BAB III POTENSI BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (B2P2TOOT) SEBAGAI DESTINASI WISATA EDUKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III POTENSI BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (B2P2TOOT) SEBAGAI DESTINASI WISATA EDUKASI"

Transkripsi

1 BAB III POTENSI BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (B2P2TOOT) SEBAGAI DESTINASI WISATA EDUKASI A. Potensi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Berdasarkan Analisis 4A Suatu tempat berhasil menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) sangat tergantung oleh 4 faktor yaitu : Aktraksi, Aksesbilitas, Amenitas, Ancillary. Contoh Aktrasi antara lain : keadaan alam, peninggalan sejarah dan ritualritual. Aksesbilitas : jauh dan dekatnya tempat tujuan, sarana transportasinya. Amenitas mencakup fasilitas fasilitas penunjang yang ada di lokasi wisata. Sedangkan Ancillary meliputi kelembagaan yang berpengaruh di suatu tempat. Untuk mengetahui potensi wisata di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) yang ada di Kalisoro, Kecamatan Tawangmanggu, maka dapat di ketahui melalui komponen 4A. berikut dapat di lihat potensi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) berdasarkan analisis 4A antara lain : 1. Atraksi a. Kebun Tanaman Obat atau Etalase Tanaman Obat Kebun tanaman obat merupakan koleksi tanaman obat terlengkap yang ada di tawanmanggu, kebun tanaman obat ini memiliki koleksi tyanaman dari seluruh nusantara. Kebun ini merupakan 49

2 50 tempat pembudidayaan tanaman yang di susun secara rapid an di rawat dengan terartur. Serta di kebun tanaman obat ini bisa mengetahui tanaman obat yang memiliki khasiat dan manfaat untuk kesehatan. b. Museum Hortus Medicus Museum Jamu Hortus Medicus dikelola untuk memfasilitasi kegiatan permuseuman jamu, museum ini menyediakan sarana, fasilitas dan artefak jamu untuk pengoleksian, pelestarian, riset, komunikasi dan diseminasi benda nyata dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Museum jamu Hortus Medicus dikelola sebagai pusat permuseuman jamu Kemenkes, juga untuk menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu. c. Pelestarian Tanaman Obat Tradisional Pelestarian tanaman obat tradisional merupakan pelestarian tanaman yang ada di seluruh nusantara, pelestarian ini dengan tujuan untuk pembudidayaan tanaman yang pernah di teliti. Dengan pemanfaatan khasiat tanaman yang memiliki keunikan masing-masing. Serta pelestarian ini merupakan adaptasi tanaman yang diambil dari berbagai daerah untuk di tanaman dan di budidayakan di kebun tanaman obat Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).

3 51 d. Klinik Saintifikasi Jamu Klinik Saintifikasi Jamu hortus medicus merupakan klinik yang di sediakan untuk pengobatan terutama dengan pengobatan herbal menggunakan ramuan yang diracik dari tanaman tanaman yang memiliki khasiat untuk pengobatan bernbagai jenis penyakit. Setiap harinya melayani pasien. Kegiatan pemeriksaan Laboratorium klinik sudah menerima sertifikat sebagai jaminan sistem manajemen mutu sehingga data yang dihasilkan terjamin kebenarannya. Setelah pemeriksaan penyakit melanjutkan ke griya jamu untuk pengambilan jamu baik berupa kapsul maupun rebusan. Jamu yang digunakan berupa racikan simplisia, serbuk dan juga ekstrak tanaman obat yang telah diteliti keamanan, mutu dan khasiat melalui riset praklinik dan riset klinik. Selain pasien, griya jamu juga melayani permintaan dari dokter jejaring Saintifikasi Jamu 2. Amenitas a. Tourism Information Center (TIC) Di sekitar Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) belum ada TIC. b. Warung Makan Di sekitar Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) sudah di kelilingi warung makan

4 52 seperti : Sup Buntut Bu Ugi, Serba Sambel Resto. Sudah ada sakaw coffe untuk istirahat c. Jasa Angkutan Sudah tersedia angkutan umum menuju Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Untuk angkutan umum sudah tersedia mobil L300 yang melaju di depan jalan utama. d. Area Parkir Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) memiliki halam yang luas untuk area parkir kendaran pribdai maupun kendaraan umum. e. Toko Cinderamata Sudaah tersedia intalansi produksi jamu yang menyediakan cinderamata khas ramuan herbal Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) f. Penerangan atau Listrik Dari segi penerangan atau listrik Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) sangat memakai serta sangat mencukupi kebutugan. g. Air Bersih Air bersih langsung dari sumber air gunung lawu yang dialirkan melalui pipa pipa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya.

