PENGARUH KONSENTRASI DAN CARA APLIKASI CaCl 2 TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM WOXINIA. Asti Adha Perdani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KONSENTRASI DAN CARA APLIKASI CaCl 2 TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM WOXINIA. Asti Adha Perdani"

Transkripsi

1 PENGARUH KONSENTRASI DAN CARA APLIKASI CaCl 2 TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM WOXINIA Asti Adha Perdani DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 PENGARUH KONSENTRASI DAN CARA APLIKASI CaCl 2 TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM WOXINIA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : Asti Adha Perdani A DEPARTEMEN AGRONOMI dan HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

3 RINGKASAN ASTI ADHA PERDANI. Pengaruh Konsentrasi dan Cara Aplikasi CaCl 2 terhadap Vase Life Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia. Dibimbing oleh DEWI SUKMA Salah satu kendala yang biasa dihadapi dalam agribisnis bunga potong adalah sifat komoditi bunga potong yang mudah rusak. Pada kondisi umum dalam suhu ruangan, bunga potong tidak dapat bertahan lama. Untuk mempertahankan bunga tetap segar dan menarik, diperlukan beberapa perlakuan untuk memperpanjang kesegarannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh perlakuan konsentrasi CaCl 2 dan metode pengaplikasian CaCl 2 terhadap vase life dan kualitas bunga anggrek potong Dendrobium Woxinia. Rancangan yang digunakan dalam percobaan adalah rancangan acak lengkap satu faktor dengan 6 taraf perlakuan yaitu (P0) kontrol tanpa aplikasi CaCl 2 langsung disimpan dalam aquades; (P1) aplikasi CaCl 2 40 ppm dengan cara disemprot; (P2) aplikasi CaCl 2 80 ppm dengan cara disemprot; (P3) aplikasi CaCl 2 40 ppm dengan cara direndam; (P4) aplikasi CaCl 2 80 ppm dengan cara direndam (pada perlakuan P1, P2, P3, P4 setelah diberi perlakuan CaCl 2, bunga langsung dimasukkan dalam larutan pengawet); dan (P5) tanpa aplikasi CaCl 2 dan langsung direndam dalam larutan pengawet. Larutan pengawet (holding) yang digunakan pada perlakuan P1, P2, P3, P4 dan P5 adalah larutan asam salisilat 150 ppm ditambah dengan sukrosa 3%. setiap perlakuan percobaan diulang sebanyak 15 ulangan dimana tiap ulangan terdiri dari 1 tangkai bunga. Dengan rata-rata jumlah kuntum bunga per tangkai adalah sekitar 16 kuntum. Pengamatan dilakukan dengan peubah-peubah: jumlah kuntum bunga awal, jumlah bunga yang mekar, persentase bunga yang mekar, jumlah kuntum yang layu, persentase kuntum bunga yang layu, jumlah kuntum bunga yang gugur, persentase bunga yang gugur, persentase tanaman yang terserang cendawan atau bakteri, volume larutan holding yang terserap pada akhir pengamatan, vase life bunga untuk semua perlakuan, ph larutan holding pada akhir pengamatan.

4 Dari hasil percobaan diketahui bahwa rata - rata antara kuntum mekar dan kuntum yang masih kuncup jumlahnya berimbang, yaitu 7.9 (50%) kuntum mekar dan 8.1 (50%) kuntum kuncup. Kondisi ini mengalami perubahan selama penelitian karena adanya kuncup bunga yang mekar, layu, dan gugur. Perlakuan CaCl 2 dengan metode penyemprotan memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan dengan metode perendaman walaupun hasilnya tidak sebaik perlakuan P5 yang hanya direndam dalam larutan holding tanpa perlakuan CaCl 2. Penyemprotan dengan konsentrasi 40 ppm memberikan hasil lebih baik dalam mempertahankan jumlah kuntum mekar, yaitu sekitar 10 kuntum mekar selama 15 hari dan mampu mempertahankan kesegaran kuntum dengan menekan persentase gugur kuntumnya. Vase life terlama yaitu sekitar 21 hari pada tiga perlakuan yaitu bunga yang disemprot dengan larutan CaCl 2 40 ppm (perlakuan P1), perlakuan bunga yang disemprot dengan larutan CaCl 2 80 ppm (perlakuan P2), dan bunga hanya disimpan dalam larutan pengawet (perlakuan P5). Bunga yang direndam dengan larutan CaCl 2 40 ppm (perlakuan P3) dan bunga yang direndam dengan larutan CaCl 2 80 ppm (perlakuan P4) hanya sekitar 18 hari. Perlakuan kontrol tanpa perlakuan CaCl 2 dan bunga hanya disimpan dalam akuades (P0) memiliki vase life tersingkat yaitu 16 hari. Dari penelitian ini terlihat bahwa hanya dengan merendam bunga anggrek potong dalam larutan asam salisilat 150 ppm dan 3% sukrosa (perlakuan P5) pada saat peragaan saja sudah mampu memberikan hasil yang sama dengan penambahan perlakuan penyemprotan CaCl 2 40 ppm. Oleh karena itu perlakuan menggunakan CaCl 2 belum cukup efektif dalam memperpanjang vase life dan meningkatkan jumlah kuntum mekar pada anggrek Dendrobium Woxinia.

5 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP : PENGARUH KONSENTRASI DAN CARA APLIKASI CACL 2 TERHADAP VASE LIFE BUNGA ANGGREK DENDROBIUM WOXINIA : Asti Adha Perdani : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr Dewi Sukma, SP MSi NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian. Prof. Dr Ir Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal lulus :

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas berkah, rahmat, dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengaruh Konsentrasi dan Cara Aplikasi CaCl 2 terhadap Vase life Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus hingga September di Laboratorium Pendidikan Hortikultura, FAPERTA, IPB. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Ibu yang selalu mendoakan, memotivasi, memberi kasih sayang, dan membantu penelitian. 2. Prof. Dr. Ir. G.A. Wattimena MSc selaku dosen pembimbing akademik 3. Ibu Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberi banyak saran, ilmu yang bermanfaat, serta motivasi bagi penulis. 4. Ibu Dr. Ir. Sandra A. aziz, MS dan Ibu Juang Gema Kartika, SP sebagai dosen penguji sidang skripsi. 5. Keluarga dan para sahabat yang terus memberi dukungan serta doanya. 6. Cahya, Yani, Lisa, Pemi, Nadya, dan teman teman Horti 40 atas bantuan dan motivasinya. 7. Staf laboratorium terutama Ibu Juju, Ibu Iip, dan Bapak Pardi yang telah banyak memberi bantuan.

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cempaka Putih, Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1985 dari pasangan Agus Mulyadi dan Sri Hartini. Anak pertama dari dua bersaudara ini menyelesaikan sekolah dasarnya di SDN Ciputat 6 pada tahun Setelah lulus dari SLTPN 1 Pamulang pada tahun 2000, penulis melanjutkan belajarnya ke SMUN 1 Ciputat. Pada tahun 2003, penulis lulus dari SMU dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru. Penulis diterima menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Program Studi Hortikultura pada tahun Selama masih berkuliah di IPB, sejak tingkat akhir penulis mulai bekerja sebagai guru privat, guru bimbingan belajar dan staff administrasi.

8 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Dendrobium Penanganan Pasca Panen Bunga Potong... 5 CaCl DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan Pelaksanaan Percobaan Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Awal Penelitian Jumlah Kuntum Jumlah Kuntum Mekar Persentase Kuntum Mekar Jumlah Kuntum Layu Persentase kuntum Layu Jumlah Kuntum Gugur Persentase Kuntum gugur Volume dan ph pada Akhir Pengamatan Vaselife Anggrek untuk Semua perlakuan Infeksi Cendawan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Rata-Rata dan Presentase Jumlah Kuntum Total, Jumlah Kuntum Mekar Total dan Jumlah Kuntum Kuncup Anggrek Dendrobium Woxinia Pada Awal Pengamatan (0 HSP) Rata-Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia pada 0 21 HSP Rata-Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia yang Mekar pada 0 21 HSP Rata-Rata Jumlah dan Persentase Kuntum Mekar Total Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia Persentase Kuntum Mekar Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia pada 0 21 HSP Rata Rata Jumlah Kuntum Bunga Layu Anggrek Dendrobium Woxinia pada 0 21 HSP Jumlah dan Persentase Kuntum Layu Total dan Persentase Kuntum Layu Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia pada 0 21 HSP Rata Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia yang Gugur pada 0 21 HSP Rata-Rata Jumlah dan Persentase Kuntum Gugur Total Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia Persentase Kuntum Gugur Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia 0 21 HSP Rata-Rata Volume Larutan yang Terserap dan ph Akhir Larutan Vase life Anggrek untuk Semua Perlakuan Rata-Rata Jumlah dan Persentase Infeksi Jamur... 28

