) FMG 1 FMG 2 FMG 3 Residu Fraksinasi Tekana 1-2 mbar Tekanan 0-1 mbar Gambar 15 Nilai analisis CPI pada proses geraniol Berdasarkan analisis CPI (Composite Performance Index) dapat dilihat pada gerafik nilai kedua perlakuan baik perlakuan ke-1 dengan tekanan 1-2 mbar dan perlakuan ke-2 dengan tekanan 0-1 mbar, nilainya begitu jauh perbedaannya, dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik pada tekanan 0-1 mbar dengan nilai analisis tertinggi pada faraksi ke 4 dengan nilai alternatif 812,61. Penyebab sulitnya meningkatkan minyak geraniol pada fraksi residu adalah kerena minyak mudah terdekomposisi dimana senyawa geraniol tidak tahan terhadap suhu yang tinggi. Selain itu, tahapan proses distilasi yang panjang sehingga memperlama waktu proses yang menyebabkan minyak kontak dengan panas berlebih, sehingga minyak mengalami perubahan komposisi kimia senyawa geraniol yang disebabkan banyaknya rantai karbon yang putus. Sehingga diikuti dengan perubahan warna minyak dari warna putih bening menjadi kekuningan. Sifat Fisiko-Kimia Fraksi Kaya Rhodinol dan Analisis sifat fisiko-kimia hasil dari redistilasi fraksinasi dilakukan untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan telah memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) agar dapat diperdagangkan. Hasil analisis sifat fisikokimia rhodinol dapat dilihat pada (Lampiran 3a.1 dan 3a.2) dan geraniol dapat dilihat pada (Lampiran 5b.1 dan 5b.2). Analisis warna merupakan salah satu parameter mutu minyak. Pengamatan terhadap warna minyak dilakukan secara visual menggunakan indera penglihatan secara langsung terhadap sampel minyak. Berdasarkan analisis warna pada penelitian rhodinol baik perlakuan ke-1 dan ke-2 setiap fraksi memiliki tingkat kecerahan yang berbeda, pada fraksi ke-1, ke-2 dan ke-3 memiliki warna cerah dengan sedikit kehijauan dan fraksi ke-4, ke-5, ke-6, dan ke-7 memiliki warna jernih cerah, sedangkan residu memiliki warna kuning gelap karena residu

32 22 merupakan fraksi terakhir yang tersisa di labu, yang berarti fraksi yang paling lama dipanaskan, membuat minyak terdekomposisi. Nilai bobot jenis dipengaruhi oleh komponen-komponen kimia yang dikandung di dalamnya, Semakin banyak fraksi berat yang dikandung, maka bobot jenisnya semakin tinggi. Fraksi berat merupakan fraksi yang memiliki titik didih yang sangat tinggi. Nilai bobot jenis minyak ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi senyawa fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Senyawa rhodinol dengan rumus kimia kimia C10H20O dengan bobot molekul 156,25 g mol -1 dan dengan rumus kimia C10H18O dengan bobot molekul 154,25 g mol -1. Menurut Othmer (1980) berat molekul berkorelasi positif dengan berat jenis dan indeks bias. Oleh karena itu semakin besar berat molekul suatu senyawa maka menghasilkan berat jenis dan indeks bias yang lebih besar. Hasil pengamatan bobot jenis pada pemurnian rhodinol pada fraksi ke-4 hingga fraksi ke-7 yaitu (0,870-0,886 gr) telah memenuhu standar SNI ( 0,870-0,899) dan hasil analisis geraniol pada fraksi ke-1 hingga fraksi ke-4 yaitu (0,879-0,886) telah memenuhi standar SNl ( 0,870-0,899). Hasil analisis bobot jenis rhodinol dapat dilihat pada (Lampiran 3a.1 dan 3a.2) dan geraniol dapat dilihat pada (Lampiran 5b.1 dan 5b.2). Indeks bias suatu zat yaitu perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther 1987). Uji indeks bias dilakukan pada suhu 20 o C. Baser dan Buchbauer (2010) menyatakan pengujian indeks bias pada minyak atsiri umumnya dilakukan pada suhu 20 o C. Uji indeks bias pada suhu diatas atau dibawah 20 o C dapat dilakukan dengan menggunakan faktor koreksi. Menurut BIS (1996), faktor koreksi untuk indeks bias pada setiap perubahan suhu 1 o C adalah 0, Semakin banyak senyawa berantai karbon panjang dan semakin banyak ikatan rangkapnya, indeks biasnya semakin besar, karena fraksi berat membuat kerapatan semakin tinggi sehingga sinar yang datang dibiaskan mendekati garis normal. Pada pengukuran indeks bias rhodinol pada fraksi ke-4 hingga fraksi ke-7 (1,466-1,468) telah memenuhi standar SNI (1,466-1,477) dan hasil analisis geraniol (1,470-1,472) telah memenuhi nilai SNI (1,466-1,477). Hasil analisis indeks bias rhodinol dapat dilihat pada (Lampiran 3a.1 dan 3a.2) dan geraniol dapat dilihat pada (Lampiran 5b.1 dan 5b.2). Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya ke arah kanan (detrorotary) dan ke arah kiri (levorotary), bila suatu media transparan dilewati cahaya terpolarisasi, maka cahaya tersebut mengalami pemutaran oleh struktur molekul dari bahan tersebut. Arah serta besarnya putaran tersebut sangat spesifik bagi setiap zat. Senyawa terpinil asetat bersifat putar kanan (+) sedangkan sineol memutar kekiri (-). Akibatnya rhodinol dan geraniol memiliki nilai negatif dan masih berada pada standar putaran optik SNI ( ). Hasil analisis putaran optik rhodinol pada fraksi ke-4 hingga fraksi ke-7 ((-1,43 0 )-(- 0,18 0 )) telah memenuhi nilai SNI ((-11 0 ) (+2 0 )) dapat dilihat pada (Lampiran 3a.1 dan 3a.2). Analisis putran optik geraniol pada fraksi ke-1 hingga ke-4 ((-2,53 0 ) (- -0,15 0 )) telah memenuhi nilai SNI ((-11 0 ) (+2 0 )) dapat dilihat pada (Lampiran 5b.1 dan 5b.2). minyak dalam alkohol dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi senyawa yang dikandungnya. Menurut Heath (1978), minyak atsiri yang konsentrasi senyawa terpennya tinggi, sukar larut, sedangkan yang banyak mengandung senyawa terpen-

33 o mudah larut dalam etanol. Kelarutan suatu minyak dalam alkohol memberikan gambaran apakah suatu minyak mudah larut atau tidak. Semakin mudah larut suatu minyak dalam alkohol, minyak tersebut semakin banyak mengandung senyawasenyawa polar. Senyawa polar pada umumnya mempunyai nilai dan banyak digunakan dalam pembuatan formula-formula obat maupun parfum. Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Uji kelarutan rhodinol maupun geraniol keduanya larut dalam alkohol dengan perbandingan 1:1 (1 ml minyak banding 1 ml alkohol. Hasil analisis kelarutan dalam alkohol, untuk rhodinol dapat dilihat pada (Lampiran 3a.1 dan 3a.2) dan geraniol dapat dilihat pada (Lampiran 5b.1 dan 5b.2). Sebagian besar minyak atsiri mengandung sejumlah kecil asam bebas. Asam bebas tidak dikehendaki dalam minyak atsiri, karena asam sangat mudah berubah oleh reaksi oksidasi dari udara dan menyebabkan suatu minyak mengalami perubahan aroma. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 g minyak. Analisis bilangan asam dapat menjadi satu cara untuk memantau seberapa jauh reaksi hidrolisis telah terjadi dan menentukan tingkat kerusakan akibat reaksi hidrolisis. Semakin tinggi bilangan asam menunjukkan semakin banyak asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 g sampel. Semakin kecil kandungan asam dalam suatu minyak, semakin baik. Hasil analisis sifat fisiko-kimia rhodinol dapat dilihat pada (Lampiran 3a.1 dan 3a.2) dan geraniol dapat dilihat pada (Lampiran 5b.1 dan 5b.2). SIMPULAN DAN SARAN 23 Simpulan Rhodinol dan geraniol dari minyak sereh wangi dapat dipisahkan dengan metode distilasi fraksinasi vakum. Redistilasi rhodinol dan geraniol bertujuan untuk mempertajam hasil yang diperoleh menggunakan refluks (10:10) dengan refluks conditioning (10:1). Penggunaan distilasi fraksinasi vakum dengan rasio refluks 10:10, belum mendapatkan fraksi rhodinol dan geraniol (dari minyak sereh wangi) dalam jumlah optimum, namun fraksi rhodinol yang didapatkan sudah memenuhi standar IFRA, serta fraksi geraniol yang didapatkan juga sudah memenuhi SNI. Pada redistilasi rhodinol didapatkan kondisi optimum pada tekanan 4-5 mbar. Sementara itu, pada redistilasi geraniol didapatkan kondisi optimum pada tekanan 0-1 mbar. Pada redistilasi rhodinol didapatkan laju alir optimum dengan total waktu distilasi 859 menit (1-2 mbar). Sementara itu, pada redistilasi geraniol didapatkan laju alir optimum dengan total waktu distilasi 296 menit (0-1 mbar). Analisis loss redistilasi rhodinol optimum 30,775 g (1-2 mbar) dan loss optimum redistilasi geraniol yaitu 15,740 g (0-1 mbar). Redistilasi rhodinol menghasilkan rhodinol tertinggi 80,97%, dengan nilai alternatif analisis CPI 627,15 (4-5 mbar). Redistilasi geraniol menghasilkan geraniol tertinggi 75,26% dengan nilai alternatif analisis CPI 812,61 (0-1 mbar). Berdasarkan analisis kandungan senyawa dan analisis sifat fisiko-kimia rhodinol dan geraniol telah sesuai dengan syarat SNI Produk redistilasi rhodinol, begitu juga redistilasi geraniol yang dihasilkan pada penelitian ini sudah layak diperdagangkan di Indonesia.

