B u l l e t i n S t a t i s t i k

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B u l l e t i n S t a t i s t i k"

Transkripsi

1 BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JULI Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta Indonesia Telp.: ; Fax.: ; contact-us@ppatk.go.id website: PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

2

3 bps ANTI BULLETIN PENCUCIAN STATISTIK UANG ANTI DAN PENCUCIAN PENDANAAN UANG & TERORISME PENDANAAN TERORISME (JULI ) B u l l e t i n S t a t i s t i k 1 Volume 89/Thn VIII/ Juli R i n g k a s a n E k s e k u t i f D A F T AR I S I : Halaman Ringkasan Eksekutif 1 Ringkasan Statistik 2 Laporan Transaksi 3 A. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) 3 B. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) 12 C. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) 14 D. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa 17 E. Laporan Transfer Dana dari/ke Luar Negeri 19 F. Laporan Penundaan Transaksi (LPT) 22 Analisis dan Pemeriksaan 26 A. Hasil Analisis (HA) 26 B. Karakteristik Terlapor HA 31 C. HA Terkait Pendanaan Terorisme 34 D. Hasil Pemeriksaan (HP) 37 E. Tindak Lanjut terhadap HA/HP 39 F. Permintaan Informasi Kepada PJK/PBJ Terkait Hasil Analisis 41 G. Pengaduan Masyarakat 43 Lain-lain 45 A. Putusan Pengadilan Terkait TPPU 45 B. Keterangan Ahli 48 C. Audit 50 D. Pertukaran Informasi Antar FIU 52 E. Nota Kesepahaman (MoU) 54 Bulletin Statistik disusun sebagai salah satu upaya PPATK untuk menyampaikan hasil pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam rangka mencegah dan memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (selanjutnya disebut UU TPPU) yang mulai berlaku pada tanggal 22 Oktober Dalam bulletin ini, statistik yang dihimpun mencakup: 1. Perkembangan aktivitas pelaporan oleh Pihak Pelapor (Penyedia Jasa Keuangan/PJK, Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain/PBJ), serta Ditjen Bea Cukai; 2. Penyampaian hasil analisis dan hasil pemeriksaan kepada Apgakum dan/atau penyidik, serta 3. Informasi lainnya yang terkait dengan pelaksanaan tugas PPATK. Mengawali paruh kedua tahun, jumlah penyampaian laporan ke PPATK semakin terus bertambah. Penerimaan pelaporan terbanyak selama Juli terutama terkait LTKL (Swift Bank), LTKT, LTKM, dan LTPBJ, yakni masing-masing bertambah sebanyak 563,5 ribu LTKL, 271,8 ribu LTKT, 4,0 ribu LTKM, dan 2,3 ribu LTPBJ. Dengan adanya penambahan laporan-laporan tersebut, jumlah keseluruhan laporan yang telah diterima PPATK sejak Januari 2003 telah mencapai laporan atau meningkat sebanyak 13,0 persen dibandingkan jumlah kumulatif laporan per akhir Desember Bila diamati perkembangan bulanannya (month-to-month, disingkat m-tom), penerimaan keseluruhan laporan di Juli bila dibandingkan penerimaan pada bulan sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 22,9 persen. Kenaikan tertinggi terjadi pada penerimaan LTKT dan LTKL, yakni masing-masing naik sebesar 35,2 persen dan 18,1 persen. Terkait fungsi analisis, selama Juli, PPATK telah menyampaikan Hasil Analisis (selanjutnya disebut HA) kepada penyidik sebanyak 39 HA, dengan 25 HA diantaranya merupakan HA reaktif (permintaan dari penyidik), dan selebihnya sebanyak 14 HA merupakan HA Proaktif (inisiatif dari PPATK). Berdasarkan jumlah HA selama periode tersebut, dugaan tindak pidana Korupsi menjadi tindak pidana yang paling dominan, yaitu sebanyak 24 HA (61,5 persen). Sesuai amanat UU TPPU, selain melakukan fungsi analisis, PPATK juga memiliki fungsi pemeriksaan. Selama Juli, terdapat penambahan 2 Hasil Pemeriksaan (selanjutnya disebut HP) yang disampaikan kepada Penegak Hukum. Dengan demikian, jumlah HP yang telah disampaikan kepada penyidik maupun Kementerian/Lembaga terkait sejak berlakunya UU TPPU, tercatat sebanyak 92 HP, dengan rincian 36 HP diantaranya disampaikan ke Penyidik KPK, 30 HP ke Penyidik Kejaksaan, 27 HP ke Penyidik Kepolisian, 15 HP ke Penyidik DJP, 5 HP ke Penyidik DJBC, 5 HP ke Penyidik BNN, dan 4 HP ke Panglima TNI. Sementara itu, terkait dengan putusan pengadilan, berdasarkan data terkini, hingga Juli terdapat 106 putusan pengadilan terkait TPPU sejak berlakunya UU TPPU. Bila diakumulasikan sejak Januari 2005, jumlah putusan pengadilan terkait TPPU tercatat sudah sebanyak 144 kasus dengan hukuman maksimal penjara seumur hidup dan denda maksimal Rp32 Miliar. Semoga buku ini dapat bermanfaat. Jakarta, September KIAGUS AHMAD BADARUDDIN Kepala PPATK

4 2 R I N G K A S A N S T A T I S T I K L A P O R A N T R A N S A K S I Periode Januari 2003 s.d. Juli : Jumlah Laporan yang diterima PPATK s.d. Juli sebanyak Laporan. A. LTKM = Laporan, bertambah 10,6 persen dibanding posisi Desember B. LTKT = Laporan, bertambah 7,0 persen dibanding posisi Desember C. LTPBJ = Laporan, bertambah 11,4 persen dibanding posisi Desember D. LPUT = Laporan yang diperoleh melalui 21 lokasi pelaporan. E. LTKL = Laporan (LTKL SWIFT Bank saja terhitung sejak Januari 2014). Tahun (s.d. Juli ): Jumlah Laporan yang diterima sebanyak Laporan atau naik 3,6 persen dibandingkan jumlah kumulatif periode yang sama tahun 2016 (c-to-c). A. LTKM = Laporan, naik 17,8 persen (c-to-c). B. LTKT = Laporan, naik 2,1 persen (c-to-c). C. LTPBJ = Laporan, turun 22,2 persen (c-to-c). D. LPUT = Laporan, turun 4,4 persen (c-to-c). E. LTKL = Laporan, naik 4,4 persen (c-to-c). Juli : Jumlah Laporan yang diterima sebanyak Laporan, atau naik 22,9 persen dibandingkan Juni (m-to-m), atau naik 29,0 persen dibandingkan Juli 2016 (y-on-y). A. LTKM = Laporan, turun 9,5 persen (m-to-m), namun naik 53,7 persen (y-on-y). B. LTKT = Laporan, naik 35,2 persen (m-to-m), atau naik 29,0 persen (y-on-y). C. LTPBJ = Laporan, turun 2,5 persen (m-to-m), namun naik 12,5 persen (y-on-y). D. LPUT = 3 Laporan. E. LTKL = Laporan, naik 18,1 persen (m-to-m), atau naik 29,0 persen (y-on-y). H A S I L A N A L I S I S D A N H A S I L P E M E R I K S A A N Periode Januari 2003 s.d. Juli : Hasil Analisis (tidak termasuk Hasil Pemeriksaan) yang disampaikan ke Penyidik Januari 2003 s.d. Juli sebanyak HA yang terkait dengan LTKM. A. HA - Proaktif = HA yang terkait dengan LTKM. - Inquiry = HA yang terkait dengan LTKM. B. Informasi Hasil Analisis (IHA) = IHA. C. HA terkait Pendanaan Terorisme = 118 HA yang terkait dengan 330 LTKM. D. HP yang disampaikan ke Penyidik/Kementerian/Lembaga Terkait = 92 Laporan. Tahun (s.d. Juli ): HA yang disampaikan ke Penyidik selama Juli sebanyak 206 HA yang terkait dengan LTKM. A. HA - Proaktif = 67 HA yang terkait dengan 478 LTKM. - Inquiry = 139 HA yang terkait dengan LTKM. B. Informasi Hasil Analisis (IHA) = 216 IHA. C. HA terkait Pendanaan Terorisme = 9 HA yang terkait dengan 59 LTKM. D. HP yang disampaikan ke Penyidik/Kementerian/Lembaga Terkait = 6 Laporan.

5 3 LAPORAN TRANSAKSI UU TPPU Pasal 23 Ayat (1) : Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi: a. Transaksi Keuangan Mencurigakan; b. Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa kali Transaksi dalam 1 (satu) hari kerja; dan/atau c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri. Pasal 1 Angka 5 : Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah: a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan; b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. A. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) LTKM merupakan laporan yang disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan (selanjutnya disebut PJK) berdasarkan UU TPPU Pasal 23 Ayat (1) huruf a, sesuai kriteria pada Pasal 1 Angka 5. Selama Juli, jumlah LTKM yang disampaikan PJK kepada PPATK sebanyak LTKM, dengan rata-rata penerimaan sebanyak 200 laporan/hari (1 bulan = 20 hari). Pelaporan LTKM selama bulan ini turun 9,2 persen (m-to-m) dibandingkan jumlah pada bulan lalu, namun naik 53,7 persen dibandingkan dengan jumlah LTKM selama Juli 2016 (y-on-y). Secara keseluruhan LTKM yang diterima oleh PPATK sejak Januari 2003 s.d. Juli mencapai sebanyak LTKM atau bertambah 10,6 persen dibandingkan jumlah kumulatif LTKM pada akhir Desember Peningkatan pelaporan LTKM, terutama terjadi sejak diberlakukannya UU TPPU tanggal 22 Oktober Jumlah LTKM yang telah diterima PPATK sejak Januari 2011 s.d. Juli tercatat sebanyak LTKM, atau secara rata-rata tahunan meningkat 413,5 persen dibandingkan periode sebelum diberlakukannya UU TPPU. Dilihat dari sisi jumlah Pihak Pelapor, selama tahun (s.d. Juli ) tercatat sebanyak 322 PJK telah menyampaikan LTKM kepada PPATK. Sebagian besar LTKM atau sebanyak 56,3 persen LTKM disampaikan oleh PJK Bank, sedangkan 43,7 persen selebihnya disampaikan oleh PJK Non Bank. Mayoritas TKM selama periode ini terjadi di DKI Jakarta (48,7 persen), Jawa Barat (18,4 persen), dan Jawa Timur (6,3 persen). Berdasarkan profilnya, sebagian besar atau sebanyak 89,6 persen terlapor LTKM yang disampaikan pada selama Juli adalah perorangan, sedangkan 10,4 persen selebihnya merupakan korporasi. Mayoritas terlapor perorangan adalah Laki-laki (63,2 persen), dengan pekerjaan utama sebagai Pegawai Swasta (32,7 persen), serta sebagian besar berada pada usia produktif antara tahun (67,0 persen). Berdasarkan LTKM selama tahun (s.d. Juli ), diketahui bahwa hanya sebanyak 26,2 persen LTKM saja yang mampu diidentifikasikan oleh Pihak Pelapor terindikasi tindak pidana, dan selebihnya sebanyak 73,8 persen LTKM tidak terisi/mengindikasikan tindak pidana. Indikasi Tindak Pidana Asal yang dominan adalah Penipuan (44,7 persen), Korupsi (22,3 persen), dan Perjudian (7,0 persen).