10 DAFTAR LAMPIRAN 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Jumlah Kuntum, Jumlah Kuntum Mekar, dan Persentase Kuntum Mekar Rekapitulasi Sidik Ragam Jumlah Kuntum Gugur, Persentase Kuntum Gugur, Jumlah Kuntum Layu dan Persentase Kuntum Layu Rekapitulasi Sidik Ragam Infeksi Cendawan, Vaselife, Volume dan ph Denah Percobaan... 37

11 DAFTAR GAMBAR Nomor ` Halaman Teks 1. Bagian Bagian Bunga Anggrek Bunga Anggrek Setelah Panen Di Rendam dalam Air Hangat Bunga Anggrek Setelah Diberi Perlakuan di Letakan dalam Larutan Peraga Kuncup Bunga Yang Mengalami Plasmolisis Penampilan bunga potong anggrek Dendrobium Woxinia pada berbagai perlakuan pada 5 HSP Penampilan bunga potong anggrek Dendrobium Woxinia pada berbagai perlakuan pada 21 HSP Batang yang Terserang Jamur Upas Kondisi Anggrek Potong yang Terserang Jamur Upas... 29

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang banyak digemari masyarakat. Nilai estetikanya yang tinggi menjadi daya tarik bagi para pecinta tanaman hias. Widyawan (1994) menyatakan bahwa bunga potong jenis anggrek lebih tahan lama dibandingkan dengan bunga potong non-anggrek. Daya tahannya yang lama menjadi salah satu keunggulan bunga potong anggrek sehingga menjadi pilihan utama untuk bahan rangkaian bunga. Anggrek memiliki potensi yang lebih besar untuk dikembangkan jika dibandingkan dengan bisnis bunga potong non-anggrek. Sumber data Deptan (2008) menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2003 hingga 2007, rata rata produksi anggrek di Indonesia hanya 5.36 tangkai/m 2 pertahunnya. Jumlah ini masih rendah jika dibandingkan dengan produksi bunga potong lain yang produksinya dapat mencapai 16 tangkai/ m 2 seperti pada mawar dan krisan. Pada tahun 2008, volume ekspor anggrek potong sebanyak kg atau senilai US$. Jumlah ini menurun drastis jika dibandingkan dengan tahun 2005 dimana volume ekspornya mencapai angka kg ( US$). Adapun volume impor anggrek pada tahun 2008 adalah sebanyak kg ( US $). Jumlah ini menurun empat kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2004, yaitu sebanyak kg ( US $). Data-data tersebut menunjukkan potensi agribisnis anggrek potong masih terbuka luas. Meski demikian, masih banyak masalah dan hambatan yang perlu dikaji ulang dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi anggrek, terutama anggrek potong dalam memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu kendala yang biasa dihadapi dalam agribisnis bunga potong adalah sifat komoditi bunga potong yang mudah rusak. Pada kondisi umum dalam suhu ruangan, bunga potong tidak dapat bertahan lama. Padahal banyak orang mengharapkan bisa menikmati keindahannya dalam jangka waktu yang lama. Untuk mempertahankan

13 bunga tetap segar dan menarik, diperlukan beberapa perlakuan untuk memperpanjang kesegarannya. Menurut Astuti (1993), beberapa cara dapat dilakukan untuk mempertahankan kesegaran dan memperpanjang masa simpan bunga potong, yaitu dengan perlakuan fisik atau kimia. Salah satu perlakuan fisik adalah dengan cara pemotongan tangkai bunga dalam air hangat setelah panen untuk menghilangkan embolisme (penyumbatan pembuluh batang oleh udara dan mikroorganisme) pada ujung batang, sedangkan upaya lain melalui perlakuan kimia adalah dengan menggunakan larutan pengawet. Tanpa pengawetan, kehilangan produksi akibat layu dan sebagainya dapat mencapai %. Kader (1992) mengemukakan bahwa kalsium terbukti dapat menghambat proses senecens pada buah dan sayuran seperti pada tomat, lettuce, dan kembang kol. Halevy et al. (1979) mengemukakan bahwa perlakuan CaCl 2 dapat mendorong pemekaran pada kuntum bunga mawar dan menghambat terjadinya senesen. Berdasarkan penelitian yang telah ada sebelumnya, diharapkan CaCl 2 juga dapat memberi efek yang sama terhadap bunga anggrek potong dan dapat memperpanjang vase life anggrek potong. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh perakuan konsentrasi CaCl 2 dan metode pengaplikasian CaCl 2 terhadap vase life dan kualitas bunga anggrek Dendrobium Woxinia. Hipotesis Terdapat konsentrasi dan metode aplikasi CaCl 2 tertentu yang berpengaruh dalam memperpanjang vase life dan meningkatkan kualitas bunga anggrek Dendrobium Woxinia.

14 TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Menurut Sheehan (1992) anggrek merupakan tanaman hias yang unik. Tanaman ini memiliki perbedaan vegetatif yang luas. Berdasarkan taksonomi, anggrek termasuk famili yang besar. Tiap jenisnya digolongkan berdasarkan karakter bunga. Orchidaceae terdiri lebih dari 800 genus dan jumlah spesies lebih dari Darmono (2007) mengemukakan sistem klasifikasi anggrek menurut Lawrence (1959) dan Dessler Dodson (1960), yaitu anggrek termasuk divisi Spermathophyta, subdivisi Angiospermae, dan famili Orchidaceae. Anggrek memiliki dua jenis pola pertumbuhan yaitu monopodial (tegak) dan simpodial (menjalar). Anggrek Dendrobium memiliki pola pertumbuhan simpodial. Pertumbuhan umbi semu (pseudobulb) pada jenis anggrek ini akan terhenti jika telah mencapai ukuran maksimal. Setelah itu, didasar batang akan muncul tunas baru yang akan tumbuh. Setiap tunas saling berhubungan karena dihubungkan oleh semacam rhizoma. Tangkai bunga pada pola pertumbuhan ini keluar dari ujung dan sisi samping pseudobulb. Akar akan keluar dari dasar pseudobulb atau sepanjang rhizoma. Dendrobium merupakan jenis anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari 50 60%. Menurut Williams (1989), anggrek Dendrobium hidup menempel pada batang atau cabang pepohonan. Dendrobium bertangkai panjang dan memiliki jumlah kuntum bunga yang ideal sebagai bunga potong yaitu sekitar kuntum bunga. Akar anggrek Dendrobium berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah dengan ujung akar yang licin dan sedikit lengket karena mempunyai velamen yang terdiri dari beberapa lapis sel (sel-sel korteks) yang berongga dan transparan. Velamen tersebut berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses penguapan, menyerap air, melindungi bagian dalam akar dan membantu melekatnya akar pada benda-benda yang ditumpanginya. Hanya pada bagian ujung akar inilah air dan hara dapat diserap dan disalurkan ke dalam jaringan tanaman (Darmono, 2007).

15 Pada bagian akar anggrek epifit biasanya terdapat cendawan mikoriza. Jamur ini bersimbiosis dengan anggrek dengan mengambil zat-zat organik dari humus lalu mengubahnya menjadi makanan untuk anggrek (Iswanto, 2002). Batang jenis anggrek Dendrobium memiliki bentuk menggelembung dan berdaging. Pada batang terdapat nodus tempat menempelnya daun dan bunga. Pertumbuhan batang anggrek Dendrobium bertipe simpodial. Batang tipe ini memiliki batang utama dan mengalami batas pertumbuhan Daun Dendrobium berbentuk lanset dan agak kaku, hanya terdapat pada bagian atas umbi semu. Ujung daunnya meruncing dan terkadang berbelah dua, panjang daun berkisar 2 10 cm. daun tumbuh pada tiap nodus dimana setiap nodus terdapat satu helai daun. Daun anggrek terletak saling berhadapan satu sama lain (Gunadi, 1977). Struktur bunga anggrek memiliki bagian utama yang sama dengan bunga lainnya, akan tetapi yang membuatnya terlihat istimewa adalah petal ketiga yang mengalami modifikasi menjadi labellum (struktur seperti bibir). Labellum anggrek umumnya berwarna lebih cerah daripada sepal dan petal. Pada labellum terdapat gumpalan gumpalan seperti massa sel (kalus) yang mengandung protein, minyak dan zat pewangi yang berfungsi untuk menarik serangga hinggap pada bunga dan membantu proses polinasi atau penyerbukan Sepal tengah Petal Pollinia Sepal lateris Labellum Gambar 1. Bagian bagian Bunga Anggrek ( sumber : Nurcahyawati)

