HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Stek Pengamatan keadaan umum stek bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kualitas dan daya tumbuh stek selama penyimpanan. Keadaan umum stek yang diamati meliputi warna, bau, dan tekstur stek. Menurut Budiyanto (2002) pengawetan pada bahan pangan bertujuan untuk menjaga tekstur, rasa, aroma atau bau dan warna sehingga terjaga kualitasnya. Berdasarkan hal tersebut pada pengamatan warna stek untuk mengetahui adanya perubahan warna, apabila selama penyimpanan terjadi perubahan warna mengindikasikan adanya kontaminasi dari mikroorganisme. Pada pengamatan bau stek, stek yang tercium bau busuk mengindikasikan adanya kontaminasi mikroorganisme, sedangkan pengamatan tekstur untuk mengetahui kadar air selama penyimpanan. Stek yang mendapat perlakuan pengawetan gula sebagian stek mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan. Hal ini terlihat pada lama penyimpanan 9-15 hari, sebagian besar dari setiap kluster (1 kluster (pengulangan) = 5 stek) terdapat 3-5 stek berwarna kecoklatan, sedangkan pada lama penyimpanan 3-6 hari jumlah stek yang mengalami perubahan warna tidak sebanyak pada lama penyimpanan 9-15 hari (Gambar 2b). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan warna disebabkan adanya mikroorganisme yang memanfaatkan gula sebagai sumber nutrisinya. Stek yang kehilangan gula akan berwarna coklat dan kering. Menurut Suwijah (2011), mikroorganisme membutuhkan karbon dan nitrogen untuk pertumbuhannya, dimana kebutuhan akan karbon dapat diperoleh dalam bentuk karbohidrat sederhana, misalnya: sukrosa, glukosa, fruktosa, dll. b a Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel Gambar 3. Stek dengan Tekstur Kering dan Berwarna Kecoklatan pada Perlakuan Silica gel 15

2 Pengujian bau stek tercium bau busuk pada lama penyimpanan 9-15 hari, hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan pengawetan gula terjadi kontaminasi cendawan (Gambar 2a). Pada pengujian tekstur, sebagian besar stek dengan pengawetan gula mengalami perubahan tekstur menjadi kering (Gambar 3). Hal ini terlihat dengan banyaknya stek yang berwarna kecoklatan. Ciri-ciri stek yang terkontaminasi mikroorganisme yaitu terlihat adanya lendir berbau apabila terserang bakteri atau terdapat bercak serta stek berubah warna dimulai dari warna kuning, coklat muda hingga coklat tua apabila terserang cendawan (Meilawati, 2008). Gambar 4. Warna Stek Hijau dan Tidak terdapat Cendawan pada Perlakuan Lilin Stek dengan perlakuan pengawetan lilin selama masa penyimpanan 3-15 hari tidak mengalami perubahan warna dan bau serta tidak terdapat kontaminasi mikroorganisme (Gambar 4). Hal ini disebabkan lapisan lilin pada permukaan stek menghalangi mikroba masuk ke dalam jaringan sehingga tidak ada kontaminasi yang dapat menyebabkan perubahan warna dan bau. Hal yang berbeda pada pengamatan tekstur, tekstur stek terlihat kering karena stek tidak mengalami respirasi. Menurut Suhaidi (2008) salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan kesegaran buah adalah dengan melapisi buah dengan lilin. Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan dan menghambat laju respirasi. Stek yang banyak terdapat kontaminasi mikroorganisme yaitu pada pengawetan dengan menggunakan silica gel dan kontrol. Pada penggunaan bahan pengawet silica gel, stek banyak mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan pada masa penyimpanan 9-15 hari. Secara umum warna stek pada penyimpanan dengan perlakuan pengawetan silica gel berwarna kecoklatan, berjamur, dan lembab. Keadaan stek yang banyak berjamur karena kadar air yang masih tinggi. Kondisi ini 16

