B u l l e t i n S t a t i s t i k

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B u l l e t i n S t a t i s t i k"

Transkripsi

1 BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME DESEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: ; Fax.: ; contact-us@ppatk.go.id website: PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

2

3 bps ANTI BULLETIN PENCUCIAN STATISTIK UANG ANTI PENCUCIAN DAN PENDANAAN UANG & PENDANAAN TERORISME TERORISME (DESEMBER ) B u l l e t i n S t a t i s t i k 1 R i n g k a s a n E k s e k u t i f Volume 94/Thn VIII/ Desember D A F T AR I S I : Halaman Ringkasan Eksekutif 1 Ringkasan Statistik 2 Laporan Transaksi 3 A. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) 3 B. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) 12 C. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) 14 D. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa 17 E. Laporan Transfer Dana dari/ke Luar Negeri 19 F. Laporan Penundaan Transaksi (LPT) 22 Analisis dan Pemeriksaan 26 A. Hasil Analisis (HA) 26 B. Karakteristik Terlapor HA 31 C. HA Terkait Pendanaan Terorisme 34 D. Hasil Pemeriksaan (HP) 37 E. Tindak Lanjut terhadap HA/HP 39 F. Permintaan Informasi Kepada PJK/PBJ Terkait Hasil Analisis 41 G. Pengaduan Masyarakat 43 Lain-lain 45 A. Putusan Pengadilan Terkait TPPU 45 B. Keterangan Ahli 48 C. Audit 5 D. Pertukaran Informasi Antar FIU 52 E. Nota Kesepahaman (MoU) 54 Bulletin Statistik disusun sebagai salah satu upaya PPATK untuk menyampaikan hasil pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam rangka mencegah dan memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 21 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (selanjutnya disebut UU TPPU) yang mulai berlaku pada tanggal 22 Oktober 21. Dalam bulletin ini, statistik yang dihimpun mencakup: 1. Perkembangan aktivitas pelaporan oleh Pihak Pelapor (Penyedia Jasa Keuangan/PJK, Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain/PBJ), serta Ditjen Bea Cukai; 2. Penyampaian hasil analisis dan hasil pemeriksaan kepada Apgakum dan/atau penyidik, serta 3. Informasi lainnya yang terkait dengan pelaksanaan tugas PPATK. Mengakhiri tahun, jumlah penyampaian laporan ke PPATK semakin terus bertambah. Penerimaan pelaporan terbanyak selama Desember terutama terkait LTKL (Swift Bank), LTKT, LTKM, dan LTPBJ, yakni masing-masing bertambah sebanyak 538,1 ribu LTKL, 254,6 ribu LTKT, 4,2 ribu LTKM, dan 4,5 ribu LTPBJ. Dengan adanya penambahan laporan-laporan tersebut, jumlah keseluruhan laporan yang telah diterima PPATK sejak Januari 23 telah mencapai laporan atau meningkat sebanyak 22,2 persen dibandingkan jumlah kumulatif laporan per akhir Desember 216. Bila diamati perkembangan bulanannya (month-tomonth, disingkat m-to-m), penerimaan keseluruhan laporan di Desember bila dibandingkan penerimaan pada bulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 4,6 persen. Penurunan terbesar terjadi pada penerimaan LTKM, LTPBJ, dan LTKL, yakni masing-masing turun sebesar 17,2 persen, 5,9 persen, dan 5,9 persen. Terkait fungsi analisis, selama Desember, PPATK telah menyampaikan Hasil Analisis (selanjutnya disebut HA) kepada penyidik sebanyak 53 HA, dengan 39 HA diantaranya merupakan HA reaktif (permintaan dari penyidik), dan selebihnya sebanyak 14 HA merupakan HA Proaktif (inisiatif dari PPATK). Berdasarkan jumlah HA selama periode tersebut, dugaan tindak pidana Korupsi menjadi tindak pidana yang paling dominan, yaitu sebanyak 23 HA (43,4 persen). Sesuai amanat UU TPPU, selain melakukan fungsi analisis, PPATK juga memiliki fungsi pemeriksaan. Selama Desember, terdapat 5 penambahan Hasil Pemeriksaan (selanjutnya disebut HP) yang disampaikan kepada Penegak Hukum. Dengan demikian, jumlah HP yang telah disampaikan kepada penyidik maupun Kementerian/Lembaga terkait sejak berlakunya UU TPPU, tercatat tetap sebanyak 16 HP, dengan rincian 44 HP diantaranya disampaikan ke Penyidik KPK, 31 HP ke Penyidik Kejaksaan, 29 HP ke Penyidik Kepolisian, 17 HP ke Penyidik DJP, 6 HP ke Penyidik DJBC, 5 HP ke Penyidik BNN, dan 3 HP ke Panglima TNI. Sementara itu, terkait dengan putusan pengadilan, berdasarkan data terkini, hingga Desember terdapat 13 putusan pengadilan terkait TPPU sejak berlakunya UU TPPU. Bila diakumulasikan sejak Januari 25, jumlah putusan pengadilan terkait TPPU tercatat sudah sebanyak 168 kasus dengan hukuman maksimal penjara seumur hidup dan denda maksimal Rp32 Miliar. Semoga buku ini dapat bermanfaat. Jakarta, Januari 218 KIAGUS AHMAD BADARUDDIN Kepala PPATK

4 2 R I N G K A S A N S T A T I S T I K L A P O R A N T R A N S A K S I Periode Januari 23 s.d. Desember : Jumlah Laporan yang diterima PPATK s.d. Desember sebanyak Laporan. A. LTKM = Laporan, bertambah 18,6 persen dibanding posisi Desember 216. B. LTKT = Laporan, bertambah 11,9 persen dibanding posisi Desember 216. C. LTPBJ = Laporan, bertambah 21,9 persen dibanding posisi Desember 216. D. LPUT = Laporan yang diperoleh melalui 22 lokasi pelaporan. E. LTKL = Laporan (LTKL SWIFT Bank saja terhitung sejak Januari 214). Tahun (s.d. Desember ): Jumlah Laporan yang diterima sebanyak Laporan atau naik 5,2 persen dibandingkan jumlah kumulatif periode yang sama tahun 216 (c-to-c). A. LTKM = Laporan, naik 15,3 persen (c-to-c). B. LTKT = Laporan, naik 3,4 persen (c-to-c). C. LTPBJ = Laporan, turun 2, persen (c-to-c). D. LPUT = 6.88 Laporan, turun 6,8 persen (c-to-c). E. LTKL = Laporan, naik 6, persen (c-to-c). Desember : Jumlah Laporan yang diterima sebanyak Laporan, atau turun 4,6 persen dibandingkan November (m-to-m), namun naik 11,9 persen dibandingkan Desember 216 (y-on-y). A. LTKM = Laporan, turun 17,2 persen (m-to-m), atau turun 5,4 persen (y-on-y). B. LTKT = Laporan, turun 1,5 persen (m-to-m), atau turun 2,2 persen (y-on-y). C. LTPBJ = Laporan, turun 5,9 persen (m-to-m), namun naik 44, persen (y-on-y). D. LPUT = Laporan. E. LTKL = Laporan, turun 5,9 persen (m-to-m), namun naik 2,1 persen (y-on-y). H A S I L A N A L I S I S D A N H A S I L P E M E R I K S A A N Periode Januari 23 s.d. Desember : Hasil Analisis (tidak termasuk Hasil Pemeriksaan) yang disampaikan ke Penyidik Januari 23 s.d. Desember sebanyak HA yang terkait dengan LTKM. A. HA - Proaktif = 2.52 HA yang terkait dengan 6.3 LTKM. - Inquiry = 2.66 HA yang terkait dengan 7.24 LTKM. B. Informasi Hasil Analisis (IHA) = IHA. C. HA terkait Pendanaan Terorisme = 132 HA yang terkait dengan 425 LTKM. D. HP yang disampaikan ke Penyidik/Kementerian/Lembaga Terkait = 16 Laporan. Tahun (s.d. Desember ): HA yang disampaikan ke Penyidik selama Desember sebanyak 414 HA yang terkait dengan LTKM. A. HA - Proaktif = 13 HA yang terkait dengan 1.47 LTKM. - Inquiry = 284 HA yang terkait dengan LTKM. B. Informasi Hasil Analisis (IHA) = 382 IHA. C. HA terkait Pendanaan Terorisme = 23 HA yang terkait dengan 154 LTKM. D. HP yang disampaikan ke Penyidik/Kementerian/Lembaga Terkait = 2 Laporan.

5 3 LAPORAN TRANSAKSI UU TPPU Pasal 23 Ayat (1) : Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi: a. Transaksi Keuangan Mencurigakan; b. Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp5.., (lima ratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa kali Transaksi dalam 1 (satu) hari kerja; dan/atau c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri. Pasal 1 Angka 5 : Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah: a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan; b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. A. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) LTKM merupakan laporan yang disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan (selanjutnya disebut PJK) berdasarkan UU TPPU Pasal 23 Ayat (1) huruf a, sesuai kriteria pada Pasal 1 Angka 5. Selama Desember, jumlah LTKM yang disampaikan PJK kepada PPATK sebanyak LTKM, dengan rata-rata penerimaan sebanyak 29 laporan/hari (1 bulan = 2 hari). Pelaporan LTKM selama bulan ini turun 17,2 persen (m-to-m) dibandingkan jumlah pada bulan lalu, atau turun 5,4 persen dibandingkan dengan jumlah LTKM selama Desember 216 (y-on-y). Secara keseluruhan LTKM yang diterima oleh PPATK sejak Januari 23 s.d. Desember mencapai sebanyak LTKM atau bertambah 18,6 persen dibandingkan jumlah kumulatif LTKM pada akhir Desember 216. Peningkatan pelaporan LTKM, terutama terjadi sejak diberlakukannya UU TPPU tanggal 22 Oktober 21. Jumlah LTKM yang telah diterima PPATK sejak Januari 211 s.d. Desember tercatat sebanyak LTKM, atau secara rata-rata tahunan meningkat 426,2 persen dibandingkan periode sebelum diberlakukannya UU TPPU. Dilihat dari sisi jumlah Pihak Pelapor, selama tahun tercatat sebanyak 394 PJK telah menyampaikan LTKM kepada PPATK. Sebagian besar LTKM atau sebanyak 55,4 persen LTKM disampaikan oleh PJK Bank, sedangkan 44,6 persen selebihnya disampaikan oleh PJK Non Bank. Mayoritas TKM selama periode ini terjadi di DKI Jakarta (48,1 persen), Jawa Barat (18,5 persen), dan Jawa Timur (6,3 persen). Berdasarkan profilnya, sebagian besar atau sebanyak 89,9 persen terlapor LTKM yang disampaikan selama tahun adalah perorangan, sedangkan 1,1 persen selebihnya merupakan korporasi. Mayoritas terlapor perorangan adalah Laki-laki (63,1 persen), dengan pekerjaan utama sebagai Pegawai Swasta (33,2 persen), serta sebagian besar berada pada usia produktif antara 3-6 tahun (67,2 persen). Berdasarkan LTKM selama tahun, diketahui bahwa hanya sebanyak 26,2 persen LTKM saja yang mampu diidentifikasikan oleh Pihak Pelapor terindikasi tindak pidana, dan selebihnya sebanyak 73,8 persen LTKM tidak terisi/mengindikasikan tindak pidana. Indikasi Tindak Pidana Asal yang dominan adalah Penipuan (42,3 persen), Korupsi (22,8 persen), dan Perjudian (7,9 persen).