6 4 Tabel 1 Perbandingan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Juli Jenis PJK Pelapor Kumulatif Jan-2016 s.d. Juni- s.d. Des-2016 Kumulatif s.d. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Bank 36,309 97,542 1,267 14,218 25,507 2,668 2,110 17, , , Ø Bank Umum 36,022 96,352 1,215 13,764 24,815 2,652 2,082 17, , , Bank Milik Negara 11,096 40, ,358 10, ,161 56,361 67,457 4 Bank Swasta 12,540 46, ,799 11,770 1,519 1,260 9,851 67,924 80, Bank Pembangunan Daerah 8,614 5, , ,676 17, Bank Asing 2,615 2, ,172 5, Bank Campuran 1,157 1, ,643 3, Ø Bank Perkreditan Rakyat 287 1, ,219 2, Non Bank 27,615 92,042 1,333 12,867 23,161 1,734 1,885 13, , , Ø Pasar Modal 1,088 2, ,150 5, Ø Asuransi 2,939 17, ,830 3, ,640 23,601 26, Ø Dana Pensiun Ø Lembaga Pembiayaan/Leasing 1,435 36, ,819 6, ,510 44,796 46, Ø Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun Tahun 2016 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Tahun Jumlah Jan 2003 s.d. 22,122 29, ,752 6, ,513 43,352 65, Ø Money Remittance/KUPU 30 4, ,902 4, ,121 11,588 11, Ø Perusahaan Perdagangan Berjangka ,555 1, Komoditi Ø Koperasi Ø Penyelenggara E-Money Ø Lainnya Jumlah PJK Pelapor (s.d. Juli- ) Total LTKM 63, ,584 2,600 27,085 48,668 4,402 3,995 31, , , *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember **) Data Tahun 2012 s.d.juli menggunakan Database SIAPUPPT per 31 Juli. Grafik 1 Perbandingan Rata-rata LTKM per Tahun Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Tahun 2010 Berdasarkan Jenis PJK Pelapor Total Pos dan Giro Perusahaan Perdagangan Berjangka Komoditi Money Remittance/KUPU Pedagang Valuta Asing Lembaga Pembiayaan/Leasing Dana Pensiun Asuransi Pasar Modal Bank Perkreditan Rakyat Bank Campuran Bank Asing Bank Pembangunan Daerah Bank Swasta Bank Milik Negara 7, ,760 2,765 6, , , ,077 1,318 1,568 10,318 1,387 8,561 Sebelum berlakunya UU TPPU Jumlah Sesudah berlakunya UU TPPU 41,035-5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000

7 Grafik 2 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK per-bulan Juli 2016 s.d. Juli 6,000 5, , ,000 2,000 1, ,600 5,261 3,651 3,511 4,744 4,416 4,785 4,901 5,267 3,836 4,708 4,402 3,995 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 LTKM per Bulan % Perkembangan Bulanan (month-to-month) *) Peningkatan month-to-month (disingkat m-to-m) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan sebelumnya. Grafik 3 Jumlah dan Persentase Kumulatif LTKM Menurut Jenis PJK Pelapor Juli Grafik 4 Jumlah dan Persentase Kumulatif PJK Pelapor yang Menyampaikan LTKM Juli Non Bank 13,948 44% Bank 17,946 56% Non Bank % Bank %

8 6 Grafik 5 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKM Januari 2013 s.d. Juli 400, , , % 10.6% 250, % 200, , , % 157, , , , ,070 50, ,920 39,688 56,733 48,668 31, Jumlah Kumulatif Jumlah Per-tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2013 s.d. Juli Grafik 6 Perkembangan Jumlah LTKM per-tahun dan Rata-rata Penerimaan per-bulan Januari 2013 s.d. Juli 60,000 56,733 50,000 40,000 41,920 39,688 48,668 31,894 30,000 20,000 10,000 3,493 3,307 4,728 4,056 4, Jumlah Per-tahun Rata-rata per-bulan Catatan : - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2013 s.d. Juli

9 7 Grafik 7 Perkembangan Jumlah LTKM per-tahun Berdasarkan Jenis PJK Januari 2013 s.d. Juli 60,000 56,733 50,000 48,668 40,000 41,920 39,688 31,894 30,000 20,000 21,257 20,663 23,790 15,898 30,166 26,567 25,507 23,161 17,946 10,000 13, Bank + Non Bank Bank Non Bank Catatan : - Jumlah LTKM per tahun dihitung berdasarkan penerimaan LTKM oleh PPATK pada tahun berjalan. - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2013 s.d.juli Grafik 8 Perkembangan Rata-rata Penerimaan LTKM per-bulan Januari 2013 s.d. Juli 4, , , , , , , , , ,000.0 Catatan : - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2013 s.d. Juli

10 8 Tabel 2 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Domisili Kantor Penyedia Jasa Keuangan Pelapor Kejadian Transaksi s.d. Juli Propinsi Kantor PJK Pelapor Kejadian Transaksi Jumlah LTKM Jan-2016 s.d. Des Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara 71 1,126 1, , Sumatera Barat Sumatera Selatan , Bengkulu Jambi Riau Kepulauan Riau Lampung , Kep Bangka Belitung Banten 56 1,390 2, , DKI Jakarta 1,422 13,120 24,558 2,040 1,823 15, Jawa Barat 348 2,878 5, , Jawa Tengah 95 1,040 1, Jawa Timur 160 2,465 3, , DI Yogyakarta Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku n.a Maluku Utara Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat n.a Gorontalo Papua Papua Barat n.a Total LTKM 2,600 27,085 48,668 4,402 3,995 31, Catatan: - Angka tidak mencerminkan kejadian tindak pidana pada wilayah pelaporan - Angka 0.0 mencerminkan tidak adanya PJK yang melaporkan adanya transaksi keuangan mencurigakan pada wilayah tersebut atau dalam pelaporan tidak disebutkan wilayah kejadian sehingga dihitung sebagai laporan dari kantor pusat (DKI Jakarta). - Peningkatan month-to-month (disingkat m-to-m) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan sebelumnya. - Peningkatan year-on-year (disingkat y-on-y) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan yang sama tahun sebelumnya. - Peningkatan cummulative-to-cummulative (disingkat c-to-c) merupakan perbandingan jumlah kumulatif tahunan hingga bulan tertentu terhadap jumlah kumulatif pada periode yang sama tahun sebelumnya.

11 9 Gambar 1. Pemetaan Propinsi Menurut Kategori Persentase Kumulatif LTKM Januari s.d. Juli Catatan : Jumlah LTKM dihitung berdasarkan Lokasi Pelaporan. Jumlah LTKM tidak Mencerminkan Terjadinya Tindak Pidana.

12 10 Jenis Kategori Terlapor Tabel 3 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Kategori Terlapor s.d. Juli Jumlah LTKM Jan-2016 s.d. Des Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Perorangan 2,342 24,874 44,648 3,812 3,596 28, Ø Laki-Laki 1,461 16,138 28,656 2,388 2,161 18, Ø Perempuan 881 8,736 15,992 1,424 1,435 10, Perusahaan/Korporasi 258 2,211 4, , Total LTKM 2,600 27,085 48,668 4,402 3,995 31, Jenis Pekerjaan Utama Terlapor Perseorangan Tabel 4 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Pekerjaan Terlapor Perseorangan s.d. Juli Jumlah LTKM Jan-2016 s.d. Des Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Ø Pegawai Swasta 560 6,607 11,435 1,358 1,221 9, Ø Pengusaha/Wiraswasta 654 7,764 13, , Ø PNS (termasuk pensiunan) 237 2,353 4, , Ø Ibu Rumah Tangga 154 1,507 2, , Ø Pelajar/Mahasiswa 115 1,006 1, , Ø Pedagang 101 1,140 1, , Ø TNI/Polri (termasuk pensiunan) , Ø Pejabat Lembaga Legislatif dan Pemerintah Ø Pegawai BI/BUMN/BUMD (termasuk pensiunan) Ø Profesional dan Konsultan , Ø Pengajar dan Dosen Ø Pengurus dan pegawai yayasan/lembaga berbadan hukum lainnya Ø Buruh, Pembantu Rumah Tangga dan Tenaga Keamanan Ø Petani dan Nelayan Ø Pegawai Bank Ø Ulama/Pendeta/Pimpinan organisasi dan kelompok keagamaan Ø Pengurus Parpol n.a Ø Pengurus/Pegawai LSM/organisasi tidak berbadan hukum lainnya n.a. n.a Ø Pegawai Money Changer n.a. n.a Ø Pengrajin n.a. n.a. n.a. Ø Tidak Teridentifikasi dll 216 1,576 3, , Total Terlapor Perseorangan 2,342 24,874 44,648 3,812 3,596 28,

13 11 Kategori Umur Terlapor Perseorangan Tabel 5 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Kelompok Umur Terlapor Perseorangan s.d. Juli Jumlah LTKM Jan-2016 s.d. Des Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Ø Usia Dibawah 30 tahun 510 5,768 10,422 1,027 1,027 7, Ø Usia tahun 616 7,250 12,892 1, , Ø Usia tahun 548 6,395 11, , Ø Usia tahun 425 3,883 6, , Ø Usia Diatas 60 tahun 199 1,321 2, , Ø Tidak Teridentifikasi Total Terlapor Perseorangan 2,342 24,874 44,648 3,812 3,596 28, Dugaan Tindak Pidana Asal Tabel 6 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal s.d. Juli Jumlah LTKM Jan-2016 s.d. Des Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Terkait Tindak Pidana 691 7,551 13, , Ø Penipuan 293 3,900 6, , Ø Korupsi 191 1,720 2, , Ø Perjudian Ø Terorisme Ø Di Bidang Perpajakan Ø Narkotika Ø Penyuapan Ø Di Bidang Perbankan Ø Di Bidang Kelautan n.a. 14,400.0 Ø Penggelapan Ø Di Bidang Lingkungan Hidup n.a. n.a. 7,800.0 Ø Di Bidang Kehutanan n.a Ø Perdagangan Manusia Ø Di Bidang Pasar Modal n.a Ø Pencurian n.a. n.a Ø Penyelundupan Barang n.a. n.a Ø Penyelundupan Tenaga Kerja n.a. n.a. Ø Perdagangan Senjata Gelap n.a. n.a. Ø Prostitusi n.a. n.a Ø Pemalsuan Uang n.a. n.a Ø Psikotropika n.a. n.a Ø Di Bidang Asuransi n.a. n.a. n.a. Ø Penculikan n.a. n.a. n.a. Ø Penyelundupan Imigran n.a. n.a Ø Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 tahun atau lebih Tidak Teridentifikasi Tindak Pidana/dll 1,909 19,534 35,504 3,419 3,158 23, Total LTKM 2,600 27,085 48,668 4,402 3,995 31,

14 B. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) UU TPPU Pasal 1 Angka 6 : Transaksi Keuangan Tunai adalah Transaksi Keuangan yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam. LTKT adalah laporan atas transaksi yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam yang dilaporkan oleh PJK. Kewajiban ini sesuai dengan UU TPPU, Pasal 23. Jumlah LTKT yang disampaikan PJK kepada PPATK selama Juli sebanyak LTKT, dengan rata-rata penerimaan sebanyak laporan/hari (1 bulan = 20 hari). Dibandingkan jumlah LTKT pada bulan sebelumnya, jumlah tersebut naik 35,2 persen (m-to-m), atau tercatat lebih tinggi 29,0 persen jika dibandingkan jumlah pada Juli 2016 (y-on-y). Dengan demikian, jumlah penerimaan LTKT selama tahun (s.d. Juli) telah sebanyak 1,6 juta laporan dari 348 PJK. Bila diakumulasikan sejak Januari 2003 s.d. Juli, PPATK mencatat telah menerima sebanyak 22,7 juta LTKT. Dilihat berdasarkan jenis industri PJK pelapor, mayoritas LTKT disampaikan oleh PJK Bank (99,2 persen), utamanya PJK Bank Umum (99,1 persen). Sejak diberlakukannya UU TPPU, jumlah LTKT telah mengalami penambahan sebesar 98,1 persen atau sebanyak 14,1 juta laporan dibandingkan dengan sebelum berlakunya UU TPPU. 300, , , ,000 Grafik 9 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK per-bulan s.d. Juli ,000 50, , , , , , , , , , , , , ,819 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 LTKT per Bulan % Perkembangan Bulanan (month-to-month)

15 13 Tabel 7 Perbandingan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Juli Jenis Pihak Pelapor Kumulatif s.d. Juli Jan-2016 s.d. Des Juni- Kumulatif s.d. Juli- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Bank 8,620,893 9,676, ,610 1,556,551 2,741, , ,275 1,583,896 14,001,373 22,622, Ø Bank Umum 8,619,074 9,664, ,396 1,554,792 2,737, , ,966 1,582,046 13,984,530 22,603, Ø Bank Perkreditan Rakyat 1,819 11, ,759 3, ,850 16,843 18, Non Bank 10,530 40,088 1,030 7,397 16,144 1,396 1,544 12,570 68,802 79, Ø Pasar Modal Ø Asuransi ,053 1,218 2 Ø Dana Pensiun Ø Lembaga Pembiayaan/Leasing Ø Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing 9,972 34, ,715 14,862 1,322 1,491 11,594 61,208 71, Ø Money Remittance/KUPU 346 3, ,350 5,696 9 Ø Pos dan Giro Ø Koperasi Ø Pegadaian Ø Perusahaan Perdagangan Berjangka Komoditi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun Tahun 2016 Tahun Jumlah PJK Pelapor Tahun (s.d. Juli- ) Total LTKT 8,631,423 9,716, ,640 1,563,948 2,757, , ,819 1,596,466 14,070,175 22,701, *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Jumlah Jumlah Jan 2003 s.d. Grafik 10 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKT Januari 2013 s.d. Juli 24,000, % 21,000, % 18,000,000 15,000, % 13.8% 12,000,000 9,000,000 6,000,000 14,270,061 16,121,147 18,347,896 21,105,132 22,701,598 3,000, ,022,920 1,851,086 2,226,749 2,757,236 1,596, Kumulatif LTKT LTKT Per-Tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari Perkembangan LTKT yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2013 s.d.juli.