16 Buah anggrek berbentuk kapsular atau dalam dunia botani dikenal sebagai kotak berbelah enam dengan tiga karpel. Biji biji anggrek tidak memiliki endosperma sehingga terjadinya perkecambahan diperlukan tambahan nutrisi dari dalam dan lingkungan serta membutuhkan bantuan jamur yang disebut mycorhyza yang bersimbiosis dengan biji biji anggrek tersebut. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai hifa mycorhyza akan menembus embrio anggrek melalui sel suspensor. Jamur tersebut dicerna sehingga terjadi pelepasan nutrisi sebagai tambahan energi untuk pertumbuhkembangan kecambah anggrek tersebut (Darmono, 2007). Penanganan Pasca Panen Anggrek Potong Panen dan penanganan pasca panen pada bunga potong merupakan tahap terpenting dalam produksi bunga potong. Tahap ini sangat menentukan vase life. Vase life merupakan periode mulai dari saat panen hingga petal kehilangan turgor dan absisi atau terjadi bent neck (Farooq, 2004). Periode vase life dihitung hingga 50% bunga layu. Banyak yang harus diperhatikan dalam proses pemanenan agar kesegaran bunga potong dapat terjaga, misalnya penggunaan pisau yang tajam dan bersih agar area pemotongan tidak mudah terinfeksi serta penentuan usia bunga yang tepat untuk dipanen. Anggrek biasanya dipanen jika 70% bunga telah mekar dan 30% masih berbentuk kuncup, dan untuk pemekaran diperlukan asupan karbohidrat yang tinggi sebagai substrat respirasi. Oleh karena itu kandungan karbohidrat sangat berpengaruh terhadap vase life (Ichimura et al., 2002). Jika bunga di panen pada stadia mekar penuh, kesegarannya tidak akan bertahan lama, namun jika terlalu awal persediaan makanan yang terkandung hanya sedikit (Larson, 1992) dan juga dapat menyebabkan pembengkokan pada tangkai kuntum bunga (bent neck) dan kuncup bunga akan gagal mekar. Menurut Sutiyoso (2003), anggrek potong yang baik adalah yang memiliki panjang tangkai dan malai sekitar 60 cm untuk kelas A, 50 cm untuk kelas B dan 40 cm utuk kelas C. Tangkai bunga tegak ke atas dan tidak melengkung lemah. Panjang tangkai dari tangkai hingga awal malai sebaiknya 1/3 panjang total tangkai bunga. Panjang malai sebaiknya 2/3 dari total tangkai bunga. Malai penuh dengan bunga dan tidak ompong. Jumlah kuntum bunga antara 10-

17 16 kuntum sampai ke ujung malai. Bila jumlah kuntum berlebih dan melebihi ukuran panjangnya maka kuncup di ujung dikurangi tanpa mengurangi penampilannya. Kuntum bunga tegak menengadah dan tidak tunduk serta semakin ke ujung ukurannya semakin kecil. Mahkota bunga terletak diatas dan labellum terletak dibawah. Bunga siap dipanen jika warna mantap, tetap cerah dan tidak memudar selama pengiriman dan memiliki daya tahan 7 10 hari. Setelah dipetik, batang anggrek direndam dalam air untuk menghilangkan panas lapang. Air yang digunakan untuk perendaman pun harus diperhatikan kualitasnya. Kadar ph, kadar garam, dan jasad renik air harus diperhatikan. Kadar garam dalam air sangat mempengaruhi kualitas dan umur kesegaran bunga. Air dengan ph rendah (3-4) lebih baik karena pada kondisi ph rendah pertumbuhan mikroba dapat ditekan dan dapat mencegah embolisme karena penyumbatan pembuluh oleh mikroba. Terdapat dua faktor yang menentukan ketahanan simpan bunga potong yaitu faktor internal (faktor genetik) dan faktor eksternal selama penyimpanan seperti suhu, kelembaban, cahaya, sirkulasi udara tempat penyimpanan. Suhu rendah sangat baik karena akan menekan kehilangan air, menghambat infeksi bakteri dan cendawan dan memperlambat proses penuaan. Prince dan Tayama (1998) mengatakan bahwa pada suhu rendah, enzim enzim yang berperan dalam proses respirasi dapat diperlambat sehingga kualitas bunga terjaga dan memperpanjang ketahanan masa simpan bunga mawar. Manu (2007) mengatakan bahwa beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas bunga segar antara lain adalah ketidakmampuan batang menyerap air karena terjadi embolisme (penyumbatan pembuluh batang oleh udara atau mikroorganisme) yang disebabkan mikroorganisme atau reaksi fisiologisnya sendiri. Menurut Ichimura (2002) embolisme dapat menyebabkan bent neck karena asupan air ke bunga terhambat. Manu (2007) berpendapat bahwa kandungan karbohidrat yang rendah sehingga respirasi terhambat, faktor ketiga karena suhu lingkungan yang tinggi. Produksi etilen yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak akan mempercepat penuaan. Faktor terakhir adalah serangan penyakit dan hama.

18 Untuk memperpanjang kesegaran dan juga kualitas bunga potong perlu dilakukan pengawetan. Tanpa pengawetan, kehilangan produksi bunga akibat layu dan faktor lainnya dapat mencapai %. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengawetkan bunga potong antara lain denga memberi tambahan nutrisi, menurunkan ph air dan menambahkan zat penghambat pertumbuhan bakteri (Astuti 1993). Zat pengawet digunakan pada empat macam perlakuan yaitu conditioning, pulsing, pembukaan kuncup (bud opening) dan holding. Conditioning dilakukan untuk menjaga turgiditas bunga potong dengan merendam bunga dalam air hangat pada suhu ruang setelah mengalami stress air selama penanganan, penyimpanan dan transportasi dan pada malam hari disimpan dalam pendingin (Roger dalam Halevy & Mayak 1981). Perlakuan pulsing merupakan perendaman segera setelah bunga dipanen dengan kondisi konsentrasi larutan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek. Perlakuan ini dapat memperpanjang vase life. Komponen utama dari larutan pulsing adalah sukrosa dengan konsentrasi tinggi (Halevy & Mayak, 1981). Pengaturan lama perlakuan, suhu, dan cahaya selama pulsing sangat penting untuk mendapatkan hasil yang optimal. Bud opening merupakan cara memanen bunga pada tingkat yang lebih awal dari pemanenan biasa, kemudian memekarkan bunga terpisah dari tanamannya (Halevy & Mayak 1979). Larutan dan kondisi lingkungan yang digunakan untuk bud opening hampir sama dengan yang digunakan untuk pulsing, namun waktu yang dibutuhkan untuk bud opening lebih lama dan konsentrasi gulanya lebih rendah dibandingkan dengan yang digunakan untuk pulsing. Adapun larutan holding merupakan larutan untuk merendam bunga potong sampai terjual atau selanjutnya digunakan konsumen untuk bunga yang telah dirangkai dalam vas. Larutan holding umumnya mengandung gula, germisida, dan unsur lain (Halevy & Mayak 1981). Menurut penelitian Nurfitria (2004), sukrosa 3 % yang ditambah dengan asam salisilat 150 ppm dapat mempertahankan vase life anggrek Dendrobium parung Diamond sampai 21 hari. Konsentrasi gula yang digunakan dalam zat pengawet berbeda, tergantung dari jenis perlakuan dan jenis bunganya. Secara umum semakin lama perlakuan maka konsentrasi gula yang digunakan lebih rendah. Oleh karena itu konsentrasi

19 yang tinggi digunakan untuk pulsing, konsentrasi gula sedang untuk pembukaan kuncup, dan konsentrasi gula rendah untuk larutan holding (Halevy dan Mayak,, 1981). Sukrosa telah digunakan untuk meningkatkan masa kesegaran beberapa jenis bunga karena berfungsi sebagai sumber energi dan sustrat respirasi. Lebih lanjut lagi, Nowak dan Rudnicki (1990) serta Capedeville et al. (2003) mengatakan bahwa gula menyediakan energi bagi proses seluler yang penting seperti pemeliharaan struktur dan fungsi mitokondria dan organel lainnya. Sukrosa juga membantu regulasi masuknya air dan mineral ke dalam pembuluh xilem dengan mengontrol transpirasi. Reid (1992) juga menyatakan bahwa gula merupakan komponen penting dalam larutan pengawet untuk meningkatkan mekarnya kuncup bunga. Sukrosa sebaiknya dilakukan pemanasan pendahuluan pada suhu C. untuk menghindari zat zat yang tidak diinginkan (Tirtosoekotjo et al., 1995). Menurut Halevy dan Mayak (1981) konsentrasi gula yang digunakan dalam zat pengawet berbeda tergantung dari jenis perlakuan dan jenis bunga. Secara umum pada jenis bunga tertentu semakin lama perendaman maka konsentrasi bunga yang digunakan semakin rendah. Menurut Tirtosoekotjo (1996), larutan sukrosa 2 3% yang digunakan sebagai sumber energi dan substrat respirasi, pada suhu 1-5 C terkonsumsi oleh bunga potong mawar secara perlahan lahan dan yang terbaik adalah pada larutan sukrosa 3% terkonsumsi hingga hari ke 80. Asam salisilat memiliki peranan penting dalam pertahanan tanaman terhadap penyakit. Asam salisilat mencegah masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme parasit disekitar luka tersebut (Zhiqiang et al., 1996). Menurut English dan Cassidy (1956) asam salisilat merupakan bahan dasar dari beberapa obat serta germisida yang efektif. Menurut Nurfitria (2004) asam salisilat efektif mengatasi penyumbatan yang terjadi dalam tangkai bunga sehingga dapat meningkatkan kuncup bunga yang mekar. Menurut Capedeville et al., (2003) asam salisilat dapat digunakan untuk mengontrol penyakit pasca panen. Pada konsentrasi 100, 500, and 1000 µl/l-1 efektif dalam mengontrol paling sedikit empat patogen jeruk dan kentang. Capedeville et al., (2003) mengatakan bahwa sebagian besar penelitian

20 menggunakan asam salisilat untuk menginduksi secara langsung kemampuan ketahanan sistemik tanaman dalam menanggulangi serangan patogen. Kalsium Klorida (CaCl 2 ) Kalsium merupakan zat yang penting untuk pembentukan dinding sel dan memperkuatnya dengan membentuk kalsium pektat. Kalsium juga berperan dalam menjaga permeabilitas dinding sel. Permeabilitas dinding sel sangat penting agar sel tak mudah mengalami kerusakan akibat faktor lingkungan seperti transpirasi dan evaporasi, sehingga kekurangan kalsium dapat mengakibatkan sel memiliki permeabilitas yang tinggi, hal ini dapat menyebabkan sel mudah terdehidrasi dan mati (Prawinata et al.,1994). Kalsium berperan penting dalam pembelahan sel dan mempertahankan integritas membran sel selain itu juga sebagai second messenger dalam respon terhadap hormon dan lingkungan (Peter, 2006). Kalsium merupakan zat yang agak sulit ditransportasikan jaringan pembuluh tanaman, sehingga pengaplikasiannya dilakukan langsung terhadap organ yang menunjukkan gejala defisiensi kalsium (Vitosh, 2003). Beberapa peneliti telah mengevaluasi efek kalsium pada buah dan bunga. Ion kalsium baik berupa kalsium sulfat (CaSO4), kalsium klorida (CaCl 2 ), ataupun kalsium nitrat (CaNO3) dapat digunakan untuk mengontrol serangan penyakit Botrytis cinerea (Volpin & Elad (1991); Conway et al., (1993); Capedeville et al., (2003)). B. cinerea lebih menyukai jaringan yang sedang mengalami senescence (Jarvis (1977), Capedeville et al., (2003)). Penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa kalsium dapat meningkatkan ketahanan jaringan dan menunda senescence dengan menghambat sintesis dan pengaruh etilen (Torre et al., (1999); Capedeville et al., (2003)). Berdasarkan penelitian Kader (1992) senecence pada tomat, lettuce, dan kembang kol dapat ditunda dengan pemberian kalsium.

21 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor pada bulan September hingga bulan November Bahan dan Alat Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah bunga potong anggrek Dendrobium Woxinia yang dipanen langsung dari Koperasi Puspa Anggrek, Serpong. Bahan lain yang digunakan adalah akuades, sukrosa 3%, asam salisilat, kalsium klorida (CaCl 2 ), lilin malam, air hangat, plastik, dan karet sedangkan alat alat yang digunakan adalah penggaris, gunting stek, botol, corong, gelas piala 1000 ml, gelas ukur 100 ml, ph meter, termometer, dan timbangan. Metode Percobaan Rancangan yang digunakan adalah adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 6 taraf perlakuan yang diulang sebanyak 15 ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah: P0: kontrol, tanpa perlakuan CaCl 2, bunga disimpan dalam larutan pengawet) P1: bunga disemprot dengan larutan CaCl 2 40 ppm, lalu bunga disimpan dalam larutan pengawet P2: bunga disemprot dengan larutan CaCl 2 80 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet P3: bunga direndam dengan larutan CaCl 2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet P4: bunga direndam dengan larutan CaCl 2 80 ppm, lalu bunga disimpan dalam larutan pengawet P5: bunga tanpa perlakuan CaCl 2, disimpan dalam larutan pengawet

22 Larutan pengawet yang digunakan pada perlakuan P1, P2, P3, P4 dan P5 adalah larutan asam salisilat 150 ppm ditambah dengan sukrosa 3%. Setiap satuan percobaan terdiri dari 1 tangkai bunga per botol, dengan rata-rata jumlah kuntum bunga pertangkainya adalah sekitar 16 kuntum. Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada system SAS (Statistical analysis system). Setelah diuji F, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%. Adapun model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ij = µ + α i + ε ij Keterangan : Y ij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = Nilai tengah populasi α i ε ij = Pengaruh perlakuan bunga dengan atau tanpa CaCl2 taraf ke-i = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Pelaksanaan Percobaan Persiapan Bunga Potong Bunga anggrek sebanyak 90 tangkai (dengan rentang jumlah kuntum bunga kuntum) yang telah dipanen, dicelupkan tangkainya ke dalam air untuk menghilangkan panas lapang (Gambar 2). Selanjutnya, bunga dikelompokkan 10 batang dan di bungkus dengan kertas agar tidak rusak karena pergesekan saat pengangkutan. Dasar tangkai bunga dibungkus plastik berisi air lalu diangkut ke laboratorium. Di laboratorium, bunga di kelompokkan sesuai perlakuan dan tangkai bunga dipotong sepanjang 1-2 cm dalam air hangat (41 C) untuk mencegah terjadinya embolisme. Persiapan Larutan Perendaman (Pulsing) dan Larutan Peraga (Holding) Larutan pulsing untuk perlakuan perendaman dibuat sebanyak 10 liter untuk tiap konsentrasi CaCl 2. CaCl 2 ditimbang untuk masing masing perlakuan yaitu 0.4 g dan 0.8 g lalu dilarutkan dengan konsentrasi 40 mg/l dan 80 mg/l. Masing-masing larutan diambil 150 ml untuk perlakuan penyemprotan CaCl 2 dan sisa larutan digunakan untuk perlakuan perendaman CaCl 2.

23 Komposisi larutan pengawet sebagai larutan holding selama pengamatan adalah 150 ppm asam salisilat dan 3% sukrosa. Larutan holding dimasukkan ke dalam botol saus bervolume sekitar 330 ml dengan setiap botol menggunakan 300 ml larutan holding. Gambar 2. Bunga anggrek setelah panen direndam bagian dasar tangkainya dalam air hangat Perlakuan dengan (CaCl 2 ) dan Penyimpanan pada Larutan Holding Untuk perlakuan perendaman, bunga direndam dalam larutan CaCl 2 dalam konsentrasi 40 ppm dan 80 ppm (masing masing berisi 15 tangkai bunga) selama 30 menit. Setelah itu bunga di letakkan dalam larutan holding. Sedangkan untuk perlakuan semprot, anggrek di semprot dengan larutan CaCl 2 (40 dan 80 ppm) dengan volume semprot 150 ml per 15 tangkai batang. Setelah perlakuan dengan CaCl 2 bunga disimpan dalam larutan holding (Gambar 3).