34 24 Saran Pada penelitian ini banyaknya fraksi menyebabkan kemurnian tidak optimal, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan kemurnian minyak rhodinol dan geraniol dengan proses distilasi fraksinasi vakum. Pengurangan jumlah fraksi perlu dilakukan, sehingga minyak rhodiniol dan geraniol dapat terambil dengan optimal. DAFTAR PUSTAKA [BIS] Bureau of Indian Standards Indian Standard: Perfumery Materia -Specification. New Delhi (IDN): BIS. [IFRA] International Fragrance Association Code of Practice, Standard on Rhodinol. Brussels: IFRA. [SNI] Standar Nasional Indonesia Standar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Agustian E, Sulaswatty A, Tasrif, Laksmono JA, Adilina IB Pemisahan sitronelal dari minyak sereh wangi menggunakanakan unit fraksionasi skala bench. J. Tek 1nd Pert 17: Belsito D, Bickers D, Bruze M, Calow P, Greim H, Hanifin JM, Rogers AE, Saurat JH,Sipes IG, Tagami H A safety assessment of non-cyclic alcohols with unsaturated branched chain when used as fragrance ingredients *The RIFM expert panel. Jurnal of food and chemical toxicology48: S1 S42 Beneti S Fractionation of citronella (Cymbopogon winterianus) essential oil and concentrated orange oil phase by batch vacuum distillation. Journal of Food Engineering 102: Budi SH Sereh Wangi Bertanam dan Penyulingan. Kanisius: Yogyakarta. Clausen CA, Mattson G Principle of Industrial Chemistry. New York: John Wiley & Sons. Cook TM, Cullen DJ Diacu dalam Lestari, Retno Sri Endah Perancangan Proses Fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal serta Kajian Kelayakan Finansial untuk Penerapannya di Industri [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Guenther E The Essential Oil Volume IV. New York: Van Nostrand Company Inc. Guenther E Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Guenther E Minyak Atsiri. Jilid IV b. Ketaren S, penerjemah. UI Press. Jakarta. Guenther E Minyak Atsiri Jilid 1. Ketaren S, penerjemah. Jakarta: UI Press. Hardjono S Kimia minyak sereh. Barkala Ilmiah 1: Heath HB Flavor Technology: Profiles, Product, Applications. The AVI Publishing Co, Inc. Westport. Kupiec T Quality-Control Analytical Methods: Gas Chromatography. Int J Pharma Compound. 8(4): Lapczynski A, Bhatia SP, Letizia CS, Api AM Fragrance material review on rhodinol. Journal of Food and Chemical Toxicology 46: S259 S262.

35 Lestari RSE Perancangan proses fraksinasi minyak sereh wangi dan isolasi sitronelal serta kajian kelayakan finansial untuk penerapannya di industri. [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Mangun HMS Nilam Hasilkan Minyak Berkualitas Mulai dari Teknik Budidaya Hingga Proses Penyulingan. Jakarta: Penebar Swadaya. Menezes PP, Serafini MR, Santana BV, Nunes RS, Quintans LJ, Silva GF, Medeiros IA, Marchioro M, Fraga BP, Santos MRV, Araújo AAS Solidstate β-cyclodextrin complexes containing geraniol. Journal of thermochimica acta 548: Mudhofar A Kinerja distilasi vakum pada produksi minyak kunyit dari rimpang kunyit (Performance vacuum distillation in oil production from the rhizomes turmeric). Semarang: Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Omolo MO, Okinyo D, Ndiege IO, Lwande W, Hassanali A Repellency of essential oils of some kenyan plants against anopheles gambiae. Phytochemistry 65: Othmer K Chemical Technology. New York: The Avi Publishing Company. Setyaningsih D, Mulyasih S, Zazuli D, Purnawati D, Perwatasari DD Penuntun Praktikum Mata Kuliah Teknologi Minyak Atsiri, Rempah, dan Fitofarmaka. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Siwi IR Pemisahan Fraksi Kaya Sitronelal, Sitronelol dan Minyak Sereh Wangi Menggunakanakan Distilasi Fraksinasi Vakum [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Worzakowska M TG/FTIR/QMS studies of long chain esters of geraniol. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis 110: Yousfi AB Cleaner Production for Sustainable Industrial Development: Concept and Applications 8: LAMPIRAN Lampiran 1 Kondisi proses penelitian pendahuluan. 1a. Kondisi proses penelitian pendahuluan Fraksi Thead ( C) Tflask ( C) P Volume Waktu Refluks (mbar) (ml) ( menit) FMS 1 64,7 67,0 99, /10 6 FMS 2 67,0 67, /10 64 FMS 3 67,2 78, , /1 112 FMS 4 78,6 95,6 106,6 119, / FMS 5 95,6 107,3 119,2 125, /1 120 FMS 6 107,3 109,4 125,8 126, / FMS 7 109,4 111,8 126,8 128, / Residu 111,8 128, /10 LOSS 30 Total waktu proses 1670

36 26 1b. Hasil analisis GC minyak sereh wangi Fraksinasi Minyak Sereh Sereh Sitronelal (%) Sitronelol (%) (%) FMS 1 9,37 0,15 1,299 FMS 2 48,28 0,25 0,49 FMS 3 70,11 0,13 0,25 FMS 4 75,03 3,46 1,22 FMS 5 4,63 39,73 15,50 FMS 6 1,06 37,02 27,82 FMS 7 0,19 18,24 55,67 Residu 0,08 39,61 18,03 1c. Analisis sifat fisiko-kimia bahan minyak rhodinol Keterangan Bobot jenis 0, , , ,8820 Indeks bias 1,4663 1,4665 1,4661 1,4663 Jenih Jenih Jenih Warna kekuningan Jenih kekuningan kekuningan kekuningan Putaran optik -0,5-0,8-0,6-0,6 Bilangan asam 2,7366 2,805 1,4025 2,3147 Kelarutan dalam alkohol 1:1 1:1 1:1 1:1 1d. Analisis sifat fisiko-kimia bahan minyak geraniol. Keterangan Bobot jenis 0, , , ,88419 Indeks bias 1,3683 1,3683 1,3683 1,3683 Warna Jenih kekuningan Jenih kekuningan Jenih kekuningan Jenih kekuningan Putaran optik -1, ,0333 Bilangan asam 2,3724 2,3606 2,3722 2,3684 Kelarutan alkohol 1:1 1:1 1:1 1:1 1f. Analisis GC bahan kaya Rhodonol dan. Bahan baku Sitronelal (%) Sitronelol (%) Graniol (%) Rhodinol Total Lampiran 2 Kondisi proses penelitian rhodinol 2.a Tabel pembagian fraksi pada proses redistilasi minyak kaya rhodinol Fraksi Keterangan Volume(ml) %Volume FMR 1 Fraksi awal 50 5 FMR 2 Fraksi ringan FMR 3 Fraksinasi sebelum sitronelol dan geraniol FMR 4 Fraksinasi kaya sitronelol dan geraniol FMR 5 Fraksinasi kaya sitronelol dan geraniol FMR 6 Fraksinasi kaya sitronelol dan geraniol FMR 7 Fraksinasi kaya sitronelol dan geraniol FMR 8 Fraksi residu