16 14 C. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) UU TPPU Pasal 34 Ayat (1) : Setiap orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang asing, dan/atau instrumen pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro paling sedikit Rp ,00 (seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia wajib memberitahukannya kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pasal 35 Ayat (1) : Setiap orang yang tidak memberitahukan pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari seluruh jumlah uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain yang dibawa dengan jumlah paling banyak Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah). LPUT merupakan laporan atas pembawaan uang tunai ke dalam atau ke luar daerah kepabeanan Indonesia. Penyampaian LPUT dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai RI kepada PPATK, dan mulai efektif per Januari Selama Juli, terdapat penambahan 4 LPUT yang disampaikan Direktorat Jendral Bea dan Cukai RI kepada PPATK. Dengan adanya penambahan LPUT selama Juli tersebut, maka jumlah total LPUT yang diterima PPATK sejak Januari 2006 s.d. Juli tercatat sebanyak laporan dengan penerimaan laporan terbanyak berasal dari Soekarno Hatta (56,9 persen) dan Batam (40,5 persen). Selain menerima LPUT, PPATK juga telah menerima pelaporan pelanggaran pembawaan uang tunai dari Dirjen Bea dan Cukai RI. Hingga Juli, tercatat terjadi 295 pelanggaran pembawaan uang tunai yang terjadi di 18 lokasi pelaporan. Berdasarkan lokasinya, sebagaian besar pelanggaran pembawaaan uang tunai terjadi di Ngurah Rai Denpasar, yakni sebanyak 46,4 persen atau sebanyak 137 pelanggaran. Lokasi Pelaporan Tabel 8 Perbandingan Jumlah LPUT Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Lokasi Pelaporan s.d. Juli Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun Tahun 2016 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Kumulatif Jan-2016 s.d. s.d. Des-2016 Juni- Tahun Kumulatif s.d. Jumlah Jan 2006 s.d. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Ø Batam 2,683 1, ,595 3, ,309 8,517 11,200 Ø Soekarno Hatta 2,866 6, ,954 3, ,858 12,844 15,710 Ø Bandung Ø Tanjung Balai Karimun Ø Tj. Pinang Ø Ngurah Rai Denpasar Ø Dumai Ø Teluk Bayur Ø Teluk Nibung Ø Medan Ø Balikpapan Ø Pontianak Ø Pekanbaru Ø Semarang (Tj. Emas) Ø Lombok Ø Palembang Ø Yogyakarta Ø Mataram Ø Entikong Ø Kuala Namu Ø Juanda Total LPUT 5,711 8, ,695 7, ,402 21,915 27,626 *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember Jumlah

17 15 Grafik 11 Perbandingan Jumlah LPUT Berdasarkan Lokasi Pelaporan Januari 2006 s.d. Juli Palembang 1 Mataram 1 Juanda 1 Teluk Nibung 1 Halim Perdana Kusumah 1 Tj. Balai Karimun 1 Teluk Bayur 2 Tj. Pinang 2 Bandung 3 Dumai 3 Tarakan 4 Medan 6 Pontianak 8 Pekan Baru 8 Kuala Namu 10 Batam 49 Soekarno Hatta 57 Ngurah Rai Denpasar ,000 25,000 Grafik 12 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LPUT Januari 2013 s.d. Juli 30.2% 20, % 15, % 0.1% 27,626 10,000 21,224 5,000 12,432 13,902 13, ,461 1, ,304 6, Kumulatif LPUT LPUT Per-Tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari Perkembangan LPUT yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2013 s.d. Juli.

18 16 Tabel 9 Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan Januari 2005 s.d. Juli Lokasi Pelaporan Jumlah Jan-2006 s.d. (1) (2) (3) Ngurah Rai Denpasar % Soekarno Hatta % Batam % Kuala Namu % Pekan Baru 8 2.7% Pontianak 8 2.7% Medan 6 2.0% Tarakan 4 1.4% Dumai 3 1.0% Bandung 3 1.0% Tj. Pinang 2 0.7% Teluk Bayur 2 0.7% Tj. Balai Karimun 1 0.3% Halim Perdana Kusumah 1 0.3% Teluk Nibung 1 0.3% Juanda 1 0.3% Mataram 1 0.3% Palembang 1 0.3% % Total Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai % Grafik 13 Perbandingan Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan Januari 2005 s.d. Juli Palembang Mataram Juanda Teluk Nibung Halim Perdana Kusumah Tj. Balai Karimun Teluk Bayur Tj. Pinang Bandung Dumai Tarakan Medan Pontianak Pekan Baru Kuala Namu Batam Soekarno Hatta Ngurah Rai Denpasar

19 17 UU TPPU Pasal 17 Ayat (1) : Pihak Pelapor meliputi: a. penyedia jasa keuangan: 1. bank; 2. perusahaan pembiayaan; 3. perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi; 4. dana pensiun lembaga keuangan; 5. perusahaan efek; 6. manajer investasi; 7. kustodian; 8. wali amanat; 9. perposan sebagai penyedia jasa giro; 10. pedagang valuta asing; 11. penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu; 12. penyelenggara e-money dan/atau e- wallet; 13. koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam; 14. pegadaian; 15. perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditi; atau 16. penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang. b. penyedia barang dan/atau jasa lain: 1. perusahaan properti/agen properti; 2. pedagang kendaraan bermotor; 3. pedagang permata dan perhiasan/logam mulia; 4. pedagang barang seni dan antik; atau 5. balai lelang. D. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) Laporan dari PBJ telah diatur dalam UU TPPU, Pasal 17 ayat (1). Laporan dari PBJ mulai efektif diterima PPATK sejak Mei Jumlah Laporan Transaksi dari PBJ (LTPBJ) yang disampaikan kepada PPATK selama Juli tercatat bertambah sebanyak Laporan, atau turun sebesar 2,5 persen (m-to-m) dibandingkan jumlah pada bulan sebelumnya, namun lebih tinggi 12,5 persen dibandingkan jumlah pada Juli Dengan adanya penambahan tersebut, bila diakumulasikan sejak Mei 2012, maka jumlah LTPBJ yang diterima PPATK hingga Juli telah mencapai laporan yang berasal dari 357 PBJ. Dari sejumlah LTPBJ yang dilaporkan selama Mei 2012 s.d. Juli, sebagian besar laporan transaksi yang dilaporkan berasal dari PBJ di bidang Properti, yaitu sebanyak laporan atau 61,4 persen, diikuti oleh Pedagang Kendaraan Bermotor sebanyak laporan atau 36,1 persen, Pedagang Perhiasan/Logam Mulia sebanyak laporan atau 2,1 persen, Balai Lelang sebanyak 691 laporan atau 0,4 persen, dan Pedagang Barang Seni/Antik sebanyak 4 laporan atau 0,0 persen. Jenis Perusahaan Penyedia Barang dan Jasa Lainnya (PBJ) Tabel 10 Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) Mei 2012 s.d. Juli Tahun Tahun 2016 Jan-2016 s.d. Des Juni- Tahun Jumlah LTPBJ Mei 2012 s.d. Juli- Jumlah PBJ Pelapor Mei 2012 s.d. Juli- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Ø Perusahaan Properti 63,199 1,151 17,010 27,430 1, , , Ø Pedagang Kendaraan Bermotor 38, ,708 13,751 1,261 1,269 7,418 59, Ø Pedagang Perhiasan/logam mulia 2, ,452 4 Ø Balai Lelang Ø Barang Seni / Antik Ø Tidak terklasifikasi Total LTPBJ 104,856 2,079 24,268 41,924 2,398 2,338 18, , Catatan : Laporan dari PBJ diterima sejak Mei 2012, setelah diundangkannya UU TPPU (Oktober 2010).

20 18 Grafik 14 Perbandingan Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari PBJ dan Jumlah PBJ Pelapor Mei 2012 s.d. Juli Barang Seni / Antik Balai Lelang Perhiasan / logam mulia Pedagang Kendaraan Bermotor , ,744 Perusahaan Properti , ,000 40,000 60,000 80, , ,000 Jumlah Laporan Transaksi Jumlah PBJ Grafik 15 Jumlah dan Persentase Laporan Transaksi dari PBJ Tahun (s.d. Juli ) Pedagang Kendaraan Bermotor 7,418 39% Balai Lelang 226 1% Perhiasan / logam mulia 129 5% Barang Seni / Antik 0 0% Perusahaan Properti 11,090 59%

21 19 UU TPPU Pasal 23 Angka 1 : Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi: c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri.. Peraturan Kepala PPATK No: PER- 12/1.02/PPATK/06/13 tentang Tata Cara Penyampaian LTKL bagi Penyedia Jasa Keuangan Pasal 1 Angka 4: Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan perintah dari Pengirim Asal yang bertujuan memindahkan sejumlah Dana dari dan ke luar wilayah Indonesia kepada Penerima yang disebutkan dalam Perintah Transfer Dana sampai dengan diterimanya Dana oleh Penerima. E. Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana dari/ke Luar Negeri (LTKL) Pelaksanaan kewajiban pelaporan LTKL mulai berlaku pada tanggal 14 Januari 2014 untuk Bank Umum dan 1 Desember 2015 untuk PJK selain Bank Umum. Kewajiban ini sesuai dengan UU TPPU, Pasal 23 Angka 1 huruf c. Hingga akhir Juli sebanyak 182 PJK telah menyampaikan LTKL kepada PPATK, yang terdiri dari 93 PJK Bank Umum dan 89 PJK selain Bank Umum. Dominasi pelaporan LTKL berasal dari Bank Umum, yakni sebesar 52,8 persen dari keseluruhan LTKL. Dilihat berdasarkan jenis laporan, mayoritas LTKL disampaikan oleh Bank Umum melalui LTKL SWIFT (29 persen), diikuti NON SWIFT oleh selain Bank Umum (38 persen), dan KUPU (33 persen). Jumlah LTKL SWIFT yang disampaikan PJK Bank kepada PPATK selama Januari 2014 s.d. Juli sebanyak 21,5 juta LTKL, dengan rata-rata penerimaan per bulan sebanyak 500,1 ribu laporan atau sebanyak 25,0 ribu laporan/hari (1 bulan = 20 hari). Dilihat berdasarkan jumlah laporan, sebagian besar LTKL SWIFT merupakan LTKL Incoming, yakni sebanyak 12,9 juta Laporan atau 59,9 persen sedangkan LTKL Outgoing sebanyak 8,6 juta Laporan atau 40,1 persen. Secara total, bila dilihat berdasarkan nilai dana yang ditransaksikan pada LTKL SWIFT, total nilai transfer dana yang masuk dari luar negeri (Incoming) cenderung lebih besar daripada total nilai transfer dana ke luar negeri (Outgoing). Namun demikian, nilai rata-rata transfer dana Outgoing per transaksi masih lebih besar daripada Incoming, yakni masing-masing sebesar Rp1.587 juta untuk setiap LTKL Outgoing dan Rp1.185 juta untuk setiap LTKL Incoming. Grafik 16 Jumlah Pihak Pelapor LTKL Menurut Jenis Pihak Pelapor Grafik 17 Jumlah LTKL Menurut Jenis Pihak Pelapor NON BANK UMUM 89 49% BANK UMUM 93 51% NON BANK UMUM 47.2% BANK UMUM 52.8%