3 disebabkan jumlah silica gel yang ditambahkan kurang banyak sehingga tidak dapat menyerap kadar air secara maksimal. Rendahnya penyerapan air menyebabkan kondisi didalam karung menjadi lembab yang dapat mempermudah berkembangnya cendawan. Penyimpanan stek dengan menggunakan refrigerator tidak terjadi perubahan warna, bau dan tekstur selama 15 hari masa penyimpanan. Kondisi ini diindikasikan warna stek masih segar, bau khas dan tekstur stek tetap terjaga. Hal ini dikarenakan penyimpanan menggunakan refrigerator pada suhu 4ºC aktifitas dari mikroba terhambat sehingga stek tidak terkontaminasi, selain itu aktivitas hormon pertumbuhan terhambat karena stek mengalami dormansi. Witoyo (2001) menyatakan bahwa, mikroorganisme yang tumbuh pada jamur tiram putih yang disimpan pada suhu 16ºC lebih banyak daripada jamur tiram putih yang disimpan pada suhu 4ºC. Siregar (2011) menambahkan bahwa, salah satu faktor penghambat perkecambahan yaitu terjadinya dormansi pada benih. Keadaan umum stek yang baik yaitu perlakuan pengawetan lilin dan refrigerator. Pada penggunaan lilin terhambatnya respirasi menyebabkan kadar air yang hilang rendah sehingga warna stek masih segar. Rendahnya penguapan air meminimalkan kerusakan stek akibat kontaminasi mikroorganisme yang berpengaruh pada perubahan warna atau bau stek. Pada penggunaan refrigerator aktivitas mikroba terhambat pada suhu dingin sehingga tidak ada stek yang terkontaminasi. Pada suhu refrigerator, aktivitas mikroba akan semakin melemah bila tidak dilakukan penyegaran media yang mengandung nutrisi untuk mikroba (Thalib dan Widiawati, 2010). Selain itu, pada penyimpanan dengan menggunakan refrigerator, terhambatnya aktivitas hormon pertumbuhan yang menyebabkan stek tidak berubah warna menjadi kuning ataupun kecoklatan. Sehingga kondisi stek dengan penyimpanan menggunakan refrigerator atau lilin memiliki warna, tekstur, dan baunya masih segar seperti pada saat diambil dari kebun. 17

4 Penyusutan Bobot Stek Penyusutan bobot yang didapatkan diperhitungkan untuk mengetahui kekurangan bobot stek selama masa penyimpanan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan stek tersebut. Tabel 2. Rataan Penyusutan Bobot Stek (g) Selama Penyimpanan Bahan pengawet Lama penyimpanan (hari) Rata-rata Kontrol 5,84±1,31 bcd 11,76±1,57 fgh 13,56±1,73 hi 18,56±7,43 jkl 17,96±1,06 jk 13,54±5,18 Gula 6,24±1,19 bcde 8,92±1,40 cdef 12,92±1,69 ghi 18,28±5,64 jkl 22,12±4,83 l 13,69±6,54 Lilin 5,32±1,12 abc 9,56±2,02 defg 11,48±0,93 fgh 15,64±1,25 ij 19,48±4,96 jkl 12,29±5,47 Silica gel 5,44±1,85 abc 10,00±2,33 efgh 15,76±2,13 ij 16,64±2,98 ij 20,72±2,62 kl 13,71±6,00 Refrigerator 1,76±0,43 a 2,64±0,52 ab 3,04±0,73 ab 3,60±1,32 ab 5,80±1,56 bcd 3,37±1,52 Rata-rata 4,92±0,23 8,58±0,82 11,35±0,51 14,54±2,84 17,22±2,17 Keterangan: Superskrip pada kolom dan baris menunjukkan hasil nyata (P<0.05) Data pada Tabel 2 diketahui bahwa penggunaan refrigerator pada lama penyimpanan 3 hari (P<0,05) menunjukkan rataan penyusutan bobot yang paling baik jika dibandingkan bahan pengawet dan lama penyimpanan lainnya. Stek yang disimpan pada refrigerator dilihat dari kolom rataan penyusutan bobotnya paling kecil dibandingkan cara pengawetan yang lain. Pada semua perlakuan semakin lama stek disimpan maka semakin besar penyusutan bobotnya. Persentasi bobot stek selama penyimpanan menunjukkan persentasi penyusutan bobot stek tertinggi adalah stek dengan perlakuan pengawetan gula pada lama penyimpanan 15 hari (Gambar 5). Persentasi penyusutan bobot stek pada perlakuan ini sebesar >30% sehingga besar kemungkinan stek kehilangan cadangan energi untuk pertumbuhan, yang mengakibatkan pertumbuhan stek lambat. Pada pengawetan menggunakan refrigerator, persentasi penyusutan bobot stek sebelum dan sesudah pengawetan tidak banyak berkurang pada setiap waktu penyimpanan. Pengawetan menggunakan refrigerator, persentasi penyusutan bobot stek lebih rendah dibandingkan perlakuan pengawetan lainnya. 18