37 27 2.a.1 Diagram alir proses distilasi minyak rhodinol 1000 ml minyak kaya rhodinol Distilasi Fraksinasi vakum Tekanan 4-5 dan 1-2 mbar Conditioning 10:1 Rasio Refluks 10:10 Distilat FMR1:5 % ; FMR2:2,5 % ; FMR3:2,5%; FMR4:20 % FMR5:20%; FMR6:20 % ; FMR7:15,5%; FMR8:14,5% Analisis GC dan Analisis Fisiko - kimia Hasil analisis 2b. Kondisi proses penelin utama rhodinol, perlakuan ke-1 (Ulangan 1) Fraksi Thead ( C) Tflask ( C) P Volume Waktu Refluks (mbar) (ml) (menit) FMR ,1 104,4 114,7 116, : FMR ,4 107,3 116,7 120, : 1 76 FMR ,3 108,4 120,2 122, : 5 25 FMR ,4 108,6 122,2 123, : FMR ,6 111,9 123,5 125, : FMR ,9 112,1 125,5 127, : FMR ,1 112,8 127,9 130, : RESIDU 112,8 130, LOSS 43 Total waktu 975 2c. Kondisi proses penelitian utama rhodinol, perlakuan 1 (Ulangan 2). Fraksi Thead ( C) Tflask ( C) P Volume Waktu Refluks (mbar) (ml) (menit) FMR ,8 105,7 114,8 117, : FMR ,7 107,5 117,1 120, : 1 71 FMR ,5 108,4 120,6 122, : 5 24 FMR ,4 108,8 122,4 123, : FMR ,8 112,1 123,2 125, : FMR ,1 112,7 125,2 128, : FMR ,7 112,9 128,1 130, : RESIDU 112,9 130, LOSS 43 Total waktu 967

38 28 2d. Kondisi proses peneltian utama rhodinol, perlakuan 2 (Ulangan 1). Fraksi Thead ( C) Tflask ( C) P Volume Waktu Refluks (mbar) (ml) (menit) FMR 1 90,3 102,7 110,8 114, : FMR 2 102,7 104,4 114,9 117, : 1 61 FMR 3 104,4 104,7 117,2 117, : 5 23 FMR 4 104,7 105,5 117,3 118, : FMR 5 105,5 108,4 118,3 120, : FMR 6 108,4 108,9 120,4 122, : FMR 7 108,9 109,1 122,2 124, : Residu 109,1 124, LOSS 34 Total waktu proses 861 2e. Kondisi proses peneltian utama rhodinol, perlakuan 2 (Ulangan 2). Fraksi Thead ( C) Tflask ( C) P Volume Waktu Refluks (mbar) (ml) (menit) FMR 1 90,4 102,8 110,7 115, : FMR 2 102,8 104,6 115,1 116, : 1 57 FMR 3 104,6 104,8 116,9 117, : 5 25 FMR 4 104,8 105,4 117,2 118, : FMR 5 105,4 107,8 118,5 120, : FMR 6 107,8 108,6 120,1 122, : FMR 7 108,6 108,9 122,4 124, : Residu 108,9 124, LOSS 25 Total waktu proses 857 2f. Analisis kadar rhodinol pada perlakuan ke-1 Perlakuan1 (Ulangan 1) Perlakuan 1 (Ulangan 2) Fraksi Sitronelal (%) Sitronelol (%) (%) Sitronelal (%) Sitronelol (%) (%) FMR 1 13,87 33,68 4,65 8,72 30,80 4,59 FMR 2 1,50 49,80 2,36 1,09 50,61 4,44 FMR 3 0,69 44,76 1,27 0,28 53,51 5,64 FMR 4 0,05 48,57 13,42 0,12 46,51 15,64 FMR 5 26,40 47,11 31,11 39,15 FMR 6 23,32 51,17 8,66 73,91 FMR 7 2,91 80,20 7,22 71,61 Residu 0,60 29,36 0,23 28,73

39 29 2g. Analisis kadar rhodinol pada perlakuan ke-2 Perlakuan 2 (Ulangan 1) Perlakuan 2 (Ulangan 2) FRAKSI Sitronelal (%) Sitronelol (%) (%) Sitronelal (%) Sitronelol (%) (%) FMR 1 13,40 28,32 11,55 12,42 28,75 14,48 FMR 2 1,14 44,46 6,76 3,70 39,87 10,01 FMR 3 0,08 48,19 6,30 1,45 45,26 9,41 FMR 4 0,11 45,43 13,19 44,68 14,39 FMR 5 35,29 33,50 35,41 32,66 FMR 6 20,09 60,17 20,70 57,65 FMR 7 3,33 80,14 5,53 71,75 Residu 0,21 40,48 0,68 39,55 Lampiran 3 Hasil analisis sifat fisiko-kimia penelitian redistilasi rhodinol 3a.1 Analisis sifat fisiko-kimia fraksi rhodinol pada P: 4-5 mbar Parameter P: 4-5 mbar SNl FMR 4 FMR 5 FMR 6 FMR Bobot jenis 0,870 0,876 0,877 0,880 0,870-0,899 (28⁰C/28⁰C) Indeks bias 1,466 1,465 1,467 1,468 1,466-1,477 Warna Jernih Jernih Jernih Jernih Bilangan Asam 0,439 0,441 0, Putaran optik -1,43 0-0,52 0-0, (-11 0 ) (+2 0 ) Kelarutan dalam alkohol 95% 1:1 jernih 1:1 jernih 1:1 jernih 1:1 jernih 3b. 2 Analisis sifat fisiko-kimia fraksi rhodinol pada P: 1-2 mbar Parameter P: 1-2 mbar SNl FMR 4 FMR 5 FMR 6 FMR Bobot jenis 0,871 0,872 0,875 0,886 0,870-0,899 (28⁰C/28⁰C) Indeks bias 1,466 1,464 1,465 1,469 1,466-1,477 Warna Jernih Jernih Jernih Jernih - Bilangan Asam 0,417 0,278 0,255 0,255 - Putaran optik -1,63 0-0,37 0-0,13 0-0,067 0 (-11 0 ) (+2 0 ) Kelarutan dalam alkohol 95% 1:1 jernih 1:1 jernih 1:1 jernih 1:1 jernih - * Hasil Analisis Sifat Fisiko-Kimia Rhodinol perlakuan ke-1 telah disajikan pada lampiran 3a.1, perlakuan 2 lampiran 3a.2.

40 30 3a.1.1 Analisis sifat fisiko-kimia rhodinol perlakuan ke-1(ulangan 1) 1. Bobot jenis 28⁰C. Rhodinol FMR 1 0,8823 0,8824 0,8816 0,8821 FMR 2 0,8736 0,8750 0,8740 0,8742 FMR 3 0,8701 0,8703 0,8693 0,8699 FMR 4 0,8697 0,8695 0,8687 0,8693 FMR 5 0,8735 0,8737 0,8739 0,8737 FMR 6 0,8757 0,8751 0,8750 0,8753 FMR 7 0,8814 0,8815 0,8801 0,8810 Residu 0,9358 0,9335 0,9335 0, Analisis indeks bias. Rhodinol FMR 1 0,8823 0,8824 0,8816 0,8821 FMR 2 0,8736 0,8750 0,8740 0,8742 FMR 3 0,8701 0,8703 0,8693 0,8699 FMR 4 0,8697 0,8695 0,8687 0,8693 FMR 5 0,8735 0,8737 0,8739 0,8737 FMR 6 0,8757 0,8751 0,8750 0,8753 FMR 7 0,8814 0,8815 0,8801 0,8810 Residu 0,9358 0,9335 0,9335 0, Analisis warna Rhodinol FMR FMR FMR FMR FMR FMR FMR Residu ** ** ** ** KETERANGAN + kuning pucat kehijauan sangat jernih ++ jernih dengan dominan kehijauaan * orang gelap +++ jernih kehijauaan ** ++++ jernih dengan sedikit kehijauan orange kekuningan