22 20 Grafik 18 Persentase Komposisi LTKL Menurut Jenis Laporan Periode Januari 2014 s.d. Juli KUPU 33% SWIFT 29% NON SWIFT 38% Grafik 19 Jumlah LTKL SWIFT Menurut Jenis Laporan Periode Januari 2014 s.d. Juli Incoming 12,882,781 60% Outgoing 8,622,453 40% Grafik 20 Total Nilai LTKL SWIFT Menurut Jenis Laporan Periode Januari 2014 s.d. Juli Incoming 15,263,905,3 40,707,700 53% Outgoing 13,682,028,5 94,696,600 47%

23 21 Ribu Laporan 400 Grafik 21 Perkembangan Jumlah LTKL SWIFT Bank Periode Juli 2016 s.d. Juli Outgoing Incoming Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Triliun Rp 1,450 1,250 1,050 Grafik 22 Perkembangan Total Nilai (Rp) LTKL SWIFT Bank Periode Juli 2016 s.d. Juli 1,440 Outgoing Incoming Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Juta Rp/Laporan 5, , ,000.0 Grafik 23 Perkembangan Rata-rata Nilai (Rp) LTKL SWIFT Bank Periode Juli 2016 s.d. Juli 4,507 Outgoing Incoming 2, , ,836 1,031 1,503 1,582 1,543 1,596 1,446 1,605 1,485 1,545 1,533 1,446 1,426 1,460 1,458 1,215 1,183 1, , Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17

24 22 UU TPPU Pasal 26 Ayat (1) : (1) Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan Transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan Transaksi dilakukan. (2) Penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal Pengguna Jasa: a. melakukan Transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); b. memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); atau c. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu. (3) Pelaksanaan penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam berita acara penundaan Transaksi. (4) Penyedia jasa keuangan memberikan salinan berita acara penundaan Transaksi kepada Pengguna Jasa. (5) Penyedia jasa keuangan wajib melaporkan penundaan Transaksi kepada PPATK dengan melampirkan berita acara penundaan Transaksi dalam waktu paling lama 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak waktu penundaan Transaksi dilakukan. (6) Setelah menerima laporan penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) PPATK wajib memastikan pelaksanaan penundaan Transaksi dilakukan sesuai dengan Undang- Undang ini. (7) Dalam hal penundaan Transaksi telah dilakukan sampai dengan hari kerja kelima, penyedia jasa keuangan harus memutuskan akan melaksanakan Transaksi atau menolak Transaksi tersebut. F. Laporan Penundaan Transaksi (LPT) Sesuai UU TPPU Pasal 26, Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan Transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan Transaksi dilakukan. Berikut ini perkembangan pelaporan LPT sampai dengan Juli. Jumlah LPT yang dilaporkan oleh PJK kepada PPATK selama Juli tercatat sebanyak 50 Laporan, atau lebih tinggi sebesar 733,3 persen dibandingkan jumlah pada Juni yang sebanyak 6 laporan. Dengan adanya penambahan tersebut, jumlah keseluruhan LPT yang diterima PPATK sejak tahun 2013 hingga Juli tercatat sebanyak laporan. Mayoritas penundaan transaksi selama tahun (s.d. Juli ) dilakukan oleh PJK Bank (97,8 persen), terutama BPD (74,2 persen) dan Bank Negara (12,9 persen). Sebagian besar transaksi yang ditunda berupa transfer (62,4 persen). Dilihat dari profil terlapor, mayoritas terlapor adalah perorangan (99,4 persen) dengan profesi utama sebagai Pengusaha/Wiraswasta (34,3 persen), Pegawai Swasta (18,5 persen), Pelajar/Mahasiswa (11,8 persen), dan Ibu Rumahtangga (10,1 persen). Bila dilihat dari besaran nominalnya, sebagian besar transaksi yang ditunda selama tahun (s.d. Juli ) bernilai dibawah Rp100 juta (93,3 persen). Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan pemenuhan aspeknya, sebagian besar LPT selama periode tersebut atau sebanyak 96,6 persen telah memenuhi aspek formil, namun disisi lain belum memenuhi aspek materil. Bila dilihat menurut domisili PJK Penunda Transaksi, mayoritas dari transaksi yang ditunda selama tahun (s.d. Juli ) terjadi di Propinsi Sumatera Selatan (70,8 persen) dan DKI Jakarta (21,9 persen). Alasan Penundaan Transaksi: Sebagian besar transaksi yang ditunda oleh PJK atau sebanyak 52,2 persen, belum teridentifikasi dengan jelas alasan yang menjadi pertimbangan penundaan transaksi sesuai ketentuan UU TPPU. Dari sejumlah transaksi yang telah teridentifikasi alasan penundaannya, sebagian besar LPT didasari atas pertimbangan bahwa Pengguna Jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana.

25 23 Grafik 24 Perkembangan Bulanan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Juli 2016 s.d. Juli Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Jenis Pihak Pelapor Tabel 11 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Juli Jan-2016 s.d. Des Jumlah LPT Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Bank Ø Bank Negara n.a Ø Bank Swasta n.a Ø BPD , Ø Bank Asing n.a. n.a. Ø Bank Campuran n.a. n.a. n.a. Non Bank n.a Ø Asuransi n.a Ø Pasar Modal n.a. n.a. n.a. Total LPT Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materil Laporan Penundaan Transaksi Tabel 12 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materil s.d. Juli Jan-2016 s.d. Des Jumlah LPT Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Aspek Formil dan Aspek Materil terpenuhi n.a. n.a Aspek Formil terpenuhi, namun Aspek Materil tidak terpenuhi Aspek Formil tidak terpenuhi, namun Aspek Materil terpenuhi n.a. n.a. n.a. Aspek Formil dan Aspek Materil tidak terpenuhi n.a. n.a. 0.0 Total LPT Keterangan: (1) Aspek formil terpenuhi bila Berita Acara/Pernyataan telah dilakukan penundaan transaksi dibuat tidak lebih dari 24 jam setelah transaksi ditunda. (2) Aspek materil terpenuhi bila transaksi yang ditunda bernilai Rp100 juta atau lebih.

26 24 Jenis Transaksi Yang Ditunda Tabel 13 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Transaksi Yang Ditunda s.d. Juli Jan-2016 s.d. Des Jumlah LPT Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Transfer Tarik/Setor Tunai n.a SMS/Mobile Banking n.a Internet Banking n.a. n.a. n.a. Polis Asuransi n.a Incoming Valas n.a Remittance n.a. n.a Penukaran Valas n.a. n.a. n.a. Redemption penyertaan n.a. n.a. n.a. Saham n.a. n.a. n.a. Pembayaran n.a. n.a. n.a. Kirim Valas n.a. n.a. n.a. Lainnya Tidak Terisi n.a Total LPT Jenis Terlapor dan Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan Tabel 14 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Terlapor dan Jenis Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan s.d. Juli Jan-2016 s.d. Des Jumlah LPT Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Perorangan Ø Pengusaha/Wiraswasta Ø Pegawai Swasta n.a Ø Pelajar/Mahasiswa n.a Ø Ibu Rumahtangga Ø Buruh Ø Pedagang Ø PNS n.a Ø PEPS n.a. n.a. 0.0 Ø TNI/POLRI (Termasuk Pensiunan) n.a. n.a Ø Profesional n.a. n.a. n.a. Ø TKW n.a. n.a. n.a. Ø Pengajar/Dosen n.a. n.a Ø Belum/Tidak Bekerja n.a Ø Tidak Teridentifikasi n.a Korporasi n.a. n.a Total LPT Kategori Nominal Transaksi Tabel 15 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Kategori Nominal Transaksi Yang Ditunda s.d. Juli Jumlah LPT Jan-2016 s.d. Des Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Ø Dibawah Rp100 juta Ø Rp100 juta s.d. Rp1 miliar n.a Ø Diatas Rp1 miliar n.a. n.a Total LPT

27 25 Propinsi Kantor PJK Penunda Transaksi Tabel 16 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Kantor PJK Pelapor Penundaan Transaksi s.d. Juli Jan-2016 s.d. Des Jumlah LPT Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) SUMSEL , DKI JAKARTA JAWA BARAT n.a. n.a KALTIM n.a NTB n.a. n.a. n.a. SULSEL n.a. n.a. n.a. PAPUA n.a. n.a. n.a. JAWA TIMUR n.a. n.a SUMBAR n.a. n.a. 0.0 BANTEN n.a KALSEL n.a. n.a. n.a. KALBAR n.a. n.a. n.a. RIAU n.a KALTENG n.a. n.a SULTRA n.a. n.a DIY n.a. n.a JAMBI n.a. n.a SUMUT n.a. n.a SULBAR n.a. n.a. n.a. BENGKULU n.a. n.a. n.a. SULTENG n.a BALI n.a. n.a. n.a. SULUT n.a. n.a. n.a. NAD n.a. n.a JAWA TENGAH n.a. n.a GORONTALO n.a. n.a. n.a. NTT n.a. n.a. n.a. KEP BABEL n.a. n.a. n.a. MALUKU n.a. n.a. n.a. KEPRI n.a. n.a. n.a. LAMPUNG n.a. n.a Total LPT Alasan Penundaan Transaksi Tabel 17 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Alasan Penundaan Transaksi s.d. Juli Jan-2016 s.d. Des Jumlah LPT Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Pertimbangan (1) dan (2) n.a. n.a Pertimbangan (1) dan (3) n.a. n.a Pertimbangan (2) dan (3) n.a. n.a Pertimbangan (1) saja Pertimbangan (2) saja Pertimbangan (3) saja n.a. n.a Tidak Teridentifikasi , Total LPT Keterangan: (1) Pengguna Jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana; (2) Pengguna Jasa memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana; (3) Penguna Jasa diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu.

28 26 A. Hasil Analisis (HA) ANALISIS & PEMERIKSAAN UU TPPU Pasal 44 Ayat (1) : Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf d, PPATK dapat: a. meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor; b. meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait; c. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan pengembangan hasil analisis PPATK; d. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri; e. meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luar negeri; f. menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidana Pencucian Uang; g. meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan tindak pidana Pencucian Uang; h. merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; i. meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian Transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana; j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang; k. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan l. meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik. Selama Juli, PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak 39 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 404 laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 14 HA (35,9 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 160 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 25 HA (64,1 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 244 laporan. Dengan adanya penambahan tersebut, maka jumlah HA yang telah disampaikan PPATK kepada Penyidik selama tahun (s.d. Juli ) adalah sebanyak 206 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 67 HA (32,5 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 478 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 139 HA (67,5 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan. Setelah berlakunya UU TPPU s.d. Juli, PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 817 HA (33,0 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, dan o HA Inquiry sebanyak HA (67,0 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan. Dengan demikian, sejak Januari 2003 s.d. Juli, jumlah HA (tidak termasuk Hasil Pemeriksaan) yang disampaikan kepada Penyidik sudah mencapai HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak HA (50,9 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, dan o HA Inquiry sebanyak HA (49,1 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan. Berdasarkan jumlah HA selama tahun (s.d. Juli ), dugaan tindak pidana Korupsi masih menjadi tindak pidana yang paling dominan dalam HA, yaitu sebanyak 101 HA (49,0 persen). Jumlah HA dengan dugaan tindak pidana Korupsi tersebut lebih rendah sebesar 15,1 persen dibandingkan jumlah HA selama periode yang sama tahun 2016 yang berjumlah sebanyak 119 HA. Sementara itu, jumlah HA dengan dugaan tindak pidana di bidang perpajakan yang merupakan tindak pidana dominan berikutnya juga mengalami penurunan sebesar 23,5 persen jika dibandingkan jumlah HA selama periode yang sama tahun PPATK juga menyampaikan Informasi Hasil Analisis kepada pihak-pihak yang telah menjalin kerjasama pertukaran informasi dengan PPATK. Selama tahun (s.d. Juli ), jumlah IHA yang telah disampaikan sebanyak 216 IHA.

29 27 PROAKTIF Tabel 18 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik dan Jumlah LTKM yang menjadi Dasar Analisis (Terkait) Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 2003 s.d. Juli Jenis Hasil Analisis (HA) Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun Tahun 2016 Kumulatif s.d. Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Jan-2016 s.d. Des Juni- Tahun Kumulatif s.d. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Ø Hasil Analisis 1, ,989 Ø LTKM Terkait 2,851 1, ,520 5,371 Jumlah Jumlah Jan 2003 s.d. Juli- INQUIRY**) Ø Hasil Analisis 259 1, ,662 1,921 Ø LTKM Terkait 259 4, ,146 5,772 6,031 TOTAL Ø Hasil Analisis 1,431 1, ,479 3,910 Ø LTKM Terkait 3,110 6, ,624 8,292 11,402 Keterangan : - Cut off data per 31 Juli. - Proaktif adalah HA yang disampaikan atas insiatif PPATK. - Inquiry adalah HA yang disampaikan sebagai jawaban atas permintaan dari Apgakum. - Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember HA Inquiry Januari 2004 sampai dengan Desember 2008, hanya diperhitungkan sebagai catatan biasa dan tidak diperhitungkan sebagai HA. Grafik 25 Perkembangan Jumlah HA per-tahun yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis HA Januari 2013 s.d. Juli HA per-tahun Proaktif Inquiry

30 28 Penyidik Tabel 19 Jumlah Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis Penyidik Januari 2003 s.d. Juli Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun Tahun 2016 Kumulatif s.d. Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Jan-2016 s.d. Des Juni- Tahun Kumulatif s.d. Jumlah Jan 2003 s.d. Juli- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Ø KEPOLISIAN SAJA Ø KEJAKSAAN SAJA Ø KPK SAJA Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN KPK Ø KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN 1, ,379 Ø KEPOLISIAN DAN KPK Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN BNN Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN DITJEN PAJAK Ø KEJAKSAAN DAN KPK Ø DITJEN PAJAK Ø DITJEN BEA DAN CUKAI Ø BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) Jumlah JUMLAH HA 1,431 1, ,479 3,910 Catatan : Jumlah Inquiry belum memperhitungkan inquiry Januari 2004 s.d. Desember 2008, sebanyak 295 laporan. Dugaan Tindak Pidana Asal Tabel 20 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2003 s.d. Juli Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun Tahun 2016 Kumulatif s.d. Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Jan-2016 s.d. Des Juni- Tahun Kumulatif s.d. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Ø Korupsi; ,267 1,847 Ø Penyuapan; Ø Narkotika; Ø Di bidang perbankan; Ø Di bidang Pasar Modal Ø Di bidang perasuransian; Ø Kepabeanan; Ø Terorisme; Ø Pencurian; Ø Penggelapan; Ø Penipuan; Ø Pemalsuan uang; Ø Perjudian; Ø Prostitusi; Ø Di bidang perpajakan; Ø Di bidang kehutanan; Ø Di bidang kelautan dan perikanan; Ø Perdagangan orang; Ø Pidana lain yang diancam dengan penjara 4 tahun atau lebih Ø Tidak Teridentifikasi / dll Jumlah Jumlah Jan 2003 s.d. Juli- JUMLAH HA 1,431 1, ,479 3,910

31 29 Tabel 21 Jumlah HA yang Tidak Ditemukan Indikasi berkaitan dengan Tindak Pidana dan Tidak disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 2003 s.d. Juli (HA database) Tahun Hasil Analisis LTKM Terkait Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Januari Desember (s.d. Juli) - - Jumlah Jumlah Tahun 2003 s.d. Juli 845 1,506 *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010 Catatan : HA dimasukan dalam database karena tidak terindikasi terkait dugaan tindak pidana, dianggap sesuai dengan profil dan memiliki underlying yang wajar serta keterbatasan data. Grafik 26 Perkembangan Jumlah HA per-tahun yang Tidak Terindikasi Tindak Pidana (HA database) dan Jumlah HA yang disampaikan ke Penyidik Januari 2003 s.d. Juli HA Database HA ke Penyidik

32 30 Tabel 22 Jumlah Informasi Hasil Analisis (IHA) Terkait dengan Pemberian Informasi sesuai dengan MoU dengan Lembaga/Instansi #) Terkait Berdasarkan Lembaga/Instansi Penyampaian IHA Januari 2003 s.d. Juli Instansi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun Tahun 2016 Kumulatif s.d. Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Jan-2016 s.d. Des Juni- Tahun Kumulatif s.d. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Ø Komisi Pemberantasan Korupsi Ø Badan Pengawas Pemilu Ø Komisi Yudisial Ø Tim Tas TIPIKOR (Bubar Tgl 11/06/2007) Ø BAPEPAM-LK (Menjadi OJK Th ) Ø Bank Indonesia Ø Dirjen Pajak Ø Kementerian Luar Negeri Ø Kementerian Kehutanan Ø Badan Pemeriksa Keuangan Ø Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Ø Kementerian Keuangan Ø Lembaga Penjamin Simpanan Ø Ditjen Bea dan Cukai Ø Badan Narkotika Nasional Ø Kementerian Hukum dan Ø Kementerian Dalam Negeri Ø Ombudsman Ø Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Ø Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Ø KPPU Ø Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ø Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Ø Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Ø Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Ø Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Ø Kementerian Agama RI Ø Tentara Nasional Indonesia Ø BNPB Ø Kementerian Pertahanan Ø Bappenas Ø Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Ø Badan Kepegawaian Negara Ø Kementerian Kesehatan Ø Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Ø Badan Intelijen Negara Ø Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ø Kementerian Perhubungan Ø Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Ø Kementerian Badan Usaha Milik Negara RI Ø Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ø Badan Pengawasan Obat Makanan Ø SKK Migas Ø Lainnya JUMLAH IHA ,053 1,616 Jumlah Jumlah Jan 2003 s.d. Juli- *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember #) Pada periode sebelum berlakunya UU TPPU No.8 Tahun 2010, Instansi KPK, Ditjen Pajak, BNN, Ditjen Bea dan Cukai belum dinyatakan sebagai instansi yang berwenang untuk menerima HA dari PPATK.

33 31 B. Karakteristik Terlapor Berdasarkan HA UU TPPU Pasal 1 Angka 9 : Setiap Orang adalah orang perseorangan atau Korporasi. Berdasarkan register data HA Proaktif selama tahun (s.d. Juli ) yang berjumlah sebanyak 67 HA, mayoritas terlapor HA proaktif adalah perorangan (85,1 persen atau sebanyak 57 HA). Dilihat berdasarkan nominal transaksinya, mayoritas HA proaktif selama tahun (s.d. Juli ) bernominal di atas Rp5 Miliar, yakni sebesar 66,7 persen atau sebanyak 44 HA. Berdasarkan lokus kejadiannya, diketahui bahwa sebagian besar kasus dugaan TPPU dalam HA proaktif terjadi di Propinsi DKI Jakarta atau sebesar 62,7 persen. Tabel 23 Perkembangan HA Proaktif Berdasarkan Kategori Terlapor s.d. Juli Kategori Terlapor Jan-2016 s.d. Des-2016 Jumlah HA Juni- % Distribusi Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Perorangan n.a Ø Laki-Laki n.a Ø Perempuan n.a. n.a Non Perorangan/Korporasi n.a Total HA Proaktif Grafik 27 Persentase HA Proaktif Berdasarkan Kategori Nominal Transaksi HA Januari s.d. Juli Di atas Rp 5 Miliar 66.7 Dibawah Rp1 Miliar % Rp2 Miliar - Rp3 Miliar 6.1 Rp4 Miliar - Rp5 Miliar 1.5 Rp3 Miliar - Rp4 Miliar 1.5 1% Rp1 Miliar - Rp2 Miliar 3.0 3%

34 32 Tabel 24 Perkembangan HA Proaktif Menurut Locus (Tempat Kejadian) Indikasi Terjadinya Tindak Pidana s.d. Juli Propinsi Jan-2016 s.d. Des-2016 Jumlah HA Juni- % Distribusi Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Nanggroe Aceh Darussalam n.a. n.a. n.a. Sumatera Utara n.a Sumatera Barat n.a. n.a. n.a. Sumatera Selatan n.a. n.a. 0.0 Bengkulu n.a. n.a. n.a. Jambi n.a. n.a. n.a. Riau n.a. n.a. n.a. Kepulauan Riau n.a. n.a. n.a. Lampung n.a. n.a. n.a. Kep Bangka Belitung n.a. n.a. n.a. Banten n.a. n.a DKI Jakarta Jawa Barat n.a. n.a Jawa Tengah n.a Jawa Timur n.a. n.a DI Yogyakarta n.a Bali n.a. n.a. 0.0 Nusa Tenggara Barat n.a. n.a. n.a. Nusa Tenggara Timur n.a. n.a. n.a. Maluku n.a. n.a. 0.0 Maluku Utara n.a. n.a. n.a. Kalimantan Barat n.a. n.a Kalimantan Timur n.a. n.a Kalimantan Tengah n.a. n.a. n.a. Kalimantan Selatan n.a Sulawesi Utara n.a. n.a. n.a. Sulawesi Selatan n.a. n.a. n.a. Sulawesi Tengah n.a. n.a. n.a. Sulawesi Tenggara n.a. n.a. n.a. Sulawesi Barat n.a. n.a. n.a. Gorontalo n.a. n.a. n.a. Papua n.a. n.a. n.a. Papua Barat n.a. n.a. n.a. Total HA Proaktif Catatan : Provinsi kejadian terlapor merupakan locus (tempat kejadian) dugaan tindak pidana yang berindikasi dalam HA terdiri dari seluruh dugaan tindak pidana, dan juga dari seluruh profil pekerjaan.

35 33 Gambar 2. Pemetaan Propinsi Menurut Kategori Persentase Locus (Tempat Kejadian) Dugaan Tindak Pidana yang Terindikasikan dalam HA Proaktif Januari s.d. Juli Catatan : Terkait dengan seluruh tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 UU No.8 tahun 2010, tanpa membedakan profile terlapor.

36 34 C. HA Pendanaan Terorisme UU TPPU Pasal 2 Ayat (2) : Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n. Pasal 93: Dalam hal ada perkembangan konvensi internasional atau rekomendasi internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme, PPATK dan instansi terkait dapat melaksanakan ketentuan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Sepanjang tahun (s.d. Juli ), terdapat 9 HA yang terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme. Dengan demikian, sejak Januari 2003 s.d. Juli, jumlah seluruh HA yang telah disampaikan kepada penyidik terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme sebanyak 118 HA, yang terdiri dari: o HA Proaktif : sebanyak 54 HA o HA Inquiry : sebanyak 64 HA (sudah termasuk Inquiry pada periode Januari tahun 2007 s.d. Desember 2008 dimana pada periode tersebut belum dicatat sebagai HA) Jumlah LTKM yang disampaikan PJK kepada PPATK terkait dengan HA dengan dugaan tindak pidana terorisme sejak Januari 2003 s.d. Juli sebanyak 330 LTKM. Tabel 25 Jumlah HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 2003 s.d. Juli Tahun Proaktif Hasil Analisis Inquiry Jumlah HA Jumlah Kumulatif HA Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Januari Desember Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (Sejak Januari 2011) (s.d. Juli) Jumlah Jumlah Jan-2003 s.d *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember HA Inquiry Januari 2004 sampai dengan Desember 2008, hanya diperhitungkan sebagai catatan biasa dan tidak diperhitungkan sebagai HA.

37 Grafik 28 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif HA Terkait dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 2003 s.d. Juli Jumlah Kumulatif Jumlah Per-Tahun Catatan : Jumlah Kumulatif pada tahun 2010 dihitung sejak Januari Grafik 29 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKM Terkait dengan HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 2003 s.d. Juli Jumlah Kumulatif Jumlah per Tahun Catatan : Jumlah Kumulatif pada tahun 2010 dihitung sejak Januari 2003.

38 36 Grafik 30 Jumlah dan Persentase Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik, Terkait dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 2003 s.d. Juli Inquiry 64 54% Proaktif 54 46% Tabel 26 Jumlah LTKM Yang Disampaikan PJK Kepada PPATK Terkait Dengan HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 2003 s.d. Juli Tahun Jumlah LTKM Jumlah Kumulatif LTKM Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Januari Desember Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (Sejak Januari 2011) (s.d. Juli) Jumlah Jumlah Jan-2003 s.d. 330 *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010.

39 37 UU TPPU Pasal 1 Angka 8 : Hasil Pemeriksaan adalah penilaian akhir dari seluruh proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional yang disampaikan kepada penyidik. Pasal 90 Ayat (1) : Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, yang meliputi: a. instansi penegak hukum; b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan; c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang; dan e. financial intelligence unit negara lain. Pasal 47 Ayat (1) dan Ayat (2) : PPATK membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenangnya secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. D. Hasil Pemeriksaan (HP) Selama Juli, terdapat penambahan penyampaian 2 Hasil Pemeriksaan (HP) dari PPATK kepada Penegak Hukum, yaitu kepada Penyidik Kepolisian dan Badan Narkotika Nasional. Dengan adanya penambahan HP tersebut, maka jumlah keseluruhan HP yang telah disampaikan oleh PPATK ke Penyidik sejak berlakunya UU TPPU hingga akhir Juli tercatat tetap sebanyak 92 HP, dengan perincian: 36 HP diantaranya disampaikan ke Penyidik KPK, 30 HP ke Penyidik Kejaksaan, 27 HP ke Penyidik Kepolisian, 15 HP ke Ditjen Pajak, 5 HP ke Ditjen Bea Cukai, 5 HP ke Penyidik BNN, 3 HP masingmasing ke Gubernur BI dan Panglima TNI, serta 1 HP masingmasing ke Ketua Dewan OJK, Kemendagri, dan Kementerian Koperasi dan UKM. Berkaitan dengan perkara TPPU yang telah diperiksa oleh PPATK sejak berlakunya UU TPPU, pemeriksaan telah dilakukan setidaknya terhadap rekening Pihak Terkait yang tersebar pada 787 PJK. Periode Tabel 27 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang disampaikan oleh PPATK per Bulan Januari 2011 s.d. Juli Jumlah HP Jumlah HP ke Penyidik Jumlah IHP ke Penyidik Lainnya Jumlah IHP ke Instansi Lainnya Kepolisian Kejaksaan KPK BNN DJP DJBC Gubernur BI Panglima TNI Ketua Dewan OJK Kemendagri Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Maret Mei Agustus September Oktober November Desember Tahun Januari Februari Maret Mei Juni Juli Jumlah Kemenkop & UKM

40 38 Tabel 28 Jumlah HP Berdasarkan Tahun Penyampaian Januari 2011 s.d. Juli Tahun Jumlah HP Jumlah PJK Jumlah Rekening , , ,774 (s.d. Juli) Jumlah Kumulatif ,011 Grafik 31 Perkembangan Jumlah HP, Jumlah PJK, dan Jumlah Rekening yang Diperiksa Januari 2011 s.d. Juli 1,831 1,774 1, (s.d. Juli) Jumlah HP Jumlah PJK Jumlah Rekening

41 39 UU TPPU Pasal 44 Ayat (1) : Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf d, PPATK dapat : j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang. E. Tindak Lanjut Terhadap HA/HP/Informasi Terhadap HA dan/atau HP dan/atau Informasi Hasil Analisis (IHA) yang telah disampaikan kepada penyidik, PPATK telah melakukan pemantauan tindak lanjut (feedback). Tindak lanjut oleh penyidik tersebut diantaranya dapat berupa pengumpulan bahan dan keterangan/penelahaan, penyelidikan, penyidikan, dalam proses penuntutan, pemeriksaan di persidangan, ataupun sudah berkekuatan hukum tetap. HA/HP/IHA PPATK juga digunakan untuk mendukung proses pelacakan aset, mendorong peningkatan pendapatan negara melalui optimalisasi penerimaan pajak, serta mendukung validitas LHKPN. Tindak lanjut terhadap HA/HP/IHA yang disampaikan kepada penyidik dalam publikasi ini merupakan informasi tindak lanjut atas HA/IHA yang telah disampaikan oleh PPATK kepada Penyidik, selama periode Januari 2015 s.d. September 2016 serta tindak lanjut atas HP periode Januari 2015 s.d. Juli. Berdasarkan register feedback HA/HP, diketahui bahwa penerimaan feedback HA/HP/IHA dari Instansi Penyidik TPPU masih belum optimal. Tingkat rasio penyampaian feedback atas HA, HP, dan Informasi Proaktif secara rata-rata sebesar 26,2 persen, dengan rasio feedback tertinggi adalah terkait HP sebesar 95,6 persen, HA Proaktif sebesar 39,8 persen, diikuti oleh HA Inquiry sebesar 37,9 persen, dan IHA sebesar 11,9 persen. Dilihat berdasarkan bentuk tindak lanjut atas feedback selama Januari 2015-Juli, mayoritas status tindak lanjutnya masih dalam tahap penyidikan, yaitu sebesar 45,1 persen. Grafik 32 Komposisi Jumlah Feedback HA/HP/IHA *) yang Diterima PPATK menurut Jenis HA/HP/IHA Januari 2015 s.d. Juli IHA 89 19% HP 43 9% HA- Proaktif % HA- Inquiry % Catatan: Informasi feedback HA/IHA terbatas pada periode Januari 2015 s.d. September 2016.

42 40 Grafik 33 Perbandingan Jumlah HA/HP/IHA dengan Feedback yang Diterima Januari 2015 s.d. Juli 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, , % % 32.4% % % HA-Proaktif HA-Inquiry IHA HP Total Jumlah HA/HP/INF Jumlah Feedback Rasio Feedback 120.0% 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% Catatan: Informasi feedback HA/IHA terbatas pada periode Januari 2015 s.d. September Grafik 34 Persentase Bentuk Tindak Lanjut atas Feedback HA/HP?IHA yang diterima Januari 2015 Juli Persidangan Henti 3.4% Penyidikan 0.8% SP-3 3.0% Putusan Hakim 7.6% Pemeriksaan 13.8% Penyelidikan 26.3% Penyidikan 45.1% Catatan: Informasi feedback HA/IHA terbatas pada periode Januari 2015 s.d. September 2016.

43 41 F. Permintaan Informasi Kepada PJK/PBJ Terkait HA Terkait kegiatan analisis transaksi keuangan, selama Juli, PPATK telah menyampaikan sebanyak 348 permintaan informasi, dengan rincian 276 permintaan informasi kepada PJK Bank, dan 72 permintaan informasi kepada PJK Non Bank. Dengan demikian, jumlah permintaan informasi yang disampaikan kepada PJK/PBJ/instansi lainnya dalam rangka mendukung penyusunan HA sejak Januari 2010 s.d. Juli telah mencapai sebanyak permintaan. Sebagian besar permintaan informasi selama Januari 2010 s.d. Juli disampaikan kepada PJK Bank (84,4 persen atau permintaan), kepada PJK Non Bank (15,2 persen atau permintaan), serta kepada regulator/instansi lainnya (0,4 persen atau 88 permintaan). Tabel 29 Jumlah Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ Berdasarkan Jenis PJK/PBJ/Instansi Januari 2010 s.d. Juli Tahun Bank Non Bank Regulator/ Instansi Lainnya Jumlah , , , , , , , , , ,816 2, ,647 Jumlah 2010 s.d. Juli 17,464 3, ,696 % Distribusi

44 42 Grafik 35 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ Januari 2013 s.d. Juli 20, % 16, % 12, % 8,000 4, % 9,408 13,233 18, ,296 3,048 3,825 4,816 2, Jumlah Kumulatif Jumlah per Tahun Grafik 36 Perkembangan Jumlah Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ per tahun Berdasarkan Jenis PJK/PBJ Januari 2013 s.d. Juli 5,000 4,000 3,000 2,756 3,205 3,969 2,272 2,000 1, , Bank Non Bank Regulator/ Instansi Lainnya

45 43 G. Pengaduan Masyarakat (Dumas) Sejak Januari 2013 s.d. Juli, PPATK telah menerima 622 Dumas, dengan 79 Dumas diantaranya disampaikan selama tahun. Sebagian besar Dumas selama Januari 2013 s.d. Juli disampaikan oleh Pelapor Individu, yakni sebanyak 431 Dumas atau sebesar 69,3 persen. Sedangkan Dumas yang disampaikan oleh Lembaga sebanyak 191 Dumas saja atau sebesar 30,7 persen. Terhadap 622 laporan Dumas yang telah disampaikan oleh Pelapor kepada PPATK selama Januari 2013 s.d. Juli, tercatat keseluruhan Laporan atau sebesar 100,0 persen Dumas telah ditindaklanjuti. Tabel 30 Jumlah Pengaduan Masyarakat yang Disampaikan Kepada PPATK Januari 2013 s.d. Juli Periode Individu Lembaga Total (s.d. ) Jumlah Jan-2013 s.d. Jenis Pelapor Grafik 37 Distribusi Pengaduan Masyarakat yang DIsampaikan Kepada PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Januari 2013 s.d. Juli Lembaga % Individu %

46 44 Tabel 31 Rasio Tindak Lanjut Laporan Pengaduan Masyarakat oleh PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Dumas Januari 2013 s.d. Juli Pengaduan Masyarakat Jan-2013 s.d. Jenis Pelapor Individu Lembaga Total Jumlah Laporan Dumas Jumlah Dumas yang DitindaklanjutI Rasio Tindak Lanjut Dumas 100.0% 100.0% 100.0% Grafik 38 Perbandingan Jumlah Dumas yang diterima terhadap Jumlah Dumas yang telah ditindaklanjuti oleh PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Dumas Januari 2013 s.d. Juli Individu Lembaga Total Jumlah Laporan Dumas Jumlah Dumas yang DitindaklanjutI

47 45 LAIN-LAIN UU TPPU Pasal 69: Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Pasal 77: Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana. A. Putusan Pengadilan Terkait TPPU Berdasarkan data terkini, telah terdapat 144 perkara TPPU yang telah diputus oleh Pengadilan sejak Januari 2005 s.d. Juli. Selama periode tersebut, sebagian besar Putusan Pengadilan terkait TPPU diputus oleh Pengadilan (mencakup Pengadilan Negeri/Tipikor, Pengadilan Tinggi, dan atau Mahkamah Agung) di wilayah DKI Jakarta, yaitu sebanyak 67 putusan atau 46,5 persen. Putusan yang telah diputus oleh Pengadilan terkait TPPU adalah hukuman maksimal selama seumur hidup dan denda maksimal sebesar Rp32 Miliar. Sebagian besar putusan Pengadilan perkara TPPU terkait dengan tindak pidana asal Korupsi, yakni sebanyak 40 putusan atau 28,4 persen dari total keseluruhan putusan TPPU. Tabel 32 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait Tindak Pidana Pencucian Uang Menurut Propinsi Januari 2005 s.d. Juli Propinsi Kumulatif 2005 s.d. (s.d. Juli ) % Distribusi Banda Aceh Sumatera Utara Lampung Riau Kepri Sumatera Selatan DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Papua Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Barat Jumlah

48 46 Grafik 39 Perbandingan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2005 s.d. Juli Korupsi 41 Narkotika 37 Penipuan 18 Penggelapan 16 Perbankan 13 Pemalsuan Surat 6 Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan TPPU 5 Perjudian Psikotropika 2 2 Kehutanan Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Penyuapan Pencurian Tabel 33 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2005 s.d. Juli Tindak Pidana Asal Kumulatif 2005 s.d. (s.d. Juli ) % Distribusi Penggelapan Penipuan Narkotika Psikotropika Pencurian Korupsi Pemalsuan Surat Perbankan Perjudian Penyuapan Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan TPPU Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Kehutanan Jumlah

49 47 Tahun Tabel 34 Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Tahun Putusan dan Hukuman Januari 2005 s.d. Juli Jumlah Putusan Hukuman Penjara (dalam Tahun) Hukuman Denda (dalam Rupiah) Minimal Maksimal Minimal Maksimal Total Denda (dalam rupiah) Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010) * Januari Desember (bulan) 17 5,000,000 15,000,000,000 72,555,000, ,000, ,000,000 8,300,000, ,000,000 10,000,000,000 12,600,000, Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (Sejak Januari 2011) ,000,000, Seumur Hidup Jumlah (s.d. Juli ) *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010 Jumlah (bulan) Seumur Hidup Seumur Hidup 50,000,000 32,000,000,000 20,900,000,000 5,000,000 32,000,000,000 93,455,000,000 Grafik 40 Perkembangan Jumlah Putusan Pengadilan Terkait TPPU Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2008 s.d. Juli Kumulatif Putusan Jumlah Putusan

50 48 B. Keterangan Ahli Dalam mendukung proses penegakan hukum TPPU, PPATK turut berkontribusi dalam memberikan keterangan ahli. Berdasarkan data terkini s.d. Juli tercatat sebanyak 32 permintaan keterangan ahli telah dipenuhi oleh PPATK. Bila diakumulasikan sejak Januari 2008 s.d. Juli, telah terdapat 891 permintaan Keterangan Ahli dari beberapa instansi yang telah dipenuhi PPATK. Mayoritas permintaan Keterangan Ahli selama Januari 2008 s.d. Juli tersebut berasal dari Kepolisian, yakni sebanyak 516 permintaan atau 57,9 persen dari seluruh permintaan yang telah dipenuhi oleh PPATK. Bila dilihat berdasarkan periode berlakunya UU TPPU, PPATK telah memenuhi permintaan keterangan ahli sebanyak 832 permintaan sejak tahun Selama periode ini, sebagian besar permintaan keterangan ahli yang dapat dipenuhi oleh PPATK juga berasal dari Kepolisian, yakni sebanyak 483 permintaan atau sebanyak 58,1 persen dari keseluruhan permintaan yang telah dipenuhi oleh PPATK. Tabel 35 Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Dari PPATK Berdasarkan Instansi Pemohon Januari 2008 s.d. Juli Instansi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (Sejak Januari 2011) (s.d. Juli ) Jumlah Jumlah Tahun 2008 s.d. Juli- BADAN RESERSE DAN KRIMINAL (BARESKRIM) KEPOLISIAN DAERAH (POLDA) & RESOR (POLRES) KEJAKSAAN AGUNG RI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOMISI INFORMASI PUSAT (KIP) PENGADILAN MILITER DITJEN PAJAK Jumlah *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010

51 49 Grafik 41 Perbandingan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Kepada PPATK Berdasarkan Instansi Pemohon Januari 2008 s.d. Juli BARESKRIM POLDA & POLRES KEJAKSAAN KPK BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOMISI INFORMASI PUSAT (KIP) PENGADILAN MILITER DITJEN PAJAK Grafik 42 Perkembangan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Kepada PPATK dan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Januari 2008 s.d. Juli 1,000 Jumlah Kumulatif Keterangan Ahli Jumlah Keterangan Ahli per Tahun Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan

52 50 C. Audit UU TPPU Pasal 43: Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf c, PPATK berwenang: c. melakukan audit kepatuhan atau audit khusus; d. menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor; Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor, PPATK berwenang melakukan kegiatan Audit Kepatuhan dan Audit Khusus terhadap Pihak Pelapor, baik secara off-site maupun secara on-site kepada Pihak Pelapor Penyedia Jasa Keuangan maupun Penyedia Barang/Jasa Lainnya. Sepanjang tahun (s.d. Juli ), PPATK telah melakukan 52 audit secara on-site kepada Pihak Pelapor. Berdasarkan data akumulasi kegiatan audit tahun (s.d. Juli ), sebagian besar audit yang dilakukan adalah terhadap 33 Perusahaan Properti/Agen Properti (63,5 persen), 7 KUPU (13,5 persen), 7 Bank (13,5 persen), dan 5 Pedagang Kendaraan Bermotor (9,6 persen). Bila diakumulasi sejak Januari 2005, jumlah keseluruhan pelaksanaan audit yang telah dilakukan oleh PPATK terhadap PJK/PBJ s.d. Juli telah mencapai audit. Jenis Pihak Pelapor Tabel 36 Jumlah Pihak Pelapor yang telah di Audit *) Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor s.d. Juli Tahun Jumlah Audit Jan-2016 s.d. Des-2016 Juni- % Distribusi Juli- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) PENYEDIA JASA KEUANGAN: Bank Perusahaan Pembiayaan n.a. n.a. n.a. Perusahaan Asuransi dan Pialang n.a. n.a. n.a Asuransi Dana Pensiun Lembaga Keuangan n.a. n.a. n.a. Perusahaan Efek dan Manajer n.a. n.a Investasi Perposan n.a. n.a. n.a. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta n.a. n.a Asing Koperasi Simpan Pinjam n.a. n.a. n.a. Pegadaian n.a. n.a. n.a. Penyelenggara Kegiatan Usaha n.a. n.a Pengiriman Uang PENYEDIA BARANG DAN JASA: Perusahaan Properti/Agen Properti Pedagang Kendaraan Bermotor n.a Pedagang Permata dan n.a. n.a. n.a Perhiasan/Logam Mulia Pedagang Barang Seni dan Antik n.a. n.a. n.a. Balai Lelang n.a. n.a. n.a. Total Audit *) Mencakup audit kepatuhan dan audit khusus.

53 51 Grafik 43 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif Audit Kepada Pihak Pelapor Januari 2013 s.d. Juli 1, % 5.2% % % ,007 1, Jumlah Kumulatif Perkembangan (%) Jumlah per-tahun Grafik 44 Perbandingan Jumlah Pihak Pelapor yang telah di Audit Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Januari 2005 s.d. Juli Balai Lelang 0 Pedagang Barang Seni 0 Pedagang Permata dan 13 Pedagang Kendaraan 77 Perusahaan 216 Penyelenggara Kegiatan 32 Pegadaian 1 Koperasi Simpan Pinjam 7 Kegiatan Usaha 115 Perposan 1 Perusahaan Efek dan 128 Dana Pensiun Lembaga 0 Perusahaan Asuransi dan 96 Perusahaan Pembiayaan 63 Bank

54 52 D. Pertukaran Informasi UU TPPU Pasal 88 Ayat (1) dan Ayat (2) : Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal. Pihak yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pihak yang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang di Indonesia. Pasal 89 Ayat (1) dan Ayat (2) : Kerja sama internasional dilakukan oleh PPATK dengan lembaga sejenis yang ada di negara lain dan lembaga internasional yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang. Kerja sama internasional yang dilakukan PPATK dapat dilaksanakan dalam bentuk kerja sama formal atau berdasarkan bantuan timbal balik atau prinsip resiprositas. Pasal 90 Ayat (1): Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional,. Selama tahun (s.d. Juli ), terdapat 67 pertukaran informasi yang dilakukan antara PPATK dengan Financial Intellegence Unit (FIU) lain, yang mayoritas terdiri dari 40 pertukaran informasi yang bersifat Spontaneous Outgoing Information (59,7 persen). Dalam hal ini, PPATK memberikan informasi kepada FIU lain secara spontan (tanpa diminta). Dengan adanya penambahan tersebut, maka jumlah keseluruhan pertukaran informasi sejak berlakunya UU TPPU pada tanggal 22 Oktober 2010 s.d. Juli tercatat sebanyak 956 pertukaran informasi, dengan 385 kali atau 40,3 persen merupakan penyampaian informasi dari PPATK atas permintaan informasi dari FIU lain (Incoming Mutual Request). Dengan demikian, sejak Januari 2003 s.d Juli, pertukaran informasi yang melibatkan FIU lain sebanyak pertukaran informasi. Sebagian besar pertukaran informasi, didominasi oleh informasi yang berasal Incoming Mutual Request (Outgoing Information), yaitu sebanyak 583 informasi atau sebesar 42,8 persen. No. Jenis Pertukaran Informasi Tabel 37 Jumlah Pertukaran Informasi per Tahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi Januari 2003 s.d. Juli Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Januari Desember Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (Sejak Januari 2011) (s.d. Juli) Jumlah Jumlah Tahun 2003 s.d. Juli % Distribusi 1 Outgoing Mutual Request (Incoming Information) Incoming Mutual Request (Outgoing Information) Spontaneous Incoming Information Spontaneous Outgoing Information Jumlah , *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010 Keterangan: 1. Outgoing Mutual Request (Incoming Information) : PPATK mengirimkan permintaan informasi kepada FIU lain, dan PPATK menerima informasi yang diminta. 2. Incoming Mutual Request (Outgoing Information) : PPATK menerima permintaan informasi dari FIU lain, dan PPATK memberikan informasi yang diminta. 3. Spontaneous Incoming Information : PPATK menerima informasi dari FIUs secara spontan (tanpa diminta). 4. Spontaneous Outgoing Information : PPATK memberikan informasi kepada FIU lain secara spontan (tanpa diminta). Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip berdasarkan EGMONT Group yang merupakan wadah perhimpunan FIU seluruh dunia.

55 53 Grafik 45 Perkembangan Jumlah Pertukaran Informasi per-tahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi Januari 2013 s.d. Juli Outgoing Mutual Request (Incoming Information) Incoming Mutual Request (Outgoing Information) Spontaneous Incoming Information Spontaneous Outgoing Information Grafik 46 Jumlah dan Persentase Kumulatif Pertukaran Informasi Antara PPATK Dengan FIU Lain Berdasarkan Jenis Informasi Januari 2003 s.d. Juli Spontaneous Outgoing Information, 76, 6% Outgoing Mutual Request (Incoming Information), 301, 22% Spontaneous Incoming Information, 402, 29% Incoming Mutual Request (Outgoing Information), 583, 43%

56 54 E. Nota Kesepahaman (MoU) UU TPPU Pasal 88: (1) Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal. (2) Pihak yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pihak yang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang d Indonesia. Pasal 90 ayat (1): Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, yang meliputi: a. instansi penegak hukum; b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan; c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang; dan e. financial intelligence unit negara lain. Selama Juli, terdapat 1 penandatangan MoU/Nota Kesepahaman baru antara PPATK dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada 9 Juni di Jakarta. Sementara itu, tidak ada penambahan MoU baru dengan FIU luar negeri. Dengan adanya 1 penambahan MoU baru selama Juli tersebut, maka sejak Januari 2003 s.d. Juli, telah terdapat sebanyak 149 Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani oleh PPATK, dengan 52 MoU diantaranya merupakan MoU dengan FIU luar negeri serta 97 MoU merupakan MoU dengan Lembaga/Instansi di dalam negeri. Bila dilihat berdasarkan periode penandatanganannya, terdapat 71 MoU ditandatangani setelah berlakunya UU TPPU pada 22 Oktober 2010, yang terdiri dari 15 MoU dengan FIU dan 56 MoU dengan Lembaga/Instansi dalam negeri. Sementara itu, 78 MoU ditandatangani sebelum berlakunya UU TPPU, dengan 37 MoU dengan FIU dan 41 MoU dengan Lembaga/Instansi dalam negeri. Tabel 38 Jumlah MoU Berdasarkan Tahun Penandatangan Antara PPATK dengan FIU Atau Instansi/Lembaga, Januari 2003 s.d. Juli Tahun Internasional (FIU) Nasional (Instansi/ Lembaga) Jumlah % Distribusi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Januari Desember Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) (s.d. Juli) Jumlah Jumlah *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010

57 55 Grafik 47 Perkembangan Jumlah MoU yang Telah Ditandatangani antara PPATK dengan FIU atau Instansi/Lembaga, Januari 2003 s.d. Juli FIU Dalam Negeri Grafik 48 Jumlah dan Persentase Kumulatif MoU yang Telah Ditandatangani antara PPATK dengan FIU atau Instansi/Lembaga, Januari 2003 s.d. Juli Nasional (Instansi/ Lembaga) 97 65% Internasional (FIU) 52 35% No. Tabel 39 FIU dari Negara ASEAN Yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK Negara (FIU) Penandatangan Nota Kesepahaman Tempat Tanggal/Bulan/Tahun Ket 1 Thailand Bangkok 24 Maret Malaysia Malaysia 31 Juli Philippines Brunei Darussalam 5 Oktober Vietnam Jakarta 18 Agustus Myanmar Jakarta 14 November Brunei Darussalam Jakarta 17 Desember Singapura Singapore 17 September 2013 Jakarta 25 September Kamboja Jakarta 22 September Laos Bali 11 Agustus 2016

58 56 Tabel 40 Lembaga/Organisasi Domestik Yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK No. Nama Lembaga / Organisasi Penandatanganan Nota Kesepahaman Tempat Tanggal Keterangan Tahun 2003 Diperbaharui pada 18 Maret 2010 dan 5 Maret 2015 (disertai 1 Bank Indonesia Jakarta 5 Februari 2003 Perjanjian Kerjasama pada 5 Maret 2015) 2 Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Jakarta 20 Oktober Ditjen Pajak Jakarta 28 Oktober 2003 Diperbaharui pada 19 Oktober Ditjen Lembaga Keuangan (LK) Jakarta 28 Oktober Ditjen Bea & Cukai Jakarta 31 Oktober 2003 Tahun Center For International Forestry Research Jakarta 16 Januari Komisi Pemberantasan Korupsi Jakarta 29 April 2004 Diperbaharui pada 12 Februari Kepolisian Negara RI Jakarta 16 Juni 2004 Diperbaharui pada 18 April 2011 dan 25 Januari 9 Kejaksaan Agung RI Jakarta 27 September 2004 Diperbaharui pada 18 April 2011 Tahun Departemen Kehutanan Jakarta 28 Maret 2005 Tahun Badan Pemeriksa Keuangan Jakarta 25 September 2006 Diperbaharui pada 24 Februari 2015 Tahun Itjen Departemen Keuangan Jakarta 12 Januari Komisi Yudisial Jakarta 1 Februari Ditjen Administrasi Hukum Umum Jakarta 6 Maret Ditjen Imigrasi Jakarta 6 Maret Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Jakarta 19 April Badan Narkotika Nasional Jakarta 13 Juni 2007 Diperbaharui pada 14 Oktober 2011 dan 11 Januari 18 Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Banda Aceh 15 Agustus 2007 Tahun Universitas Surabaya Jakarta 17 April STIE Perbanas Surabaya Surabaya 31 Juli Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 17 September 2008 Diperbaharui pada 16 November Badan Pengawas Pemilu Jakarta 6 November 2008 Diperbaharui pada 7 Juli Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Jakarta 7 November 2008 Tahun Universitas Soedirman Purwokerto 23 Januari 2009 Diperbaharui pada 23 Mei (MoU dengan Kementerian 25 Badan Pertanahan Nasional Jakarta 17 April 2009 Agraria dan Tata Ruang/BPN) 26 Universitas Andalas Padang 18 Mei Ditjen Pos dan Telekomunikasi Jakarta 12 Juni Universitas Hasanuddin Makassar 23 Juni Institut Teknologi Bandung Bandung 25 Juni Universitas Diponogoro Semarang 12 Agustus Lembaga Penjamin Simpanan Jakarta 17 November 2009 Diperbaharui pada 16 Juni Universitas Muhammadiyah Surakarta Solo 20 November Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan Jakarta 3 Desember Universitas Indonesia Jakarta 7 Desember Universitas Jember Jakarta 7 Desember 2009 Diperbaharui pada 20 November 2015 Tahun Komisi Pengawas Persaingan Usaha Jakarta 14 April Universitas Padjajaran Bandung 22 Juni Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Jakarta 7 Juli Universitas Mataram Mataram 27 Juli Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 8 Oktober Setjen Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK) Jakarta 29 Desember 2010 Tahun Kementerian Perhubungan RI Jakarta 27 Januari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Jakarta 18 April Universitas Pattimura Ambon 5 Mei Universitas Indonesia & Bank Indonesia (terkait Jakarta 29 Juli Ombudsman RI Jakarta 11 Agustus Universitas Sriwijaya Palembang 12 September Universitas Udayana Denpasar 4 Oktober PT. Pertamina (Persero) Jakarta 19 Oktober Universitas Bina Nusantara Jakarta 19 Oktober 2011 Tahun Universitas Esa Unggul Jakarta 10 januari Universitas Sumatera Utara Jakarta 30 Januari Universitas Airlangga Surabaya 28 Februari Itjen Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta 11 April Itjen Kementerian Hukum dan HAM Jakarta 23 Oktober Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 5 November Universitas Cendrawasih Jayapura 29 November Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Surabaya 3 Desember Satgas REDD Jakarta 20 Desember NCB Interpol Indonesia Jakarta 21 Desember Itjen Kementerian Agama Jakarta 26 Desember 2012 Tahun Setjen Mahkamah Konstitusi Jakarta 7 Januari LPSE Kementerian Keuangan Jakarta 5 Februari Sisminbakum DJAHU Kementerian Hukum & HAM Jakarta 15 Februari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jakarta 18 Juni Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Jakarta 21 Juni Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta 30 Juli Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta 27 Agustus Itjen Kemendikbud Jakarta 30 September 2013 Tahun Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta 30 Januari Keputusan Bersama antara PPATK dengan Jakarta 4 April Komisi Pemilihan Umum Jakarta 4 Februari Badan Pengawasan Obat Makanan Jakarta 26 Mei PT. Indonesia Power Jakarta 17 Oktober PT. PLN (persero) Jakarta 19 November Itjen Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta 18 Desember 2014 Tahun Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta 5 Januari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Jakarta 22 Januari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Samarinda 12 Maret Kementerian Pemuda dan Olahraga Jakarta 25 Maret 2015 PT Elang Mahkota Teknologi TbK (SCTV, Indosiar 81 Jakarta 17 April 2015 dan Liputan6.com) 82 Kementerian Kesehatan Jakarta 30 April Badan SAR Nasional (BASARNAS) Jakarta 12 Mei Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta 3 Juli Lembaga Sandi Negara Jakarta 9 November 2015 disertai Perjanjian Kerjasama pada 9 November 2015 Tahun Kementerian Pertahanan Jakarta 14 Maret 2016 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa 87 Jakarta 2 Mei 2016 Pemerintah (LKPP) 88 UIN Alauddin Makassar Gowa 15 Juli Badan Intelijen Negara Jakarta 4 Agustus 2016 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan 90 Jakarta 17 Oktober 2016 Menengah Kesepakatan Bersama antara Kementerian 91 Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Jakarta 24 Oktober 2016 Keuangan, dan PPATK Tahun Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia 92 Jakarta 7 Maret (LPPI) 93 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Jakarta 12 April 94 Badan Pengawas Berjangka Komoditi (Bappebti) Jakarta 2 Mei Perjanjian Kerjasama 95 TNI Angkatan Udara Jakarta 9 Mei 96 Kementerian Perhubungan Jakarta 9 Juni disertai Perjanjian Kerjasama pada 9 Juni 97 Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jakarta 6 Juli

59 57 Gambar 3. FIU yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME SEPTEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME OKTOBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 2017 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME AGUSTUS Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME APRIL Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MEI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JANUARI 217 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET 216 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME NOVEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME NOVEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME DESEMBER 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME OKTOBER 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

BULLETIN FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BULLETIN FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME FEBRUARI 216 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME DESEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME FEBRUARI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

STATISTIK MARET ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997

STATISTIK MARET ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997 BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN STATISTIK TAHUN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakar ta Pusat www.ppatk.go.id

Lebih terperinci

STATISTIK FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997

STATISTIK FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997 BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN STATISTIK TAHUN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakar ta Pusat www.ppatk.go.id

Lebih terperinci

BULLETIN STATISTIK ISSN : ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI

BULLETIN STATISTIK ISSN : ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI 218 . B U L L E T I N S T A T I S T I K DAFTAR ISI: Halaman Ringkasan Eksekutif 1 Ringkasan Statistik

Lebih terperinci

B u l e t i n S t a t i s t i k

B u l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 2013 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k ANTI BULLETIN PENCUCIAN STATISTIK UANG ANTI PENCUCIAN DAN PENDANAAN UANG & PENDANAAN TERORISME TERORISME (DESEMBER 2013) B u l l e t i n S t a t i s t i k 1 R i n g k a s a n E k s e k u t i f Volume 46/Thn

Lebih terperinci

BULLETIN JULI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BULLETIN JULI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JULI 2013 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012)

Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012) Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Lebih terperinci

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Keempat. Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia Tujuan Modul bagian keempat yaitu Pengaturan

Lebih terperinci

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1821, 2014 PPATK. Sanksi Administratif. Kewajiban Pelaporan. Pelanggaran. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER. 14 /1.02/PPATK/11/14

Lebih terperinci

Volume 19 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan September 2011)

Volume 19 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan September 2011) Volume 19 Thn II/2011 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan September 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Oktober 2011

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2015 HUKUM. Pidana. Pencucian Uang. Pihak Pelapor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5709). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim No.1872, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penyedia Jasa Keuangan. Penghentian Sementara dan Penundaan Transaksi. Pencabutan. PERATURAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012)

Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012) Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012)

Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012) Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA PENCUCIAN UANG? PENCUCIAN UANG Upaya untuk menyembunyikan/menyamarkan harta kekayaan dari hasil tindak pidana sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal

Lebih terperinci

Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012)

Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012) Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN MEI 2017 Daftar Isi SAMBUTAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG No.283,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG PELAKSANAAN PENGHENTIAN SEMENTARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penghentian Sementara. Penundaan. Transaksi. Perbankan. Pasar Modal. Asuransi. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester II Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013 Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.928, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Kewajiban Pelaporan. Dikecualikan. Transaksi Keuangan Tunai. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642) No.642, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642) PERATURANKEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN PERATURAN PUSAT PELAPORANDANANALISISTRANSAKSIKEUANGAN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAANPENGHENTIAN SEMENTARA DAN PENUNDAANTRANSAKSIOLEH PENYEDIAJASA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Volume 22 Thn III/2012 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011)

Volume 22 Thn III/2012 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011) Volume 22 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Januari 2012

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, No.960, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Identifikasi Transaksi. Jasa Keuangan. Mencurigakan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara

Lebih terperinci

Volume 20 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011)

Volume 20 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011) Volume 20 Thn II/2011 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Nopember 2011

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Laporan. Transaksi Keuangan. Penyedia Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 2016 Harga Properti Residensial pada Triwulan IV-2016 Meningkat Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 0,37% (qtq), sedikit

Lebih terperinci

Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012)

Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012) Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 71/XI/17/VII, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III - 2017 Indeks

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5932 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 194). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 108, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4324) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1479, 2013 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI. Traksaksi. Tunai. Jasa Keuangan. Identifikasi PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.670, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Identifikasi. Transaksi Mencurigakan. Jasa Keuangan. Perubahan.(Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 7) PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5406 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 50) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/05/Th. XVIII, 15 Mei 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015 APRIL 2015 RUPIAH TERAPRESIASI 0,23 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah mencatat apresiasi 0,23

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Daerah Pabean Indonesia. Uang Tunai. Instrumen Pembayaran Lain. Pembawaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Trend Pemberantasan Korupsi 2013

Trend Pemberantasan Korupsi 2013 Trend Pemberantasan Korupsi 20 Pembahasan. Sumber data dan periode pemantauan 2. Penindakan perkara korupsi 20. Pelaksanaan fungsi koordinasi dan supervisi 4. Kesimpulan 5. Rekomendasi Waktu dan Metode

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa No.929, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

STRATEGI ASSET TRACING

STRATEGI ASSET TRACING STRATEGI ASSET TRACING STRATEGI PELACAKAN ASET 1. Menyusun kerangka kerja dan rencana investigasi 2. Menyusun profile atas terlapor/tersangka pelaku 3. Memperoleh data keuangan dan dokumen lainnya 4. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-12/1.02/PPATK/06/13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN TRANSAKSI KEUANGAN TRANSFER DANA DARI DAN KE LUAR NEGERI

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM. Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.

Lebih terperinci

Perpustakaan LAFAI

Perpustakaan LAFAI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.

Lebih terperinci

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un No.1563, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberitahuan dan Pengawasan, Indikator yang Mencurigakan, Pembawaan Uang Tunai dan/atau Instrumen Pembayaran Lain, serta Pengenaan Sanksi Administratif

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci