BAB II KERANGKA TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KERANGKA TEORI"

Transkripsi

1 BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Teori yang Digunakan dalam Penelitian Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan preporsisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. (Singarimbun & Effendi, 1988: 37) Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah : Komunikasi Kelompok, Percakapan Kelompok, dan Teori Kontigensi mengenai Leadership atau kepemimpinan Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagai informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota lain secara tepat. Sementara itu, kelompok sendiri adalah sekumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan bersama, dan memang satu dengan lainnya dipandang sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, atau bisa juga kelompok masyarakat yang sedang berdiskusi untuk memecahkan sebuah masalah yang sedang terjadi di dalam suatu kelompok tersebut. Di dalam kemunikasi kelompok, biasanya selalu melibatkan komunikasi antar pribadi yang terjadi antar anggota kelompok. Banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namum dalam penjelasan dibawah ini hanya akan membahas tentang 3 klassifikasi kelompok : Kelompok primer dan sekunder 12

2 Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Rakhmat, Jalaludin, 1994) mengatakan bahwa kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan kerakteristik komunikasinya, sebagai berikut : 1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja. Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. 2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. 3. Komunikasi primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder sebaliknya. 4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental. 5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. 13

3 Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif John Cragan dan David Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright (1980) mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer Teori Percakapan Kelompok (Group Achievement Theory) Teori percakapan kelompok sangat berkaitan erat dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaan masukan dari anggota (member inputs), variabel-variabel yang perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output). Dalam lingkup KWT Sedyo Mulyo, peran Ibu Sujiyah sebagai ketua adalah mendengarkan masukan-masukan atau ide serta pemikiran yang dimiliki oleh anggota kelompoknya. Dalam kelompok, tidak hanya Ibu Sujiyah yang memutuskan dan mengeluarkan ide dalam musyawarah, namun juga beberapa anggota kelompok yang lainnya. Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interaksi dan harapan-harapan 14

4 (expectations) yang bersifat individual. Sedangkan variabel-variabel perantara merujuk pada struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan kelompok. Yang dimaksud dengan keluaran atau output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Beberapa prestasi yang telah dicapai KWT Sedyo Mulyo bersama-sama adalah sebuah pencapaian sebuah kelompok, dimana di dalamnya terdapat peran penting seorang ketua kelompok dalam membangun komunikasi yang baik di dalam kelompok, sehingga anggota merasa di dengar dan juga merasa nyaman ketika melakukan pertukaran sosial di dalam KWT Sedyo Mulyo ini. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Perilaku, interaksi, dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada struktur formal struktur formal dan struktur peran (mediating variables) yang sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat, dan keterpaduan (group echievement). Bagaimana peran nyata seorang Ibu Sujiyah dalam mempertahankan keutuhan kelompok yang dipimpinnya, bagaimana dia mampu mempengaruhi serta mengajak anggotanya untuk mau berkembang di dalam sebuah wadah untuk melakukan pertukaran informasi, ide, dan juga komunikasi. Bila seorang ketua kelompok mampu melakukan hal-hal tersebut, maka akan tumbuh rasa semangat yang tinggi untuk mencapai produktivitas secara bersama-sama, dan memiliki tujuan akhir untuk mempertahankan sebuah kelompok supaya tetap solid sesuai dengan visi dan misi yang telah dibuat oleh KWT Sedyo Mulyo Teori Kontigensi Di dalam sebuah kelompok pasti dipimpin oleh seorang yang disebut sebagai pemimpin atau leader. Di dalam memimpin juga terdapat bagian penting yang harus di bangun yaitu mengenai leadership atau kepemimpinan. Salahsatu teori yang dipakai dalam kepemimpinan adalah teori kontigensi. Teori ini setipe dengan Pendekatan Situasional dan sering disebut sebagai leader-match (penyesuaian dengan pemimpin). Maksud dari leader-match adalah 15

5 menempatkan pemimpin pada pola kepemimpinan yang sesuai dengan situasi yang ada. Teori ini dikembangkan oleh Fiedler dan Garcia (1964) setelah mempelajari berbagai macam gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan pada lingkungan yang berbeda-beda. Teori ini difokuskan pada gaya kepemimpinan dan situasi yang menjadi kerangka kerjanya. Gaya kepemimpinan pada Teori Kontigensi mengacu pada dua motivasi yaitu : Task Motivation (motivasi yang mengacu pada tugas) Pemimpin focus pada tugas dan hasil yang dicapainya. Relationship Motivation (motivasi yang mengacu pada relasi) Pemimpin fokus pada usaha untuk membangun relasi dengan pengikutpengikutnya. Ada tiga variable situasi yang digunakan oleh masing-masing motivasi. Ketiga variable tersebut akan diberi nilai, yang nantinya akan dijumlahkan untuk diukur hasilnya.variabel-variabel tersebut adalah : 1. Hubungan pemimpin-anggota (group atmosphere) Hubungan pemimpin-anggota berfokus pada lingkungan kelompok dan tingkat kepercayaan, loyalitas, dan daya tarik yang dirasakan anggota terhadap pemimpinnya. 2. Struktur kerja (task structure) Hubungan struktur kerja menyoroti tingkat tuntutan kerja yang jelas dan dikomunikasikan. Tugas-tugas dianggap terstuktur jika : Tugas dinyatakan dengan jelas dan diketahui tiap anggota. Ada beberapa alternative jalur penyesalesaian tugas dan ada jalan keluar dari masalah. Penyelesaian tugas dapat ditunjukkan dengan jelas dan dicontohkan kepada bawahan bukan sekedar harapan atau bayangan pemimpin. Ada batasan solusi yang benar untuk masing-masing tugas. 16