41 31 4. Analisis bilangan asam Rhodinol FMR 1 2,3724 2,2273 2,3724 2,3240 FMR 2 1,3990 1,5351 1,5313 1,4884 FMR 3 0,8352 0,9769 0,8373 0,8831 FMR 4 0,6926 0,4166 0,4176 0,5089 FMR 5 0,4176 0,4176 0,2784 0,3712 FMR 6 0,4176 0,4176 0,2798 0,3717 FMR 7 0,2791 0,2798 0,2791 0,2793 Residu 2,9161 2,9306 2,6449 2, Analisis putran optik Rhodinol FMR 1 0,5 0,5 0,5 0.5 FMR 2-0,5-0,7-0,7-0,633 FMR 3-0,9-0,9-1 -0,933 FMR 4-1,5-1,5-1,6-1,533 FMR 5-0,5-0,7-0,5-0,567 FMR 6-0,6-0,6-0,5-0,567 FMR 7-0,1-0,3-0,2-0,2 Residu -1,9-1,8-1,9-1, Kelarutan dalam alkohol Minyak : Alkohol Rhodinol Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata FMR 1 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 2 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 3 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 4 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 5 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 6 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 7 1:1 1:1 1:1 1:1 Residu 1:1 1:1 1:1 1:1 3a.1.2 Analisis sifat fisiko-kimia rhodinol perlakuan ke-1 (Ulangan 2) 1. Analisis bobot jenis Rhodinol FMR 1 0,8819 0,8816 0,8814 0,8816 FMR 2 0,8727 0,8719 0,8722 0,8723 FMR 3 0,8702 0,8687 0,8702 0,8697 FMR 4 0,8701 0,8699 0,8698 0,8699 FMR 5 0,8781 0,8777 0,8774 0,8777 FMR 6 0,8787 0,8783 0,8775 0,8782 FMR 7 0,8793 0,8783 0,8778 0,8784 Residu 0,9245 0,9246 0,9239 0,9243

42 32 2. Analisis indeks bias Rhodinol FMR 1 1,4642 1,4641 1,4643 1,4642 FMR 2 1,4651 1,4653 1,4652 1,4652 FMR 3 1,4614 1,4614 1,4608 1,4612 FMR 4 1,4654 1,4654 1,4654 1,4654 FMR 5 1,4632 1,4629 1,4645 1,4635 FMR 6 1,4693 1,4693 1,4693 1,4693 FMR 7 1,4673 1,4676 1,4678 1,4676 Residu 1,4773 1,4769 1,4767 1, Analisis warna Rhodinol FMR FMR FMR FMR FMR FMR FMR Residu ** ** ** ** KETERANGAN + kuning pucat kehijauan sangat jernih ++ jernih dengan dominan kehijauaan * orang gelap +++ jernih kehijauaan ** orange kekuningan ++++ jernih dengan sedikit kehijauan 4. Analisis bilangan asam Rhodinol FMR 1 2,4933 2,6384 2,4933 2,5417 FMR 2 1,2529 1,5351 1,3921 1,3933 FMR 3 0,5554 0,4187 0,6943 0,5561 FMR 4 0,4176 0,4156 0,2770 0,3701 FMR 5 0,2784 0,9744 0,2770 0,5100 FMR 6 0,2784 0,2777 0,1392 0,2318 FMR 7 0,2784 0,2777 0,2777 0,2780 Residu 5,2637 5,4022 4,5824 5, Analisis putran optik Rhodinol FMR 1 0,4 0,4 0,5 0,433 FMR 2-0,6-0,8-0,8-0,733 FMR 3-0,9-1 -0,8-0,9 FMR 4-1,5-1,2-1,3-1,333 FMR ,2-0,2-0,467 FMR 6-0,1-0,2-0,2-0,167 FMR 7-0,1-0,2-0,2-0,167 Residu -2,2-2,5-2,6-2,433

43 33 6. Kelarutan dalam alkohol Minyak : Alkohol Rhodinol Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata FMR 1 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 2 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 3 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 4 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 5 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 6 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 7 1:1 1:1 1:1 1:1 Residu 1:1 1:1 1:1 1:1 3a. 2.1 Analisis sifat fisiko-kimia rhodinol perlakuan ke-2 (Ulangan 1) 1. Bobot jenis 28⁰C. Rhodinol FMR 1 0,8802 0,8814 0,8815 0,8810 FMR 2 0,8767 0,8751 0,8750 0,8756 FMR 3 0,8743 0,8730 0,8723 0,8732 FMR 4 0,8717 0,8706 0,8693 0,8706 FMR 5 0,8720 0,8717 0,8707 0,8715 FMR 6 0,8760 0,8759 0,8754 0,8758 FMR 7 0,8819 0,8812 0,8803 0,8811 Residu 0,9209 0,9202 0,9221 0, Analisis Indeks bias Rhodinol FMR 1 1,4681 1,4678 1,4676 1,4678 FMR 2 1,4663 1,4663 1,4664 1,4663 FMR 3 1,4654 1,4651 1,4659 1,4655 FMR 4 1,4665 1,4659 1,466 1,4661 FMR 5 1,4632 1, ,4629 FMR 6 1,465 1,4645 1,465 1,4648 FMR 7 1,4694 1,4688 1,4688 1,4690 Residu 1,4751 1,4739 1,4746 1, Analisis warna Fraksinasi Minyak Rhodinol FMR FMR FMR FMR FMR FMR FMR Residu ** ** ** ** KETERANGAN + kuning pucat kehijauan sangat jernih jernih dengan dominan ++ kehijauaan * orang gelap

44 jernih kehijauaan ** orange kekuningan ++++ jernih dengan sedikit kehijauan 4. Analisis bilangan asam Rhodinol FMR 1 2,3724 2,3783 2,5119 2,4209 FMR 2 1,3990 1,5275 1,3921 1,4395 FMR 3 0,9769 1,1109 1,1136 1,0671 FMR 4 0,4176 0,4166 0,4176 0,4173 FMR 5 0,2784 0,2798 0,2784 0,2789 FMR 6 0,2784 0,1392 0,2777 0,2318 FMR 7 0,2784 0,1392 0,2770 0,2316 Residu 3,6104 3,3409 3,6015 3, Analisis putran optik Rhodinol FMR 1-0,1-0,2 0-0,1 FMR 2-1,3-1,1-1,5-1,3 FMR 3-1,3-1 -1,2-1,167 FMR 4-1,5-1,8-1,8-1,7 FMR 5-0,4-0,4 0,5-0,1 FMR 6 0 0,1 0,1 0,067 FMR 7-0,2-0,1-0,2-0,167 Residu -2-2,2-2,1-2,1 6. Analisis kelarutan dalam alkohol Minyak : Alkohol Rhodinol Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata FMR 1 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 2 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 3 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 4 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 5 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 6 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 7 1:1 1:1 1:1 1:1 Residu 1:1 1:1 1:1 1:1 3a.2.2 Analisis sifat fisiko-kimia rhodinol perlakuan ke-2 (Ulangan 2) 1. Bobot jenis 28⁰C. Rhodinol FMR 1 0,8803 0,8806 0,8799 0,8803 FMR 2 0,8779 0,8773 0,8766 0,8773 FMR 3 0,8739 0,8744 0,8745 0,8742 FMR 4 0,8703 0,8721 0,8704 0,8710 FMR 5 0,8712 0,8719 0,8720 0,8717 FMR 6 0,8752 0,8755 0,8751 0,8753 FMR 7 0,8915 0,8911 0,8912 0,8913 Residu 0,9233 0,9225 0,9222 0,9227