5 53 h. Promosi Wisata Promosi wisata edukasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) hanya di lakukan melalui media social dan leaflet i. Papan Keterangan Obyek Belum tersedia papan keterangan mengenai Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) di sepanjang jalan. 3. Aksesbilitas a. Lokasi Destinasi Wisata Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) berada di lokasi Jl. Raya Lawu No. 11, Tawangmangu, Kab. Karanganyar dan Sekitarnya, Jawa Tengah, Indonesia. b. Jarak Tempuh dari Pusat Kota Untuk menuju lokasi dari Kota Solo ditempuh 90 menit, dengan menggunakan transportasi pribadi. Apabila menggunakan transportasi umum 120 menit c. Kondisi Jalan Struktur jalan sudah bagus karena semua akses jalan sudah di aspal dan bisa untuk di lalui berbagai jenis kendaran baik kendaran umum maupun kendaraan pribadi.

6 54 d. Sarana Transportasi Dapat menggunakan kendaraan pribadi seperti motor maupun mobil, jika menggunkan angkutan umum bisa naik bus Solo menuju Tawangmanggu lalu turun di terminal Tawangmanggu setelah itu dilanjutkan naik mobil trayek angkutan umum menuju Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) 4. Ancillary (Kelembagaan) a. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) merupakan instansi pemerintah di bidang kesehatan yang berada di bawah pengawasan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia b. Sumber Daya Manusia di B2P2TOOT Modal tenaga manusia di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional terdiri dari pegawai tetap (PNS dan CPNS) maupun tidak tetap (tenaga yang dikontrak dengan honor bulanan), dinilai sebagai faktor utama dalam implementasi tugas dan fungsi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Tenaga kerja yang ada terdiri dari berbagai disiplin ilmu, antara lain dari farmasi atau apoteker, pertanian atau biologi yang

7 55 tergabung dalam kelompok penelitian dan perekayasaan atau (Litkayasa) yang berasal dari SLTA, dan terdiri atas SAA, Analisis Farmasi, SMA, dan SMEA. Dengan berbagai pertimbagan, maka untuk jabatan B2P2TOOT di rangkap tenaga fungsional yang bergabung dalam kelompok peneliti. Pada Februari 2016, dengan amanah tugas litbang TOOT dan Saintifikasi JAMU, B2P2TOOT memiliki gambaran kepegawaian sebagai berikut. Jumlah total pegawai menurut jenis kepegawaian sebanyak 241, meliputi 96 pegawai tetap (89 PNS dan 7 CPNS) dan 145 pegawai tidak tetap. Pemandu dalam kegiatan wisata edukasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) merupakan tenaga ahli yang sedang melakukan penelitian dan di bantu oleh teknisi Litkayasa. Sehingga, pemandu mampu memperkenalkan secara detail tanaman obat serta khasiat yang di miliki tanaman obat tersebut. Fasilitas yang dikunjungi meliputi Ruang Sinema Fitomedika, Etalase Tanaman Obat, Kebun Produksi Kalisoro, Gedung pascapanen, Pembibitan, adaptasi dan Pelestaria

8 56 B. Aktivitas wisata edukasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) memiliki rangkaian untuk kegiatan wisata edukasi khususnya di bidang herbal dan jamu. Rangkaian aktivitas yang diselenggarakan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) sebagai berikut (Gambar 17. Aktivitas Wisata Edukasi di B2P2TOOT. Sumber, Dokumen Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, 2016)

9 57 a. Sinema Fitomedika Sinema Fitomedika, merupakan wahana penyebaran informasi, berupa pemutaran film dokumenter iptek yang merupakan salah satu destinasi awal pada kegiatan Wisata Kesehatan Jamu. Di tempat ini, pemandu wisata akan menyampaikan presentasi sambutan, pemaparan profil institusi dan diskusi awal dengan para peserta Wisata Kesehatan Jamu di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional di Tawangmangu. Berikut adalah gambar aktivitas di Sinema Fitomedika (Gambar 18. Aktivitas di ruangan Sinema Fitomedika B2P2TOOT. Sumber, Dokumen Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, 2016)

10 58 b. Pembenihan dan Pembibitan Laboratorium benih dan pembibitan termasuk sarana penunjang kegiatan litbang tanaman obat sektor hulu. Benih yang berkualitas akan sangat berpengaruh terhadap kualitas tanaman obat yang dibudidayakan. Kegiatan laboratorium benih dan pembibitan yaitu, pemeliharaan koleksi benih, pembuatan database, penambahan koleksi benih dan bibit, danpengujian daya kecambah benih. Pengunjung juga di berikan penjelasan mengenai bibit yang bagus untuk di budidayakan. Berikut adalah gambar laboratorium pembibitan dan pembenihan di Balai Besar Penelitiadan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (Gambar 19. Pembenihan dan Pembibitan Tanaman Obat. Sumber, Dokumen Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, 2016)

11 59 c. Aktivitas pada Rumah Kaca Adaptasi dan Pelestarian Tanaman Obat Desa Kalisoro Kec Tawangmangu, Karanganyar Jawa Tengah, dengan ketinggian : mdpl dan mdpl serta luas : Ruang pelestarian 102,12 m² dan ruang adaptasi 77,7 m². Fungsi: tempat adaptasi dan pembudidayaan Tanaman Obat. Aktivitas di ruang adaptasi tanaman dan pelestarian tanaman obat ini di jelaskan mengenai tanaman obat yang di teliti serta akan di budidayakan di kebun tanaman obat. Aktivitas pengunjung mengamati serta melihat jenis-jenis tanaman obat dan khasiatnya. Berikut adalah aktivitas pada rumah kaca adaptasi dan pelestarian tanaman obat (Gambar 20. Aktivitas Rumah Kaca dan Pelestarian Tanaman Obat. Sumber, Dokumen Pribadi, 2016)

12 60 d. Kebun Tanaman Obat atau Etalase Tanaman Obat di B2P2TOOT Kebun Produksi Kalisoro dengan ketinggian dpl seluas ± 2 H. Lokasi : Desa Kalisoro, Kec. Tawangmangu, Karanganyar Jawa Tengaah. Di kebun tanaman obat ini merupakan koleksi tanaman obat yang sudah di budidayakan dan di kembangkan. Fungsi : Kebun induk tanaman obat (Plasma Nutfah), lahan percobaan, kebun koleksi, pembibitan, kebun produksi tanaman obat dan lahan produksi pupuk organik. Aktivitas di etalase tanaman obat ini pengunjung melihat serta mengamati tanaman obat, kemudian pemandu akan memberikan contoh tanaman yang langsung bisa di konsumsi. Berikut adalah gambar kebun tanaman obat atau etalase tanaman obat (Gambar 21. Aktivitas di Kebun Tanaman Obat. Sumber, Dokumen Pribadi, 2016)

13 61 e. Aktivitas pada Laboratorium Pasca Panen Laboratorium pasca panen merupakan laboratorium yang bertanggung jawab terhadap produksi bahan jamu sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan, sehingga memenuhi standar kualitas yang berlaku. Aktivitas pengunjung di Laboratorium ini pengunjung melihat proses pemilihan tanaman obat yang berkualitas serta proses menyotir tanaman kering dan basah penyotiran di lakukan dua kali proses supaya tanaman yang sudah kering tidak tercampur. Setelah proses penyotiran tanaman akan di pilah pilah sesuai dengan jenis tanaman tersebut. Tanaman yang sudah siap akan di ambil oleh pihak griya jamu untuk di racik sesuai dengan jenis penyakit pasien yang berobat di klinik Hortus Medicus. Berikut adalah gambar aktivitas pada laboratorium pasca panen (Gambar 22. Aktivitas di Laboratorium Pasca Panen B2P2TOOT. Sumber, Dokumen Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, 2016)

14 62 f. Aktivitas pada Instalasi Produksi Jamu Instalasi produksi Jamu dikelola untuk memfasilitasi aktivitas produksi Jamu dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Di sini diproduksi jamu instan, jajanan sehat dan kosmetik jamu serta produksi jamu ini di jual untuk kalangan umum. Berikut adalah gambar aktivitas pada instalasi produksi jamu (Gambar 23. Instalansi Produksi Jamu B2P2TOOT. Sumber, Dokumen Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, 2016) g. Aktivitas pada Perpustakaan B2P2TOOT Perpustakaan dikelola untuk memfasilitasi dukungan referensi dan kepustakaan B2P2TOOT serta menyediakan sarana dan fasilitas terkait sumber data dan informasi iptek dalam kerangka Saintifikasi Jamu.

15 63 Perpustakaan B2P2TOOT dikelola sebagai bagian dari pusat data dan informasi Kemenkes. Perpustakaan B2P2TOOT juga merupakan pusat pembelajaran iptek untuk pihak akademisi/ilmuwan, pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat. Berikut adalah gambar aktivitas pada perpusatakaan di Balai Besar Penlitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (Gambar 24. Aktivitas Perpustakaan di B2P2TOOT. Sumber, Dokumen Pribadi, 2016) Pepustakaan B2P2TOOT memiliki kurang lebih 2000 koleksi buku antara lain: a) Humaniora dan Etnografi Kesehatan b) Budidaya TO

16 64 c) Budidaya Pascapanen d) Ilmu Kedokteran dan Ilmu Pengobatan e) Farmasi f) Penyakit Tanaman g) Pertanian dan Teknologi yang berkaitan h) Kimia i) Hukum dan Perundang-undangan j) Ilmu Tumbuhan k) Biologi dan Ilmu Hayati l) Ilmu Umum dan Komputer m) Ensiklopedi n) Permasalahan dan Kesejahteraan Sosial o) Administrasi Negara & Ilmu Kemitraan p) Seni Fotografi & Foto h. Aktivias pada Museum Jamu Hortus Medicus Museum Jamu Hortus Medicus dikelola untuk memfasilitasi aktivitas permuseuman Jamu dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Museum ini menyediakan sarana, fasilitas dan artefak Jamu untuk pengoleksian, pelestarian, riset, komunikasi dan diseminasi benda nyata dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Museum Jamu Hortus Medicus dikelola sebagai pusat permuseuman Jamu Kemenkes, juga untuk menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi

17 65 dan pemikiran imajinatif pada masa depan. Berikut adalah gambar Aktivitas pada Museum Hortus Medicus (Gambar 25. Museum Jamu Hortus Medicus. Sumber, Dokumen Pribadi, 2016) Museum Jamu Hortus Medicus terdiri dari beberapa ruangan yaitu: a) Ruang Utama Alur Saintifikasi Jamu, atlas tumbuhan obat yang ada di Indonesia, peralatan membuat jamu tradisional, dan gambar pembuatan jamu b) Ruang Bahan baku Koleksi simplisia dan material bahan baku obat tradisonal

18 66 c) Ruang Seni dan Alat Koleksi alat pengobatan tradisional dan tradisi adat istiadat dari nusantara d) Ruang Produk Jamu Koleksi ASEAN herbal medicine (produk obat tradisional dari negara anggota ASEAN) dan Jamu dari Indonesia e) Ruang Naskah Naskah kuno yang berhubungan dengan Jamu f) Ruang Prestasi B2P2TOOT, buku buku terbitan serta foto i. Aktivitas pada Rumah Riset Jamu Hortus Medicus Rumah riset jamu Hortus Medicus Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional terdiri dari tiga bagian antara lain : a) Klinik Saintifikasi Jamu Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus adalah klinik Tipe A, Klinik Saintifikasi Jamu dirintis tahun 2007, dan sejak tanggal 30 April 2012 menempati gedung baru sebagai rintisan Rumah Riset Jamu Hortus Medicus sebagai tempat uji klinik dilengkapi dengan rawat inap. Selama tahun 2015 setiap bulannya melayani kunjungan pasien yang jumlahnya rata-rata pasien.

19 67 b) Laboratorium Klinik Setiap harinya melayani pasien. Kegiatan pemeriksaan Laboratorium klinik sudah menerima sertifikat sebagai jaminan sistem manajemen mutu sehingga data yang dihasilkan terjamin kebenarannya. c) Griya Jamu Griya jamu merupakan bagian akhir pelayanan klinik, yaitu bagian penyedia jamu baik berupa kapsul maupun rebusan. Jamu yang digunakan berupa racikan simplisia, serbuk dan juga ekstrak tanaman obat yang telah diteliti keamanan, mutu dan khasiat melalui riset praklinik dan riset klinik. Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu. Selain pasien, griya jamu juga melayani permintaan dari dokter jejaring Saintifikasi Jamu. Berikut adalah gambar aktivitas pada rumah riset jamu hortus medicus (Gambar 26. Rumah Riset Jamu Hortus Medicus. Sumber, Dokumen Pribadi, 2016)

20 68 C. Kendala yang di hadapi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) sebagai Destinasi Wisata Edukasi Pariwisata Kabupaten Karanganyar sudah mencapai kemajuan pesat dengan pertumbuhan yang cukup membanggakan. Namun, tidak berarti sektor pariwisata tidak menghadapi masalah dalam mengembangkan pariwisata tersebut. Dalam kemajuan yang diraih banyak kendala kendala yang dihadapi baik dari segi internal maupun eksternal. Oleh karena itu untuk hasil yang maksimal harus dipertahankan untuk pengembangan wisata yang akan datang Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat tradisional sebagai Destinasi Wisata Edukasi menemui masalah dalam pengembangan. Adapun masalah-masalah yang sering dihadapi dalam pengembangan destinasi wisata edukasi adalah: 1. Pembatasan waktu kunjungan wisata edukasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat tradisional (B2P2TOOT) yang hanya disediakan pada hari selasa, rabu, kamis 2. Pembatasan jumlah kunjungan wisata edukasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat tradisional yang hanya menerima jumlah kunjungan 100 orang per hari. 3. Kurangnya pemandu yang khusus di bidang pariwisata yang membantu jalannya wisata edukasi

21 69 a. Cara Mengatasi Masalah yang dihadapai B2P2TOOT sebagai destinasi Wisata Edukasi Pengembangan destinasi wisata edukasi mengalami suatu kendala atau masalah. Sehingga perlu dicari solusi yang tepat dalam penyelesaiannya. Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk penanganan masalah yang berkaitan dengan pengembanagan wisata edukasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional adalah : 1. Penangganan waktu kunjungan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sementara ini hanya melayani pada hari selasa, rabu, kamis. Tujuan pembatasan kunjungan ini dengan maksud supaya tugas pokok di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional tidak terbengkalai. Karena tujuan utama mendirikan balai ini untuk penelitian dan pengembangan tanaman obat tradisional 2. Penangganan jumlah pungunjung Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional dengan tujuan untuk mengenalkan balai secara menyeluruh sehingga perlu pembatasan jumlah kunjungan karena satu kali kunjungan memerlukan dua sampai tiga jam. Apabila tidak dilakukan pembatasan tugas pokok di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional akan terbengkalai serta merugikan banyak pihak terkaitt.

22 70 3. Penangganan pemandu wisata edukasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sementara hanya di tangani oleh peneliti yang di bantu oleh pembantu peneliti. Dengan tujuan supaya dalam memandu mengetahui secara detail bagaimana proses tanaman tersebut di teliti dan di budidayakan.

BAB II GAMBARAN UMUM BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGA TANAMANOBAT DAN OBAT TRADISIONA (B2P2TOOT)

BAB II GAMBARAN UMUM BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGA TANAMANOBAT DAN OBAT TRADISIONA (B2P2TOOT) BAB II GAMBARAN UMUM BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGA TANAMANOBAT DAN OBAT TRADISIONA (B2P2TOOT) 1. Sejarah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Balai

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan penelitian, maka Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional merupakan instansi yang mengutamakan penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

DIPLOMA III USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

DIPLOMA III USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 POTENSI BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (B2P2TOOT) SEBAGAI DESTINASI WISATA EDUKASI DI BIDANG HERBAL DI KABUPATEN KARANGANYAR LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN LAPANGAN

BAB III KAJIAN LAPANGAN BAB III KAJIAN LAPANGAN A. TINJAUAN UMUM Site plan yang dipilih untuk penempatan Pusat Konservasi Biodiversitas Flora Fauna tersebut adalah daerah dataran tinggi yakni daerah Gondosuli Tawangmangu. Gondosuli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah maupun pemerintah pusat dapat memanfaatkannya sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah maupun pemerintah pusat dapat memanfaatkannya sebagai sumber BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan berbagai jenis dan menjadi suatu ciri khas tiap-tiap daerahnya. Suatu daya tarik yang mampu membuat wisatawan lokal maupun mancanegara penasaran untuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN P4TO - PED KOTA PEKALONGAN. Disampaikan Dalam Acara Rakontek Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Makasar, 24 April 2014

PELAKSANAAN P4TO - PED KOTA PEKALONGAN. Disampaikan Dalam Acara Rakontek Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Makasar, 24 April 2014 PELAKSANAAN P4TO - PED KOTA PEKALONGAN Disampaikan Dalam Acara Rakontek Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Makasar, 24 April 2014 SISTEMATIKA GAMBARAN UMUM KOTA PEKALONGAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia kaya akan tanaman. di dunia setelah Brasil (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia kaya akan tanaman. di dunia setelah Brasil (Notoatmodjo, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat tradisional di Indonesia sangat besar peranannya dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia, sehingga obat tradisional sangat berpotensi untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan melakukan review dan menyimpulkan semua hal terkait dengan hasil jawaban dari 50 responden yang diteliti terkait penilaian responden terhadap atribut pengelolaan

Lebih terperinci

SKPD : DINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA,

SKPD : DINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA, SKPD : 1.07.01 - DINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA, Kode 1 URUSAN WAJIB 647.645.000,00 4.967.731.000,00 2.759.133.000,00 8.374.509.000,00 645.592.000,00 4.863.867.439,00 2.708.386.250,00 8.217.845.689,00 (156.663.311,00)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN jenis pengobatan tradisional dari desa. Pengobatan

BAB I PENDAHULUAN jenis pengobatan tradisional dari desa. Pengobatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, minat masyarakat untuk memanfaatkan kekayaan alam semakin meluas. Berbagai ramuan obat dari alam sejak dahulu sudah digunakan oleh nenek moyang kita. Indonesia

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL

KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL LAPORAN TAHUNAN 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL Jalan Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PUSAT PENGOLAHAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT DAN PUSAT EKSTRAK DAERAH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BAHAN BAKU OBAT

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PUSAT PENGOLAHAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT DAN PUSAT EKSTRAK DAERAH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BAHAN BAKU OBAT KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PUSAT PENGOLAHAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT DAN PUSAT EKSTRAK DAERAH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BAHAN BAKU OBAT Disampaikan pada: Rapat Konsultasi Teknis Direktorat Bina

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN 2014

LAPORAN TAHUNAN 2014 LAPORAN TAHUNAN 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL Jalan Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar,

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan.

instansi yang belum maksimal. Hal tersebut menyebabkan jamu masih saja belum menjadi produk unggulan. BAB VI KESIMPULAN Permenkes RI No. 760/Menkes/Per/IX/1992 tentang Fitofarmaka sebagai dasar upgrading jamu menjadi obat herbal terstandar dan fitofarmaka nyatanya belum mampu mengoptimalkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

KIE di Rumah Riset Jamu. Dikompilasi dari materi Pelatihan Apoteker Saintifkasi Jamu di B2P2TOOT

KIE di Rumah Riset Jamu. Dikompilasi dari materi Pelatihan Apoteker Saintifkasi Jamu di B2P2TOOT KIE di Rumah Riset Jamu Dikompilasi dari materi Pelatihan Apoteker Saintifkasi Jamu di B2P2TOOT 1 PMK No. 003/Per/I/Menkes/2010 Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan Tujuan 1.

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia kepariwisataan merupakan salah satu industri yang dapat memberikan kontribusi sebagai pemasukan devisa bagi negara. Pariwisata diandalkan oleh banyak negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daya tarik wisata berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 merupakan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL :

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL : STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH PENDIDIKAN TK DAN SD PENDIDIKAN SMP DAN SM TENAGA PENDIDIKAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PENGAJARAN TK DAN SD PENGAJARAN SMP DAN SM TENAGA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam bab hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi pemasaran terpadu Dinas Kebudayaan

Lebih terperinci

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga C. Program PERKREDITAN PERMODALAN FISKAL DAN PERDAGANGAN KEBIJAKAN KETERSEDIAAN TEKNOLOGI PERBAIKAN JALAN DESA KEGIATAN PENDUKUNG PERBAIKAN TATA AIR INFRA STRUKTUR (13.917 ha) Intensifikasi (9900 ha) Non

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 Dishubkombudpar 55 BAB II PERENCANAANKINERJA A. RENCANA STRATEGIS SKPD Penetapan Visi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi industri yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari munculnya atraksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai 11 TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan menjadi: (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor andalan perolehan devisa negara di Indonesia. Tercatat pada tahun 2014 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 10,69 atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu sarana untuk berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu tujuan wisata karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan suatu industri yang diandalkan oleh banyak negara di dunia. Mereka menggunakan pariwisata sebagai penyokong perekonomian dan sumber devisa negara.

Lebih terperinci

DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Kode 00 NON URUSAN 00 00 PROGRAM SETIAP SKPD 00 00 0 PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN 00 00 0 00 Penyediaan Jasa Surat Menyurat Tersedianya pengadaan meterai dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil evaluasi pengelolaan Menara Pakaya menunjukkan bahwa pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai dengan indikator pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mengaktifkan sektor lain di negara penerima wisatawan. Sebagai industri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mengaktifkan sektor lain di negara penerima wisatawan. Sebagai industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata di dunia telah mengalami berbagai perubahan baik dari segi bentuk dan sifat kegiatan pariwisata serta menjadikannya sebagai salah satu industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Potensi tersebut menciptakan peluang pengembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 06-0 DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN Tujuan Sasaran Uraian Indikator Sasaran 06 07 08 09 00 0 Kebijakan Program ) Meningkatkan Meningkatnya kunjungan Jumlah kunjungan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dilakukan oleh pihak pengelola Agrowisata Gondang Winangoen. Mengelola

BAB IV PENUTUP. dilakukan oleh pihak pengelola Agrowisata Gondang Winangoen. Mengelola BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Unsur-unsur destinasi wisata yang ada dalam suatu tempat tujuan wisata merupakan salah satu tolak ukur pengelolaan sebuah destinasi wisata. Semakin lengkap unsur destinasi wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Herbal Plant /Tanaman : Reserch /Penelitian:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Herbal Plant /Tanaman : Reserch /Penelitian: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengertian Judul: HERBAL PLANT RESERCH CENTER di KARANGPANDAN Sebagai Tempat Wisata Herbal dan Edukasi Herbal adalah sebagai berikut. Herbal : Herbal adalah tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN 2013

LAPORAN TAHUNAN 2013 LAPORAN TAHUNAN 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL Jl. Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari

LAMPIRAN. 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari LAMPIRAN 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari 2. Lampiran II Brosur Rincian Biaya dan Kegiatan Desa Wisata Pentingsari 3. Lampiran III Kuesioner BAGIAN 1: CHECKLIST OBYEK SITUASI DESA

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 4. Sarana : Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai pembelajaran

BAB I Pendahuluan. 4. Sarana : Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai pembelajaran BAB I Pendahuluan 1.1 Dekripsi Untuk mengetahui gambaran judul tentang Pengembangan Museum Jamu Jago Sebagai Sarana Wisata Kreatif maka penjabaran setiap judul dapat diartikan sebagai berikut: 1. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

Pelaksanaan Jarlitbangkes di daerah Bogor, 24 Agt Irni Novitha Bidang Sosial dan Kependudukan Balitbangda Provinsi Sumsel

Pelaksanaan Jarlitbangkes di daerah Bogor, 24 Agt Irni Novitha Bidang Sosial dan Kependudukan Balitbangda Provinsi Sumsel Pelaksanaan Jarlitbangkes di daerah Bogor, 24 Agt 2017 Irni Novitha Bidang Sosial dan Kependudukan Balitbangda Provinsi Sumsel DASAR Peraturan Gubernur Sumsel Nomor: 9 Tahun 2011 tertanggal 9 Mei 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 Urusan Pemerintah Satuan Kerja Perangkat Daerah F u n g s i Sub Fungsi LAPORAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 : Provinsi Lampung : Provinsi Lampung : Dinas Kebudayaan Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat tanggal 15 Juni 2016 RANCANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi yang semakin pesat membuat pariwisata tidak hanya dapat diketahui melalui surat kabar, brosur ataupun majalah, namun dapat diketahui melalui

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan masyarakat global untuk back to nature memberi dampak meningkatnya kebutuhan produk- produk yang berbahan dasar alami. Salah satunya adalah jamu. Jamu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai batasan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Perusahaan Taman Wisata Mekarsari pada awal berdirinya bernama Taman Buah Mekarsari, dimana areal lahannya merupakan lahan perkebunan karet milik PTP IX yang sudah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KLINIK SAINTIFIKASI JAMU PMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

RENCANA STRATEGIS KLINIK SAINTIFIKASI JAMU PMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN RENCANA STRATEGIS KLINIK SAINTIFIKASI JAMU PMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2015 2019 DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Dasar hokum 2 C. Visi Misi 3 D. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

Regulasi Penggunaan Jamu untuk Terapi Kedokteran Modern

Regulasi Penggunaan Jamu untuk Terapi Kedokteran Modern Regulasi Penggunaan Jamu untuk Terapi Kedokteran Modern Trihono Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI Jamu Banyak tanaman obat di Indonesia Banyak ramuan jamu di Nusantara, baik yang dibuat sendiri maupun

Lebih terperinci

RINGKASAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH PEMERINTAH ACEH TAHUN ANGGARAN 2016

RINGKASAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH PEMERINTAH ACEH TAHUN ANGGARAN 2016 Halaman : RINGKASAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH PEMERINTAH ACEH TAHUN ANGGARAN 06 DPASKPA Urusan Pemerintahan Organisasi :.7. KEBUDAYAAN :.7.0. DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD B A B PROGRAM.1. Program SKPD Berdasarkan tugas dan fungsi yang melekat pada Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD) bidang Kebudayaan dan Pariwisata, maka telah disusun program prioritas unggulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah industri yang memiliki jaringan yang luas. Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai

Lebih terperinci

TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH

TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata merupakan salah satu cara untuk melepaskan diri dari rutinitas. Padatnya penduduk yang ada di perkotaan serta tingkat polusi baik udara maupun suara, membuat

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH 19 NOPEMBER 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPALA BUPATI NGAWI, HARSONO SEKRETARIAT UPTD SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG TATA PERKOTAAN DAN PERDESAAN

KEPALA BUPATI NGAWI, HARSONO SEKRETARIAT UPTD SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG TATA PERKOTAAN DAN PERDESAAN DINAS PEKERJAAN BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN KEBERSIHAN KEPEGAWAIAN PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN TATA PERKOTAAN DAN PERDESAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KEBERSIHAN PERTAMANAN

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA AKSI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016

FORMULIR RENCANA AKSI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 FORMULIR RENCANA AKSI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 216 Sasaran Kegiatan Program Uraian Indikator Kinerja Target Uraian Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu bagian dari sebuah bentuk pertumbuhan ekonomi, keberhasilan pengembangan industri pariwisata memerlukan rancangan yang detail dan komprehensif baik

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H

P E R A T U R A N D A E R A H P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN ( DPA SKPD ) DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN ANGGARAN 203 NAMA FORMULIR DPA SKPD DPA SKPD DPA SKPD 2. Ringkasan Dokumen Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM)

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) 45 BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) A. Sekilas tentang Museum Gunung Api Merapi Indonesia merupakan negara yang terletak di jalur pertemuan lempengan bumi sehingga menjadi negara yang rawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk dan sifat kegiatan yang ditawarkan. Perkembangan ini menuntut agar industri

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Pariwisata berasal dari bahasa Sangsakerta, terdiri dari dua suku kata, yatu pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya, baik

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1 Profil Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan rekreasi sekaligus dalam satu tempat. Sebelum diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk berwisata akan terus meningkat sesuai peradabanan era modern. Hal ini disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang padat sehingga orang akan mencari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KEPALA

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL DAN INFORMAL KETENAGAAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS PENDIDIKAN SD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan buatan, dan dipertunjukkan kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir slogan back to nature semakin populer di kalangan masyarakat. Hal ini kemudian memunculkan trend baru yaitu dijadikannya sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki paling banyak warisan budaya dibandingkan dengan negara-negara tetangga atau setidaknya di kawasan Asia Tenggara. Jawa Barat sendiri memiliki

Lebih terperinci

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata internasional yang sangat terkenal di dunia. Sektor kepariwisataan telah menjadi motor penggerak perekonomian dan pembangunan

Lebih terperinci