HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Administratif Daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Administratif Daerah"

Transkripsi

1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Administratif Daerah Desa Cilembu merupakan desa yang terletak di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang yang memiliki luas wilayah sebesar 352,5 Ha. Desa Cilembu terdiri dari 11 Rukun Warga (RW) dan 33 Rukun Tetangga (RT). Desa Cilembu secara geografis memiliki ketinggian tanah 986 m dari permukaan laut, curah hujan sebesar 1700 mm/tahun, dan secara topografi Desa Cilembu merupakan daerah perbukitan yang memiliki suhu udara rata-rata 22 o C. Desa Cilembu secara orbitasi memiliki jarak dari pusat kecamatan sejauh 5 Km, jarak dari ibu kota kabupaten/kodya DT.II sejauh 25 Km, jarak dari ibu kota propinsi sejauh 45 Km, dan jarak dari ibu kota negara sejauh 240 Km. Secara administratif Desa Cilembu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah barat Sebelah timur : Desa Cigendel : Desa Mekar Bakti : Desa Haur Ngombong : Desa Cimarias Keadaan Penduduk Desa Cilembu Menurut sensus terakhir tahun 2014, jumlah penduduk Desa Cilembu sebanyak 5365 orang, dengan jumlah laki-laki 2704 orang dan jumlah perempuan 2661 orang. Jumlah penduduk Desa Cilembu menurut tingkat pendidikan sebanyak 2744 orang merupakan lulusan pendidikan umum dan sebanyak 40 orang merupakan lulusan pendidikan khusus. Keadaan penduduk Desa Cilembu berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3. 39

2 40 Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Cilembu No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Orang % 1. Pegawai Negeri Sipil 33 2,07 2. ABRI 7 0,44 3. Swasta ,77 4. Wiraswasta ,90 5. Tani ,34 6. Pertukangan ,64 7. Buruh Tani ,90 8. Pensiunan 32 2,00 9. Jasa 47 2,94 Jumlah ,00 (Sumber : Profil Desa Cilembu, 2014) Berdasarkan data Tabel 3, mayoritas penduduk Desa Cilembu memiliki mata pencaharian dalam bidang pertanian dan wiraswasta. Mata pencaharian penduduk Desa Cilembu dalam bidang pertanian ditunjukkan oleh penduduk yang berprofesi sebagai buruh tani maupun petani yang bertani ubi dan tanaman palawija seperti jagung dan padi. Ketersediaan sumberdaya alam yang baik seperti lahan dan iklim yang mendukung untuk didirikannya suatu pertanian menjadi salah satu alasan mengapa mayoritas penduduk di Desa Cilembu memiliki profesi di bidang pertanian. Penduduk di Desa Cilembu yang berprofesi sebagai wiraswasta, lebih terkonsentrasi pada wiraswasta peternakan. Banyak ditemukan penduduk yang berprofesi lebih dari satu mata pencaharian, contohnya seperti petani sekaligus sebagai peternak Keadaan Peternakan Desa Cilembu Desa Cilembu merupakan salah satu daerah yang potensial untuk didirikannya suatu usaha peternakan, hal tersebut didukung oleh kepemilikan lahan yang cukup luas, selain itu wilayah Desa Cilembu memiliki iklim yang 40

3 41 mendukung. Keadaan populasi ternak tahun 2014 di Desa Cilembu Kecamatan Pamulihan ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Populasi Ternak Tahun 2014 di Desa Cilembu No. Jenis Ternak Jumlah (Ekor) Jantan Betina 1. Ayam Buras Ayam Pedaging Itik Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kambing Domba (Sumber : Data Perkembangan Sub Sektor Pertanian Desa Cilembu, 2014) Berdasarkan data Tabel 4, Desa Cilembu merupakan wilayah yang memiliki usaha peternakan yang beragam. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya penduduk desa yang bermata pencaharian sebagai wiraswasta (peternak). Jumlah populasi ternak terbanyak di Desa Cilembu adalah ternak ayam pedaging, ayam buras, domba, dan sapi perah. Lingkup alam Desa Cilembu seperti lahan yang luas serta iklim yang mendukung, menjadikan Desa Cilembu sebagai desa yang potensial dalam hal usaha peternakan. Potensi peternakan yang dimiliki Desa Cilembu harus dapat dimanfaatkan, sehingga usaha peternakannya dapat lebih berkembang. 4.2 Profil Kelompok Peternak Lembusari Kelompok peternak Lembusari merupakan salah satu kelompok peternak sapi perah yang tergabung sebagai anggota KSU Tandangsari. Kelompok peternak Lembusari berdiri pada tahun 1990 dan terdiri dari 1 sub kelompok yaitu sub Lembusari dengan jumlah anggota sebanyak 40 orang. Saat ini kelompok peternak Lembusari terdiri dari 4 sub kelompok yaitu sub Lembusari 1, Lembusari 41

4 42 2, Lebak Jawa dan Dangdangsari. Saat ini, jumlah peternak sapi perah yang tergabung sebagai anggota kelompok Lembusari sebanyak 92 orang. Kelompok peternak Lembusari merupakan salah satu kelompok peternak yang menghasilkan kualitas susu yang sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga jual susu yang cukup tinggi, dengan kisaran harga susu Rp Rp per liter. Kegiatan harian yang dilaksanakan oleh anggota kelompok peternak Lembusari yaitu penyetoran susu setiap pagi dan sore hari. Kegiatan kelompok seperti rapat anggota dilaksanakan setiap enam bulan sekali yang dilakukan di balai desa. Sementara itu, rapat pengurus kelompok tidak rutin dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Kelompok peternak Lembusari dapat dikatakan mandiri dalam hal kesejahteraan anggotanya, hal ini dikarenakan adanya iuran anggota sehingga dapat dipergunakan sebagai sarana simpan pinjam anggota serta pemberian dana sumbangan terhadap anggota yang mengalami musibah. Prestasi yang pernah diraih oleh kelompok peternak Lembusari salah satunya mendapatkan hibah sapi perah sebagai bentuk penghargaan koperasi terhadap kinerja kelompok yang memiliki kualitas susu yang sangat baik diantara kelompok peternak lain yang tergabung di KSU Tandangsari. Kelompok peternak Lembusari memiliki struktur organisasi yang baik dan jelas dalam pembagian tatalaksana kegiatannya. Struktur organisasi di kelompok peternak Lembusari terbagi ke dalam dua kepengurusan, yaitu kepengurusan inti dan kepengurusan tiap sub. Struktur organisasi kelompok peternak Lembusari ditunjukkan pada Ilustrasi 2. 42