45 35 2. Analisis indeks bias Fraksi Minyak Rhodinol FMR 1 1,4657 1,4648 1,465 1,4652 FMR 2 1,4673 1,4674 1,4674 1,4674 FMR 3 1,466 1,4665 1,4659 1,4661 FMR 4 1,4661 1,4656 1,4654 1,4657 FMR 5 1,465 1,4643 1,4647 1,4647 FMR 6 1,4644 1,4644 1,4646 1,4645 FMR 7 1,4691 1,4687 1,4692 1,469 Residu 1,4719 1,4737 1,4721 1, Analisis warna Rhodinol FMR FMR FMR FMR FMR FMR FMR Residu ** ** ** ** KETERANGAN + kuning pucat kehijauan sangat jernih ++ jernih dengan dominan kehijauaan * orang gelap orange kekuningan +++ jernih kehijauaan ** ++++ jernih dengan sedikit kehijauan 4. Analisis bilangan asam Rhodinol FMR 1 2,216 2,233 2,361 2,270 FMR 2 1,666 1,810 1,670 1,716 FMR 3 1,253 1,531 1,392 1,392 FMR 4 0,416 0,419 0,418 0,417 FMR 5 0,277 0,280 0,278 0,278 FMR 6 0,278 0,278 0,278 0,278 FMR 7 0,278 0,279 0,278 0,278 Residu 5,707 5,847 6,110 5,890

46 36 5. Analisis putaran optik Rhodinol FMR 1-0,2-0,1 0-0,1 FMR 2-1,4-1 -1,4-1,267 FMR ,2-1 -1,067 FMR 4-1,6-1,5-1,6-1,567 FMR 5-0,6-0,6-0,7-0,633 FMR 6-0,5-0,3-0,2-0,333 FMR ,1 0,033 Residu -2-1,9-2 -1, Analisis kelarutan dalam alkohol Minyak : Alkohol Rhodinol Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata FMR 1 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 2 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 3 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 4 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 5 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 6 1:1 1:1 1:1 1:1 FMR 7 1:1 1:1 1:1 1:1 Residu 1:1 1:1 1:1 1:1 Lampiran 4 Kondisi proses penelitian redistilasi geraniol 4a. Tabel Pembagian fraksi pada proses redistilasi minyak kaya geraiol Fraksi Keterangan Volume (ml) % Volume FMG 1 Fraksi Awal FMG 2 Fraksi conditioning 10: FMG 3 Fraksi sitronelol Residu Fraksi kaya geraniol

47 37 4a.1 Diagram alir proses distilasi minyak geraniol 1000 ml minyak kaya geraniol Distilasi Fraksinasi vakum Tekanan 0-1 dan 1-2 mbar Conditioning 10:1 Rasio Refluks 10:10 Distilat FMG1:10% FMG3:20% FMG2: 5% Residu: 65% Analisis GC dan Analisis Fisiko - kimia Hasil analisis 4b. Kondisi proses penelin geraniol, perlakuan ke-1 (Ulangan 1). Fraksi Thead ( C) Tflask ( C) P Volume Waktu Refluks (mbar) (ml) (menit) FMG 1 101,5 103,4 113,7 117, : FMG 2 103,4 103,6 117,6 117, : 1 87 FMG 3 103,6 105,2 117,9 118, : FMG 4 105,2 118, : 10 - LOSS 26 Total waktu 372 4c. Kondisi proses penelin geraniol, perlakuan ke-1 (Ulangan 2). Fraksi Thead ( C) Tflask ( C) P Volume Waktu Refluks (mbar) (ml) (menit) FMG 1 98,5 102,2 112,1 114, : FMG 2 102,2 102,5 114,5 115, : 1 91 FMG 3 102,5 104,7 115,8 117, : FMG 4 104,7 117, : 10 - LOSS 22 Total waktu 370 4d. Kondisi proses penelin geraniol, perlakuan 2 (Ulangan 1). Fraksi Thead ( C) Tflask ( C) P Volume Waktu Refluks (mbar) (ml) (menit) FMG 1 92,9 98,1 109,4 112, : FMG 2 98,1 99,3 112,2 113, : 1 45 FMG 3 99,3 99,8 113,1 114, : FMG 4 99,8 114, : 10 - LOSS 20 Total waktu 294

48 38 4e. Kondisi proses penelin geraniol, perlakuan ke-2 (Ulangan 2). Fraksi Thead ( C) Tflask ( C) P Volume Waktu Refluks (mbar) (ml) (menit) FMG 1 92,4 97,4 109,4 112, : FMG 2 97,4 98,5 112,8 113, : 1 48 FMG 3 98,5 100,1 113,3 113, : FMG 4 100,1 113, : 10 - LOSS 9 Total waktu 298 4c. Analisis kadar geraniol pada perlakuan ke-1 Perlakuan1 (Ulangan1) Perlakuan 1 (Ulangan 2) Fraksi Sitronelal Sitronelol Sitronelal Sitronelol (%) (%) (%) (%) (%) (%) FMG 1 1,11 32,12 21,97 1,50 26,22 29,21 FMG 2 1,15 32,04 21,98 0,15 27,83 34,54 FMG 3-22,92 53,15-26,13 46,52 Residu - 11,69 78,01-12,73 76,51 4d. Analisis kadar geraniol pada perlakuan ke-2 Perlakuan2 ( Ulangan 1) Perlakuan 2 (Ulangan 2) Fraksi Sitronelal Sitronelol Sitronelal Sitronelol (%) (%) (%) (%) (%) (%) FMG 1 1,60 26,42 37,70 1,38 26,45 29,48 FMG 2 0,12 26,42 37,70 0,14 26,70 38,99 FMG 3-24,77 47,94-25,90 46,47 Residu - 13,72 75,41-12,97 75,11 Lampiran 5 Hasil analisis sifat fisiko-kimia penelitian redistilasi geraniol 5b.1Analisis sifat fisiko-kimia fraksi geraniol pada P: 1-2 mbar Parameter P: 1-2 mbar SNl FMG 1 FMG 2 FMG 3 FMG Warna Jernih Jernih Jernih Orange gelap Bobot jenis 0,879 0,877 0,875 0,886 0,870-0,899 (28⁰C/28⁰C) Indeks bias 1,470 1,469 1,469 1,472 1,466-1,477 Putaran optik -2,53 0-2,18 0-0,88 0-0,15 0 (-11 0 ) (+2 0 ) Kelarutan dalam 1:1 1:1 1:1 1:1 oren - alkohol 95% jernih jernih jernih gelap Bilangan Asam 1,969 1,696 0,814 3,211 -

49 5b.2 Analisis sifat fisko-kimia fraksi geraniol pada P: 0-1 mbar Parameter P: 0-1 mbar SNl 06- FMG 1 FMG 2 FMG 3 FMG Warna jernih Jernih jernih Kekuning terang - Bobot jenis 0,880 0,876 0,874 0,867 0,870-0,899 (28⁰C/28⁰C) Indeks bias 1,470 1,469 1,468 1,472 1,466-1,477 Putaran optik , ,12 0 (-11 0 ) (+2 0 ) Kelarutan dalam 1:1 1:1 1:1 1:1 kekuningan - alkohol 95% jernih jernih jernih terang Bilangan Asam 1,926 1,326 0,768 3,107 - * Hasil Analisis Sifat Fisiko-Kimia telah disajikan pada Lampiran 5b1. dan Lampiran 5b.2. 5b.1.1 Analisis sifat fisik0-kimia geraniol perlakuan 1 (Ulangan 1) 1. Bobot jenis 28⁰C. FMG 1 0,8782 0,8782 0,8782 0,8782 FMG 2 0,8777 0,8777 0,8777 0,8777 FMG 3 0,8763 0,8762 0,8762 0,8762 Residu 0,8889 0,8889 0,8889 0, Analisis indeks bias FMG 1 1,4693 1,4696 1,4696 1,4695 FMG 2 1,4686 1,4684 1,4684 1,4685 FMG 3 1,4685 1,4689 1,4686 1,4687 Residu 1,4724 1,4722 1,4723 1, Analisis warna FMG FMG FMG Residu ** ** ** ** KETERANGAN + kuning pucat kehijauan sangat jernih ++ jernih dengan dominan kehijauaan * orang gelap +++ jernih kekuningan ** orange kekuningan ++++ jernih dengan sedikit kehijauan 4. Analisis bilangan asam FMG 1 2,3724 2,3606 2,3724 2,3685 FMG 2 1,5969 1,6746 1,6009 1,6241 FMG 3 0,8352 0,8394 0,8373 0,8373 Residu 3,2795 3,3327 3,2177 3,

