KAJIAN KEBUTUHAN PRASARANA SEKOLAH DI KOTA MALANG BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
|
|
- Suryadi Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan merupakan kerangka dasar bagi pembangunan nasional, karena dengan pendidikan yang bermutu dapat menciptakan sumber daya manusia yang bermutu pula.sumber daya manusia ini merupakan aktor utama penggerak pembangunan nasional.oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu pilar penting bagi pembangunan wilayah.undang-undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah membawa implikasi yang luas dalam sistem pemerintahan. Dimana dalam undang-undang tersebut disebutkan secara eksplisit bahwa sektor pendidikan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan daerah kabupaten dan kota. Dapat diartikan bahwa kemajuan pendidikan nasional di masa mendatang sangat tergantung dari perhatian pemerintah kabupaten/kota terhadap sektor pendidikan di daerah masing-masing. Dalam hal pengelolaan pendidikan dibidang sarana dan prasarana sekolah, penjelasan PP No. 19 tahun 2005 menyebutkan bahwa SNP dijadikan pedoman untuk mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi siswa secara optimal. Untuk itu, mekanisme pengelolaan sarana dan prasarana sekolah meliputi pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan, inventarisasi, serta penghapusan sarana dan pra-sarana sekolah harus dilaksanakan secara efektif dan efisien.indikatornya nampak dari kesesuaian implementasi kebijakan dengan prinsip-prinsip teoritis dan administratif sesuai Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pendidikan. Pentingnya sarana dan prasarana pendidikan ditekankan pada UU pendidikan No 20 tahun 2003 pada bab XII pasal 45 pada ayat 1 bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social, emosional dan kewajiban peserta didik. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumberdaya pendidikan yang perlu dan penting untuk dikelola dengan baik dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan juga merupakan salah satu unsur manajemen pendidikan yang memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar, 1
2 Sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan, dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tepat dalam proses kegiatan belajar mengajar akan menjadikan proses belajar mengajar menjadi efektif dan efesien. 1.2.Maksud dan Tujuan Maksud Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menyusun Dokumen Kajian KebutuhanPrasarana Sekolah di Kota Malang Tujuan Tujuan dari kegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang adalah: 1. Mengetahui kondisi eksisting tentang Prasarana Pendidikan di Kota Malang. 2. Mengetahui prasarana apa yang perlu diperbaiki, ditambah, atau ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya untuk menunjang kegiatan pendidikan di Kota Malang. 3. Sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan melengkapi prasarana pendidikan yang dibutuhkan yang ada di Kota Malang. 4. Untuk menganalisis bagaimana strategi kebijakan yang perlu dilakukan untuk mengembangkan prasarana pendidikan di Kota Malang. 1.3.Dasar Hukum Landasan hukum yang dipergunakan dalam Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang adalah : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomaor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penlitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 nomor Undng-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Undang- 2
3 Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4965; 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Nasional Pendidikan; 8. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan. 3
4 BAB II RUANG LINGKUP STUDI DAN LANDASAN TEORITIS 2.1.Profil Pendidikan Kota Malang Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2015 yang menyajikan data pada Tahun 2014/2015. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel yaitu data dan indikator, dua jenis data yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator yaitu nonpendidikan dan pendidikan.profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas, dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, tempat olahraga, dan laboratorium. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5Kterdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan 4
5 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atastujuh jenis, yaitu 1) rasio siswa per kelas (R-S/K), 2) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 3) persentase perpustakaan (%Perpus), 4) persentase ruang UKS (%RUKS), 5) persentase ruang komputer (%Rkom), 6) persentase tempat olahraga (%TOR), dan 7) persentase laboratorium (%Lab). Indikator pendidikan termasukmisi K2 terdiri atastiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasukmisi K3 terdiri atas11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SBTK) (khusus SD), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputerbaik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab) (khusus SMP dan SM). Indikator pendidikan termasukmisi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasukmisi K5 terdiri atasempat jenis, yaitu 1) angka partisipasi murni (APM)/angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM) (khusus SD)/angka melanjutkan (AM) (khusus SMP dan SM), 3) angka bertahan 5 (AB5) (khusus SD)/angka bertahan(ab) (khusus SMP dan SM), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada28 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K makadihasilkankinerjadikdasmen berdasarkan komposit indikator tiap misi pendidikan 5K.Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tujuh indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tigaindikator.misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tigaindikator.misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SBTK pada misi K3digunakan pada tingkat SD untuk menghitung kinerja dikdasmen karena SD tidak ada %Lab. Sebaliknya, indikator %Lab pada misi K3 digunakan pada tingkat SMP dan SM untuk menghitung kinerja dikdasmen. Indikator APM pada misi K5 tidak digunakan untuk menghindari duplikasi karena sudah digunakan APK. 5