5 43 STUKTUR ORGANISASI KELOMPOK PETERNAK LEMBUSARI MASA BAKTI Penasehat Oyon Ketua Umum Endang Atik Sub Lembusari 1 Sub Lembusari 2 Sub Lebak Jawa Sub Dangdangsari Ketua Bendahara : Tatang : Rohana Ketua Bendahara : Entis : Mulyadi Ketua : Endang Bendahara : Ade. R. Ketua Bendahara : Undang : Ujang Seksi Pakan Cucu Sukarna Tester Didi Ilustrasi 2. Struktur Organisasi Kelompok Peternak Lembusari Masa Bakti Tahun

6 Identitas Responden Responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini sebanyak 34 orang peternak sapi perah yang tergabung dalam kelompok Lembusari yang berada di Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang dan merupakan anggota aktif KSU Tandangsari. Karakteristik responden dibagi ke dalam tiga karakteristik, yaitu: usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman beternak Usia Responden Usia pada dasarnya dapat mempengaruhi produktivitas kinerja seseorang. Umumnya semakin tua usia seseorang maka semakin menurun kondisi fisiknya sehingga berimplikasi terhadap menurunnya produktivitas. Usia responden pada penelitian ini bervariasi dari antara tahun. Seluruh responden yang berjumlah 34 orang dalam penelitian ini, tergolong ke dalam usia produktif. Keadaan tersebut tentunya sangat menguntungkan bagi kelangsungan usaha ternak yang dimiliki karena responden mampu mencurahkan tenaga dan pikiran terhadap usaha ternaknya. Selain itu, usia yang produktif dapat mendorong responden untuk memaksimalkan potensi dan mengembangkan usaha ternaknya seperti penambahan jumlah ternak produktif dan peningkatkan produktivitas ternaknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhasikin dalam bpskepri (2013) bahwa terdapat tiga kelompok umur, yaitu umur belum produktif (<15 tahun), umur produktif (15-64 tahun), dan umur tidak produktif (>64 tahun). Usia produktif mampu mendukung kinerja yang dimiliki seseorang, karena mereka cenderung memiliki tenaga yang memadai dan etos kerja yang tinggi, serta lebih terbuka terhadap penerimaan informasi dan inovasi terbaru, serta penduduk yang produktif akan membantu dalam kelancaran segi perekonomian dan pembangunan dalam satu wilayah. 44

7 Tingkat Pendidikan Responden Pola pikir dan daya tangkap informasi dan inovasi yang dimiliki seseorang pada dasarnya dibentuk melalui pendidikan. Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini bervariasi mulai dari tamat Sekolah Dasar (SD) hingga tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingkat pendidikan responden ditunjukkan pada Tabel 5. No. Tabel 5. Tingkat Pendidikan Responden Pendidikan Jumlah Orang % 1. SD 33 97,05 2. SMP 1 2,95 Jumlah ,00 Berdasarkan data Tabel 5, hampir seluruh responden (97,05%) dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu hingga jenjang Sekolah Dasar (SD) dengan persentase sebesar 97,05% dan hanya satu orang responden dengan tingkat pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rendahnya tingkat pendidikan responden disebabkan oleh berbagai faktor, namun salah satu faktor yang cukup mempengaruhi adalah keadaan ekonomi yang terbatas, sehingga responden tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mubyarto (1986) menyatakan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan dan cara berpikir akan bertambah luas. Rendah atau tingginya tingkat pendidikan responden, akan berpengaruh terhadap proses penerimaan informasi dan inovasi, sehingga apabila pendidikannya semakin tinggi maka informasi dan inovasi yang diterima dapat lebih mudah dipahami. 45

8 Pengalaman Beternak Pengalaman beternak akan berpengaruh terhadap berjalannya usaha ternak yang dimiliki, terutama dalam hal tingkat pengetahuan tatalaksana beternak dan tingkat antisipasi apabila terjadi hambatan dalam menjalankan usahanya. Pengalaman beternak responden dalam penelitian ini mayoritas sudah cukup lama sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6. No. Tabel 6. Pengalaman Beternak Responden Pengalaman Beternak Responden (Tahun) Jumlah Orang % 1. <5 0 0, ,95 3. > ,05 Jumlah ,00 Berdasarkan data Tabel 6, responden yang memiliki pengalaman beternak selama 5-10 tahun adalah sebesar 2,95%, sedangkan responden yang memiliki pengalaman beternak >10 tahun sebesar 97,05%. Tingkat pengalaman beternak yang tinggi, menunjukkan bahwa responden sangat berpengalaman dalam menjalankan usaha ternak sapi perah. Pengalaman beternak dapat dijadikan sebagai sarana belajar dan bertukar informasi antara peternak satu dengan lainnya, sehingga usaha ternak sapi perah yang dimiliki akan semakin berkembang. 4.4 Skala Kepemilikan Ternak Skala kepemilikan didefinisikan sebagai jumlah kepemilikan ternak. Jumlah kepemilikan sapi perah merupakan indikator keberhasilan suatu usaha peternakan sapi perah (Murwanto, 2008). Meningkatnya jumlah ternak produktif yang dimiliki, akan meningkatkan jumlah produksi susu, sehingga akan berdampak terhadap pendapatan peternak. Skala kepemilikan ternak responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7. 46