6 4 Tabel 1 Perbandingan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Desember Jenis PJK Pelapor Des Nov- Des- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Bank 36,39 97,542 2,754 23,135 2,699 2,548 31,62 154,111 19, Ø Bank Umum 36,22 96,352 2,711 22,491 2,687 2,54 3, , ,84 16 Bank Milik Negara 11,96 4,177 1,221 8, ,873 6,73 71,169 4 Bank Swasta 12,54 46,33 1,116 11,3 1,67 1,366 17,78 75,781 88, Bank Pembangunan Daerah 8,614 5, , ,629 9,588 18,22 26 Bank Asing 2,615 2, ,498 6, Bank Campuran 1,157 1, ,842 3,999 1 Ø Bank Perkreditan Rakyat 287 1, ,329 2, Non Bank 27,615 92,42 1,99 21,117 2,193 2,497 25,32 14, , Ø Pasar Modal 1,88 2, ,319 4,78 5, Ø Asuransi 2,939 17, , ,627 25,588 28, Ø Dana Pensiun Ø Lembaga Pembiayaan/Leasing 1,435 36, , ,14 46,426 47,861 3 Ø Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Tahun 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Tahun Jumlah Jan 23 s.d. Des- Jumlah PJK Pelapor (s.d. Des-) 22,122 29, , ,286 11,494 48,333 7, Ø Money Remittance/KUPU 3 4, , ,663 13,13 13,16 4 Ø Perusahaan Perdagangan Berjangka ,862 1, Komoditi Ø Koperasi Ø Penyelenggara E-Money Ø Perusahaan Modal Ventura Ø Lainnya Total LTKM 63, ,584 4,744 44,252 4,892 5,45 56,94 294, , *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21. **) Data Tahun 212 s.d.desember menggunakan Database SIAPUPPT per 31 Desember. Grafik 1 Perbandingan Rata-rata LTKM per Tahun Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Tahun 21 Berdasarkan Jenis PJK Pelapor Total Pos dan Giro Perusahaan Perdagangan Berjangka Komoditi Money Remittance/KUPU Pedagang Valuta Asing Lembaga Pembiayaan/Leasing Dana Pensiun Asuransi Pasar Modal Bank Perkreditan Rakyat Bank Campuran Bank Asing Bank Pembangunan Daerah Bank Swasta Bank Milik Negara ,876 2,765 6, , , ,77 1,37 1,568 1,387 7,991 8,582 1,826 Jumlah Sebelum berlakunya UU TPPU Sesudah berlakunya UU TPPU 42,49-5, 1, 15, 2, 25, 3, 35, 4, 45,

7 Grafik 2 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK per-bulan Desember 216 s.d. Desember 6, 5, , -9. 3, 2, 1, 4,416 4,793 4,917 5,298 3,858 4,738 4,427 4,28 5,146 4,776 4,892 5,45 4,176 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17 LTKM per Bulan % Perkembangan Bulanan (month-to-month) *) Peningkatan month-to-month (disingkat m-to-m) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan sebelumnya. Grafik 3 Jumlah dan Persentase Kumulatif LTKM Menurut Jenis PJK Pelapor Desember Grafik 4 Jumlah dan Persentase Kumulatif PJK Pelapor yang Menyampaikan LTKM Desember

8 6 Grafik 5 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKM Januari 213 s.d. Desember 4, 35, 18.6% 3, 19.2% 25, 28.8% 2, 15, 1, 25.3% 157,87 196, ,58 32, ,27 5, 41,92 39,688 56,733 48,668 56, Jumlah Kumulatif Jumlah Per-tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari 23 - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d. Desember Grafik 6 Perkembangan Jumlah LTKM per-tahun dan Rata-rata Penerimaan per-bulan Januari 213 s.d. Desember 6, 56,733 56,94 5, 4, 41,92 39,688 48,668 3, 2, 1, 3,493 3,37 4,728 4,56 4, Jumlah Per-tahun Rata-rata per-bulan Catatan : - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d. Desember

9 7 Grafik 7 Perkembangan Jumlah LTKM per-tahun Berdasarkan Jenis PJK Januari 213 s.d. Desember 6, 56,733 56,94 5, 48,668 4, 41,92 39,688 3, 2, 21,257 2,663 23,79 15,898 3,166 26,567 25,57 23,161 31,62 25,32 1, Bank + Non Bank Bank Non Bank Catatan : - Jumlah LTKM per tahun dihitung berdasarkan penerimaan LTKM oleh PPATK pada tahun berjalan. - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d.desember Grafik 8 Perkembangan Rata-rata Penerimaan LTKM per-bulan Januari 213 s.d. Desember 4, , , , , ,. 2,. 3,. 4,. 5,. Catatan : - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d. Desember

10 8 Tabel 2 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Domisili Kantor Penyedia Jasa Keuangan Pelapor Kejadian Transaksi s.d. Desember Propinsi Kantor PJK Pelapor Kejadian Transaksi Des Jumlah LTKM Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (1) (11) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara 138 1, , Sumatera Barat Sumatera Selatan 98 1, , Bengkulu Jambi Riau Kepulauan Riau , Lampung 66 1, Kep Bangka Belitung Banten 243 2, , DKI Jakarta 2,15 24,558 2,55 1,982 26, Jawa Barat 591 5, , Jawa Tengah 154 1, , Jawa Timur 42 3, , DI Yogyakarta Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat n.a. 7. Gorontalo Papua Papua Barat n.a Total LTKM 4,416 48,668 5,45 4,176 56, Catatan: - Angka tidak mencerminkan kejadian tindak pidana pada wilayah pelaporan - Angka. mencerminkan tidak adanya PJK yang melaporkan adanya transaksi keuangan mencurigakan pada wilayah tersebut atau dalam pelaporan tidak disebutkan wilayah kejadian sehingga dihitung sebagai laporan dari kantor pusat (DKI Jakarta). - Peningkatan month-to-month (disingkat m-to-m) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan sebelumnya. - Peningkatan year-on-year (disingkat y-on-y) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan yang sama tahun sebelumnya. - Peningkatan cummulative-to-cummulative (disingkat c-to-c) merupakan perbandingan jumlah kumulatif tahunan hingga bulan tertentu terhadap jumlah kumulatif pada periode yang sama tahun sebelumnya.

11 9 Gambar 1. Pemetaan Propinsi Menurut Kategori Persentase Kumulatif LTKM Januari s.d. Desember Catatan : Jumlah LTKM dihitung berdasarkan Lokasi Pelaporan. Jumlah LTKM tidak Mencerminkan Terjadinya Tindak Pidana.

12 1 Tabel 3 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Kategori Terlapor s.d. Desember Jenis Kategori Terlapor Des Jumlah LTKM Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (1) (11) Perorangan 4,65 44,648 4,496 3,759 5, Ø Laki-Laki 2,651 28,656 2,851 2,441 31, Ø Perempuan 1,414 15,992 1,645 1,318 18, Perusahaan/Korporasi 351 4, , Total LTKM 4,416 48,668 5,45 4,176 56, Tabel 4 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Pekerjaan Terlapor Perseorangan s.d. Desember Jenis Pekerjaan Utama Terlapor Perseorangan Des Jumlah LTKM Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (1) (11) Ø Pegawai Swasta 1,52 11,435 1,418 1,176 16, Ø Pengusaha/Wiraswasta 1,273 13, , Ø PNS (termasuk pensiunan) 336 4, , Ø Ibu Rumah Tangga 261 2, , Ø Pedagang 164 1, , Ø Pelajar/Mahasiswa 169 1, , Ø TNI/Polri (termasuk pensiunan) 17 1, , Ø Pegawai BI/BUMN/BUMD (termasuk pensiunan) , Ø Pejabat Lembaga Legislatif dan Pemerintah Ø Profesional dan Konsultan 86 1, Ø Pengajar dan Dosen Ø Pengurus dan pegawai yayasan/lembaga berbadan hukum lainnya Ø Petani dan Nelayan Ø Buruh, Pembantu Rumah Tangga dan Tenaga Keamanan Ø Pegawai Bank n.a Ø Ulama/Pendeta/Pimpinan organisasi dan kelompok keagamaan Ø Pengurus Parpol Ø Pengurus/Pegawai LSM/organisasi tidak berbadan hukum lainnya Ø Pegawai Money Changer Ø Pengrajin n.a... Ø Tidak Teridentifikasi dll 388 3, , Total Terlapor Perseorangan 4,65 44,648 4,496 3,759 5,

13 11 Tabel 5 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Kelompok Umur Terlapor Perseorangan s.d. Desember Kategori Umur Terlapor Perseorangan Des Jumlah LTKM Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (1) (11) Ø Usia Dibawah 3 tahun 985 1,422 1, , Ø Usia 3-4 tahun 1,198 12,892 1,21 1,95 14, Ø Usia 4-5 tahun ,361 1, , Ø Usia 5-6 tahun 565 6, , Ø Usia Diatas 6 tahun 27 2, , Ø Tidak Teridentifikasi Total Terlapor Perseorangan 4,65 44,648 4,496 3,759 5, Tabel 6 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal s.d. Desember Dugaan Tindak Pidana Asal Des Jumlah LTKM Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (1) (11) Terkait Tindak Pidana 1,127 13,164 1,376 1,195 14, Ø Penipuan 77 6, , Ø Korupsi 137 2, , Ø Perjudian , Ø Terorisme , Ø Di Bidang Perpajakan Ø Penyuapan Ø Narkotika Ø Di Bidang Perbankan Ø Penggelapan Ø Di Bidang Kelautan n.a Ø Di Bidang Lingkungan Hidup ,283.3 Ø Di Bidang Kehutanan n.a. n.a Ø Perdagangan Manusia n.a. n.a Ø Pencurian n.a. 9. Ø Penyelundupan Barang n.a. 2. Ø Psikotropika n.a Ø Di Bidang Pasar Modal n.a. n.a. 1. Ø Penyelundupan Tenaga Kerja n.a. n.a. Ø Perdagangan Senjata Gelap 6. n.a. n.a. n.a. Ø Prostitusi n.a Ø Pemalsuan Uang n.a. n.a. -5. Ø Di Bidang Asuransi 2. n.a. n.a. n.a. Ø Penculikan. n.a. n.a. n.a. Ø Penyelundupan Imigran 1. n.a. n.a. -1. Ø Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 tahun atau lebih Tidak Teridentifikasi Tindak Pidana/dll 3,289 35,54 3,669 2,981 41, Total LTKM 4,416 48,668 5,45 4,176 56,

14 B. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) UU TPPU Pasal 1 Angka 6 : Transaksi Keuangan Tunai adalah Transaksi Keuangan yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam. LTKT adalah laporan atas transaksi yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam yang dilaporkan oleh PJK. Kewajiban ini sesuai dengan UU TPPU, Pasal 23. Jumlah LTKT yang disampaikan PJK kepada PPATK selama Desember sebanyak LTKT, dengan rata-rata penerimaan sebanyak laporan/hari (1 bulan = 2 hari). Dibandingkan jumlah LTKT pada bulan sebelumnya, jumlah tersebut turun 1,5 persen (m-to-m), atau tercatat turun 2,2 persen jika dibandingkan jumlah pada Desember 216 (y-on-y). Dengan demikian, jumlah penerimaan LTKT selama tahun telah sebanyak 2,9 juta laporan dari 431 PJK. Bila diakumulasikan sejak Januari 23 s.d. Desember, PPATK mencatat telah menerima sebanyak 24, juta LTKT. Dilihat berdasarkan jenis industri PJK pelapor, mayoritas LTKT disampaikan oleh PJK Bank (99,3 persen), utamanya PJK Bank Umum (99,2 persen). Sejak diberlakukannya UU TPPU, jumlah LTKT telah mengalami penambahan sebesar 12,9 persen atau sebanyak 15,3 juta laporan dibandingkan dengan sebelum berlakunya UU TPPU. 3, 25, 2, Grafik 9 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK per-bulan s.d. Desember , 1, 5, 26, ,985 21, , , ,89 21,82 271, ,91 238,79 247,6 258, ,593 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17 LTKT per Bulan % Perkembangan Bulanan (month-to-month)

15 13 Tabel 7 Perbandingan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Desember Jenis Pihak Pelapor Des-216 Nov- Des- 216 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Bank 8,62,893 9,676, ,975 2,741,92 257, ,379 2,829,238 15,246,715 23,867, Ø Bank Umum 8,619,74 9,664,54 258,745 2,737,98 257,94 252,21 2,825,829 15,228,313 23,847, Ø Bank Perkreditan Rakyat 1,819 11, , ,49 18,42 2, Non Bank 1,53 4,88 1,41 16,144 1,56 2,214 2,855 77,87 87, Ø Pasar Modal Ø Asuransi ,54 1,219 3 Ø Dana Pensiun Ø Lembaga Pembiayaan/Leasing Ø Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing 9,972 34,752 1,245 14, ,152 19,572 69,186 79, Ø Money Remittance/KUPU 346 3, ,25 5,636 5, Ø Pos dan Giro Ø Koperasi Ø Pegadaian Ø Perusahaan Perdagangan Berjangka Komoditi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Tahun 216 Tahun Jumlah PJK Pelapor Tahun (s.d. Des- ) Total LTKT 8,631,423 9,716,473 26,376 2,757, , ,593 2,85,93 15,323,82 23,955, *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Des- Grafik 1 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKT Januari 213 s.d. Desember 24,, 13.5% 21,, 18,, 13.% 13.8% 15.% 15,, 12,, 9,, 6,, 14,27,61 16,121,147 18,347,896 21,15,132 23,955,225 3,, 2,22,92 1,851,86 2,226,749 2,757,236 2,85, Kumulatif LTKT LTKT Per-Tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari 23 - Perkembangan LTKT yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d.desember.