50 40 5. Analisis putaran optik FMG 1-2,6-2,8-2,8-2,733 FMG 2-2,8-2,6-2,6-2,667 FMG 3-0,7-0,8-0,8-0,767 Residu Analisis kelarutan dalam alkohol FMG 1 1:1 1:1 1:1 1:1 FMG 2 1:1 1:1 1:1 1:1 FMG 3 1:1 1:1 1:1 1:1 Residu 1:1 1:1 1:1 1:1 5b.1.2 Analisis sifat fisiko-kimia redistilasi geraniol perlakuan ke-1 (Ulangan 2) 1. Bobot jenis 28⁰C FMG 1 0,8808 0,8808 0,8808 0,8808 FMG 2 0,8760 0,8760 0,8760 0,8760 FMG 3 0,8745 0,8745 0,8745 0,8745 Residu 0,8839 0,8840 0,8840 0, Analisis indeks bias FMG 1 1,4705 1,4704 1,4704 1,4704 FMG 2 1.,4695 1,4694 1,4693 1,4694 FMG 3 1,4688 1,469 1,469 1,4689 Residu 1,4727 1,4724 1,4728 1, Analisis warna FMG FMG FMG Residu ** ** ** ** KETERANGAN + kuning pucat kehijauan sangat jernih ++ jernih dengan dominan kehijauaan * orang gelap +++ jernih Kekuningan ** orange kekuningan ++++ jernih dengan sedikit kehijauan

51 41 4. Analisis bilangan asam FMG 1 2,2218 1,9489 2,0881 2,0863 FMG 2 2,0235 1,6788 1,6009 1,7677 FMG 3 0,7675 0,7656 0,8394 0,7909 Residu 3,1478 3,0079 3,2795 3, Analisis putaran optik FMG 1-2,2-2,4-2,4-2,333 FMG 2-1,7-1,7-1,7-1,7 FMG ,9-1,1-1 Residu -0,4-0,3-0,2-0,3 6. Analisis kelarutan dalam alkohol FMG 1 1:1 1:1 1:1 1:1 FMG 2 1:1 1:1 1:1 1:1 FMG 3 1:1 1:1 1:1 1:1 Residu 1:1 1:1 1:1 1:1 5b.2.1 Analisis sifat fisiko-kimia geraniol perlakuan ke- 2 (Ulangan 1) 1. Bobot jenis 28⁰C. FMG 1 0,8803 0,8803 0,8802 0,8803 FMG 2 0,8761 0,8761 0,8761 0,8761 FMG 3 0,8745 0,8745 0,8745 0,8745 Residu 0,8857 0,8857 0,7831 0, Analisis indeks bias FMG 1 1,4692 1,4692 1,4692 1,4692 FMG 2 1,4688 1,4686 1,4685 1,4686 FMG 3 1,4675 1,4677 1,4676 1,4676 Residu 1,4708 1,4712 1,4713 1, Analisis warna FMG FMG FMG Residu ** ** ** ** KETERANGAN + kuning pucat kehijauan sangat jernih ++ jernih dengan dominan kehijauaan * orang gelap

52 jernih kekuningan ** orange kekuningan ++++ jernih dengan sedikit kehijauan 4. Analisis bilangan asam FMG 1 1,9489 1,8097 1,9441 1,9009 FMG 2 1,4653 1,1862 1,0466 1,2327 FMG 3 0,7675 0,7656 0,6296 0,7209 Residu 3,0079 2,8680 3,0004 2, Analisis putaran optik FMG FMG FMG Residu Analisis kelarutan dalam alkohol FMG 1 1:1 1:1 1:1 1:1 FMG 2 1:1 1:1 1:1 1:1 FMG 3 1:1 1:1 1:1 1:1 Residu 1:1 1:1 1:1 1:1 2b.2.2 Analisis sifat fisiko-kimia perlakuan ke-2 (Ulangan 2) 1. Bobot jenis 28⁰C. FMG 1 0,8809 0,8809 0,8809 0,8809 FMG 2 0,8765 0,8765 0,8765 0,8765 FMG 3 0,8741 0,8741 0,8740 0,8741 Residu 0,8819 0,8819 0,8819 0, Analisis indeks bias FMG 1 1,4705 1,4703 1,4703 1,4704 FMG 2 1,4697 1,4697 1,4697 1,4697 FMG 3 1,4685 1,4685 1,4686 1,4685 Residu 1,4727 1,4724 1,4728 1, Analisis warna FMG FMG FMG Residu ** ** ** **

53 43 KETERANGAN + kuning pucat kehijauan sangat jernih ++ jernih dengan dominan kehijauaan * orang gelap +++ jernih kekuningan ** orange kekuningan ++++ jernih dengan sedikit kehijauan 4. Analisis bilangan asam FMG 1 1,9489 1,9489 1,9537 1,9505 FMG 2 1,3257 1,3291 1,6049 1,4199 FMG 3 0,6280 0,9094 0,9094 0,8156 Residu 3,4975 3,0701 3,2017 3, Analisis putaran optik FMG ,2-2,1-2,1 FMG FMG Residu ,2 6. Analisis kelarutan dalam alkohol FMG 1 1:1 1:1 1:1 1:1 FMG 2 1:1 1:1 1:1 1:1 FMG 3 1:1 1:1 1:1 1:1 Residu 1:1 1:1 1:1 1:1 Lampiran 6 Gambar bahan baku minyak dan hasil rhodinol dan geraniol a. Bahan baku rhodinol b. Bahan baku geraniol

54 44 Gambar minyak hasil redistilasi rhodinol A1.1.Perlakuan ke-1 ( Ulangan 1) A1.2.Perlakuan ke-1 ( Ulangan 2) B2.1Perlakuan ke-2 ( Ulangan 1) B2.1Perlakuan ke-2 ( Ulangan 2) Gambar minyak hasil redistilasi geraniol A1.1 Perlakuan ke-1 ( Ulangan 1) A1.2 Perlakuan ke-1 ( Ulangan 2) B1.1 Perlakuan ke-2 ( Ulangan 1) B1.2 Perlakuan ke-2 ( Ulangan 2)

PEMISAHAN FRAKSI KAYA SITRONELAL, SITRONELOL, DAN GERANIOL MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM IMASTIA RAHMA SIWI

PEMISAHAN FRAKSI KAYA SITRONELAL, SITRONELOL, DAN GERANIOL MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM IMASTIA RAHMA SIWI PEMISAHAN FRAKSI KAYA SITRONELAL, SITRONELOL, DAN GERANIOL MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM IMASTIA RAHMA SIWI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMISAHAN SITRONELAL DARI MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN UNIT FRAKSIONASI SKALA BENCH ABSTRACT

PEMISAHAN SITRONELAL DARI MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN UNIT FRAKSIONASI SKALA BENCH ABSTRACT PEMISAHAN SITRONELAL DARI MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN UNIT FRAKSIONASI SKALA BENCH Egi Agustian, Anny Sulaswatty, Tasrif, Joddy Arya Laksmono dan Indri Badria Adilina Grup Riset Teknologi Proses dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Bahan (Minyak Sereh Wangi)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Bahan (Minyak Sereh Wangi) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Bahan (Minyak Sereh Wangi) Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil) tipe Jawa yang dibeli dari salah satu pabrik

Lebih terperinci

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I Ujicoba peralatan penyulingan minyak sereh wangi sistem uap pada IKM bertujuan untuk memanfaatkan potensi sereh wangi;menyebarluaskan

Lebih terperinci

PEMISAHAN FRAKSI SITRONELLOL DAN GERANIOL MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN DISTILASI MOLEKULER ATHIN NURYANTI

PEMISAHAN FRAKSI SITRONELLOL DAN GERANIOL MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN DISTILASI MOLEKULER ATHIN NURYANTI PEMISAHAN FRAKSI SITRONELLOL DAN GERANIOL MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN DISTILASI MOLEKULER ATHIN NURYANTI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

OPTIMASI TEKANAN DAN RASIO REFLUKS PADA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM TERHADAP MUTU EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata)

OPTIMASI TEKANAN DAN RASIO REFLUKS PADA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM TERHADAP MUTU EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata) Optimasi Tekanan dan pada Distilasi Fraksinasi Vakum terhadap Mutu Eugenol dari Minyak OPTIMASI TEKANAN DAN RASIO REFLUKS PADA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM TERHADAP MUTU EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM Bangkit Gotama 1* dan Mahfud 1 1 Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia * Korespondensi : Telp +62 81333253494;

Lebih terperinci

ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH

ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH PKMI--7- ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH Ria Amiriani, Ria Yunisa Primasari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang

Lebih terperinci

PEMISAHAN EUGENOL DARI MINYAK CENGKEH DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI. Separation of eugenol from clove oil with fractionation distillation

PEMISAHAN EUGENOL DARI MINYAK CENGKEH DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI. Separation of eugenol from clove oil with fractionation distillation 1 PEMISAHAN EUGENOL DARI MINYAK CENGKEH DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI Separation of eugenol from clove oil with fractionation distillation Siti Nurhasanah, STP., M.Si 1, Efri Mardawati, STP., M.T 1

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro LAPORAN TUGAS AKHIR Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro (Efficiency Purification Patchouli Oil Using Microwave Vacum Distilation ) Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam

Lebih terperinci

RETNO SRI ENDAH LESTARI.

RETNO SRI ENDAH LESTARI. ABSTRACT RETNO SRI ENDAH LESTARI. Design of Citronella Oil Fractionation and Citronellal Isolation Processes and Financial Analysis for Industrial Implementation. Supervised by DJUMALI MANGUNWIDJAJA, ANI

Lebih terperinci

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

Jurnal Bahan Alam Terbarukan Jurnal Bahan Alam Terbarukan ISSN 2303-0623 PENINGKATAN KADAR GERANIOL DALAM MINYAK SEREH WANGI DAN APLIKASINYA SEBAGAI BIO ADDITIVE GASOLINE Widi Astuti 1,*) dan Nur Nalindra Putra 2 1,2 Prodi Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO (The Period s effect to increase Patchouli

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRODUKSI MINYAK KUNYIT dari BAHAN BAKU RIMPANG KUNYIT MENGGUNAKAN DESTILASI VAKUM

TUGAS AKHIR PRODUKSI MINYAK KUNYIT dari BAHAN BAKU RIMPANG KUNYIT MENGGUNAKAN DESTILASI VAKUM TUGAS AKHIR PRODUKSI MINYAK KUNYIT dari BAHAN BAKU RIMPANG KUNYIT MENGGUNAKAN DESTILASI VAKUM TURMERIC OIL PRODUCTION FROM RAW MATERIALS OF TURMERIC USING VACUUM DISTILLATION Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dimulai pada bulan Mei hingga Desember 2010. Penelitian dilakukan di laboratorium di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (Surfactant

Lebih terperinci

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NP 5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NH 4 HC 3 + + 2 C 2 C 2 C 2 H CH 3 H 3 C N CH 3 H + 4 H 2 + C N 3 C 7 H 6 C 6 H 10 3 C 19 H 23 4 N C 2 (79.1) (106.1) (130.1)

Lebih terperinci

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL LAPORAN TUGAS AKHIR PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL (Purification Patchouli oil By Use Of Microwave Distillation

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun Kembangan, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan batang

Lebih terperinci

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB)

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) Disusun oleh: Dinna Rizqi Awalia Dr. Danu Ariono Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

ISOLASI PATCHOULI ALKOHOL DARI MINYAK NILAM UNTUK BAHAN REFERENSI PENGUJIAN DALAM ANALISIS MUTU

ISOLASI PATCHOULI ALKOHOL DARI MINYAK NILAM UNTUK BAHAN REFERENSI PENGUJIAN DALAM ANALISIS MUTU ISOLASI PATCHOULI ALKOHOL DARI MINYAK NILAM UNTUK BAHAN REFERENSI PENGUJIAN DALAM ANALISIS MUTU Ma mun¹ dan Adhi Maryadhi² 1) Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik 2) Pusat Penelitian Sistem Mutu

Lebih terperinci

ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I

ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk memisahkan komponen utama minyak sereh wangi yaitu rodinol (

Lebih terperinci

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR Distilasi dan Titik Didih I. Tujuan 1.1 Mengetahui prinsip destilasi dan pengertian campuran azeotrop 1.2 Dapat mengkalibrasi thermometer dan dapat merangkai peralatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO (Enhancement of Patchouli Alcohol Degree in Purification

Lebih terperinci

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan 5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisik

Laporan Praktikum Kimia Fisik Laporan Praktikum Kimia Fisik DestilasiCampuranBiner Oleh :Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004) Annisa Novita Nurisma (131424005) Rahma Ausina (131424022) Kelas : 1A- Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-93 Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,

Lebih terperinci

Isolasi Rhodinol dari Minyak Sereh Jawa Menggunakan Metode Kromatografi Kolom Tekan

Isolasi Rhodinol dari Minyak Sereh Jawa Menggunakan Metode Kromatografi Kolom Tekan Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Isolasi Rhodinol dari Minyak Sereh Jawa Menggunakan Metode Kromatografi Kolom Tekan Endah Sayekti 1*, Ajuk Sapar 1, Fitririyanti 1, Titin Anita Zaharah

Lebih terperinci

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol 4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sereh adalah tanaman rempah yang keberadaannya sangat melimpah di Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian 200 800 dpl. Sereh memiliki nama familiar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Proses Pemisahan Komponen Minyak Nilam menggunakan Distilasi Fraksinasi Vakum

TUGAS AKHIR. Proses Pemisahan Komponen Minyak Nilam menggunakan Distilasi Fraksinasi Vakum TUGAS AKHIR Proses Pemisahan Komponen Minyak Nilam menggunakan Distilasi Fraksinasi Vakum Ditujukan Guna melengkapi Persyaratan dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dsusun oleh : Nama : ANDRI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair Distilasi dan Titik Didih Nama : Agustine Christela Melviana NIM : 11210031 Tanggal Percobaan : 19 September 2013 Tanggal Pengumpulan Laporan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu, dan Bioindustri, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT. Solvent)

TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT. Solvent) TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT (Vacuum Distillation Methode in Producing Lime Oil Using Water as the Solvent) Diajukan sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN MAKALAH KIMIA PEMISAHAN Destilasi Bertingkat DISUSUN OLEH : Nama :1. Shinta Lestari ( A1F014011) 2. Liis Panggabean ( A1F014018) 3. Dapot Parulian M ( A1F014021) 4. Wemiy Putri Yuli ( A1F014022) 5. Epo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

KONVERSI SITRONELAL HASIL ISOLASI MINYAK SEREH WANGI MENJADI SITRONELOL DAN ISOPULEGOL

KONVERSI SITRONELAL HASIL ISOLASI MINYAK SEREH WANGI MENJADI SITRONELOL DAN ISOPULEGOL SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENDIDIKAN KIMIA Kontribusi Penelitian Kimia Terhadap Pengembangan Pendidikan Kimia KONVERSI SITRONELAL HASIL ISOLASI MINYAK SEREH WANGI MENJADI SITRONELOL DAN ISOPULEGOL

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

ISOLASI SITRONELLAL DARI MINYAK SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus Jowit) DENGAN DISTILASI FRAKSINASI PENGURANGAN TEKANAN. Lucia Wiwid Wijayanti *)

ISOLASI SITRONELLAL DARI MINYAK SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus Jowit) DENGAN DISTILASI FRAKSINASI PENGURANGAN TEKANAN. Lucia Wiwid Wijayanti *) JURNAL FARMASI SAINS DAN KMUNITAS, Mei 2015, hlm. 22-29 Vol. 12 No. 1 ISSN: 1693-5683 ISLASI SITRNELLAL DARI MINYAK SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus Jowit) DENGAN DISTILASI FRAKSINASI PENGURANGAN TEKANAN

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GC- MS EKSTRAK MINYAK ATSIRI DARI SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL

IDENTIFIKASI GC- MS EKSTRAK MINYAK ATSIRI DARI SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL Techno, ISSN 1410-8607 Volume 18 No. 1, April 2017 Hal. 023 027 IDENTIFIKASI GC- MS EKSTRAK MINYAK ATSIRI DARI SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL Identification of GC-MS Essential

Lebih terperinci

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I DISTILASI BATCH BAB I DISTILASI BATCH I. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan system refluk. 2. Tujuan Instrusional Khusus Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R)

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR Distilasi dan Titik Didih Disusun oleh : NAMA : FAJRI ZAKIYYATU SA ADAH NPM : 10060312091 SHIFT / KELOMPOK : C / 2 TANGGAL PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Surfaktan methyl ester sulfonat (MES) dibuat melalui beberapa tahap. Tahapan pembuatan surfaktan MES adalah 1) Sulfonasi ester metil untuk menghasilkan

Lebih terperinci

SEMINAR SKRIPSI PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK DENGAN PEMANFAATAN GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE)