5 Gambar 5. Persentasi Penyusutan Bobot Stek Selama Penyimpanan Hal ini disebabkan aktivitas hormon pertumbuhan terhambat selama penyimpanan pada suhu dingin. Menurut Yunarti (2008), pada suhu tinggi aktivitas hormon pertumbuhan akan semakin meningkat sehingga menyebabkan laju respirasinya meningkat pula, dan semakin tinggi suhu maka laju respirasinya semakin tinggi. Laju respirasi yang paling rendah pada suhu 5ºC sedangkan laju respirasi tinggi yaitu pada suhu ruang. Kecilnya persentasi penyusutan bobot pada penggunaan refrigerator menunjukkan perlakuan ini paling efektif untuk tetap mempertahankan bobot stek. Stek dengan perlakuan pengawetan lilin pada lama penyimpanan 15 hari persentasi penyusutan bobot stek tidak jauh berbeda seperti pada lama penyimpanan 12 hari, hal ini dapat dimanfaatkan untuk pengawetan stek lebih dari 1 minggu. Pada perlakuan ini perlu penanganan khusus untuk menekan penyusutan bobot stek tidak mencapai sebesar >20% agar stek dapat tumbuh dengan baik. Awal Pertumbuhan Setelah Tanam Awal pertumbuhan setelah tanam pada stek rumput merupakan stek yang telah tumbuh tunas ataupun kuncup daun mulai 2 HST (Hari Setelah Tanam). Hal tersebut mengindikasikan pertumbuhan tanaman yang baik untuk pertumbuhan selanjutnya. 19

6 Rataan hari awal pertumbuhan setelah tanam merupakan rata-rata awal hari pertumbuhan stek setelah ditanam dengan indikasi tumbuhnya tunas ataupun kuncup daun, dapat dilihat pada Gambar 6. a Gambar 6. Pertumbuhan Kuncup Stek pada Perlakuan Gula (a), Pertumbuhan Kuncup Daun pada Perlakuan Lilin (b) b Pada perlakuan pengawetan gula dengan lama penyimpanan 12 hari, rataan tumbuh muncul daun pertama 2 HST. Hal disebabkan cadangan makanan yang dibutuhkan selama penyimpanan masih tersedia, sehingga saat penanaman stek lebih cepat tumbuh. Gambar 6 menunjukan beberapa contoh stek yang mulai tumbuh pada pengamatan 2 HST. Stek yang diambil data yaitu stek yang sudah tumbuh kuncup (Gambar 6a) ataupun stek yang sudah tumbuh daun yaitu pada (Gambar 6b), stek tersebut mengindikasikan stek yang memiliki kualitas tumbuh baik yaitu berwarna hijau segar. Tunas baru banyak tumbuh pada bagian pangkal stek (Gambar 6a). Pangkal stek mengandung karbohidrat dan nitrogen yang lebih banyak daripada bagian ujung stek sehingga dapat mempercepat proses inisiasi. Stek yang proses inisiasinya cepat cenderung resisten terhadap penyakit yang menyerangnya sehingga peresentase stek hidupnya menjadi lebih tinggi (Meilawati, 2008). Pada awal penanaman stek batang Euphorbia milii, stek masih memiliki cadangan makanan yang cukup sehingga mampu memenuhi nutrisi bahan stek agar tetap bertahan hidup dimana bahan stek masih terlihat segar dan tahan terhadap penyakit (Napitupulu, 2006). 20