24 Mulut Botol Ditutup Plastik, Diikat Karet dan Lilin Malam Bunga potong anggrek Dendrobium Woxinia Volume larutan pengawet 300 ml Gambar 3. Bunga Anggrek Setelah Diberi Perlakuan Disimpan dalam Larutan Peraga (Sumber : Nurcahyawati, 2010) Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap kondisi bunga dan kondisi larutan pengawet. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali. Peubah yang diamati antara lain adalah : 1. Jumlah kuntum bunga awal : Jumlah keseluruhan kuntum bunga pada satu tangkai bunga anggrek, terdiri atas jumlah kuntum bunga mekar dan jumlah kuntum yang kuncup. 2. Jumlah bunga yang mekar : Jumlah kuntum bunga yang mekar pada satu tangkai bunga. 3. Persentase bunga yang mekar : Persen kuntum yang mekar = jumlah kuntum bunga mekar x 100% 4. Jumlah kuntum yang layu : jumlah total kuntum bunga Jumlah kuntum bunga yang layu pada satu tangkai bunga saat pengamatan (jumlah kuntum bunga layu tidak termasuk kuntum bunga yang bent neck karena serangan cendawan)

25 5. Persentase kuntum bunga yang layu : (persentase kuntum bunga layu tidak termasuk kuntum bunga yang bent neck karena serangan cendawan) Persen kuntum yang layu = jumlah kuntum bunga layu x 100% jumlah total kuntum bunga 6. Jumlah kuntum bunga yang gugur : Jumlah bunga gugur tiap pengamatan dihitung dari jumlah kuntum total pengamatan sebelumnya dikurangi dengan jumlah kuntum total pada pengamatan saat itu. 7. Persentase bunga yang gugur : Persen kuntum yang gugur = jumlah kuntum bunga gugur x 100% jumlah total kuntum bunga 8. Jumlah dan persentase tanaman yang terserang cendawan atau bakteri 9. Volume larutan holding yang terserap pada akhir pengamatan. Dihitung dari volume awal larutan holding di kurangi volume larutan holding di akhir pengamatan. 10. ph larutan holding pada akhir pengamatan 11. Vase life bunga untuk semua perlakuan (vase life dihitung dari jumlah kuntum mulai dari awal panen hingga kurang lebih 50 % kuntum bunga mengalami kelayuan.

26 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Awal Penelitian Pada awal penelitian rata-rata jumlah kuntum total bunga sekitar 15.8 kuntum. Jumlah antara kuntum mekar dan kuntum kuncup pun berimbang, yaitu rata-rata jumlah kuntum mekar 7.9 (50%) sedangkan rata-rata jumlah kuntum yang masih kuncup adalah 8.1 (50%). Kondisi bunga jika dilihat secara visual masih terlihat segar dan aroma segar bunga pun masih tercium. Tabel 1. Rata-Rata dan Persentase Jumlah Kuntum Total, Jumlah Kuntum Mekar Total, dan Jumlah Kuntum Kuncup Anggrek Dendrobium Woxinia Pada Awal Pengamatan (0 Hari Setelah Perlakuan) Perlakuan Kuntum Total Kuntum Mekar Kuntum Kuncup P (100%) 8.3 (54.2%) 7.2 (45.8%) P (100%) 7.5 (46.8%) 8.6 (53.2%) P (100%) 8.3 (54.2%) 7.1 (45.8%) P (100%) 7.9 (47.4%) 8.7 (52.6%) P (100%) 7.3 (47.7%) 8.4 (52.3%) P (100%) 8.1 (49.6%) 8.4 (50.4%) Keterangan : P0 = kontrol (tanpa perlakuan CaCl 2 ) bunga disimpan dalam larutan pengawet P1 = bunga disemprot dengan larutan CaCl 2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet P2 = bunga disemprot dengan larutan CaCl 2 80 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet P3 = bunga direndam dengan larutan CaCl 2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet P4 = bunga direndam dengan larutan CaCl 2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet P5 = bunga tanpa perlakuan CaCl 2, disimpan dalam larutan pengawet Anggrek biasanya dipanen jika 70% bunga telah mekar dan 30% masih berbentuk kuncup, dan untuk pemekaran diperlukan asupan karbohidrat yang tinggi sebagai substrat respirasi. Oleh karena itu, kandungan karbohidrat sangat berpengaruh terhadap vase life (Ichimura et a., 2002). Jika bunga di panen pada stadia mekar penuh, kesegarannya tidak akan bertahan lama, namun jika terlalu awal dipanen persediaan makanan yang terkandung hanya sedikit (Larson. 1992), selain itu pemanenan yang terlalu awal juga dapat menyebabkan pembengkokan pada tangkai kuntum bunga (bent neck) dan kuncup bunga akan gagal mekar.

27 Jumlah Kuntum Perlakuan sangat nyata mempengaruhi jumlah kuntum anggrek pada 12, 15, 18, dan 21 HSP (seperti terlihat pada Tabel 2). Jumlah kuntum antara anggrek yang diberi perlakuan CaCl 2 dengan metode penyemprotan dan perendaman mulai terlihat berbeda sangat nyata saat memasuki 18 HSP (Hari Setelah Perlakuan). Bunga potong anggrek dengan perlakuan penyemprotan lebih mampu mempertahankan jumlah kuntumnya jika dibandingkan dengan perlakuan perendaman. P1 (bunga disemprot dengan larutan CaCl 2 40 ppm, lalu bunga disimpan dalam larutan pengawet) dan P2 (bunga disemprot dengan larutan CaCl 2 80 ppm, bunga hanya disimpan dalam larutan pengawet) tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P5 yaitu anggrek yang hanya direndam dalam larutan holding tanpa diberi perlakuan CaCl 2. Jumlah kuntum bunga pada perlakuan P4 tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan jumlah kuntum bunga pada P0 (anggrek yang tanpa perlakuan CaCl2, hanya direndam dalam air akuades) Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia pada 0 21 HSP HSP Perlakuan (hari setelah perlakuan) P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon tn tn tn tn d 13.0ab 12.5abc 11.5bcd 10.6cd 13.8a ** d 12.3ab 11.9ab 10.3bc 9.3cd 13.3a ** c 11.8a 11.0a 8.7b 8.2bc 12.1a ** c 10.9a 9.3ab 7.1bc 6.8c 10.7a ** Keterangan : P0 = kontrol (tanpa perlakuan CaCl 2 ) bunga disimpan dalam larutan pengawet P1 = bunga disemprot dengan larutan CaCl 2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet P2 = bunga disemprot dengan larutan CaCl 2 80 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet P3 = bunga direndam dengan larutan CaCl 2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet P4 = bunga direndam dengan larutan CaCl 2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan pengawet P5 = bunga tanpa perlakuan CaCl 2, disimpan dalam larutan pengawet tn = tidak berbeda nyata; * = berbeda nyata pada taraf uji F 5% (P<0.05); **= berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1% (P<0.01)

28 Perlakuan P5 (bunga tidak diberi perlakuan CaCl 2 dan hanya disimpan dalam larutan pengawet) sejak awal pengamatan hingga 21 HSP, dapat mempertahankan jumlah kuntumnya di urutan teratas. Jumlah kuntum P3 (bunga disemprot dengan larutan CaCl 2 40 ppm, lalu bunga disimpan dalam larutan pengawet) mulai mengalami penurunan jumlah kuntum yang cukup signifikan pada 9 HSP hingga akhir pengamatan jumlah kuntumnya hanya tersisa setengah dari jumlah kuntum awal begitu pula halnya dengan P4 (bunga disemprot dengan larutan CaCl 2 80 ppm, lalu bunga disimpan dalam larutan pengawet). Memasuki 9 HSP P1, P2 dan P5 masih dapat mempertahankan jumlah kuntumnya tetap tinggi lebih dari setengah jumlah kuntum awal hingga akhir pengamatan. Perlakuan P0 tidak mengandung larutan pengawet apapun dan tidak mengandung sukrosa. Anggrek pada P0 tidak mendapatkan energi untuk mempertahankan kesegaran kuntumnya, sehingga pada akhir pengamatan jumlah kuntum P0 tinggal kurang dari setengah jumlah kuntum awal yaitu sekitar 5 kuntum. Berkurang drastisnya jumlah kuntum bunga pada P0 juga disebabkan oleh banyaknya batang yang terserang cendawan, cendawan menyumbat jaringan pembuluh xilem sehingga asupan air terhambat. Jumlah Kuntum Mekar Hasil pengamatan jumlah kuntum mekar (seperti terlihat pada Tabel 3), menunjukkan bahwa perlakuan CaCl 2 mulai terlihat berpengaruh nyata terhadap jumlah kuntum bunga mekar pada 6 HSP dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah kuntum bunga mekar pada 9 HSP hingga 21 HSP. Jumlah kuntum mekar antara anggrek yang diberi perlakuan dengan metode penyemprotan dan perendaman mulai terlihat berbeda sangat nyata saat memasuki 15 HSP. Tabel 3. Rata-Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia yang Mekar pada 0 21 HSP HSP Perlakuan (hari setelah perlakuan) P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon tn tn 6 8.4b 10.3a 10.3a 9.8ab 9.5ab 10.8a *

29 9 7.6c 10.0ab 10.3a 8.6abc 8.2bc 10.6a ** c 10.0ab 10.0ab 8.0bc 7.4c 10.9a ** b 10.2a 9.8a 7.8b 6.5b 11.0a ** b 10.1a 9.3a 7.0b 6.4b 10.6a ** b 10.0a 8.5a 5.8b 5.6b 9.8a ** Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Jumlah kuntum mekar pada P1 dan P5 sejak 6 HSP hingga menjelang akhir pengamatan cukup tinggi yaitu sekitar 10 kuntum mekar dan mampu bertahan selama 15 hari. Jumlah kuntum mekar tertinggi dicapai oleh P5 pada 15 HSP yaitu sekitar 11 kuntum mekar. Jumlah kuntum mekar P0, P3, dan P4 tertinggi pada 6 HSP, selanjutnya pada 9 HSP hingga 21 HSP jumlah kuntum mekar pada P0, P3, dan P4 terus menurun (Tabel 3). Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Kuntum Mekar Total pada Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia Perlakuan Jumlah Persentase Kuntum Mekar Total Kuntum Mekar Total (%) P0 7.2 b 70 a P1 9.7 a 70 a P2 9.5 a 80 a P3 8.1 b 70 a P4 7.5 b 70 a P a 70 a Respon * tn Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah kuntum mekar total (seperti terlihat pada Tabel 4). Jumlah kuntum mekar total pada perlakuan CaCl 2 antara metode penyemprotan berbeda nyata jika dibandingkan dengan metode perendaman, dimana pada metode penyemprotan memiliki jumlah kuntum mekar total 2 kuntum lebih banyak jika dibandingkan dengan metode perendaman. Jumlah total kuntum mekar P1 dan P2 tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P5, sedangkan perlakuan CaCl 2 dengan metode perendaman (P3 dan P4) tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P0.