6 3. Posisi kekuatan (position power) Posisi kekuatan dilihat dari sejumlah wewenang yang dimiliki pemimpin untuk memberikan penghargaan atau hukuman (reward and punishment). Hal ini juga termasuk pemberian wewenang dan legitimasi kekuasaan. Teori Kontigensi memperluas pemahaman tentang kepemimpinan, dimana ada pengaruh situasi terhadap pemimpin, serta memberikan prediksi dan informasi mengenai gaya kepemimpinan yang cocok atau efektif dalam konteks tertentu. Hal ini menguntungkan, karena teori ini tidak menuntuk pemimpin untuk bertindak secara efektif dalam setiap situasi. Di samping itu, teori ini juga menyediakan data-data gaya kepemimpinan yang dapat berguna bagi organisasi dalam mengembangkan profil kepemimpinan. Untuk mengukur gaya kepemimpinan, ukuran seperti kepribadian yang disebut skala Teman Kerja yang Paling Tidak Dipilih (LPC) digunakan. Hal itu membagi orang yang sangat termotivasi tugas (LPC rendah), mereka yang mandiri secara sosial (LPC sedang) dan mereka yang termotivasi hubungan (LPC tinggi). Secara umum teori kontigensi menyatakan, LPC rendah efektif dalam kondisi yang sangat disukai dan sangat tidak disukai, serta bahwa LPC tinggi efektif dalam situasi yang cukup disukai. LPC rendah termotivasi tugas. Kebutuhan utama mereka adalah untuk menyelesaikan tugas, dan kebutuhan sekunder mereka terfokus pada pergaulan dengan orang lain. Dalam latar pekerjaan, mereka peduli dengan keberhasilan menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada mereka. Bahkan dengan menyebabkan hubungan antarpribadi yang buruk dengan rekan kerja. LPC rendah mendapatkan rasa percaya diri dengan mencapai tujuan mereka. Mereka mungkin melakukan hubungan antarpribadi, tetapi hanya setelah mereka mengarahkan dirinya ke penyelesaian tugas kelompok. LPC sedang adalah orang yang mandiri secara sosial. Dalam konteks pekerjaan, mereka mandiri dan tidak terlalu peduli dengan tugas atau dengan cara orang lain memandang mereka. Mereka lebih menarik diri dari situasi dan bertindak secara lebih mandiri daripada orang LPC 17

7 rendah atau tinggi. LPC tinggi termotivasi oleh hubungan. Orang-orang ini mendapat kepuasan utama mereka dalam organisasi dari hubungan antarpribadi. LPC tinggi melihat karakter positif dalam diri rekan kerja paling tidak dia pilih, dan bahkan bila LPC tinggi tidak bekerja dengan baik bersama orang itu. Dalam latar organisasi, LPC tinggi mengerjakan tugas, tetapi hanya setelah dia merasa yakin bahwa ada hubungan antara orang-orang yang ada. Sebuah tinjauan literatur tentang masalah gender dan kepemimpinan mengungkapkan bahwa pemikiran memang telah berubah. Penelitian pada tahun 1960 menemukan bahwa wanita enggan untuk mengambil peran kepemimpinan (Marshall & Molly G. :2010) Wanita cenderung menutup diri untuk berkembang dalam urusan kepemimpinan. Para anggota kelompok merasa bahwa laki-laki dianggap lebih mandiri, rasional, percaya diri, dan lebih berpengaruh daripada perempuan. Karena melihat lebih banyaknya pemimpinan laki-laki daripada wanita, pada tahun 1979 para peneliti mencatat bahwa perempuan dapat melebihi laki-laki untuk menjadi seorang pemimpin, karena perempuan lebih menerima ide orang lain, membina hubungan interpersonal, menunjukkan kepedulian, dan dapat menjadi sosokyang perhatian terhadap orang lain.sementara, laki-laki dalam studi yang sama dalam aturan yang ada di dalam organisasi yang sebenarnya melebihi perempuan, laki-laki lebih cenderung mendominasi, lebih cepat untuk menantang orang lain dan mengendalikan jalannya percakapan. Para peneliti mencatat bahwa gaya kepemimpinan perempuan lebih kompatibel dengan teori sumber daya manusia tentang bagaimana seorang manajer harus bersikap terhadap para anggota yang dipimpin oleh dirinya. Pada akhir 1980-an beberapa penelitian melaporkan setelah merasakan bahwa tidak ada perbedaan antara cara pria dan wanita dalam peran kepemimpinan suatu kelompok. Lalu, pada tahun 1980 ada penelitian mengenai jenis kelamin psikologis yang membedakan menbedakan kecakapan dalam memimpin, di dalam penelitian tersebut tidak menunjukan bahwa faktor keberhasilan seorang pemimpin dapat berbeda karena jenis kelamin (biologis). Penelitian ini didukung argumen bahwa pemimpin yang paling efektif adalah bahwa pemimpin adalah 18