7 Gambar 7. Rataan Hari Awal Pertumbuhan setelah Tanam Grafik pada gambar 7 menunjukkan kontrol dan perlakuan pengawetan lainnya rataan tumbuh muncul daun pertama 4 HST. Hal ini disebabkan rendahnya kemampuan tumbuh pada awal pertumbuhan setelah tanam. Rendahnya kemampuan tumbuh pada awal pertumbuhan disebabkan sebagian besar cadangan makanan yang diperlukan sebagai faktor yang membantu pertumbuhan sudah dipergunakan pada saat masa penyimpanan. Tanaman yang mengandung rasio karbohidrat-nitrogen yang tinggi dapat mempercepat proses inisiasi pada pertumbuhan awalnya (Hartman dan Kester 1997). Stek dengan perlakuan menggunakan refrigerator memiliki kemampuan ratarata tumbuh awal yang lebih lambat dibandingkan perlakuan lain karena memerlukan waktu lebih lama untuk mengaktifkan hormon pertumbuhan pada suhu tumbuh normal (sekitar suhu 25ºC), karena hormon pertumbuhan tersebut terhambat aktivitasnya pada suhu rendah. Pada stek perlakuan silica gel, memiliki kemampuan rata-rata tumbuh 10 HST dengan lama penyimpanan 3 dan 6 hari, sedangkan pada masa simpan 9-15 hari tidak ada stek yang tumbuh. Hal ini disebabkan stek dengan pelakuan silica gel banyak yang terkontaminasi cendawan sehingga mempengaruhi kemampuan tumbuhnya. Hartman et al (1997) menyatakan bahwa serangan cendawan pada stek dapat langsung menurunkan daya tumbuh dan kemampuan stek 21

8 untuk bertahan hidup sehingga stek mengalami kematian. Menurut Edi (2001), kecepatan tumbuh stek yang semakin menurun dikarenakan cadangan karbohidrat yang diperlukan untuk energi oleh stek saat pertumbuhan tunas semakin berkurang, baik akibat respirasi ataupun fermentasi yang dilakukan oleh stek untuk mempertahankan jaringan maupun fermentasi yang dilakukan oleh bakteri atau cendawan yang terdapat pada stek. Daya Tumbuh Stek Daya tumbuh stek diamati untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan pengawetan dan lama penyimpanan terhadap pertumbuhan stek. Dari pengamatan tersebut dapat diketahui perlakuan pengawetan dan lama penyimpanan yang efektif untuk menyimpan stek sehingga akan mempermudah dalam pendistribusian pada usaha penjualan stek rumput. Pada perlakuan pengawetan lilin dengan lama penyimpanan 3 hari, kuncup daun mulai tumbuh 2 HST. Hal ini disebabkan stek masih tersedia cadangan energi (karbohidrat) untuk pertumbuhannya. Menurut Edi (2001), semakin lama penyimpanan maka daya tumbuh stek mengalami penurunan, hal ini disebabkan stek telah kehabisan cadangan energi (karbohidrat) untuk pertumbuhannya. a b Gambar 8. Tumbuh 2 Daun Sempurna (a) pada Perlakuan Refrigerator, Tidak Tumbuh Daun (b) pada Perlakuan Silica gel Stek yang memiliki pertumbuhan cepat pada pengamatan 2 minggu setelah penanaman sudah muncul dua daun sempurna (Gambar 8a), membuktikan bahwa kedua stek memiliki daya tumbuh yang baik. Hal yang berbeda ditunjukkan stek yang memiliki pertumbuhan lambat (Gambar 8b), pada rentang waktu pengamatan yang sama stek belum tumbuh tunas, kuncup, maupun daun. 22

9 Perlakuan pengawetan gula yang mendapatkan asupan energi, stek yang tumbuh lebih sedikit daripada perlakuan pengawetan dengan lilin. Hal ini disebabkan mikroorganisme yang terdapat pada stek melakukan proses fermentasi dengan mengambil cadangan energi yang dibutuhkan stek selama masa penyimpanan. Pemanfaatan cadangan energi oleh mikroorganisme menyebabkan stek kekurangan sumber energi untuk tumbuh. Pada perlakuan pengawetan gula perlu ditambahkan zat atau bahan yang dapat mencegah pemanfaatan sumber energi oleh mikroorganisme. Ramadiana (2008) menyatakan bahwa, pemberian sukrosa ditambah perak nitrat (AgNO 3 ) pada bunga Anggrek mampu mempertahankan daya tumbuh stek hingga 16 hari penyimpanan dengan kesegaran 58,7% dibandingkan kontrol. Stek dengan perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator, tumbuh pada umur 8 HST dan pada pengamatan selanjutnya hanya sedikit stek yang tumbuh. Hal ini disebabkan selama penyimpanan stek mengalami dormansi dan tidak ditambahkan zat pengatur tumbuh yang mampu merangsang pertumbuhan awalnya. Menurut Puspitasari (2008), ZPT (Zat Pengatur tumbuh) memberikan pengaruh nyata pada munculnya tunas, tunas dengan pemberian ZPT muncul pada 6 HST. Pada stek yang disimpan dengan menggunakan refrigerator, banyak stek yang baru tumbuh kuncup daun pada umur 21 HST. Perbedaan waktu tumbuh kuncup daun pertama pada perlakuan ini disebabkan stek memerlukan masa adaptasi setelah dormansi. Menurut Sallisbury dan Ross (1992b), kekurangan air dan rendahnya suhu merupakan faktor pendorong terjadinya dormansi pada tanaman. Keseluruhan perlakuan setelah pengamatan selama 2 minggu penanaman, masih banyak stek yang tumbuh tunas atau daun bahkan hingga 1 bulan setelah penanaman, karena stek telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan. Pada Tabel 3 terlihat bahwa lama penyimpanan 3 hari (P<0,05) pada semua perlakuan pengawetan menunjukkan rataan daya tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan lama penyimpanan 6, 9, 12, dan 15 hari. Hal ini disebabkan stek dengan lama penyimpanan 3 hari belum banyak kehilangan cadangan makanan dan terkontaminasi mikroorganisme sehingga dapat tumbuh dengan baik. 23

10 Tabel 3. Rataan Daya Tumbuh (%) Stek Berdasarkan Pengawetan dan Lama Penyimpanan Bahan pengawet Lama penyimpanan (hari) Rata-rata Kontrol 0,44±0,09 0,16±0,17 0,12±0,11 0,04±0,09 0,04±0,09 0,16±0,16 Gula 0,48±0,30 0,48±0,30 0,12±0,11 0,04±0,08 0,08±0,11 0,24±0,22 Lilin 0,56±0,17 0,08±0,11 0,16±0,17 0,20±0,20 0,12±0,11 0,22±0,19 Silica gel 0,60±0,20 0,28±0,27 0,04±0, ,18±0,26 Refrigerator 0,56±0,17 0,44±0,29 0,24±0,22 0,28±0,30 0,12±0,11 0,33±0,17 Rata-rata 0,53±0,04 a 0,41±0,19 b 0,14±0,09 b 0,11±0,09 b 0,07±0,04 c Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05) Data pada Tabel 3 dilihat dari kolom rata-rata, menunjukkan stek dengan perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator memiliki daya tumbuh paling baik dibandingkan perlakuan lain. Perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator banyak tumbuh setelah 2 minggu pengamatan, hal ini disebabkan stek mengalami dormansi. Kemampuan tumbuh yang baik setelah disimpan dengan menggunakan refrigerator didukung pada pengamatan penyusutan bobot, dimana stek yang mendapat perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator memiliki penyusutan bobot terkecil. Penyusutan bobot yang kecil menunjukkan stek dengan perlakuan ini memiliki cadangan makanan untuk pertumbuhannya. Stek perlakuan pengawetan lilin dengan lama penyimpanan 15 hari, memiliki rataan daya tumbuh yang tidak jauh berbeda dengan perlakuan dengan menggunakan refrigerator. Hal ini dapat dikatakan penggunaan bahan pengawet lilin dapat digunakan sebagai alternatif bahan pengawet dengan daya tumbuh yang tidak jauh berbeda menggunakan refrigerator. Tinggi Vertikal Pengukuran tinggi vertikal dilakukan pada umur 15 HST kemudian dihitung rata-rata tinggi vertikal rumput yang tumbuh untuk mengetahui bahan pengawet yang memiliki kecepatan tumbuh dengan baik. 24

11 Tabel 4. Rataan Tinggi Vertikal (cm) pada Stek dengan Menggunakan Berbagai Jenis Bahan/Alat Pengawet Bahan/alat pengawet Lama penyimpanan (hari) Rata-rata Kontrol 0,56±1,04 1,18±2,63 2,04±2,18 0,30±0,67 0 0,82±0,81 Gula 3,78±4,64 5,12±6,24 2,02±3,08 1,40±3,13 0,44±0,60 2,62±1,83 Lilin 4,55±4,66 1,54±3,44 2,76±2,98 2,90±3,44 0,74±1,08 2,50±1,45 Silica gel 5,60±4,70 3,80±7, ,88±2,65 Refrigerator 2,24±4,57 2,28±1,58 0,34±0,76 1,11±1,75 2,22±3,33 1,64±0,87 Rata-rata 3,35±1,49 a 2,78±1,45 b 1,43±0,49 c 1,14±0,81 c 0,68±0,63 c Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Data pada Tabel 4 diketahui pada semua perlakuan pengawetan dengan lama penyimpanan 3 hari (P<0,05) menunjukkan rataan tinggi vertikal yang lebih baik jika dibandingkan lama penyimpanan 6, 9, 12, dan 15 hari. Perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator memiliki rata-rata tinggi vertikal paling rendah dibandingkan dengan penggunaan bahan pengawet yang lain. Hal ini disebabkan pada saat pengambilan data tinggi vertikal, stek masih dalam tahap adaptasi setelah dormansi. Pada tanaman yang mengalami dormansi membutuhkan waktu beradaptasi terhadap lingkungan sehingga pertumbuhan stek lebih lambat dibandingkan dengan penggunaan bahan pengawet yang lainnya. Stek akan tumbuh dengan normal setelah beradaptasi dengan lingkungannya. Data Tabel 4 menunjukkan semakin lama penyimpanan maka semakin rendah tinggi vertikal. Pembahasan Umum Pengamatan daya tumbuh stek merupakan pengamatan yang paling menentukan, hal tersebut menunjukkan bahwa bahan pengawet tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan stek. Pada lama penyimpanan 3 hari daya tumbuh terbaik yaitu pada penyimpanan menggunaan silica gel. Pada lama penyimpanan stek 6 hari daya tumbuh terbaik yaitu pada penyimpanan menggunakan gula. Pada lama penyimpanan 9 dan 12 hari daya tumbuh stek terbaik yaitu pada penyimpanan menggunakan refrigerator. Sedangkan pada lama penyimpanan 15 hari daya tumbuh terbaik yaitu pada pengawetan dengan menggunakan lilin dan refrigerator. 25

12 Keseluruhan pengamatan penggunaan refrigerator menunjukkan hasil yang baik dibandingkan perlakuan pengawetan yang lainnya karena dapat tumbuh dengan baik hingga lama penyimpanan 15 hari. Hal ini tampak pada kondisi fisik stek dilihat dari keadaan umum stek, setelah mendapat perlakuan pengawetan dan penyimpanan, stek pada perlakuan ini tidak mengalami perubahan fisik. Penelitian Edi (2001) menunjukkan bahwa daya tumbuh stek dengan perlakuan pengawetan silika dapat bertahan hingga lama penyimpanan 10 hari, sedangkan pada penggunaan refrigerator daya tumbuh stek dapat bertahan hingga lama penyimpanan 15 hari. Selain itu juga penggunaan refrigerator dapat mempertahankan kehilangan bobot stek yang berlebihan selama penyimpanan, sehingga pada saat penanaman stek masih memiliki cadangan makanan yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dan tidak adanya kontaminasi dengan mikroorganisme. Stek yang masih tersedia cukup cadangan makanan selama masa penyimpanan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan memiliki pertumbuhan lebih baik, yang ditunjukkan dengan rata-rata tinggi vertikal. Menurut Tukiman (2000), semakin lama bibit disimpan maka tinggi vertikal semakin rendah, kondisi tersebut karena banyaknya cadangan makanan yang digunakan oleh bibit pada saat penyimpanan. Stek dengan perlakuan pengawetan lilin memiliki rata-rata tinggi vertikal lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya. Stek dengan perlakuan ini juga memiliki kemampuan tumbuh daun pertama yang cepat dan rataan daya tumbuh yang tidak jauh berbeda dengan perlakuan menggunakan refrigerator sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet alternatif dengan harga yang murah serta mudah didapatkan. 26

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang

Lebih terperinci

pastura Vol. 3 No. 2 : ISSN : X

pastura Vol. 3 No. 2 : ISSN : X pastura Vol. 3 No. 2 : 65-69 ISSN : 2088-818X UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach) M. Agus Setiana Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Susetyo et al. (1969)

TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Susetyo et al. (1969) TINJAUAN PUSTAKA Rumput Meksiko Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) berasal dari Amerika Tengah, rumput ini termasuk rumput potong yang tumbuh tegak, batang dan daunnya lebar mirip tanaman jagung.

Lebih terperinci

UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach) SKRIPSI VERAWATI AMBARITA

UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach) SKRIPSI VERAWATI AMBARITA UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach) SKRIPSI VERAWATI AMBARITA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu rumah kaca berkisar antara C hingga 37 C, kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan tanaman antara 15 C

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor berupa rerata pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah tunas, pertambahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah organik yang berpeluang digunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian 4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC LAMPIRAN 38 38 Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC Perlakuan Laju pertambahan tinggi (cm) kedelai pada minggu ke- a 1 2 3 4 5 6 7 AUHPGC (cmhari)

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) TK 2 (b) TK 3 (c) TK 4 Gambar 5. Manggis dengan tingkat kematangan berbeda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) TK 2 (b) TK 3 (c) TK 4 Gambar 5. Manggis dengan tingkat kematangan berbeda IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Kematangan Buah Manggis Tingkat kematangan manggis yang dianalisis dalam tahap ini ada 3 yaitu tingkat kematangan 2, 3, dan 4. Tingkat kematangan 2 terlihat dari warna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Laporan Praktikum Biologi : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Kelompok : 1 Aditya Dedi Setyawan 2 Ilhamsyah Dwi Kurniawan P 3 Junita Putri 4 Kezia Angelica Suharto 5 Michael Sugita Daftar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Hasil penelitian pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat dosis S. cerevisiae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Jengkol Klasifikasi tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Pitojo,1992). Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Jamur Tiram Pertumbuhan jamur tiram ditentukan oleh jenis dan komposisi media yang digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan miselium,

Lebih terperinci

Tipe perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Secara umum, pembiakan tanaman terbagi menjadi dua cara yaitu pembiakan generatif dan pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pembiakan P. fluorescens pada Beberapa Formulasi Limbah Organik Populasi P. fluorescens pada beberapa limbah organik menunjukkan adanya peningkatan populasi. Pengaruh komposisi limbah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu semai bibit tomat sampai tanaman dipindahkan di polybag adalah 3 minggu. Pengukuran tinggi tanaman tomat dimulai sejak 1 minggu setelah tanaman dipindahkan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Kulit Manggis Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan mutu dari suatu produk hortikultura. Buah manggis merupakan salah satu buah yang mempunyai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN Oleh : Eddy Afrianto Evi Liviawaty i DAFTAR ISI PENDAHULUAN PROSES PENURUNAN KESEGARAN IKAN PENDINGINAN IKAN TEKNIK PENDINGINAN KEBUTUHAN ES PENGGUNAAN ES

