HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai < 3 Aspek dinilai cukup jika nilainya 3-5 Aspek dinilai baik jika nilai > 5 Kriteria aspek kesehatan dan reproduksi ditentukan melalui penilaian berdasarkan 8 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 8. Penilaian mengenai aspek kesehatan dan reproduksi yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai < 4 Aspek dinilai cukup jika nilainya antara 4 6 Aspek dinilai baik jika nilai > 6 Kriteria aspek penanganan limbah ditentukan melalui penilaian berdasarkan 2 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 2. Penilaian mengenai penanganan limbah yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai 0 Aspek dinilai cukup jika nilainya 1 Aspek dinilai baik jika nilai 2 Tatalaksana peternakan ditentukan berdasarkan penilaian keseluruhan aspek (aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang; aspek higiene dan sanitasi; aspek manajemen kesehatan dan reproduksi, dan; aspek penanganan limbah). Total nilai berjumlah 32. Penilaian mengenai tatalaksana peternakan yaitu: Peternakan dinilai buruk jika nilai < 11 Peternakan dinilai cukup jika nilai antara Peternakan dinilai baik jika nilai > 22 Analisis Data Data yang diperoleh dan dikumpulkan dianalisis secara deskriptif menggunakan program Microsoft Excell 2007 dan SPSS Data yang telah dikumpulkan diolah dalam tabel beserta variabelnya. Hubungan antar variabel ditentukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Variabel yang diuji yaitu karakteristik peternak terhadap tatalaksana peternakan. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, penyuluhan atau pelatihan bidang peternakan, lama beternak, status pekerjaan, pendapatan per bulan, dan total populasi. Karakteristik dapat dilihat pada Tabel 1.

2 4 Tabel 1 Karakteristik peternak sapi perah KTTSP Baru Sireum No. Karakteristik Jumlah % dari total 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur 50 tahun > 50 tahun Pendidikan terakhir SD SMP SMA Lama beternak < 5 tahun tahun >10 tahun Penyuluhan (dalam 1 tahun terakhir) Ya Tidak Status pekerjaan Pemilik Pekerja Pendapatan bersih per bulan dari hasil peternakan < 2.5 juta juta >5 juta Tidak tentu Total populasi ternak 1 10 ekor > 10 ekor Responden yang berada di KTTSP Baru Sireum seluruhnya berjenis kelamin laki-laki, berkisar antara umur tahun. Umur terbagi atas dua kategori, yaitu peternak yang berumur kurang dari atau sama dengan 50 tahun dan peternak yang berumur lebih dari 50 tahun. Komposisi umur tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar dalam umur produktif. Semakin muda usia (usia produktif) rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan semakin tinggi pula minat untuk mengadopsi kemajuan teknologi. Sebagian besar telah beternak sapi perah lebih dari sepuluh tahun. Menurut Lestariningsih dan Basuki (2008) pengalaman beternak berpengaruh terhadap keterampilan dan tingkat pengetahuan peternak mengenai ternaknya. Selain itu pengalaman beternak dapat dijadikan suatu pedoman dan penyesuaian terhadap suatu permasalahan yang dihadapi peternak pada masa yang akan datang. Secara umum tingkat pendidikan memiliki pendidikan terakhir SD (69.2%) dan SMA (30.8%). Namun banyak peternak yang memiliki pengetahuan serta keterampilan dalam mengelola usaha ternak berasal dari orang

3 tua atau melalui pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan oleh kelompok tani atau dinas peternakan setempat. Sebanyak 69.2% menyatakan pernah mendapatkan pelatihan atau penyuluhan bidang peternakan. KTTSP Baru Sireum telah aktif melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pendidikan para peternak melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pertemuan-pertemuan. Kegiatan penyuluhan akan mengubah perilaku peternak ke arah yang diharapkan sehingga pengetahuannya akan lebih meningkat, sikapnya akan lebih positif terhadap perubahan dan penerimaan inovasi, dan akan lebih terampil di dalam melaksanakan usaha ternaknya (Yunasaf dan Tasripin 2011). Pada Tabel 1 dapat dilihat hampir seluruh berstatus sebagai pemilik peternakan. Hal ini mengindikasikan tingkat perhatian dan kualitas kerja yang baik karena beternak sapi adalah mata pencaharian utama bagi para. Pendapatan bersih peternak adalah hasil pengurangan dari penerimaan yang diperoleh dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Saefullah et al. 2012). Peternak yang menerima penghasilan bersih per bulan kurang dari 2.5 juta rupiah (46.2%), juta rupiah (23.1%), tidak tentu dan di atas 5 juta rupiah per bulan masing-masing sebesar 15.4%. Jumlah kepemilikan ternak sapi perah pada penelitian ini berada pada dua kelompok, yaitu 1 10 ekor (38.5%) dan di atas 10 ekor (61.5%). Dapat dilihat bahwa masih cukup banyak peternak yang memiliki sapinya kurang dari 10 ekor, hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat pendapatan bagi peternak itu sendiri. Jumlah kepemilikan sapi perah yang ideal agar usaha ini menguntungkan dan dapat menjamin pendapatan peternak adalah minimal 10 ekor (Sudono 1999). 5 Manajemen Pemeliharaan Manajemen pemeliharaan sapi perah mencakup manajemen perkandangan, serta manajemen pakan dan sumber air. Tabel 2 menunjukkan manajemen perkandangan di KTTSP Baru Sireum. No. Tabel 2 Manajemen perkandangan di KTTSP Baru Sireum Perkandangan 1. Lantai kandang 2. Atap kandang 3. Kandang pedet 4. Kandang pejantan Jumlah % dari total Semen/paving Kayu/papan Genteng Seng Asbes Ada Tidak ada Ada Tidak ada

4 6 Keseluruhan menggunakan lantai kandang padat yang terbuat dari semen. Lantai kandang dibuat dengan posisi sedikit miring agar mudah dibersihkan dan selalu kering. Selain itu juga dibuat selokan atau parit agar tidak terjadi genangan air. Dengan adanya parit ini maka air pembersih lantai, air untuk memandikan sapi, urin, dan kotoran sapi dapat mudah terkumpul, yang selanjutnya dapat disalurkan ke penampungan biogas atau langsung ke selokan. Sebagian besar menggunakan asbes sebagai atap kandang. Pada daerah-daerah yang banyak angin tidak dianjurkan memakai bahan atap dari genteng. Sedangkan pada daerah-daerah yang berhawa dingin, bahan atap dapat dari asbes ataupun seng (Siregar 1996). Menurut Soetarno (2003) ditinjau dari fungsinya kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi kandang induk, kandang pedet, kandang pejantan, dan kandang isolasi. Masing-masing kandang tersebut memiliki ukuran dan konstruksi yang berbeda. Manajemen pakan dan sumber air merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam pemeliharaan sapi perah. Secara rinci manajemen pakan dan sumber air dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Manajemen pakan dan sumber air di KTTSP Baru Sireum No. Pakan dan sumber air Jumlah % dari total 1. Pemberian pakan dalam satu hari 1 kali kali > 2 kali Waktu pemberian hijauan Sebelum pemerahan Setelah pemerahan Ad libitum Jumlah pemberian hijauan 1-30 kg/ekor/hari kg/ekor/hari > 40 kg/ekor/hari Pemberian konsentrat Sebelum pemerahan Setelah pemerahan Ad libitum Jumlah pemberian konsentrat 1-6 kg/ekor/hari kg/ekor/hari Tidak tentu/seadanya Sumber air peternakan Sungai Mata air gunung

5 Pemberian hijauan dan konsentrat sebagai komponen ransum sapi perah perlu diperhatikan jumlah, kandungan dan kualitasnya karena ransum tidak hanya mempengaruhi produksi tetapi juga mempengaruhi kualitas bahan padat susu (Pangestu et al. 2003). Seluruh memberikan hijauan dan konsentrat dalam ransum ternaknya. Pakan hijauan dapat berupa rumput gajah maupun rumput lapang. Pakan konsentrat yang digunakan merupakan konsentrat siap pakai yang disediakan oleh KUD. Umumnya memberikan pakan dua kali sehari. Pakan hijauan yang diberikan untuk sapi dewasa sebanyak kurang dari 30 kg/ekor/hari (46.2%), kg/ekor/hari (38.5%), dan lebih dari 50 kg/ekor/hari (15.4%). Pemberian pakan pada sapi perah dilakukan dua kali sehari rata-rata sebanyak kg per ekor per hari untuk sapi yang diperah (Siregar 2007). Semua mendapatkan hijauan dengan cara mencari sendiri di lahan pegunungan yang berada di kawasan Cisarua. Mayoritas memberikan konsentrat pada sapi dewasa sebanyak lebih dari atau sama dengan 7 kg per ekor per hari. Jumlah pemberian konsentrat tersebut telah sesuai dengan pemberian konsentrat ideal menurut Siregar (2007) yaitu 7 kg per ekor per hari. Sebagian besar memberikan konsentrat sebelum dilakukan pemerahan dan memberikan pakan hijauan setelah pemerahan. Pemberian konsentrat dilakukan setiap setengah jam sebelum pemerahan, sering pula pemberian konsentrat dilakukan pada waktu pemerahan. Pemberiannya sedikit saja agar sapi yang sedang diperah lebih tenang, sedangkan pemberian hijauan sesudah selesai pemerahan (Siregar 1996). Pemberian konsentrat dan hijauan yang hampir bersamaan waktunya dapat menurunkan kecernaan hijauan. Hal ini terjadi karena mikroorganisme dalam rumen mempunyai preferensi untuk mencerna konsentrat lebih dahulu karena konsentrat lebih mudah dicerna dari pada rumput (Siregar 1992). Untuk pemenuhan kebutuhan air minum ternak, air untuk kandang dan peralatan, memperolehnya dari mata air gunung dan air sungai yang mengalir di dekat peternakan. Letak desa Cibeureum yang berada di daerah pegunungan memungkinkan peternak untuk mendapatkan sumber air yang sangat melimpah, baik dari mata air maupun aliran sungai yang belum banyak tercemar limbah. Namun kualitas air yang berasal dari mata air tentunya lebih baik daripada air yang diperoleh dari sungai. 7 Manajemen Kesehatan Aspek penting dalam peternakan adalah kesehatan ternak. Guna meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh turunnya produktifitas, biaya pengobatan, dan risiko kematian ternak maka diterapkan upaya pencegahan sejak dini. Upaya pencegahan tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi. Manajemen kesehatan ternak di KTTSP Baru Sireum dapat dilihat pada Tabel 4.

6 8 Tabel 4 Manajemen kesehatan ternak di KTTSP Baru Sireum No. Aspek kesehatan Jumlah 1. Pemeriksaan kesehatan % dari total Ya Tidak Pemeriksa kesehatan Dokter hewan Mantri/Paramedis Frekuensi pemeriksaan 1 kali/tahun kali/tahun tidak teratur Tindakan yang dilakukan bila ada ternak sakit Diobati sendiri Diobati dokter hewan/mantri Pelaporan ternak sakit/mati Dilaporkan Tidak dilaporkan Vaksinasi rutin ternak Ya Tidak Seluruh menyatakan bahwa mereka melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap ternaknya. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter hewan dan mantri/paramedis. Frekuensi pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan oleh sebagian besar secara tidak tentu atau tidak teratur. Bila terdapat ternak yang sakit sebanyak 38.5% mengobati ternaknya sendiri, sedangkan 61.5% lainnya menyatakan ternaknya diobati oleh doker hewan. Pengetahuan tata cara dan dosis pemberian obat-obatan terutama antibiotik sangat penting agar tidak meninggalkan residu pada produk asal hewan (Gustiani 2009). Oleh karena itu pemberian obat-obatan sebaiknya diberikan oleh dokter hewan. Mayoritas melaporkan ternak yang sakit atau mati kepada kelompok tani atau pihak terkait. Hampir seluruh melakukan vaksinasi ternak secara rutin oleh dokter hewan atau mantri. Vaksinasi dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh sapi terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus. Vaksinasi yang dilakukan oleh kelompok tani Baru Sireum adalah Brucellosis dan Antraks. Vaksin diberikan pada sapi perah yang berumur lebih dari 3 bulan atau lepas sapih dalam keadaan sehat dan cukup makan. Vaksin brucellosis dilakukan sekali seumur hidup (Sudibyo 1995), sedangkan vaksinasi antraks rutin dilakukan setiap tahun.

7 9 Manajemen Reproduksi Manajemen reproduksi yang diamati dalam penelitian ini meliputi cara mengawinkan ternak, faktor inseminator, pemeriksa kebuntingan, proses kelahiran, pemberian kolostrum, dan penyapihan pedet. Manajemen reproduksi di KTTSP Baru Sireum dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Manajemen reproduksi di KTTSP Baru Sireum No. Manajemen reproduksi Jumlah % dari total 1. Cara mengawinkan ternak 2. Inseminator IB Kawin alami Dokter hewan Paramedis/mantri Pemeriksa kebuntingan Dokter hewan Paramedis/mantri Pembantu proses kelahiran Dokter hewan Pekerja Peternak bersama dokter hewan Pemberian kolostrum Ya Tidak Penyapihan pedet < 6 bulan bulan Menurut Sudono et al. (2003), metode perkawinan sapi perah yang umum dilakukan oleh peternak dibagi menjadi dua macam yaitu kawin alam dan Inseminasi Buatan (IB). Dapat dilihat pada Tabel 5 seluruh mengawinkan ternaknya dengan cara IB. Sistem IB dinilai lebih menguntungkan karena praktis, hemat waktu, hemat tenaga, hemat biaya, serta menekan tingkat penyebaran penyakit. Setelah 2-3 bulan dilakukan IB selanjutnya dilakukan pemeriksaan kebuntingan. Jika sapi tidak menunjukkan tanda-tanda kebuntingan maka inseminator akan melakukan IB setelah sapi tersebut birahi kembali. Inseminasi dan pemeriksaan kebuntingan dilakukan oleh dokter hewan atau mantri. Dalam menangani proses kelahiran sebagian besar (53.8%) mempercayakan kepada para pekerjanya, dan 38.5% menangani kelahiran bersama dengan dokter hewan. Seluruh memberikan kolostrum kepada pedetnya segera setelah dilahirkan. Kolostrum merupakan susu pancaran pertama yang berwarna kuning agak kental dan berubah menjadi susu biasa sesudah 4-5 hari. Kolostrum

8 10 mengandung vitamin dan mineral jauh lebih besar dari susu biasa, bersifat pencahar, dan membantu membersihkan intenstinum pada sapi muda dari kotoran yang bergumpal (Williamson dan Payne 1993). Disamping itu kolostrum juga mengandung antibodi yang baik untuk pertumbuhan anak sapi. Anak sapi dapat dipisahkan dari induknya segera sesudah lahir, tetapi harus diberikan kolostrum untuk beberapa hari pertama dan sesudah itu dapat diberi minum susu atau makanan pengganti lain susu. Cara lain, pedet dapat dipelihara penuh bersama induknya dan kemudian biasanya disapih pada umur 6-8 bulan (Mangkoewidjojo 1988). Manajemen Sanitasi Menurut Siregar (1996) pencegahan penyakit pada sapi perah dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan sapi perah, kandang, peralatan yang digunakan, dan orang yang memelihara atau merawatnya. Gambaran manajemen sanitasi tersaji pada Tabel 6. Tabel 6 Manajemen sanitasi di KTTSP Baru Sireum No. Aspek Sanitasi Jumlah 1. Membersihkan kandang % dari total 1 kali sehari kali sehari kali sehari Membersihkan peralatan kandang Setelah digunakan Sebelum dan setelah digunakan Frekuensi memandikan ternak 2 kali sehari kali sehari Mencuci tangan sebelum/sesudah kontak dengan ternak Selalu Kadang-kadang Cara mencuci tangan Dengan air dan sabun Hanya air Semua menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan membersihkannya setiap hari. Rata-rata pembersihan kandang dilakukan dua atau tiga kali sehari. Responden yang mencuci peralatan kandangnya sebelum dan setelah digunakan sebanyak 46.2% dan yang membersihkannya setelah digunakan saja sebanyak 53.8%. Sebenarnya peralatan kandang yang hanya dicuci setelah digunakan sudah mencukupi dalam upaya menjaga kebersihan peralatan, namun lebih baik peralatan tersebut dibersihkan sebelum dan setelah digunakan, karena tidak menutup kemungkinan peralatan tersebut terkena kontaminan saat disimpan.

9 Mayoritas reponden memandikan ternaknya dua kali sehari. Sapi-sapi mudah menjadi kotor terutama akibat kotoran mereka sendiri yang menempel pada kulit atau rambut ketika mereka berbaring, ditambah dengan kotoran debu yang bercampur dengan keringat sapi. Kotoran mengandung parasit sehingga menimbulkan rasa gatal dan merupakan sumber penyakit. Selain itu tubuh sapi yang kotor dan rambut yang rontok akan mencemari susu yang dihasilkan. Oleh karena itu sapi dimandikan secara rutin dua kali sehari sebelum dilakukan pemerahan. Seluruh reponden selalu mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah kontak langsung dengan ternak. Dengan demikian risiko serangan penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit dapat dikurangi Kebersihan pekerja yang merawat sapi harus selalu terjaga dengan baik, jangan sampai sapi-sapi perah tertular penyakit tertentu dari tangan para pekerja (Siregar 1996). 11 Penilaian Tatalaksana Peternakan Penilaian mengenai tatalaksana peternakan terdiri dari aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang, praktik higiene dan sanitasi, aspek kesehatan dan reproduksi, serta praktik penanganan limbah. Aspek lokasi, bangunan dan fasilitas kandang Secara keseluruhan (100%) penilaian aspek lokasi, bangunan dan fasilitas kandang masuk ke dalam kategori baik. Sebagian besar peternakan dinilai baik pada seluruh aspek, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Penilaian aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang secara umum Lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang Total n % Baik Cukup 0 0 Buruk 0 0 Total Beberapa aspek yang dinilai memiliki persentase penyimpangan cukup tinggi yaitu lokasi kandang yang berada tidak jauh dari tempat tinggal atau pemukiman (76.9%) dan tidak disediakannya kandang khusus untuk beranak/melahirkan (38.5%). Aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang secara detail dapat dilihat pada Tabel 8.

10 12 Tabel 8 Penilaian aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang secara spesifik No Penyimpangan Lokasi kandang berada tidak jauh dari tempat tinggal (<10m) Lokasi kandang tidak memiliki pagar pembatas dengan lingkungan sekitar Bangunan kandang terbuat dari bahan yang tidak permanen Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan Atap terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan Atap tidak melindungi ternak dari panas maupun hujan Tidak Ya n % n % Tidak memiliki sistem drainase yang baik Tidak memiliki ventilasi yang cukup Tidak memiliki penerangan yang baik Situasi di dalam kandang padat Tidak terdapat sumber air bersih yang memadai Tidak ada kandang khusus beranak Tidak ada kandang khusus pedet Tidak terdapat tempat sampah Tempat pakan dan minum tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang (Kemenristek 2005). Pada umumnya kandang sapi perah yang berada di desa Cibeureum terletak sangat rapat dengan rumah-rumah penduduk, bahkan berada di tengah-tengah pemukiman. Letak kandang seharusnya tidak dekat dengan rumah penduduk dan fasilitas umum, karena akan mengganggu kenyamanan seperti terciumnya bau tidak sedap dan beresiko terjadinya penyebaran penyakit. Namun letak kandang yang berdekatan mempunyai keuntungan tersendiri, seperti memudahkan pengawasan terhadap ternak, mudah menyiapkan pakan untuk ternak, serta dapat mengetahui gejala-gejala birahi, melahirkan dan serangan penyakit dengan cepat. Sapi perah yang akan melahirkan sebaiknya ditempatkan di kandang khusus. Kegunaan kandang khusus beranak tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pergerakan induk sapi sebelum dan ketika proses melahirkan berlangsung.

11 Keberadaan tempat sampah merupakan aspek penting yang harus tersedia di peternakan agar sampah tidak berserakan dan menjadi sumber penyakit. 13 Aspek higiene dan sanitasi Dalam hal aspek higiene dan sanitasi, sebagian besar peternakan (76.9%) dapat dimasukkan ke dalam kategori baik, sedangkan 23.1% peternakan masuk ke dalam kategori cukup. Tabel 9 memperlihatkan penilaian aspek higiene dan sanitasi secara umum. Tabel 9 Penilaian aspek higiene dan sanitasi secara umum Higiene dan Sanitasi Total n % Baik Cukup Buruk 0 0 Total Penyimpangan yang paling jelas terlihat adalah lingkungan sekitar kandang kotor serta tidak bebasnya kandang dari rodentia dan hewan lain dengan persentase masing-masing penyimpangan sebesar 23.1% (Tabel 10). Tabel 10 Penilaian aspek higiene dan sanitasi secara spesifik No Penyimpangan Pekerja yang menangani ternak tidak menggunakan sepatu boot Kebersihan pekerja yang kontak dengan ternak tidak terjaga dengan baik Pekerja tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan ternak Tidak Ya n % n % Lingkungan sekitar kandang kotor Tidak dilakukan pembersihan kandang setiap hari Peralatan kandang tidak dijaga kebersihannya Kandang tidak bebas dari serangga, rodentia dan hewan lain dan tidak dilakukan usaha pengendaliannya Menurut OIE (2006) sanitasi dan higiene personal harus dilakukan oleh setiap pekerja. Standar sanitasi yang harus dilakukan setiap pekerja yaitu dengan memakai pakaian yang bersih, memakai sepatu boot yang dibersihkan secara teratur, tidak memiliki luka terbuka dan selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Keberadaan serangga, rodentia dan hewan lain merupakan

12 14 sumber penyebaran penyakit yang perlu diperhatikan, oleh karena itu perlu diadakan pengawasan dan pengendalian agar hewan-hewan tersebut tidak dapat masuk ke dalam peternakan. Aspek manajemen kesehatan dan reproduksi Dari penilaian aspek manajemen kesehatan dan reproduksi dapat disimpulkan bahwa 53.8% peternakan masuk dalam kategori baik dan 46.2% masuk dalam kategori cukup. Penilaian aspek manajemen kesehatan dan reproduksi secara umum tersaji pada Tabel 11. Tabel 11 Penilaian aspek manajemen kesehatan dan reproduksi secara umum Kesehatan dan Reproduksi Total n % Baik Cukup Buruk 0 0 Total Penilaian aspek praktik manajemen kesehatan dan reproduksi meliputi delapan butir penilaian seperti yang tercantum pada Tabel 12. Penyimpangan yang paling banyak terjadi adalah tidak adanya pemisahan antara ternak yang sakit (61.5%) dan proses kelahiran yang tidak dibantu oleh dokter hewan atau paramedis (23.1%). Tabel 12 Penilaian aspek manajemen kesehatan dan reproduksi secara spesifik No Penyimpangan Tidak Ya n % n % 1 Kesehatan ternak tidak diperiksakan secara rutin oleh petugas kesehatan Tidak dilakukan tindakan apapun bila ada ternak sakit Ternak yang sakit tidak dipisahkan Tidak melapor bila ada ternak sakit atau mati Ternak tidak divaksinasi Tidak dilakukan pemeriksaan kebuntingan oleh petugas kesehatan Proses kelahiran tidak dibantu dokter hewan atau paramedik Pedet tidak diberikan kolostrum Ternak yang sakit harus diisolasi agar tidak menularkan penyakitnya pada ternak lain dalam kandang (OIE 2006). Selain untuk mencegah penularan penyakit, tindakan isolasi akan memudahkan dalam pengawasan, pengobatan, dan

13 pemeliharaan ternak yang sakit. Keberadaan dokter hewan atau paramedis pada saat ternak melahirkan cukup penting untuk menghindari terjadinya kasus reproduksi yang bisa terjadi pada saat partus/melahirkan akibat penanganan yang tidak baik oleh peternak atau pekerja, atau bila terjadi kasus reproduksi dapat langsung ditangani. Aspek penanganan limbah Aspek penanganan limbah yang dinilai difokuskan pada penanganan limbah cair dan limbah padat. Limbah cair dapat berupa urin sapi, sisa air mandi, air pembersihan kandang, dan ceceran air minum, sedangkan limbah padat dapat berupa kotoran sapi dan ceceran sisa pakan. Tabel 13 menunjukkan penilaian penanganan aspek limbah secara umum. Tabel 13 Penilaian aspek penanganan limbah secara umum 15 Penanganan Limbah Total n % Baik Cukup Buruk Total Secara umum peternakan yang termasuk ke dalam kategori baik sebesar 30.8 %, kategori cukup 38.5%, dan kategori buruk 30.8%. Gambaran spesifik penilaian aspek penanganan limbah dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Penilaian aspek penanganan limbah secara spesifik No 1 Penyimpangan Limbah cair langsung dialirkan pada selokan umum Tidak Ya n % n % Limbah padat tidak ditangani dengan baik Sebagian besar membuang limbah cair langsung ke selokan umum (69.2%), dan tidak menangani limbah padat dengan baik (30.8%). Menurut Soehadji (1992) limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan. Limbah dapat berupa kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak. Limbah cair adalah air seni atau urin, air pencucian alat-alat. Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berada dalam fase gas. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat/feses (Sihombing 2000). Manajemen pembuangan atau pengolahan limbah peternakan yang tidak baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan sekitar peternakan.

14 16 Aspek Tatalaksana Peternakan Berdasarkan penilaian terhadap keempat aspek tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek tatalaksana peternakan di KTTSP Baru Sireum secara umum (92.3%) termasuk ke dalam kategori baik, sedangkan sebagian kecil lainnya (7.7%) termasuk ke dalam kategori cukup. Penilaian tatalaksana peternakan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Penilaian tatalaksana peternakan Kategori peternakan Total n % Baik Cukup Buruk 0 0 Total Hubungan antara Karakteristik Peternak dengan Tatalaksana Peternakan Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat tatalaksana peternakan dapat ditinjau dari karakteristik peternak. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji korelasi Spearman, keseluruhan karakteristik yaitu umur, tingkat pendidikan, status kepemilikan, pengalaman, penyuluhan, tingkat pendapatan, dan jumlah ternak tidak memperlihatkan hubungan yang nyata dengan tatalaksana peternakan (Tabel 16). Tabel 16 Hubungan antara karakteristik peternak dan tatalaksana peternakan Karakteristik peternak P Tatalaksana peternakan Umur Tingkat pendidikan Status kepemilikan Pengalaman Penyuluhan Tingkat pendapatan Jumlah ternak Keterangan: P : Nilai korelasi antara dua variabel yang diuji, p < 0.05 menunjukkan hubungan dua arah r : Koefisien korelasi Hal ini kemungkinan dapat terjadi akibat jumlah peternak dalam kelompok terlalu sedikit, dan penerapan tatalaksana yang homogen. Selain itu perlu dilakukan pengkajian terhadap faktor-faktor lain di luar faktor yang diteliti dalam hubungannya dengan tatalaksana peternakan. Menurut Luanmase et al. (2011) faktor-faktor tersebut meliputi keberanian mengambil risiko, curahan waktu kerja, dan luas lahan yang dimiliki. r

Lampiran 1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di KTTSP Baru Sireum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

Lampiran 1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di KTTSP Baru Sireum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Lampiran 1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di KTTSP Baru Sireum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor 19 No. Kuesioner : Enumerator : Tanggal : Waktu : PERNYATAAN PERSETUJUAN Nama

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Perkandangan Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar

Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar LAMPIRAN 47 Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar KUISIONER PETERNAK SAPI PERAH Wilayah Kabupaten : Kecamatan : Tanggal Wawancara : Nama Enumerator : I.Identitas Peternak 1. Nama Pemilik : 2.

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK KOMPETENSI KEAHLIAN

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan 19 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah peternak sapi perah yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian 17 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian pada bulan Juni 2011 sampai Januari 2012 bertempat di Kabupaten Sukabumi. Metode Penelitian Populasi studi Populasi studi dalam penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

TEMPAT PENJUALAN HEWAN

TEMPAT PENJUALAN HEWAN TEMPAT PENJUALAN HEWAN Pemenuhan kebutuhan hewan kurban di wilayah Provinsi Jawa Barat umumnya berasal dari hewan yang didatangkan dari berbagai daerah dan diperdagangkan di wilayah Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi Geografis Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur memiliki potensi curah hujan antara 1.000-3.500

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN PERILAKU PENGOLAHAN LIMBAH IKAN ASIN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN KERJA PADA INDUSTRI IKAN ASIN PHPT MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

KUESIONER HUBUNGAN PERILAKU PENGOLAHAN LIMBAH IKAN ASIN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN KERJA PADA INDUSTRI IKAN ASIN PHPT MUARA ANGKE JAKARTA UTARA Identitas Responden Petunjuk: isilah data identitas Anda di bawah ini dan lingkari pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang Anda alami, dengan sebenar-benar nya dan sesuai identitas. 1. Nama

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji. Breed (jumlah sel somatis/ml) No Kuartir IPB-1

Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji. Breed (jumlah sel somatis/ml) No Kuartir IPB-1 LAMPIRAN 25 26 Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji mastitis IPB-1 No Kuartir IPB-1 Breed (jumlah sel somatis/ml) 1 Kanan depan 1+ 400 000 2 kanan belakang - 440 000

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang penilaian higiene dan sanitasi tempat peternakan sapi dan tempat pemerahan susu sapi segar, jumlah bakteri Coliform

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000- IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Wilayah kerja KPBS dikelilingi oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu, air dan peralatan berasal dari tujuh peternak dari Kawasan Usaha Peternakan Rakyat (Kunak), yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel susu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) :

Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) : LAMPIRAN 46 47 Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) : Laki-laki Perempuan 3. Pendidikan formal

Lebih terperinci

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia 2 Profesional 20. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung 20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan 20.1.1. Menganalisis potensi ternak 20.1.2. Menganalisis kontribusi ternak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bidang peternakan akhir-akhir ini semakin menjadi perhatian penting karena adanya program diversifikasi pangan untuk meningkatkan kualitas gizi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan digilib.uns.ac.id 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos Indikus (zebu : berpunuk), Bos Taurus dan Bos Sondaikus (Sugeng, 2001). Dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Peternak Terhadap IB Persepsi peternak sapi potong terhadap pelaksanaan IB adalah tanggapan para peternak yang ada di wilayah pos IB Dumati terhadap pelayanan IB

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu akan sangat bijaksana apabila bahan buangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Tabel 1 Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan 2001) No. Parameter Nilai Interpretasi 1. Kekuatan Korelasi (r) 2. Nilai p 3. Arah korelasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012 PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Peningkatan produksi ternak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Karakteristik peternak pemasok susu segar industri keju yang digambarkan dalam penelitian ini meliputi pendidikan, lama beternak, umur, dan pengalaman penyuluhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Leptospira, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedet Pedet merupakan ternak replacement stock. Pemberian suplemen pada pedet prasapih pada awal laktasi diharapkan akan dapat mengendalikan penyebab terjadinya penurunan kemampuan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur transportasi

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur transportasi 24 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas baik, mudah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi perah Fries Holland (FH) merupakan bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia. Bangsa sapi ini bisa berwarna putih dan hitam ataupun merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI Lampiran 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN, PENGETAHUAN, LINGKUNGAN, PELATIHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.995, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyediaan dan Peredaran Susu. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SUSU

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah (Pannisetum purpureum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu yang digunakan adalah sampel susu kuartir yang berasal dari Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang memiliki luas 589,946 HA, terletak pada Koordinat Bujur Timur 107,575, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang memiliki luas 589,946 HA, terletak pada Koordinat Bujur Timur 107,575, dan 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian TPK Sukamenak merupakan salah satu TPK yang berada diwilayah kerja KPBS, yang terletak di Desa Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak A. DASAR KOMPETENSI KEJURUAN. Menjelaskan potensi sektor pean 2. Menjelaskan dasardasar budidaya 3. Menjelaskan sistem organ

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kecamatan Cisarua

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kecamatan Cisarua IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kecamatan Cisarua Kecamatan Cisarua, terletak di bagian selatan wilayah Kabupaten Bogor pada 06 0 42 LS dan 106 0 56 BB serta ketinggian antara 650m 1400m dpl (diatas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Cibeureum Desa Cibeureum merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Luas wilayah Desa Cibeureum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil observasi lingkungan ditemukan 80% rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Integrasi Tanaman Ternak Pertanian terintegrasi (integrasi tanaman-ternak) adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 2 April 2014 sampai 5 Mei 2014, di Kecamatan Jati

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 2 April 2014 sampai 5 Mei 2014, di Kecamatan Jati 21 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 2 April 2014 sampai 5 Mei 2014, di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. B. Bahan Penelitian Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DAN KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG DAN KEPUTUSAN PENDAHULUAN Kandang merupakan bagian dari sistem pemeliharaan sapi perah. Sistem perkandangan di Indonesia belum begitu banyak mendapat perhatian. Bentuk dan ukuran kandang masih beraneka ragam. Persyaratan

Lebih terperinci

1. No. Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Lama tinggal dikost :

1. No. Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Lama tinggal dikost : KUESIONER PENELITIAN Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan selang I Kecamatan Medan Selang Tahun 2013 1. No. Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan

TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan Instalasi karantina hewan (IKH) adalah bangunan berikut peralatan, lahan dan sarana pendukung lainnya yang diperlukan sebagai tempat pelaksanaan tindakan karantina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Geografi Desa Celawan a. Letak dan Geografis Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mdpl, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Pendahuluan Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di HUBUNGAN HIGIENE DAN SANITASI PEMERAHAN SUSU SAPI DENGAN Total plate count PADA SUSU SAPI DI PETERNAKAN SAPI PERAH DESA MANGGIS KABUPATEN BOYOLALI Dewik wijiastutik *) Alumnus FKM UNDIP, **) Dosen Bagian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari berlokasi di Komplek Pasar Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Komunikasi Interpersonal Secara umum komunikasi interpersonal atau antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Letak Geografis dan Pembagian Administratif Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan satu diantara 11

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. masyarakat.adapun ciri-ciri sapi pedaging seperti berikut: tubuh besar, badan

BAB II TINJAUN PUSTAKA. masyarakat.adapun ciri-ciri sapi pedaging seperti berikut: tubuh besar, badan 3 BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan komoditas sumber pangan hewani terutama daging yangbertujuan untuk mensejahterakan manusia, memenuhi kebutuhan selera konsumendalam rangka

Lebih terperinci

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat UKURAN KRITERIA REPRODUKSI TERNAK Sekelompok ternak akan dapat berkembang biak apalagi pada setiap ternak (sapi) dalam kelompoknya mempunyai kesanggupan untuk berkembang biak menghasilkan keturunan (melahirkan)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Bibit merupakan ayam muda yang akan dipelihara menjadi ayam dewasa penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi dan daya

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah, Higiene Perorangan dan Karakteristik Orangtua dengan Kejadian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah merupakan sapi yang dapat menghasilkan susu yang dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas susu sapi perah dipengaruhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

ANALISIS BAHAYA dan KONTROL TITIK KRITIS

ANALISIS BAHAYA dan KONTROL TITIK KRITIS ANALISIS BAHAYA dan KONTROL TITIK KRITIS H A C C P HACCP Oleh: Willyan Djaja Beternak adalah usaha mendayagunakan hewan dengan memanfaatkan sumber daya alam untuk mendapatkan manfaat dari hasil usaha itu.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o 31 107 0 54 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dimulai dengan pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dimulai dengan pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Usahaternak Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi prinsip sebagai penghasil susu. Susu merupakan sekresi fisiologis dari kelenjar susu yang merupakan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah. KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Nama : Umur : Tingkat Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Lebih terperinci

Gambar 2. Induk Babi Bunting yang Segera Akan Beranak

Gambar 2. Induk Babi Bunting yang Segera Akan Beranak METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2009 di Peternakan Babi Rachel Farm yang berada di Kampung Cina, Desa Tajur Halang, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Kambing dan Domba. Pembibitan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI

KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden : Alamat : Tanggal Wawancara : KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI II. DATA KELUARGA 1. Nama KK :... 2. Umur :... 3. Jenis Kelamin : L / P 4. Agama : 5. Pendidikan :... 6.

Lebih terperinci