6 Tabel 2.1 untuk melakukan konversi masing-masing standar Misi No. Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan Misi K1 1 Rasio S/K Siswa Permendikbud 23/2013, 24/2007 (SMA) & 40/2008 (SMK) 2 Rasio K/RK Kelas Ideal 3 % Perpustakaan Persentase Ideal 4 % Ruang UKS Persentase Ideal 5 % R. Komputer Persentase Ideal 6 % Tempat Olahraga Persentase Ideal 7 % Laboratorium Persentase Ideal Misi K2 1 TPS Siswa Angka nasional 2012/ DT Siswa Angka nasional 2012/ SB Rupiah 828,000 1,014,000 1,428,000 - SD, SMP, & SM 70% dr BOS Misi K3 1 % SB TK Persentase Ideal 2 % GL Persentase Ideal 3 R-S/G Siswa Angka nasional 2012/ AL Persentase Ideal 5 AU Persentase Ideal 6 APS Persentase Ideal 7 % RKb Persentase Ideal 8 % Perpus baik Persentase Ideal 9 % RUKS baik Persentase Ideal 10 % RKom baik Persentase Ideal 11 % Lab baik Persentase Ideal Misi K4 1 PG APK Persentase Ideal 2 IPG APK Indeks Ideal 3 % S-Swt Persentase Angka nasional 2012/2013 Misi K5 1 APK Persentase Angka nasional 2012/2013 (SD)/ideal 2 AMM/AM Persentase Angka nasional 2012/2013 (SD)/ideal 3 AB5/AB Persentase Angka nasional 2012/2013 (SD)/ideal 4 RLB Tahun Ideal Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian, sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1.1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna bila nilainya 95,00 dan lebih tinggi, utama bila nilainya 90,00-94,99, madya bila nilainya 85,00-89,99, pratama bila nilainya 80,00-84,99, dan kurang bila nilainya kurang dari 80, Lingkup wilayah Kajian (Lingkup Fisik/territorial) Lingkup Wilayah Kajian (Lingkup Fisik/territorial) Wilayah studi kegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang, yang meliputi luas Kota Malang 110,06 km² yang terdiri dari 5 Kecamatan dan 57 Kelurahan. 6
7 Adapun kecamatan-kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Klojen, Kecamatan Blimbing, Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Sukun Lingkup Kegiatan dan Substansi Ruang lingkup kegiatan dan substantsi untuk kegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolahdi Kota Malang adalah meliputi: 1. Tahap Persiapan Kegiatan persiapan ini bertujuan membuat persiapan khusus yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan, termasuk melakukan koordinasi tim dalam menyusun jadwal dan langkah pelaksanan. Lingkup kegiatan ini meliputi: a. Perencanaan survey; b. Pembuatan mapping sumber informasi dan perolehan data; c. Persiapan alat survey. 2. Tahap Survey dan Studi Literatur Kegiatan survey dan studi literatur bertujuan mengumpulkan data lapangan, data instansional, dan data pustaka. Lingkup kegiatannya meliputi: a. Pelaksanaan survey instansional untuk memperoleh data sekunder, yaitu hal yang terkait dengan informasi Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolahdi Kota Malang b. Pelaksanaan survey instansional, untuk memperoleh data sekunder prasarana pendidikanterkait Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang. c. Pelaksanaan survey lapangan, untuk memperoleh data primerprasarana pendidikan terkait Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang. d. Pelaksanaan studi literatur dan landasan hukum Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang. e. Pembuatan dokumentasi survey 3. Tahap Analisis Data; Data hasil survey disajikan dan disusun secara sistematis, kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis. Lingkup kegiatan dan analisis data dimaksud antara lain sebagai berikut: 7
8 a. Untuk mengetahui kondisi eksistensi tentang Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malangtersebut dilakukan dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif menggambarkan kondisi riil terhadap permasalahan yang ada. b. Untuk mengetahui sarana dan prasarana apa yang perlu diperbaiki, ditambah, atau ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya, dilakukan dengan mapping dan mendeskripsikan kondisi riil yang ada. c. Untuk menganalisis fasilitas sarana prasarana apa saja yang perlu dibangun atau ditingkatkan untuk menunjang kualitas dan kuantitas prasarana pendidikan di Kota Malangdapat dianalisis dengan analisis SWOT. Metode analisis SWOT adalah metode untuk mengetahui internal factor dan external factor yang digunakan untuk meminimalisir kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) dengan cara memaksimalkan potensi kekuatan (strength) dan kesempatan (opportunity) dalam rangka pengembangan prasarana pendidikan di Kota Malang. 4. Tahap Pelaporan; a. Laporan Pendahuluan (Inception Report), dibuat dalam rangka persiapan pekerjaan survey berisikan latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan, ruang lingkup studi, metodologi pendekatan studi dan teknik analisis, jadwal pelaksanaan pekerjaan penyusunan, sistematika laporan kemajuan pekerjaan, struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan, komposisi dan pendayagunaan tenaga ahli maupuninstrumen-instrumen survey yang akan digunakan di lapangan pada saat survey lapangan. b. Laporan Antara (Interim Report), merupakan hasil penyajian, pengolahan dan analisis data hasil survey lapangan dan studi literatur, di wilayah perencanaan, dilengkapi dengan dokumentasi survey lapangan. c. Laporan Akhir (Final Report), merupakan hasil analisis dan pengkajian dari Laporan Interm yang memuat Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang. d. Ringkasan Eksekutif (Executive Summary), merupakan ringkasan Laporan Akhir yang dimampatkan dan dipilah sebagai informasi awal dan data pendukung bagi pimpinan untuk pengambilan keputusan. e. Buku Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang, dilengkapi dokumentasi survey serta hasil kegiatan. 8
9 2.3.Landasan Teoritis Pengelolaan sarana dan prasarana sekolah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pendidikan. Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan memiliki beberapa prinsip dan tujuan yang harus diketahui (Burhanudin, 2010) yaitu sebagai berikut : a. Menciptakan sekolah atau madrasah yang bersih, rapi, indah, sehingga menyenangkan bagi warga sekolah atau madrasah. b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai baik secara kuantitatis maupun kualitatif dan relevan dengan kepentingan pendidikan. Secara umum, proses kegiatan manajemen sarana prasarana pendidikan, meliputi perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penggunaan, inventarisasi dan pengawasan dan pemeliharaan, serta penghapusan.proses-proses inipenting dilakukan agar pengadaan sarana prasarana tepat sasaran dan efektif dalam penggunaan. 1. Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan Perencanaan merupakan seperangkat keputusan yang diambil dalam menentukan kegiatan yang hendak dilakukan pada masa yang akan datang. Hal ini mengindikasikan bahwa perencanaan dalam kegiatan manajemen sarana dan prasarana merupakan rangkaian dari berbagai keputusan yang diambil dengan isi mengenai kegiatan atau prosedur yang akan dilakukan dalam manajemen sarana dan prasarana. Berkaitan dengan perencanaan ini, Jones dalam Sulistyorini menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis jenis pengalaman pendidikan yang diprogramkan sekolah. 2. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan untuk kelancaran dalam proses pendidikan disekolah dengan mengacu pada apa yang telah direncanakan sebelumnya. Ada beberapa cara yang ditempuh untuk mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan di sekolah. 3. Pendistribusian Barang-barang perlengkapan sekolah (sarana dan prasarana) yang telahdiadakan dapat didistribusikan.pendistribusian atau penyaluranperlengkapan merupakan kegiatan pemindahan barang dan tanggungjawab dari seorang penanggungjawab penyimpanan kepada unit-unit atau orang-orang yang membutuhkan barang itu. Dalam rangka itu, ada tiga langkah yang sebaiknya 9
10 ditempuh oleh bagian penanggungjawab penyimpanan atau penyaluran, yaitu: (1) penyusunan alokasi barang; (2) pengiriman barang; (3) penyerahan barang. 4. Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan Inventarisasi merupakan aktifitas dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan.inventarisasi dapat diartikan sebagai pencatatan dan penyusunan barang-barang milik negara secara sistimatis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku. Bahwa barang milik negara berupa semua barang yang berasal atau dibeli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau bagian sebagainya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barang-barang di bawah penguasaan kantor Departemen dan Kebudayaan,baik yang berada di dalam maupun luar negeri. Kegiatan inventarisasi atau pencatatan sarana dan prasarana ini merupakan proses yang berkelanjutan. Dengan melakukan inventarisasi terhadap sarana dan prasarana pendidikan, dapat diketahui jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan, merk, ukuran harga dan sebagainya. 5.Penggunaan sarana dan prasarana Proses manajemen sarana dan prasarana didalamnya mencangkup aspek penggunaan. Suatu barang atau benda yang dimilki harus jelas kegunaannya sehingga barang atau benda tersebut dapat dimanfaatkan dengan efektif. Penggunaan alat dipengaruhi 4 Faktor yaitu: (1) banyaknya alat untuk tiap macam, (2) banyaknya kelas, (3) banyaknya siswa dalam tiap kelas, (4) banyaknya ruang. 6.Pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan disekolah Pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga atau memelihara dan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah demi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah serta agar perlengkapan yang dibutuhkan oleh personel sekolah dalam kondisi siap pakai. 7. Penghapusan Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari pertangungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertangungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, kerena sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. 10
11 BAB III METODOLOGI PENDEKATAN STUDI DAN TEKNIK ANALISA 3.1.Pendekatan Pendekatanyangdilakukandalam kajian Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolahdi Kota Malang ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis kajian literatur yang berkenaan dengan indikator-indikator data yang dasar yang digunakan dalam penyusunan instrument wawancara dalam kegiatan menggali informasi dalam rangka Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolah di Kota Malang, kepada para kepala sekolah atau pengelola sekolah yang terdapat pada 5 kecamatan kota Malang, yaitu: Kecamatan Klojen, Kecamatan Blimbing, Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Sukun. 3.2.Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data DasarKegiatan Kajian Kebutuhan Prasarana Sekolahdi Kota Malang,diantaranyaadalah: 1. Studi Kepustakaan dan Literatur, digunakan untuk mendapatkan data awal tentang data sekolah di Kota Malang. 2. Wawancara mendalam, yaitu dilakukan untuk memperoleh data dengan meminjam keterangan dan penulisan secara langsung kepada pihak yang terkait. 3. Diskusi Interaktif (Forum Group Discussion). Disamping itu dalam proses pengumpulan dan penyusunan instrument data dasar ini dilakukan dengan cara melakukan diskusi dan wawancara dengan pihak-pihak terkait, DinasPendidikanKota Malang,para kepala sekolah, pengelola sekolah lainnya dantenagaahliyang berasal darikonsultan. 3.3.Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk kegiatan Kajian KebutuhanPrasarana Sekolah di Kota Malang ini diperoleh dari wawancara yang dipandu kuisioner yang diperoleh dengan melakukan survey lapangan. 11
12 3.3.1.Populasi dan Sampel Pengkajian Populasi, SMPN dan SMK/SMAN pada 5 kecamatan di Kota Malang dapat dijelaskan sebagai berikut: Jumlah sekolah negeri di Kota Malang Tabel 3.1 Jumlah SD, SMP dan SMK/SMAN di Kota Malang No Kecamatan SMPN SMK/SMA N 1 Blimbing Lowokwaru Klojen Sukun Kedung kandang Jumlah Sumber: 23% Kedung Kandang 21% Sukun Gambar 3.1 Jumlah di 5 Kecamatan Kota Malang 22% Blimbing 24% Lowokw 10% aru Klojen Blimbing Lowokwaru Klojen Sukun Kedung kandang Gambar 3.1 disamping menunjukkan jumlah di 5 kecamatan yang ada di kota Malang, dimana pada kecamatan Blimbing terdapat sebanyak 44 Sekolah Dasar Negeri () atau sebesar 22% dari 196 di Kota Malang. Di kecamatan Lowokwaru terdapat sebanyak 46 atau sebesar 24%, dimana presentase ini merupakan jumlah terbesar diantara 5 kecamatan di kota Malang. Dan sebesar 10% atau sebanyak 19 terdapat pada kecamatan Kelojen yang mana presentase ini merupakan yang terkecil diantara 5 kecamatan. Di kecamatan Sukun terdapat sebanyak 42 atau sebesar 21%, dan yang terakhir yaitu kecamatan Kedung Kandang yang memiliki presentase sebesar 23% atau sebanyak 45 di kecamatan tersebut. 12
13 14% Sukun Gambar 3.2 Jumlah SMPN di 5 Kecamatan Kota Malang 22% Kedung Kandang 14% Blimbing 32% Klojen 18% Lowokwaru Blimbing Lowokwaru Klojen Sukun Kedung kandang Gambar 3.3 Jumlah SMK/SMA-N di 5 Kecamatan Kota Malang 14% 14% 36% 14% 22% Blimbing Lowokwaru Klojen Sukun Kedung kandang Gambar 3.2 disamping menunjukkan jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada masing-masing kecamatan yang ada pada 5 kecamatan yang ada di Kota Malang, dimana sebesar 14% atau 4 SMP berada pada kecamatan Blimbing dari 28 total SMP yang ada pada 5 kecamatan diatas. Pada kecamatan Lowokwaru terdapat sebesar 18% atau sebanyak 5 SMP dan pada kecamatan Klojen terdapat 9 SMP atau sebesar 32%, yang mana presentase inilah yang terbesar dari 5 kecamatan diatas. Pada kecamatan Sukun terdapat sebanyak 4 SMP atau sebesar 14%, dan pada kecamatan Kedung Kandang menempati urutan terbanyak kedua dimana memiliki presentase sebesar 22% atau memiliki Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 6 sekolah. Berdasarkan Gambar 3.3 disamping yang menunjukkan presentase dari jumlah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) dan Sekolah Menegah Atas Negeri (SMAN) pada 5 kecamatan yang ada di Kota Malang. Dimana pada kecamatan Blimbing terdapat sebanyak 2 sekolah, demikian juga dengan kecamatan Sukun dan kecamatan Kedung Kandang yang masingmasing memiliki 2 sekolah dengan presentase sebesar 14% dari total 14 sekolah yang ada pada 5 kecamatan tersebut. Pada kecamatan Lowokwaru terdapat sebanyak 3 sekolah yang menempati urutan ke-2 dengan jumlah SMK/SMK-N terbanyak diantara 5 kecamatan tersebut, dimana presentase terbanyak sebesar 36% dimiliki oleh kecamatan Klojen dengan jumlah 5 sekolah. 13
14 Sampel, SMPN dan SMK/SMAN pada 5 kecamatan di Kota Malang dapat dijelaskan sebagai berikut: Untuk Sekolah Dasar Negeri tiap kecamatan diambil sampel sejumlah 10 sekolahan secara acak/random, sedangkan untuk SMP Negeri, tiap kecamatan diambil sampel 4 sekolah, untuk SMK/SMA negeri tiap kecamatan diambil sampel 2 sekolah, sehingga dapat dibuat tabel data sebagai berikut: Tabel 3.2 Jumlah Sekolah Yang Dijadikan Sampel Penelitian No Kecamatan SMPN SMK/SMA N 1 Blimbing Lowokwaru Klojen Sukun Kedung kandang Jumlah Sumber: Data Primer, 2016 Gambar 3.4 Jumlah Sampel Sekolah Dari Gambar 3.4 disamping, diketahui jumlah sampel yang digunakan untuk 13% penelitian ini terdiri dari 50 25% SMPN Sekolah Dasar Negeri () atau sebesar 62%, dan 20 62% SMK/SMA N Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) atau sebesar 25%, dan juga sebesar 13% atau sebanyak 10 Sekolah Menegah Kejuruan Negeri dan Sekolah Menengah Atas Negeri. 3.4.Jenis Dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang menjadi bahan dalam kegiatan ini terdiri dari : 14
15 1. Data Primer, data dan informasi yang diperoleh langsung dari narasumber/responden, yang berupa hasil wawancara dengan responden. Data primer diperoleh langsung dari responden melalui wawancara yang dipandu kuesioner kepada para kepala sekolah, atau pengelola sekolah lainnya. 2. Data Sekunder, yaitu data informasi yang diperoleh dari dokumen, publikasi, laporan penlitian dari instansi/dinas maupun sumber data lainnya yang menunjang 3.5.Desain Konsep Penlitian RUMUSAN MASALAH Bahan Sekunder Penelusuran Kepustakaan, Undang-undang, peraturan, keputusan (Library research) Bahan data Primer (penelitian lapang) pada sekolah negeri di Kota Malang. Analisis Isi (Content Analysis) Deskriptif Kualitatif Analisis Swot Kekuatan, Kelamahan, Peluang, Tantangan serta Perumusan Strategi Kebijakan. Gambar 3.5: Desain Konsep Penelitian Berdasarkan gambar diatas, penelitian ini dimulai dengan langkah merumuskan masalah yang mana setiap rumusan masalah yang dibuat sesuai dengan tujuan dan maksud yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yang kemudian melakukan penelusuran data yang dibutuhkan dalam penelitian yang dapat berasal dari buku,dan sumberlainnya untuk jenis data sekunder dan sekaligus melakukan penelitian lapang sesuai dengan sampel penelitian untuk mendapatkan data primer yang dibutuhkan untuk nanti diolah sebagai bahan penelitian. Kemudian dari masing-masing data yang diperoleh, untuk data sekunder dilakukan tahap analisis isi dimana peneliti memilih dan memilah dari data tersebut yang sesuai dan dapat dijadikan bahan untuk menyusun laporan penelitian ini dan sebagai acuan untuk melakukan 15
16 analisis selanjutnya. Begitu juga dengan data primer yang berupa kuisioner kemudian direkap dan dideskrisikan berdasarkan setiap poin pertanyaan yang ada pada kuisioner untuk melihat kualitas data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis selanjutnya. Setelah data dan bahan telah didapatkan, data sekunder dan data primer diolah dengan menggunakan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats). Dari data yang telah diperoleh kemudian dianalisis tentang segi kekuantan, kelemahan, peluang serta ancaman yang ada dari setiap sekolah atas prasarana yang ada didalamnya, sehingga akan menghasilkan output sesuai dengan tujuan penelitian. 16
17 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.Hasil Penelitian Sampel Penelitian Sebagaimana bahasan pada bab sebelumnya, populasi dari penelitian ini adalah seluruh Sekolah Dasar negeri di Kota Malang yang berjumlah 196 sekolah. Sampel ditentukan sebanyak 24 atau (12%) dari total populasi Daftar Sampel Sebagimana yang telah diuraikan pada bagian sebaleumnya, sampel pada penlitian ini sebanyak 24 yang tersebar di 5 Kecamatan di Kota Malang, berikut disajikan daftar yang menjadi sampel dalam kajian ini: Tabel 4.1 Daftar Sampel No Nama Sekolah Alamat Telp 1 BANDULAN 1 Jln. Bandulan 1C/7 Malang sdnbandulan1@ yahoo.co.id 2 Bandulan 3 Jl. Bandulan IX/ 593 Malang BANDULAN 4 Jl. BANDULAN Gg VIII B II / 31 KEL. BANDULAN KEC.SUKUN KOTA MALANG sdnbandulan4m alang@yahoo.co m 4 BARENG 1 Jl. KELUD NO 10 A MALANG sdn_bareng01@ yahoo.co.id 5 BARENG 5 JL. BARENG TENES 4B MALANG sdnbareng5@g mail.com 6 Blimbing 3 Jl. Candi Kidai No. 3. RT. 03 RW. 10 Kel. Blimbing Kec sdnblimbing3ml 17
18 Blimbing Blimbing 5 Jl. Borobudur Gang X No. 32 Malang Kode Pos sdnblimbing5@ yahoo.com Jl. MT HARYONO XIII/139 8 DINOYO 3 A RT. 01 RW. 06 KEL. DINOYO KEC. LOWOKWARU KOTA dinoyo3@yahoo.com MALANG GADINGKASRI Jl. Galunggung VII No 1 Kec. Klojen Kota Malang JL. KUPING GAJAH NO JATIMULYO 5 RT. 5 RW. 4 KEL. JATIMULYO KEC. LOWOKWARU KOTA sdnjatimulyo5@ gmail.com MALANG KARANGBASU KI 2 Jl. Candi VA No. 389 Karangbesuki, Kec. Sukun, Kota Malang sdnkarangbesuki 2@yahoo.co.id 12 KARANGBASU KI 3 JL. CANDI VIB/110,KEL. KARANGBESUKI,KEC SUKUN sdnkarangbesuki 3@yahoo.co.id 13 Karangbasuki 4 Jalan Candi III F / 256 Karangbesuki-Sukun-Malang karangbesukiem patmalang@yah oo.co.id 14 Kauman 2 Jalan Kawi no 24 D Kota Malang kaumandua@g mail.com 15 KEDUNGKAND ANG 1 Jl. Ki Ageng Gribig No. 394 Kedungkandang Malang sdnkedungkanda ng1@yahoo.co.i d 18
19 16 LESANPURO 1 Jl. KI AGENG GRIBIG NO. 109 MALANG sdnlesanpuro1@ gmail.com 17 MADYOPURO 2 JL. RAYA MADYOPURO NO 2 KEL. MADYOPURO KEC. KEDUNGKANDANG sdnmadyopuro2 m@yahoo.com 18 Madyopuro 4 Jl. Raya Madyopuro No. 33 Kec. Kedungkandang, Kota Malang sdnmadyopuroe mpat@yahoo.co.id 19 Madyopuro 5 Jl. Ki Ageng Gribing No sdnmadyopuroli ma@yahoo.co.i d 20 MERJOSARI 1 Jl. Joyo Utomo No PANDAN WANGI 3 Jln. Simpang Teluk Grajakan No. 32 Malang sdn_pandanwan gi3_malang@ya hoo.co.id 22 PANDAN WANGI 2 Jl. SIMPANG SULFAT UTARA NO.30 MALANG sdnpandanwangi 2@ymail.com 23 Sawojajar 4 Jl. Simpang Ranugrati Selatan III/17, Sawojajar Kedungkandang sdnsawo4@gma il.com 24 Tanjungrejo 5 Jl. Mergan Lori III / 1 A Kec. Sukun Kota Malang sdnegeritanjungr ejov@yahoo.co. id Sumber : data diolah, Rasio Luas Lahan Jumlah Peserta Didik Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah 19
20 (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Lahan untuk satuan pendidikan SD/MI memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik seperti tercantum padatabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Rasio Minimun Luas Lahan Terhadap Peserta Didik Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap Banyak No rombongan belajar Bangunan satu lantai peserta didik (m²/peserta didik) Bangunan Bangunan tiga dua lantai lantai ,7 7,0 4, ,1 6,0 4, ,6 5,6 4, ,3 5,5 4,1 sumber : Permendiknas No. 24 Tahun 2007 Berdasarkan Rasio Minimum Gambar 4.1 Bangunan satu lantai Luas Lahan terhadap Peserta Didik pada tabel 4.2 dan Gambar 4.1 disamping, untuk banyak 23% 28% 6 rombongan belajar 6 kelas 7 sampai 12 bangunan satu lantai terdiri dari 13 sampai 18 24% 28% peserta didik /m² atau 25% 19 sampai 24 sebanyak 12,7 peserta didik /m²,untuk banyak rombongan belajar 7-12 kelas bangunan satu lantai terdiri dari 25% peserta didik/m² atau sebanyak 11,2 peserta didik /m², untuk banyak rombongan belajar kelas bangunan satu lantai terdiri dari 24% peserta didik /m² atau sebanyak 10,6 peserta didik /m², dan rombongan belajar kelas banguan satu lantai terdiri dari 23% peserta didik /m² atau sebanyak 10,3 peserta didik /m². 20
21 Berdasarkan Rasio Minimum Gambar 4.2 Bangunan dua lantai Luas Lahan terhadap Peserta Didik pada tabel 4.2 dan Gambar 4.2 disamping, untuk banyak 23% 29% 6 rombongan belajar 6 kelas 7 sampai 12 bangunan dua lantai terdiri dari 13 sampai 18 29% peserta didik /m² atau 23% 19 sampai 24 25% sebanyak 7,0 peserta didik /m², untuk banyak rombongan belajar 7-12 kelas bangunan dua lantai terdiri dari 25% peserta didik /m² atau sebanyak 6,0 peserta didik /m², untuk banyak rombongan belajar kelas bangunan dua lantai terdiri dari 23% peserta didik /m² atau sebanyak 5,6 peserta didik /m², dan banyak rombongan belajar kelas bangunan dua lantai terdiri dari 23% peserta didik /m² atau sebanyak 5,5 peserta didik /m². Berdasarkan Rasio Minimum Gambar 4.3 Banguan tiga lantai Luas Lahan terhadap Peserta Didik pada tabel 4.2. dan Gambar 4.3 disamping, untuk banyak rombongan 24% 28% 6 belajar 6 kelas bangunan tiga lantai 7 sampai 12 terdiri dari 28% peserta didik /m² 13 sampai 18 atau sebanyak 4,9 peserta didik /m², 23% 25% 19 sampai 24 untuk banyak rombongan belajar 7-12 kelas bangunan tiga lantai terdiri dari 25% peserta didik /m² atau sebanyak 4,3 peserta didik /m², untuk banyak rombongan belajar kelas bangunan tiga lantai terdiri dari 23% peserta didik /m² atau sebanyak 4,1 peserta didik /m² dan banyak rombongan belajar kelas bangunan tiga lantai terdiri dari 24% peserta didik /m² atau sebanyak 4,1 peserta didik/m². Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Rasio luas lahan terhadap jumlah peserta didik sebagimana disajikan pada tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Rasio Luas Lahan terhadap jumlah peserta didik Jumlah Total No Nama Sekolah Rombel Rasio Keterangan Siswa Lahan
22 BANDULAN 1 BANDULAN BARENG BARENG Blimbing DINOYO GADINGKAS RI JATIMULYO KARANGBES UKI KARANGBES UKI Karangbesuki Kauman KEDUNGKA
23 NDANG 1 LESANPURO MADYOPUR O MERJOSARI PANDAN WANGI PANDAN WANGI Sawojajar Tanjungrejo Bandulan Blimbing Madyopuro Madyopuro Jumlah yang tidak memenuhi standar (%)
24 Sumber : data diolah Jumlah yang memenuhi standar (%) 20.8 Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4.3, dapat diketahui gambaran Rasio luas lahan terhadap jumlah peserta didik, yaitu 79,2% tidak memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 20,8% yang memenuhi standar permendiknas. 4.3.Rasio Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik sebagaimana disajikan pada tabel 4.4 berikut : No Tabel 4.4 Rasio Luas Lantai terhadap Peserta Didik Nama Jumlah Lahan Stand Rombel Sekolah Siswa terbangun ar Rasio BANDULAN ,9 BANDULAN ,0 BARENG ,3 7,1 BARENG ,8 41,3 Blimbing ,2 3,5 DINOYO ,8 6,4 GADINGKA SRI ,8 10,3 JATIMULYO ,8 21,8 Keteranga n 24
25 5 9 KARANGBE SUKI ,8 23,3 10 KARANGBE SUKI ,8 1,0 11 Karangbesuki ,8 1,0 12 Kauman ,8 17,4 13 KEDUNGKA NDANG ,8 8,1 14 LESANPUR O ,2 9,1 15 MADYOPU RO ,8 4,5 16 MERJOSARI ,8 6,1 17 PANDAN WANGI ,2 8,0 18 PANDAN WANGI ,8 8,2 19 Sawojajar ,8 7,2 20 Tanjungrejo ,3 4, ,3 2,1 25
26 Bandulan 3 22 Blimbing ,3 4,6 23 Madyopuro ,7 24 Madyopuro ,3 6,3 Jumlah yang tidak memenuhi standar (%) 16,7 Jumlah yang memenuhi standar (%) 83,3 Sumber:data diolah, 2016 Sebagaimana hasil tampak pada tabel 4.4, dapat diketahui gambaran Rasio luas lantai terhadap jumlah peserta didik, yaitu 16,7% tidak memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah (SD/MI), dan hanya 83,3% yang memenuhi standar permendiknas. 4.4.Rasio Luas Ruang Kelas Jumlah Peserta Didik Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Rasio Luas Ruang Kelas Jumlah Peserta Didik sebagaimana disajikan pada tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Rasio Luas Lantai Terhadap Jumlah Peserta Didik No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Luas Ruang Kelas berdasarkan Luas Rasio Luas Ruang Kelas - Jumlah Peserta Didik 1 BANDULAN ,0 1.3 Bandulan ,0 0,5 3 BANDULAN ,0 1,5 Keterangan Rasio Luas Ruang Kelas - Jumlah Peserta Didik 26
27 4 BARENG ,0 1,8 5 BARENG ,0 3,6 6 Blimbing ,0 1,5 7 Blimbing ,0 1,2 8 DINOYO ,0 1,4 9 GADINGKAS RI ,0 1,6 10 JATIMULYO ,0 2,9 11 KARANGBES UKI ,0 2,2 12 KARANGBES UKI ,0 1,4 13 Karangbesuki ,0 0,0 14 Kauman ,0 9,5 15 KEDUNGKA NDANG ,0 0, ,0 1,3 27
28 LESANPURO 1 17 MADYOPUR O ,0 1,6 18 Madyopuro ,0 1,7 19 Madyopuro ,0 1,3 20 MERJOSARI ,0 0,0 21 PANDAN WANGI ,0 1,5 22 PANDANWA NGI ,0 0,0 23 Sawojajar 4 Malang ,0 2,9 24 Tanjungrejo ,0 1,5 20,8 memenuhi 79,2 Sumber : data diolah, 2016 Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4,5, dapat diketahui gambaran Luas Lantai Terhadap Jumlah Peserta Didik, yaitu 79,2% tidak memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 20,8% yang memenuhi standar permendiknas. Selain Rasio Luas Ruang Kelas Jumlah Peserta Didik, tidak kalah penting pula untuk diketahui jumlah ruang yang seharusnya dimiliki berdasarkan student body yang dimiliki. Berikut disajikan jumlah ruang yang seharusnya dimiliki sampel: 28
29 Tabel 4.6 Jumlah Ruang Seharusnya (sesuai dengan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 kapasitas maksimal jumlah peserta didik adalah 28 orang per kelas) No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Jumlah Ruang Kelas Jumlah Ruang Seharusnya (Kapasitas Maks 28 orang per kelas) 1 BANDULAN ,0 2 Bandulan ,0 3 BANDULAN ,0 4 BARENG ,0 5 BARENG ,0 6 Blimbing ,0 7 Blimbing ,0 8 DINOYO ,0 9 GADINGKASRI ,0 10 JATIMULYO ,0 11 KARANGBESUKI ,0 12 KARANGBESUKI ,0 13 Karangbesuki ,0 14 Kauman ,0 Keterangan Rasio Luas Ruang Kelas - Jumlah Peserta Didik 29
30 15 KEDUNGKANDANG ,0 16 LESANPURO ,0 17 MADYOPURO ,0 18 Madyopuro ,0 19 Madyopuro ,0 20 MERJOSARI ,0 PANDAN 21 WANGI ,0 22 PANDANWANGI ,0 Sawojajar 4 23 Malang ,0 24 Tanjungrejo ,0 16,7 83,3 Sumber : data diolah, 2016 Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4.6, dapat diketahui gambaran jumlah ruang seharusnya dimiliki sampel, yaitu 83,3% tidak memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan hanya 16,7% yang memenuhi standar permendiknas. 30
31 4.5.Rasio Luas Perpustakaan Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Rasio Luas Perpustakaan sebagaimana disajikan pada tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Rasio Luas Perpustakaan No Nama Sekolah Jumla Luas h Bangunan (M²) Siswa Keterangan 1 BANDULAN Bandulan BANDULAN BARENG BARENG Blimbing , Blimbing DINOYO GADINGKASRI JATIMULYO Karangbesuki KARANGBESUKI , KARANGBESUKI Kauman KEDUNGKANDANG LESANPURO MADYOPURO Madyopuro , Madyopuro MERJOSARI PANDAN WANGI PANDANWANGI Sawojajar 4 Malang Tanjungrejo
32 83,3 8,3 Mising Values 2 Sumber : data diolah, 2016 Sebagaimana hasil yang tampak pada tabel 4.7, dapat diketahui gambaran Rasio Luas Perpustakaan sampel, yaitu 83,3% memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 terkait luas perpustakaan minimal, dan hanya 8,3% yang tidak memenuhi standar permendiknas. Sedang 2 tidak mengisi (2 ). 4.6.Laboratorium IPA Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data keberadaan laboratorium IPA (SAINS) sebagaimana disajikan pada tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8 Keberadaan Laboratorium IPA (SAINS) No Nama Sekolah Luas Bangunan Meja Kursi Almari 1 BANDULAN 1 2 PANDAN WANGI 3 3 BANDULAN 4 4 BARENG 1 5 BARENG 5 52, Blimbing DINOYO GADINGKASRI 9 JATIMULYO 5 10 KARANGBESUKI 3 11 KARANGBESUKI 2 12 Karangbesuki 4 13 Kauman LESANPURO 1 15 MADYOPURO 2 16 MERJOSARI 1 17 PANDANWANGI Tanjungrejo 5 32
33 19 KEDUNGKANDANG 1 20 Sawojajar 4 21 Bandulan 3 22 Blimbing Madyopuro 4 24 Madyopuro 5 Sumber: data diolah, 2016 Berdasarkan tabel 4.8, tampak hanya 6 (25%) yang memiliki ruang laboratorium IPA, sedang 75% lainnya tidak menjawab pertanyaan. Sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 point 3.a ruang laboratorium IPA tidak harus beriri sendiri, akan tetapi dapat memanfaatkan ruang kelas yang ada. Sedangkan berdasarkan kelengkapan peralatan Laboratorium IPA, sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) minimal terdiri dari : Model Kerangka, Model Tubuh, Globe, Model Tata Surya, Kaca Pembesar, Cermin Datar, Cermin Cekung, Cermin Cembung, Lensa Datar, Lensa Cembung, Lensa Cekung, Magnet batang, Poster IPA. Berdasarkan hasil pengisian kuisioner, hanya ada 2 (8,3%) yang memiliki peralatan pendidikan sebagaimana Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 secara lengkap. 4.7.Ruangan Pimpinan Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Ruang Pimpinan sebagaimana disajikan pada tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Ruang Pimpinan No Nama Sekolah Luas Bangunan 1 BANDULAN 1 Meja Kursi Almari Sofa PC Printer Televisi PANDAN 2 WANGI
34 BANDULAN 4 4 BARENG BARENG BLIMBING 5 17, DINOYO 3 8 GADINGKASRI 9 JATIMULYO 5 10 KARANGBESU KI 3 11 KARANGBESU KI KARANGBESU KI4 13 KAUMAN LESANPURO 1 15 MADYOPURO 2 16 MERJOSARI 1 17 PANDANWANG I 2 18 TANJUNGREJO 5 19 KEDUNGKAND 34
35 ANG 1 20 SAWOJAJAR 4 21 BANDULAN 3 22 BLIMBING MADYOPURO 4 24 MADYOPURO Sumber : data diolah, 2016 Berdasarkan tabel 4.9, tampak hanya 8 (33,3%) yang mengisi pertanyaan tentang ruang pimpinan (Kepala Sekolah), sedang 66,7% lainnya tidak menjawab pertanyaan. Sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 point 4.b ruang pimpinan minimal 12m². Dari 33,3% responden yang menjawab ruang pimpinan, secara keseluruhan ruang pimpinan telah sesuai dengan standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun Bila dilihat dari perlengkapan minimal yang harus tersedia di ruang pimpinan sesuai standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 terdiri atas: kursi dan meja, kursi tamu, lemari, papan plastic, symbol kenegaraan, temapt sampah, PC/laptop, Filling cabinet, brankas dan jam dinding, masih terdapat sebagian perlengkapn yang masih belum tersedia di ruang pimpinan dan bervariasi pada seluruh sampel. 4.8.Ruang Guru Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya. Rasio minimum luas ruang guru 4 m²/pendidik dan luas minimum 32 m².ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan. Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data Ruang Guru sebagaimana disajikan pada tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10 Ruang Guru Luas Pri Tele No Nama Sekolah Bangu Meja Kursi Almari Sofa PC nter visi 35
36 nan 1 BANDULAN PANDAN 2 WANGI BANDULAN BARENG BARENG BLIMBING DINOYO GADINGKASRI JATIMULYO KARANGBESUK 10 I KARANGBESUK I KARANGBESUK I KAUMAN LESANPURO MADYOPURO MERJOSARI PANDANWANGI
37 18 TANJUNGREJO KEDUNGKAND ANG SAWOJAJAR 4 21 BANDULAN BLIMBING MADYOPURO MADYOPURO Sumber : data diolah, 2016 Berdasarkan tabel 4.10, tampak hanya 1 (4,2%) yang tidak memenuhi standar tentang ruang Guru, sedang 91,7% lainnya telah memenuhi standar Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 point D.5. Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan dalam ruang guru minimal terdapat sarana : meja dan kursi guru, lemari, papan statistik, papan pengumuman, tempat sampah, tempat cuci tangan dan jam dinding. 4.9.Tempat Beribadah Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Tempat beribadah berfungsi sebagi tempat warga sekolah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan pendidikan dengan luas minimum 12 m². Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data tempat beribadah sebagimana disajikan pada tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11 Tempat Beribadah Luas Musholah No Nama Sekolah tempat Wudhu Kepemilikan Luas Bangunan Minimal (m²) Keterangan 37
38 (m²) 1 BANDULAN PANDAN 2 WANGI 3 16 Sendiri BANDULAN 4 4 Sendiri BARENG 1 3 Sendiri BARENG 5 2,5 Sendiri BLIMBING 5 9 Sendiri DINOYO 3 7 Sendiri GADINGKASRI JATIMULYO 5 Sendiri KARANGBESUKI 3 3 Sendiri KARANGBESUKI 2 8 Sendiri KARANGBESUKI 4 4 Sendiri KAUMAN 2 9 Sendiri LESANPURO MADYOPURO 2 4 Sendiri MERJOSARI 1 4 Sendiri PANDANWANGI 2 15 Sendiri TANJUNGREJO 5 8 Sendiri KEDUNGKANDANG 1 15 Sendiri SAWOJAJAR BANDULAN 3 Sendiri BLIMBING 3 10,5 Sendiri MADYOPURO 4 6 Sendiri MADYOPURO 5 Sendiri Sumber : data diolah,
39 Berdasarkan tabel 4.11, tampak sejumlah 20 (83,3%) telah memiliki tempat beribadah dan telah memenuhi standar tentang tempat beribadah, sedangkan 16,7% lainnya tidak menjawab pertanyaan (missing values) Ruang UKS Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Ruang UKS berfungsi sebagi tempat untuk penanganan dini peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah. Ruang UKS dapat dimanfaatkn sebagai ruang konseling.luas minimum ruang UKS 12 m². Berdasarkan hasil pengisian kuisioner data Ruang UKS sebagimana disajikan pada tabel 4.12 berikut : Tabel 4.12 Ruang UKS No Nama Sekolah Jumlah Siswa Luas Bangunan (m²) Keterangan 1 BANDULAN PANDAN WANGI BANDULAN BARENG BARENG , Blimbing DINOYO GADINGKASRI JATIMULYO KARANGBESUKI KARANGBESUKI Karangbesuki Kauman LESANPURO MADYOPURO
40 16 MERJOSARI PANDANWANGI Tanjungrejo KEDUNGKANDANG Sawojajar Bandulan Blimbing , Madyopuro Madyopuro Sumber : data diolah, 2016 Berdasarkan tabel 4.12, tampak sejumlah 14 (58,3%) telah memiliki UKS dan telah memenuhi standar tentang ruang UKS, sedangkan 29,2% tidak memenuhi standar ruang UKS sebagaimana Permendiknas RI Nomor 24 Tahun Sedang sarana yang tersedia di ruangan UKS bervariasi pada tiap sampel, yang sebagian besar tidak sesuai dengan standar sarana ruang UKS yang ditetapkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun Jamban Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, Jamban berfungsi sebagi tempat buang air besar dan/atau kecil. Minimum terdapat 1 unit untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Banyak jamban minimum setiap sekolah 3 unit.luas minimum 1 unit jamban 2 m².jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.tersedia air bersih di setiap unit jamban. Berdasarkan hasil pengisian kuisioner diperoleh data keberadaan jamban di sampel sebagaimana disajikan pada tabel 4.13 berikut : Tabel 4.13 Ruang Jamban No Nama Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Jamban Keterangan 1 BANDULAN PANDAN WANGI BANDULAN BARENG
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM
1 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM A. PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Mei 2014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Mei 2014 1 A. KONSEP PROFIL PENDIDIKAN B. VISI KEMDIKNAS 2014 C. MISI PENDIDIKAN 5K D. INDIKATOR PENDIDIKAN BERDASARKAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret 2015 1 A. KONSEP PROFIL PENDIDIKAN B. VISI KEMDIKNAS 2014 C. MISI PENDIDIKAN 5K D. INDIKATOR PENDIDIKAN BERDASARKAN
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 1 (12 KAB/KOTA
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...
LOGO KANTOR PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:lambang_kabupaten_dan_kota_di_indonesia PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA...
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH   
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH    DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 4 BAB I. PENDAHULUAN... 6 Tabel 1.1. Standar untuk Menentukan Nilai Masing-masing Indikator...
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016
PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN DAN KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA PUSAT DAN DATA STATISTIK DAN PENDIDIKAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN
Lebih terperinciKOMPILASI DATA PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN
versi 01 KOMPILASI DATA PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH JAWA TENGAH PEMERINTAH DINAS PENDIDIKAN JAKARTA, JUNI 2014 DATA NONPENDIDIKAN JAWA TENGAH No. Variabel Jumlah No. Variabel Jumlah 1 Administrasi
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 2 (14 KAB/KOTA
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 3 (13 KAB/KOTA
Lebih terperinciTabel 1.1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator
BAB I PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2014 yang menyajikan data pada tahun 2014/2015. Profil
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 5 (10 KAB/KOTA
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 PEMBAHASAN 1 Konsep Profil Pendidikan 2 3 4 5 6 Visi
Lebih terperinciANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI ACEH
ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI ACEH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATALOG DALAM TERBITAN Sudarwati Analisis KInerja Pendidikan Sudarwati.
Lebih terperinciINFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013
INFOGRAFI PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Infografi Pendidikan ini merupakan salah satu bentuk pendayagunaan data pendidikan
Lebih terperinciKEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012
KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 KEMENTERIAN
Lebih terperinciANALISIS kinerja Pendidikan provinsi bengkulu
ANALISIS kinerja Pendidikan provinsi bengkulu KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI BENGKULU KEMENTERIAN
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II. KEADAAN UMUM...
Lebih terperinciANALISIS kinerja Pendidikan Provinsi nusa tenggara barat
ANALISIS kinerja Pendidikan Provinsi nusa tenggara barat KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI NUSA
Lebih terperinciPusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN Pokok Bahasan I. Misi pembangunan pendidikan II. III. Indikator Pendidikan Definisi dan
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 217 217 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 216/217 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II.
Lebih terperinciKEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016
KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2016 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2016 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/ /2012 BUKU 1
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/2000 2011/2012 BUKU 1 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500-2,756 3,097 3,078 2,892 2,928 2,556 2,598 82 82 82 83 83 88 92 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Lebih terperinci2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan alat yang efektif untuk
Lebih terperinciTAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6
DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I)
i PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinciKETERCAPAIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN 5K: KASUS KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA TAHUN 2010/2011
KETERCAPAIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN 5K: KASUS KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA TAHUN 2010/2011 (ACHIEVEMENT OF BASIC AND SECONDARY EDUCATION BASED ON 5K EDUCATION MISSION:
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 < 1 Visi Dinas Pendidikan Terwujudnya Ketersediaan, Keterjangkauan, Kesetaraan dan Kualitas Layanan Pendidikan Untuk Membentuk Masyarakat
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II)
1 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinciKINERJA PENDIDIKAN PROVINSI BENGKULU
KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI BENGKULU KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 LATAR BELAKANG Ø Indonesia diprediksi akan mendapat bonus di tahun
Lebih terperinciKEMENTERIAN AGAMA KELOMPOK KERJA PENGAWAS PAI (POKJAWAS PAI) KANTOR KABUPATEN CILACAP Alamat : Jalan DI. Panjaitan No.44 Telp. (0282) Cilacap
KEMENTERIAN AGAMA KELOMPOK KERJA PENGAWAS PAI (POKJAWAS PAI) KANTOR KABUPATEN CILACAP Alamat : Jalan DI. Panjaitan No.44 Telp. (0282)531155 Cilacap PENILAIAN SEKOLAH /MADRASAH BERDASARKAN STANDAR NASIONAL
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66
JUKNIS ANALISIS STANDAR SARANA DAN PRASARANA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 G. URAIAN
Lebih terperinciStatistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III)
1 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 51/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS SATUAN PENDIDIKAN DASAR PADA DINAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.
Lebih terperinciKEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA
KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA Prof. Suyanto, Ph.D Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan Pembangunan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sebagaimana dinyatakan para ahli, bahwa keberhasilan pembangunan negara-negara berkembang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.469, 2015 KEMENDIKBUD. Dana Alokasi Khusus. Bidang Pendidikan. Penggunaan. Pencabutan PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015
Lebih terperinciMewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR ISI ABSTRAK..... i KATA PENGANTAR..... ii UCAPAN TERIMAKASIH..... iii DAFTAR ISI..... v DAFTAR TABEL..... viii DAFTAR GAMBAR..... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Rumusan Masalah.
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Tahun 2016 ini disusun untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66
JUKNIS ANALISIS STANDAR SARANA DAN PRASARANA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 G. URAIAN
Lebih terperinciISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis
ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Analisis Situasi Strategis S etiap organisasi menghadapi lingkungan strategis yang mencakup lingkungan internal dan eksternal. Analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan potensi diri. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan dapat. atau memproduksi sumber daya manusia yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciIkhtisar Data Pendidikan Nasional
Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2005/2006 Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan 2006 Homepage:http://www.depdiknas.go.id Telp: (021) 5731177,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data
50 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode 2001-2012. Data
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
No.1021, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. DAK Fisik bidang Pendidikan. Perubahan PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengembangan sekolah merupakan salah satu wujud dari salah satu fungsi manajemen sekolah yang amat penting yang harus dimiliki sekolah. RPS berfungsi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Sebuah perusahaan tidak terlepas dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal maupun lingkungan internal. Perubahan yang
Lebih terperinciS A L I N A N NOMOR 4/D, 2008 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN
S A L I N A N NOMOR 4/D, 2008 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang
Lebih terperinciMISI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INDIKATOR PENDIDIKAN P u s a t D a t a d a n S t a t i s t i k P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n 2 0 1 7 POKOK BAHASAN I.
Lebih terperinciPROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021
PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013--2020/2021 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 KATALOG DALAM TERBITAN
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN PERIODE
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN PERIODE 2013-2018 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Jalan Nyaman Nomor 01 Kelurahan Tengah Kecamatan Cibinong Tahun 2014 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 54/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN TATA KERJA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDAFTAR KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI
DAFTAR KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI A. KODE WILAYAH 35.73 PEMERINTAH KOTA MALANG 35.73.100 SEKRETARIAT DAERAH 35.73.110 ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT.111 - BAGIAN PEMERINTAHAN.112
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 10/2016 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa sebagai tindak
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENSTRA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG PERIODE TAHUN 2014-2018 Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2019 merupakan amanat perundang-undangan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN BESARAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN NOMOR 1, 2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN BESARAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa sebagai
Lebih terperinciPerpustakaan sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah
SNP 008:2013 Final Draft Standar Nasional Perpustakaan Perpustakaan sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah Perpustakaan Nasional RI Tahun 2013 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berhubungan dengan dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berhubungan dengan dunia pendidikan adalah mengenai efektivitas proses pembelajaran. Sekolah sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Nama SKPD : DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA Visi : Terwujudnya Layanan Pendidikan, Pemuda Olahraga Rote Ndao yang berkembang, bermutu, unggul terjangkau Misi : 1 Memperluas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat vital dan hal yang sangat penting dalam menunjang kelancaran atau kemudahan dalam proses pembelajaran, dalam kaitannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, serta penegasan istilah.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan memaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta penegasan istilah. I.I Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan telah ditangani
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 86/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya mewujudkan
Lebih terperinciDINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro VISI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO TERWUJUDNYA INSAN CERDAS, KOMPERHENSIP DAN BERBUDAYA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA UNTUK MENOPANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya.
Lebih terperinciIKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013
IKHTISAR DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 KATA PENGANTAR Buku Saku Ikhtisar Data Pendidikan Tingkat Nasional ini disusun oleh Pusat Data dan
Lebih terperinciRPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 16
TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Siswa Miskin Penerima Beasiswa untuk Menempuh Pendidikan Dasar % 65,62 68,13 7,65 71,9 73,16 74,42 74,42 74,42 Dinas Pendidikan Jumlah siswa miskin SD/MI/SMP/MTs
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini sulit terbendung lagi pengaruhnya terhadap pemanfaatan di ranah pendidikan. Kemajuan yang begitu
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 336 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA BANDUNG PADA PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal
BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1. Identifikasi Permasalahan Identifikasi permasalahan berisikan Isu-isu strategis yaitu isu-isu yang berkaitan dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumbawa
Lebih terperinciANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN
ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN Suplemen Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan Oleh: Suryadi, M.Pd Tahap ini bertujuan memberikan gambaran tentang layanan pendidikan saat ini di kabupaten/kota. Oleh karena gambaran
Lebih terperinciLAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)
LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan kewajiban
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2
DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD
Lebih terperinciSekolah Dasar (SD) Di Kecamatan Blimbing 1. SDN Purwodadi 1 Jl. Ahmad Yani 165A Malang 2. SDN Purwodadi 2 Jl. Plaosan Barat 57 Malang 3.
Sekolah Dasar (SD) Di Kecamatan Blimbing 1. SDN Purwodadi 1 Jl. Ahmad Yani 165A Malang 2. SDN Purwodadi 2 Jl. Plaosan Barat 57 Malang 3. SDN Purwodadi 3 Jl. Plaosan Barat 71 Malang 4. SDN Purwodadi 4 Jl.
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI ORGANISASI
BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan
Lebih terperinciBAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR
BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR 41 LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinci2) Pendidikan Menengah. rasio guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)
diantara angka 1,54 1,67. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada guru yang harus bertanggungjawab pada lebih dari 1 (satu) rombongan belajar (kelas). 2) Pendidikan Menengah Fokus pelayanan pendidikan
Lebih terperinciIKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012
IKHTISAR DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2012 Alamat : JL. Jenderal Sudirman, Kompleks Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan; meliputi input, proses, output, dan outcome; yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Geografi a. Pengertian Geografi Para pakar geografi dalam Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1998, telah merumuskan
Lebih terperinciKEBIJAKAN- KEBIJAKAN PENDIDIKAN FORMAL. Rahmania Utari, M. Pd.
KEBIJAKAN- KEBIJAKAN PENDIDIKAN FORMAL Rahmania Utari, M. Pd. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami landasan hukum dan kebijakan pendidikan formal meliputi dasar, menengah dan tinggi. 1. Standar-standar
Lebih terperinciMISI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INDIKATOR PENDIDIKAN P u s a t D a t a d a n S t a t i s t i k P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n 2 0 1 7 POKOK BAHASAN I.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1172, 2014 KEMENDIKBUD. Kurikulum. Muatan Lokal. 2013. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG MUATAN
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)
URUSAN WAJIB: PENDIDIKAN PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya Budi Pekerti, 1 Persentase pendidik yang disiplin Tata Krama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,
I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan
Lebih terperinciTABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009/2010
TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) No. Kecamatan Dana menurut Sumber (Ribuan Rupiah) P. Pusat Yayasan Orang tua Pemprov Pemkab/kota Lainnya Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 01 Mijen
Lebih terperinciC. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.
Lebih terperinciBandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG,
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung 2015-2019 ini disusun melalui beberapa tahapan dengan mengacu kepada visi RPJMD Provinsi Lampung tahun 2015-2019, yaitu Lampung
Lebih terperinci