9 47 No. Tabel 7. Persentase Kategori Skala Kepemilikan Ternak Kategori Skala Kepemilikan Ternak Ternak Produktif Jumlah Ekor Orang % 1. Kecil ,94 2. Menengah ,30 3. Besar ,76 Jumlah ,00 Berdasarkan data pada Tabel 7, skala kepemilikan ternak sapi perah produktif responden sebagian besar berada pada skala kecil dengan persentase sebesar 52,94%, responden berskala menengah sebesar 35,30%, dan sebesar 11,76% termasuk ke dalam skala besar. Kepemilikan ternak produktif tersebut akan berpengaruh secara langsung pada total produksi susu yang dihasilkan oleh para peternak dan akan berakibat terhadap tingkat pendapatan ekonomi responden. Skala usaha ternak yang kecil dapat disebabkan terbatasnya lahan, modal, dan terbatasnya kemampuan responden untuk meningkatkan skala usahanya. Sementara itu, hanya sebagian kecil responden yang memiliki jumlah ternak produktif diatas 7 ekor. Responden yang memiliki ternak produktif diatas 7 ekor, telah mampu untuk menjalankan manajemen usaha ternak yang baik, sehingga produktivitas ternaknya terus meningkat dan perlahan pendapatannya semakin bertambah yang pada akhirnya diinvestasikan dalam bentuk kepemilikan ternak yang bertambah banyak. Kepemilikan ternak sapi perah produktif yang sebagian besar berskala kecil, lebih dipengaruhi oleh kemampuan responden dalam manajemen usaha serta terbatasnya modal untuk meningkatkan skala usahanya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Taslim (2011) yang menyatakan bahwa, skala kepemilikan sapi perah dibawah 7 ekor per peternak hasilnya tidak optimal dengan produktivitas rendah berakibat kehidupan peternak yang stagnan, bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. 47

10 Tingkat Kebutuhan Informasi Peternak Peternak sapi perah dalam melakukan pekerjaannya akan menemui suatu masalah dalam aktivitas kegiatan beternak sehari-hari, akan tetapi karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki ini menjadi suatu kesenjangan. Kebutuhan informasi muncul akibat kesenjangan pengetahuan yang ada dalam diri seseorang dengan kebutuhan informasi yang diperlukan. Kondisi kesenjangan tersebut mendorong orang untuk mencari informasi guna mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Secara umum, kebutuhan informasi peternak terhadap informasi sapta usaha peternakan yang paling tinggi berturut-turut yaitu mengenai informasi pakan, pemasaran, serta bibit dan reproduksi. Informasi pakan serta bibit dan reproduksi, dibutuhkan untuk menunjang produktivitas ternak dan regenerasi ternak yang baik. Sementara itu, informasi pemasaran dibutuhkan dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang diharapkan oleh peternak atas penjualan hasil ternaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan informasi sapta usaha peternakan responden sebagian besar berada di kategori sedang dan rendah, terutama mengenai informasi pemeliharaan, perkandangan, pengendalian penyakit, dan informasi pasca panen. Kebutuhan informasi peternak berskala kecil didominasi oleh informasi mengenai pakan, pemeliharaan, dan pengendalian penyakit. Informasi pakan yang paling dibutuhkan yaitu mengenai harga dan ketersediaan pakan. Informasi pemeliharaan yang paling dibutuhkan yaitu informasi tatacara membersihkan kandang. Informasi pengendalian penyakit yang paling dibutuhkan yaitu mengenai penyakit milk fever dan mastitis. Hal tersebut diduga karena peternak mengharapkan ternaknya tetap produktif dan terhindar dari penyakit yang mampu merugikan peternak berskala kecil dan menghambat laju usahanya. Kebutuhan informasi peternak berskala menengah didominasi oleh informasi mengenai pakan, pemasaran, dan bibit dan reproduksi. Informasi pakan yang paling dibutuhkan yaitu mengenai ketersediaan dan kandungan nutrisi 48

11 49 pakan. Informasi pemasaran yang paling dibutuhkan yaitu mengenai penjualan susu seperti harga standar susu dan standar kualitas susu. Informasi bibit dan reproduksi yang paling dibutuhkan yaitu mengenai pemilihan bibit dan penangan estrus/birahi. Hal tersebut diduga karena peternak berskala menengah menginginkan agar usaha ternaknya dapat terus berkembang, sehingga fondasi usaha yang telah terbentuk seperti kepemilikan ternak dapat terus dikembangkan dengan cara menjaga produktivitas ternak, melakukan seleksi bibit yang baik, serta melakukan pemasaran atas hasil ternaknya. Kebutuhan informasi peternak berskala besar didominasi oleh informasi mengenai pemasaran dan pakan. Informasi pemasaran yang dibutuhkan yaitu mengenai penjualan susu terutama tingkat harga susu di koperasi dan konsumen serta harga standar susu. Informasi pakan yang dibutuhkan yaitu mengenai kandungan nutrisi pakan, bahan penyusun pakan, dan harga pakan. Hal tersebut diduga karena peternak berskala besar lebih berorientasi terhadap kelangsungan usahanya melalui pemasaran hasil usaha ternaknya dan menjaga produktivitas ternaknya tetap tinggi melalui pakan yang diberikan. Namun demikian, umumnya kebutuhan informasi peternak berada pada kategori sedang dan rendah. Uraian lebih jelasnya dijelaskan pada Tabel 8. Tabel 8. Persentase Tingkat Kebutuhan Informasi No. Uraian Kategori Tinggi Sedang Rendah % Bibit dan Reproduksi 8,83 79,41 11,76 2. Pakan 55,88 35,30 8,82 3. Pemeliharaan 2,94 29,41 67,65 4. Perkandangan 0,00 20,59 79,41 5. Pengendalian Penyakit 0,00 32,35 67,65 6. Pasca Panen 0,00 29,41 70,59 7. Pemasaran 52,94 47,06 0,00 Tingkat Kebutuhan Informasi 0,00 44,12 55,88 49

12 50 Berdasarkan data pada Tabel 8, tingkat kebutuhan informasi responden pada informasi bibit dan reproduksi berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 79,41%, kebutuhan informasi pakan berada pada kategori tinggi dengan persentase 55,88%, kebutuhan informasi pemeliharaan sebagian besar berada pada kategori rendah dengan persentase 67,65%, kebutuhan informasi perkandangan sebagian besar berada pada kategori rendah dengan persentase 79,41%, kebutuhan informasi pengendalian penyakit berada pada kategori rendah dengan persentase 67,65%, kebutuhan informasi pasca panen berada pada kategori rendah dengan persentase 70,59%, dan kebutuhan informasi pemasaran sebagian besar berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 52,94%. Kebutuhan informasi bibit dan reproduksi sebagian besar berada pada kategori sedang (79,41%), sebagian kecil lainnya berada pada kategori rendah dengan persentase 11,76%, dan kategori tinggi dengan persentase 8,83%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden cukup antusias dalam membutuhkan informasi bibit dan reproduksi yang meliputi informasi mengenai pemilihan bibit, cara pembibitan, dan penanganan estrus/birahi. Pada aspek pemilihan bibit, mayoritas responden membutuhkan informasi pada ciri-ciri bibit yang baik dan silsilah bibit. Hal tersebut dikarenakan pada manajemen usaha peternakan yang dimiliki, bibit yang baik dapat ditunjukkan dengan ciri-ciri fisiknya. Silsilah bibit juga turut menentukan tingkat produktivitas dan kualitas bibit tersebut. Pada aspek cara pembibitan, mayoritas responden membutuhkan informasi mengenai Inseminasi Buatan (IB), meskipun telah sering dilakukan oleh responden dalam membibitkan ternaknya, informasi IB masih dibutuhkan karena dianggap paling mudah dan minim resiko dibandingkan cara pembibitan lain. Pada aspek penanganan estrus/birahi, sebagian besar responden membutuhkan informasi mengenai kelainan pada siklus birahi. Seringkali kelainan pada siklus birahi yang ditemukan adalah tidak terlihatnya ciri-ciri birahi pada ternak, sehingga menyebabkan hewan ternak gagal di IB, dan responden mengalami kerugian karena ternaknya harus menunggu di IB pada periode birahi selanjutnya. 50

13 51 Kebutuhan informasi pakan sebagian besar berada pada kategori tinggi (55,88%), sementara itu sebagian kecil lainnya berada pada kategori sedang dengan persentase 35,30%, dan kategori rendah dengan persentase 8,82%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sangat antusias mengenai informasi pakan yang meliputi informasi pada aspek pemberian hijauan pada ternak, aspek pemberian konsentrat pada ternak, dan aspek jumlah pemberian hijauan dan konsentrat pada ternak. Pada aspek pemberian hijauan pada ternak, mayoritas responden membutuhkan informasi mengenai ketersediaan hijauan dan jenis hijauan yang diberikan pada ternak. Hal tersebut dikarenakan responden beranggapan semakin sulitnya mendapatkan hijauan untuk pakan ternak dengan kualitas yang baik terutama pada saat musim kemarau. Hijauan untuk pakan ternak biasanya didapatkan dari kebun, dengan jenis hijauan rumput gajah yang disukai ternak dan baik untuk produktivitas ternak. Pada aspek pemberian konsentrat pada ternak, responden membutuhkan informasi mengenai harga konsentrat dan bahan pakan penyusun konsentrat. Harga konsentrat menjadi perhatian responden dikarenakan pengaruh konsentrat masih belum begitu terasa bagi peningkatan produksi susu yang dihasilkan, meskipun konsentrat yang digunakan adalah kualitas super yang harganya lebih tinggi daripada konsentrat kualitas reguler. Informasi bahan pakan penyusun konsentrat juga dibutuhkan responden, karena selama ini konsentrat yang didapatkan masih harus diberi pakan tambahan berupa kulit singkong ataupun jagung, demi meningkatkan produksi ternak. Pada aspek jumlah pemberian hijauan dan konsentrat pada ternak, mayoritas responden membutuhkan informasi mengenai kondisi fisiologis ternak (umur, produksi susu, dan bobot badan) dan ketersediaan hijauan maupun konsentrat. Hal tersebut dikarenakan selama ini responden memberikan pakan kepada ternak, hanya dengan cara menakar tanpa memperhatikan kondisi fisiologis ternaknya, sehingga seringkali pakan yang diberikan tidak mampu menunjang produktivitasnya. Informasi ketersediaan hijauan dan konsentrat juga dibutuhkan responden, dikarenakan semakin sulitnya mendapatkan hijauan yang berkualitas baik dalam jumlah yang banyak untuk diberikan pada ternak. 51

14 52 Kebutuhan informasi pemeliharaan responden berada pada kategori rendah (67,65%), sedangkan pada kategori sedang sebesar 29,41%, dan kategori tinggi dengan persentase 2,94%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden masih kurang antusias terhadap informasi pemeliharaan, yang meliputi aspek membersihkan sapi, aspek membersihkan kandang, aspek pemerahan, dan aspek pencatatan (recording). Pada informasi aspek membersihkan sapi, responden hanya membutuhkan informasi mengenai bagian-bagian tubuh sapi yang wajib dibersihkan. Hal tersebut dikarenakan responden telah mengetahui dan berpengalaman dalam membersihkan sapi, terutama dalam frekuensi memandikan sapi. Pada aspek membersihkan kandang, responden membutuhkan informasi pada bagian-bagian kandang yang wajib dibersihkan dan cara membersihkan kandang. Informasi tersebut dibutuhkan karena selama ini mayoritas responden hanya membersihkan kandang pada bagian lantai saja, dan seringkali tidak membersihkan dinding kandang. Informasi cara membersihkan kandang juga dibutuhkan responden, hal ini dikarenakan responden hanya membersihkan kandang dengan cara mengeruk kotoran dari lantai, hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Makin (2011), yang menyatakan bahwa dalam membersihkan kandang, kandang harus dibersihkan dengan cara disemprotkan air bertekanan tinggi. Pada aspek pemerahan, responden membutuhkan informasi mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebersihan sapi, pemerah, dan alat pemerah. Informasi tersebut dibutuhkan karena meskipun responden telah sering melakukan pemeriksaan kesehatan dan kebersihan sebelum diperah seperti mengelap ambing dengan air hangat, ternak masih seringkali terserang penyakit. Sementara itu, informasi mengenai frekuensi pemerahan dan teknik pemerahan tidak begitu diperlukan responden karena dalam beternak sehari-hari, responden telah menguasai teknis pemerahan seperti yang dinyatakan Makin (2011), yaitu pemerahan dua kali sehari dan diperah dengan menggunakan lima jari (legeartes). Pada aspek pencatatan (recording), responden mayoritas membutuhkan informasi mengenai pencatatan jumlah produksi per hari, pencatatan jumlah pakan yang diberikan pada ternak per hari, dan pencatatan identifikasi induk dan anak. 52

15 53 Informasi pencatatan jumlah produksi per hari dibutuhkan responden karena selama ini responden tidak melakukan pencatatan pribadi. Pencatatan jumlah produksi hanya dilaksanakan oleh petugas koperasi yang dilakukan saat menyetor susu, selain itu tidak adanya fasilitas berupa buku catatan produksi yang diberikan oleh koperasi kepada responden, menyulitkan responden untuk melakukan pencatatan jumlah produksi. Informasi pencatatan jumlah pakan yang diberikan juga dibutuhkan oleh responden. Pakan yang diberikan seringkali hanya ditakar tanpa ada catatan pemberian pakan harian. Pencatatan jumlah pakan yang diberikan akan memudahkan responden dalam beternak, karena dengan adanya catatan tersebut, responden dapat mengetahui seberapa banyak ternaknya menghabiskan pakan yang diberikan setiap harinya, selain itu catatan juga berfungsi agar responden dapat mengetahui pakan yang harus disediakan pada hari-hari berikutnya. Informasi pencatatan identifikasi induk dan anak dibutuhkan responden karena akan memudahkan dalam mengidentifikasi ternak yang dimiliki, sehingga dapat memberikan kemudahan saat akan melakukan perkawinan maupun saat seleksi calon bibit sapi perah yang kualitasnya baik serta produktivitasnya tinggi. Kebutuhan informasi perkandangan responden berada pada kategori rendah (79,41%), dan 29,41% berada pada kategori sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden kurang antusias terhadap informasi perkandangan yang meliputi aspek tipe kandang, aspek persyaratan kandang, dan aspek peralatan kandang. Pada aspek tipe kandang, hampir seluruh responden membutuhkan informasi mengenai tipe kandang konvensional dan kurang tertarik terhadap tipe kandang lain seperti tipe loose housing atau tipe free stall system. Hal tersebut dikarenakan responden menganggap bahwa kandang konvensional yang mereka miliki, sudah dirasakan cukup dalam kegiatan beternak. Selain itu, responden kurang membutuhkan informasi mengenai tipe kandang lain karena apabila responden berniat untuk merenovasi kandangnya menjadi lebih modern, maka responden tersebut harus menjual salah satu sapi yang dimiliki, hal demikian dirasa kurang menguntungkan karena produktivitas sapi perah yang 53

16 54 dimiliki pun masih rendah. Pada aspek persyaratan kandang, pada dasarnya responden telah memenuhi persyaratan kandang dengan baik seperti letak kandang yang jauh dari pemukiman penduduk, memiliki ventilasi, masuk sinar matahari, lantai kandang yang keras dan tidak licin, serta konstruksi kokoh, hanya saja beberapa responden masih belum memiliki drainase kandang dan tempat penampung kotoran. Dua informasi tersebut yang paling dibutuhkan oleh responden terutama pada informasi tempat penampung kotoran, karena masalah keterbatasan lahan yang dimiliki, sehingga belum memiliki tempat penampung kotoran. Tempat penampung kotoran sendiri berguna sebagai tempat menampungnya kotoran ternak, sehingga kotoran tersebut terkonsentrasi dalam satu tempat dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Sistem drainase atau pengaliran air diperlukan agar kotoran mudah dibersihkan dan air buangan mengalir lancar. Pada aspek peralatan kandang, sebagian besar responden membutuhkan informasi akan peralatan dasar kandang (milk can, lap, ember, saringan, sapu lidi, sikat, tali, dan sekop). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Fauzi (2015) yang menyatakan, peralatan kandang yang perlu disiapkan antara lain tempat pakan dan minum serta alat pembersih kandang seperti sapu lidi dan ember. Selain itu, informasi peralatan dasar kandang dibutuhkan karena sesuai dengan keadaan kandang, jumlah ternak, serta skala usaha yang dimiliki. Responden kurang membutuhkan informasi mengenai peralatan modern seperti mesin pemerah susu otomatis karena harga mesin perah yang mahal dan masih dirasa mampu untuk memerah sapi menggunakan tangan. Kebutuhan informasi pengendalian penyakit responden berada pada kategori rendah (67,65%), dan 32,35% pada kategori sedang. Rendahnya kebutuhan informasi pengendalian penyakit menunjukkan bahwa responden kurang antusias terhadap informasi pengendalian penyakit yang mencakup aspek pengetahuan penyakit ternak dan aspek pencegahan dan penanggulangan penyakit. Pada aspek pengetahuan penyakit ternak, mayoritas responden membutuhkan informasi mengenai penyakit milk fever, penyakit mastitis, dan penyakit bloat (kembung). Ketiga penyakit ini merupakan jenis penyakit yang 54