SEMINAR SKRIPSI PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK DENGAN PEMANFAATAN GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE) SEMINAR SKRIPSI PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK DENGAN PEMANFAATAN GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE) Disusun Oleh : Ocky Putra Anugrahadi 2307 100 006 Anugerah Sabarina 2307 100 066 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol 00 Nitrasi fenol menjadi -nitrofenol dan -nitrofenol KNO, H SO NO + NO C H O (9.) KNO (0.) H SO (98.) C H NO (9.) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi elektrofilik aromatis, nitrasi

Lebih terperinci

ISOLASI MIRISTISIN DARI MINYAK PALA (Myristica fragrans) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP ABSTRACT

ISOLASI MIRISTISIN DARI MINYAK PALA (Myristica fragrans) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP ABSTRACT Suprihatin, S. Ketaren, S. Ngudiwaluyo, dan A.. Friyadi ISOLASI MIRISTISIN DARI MINYAK PALA (Myristica fragrans) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP Suprihatin 1, S. Ketaren 1, S. Ngudiwaluyo 2 dan A. Friyadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM KINETIKA ESTERIFIKASI (KIS) Disusun oleh: Dr. Megawati Zunita, S.Si., M.Si. Joanna Nadia, S.T., M.Sc. PROGRAM STUDI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2018

Lebih terperinci

SKRIPSI. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KAYU PUTIH (Eucalyptus alba) DARI PULAU TIMOR

SKRIPSI. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KAYU PUTIH (Eucalyptus alba) DARI PULAU TIMOR SKRIPSI ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KAYU PUTIH (Eucalyptus alba) DARI PULAU TIMOR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains OLEH MAGDALENA

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT DISTILASI BERTINGKAT SKALA LABORATORIUM

LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT DISTILASI BERTINGKAT SKALA LABORATORIUM LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT DISTILASI BERTINGKAT SKALA LABORATORIUM Disusun oleh: ARIF WIBOWO BIAN YOVIETA WIJAYA I8311004 I8311008 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Merujuk pada hal yang telah dibahas dalam bab I, penelitian ini berbasis pada pembuatan metil ester, yakni reaksi transesterifikasi metanol. Dalam skala laboratorium,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol 4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol OH SOCl 2 Cl + HCl + SO 2 C 11 H 22 O C 11 H 21 Cl (170.3) (119.0) (188.7) (36.5) (64.1) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon

4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon 4013 Sintesis benzalasetofenon dari benzaldehida dan asetofenon KSF/ + + H 2 C 8 H 8 C 7 H 6 C 15 H 12 (120.2) (106.1) (208.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009 MAKALAH PENELITIAN ISOLASI RHODINOL DALAM EKSTRAKSI MINYAK SEREH JAWA Disusun Oleh :. Hadi Prasetyo Utomo L2C3 07033 2. Nur Widiatmoko L2C3 07049 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS Amalia Choirni, Atik Setiani, Erlangga Fitra, Ikhsan Fadhilah, Sri Lestari, Tri Budi Kelompok 12 Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat

Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat Ellyta Sari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Padang Kampus III-UBH Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun, Padang 2143

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Minyak Nilam 2.1.1 Deskripsi umum minyak nilam Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang telah dikenal di Indonesia. Dalam perdagangan internasional, minyak

Lebih terperinci

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017 PENGARUH PERBANDINGAN PELARUT DAN BAHAN BAKU TERHADAP PENINGKATAN RENDEMEN MINYAK NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH) DENGAN DESTILASI AIR MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO Kusyanto 1), Ibnu Eka Rahayu 2 1),2) Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2012. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertnian,

Lebih terperinci

Moch. Aris Setyawan Mohammad Zakariyya Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA

Moch. Aris Setyawan Mohammad Zakariyya Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA Moch. Aris Setyawan 2309100013 Mohammad Zakariyya 2309100139 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Java Cananga Oil Ekspor 2 Kebutuhan terus meningkat Latar Belakang

Lebih terperinci

DESTILASI UAP (PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DARI BUNGA MAWAR) Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

DESTILASI UAP (PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DARI BUNGA MAWAR) Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA DESTILASI UAP (PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DARI BUNGA MAWAR) Siti Masitoh 1112016200006 M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS

Lebih terperinci

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si DAFTAR HALAMAN Manual Prosedur Pengukuran Berat Jenis... 1 Manual Prosedur Pengukuran Indeks Bias... 2 Manual Prosedur Pengukuran kelarutan dalam Etanol... 3 Manual

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENGERINGAN BAHAN BAKU DAN METODE PENYULINGAN REBUS DAN UAP TERHADAP KUALITAS MINYAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.

PENGARUH LAMA PENGERINGAN BAHAN BAKU DAN METODE PENYULINGAN REBUS DAN UAP TERHADAP KUALITAS MINYAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L. PENGARUH LAMA PENGERINGAN BAHAN BAKU DAN METODE PENYULINGAN REBUS DAN UAP TERHADAP KUALITAS MINYAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L. Rendle) HASIL PENELITIAN Oleh: Tri Ayu Kurnia 081203051/ Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Key words : Crystallization, Patchouli Alcohol, Distillation

Key words : Crystallization, Patchouli Alcohol, Distillation CRISTALLIZATION OF PATCHOULI OIL TROUGH IMPROVEMENT OF PATCHOULI ALCOHOL COMPOSITION USING VACUUM DISTILLATION, STEAM DISTILLATION AND DISTILLATION WITH AERATION METHOD Name / NRP : 1. Adi Yudistira (

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. : Wiendi Antania F NIM : Cengkeh Kering Menggunakan Proses. Distilasi Vakum

HALAMAN PENGESAHAN. : Wiendi Antania F NIM : Cengkeh Kering Menggunakan Proses. Distilasi Vakum HALAMAN PENGESAHAN Nama : Wiendi Antania F NIM : 21030111060069 Program Studi Fakultas Universitas Dosen Pembimbing Judul Bahasa Indonesia : Diploma III Teknik Kimia : Teknik : Diponegoro : Dra. FS. Nugraheni,

Lebih terperinci

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) 4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol) FeCl 3. 6 H 2 O C 10 H 7 C 20 H 14 O 2 (144.2) (270.3) (286.3) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Penggabungan oksidatif naftol,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

4022 Sintesis etil (S)-(+)-3-hidroksibutirat

4022 Sintesis etil (S)-(+)-3-hidroksibutirat NP 4022 Sintesis etil (S)-(+)-3-hidroksibutirat fermenting yeast sucrose H C 6 H 10 3 C 12 H 22 11 C 6 H 12 3 (130.1) (342.3) (132.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reduksi stereoselektif

Lebih terperinci

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida NP 5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida CH CH + H H 2 S 4 + CH 3 CH C 4 H 6 3 C 7 H 6 3 C 9 H 8 4 C 2 H 4 2 (120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

KINERJA DESTILASI RIMPANG JAHE SECARA KOHOBASI DAN DESTILASI UAP-AIR

KINERJA DESTILASI RIMPANG JAHE SECARA KOHOBASI DAN DESTILASI UAP-AIR TUGAS AKHIR KINERJA DESTILASI RIMPANG JAHE SECARA KOHOBASI DAN DESTILASI UAP-AIR (Performance of Distillation of Ginger on Chohobation Process and Water-steam Distillation) Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmenyelesaikanstudi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk membuat asap cair disebut juga alat pirolisator yang terdiri dari pembakar bunsen, 2 buah kaleng berukuran besar dan yang lebih

Lebih terperinci

4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol

4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol 4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol C 3 + 3 C C 3 Zeolith C 3 + C 3 C C 3 C 7 8 (108.1) C 4 6 3 (102.1) C 9 10 2 (150.2) C 2 4 2 (60.1) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A.

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan BAB I PENGANTAR Dalam era globalisasi, penting bagi indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk meningkatkan pembangunan

Lebih terperinci

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses O L E H : D R. I R. S U S I N G G I H W I J A N A, M S. J U R U SA N T E K N O L O G I I N D U S T R I P E RTA N I A N FA KU LTA S T E K N O L

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak sereh merupakan salah satu komoditas minyak atsiri Indonesia dengan total luas lahan sebesar 3492 hektar dan volume ekspor mencapai 114 ton pada tahun 2004 (Direktorat

Lebih terperinci