BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Lanny Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu panjang, penentuan program tindak lanjut dan kebijakan pemilihan prioritas alokasi sumber daya untuk mencapai keunggulan bersaing. Yang dimaksud dengan tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai yakni berupa penyataan tentang kualitas dan kuantitas. Sedangkan yang dimaksud dengan misi adalah pernyataan yang menyebutkan alasan mengapa harus ada dan apa yang akan dikerjakan. (Rangkuti, 2006) Penguatan Kapasitas Penguatan kapasitas adalah upaya untuk memberikan kemampuan baik kepada individu, kelompok atau masyarakat dalam menentukan kehidupannya. Penguatan kapasitas juga merupakan proses upaya perubahan perilaku individu, organisasi, dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan. Menurut Supeno (2002) penguatan kapasitas berarti adanya perubahan perilaku untuk: (1) meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap; (2) meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam organisasi dan manajemen, keuangan, dan budaya; (3) meningkatkan kemampuan masyarakat dalam kemandirian, keswadayaan, dan mengantisipasi perubahan. Proses penguatan kapasitas yang sering disebut Capacity Building menurut Dwidjowijoto dan Wrihatnolo (2007) terdiri atas tiga jenis yaitu manusia, organisasi dan sistem nilai yaitu: (1) pengkapasitasan manusia dalam arti memampukan manusia, baik dalam konteks individu maupun kelompok. Konsep ini sering dilakukan melalui kegiatan pelatihan, seminar, workshop dan sejenisnya. Arti dasarnya adalah memberikan kapasitas kepada individu dan kelompok manusia untuk mampu menerima daya atau kekuasaan yang akan diberikan; (2) pengkapasitasan organisasi dilakukan dalam bentuk restrukturisasi organisasi yang hendak menerima daya atau kapasitas tersebut.
2 7 Pengkapasitasan organisasi ini sering diabaikan, pada maknanya ibarat menyiapkan medium sebelum meletakan sediaan, sama halnya sebelum kita menanam, maka lahannya harus disiapkan dengan baik, sehingga hasilnya pun akan maksimal; (3) pengkapasitasan adalah sistem nilai. Setelah orang dan wadahnya dikapasitaskan, sistem nilainya pun demikian. Sistem nilai adalah aturan main. Pengkapasitasan sistem nilai dilakukan dengan membantu target dan membuat aturan main di antara mereka sendiri. Seperti pengkapasitasan organisasi pengkapasitasan sistem nilai jarang dilakukan karena adanya pendapat bahwa manusia akan membuat aturan main sendiri yang baik. Hal senada diungkapkan oleh Syahyuti (2006) yang menyatakan ada tiga level yang menjadi objek dalam Capasity Building yaitu: (1) level individu dan group; (2) level institusi dan organisasi; dan (3) level sistem institusi secara keseluruhan mencakup institusi hukum, politik, serta kerangka pikir ekonomi dan administratif. Peningkatan kapasitas individu biasanya berupa pelatihan pelatihan, sedangkan untuk institusi dan organisasi dikenal misalnya pendekatan Social Learning Process. Untuk mengukur kapasitas suatu kelompok, dapat digunakan dengan pendekatan sistem (System Approach) yakni dengan memberi penekanan pada manajemen inter-relasi antar berbagai relasi antar berbagai institusi, serta pendekatan individual dan organisasional. Misalkan untuk menggambarkan kapasitas nasional dalam negara, maka dapat dengan menggabungkan kapasitas yang ada pada seluruh level, baik nasional, regional, maupun komunitas Pengertian Kelompok Menurut Stephen P. Robbins dalam Suwarto (1999) kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantungan untuk mencapai sasaran sasaran tertentu. Selanjutnya Johnson dan Johnson dalam Nurmala dan Yuhana (2002), kelompok adalah dua atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face two face interaction), yang masing masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, masing masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Soetarno dalam Huraerah dan Purwanto (2006) ciri ciri kelompok antara lain: (1) adanya motif yang sama sebagai pengikat, sehingga anggota
3 8 tidak bekerja sendiri sendiri, melainkan bekerja bersama untuk mencapai tujuan tertentu; (2) adanya sikap In-Group dan Out-Group yakni sikap menolak dan menerima dalam kelompok; (3) adanya solidaritas yakni kesetiakawanan antar anggota dalam kelompok; (4) adanya struktur kelompok yakni suatu sistem relasi antar anggota anggota kelompok berdasarkan peranan dan status mereka untuk mencapai tujuan; (5) adanya norma kelompok yakni pedoman yang mengatur tingkah laku individu dalam sebuah kelompok. Slamet dalam Nurmala dan Yuhana (2002) menggolongkan kelompok berdasarkan strukturnya yakni: (1) kelompok formal yang dicirikan dengan adanya AD/ART dan pengurus yang masing mempunyai fungsi dan peranan yang telah ditetapkan; (2) kelompok informal yang dicirikan tidak mempunyai struktur tertentu atau pasti. Kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan pertemuan yang berulang kali menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan dan pengalaman yang sama. Peraturan atau norma tidak begitu jelas tetapi biasanya anggota telah mengetahui tugasnya masing masing. Keanggotaan tidak bersifat resmi, karena itu siapa yang paling berperan atau diikuti dalam kelompok maka dialah yang disebut pemimpin. Interaksi dalam kehidupan berkelompok akan mempengaruhi kepribadian seseorang, karena: (1) terjadi saling tukar pengalaman antar anggota (Social Experience); (2) ada pengendalian cara bertindak antar anggota; (3) proses tersebut menjadi tempat kekuatan kekuatan sosial berhubungan, berkembang, mengalami disorganisasi dan berperan (Soekanto, 2005). Selanjutnya dikatakan bahwa suatu grup akan eksis (hidup) apabila terpenuhi persyaratan yakni: (1) ada kesadaran dari setiap anggota sebagai bagian dari group; (2) ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain; (3) ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antar mereka bertambah erat (nasib, kepentingan, tujuan ideologi, musuh bersama); (4) grup tersebut berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku; (5) grup tersebut bersistem dan berproses. Menurut Doorn dan Lammers dalam Wahyuni (2003) menyatakan bahwa dalam telaah grup konsep hubungan sosial sangat penting, yakni menelaah hubungan sosial antar individu, atau individu dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok, penting memperhatikan tiga hal: (1) hubungan status antar pelaku : bagaimana tingkatan sosial masing masing pelaku, apakah horizontal atau vertikal; (2) hubungan peran antar para pelaku : apa peran yang dilakukan masing masing anggota dan bagaimana keterkaitan
4 9 peran satu sama lain; (3) proses sosial menyertai dalam hubungan tersebut : assosiatif atau disosiatif. Dalam kaitan ini menurut Wahyuni (2003) penting untuk memahami konsep status dan peranan sosial. Status sosial menunjuk pada posisi seseorang dalam struktur sosial tertentu dan dalam konteks budaya tertentu. Peranan sosial menunjuk pada keseluruhan norma dan harapan masyarakat pada perilaku orang orang tertentu dalam status sosial tertentu dan dalam konteks pola budaya tertentu. Tingkat integrasi suatu grup adalah fungsi dari tingkat efisiensi komunikasi yang berlangsung diantara para anggota. Komunikasi itu memperlancar penyesuaian para anggota grup pada norma norma perilaku grup dan mempengaruhi sikap anggota itu sehingga mereka merasa mengikuti satu alur dalam mencapai tujuan tujuan grup. Bilamana motivasi anggota cukup tinggi dan mereka percaya bahwa kesamaan pendapat dan sikap merupakan hal penting di dalam mencapai tujuan bersama, masing masing akan berusaha untuk saling menyesuaikan diri. Menurut Calhoun dalam Wahyuni (2003) menyatakan bahwa dalam mengkaji kelompok perlu dipelajari pula dinamika grup yaitu pola interaksi sosial yang berulang diantara grup. Pola pola ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran grup, konformitas dan kontrol, kepemimpinan dan pengambilan keputusan Berkaitan dengan pengembangan dan pemeliharaan kelompok menurut Huraerah dan Purwanto (2005) adalah berkaitan dengan apa yang harus ada dalam kelompok dan segala apa yang harus ada dalam kelompok, antara lain: (1) pembagian tugas yang jelas; (2) kegiatan yang terus menerus dan teratur; (3) ketersediaan fasilitas yang mendukung dan memadai; (4) peningkatan partisipasi anggota kelompok; (5) adanya jalinan komunikasi antar anggota kelompok; (6) adanya pengawasan dan pengendalian kegiatan kelompok; (7) timbulnya norma norma kelompok; (8) adanya proses sosialisasi kelompok; (9) kegiatan untuk menambah anggota baru dan mempertahankan anggota yang lama. Ada tiga kekuatan kelompok yang dapat dijadikan dasar para pelaksana program dan pendamping lapangan Elfindri (2008). Pertama, kelompok adalah salah satu media untuk mempersatukan masyarakat dari diberbagai komunitas, karena dalam kelompok berbagai perbedaan dan penafsiran terhadap program bisa dieliminir, maka dengan demikian para pelaksana dilapangan perlu membangun komunikasi dan membangun jaringan sesama kelompok yang ada
5 10 di daerah sasaran program. Kedua, kelompok kelompok yang terdiri dari individu individu sebagai bagian dari anggota masyarakat yang dikelompokan sebagai sasaran program. Pada hakikatnya memiliki potensi potensi sebagai kekuatan yang tersembunyi dan belum tersentuh untuk dieksplorasi sebagai sumber kekuatan dalam pembangunan. Ketiga, Kelompok merupakan representasi dari keinginan dan tujuan tujuan yang diharapkan oleh anggotanya dalam melakukan perubahan dan perbaikan. Dengan demikian apabila kelompok dapat dipresentasikan dari kemauan para anggota kelompok rintisan dan masyarakat lainnya berdasarkan komitmen komitmen yang telah disepakati bersama berdasarkan azas musyawarah dan mufakat, niscaya program yang ditawarkan akan berjalan sebagaimana yang diharapkan.[ 2.4. Mantan TKW Tenaga Kerja Wanita (TKW) sampai saat ini belum ada konsep resmi. Definisi yang ada adalah konsep tentang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang merupakan istilah untuk orang Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja ke luar negeri. Selain itu disebut juga pekerja migran internasional, karena mereka meninggalkan tanah airnya untuk bekerja ke luar negeri. Menurut Kepmen Nakertrans No. KEP-104 A/MEN/2002 tentang penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri, menyebutkan bahwa: Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut TKI adalah warga negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI. Mantan Tenaga Kerja yang dimaksud dalam kajian ini adalah mereka para wanita yang pernah bekerja ke luar negeri dan saat ini tidak atau belum bekerja kembali ke luar negeri dengan alasan tertentu Yayasan/Lembaga Pendamping Yayasan adalah suatu kumpulan beberapa orang yang berbadan hukum yang tidak beranggota serta dikelola seluruhnya untuk tujuan sosial dengan mengedepankan pelayanan dan bantuan seperti mendirikan sekolah, rumah sakit, memberikan bantuan pengembangan masyarakat dibidang usaha ekonomis produktif dan sebagainya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hariyanto dalam Ramandey (2005) Yayasan adalah badan hukum yang terdiri
6 11 atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. [[ 2.6. Kerangka Kajian Penguatan kapasitas kelompok dilakukan untuk menguatkan dan mengembangkan sebuah kelompok. Karena sebelum diberi daya atau kuasa, kelompok harus diberi kemampuan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar kelompok baik anggota maupun pengurus mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab di dalam kelompok. Pemberian kemampuan disesuaikan dengan kondisi dan masalah yang dihadapi oleh kelompok. Diantaranya dengan melihat dan menilai jenis dan level dukungan yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhan kelompok. Untuk mengukur kapasitas suatu kelompok, dapat dilihat pada tiga level yakni: (1) individu yang berkaitan dengan kemampuan dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap; (2) kelompok atau organisasi yang berkaitan dengan kemampuan kelembagaan dalam organisasi dan manajemen; (3) masyarakat berkaitan dengan kemampuan dalam menerima dan mengantisipasi perubahan. Kapasitas kelompok mantan TKW luar negeri di desa Cibaregbeg dapat dilihat pada level individu, kelompok atau organisasi dan masyarakat. Pada level kelompok atau organisasi kapasitas kelompok dapat dilihat pada kemampuan pengurus dalam mengelola kelompok, kerjasama dalam kelompok, dan kemampuan untuk membangun jaringan kelompok. Kapasitas kelompok dipengaruhi oleh faktor intern yang dapat dilihat pada level individu dalam kelompok yakni: (1) motivasi anggota dan pengurus kelompok. Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan seseorang yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi dalam hal ini kelompok. Motivasi juga dapat diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Jadi terbentuknya kelompok dan kehidupan kelompok bergantung kepada adanya tujuan atau motivasi dan kesadaran bersama untuk mencapai tujuan; (2) partisipasi anggota dan pengurus dalam kegiatan kelompok yakni proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisiatif kegiatan kelompok. Partisipasi disini baik secara individu maupun kelompok, dalam proses
7 12 pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program pelayanan sosial dan pembangunan masyarakat atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosialnya; (3) kepemimpinan ketua kelompok. Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi organisasi karena kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama untuk mencapai tujuan organisasi maupun kelompok. Pada umumnya kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu; (4) tujuan kelompok. Tujuan kelompok merupakan hal yang pokok yang merupakan salah satu alasan orang untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Apabila tujuan kelompok sesuai dengan apa yang diinginkan dan dapat merubah kondisi dirinya saat ini misalnya, maka dengan segala upaya orang tersebut akan masuk atau bergabung dan bekerja secara maksimal dalam kelompok; Kemudian faktor ekstern yang dapat dilihat pada level organisasi dan masyarakat yakni: (1) kemampuan pendamping kelompok. Menjadi seorang pendamping dalam sebuah kelompok dalam program yang berorientasi pemberdayaan tidaklah mudah. Pendamping atau fasilitator dituntut untuk mengetahui filosofi pemberdayaan dan memahami proses melakukan fasilitasi yang benar; (2) dukungan dana dan sarana kegiatan. Berkaitan dengan dukungan dana yang dimiliki oleh kelompok atau mekanisme bantuan dana yang diberikan oleh lembaga pendamping kepada kelompok. Sedangkan sarana kerja yakni berkaitan dengan sarana penunjang dalam kegiatan yang dimiliki lembaga pendamping dalam pembinaan atau monitoring dan evaluasi kegiatan kelompok; (3) pandangan masyarakat tentang kelompok; (4) pandangan keluarga tentang kelompok yakni berkaitan dengan pandangan masyarakat dan keluarga tentang keberadaan kelompok dan kegiatan kelompok. Artinya dukungan dari lingkungan dimana kelompok tersebut berada berpengaruh pada kelompok. Strategi dan rencana program penguatan kapasitas kelompok dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan pihak terkait (Stakeholders). Peningkatan kapasitas kelompok berdampak pada kemampuan pengurus dalam mengelola dan mengorganisir anggota untuk tetap aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, sehingga tujuan dibentuknya kelompok mantan TKW luar negeri akan tercapai.
8 13 Faktor intern kelompok Motivasi anggota dan pengurus kelompok Partisipasi anggota dan pengurus dalam kegiatan kelompok Kepemimpinan ketua kelompok Tujuan kelompok Kapasitas kelompok mantan TKW : Pengelolaan kelompok Kerjasama dalam kelompok Jaringan Sosial kelompok Strategi Penguatan Kapasitas kelompok mantan TKW Program Penguatan Kapasitas Kelompok Meningkatnya Kapasitas kelompok mantan TKW Faktor ekstern kelompok Kemampuan pendamping kelompok Dukungan Dana dan Sarana kegiatan Pandangan masyarakat tentang kelompok Pandangan keluarga tentang kelompok Keterangan : : mempengaruhi : umpan balik Gambar 1: Kerangka pikir penguatan kapasitas kelompok mantan TKW luar negeri
TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
TINJAUAN PUSTAKA Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Kebijakan penanggulangan kemiskinan berhubungan dengan pembangunan masyarakat. Pembangunan merupakan proses yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai
Lebih terperinciVI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG
VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan bukti bahwa pemerintah belum mampu mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri. Fenomena ini tampil sebagai solusi
Lebih terperinciV. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Evaluasi program pengembangan masyarakat dalam bagian ini berisi tentang gambaran kapasitas kelompok mantan TKW di desa Cibaregbeg yang dapat dilihat pada kemampuan
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
BAB III METODE KAJIAN 3.1. Metode dan Strategi Kajian Metode kajian adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus instrumental, yaitu studi yang memperlakukan kasus sebagai instrumen untuk masalah tertentu.
Lebih terperinciVII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG
48 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG Berdasarkan data baik masalah maupun potensi yang dimiliki oleh kelompok, maka disusun strategi program
Lebih terperinciVII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah
VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciKEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM
KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1998 telah meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia, dari 25,9 juta (17,7%) pada tahun 1993 menjadi 129,6 juta atau 66,3% dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Kemitraan Dalam UU tentang Usaha Kecil Nomor 9 Tahun 1995, konsep kemitraan dirumuskan dalam pasal 26 sebagai berikut: 1. Usaha menengah dan besar melaksanakan hubungan
Lebih terperinciPENGANTAR PERKOPERASIAN
PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN TEORITIS
4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Program PUAP Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program yang dinisiasi oleh Kementrian Pertanian.Menteri Pertanian
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan masyarakat merupakan suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di
63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan perekonomian Indonesia secara keseluruhan ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas pertanian tertentu, seperti
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman
Lebih terperinciSehingga dalam kaitan dengan kinerja pegawai, mahsun (2013:25), menjelaskan kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang begitu cepat menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan berkualitas serta desentralisasi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR
BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN A. Pendekatan Penelitian dan Pemberdayaan Dalam penelitian skripsi menggunakan pendeketan PAR. Dimana definisi PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action
Lebih terperinci5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN
5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami struktur sosial di perdesaan 2. Mahasiswa mampu menganalisa struktur sosial perdesaan KONSEP DASAR STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DAPAT
Lebih terperinciFILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017
FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017 FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Bagian integral dari proses
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciWALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan adalah kegiatan yang bukan semata-mata melakukan penggalian bahan mineral/batubara saja, tetapi juga merupakan kegiatan pengembangan masyarakat/wilayah
Lebih terperinciBAB 10 KELOMPOK DAN TIM
BAB 10 KELOMPOK DAN TIM PENGERTIAN KELOMPOK Robbins & Judge,1 (2008:356) kelompok didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang berinteraksi,dan saling bergantung utk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Lebih terperinciOptimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional
Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kelompok Tani Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian kelompok itu sendiri.
Lebih terperinciID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2
ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi
Lebih terperinciVII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM
VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM 107 7.1 Latar Belakang Rancangan Program Guna menjawab permasalahan pokok kajian ini yaitu bagaimana strategi yang dapat menguatkan
Lebih terperinciSosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07
MODUL PERKULIAHAN Kelompok & Organisasi Sosial Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 07 MK61004 Nurwidiana, SKM MPH Abstract Mata kuliah ini merupakan pengantar bagi
Lebih terperinciI. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dimanfaatkan menjadi wadah yang berupaya mengakomodir kegiatan yang
I. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelompok Tani Kelompok merupakan sekumpulan orang yang menjalin hubungan dengan tujuan yang sama dan kepentingan yang sama. Di masyarakat kelompok banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka
Lebih terperinciSTATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN
STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat adalah sebuah wadah yang menyatukan para pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) di Jawa
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan
Lebih terperinciGambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM
A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. berbeda jenis dan sistem penanganan anak jalanan gelandagan dan pengemis,
BAB V PENUTUP Kesimpulan Dalam Bagian Kesimpulan ini penulis ingin menegaskan mengenai pola relasi yang terjalin antara Lembaga Sosial Hafara sebagai institusi informal dan Pemerintah Kabupaten Bantul
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi muncul apabila adanya tujuan bersama yang hendak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi muncul apabila adanya tujuan bersama yang hendak dicapai. Usaha pencapaian tujuan itu dapat dilaksanakan melalui koordinasi dan dalam pelaksanaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan
Lebih terperinciPsikologi Komunikasi
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Pokok Bahasan PROSES KOMUNIKASI KELOMPOK Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Advertising and Kode MK Marketing Communication 06
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur yang ada di sekolah dengan orang tua murid/masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan tujuan pendidikan, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciLATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di
Lebih terperinciMETODE SOCIAL GROUP WORK
I. DEFINISI II. III. IV. METODE SOCIAL GROUP WORK SETTING PRAKTEK FOKUS TUJUAN V. DASAR PENGETAHUAN VI. VII. VIII. TEKNIK-TEKNIK PRINSIP-PRINSIP DALAM SGW ASUMSI NILAI DALAM SGW I. DEFINISI Menurut The
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,
Lebih terperinciEko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL
Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL Kelompok sosial Himpunan/kesatuan manusia yg hidup bersama dan saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Lebak mempunyai catatan tersendiri dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada jaman kolonial, kabupaten ini sudah dikenal sebagai daerah perkebunan
Lebih terperinciStandar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)
Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Upaya pembangunan perkebunan rakyat yang diselenggarakan melalui berbagai pola pengembangan telah mampu meningkatkan luas areal dan produksi perkebunan dan pendapatan nasional,
Lebih terperinciMateri 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team
Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkotaan (PNPM-MP) adalah dengan melakukan penguatan. kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Strategi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah dengan melakukan penguatan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal tersebut dikarenakan pupuk organik yang dimasukan ke lahan akan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian Semi Organik Pertanian semi organik merupakan tata cara pengolahan tanah dan budidaya tanaman dengan memanfaatkan pupuk yang berasal dari pupuk organik dan pupuk kimia
Lebih terperinciA. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM
A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi baik organisasi dalam skala kecil maupun besar. Kemajuan perekonomian yang semakin
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut :
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kepemimpinan 1.1 Pengertian Kepemimpinan Untuk lebih memahami arti Kepemimpinan, maka berikut ini dikutip pendapat dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan.
Lebih terperinciWALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada hipotesis penelitian maka pada bab ini penulis menarik beberapa kesimpulan dan rekomendasikan sebagai berikut: A. Kesimpulan
Lebih terperinciKelopok Sosial. Fitri dwi lestari
Kelopok Sosial Fitri dwi lestari 2 HASRAT MANUSIA SEJAK LAHIR 1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya 2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT) merupakan suatu hal yang penting bagi terselenggaranya tatakelola kinerja yang baik, oleh karenanya, RKT menjadi suatu hal yang cukup kritikal yang harus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Kemasyarakatan Menurut Selo Soemarjan (1964), istilah lembaga kemasyarakatan sebagai terjemahan dari Social Institution, istilah lembaga kecuali menunjukkan kepada
Lebih terperinciBAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN. Sebagai jawaban atasrumusan pertanyaan dalam penelitian ini, dapat
BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai jawaban atasrumusan pertanyaan dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis regresi untuk
Lebih terperinciVII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN
VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Rahmawati, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baru agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ada
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KPM) DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KPM) DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
167 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Faktor-faktor yang berhubungan dalam manajemen pemerintahan dan pembangunan perdesaan partisipatif di Kabupaten Bone dan Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan
Lebih terperinciPERILAKU ORGANISASI ADALAH BIDANG INDISIPLINER YANG DITUJUKAN UNTUK MEMAHAMI DAN MENGATUR ORANG UNTUK BEKERJA LEBIH BAIK
PERILAKU ORGANISASI ADALAH BIDANG INDISIPLINER YANG DITUJUKAN UNTUK MEMAHAMI DAN MENGATUR ORANG UNTUK BEKERJA LEBIH BAIK ORGANISASI ADALAH PROSES YANG TERSUSUN DALAM SUATU SISTEM DIMANA ORANG DI DALAMNYA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciVIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA
92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang
Lebih terperinciKEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro
KEMITRAAN SEKOLAH Workshop Strategi Pengembangan Mutu Sekolah Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah diselenggarakan Prodi S2 Manajemen Pendidikan dan S3 Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciPSIKOLOGI KOMUNIKASI KOMUNIKASI KELOMPOK
PSIKOLOGI KOMUNIKASI KOMUNIKASI KELOMPOK APA ITU KELOMPOK? Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelajaran Kooperatif Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi
Lebih terperinciSALINAN SKKNI FPM. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) STANDAR KOMPETENSI KERJA FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
No. Urut 04 SALINAN SKKNI FPM SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) STANDAR KOMPETENSI KERJA FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Lembaga Sertifikasi Profesi Fasilitator Pemberdayaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kepemimpinan kelompok merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi anggota kelompoknya, sehingga anggota kelompoknya bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN REKOMENDASI
122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat
Lebih terperinciBUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014
Lebih terperinci