17 55 paling banyak menyerang hewan ternak yang dimiliki responden. Informasi dibutuhkan karena seringkali responden hanya memanggil keswan dari koperasi apabila ternaknya terserang penyakit. Penyakit milk fever atau di kalangan responden disebut dengan roboh merupakan penyakit yang menyerang sapi perah karena kekurangan kadar kalsium dalam darah, sehingga mengakibatkan sapi lemah kemudian tidak sanggup lagi untuk berdiri. Penyakit mastitis yaitu penyakit radang ambing yang disebabkan ambing terinfeksi mikroorganisme akibat kurangnya menjaga kebersihan pada ambing atau terlalu keras saat memerah sapi. Bloat (kembung) merupakan penyakit yang disebabkan oleh pemberian hijauan yang masih basah kepada ternak sehingga mengakibatkan ternak mengalami kembung. Pada aspek pencegahan dan penanggulangan penyakit, responden membutuhkan informasi mengenai vaksinasi, pemberian antibiotik, dan memotong kuku ternak. Informasi vaksinasi dan pemberian antibiotik dibutuhkan agar responden mengetahui obat yang tepat untuk mengatasi penyakit yang menyerang ternak, karena selama ini vaksinasi dan pemberian antibiotik hanya diberikan oleh koperasi apabila ternak terserang penyakit melalui perantara keswan. Informasi memotong kuku ternak dibutuhkan oleh responden karena ternak yang dimiliki, sebagian besar belum pernah dipotong kukunya. Selain itu, keterbatasan pengetahuan mengenai cara dan alat yang digunakan dalam memotong kuku ternak menyebabkan responden tidak pernah memotong kuku ternaknya. Pemotongan kuku ternak hanya dilakukan apabila petugas keswan koperasi mengontrol kesehatan ternak. Kebutuhan informasi pasca panen responden berada pada kategori rendah (70,59%) dan 29,41% berada di kategori sedang. Rendahnya kebutuhan informasi pasca panen menunjukkan bahwa responden kurang antusias terhadap informasi pasca panen yang mencakup aspek pengolahan susu, aspek sarana pengolah susu, aspek pengemasan susu, dan aspek pemanfaatan limbah. Pada aspek pengolahan susu, informasi yang paling dibutuhkan responden adalah informasi mengenai pengolahan susu menjadi produk olahan seperti yoghurt, es krim, keju, dan sebagainya. Informasi tersebut dibutuhkan karena pada dasarnya responden hanya 55

18 56 mampu mengolah susu dengan sederhana seperti dihangatkan atau didinginkan. Responden mengetahui informasi pengolahan susu dari penyuluhan yang diberikan pihak koperasi atau pihak pengurus kelompok, namun belum mampu mengolah susu menjadi produk olahan karena susu yang didapatkan biasanya langsung disetorkan ke pihak koperasi, sehingga jarang sekali responden melakukan pengolahan susu. Selain itu, adanya keterbatasan ekonomi dan rendahnya skala usaha yang dimiliki menyebabkan responden belum mampu membeli bahan-bahan dan alat yang digunakan untuk mengolah susu seperti mesin pengolahan UHT (Ultra High Temperature) atau mesin pembuat susu bubuk. Pada aspek sarana pengolah susu, sebagian besar responden membutuhkan informasi mengenai cooling unit yaitu alat untuk menampung dan menyimpan susu segar dalam kondisi dingin. Informasi tersebut dibutuhkan karena alat seperti cooling unit dianggap mampu membantu jalannya usaha yang dimiliki. Responden membutuhkan informasi mengenai cooling unit untuk digunakan secara bersama-sama, artinya responden mengumpulkan iuran untuk membeli alat tersebut dan dijadikan sebagai inventaris kelompok. Hal tersebut dilakukan karena responden belum mampu untuk membelinya secara perorangan. Pada aspek pengemasan susu, pada dasarnya responden jarang melakukan pengemasan terhadap susu hasil produksinya. Namun beberapa responden terutama responden yang memiliki skala usaha menengah ke atas, membutuhkan informasi mengenai pengemasan susu menggunakan botol plastik. Informasi tersebut dibutuhkan untuk memenuhi permintaan susu segar dari warga sekitar atau dari luar daerah penelitian. Selain digunakan untuk menjaga susu tetap segar, botol plastik juga murah biaya pembuatannya dibandingkan menggunakan kaleng logam atau karton tetrapaks, sehingga responden lebih cenderung menggunakan botol plastik apabila harus melakukan pengemasan. Pada aspek pemanfaatan limbah, informasi yang paling dibutuhkan oleh responden adalah informasi mengenai pengolahan kompos dari kotoran ternak dan pengolahan energi biogas dari kotoran ternak. Informasi pengolahan kompos dibutuhkan untuk memanfaatkan kotoran yang dihasilkan oleh ternak. Pengolahan kompos ditujukan agar kotoran ternak dapat 56

19 57 dipergunakan untuk kepentingan pertanian. Responden membutuhkan informasi pengolahan kompos karena belum mampu mengolah kotoran ternak dalam jumlah banyak. Biasanya, responden hanya mengolah sebagian kecil kotoran ternak untuk kemudian dijemur dan dijual. Sebagian besar lainnya hanya dibuang atau istilah responden dipalidkeun karena terlalu banyaknya kotoran ternak yang harus diolah dan tidak diimbangi dengan lahan yang terbatas untuk mengolah kotoran ternak tersebut menjadi kompos. Adanya keterbatasan waktu untuk mengolah kompos juga menyebabkan responden masih jarang memanfaatkan kotoran ternak menjadi kompos. Sementara itu, informasi pengolahan energi biogas dari kotoran ternak dibutuhkan karena masih jarang sekali responden yang mengetahui cara memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas. Beberapa responden sempat mencoba untuk mengolah kotoran ternak menjadi biogas, hanya saja banyaknya tahapan yang harus dilakukan dan rumitnya proses pengolahan membuat responden tidak lagi tertarik untuk mengolah kotoran ternak menjadi biogas. Selain itu, peralatan yang digunakan untuk mengolah biogas hasil dari hibah pemerintah juga telah usang dan rusak, sehingga tidak dapat digunakan lagi. Kebutuhan informasi pemasaran responden berada pada kategori tinggi (52,94%) dan sebagian responden lainnya berada pada kategori sedang dengan persentase 47,06%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sangat antusias terhadap informasi pemasaran yang mencakup aspek penjualan susu. Pada aspek penjualan susu, responden paling membutuhkan informasi mengenai tingkat harga susu di koperasi dan konsumen, harga standar susu per liter, dan standar kualitas susu seperti total solid, kadar lemak, dan berat jenis. Informasi tingkat harga susu di koperasi dan konsumen dibutuhkan oleh responden karena responden merasakan bahwa harga jual susu di tingkat peternak masih sangat kurang meskipun harga jual susu kelompok Lembusari merupakan salah satu yang tertinggi di koperasi dengan harga Rp 4.300/ liter susu. Hal tersebut mendorong responden untuk mengetahui harga yang dijual koperasi ke konsumen atau ke pengepul susu yang lebih besar. Informasi harga standar susu per liter dibutuhkan oleh responden karena dengan harga yang tertinggi diantara kelompok lain di 57

20 58 koperasi, pendapatannya terhadap responden masih dirasakan kurang menguntungkan. Hal tersebut dikarenakan responden harus menambah biaya operasional beternak untuk mendapatkan produksi susu yang tinggi, contohnya dengan mengeluarkan biaya lebih untuk pakan, karena pasokan pakan dari koperasi belum cukup mendongkrak produktivitas susu yang tinggi sehingga harus ditambah dengan pakan tambahan. Hal inilah yang membuat responden merasakan bahwa pengeluaran untuk biaya operasional tidak sebanding dengan pendapatan yang dihasilkan dari harga jual susu per liternya. Informasi standar kualitas susu seperti total solid, kadar lemak, dan berat jenis juga dibutuhkan oleh responden, karena beberapa responden kurang memahami penilaian standar kualitas susu tersebut. Selama ini, penilaian standar kualitas susu hanya dilakukan oleh petugas koperasi saat penyetoran susu berlangsung, sehingga responden masih kurang terlatih terhadap penilaian standar kualitas susu. Penyuluhan yang diadakan pun seringkali hanya memaparkan materi lain, tanpa adanya pelatihan tentang penilaian standar kualitas susu. Penilaian standar kualitas susu bagi responden akan sangat diperlukan dan mampu menjadi bahan evaluasi, sehingga dapat meminimalisir kerugian pada usahanya, terutama pada aspek penjualan susu. 4.6 Hubungan antara Skala Kepemilikan Ternak dengan Tingkat Kebutuhan Informasi Peternak Sapi Perah Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (rs) pada tingkat signifikansi 0,01 antara skala kepemilikan ternak (X) dengan tingkat kebutuhan informasi bagi peternak sapi perah (Y), diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,484. Mengacu pada aturan Guilford, nilai koefisien korelasi sebesar 0,484 diartikan bahwa hubungan antar variabel cukup berarti, hal ini menunjukkan terdapat suatu hubungan yang positif antara skala kepemilikan ternak dengan tingkat kebutuhan informasi peternak. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi skala kepemilikan ternak maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan informasi peternak, dan begitu juga sebaliknya. 58

21 59 Skala kepemilikan ternak mencerminkan besarnya usaha ternak yang dimiliki berdasarkan pada jumlah kepemilikan ternak. Tingkat kebutuhan informasi peternak akan dipengaruhi oleh jumlah ternak yang dimilikinya. Hal ini dikarenakan apabila jumlah ternak yang dimiliki semakin banyak, maka kemungkinan peternak menghadapi masalah dari usaha ternaknya tersebut semakin besar. Selain itu, dengan banyaknya jumlah ternak yang dimiliki, maka akan semakin bervariasi pula jenis masalah yang dihadapi peternak. Peternak yang memiliki skala usaha kecil tentu akan membutuhkan informasi yang berbeda dengan peternak yang memiliki skala usaha besar, baik itu dari aspek teknis maupun non teknis, sehingga akan mendorong peternak untuk melakukan pencarian informasi untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Hasil penelitian yang menunjukkan hubungan yang cukup berarti antara skala kepemilikan ternak dengan tingkat kebutuhan informasi bagi peternak sapi perah menunjukkan bahwa skala usaha yang diukur berdasarkan jumlah kepemilikan ternak produktif dalam satu populasi ternak mempengaruhi tingkat kebutuhan informasi peternak sapi perah, terutama informasi mengenai sapta usaha peternakan. 59

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan 19 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah peternak sapi perah yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berkembang paling pesat di negara-negara berkembang. Ternak seringkali dijadikan sebagai aset non lahan terbesar dalam

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000- IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Wilayah kerja KPBS dikelilingi oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Cisurupan terletak kurang lebih 18 Km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu, air dan peralatan berasal dari tujuh peternak dari Kawasan Usaha Peternakan Rakyat (Kunak), yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel susu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari berlokasi di Komplek Pasar Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09 Usaha agribisnis mempunyai kontribusi besar bagi pembangunan di Indonesia. Sektor pertanian terbukti telah mampu eksis menghadapi krisis ekonomi yang menimpa bangsa Indonesia. Untuk itu pemerintah telah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Sumedang maka sebagai bab akhir penulisan skripsi ini,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Sumedang maka sebagai bab akhir penulisan skripsi ini, BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan Hasil penelitian mengenai Pengembangan budidaya Kambing Peranakan Etawa (PE) di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang maka sebagai bab

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Sukajaya mempunyai luas 3.090,68 Ha dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK KOMPETENSI KEAHLIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o 31 107 0 54 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi Geografis Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur memiliki potensi curah hujan antara 1.000-3.500

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm CV. Anugrah Farm terletak di Simpang Curug RT.02/04 Kampung Baru, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai < 3 Aspek dinilai cukup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN LAMPIRAN Lampiran 1. Form Kuesioner Wawancara Peternak Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN I. Identitas Responden

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk produk peternakan akan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani. Peternakan merupakan salah satu sub sektor terpenting berdasarkan pertimbangan potensi sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM USAHA

V GAMBARAN UMUM USAHA V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum KUD Giri Tani 5.1.1. Sejarah dan Perkembangan KUD Giri Tani KUD Giri Tani didirikan pada tanggal 26 maret 1973 oleh Alm. H. Dulbari, yang menjabat sebagai Kepala

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia 2 Profesional 20. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung 20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan 20.1.1. Menganalisis potensi ternak 20.1.2. Menganalisis kontribusi ternak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Ciampea adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor tepatnya di bagian barat Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tanjungsari, Desa Tajurhalang, dan Desa Sukaharja. Desa Palasari memiliki. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pamoyanan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tanjungsari, Desa Tajurhalang, dan Desa Sukaharja. Desa Palasari memiliki. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pamoyanan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kecamatan Cijeruk berada di wilayah Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cijeruk terdiri dari 9 desa yaitu, Desa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR Oleh: Iis Soriah Ace dan Wahyuningsih Dosen Jurusan Penyuluhan Peternakan, STPP Bogor ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah merupakan sapi yang dapat menghasilkan susu yang dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas susu sapi perah dipengaruhi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur Jl. P. M. Noor, Sempaja, Samarinda

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur transportasi

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur transportasi 24 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas baik, mudah

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Desa Haurngombong memiliki

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Desa Haurngombong memiliki 30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah Penelitian Desa Haurngombong merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Cimahi termasuk kedalam wilayah Provinsi Jawa Barat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Cimahi termasuk kedalam wilayah Provinsi Jawa Barat yang 44 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Kota Cimahi termasuk kedalam wilayah Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tiga kecamatan terdiri dari 13 kelurahan yaitu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jawa Barat. Kabupaten Sumedang terletak antara 6 o 44-7 o 83 Lintang Selatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jawa Barat. Kabupaten Sumedang terletak antara 6 o 44-7 o 83 Lintang Selatan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Haurngombong 5.1.1 Letak Geografis Wilayah penelitian merupakan bagian dari Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Sumedang terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

IV. ANALISIS DAN SINTESIS IV. ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Analisis Masalah 4.1.1. Industri Pengolahan Susu (IPS) Industri Pengolahan Susu (IPS) merupakan asosiasi produsen susu besar di Indonesia, terdiri atas PT Nestle Indonesia,

Lebih terperinci

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI M. Christiyanto dan Surahmanto Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Email korespondensi: marrychristiyanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Dan Pembahasan

BAB IV Hasil Dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian BAB IV Hasil Dan Pembahasan 4.1.1. Peternakan Sapi Pedaging di Dusun Getasan Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari sembilan belas kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) :

Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) : LAMPIRAN 46 47 Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) : Laki-laki Perempuan 3. Pendidikan formal

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Wilayah Penelitian Kabupaten Sumedang adalah sebuah Kabupaten di Jawa Barat dengan ibu kotanya yaitu Sumedang. Kabupaten Sumedang berada di sebelah Timur

Lebih terperinci

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN H. MASNGUT IMAM S. Praktisi Bidang Peternakan dan Pertanian, Blitar, Jawa Timur PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK DALAM BETERNAK SAPI PERAH (Kasus Pada Kelompok Peternak Sapi Perah TPK Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.995, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyediaan dan Peredaran Susu. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SUSU

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (1) Sebelah Utara: Kabupaten Purwakarta dan Subang. (2) Sebelah Timur: Kabupaten Sumedang dan Garut

HASIL DAN PEMBAHASAN. (1) Sebelah Utara: Kabupaten Purwakarta dan Subang. (2) Sebelah Timur: Kabupaten Sumedang dan Garut 24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.2.1. Keadaan Geografi dan Topografi Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) terletak di Kecamatan Lembang, 15 km sebelah utara Kota

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi susu sangat menentukan bagi perkembangan industri susu sapi perah nasional. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah di dalam negeri sampai saat ini baru memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Geografi Desa Celawan a. Letak dan Geografis Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mdpl, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Pembangunan Peternakan Provinsi Jawa Timur selama ini pada dasarnya memegang peranan penting dan strategis dalam membangun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Komunikasi Interpersonal Secara umum komunikasi interpersonal atau antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 SKPD No Misi dan kebijakan : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Program yang direncanakan CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 Indikator Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sri Murni

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sri Murni HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Setiap peternakan memiliki karakteristik tersendiri baik dari segi sejarah pendirian dan tujuan dari pendirian peternakan serta topografi dan letak koordinat. Perincian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Negeri Sakti merupakan salah satu desa di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Negeri Sakti merupakan salah satu desa di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten 45 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Negeri Sakti Desa Negeri Sakti merupakan salah satu desa di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran yang memiliki luas wilayah 400 Ha. Desa tersebut

Lebih terperinci