30 Persentase Kuntum Mekar Hasil pengamatan persentase kuntum mekar masing-masing perlakuan dari 0-21 HSP (seperti terlihat pada Tabel 5), menunjukkan bahwa perlakuan pada 0 21 HSP tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kuntum mekar. Persentase kuntum mekar tertinggi dicapai pada 21 HSP untuk semua perlakuan kecuali untuk P0 yang mulai menurun jumlah kuntum mekarnya saat memasuki 21 HSP. Persentase kuntum mekar tertinggi adalah P1, P2 dan P5 sebesar 92% dan terendah adalah P0 72%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kuntum mekar total (seperti terlihat pada Tabel 4). Persentase kuntum mekar total tertinggi adalah P2 yaitu 80%, lebih tinggi 10% dibandingkan perlakuan lainnya bahkan lebih tinggi dari P5. Tabel 5. Persentase Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia yang Mekar pada 0 21 HSP HSP Perlakuan (hari setelah perlakuan) P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Perlakuan P0 memiliki persentase kuntum mekar terendah, dimana pada akhir pengamatan hanya 72% kuntum yang berhasil mekar. Hal ini diperkirakan karena P0 banyak yang terserang cendawan. Pada bagian bawah batang terdapat misellium cendawan yang berwarna putih, misellium ini menyumbat jaringan pembuluh xilem pada bagian batang sehingga penyerapan air terhambat (Anjum et al., 2001). Larutan holding pada P0 hanya berisi akuades dan tidak mengandung asam salisilat. Asam salisilat memiliki peranan penting dalam pertahanan tanaman terhadap penyakit. Asam salisilat mencegah masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme parasit disekitar luka tersebut (Zhiqiang et

31 al., 1996). Menurut Nurfitria (2004) asam salisilat efektif mengatasi penyumbatan yang terjadi dalam tangkai bunga sehingga dapat meningkatkan kuncup bunga yang mekar. Jumlah Kuntum Layu Hasil pengamatan jumlah kuntum layu (seperti terlihat pada Tabel 6), menunjukkan bahwa perlakuan CaCl 2 berpengaruh nyata pada 9 HSP dan berpengaruh sangat nyata pada 6, 12, 15 HSP. Jumlah kuntum layu terbanyak adalah P1 pada 21 HSP yaitu 3.4 kuntum bunga. Kuntum dengan perlakuan P1, P2 dan P5 lebih mampu mempertahankan kesegarannya dari 0 HSP hingga 15 HSP dan mulai layu pada 21 HSP, sebaliknya kuntum P0, P3 dan P4 sudah banyak mengalami kelayuan pada 6 HSP. Hasil pengamatan untuk jumlah kuntum layu total (seperti terlihat pada Tabel 7), menunjukkan berbeda nyata untuk semua perlakuan. Perlakuan P3 mengalami jumlah kuntum layu terbanyak yaitu 3.7 sedangkan terendah adalah pada P1, P2 dan P5 yaitu 3.1. Menurut Havely dan Mayak (1979) kelayuan terjadi karena perubahan potensial air pada jaringan, sehingga tegangan turgor menurun yang menyebabkan perubahan elastisitas jaringan membuat jaringan menjadi terkulai dan mengkerut. Memasuki 6 HSP kuntum yang paling banyak mengalami kelayuan adalah pada kuntum yang diberi perlakuan CaCl 2 dengan menggunakan metode perendaman (P3 dan P4), hal ini diperkirakan karena pada perlakuan dengan metode perendaman kuntum bunga tertumpuk tumpuk dengan bunga lainnya sehingga kerusakan mekanis akibat gesekan dapat menyebabkan lecet lecet pada bagian bagian bunga dan menstimulasi produksi etilen. Etilen dapat mempercepat kelayuan sehingga mengurangi kualitas bunga (Reid 1985).

32 Tabel 6. Rata Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia yang Layu pada 0 21 HSP HSP Perlakuan (hari setelah perlakuan) P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon c 1.3c 1.2c 2.4ab 2.6a 1.3bc ** 9 1.9a 0.9ab 1.2ab 1.5a 1.5a 0.5b * a 1.4b 1.1b 2.5a 2.7a 1.3b ** a 1.1c 1.6bc 2.7ab 1.8abc 2.2abc ** tn tn Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Persentase Kuntum Layu Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase kuntum layu (seperti terlihat pada Tabel 7), berbeda nyata pada 18 HSP dan berbeda sangat nyata pada 6, 9, 12, 15 HSP. Persentase kuntum layu tertinggi adalah P0 pada 21 HSP (40%) dan persentase kuntum layu terendah adalah P1 dan P2 yaitu 30% pada 21 HSP. Tabel 7. Persentase Kuntum Layu Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia pada 0-21 HSP HSP Perlakuan (hari setelah perlakuan) P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon c 8bc 8c 15ab 19ab 9cb ** 9 15a 6cb 8abc 12ab 13a 4c ** 12 34a 10c 9c 21b 26ab 9c ** 15 41a 9c 13c 27b 18bc 16bc ** 18 40a 17b 21ab 34a 29ab 16b * tn Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Tingginya persentase kelayuan pada P0 disebabkan karena larutan holding pada P0 hanyalah berisi akuades, bunga tidak mendapatkan sumber karbohidrat untuk metabolisme selain dari sisa cadangan makanan pada batang.

33 Hal ini menyebabkan rendahnya laju respirasi sehingga kelayuan dapat terjadi. Selain itu kelayuan dapat terjadi karena hambatan penyerapan air yang disebabkan oleh bakteri, Cendawan dan mikroorganisme lainnya (Nelson, 1981). Menurut Ichimura (2002) embolisme dapat menyebabkan Bent neck karena asupan air ke bunga terhambat. Tabel 8. Jumlah Kuntum Layu dan persentase Kuntum Layu Total pada Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia Perlakuan Jumlah Persentase Kuntum Layu Total Kuntum Layu Total (%) P0 3.5 ab 40a P1 3.1 b 30b P2 3.1 b 30b P3 3.7 a 40a P4 3.6 ab 40a P5 3.1 b 30b Respon * ** Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Hasil pengamatan untuk persentase kuntum layu total (disajikan pada Tabel 8), menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kuntum total. Persentase kuntum total tertinggi adalah pada perlakuan P0, P3 dan P4 yaitu sebesar 40% sedangkan terendah pada P1, P2, dan P5 sebanyak 30% kuntum layu. Jumlah Kuntum Gugur Hasil pengamatan jumlah kuntum gugur (seperti terlihat pada Tabel 9), menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata pada 9 dan 18 HSP dan berpengaruh sangat nyata pada 12 dan 15 HSP. Jumlah kuntum gugur terbanyak adalah perlakuan P0 yaitu 2.7 kuntum bunga pada 1 HSP, sedangkan jumlah kuntum gugur terendah adalah P1 sebanyak 0.9 kuntum bunga pada 12 HSP. Perlakuan penyemprotan di setiap pengamatan memiliki jumlah kuntum gugur lebih rendah jika dibandingkan perlakuan perendaman, namun jumlah kuntum gugurnya masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan dengan P5.

34 Tabel 9. Rata Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia yang Gugur pada 0 21 HSP HSP Perlakuan (hari setelah perlakuan) P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon tn tn 9 1.3ab 1.3ab 0.8b 2.3a 2.1a 1.2ab * a 0.9bc 1.5bc 1.6ab 1.5bc 0.7c ** a 0.7bc 0.6c 1.1bc 1.3b 0.5c ** a 0.4b 0.9ab 1.6a 1.1ab 1.3a * tn Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Tabel 10. Jumlah dan Persentase Kuntum Gugur Total Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia Perlakuan Jumlah Persentase Kuntum Gugur Total Kuntum Gugur Total P0 3.1 a 60 a P1 2.2 b 50 b P2 2.4 b 50 b P3 3.0 a 60 a P4 2.9 a 60 a P5 2.2 b 50 b Respon * * Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah kuntum gugur total (seperti terlihat pada Tabel 10). Jumlah kuntum gugur total terbanyak adalah P0 yaitu sebanyak 3.1 kuntum bunga, sedangkan terendah adalah P1 dan P5 sebanyak 2.2 kuntum bunga gugur. Jumlah kuntum gugur total pada kuntum yang diberi perlakuan dengan metode penyemprotan berbeda nyata dengan kuntum yang diberi perlakuan dengan metode perendaman, dimana perlakuan dengan metode penyemprotan lebih mampu mempertahankan jumlah kuntumnya. Persentase Kuntum Gugur Hasil pengamatan persentase jumlah kuntum gugur (seperti terlihat pada Tabel 11), menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah kuntum gugur pada 9 dan 18 HSP dan berpengaruh sangat nyata pada 12

35 dan 15 HSP. Persentase kuntum gugur tertinggi adalah pada perlakuan P4 yang mencapai 61% pada 21 HSP dan persentase kuntum gugur terendah adalah pada P1 sebesar 11% pada 9 HSP. Persentase kuntum gugur tertinggi pada akhir pengamatan adalah perlakuan P4 sebesar 61% dan terendah adalah pada P1 sebesar 10%. Dari awal pengamatan hingga 18 HSP kuntum bunga anggrek Dendrobium Woxinia yang diberi perlakuan CaCl 2 dengan metode penyemprotan baik dengan konsentrasi 40 ppm maupun dengan konsentrasi 80 ppm lebih mampu mempertahankan kesegaran kuntumnya sehingga jumlah kuntum gugurnya cukup rendah jika dibandingkan dengan bunga anggrek Dendrobium yang diberi perlakuan CaCl 2 dengan metode perendaman yang lebih tinggi jumlah kuntum gugurnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase kuntum gugur total (seperti terlihat pada Tabel 10). Persentase kuntum gugur total tertinggi adalah pada P0, P3 dan P4 sebesar 60%, lebih tinggi 10% dari P1, P2 dan P5. Tabel 11. Persentase Kuntum Gugur Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia pada 0 21 HSP HSP Perlakuan (hari setelah perlakuan) P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon tn 6 10ab 6ab 4b 9ab 14a 6ab tn 9 12abc 11abc 7c 20a 22ab 9bc * 12 36a 7b 13b 16b 16b 5b ** 15 41a 6bc 5bc 11bc 17b 4c ** 18 22ab 3c 9bc 26a 15abc 13abc * tn Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Volume dan ph Larutan Holding pada Akhir Pengamatan Volume dan ph larutan holding diukur pada akhir pengamatan. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap volume dan ph larutan holding (seperti terlihat pada Tabel 12). Perlakuan P0 memiliki volume larutan terserap paling rendah yaitu hanya 6.8 ml, sedangkan volume serapan tertinggi adalah pada P5 yaitu 9.9 ml.

36 Tabel 12. Rata Rata Volume Larutan Yang Terserap dan ph Akhir Larutan Perlakuan Volume ph P0 6.8 b 4.6 a P1 9.8 a 2.1 c P2 9.8 a 2.0 c P3 9.7 a 2.0 c P4 9.5 a 2.0 c P5 9.9 a 2.4 b Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Volume larutan yang terserap oleh P0 lebih sedikit dan ph P0 lebih tinggi jika dibandingkan perlakuan lainnya. Volume larutan terserap yang lebih rendah pada P0 dapat disebabkan oleh terhambatnya jaringan karena mikroorganisme, mengingat hampir seluruh perlakuan P0 terserang cendawan pada bagian ujung batang bunga. Derajat kemasaman (ph) pada P0 juga sangat tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 4.6 sedangkan ph terendah adalah P2, P3 dan P4 yaitu 2.0. Kondisi ph rendah pada larutan holding sangat penting agar larutan holding lebih mudah untuk diserap oleh jaringan pembuluh xilem pada batang dan menghambat berkembangbiaknya Cendawan dan bakteri pada larutan holding. Vase life Bunga Potong Anggrek Vase life adalah lamanya waktu (hari) bunga layak pajang diperagaan, dihitung dari awal panen hingga kurang lebih 50% bunga mengalami kelayuan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap vase life kuntum anggrek. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan CaCl 2 dengan metode penyemprotan berbeda nyata jika dibandingkan dengan metode perendaman (seperti terlihat pada Tabel 13), dimana kuntum yang diberi perlakuan dengan metode penyemprotan memiliki vase life yang lebih lama jika dibandingkan dengan metode perendaman.

37 Tabel 13. Vase life Anggrek untuk Semua Perlakuan Perlakuan Vase life (hari) P b P a P a P b P b P a respon * Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Vase life P1 dan P2 tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P5 (vase life ± 20 hari), sedangkan perlakuan CaCl 2 dengan metode perendaman (P3 dan P4) tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P0 (vase life hari). Menurut Anjum et al., (2001) mikroorganisme yang tumbuh dalam larutan pengawet seperti cendawan dan bakteri dapat memacu produksi etilen dan racun yang dapat mempercepat senecens serta mengurangi masa kesegaran bunga potong. Gambar 4. Kuncup Bunga yang menunjukkan gejala menguning Anggrek dengan perlakuan CaCl 2 menunjukkan gejala menguning (Gambar 4) yang diduga disebabkan oleh konsentrasi penggunaan larutan CaCl 2

38 yang terlalu tinggi. Gejala ini muncul pada kuntum anggrek yang masih kuncup dan biasanya adalah kuncup yang terletak diantara kuntum mekar dan kuntum kuncup. Kuncup tersebut sebelum sempat mekar telah menguning dan gugur terlebih dahulu. Gejala menguning ini pun muncul pada penelitian yang dilakukan oleh Mardiansah (2007) yang melakukan aplikasi penyemprotan CaCl 2 dengan konsentrasi 40, 80 dan 120 ppm pada saat pra panen. Kondisi visual bunga potong anggrek pada berbagai perlakuan seperti terlihat pada gambar 5 dan 6. Gambar 5. Penampilan bunga potong anggrek Dendrobium Woxinia pada berbagai perlakuan pada 5 HSP

39 Gambar 6. Penampilan bunga potong anggrek Dendrobium Woxinia pada berbagai perlakuan pada 21 HSP Infeksi Cendawan Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap infeksi Cendawan pada 3, 6, 9, 12 HSP (seperti terlihat pada Tabel 14). Perlakuan yang paling awal terinfeksi Cendawan dalam jumlah yang cukup tinggi adalah P0. Hal ini disebabkan P0 hanya menggunakan akuades sebagai larutan holding dan tidak mengandung asam salisilat. Seperti yang sudah kita ketahui

40 bersama bahwa asam salisilat sangat bermanfaat mencegah masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme parasit disekitar luka tersebut (Zhiqiang et al., 1996). Tabel 14. Jumlah Tangkai Bunga yang Terinfeksi Cendawan HSP Perlakuan (hari setelah perlakuan) P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon a 0b 0b 0b 0b 0b * 6 13a 0b 0b 1b 1b 0b * 9 13a 4b 4b 6b 8b 3b * 12 14a 5c 7bc 10abc 11ab 14abc * tn tn tn Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Tabel 15. Persentase Terjadinya Infeksi Cendawan HSP Perlakuan (hari setelah perlakuan) P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon * * * * tn tn tn Keterangan : Sama dengan Tabel 2 Infeksi Cendawan mulai tinggi di setiap perlakuan pada 9 HSP dan terus meningkat jumlahnya, hingga akhir pengamatan hanya menyisakan 5 batang bunga yang tidak terinfeksi cendawan antara lain 1 batang pada P0, 1 batang pada P1 dan 3 batang pada P3. Batang yang terinfeksi cendawan seperti terlihat pada gambar 7. Tingginya tingkat kontaminasi Cendawan pada penelitian ini diduga karena suhu yang berubah ubah, yang disebabkan oleh matinya lampu beberapa kali saat penelitian sedang berlangsung. Saat siang hari udara cukup panas bisa mencapai 28ºC karena laboratorium tempat penelitian berlangsung berada pada lantai paling atas gedung, udara panas menyebabkan leher bagian dalam botol

41 berkeringat dan lembab sehingga memudahkan Cendawan untuk berkembangbiak. Jenis Cendawan yang menyerang adalah Cendawan upas (Upasia salmonicolor). Gambar 7. Tangkai Bunga Anggrek yang Terserang Cendawan Upas Upas Gambar 8. Kondisi Tangkai Bunga Anggrek yang Terserang Cendawan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Menurut Sheehan (1992) anggrek merupakan tanaman hias yang unik. Tanaman ini memiliki perbedaan vegetatif yang luas. Berdasarkan taksonomi, anggrek termasuk famili yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = µ + A i + B j + (AB) ij + C k + ijk

BAHAN DAN METODE. = µ + A i + B j + (AB) ij + C k + ijk 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Dendrobium sp

TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Dendrobium sp 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Dendrobium sp Anggrek termasuk golongan Monocotyledoneae dan famili Orchidaceae. Famili ini terdiri atas 900 genus dan lebih dari 25.000 spesies (Llamas, 2003). Kontribusi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anggrek Dendrobium

TINJAUAN PUSTAKA Anggrek Dendrobium TINJAUAN PUSTAKA Anggrek Dendrobium Anggrek termasuk golongan Monocotyledoneae dan family Orchidaceae. Famili ini terdiri atas 900 genus dan lebih dari 25,000 spesies (Llmas, 2003). Dendrobium adalah salah

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia

PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia Oleh Nurcahyawati A34304043 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia

PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia Oleh Nurcahyawati A34304043 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mawar merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat, karena

I. PENDAHULUAN. mawar merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Florikultura merupakan sektor bisnis yang menjanjikan, salah satunya agribisnis bunga potong. Bisnis bunga potong berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan. Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan. Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2013) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Mawar Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Plantae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bunga potong dapat diartikan sebagai bunga yang dipotong dari tanamannya dengan tujuan sebagai penghias ruangan atau karangan bunga. Menurut Widyawan dan Prahastuti

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendaman bunga potong pada hari ke 6 pengamatan disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendaman bunga potong pada hari ke 6 pengamatan disajikan pada Tabel 4. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. ph larutan Derajat keasaman (ph) merupakan tingkatan asam basa suatu larutan yang diukur dengan skala 0 sampai dengan 14. Tinggi rendahnya ph air sangat dipengaruhi oleh kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 Rata-rata volume larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga disajikan pada Tabel 2. Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa konsentrasi aplikasi chitosan tidak memberikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Anggrek Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili tanaman terbesar yang terdiri dari 900 Genus dan 25.000 spesies (La Croix, 2008).

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bunga potong mawar (Rosa hybrida L.) merupakan salah satu kelompok tanaman hias yang populer dalam tatanan kehidupan manusia karena bentuk dan warna yang menarik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunga potong adalah bunga yang kini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan rangkaian bunga salah satunya adalah Bunga Krisan. Hasil observasi di Pasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mawar Menurut Tjitrosoepomo (1996), Morfologi tanaman mawar adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub- Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermathopyta

Lebih terperinci

Fisiologi Pasca Panen Pada Bunga Anggrek Potong FISIOLOGI PASCA PANEN PADA BUNGA ANGGREK POTONG

Fisiologi Pasca Panen Pada Bunga Anggrek Potong FISIOLOGI PASCA PANEN PADA BUNGA ANGGREK POTONG FISIOLOGI PASCA PANEN PADA BUNGA ANGGREK POTONG Oleh : Siswadi PENDAHULUAN Anggrek merupakan tanaman yang sangat banyak jenisnya, terutama keindahan bunganya. Bentuk, ukuran variasi warna, dan corak bunga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO

PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO Oleh : Pratiwi Amie Pisesha (A34303025) DEPARTEMEN AGRONOMI DAN

Lebih terperinci

2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI PENGARUH PERLAKUAN PRA PENYIMPANAN, SUHU DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KESEGARAN BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamessonii) SELAMA PENYIMPANAN Oleh : GD SUASTAMA SAGITA MANU F14103014 2007

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Krisan (Crysanthemum sp.) Krisan (Crysanthemum sp.) adalah tanaman yang berasal dari Cina.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Krisan (Crysanthemum sp.) Krisan (Crysanthemum sp.) adalah tanaman yang berasal dari Cina. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Krisan (Crysanthemum sp.) Krisan (Crysanthemum sp.) adalah tanaman yang berasal dari Cina. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), tingkatan takson dari krisan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A34304039 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI Oleh : ANUM PETALARIFARRDHI A 34303057 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN PELAPIS DAN PLASTIK KEMASAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh WATI ANGGRAENI A

PENGGUNAAN BAHAN PELAPIS DAN PLASTIK KEMASAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh WATI ANGGRAENI A PENGGUNAAN BAHAN PELAPIS DAN PLASTIK KEMASAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA SIMPAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh WATI ANGGRAENI A34303004 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

PENGARUH PULSING DENGAN AIR KELAPA DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUNGA POTONG MAWAR (Rosa hybrida) ABSTRACT ABSTRAK

PENGARUH PULSING DENGAN AIR KELAPA DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUNGA POTONG MAWAR (Rosa hybrida) ABSTRACT ABSTRAK PENGARUH PULSING DENGAN AIR KELAPA DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUNGA POTONG MAWAR (Rosa hybrida) Riva R. Rengkuan ) Ireine A. Longdong STP, MP ) Dr. Ir Lady C. Ch. Lengkey, MSi ) ABSTRACT Effects

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO

PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO Oleh Riyanti Catrina Helena Siringo ringo A34404062 PROGRAM STUDI PEMULIAAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

No. 5 - September 2009 Teknik Pengemasan

No. 5 - September 2009 Teknik Pengemasan No. 5 - September 2009 Teknik Pengemasan Þ«²¹ б ±²¹ Ó Bunga mawar sebagai bunga potong bermanfaat untuk dekorasi ruangan baik perkantoran, hotel, maupun restoran tampil baik secara tunggal, bergerombol,

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO Oleh : SITI SYARA A34301027 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl 2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Oleh : Mawardi A

PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl 2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Oleh : Mawardi A PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl 2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Oleh : Mawardi A00499046 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PENGARUH

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Stek Pengamatan keadaan umum stek bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kualitas dan daya tumbuh stek selama penyimpanan. Keadaan umum stek yang diamati meliputi warna,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboraturium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Benih Kedelai Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya kemunduran benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ektrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Persentase Daya Berkecambah Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pengamatan persentase

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PENINGKATAN PRODUKSI BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PACLOBUTRAZOL PADA BERBAGAI KONSENTRASI Oleh WAHYU OKTAVIANI A 34104010 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Anggrek, Kebun Raya Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010 hingga Juni 2011. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A24053423 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RISZKY DESMARINA.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan iradiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga. yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga. yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga mawar sangat pantas menyandang julukan si Ratu Bunga karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunga yang cantik menawan dengan aneka ragam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Pertumbuhan Tanaman Lily

PEMBAHASAN Pertumbuhan Tanaman Lily 62 PEMBAHASAN Pertumbuhan Tanaman Lily Pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif dilakukan terhadap 20 tanaman contoh untuk setiap varietas. Lily yang dibudidayakan di kebun produksi Cibodas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

Jurnal Agrijati V. 14 (1); Agustus, 2010

Jurnal Agrijati V. 14 (1); Agustus, 2010 Pengaruh Konsentrasi Gula dan AgNO 3 dalam Larutan Pulsing terhadap Mutu Keragaan Bunga Mawar Potong (Rosa sinensis L.) Oleh : Siti Wahyuni Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b)

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b) 45 Pembahasan Penggunaan benih yang bermutu baik merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi tanaman bawang merah. Rendahnya produksi tanaman bawang merah khususnya di daerah sentra

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN USAHA TANAMAN HIAS CALLA LILY

BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN USAHA TANAMAN HIAS CALLA LILY BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN USAHA TANAMAN HIAS CALLA LILY (Zantedeschia sp.), KRISAN (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) DAN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosasinensis) DI PT MANDIRI JAYA FLORA INDONESIA Oleh:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya dengan berbagai spesies flora. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah SWT yang seharusnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae; kelas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai bentuk dan penampilan yang indah (Iswanto, 2002). Tanaman

Lebih terperinci

PERLAKUAN FISIK DAN KJMIA. UNTUK RlElMPERPANJANG KESEGARlN BUNGA POTONG

PERLAKUAN FISIK DAN KJMIA. UNTUK RlElMPERPANJANG KESEGARlN BUNGA POTONG PERLAKUAN FISIK DAN KJMIA UNTUK RlElMPERPANJANG KESEGARlN BUNGA POTONG SEDAP NIALAM (Polianthes tuberose L.) Oleh FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Supardi. F. 29.0098. Perlakuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lewikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN RELA SARTIKA A24050014 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci