PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016"

Transkripsi

1 PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN DAN KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA PUSAT DAN DATA STATISTIK DAN PENDIDIKAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 JAKARTA, 2016

2 LAPORAN PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016

3 KATA PENGANTAR Laporan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 ini merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) dalam menyelenggarakan salah satu fungsinya, yaitu pendayagunaan dan pelayanan data dan statistik pendidikan dan kebudayaan. Pendayagunaan ini dilakukan terhadap data pendidikan dasar dan menengah yang tersedia di Statistik yang diterbitkan oleh PDSPK. Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 ini disusun dalam rangka membantu Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota khususnya petugas daerah yang berkecimpung di bidang pendataan untuk menyusun profil pendidikan daerahnya masing-masing. Untuk mengakomodasi kebutuhan daerah tentang profil pendidikan tersebut maka PDSPK berinisiatif menyusun program aplikasi beserta template profil pendidikan dan memberikan template profil pendidikan tersebut. Program aplikasi dan template profil pendidikan dasar dan menengah telah mengintegrasikan data pendidikan dasar dan menengah dengan data nonpendidikan yang terkait dengan pendidikan. Program aplikasi yang dimaksud adalah Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 yang berisi empat jenis data yang perlu diisi, yaitu data nonpendidikan, data SD, data SMP, dan data SM. Sejalan dengan program aplikasi maka template Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 menggunakan sistematika penulisan yang dirinci menjadi empat Bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Keadaan Nonpendidikan, Bab III Keadaan Pendidikan yang meliputi data pendidikan, indikator pendidikan, dan analisis indikator pendidikan, dan Bab IV Penutup yang berisi Simpulan dan Saran. Profil Pendidikan Dasar dan Menengah ini bersumber pada data pendidikan jenjang SD yang terdiri dari SD, MI, SDLB, dan Paket A; jenjang SMP yang terdiri dari SMP, MTs, SMPLB, dan Paket B; jenjang SM yang terdiri dari SMA, SMK, MA, SMALB, dan Paket C. Profil Pendidikan Dasar dan Menengah ini disusun dengan mendasarkan pada Visi Kementerian Pendidikan Tahun 2019 dan ditetapkan dalam 5 Misi khususnya pada pendidikan adalah Misi 2 dan Misi 3. Misi 2 adalah mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan. Akses meluas yang terdiri dari 6 indikator, akses merata yang terdiri dari 4 indikator, dan akses berkeadilan yang terdiri dari 3 indikator, sehingga terdapat 13 indikator akses pendidikan. Misi 3 adalah mewujudkan pembelajaran yang bermutu. 1

4 Pembelajaran bermutu dirinci menjadi mutu siswa, mutu guru, dan mutu prasarana. Mutu siswa yang terdiri dari 7 indikator, mutu guru yang terdiri dari 3 indikator, dan mutu prasarana yang terdiri dari 5 indikator, sehingga terdapat 15 indikator mutu pendidikan. Dengan demikian, untuk mengetahui kinerja pendidikan dasar dan menengah digunakan rata-rata penjumlahan komposit indikator misi 2 akses pendidikan dan komposit indikator misi 3 pembelajaran bermutu. Berdasarkan analisis indikator maka kinerja pendidikan dasar dan menengah ini dapat dijadikan bahan informasi yang berguna bagi pimpinan tentang profil pendidikan di daerah masing-masing serta secara tidak langsung dapat sebagai bahan dalam penyusunan rencana dan program pembangunan pendidikan dan penyusunan kebijakan bagi pimpinan pada tahun mendatang. Akhirnya, mudah-mudahan laporan ini dapat digunakan secara maksimal dalam membantu penyusunan profil pendidikan di daerah, penyusunan rencana dan program daerah, dan yang pada akhirnya untuk kemajuan pendidikan daerah di masa mendatang. Kepala, Dr. Bastari NIP

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : BAB II: BAB III: BAB IV : BAB V: PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat PENJELASAN UMUM PENJELASAN DATA NONPENDIDIKAN PENJELASAN DATA, INDIKATOR, DAN ANALISIS PENDIDIKAN A. Data Pendidikan B. Indikator Pendidikan C. Analisis Indikator PENUTUP A. Program Aplikasi Profil Dikdasmen 2015/2016 B. Template Profil Dikdasmen 2015/2016 DAFTAR PUSTAKA Lampiran 3

6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profil Pendidikan telah dilaksanakan tiap tahun. Namun, dalam perkembangannya selalu mengalami perbaikan dan perubahan karena disesuaikan dengan kondisi pendidikan yang ada pada saat sekarang. Pada tahun 2011 dengan adanya Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Pendidikan Nasional maka Profil Pendidikan juga mengalami perubahan disesuaikan dengan kebijakan pada renstra. Hal yang sama pada tahun sekarang, latar belakang disusunnya laporan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah 2015/2016 (Profil Dikdasmen) ini ada dua, yaitu adanya perubahan Renstra Kementerian Pendidikan Nasional Tahun menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun dan perlunya mengkaitkan data pendidikan dengan data nonpendidikan dalam satu dokumen. Dengan adanya perubahan Renstra Kementerian Pendidikan Nasional Tahun menjadi Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun maka juga terjadi perubahan dalam Visi, Misi, Tujuan Strategis, maupun Sasaran Strategis. Walaupun demikian Visi 2025 tetaplah sama adalah menghasilkan insan Indonesia cerdas dan kompetitif (insan kamil/insan paripurna). Dengan mengacu pada Nawacita dan memperhatikan Visi 2025 serta integrasi pembangunan pendidikan dan kebudayaan maka ditetapkan Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 adalah terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan berlandaskan gotong royong. Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan yang berkarakter dapat dimaknai sebagai terwujudnya tujuh elemen ekosistem, yaitu sekolah yang kondusif, guru sebagai penyemangat, orang tua yang terlibat aktif, masyarakat yang sangat peduli, industri yang berperan penting, organisasi profesi yang berkontribusi besar, dan pemerintah yang berperan optimal. Berlandaskan gotong royong dapat dimaknai bahwa gotong royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia. Gotong royong diakui sebagai kepribadian dan budaya bangsa yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Gotong royong dalam pembangunan pendidikan 4

7 berarti banyak hal yang dilakukan secara bersama oleh banyak pihak secara sadar, sukarela, merasa turut berkepentingan, serta dengan keinginan saling menolong. Berlandaskan gotong royong akan memposisikan pembangunan pendidikan dan kebudayaan sebagai sebuah gerakan. Gerakan yang dicirikan dengan keterlibatan aktif masyarakat, dukungan langsung dunia usaha, dan kepercayaan yang tinggi terhadap lingkungan lembaga satuan pendidikan. Untuk mencapai Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 maka ditetapkan lima misi, yaitu M1 mewujudkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang kuat, M2 mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan, M3 mewujudkan pembelajaran yang bermutu, M4 mewujudkan pelestarian kebudayaan dan pengembangan bahasa, dan M5 mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi dan pelibatan publik. Dalam kaitan dengan pendidikan maka M2 dan M3 yang dibahas dalam Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016. Oleh karena Profil Pendidikan merupakan kelanjutan dari Profil Pendidikan tahun-tahun sebelumnya maka data nonpendidikan tetap dimasukkan dalam Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016. B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang adanya perubahan renstra pendidikan dan perlunya mengkaitkan pendidikan dengan nonpendidikan maka diperoleh beberapa perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah menyusun program aplikasi Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 sesuai dengan Rencana Strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019? 2. Bagaimanakah menyusun template Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 sesuai dengan Rencana Strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019? C. Tujuan Dengan adanya perumusan masalah seperti di atas maka tujuan penulisan laporan ini adalah: 1. Menyusun program aplikasi Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 berdasarkan Rencana Strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

8 2. Menyusun template Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 berdasarkan Rencana Strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan D. Manfaat Dengan tersusunnya program aplikasi dan template Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 maka dapat dimanfaatkan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota dalam menyusun Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 dan analisis terhadap data yang dimiliki sehingga diketahui kondisi pendidikan di masing-masing jenjang. Secara umum, pada akhirnya, melalui Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 akan dapat diketahui bagaimana kondisi dan kinerja pendidikan di masing-masing daerah, sehingga dapat dilakukan koreksi dan pengembangan data pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di masing-masing jenjang. Untuk pemerintah pusat, adanya Profil Pendidikan Dasar dan Menengah 2015/2016 dapat mengetahui kondisi pendidikan Indonesia dan kinerja pendidikan Indonesia, sehingga bisa digunakan untuk perencanaan pendidikan tahun mendatang, melakukan koreksi dan pengembangan data pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di tingkat pusat. Untuk pemerintah provinsi, adanya Profil Pendidikan Dasar dan Menengah 2015/2016 dapat mengetahui kondisi pendidikan provinsi dan kinerja pendidikan provinsi, sehingga bisa digunakan untuk perencanaan pendidikan tahun mendatang, melakukan koreksi dan pengembangan data pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di tingkat provinsi. Untuk pemerintah kabupaten/kota, adanya Profil Pendidikan Dasar dan Menengah 2015/2016 dapat mengetahui kondisi pendidikan kabupaten/kota dan kinerja pendidikan kabupaten/kota, sehingga bisa digunakan untuk perencanaan pendidikan tahun mendatang, melakukan koreksi dan pengembangan data pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di tingkat kabupaten/kota. 6

9 BAB II PENJELASAN UMUM Profil Dikdasmen disusun bersumber pada pengolahan instrumen Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen) yang berisi data tahun pelajaran 2015/2016. Profil Dikdasmen terdiri dari dua variabel, yaitu data dan indikator, terdiri dari dua jenis data, yaitu data nonpendidikan dan data pendidikan, terdiri dari dua jenis indikator, yaitu indikator nonpendidikan dan indikator pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada Renstra Kemendikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan , yaitu M2 adalah mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan serta M3 adalah mewujudkan pembelajaran yang bermutu. Data merupakan satuan terkecil yang diwujudkan dalam bentuk angka, huruf, atau simbol yang menggambarkan nilai suatu variabel sesuai dengan kondisi di lapangan. Indikator merupakan suatu konsep dan sekaligus sebagai ukuran. Sebagai konsep, indikator merupakan besaran kuantitatif mengenai suatu konsep yang dapat mengukur input, proses, dan hasil suatu instrumen. Sebagai ukuran, indikator merupakan besaran dari suatu konsep atau gejala tertentu sebagai hasil pengolahan dari dua atau lebih satuan data dalam waktu yang bersamaan. Data nonpendidikan membahas tentang empat kategori, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, dan penduduk miskin, 3) ekonomi termasuk APBD, PAD dan belanja langsung SKPD Dinas Pendidikan, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak tujuh variabel dan sumber daya manusia sebanyak enam variabel. Prasarana pendidikan dimaksud sebanyak tujuh variabel, yaitu sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), tempat olahraga, dan laboratorium. Sumber daya manusia pendidikan dimaksud sebanyak enam variabel, yaitu siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. 7

10 Indikator nonpendidikan terdiri dari kepadatan penduduk dan penduduk usia sekolah, proporsi penduduk usia sekolah, proporsi tingkat pendidikan penduduk, keadaan ekonomi seperti APBD dan PAD, persentase biaya pendidikan menurut jenjang, dan persentase penduduk menurut agama. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan Misi Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu M2 adalah mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan dan M3 adalah mewujudkan pembelajaran yang bermutu. 8

11 BAB III PENJELASAN DATA NONPENDIDIKAN Data nonpendidikan yang disajikan pada Profil Dikdasmen 2015/2016 ada delapan jenis, yaitu administrasi pemerintahan, demografi, tingkat pendidikan penduduk, tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja+bukan angkatan kerja, penduduk miskin, ekonomi, dan sosial budaya dan agama. Sumber data nonpendidikan hendaknya diambil dari Kabupaten/Kota dalam Angka pada tahun yang sesuai. Administrasi pemerintahan dimaksud mencakup jumlah kecamatan, jumlah desa atau kelurahan, dan luas wilayah. Administrasi kecamatan diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah sekolah yang ada pada setiap kecamatan, misalnya bila setiap kecamatan harus memiliki SMP apakah kebijakan tersebut sudah tercapai? Bila belum, kebijakan apa yang diperlukan? Desa diperlukan untuk mengetahui apakah setiap desa/kelurahan sudah ada PAUD, bila ada yang belum memiliki apakah yang harus dilakukan? Demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk seluruhnya, jumlah penduduk 6-7 tahun menurut jenis kelamin, jumlah penduduk 7-12 tahun menurut jenis kelamin, jumlah penduduk tahun menurut jenis kelamin, jumlah penduduk tahun menurut jenis kelamin, dan kepadatan penduduk yang merupakan pembagian antara jumlah penduduk seluruhnya dengan luas wilayah. Penduduk 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, bila diperlukan dapat dilihat apakah mereka yang masuk SD lebih banyak perempuan atau laki-laki. Penduduk 7-12 tahun sampai tahun menurut jenis kelamin sangat diperlukan dalam menghitung APK menurut jenjang pendidikan jenis kelamin. Selain itu, juga untuk menghitung PG APK dan IPG APK menurut jenjang pendidikan. Tingkat pendidikan penduduk dan tingkat kepandaian membaca/menulis berasal dari penduduk usia 5 tahun ke atas. Hal ini berarti jumlah tingkat pendidikan penduduk dan tingkat kepandaian membaca/menulis harus lebih kecil dari jumlah penduduk seluruhnya. Selain itu, jumlah tingkat pendidikan penduduk dan tingkat kepandaian membaca/menulis harus sama. Tingkat pendidikan penduduk dirinci menurut 9 kategori, yaitu penduduk yang tidak pernah sekolah, tidak/belum tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat SMK, tamat diploma, tamat sarjana, dan tidak terjawab. Tingkat kepandaian membaca/menulis dirinci menjadi dua, yaitu yang dapat membaca dan menulis dan yang buta huruf. Dengan mengetahui mereka yang buta 9

12 huruf maka diharapkan program pendidikan dapat menjangkau mereka yang masih buta huruf melalui program nonformal seperti pendidikan keaksaraan. Angkatan kerja berasal dari penduduk usia 15 tahun ke atas, demikian juga bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari mereka yang bekerja dan pengangguran terbuka baik yang pernah dan tidak pernah bekerja, sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Banyaknya angkatan kerja ini untuk mengetahui seberapa banyak lowongan kerja yang diperlukan sehingga dapat dipenuhi melalui program vokasional pada SMK. Penduduk miskin dirinci menjadi daerah kota dan daerah desa. Dengan diketahui penduduk miskin maka akan dapat membantu dalam mendata pendidikan siswa yang termasuk miskin, sehingga alokasi beasiswa untuk siswa miskin akan dapat diketahui lebih baik. Ekonomi dirinci menjadi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), pendapatan asli daerah (PAD), dan belanja langsung dari dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah (DPA- SKPD). Untuk belanja langsung yang diambil hanyalah PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya. Namun, tidak diikutkan belanja modal karena belanja modal tidak diperoleh tiap tahun. Sosial budaya dan agama dirinci menjadi keagamaan dan kesehatan. Keagamaan dilihat dari penduduk menurut agama, Islam, protestan, katholik, hindu, budha, dan khonghucu. Dengan diketahui penduduk menurut agama maka akan diperoleh daerah mana yang memerlukan guru agama tertentu. Kesehatan dilihat dari jumlah rumah sakit, puskesmas, dan puskesmas pembantu. Bila setiap kabupaten telah ada rumah sakit, merupakan kondisi yang baik. Demikian juga untuk puskesmas, bila setiap kecamatan sudah ada puskesmas berarti kondisi yang baik. Hal yang sama untuk puskesmas pembantu, bila setiap kelurahan/desa telah ada puskesmas pembantu berarti kondisi yang baik karena rumah sakit/puskesmas/puskesmas pembantu telah melayani penduduk sesuai keperluan. Data nonpendidikan pada program aplikasi Profil Dikdasmen 2015/2016 terdapat pada sheet NP, sedangkan analisis indikator nonpendidikan terdapat pada sheet DataGrafikNP. Data nonpendidikan dan analisisnya pada template Profil Dikdasmen 2015/2016 terdapat pada Bab II Keadaan Nonpendidikan. 10

13 BAB IV PENJELASAN DATA, INDIKATOR, DAN ANALISIS PENDIDIKAN A. Data Pendidikan Data pendidikan yang dimaksud dalam penyusunan Profil Dikdasmen 2015/2016 ada tiga jenjang, yaitu 1) SD termasuk MI, SDLB, dan Paket A, 2) SMP termasuk MTs, SMPLB, dan Paket B, dan 3) SM termasuk SMA, SMK, MA, SMALB, dan Paket C. Setiap jenjang pendidikan dirinci lagi menjadi 3 kelompok variabel, yaitu sekolah, siswa, dan prasarana pendidikan. Ketiga kelompok variabel dirinci menjadi 13 variabel pendidikan, yaitu sekolah, siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, kepala sekolah dan guru, rombongan belajar, ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah, tempat olahraga, dan laboratorium serta ruang praktik gambar teknik SMK. Variabel sekolah dirinci menurut status sekolah dan jenjang akreditasi. Siswa baru dirinci menurut usia dan menurut asal (khusus SD). Siswa dirinci menurut usia sekolah, jenis kelamin dan usia sekolah, status sekolah, tingkat dan tingkat tahun lalu. Mengulang dirinci menurut tingkat. Putus sekolah dirinci menurut tingkat. Kepala sekolah dan guru dirinci menurut ijazah, status kepegawaian dan sertifikasi. Ruang kelas dirinci menurut lima jenis kondisi. Perpustakaan, ruang UKS, dan laboratorium, ruang praktik gambar teknik (khusus SMK) dirinci menurut kondisi serta tempat olahraga dirinci menurut status kepemilikan. Data pendidikan pada program aplikasi Profil Dikdasmen 2015/2016 terdapat pada sheet SD, sheet SMP, dan sheet SM serta rangkuman data dan DataGrafikPend. Data pendidikan pada template Profil Dikdasmen 2015/2016 terdapat pada Bab III Keadaan Pendidikan pada butir A. B. Indikator Pendidikan Indikator pendidikan untuk misi 2 terdiri dari tiga jenis, yaitu akses meluas, akses merata, dan akses berkeadilan. Akses meluas terdiri dari 6 indikator, yaitu 1) rasio siswa per kelas (R-S/K), 2) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 3) persentase perpustakaan (%Perpus), 4) persentase ruang UKS (%RUKS), 5) persentase tempat olahraga (%TOR), dan 6) persentase laboratorium (%Lab). Akses merata terdiri dari 4 indikator, yaitu 1) angka partisipasi murni (APM)/angka partisipasi kasar (APK), 2) 11

14 angka masukan kasar (AMK)/angka melanjutkan (AM), 3) tingkat pelayanan sekolah (TPS), dan 4) satuan biaya (SB). Akses berkeadilan terdiri dari 3 indikator, yaitu 1) perbedaan gender APK (PG APK), 2) indeks paritas gender APK (IPG APK), dan satuan biaya (SB). Dengan demikian, misi 2 menggunakan 13 indikator. Indikator pendidikan untuk misi 3 terdiri dari tiga jenis, yaitu mutu siswa, mutu guru, dan mutu prasarana dengan 5 indikator. Mutu siswa terdiri dari 7 indikator, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB TK) (khusus SD), 2) angka mengulang (AU), 3) angka bertahan tingkat 5 (SD) atau angka bertahan (SMP dan SM), 4) angka lulusan (AL), 5) angka putus sekolah (APS), dan 6) rata-rata lama belajar (RLB). Mutu guru terdiri dari 3 indikator, yaitu (1) persentase guru layak (%GL), 2) persentase sertifikasi guru (%GS), dan 3) rasio siswa per guru (R-S/G). Mutu prasarana terdiri dari 5 indikator, yaitu 1) persentase ruang kelas baik (%RKb), 2) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 3) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), dan 4) persentase laboratorium baik (%Lab) (khusus SMP dan SM). Dengan demikian, misi 3 menggunakan 13 indikator. Berdasarkan misi 2 dan misi 3 maka jenis indikator pendidikan yang digunakan disajikan berikut ini. 1. Misi 2 Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan Misi 2 dapat dirinci menjadi tiga, yaitu akses yang meluas, akses yang merata, dan akses yang berkeadilan. Untuk menentukan apakah misi 2 akses yang meluas telah dilaksanakan dengan baik maka digunakan enam jenis indikator pendidikan, yaitu a. Rasio siswa per kelas (R-S/K) b. Rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK) c. Persentase perpustakaan (%Perpus) d. Persentase ruang usaha kesehatan sekolah (UKS) (%UKS) e. Persentase tempat olahraga (%TOR) f. Persentase laboratorium (%Lab) Pemilihan jenis indikator pendidikan untuk akses yang meluas disesuaikan dengan data tahunan yang dihasilkan. R-S/K digunakan untuk melihat padatnya suatu kelas berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23, Tahun (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Setiap kelas seharusnya dalam perencanaan pembangunan sekolah diisi oleh 32 siswa untuk SD dan 36 siswa untuk SMP. Bila diisi kurang dari 32 untuk SD 12

15 dan kurang dari 36 untuk SMP dan SM maka menghasilkan nilai baik. R-K/RK digunakan untuk melihat pemakaian atau pemanfaatan ruang kelas apakah sudah sesuai dengan tujuan bahwa setiap ruang kelas hanya digunakan sekali kegiatan belajar mengajar. Bila nilainya kurang dari 1 berarti terdapat ruang kelas yang masih belum digunakan, sedangkan nilai lebih dari 1 berarti terdapat ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar. Idealnya adalah 1. %Perpus dijadikan ukuran untuk melihat ketersediaan perpustakaan di sekolah karena setiap sekolah harusnya memiliki perpustakaan. %UKS dijadikan ukuran untuk melihat ketersediaan ruang usaha kesehatan di sekolah karena setiap sekolah harusnya memiliki ruang UKS. %TOR dijadikan ukuran untuk melihat ketersediaan tempat olahraga di sekolah karena setiap sekolah harusnya memiliki tempat olahraga. %Lab dijadikan ukuran untuk melihat ketersediaan laboratorium di sekolah karena setiap sekolah harusnya memiliki laboratorium, terlebih SMA harusnya memiliki 6 jenis laboratorium dan SMK memiliki 3 jenis laboratorium. %Perpus, %RUKS, %TOR, dan %Lab idealnya adalah 100%. Dengan demikian, untuk mengetahui apakah akses pendidikan telah meluas maka indikator tersebut dilakukan konversi untuk menghasilkan satuan yang sama menjadi nilai akses. Nilai akses yang meluas adalah penjumlahan nilai keenam indikator akses yang meluas dibagi enam dengan asumsi bahwa setiap indikator akses yang meluas memiliki peranan yang sama. Untuk menentukan apakah misi 2 akses yang merata telah dilaksanakan dengan baik maka digunakan empat jenis indikator pendidikan, yaitu a. Angka partisipasi kasar (APK) atau angka partisipasi murni (APM). b. Angka masukan kasar (AMK) SD atau angka melanjutkan (AM) khusus SMP dan SM. c. Tingkat pelayanan sekolah (TPS) untuk SD, SMP, dan SM. d. Satuan biaya (SB) untuk SD, SMP, dan SM Pemilihan jenis indikator pendidikan untuk mengetahui akses yang merata dan disesuaikan dengan data tahunan yang dihasilkan. Penggunaan APK tingkat SD adalah untuk melihat partisipasi siswa tingkat SD terhadap penduduk usia 7-12 tahun, APK tingkat SMP adalah untuk melihat partisipasi siswa tingkat SMP terhadap penduduk usia tahun, sedangkan APK tingkat SM adalah untuk melihat partisipasi siswa tingkat SM terhadap penduduk usia tahun. Sebaliknya, APM tingkat SD adalah partisipasi siswa tingkat SD yang sesuai dengan usia sekolah resmi SD, APM tingkat SMP adalah partisipasi siswa tingkat SMP yang sesuai dengan usia resmi SMP, 13

16 sedangkan APM tingkat SM adalah partisipasi siswa tingkat SM yang sesuai dengan usia resmi SM. Idealnya APK dan APM sama sebesar 100%. Pemilihan AMK SD karena merupakan akses pertama kali masuk ke SD, sedangkan AM khusus untuk SMP dan SM, karena merupakan akses lanjutan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Artinya, untuk masuk SD tidak harus tamat dari PAUD tetapi dapat langsung dari rumah tangga atau penduduk usia 6 7 tahun. Idealnya adalah 50%. Sebaliknya, jika siswa belum lulus SD/MI atau Paket A tidak dapat melanjutkan ke tingkat SMP, demikian juga jika siswa yang belum lulus SMP/MTs atau Paket B tidak dapat melanjutkan ke tingkat SM/MA. Idealnya adalah 100%. TPS dijadikan alat untuk menilai tingkat pelayanan pendidikan sekolah. Bila nilainya kecil maka dapat menampung siswa lebih besar jika dibandingkan dengan nilai yang besar. Dengan demikian, akses yang besar dapat diartikan merata. Belum ada nilai idealnya, sehingga digunakan angka nasional. Satuan biaya dijadikan alat untuk menilai akses yang merata dilihat dari segi biaya. Bila nilainya kecil maka partisipasi pemerintah dalam pendidikan kecil, sehingga akses sekolah oleh masyarakat kurang merata. Sebaliknya, bila nilainya besar maka partisipasi pemerintah dalam pendidikan sangat besar, sehingga akses ke sekolah oleh masyarakat lebih mudah. Belum ada nilai idealnya, sehingga digunakan kebijakan 80% dari bantuan operasional sekolah (BOS) tahun Dengan demikian, untuk mengetahui akses yang merata maka keempat indikator tersebut dilakukan konversi untuk menghasilkan satuan yang sama menjadi nilai akses yang merata. Nilai keempat indikator akses yang merata kemudian dijumlahkan dan dibagi empat dengan asumsi bahwa setiap indikator memiliki peranan yang sama. Untuk menentukan apakah misi 2 akses yang berkeadilan telah dilaksanakan dengan baik maka digunakan tiga jenis indikator pendidikan, yaitu: a. Perbedaan gender APK (PG APK) b. Indeks paritas gender APK (IPG APK) c. Persentase siswa swasta (%S-Swt). Pemilihan jenis indikator pendidikan untuk melihat keadilan dalam memperoleh layanan pendidikan disesuaikan dengan data tahunan yang tersedia. PG APK dijadikan ukuran untuk menilai apakah ada perbedaan layanan pendidikan antara laki-laki dengan perempuan. Bila nilainya minus (-) atau positif (+) berarti masih terjadi PG APK dalam layanan pendidikan. Disebut tidak ada PG APK dalam layanan pendidikan bila nilainya 0. Jadi, idealnya PG APK adalah 0, artinya tidak ada perbedaan 14

17 antara laki-laki dan perempuan dalam bersekolah di semua jenjang pendidikan. IPG APK dijadikan ukuran untuk menilai apakah terjadi kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan antara laki-laki dengan perempuan. Bila nilainya kurang dari 1 (0,..) atau lebih dari 1 (1,..) berarti belum ada kesetaraan gender dalam layanan pendidikan. Disebut setara dalam layanan pendidikan bila nilainya 1. Jadi, idealnya IPG APK adalah 1, artinya telah setara antara laki-laki dan perempun dalam bersekolah di semua jenjang pendidikan. %S-Swt dijadikan ukuran keadilan dilihat dari status sekolah antara negeri dengan swasta sebagai partisipasi masyarakat. Artinya, tidak ada perbedaan dalam bersekolah di negeri maupun swasta. %S-Swt belum diketahui berapa nilai idealnya. Oleh karena itum digunakan nilai nasional sebagai standar partisipasi masyarakat. Namun, makin tinggi nilainya berarti makin tinggi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pendidikan. Dengan demikian, untuk mengetahui akses yang berkeadilan dalam layanan pendidikan maka ketiga indikator yang berkeadilan tersebut dilakukan konversi sehingga memiliki satuan yang sama menjadi nilai akses yang berkeadilan. Nilai akses yang berkeadilan kemudian dijumlahkan dan dibagi tiga dengan asumsi bahwa semua indikator memiliki peranan yang sama. Bila masing-masing kelompok indikator telah diperoleh nilai maka untuk mengetahui akses layanan pendidikan dilihat dari tiga sumber akses maka nilai tiga sumber akses dijumlahkan kemudian dibagi 3 dengan asumsi bahwa kelompok indikator memiliki peranan yang sama. 2. Misi 3 Mewujudkan Pembelajaran Bermutu Misi 3 dapat dirinci menjadi tiga, yaitu mutu siswa, mutu guru, dan mutu prasarana. Untuk menentukan apakah misi 3 dilihat dari mutu siswa telah dilaksanakan dengan baik maka digunakan enam jenis indikator pendidikan, yaitu: a. Persentase Siswa Baru SD dr PAUD (%SB PAUD) (khusus SD) b. Angka mengulang (AU) c. Angka putus sekolah (APS) d. Angka bertahan tingkat 5 khusus SD (AB5 SD) atau angka bertahan (AB) (khusus SMP dan SM). e. Angka lulusan (AL) f. Rata-rata lama belajar (RLB). 15

18 Pemilihan jenis indikator pendidikan untuk melihat mutu siswa disesuaikan dengan data tahunan yang tersedia. Mutu siswa dari masukan ke sekolah dilihat dari %SB PAUD khusus SD. Mutu proses siswa dapat dilihat dari AU, APS, dan AB5/AB. Mutu keluaran siswa dari proses belajar mengajar tersebut dapat dilihat dari AL dan RLB. Mutu masukan siswa ke sekolah dilihat dari indikator %SB PAUD, artinya makin besar nilainya berarti makin baik karena makin banyak siswa baru yang masuk ke SD berasal dari lulusan PAUD. Idealnya adalah 100%. Mutu proses belajar siswa dilihat dari AU dan APS merupakan faktor yang negatif dari mutu pendidikan karena banyaknya siswa mengulang dan putus sekolah menunjukkan mutu pendidikan yang kurang baik. Oleh karena itu, makin kecil AU dan APS menunjukkan proses belajar-mengajar makin baik, sehingga mutu pendidikan akan meningkat. Idealnya adalah 0%. Demikian juga AB 5 (SD) bisa diketahui siswa yang dapat bertahan sampai tingkat 5 jenjang SD, sehingga pendidikan menjadi efisien karena ketika siswa sudah mencapai tingkat 5 maka tak akan menjadi buta huruf bila siswa tersebut tidak sekolah lagi. AB 5 SD adalah siswa yang dapat bertahan sampai tingkat 5 dengan nilai 95%. AB (SMP dan SM) adalah siswa yang dapat bertahan sampai tingkat tertinggi. Dengan demikian, nilai maksimal AB adalah 100%, artinya setiap siswa bertahan di sekolah sampai mereka lulus di masing-masing jenjang. Oleh karena itu, makin tinggi nilai AB berarti makin baik. Idealnya adalah 100%. Mutu keluaran siswa dilihat dari AL, sehingga makin tinggi AL makin baik. Idealnya adalah 100%. RLB juga ikut berpengaruh dalam efisiensi pendidikan karena RLB yang tinggi menyebabkan semakin besarnya tenaga, waktu dan biaya yang digunakan dalam proses belajar mengajar, sehingga pendidikan menjadi tidak efisien. Makin tinggi nilai RLB makin buruk karena membutuhkan waktu lebih banyak. Idealnya untuk SD adalah 6 tahun dan SMP/SM adalah 3 tahun. Dengan demikian, untuk mengetahui mutu siswa dalam layanan pendidikan maka kelima indikator mutu siswa tersebut dilakukan konversi, sehingga memiliki satuan yang sama menjadi nilai mutu siswa. Nilai mutu siswa kemudian dijumlahkan dan dibagi lima dengan asumsi bahwa semua indikator memiliki peranan yang sama. Untuk menentukan apakah misi 3 mutu guru telah dilaksanakan dengan baik maka digunakan tiga jenis indikator pendidikan, yaitu: a. Persentase guru layak (%GL) b. Persentase guru sertifikat (%GS) c. Rasio siswa per guru (R-S/G) 16

19 Pemilihan jenis indikator pendidikan mutu guru disesuaikan dengan data tahunan yang dihasilkan. Mutu sumber daya manusia dilihat dari %GL, %GS, dan R-S/G karena guru dianggap yang paling menentukan mutu pendidikan. %GL dijadikan ukuran untuk melihat guru yang mengajar sesuai dengan persyaratan dalam Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No. 14/2005). (Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Makin besar nilai %GL diharapkan guru mengajar lebih baik, sehingga mutu pendidikan diharapkan makin meningkat. Sesuai dengan UU tersebut maka %GL untuk SD sampai SM diukur dengan tingkat ijazah guru adalah sarjana atau Diploma 4 dan yang lebih tinggi. Idealnya adalah 100%. %GS adalah guru yang memiliki sertifikat mengajar, artinya selain guru memiliki ijazah S1 dan lebih tinggi maka langkah berikutnya guru diberikan sertifikasi. Makin tinggi nilainya maka makin banyak guru yang telah sertifikasi. Idealnya adalah 100%. R-S/G dijadikan ukuran untuk melihat kuantitas guru. Bila angka R-S/G lebih kecil dari standar berarti kelebihan guru, sedangkan bila lebih besar dari standar berarti kekurangan guru/dosen. Belum ada ketentuan khusus atau idealnya R-S/G, sehingga digunakan standar nasional. Dengan demikian, untuk mengetahui mutu guru dalam layanan pendidikan maka ketiga indikator mutu guru tersebut dilakukan konversi, sehingga memiliki satuan yang sama menjadi nilai mutu guru. Nilai mutu guru kemudian dijumlahkan dan dibagi tiga dengan asumsi bahwa semua indikator memiliki peranan yang sama. Untuk menentukan apakah misi 3 mutu prasarana telah dilaksanakan dengan baik maka digunakan empat jenis indikator pendidikan, yaitu: a. Persentase ruang kelas baik (%RKb) b. Persentase perpustakaan baik (%Perpusb) c. Persentase ruang UKS baik (%RUKSb) d. Persentase laboratorium baik (%Labb) khusus SMP dan SM. Pemilihan jenis indikator pendidikan mutu prasarana disesuaikan dengan data tahunan yang dihasilkan. Proses belajar mengajar juga ditentukan oleh ketersediaan prasarana pendidikan seperti ruang kelas baik dan fasilitas sekolah lain seperti perpustakaan, ruang UKS, dan laboratorium. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa %RKb dapat dijadikan ukuran untuk melihat kondisi ruang kelas yang baik dan juga memacu siswa untuk belajar lebih baik, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Makin besar nilai prasarana diharapkan mutu pendidikan akan meningkat karena proses belajar mengajar menjadi lebih baik sehingga siswa maupun guru dapat berinteraksi dengan baik pula. Idealnya adalah 100%. 17

20 %Perpusb menyebabkan siswa bertahan untuk belajar menggunakan buku penunjang yang berada di perpustakaan karena ruang dan sarana buku yang baik. %RUKSb menyebabkan siswa lebih terjamin dalam melaksanakan proses belajar mengajar karena bila ada masalah kesehatan dapat dengan segera ditangani di ruang UKS, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. %Rlabb menyebabkan siswa dapat belajar di laboratorium dengan baik karena kelengkapan fasilitas yang diberikan. Dengan demikian, untuk mengetahui mutu prasarana dalam layanan pendidikan maka keempat indikator mutu prasarana tersebut dijumlahkan dan dibagi empat dengan asumsi bahwa semua indikator memiliki peranan yang sama. Idealnya %RKb, %Perpusb, %RUKSb, dan %Labb adalah 100%. Bila masing-masing kelompok indikator telah diperoleh nilainya maka untuk mengetahui mutu layanan pendidikan dilihat dari tiga sumber mutu maka nilai tiga sumber mutu dijumlahkan kemudian dibagi 3 dengan asumsi bahwa kelompok indikator memiliki peranan yang sama. (Kintamani, 2016). Indikator pendidikan pada program aplikasi Profil Dikdasmen 2015/2016 terdapat pada sheet IndikatorMisi, sheet RangkumanIndikator, GrafikMisi. Indikator pendidikan pada template Profil Dikdasmen 2015/2016 terdapat pada Bab III Keadaan Pendidikan pada butir B. C. Analisis Analisis indikator dilakukan mengunakan standar yang tercantum dalam Tabel 4.1. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hampir semua indikator menggunakan standar ideal. Artinya, penghitungan kinerja digunakan standar yang paling tinggi. Hanya satu indikator yang menggunakan Permendikbud, yaitu R-S/K, dua indikator menggunakan standar nasional, yaitu TPS dan R-S/G, dan satu indikator, yaitu SB menggunakan asumsi 80% dari dana BOS tahun Akses pendidikan terdiri dari tiga kelompok. Untuk akses yang meluas digunakan 6 jenis indikator. R-S/K dilakukan konversi untuk SD sebesar 32 dan SMP serta SM masing-masing sebesar 36. R-K/RK menggunakan standar ideal sebesar 1. %Perpus, %RUKS, %TOR, dan %Lab digunakan standar ideal 100. Untuk akses yang merata digunakan 4 jenis indikator. AMK SD menggunakan standar 50%, sedangkan AM SMP dan SM menggunakan standar ideal sebesar 100%. APK SD-SMP menggunakan standar ideal 100%. TPS tiap jenjang pendidikan berbeda menggunakan standar nasional tahun 2015/2016. SB menggunakan standar 80% dari BOS tahun Akses yang berkeadilan menggunakan 3 jenis indikator. PG APK menggunakan standar ideal sebesar 0. IPG APK menggunakan standar ideal sebesar 1. %S-Swt tiap 18

21 jenjang pendidikan menggunakan standar nasional tahun 2015/2016. Tabel 4.1 Standar yang Digunakan untuk Menilai Indikator Misi No. Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan Akses yang Meluas 1 Rasio Siswa per Kelas (R-S/K) Siswa Permendikbud 23/2013, 24/2007 (SMA) & 40/2008 (SMK) 2 Rasio Kelas per Ruang Kelas (R-K/RK) Kelas Ideal 3 Persentase Perpustakaan (%Perpus) Persentase Ideal 4 Persentase Ruang UKS (%RUKS) Persentase Ideal 5 Persentase Tempat Olahraga (%TOR) Persentase Ideal Mewujudkan 6 Persentase Laboratorium (%Lab) Persentase Ideal Akses yang Akses yang Merata Meluas, Merata, 7 Angka Masukan Kasar (AMK)/Angka Melanjutkan (AMPersentase Ideal dan Berkeadilan 8 Angka Partisipasi Kasar (APK) Persentase Ideal 9 Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS) Siswa Angka nasional 2015/ Satuan Biaya (SB) Rupiah % dr BOS 2015 Akses yang Berkeadilan 11 Perbedaan Gender APK (PG APK) Persentase Ideal 12 Indeks Paritas Gender APK (IPG APK) Indeks Ideal 13 % Siswa Swasta (% S-Swt) Persentase Ideal Mutu dari segi Siswa 1 Persentase Siswa Baru PAUD (%SB PAUD) Persentase Ideal 2 Angka Mengulang (AU) Persentase Ideal Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu 3 Angka Bertahan Tk 5 (AB5 SD)/Angka Bertahan (AB SMP dan SM) Persentase Ideal 4 Angka Lulusan (AL) Persentase Ideal 5 Angka Putus Sekolah (APS) Persentase Ideal 6 Rata2 Lama Belajar (RLB) Tahun Ideal Mutu dari segi Guru 7 Persentase Guru Layak (% GL) Persentase Ideal 8 Persentase Guru Sertifikasi (%GS) Persentase Ideal 9 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Siswa Angka nasional 2015/2016 Mutu dari segi Prasarana 10 Persentase Sekolah Akreditasi A & B (%SA-AB) Persentase Ideal 11 Persentase Ruang Kelas baik (%RKb) Persentase Ideal 12 Persentase Perpustakaan baik (%Perpusb) Persentase Ideal 13 Persentase Ruang UKS baik (%RUKSb) Persentase Ideal 14 Persentase Laboratorium baik (%Labb) Persentase Ideal Pembelajaran yang bermutu terdiri dari tiga kelompok jenis. Untuk mutu siswa digunakan 6 jenis indikator. %SB PAUD menggunakan standar ideal sebesar 100%. AU menggunakan standar ideal sebesar 0%. AB5 SD menggunakan standar ideal sebesar 95%, sedangkan AB SMP dan SM menggunakan standar ideal sebesar 100%. AL menggunakan standar ideal sebesar 100%. APS menggunakan standar ideal sebesar 0%. RLB juga menggunakan standar ideal untuk SD sebesar 6 tahun, sedangkan untuk SMP dan SM masing-masing sebesar 3 tahun. Untuk mutu guru digunakan tiga jenis indikator. %GL dan %GS menggunakan standar ideal masing-masing sebesar 100%. R-S/G tiap jenjang pendidikan berbeda menggunakan standar nasional tahun 2015/2016. Untuk mutu prasarana digunakan 5 jenis indikator. %SA-AB menggunakan standar ideal sebesar 100% yang berarti tiap harusnya terkareditasi minimal B. %RKb, %Rperpusb, %RUKSb, dan %Labb menggunakan standar ideal 19

22 sebesar 100%. Selain standar yang digunakan memberi nilai pada masing-masing indikator maka beberapa indikator perlu dilakukan konversi agar indikator menjadi satu satuan yang sama. Untuk misi 2, terdapat 8 jenis indikator yang perlu dilakukan konversi, yaitu R-S/K, R-K/RK, AMK SD, TPS, SB, AM SMP/SM, PG APK, IPG APK, %S-Swt. Untuk misi 3, terdapat 3 jenis indikator yang perlu dilakukan konversi, yaitu AB5 SD, RLB, dan R-S/G. Dengan demikian, terdapat 11 indikator yang perlu dilakukan konversi sehingga diperoleh nilai masing-masing indikator. Untuk jelasnya, cara melakukan konversi disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Penjelasan Cara Melakukan Konversi No. Misi Indikator Penjelasan Konversi Standar 1 Misi 2 1 R-S/K Rasio Siswa per Kelas <= standar = 100 SD 32, SMP dan SM 36 > standar = standar dibagi nilai 2 R-K/RK Rasio Kelas per Ruang Kelas < standar = nilai dibagi standar Ideal = 1 > standar = standar dibagi nilai 3a AMK SD Angka Masukan Kasar SD => standar = 100 SD 50 < standar = nilai dibagi standar 3b AM Angka Melanjutkan SMP/SM => standar = 100 SMP dan SM 100 < standar = nilainya 4 TPS Tingkat Pelayanan Sekolah <= standar = 100 SD 53, SMP 76, SM 68 > standar = standar dibagi nilai 5 SB Satuan Biaya => standar = 100 SD 1jut, SMP 1.25jt, SM 1.5jt < standar = nilai dibagi standar 6 PG APK Perbedaan Gender APK < standar = nilai Ideal = 0 > standar = nilai 7 IPG APK Indeks Paritas Gender APK > standar = standar dibagi nilai Ideal = 1 < standar = nilai dibagi standar 8 %S-Swt Persentase Siswa Swasta => standar = 100 SD 10, SMP 25, SM 50 < standar = nilai dibagi standar 2 Misi 3 9 AB5 SD Angka Bertahan 5 SD => standar = 100 SD 95 < standar = nilai dibagi standar 10 RLB Rata-rata Lama Belajar > standar = standar dibagi nilai SD 6, SMP dan SM 3 < standar = nilai dibagi standar 11 R-S/G Rasio Siswa per Guru > standar = standar dibagi nilai SD 16, SMP 15, SM 12 < standar = nilai dibagi standar untuk misi 2, R-S/K SD standarnya adalah 32, artinya bila R- S/K SD kurang dari 32 dianggap baik maka angka <32 mendapat nilai 100. Sebaliknya, bila R-S/K SD 33 atau lebih dari 32 maka nilainya menjadi 32 dibagi 33 x 100 sama dengan 96,9. untuk misi 3, AB5 SD standarnya adalah 95, artinya maksimal angka 95 dan lebih mendapat nilai 100. Sebaliknya, bila AB5 SD 90 atau kurang dari 95 maka nilainya menjadi 90 dibagi 95 x 100 sama dengan 94,7. 20

23 Nilai masing-masing kelompok indikator pada misi 2 dan misi 3 diambil rata-ratanya menjadi kinerja pendidikan., nilai misi 2 akses adalah 85 sedangkan nilai misi 3 mutu adalah 70 maka kinerja pendidikan menjadi 85 ditambah 70 dibagi 2 sama dengan 77,5. Untuk memudahkan penamaan maka jenis kinerjanya menggunakan kategori wajar dikdas 9 tahun seperti tercantum pada Tabel 4.3. kinerja 77,5 berarti termasuk kategori kurang. Tabel 4.3 Jenis Kinerja Menggunakan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. Jenis Kinerja Nilai 1 Paripurna Utama Madya Pratama Kurang kurang dari Analisis indikator pendidikan pada program aplikasi Profil Dikdasmen 2015/2016 terdapat pada sheet RangkumanIndikator khususnya nilai indikator dan pencapaian kinerja serta sheet GrafikMisi. Analisis indikator pendidikan pada template Profil Dikdasmen 2015/2016 terdapat pada Bab III Keadaan Pendidikan pada butir C. 21

24 BAB V PENUTUP Setelah dipahami data, analisis, dan kinerja pendidikan yang ada pada Profil Dikdasmen 2015/2016 yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka pada Bab V Penutup dijelaskan tentang Program Aplikasi Profil Dikdasmen Tahun 2015/2016 dan Template Profil Dikdasmen Tahun 2015/2016. Program aplikasi ini digunakan untuk memasukkan data, menghitung, dan analisis terhadap data pendidikan, sedangkan template adalah menarasikan data, perhitungan indikator, dan analisis data dan indikator pendidikan. A. Program Aplikasi Profil Dikdasmen 2015/2016 Program aplikasi profil dikdasmen 2015/2016 ini disusun menggunakan program Excel dengan menggunakan 16 sheet, yaitu sheet Menu, Cover, Penjelasan, NP, SD, SMP, SM, RangkumanData, IndikatorMisi, RangkumanIndikator, DataGrafikNP, DataGrafikPend, GrafikMisi, Konversi, Tabel-Grafik, dan Selesai. Sheet selanjutnya, yaitu EntrySD dan seterusnya kertas buram untuk menghitung efisiensi khusus AB5 SD, AB dan RLB. Untuk melakukan pemasukan data maka pilih Menu dan pada Input Data pilih NP, SD, SMP atau SM. Selain itu, pemasukan data dapat langsung dilakukan menggunakan program aplikasi ini maka hanya ada lima sheet yang perlu untuk dapat mengisi data, yaitu 1. Data hanya diisi pada 5 sheet, yaitu sheet Cover, NP, SD, SMP, dan SM 2. Data yang diisi pada sheet NP, SD, SMP, dan SM bertuliskan NA dan berwarna biru. 3. Data yang diisi pada sheet Cover yang berwarna biru, yaitu a. Isilah dengan nama kabupaten/kota b. Isilah dengan nama provinsi c. Tahun 2015/2016 atau tahun yang akan diisi 4. Data yang diisi adalah tahun pelajaran 2015/2016 kecuali pada sheet SD, SMP, dan SM terdapat data siswa menurut tingkat tahun 2015/2016. Kotak yang diberi tanda X pada SD, SMP, dan SM tak perlu diisi. 5. Sheet RangkumanData, IndikatorMisi, RangkumanIndikator, DataGrafikNP, DataGrafikNP, DataGrafikPend, GrafikMisi, dan tabel lainnya akan secara otomatis terisi bila data pada sheet NP, SD, SMP, dan SM telah diisi. Oleh karena itu, usahakan agar semua data pada 4 sheet tersebut dapat terisi lengkap. Bila data tidak tersedia diharapkan 22

25 dapat membuat perkiraan, sehingga lengkap karena bila terdapat data yang kosong menyebabkan perhitungan kinerja menurun dan grafik tidak sempurna. Setelah semua data dimasukkan dalam sheet NP, SD, SMP, dan SM maka dapat dilihat hasil indikator pada sheet IndikatorMisi dan sheet RangkumanIndikator. Demikian juga, kinerja pendidikan dapat dilihat pada sheet RangkumanIndikator. Untuk lebih jelasnya, dokumen program aplikasi Profil Dikdasmen 2015/2016 dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan filenya ditempatkan tersendiri. B. Template Profil Dikdasmen 2015/2016 Template ini disusun dalam rangka membantu daerah khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam menyusun Profil Pendidikan Dasar dan Menengah masing-masing Kabupaten/Kota. Template ini hanya merupakan standar minimal yang dapat diikuti. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan bagi kabupaten/kota untuk menambah atau melengkapi kajian yang ada. Bila tidak akan menambah atau melengkapi kajian yang ada maka cukup mengisi pada setiap baris yang berwarna biru dan bertanda titik-titik (...). Template ini dapat terisi bila data telah dimasukkan pada program aplikasi Profil Dikdasmen 2015/2016. Sesuai dengan program aplikasi Profil Dikdasmen 2015/2016 maka templatenya juga mengikuti alur aplikasi dan sekaligus mengikut standar buku pada umumnya. Dokumen ini berisi 4 Bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Keadaan Nonpendidikan, Bab III Keadaan Pendidikan, dan Bab IV Penutup. Pada Bab I Pendahuluan berisi penjelasan umum. Kemudian dilanjutkan dengan Bab II Keadaan Nonpendidikan yang berisi empat kelompok, yaitu administrasi pemerintahan dan demografi, tingkat pendidikan penduduk, ekonomi, dan sosial budaya dan agama. Pada Bab III Keadaan Pendidikan yang berisi tiga kelompok, yaitu data pendidikan, indikator pendidikan, dan analisis pendidikan. Terakhir adalah Bab IV Penutup yang berisi simpulan dan saran. Masing-masing dirinci secara detail berikut ini. Pada template Bab I Pendahuluan hanya berisi penjelasan umum tentang profil pendidikan, sehingga tidak perlu diubah. Kecuali bila ada halhal penting dari kabupaten/kota yang perlu dimasukkan dalam pendahuluan ini maka bisa ditambahkan. Pada template Bab II sampai Bab IV merupakan inti dari Profil Dikdasmen. Pada Bab II adalah analisis data nonpendidikan dalam bentuk narasi yang dilengkapi dengan tabel dan grafik untuk mempermudah 23

26 pemahaman. Untuk mempermudah penulisan maka Tabel maupun Grafik yang ada pada Bab II diambil dari program aplikasi pada sheet DataGrafikNP. Nomor tabel dan grafik yang diambil sesuai dengan nomor tabel dan grafik pada program aplikasi. Pada Bab III terdiri dari tiga bagian, yaitu data pendidikan, indikator pendidikan, dan analisis data pendidikan menjadi kinerja pendidikan. Data pendidikan disajikan dalam bentuk narasi yang dilengkapi dengan tabel dan grafik. Tabel dan grafik tersebut diambil dari sheet DataGrafikPend pada program aplikasi. Nomor tabel dan grafik yang diambil sesuai dengan nomor tabel dan grafik pada program aplikasi. Indikator pendidikan menurut misi 2 dan misi 3 juga disajikan dalam bentuk narasi yang dilengkapi dengan tabel dan grafik. Tabel dan grafik tersebut diambil dari sheet RangkumanIndikator dan GrafikMisi pada program aplikasi. Nomor tabel dan grafik yang diambil sesuai dengan nomor tabel dan grafik pada program aplikasi. Demikian juga analisis indikator pendidikan juga disajikan dalam bentuk narasi kinerja pendidikan dasar dan menengah yang dilengkapi dengan tabel dan grafik. Tabel dan grafik tersebut diambil dari sheet RangkumanIndikator dan GrafikMisi pada program aplikasi. Nomor tabel dan grafik yang diambil sesuai dengan nomor tabel dan grafik pada program aplikasi. Bab IV adalah simpulan terhadap hasil analisis dan kinerja pendidikan, sedangkan saran diberikan terhadap simpulan yang ada. Sebagai buku maka disertakan juga daftar pustaka. Pada daftar pustaka supaya dimasukkan data atau informasi yang diambil dari dokumen lain untuk melengkapi kajian Profil Dikdasmen 2015/2016. Untuk lebih jelasnya, dokumen template Profil Dikdasmen 2015/2016 dapat dilihat pada Lampiran 2, sedangkan filenya ditempatkan tersendiri. 24

27 DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Permendiknas 24, Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Permendiknas 40, Tahun 2008 tentang tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional Peraturan Mendikbud Nomor 23, Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota. Jakarta Pusat Data dan Statistik Pendidikan. 2015a. Keberhasilan Program Pembangunan Pendidikan, Tahun 2013/2014. Jakarta Pusat Data dan Statistik Pendidikan. 2015b. APK/APM TK, SD, SMP, SM, dan PT 2015/2016. Jakarta. Pusat Data dan Statistik Pendidikan. 2015b. Profil Dikdasmen Tahun 2015/2016. Jakarta 25

28 Lampiran-Lampiran 26

29 1. Format intrumen pengisian data Profil Pendidikan Dasar dan Menengah 27

30 28

31 29

32 30

33 31

34 32

35 33

36 34

37 35

38 36

39 37

40 38

41 39

42 40

43 2. Format analisis pengisian data Profil Pendidikan Dasar dan Menengah LOGO KANTOR PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... Sumber: PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA... DINAS PENDIDIKAN... KABUPATEN/KOTA

44 KATA PENGANTAR Buku Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 ini merupakan salah satu cara melaksanakan analisis terhadap data pendidikan dasar dan menengah. Profil Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengintegrasikan data pendidikan dengan data nonpendidikan yang terkait dengan pendidikan. Profil Pendidikan Dasar dan Menengah ini menyajikan 4 Bab, yang terdiri dari Bab I Pendahuluan, Bab II Keadaan Nonpendidikan, Bab III Keadaan Pendidikan yang meliputi data pendidikan, indikator pendidikan, dan analisis indikator pendidikan, dan Bab IV Penutup yang berisi Simpulan dan Saran. Profil Pendidikan Dasar dan Menengah bersumber pada data pendidikan jenjang SD yang terdiri dari SD, MI, SDLB, dan Paket A; jenjang SMP yang terdiri dari SMP, MTs, SMPLB, dan Paket B; jenjang SM yang terdiri dari SMA, SMK, MA, SMALB, dan Paket C. Profil Pendidikan Dasar dan Menengah disusun dengan mendasarkan pada Visi Kementerian Pendidikan Tahun 2019 dan ditetapkan dalam 5 Misi khususnya pada Misi 2 dan Misi 3. Misi 2, yaitu mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan. Akses meluas yang terdiri dari 6 indikator, akses merata yang terdiri dari 4 indikator dan akses berkeadilan yang terdiri dari 3 indikator sehingga terdapat 13 indikator. Misi 3, yaitu mewujudkan pembelajaran yang bermutu. Mutu dirinci menjadi mutu siswa yang terdiri dari 6 indikator, mutu guru yang terdiri dari 3 indikator, dan mutu prasarana yang terdiri dari 5 indikator sehingga terdapat 14 indikator. Dengan demikian, untuk mengetahui kinerja pendidikan dasar dan menengah digunakan komposit 2 kelompok indikator berdasarkan Misi 2 dan Misi 3 dengan 27 indikator. Buku Profil Pendidikan Dasar dan Menengah ini menghasilkan kinerja pendidikan berdasarkan Misi 2 akses dan Misi 3 mutu menurut jenjang pendidikan. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kinerja misi 2 dengan nilai.. termasuk kategori... dirinci menjadi meluas sebesar... termasuk kategori... menjadi merata sebesar... termasuk kategori... dan menjadi berkeadilan sebesar... termasuk kategori... Kinerja misi 3 dengan nilai termasuk kategori... dirinci menjadi mutu siswa sebesar... termasuk kategori..., mutu guru sebesar... termasuk kategori... dan mutu prasarana sebesar... termasuk kategori... Selanjutnya, bila dilihat menurut jenjang pendidikan maka jenjang SD dengan nilai termasuk 42

45 kategori..., jenjang SMP dengan nilai termasuk kategori..., dan jenjang SM dengan nilai. termasuk kategori... sehingga dikdasmen dengan nilai., termasuk kategori... Dengan demikian, kinerja Kabupaten/Kota... sebesar... termasuk kategori... Dengan melihat simpulan tersebut maka diberikan saran agar pada Misi 2 perlu ditingkatkan pada karena nilainya kurang dari 70, dengan indikator dan melalui cara dan., pada Misi 3 perlu ditingkatkan pada karena nilainya kurang dari 70 dengan indikator. dan melalui cara dan.. Berdasarkan analisis indikator maka kinerja pendidikan dasar dan menengah ini dapat dijadikan bahan informasi pendidikan yang berguna dan secara tidak langsung dapat sebagai bahan dalam penyusunan rencana dan program pembangunan pendidikan pada tahun mendatang dan penyusunan kebijakan mengenai pendidikan. Akhirnya, kami ucapkan banyak terima kepada tim penyusun buku ini sehingga buku Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016 dapat terlaksana. Mudah-mudahan buku ini dapat digunakan secara maksimal dalam mengetahui permasalahan pendidikan yang ada dan untuk kemajuan pendidikan di masa mendatang. Penyusun 43

46 DAFTAR ISI Halaman TIM PENYUSUN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR PETA/TABEL DAFTAR GRAFIK BAB I : BAB II : BAB III : BAB IV: PENDAHULUAN KEADAAN NONPENDIDIKAN A. Administrasi Pemerintahan dan Demografi B. Tingkat Pendidikan Penduduk C. Ekonomi D. Sosial Budaya dan Agama KEADAAN PENDIDIKAN D. Data Pendidikan E. Indikator Pendidikan F. Analisis Indikator PENUTUP C. Simpulan D. Saran DAFTAR PUSTAKA 44

47 DAFTAR PETA/TABEL Halaman BAB II Peta 2.1 : Peta Kabupaten/Kota BAB I Tabel 1.1 : Standar yang Digunakan untuk Menilai Masing-masing Indikator Tabel 1.2 : Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun BAB II Tabel 2.1 : Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah Tabel 2.2 : Belanja Langsung Berdasarkan DPA SKPD Dinas Pendidikan BAB III Tabel 3.1 : Data Prasarana Dikdasmen Tabel 3.2 : Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen Tabel 3.3 : Kekurangan dan Kelebihan Prasarana Dikdasmen Tabel 3.4 : Guru menurut Kelayakan Mengajar Dikdasmen Tabel 3.5 : Ruang Kelas Milik menurut Kondisi Dikdasmen Tabel 3.6 : Perpustakaan menurut Kondisi Dikdasmen Tabel 3.7 : Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi Dikdasmen Tabel 3.8 : Tempat Olahraga menurut Kepemilikan Dikdasmen Tabel 3.9 : Laboratorium menurut Kondisi Dikdasmen Tabel 3.10 : Indikator Akses yang Merata, Meluas, dan Berkeadilan: Misi 2 Tabel 3.11 : Indikator Pembelajaran yang Bermutu: Misi 3 Tabel 3.12 : Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi Pendidikan Tabel 3.13 : Niai Indikator Berdasarkan Misi Pendidikan Tabel 3.14 : Pencapaian Kinerja Dikdasmen 45

48 DAFTAR GRAFIK Halaman BAB II Grafik 2.1 : Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Grafik 2.2 : Proporsi Penduduk Usia Sekolah Grafik 2.3 : Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk Grafik 2.4 : Keadaan Ekonomi Grafik 2.5 : Belanja Langsung menurut Jenjang Pendidikan Grafik 2.6 : Penduduk menurut Agama BAB III Grafik 3.1 : Prasarana Sekolah Dikdasmen Grafik 3.2 : Sumber Daya Manusia Dikdasmen Grafik 3.3 : Mengulang dan Putus Sekolah Grafik 3.4 : Guru Menurut Kelayakan Mengajar Grafik 3.5 : Ruang Kelas menurut Kondisi Grafik 3.6 : Perpustakaan menurut Kondisi Grafik 3.7 : Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi Grafik 3.8 : Tempat Olahraga menurut Kepemilikan Grafik 3.9 : Laboratorium menurut Kondisi Grafik 3.10 : Indikator Akses yang Merata (Rasio Pendidikan) Grafik 3.11 : Indikator Akses yang Merata (Persentase Prasarana) Grafik 3.12 : Indikator Akses yang Meluas (APK dan APM) Grafik 3.13 : Indikator Akses yang Berkeadilan (PG dan IPG APK) Grafik 3.14 : Indikator Pembelajaran Bermutu dari segi Siswa Grafik 3.15 : Indikator Pembelajaran Bermutu dari segi Guru Grafik 3.16 : Indikator Pembelajaran Bermutu dari segi Prasarana Grafik 3.17 : Nilai Indikator Jenjang SD Berdasarkan Misi 2 Akses Grafik 3.18 : Nilai Indikator Jenjang SMP Berdasarkan Misi 2 Akses Grafik 3.19 : Nilai Indikator Jenjang SM Berdasarkan Misi 2 Akses Grafik 3.20 : Nilai Indikator Dikdasmen Berdasarkan Misi 2 Akses Grafik 3.21 : Nilai Indikator Jenjang SD Berdasarkan Misi 3 Mutu Grafik 3.22 : Nilai Indikator Jenjang SMP Berdasarkan Misi 3 Mutu Grafik 3.23 : Nilai Indikator Jenjang SM Berdasarkan Misi 3 Mutu Grafik 3.24 : Nilai Indikator Dikdasmen Berdasarkan Misi 3 Mutu Grafik 3.25 : Kinerja SD Berdasarkan Misi 2 Akses dan 3 Mutu Grafik 3.26 : Kinerja SMP Berdasarkan Misi 2 Akses dan 3 Mutu Grafik 3.27 : Kinerja SM Berdasarkan Misi 2 Akses dan 3 Mutu 46

49 Grafik 3.28 : Grafik 3.29 : Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 2 Akses dan 3 Mutu Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi dan Jenjang Pendidikan 47

50 BAB I PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada pengolahan instrumen Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah atau isian Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2016 yang menyajikan data pada Tahun 2015/2016. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) 2019, yaitu terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan berlandaskan gotong royong. Berdasarkan visi Kemendikbud tersebut maka ditetapkan lima misi pendidikan dan kebudayaan yang terdapat dalam Rencana Strategi (renstra) Kemendikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari lima misi pendidikan dan kebudayaan. Misi Pendidikan terdiri atas M1 adalah mewujudkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang kuat, M2 adalah mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan, M3 adalah mewujudkan pembelajaran yang bermutu, M4 adalah mewujudkan pelestarian kebudayaan dan pengembangan bahasa, dan M5 adalah mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi dan pelibatan publik. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, dan penduduk miskin, 3) ekonomi termasuk APBD, PAD dan belanja langsung SKPD Dinas Pendidikan, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 7 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), tempat olahraga, dan laboratorium. Sumber daya manusia 48

51 pendidikan adalah siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Indikator nonpendidikan terdiri dari kepadatan penduduk dan penduduk usia sekolah, proporsi penduduk usia sekolah, proporsi tingkat pendidikan penduduk, keadaan ekonomi, persentase biaya pendidikan, dan persentase penduduk menurut agama. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan Misi Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu M2 adalah mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan dan M3 adalah mewujudkan pembelajaran yang bermutu. Indikator pendidikan untuk misi 2 terdiri dari tiga jenis, yaitu akses merata, akses meluas, dan akses berkeadilan. Akses merata terdiri dari 6 indikator, yaitu 1) rasio siswa per kelas (R-S/K), 2) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 3) persentase perpustakaan (%Perpus), 4) persentase ruang UKS (%RUKS), 5) persentase tempat olahraga (%TOR), dan 6) persentase laboratorium (%Lab). Akses meluas terdiri dari 4 indikator, yaitu 1) angka partisipasi murni (APM), 2) angka partisipasi kasar (APK), 3) tingkat pelayanan sekolah (TPS), dan 4) satuan biaya (SB). Akses berkeadilan terdiri dari 3 indikator, yaitu 1) perbedaan gender APK (PG APK), 2) indeks paritas gender APK (IPG APK), dan satuan biaya (SB). Dengan demikian, misi 2 menggunakan 13 indikator. Indikator pendidikan untuk misi 3 terdiri dari tiga jenis, yaitu mutu siswa, mutu guru, dan mutu prasarana dengan 5 indikator. Mutu siswa terdiri dari 7 indikator, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB TK) (khusus SD), 2) angka masukan murni (AMM) (SD) atau angka melanjutkan (AM) (SMP dan SM), 3) angka mengulang (AU), 4) angka bertahan tingkat 5 (SD) atau angka bertahan (SMP dan SM), 5) angka lulusan (AL), 6) angka putus sekolah (APS), dan 7) rata-rata lama belajar (RLB). Mutu guru terdiri dari 3 indikator, yaitu (1) persentase guru layak (%GL), 2) persentase sertifikasi guru (%GS), dan 3) rasio siswa per guru (R-S/G). Mutu prasarana terdiri dari 5 indikator, yaitu 1) persentase akreditas A dan B (%SA-AB), 2) persentase ruang kelas baik (%RKb), 3) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 4) persentase ruang UKS baik (%RUKSb),, dan 5) persentase laboratorium baik (%Lab) (khusus SMP dan SM). Dengan demikian, misi 3 menggunakan 15 indikator. 49

52 Tabel 1.1 Standar untuk Menentukan Nilai Masing-masing Indikator Misi No. Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan Akses yang Meluas 1 Rasio Siswa per Kelas (R-S/K) Siswa Permendikbud 23/2013, 24/2007 (SMA) & 40/2008 (SMK) 2 Rasio Kelas per Ruang Kelas (R-K/RK) Kelas Ideal 3 Persentase Perpustakaan (%Perpus) Persentase Ideal 4 Persentase Ruang UKS (%RUKS) Persentase Ideal 5 Persentase Tempat Olahraga (%TOR) Persentase Ideal Mewujudkan 6 Persentase Laboratorium (%Lab) Persentase Ideal Akses yang Akses yang Merata Meluas, Merata, 7 Angka Masukan Kasar (AMK)/Angka Melanjutkan (AMPersentase Ideal dan Berkeadilan 8 Angka Partisipasi Kasar (APK) Persentase Ideal 9 Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS) Siswa Angka nasional 2015/ Satuan Biaya (SB) Rupiah % dr BOS 2015 Akses yang Berkeadilan 11 Perbedaan Gender APK (PG APK) Persentase Ideal 12 Indeks Paritas Gender APK (IPG APK) Indeks Ideal 13 % Siswa Swasta (% S-Swt) Persentase Ideal Mutu dari segi Siswa 1 Persentase Siswa Baru PAUD (%SB PAUD) Persentase Ideal 2 Angka Mengulang (AU) Persentase Ideal Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu 3 Angka Bertahan Tk 5 (AB5 SD)/Angka Bertahan (AB SMP dan SM) Persentase Ideal 4 Angka Lulusan (AL) Persentase Ideal 5 Angka Putus Sekolah (APS) Persentase Ideal 6 Rata2 Lama Belajar (RLB) Tahun Ideal Mutu dari segi Guru 7 Persentase Guru Layak (% GL) Persentase Ideal 8 Persentase Guru Sertifikasi (%GS) Persentase Ideal 9 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Siswa Angka nasional 2015/2016 Mutu dari segi Prasarana 10 Persentase Sekolah Akreditasi A & B (%SA-AB) Persentase Ideal 11 Persentase Ruang Kelas baik (%RKb) Persentase Ideal 12 Persentase Perpustakaan baik (%Perpusb) Persentase Ideal 13 Persentase Ruang UKS baik (%RUKSb) Persentase Ideal 14 Persentase Laboratorium baik (%Labb) Persentase Ideal Berdasarkan pada misi 2 dan misi 3 maka terdapat 27 jenis indikator pendidikan yang digunakan untuk menghasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan komposit indikator tiap jenis dan tiap misi pendidikan. Misi 2 akses menggunakan komposit tiga jenis akses dan 13 indikator. Misi 3 mutu menggunakan komposit tiga jenis mutu dan 14 indikator, khusus SD karena adanya %SB PAUD, sedangkan SMP dan SM hanya 13 indikator. Masing-masing indikator misi 2 menurut jenis dan misi 3 menurut jenis memiliki nilai antara Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing jenis dan misi merupakan nilai akses dan nilai mutu, sedangkan rata-rata nilai misi 2 dan 3 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan misi 2 dan 3 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1.1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. 50

53 Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna bila nilainya 95,00-100,00, utama bila nilainya 90,00-94,99, madya bila nilainya 85,00-89,99, pratama bila nilainya 80,00-84,99, dan kurang bila nilainya kurang dari 80,00. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. Jenis Kinerja Nilai 1 Paripurna Utama Madya Pratama Kurang kurang dari

54 BAB II KEADAAN NONPENDIDIKAN Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kabupaten/Kota... maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 2.1 Kabupaten/Kota... Peta 2.1 Kabupaten/Kota... Sumber:... A. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kabupaten/Kota... terdapat sejumlah... kecamatan dan... desa/kelurahan, dengan luas wilayah... km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6 tahun sampai usia 18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah usia penduduk masuk jenjang SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia jenjang SD, usia tahun adalah penduduk usia jenjang SMP, dan usia tahun adalah penduduk usia jenjang SM. Berdasarkan Tabel 2.1 dan Grafik 2.1 maka jumlah penduduk Kabupaten/Kota... sebesar... orang dengan kepadatan penduduk sebesar...orang per km2, sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar... anak dengan rincian laki-laki sebesar... anak lebih besar/kecil daripada perempuan sebesar... anak sehingga kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar... orang per km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar... anak dengan rincian laki-laki sebesar... anak lebih besar/kecil daripada perempuan sebesar... anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar... orang per km2. Jumlah penduduk usia tahun sebesar... orang dengan rincian 52

55 laki-laki sebesar... orang lebih besar/kecil daripada perempuan sebesar... orang, sehingga kepadatan usia tahun sebesar...orang per km2. Jumlah penduduk usia tahun sebesar... orang dengan rincian laki-laki sebesar... orang lebih besar/kecil daripada perempuan sebesar... orang, sehingga kepadatan usia tahun sebesar... orang per km2. Tabel 2.1 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah Kabupaten/Kota... Tahun 2015 supaya No. Variabel Jumlah % Kepadatan diganti 1 Penduduk 683, Penduduk 6-7 tahun 23, a. Laki-laki 11, b. Perempuan 11, Penduduk 7-12 tahun 74, a. Laki-laki 37, b. Perempuan 36, Penduduk tahun 35, a. Laki-laki 18, b. Perempuan 17, Penduduk tahun 32, a. Laki-laki 16, b. Perempuan 16, Luas Wilayah (Km2) 27,263 Sumber: Grafik 2.1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten/Kota... Tahun supaya diganti Kepadatan Penduduk Usia 6-7 tahun Usia 7-12 tahun Usia tahun Usia tahun Grafik

56 Proporsi Penduduk Usia Sekolah Kabupaten/Kota... Tahun 2015 P6-7 th 3.45% P7-12 th 10.88% P13-15 th 5.21% P16-18 th 4.78% supaya diganti Pusia lainnya 75.68% Berdasarkan Tabel 2.1 dan Grafik 2.2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kabupaten/Kota... Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar...%, usia 7-12 tahun sebesar...%, usia tahun sebesar...%, dan tahun sebesar...% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar...%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai tahun sebesar...% atau... orang. B. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 2.3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kabupaten/Kota... tidak pernah sekolah sebesar... atau...%, tidak/belum tamat SD sebesar... atau...%, tamat SD sebesar... atau...%, tamat SMP sebesar... atau...%, tamat SMA sebesar... atau...%, tamat SMK sebesar... atau...%, tamat diploma sebesar... atau...%, tamat sarjana sebesar... atau...%, dan tidak terjawab sebesar... atau...%. Dengan demikian, tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah... dan terkecil adalah... Jadi, mayoritas tingkat pendidikan penduduk Kabupaten/Kota... adalah... Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar... orang atau...%, sedangkan yang buta huruf sebesar... orang atau...%. 54

57 Grafik 2.3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten/Kota... Tahun 2015 Tamat SMK 1.59% Tamat Diploma 1.71% Tamat SMA 17.27% Tamat Sarjana 3.24% Tidak pernah sekolah 14.39% Tidak Terjawab 0.00% Tidak/belum tamat SD 14.65% supaya diganti Tamat SMP 18.15% Tamat SD 29.00% Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kabupaten/Kota... sebesar... orang. Angkatan kerja sebesar... orang atau...% yang bekerja sebanyak... orang atau...% dan pengangguran terbuka sebanyak... orang atau...%. Bukan angkatan kerja sebesar... orang atau...% dan terbesar adalah... sebesar... orang atau...% dan terkecil adalah... sebesar... orang atau...%, dan... sebesar... orang atau...%. Penduduk miskin di Kabupaten/Kota... sebesar... atau.. % dan lebih besar di... daripada di... masing-masing sebesar... atau.. % dan... atau..%. C. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah 1) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dan 2) pendapatan asli daerah (PAD), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendidikan mengenai program-program pendidikan. Grafik 2.4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kabupaten/Kota... dengan APBD sebesar Rp... ribu dan PAD sebesar Rp...ribu 55

58 Grafik 2.4 Keadaan Ekonomi Kabupaten/Kota... Tahun 2015 supaya diganti 10,000,000 9,242,955 9,000,000 8,000,000 7,000,000 5,874,962 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 0 APBD (Juta) PAD (Juta) Tabel 2.2 Belanja Langsung Berdasarkan DPA SKPD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota... Tahun 2015 No. Jenjang Pendidikan Jumlah % 1 PAUD 421,658,787, PNF 3,092,690, SD 2,192,693, SMP 51,048,368, SM 107,590,749, Lainnya 78,293,752, Jumlah 663,877,041, Sumber:... supaya diganti Belanja langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD Dinas Pendidikan terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 2.2 dan Grafik 2.5. Belanja langsung untuk semua jenjang di Kabupaten/Kota... sebesar Rp...ribu. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah pada jenjang... sebesar Rp...ribu atau...% dan terkecil adalah pada jenjang... sebesar Rp... ribu atau...%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kabupaten/Kota... prioritas diberikan pada jenjang pendidikan... dalam rangka... sedangkan belanja lainnya sebesar Rp...ribu atau...% ternyata yang cukup besar/paling besar/kecil. 56

59 Grafik 2.5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan supaya Kabupaten/Kota... diganti Tahun 2015 PAUD 0.73% PNF 0.52% SD 12.11% Lainnya 42.56% SMP 25.52% SM 18.57% D. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Grafik 2.6 menunjukkan jumlah penduduk di Kabupaten/Kota... yang beragama Islam sebesar... orang atau...%, beragama Protestan sebesar... orang atau...%, beragama Katolik sebesar...orang atau...%, beragama Hindu, sebesar... orang atau...%, beragama Budha sebesar... orang atau...%, dan beragama Khonghucu sebesar... orang atau...%. Dengan demikian, mayoritas penduduk beragama... karena yang terbesar dan agama... yang terkecil. 57

60 Grafik 2.6 Jumlah Penduduk menurut Agama Kabupaten/Kota... Tahun 2015 supaya diganti Islam Protestan Katolik Hindu Budha Khonghucu Berdasarkan kesehatan maka di Kabupaten/Kota... terdapat sejumlah.. rumah sakit,... puskesmas, dan... puskesmas pembantu. Bila ada ketentuan bahwa setiap kabupaten/kota harus memiliki rumah sakit maka rasio rumah sakit terhadap kabupaten/kota sebesar..., artinya kurang/sudah ideal karena... kurang dari 1/sudah sebesar 1 atau lebih. Selanjutnya, bila setiap kecamatan harus memiliki puskesmas maka rasio puskesmas terhadap kecamatan sebesar..., artinya kurang/sudah ideal karena... kurang dari 1/sudah sebesar 1 atau lebih. Selanjutnya, bila setiap desa/kelurahan harus memiliki puskesmas pembantu maka rasio puskesmas pembantu terhadap kecamatan sebesar..., artinya kurang/sudah ideal karena... kurang dari 1/sudah sebesar 1 atau lebih. 58

61 BAB III KEADAAN PENDIDIKAN Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) Jenjang SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB, dan Paket A, 2) Jenjang SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan Paket B, dan 3) Jenjang SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. A. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang pendidikan, yaitu jenjang SD, jenjang SMP, dan jenjang SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 13 variabel data pada tahun 2013/2014. Sebanyak 7 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, tempat olahraga, dan laboratorium, sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. 59

62 Tabel 3.1 Data Prasarana Dikdasmen Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Sekolah Rombongan Belajar 4,192 1, ,852 3 Ruang Kelas 3,694 1, ,201 4 Perpustakaan Ruang UKS Tempat Olahraga Laboratorium Sumber:... Berdasarkan Tabel 3.1 di Kabupaten/Kota... terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar... buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang... sebesar... sekolah dan terkecil adalah jenjang... sebesar... sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Grafik 3.1 Prasarana Sekolah Dikdasmen Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 SD SMP SM Dikdasmen Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Tempat Olahraga Laboratorium 60

63 Tabel 3.2 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Siswa Baru 17,453 12,366 7,029 36,848 2 Siswa 90,722 34,063 20, ,550 3 Lulusan 13,868 11,031 5,402 30,301 4 Guru 6,732 2,988 2,436 12,156 5 Mengulang 1, ,225 6 Putus Sekolah Sumber:... Pada Tabel 3.1 dan 3.2 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar..., tersedia... sekolah dan... ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah... Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar... orang, tersedia... sekolah dan... ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar... Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar... orang, tersedia sebesar... sekolah dan... ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar... Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak... orang di... sekolah dan... ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar... Dari Tabel 3.1 juga diketahui ruang kelas jenjang.. lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada, sedangkan jenjang.. dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan/kelebihan ruang kelas. Kondisi di Kabupaten/Kota... seperti disajikan pada Tabel 3.3, untuk jenjang SD kekurangan/kelebihan... ruang kelas, jenjang SMP kekurangan/kelebihan... ruang kelas, dan jenjang SM kekurangan/kelebihan... ruang kelas, sehingga untuk dikdasmen kekurangan/kelebihan... ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang... tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan akses yang merata, sehingga Misi 2 dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemendikbud Sebaliknya, jenjang pendidikan... yang kelebihan ruang kelas tidak dibiarkan kosong dan hendaknya dapat dimanfaatkan oleh semua anak yang belum bersekolah agar bersekolah, sehingga Misi 2 akses yang meluas dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemendikbud

64 Grafik 3.2 Sumber Daya Manusia Dikdasmen Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti 160, , , ,000 80,000 60,000 40,000 20, ,550 90,722 34,063 36,848 30,301 17,453 20,765 13,868 12,366 6,732 11,031 2,988 7,029 5,402 2,436 12,156 SD SMP SM Dikdasmen Siswa Baru Siswa Lulusan Guru Tabel 3.3 Kekurangan dan kelebihan Prasarana Dikdasmen Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Tempat Olahraga Laboratorium Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, tempat olahraga, dan laboratorium. Bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, tempat olahraga, dan laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium) maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakaan, ruang UKS, tempat olahraga, dan laboratorium. Berdasarkan pada Tabel 3.3. maka untuk jenjang SD Kabupaten/Kota... masih kekurangan/kelebihan... perpustakaan, jenjang SMP kekurangan/kelebihan.. perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan/kelebihan.. perpustakaan, sehingga dikdasmen masih kekurangan/kelebihan... perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan/kelebihan... ruang UKS, jenjang SMP kekurangan/kelebihan... ruang UKS, dan jenjang SM kekurangan/kelebihan... ruang UKS, sehingga dikdasmen kekurangan/kelebihan... ruang UKS. Hal yang sama dengan tempat olahraga, jenjang SD masih kekurangan/kelebihan... ruang, jenjang SMP 62

65 masih kekurangan/kelebihan... ruang, dan jenjang SM kekurangan/kelebihan... ruang, sehingga dikdasmen kekurangan/kelebihan... ruang. Untuk laboratorium, jenjang SD masih kekurangan/kelebihan... laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan/kelebihan... laboratorium dan jenjang SM kekurangan/kelebihan... laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan/kelebihan... laboratorium. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 3.2 dan Grafik 3.3 ternyata di Kabupaten/Kota... mengulang terbesar pada jenjang... sebesar... orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang... sebesar.. orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar... orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang... sebesar... orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang... sebesar.. orang sehingga jumlah putus sekolah dikdasmen menjadi sebesar... orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang... harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang... hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 3.3 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti 2,500 2,225 2,000 1,775 1,500 1, SD SMP SM Dikdasmen Mengulang Putus Sekolah Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU 14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat 63

66 dilihat pada Tabel 3.4 dan Grafik 3.4. Jumlah guru di Kabupaten/Kota... layak mengajar yang terbaik terdapat di jenjang... sebesar... orang, sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang... sebesar... orang. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang.. sebesar... orang dan yang terendah di jenjang... sebesar... orang. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar... orang dan tidak layak sebesar... orang. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Tabel 3.4 Guru menurut Kelayakan Mengajar Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Layak 5,562 2,988 2,436 10,986 2 Tidak Layak 1, ,170 Jumlah 6,732 2,988 2,436 12,156 1 % Layak % Tidak Layak Sumber:... 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,562 Grafik 3.4 Guru menurut Kelayakan Mengajar Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 1,170 6,732 2,988 2,988 2, ,436 10,986 1,170 12,156 SD SMP SM Dikdasmen supaya diganti Layak Tidak Layak Jumlah 64

67 Tabel 3.5 Ruang Kelas menurut Kondisi Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Baik 2, ,173 2 Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat Rusak Total Jumlah 3,694 1, ,201 1 % Baik % Rusak Ringan % Rusak Sedang % Rusak Berat % Rusak Total Sumber:... Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam lima kondisi, yaitu baik, rusak ringan, rusak sedang, rusak berat, dan rusak total. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 3.5 dan Grafik 3.5. Berdasarkan ruang kelas di Kabupaten/Kota..., ternyata sebagian/semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas baik terbesar di jenjang.. ruang, sedangkan ruang kelas yang baik terkecil di jenjang.. sebesar... ruang. Untuk jumlah ruang kelas rusak ringan yang terbesar di jenjang.. sebesar. ruang, sedangkan ruang kelas rusak ringan yang terkecildi jenjang.. sebesar.. ruang. Jumlah ruang kelas rusak sedang yang terbesar di jenjang.. sebesar. ruang, sedangkan ruang kelas rusak sedang yang terkecil di jenjang.. sebesar.. ruang. Jumlah ruang kelas rusak berat yang terbesar di jenjang.. sebesar. ruang, sedangkan ruang kelas rusak berat yang terkecil di jenjang.. sebesar.. ruang. Sebaliknya, ruang kelas rusak total terbesar terdapat di jenjang... sebesar... ruang dan terkecil terdapat di jenjang... sebesar... ruang. Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas seluruhnya sebesar... ruang dengan rincian ruang kelas baik sebesar... ruang, rusak ringan sebesar... ruang, rusak sedang sebesar... ruang, rusak berat sebesar... ruang, dan rusak total sebesar... ruang. Dengan kondisi seperti ini 65

68 berarti, sebagian/semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik/buruk prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang.. banyak yang berada di daerah kota/pinggiran dan yang mudah/sulit dijangkau. Grafik 3.5 Ruang Kelas Menurut Kondisi Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti Dikdasmen 4, SM SMP SD 2, % 20% 40% 60% 80% 100% Baik Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat Rusak Total Tabel 3.6 Perpustakaan menurut Kondisi Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 3.6 dan Grafik 3.6. Berdasarkan perpustakaan di Kabupaten/Kota..., ternyata sebaigan/semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan yang baik terkecil di jenjang.. sebesar % atau perpustakaan, sedangkan perpustakaan yang baik terbesar di jenjang besar. % atau.. perpustakaan. Hal yang sama untuk jumlah perpustakaan yang rusak terbesar di jenjang.. sebesar. % atau. 66

69 Perpustakaan, sedangkan perpustakaan yang rusak terkecil di jenjang.. sebesar.. % atau perpustakaan. Grafik 3.6 Perpustakaan Menurut Kondisi Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti SD SMP SM Dikdasmen Baik Rusak Jumlah Tabel 3.7 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23, Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendikbud 23/2013) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak yang terdapat pada Tabel 3.7 dan Grafik 3.7. Berdasarkan ruang UKS di Kabupaten/Kota..., ternyata sebagian/semua jenjang pendidikan memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS baik terbesar di jenjang sebesar ruang, sedangkan ruang UKS baik terkecil di jenjang.. sebesar... ruang. Hal yang sama untuk jumlah ruang UKS rusak terbesar di jenjang SD sebesar... ruang, sedangkan ruang UKS rusak terkecil di jenjang SM sebesar 67

70 ruang. Grafik 3.7 Ruang UKS Menurut Kondisi Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti SD SMP SM Dikdasmen Baik Rusak Jumlah Tabel 3.8 Tempat Olahraga Menurut Kepemilikan Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Milik Bukan Milik Jumlah % Baik % Rusak Grafik 3.8 Tempat Olahraga Menurut Kepemilikan Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti SD SMP SM Dikdasmen Milik Bukan Milik 68

71 Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendikbud 23/2013 adalah tempat olahraga menurut kepemilikan terbagi dalam milik dan bukan milik yang terdapat pada Tabel 3.8 dan Grafik 3.8. Berdasarkan tempat olahraga di Kabupaten/Kota..., ternyata sebagian/semua jenjang pendidikan memiliki tempat olahraga yang bukan milik. Jumlah tempat olahraga milik terbesar di jenjang.. sebesar tempat, sedangkan tempat olahraga milik terkecil di jenjang.. sebesar... tempat. Hal yang sama untuk jumlah tempat olahraga bukan milik terbesar di jenjang.. sebesar.. tempat, sedangkan tempat olahraga bukan milik terkecil di jenjang.. yang rusak sebesar tempat. Tabel 3.9 Laboratorium Menurut Kondisi Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak Grafik 3.9 Laboratorium Menurut Kondisi Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti SD SMP SM Dikdasmen Baik Rusak Jumlah 69

72 Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendikbud 23/2013 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 3.9 dan Grafik 3.9. Berdasarkan laboratorium di Kabupaten/Kota..., ternyata sebagian/ semua jenjang pendidikan memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium baik terkecil di jenjang sebesar laboratorium, sedangkan laboratorium baik terbesar di jenjang. sebesar... laboratorium. Hal yang sama untuk jumlah laboratorium rusak terbesar di jenjang sebesar.. laboratorium, sedangkan laboratorium rusak terkecil di jenjang. sebesar.. laboratorium. B. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. 1. Mewujudlan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan: Misi 2 Untuk mengetahui akses menjadi tiga jenis, yaitu meluas, merata, dan berkeadilan. Akses merata terdiri dari 6 indikator, yaitu rasio siswa per kelas (R-S/K), rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), persentase perpustakaan (%perpus), persentase ruang UKS (%RUKS), persentase tempat olahraga (%TOR), dan persentase laboratorium(%lab). Tabel 3.10 Indikator Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 No. Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen Akses yang Meluas 1 Rasio Siswa per Kelas (R-S/K) siswa Rasio Kelas per Ruang Kelas (R-K/RK) kelas 1,13 1,06 1,21 1,13 3 % Perpustakaan persentase 44,46 57,63 20,37 44,14 4 % Ruang UKS persentase 39,11 38,98 10,19 35,38 5 % Tempat Olahraga persentase 10,36 11,30 7,41 10,18 6 % Laboratorium persentase 0,54 91,53 42,41 30,85 Akses yang Merata 7 Angka Masukan Kasar (AMK)/Angka Melanjutkan (AM) persentase 47,27 89,17 63,61-8 Angka Partisipasi Kasar (APK) persentase 122,01 95,57 63,78 102,08 9 Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS) siswa Satuan Biaya (SB) rupiah Akses yang Berkeadilan 11 Perbedaan Gender APK (PG APK) persentase 1,64-2,64 3,29 0,71 12 Indeks Paritas Gender APK (IPG APK) indeks 0,99 1,03 0,95 0,99 13 % Siswa Swasta (% S-Swt) persentase 7,70 22,92 36,20 15,34 70

73 Grafik 3.10 Indikator Akses yang Meluas (Rasio Pendidikan) Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti SD SMP SM Dikdasmen Rasio S/K Rasio K/RK Berdasarkan Permendiknas 23/2013, R-S/K jenjang SD sebesar 32, sedangkan jenjang SMP dan jenjang SM sebesar 36. Pada kenyataannya, R-S/K di Kabupaten/Kota... untuk jenjang SD sebesar..., untuk jenjang SMP sebesar..., dan untuk jenjang SM sebesar... sehingga ratarata dikdasmen sebesar... siswa. Jenjang SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan jenjang SMP maupun jenjang SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD sebesar...% atau belum/sudah maksimal, penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar...% atau belum/sudah maksimal, sedangkan jenjang SM sebesar...% atau belum/sudah maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin kurang/lebih efisien dan kurang/lebih padat atau belum/sudah mencapai standar R-S/K. R-K/RK idealnya adalah 1. Pada kenyataannya R-K/RK di Kabupaten/Kota... bervariasi dari terkecil adalah jenjang... sebesar... sampai yang terbesar adalah jenjang... sebesar... Untuk jenjang SD terdapat...% ruang kelas yang belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar/digunakan lebih dari sekali untuk kegiatan belajar mengajar, jenjang SMP terdapat...% ruang kelas yang belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar/digunakan lebih dari sekali untuk kegiatan belajar mengajar, dan jenjang SM sebesar...% belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar/digunakan lebih dari sekali untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang.., adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah, sehingga APK jenjang... akan meningkat. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar. 71

74 ternyata masih terdapat % ruang kelas yang belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar/digunakan lebih dari sekali untuk kegiatan belajar-mengajar. Grafik 3.11 Indikator Akses yang Meluas (Persentase Prasarana) Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ SD SMP SM Dikdasmen % Perpustakaan % Ruang UKS % Tempat Olahraga % Laboratorium supaya diganti %Perpus idealnya adalah 100%. Pada kenyataannya, %Perpus di Kabupaten/Kota... bervariasi dari terkecil di jenjang... sebesar... % sampai yang terbesar di jenjang... sebesar...%. Untuk jenjang SD terdapat...% sekolah belum memiliki perpustakaan, jenjang SMP terdapat... % sekolah belum memiliki perpustakaan, dan jenjang SM terdapat...% sekolah belum memiliki perpustakaan, sehingga dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan sebesar... %. %RUKS idealnya adalah 100%. Pada kenyataannya, %RUKS di Kabupaten/Kota... bervariasi dari terkecil di jenjang... sebesar... % sampai yang terbesar di jenjang... sebesar...%. Untuk jenjang SD terdapat...% sekolah belum memiliki ruang UKS, jenjang SMP terdapat... % sekolah belum memiliki ruang UKS, dan jenjang SM terdapat...% sekolah belum memiliki ruang UKS, sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS sebesar... %. %TOR idealnya adalah 100%. Pada kenyataannya, %TOR di Kabupaten/Kota... bervariasi dari terkecil di jenjang... sebesar... % sampai yang terbesar di jenjang... sebesar...%. Untuk jenjang SD terdapat...% sekolah belum memiliki tempat olahraga, jenjang SMP terdapat... % sekolah belum memiliki tempat olahraga, dan jenjang SM terdapat...% sekolah belum memiliki tempat olahraga, sehingga dikdasmen yang belum mempunyai tempat olahraga sebesar... %. %Lab idealnya adalah 100%. Pada kenyataannya, %Lab di 72

75 Kabupaten/Kota... bervariasi dari terkecil di jenjang.. sebesar...% sampai yang terbesar di jenjang.. sebesar...%. Untuk jenjang SD terdapat...% sekolah belum memiliki laboratorium, jenjang SMP terdapat...% sekolah belum memiliki laboratorium, dan jenjang SM terdapat...% sekolah belum memiliki laboratorium, sehingga dikdasmen masih kekurangan laboratorium sebesar... %. Akses merata terdiri dari 4 indikator, yaitu angka masukan kasar (AMK)/angka melanjutkan (AM), angka partisipasi kasar (APK), tingkat pelayanan sekolah (TPS), dan satuan biaya (SB). Berdasarkan Tabel 3.10 dan Grafik 3.12 digunakan AMK, idealnya adalah 50% berarti mereka yang sekolah sesuai dengan usia masuk sekolah jenjang SD usia 6 dan 7 tahun. AMK jenjang SD belum diketahui idealnya. Besarnya AMK ini menunjukkan banyaknya orang tua yang telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dalam usia yang sesuai. Pada kenyataannya, AMK jenjang SD sebesar..% cukup besar karena mencapai lebih besar dari 80%/sangat kecil karena tidak ada separuh. Lulusan jenjang SD dan SMP yang melanjutkan ke jenjang SMP dan SM idealnya adalah 100%. Lulusan jenjang SD yang melanjutkan ke jenjang SMP sebesar..% kurang baik/sangat baik karena belum/telah mencapai 100% dan bahkan lebih. Lulusan jenjang SMP yang melanjutkan ke jenjang SM sebesar...% sangat rendah/tinggi jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke jenjang SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kabupaten/Kota... agak berbeda karena AM ke... lebih besar dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kabupaten/Kota... atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang... di Kabupaten/Kota... termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang... di Kabupaten/Kota... Idealnya APK mendekati 100% bila anak usia sekolah bersekolah sesuai dengan usia resmi masuk jenjang SD dan tidak mengulang dan putus sekolah. Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengulang dan putus sekolah sehingga APK menjadi lebih besar dari 100% terutama pada jenjang SD. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi terdapat pada jenjang. sebesar..% sedangkan yang terendah pada jenjang sebesar..%, sehingga dikdasmen sebesar..% telah/belum mendekati 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang... menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan 73

76 demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang... mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang.. dan jenjang.. karena anak yang bersekolah di jenjang.. paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Akses yang merata dihitung dari TPS pada Kabupaten/Kota... terbesar adalah jenjang... sebesar... yang berarti pelayanan sekolah yang terburuk, sedangkan TPS terkecil adalah jenjang... sebesar... yang berarti pelayanan sekolah yang terbaik karena memberi kesempatan yang lebih besar kepada siswa untuk bersekolah. Akses yang meluas dapat dilihat dari SB terbesar adalah jenjang... sebesar Rp... dan terkecil pada jenjang... sebesar Rp... Dengan demikian, akses yang merata Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp... menunjukkan besarnya partisipasi pemerintah daerah dalam membiayai pendidikan. Grafik 3.12 Indikator Akses yang Meluas (APK dan AMK/AM) Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 supaya diganti 140,00 120,00 100,00 122,01 95,57 89,17 102,08 80,00 60,00 40,00 47,27 63,78 63,61 20,00 0,00 SD SMP SM Dikdasmen 0,00 APK AMK/AM Akses berkeadilan terdiri dari 3 indikator, yaitu perbedaan gender APK (PG APK), indeks paritas gender APK (IPG APK), dan persentase siswa swasta (%S-Swt). Berdasarkan Tabel 3.10 dan Grafik 3.13, PG APK idealnya adalah 0, artinya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dan IPG APK idealnya 1, artinya sudah setara antara laki-laki dan perempuan. Pada kenyataannya, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang... sebesar...% yang berarti laki-laki lebih baik/buruk daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang... sebesar...% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih baik/buruk daripada laki-laki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen sebesar...% dan perempuan lebih 74

77 baik/buruk dari laki-laki. Grafik 3.13 Indikator Akses yang Berkeadilan (PG dan IPG APK) Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ SD SMP SM Dikdasmen supaya diganti PG APK IPG APK Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang... sebesar... yang berarti belum setara sedangkan jenjang... makin jauh dari setara sebesar... yang berarti laki/perempuan lebih diuntungkan. Dengan demikian, IPG APK dikdasmen mencapai... yang berarti belum setara dan laki-laki/perempuan lebih diuntungkan. Kesetaraan juga dilihat dari sekolah swasta dan negeri, makin besar nilainya berarti makin besar partisipasi masyarakat dalam membangun sekolah swasta dan disesuaikan dengan standar. Kesetaraan untuk memperoleh siswa terbesar pada jenjang... sebesar...%, sedangkan terkecil pada jenjang... sebesar...%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen sebesar...%, menunjukkan besarnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. 2. Mewujudkan Indikator Pembelajaran yang Bermutu: Misi 3 Untuk dapat melihat mutu pembelajaran maka dirinci menjadi tiga jenis, yaitu mutu siswa, mutu guru, dan mutu prasarana. Mutu siswa terdiri dari enam indikator, yaitu persentase siswa baru asal TK (%SB TK) (SD), angka mengulang (AU), angka bertahan tingkat 5 (AB5) SD atau angka bertahan (AB) SMP dan SM, angka lulusan (AL), angka putus sekolah (APS), dan rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan Tabel 3.11 dan Grafik 3.14, %SB PAUD idealnya adalah 100%. Pada kenyataannya, %SB PAUD sebesar...% cukup besar karena mencapai lebih besar dari 80%/sangat kecil karena tidak ada separuh. 75

78 Tabel 3.11 Indikator Pembelajaran yang Bermutu: Misi 3 Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 No. Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen Mutu dari segi Siswa 1 % Siswa Baru TK (%SB TK) persentase Angka Masukan Murni (AMM)/ Angka Melanjutkan (AM) persentase Angka Mengulang (AU) persentase Angka Bertahan tk 5 (AB5)/ Angka Bertahan (AB) persentase Angka Lulusan (AL) persentase Angka Putus Sekolah (APS) persentase Rata2 Lama Belajar (RLB) tahun Mutu dari segi Guru 8 % Guru Layak (%GL) persentase % Guru sertifikasi (%GS) persentase Rasio Siswa per Guru (R-S/G) siswa Mutu dari segi Prasarana 11 % Sekolah Akreditasi A dan B (%SA-AB) persentase % Ruang Kelas baik (%RKb) persentase % Perpustakaan baik (%Perpusb) persentase % Ruang UKS baik (%RUKSb) persentase % Laboratorium baik (%Labb) persentase AU idealnya adalah 0%. Pada kenyataannya, AU di jenjang... yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar...% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang... sebesar...%. Dengan demikian, AU dikdasmen sebesar...%. AB5 jenjang SD idealnya adalah 95%, sedangkan AB jenjang SMP dan SM idealnya adalah 100% artinya tidak ada yang mengulang dan putus sekolah. Pada kenyataannya, AB5 jenjang SD sebesar... % belum/sudah/mendekati ideal, sedangkan AB jenjang SMP dan SM masing-masing sebesar...% dan...% belum/sudah/mendekati ideal. AL idealnya adalah 100%. Pada kenyataannya, AL di Kabupaten/Kota... yang terbesar terjadi di jenjang... sebesar...% dan terkecil pada jenjang... sebesar...% sedangkan jenjang... sebesar...%. Kecilnya AL di jenjang... perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar...%. Seperti halnya AU, APS idealnya adalah 0%. Pada kenyataanya, APS jenjang... yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar...% sedangkan jenjang... yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar...%. Dengan demikian, APS Dikdasmen sebesar...%. RLB SD idealnya adalah 6 tahun, RLB SMP dan SM idealnya adalah 3 tahun. Pada kenyataannya, RLB jenjang SD sebesar... tahun belum/sudah ideal karena belum/sudah sesuai standar akibat siswa lulus tidak tepat 76

79 waktu, adanya siswa mengulang, sehingga terdapat beberapa siswa lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun, atau 8 tahun. Jenjang SMP dan jenjang SM masing-masing sebesar... dan... tahun belum/sudah ideal karena belum/sudah sesuai standar akibat siswa lulus tidak tepat waktu, adanya siswa yang mengulang, sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 3 tahun, 4 tahun, atau 5 tahun. Grafik 3.14 Indikator Pembelajaran Bermutu dari Segi Siswa Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ ,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 69,12 1,970,880,65 99,30 99,20 99,23 97,80 99,06 95,47 0,75 0,35 0,83 6,123,03 3,02 %SB PAUD AU AB5/AB AL APS RLB supaya diganti SD SMP SM Mutu guru terdiri dari 3 indikator, yaitu persentase guru layak (%GL), persentase guru sertifikasi (%GS), dan rasio siswa per guru (R-S/G). Berdasarkan Tabel 3.12 dan Grafik 3.14, %GL idealnya adalah 100%. Pada kenyataannya, %GL tertinggi terdapat di jenjang... sebesar...% dan yang terkecil pada jenjang... sebesar...%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kabupaten/Kota... Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang... sebesar...% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, perlu diprioritaskan agar guru dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai...% belum/cukup tinggi karena belum mencapai 100% dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar...% guru dikdasmen. Seperti halnya %GL, %GS idealnya adalah 100%. Pada kenyataannya, %GS tertinggi terdapat di jenjang... sebesar...% dan terkecil terdapat pada jenjang... sebesar...%. Oleh karena itu, untuk SD terdapat...% guru yang perlu disertifikasi, untuk SMP terdapat...% guru yang perlu 77

80 sertifikasi, dan SM sebesar...% guru yang perlu sertifikasi. %GS dikdasmen hanya tercapai...% belum/cukup tinggi karena belum mencapai 100% dari guru yang ada. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru semua jenjang yang belum sertifikasi harus diupayakan memperoleh sertifikasi dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kabupaten/Kota... R-S/G belum ada idealnya, namun guru di jenjang SM harusnya lebih banyak daripada guru SMP karena bidang studi di SM lebih banyak daripada jenjang SMP, sedangkan guru jenjang SD adalah guru kelas sehingga seharusnya paling kecil. Pada kenyataannya, R-S/G di Kabupaten/Kota... bervariasi dari terkecil di jenjang... sebesar... sampai terbesar di jenjang... sebesar..., dan rata-rata dikdasmen sebesar... Bila digunakan standar SD sebesar 16, SMP sebesar 15, dan SM sebesar 12 maka untuk jenjang SD sebesar... atau... % belum/sudah mencapai standar atau kekurangan/kelebihan guru, jenjang SMP sebesar.. atau...% belum/sudah mencapai standar atau kekurangan/kelebihan guru, dan jenjang SM sebesar... atau... % belum/sudah mencapai standar atau kekurangan/kelebihan guru. Grafik 3.15 Indikator Pembelajaran Bermutu dari Segi Guru Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ SD SMP SM Dikdasmen supaya diganti %GL %GS R-S/G Mutu prasarana terdiri dari 5 indikator, yaitu persentase sekolah dengan akreditasi A dan B (%SA-AB), persentase ruang kelas baik (%RKb), persentase perpustakaan baik (%Perpusb), persentase ruang UKS baik (%RUKSb), dan persentase laboratorium baik (%Labb). Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 3.11 dan Grafik 3.16 maka %SA-AB, %RKb, %Perpusb, %RUKSb, dan %Labb idealnya adalah 100%. Pada kenyataannya, %SA-AB 78

81 bervariasi dari terkecil di jenjang... sebesar...% sampai terbesar di jenjang... sebesar...%, dengan demikian dikdasmen sebesar...%. Oleh karena itu, untuk SD perlu akreditasi sebesar...% sekolah, untuk SMP perlu akreditasi sebesar...% sekolah dan untuk SM perlu akreditasi sebesar...%, sehingga dikdasmen perlu akreditasi sebesar...%. %RKb bervariasi dari terkecil di jenjang... sebesar...% sampai terbesar di jenjang... sebesar...%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang... yang terkecil, kemudian jenjang..., sedangkan jenjang... cukup baik karena mencapai lebih dari 75%. %Rkb dikdasmen mencapai...% masih jauh dari 100% sehingga masih diperlukan rehabilitasi SD sebesar...%, rehabilitasi SMP sebesar...%, dan SM sebesar...%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah untuk melakukan rehabilitasi terhadap ruang kelas dikdasmen yang rusak berat sebesar...%. Seperti halnya ruang kelas, prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, dan laboratorium idealnya adalah 100%. Pada kenyataannya, %Perpusb terbaik pada jenjang... sebesar...% dan terburuk pada jenjang... sebesar...%, sehingga dikdasmen sebesar...%, berarti masih diperlukan rehabilitasi SD sebesar...%, SMP sebesar...%, dan SM sebesar...% dari sekolah yang ada. Bila mutu semua jenjang harus sama maka maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas rehabilitasi perpustakaan yang memiliki kerusakan paling besar. %RUKSb terbaik pada jenjang... sebesar...% dan terburuk pada jenjang... sebesar...%, sehingga dikdasmen sebesar...%, berarti masih diperlukan rehabilitasi SD sebesar...%, SMP sebesar...%, dan SM sebesar...% dari sekolah yang ada. Sebaliknya, %Labb terbaik pada jenjang... sebesar...% dan terkecil pada jenjang... sebesar...%, berarti masih diperlukan rehabilitasi dikdasmen sebesar...% dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten/Kota... terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang UKS, dan laboratorium untuk melakukan rehabilitasi prasarana tersebut. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. 79

82 Grafik 3.16 Indikator Pembelajaran Bermutu dari Segi Prasarana Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ SD SMP SM Dikdasmen supaya diganti %SA-AB %RKb %Perpusb %RUKSb %Labb C. Analisis Indikator Indikator misi 2 dan misi 3 digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator misi 2 digunakan untuk menilai akses yang merata, meluas, dan berkeadilan yang dapat dicapai sedangkan indikator misi 3 digunakan untuk menilai pembelajaran yang bermutu yang dapat dicapai. Gabungan dari kedua misi dengan 28 indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan dasar dan menengah. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel Untuk indikator misi 2 dan misi 3 maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi 2 akses meluas) karena APM mengukur yang sama dengan APK, sehingga tidak terjadi duplikasi perhitungan. 80

83 Tabel 3.12 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi Pendidikan Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 Misi No. Jenis Indikator SD SMP SM Dikdasmen INDIKATOR AKSES YANG MELUAS, MERATA, DAN BERKEADILAN MISI 2 INDIKATOR PEMBELAJARA N YANG BERMUTU: MISI 3 supaya diganti Akses yang Meluas 1 Rasio Siswa per Kelas (R-S/K) Rasio Kelas per Ruang Kelas (R-K/RK) 1,13 1,06 1,21 1,13 3 Persentase Perpustakaan (%Perpus) 44,46 57,63 20,37 44,14 4 Persentase Ruang UKS (%RUKS) 39,11 38,98 10,19 35,38 5 Persentase Tempat Olahraga (%TOR) 10,36 11,30 7,41 10,18 6 Persentase Laboratorium (%Lab) 0,54 91,53 42,41 30,85 Akses yang Merata 7 Angka Masukan Kasar (AMK)/Angka Melanjutkan (AM 47,27 89,17 63,61-8 Angka Partisipasi Kasar (APK) 122,01 95,57 63,78 102,08 9 Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS) Satuan Biaya (SB) Akses yang Berkeadilan 11 Perbedaan Gender APK (PG APK) 1,64-2,64 3,29 0,71 12 Indeks Paritas Gender APK (IPG APK) 0,99 1,03 0,95 0,99 13 % Siswa Swasta (% S-Swt) 7,70 22,92 36,20 15,34 Mutu dari segi Siswa 1 Persentase Siswa Baru PAUD (%SB PAUD) 69, Angka Mengulang (AU) 1,97 0,88 0,65 1,52 3 Angka Bertahan Tk 5 (AB5 SD)/Angka Bertahan (AB SMP dan SM) 99,20 99,30 99,23-4 Angka Lulusan (AL) 99,06 97,80 95,47 97,94 5 Angka Putus Sekolah (APS) 0,35 0,75 0,83 0,51 6 Rata2 Lama Belajar (RLB) 6,12 3,03 3,02 - Mutu dari segi Guru 7 Persentase Guru Layak (% GL) 82,62 85,13 86,60 84,04 8 Persentase Guru Sertifikasi (%GS) 15,30 16,71 17,82 16,15 9 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Mutu dari segi Prasarana 10 Persentase Sekolah Akreditasi A & B (%SA-AB) 65,71 44,63 41,67 58,22 11 Persentase Ruang Kelas baik (%RKb) 80,13 78,83 84,65 80,23 12 Persentase Perpustakaan baik (%Perpusb) 99,60 95,10 100,00 98,39 13 Persentase Ruang UKS baik (%RUKSb) 99,54 100,00 100,00 99,67 14 Persentase Laboratorium baik (%Labb) 0,36 89,83 32,78 26,47 Tabel 3.13 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1.1. Untuk mengetahui bagaimana mewujudkan misi 2 akses yang meluas, merata, dan berkeadilan serta mewujudkan misi 3 pembelajaran yang bermutu dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata misi 2 dan misi 3. Berdasarkan analisis dari misi 2 dan misi 3 tersebut maka nilai rata-rata misi 2 dan misi 3 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi 2 yang mengalami konversi adalah R-S/K, R-K/RK, AMK SD, TPS, SB, PG APK, IPG APK, dan %S-Swt. Indikator misi 3 yang mengalami konversi adalah AB5 SD, RLB, dan R-S/G. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 81

84 100 dikurangi nilainya. Indikator misi 2 akses yang merata setelah beberapa indikator mengalami konversi, R-S/K jenjang SD menjadi., jenjang SMP menjadi.., dan jenjang SM menjadi. Sehingga dikdasmen menjadi... R-K/RK jenjang SD menjadi., jenjang SMP menjadi.., dan jenjang SM menjadi sehingga dikdasmen menjadi... Sebanyak empat indikator prasarana lainnya tidak mengalami konversi. %Perpus terbaik pada jenjang.. sebesar dan terburuk pada jenjang sebesar., %RUKS terbaik pada jenjang.. sebesar dan terburuk pada jenjang.. sebesar.., %TOR terbaik pada jenjang sebesar dan terburuk pada jenjang.. sebesar... %Lab terbaik pada jenjang sebesar dan terburuk pada jenjang.. sebesar... Tabel 3.13 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 Misi No. Jenis Indikator SD SMP SM Dikdasmen Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu Akses yang Meluas 1 Rasio Siswa per Kelas (R-S/K) 100,00 100,00 89,89 96,63 2 Rasio Kelas per Ruang Kelas (R-K/RK) 88,12 94,06 82,69 88,29 3 Persentase Perpustakaan (%Perpus) 44,46 57,63 20,37 40,82 4 Persentase Ruang UKS (%RUKS) 39,11 38,98 10,19 29,43 5 Persentase Tempat Olahraga (%TOR) 10,36 11,30 7,41 9,69 6 Persentase Laboratorium (%Lab) 0,54 91,53 42,41 44,82 Akses yang Merata 7 Angka Masukan Kasar (AMK)/Angka Melanjutkan (AM 100,00 89,17 63,61 84,26 8 Angka Partisipasi Kasar (APK) 100,00 95,57 63,78 86,45 9 Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS) 100,00 100,00 53,33 84,44 10 Satuan Biaya (SB) 59,41 100,00 100,00 86,47 Akses yang Berkeadilan 11 Perbedaan Gender APK (PG APK) 98,36 97,36 96,71 97,48 12 Indeks Paritas Gender APK (IPG APK) 98,67 97,28 94,96 96,97 13 % Siswa Swasta (% S-Swt) 77,04 91,68 72,40 80,37 Mutu dari segi Siswa 1 Persentase Siswa Baru PAUD (%SB PAUD) 69, ,12 2 Angka Mengulang (AU) 98,03 99,12 99,35 98,83 3 Angka Bertahan Tk 5 (AB5 SD)/Angka Bertahan (AB SMP dan SM) 100,00 99,30 99,23 99,51 4 Angka Lulusan (AL) 99,06 97,80 95,47 97,44 5 Angka Putus Sekolah (APS) 99,65 99,25 99,17 99,36 6 Rata2 Lama Belajar (RLB) 97,98 99,08 99,36 98,81 Mutu dari segi Guru 7 Persentase Guru Layak (% GL) 82,62 85,13 86,60 84,79 8 Persentase Guru Sertifikasi (%GS) 15,30 16,71 17,82 16,61 9 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) 84,23 75,87 71,09 77,06 Mutu dari segi Prasarana 10 Persentase Sekolah Akreditasi A & B (%SA-AB) 65,71 44,63 41,67 50,67 11 Persentase Ruang Kelas baik (%RKb) 80,13 78,83 84,65 81,20 12 Persentase Perpustakaan baik (%Perpusb) 99,60 95,10 100,00 98,23 13 Persentase Ruang UKS baik (%RUKSb) 99,54 100,00 100,00 99,85 14 Persentase Laboratorium baik (%Labb) 0,36 89,83 32,78 40,99 Indikator misi 2 akses yang meluas setelah beberapa indikator mengalami konversi, AMK SD sebesar, sangat kecil karena kurang dari 50/cukup besar karena lebih dari 50, sedangkan AM SMP sebesar. 82 supaya diganti

85 lebih kecil/besar daripada AM SM sebesar... APK terbaik adalah jenjang.. sebesar. dan terkecil adalah jenjang. sebesar, sedangkan dikdasmen sebesar. TPS jenjang SD menjadi, jenjang SMP menjadi..., dan jenjang SM menjadi.., sedangkan Dikdasmen menjadi... SB jenjang SD menjadi..., jenjang SMP menjadi..., dan jenjang SM menjadi..., sedangkan dikdasmen sebesar. sangat kecil/cukup besar yang berarti di semua jenjang anggaran pendidikan dari kabupaten/kota sangat kecil/cukup besar sehingga akses kurang/cukup meluas. Indikator misi 2 akses yang berkeadilan setelah beberapa indikator mengalami konversi, PG APK yang terbaik adalah jenjang.. sebesar.. dan jenjang.. yang terburuk sebesar sedangkan dikdasmen sebesar. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang sebesar. dan terburuk adalah jenjang sebesar. dengan dikdasmen sebesar. %S-Swt terbaik adalah jenjang... sebesar. dan terkecil adalah jenjang sebesar sedangkan dikdasmen sebesar. Indikator misi 3 mutu dari segi siswa setelah beberapa indikator mengalami konversi, %SB PAUD SD sebesar... sangat kecil karena kurang dari 50/cukup besar karena lebih dari 50. AU terbaik adalah jenjang. sebesar dan terburuk adalah jenjang.. sebesar, sedangkan dikdasmen sebesar... AB5 SD sebesar... dan AB SMP dan SM masing-masing sebesar.. dan.. AL terbaik adalah jenjang. sebesar dan terburuk jenjang.. sebesar, sedangkan dikdasmen sebesar... APS terbaik adalah jenjang. sebesar. dan terkecil adalah jenjang.. sebesar.. sedangkan dikdasmen sebesar. RLB terbaik adalah jenjang sebesar dan terkecil adalah jenjang... sebesar.. sedangkan dikdasmen sebesar.. Indikator misi 3 mutu dari segi guru setelah beberapa indikator mengalami konversi, %GL terbaik adalah jenjang.. sebesar dan terburuk jenjang sebesar.., sedangkan dikdasmen sebesar... %GS terbaik adalah jenjang.. sebesar dan terburuk jenjang sebesar.., sedangkan dikdasmen sebesar... R-S/G dengan jenjang SD menjadi..., jenjang SMP menjadi... dan jenjang SM menjadi..., sedangkan dikdasmen menjadi... Indikator misi 3 mutu dari segi prasarana maka %SA-AB terbaik adalah jenjang... sebesar... dan terburuk adalah jenjang... sebesar..., sedangkan dikdasmen sebesar... %RKb terbaik adalah jenjang. sebesar.. dan terburuk adalah jenjang.. sebesar, sedangkan dikdasmen sebesar. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang. sebesar.. dan terburuk adalah jenjang. sebesar sedangkan dikdasmen sebesar %. %RUKSb jenjang.. sebesar. lebih besar daripada jenjang.. sebesar.., sedangkan dikdasmen sebesar... 83

86 Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar lebih besar/lebih kecil daripada jenjang SM sebesar sedangkan dikdasmen sebesar. Berdasarkan Tabel 3.14 dan Grafik 3.17 diketahui bahwa Kabupaten/Kota untuk misi 2 akses yang terbaik adalah jenjang... sebesar.. dan terburuk adalah jenjang.. sebesar, sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar... termasuk kategori... Bila misi 2 dirinci menurut akses yang merata maka jenjang... yang terbaik dan jenjang.. yang terburuk sehingga dikdasmen tercapai sebesar... termasuk kategori... Bila dirinci menurut akses meluas maka jenjang... yang terbaik dan jenjang... yang terburuk sehingga dikdasmen tercapai sebesar... termasuk kategori... Bila dirinci menurut akses berkeadilan maka jenjang... yang terbaik dan jenjang... yang terburuk sehingga dikdasmen tercapai sebesar... termasuk kategori... Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mewujudkan akses telah tercapai dalam kondisi kurang/pratama/madya/utama/paripurna. Tabel 3.14 Pencapaian Kinerja Dikdasmen Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 Misi SD SMP SM Dikdasmen Jenis Akses 76,10 85,74 66,79 76,21 KURANG a. Meluas 47,10 65,58 42,16 51,61 KURANG b. Merata 89,85 96,18 70,18 85,40 MADYA c. Berkeadilan 91,36 95,44 88,02 91,61 UTAMA Mutu 74,59 79,94 76,28 75,84 KURANG a. Siswa 93,97 98,91 98,52 93,85 UTAMA b. Guru 60,72 59,24 58,51 59,49 KURANG c. Prasarana 69,07 81,68 71,82 74,19 KURANG Kinerja 75,34 82,84 71,53 76,02 KURANG Jenis KURANG PRATAMA KURANG KURANG supaya diganti Misi 3 mutu yang terbaik adalah jenjang... sebesar.. dan terburuk adalah jenjang.. sebesar, sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar... termasuk kategori... Bila misi 3 dirinci dari segi siswa maka jenjang... yang terbaik dan jenjang.. yang terburuk sehingga dikdasmen tercapai sebesar... termasuk kategori... Bila dirinci dari segi guru maka jenjang... yang terbaik dan jenjang... yang terburuk, sehingga dikdasmen tercapai sebesar... termasuk kategori... Bila dirinci dari segi prasarana maka jenjang... yang terbaik dan jenjang... yang terburuk sehingga dikdasmen tercapai sebesar... termasuk kategori... Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mewujudkan pembelajaran yang 84

87 bermutu telah tercapai dalam kondisi kurang/pratama/madya/utama/paripurna. Dengan mengambil rata-rata misi 2 dan 3 maka dapat dilihat kinerja pendidikan dasar dan menengah menurut jenjang pendidikan. Jenjang SD mempunyai nilai terbaik untuk misi... dan nilai terburuk untuk misi..., sehingga kinerja jenjang SD menjadi... termasuk kategori... Jenjang SMP mempunyai nilai terbaik untuk misi... dan nilai terburuk untuk misi.., sehingga kinerja jenjang SMP menjadi... termasuk kategori... Jenjang pendidikan SM mempunyai nilai terbaik untuk misi... dan nilai terburuk untuk misi..., sehingga kinerja jenjang SM menjadi... termasuk kategori... Dengan demikian, dikdasmen mempunyai nilai terbaik pada misi... dan nilai terburuk untuk misi... sehingga kinerja dikdasmen sebesar... termasuk kinerja kategori... Berdasarkan analisis di atas, hasilnya menunjukkan bahwa jenjang. yang terbaik dengan nilai sebesar. termasuk kategori dan terburuk adalah jenjang sebesar.. termasuk kategori.., sedangkan jenjang... sebesar... termasuk kategori... sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar.. termasuk kategori. Grafik 3.17 sampai Grafik 3.20 menunjukkan nilai ke-13 indikator akses tiap jenjang setelah dilakukan konversi. Pada Grafik 3.17 nilai SD tersebut akan terlihat indikator yang paling baik adalah... sebesar... dan indikator yang paling buruk adalah... sebesar... Pada Grafik 3.18 nilai SMP tersebut akan terlihat indikator yang paling baik adalah... sebesar... dan indikator yang paling buruk adalah... sebesar... Pada Grafik 3.19 nilai SM tersebut akan terlihat indikator yang paling baik adalah... sebesar... dan indikator yang paling buruk adalah... sebesar... Pada Grafik 3.20 nilai dikdasmen tersebut akan terlihat indikator yang paling baik adalah... sebesar... dan indikator yang paling buruk adalah... sebesar... 85

88 Grafik 3.17 Nilai Indikator Jenjang SD Berdasarkan Misi 2 Akses Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ ,36 PG APK 98,67 IPG APK % S-Swt 77,04 R-S/K 100,00 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 88,12 R-K/RK 44,46 39,11 %Perpus %RUKS supaya diganti 0,54 10,36 SB 59,41 %TOR TPS %Lab 100,00 APK 100,00 AMK 100,00 Grafik 3.18 Nilai Indikator Jenjang SMP Berdasarkan Misi 2 Akses Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ ,36 PG APK 97,28 IPG APK 91,68 % S-Swt 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00-100,00 R-S/K 94,06 R-K/RK 57,63 38,98 %Perpus %RUKS supaya diganti 11,30 SB 100,00 %TOR TPS 100,00 APK 95,57 AM 89,17 %Lab 91,53 86

89 Grafik 3.19 Nilai Indikator Jenjang SM Berdasarkan Misi 2 Akses Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 PG 96,71 APK 94,96 IPG APK % S-Swt 72,40 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 - R-S/K 89,89 20,37 10,19 7,41 82,69 R-K/RK %Perpus %RUKS supaya diganti SB 100,00 42,41 %TOR 53,33 TPS 63,78 63,61 %Lab APK AM Grafik 3.20 Nilai Indikator Dikdasmen Berdasarkan Misi 2 Akses Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ ,48 PG APK 96,97 IPG APK % S-Swt 80,37 R-S/K 96,63 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00-9,69 88,29 R-K/RK 40,82 29,43 %Perpus %RUKS supaya diganti 86,47 SB 44,82 %TOR TPS 84,44 %Lab APK 86,45 84,26 AMK/AM Grafik 3.21 sampai Grafik 3.24 menunjukkan nilai ke-14 indikator mutu tiap jenjang pendidikan setelah dilakukan konversi. Pada Grafik 3.21 nilai SD tersebut akan terlihat indikator yang paling baik adalah... sebesar... dan indikator yang paling buruk adalah... sebesar... Pada Grafik 3.22 nilai SMP tersebut 87

90 akan terlihat indikator yang paling baik adalah... sebesar... dan indikator yang paling buruk adalah... sebesar... Pada Grafik 3.23 nilai SM tersebut akan terlihat indikator yang paling baik adalah... sebesar... dan indikator yang paling buruk adalah... sebesar... Pada Grafik 3.24 nilai dikdasmen tersebut akan terlihat indikator yang paling baik adalah... sebesar... dan indikator yang paling buruk adalah... sebesar... Grafik 3.21 Nilai Indikator Jenjang SD Berdasarkan Misi 3 Mutu Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 %Labb 100,00 %SB PAUD 90,00 69,12 98,03 AU supaya diganti 99,54 %RUKSb 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 100,00 AB5/AB %Perpusb 99,60 30,00 20,00 0,36 10,00-99,06 AL %RKb80,13 15,30 APS 99,65 65,71 %SA-AB RLB 97,98 R-S/G 84,23 82,62 %GL %GS 88

91 Grafik 3.22 Nilai Indikator Jenjang SMP Berdasarkan Misi 3 Mutu Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ ,83 %Labb 100,00 90,00 99,12 AU AB 99,30 supaya diganti 100,00 %RUKSb 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 AL 97,80 %Perpusb 95,10 20,00 10,00 - APS 99,25 %RKb 78,83 44,63 16,71 RLB 99,08 %SA-AB 85,13 %GL R-S/G 75,87 %GS 89

92 Grafik 3.23 Nilai Indikator Jenjang SM Berdasarkan Misi 3 Mutu Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 %Labb 100,00 90,00 99,35 AU 99,23 AB supaya diganti 100,00 %RUKSb 80,00 70,00 60,00 50,00 32,78 40,00 30,00 95,47 AL 100,00 %Perpusb 20,00 10,00 - APS 99,17 %RKb 84,65 41,67 17,82 RLB 99,36 %SA-AB 71,09 86,60 %GL R-S/G %GS Grafik 3.24 Nilai Indikator Dikdasmen Berdasarkan Misi 3 Mutu Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ ,23 %Perpusb 99,85 %RUKSb %Labb 100,00 90,00 69,12 80,00 70,00 60,00 40,99 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 %SB PAUD - 98,83 AU 99,51 AB5/AB 97,44 AL supaya diganti %RKb81,20 APS 99,36 50,67 16,61 %SA-AB RLB 98,81 77,06 R-S/G 84,79 %GL %GS Grafik 3.25 sampai Grafik 3.28 menunjukkan kinerja pendidikan tiap jenjang pendidikan. 90

93 Kinerja SD berdasarkan misi akses dan mutu dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.25, menunjukkan bahwa misi.. yang terburuk sebesar... dan misi.. yang terbaik sebesar... sehingga jenjang SD sebesar... termasuk kategori... Grafik 3.25 Kinerja SD Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 Akses Meluas 100,00 supaya diganti Mutu Prasarana 69,07 80,00 47,10 60,00 40,00 20,00 0,00 89,85 Akses Merata Mutu Guru 60,72 Akses Berkeadilan 91,36 93,97 Mutu Siswa Kinerja SMP berdasarkan misi akses dan mutu juga dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.26, menunjukkan bahwa misi... yang terburuk sebesar... dan misi... yang terbaik sebesar... sehingga jenjang SMP sebesar... termasuk dalam kategori... Grafik 3.26 Kinerja SMP Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ ,68 Mutu Prasarana Akses Meluas 100,00 65,58 80,00 60,00 40,00 96,18 Akses Merata supaya diganti 20,00 0,00 Mutu Guru 59,24 Akses Berkeadilan 95,44 98,91 Mutu Siswa 91

94 Kinerja SM berdasarkan misi akses dan mutu juga dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.27, menunjukkan bahwa misi... yang terburuk sebesar... dan misi... yang terbaik sebesar... sehingga kinerja SM sebesar... termasuk kategori... Grafik 3.27 Kinerja SM Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 Akses Meluas 100,00 supaya diganti Mutu Prasarana71,82 80,00 60,0042,16 40,00 20,00 0,00 Akses Merata 70,18 Mutu Guru 58,51 Akses Berkeadilan 88,02 98,52 Mutu Siswa Grafik 3.28 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu Mutu Prasarana74,19 Kabupaten/Kota... Tahun 2015/2016 Akses Meluas 100,00 80,00 51,61 60,00 40,00 20,00 0,00 85,40 Akses Merata supaya diganti Mutu Guru 59,49 Akses Berkeadilan 91,61 93,85 Mutu Siswa Hal yang sama dengan jenjang pendidikan maka kinerja dikdasmen berdasarkan misi akses dan mutu dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.28, menunjukkan bahwa misi.. yang terburuk sebesar... termasuk kategori... dan misi.. yang terbaik 92

95 sebesar... termasuk kategori... sehingga kinerja dikdasmen sebesar... termasuk kategori... Grafik 3.29 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi dan Jenjang Pendidikan Kabupaten/Kota... Tahun 2015/ ,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 76,10 75,34 74,59 85,74 82,84 79,94 76,28 71,53 66,79 75,84 76,21 76,02 SD SMP SM Dikdasmen supaya diganti Akses Mutu Kinerja Grafik 3.29, menunjukkan kinerja dikdasmen menurut jenjang dan misi pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa misi 2 akses sebesar... lebih baik/buruk daripada misi 3 mutu sebesar... Hal ini juga terlihat pada setiap jenjang pendidikan, seperti jenjang SD misi 2 akses lebih baik/buruk daripada misi 3 mutu sebesar... jenjang SMP misi 2 akses lebih baik/buruk daripada misi 3 mutu sebesar... jenjang SM misi 2 akses lebih baik/buruk daripada misi 3 mutu sebesar... Dengan demikian, dikdasmen Kabupaten/Kota... tercapai sebesar... termasuk kategori... 93

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... LOGO KANTOR PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:lambang_kabupaten_dan_kota_di_indonesia PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA...

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP;

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP; PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP; DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 4 BAB I. PENDAHULUAN... 6 Tabel 1.1. Standar untuk Menentukan Nilai Masing-masing Indikator...

Lebih terperinci

KOMPILASI DATA PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN

KOMPILASI DATA PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN versi 01 KOMPILASI DATA PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH JAWA TENGAH PEMERINTAH DINAS PENDIDIKAN JAKARTA, JUNI 2014 DATA NONPENDIDIKAN JAWA TENGAH No. Variabel Jumlah No. Variabel Jumlah 1 Administrasi

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM 1 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM A. PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 1 (12 KAB/KOTA

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 PEMBAHASAN 1 Konsep Profil Pendidikan 2 3 4 5 6 Visi

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 3 (13 KAB/KOTA

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 2 (14 KAB/KOTA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Mei 2014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Mei 2014 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Mei 2014 1 A. KONSEP PROFIL PENDIDIKAN B. VISI KEMDIKNAS 2014 C. MISI PENDIDIKAN 5K D. INDIKATOR PENDIDIKAN BERDASARKAN

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 5 (10 KAB/KOTA

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI ACEH

ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI ACEH ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI ACEH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATALOG DALAM TERBITAN Sudarwati Analisis KInerja Pendidikan Sudarwati.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret 2015 1 A. KONSEP PROFIL PENDIDIKAN B. VISI KEMDIKNAS 2014 C. MISI PENDIDIKAN 5K D. INDIKATOR PENDIDIKAN BERDASARKAN

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II. KEADAAN UMUM...

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2016 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 217 217 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 216/217 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II.

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator

Tabel 1.1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator BAB I PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2014 yang menyajikan data pada tahun 2014/2015. Profil

Lebih terperinci

ANALISIS kinerja Pendidikan provinsi bengkulu

ANALISIS kinerja Pendidikan provinsi bengkulu ANALISIS kinerja Pendidikan provinsi bengkulu KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI BENGKULU KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN Pokok Bahasan I. Misi pembangunan pendidikan II. III. Indikator Pendidikan Definisi dan

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

ANALISIS kinerja Pendidikan Provinsi nusa tenggara barat

ANALISIS kinerja Pendidikan Provinsi nusa tenggara barat ANALISIS kinerja Pendidikan Provinsi nusa tenggara barat KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2016 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 INFOGRAFI PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Infografi Pendidikan ini merupakan salah satu bentuk pendayagunaan data pendidikan

Lebih terperinci

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 < 1 Visi Dinas Pendidikan Terwujudnya Ketersediaan, Keterjangkauan, Kesetaraan dan Kualitas Layanan Pendidikan Untuk Membentuk Masyarakat

Lebih terperinci

KETERCAPAIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN 5K: KASUS KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA TAHUN 2010/2011

KETERCAPAIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN 5K: KASUS KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA TAHUN 2010/2011 KETERCAPAIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN 5K: KASUS KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA TAHUN 2010/2011 (ACHIEVEMENT OF BASIC AND SECONDARY EDUCATION BASED ON 5K EDUCATION MISSION:

Lebih terperinci

KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI BENGKULU

KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI BENGKULU KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI BENGKULU KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 LATAR BELAKANG Ø Indonesia diprediksi akan mendapat bonus di tahun

Lebih terperinci

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 IKHTISAR DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 KATA PENGANTAR Buku Saku Ikhtisar Data Pendidikan Tingkat Nasional ini disusun oleh Pusat Data dan

Lebih terperinci

MISI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MISI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INDIKATOR PENDIDIKAN P u s a t D a t a d a n S t a t i s t i k P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n 2 0 1 7 POKOK BAHASAN I.

Lebih terperinci

Ikhtisar Data Pendidikan Nasional

Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2005/2006 Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan 2006 Homepage:http://www.depdiknas.go.id Telp: (021) 5731177,

Lebih terperinci

MISI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MISI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INDIKATOR PENDIDIKAN P u s a t D a t a d a n S t a t i s t i k P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n 2 0 1 7 POKOK BAHASAN I.

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II)

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II) 1 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I)

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I) i PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 IKHTISAR DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2012 Alamat : JL. Jenderal Sudirman, Kompleks Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) KABUPATEN / KOTA OPD : CILEGON : DINAS PENDIDIKAN TUGAS DAN FUNGSI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/ /2012 BUKU 1

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/ /2012 BUKU 1 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/2000 2011/2012 BUKU 1 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500-2,756 3,097 3,078 2,892 2,928 2,556 2,598 82 82 82 83 83 88 92 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Lebih terperinci

PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/ /2021

PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/ /2021 PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/2013 2020/2021 SD SMP SM PT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/2013-2020/2021

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Tahun 2016 ini disusun untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam

Lebih terperinci

TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009/2010

TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009/2010 TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) No. Kecamatan Dana menurut Sumber (Ribuan Rupiah) P. Pusat Yayasan Orang tua Pemprov Pemkab/kota Lainnya Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 01 Mijen

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET 1 Meningkatnya aksesbilitas dan kualitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III)

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III) 1 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR A. Tujuan dan Sasaran Strategis Berdasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta misi dan visi Dinas

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Nama SKPD : DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA Visi : Terwujudnya Layanan Pendidikan, Pemuda Olahraga Rote Ndao yang berkembang, bermutu, unggul terjangkau Misi : 1 Memperluas

Lebih terperinci

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A,

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A, Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banjar Nomor : 420/Kpts.203-Disdikbud Tanggal : 27 Oktober 2014 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Dilingkungan Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro VISI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO TERWUJUDNYA INSAN CERDAS, KOMPERHENSIP DAN BERBUDAYA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA UNTUK MENOPANG

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:

Lebih terperinci

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012 NAMA PPID SKPK/UNIT KERJA FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga No Nama informasi/dokumentasi Ringkasan Isi Informasi Penanggung

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh

FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh NAMA PPID SKPK/UNIT KERJA FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh No Nama informasi/dokumentasi Ringkasan Isi Informasi

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

PENETAPAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PENETAPAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH SKPD : DINAS DIKPORA KABUPATEN KEBUMEN Tahun Anggaran : 2014 Sasaran Strategis 1 Mutu Layanan PAUD PROGAM PENDIDIKAN USIA DINI 1,1 APK PAUD 1.1 Pembangunan

Lebih terperinci

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021 PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013--2020/2021 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 KATALOG DALAM TERBITAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : Dinas Dikbudpora Tahun : 2016 PENDIDIKAN A. Pendidikan Umum * Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 1. Jumlah Sekolah * 249 Sekolah Ada Disdikbudpora 1). Taman Kanak-Kanak (TK)

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019,

Lebih terperinci

PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017

PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 Oleh : Drs. ABIMANYU, M.Si DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN NGAWI Selaras 1 VISI MISI KE 2 NGAWI SEJAHTERA, BERAKHLAK, BERBASIS PEDESAAN

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Indikator Kinerja Dinas Pendidikan Kota Pontianak yang mendukung visi, misi, tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

JUMLAH PAUD NON FORMAL DAN TK/PAUD FORMAL KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

JUMLAH PAUD NON FORMAL DAN TK/PAUD FORMAL KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 JUMLAH PAUD NON FORMAL DAN TK/PAUD FORMAL KABUPATEN LOMBOK BARAT No. PAUD Non Formal Taman Kanak Kanak dan PAUD Formal KB TPA SPS Negeri Swasta 1 Sekotong 18-2 20 1 1 2 2 Lembar 19-1 20 1 2 5 3 Gerung

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : Amanat undang-undang dasar 1945 1. Pembukaan Alinea IV: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN Suplemen Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan Oleh: Suryadi, M.Pd Tahap ini bertujuan memberikan gambaran tentang layanan pendidikan saat ini di kabupaten/kota. Oleh karena gambaran

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR INDIKATR KINERJA UTAMA DINAS PRVINSI JAWA TIMUR Visi : Terwujudnya insan yang cerdas, berakhlak, profesional, dan berbudaya Misi Tujuan : 1. Mewujudkan pemerataan aksesbilitas dan kualitas pendidikan pada

Lebih terperinci

Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2007/2008

Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2007/2008 Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2007/2008 Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan 2008 Homepage:http://www.depdiknas.go.id Telp: (021) 5731177,

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA : SOSIAL BUDAYA JENIS DATA : Pendidikan, Kebudayaan Nasional Pemuda dan Olahraga DATA SATUAN

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN 2016 2021 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016 Rencana Strategis Dinas Kab. Kendal Tahun 2016-2021 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Dinas Kabupaten Kendal

Lebih terperinci

VISI MISI,TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN INDIKATOR SASARAN

VISI MISI,TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN INDIKATOR SASARAN VISI MISI,TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan 4.1. TUJUAN DAN SASARAN NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET KINERJA PADA TAHUN KE- 1 2 3 4 5 (1) (2)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 336 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA BANDUNG PADA PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2010 TANGGAL 31 AGUSTUS 2010 NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data 50 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode 2001-2012. Data

Lebih terperinci

Profil Pendidikan 2014

Profil Pendidikan 2014 Profil Pendidikan 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan atas limpahan rahmat-nya sehingga Profil Dinas Pendidikan ini dapat diselesaikan. Penyusunan profil pendidikan dilakukan bertujuan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN Untuk mengukur kinerja Kabupaten Barru, disusun indikator kinerja sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang meliputi: (1)

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun) URUSAN WAJIB: PENDIDIKAN PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya Budi Pekerti, 1 Persentase pendidik yang disiplin Tata Krama

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO Jln. SUTIJAB NOMOR 01, WATES YOGYAKARTA 55611 TLN. (0274) 774535 Profil Data Pendidikan 1 KATA PENGANTAR Penyusunan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2016

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2016 PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, SATUAN PENDIDIKAN DASAR, SATUAN

Lebih terperinci

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, SATUAN PENDIDIKAN DASAR, DAN SATUAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) INDIKATOR (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DINAS PENDIDIKAN Jalan Ahmad Yani No. 05 Ngawi Kode Pos : 63202, Tromol Pos 09 Tlp. (0351) 79198 Fax. (0351) 79078 Email :

Lebih terperinci

Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Disampaikan pada: Rapat Koordinasi Nasional BAN PAUD DAN PNF The Alana Hotel Yogyakarta Jumat, 10 Februari 2017 1 Kebijakan Umum Kebijakan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Para pendiri

Lebih terperinci

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN Pembagian urusan pemerintahan sesuai asas desentralisasi dalam sistem pemerintahan yang mensyaratkan adanya pembagian urusan yang jelas antara Pemerintah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

STATISTIK DAN INDIKATOR PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER TAHUN 2011/2012

STATISTIK DAN INDIKATOR PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER TAHUN 2011/2012 STATISTIK DAN INDIKATOR PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER TAHUN 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 STATISTIK DAN INDIKATOR PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN PERIODE

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN PERIODE RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN PERIODE 2013-2018 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Jalan Nyaman Nomor 01 Kelurahan Tengah Kecamatan Cibinong Tahun 2014 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2017

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2017 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2017 PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH DAN PEDOMAN PEMBERIAN BEASISWA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK 2.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Dinas Pendidikan Kota Pontianak merupakan unsur pelaksana bidang pendidikan dipimpin oleh

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA

INDIKATOR KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JOMBANG VISI : TERWUJUDNYA PENDIDIKAN YANG MERATA, BERMUTU, AGAMIS DAN BERDAYA SAING MISI : 1. Mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010

RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010 RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010 Drs. Alexius Akim, MM. Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Barat RAKOR GUBERNUR KALBAR

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS Ir. Agus Pranoto Basuki, M.Pd KEPALA BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PAUD

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan kewajiban

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/ LEMBAGA : KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya KEMENDIKNAS

Lebih terperinci

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF Harris Iskandar Direktur Jenderal Disampaikan pada Rapat Koordinasi BAN PAUD dan PNF dan BAP PAUD dan PNF Tahun 2017 Bogor, 23 November

Lebih terperinci