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo selama 3.minggu dan tahap analisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Pengeringan Matahari Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2011 di Fakultas Peternakan, Institut Petanian Bogor, Dramaga. Keadaan cuaca pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Karakter fisik merupakan karakter yang dapat diamati secara langsung, karakter fisik yang diamati pada penelitian ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang Pisang adalah salah satu jenis tanaman pangan yang sudah dibudidayakan sejak dahulu. Pisang berasal dari kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, kemudian menyebar luas

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) dapat dilihat. pada Gambar 1. Gambar 1. Morfologi Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)

II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) dapat dilihat. pada Gambar 1. Gambar 1. Morfologi Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) Klasifikasi tanaman Rumput Raja adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendaman bunga potong pada hari ke 6 pengamatan disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendaman bunga potong pada hari ke 6 pengamatan disajikan pada Tabel 4. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. ph larutan Derajat keasaman (ph) merupakan tingkatan asam basa suatu larutan yang diukur dengan skala 0 sampai dengan 14. Tinggi rendahnya ph air sangat dipengaruhi oleh kandungan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24... (Bar) Suhu 15 0 C 1.64 0.29 0.16 0.32 0.24b 0.32b 0.27b 0.29b 0.39b 0.76b

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pengaruh Auksin (2,4 D) Dan Air Kelapa Terhadap Induksi Kalus Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan salah satu hasil dari ternak yang memiliki kandungan gizi lengkap yang disukai oleh masyarakat. Daging yang dikonsumsi oleh manusia dapat berasal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua bagian dari pohon yaitu akar, batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Laju Respirasi dengan Perlakuan Persentase Glukomanan Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah sawo yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hijauan pakan ternak merupakan sumber pakan utama bagi ternak yang

I. PENDAHULUAN. Hijauan pakan ternak merupakan sumber pakan utama bagi ternak yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan pakan ternak merupakan sumber pakan utama bagi ternak yang ketersediaannya sudah mulai berkurang. Lampung yang merupakan salah satu sentra ternak di Indonesia

Lebih terperinci

MATERI 7. PERBANYAKAN VEGETATIF

MATERI 7. PERBANYAKAN VEGETATIF MATERI 7. PERBANYAKAN VEGETATIF Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN MBAHASAN A. SUSUT BOBOT Perubahan susut bobot seledri diukur dengan menimbang bobot seledri setiap hari. Berdasarkan hasil pengukuran selama penyimpanan, ternyata susut bobot seledri mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Pengertian

1. Pendahuluan. 2. Pengertian PENINGKATAN KUALITAS JERAMI PADI MELALUI PERLAKUAN UREA AMONIASI Oleh : Marjuki Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Telp. : 0341-463508, 08123352241 e-mail : marjuki4663@yahoo.com 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Benih Kedelai Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya kemunduran benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN Oleh: Siti Marwati Jurusan Penidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Pendahuluan Disadari atau tidak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah III. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah buku, dan panjang tangkai bunga. Hasil

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas pertanian perkebunan rakyat. Tanaman ini menjadi andalan bagi petani dan berperan penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan Inokulum terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Kalanjana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan Inokulum terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Kalanjana BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan Inokulum terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Kalanjana Kualitas silase dapat dilihat dari karakteristik fisiknya setelah silase

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Ransum Komplit Karakteristik fisik silase diamati setelah silase dibuka. Parameter yang dilihat pada pengamatan ini, antara lain: warna, aroma silase, tekstur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII) TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII) AINUN ROHANAH SAIPUL BAHRI DAULAY PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FP - USU Evaluasi 1. jumlah kehadiran dalam kuliah 10% 2. Quiz/Tugas 10% 3. Ujian tengah

Lebih terperinci