8 individu yang bisa dan mampu menarik dari kedua perilaku tradisional pria dan wanita, penelitian pada 1990-an terus mendukung pandangan ini. Kemudian muncul peneliti Katherine Hawkins yang melakukan identifikasi komunikasi, mengenai relevansi tugas dalam studi kepemimpinan, terlepas dari jenis kelamin calon kepemimpinan. Penelitian yang dia lakukan, juga mencatat tidak ada perbedaan gender yang signifikan dalam produksi komunikasi relevansi tugas. Tampaknya, kunci kepemimpinan muncul dalam interaksi kelompok berorientasi pada tugas, bukan ditentukan melalui jenis kelamin. Penelitian terbaru lainnya telah menemukan bahwa manajer perempuan yang dinilai mampu menempatkan orang tenang, tapi gender tidak membuat perbedaan dalam persepsi kemampuan kepemimpinan. Setelah manajer telah memperoleh pengalaman organisasi dalam beberapa waktu komposisi gender mungkin memiliki efek pada hasil yang telah dicapai. Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa memiliki lebih banyak perempuan pemimpin informal dalam tim meningkatkan kinerja tim Teori Pola Komunikasi Pola komunikasi dibentuk oleh suatu tindakan-tindakan yang diambil, ketika kita berkomunikasi, kita bertindak dan bereaksi dengan tindakan, jadi interaksi yang di lakukan di dalamnya mengandung arus pesan. Fisher (1992) menjelaskan bahwa arus bicara dengan dirinya sendiri mengatakan sedikit mengenai komunikasi, sehingga harus dipecah ke dalam unit-unit yang mengandung tindakan dan respon. Fisher (1992) mengembangkan metode untuk mengetahui semua pola percakapan yang terdiri atas pesan-pesan penyandian, sehingga pola respon dapat ditetapkan. Unit yang paling dasar yang dipakai Fisher adalah rangkaian dua pesan yang bersambungan antara dua orang. Hubungan yang dijalin antar anggota sebuah kelompok harus dipertimbangkan dengan baik, karena merupakan satu kesatuan untuk menumbuhkan rasa saling memahami antar anggota kelompok, sehingga tercipta hubungan yang erat dan menyatu. Salah satu perbedaan yang paling umum yaitu antara sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem tertutup tidak melakukan tindakan saling tukar informasi dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tersebut nantinya akan menggerakkan kelompok 19

9 menuju perpecahan internal. Lain dengan system terbuka yang mau berbaur dan menerima energi serta masukan dari lingkungan sekitar. Sistem terbuka ini mengarahkan kelompok kedalam kehidupan yang baik dan tumbuh. Di dalam bukunya Communication in Small Groups, Steven A Beebe menuliskan bahwa pengaruh lain pada iklim kelompok adalah jaringan komunikasi, pola interaksi dalam suatu kelompok, atau yang berbicara kepada siapa. Jika kita ikut dalam sebuah kelompok dimana nantinya kita akan berpartisipasi aktif di dalam kelompok tersebut, mungkin akan tampak bahwa ada beberapa orang yang berbicara lebih dari yang lain, sebagian besar komunikasi yang mereka lakukan, ditujukan kepada seluruh anggota kelompok secara keseluruhan. Lain halnya yang dapat dilihat jika kita berada dalam kelompok, dimana sedikit anggota yang aktif berbicara untuk kepentingan kelompok, di dalam kelompok tersebut kita akan menemukan bahwa orang-orang relatif sedikit komentar ke grup kepetingan keseluruhan kelompok dan terlihat bahwa mereka mengarahkan sebagian besar dari apa yang mereka katakan dalam kelompok ke arah orang-orang tertentu saja. Anggota cenderung akan memperbanyak komentar untuk satu orang pusat, mungkin pemimpin yang ditunjuk atau ketua. Sebagai seseorang yang menjadi pusat dari pola komunikasi yang di lakukan di dalam kelompok, sosok inilah yang dianggap mampu dan memiliki daya tarik sehingga anggota kelompok yang lain mempercayai orang tersebut untuk mengendalikan segala sesuatu yang ada di kelompok. Dalam konsep De Vito terdapat lima model komunikasi yaitu : model lingkaran, model roda, model Y, model rantai, dan model semua saluran atau bintang. (Agus Maulana: 2011) Pola komunikasi berbentuk Y merupakan jenis pola komunikasi yang komunikatif, dimana berpusat pada satu titik, kemudian meneruskan informasi dan menjalin hubungan dengan banyak orang di dalam kelompok tersebut. Pola lain yang mungkin muncul ialah pola melingkar, dimana orang berbicara hanya 20

10 dengan mereka yang duduk di samping atau dengan kata lain yang memiliki posisi dan memiliki kedekatan yang akrab. Ada juga pola lain, yaitu pola linear, dimana orang berkomunikasi secara berantai, jadi informasi disampaikan oleh satu orang kemudian disampaikan kepada orang lain secara berantai. Pola-pola ini dapat dibangun ke dalam kelompok dari awal kelompok dibentuk, atau bisa juga pola komunikasi dapatmuncul secara spontan. Walaupun demikian, bila di dalam kelompok selalu di bangun pola komunikasi yang baik, jaringan cenderung stabil dari waktu ke waktu, jadi solidaritas di dalam sebuah kelompok tetap terjaga. Sekali orang membangun saluran atau pola komunikasi, mereka terus menggunakan saluran ini dengan sama. Jaringan saluran berpengaruh pada iklim kelompok serta produktivitas dari kelompok tersebut. Review penelitian menunjukkan bahwa secara umum, dimana komunikasi bebas dimaksimalkan sesuai dengan pola komunikasi yang dibangun, meskipun dengan adanya pola komunikasi yang secara terus-menerus dilakukan, mereka mungkin memakan waktu lebih lama untuk mencapai keputusan. Dengan adanya pola komunikasi yang baik sesuai dengan iklim sebuah kelompok, orang juga cenderung merasa lebih puas dalam kelompok dimana mereka dapat berpatisipasi aktif, Orang akan merasa dihargai berada di sebuah kelompok dimana saran, ide, dan pemikirannya bisa diterima dengan baik. Ketika interaksi melalui penuangan ide di batasi, mungkin orang akan menjadi kurang memiliki kesempatan untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti kebutuhan berkomunikasi. Hasil survey para peneliti dari beberapa kelompok, menunjukkan bahwa kelompok dengan pola komunikasi terpusat tentu akan lebih efisien. Efisiensiannya karena dapat meningkatkan produktivitas kelompok, namun bukti juga cukup menunjukkan bahwa pola komunikasi bebas dan terbuka, dapat mencakup semua orang yang ada di kelompok.lalu bentuk lain pola komunikasi lingkaran lebih cenderung mengarah pada penilaian kelompok yang lebih akurat serta lebih menarik iklim kelompok dan mencapai kepuasan individu yang lebih besar. 21

11 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh mahasiswa Fiskom UKSW. Nama : Yohanes Paulus Sutejo NIM : Judul Skripsi : Strategi Komunitas Dalam Mempertahankan Solidaritas (Studi Pada Komunitas Kicau Mania Salatiga) Dalam penelitian yang telah dibuat, peneliti meneliti tentang bagaimana strategi anggota kelompok dalam mempertahankan solidaritas. Meneliti 3 aspek penting yaitu Komunikasi, Komunikasi Kelompok, dan juga strategi. Teori yang digunakan adalah Teori Pertukaran Sosial. Penelitian mendiskripsikan bahwa Komunitas Kicau Mania Salatiga terbentuk karena sebuah hobi yang sama (koleksi burung), kemudian terbentuklah komunitas tersebut, di dalam komunikasi yang dilakukan terjadilah strategi komunikasi yang digunakan untuk mempertahankan kelompok yang telah dibentuk bersama. Di dalam kelompok tersebut, jika sudah terlaksana strategi yang kuat maka akan terjadi pertukaran sosial yang nantinya akan membentuk solidaritas yang kuat pada Kelompok Kicau Mania Salatiga Penelitian terdahulu dilakukan oleh mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya Nama : Yuli Wulandari NIM : B Judul Skripsi : Komunikasi Kelompok Anak Vespa Sidoarjo Kanvas Dalam Membina Solidaritas Kelompok Dalam penelitian yang telah dibuat penulis, meneliti tentang 2 persoalan dalam kelompok, yang pertama yaitu bagaimana komunikasi interpersonal anggota komunitas anak vespa Sidoarjo Kanvas dalam membina solidaritas kelompok. Permasalahan kedua yang diteliti bagaimana komunikasi kelompok anak verpas Sidoarjo Kanvas dalam membina 22

12 solidaritas kelompok. Penelitian yang telah dibuat bertujuan untuk memahami dan mendiskripsikan keomunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok komunitas anak vespa Sidoarjo Kanvas dalam membina solidaritas kelompok. Penelitian ini bersifat kualitatif, deskritif menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara semi struktur serta melakukan observasi lapangan. Kelompok responden berjumlah 7 orang yang terdiri dari ketua, sekretaris, senior dalam komunitas, dan juga beberapa anggota aktif. Penelitian ini, menemukan beberapa simbol yang biasa dilakukan dalam kalangan komunitas anak vespa, jadi dalam penetian ini lebih menyoroti pada perilaku-perilaku yang biasa dilakukan dalam sebuah komunitas verpa Sidoarjo Kanvas Penelitian terdahulu dilakukan oleh mahasiswi Departemen Ilmu Nama Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatra Utara NIM : : Rossa Dame Hasian Sarumaha Judul Skripsi : Peran Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar (Studi Kualitatif Tentang Program Bantuan Belajar Gratis LSM Yayasan Abdi Satya Di Kecamatan Pantai Cermin) Penelitian yang telah dilakukan oleh penulis adalah penelitian yang mengkaji bagaimana peran komunikasi kelompok dalam meningkatkan minat belajar di kalangan anak dan remaja. Dimana penelitian ini memfokuskan pada hubungan persahabatan dengan batasan pada perhatian, perasaan dan motivasi yang terjalin dalam komunikasi kelompok mempengaruhi minat belajar anak dan remaja. Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan paradigma positivisme yang bebas nilai dalam melakukan interview, dan dengan menggunakan metode penelitian studi kualitatif. Melalui metode studi kualitatif ini, peneliti melihat fenomena fenomena yang ditemukan dalam interaksi dan komunikasi para peserta kelompok belajar yang menjadi 23

13 objek penelitian. Fenomena ini merupakan kasus yang menjadi objek penelitian. Melalui studi kualitatif ini, peneliti ingin memberi gambaran bagaimana interaksi dan komunikasi diantara sebuah kelompok kecil, baik itu komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok kecil (group think), diantara sesama anggota kelompok belajar dan anggota kelompok belajar dengan staff pengajar YAS. Dengann mewawancarai dan mengobservasi aktifitas aktifitas dari kelompok kelompok belajar yang diteliti, kemudian menggambarkan bagaimana hubungan persahabatan yang terjalin melalui kedekatan sesama anggota, perhatian dan rasa kesetiakawanan dalam membantu teman sekelompoknya sehingga menimbulkan rasa kesenangan didalam kelompok dan meningkatnya tingkat minat belajar dikalangan peserta kelompok belajar. Pemilihan informan dilakukan dengan metode sampling random dan dibantu dengan beberapa rekomendasi dari pihak pengajar YAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kesembilan informan utama (peserta kelompok belajar) dan dari ketiga informan tambahan (staff pengajar YAS) hubungan persahabatan yang melibatkan rasa perhatian dan perasaan senang dengan sesama anggot kelompok belajar dapat meningkatkan minat belajar anak dan remaja. Perubahan sikap dan motivasi dalam belajar ini terlihat dari kerajinan dan kehadiran anak anak dalam mengikuti kelompok belajar dan seiring nilai prestasi belajar yang meningkat baik di dalam kelompok belajar mereka dan prestasi di sekolah. 24

14 2.2.4 Penelitian terdahulu dilakukan oleh mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta Nama : Nobriyanti Purnama Sari NIM : Humas / 2002 Judul Skripsi : Identifikasi Gaya Komunikasi Pemimpin Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB LEMIGAS Jakarta Penelitian yang dilakukan adalah penelitian mengenai identifikasi gaya komunikasi pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai di bidang afiliasi PPPTMGB LEMIGAS Jakarta. Penelitian ini mengusung rumusan masalah bagaimana gaya komunikasi pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB LEMIGAS Jakarta? Penelitian menghasilkan 6 kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tentang gaya komunikasi pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai di Bidang Afiliasi PPPTMGB LEMIGAS Jakarta. Dari keempat penelitian terdahulu yang telah dikaji oleh penulis, hal yang dapat menjadi acuan dalam rumusan masalah yang diteliti oleh penulis adalah komunikasi yang dilakukan terjadilah strategi komunikasi yang digunakan untuk mempertahankan kelompok yang telah dibentuk bersama. Komunikasi yang baik haruslah selalu dijaga dalam lingkup kelompok kecil maupun kelompok yang besar. Suatu kelompok yang dibentuk merupakan satu tujuan dan harapan bersama dari seluruh anggota kelompok, maka keberhasilan dan keutuhan solidaritas dapat dibangun dan dikembangkan secara bersama-sama juga. Penelitian yang akan dilakukan ini lebih fokus kepada peran pemimpin kelompok dalam komunikasi kelompok. Termasuk juga gaya kepemimpinan seseorang dilihat di dalam penelitian ini. Gaya kepemimpinan yang beda dengan penelitian terdahulu, kepemimpinan perempuan yang akan disoroti dalam penelitian ini, karena perempuan cenderung dinilai kurang mampu memimpin sebuah kelompok apalagi mencapai kesuksesan bersama.melihat peran ketua kelompok dalam memimpin kelompoknya. Apakah seseorang memimpin memang dengan gaya 25

15 kepemimpinan yang berasal dari dalam dirinya sendiri yang merupakan jiwa kepemimpinan yang dimiliki. Itulah yang nantinya disebut dengan jiwa kepemimpinan dengan karakter yang kuat. 26

16 2.3 Kerangka Pikir Penelitian Daerah / Ruang Lingkup yang sama Kelompok Wanita Tani Sedyo Mulyo Pola Komunikasi Ketua Kelompok KWT Teori Kontigensi Soliditas Kelompok Teori Percakapan Kelompok PRODUKTIVITAS KELOMPOK Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian Kelompok Wanita Tani Sedyo Mulyo terbentuk dari daerah dan ruang lingkup kehidupan masyarakat Dusun Wonolelo Desa Ngadirejo Kec. Pabelan Kabupaten Semarang. Dimana masyarakat tersebut dapat terbentuk melalui tujuan dan kepentingan yang ingin dicapai bersama. Di dalam Kelompok Wanita Tani Sedyo Mulyo peran dari Ketua Kelompok yaitu ibu Sujiyah sangat penting, karena ketua kelompok ini adalah seorang pemimpin sebuah kelompok yang aktif, baik dalam pencarian informasi yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan dalam pertemuan, dan juga aktif mendorong anggotanya untuk tetap bersatu. Di dalam peran ketua kelompok, seiring berjalannya waktu akan terlihat bagaimana Ibu Sujiyah survive dalam memimpin sebuah kelompok wanita tani, melihat bagaimana beliau mempertahankan kelompok yang pimpin olehnya agar tetap bersatu dan utuh antara 1 warga dengan warga lain sehingga tercipta kedekatan sesama anggota kelompok. Kedekatan inilah yang akhirnya diharapkan dapat mempererat keutuhan kelompok. 27

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK Menurut Anwar Arifin komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Teori

BAB II. Kajian Teori BAB II Kajian Teori 2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama

Lebih terperinci

PERAN KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR

PERAN KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PERAN KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR (Studi Kualitatif Tentang Program Bantuan Belajar Gratis LSM Yayasan Abdi Satya Di Kecamatan Pantai Cermin) Rossa Dame Hasian Sarumaha 110922030

Lebih terperinci

(STUDI KUALITATIF TENTANG PROGRAM BANTUAN BELAJAR GRATIS LSM YAYASAN ABDI SATYA DI KECAMATAN PANTAI CERMIN) SKRIPSI ROSSA DAME HASIAN SARUMAHA

(STUDI KUALITATIF TENTANG PROGRAM BANTUAN BELAJAR GRATIS LSM YAYASAN ABDI SATYA DI KECAMATAN PANTAI CERMIN) SKRIPSI ROSSA DAME HASIAN SARUMAHA PERAN KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR (STUDI KUALITATIF TENTANG PROGRAM BANTUAN BELAJAR GRATIS LSM YAYASAN ABDI SATYA DI KECAMATAN PANTAI CERMIN) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI KOMUNIKASI KELOMPOK

PSIKOLOGI KOMUNIKASI KOMUNIKASI KELOMPOK PSIKOLOGI KOMUNIKASI KOMUNIKASI KELOMPOK APA ITU KELOMPOK? Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama

Lebih terperinci

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK Ir. Henrikus, SPsi, CHT PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI Menurut (Singarimbun, 2006:37) teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan posisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan merumuskan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Seperti yang sudah disebutkan dalam Bab I, penelitian ini akan lebih mengacu kepada telaah tentang strategi komunikasi yang digunakan dalam mempertahan keeksistensian komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Sebagai mahluk sosial manusia memiliki dorongan keinginan untuk saling berhubungan dengan individu lainnya. Dorongan sosial tersebut mengharuskan setiap individu untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Kelompok Menurut beberapa ahli, terdapat beberapa definisi komunikasi. Menurut Mulyana (2002: 54) mengatakan bahwa komunikasi sebagai situasi-situasi yang memungkinkan

Lebih terperinci

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia di kehidupannya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1. Definisi Komunikasi Kata komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama dalam tatanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama dalam tatanan organisasi, dan secara keseluruhan ditentukan oleh cara berkomunikasi. Oleh karena itu komunikasi

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM. Pertemuan ke 7. Public Relations. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi.

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM. Pertemuan ke 7. Public Relations. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pertemuan ke 7 Sistem Komunikasi Kelompok Dikaji Dalam Beberapa Bagian: Kelompok dan Pengaruhnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Komunikasi terbagi ke

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Komunikasi terbagi ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan sebuah proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia, karena setiap orang dalam kehidupanya selalu berkeinginan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim organisasi SMA Negeri di Pematang

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim organisasi SMA Negeri di Pematang BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada Bab IV, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, Terdapat pengaruh langsung persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran

Lebih terperinci

PERTEMUAN VI KEPEMIMPINAN (PENDEKATAN DARI SEGI SITUASI)

PERTEMUAN VI KEPEMIMPINAN (PENDEKATAN DARI SEGI SITUASI) PERTEMUAN VI KEPEMIMPINAN (PENDEKATAN DARI SEGI SITUASI) 1. Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model) Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut

Lebih terperinci

6/4/2012. ukuran kelompok, jaringan komunikasi, situasional. Kohesi kelompok. Faktor penentu efektivitas kelompok kebutuhan interpersonal,

6/4/2012. ukuran kelompok, jaringan komunikasi, situasional. Kohesi kelompok. Faktor penentu efektivitas kelompok kebutuhan interpersonal, DIYAH AYU AMALIA AVINA M.Si DEWANTO PUTRA FAJAR M.Si ukuran kelompok, jaringan komunikasi, situasional kohesi kelompok, Faktor penentu efektivitas kelompok Kepemimpinan. kebutuhan interpersonal, Personal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2015 sampai 03 Maret 2016, bertempat di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah tipe kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan bukanlah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan bukanlah hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu iklim persaingan dan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pada bab ini akan dijelaskan berbagai macam teori-teori serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pada bab ini akan dijelaskan berbagai macam teori-teori serta 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan berbagai macam teori-teori serta penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan variabelvariabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi kinerja perorangan sangat mempengaruhi kinerja organisasi, baik itu organisasi pemerintahan maupun swasta dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam menjalani kehidupan, manusia tidak akan pernah terlepas dari lingkungan sosial. Dalam menjalani kehidupan tersebut tentunya manusia sering menjalin interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, banyak dijumpai perubahan maupun perkembangan di bidang usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani kehidupannya manusia tidak dapat hidup sendiri. Setiap individu membutuhkan orang lain untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERPERSONAL GURU- GURU DALAM KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DI GUGUS 2 KECAMATAN BUKIT SUNDI KABUPATEN SOLOK

HUBUNGAN INTERPERSONAL GURU- GURU DALAM KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DI GUGUS 2 KECAMATAN BUKIT SUNDI KABUPATEN SOLOK HUBUNGAN INTERPERSONAL GURU- GURU DALAM KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DI GUGUS 2 KECAMATAN BUKIT SUNDI KABUPATEN SOLOK Ade Putri Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

KOMUNIKASI KELOMPOK KOMUNITAS ANAK VESPA SIDOARJO KANVAS DALAM MEMBINA SOLIDARITAS KELOMPOK

KOMUNIKASI KELOMPOK KOMUNITAS ANAK VESPA SIDOARJO KANVAS DALAM MEMBINA SOLIDARITAS KELOMPOK KOMUNIKASI KELOMPOK KOMUNITAS ANAK VESPA SIDOARJO KANVAS DALAM MEMBINA SOLIDARITAS KELOMPOK SKRIPSI Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey Pada BAPPEDA Pemkot Tegal)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey Pada BAPPEDA Pemkot Tegal) PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey Pada BAPPEDA Pemkot Tegal) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan kinerja individual yang tinggi, karena pada dasarnya perilaku individu

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan kinerja individual yang tinggi, karena pada dasarnya perilaku individu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi mempercayai bahwa untuk mencapai keunggulan harus mengusahakan kinerja individual yang tinggi, karena pada dasarnya perilaku individu mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 10 KELOMPOK DAN TIM

BAB 10 KELOMPOK DAN TIM BAB 10 KELOMPOK DAN TIM PENGERTIAN KELOMPOK Robbins & Judge,1 (2008:356) kelompok didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang berinteraksi,dan saling bergantung utk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Lebih terperinci

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

PERAN SIGNIFICANT OTHERS PERAN SIGNIFICANT OTHERS DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI (Studi Kasus tentang Peran Romo dalam Pembentukan Konsep Diri Kaum Muda melalui Komunikasi Interpersonal di Gereja Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung hidup dan terlibat di dalam anggota kemasyarakatan. Organisasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. cenderung hidup dan terlibat di dalam anggota kemasyarakatan. Organisasi di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari kehidupan berorganisasi karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung hidup

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni 91 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni pengorganisasian data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian. Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, penelitian berawal dari minat yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena tertentu yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Kunci Komunikasi Organisasi Goldhaber (1986) menyatakan definisi komunikasi organisasi: organizationalcommunication is the process of creating and exchanging messages

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan dapat ditarik disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam upaya mencapai tujuan tujuan

Lebih terperinci

Pengertian Kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan KEPEMIMPINAN Pengertian Kepemimpinan SEIRING PERKEMBANGAN ZAMAN, KEPEMIMPINAN SECARA ILMIAH MULAI BERKEMBANG BERSAMAAN DENGAN PERTUMBUHAN MANAJEMEN ILMIAH YANG LEBIH DIKENAL DENGAN ILMU TENTANG MEMIMPIN.

Lebih terperinci

Perilaku Keorganisasian IT

Perilaku Keorganisasian IT Perilaku Keorganisasian IT-021251 UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 Perilaku Kelompok dan Interpersonal PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KELOMPOK 1. Kelompok 2. Kelompok Formal 3. Kelompok Informal 4. Kelompok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga Pada 1 Juli yayasan SMA B didirikan oleh beberapa tokoh, terutama mereka yang berada di DPRD Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan oleh pejabat-pejabat pemerintahan. Itu merupakan satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan oleh pejabat-pejabat pemerintahan. Itu merupakan satu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan di Indonesia merupakan suatu jenis kepemimpinan yang dijalankan oleh pejabat-pejabat pemerintahan. Itu merupakan satu jenis kepemimpinan tertentu

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Gaya Komunikasi, Karang Taruna.

ABSTRAK. Kata Kunci : Gaya Komunikasi, Karang Taruna. ABSTRAK Muhammad Sauqi Jazuli Romdhoni, B06208159, 2012. Gaya Komunikasi Personal Organisasi Karang Taruna Jiwo Suto Pangkahkulon Ujungpangkah Gresik. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan juga semakin pesat dan penuh tantangan.

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan juga semakin pesat dan penuh tantangan. 1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dan Masalah Sumber daya manusia harus dikelola dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Peningkatan sumber daya manusia dalam setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. yang tidak berorientasi untuk mencari keuntungan semata. Bahkan reward hampir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. yang tidak berorientasi untuk mencari keuntungan semata. Bahkan reward hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi kemahasiswaan di Perguruan Tinggi merupakan organisasi yang tidak berorientasi untuk mencari keuntungan semata. Bahkan reward hampir tidak ada, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen penting bagi kehidupan masyarakat modern terutama fungsinya dalam bersosialisasi dan berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Dasar-dasar Komunikasi (KPM 210) Bagian Komunikasi dan Penyuluhan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Dasar-dasar Komunikasi (KPM 210) Bagian Komunikasi dan Penyuluhan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia BAB 10 KOMUNIKASI KELOMPOK Dasar-dasar Komunikasi (KPM 210) Bagian Komunikasi dan Penyuluhan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia -IPB PENGANTAR Situasi atau

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari

Bab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya era reformasi, pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar bertanggungjawab penuh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua perusahaan pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana menganalisis, memanfaatkan dan mengembangkan keterampilan dan kemampuan pegawai untuk menjamin bahwa tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dialami individu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Herdiansyah. sehingga mampu mengembangkan pola dan relasi makna.

BAB III METODE PENELITIAN. yang dialami individu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Herdiansyah. sehingga mampu mengembangkan pola dan relasi makna. 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian kualitatif adalah metode yang menggambarkan individu secara menyeluruh dengan tidak menggolongkan individu ke dalam variabel atau hipotesis (Poerwandari,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Komunikasi Pengertian Komunikasi

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Komunikasi Pengertian Komunikasi BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi dalam bahasa Ingris adalah communication, berasal dari kata commonicatio atau dari kata comunis yang berarti sama atau sama maknanya

Lebih terperinci

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan Yora Munirah ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Komunikasi Antara

Lebih terperinci

Kata Kunci: Efektivitas Komunikasi Antarpribadi, Motivasi Belajar, Konseling, SMA Sutomo I Medan

Kata Kunci: Efektivitas Komunikasi Antarpribadi, Motivasi Belajar, Konseling, SMA Sutomo I Medan EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Korelasional Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan Perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sales promotion girl atau SPG merupakan sumber daya manusia dengan peran penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. normatif, menunjukan kepada praktisinya apa yang harus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. normatif, menunjukan kepada praktisinya apa yang harus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PARADIGMA Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat pada mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari alat untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari alat untuk 39 orang yang secara tetap memberikan sumbangan berupa uang kepada suatu perkumpulan. 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari alat

Lebih terperinci

DINAMIKA KELOMPOK DINAMIKA : DINAMIKA KELOMPOK : Ciri utama kelompok (Duncan, 1981)

DINAMIKA KELOMPOK DINAMIKA : DINAMIKA KELOMPOK : Ciri utama kelompok (Duncan, 1981) DINAMIKA KELOMPOK Tujuan Mata Ajar 1.Mengidentifikasi jenis kelompok 2.Mengidentifikasi & mendiskusikan alasan pembentukan kelompok karakteristik kelompok 3.Mengidentifikasikan kualitas kelompok 4.Mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang masalah Komunikasi tidak lepas dalam kehidupan sehari hari, komunikasi merupakan suatu aktivitas dasar manusia dalam berinteraksi. Komunikasi akan berhasil apabila

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penelitian yang dilakukan ini merupakan studi penelitian komunikasi, sehingga mengacu pada landasan dan teori komunikasi yang mendukung. Berikut ini, penulis akan memaparkan konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesuksesan sebuah organisasi atau instansi sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan organisasi atau instansi tersebut dalam mengatasi setiap persoalan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola BAB I PENDAHULUAN To effectively communicate, we must realize that we are all different in the way we perceive the world and use this understanding as a guide to our communication with others. (Anthony

Lebih terperinci

teguhfp.wordpress.com HP : Flexi:

teguhfp.wordpress.com   HP : Flexi: teguhfp.wordpress.com email: kismantoroadji@gmail.com HP : 081-328089202 Flexi: 0274-7801029 A. PENDAHULUAN Dalam setiap membicarakan ORGANISASI, perlu pemahaman adanya TEORI ORGANISASI yang selalu membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menyelesaikan tugas dengan baik dan benar merupakan tanggung jawab dari setiap karyawan yang ada di dalam sebuah perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya karyawan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan adanya suatu aktivitas kerja anggota-anggotanya sesuai dengan fungsi dan tugas yang

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KOMUNIKASI (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU)

KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KOMUNIKASI (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU) KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KOMUNIKASI (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU) NOVIA SAREPA GINTING 100904057 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan pondasi utama dalam pengembangan peradaban. Sejak adanya manusia maka sejak saat itu pula pendidikan itu ada. 1 Pengembangan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. data dalam penelitian kualitatif, yang diperoleh dari beberapa informan yang

BAB IV ANALISIS DATA. data dalam penelitian kualitatif, yang diperoleh dari beberapa informan yang BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data dalam penelitian kualitatif, yang diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih selama

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi selalu berdiri disertai dengan suatu tujuan atau pencapaian. Guna mencapai tujuan tertentu organisasi membutuhkan beberapa faktor yang akan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1. Panduan Pertanyaan Pertanyaan ditujukan kepada karyawan dari berbagai jabatan baik general manajer, manajer, senior staff, staff, dan non staff pada Departemen HR Human Resource

Lebih terperinci

Harap hubungkan Speaker/Headset ke PC anda sebelum memulai Presentasi Modul ini

Harap hubungkan Speaker/Headset ke PC anda sebelum memulai Presentasi Modul ini Modul Versi Pengembang : Komunikasi Organisasi : 0314a : Dr. Nur Kholisoh, M.Si Harap hubungkan Speaker/Headset ke PC anda sebelum memulai Presentasi Modul ini Paket Modul Standar ini hanya digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi yang dapat diajarkan kepada peserta didik melalui pembelajaran matematika disebut komunikasi matematis. Komunikasi dalam matematika memang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang masih melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang masih melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang masih melaksanakan pembangunan dibidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Pada hakikatnya,

Lebih terperinci