16 14 C. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) UU TPPU Pasal 34 Ayat (1) : Setiap orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang asing, dan/atau instrumen pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro paling sedikit Rp1.., (seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia wajib memberitahukannya kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pasal 35 Ayat (1) : Setiap orang yang tidak memberitahukan pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 1% (sepuluh perseratus) dari seluruh jumlah uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain yang dibawa dengan jumlah paling banyak Rp3.., (tiga ratus juta rupiah). LPUT merupakan laporan atas pembawaan uang tunai ke dalam atau ke luar daerah kepabeanan Indonesia. Penyampaian LPUT dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai RI kepada PPATK, dan mulai efektif per Januari 26. Selama Desember, tidak terdapat LPUT yang disampaikan Direktorat Jendral Bea dan Cukai RI kepada PPATK. Dengan tidak adanya penambahan LPUT selama Desember, maka jumlah total LPUT yang diterima PPATK sejak Januari 26 s.d. Desember tercatat tetap sebanyak laporan dengan penerimaan laporan terbanyak berasal dari Soekarno Hatta (56,1 persen) dan Batam (4,2 persen). Selain menerima LPUT, PPATK juga telah menerima pelaporan pelanggaran pembawaan uang tunai dari Dirjen Bea dan Cukai RI. Hingga Desember, tercatat terjadi 34 pelanggaran pembawaan uang tunai yang terjadi di 19 lokasi pelaporan. Berdasarkan lokasinya, sebagaian besar pelanggaran pembawaaan uang tunai terjadi di Ngurah Rai Denpasar, yakni sebanyak 45,1 persen atau sebanyak 137 pelanggaran. Lokasi Pelaporan Tabel 8 Perbandingan Jumlah LPUT Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Lokasi Pelaporan s.d. Desember Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Des-216 Tahun 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) 216 Nov- Tahun Des- Jumlah Jan 26 s.d. Des- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Ø Batam 2,683 1,613 3,595 3,368 8,576 11,259 Ø Soekarno Hatta 2,866 6,43 3,556 2,861 12,847 15,713 Ø Bandung Ø Tanjung Balai Karimun Ø Tj. Pinang Ø Ngurah Rai Denpasar Ø Dumai Ø Teluk Bayur Ø Teluk Nibung Ø Medan Ø Balikpapan Ø Pontianak Ø Pekanbaru Ø Semarang (Tj. Emas) Ø Lombok Ø Palembang Ø Yogyakarta Ø Mataram Ø Entikong Ø Kuala Namu Ø Juanda Ø Nunukan Total LPUT 5,711 8,29 7,34 3 6,88 22,321 28,32 Jumlah

17 15 Nunukan Juanda Kuala Namu Entikong Mataram Yogyakarta Palembang Lombok Semarang (Tj. Emas) Pekanbaru Pontianak Balikpapan Medan Teluk Nibung Teluk Bayur Dumai Ngurah Rai Denpasar Tj. Pinang Tanjung Balai Karimun Bandung Soekarno Hatta Batam Grafik 11 Perbandingan Jumlah LPUT Berdasarkan Lokasi Pelaporan Januari 26 s.d. Desember ,259 15,713 5, 1, 15, 2, 3, 25, Grafik 12 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LPUT Januari 213 s.d. Desember 32.1% 2, 52.5% 15, 11.8%.1% 28,32 1, 21,224 5, 12,432 13,92 13,92 3,461 1, ,34 6, Kumulatif LPUT LPUT Per-Tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari 26 - Perkembangan LPUT yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d. Desember.

18 16 Tabel 9 Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan Januari 25 s.d. Desember Lokasi Pelaporan (1) (2) (3) Ngurah Rai Denpasar % Soekarno Hatta % Batam % Kuala Namu % Pekan Baru 8 2.6% Pontianak 8 2.6% Medan 6 2.% Tarakan 4 1.3% Dumai 3 1.% Bandung 3 1.% Tj. Pinang 2.7% Teluk Bayur 2.7% Tj. Balai Karimun 2.7% Halim Perdana Kusumah 1.3% Teluk Nibung 1.3% Juanda 1.3% Mataram 1.3% Palembang 1.3% Atambua 2.7% Total Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Jumlah Jan-26 s.d. Des- % 34 1.% Grafik 13 Perbandingan Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan Januari 25 s.d. Desember Atambua Palembang Mataram Juanda Teluk Nibung Halim Perdana Kusumah Tj. Balai Karimun Teluk Bayur Tj. Pinang Bandung Dumai Tarakan Medan Pontianak Pekan Baru Kuala Namu Batam Soekarno Hatta Ngurah Rai Denpasar

19 17 UU TPPU Pasal 17 Ayat (1) : Pihak Pelapor meliputi: a. penyedia jasa keuangan: 1. bank; 2. perusahaan pembiayaan; 3. perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi; 4. dana pensiun lembaga keuangan; 5. perusahaan efek; 6. manajer investasi; 7. kustodian; 8. wali amanat; 9. perposan sebagai penyedia jasa giro; 1. pedagang valuta asing; 11. penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu; 12. penyelenggara e-money dan/atau e- wallet; 13. koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam; 14. pegadaian; 15. perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditi; atau 16. penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang. b. penyedia barang dan/atau jasa lain: 1. perusahaan properti/agen properti; 2. pedagang kendaraan bermotor; 3. pedagang permata dan perhiasan/logam mulia; 4. pedagang barang seni dan antik; atau 5. balai lelang. D. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) Laporan dari PBJ telah diatur dalam UU TPPU, Pasal 17 ayat (1). Laporan dari PBJ mulai efektif diterima PPATK sejak Mei 212. Jumlah Laporan Transaksi dari PBJ (LTPBJ) yang disampaikan kepada PPATK selama Desember tercatat bertambah sebanyak Laporan, atau turun sebesar 5,9 persen (m-tom) dibandingkan jumlah pada bulan sebelumnya, namun lebih tinggi 44, persen dibandingkan jumlah pada Desember 216. Dengan adanya penambahan tersebut, bila diakumulasikan sejak Mei 212, maka jumlah LTPBJ yang diterima PPATK hingga Desember telah mencapai laporan yang berasal dari 366 PBJ. Dari sejumlah LTPBJ yang dilaporkan selama Mei 212 s.d. Desember, sebagian besar laporan transaksi yang dilaporkan berasal dari PBJ di bidang Properti, yaitu sebanyak laporan atau 6,3 persen, diikuti oleh Pedagang Kendaraan Bermotor sebanyak laporan atau 37,1 persen, Pedagang Perhiasan/Logam Mulia sebanyak laporan atau 2, persen, Balai Lelang sebanyak 1.72 laporan atau,6 persen, dan Pedagang Barang Seni/Antik sebanyak 4 laporan atau, persen. Jenis Perusahaan Penyedia Barang dan Jasa Lainnya (PBJ) Tabel 1 Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) Mei 212 s.d. Desember Tahun Des-216 Tahun Nov- Des- Tahun Jumlah LTPBJ Mei 212 s.d. Des- Jumlah PBJ Pelapor Mei 212 s.d. Des- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Ø Perusahaan Properti 63,199 1,948 27,43 2,655 3,234 22, , Ø Pedagang Kendaraan Bermotor 38,575 1,17 13,751 1,985 1,116 17,382 69,78 11 Ø Pedagang Perhiasan/logam mulia 2, ,748 4 Ø Balai Lelang ,72 44 Ø Barang Seni / Antik Ø Tidak terklasifikasi Total LTPBJ 14,856 3,141 41,924 4,88 4,522 41,72 187, Catatan : Laporan dari PBJ diterima sejak Mei 212, setelah diundangkannya UU TPPU (Oktober 21).

20 18 Grafik 14 Perbandingan Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari PBJ dan Jumlah PBJ Pelapor Mei 212 s.d. Desember Barang Seni / Antik Balai Lelang Perhiasan / logam mulia Pedagang Kendaraan Bermotor 4 1 1, , ,78 Perusahaan Properti ,258 2, 4, 6, 8, 1, 12, Jumlah Laporan Transaksi Jumlah PBJ Grafik 15 Jumlah dan Persentase Laporan Transaksi dari PBJ Tahun (s.d. Desember ) Pedagang Kendaraan Bermotor 17,382 42% Balai Lelang 67 2% Perhiasan / logam mulia 129 5% Barang Seni / Antik % Perusahaan Properti 22,629 55%

21 19 UU TPPU Pasal 23 Angka 1 : Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi: c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri.. Peraturan Kepala PPATK No: PER- 12/1.2/PPATK/6/13 tentang Tata Cara Penyampaian LTKL bagi Penyedia Jasa Keuangan Pasal 1 Angka 4: Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan perintah dari Pengirim Asal yang bertujuan memindahkan sejumlah Dana dari dan ke luar wilayah Indonesia kepada Penerima yang disebutkan dalam Perintah Transfer Dana sampai dengan diterimanya Dana oleh Penerima. E. Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana dari/ke Luar Negeri (LTKL) Pelaksanaan kewajiban pelaporan LTKL mulai berlaku pada tanggal 14 Januari 214 untuk Bank Umum dan 1 Desember 215 untuk PJK selain Bank Umum. Kewajiban ini sesuai dengan UU TPPU, Pasal 23 Angka 1 huruf c. Hingga akhir Desember sebanyak 185 PJK telah menyampaikan LTKL kepada PPATK, yang terdiri dari 93 PJK Bank Umum dan 92 PJK selain Bank Umum. Dominasi pelaporan LTKL berasal dari Bank Umum, yakni sebesar 51,9 persen dari keseluruhan LTKL. Dilihat berdasarkan jenis laporan, mayoritas LTKL disampaikan oleh Bank Umum melalui LTKL SWIFT (28 persen), diikuti NON SWIFT oleh selain Bank Umum (39 persen), dan KUPU (33 persen). Jumlah LTKL SWIFT yang disampaikan PJK Bank kepada PPATK selama Januari 214 s.d. Desember sebanyak 24,3 juta LTKL, dengan rata-rata penerimaan per bulan sebanyak 55,3 ribu laporan atau sebanyak 25,3 ribu laporan/hari (1 bulan = 2 hari). Dilihat berdasarkan jumlah laporan, sebagian besar LTKL SWIFT merupakan LTKL Incoming, yakni sebanyak 14,6 juta Laporan atau 6,1 persen sedangkan LTKL Outgoing sebanyak 9,7 juta Laporan atau 39,9 persen. Secara total, bila dilihat berdasarkan nilai dana yang ditransaksikan pada LTKL SWIFT, total nilai transfer dana yang masuk dari luar negeri (Incoming) cenderung lebih besar daripada total nilai transfer dana ke luar negeri (Outgoing). Namun demikian, nilai rata-rata transfer dana Outgoing per transaksi masih lebih besar daripada Incoming, yakni masing-masing sebesar Rp1.598 juta untuk setiap LTKL Outgoing dan Rp1.174 juta untuk setiap LTKL Incoming. Grafik 16 Jumlah Pihak Pelapor LTKL Menurut Jenis Pihak Pelapor Grafik 17 Jumlah LTKL Menurut Jenis Pihak Pelapor NON BANK UMUM 92 5% BANK UMUM 93 5% NON BANK UMUM 48.1% BANK UMUM 51.9%

22 2 Grafik 18 Persentase Komposisi LTKL Menurut Jenis Laporan Periode Januari 214 s.d. Desember KUPU 33% SWIFT 28% NON SWIFT 39% Grafik 19 Jumlah LTKL SWIFT Menurut Jenis Laporan Periode Januari 214 s.d. Desember Incoming 14,58,474 6% Outgoing 9,675,658 4% Grafik 2 Total Nilai LTKL SWIFT Menurut Jenis Laporan Periode Januari 214 s.d. Desember Incoming 17,12,29,1 75,825,8 53% Outgoing 15,46,846,7 23,,6 47%

23 21 Ribu Laporan 4 Grafik 21 Perkembangan Jumlah LTKL SWIFT Bank Periode Desember 216 s.d. Desember Outgoing Incoming Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17 Triliun Rp 5 Grafik 22 Perkembangan Total Nilai (Rp) LTKL SWIFT Bank Periode Desember 216 s.d. Desember Outgoing Incoming Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17 Juta Rp/Laporan Grafik 23 Perkembangan Rata-rata Nilai (Rp) LTKL SWIFT Bank Periode Desember 216 s.d. Desember 1,9. 1,846 1,6. 1,446 1,485 1,446 1,65 1,426 1,545 1,464 1,546 1,62 1,695 1,64 1,673 1,3. 1,16 1,166 1,125 1, , ,6 1, Outgoing Incoming Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17

24 22 UU TPPU Pasal 26 Ayat (1) : (1) Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan Transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan Transaksi dilakukan. (2) Penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal Pengguna Jasa: a. melakukan Transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); b. memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); atau c. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu. (3) Pelaksanaan penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam berita acara penundaan Transaksi. (4) Penyedia jasa keuangan memberikan salinan berita acara penundaan Transaksi kepada Pengguna Jasa. (5) Penyedia jasa keuangan wajib melaporkan penundaan Transaksi kepada PPATK dengan melampirkan berita acara penundaan Transaksi dalam waktu paling lama 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak waktu penundaan Transaksi dilakukan. (6) Setelah menerima laporan penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) PPATK wajib memastikan pelaksanaan penundaan Transaksi dilakukan sesuai dengan Undang- Undang ini. (7) Dalam hal penundaan Transaksi telah dilakukan sampai dengan hari kerja kelima, penyedia jasa keuangan harus memutuskan akan melaksanakan Transaksi atau menolak Transaksi tersebut. F. Laporan Penundaan Transaksi (LPT) Sesuai UU TPPU Pasal 26, Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan Transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan Transaksi dilakukan. Berikut ini perkembangan pelaporan LPT sampai dengan Desember. Jumlah LPT yang dilaporkan oleh PJK kepada PPATK selama Desember tercatat sebanyak 14 Laporan, atau lebih tinggi 18, persen dibandingkan dengan jumlah laporan yang diterima pada November yang sebanyak 5 laporan. Dengan adanya penambahan tersebut, jumlah keseluruhan LPT yang diterima PPATK sejak tahun 213 hingga Desember tercatat sebanyak laporan. Mayoritas penundaan transaksi selama tahun dilakukan oleh PJK Bank (96,5 persen), terutama BPD (71,8 persen) dan Bank Negara (13,7 persen). Sebagian besar transaksi yang ditunda berupa transfer (59,5 persen). Dilihat dari profil terlapor, mayoritas terlapor adalah perorangan (99,6 persen) dengan profesi utama sebagai Pengusaha/Wiraswasta (35,2 persen), Pegawai Swasta (18,9 persen), Ibu Rumahtangga (11,9 persen), dan Pelajar/Mahasiswa (11, persen). Bila dilihat dari besaran nominalnya, sebagian besar transaksi yang ditunda selama tahun bernilai dibawah Rp1 juta (93,4 persen). Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan pemenuhan aspeknya, sebagian besar LPT selama periode tersebut atau sebanyak 93,4 persen telah memenuhi aspek formil, namun disisi lain belum memenuhi aspek materil. Bila dilihat menurut domisili PJK Penunda Transaksi, mayoritas dari transaksi yang ditunda selama tahun terjadi di Propinsi Sumatera Selatan (68,7 persen) dan DKI Jakarta (23,3 persen). Alasan Penundaan Transaksi: Sebagian besar transaksi yang ditunda oleh PJK atau sebanyak 55,1 persen, belum teridentifikasi dengan jelas alasan yang menjadi pertimbangan penundaan transaksi sesuai ketentuan UU TPPU. Dari sejumlah transaksi yang telah teridentifikasi alasan penundaannya, sebagian besar LPT didasari atas pertimbangan bahwa Pengguna Jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana.

25 23 Grafik 24 Perkembangan Bulanan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Desember 216 s.d. Desember Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17 Tabel 11 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Desember Jenis Pihak Pelapor Des Jumlah LPT Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Bank Ø Bank Negara Ø Bank Swasta n.a Ø BPD Ø Bank Asing n.a. n.a.. Ø Bank Campuran 2. n.a. n.a. -1. Non Bank Ø Asuransi Ø Pasar Modal n.a. n.a. n.a. Total LPT Tabel 12 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materil s.d. Desember Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materil Laporan Penundaan Transaksi Des Jumlah LPT Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Aspek Formil dan Aspek Materil terpenuhi n.a Aspek Formil terpenuhi, namun Aspek Materil tidak terpenuhi Aspek Formil tidak terpenuhi, namun Aspek Materil terpenuhi. n.a. n.a. n.a. Aspek Formil dan Aspek Materil tidak terpenuhi n.a Total LPT Keterangan: (1) Aspek formil terpenuhi bila Berita Acara/Pernyataan telah dilakukan penundaan transaksi dibuat tidak lebih dari 24 jam setelah transaksi ditunda. (2) Aspek materil terpenuhi bila transaksi yang ditunda bernilai Rp1 juta atau lebih.

26 24 Jenis Transaksi Yang Ditunda Des-216 Tabel 13 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Transaksi Yang Ditunda s.d. Desember 216 Jumlah LPT Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Transfer Tarik/Setor Tunai SMS/Mobile Banking n.a. n.a Polis Asuransi Internet Banking n.a Incoming Valas n.a. n.a Remittance 4. n.a. n.a. -1. Penukaran Valas. n.a. n.a. n.a. Redemption penyertaan. n.a. n.a. n.a. Saham. n.a. n.a. n.a. Pembayaran. n.a. n.a. n.a. Kirim Valas. n.a. n.a. n.a. Lainnya n.a.. Tidak Terisi Total LPT Jenis Terlapor dan Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan Tabel 14 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Terlapor dan Jenis Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan s.d. Desember Des Jumlah LPT Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Perorangan Ø Pengusaha/Wiraswasta Ø Pegawai Swasta n.a Ø Ibu Rumahtangga n.a Ø Pelajar/Mahasiswa n.a Ø Buruh n.a Ø Pedagang n.a. n.a Ø PNS n.a Ø PEPS n.a. 25. Ø TNI/POLRI (Termasuk Pensiunan) n.a. n.a. 1. Ø Profesional 1.4 n.a. n.a. n.a. Ø TKW. n.a. n.a. n.a. Ø Pengajar/Dosen 2. n.a. n.a. -1. Ø Belum/Tidak Bekerja n.a. n.a Ø Tidak Teridentifikasi n.a Korporasi n.a Total LPT Kategori Nominal Transaksi Tabel 15 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Kategori Nominal Transaksi Yang Ditunda s.d. Desember Des Jumlah LPT Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Ø Dibawah Rp1 juta Ø Rp1 juta s.d. Rp1 miliar n.a Ø Diatas Rp1 miliar n.a Total LPT

27 25 Propinsi Kantor PJK Penunda Transaksi Tabel 16 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Kantor PJK Pelapor Penundaan Transaksi s.d. Desember Des Jumlah LPT Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) SUMSEL DKI JAKARTA JAWA BARAT n.a. n.a KALTIM n.a. n.a. 5. JAWA TENGAH n.a. n.a.. NTB 2.9 n.a. n.a. n.a. JAWA TIMUR n.a. n.a SULSEL n.a. n.a.. PAPUA 1.4 n.a. n.a. n.a. RIAU n.a SUMBAR n.a. n.a BANTEN n.a. n.a KALSEL. n.a. n.a. n.a. SULTRA 1. n.a. n.a. -1. KALTENG 1. n.a. n.a. -1. SUMUT 4. n.a. n.a. -1. DIY 2. n.a. n.a. -1. JAMBI 3. n.a. n.a. -1. SULBAR. n.a. n.a. n.a. BALI 1. n.a. n.a. -1. SULTENG 3. n.a. n.a. -1. NAD 1. n.a. n.a. -1. SULUT. n.a. n.a. n.a. BENGKULU. n.a. n.a. n.a. KALBAR. n.a. n.a. n.a. GORONTALO. n.a. n.a. n.a. NTT. n.a. n.a. n.a. KEP BABEL 1. n.a. n.a. -1. MALUKU. n.a. n.a. n.a. KEPRI 2. n.a. n.a. -1. LAMPUNG 2. n.a. n.a. -1. Total LPT Alasan Penundaan Transaksi Des-216 Tabel 17 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Alasan Penundaan Transaksi s.d. Desember 216 Jumlah LPT Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Pertimbangan (1) dan (2) Pertimbangan (1) dan (3) 1. n.a. n.a. -1. Pertimbangan (2) dan (3) 2. n.a. n.a. -1. Pertimbangan (1) saja Pertimbangan (2) saja Pertimbangan (3) saja n.a Tidak Teridentifikasi Total LPT Keterangan: (1) Pengguna Jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana; (2) Pengguna Jasa memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana; (3) Penguna Jasa diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu.

28 26 A. Hasil Analisis (HA) ANALISIS & PEMERIKSAAN UU TPPU Pasal 44 Ayat (1) : Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, PPATK dapat: a. meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor; b. meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait; c. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan pengembangan hasil analisis PPATK; d. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri; e. meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luar negeri; f. menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidana Pencucian Uang; g. meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan tindak pidana Pencucian Uang; h. merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; i. meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian Transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana; j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang; k. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan l. meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik. Selama Desember, PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak 53 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 236 laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 14 HA (26,4 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 58 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 39 HA (73,6 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 178 laporan. Dengan adanya penambahan tersebut, maka jumlah HA yang telah disampaikan PPATK kepada Penyidik selama tahun adalah sebanyak 414 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 13 HA (31,4 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 1.47 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 284 HA (68,6 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan. Setelah berlakunya UU TPPU s.d. Desember, PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 88 HA (32,8 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 1.87 HA (67,2 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan. Dengan demikian, sejak Januari 23 s.d. Desember, jumlah HA (tidak termasuk Hasil Pemeriksaan) yang disampaikan kepada Penyidik sudah mencapai HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 2.52 HA (49,8 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 6.3 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 2.66 HA (5,2 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 7.24 laporan. Berdasarkan jumlah HA selama tahun, dugaan tindak pidana Korupsi masih menjadi tindak pidana yang paling dominan dalam HA, yaitu sebanyak 196 HA (47,3 persen). Jumlah HA dengan dugaan tindak pidana Korupsi tersebut lebih rendah sebesar 11,3 persen dibandingkan jumlah HA selama periode yang sama tahun 216 yang berjumlah sebanyak 221 HA. Sementara itu, jumlah HA dengan dugaan tindak pidana Penipuan yang merupakan tindak pidana dominan berikutnya juga mengalami penurunan sebesar 9,3 persen jika dibandingkan jumlah HA selama periode yang sama tahun 216. PPATK juga menyampaikan Informasi Hasil Analisis kepada pihak-pihak yang telah menjalin kerjasama pertukaran informasi dengan PPATK. Selama tahun, jumlah IHA yang telah disampaikan sebanyak 382 IHA.

29 27 PROAKTIF Tabel 18 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik dan Jumlah LTKM yang menjadi Dasar Analisis (Terkait) Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 23 s.d. Desember Jenis Hasil Analisis (HA) Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Des-216 Tahun 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) 216 Tahun Nov- Des- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Ø Hasil Analisis 1, ,52 Ø LTKM Terkait 2,851 1, ,47 3,449 6,3 Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Des- INQUIRY**) Ø Hasil Analisis 259 1, ,87 2,66 Ø LTKM Terkait 259 4, ,139 6,765 7,24 TOTAL Ø Hasil Analisis 1,431 1, ,687 4,118 Ø LTKM Terkait 3,11 6, ,546 1,214 13,324 Keterangan : - Cut off data per 31 Desember. - Proaktif adalah HA yang disampaikan atas insiatif PPATK. - Inquiry adalah HA yang disampaikan sebagai jawaban atas permintaan dari Apgakum. - Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember HA Inquiry Januari 24 sampai dengan Desember 28, hanya diperhitungkan sebagai catatan biasa dan tidak diperhitungkan sebagai HA. Grafik 25 Perkembangan Jumlah HA per-tahun yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis HA Januari 213 s.d. Desember HA per-tahun Proaktif Inquiry

30 28 Penyidik Tabel 19 Jumlah Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis Penyidik Januari 23 s.d. Desember Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Des-216 Tahun 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) 216 Tahun Nov- Des- Jumlah Jan 23 s.d. Des- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Ø KEPOLISIAN SAJA ,21 1,21 Ø KEJAKSAAN SAJA Ø KPK SAJA Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN KPK Ø KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN 1, ,379 Ø KEPOLISIAN DAN KPK Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN BNN Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN DITJEN PAJAK Ø KEJAKSAAN DAN KPK Ø DITJEN PAJAK Ø DITJEN BEA DAN CUKAI Ø BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) Jumlah JUMLAH HA 1,431 1, ,687 4,118 Catatan : Jumlah Inquiry belum memperhitungkan inquiry Januari 24 s.d. Desember 28, sebanyak 295 laporan. Dugaan Tindak Pidana Asal Tabel 2 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 23 s.d. Desember Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Des-216 Tahun 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) 216 Tahun Nov- Des- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Ø Korupsi; ,362 1,942 Ø Penyuapan; Ø Narkotika; Ø Di bidang perbankan; Ø Di bidang Pasar Modal Ø Di bidang perasuransian; 1 1 Ø Kepabeanan; Ø Terorisme/Pendanaan Teorisme; Ø Pencurian; Ø Penggelapan; Ø Penipuan; Ø Pemalsuan uang; Ø Perjudian; Ø Prostitusi; Ø Di bidang perpajakan; Ø Di bidang kehutanan; Ø Di bidang kelautan dan perikanan; Ø Perdagangan orang; Ø Pidana lain yang diancam dengan penjara 4 tahun atau lebih Ø Tidak Teridentifikasi / dll Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Des- JUMLAH HA 1,431 1, ,687 4,118

31 29 Tabel 21 Jumlah HA yang Tidak Ditemukan Indikasi berkaitan dengan Tindak Pidana dan Tidak disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 23 s.d. Desember (HA database) Tahun Hasil Analisis LTKM Terkait Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember Jumlah Jumlah Tahun 23 s.d. Des 845 1,56 *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Catatan : HA dimasukan dalam database karena tidak terindikasi terkait dugaan tindak pidana, dianggap sesuai dengan profil dan memiliki underlying yang wajar serta keterbatasan data. Grafik 26 Perkembangan Jumlah HA per-tahun yang Tidak Terindikasi Tindak Pidana (HA database) dan Jumlah HA yang disampaikan ke Penyidik Januari 23 s.d. Desember HA Database HA ke Penyidik

32 3 Tabel 22 Jumlah Informasi Hasil Analisis (IHA) Terkait dengan Pemberian Informasi sesuai dengan MoU dengan Lembaga/Instansi #) Terkait Berdasarkan Lembaga/Instansi Penyampaian IHA Januari 23 s.d. Desember Instansi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Des-216 Tahun 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) 216 Tahun Nov- Des- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Ø Komisi Pemberantasan Korupsi Ø Badan Pengawas Pemilu Ø Komisi Yudisial Ø Tim Tas TIPIKOR 1 1 (Bubar Tgl 11/6/27) Ø BAPEPAM-LK (Menjadi OJK Th ) Ø Bank Indonesia Ø Dirjen Pajak Ø Kementerian Luar Negeri Ø Kementerian Kehutanan 1 1 Ø Badan Pemeriksa Keuangan Ø Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Ø Kementerian Keuangan Ø Lembaga Penjamin Simpanan Ø Ditjen Bea dan Cukai Ø Badan Narkotika Nasional Ø Kementerian Hukum dan Ø Kementerian Dalam Negeri Ø Ombudsman Ø Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Ø Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Ø KPPU Ø Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ø Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Ø Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Ø Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Ø Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Ø Kementerian Agama RI Ø Tentara Nasional Indonesia Ø BNPB Ø Kementerian Pertahanan Ø Bappenas Ø Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Ø Badan Kepegawaian Negara Ø Kementerian Kesehatan Ø Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Ø Badan Intelijen Negara Ø Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ø Kementerian Perhubungan Ø Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Ø Kementerian Badan Usaha Milik Negara RI Ø Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ø Badan Pengawasan Obat Makanan Ø SKK Migas Ø Lainnya JUMLAH IHA ,219 1,782 Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Des- *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21. #) Pada periode sebelum berlakunya UU TPPU No.8 Tahun 21, Instansi KPK, Ditjen Pajak, BNN, Ditjen Bea dan Cukai belum dinyatakan sebagai instansi yang berwenang untuk menerima HA dari PPATK.

33 31 B. Karakteristik Terlapor Berdasarkan HA UU TPPU Pasal 1 Angka 9 : Setiap Orang adalah orang perseorangan atau Korporasi. Berdasarkan register data HA Proaktif selama tahun (s.d. Desember ) yang berjumlah sebanyak 13 HA, mayoritas terlapor HA proaktif adalah perorangan (83,8 persen atau sebanyak 19 HA). Dilihat berdasarkan nominal transaksinya, mayoritas HA proaktif selama tahun bernominal di atas Rp5 Miliar, yakni sebesar 61,5 persen atau sebanyak 72 HA. Berdasarkan lokus kejadiannya, diketahui bahwa sebagian besar kasus dugaan TPPU dalam HA proaktif terjadi di Propinsi DKI Jakarta atau sebesar 59,2 persen atau sebanyak 77 HA. Tabel 23 Perkembangan HA Proaktif Berdasarkan Kategori Terlapor s.d. Desember Kategori Terlapor Des Jumlah HA Nov- Des- % Distribusi Kumulatif s.d. Des- Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Perorangan Ø Laki-Laki Ø Perempuan n.a Non Perorangan/Korporasi Total HA Proaktif Grafik 27 Persentase HA Proaktif Berdasarkan Kategori Nominal Transaksi HA Januari s.d. Desember Di atas Rp 5 Miliar 61.5 Dibawah Rp1 Miliar % Rp2 Miliar - Rp3 Miliar 6. Rp4 Miliar - Rp5 Miliar.9 Rp3 Miliar - Rp4 Miliar 3.4 3% Rp1 Miliar - Rp2 Miliar 5.1 5%

34 32 Tabel 24 Perkembangan HA Proaktif Menurut Locus (Tempat Kejadian) Indikasi Terjadinya Tindak Pidana s.d. Desember Propinsi Des Jumlah HA Nov- Des- % Distribusi Kumulatif s.d. Des- Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Nanggroe Aceh Darussalam. n.a. n.a. n.a. Sumatera Utara 4. n.a. n.a. -1. Sumatera Barat. n.a. n.a. n.a. Sumatera Selatan n.a. n.a.. Bengkulu n.a. n.a. n.a. Jambi n.a. n.a. Riau n.a. n.a. n.a. Kepulauan Riau n.a. n.a. Lampung n.a. n.a. n.a. Kep Bangka Belitung. n.a. n.a. n.a. Banten n.a. n.a. 2. DKI Jakarta Jawa Barat 1 7. n.a Jawa Tengah n.a Jawa Timur n.a. n.a. -6. DI Yogyakarta 2. n.a. n.a. -1. Bali n.a. n.a.. Nusa Tenggara Barat n.a. n.a. 2. Nusa Tenggara Timur 1.8 n.a. n.a. n.a. Maluku n.a. n.a. -5. Maluku Utara. n.a. n.a. n.a. Kalimantan Barat n.a Kalimantan Timur n.a. n.a. -6. Kalimantan Tengah 1. n.a. n.a. -1. Kalimantan Selatan 2. n.a. n.a. -1. Sulawesi Utara n.a Sulawesi Selatan n.a. n.a. 2. Sulawesi Tengah. n.a. n.a. n.a. Sulawesi Tenggara 1.8 n.a. n.a. n.a. Sulawesi Barat. n.a. n.a. n.a. Gorontalo. n.a. n.a. n.a. Papua n.a Papua Barat. n.a. n.a. n.a. Total HA Proaktif Catatan : Provinsi kejadian terlapor merupakan locus (tempat kejadian) dugaan tindak pidana yang berindikasi dalam HA terdiri dari seluruh dugaan tindak pidana, dan juga dari seluruh profil pekerjaan.

35 33 Gambar 2. Pemetaan Propinsi Menurut Kategori Persentase Locus (Tempat Kejadian) Dugaan Tindak Pidana yang Terindikasikan dalam HA Proaktif Januari s.d. Desember Catatan : Terkait dengan seluruh tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 UU No.8 tahun 21, tanpa membedakan profile terlapor.

36 34 C. HA Pendanaan Terorisme UU TPPU Pasal 2 Ayat (2) : Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n. Pasal 93: Dalam hal ada perkembangan konvensi internasional atau rekomendasi internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme, PPATK dan instansi terkait dapat melaksanakan ketentuan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Sepanjang tahun, terdapat 23 HA yang terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme dan/atau pendanaan terorisme. Dengan demikian, sejak Januari 23 s.d. Desember, jumlah seluruh HA yang telah disampaikan kepada penyidik terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme sebanyak 132 HA, yang terdiri dari: o HA Proaktif : sebanyak 64 HA o HA Inquiry : sebanyak 68 HA (sudah termasuk Inquiry pada periode Januari tahun 27 s.d. Desember 28 dimana pada periode tersebut belum dicatat sebagai HA) Jumlah LTKM yang disampaikan PJK kepada PPATK terkait dengan HA dengan dugaan tindak pidana terorisme sejak Januari 23 s.d. Desember sebanyak 425 LTKM. Tabel 25 Jumlah HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 23 s.d. Desember Tahun Proaktif Hasil Analisis Inquiry Jumlah HA Jumlah Kumulatif HA Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) Jumlah Jumlah Jan-23 s.d. Des *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember HA Inquiry Januari 24 sampai dengan Desember 28, hanya diperhitungkan sebagai catatan biasa dan tidak diperhitungkan sebagai HA. C

37 35 Grafik 28 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif HA Terkait dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 23 s.d. Desember Jumlah Kumulatif Jumlah Per-Tahun Catatan : Jumlah Kumulatif pada tahun 21 dihitung sejak Januari Grafik 29 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKM Terkait dengan HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 23 s.d. Desember Jumlah Kumulatif Jumlah per Tahun Catatan : Jumlah Kumulatif pada tahun 21 dihitung sejak Januari 23.

38 36 Grafik 3 Jumlah dan Persentase Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik, Terkait dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 23 s.d. Desember Inquiry 68 52% Proaktif 64 48% Tabel 26 Jumlah LTKM Yang Disampaikan PJK Kepada PPATK Terkait Dengan HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 23 s.d. Desember Tahun Jumlah LTKM Jumlah Kumulatif LTKM Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) Jumlah Jumlah Jan-23 s.d. Des- 425 *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21.

39 37 UU TPPU Pasal 1 Angka 8 : Hasil Pemeriksaan adalah penilaian akhir dari seluruh proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional yang disampaikan kepada penyidik. Pasal 9 Ayat (1) : Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, yang meliputi: a. instansi penegak hukum; b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan; c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang; dan e. financial intelligence unit negara lain. Pasal 47 Ayat (1) dan Ayat (2) : PPATK membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenangnya secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Periode D. Hasil Pemeriksaan (HP) Selama Desember, terdapat 5 penambahan penyampaian Hasil Pemeriksaan (HP) dari PPATK kepada Penyidik KPK (3 HP), Penyidik Ditjen Pajak (1 HP), dan Penydiik Kepolisian (1 HP). Dengan adanya penambahan HP tersebut, maka jumlah keseluruhan HP yang telah disampaikan oleh PPATK ke Penyidik sejak berlakunya UU TPPU hingga akhir tahun tercatat sebanyak 16 HP, dengan perincian: 44 HP diantaranya disampaikan ke Penyidik KPK, 31 HP ke Penyidik Kejaksaan, 29 HP ke Penyidik Kepolisian, 17 HP ke Ditjen Pajak, 6 HP ke Ditjen Bea Cukai, 5 HP ke Penyidik BNN, 3 HP masingmasing ke Gubernur BI dan Panglima TNI, serta 1 HP masingmasing ke Ketua Dewan OJK, Kemendagri, dan Kementerian Koperasi dan UKM. Berkaitan dengan perkara TPPU yang telah diperiksa oleh PPATK sejak berlakunya UU TPPU, pemeriksaan telah dilakukan setidaknya terhadap rekening Pihak Terkait yang tersebar pada 1.86 PJK. Tabel 27 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang disampaikan oleh PPATK per Bulan Januari 211 s.d. Desember Jumlah HP Jumlah HP ke Penyidik Jumlah IHP ke Penyidik Lainnya Jumlah IHP ke Instansi Lainnya Kepolisian Kejaksaan KPK BNN DJP DJBC Gubernur BI Panglima TNI Ketua Dewan OJK Kemendagri Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Maret Mei Agustus September Oktober November Desember Tahun Januari Maret Mei Juli September Oktober November Desember Jumlah Kemenkop & UKM

40 38 Tabel 28 Jumlah HP Berdasarkan Tahun Penyampaian Januari 211 s.d. Desember Tahun Jumlah HP Jumlah PJK Jumlah Rekening , , , ,853 Jumlah Kumulatif 16 1,86 8,256 Grafik 31 Perkembangan Jumlah HP, Jumlah PJK, dan Jumlah Rekening yang Diperiksa Januari 211 s.d. Desember 1,831 1,774 1,853 1, Jumlah HP Jumlah PJK Jumlah Rekening

41 39 UU TPPU Pasal 44 Ayat (1) : Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, PPATK dapat : j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang. E. Tindak Lanjut Terhadap HA/HP/Informasi Terhadap HA dan/atau HP dan/atau Informasi Hasil Analisis (IHA) yang telah disampaikan kepada penyidik, PPATK telah melakukan pemantauan tindak lanjut (feedback). Tindak lanjut oleh penyidik tersebut diantaranya dapat berupa pengumpulan bahan dan keterangan/penelahaan, penyelidikan, penyidikan, dalam proses penuntutan, pemeriksaan di persidangan, ataupun sudah berkekuatan hukum tetap. HA/HP/IHA PPATK juga digunakan untuk mendukung proses pelacakan aset, mendorong peningkatan pendapatan negara melalui optimalisasi penerimaan pajak, serta mendukung validitas LHKPN. Tindak lanjut terhadap HA/HP/IHA yang disampaikan kepada penyidik dalam publikasi ini merupakan informasi tindak lanjut atas HA/IHA yang telah disampaikan oleh PPATK kepada Penyidik, selama periode Januari 215 s.d. Desember serta tindak lanjut atas HP periode Januari 215 s.d. Desember. Berdasarkan register feedback HA/HP, diketahui bahwa penerimaan feedback HA/HP/IHA dari Instansi Penyidik TPPU masih belum sepenuhnya optimal. Tingkat rasio penyampaian feedback atas HA, HP, dan Informasi Proaktif secara rata-rata sebesar 47,7 persen, dengan rasio feedback tertinggi adalah terkait HP sebesar 1, persen, diikuti oleh HA Inquiry sebesar 65,4 persen, HA Proaktif sebesar 63,6 persen, dan IHA sebesar 21,6 persen. Dilihat berdasarkan bentuk tindak lanjut atas feedback selama Januari 215-Desember, mayoritas status tindak lanjutnya masih dalam tahap penyelidikan, yaitu sebesar 31,5 persen. Grafik 32 Komposisi Jumlah Feedback HA/HP/IHA *) yang Diterima PPATK menurut Jenis HA/HP/IHA Januari 215 s.d. Desember IHA % HP 59 6% HA- Proaktif % HA- Inquiry %

42 4 Grafik 33 Perbandingan Jumlah HA/HP/IHA dengan Feedback yang Diterima Januari 215 s.d. Desember 2,4 1.% 2,187 1.% 2, 8.% 1,6 1, % 65.4% 47.7% 1, % HA-Proaktif HA-Inquiry IHA HP Total Jumlah HA/HP/INF Jumlah Feedback Rasio Feedback 6.% 4.% 2.%.% Grafik 34 Persentase Bentuk Tindak Lanjut atas Feedback HA/HP?IHA yang diterima Januari 215 Desember Henti Penyidikan.7% Persidangan 2.7% Putusan Hakim 1.8% Penuntutan 3.3% Pemeriksaan 23.7% Penyidikan 27.3% Penyelidikan 31.5%

43 41 F. Permintaan Informasi Kepada PJK/PBJ Terkait HA Terkait kegiatan analisis transaksi keuangan, selama Desember, PPATK telah menyampaikan sebanyak 432 permintaan informasi, dengan rincian 411 permintaan informasi kepada PJK Bank, dan 21 permintaan informasi kepada PJK Non Bank. Dengan demikian, jumlah permintaan informasi yang disampaikan kepada PJK/PBJ/instansi lainnya dalam rangka mendukung penyusunan HA sejak Januari 21 s.d. Desember telah mencapai sebanyak permintaan. Sebagian besar permintaan informasi selama Januari 21 s.d. Desember disampaikan kepada PJK Bank (84,7 persen atau permintaan), kepada PJK Non Bank (14,9 persen atau permintaan), serta kepada regulator/instansi lainnya (,4 persen atau 91 permintaan). Tabel 29 Jumlah Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ Berdasarkan Jenis PJK/PBJ/Instansi Januari 21 s.d. Desember Tahun Bank Non Bank Regulator/ Instansi Lainnya Jumlah , , , , , , , , , ,816 3, ,539 Jumlah 21 s.d. Des 19,141 3, ,588 % Distribusi

44 42 Grafik 35 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ Januari 213 s.d. Desember 25.1% 2, 16, 12, 8, 4, 36.4% 4.7% 22, % 18,49 13,233 9,48 1,296 3,48 3,825 4,816 4, Jumlah Kumulatif Jumlah per Tahun Grafik 36 Perkembangan Jumlah Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ per tahun Berdasarkan Jenis PJK/PBJ Januari 213 s.d. Desember 5, 4, 3, 2,756 3,25 3,969 3,949 2, 1, 1, Bank Non Bank Regulator/ Instansi Lainnya

45 43 G. Pengaduan Masyarakat (Dumas) Sejak Januari 213 s.d. Desember, PPATK telah menerima 622 Dumas, dengan 79 Dumas diantaranya disampaikan selama tahun. Sebagian besar Dumas selama Januari 213 s.d. Desember disampaikan oleh Pelapor Individu, yakni sebanyak 431 Dumas atau sebesar 69,3 persen. Sedangkan Dumas yang disampaikan oleh Lembaga sebanyak 191 Dumas saja atau sebesar 3,7 persen. Terhadap 622 laporan Dumas yang telah disampaikan oleh Pelapor kepada PPATK selama Januari 213 s.d. Desember, tercatat keseluruhan Laporan atau sebesar 1, persen Dumas telah ditindaklanjuti. Tabel 3 Jumlah Pengaduan Masyarakat yang Disampaikan Kepada PPATK Januari 213 s.d. Desember Periode Individu Lembaga Total Jumlah Jan-213 s.d. Des- Jenis Pelapor Grafik 37 Distribusi Pengaduan Masyarakat yang DIsampaikan Kepada PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Januari 213 s.d. Desember Lembaga % Individu %

46 44 Tabel 31 Rasio Tindak Lanjut Laporan Pengaduan Masyarakat oleh PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Dumas Januari 213 s.d. Desember Pengaduan Masyarakat Jan-213 s.d. Des- Jenis Pelapor Individu Lembaga Total Jumlah Laporan Dumas Jumlah Dumas yang DitindaklanjutI Rasio Tindak Lanjut Dumas 1.% 1.% 1.% Grafik 38 Perbandingan Jumlah Dumas yang diterima terhadap Jumlah Dumas yang telah ditindaklanjuti oleh PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Dumas Januari 213 s.d. Desember Individu Lembaga Total Jumlah Laporan Dumas Jumlah Dumas yang DitindaklanjutI

47 45 LAIN-LAIN UU TPPU Pasal 69: Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Pasal 77: Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana. A. Putusan Pengadilan Terkait TPPU Berdasarkan data terkini, telah terdapat 168 perkara TPPU yang telah diputus oleh Pengadilan sejak Januari 25 s.d. Desember. Selama periode tersebut, sebagian besar Putusan Pengadilan terkait TPPU diputus oleh Pengadilan (mencakup Pengadilan Negeri/Tipikor, Pengadilan Tinggi, dan atau Mahkamah Agung) di wilayah DKI Jakarta, yaitu sebanyak 7 putusan atau 41,7 persen. Putusan yang telah diputus oleh Pengadilan terkait TPPU adalah hukuman maksimal selama seumur hidup dan denda maksimal sebesar Rp32 Miliar. Sebagian besar putusan Pengadilan perkara TPPU terkait dengan tindak pidana asal Korupsi, yakni sebanyak 45 putusan atau 26,8 persen dari total keseluruhan putusan TPPU. Tabel 32 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait Tindak Pidana Pencucian Uang Menurut Propinsi Januari 25 s.d. Desember Propinsi Kumulatif 25 s.d. (s.d. Des ) % Distribusi DKI Jakarta Jawa Tengah Jawa Barat Sumatera Utara Jawa Timur Bali Kalimantan Selatan 5 3. Kalimantan Timur Kalimantan Barat Banten Banda Aceh Lampung 1.6 Riau Kepri Sumatera Selatan Jambi Bengkulu Papua Sulawesi Utara 1.6 Papua Barat 1.6 Sulawesi Tengah 1.6 Sulawesi Barat 1.6 Kalimantan Utara 1.6 Kalimantan Tengah 1.6 Sulawesi Selatan 1.6 Jumlah

48 46 Grafik 39 Perbandingan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 25 s.d. Desember Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan TPPU Kehutanan Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Penyuapan TP Perpajakan Pemerasan Transfer Dana Perdagangan Pencurian Psikotropika Perjudian Pemalsuan Perbankan Penggelapan Penipuan Narkotika Korupsi Tabel 33 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 25 s.d. Desember Tindak Pidana Asal Kumulatif 25 s.d. (s.d. Des ) % Distribusi Korupsi Narkotika Penipuan Penggelapan Perbankan Pemalsuan Perjudian Psikotropika Pencurian Perdagangan 1.6 Transfer Dana 1.6 Pemerasan 1.6 TP Perpajakan 1.6 Penyuapan 1.6 Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai 1.6 Kehutanan 1.6 Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan TPPU 5 3. Jumlah

49 47 Tahun Tabel 34 Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Tahun Putusan dan Hukuman Januari 25 s.d. Desember Jumlah Putusan Hukuman Penjara (dalam Tahun) Hukuman Denda (dalam Rupiah) Minimal Maksimal Minimal Maksimal Total Denda (dalam rupiah) Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21) * Januari 23 - Desember (bulan) 17 5,, 15,,, 72,555,, ,, 5,, 8,3,, ,, 1,,, 12,6,, Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) ,,, Seumur Hidup Jumlah 13 1 Jumlah (bulan) *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Seumur Hidup Seumur Hidup 5,, 32,,, 2,9,, 5,, 32,,, 93,455,, Grafik 4 Perkembangan Jumlah Putusan Pengadilan Terkait TPPU Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 28 s.d. Desember Kumulatif Putusan Jumlah Putusan

50 48 B. Keterangan Ahli Dalam mendukung proses penegakan hukum TPPU, PPATK turut berkontribusi dalam memberikan keterangan ahli. Berdasarkan data terkini s.d. akhir Desember tercatat sebanyak 227 permintaan keterangan ahli telah dipenuhi oleh PPATK selama setahun terakhir. Bila diakumulasikan sejak Januari 28 s.d. Desember, telah terdapat 1.86 permintaan Keterangan Ahli dari beberapa instansi yang telah dipenuhi PPATK. Mayoritas permintaan Keterangan Ahli selama Januari 28 s.d. Desember tersebut berasal dari Kepolisian, yakni sebanyak 644 permintaan atau 59,3 persen dari seluruh permintaan yang telah dipenuhi oleh PPATK. Bila dilihat berdasarkan periode berlakunya UU TPPU, PPATK telah memenuhi permintaan keterangan ahli sebanyak 1.27 permintaan sejak tahun 211. Selama periode ini, sebagian besar permintaan keterangan ahli yang dapat dipenuhi oleh PPATK juga berasal dari Kepolisian, yakni sebanyak 611 permintaan atau sebanyak 59,5 persen dari keseluruhan permintaan yang telah dipenuhi oleh PPATK. Tabel 35 Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Dari PPATK Berdasarkan Instansi Pemohon Januari 28 s.d. Desember Instansi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) Jumlah Jumlah Tahun 28 s.d. Des- BADAN RESERSE DAN KRIMINAL (BARESKRIM) KEPOLISIAN DAERAH (POLDA) & RESOR (POLRES) KEJAKSAAN AGUNG RI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOMISI INFORMASI PUSAT (KIP) PENGADILAN MILITER DITJEN PAJAK DITJEN BEA & CUKAI Jumlah ,27 1,86 *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21

51 49 Grafik 41 Perbandingan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Kepada PPATK Berdasarkan Instansi Pemohon Januari 28 s.d. Desember BARESKRIM POLDA & POLRES KEJAKSAAN KPK BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOMISI INFORMASI PUSAT (KIP) PENGADILAN MILITER DITJEN PAJAK DITJEN PAJAK Grafik 42 Perkembangan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Kepada PPATK dan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Januari 28 s.d. Desember 1,2 1, Jumlah Kumulatif Keterangan Ahli Jumlah Keterangan Ahli per Tahun Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan 859 1,

52 5 C. Audit UU TPPU Pasal 43: Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, PPATK berwenang: c. melakukan audit kepatuhan atau audit khusus; d. menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor; Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor, PPATK berwenang melakukan kegiatan Audit Kepatuhan dan Audit Khusus terhadap Pihak Pelapor, baik secara off-site maupun secara on-site kepada Pihak Pelapor Penyedia Jasa Keuangan maupun Penyedia Barang/Jasa Lainnya. Sepanjang tahun (s.d. Desember ), PPATK telah melakukan 97 audit secara on-site kepada Pihak Pelapor. Berdasarkan data akumulasi kegiatan audit tahun, sebagian besar audit yang dilakukan adalah terhadap 65 Perusahaan Properti/Agen Properti (67, persen), 1 KUPU (1,3 persen), 13 Bank (13,4 persen), dan 9 Pedagang Kendaraan Bermotor (9,3 persen). Bila diakumulasi sejak Januari 25, jumlah keseluruhan pelaksanaan audit yang telah dilakukan oleh PPATK terhadap PJK/PBJ s.d. Desember telah mencapai 1.14 audit. Jenis Pihak Pelapor Tabel 36 Jumlah Pihak Pelapor yang telah di Audit *) Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor s.d. Desember Tahun Des Jumlah Audit Nov- Des- % Distribusi Perkembangan Des- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) PENYEDIA JASA KEUANGAN: Bank n.a Perusahaan Pembiayaan 63. n.a. n.a. n.a. Perusahaan Asuransi dan Pialang n.a. n.a. n.a. 96. Asuransi Dana Pensiun Lembaga Keuangan. n.a. n.a. n.a. Perusahaan Efek dan Manajer n.a. n.a Investasi Perposan 1. n.a. n.a. n.a. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta n.a. n.a Asing Koperasi Simpan Pinjam 7. n.a. n.a. n.a. Pegadaian 1. n.a. n.a. n.a. Penyelenggara Kegiatan Usaha n.a. n.a Pengiriman Uang PENYEDIA BARANG DAN JASA: Perusahaan Properti/Agen Properti n.a. 1.2 Pedagang Kendaraan Bermotor n.a. n.a Pedagang Permata dan n.a. n.a. n.a. 13. Perhiasan/Logam Mulia Pedagang Barang Seni dan Antik. n.a. n.a. n.a. Balai Lelang. n.a. n.a. n.a. Total Audit n.a *) Mencakup audit kepatuhan dan audit khusus.

53 51 Grafik 43 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif Audit Kepada Pihak Pelapor Januari 213 s.d. Desember 1,2 1, % 16.7% 14.4% 9.6% ,7 1, Jumlah Kumulatif Perkembangan (%) Jumlah per-tahun Grafik 44 Perbandingan Jumlah Pihak Pelapor yang telah di Audit Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Januari 25 s.d. Desember Balai Lelang Pedagang Barang Seni Pedagang Permata dan 13 Pedagang Kendaraan 81 Perusahaan 248 Penyelenggara Kegiatan 32 Pegadaian 1 Koperasi Simpan Pinjam 7 Kegiatan Usaha 118 Perposan 1 Perusahaan Efek dan 128 Dana Pensiun Lembaga Perusahaan Asuransi dan 96 Perusahaan Pembiayaan 63 Bank

54 52 D. Pertukaran Informasi UU TPPU Pasal 88 Ayat (1) dan Ayat (2) : Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal. Pihak yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pihak yang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang di Indonesia. Pasal 89 Ayat (1) dan Ayat (2) : Kerja sama internasional dilakukan oleh PPATK dengan lembaga sejenis yang ada di negara lain dan lembaga internasional yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang. Kerja sama internasional yang dilakukan PPATK dapat dilaksanakan dalam bentuk kerja sama formal atau berdasarkan bantuan timbal balik atau prinsip resiprositas. Pasal 9 Ayat (1): Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional,. Selama tahun, terdapat 121 pertukaran informasi yang dilakukan antara PPATK dengan Financial Intellegence Unit (FIU) lain, yang mayoritas terdiri dari 71 pertukaran informasi yang bersifat Spontaneous Outgoing Information (58,7 persen). Dalam hal ini, PPATK memberikan informasi kepada FIU lain secara spontan (tanpa diminta). Dengan adanya penambahan tersebut, maka jumlah keseluruhan pertukaran informasi sejak berlakunya UU TPPU pada tanggal 22 Oktober 21 s.d. Desember tercatat sebanyak 1.1 pertukaran informasi, dengan 48 kali atau 4,4 persen merupakan penyampaian informasi dari PPATK atas permintaan informasi dari FIU lain (Incoming Mutual Request). Dengan demikian, sejak Januari 23 s.d Desember, pertukaran informasi yang melibatkan FIU lain sebanyak pertukaran informasi. Sebagian besar pertukaran informasi, didominasi oleh informasi yang berasal Incoming Mutual Request (Outgoing Information), yaitu sebanyak 66 informasi atau sebesar 42,8 persen. No. Jenis Pertukaran Informasi Tabel 37 Jumlah Pertukaran Informasi per Tahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi Januari 23 s.d. Desember Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) Jumlah Jumlah Tahun 23 s.d. Des % Distribusi 1 Outgoing Mutual Request (Incoming Information) Incoming Mutual Request (Outgoing Information) Spontaneous Incoming Information Spontaneous Outgoing Information Jumlah , *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Keterangan: 1. Outgoing Mutual Request (Incoming Information) : PPATK mengirimkan permintaan informasi kepada FIU lain, dan PPATK menerima informasi yang diminta. 2. Incoming Mutual Request (Outgoing Information) : PPATK menerima permintaan informasi dari FIU lain, dan PPATK memberikan informasi yang diminta. 3. Spontaneous Incoming Information : PPATK menerima informasi dari FIUs secara spontan (tanpa diminta). 4. Spontaneous Outgoing Information : PPATK memberikan informasi kepada FIU lain secara spontan (tanpa diminta). Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip berdasarkan EGMONT Group yang merupakan wadah perhimpunan FIU seluruh dunia.

55 53 Grafik 45 Perkembangan Jumlah Pertukaran Informasi per-tahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi Januari 213 s.d. Desember Outgoing Mutual Request (Incoming Information) Incoming Mutual Request (Outgoing Information) Spontaneous Incoming Information Spontaneous Outgoing Information Grafik 46 Jumlah dan Persentase Kumulatif Pertukaran Informasi Antara PPATK Dengan FIU Lain Berdasarkan Jenis Informasi Januari 23 s.d. Desember Spontaneous Incoming Information, 42, 28% Spontaneous Outgoing Information, 17, 8% Outgoing Mutual Request (Incoming Information), 31, 21% Incoming Mutual Request (Outgoing Information), 66, 43%

56 54 E. Nota Kesepahaman (MoU) UU TPPU Pasal 88: (1) Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal. (2) Pihak yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pihak yang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang d Indonesia. Pasal 9 ayat (1): Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, yang meliputi: a. instansi penegak hukum; b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan; c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang; dan e. financial intelligence unit negara lain. Selama Desember, terdapat penandatangan 1 MoU/Nota Kesepahaman baru, yaitu dengan Universitas Brawijaya pada tanggal 4 Desember di Malang. Sementara itu, dalam periode yang sama tidak terdapat penandatangan MoU/Nota Kesepahaman baru dengan FIU luar negeri. Dengan adanya adanya penambahan 1 MoU baru selama Desember tersebut, maka sejak Januari 23 s.d. Desember, terdapat sebanyak 151 Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani oleh PPATK, dengan 52 MoU diantaranya merupakan MoU dengan FIU luar negeri serta 99 MoU merupakan MoU dengan Lembaga/Instansi di dalam negeri. Bila dilihat berdasarkan periode penandatanganannya, terdapat 73 MoU ditandatangani setelah berlakunya UU TPPU pada 22 Oktober 21, yang terdiri dari 15 MoU dengan FIU dan 58 MoU dengan Lembaga/Instansi dalam negeri. Sementara itu, 78 MoU ditandatangani sebelum berlakunya UU TPPU, dengan 37 MoU dengan FIU dan 41 MoU dengan Lembaga/Instansi dalam negeri. Tabel 38 Jumlah MoU Berdasarkan Tahun Penandatangan Antara PPATK dengan FIU Atau Instansi/Lembaga, Januari 23 s.d. Desember Tahun Internasional (FIU) Nasional (Instansi/ Lembaga) Jumlah % Distribusi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) (s.d. Desember) Jumlah Jumlah *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember

57 55 Grafik 47 Perkembangan Jumlah MoU yang Telah Ditandatangani antara PPATK dengan FIU atau Instansi/Lembaga, Januari 23 s.d. Desember FIU Dalam Negeri Grafik 48 Jumlah dan Persentase Kumulatif MoU yang Telah Ditandatangani antara PPATK dengan FIU atau Instansi/Lembaga, Januari 23 s.d. Desember Nasional (Instansi/ Lembaga) 99 66% Internasional (FIU) 52 34% No. Tabel 39 FIU dari Negara ASEAN Yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK Negara (FIU) Penandatangan Nota Kesepahaman Tempat Tanggal/Bulan/Tahun Ket 1 Thailand Bangkok 24 Maret 23 2 Malaysia Malaysia 31 Juli 23 3 Philippines Brunei Darussalam 5 Oktober 24 4 Vietnam Jakarta 18 Agustus 21 5 Myanmar Jakarta 14 November 26 6 Brunei Darussalam Jakarta 17 Desember 28 7 Singapura Singapore 17 September 213 Jakarta 25 September Kamboja Jakarta 22 September Laos Bali 11 Agustus 216

58 56 Tabel 4 Lembaga/Organisasi Domestik Yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK Penandatanganan Nota Kesepahaman No. Nama Lembaga / Organisasi Tempat Tanggal Keterangan Tahun 23 Diperbaharui pada 18 Maret 21 dan 5 Maret 215 (disertai Perjanjian Kerjasama 5 Februari 23 1 Bank Indonesia Jakarta pada 5 Maret 215) 2 Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Jakarta 2 Oktober 23 3 Ditjen Pajak Jakarta 28 Oktober 23 4 Ditjen Lembaga Keuangan (LK) Jakarta 28 Oktober 23 Diperbaharui pada 19 Oktober 211 dan 24 Agustus (Juknis PPATK Ditjen Pajak) 5 Ditjen Bea & Cukai Jakarta 31 Oktober 23 Diperbaharui pada 21 Agustus Tahun 24 6 Center For International Forestry Research Jakarta 16 Januari 24 7 Komisi Pemberantasan Korupsi Jakarta 29 April 24 Diperbaharui pada 12 Februari Kepolisian Negara RI Jakarta 16 Juni 24 Diperbaharui pada 18 April 211 dan 25 Januari 9 Kejaksaan Agung RI Jakarta 27 September 24 Diperbaharui pada 18 April 211 Tahun 25 1 Departemen Kehutanan Jakarta 28 Maret 25 Tahun Badan Pemeriksa Keuangan Jakarta 25 September 26 Diperbaharui pada 24 Februari 215 Tahun Itjen Departemen Keuangan Jakarta 12 Januari Komisi Yudisial Jakarta 1 Februari Ditjen Administrasi Hukum Umum Jakarta 6 Maret Ditjen Imigrasi Jakarta 6 Maret Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Jakarta 19 April Badan Narkotika Nasional Jakarta 13 Juni 27 Diperbaharui pada 14 Oktober 211 dan 11 Januari 18 Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Banda Aceh 15 Agustus 27 Tahun Universitas Surabaya Jakarta 17 April 28 2 STIE Perbanas Surabaya Surabaya 31 Juli Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 17 September 28 Diperbaharui pada 16 November Badan Pengawas Pemilu Jakarta 6 November 28 Diperbaharui pada 7 Juli Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Jakarta 7 November 28 Tahun Universitas Soedirman Purwokerto 23 Januari Badan Pertanahan Nasional Jakarta 17 April Universitas Andalas Padang 18 Mei Ditjen Pos dan Telekomunikasi Jakarta 12 Juni Universitas Hasanuddin Makassar 23 Juni Institut Teknologi Bandung Bandung 25 Juni 29 3 Universitas Diponogoro Semarang 12 Agustus 29 Diperbaharui pada 23 Mei (MoU dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN) 31 Lembaga Penjamin Simpanan Jakarta 17 November 29 Diperbaharui pada 16 Juni Universitas Muhammadiyah Surakarta Solo 2 November Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan Jakarta 3 Desember Universitas Indonesia Jakarta 7 Desember 29 Diperbaharui pada 14 Agustus (Kerja Sama dalam mewujudkan Sistem Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik) 35 Universitas Jember Jakarta 7 Desember 29 Diperbaharui pada 2 November 215 Tahun Komisi Pengawas Persaingan Usaha Jakarta 14 April Universitas Padjajaran Bandung 22 Juni Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Jakarta 7 Juli Universitas Mataram Mataram 27 Juli 21 4 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 8 Oktober Setjen Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK) Jakarta 29 Desember 21 Tahun Kementerian Perhubungan RI Jakarta 27 Januari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Jakarta 18 April Universitas Pattimura Ambon 5 Mei Universitas Indonesia & Bank Indonesia (terkait pendirian Pusat Jakarta 29 Juli Ombudsman RI Jakarta 11 Agustus Universitas Sriwijaya Palembang 12 September Universitas Udayana Denpasar 4 Oktober PT. Pertamina (Persero) Jakarta 19 Oktober Universitas Bina Nusantara Jakarta 19 Oktober 211 Tahun Universitas Esa Unggul Jakarta 1 januari Universitas Sumatera Utara Jakarta 3 Januari Universitas Airlangga Surabaya 28 Februari Itjen Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta 11 April Itjen Kementerian Hukum dan HAM Jakarta 23 Oktober Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 5 November Universitas Cendrawasih Jayapura 29 November Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Surabaya 3 Desember Satgas REDD Jakarta 2 Desember NCB Interpol Indonesia Jakarta 21 Desember Itjen Kementerian Agama Jakarta 26 Desember 212 Tahun Setjen Mahkamah Konstitusi Jakarta 7 Januari LPSE Kementerian Keuangan Jakarta 5 Februari Sisminbakum DJAHU Kementerian Hukum & HAM Jakarta 15 Februari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jakarta 18 Juni Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Jakarta 21 Juni Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta 3 Juli Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta 27 Agustus Itjen Kemendikbud Jakarta 3 September 213 Tahun Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta 3 Januari Keputusan Bersama antara PPATK dengan Bawaslu, KPU, KPK, dan Jakarta 4 April Komisi Pemilihan Umum Jakarta 4 Februari Badan Pengawasan Obat Makanan Jakarta 26 Mei PT. Indonesia Power Jakarta 17 Oktober PT. PLN (persero) Jakarta 19 November Itjen Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta 18 Desember 214 Tahun Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta 5 Januari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Jakarta 22 Januari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Samarinda 12 Maret Kementerian Pemuda dan Olahraga Jakarta 25 Maret PT Elang Mahkota Teknologi TbK (SCTV, Indosiar dan Liputan6.com) Jakarta 17 April Kementerian Kesehatan Jakarta 3 April Badan SAR Nasional (BASARNAS) Jakarta 12 Mei Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta 3 Juli Lembaga Sandi Negara Jakarta 9 November 215 disertai Perjanjian Kerjasama pada 9 November 215 Tahun Kementerian Pertahanan Jakarta 14 Maret Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Jakarta 2 Mei UIN Alauddin Makassar Gowa 15 Juli Badan Intelijen Negara Jakarta 4 Agustus Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Jakarta 17 Oktober Kesepakatan Bersama antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan PPATK Jakarta 24 Oktober 216 Tahun 92 Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Jakarta 7 Maret 93 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Jakarta 12 April 94 Badan Pengawas Berjangka Komoditi (Bappebti) Jakarta 2 Mei Perjanjian Kerjasama 95 TNI Angkatan Udara Jakarta 9 Mei 96 Kementerian Perhubungan Jakarta 9 Juni disertai Perjanjian Kerjasama pada 9 Juni 97 Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jakarta 6 Juli 98 Universitas Jayabaya Jakarta 26 September 99 Universitas Brawijaya Malang 4 Desember

59 57 Gambar 3. FIU yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME SEPTEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME OKTOBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JULI Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 2017 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME AGUSTUS Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME APRIL Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MEI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME NOVEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME DESEMBER 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME NOVEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JANUARI 217 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET 216 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME OKTOBER 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

BULLETIN FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BULLETIN FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME FEBRUARI 216 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME FEBRUARI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

STATISTIK MARET ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997

STATISTIK MARET ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997 BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN STATISTIK TAHUN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakar ta Pusat www.ppatk.go.id

Lebih terperinci

STATISTIK FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997

STATISTIK FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997 BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN STATISTIK TAHUN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakar ta Pusat www.ppatk.go.id

Lebih terperinci

BULLETIN STATISTIK ISSN : ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI

BULLETIN STATISTIK ISSN : ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI 218 . B U L L E T I N S T A T I S T I K DAFTAR ISI: Halaman Ringkasan Eksekutif 1 Ringkasan Statistik

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k ANTI BULLETIN PENCUCIAN STATISTIK UANG ANTI PENCUCIAN DAN PENDANAAN UANG & PENDANAAN TERORISME TERORISME (DESEMBER 2013) B u l l e t i n S t a t i s t i k 1 R i n g k a s a n E k s e k u t i f Volume 46/Thn

Lebih terperinci

B u l e t i n S t a t i s t i k

B u l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 2013 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

BULLETIN JULI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BULLETIN JULI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JULI 2013 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012)

Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012) Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Lebih terperinci

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Keempat. Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia Tujuan Modul bagian keempat yaitu Pengaturan

Lebih terperinci

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1821, 2014 PPATK. Sanksi Administratif. Kewajiban Pelaporan. Pelanggaran. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER. 14 /1.02/PPATK/11/14

Lebih terperinci

Volume 19 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan September 2011)

Volume 19 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan September 2011) Volume 19 Thn II/2011 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan September 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Oktober 2011

Lebih terperinci

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim No.1872, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penyedia Jasa Keuangan. Penghentian Sementara dan Penundaan Transaksi. Pencabutan. PERATURAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2015 HUKUM. Pidana. Pencucian Uang. Pihak Pelapor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5709). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA PENCUCIAN UANG? PENCUCIAN UANG Upaya untuk menyembunyikan/menyamarkan harta kekayaan dari hasil tindak pidana sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012)

Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012) Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012)

Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012) Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Lebih terperinci

Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012)

Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012) Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG No.283,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG PELAKSANAAN PENGHENTIAN SEMENTARA

Lebih terperinci

PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN MEI 2017 Daftar Isi SAMBUTAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penghentian Sementara. Penundaan. Transaksi. Perbankan. Pasar Modal. Asuransi. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN PERATURAN PUSAT PELAPORANDANANALISISTRANSAKSIKEUANGAN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAANPENGHENTIAN SEMENTARA DAN PENUNDAANTRANSAKSIOLEH PENYEDIAJASA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642) No.642, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642) PERATURANKEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.928, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Kewajiban Pelaporan. Dikecualikan. Transaksi Keuangan Tunai. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

Volume 22 Thn III/2012 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011)

Volume 22 Thn III/2012 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011) Volume 22 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Januari 2012

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, No.960, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Identifikasi Transaksi. Jasa Keuangan. Mencurigakan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara

Lebih terperinci

Volume 20 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011)

Volume 20 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011) Volume 20 Thn II/2011 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Nopember 2011

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester II Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013 Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik

Lebih terperinci

Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012)

Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012) Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Laporan. Transaksi Keuangan. Penyedia Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1479, 2013 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI. Traksaksi. Tunai. Jasa Keuangan. Identifikasi PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 2016 Harga Properti Residensial pada Triwulan IV-2016 Meningkat Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 0,37% (qtq), sedikit

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 108, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4324) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010 Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010 3.1 Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010 3.1.1 Pemeriksaan oleh PPATK Pemeriksaan adalah proses identifikasi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Daerah Pabean Indonesia. Uang Tunai. Instrumen Pembayaran Lain. Pembawaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 71/XI/17/VII, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III - 2017 Indeks

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5932 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 194). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.670, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Identifikasi. Transaksi Mencurigakan. Jasa Keuangan. Perubahan.(Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 7) PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi. No.549, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR: PER - 09/1.01/PPATK/11/2009

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM. Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi

Lebih terperinci

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa No.929, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5406 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 50) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

Trend Pemberantasan Korupsi 2013

Trend Pemberantasan Korupsi 2013 Trend Pemberantasan Korupsi 20 Pembahasan. Sumber data dan periode pemantauan 2. Penindakan perkara korupsi 20. Pelaksanaan fungsi koordinasi dan supervisi 4. Kesimpulan 5. Rekomendasi Waktu dan Metode

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.

Lebih terperinci

Perpustakaan LAFAI

Perpustakaan LAFAI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang besar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-12/1.02/PPATK/06/13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN TRANSAKSI KEUANGAN TRANSFER DANA DARI DAN KE LUAR NEGERI

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun Hasil 3.8 Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci