B u l l e t i n S t a t i s t i k

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B u l l e t i n S t a t i s t i k"

Transkripsi

1 BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME NOVEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta Indonesia Telp.: ; Fax.: ; contact-us@ppatk.go.id website: PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

2

3 ANTI BULLETIN PENCUCIAN STATISTIK UANG ANTI PENCUCIAN DAN PENDANAAN UANG & PENDANAAN TERORISME TERORISME (NOVEMBER ) B u l l e t i n S t a t i s t i k 1 R i n g k a s a n E k s e k u t i f Volume 57/Thn V/ November D A F T AR I S I : Halaman Ringkasan Eksekutif 1 Ringkasan Statistik 2 Laporan Transaksi 3 A. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) 3 B. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) 12 C. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) 14 D. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa 16 E. Laporan Penundaan Transaksi (LPT) 18 Analisis dan Pemeriksaan 22 A. Hasil Analisis (HA) 22 B. Karakteristik Terlapor HA 27 C. HA Terkait Pendanaan Terorisme 30 D. Hasil Pemeriksaan (HP) 33 E. Tindak Lanjut terhadap HA/HP 35 F. Permintaan Informasi Kepada PJK/PBJ Terkait Hasil Analisis 36 G. Pengaduan Masyarakat 38 Lain-lain 39 A. Putusan Pengadilan Terkait TPPU 39 B. Keterangan Ahli 42 C. Audit 44 D. Pertukaran Informasi Antar FIU 46 E. Nota Kesepahaman (MoU) 48 Bulletin Statistik disusun sebagai salah satu upaya PPATK untuk menyampaikan hasil pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam rangka mencegah dan memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (selanjutnya disebut UU TPPU) yang mulai berlaku pada tanggal 22 Oktober Dalam bulletin ini, statistik yang dihimpun mencakup: 1. Perkembangan aktivitas pelaporan oleh Pihak Pelapor (Penyedia Jasa Keuangan/PJK, Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain/PBJ), serta Ditjen Bea Cukai; 2. Penyampaian hasil analisis dan hasil pemeriksaan kepada Apgakum dan/atau penyidik, serta 3. Informasi lainnya yang terkait dengan pelaksanaan tugas PPATK. Hingga akhir November, jumlah penyampaian laporan ke PPATK terus bertambah. Penerimaan pelaporan terbanyak terutama terkait LTKT dan LTKM yang selama Januari s.d. November bertambah masing-masing sebanyak 1.6 juta LTKT, dan 33,4 ribu LTKM. Dengan adanya penambahan laporan ini, jumlah keseluruhan laporan yang telah diterima PPATK sejak Januari 2003 telah mencapai laporan. Bila diamati perkembangan bulanannya (month-to-month, disingkat m-to-m), penerimaan keseluruhan laporan di November bila dibandingkan penerimaan pada bulan sebelumnya mengalami penurunan, terutama jumlah LPUT, LTKT, dan LTKM yang turun masing-masing sebanyak 39,9 persen, 11,0 persen, dan 5,9 persen. Terkait fungsi analisis, selama Januari s.d. November, PPATK telah menyampaikan Hasil Analisis (selanjutnya disebut HA) kepada penyidik sebanyak 389 HA, dengan 326 HA diantaranya merupakan HA inquiry (permintaan dari penyidik), dan selebihnya sebanyak 63 HA merupakan HA Proaktif (inisiatif dari PPATK). Berdasarkan jumlah HA selama periode tersebut, dugaan tindak pidana Korupsi masih menjadi tindak pidana yang paling dominan, yaitu sebanyak 167 HA (47,8 persen). Sesuai amanat UU TPPU, selain melakukan fungsi analisis, PPATK juga memiliki fungsi pemeriksaan. Selama Januari s.d. November, sebanyak 15 Laporan Hasil Pemeriksaan (selanjutnya disebut LHP) yang disampaikan kepada penyidik. Namun demikian, sejak berlakunya UU TPPU, terdapat sebanyak 43 LHP telah disampaikan ke penyidik atau Kementerian/Lembaga terkait, dengan 18 LHP diantaranya disampaikan ke Penyidik Kepolisian, 26 LHP ke Penyidik Kejaksaan, dan 22 LHP ke Penyidik KPK. Sementara itu, terkait dengan putusan pengadilan, berdasarkan data terkini, hingga akhir November telah terdapat 87 putusan pengadilan terkait TPPU sejak berlakunya UU TPPU. Bila diakumulasikan sejak Januari 2005, jumlah putusan pengadilan terkait TPPU tercatat sudah sebanyak 125 kasus dengan hukuman maksimal 18 tahun dan denda maksimal Rp15 Miliar. Semoga buku ini dapat bermanfaat. Jakarta, Desember MUHAMMAD YUSUF Kepala PPATK

4 2 R I N G K A S A N S T A T I S T I K L A P O R A N T R A N S A K S I Periode Januari 2003 s.d. November : Jumlah Laporan yang diterima PPATK s.d. November sebanyak Laporan. A. LTKM = Laporan, bertambah 21,2 persen dibanding posisi Desember. B. LTKT = Laporan. C. LTPBJ = Laporan. D. LPUT = Laporan yang diperoleh melalui 17 lokasi pelaporan. Tahun (Januari s.d. November ): Jumlah Laporan yang diterima sebanyak Laporan, atau turun 10,8 persen dibanding jumlah selama Januari s.d. November (c-to-c). A. LTKM = Laporan, turun 5,9 persen (c-to-c). B. LTKT = Laporan, turun 11,0 persen (c-to-c). C. LTPBJ = Laporan, turun 1,2 persen (c-to-c). D. LPUT = Laporan, turun 39,9 persen (c-to-c). November : Jumlah Laporan yang diterima sebanyak Laporan, atau turun 32,8 persen dibandingkan jumlah Oktober (m-to-m), dan turun 33,9 persen dibandingkan jumlah pada November (y-on-y). A. LTKM = Laporan, naik 0,1 persen (m-to-m), dan naik 2,7 persen (y-on-y). B. LTKT = Laporan, turun 33,7 persen (m-to-m), dan turun 32,0 persen (y-on-y). C. LTPBJ = Laporan, turun 20,5 persen (m-to-m), dan turun 75,4 persen (y-on-y). D. LPUT = 1 Laporan, turun 99,5 persen (y-on-y). H A S I L A N A L I S I S D A N H A S I L P E M E R I K S A A N Periode Januari 2003 s.d. November : Hasil Analisis (tidak termasuk Hasil Pemeriksaan) yang disampaikan ke Penyidik Januari 2003 s.d. November sebanyak HA yang terkait dengan LTKM. A. HA - Proaktif = HA yang terkait dengan LTKM. - Inquiry = HA yang terkait dengan LTKM. B. Informasi Hasil Analisis (IHA) = 836 IHA. C. HA terkait Pendanaan Terorisme = 65 HA yang terkait dengan 232 LTKM. D. LHP yang disampaikan ke Penyidik/Kementerian/Lembaga Terkait = 43 Laporan. Tahun (Januari s.d. November ): HA yang disampaikan ke Penyidik selama Januari s.d. November sebanyak 389 HA yang terkait dengan LTKM. A. HA - Proaktif = 63 HA yang terkait dengan 391 LTKM. - Inquiry = 326 HA yang terkait dengan LTKM. B. Informasi Hasil Analisis (IHA) = 111 IHA. C. HA terkait Pendanaan Terorisme = 9 HA yang terkait dengan 28 LTKM. D. LHP yang disampaikan ke Penyidik/Kementerian/Lembaga Terkait = 15 Laporan.

5 3 LAPORAN TRANSAKSI UU TPPU Pasal 23 Ayat (1) : Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi: a. Transaksi Keuangan Mencurigakan; b. Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa kali Transaksi dalam 1 (satu) hari kerja; dan/atau c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri. Pasal 1 Angka 5 : Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah: a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan; b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang- Undang ini; c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. A. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) LTKM merupakan laporan yang disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan (selanjutnya disebut PJK) berdasarkan UU TPPU Pasal 23 Ayat (1) huruf a, sesuai kriteria pada Pasal 1 Angka 5. Selama November, jumlah LTKM yang disampaikan PJK kepada PPATK sebanyak LTKM, dengan rata-rata penerimaan sebanyak 173 laporan/hari (1 bulan = 20 hari). Pelaporan LTKM selama bulan ini naik 0,1 persen (m-to-m) dibandingkan jumlah pada bulan lalu, dan naik 2,7 persen dibandingkan dengan jumlah LTKM selama November (y-on-y). Bila dibandingkan dengan jumlah LTKM selama Januari s.d. November, penerimaan LTKM selama Januari s.d. November juga turun 5,9 persen (c-to-c). Sehingga keseluruhan LTKM yang diterima oleh PPATK sejak Januari 2003 s.d. November mencapai sebanyak LTKM. Sejak diberlakukannya UU TPPU tanggal 22 November 2010, jumlah kumulatif LTKM tahun 2011 s.d. November mengalami penambahan sebanyak LTKM, atau secara rata-rata tahunan meningkat 304,4 persen dibandingkan periode sebelum diberlakukannya UU TPPU. Dilihat berdasarkan jenis industri PJK pelapor selama Januari s.d. November yang sebanyak 292 Pihak Pelapor, terdapat sebanyak 59,9 persen LTKM diantaranya disampaikan oleh PJK Bank dan 40,1 persen disampaikan oleh PJK Non Bank. Sebagian besar TKM terjadi di Jakarta (47,8 persen), dan Jawa Barat (12,7 persen). Berdasarkan profil terlapor dalam LTKM selama Januari s.d. November, terdapat sebanyak 89,7 persen terlapor adalah perorangan, sedangkan 10,3 persen adalah korporasi. Mayoritas terlapor perseorangan adalah Laki-laki (66,9 persen), dengan pekerjaan utama sebagai Pengusaha/Wiraswasta (28,3 persen), serta sebagian besar berada pada usia produktif antara tahun (66,7 persen). Berdasarkan LTKM selama Januari s.d. November, hanya sebanyak 39,5 persen LTKM saja yang mampu diidentifikasikan oleh Pihak Pelapor terindikasi tindak pidana, dan selebihnya sebanyak 60,5 persen LTKM tidak terisi/mengindikasikan tindak pidana. Indikasi Tindak Pidana Asal yang dominan adalah Penipuan (56,0 persen), Korupsi (19,0 persen), dan Perjudian (9,3 persen).

6 4 Tabel 1 Perbandingan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. November Jenis PJK Pelapor Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun 2011 Tahun 2012 Nov- Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Tahun Kumulatif Jan- s.d. Des- Okt- Tahun (Nov-) Nov- Kumulatif Jumlah Jan 2003 s.d. Nov- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Bank 36,309 9,687 16,835 1,506 17,198 20,683 1,978 2,406 20,007 67, , Ø Bank Umum 36,022 9,532 16,771 1,493 17,063 20,525 1,961 2,390 19,874 66, , Bank Milik Negara 11,096 4,062 7, ,312 8, ,816 27,813 38,909 5 Bank Swasta 12,540 4,138 8, ,965 9,543 1,019 1,279 9,920 31,636 44, Bank Pembangunan Daerah 8, , ,464 4,393 13, Bank Asing 2, ,523 4,138 9 Bank Campuran 1, ,337 2, Ø Bank Perkreditan Rakyat Non Bank 27,615 10,535 14,186 1,871 18,290 21,257 1,488 1,062 13,373 59,351 86, Ø Pasar Modal 1, ,133 3, Ø Asuransi 2, , ,900 8, ,637 12,556 15, Ø Dana Pensiun Ø Lembaga Pembiayaan/Leasing 1,435 4,257 7, ,602 6, ,544 21,675 23, Ø Pedagang Valuta Asing 22,122 5,662 3, ,694 5, ,403 20,566 42, Ø Money Remittance/KUPU ,278 2,270 2, Ø Perusahaan Perdagangan Berjangka Komoditi Ø Koperasi Ø Lainnya Total LTKM 63,924 20,222 31,021 3,377 35,488 41,940 3,466 3,468 33, , , *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember **) Data Tahun 2012 s.d.november menggunakan Database SIAPUPPT per 30 November. Jumlah Jumlah PJK Pelapor Jan s.d. Nov- Grafik 1 Perbandingan Rata-rata LTKM per Tahun Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Tahun 2010 Berdasarkan Jenis PJK Pelapor Total 7,991 32,314 Pos dan Giro 0 18 Perusahaan Perdagangan Berjangka Komoditi 0 21 Money Remittance/KUPU Pedagang Valuta Asing 2,765 5,251 Lembaga Pembiayaan/Leasing 179 5,534 Dana Pensiun 0 Asuransi 367 3,206 Pasar Modal Bank Perkreditan Rakyat Bank Campuran Bank Asing Bank Pembangunan Daerah 1,077 1,122 Sebelum berlakunya UU TPPU Bank Swasta 1,568 8,077 Sesudah berlakunya UU TPPU Bank Milik Negara 1,387 7,101-5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000

7 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov Grafik 2 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK per-bulan Januari s.d. November 7,000 6,000 5, ,000 3, ,000 1, ,849 3,377 6,452 3,252 2,802 2,996 2,243 2,624 2,823 2,881 2,992 3,833 3,466 3,468 LTKM per Bulan % Perkembangan Bulanan (month-to-month) *) Peningkatan month-to-month (disingkat m-to-m) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan sebelumnya. Grafik 3 Jumlah dan Persentase Kumulatif LTKM Menurut Jenis PJK Pelapor Januari s.d. November Grafik 4 Jumlah dan Persentase Kumulatif PJK Pelapor yang Menyampaikan LTKM Januari s.d. November Non Bank 13,373 40% Bank 20,007 60% Non Bank % Bank %

8 6 Grafik 5 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKM Januari 2010 s.d. November 200, % 150, % 36.9% 100, % 157, ,487 50,000 63,924 84, , ,348 20,222 31,021 41,940 33, Jumlah Kumulatif Jumlah Per-tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2010 s.d. November 45,000 Grafik 6 Perkembangan Jumlah LTKM per-tahun dan Rata-rata Penerimaan per-bulan Januari 2010 s.d. November 41,940 40,000 35,000 30,000 31,021 33,380 25,000 20,000 15,000 17,348 20,222 10,000 5,000 1,446 1,685 2,585 3,495 3, Jumlah Per-tahun Rata-rata per-bulan Catatan : - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2010 s.d. November

9 7 Grafik 7 Perkembangan Jumlah LTKM per-tahun Berdasarkan Jenis PJK Januari 2010 s.d. November 45,000 41,940 40,000 33,380 35,000 31,021 30,000 25,000 20,000 17,348 20,222 16,835 21,257 20,007 15,000 10,000 5,000 8,988 8,360 10,535 9,687 14,186 20,683 13, Bank + Non Bank Bank Non Bank Catatan : - Jumlah LTKM per tahun dihitung berdasarkan penerimaan LTKM oleh PPATK pada tahun berjalan. - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2010 s.d.november Grafik 8 Perkembangan Rata-rata Penerimaan LTKM per-bulan Januari 2010 s.d. November 3, , , , , , , , ,000.0 Catatan : - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2010 s.d. November

10 8 Tabel 2 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Domisili Kantor Penyedia Jasa Keuangan Pelapor Kejadian Transaksi s.d. November Propinsi Kantor PJK Pelapor Kejadian Transaksi Nov- Jan- Jumlah LTKM Tahun Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara 246 2,293 2, , Sumatera Barat Sumatera Selatan Bengkulu Jambi Riau Kepulauan Riau Lampung Kep Bangka Belitung n.a Banten 395 1,624 1, , DKI Jakarta 1,675 13,223 17,953 1,824 1,663 15, Jawa Barat 489 4,760 6, , Jawa Tengah 235 1,851 2, , Jawa Timur 322 2,961 3, , DI Yogyakarta Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur n.a Maluku Maluku Utara n.a Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Gorontalo Papua Papua Barat Total LTKM 3,849 32,111 41,940 3,833 3,466 33, Catatan: - Angka tidak mencerminkan kejadian tindak pidana pada wilayah pelaporan - Angka 0.0 mencerminkan tidak adanya PJK yang melaporkan adanya transaksi keuangan mencurigakan pada wilayah tersebut atau dalam pelaporan tidak disebutkan wilayah kejadian sehingga dihitung sebagai laporan dari kantor pusat (DKI Jakarta). - Peningkatan month-to-month (disingkat m-to-m) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan sebelumnya. - Peningkatan year-on-year (disingkat y-on-y) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan yang sama tahun sebelumnya. - Peningkatan cummulative-to-cummulative (disingkat c-to-c) merupakan perbandingan jumlah kumulatif tahunan hingga bulan tertentu terhadap jumlah kumulatif pada periode yang sama tahun sebelumnya.

11 9 Gambar 1. Pemetaan Propinsi Menurut Kategori Persentase Kumulatif LTKM Januari s.d. November Catatan : Jumlah LTKM dihitung berdasarkan Lokasi Pelaporan. Jumlah LTKM tidak Mencerminkan Terjadinya Tindak Pidana.

12 10 Jenis Kategori Terlapor Tabel 3 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Kategori Terlapor s.d. November Nov- Jan- Jumlah LTKM Tahun Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Perorangan 3,715 30,753 39,741 3,581 3,087 29, Ø Laki-Laki 2,396 20,125 25,845 2,405 1,971 20, Ø Perempuan 1,319 10,628 13,896 1,176 1,116 9, Perusahaan/Korporasi 134 1,358 2, , Total LTKM 3,849 32,111 41,940 3,833 3,466 33, Jenis Pekerjaan Utama Terlapor Perseorangan Tabel 4 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Pekerjaan Terlapor Perseorangan s.d. November Nov- Jan- Jumlah LTKM Tahun Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Ø Pengusaha/Wiraswasta 1,048 10,014 12, , Ø Pegawai Swasta 1,034 6,631 8, , Ø PNS (termasuk pensiunan) 256 2,438 3, , Ø Pedagang 233 2,231 2, , Ø Ibu Rumah Tangga 488 3,471 4, , Ø Pelajar/Mahasiswa , , Ø TNI/Polri (termasuk pensiunan) 91 1,020 1, Ø Pejabat Lembaga Legislatif dan Pemerintah Ø Pegawai BI/BUMN/BUMD (termasuk pensiunan) Ø Profesional dan Konsultan Ø Pengajar dan Dosen Ø Pengurus dan pegawai yayasan/lembaga berbadan hukum lainnya Ø Pegawai Bank Ø Petani dan Nelayan Ø Pengurus/Pegawai LSM/organisasi tidak berbadan hukum lainnya Ø Buruh, Pembantu Rumah Tangga dan Tenaga Keamanan Ø Pegawai Money Changer n.a Ø Ulama/Pendeta/Pimpinan organisasi dan kelompok keagamaan Ø Pengurus Parpol Ø Pengrajin n.a Ø Tidak Teridentifikasi dll 170 1,820 2, , Total Terlapor Perseorangan 3,715 30,753 39,741 3,581 3,087 29,

13 11 Kategori Umur Terlapor Perseorangan Tabel 5 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Kelompok Umur Terlapor Perseorangan s.d. November Nov- Jan- Jumlah LTKM Tahun Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Ø Usia Dibawah 30 tahun 821 7,628 10, , Ø Usia tahun 1,163 8,913 11,283 1, , Ø Usia tahun 853 6,798 8, , Ø Usia tahun 628 5,033 6, , Ø Usia Diatas 60 tahun 216 2,074 2, , Ø Tidak Teridentifikasi Total Terlapor Perseorangan 3,715 30,753 39,741 3,581 3,087 29, Dugaan Tindak Pidana Asal Tabel 6 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal s.d. November Nov- Jan- Jumlah LTKM Tahun Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Terkait Tindak Pidana ,944 14,524 1,191 1,290 13, Ø Penipuan 696 7,832 10, , Ø Korupsi 130 1,366 1, , Ø Perjudian , , Ø Narkotika Ø Di Bidang Perbankan Ø Penggelapan Ø Penyuapan Ø Di Bidang Perpajakan Ø Terorisme Ø Di Bidang Pasar Modal n.a Ø Pencurian Ø Penyelundupan Barang Ø Perdagangan Manusia n.a. n.a Ø Penyelundupan Tenaga Kerja n.a. n.a Ø Prostitusi n.a. n.a. Ø Psikotropika n.a Ø Di Bidang Kehutanan n.a. n.a Ø Di Bidang Lingkungan Hidup n.a. 0.0 Ø Pemalsuan Uang n.a Ø Penyelundupan Imigran n.a. n.a. Ø Di Bidang Asuransi n.a Ø Di Bidang Kelautan Ø Penculikan n.a. n.a. 0.0 Ø Perdagangan Senjata Gelap n.a. n.a Ø Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 tahun atau lebih Tidak Teridentifikasi Tindak Pidana/dll 2,858 21,167 27,416 2,642 2,176 20, Total LTKM 3,849 32,111 41,940 3,833 3,466 33,

14 12 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov UU TPPU Pasal 1 Angka 6 : Transaksi Keuangan Tunai adalah Transaksi Keuangan yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam. 200, , , , , ,000 80,000 60,000 40,000 B. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) LTKT adalah laporan atas transaksi yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam yang dilaporkan oleh PJK. Kewajiban ini sesuai dengan UU TPPU, Pasal 23. Jumlah LTKT yang disampaikan PJK kepada PPATK selama November sebanyak LTKT, dengan rata-rata penerimaan sebanyak laporan/hari (1 bulan = 20 hari). Dibandingkan jumlah LTKT pada bulan lalu, jumlah tersebut turun 33,7 persen (m-to-m), dan turun 32,0 persen dibandingkan jumlah pada November (y-on-y). Selama Januari s.d. November, jumlah LTKT yang diterima PPATK sebanyak Laporan, atau turun 11,0 persen dibandingkan jumlah selama periode yang sama tahun lalu (c-to-c). Dengan demikian, bila diakumulasikan sejak Januari 2003, total LTKT yang telah diterima oleh PPATK s.d. November menjadi sebanyak 15,9 juta LTKT. Dilihat berdasarkan jenis industri PJK pelapor yang selama Januari s.d. November telah berjumlah 178 PJK, mayoritas LTKT dilaporkan oleh PJK Bank (99,5 persen), utamanya Bank Umum (99,4 persen). Sejak diberlakukannya UU TPPU, jumlah LTKT telah mengalami penambahan sebesar 72,3 persen atau sebanyak 7,3 juta laporan dibandingkan dengan sebelum berlakunya UU TPPU. Grafik 9 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK per-bulan s.d. November , ,375170,40164,978176,655175,883133,434131,808142,334140,883172,640145,768142,644176,854169,225112, LTKT per Bulan % Perkembangan Bulanan (month-to-month)

15 13 Tabel 7 Perbandingan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. November Jenis Pihak Pelapor Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun 2011 Tahun 2012 Nov- Kumulatif Jan- s.d. Des- Okt- Nov- Kumulatif (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Bank 8,620,893 1,577,615 2,028, ,274 1,837,625 2,013, , ,557 1,635,503 7,255,360 15,876, Ø Bank Umum 8,619,074 1,574,059 2,026, ,192 1,835,854 2,011, , ,438 1,633,847 7,245,939 15,865, Ø Bank Perkreditan Rakyat 1,819 3,556 2, ,771 1, ,656 9,421 11, Non Bank 10,530 4,875 4, ,640 9, ,194 26,975 37, Ø Pasar Modal Ø Asuransi Ø Dana Pensiun Ø Lembaga Pembiayaan/Leasing Ø Pedagang Valuta Asing 9,972 4,426 3, ,744 8, ,512 24,034 34, Ø Money Remittance/KUPU ,786 3,132 4 Ø Pos dan Giro Ø Lainnya Total LTKT 8,631,423 1,582,490 2,033, ,978 1,846,265 2,022, , ,224 1,643,697 7,282,335 15,913, *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Tahun Tahun (Nov-) Jumlah Jumlah Jan 2003 s.d. Nov- Jumlah PJK Pelapor Jan s.d. Nov- Grafik 10 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKT Januari 2010 s.d. November 16,000, % 14,000, % 12,000, % 10,000, % 8,000,000 6,000,000 4,000,000 8,631,423 10,213,913 12,247,141 14,270,061 15,913,758 2,000, ,461,883 1,582,490 2,033,228 2,022,920 1,643, Kumulatif LTKT LTKT Per-Tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari Perkembangan LTKT yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2010 s.d.november.

16 14 C. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) UU TPPU Pasal 34 Ayat (1) : Setiap orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang asing, dan/atau instrumen pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro paling sedikit Rp ,00 (seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia wajib memberitahukannya kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pasal 35 Ayat (1) : Setiap orang yang tidak memberitahukan pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari seluruh jumlah uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain yang dibawa dengan jumlah paling banyak Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah). LPUT merupakan laporan atas pembawaan uang tunai ke dalam atau ke luar daerah kepabeanan Indonesia. Penyampaian LPUT dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai RI kepada PPATK, dan mulai efektif per Januari Selama November, PPATK baru menerima 1 LPUT dari Direktorat Jendral Bea dan Cukai RI. Dengan demikian, jumlah LPUT selama Januari s.d. November tercatat tetap sebanyak laporan, dengan 63,7 persen diantaranya berasal dari Batam. Bila dibandingkan dengan jumlah LPUT selama Januari s.d. November, jumlah penerimaan LPUT ini turun sebesar 39,9 persen (c-to-c). Total LPUT yang diterima PPATK sejak Januari 2006 s.d. November telah mencapai laporan atau bertambah 11,8 persen bila dibandingkan jumlah kumulatif LPUT sampai dengan Desember. Sementara itu, selama Januari 2006 s.d. November, PPATK juga telah menerima 126 pelaporan pelanggaran pembawaan uang tunai. Sejalan dengan pelaporan LPUT, sebagaian besar pelanggaran pembawaaan uang tunai terjadi di Batam yakni senyak 40 laporan atau sebesar 31,7 persen. Lokasi Pelaporan Tabel 8 Perbandingan Jumlah LPUT Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Lokasi Pelaporan s.d. November Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun 2011 Tahun 2012 Nov- Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Tahun Kumulatif Jan- s.d. Des- Okt- Tahun (Nov-) Nov- Kumulatif Jumlah Jan 2006 s.d. Nov- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Ø Batam 2, ,612 4,295 Ø Soekarno Hatta 2,866 1,220 1, ,387 2, ,430 9,296 Ø Bandung Ø Tanjung Balai Karimun Ø Tj. Pinang Ø Ngurah Rai Denpasar Ø Dumai Ø Teluk Bayur Ø Teluk Nibung Ø Medan Ø Balikpapan Ø Pontianak Ø Pekanbaru Ø Semarang (Tj. Emas) Ø Lombok Ø Palembang Ø Yogyakarta Total LPUT 5,711 1,233 2, ,442 3, ,467 8,188 13,899 *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember Jumlah

17 15 Grafik 11 Perbandingan Jumlah LPUT Berdasarkan Lokasi Pelaporan Januari 2006 s.d. November Yogyakarta 2 Palembang 1 Lombok 12 Semarang (Tj. Emas) 1 Pekanbaru 1 Pontianak 1 Balikpapan 2 Medan 4 Teluk Nibung 1 Teluk Bayur 9 Dumai 5 Ngurah Rai Denpasar 123 Tj. Pinang 112 Tanjung Balai Karimun 27 Bandung 7 Soekarno Hatta 9,296 Batam 4, ,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 Grafik 12 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LPUT Januari 2010 s.d. November 16,000 14, % 12, % 10, % 8,000 6, % 12,432 13,899 4,000 2, ,971 6,944 5,711 1,618 1,233 2,027 3,461 1, Kumulatif LPUT LPUT Per-Tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari Perkembangan LPUT yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2010 s.d. November.

18 16 Tabel 9 Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan Januari 2005 s.d. November Lokasi Pelaporan Jumlah Jan-2006 s.d. Okt- % (1) (2) (3) Batam % Ngurah Rai Denpasar % Soekarno Hatta % Medan 4 3.2% PekanBaru 3 2.4% Dumai 3 2.4% Pontianak 3 2.4% Tj. Pinang 2 1.6% Teluk Bayur 2 1.6% Bandung 1 0.8% Tj. Balai Karimun 1 0.8% Halim Perdana Kusumah 1 0.8% Palembang 0 0.0% Teluk Nibung 0 0.0% Total Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai % Grafik 13 Perbandingan Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan Januari 2005 s.d. November Teluk Nibung Palembang 0 0 Halim Perdana Kusumah Tj. Balai Karimun Bandung Teluk Bayur Tj. Pinang 2 2 Pontianak Dumai PekanBaru Medan 4 Soekarno Hatta 30 Ngurah Rai Denpasar 36 Batam 40

19 17 UU TPPU Pasal 17 Ayat (1) : Pihak Pelapor meliputi: a. penyedia jasa keuangan: 1. bank; 2. perusahaan pembiayaan; 3. perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi; 4. dana pensiun lembaga keuangan; 5. perusahaan efek; 6. manajer investasi; 7. kustodian; 8. wali amanat; 9. perposan sebagai penyedia jasa giro; 10. pedagang valuta asing; 11. penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu; 12. penyelenggara e-money dan/atau e- wallet; 13. koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam; 14. pegadaian; 15. perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditi; atau 16. penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang. b. penyedia barang dan/atau jasa lain: 1. perusahaan properti/agen properti; 2. pedagang kendaraan bermotor; 3. pedagang permata dan perhiasan/logam mulia; 4. pedagang barang seni dan antik; atau 5. balai lelang. D. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) Laporan dari PBJ telah diatur dalam UU TPPU, Pasal 17 ayat (1). Laporan dari PBJ mulai efektif diterima PPATK sejak Mei Jumlah Laporan Transaksi dari PBJ (LTPBJ) yang disampaikan kepada PPATK selama November sebanyak Laporan, atau turun sebesar 20,5 persen (m-to-m) dibandingkan jumlah pada bulan sebelumnya, atau turun 75,4 persen dibandingkan jumlah pada November. Selama tahun (s.d. November ), jumlah LTPBJ yang diterima PPATK telah sebanyak Laporan, atau lebih rendah 1,2 persen dibandingkan jumlah LTPBJ selama Januari s.d. November. Dengan demikian, bila diakumulasikan sejak Mei 2012, jumlah LTPBJ yang diterima PPATK hingga November telah mencapai laporan yang berasal dari 305 PBJ. Selama Januari s.d. November, laporan transaksi terbanyak dilaporkan berasal dari PBJ di bidang Properti, yaitu sebanyak laporan atau 54,1 persen, diikuti oleh Pedagang Kendaraan Bermotor sebanyak laporan atau 40,8 persen, Pedagang Perhiasan/logam mulia sebanyak laporan atau 4,8 persen, dan Balai Lelang sebanyak 58 laporan atau 0,2 persen. Sementara itu, selama Mei 2012 s.d. November masih belum diterima laporan transaksi yang disampaikan oleh PBJ yang bergerak di bidang perdagangan barang seni/antik. Jenis Perusahaan Penyedia Barang dan Jasa Lainnya (PBJ) Tabel 10 Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) Mei 2012 s.d. November Tahun 2012 Tahun Tahun Jumlah LTPBJ Mei 2012 s.d. Nov- Nov- Kumulatif Jan- s.d. Des- Okt- Nov- Kumulatif (1) (2) (3) (4) 0 (6) (7) (8) (9) (10) Ø Perusahaan Properti 2,232 5,583 14,444 15,145 1,679 1,557 14,615 31, Ø Pedagang Kendaraan Bermotor 596 4,619 12,502 13,262 1, ,029 24, Jumlah PBJ Pelapor Mei 2012 Ø Pedagang Perhiasan/logam mulia ,298 1,756 4 Ø Balai Lelang Ø Barang Seni / Antik Ø Tidak terklasifikasi Total LTPBJ 3,110 10,313 27,335 28,801 3,185 2,532 27,005 58, Catatan : Laporan dari PBJ diterima sejak Mei 2012, setelah diundangkannya UU TPPU (November 2010).

20 18 Grafik 14 Perbandingan Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari PBJ dan Jumlah PBJ Pelapor Juni 2012 s.d. November Barang Seni / Antik 0 0 Balai Lelang Perhiasan / logam mulia 1,756 4 Pedagang Kendaraan Bermotor 99 24,887 Perusahaan Properti , ,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 Jumlah Laporan Transaksi Jumlah PBJ Grafik 15 Jumlah dan Persentase Kumulatif Transaksi dari PBJ Januari s.d. November Balai Lelang 58 0% Barang Seni / Antik 0 0% Pedagang Kendaraan Bermotor 11,029 41% Perhiasan / logam mulia 129 5% Perusahaan Properti 14,615 54%

21 19 UU TPPU Pasal 26 Ayat (1) : (1) Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan Transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan Transaksi dilakukan. (2) Penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal Pengguna Jasa: a. melakukan Transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); b. memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); atau c. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu. (3) Pelaksanaan penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam berita acara penundaan Transaksi. (4) Penyedia jasa keuangan memberikan salinan berita acara penundaan Transaksi kepada Pengguna Jasa. (5) Penyedia jasa keuangan wajib melaporkan penundaan Transaksi kepada PPATK dengan melampirkan berita acara penundaan Transaksi dalam waktu paling lama 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak waktu penundaan Transaksi dilakukan. (6) Setelah menerima laporan penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) PPATK wajib memastikan pelaksanaan penundaan Transaksi dilakukan sesuai dengan Undang- Undang ini. (7) Dalam hal penundaan Transaksi telah dilakukan sampai dengan hari kerja kelima, penyedia jasa keuangan harus memutuskan akan melaksanakan Transaksi atau menolak Transaksi tersebut. E. Laporan Penundaan Transaksi (LPT) Sesuai UU TPPU Pasal 26, Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan Transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan Transaksi dilakukan. Berikut ini perkembangan pelaporan LPT sampai dengan November. Jumlah LPT yang dilaporkan oleh PJK kepada PPATK selama November tercatat sebanyak 18 Laporan, atau menurun 37,9 persen dibandingkan jumlah pada Oktober (m-to-m), dan turun 81,4 persen dibandingkan jumlah pada November (y-on-y). Bila dibandingkan dengan jumlah LPT selama periode Januari s.d. November, jumlah LPT periode Januari s.d. November juga turun sebesar 41,7 persen. Sebagian besar penundaan transaksi selama Januari s.d. November dilakukan oleh PJK Bank (93,2 persen), terutama Bank Negara (83,3 persen), dan Bank Campuran (3,6 persen). Sebagian besar transaksi yang ditunda berupa transfer (50,2 persen). Dilihat dari profil terlapor, sebagian besar terlapor adalah perorangan (99,5 persen) dengan profesi utama sebagai Pengusaha/Wiraswasta (40,9 persen), Pegawai Swasta (14,9 persen), dan Pelajar/Mahasiswa (10,0 persen). Bila dilihat dari besaran nominalnya, hampir keseluruhan transaksi yang ditunda selama Januari s.d. November bernilai dibawah Rp100 juta (95,5 persen). Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan pemenuhan aspeknya, mayoritas LPT pada Januari s.d. November atau sebanyak 97,9 persen telah memenuhi aspek formil, namun disisi lain belum memenuhi aspek materil. Sedangkan jumlah LPT yang telah memenuhi aspek formil dan aspek materil hanya sebanyak 1,1 persen saja. Bila dilihat menurut domisili PJK Penunda Transaksi, mayoritas dari transaksi yang ditunda selama Januari s.d. November terjadi di Propinsi DKI Jakarta (34,0 persen), Jawa Barat (21,5 persen), Jawa Timur (8,3 persen), dan Jawa Tengah (6,8 persen). Alasan Penundaan Transaksi: Sebagian besar transaksi yang ditunda oleh PJK atau sebanyak 40,6 persen, belum teridentifikasi dengan jelas alasan yang menjadi pertimbangan penundaan transaksi sesuai ketentuan UU TPPU. Dari sejumlah transaksi yang telah teridentifikasi alasan penundaannya, sebagian besar LPT didasari atas pertimbangan bahwa Pengguna Jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana.

22 20 Grafik 16 Perkembangan Bulanan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Januari s.d. November Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Jenis Pihak Pelapor Tabel 11 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. November Nov- Jan- Tahun Jumlah LPT Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Bank 95 1,041 1, Ø Bank Negara , Ø Bank Swasta Ø BPD Ø Bank Asing n.a. n.a Ø Bank Campuran n.a. n.a. 2,100.0 Non Bank Ø Asuransi Ø Pasar Modal Total LPT 97 1,060 1, Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materil Laporan Penundaan Transaksi Tabel 12 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materil Januari s.d. November Nov- Jan- Tahun Jumlah LPT Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Aspek Formil dan Aspek Materil terpenuhi Aspek Formil terpenuhi, namun Aspek Materil tidak terpenuhi 93 1,037 1, Aspek Formil tidak terpenuhi, namun Aspek Materil terpenuhi Aspek Formil dan Aspek Materil tidak terpenuhi Total LPT 97 1,060 1, Keterangan: (1) Aspek formil terpenuhi bila Berita Acara/Pernyataan telah dilakukan penundaan transaksi dibuat tidak lebih dari 24 jam setelah transaksi ditunda. (2) Aspek materil terpenuhi bila transaksi yang ditunda bernilai Rp100 juta atau lebih.

23 21 Jenis Transaksi Yang Ditunda Tabel 13 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Transaksi Yang Ditunda s.d. November Nov- Jan- Tahun Jumlah LPT Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Transfer Tarik/Setor Tunai SMS Banking Polis Asuransi Mobile Banking Pembayaran Kirim Valas Incoming Valas Remittance n.a. n.a Penukaran Valas Redemption penyertaan Lainnya Tidak Terisi Total LPT 97 1,060 1, Jenis Terlapor dan Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan Tabel 14 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Terlapor dan Jenis Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan s.d. November Nov- Jan- Tahun Jumlah LPT Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Perorangan 97 1,060 1, Ø Pengusaha/Wiraswasta Ø Pegawai Swasta Ø Pelajar/Mahasiswa Ø Ibu Rumahtangga Ø Pedagang Ø PEPS n.a. n.a Ø Buruh Ø TNI/POLRI (Termasuk Ø PNS Ø Pengajar/Dosen Ø Profesional Ø TKW n.a. n.a Ø Belum/Tidak Bekerja n.a. n.a Ø Tidak Teridentifikasi Korporasi Total LPT 97 1,060 1, Kategori Nominal Transaksi Tabel 15 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Kategori Nominal Transaksi Yang Ditunda s.d. November Nov- Jan- Tahun Jumlah LPT Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Ø Dibawah Rp100 juta 94 1,021 1, Ø Rp100 juta s.d. Rp1 miliar Ø Diatas Rp1 miliar Total LPT 97 1,060 1,

24 22 Propinsi Kantor PJK Penunda Transaksi Tabel 16 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Kantor PJK Pelapor Penundaan Transaksi s.d. November Nov- Jan- Tahun Jumlah LPT Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TIMUR JAWA TENGAH SUMSEL BANTEN SUMUT RIAU SULSEL KEPRI n.a. n.a NAD n.a. n.a SUMBAR n.a. n.a DIY BENGKULU LAMPUNG BALI KEP BABEL n.a. n.a KALTENG KALTIM SULBAR n.a. n.a NTB n.a. n.a KALSEL n.a. n.a KALBAR n.a. n.a GORONTALO JAMBI n.a. n.a MALUKU PAPUA n.a. n.a. 0.0 NTT SULUT n.a. n.a SULAWESI SELATAN n.a. n.a SULTRA SULTENG Total LPT 97 1,060 1, Alasan Penundaan Transaksi Tabel 17 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Alasan Penundaan Transaksi s.d. November Nov- Jan- Tahun Jumlah LPT Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Pertimbangan (1) dan (2) n.a. n.a Pertimbangan (1) dan (3) n.a. n.a Pertimbangan (2) dan (3) n.a. n.a Pertimbangan (1) saja Pertimbangan (2) saja Pertimbangan (3) saja n.a. n.a Tidak Teridentifikasi Total LPT 97 1,060 1, Keterangan: (1) Pengguna Jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana; (2) Pengguna Jasa memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana; (3) Penguna Jasa diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu.

25 23 A. Hasil Analisis (HA) ANALISIS & PEMERIKSAAN UU TPPU Pasal 44 Ayat (1) : Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf d, PPATK dapat: a. meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor; b. meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait; c. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan pengembangan hasil analisis PPATK; d. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri; e. meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luar negeri; f. menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidana Pencucian Uang; g. meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan tindak pidana Pencucian Uang; h. merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; i. meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian Transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana; j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang; k. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan l. meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik. Selama November, PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak 25 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 170 laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 5 HA (20,0 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 22 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 20 HA (80,0 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 148 laporan. Selama Januari s.d. November PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak 389 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 63 HA (16,2 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 391 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 326 HA (83,8 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan. Setelah berlakunya UU TPPU s.d. November, PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 527 HA (37,4 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 882 HA (62,6 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan. Dengan demikian, sejak Januari 2003 s.d. November, jumlah HA (tidak termasuk Hasil Pemeriksaan) yang disampaikan kepada Penyidik sudah mencapai HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak HA (59,8 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, dan o HA Inquiry sebanyak HA (40,2 persen) dengan Jumlah LTKM terkait sebanyak laporan. Berdasarkan HA selama Januari s.d. November, dugaan tindak pidana Korupsi masih menjadi tindak pidana yang paling dominan yaitu sebanyak 186 HA (47,8 persen). Dugaan tindak pidana Korupsi yang terindikasi dalam HA selama Januari s.d. November ini mengalami peningkatan sebesar 20,8 persen dibandingkan jumlah HA selama Januari s.d. November, sedangkan jumlah HA dengan dugaan tindak pidana Penipuan yang merupakan tindak pidana dominan berikutnya juga mengalami kenaikan sebesar 88,6 persen. PPATK juga menyampaikan Informasi Hasil Analisis kepada pihak-pihak yang telah menjalin kerjasama pertukaran informasi dengan PPATK. Selama Januari s.d. November, jumlah IHA yang disampaikan sebanyak 111 IHA.

26 24 PROAKTIF Tabel 18 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik dan Jumlah LTKM yang menjadi Dasar Analisis (Terkait) Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 2003 s.d. November Jenis Hasil Analisis (HA) Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Tahun Tahun (Nov-) Jumlah Jan 2003 s.d. Nov- Tahun 2011 Tahun 2012 Kumulatif Jan- Kumulatif Jumlah Nov- s.d. Des- Okt- Nov- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Ø Hasil Analisis 1, ,699 Ø LTKM Terkait 2, ,740 4,591 INQUIRY**) Ø Hasil Analisis ,141 Ø LTKM Terkait , ,930 3,277 3,536 TOTAL Ø Hasil Analisis 1, ,409 2,840 Ø LTKM Terkait 3, , ,321 5,017 8,127 Keterangan : - Proaktif adalah HA yang disampaikan atas insiatif PPATK. - Inquiry adalah HA yang disampaikan sebagai jawaban atas permintaan dari Apgakum. - Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember HA Inquiry Januari 2004 sampai dengan Desember 2008, hanya diperhitungkan sebagai catatan biasa dan tidak diperhitungkan sebagai HA. Grafik 17 Perkembangan Jumlah HA per-tahun yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis HA Januari 2010 s.d. November HA per-tahun Proaktif Inquiry

27 25 Penyidik Tabel 19 Jumlah Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis Penyidik Januari 2003 s.d. November Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun 2011 Tahun 2012 Nov- Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Tahun Kumulatif Jan- s.d. Des- Okt- Tahun (Nov-) Nov- Kumulatif Jumlah Jan 2003 s.d. Nov- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Ø KEPOLISIAN SAJA Ø KEJAKSAAN SAJA Ø KPK SAJA Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN KPK Ø KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN 1, ,379 Ø KEPOLISIAN DAN KPK Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN BNN Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN DITJEN PAJAK Ø KEJAKSAAN DAN KPK Ø DITJEN PAJAK Ø DITJEN BEA DAN CUKAI Ø BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) Jumlah JUMLAH HA 1, ,409 2,840 Catatan : Jumlah Inquiry belum memperhitungkan inquiry Januari 2004 s.d. Desember 2008, sebanyak 295 laporan. Dugaan Tindak Pidana Asal Tabel 20 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2003 s.d. November Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Tahun 2011 Tahun 2012 Nov- Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Tahun Kumulatif Jan- s.d. Des- Okt- Tahun (Nov-) Nov- Kumulatif (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Ø Korupsi; ,329 Ø Penyuapan; Ø Narkotika; Ø Di bidang perbankan; Ø Di bidang Pasar Modal Ø Di bidang perasuransian; Ø Kepabeanan; Ø Terorisme; Ø Pencurian; Ø Penggelapan; Ø Penipuan; Ø Pemalsuan uang; Ø Perjudian; Ø Prostitusi; Ø Di bidang perpajakan; Ø Di bidang kehutanan; Ø Perdagangan orang; Ø Pidana lain yang diancam dengan penjara 4 tahun atau lebih Ø Tidak Teridentifikasi / dll Jumlah Jumlah Jan 2003 s.d. Nov- JUMLAH HA 1, ,409 2,840

28 26 Tabel 21 Jumlah HA yang Tidak Ditemukan Indikasi berkaitan dengan Tindak Pidana dan Tidak disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 2003 s.d. November (HA database) Tahun Hasil Analisis LTKM Terkait Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Tahun Des Jumlah Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) (s.d. November Jumlah Jumlah Tahun 2003 s.d. November 837 1,494 *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010 Catatan : HA dimasukan dalam database karena tidak terindikasi terkait dugaan tindak pidana, dianggap sesuai dengan profil dan memiliki underlying yang wajar serta keterbatasan data. Grafik 18 Perkembangan Jumlah HA per-tahun yang Tidak Terindikasi Tindak Pidana (HA database) dan Jumlah HA yang disampaikan ke Penyidik Januari 2003 s.d. November HA Database HA ke Penyidik

29 27 Tabel 22 Jumlah Informasi Hasil Analisis (IHA) Terkait dengan Pemberian Informasi sesuai dengan MoU dengan Lembaga/Instansi #) Terkait Berdasarkan Lembaga/Instansi Penyampaian IHA Januari 2003 s.d. November Instansi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s.d. Oktober 2010)*) Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) Tahun Tahun (Nov-) Tahun 2011 Tahun 2012 Kumulatif Jan- Kumulatif Jumlah Nov- s.d. Des- Okt- Nov- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Ø Komisi Pemberantasan Korupsi Ø Badan Pengawas Pemilu Ø Komisi Yudisial Ø Tim Tas TIPIKOR (Bubar Tgl 11/06/2007) Ø BAPEPAM-LK (Menjadi OJK Th ) Ø Bank Indonesia Ø Dirjen Pajak Ø Kementrian Luar Negeri Ø Kementrian Kehutanan Ø Badan Pemeriksa Keuangan Ø Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Ø Kementrian Keuangan Ø Lembaga Penjamin Simpanan Ø Ditjen Bea dan Cukai Ø Badan Narkotika Nasional Ø Kementrian Hukum dan HAM Ø Kementrian Dalam Negeri Ø Ombudsman Ø Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Ø Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Ø KPPU Ø Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ø Lainnya Jumlah Jan 2003 s.d. Nov- JUMLAH IHA *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember #) Pada periode sebelum berlakunya UU TPPU No.8 Tahun 2010, Instansi KPK, Ditjen Pajak, BNN, Ditjen Bea dan Cukai belum dinyatakan sebagai instansi yang berwenang untuk menerima HA dari PPATK.

30 28 B. Karakteristik Terlapor Berdasarkan HA UU TPPU Pasal 1 Angka 9 : Setiap Orang adalah orang perseorangan atau Korporasi. Berdasarkan data HA Proaktif selama Januari s.d. November, sebagian besar terlapor HA proaktif adalah perorangan (90,5 persen). Dilihat berdasarkan nominal transaksinya, sebagian besar HA proaktif selama Januari s.d. November bernominal di atas Rp 5 Miliar (58,7 persen). Berdasarkan lokus kejadiannya, sebagian besar kasus dugaan TPPU dalam HA proaktif terjadi di Propinsi DKI Jakarta (30,2 persen), diikuti Propinsi Jawa Barat (15,9 persen), dan Sumatera Utara (9,5 persen). Kategori Terlapor Tabel 23 Perkembangan HA Proaktif Berdasarkan Kategori Terlapor s.d. November Nov- Jan- Tahun Jumlah HA Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Perorangan Ø Laki-Laki Ø Perempuan n.a. n.a Perusahaan/korporasi n.a. n.a Total HA Proaktif Grafik 19 Persentase HA Proaktif Berdasarkan Kategori Nominal Transaksi HA Januari s.d. November Dibawah Rp 1 Miliar 14.3 Di atas Rp 5 Miliar Milyar - 5 Milyar 9.5 Rp 1 Miliar - Rp 2 Miliar 6.3 Rp 2 Miliar - Rp 3 Miliar 9.5 Rp 3 Miliar - 4 Miliar 1.6

31 29 Propinsi Tabel 24 Perkembangan HA Proaktif Menurut Locus (Tempat Kejadian) Indikasi Terjadinya Tindak Pidana s.d. November Nov- Jan- Tahun Jumlah HA Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat n.a. n.a Sumatera Selatan Bengkulu Jambi Riau n.a. n.a Kepulauan Riau Lampung Kep Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur n.a. n.a DI Yogyakarta Bali n.a. n.a Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku n.a. n.a Maluku Utara Kalimantan Barat Kalimantan Timur n.a. n.a. 0.0 Kalimantan Tengah n.a. n.a Kalimantan Selatan Sulawesi Utara n.a. n.a Sulawesi Selatan n.a. n.a Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Gorontalo Papua n.a. n.a. 0.0 Papua Barat Total HA Proaktif Catatan : Provinsi kejadian terlapor merupakan locus (tempat kejadian) dugaan tindak pidana yang berindikasi dalam HA terdiri dari seluruh dugaan tindak pidana, dan juga dari seluruh profil pekerjaan.

32 30 Gambar 2. Pemetaan Propinsi Menurut Kategori Persentase Locus (Tempat Kejadian) Dugaan Tindak Pidana yang Terindikasikan dalam HA Proaktif Januari s.d. November Catatan : Terkait dengan seluruh tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 UU No.8 tahun 2010, tanpa membedakan profile terlapor.

33 31 C. HA Pendanaan Terorisme UU TPPU Pasal 2 Ayat (2) : Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n. Pasal 93: Dalam hal ada perkembangan konvensi internasional atau rekomendasi internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme, PPATK dan instansi terkait dapat melaksanakan ketentuan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Sepanjang tahun (s.d. November ), terdapat 9 HA yang terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme. Dari HA tersebut, terdapat 28 LTKM yang disampaikan PJK kepada PPATK terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme. Sejak Januari 2003 s.d. November, jumlah seluruh HA yang telah disampaikan kepada penyidik terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme sebanyak 59 HA, yang terdiri dari: o HA Proaktif : sebanyak 23 HA o HA Inquiry : sebanyak 42 HA (sudah termasuk Inquiry pada periode Januari tahun 2007 s.d. Desember 2008 dimana pada periode tersebut belum dicatat sebagai HA) Jumlah LTKM yang disampaikan PJK kepada PPATK terkait dengan HA dengan dugaan tindak pidana terorisme sejak Januari 2003 s.d. November sebanyak 232 LTKM. Tabel 25 Jumlah HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 2003 s.d. November Tahun Proaktif Hasil Analisis Inquiry Jumlah HA Jumlah Kumulatif HA Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Jumlah Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (Sejak Januari 2011) (s.d. Nov ) Jumlah Jumlah Jan 2003 s.d. Nov *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember HA Inquiry Januari 2004 sampai dengan Desember 2008, hanya diperhitungkan sebagai catatan biasa dan tidak diperhitungkan sebagai HA.

34 32 60 Grafik 20 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif HA Terkait dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 2003 s.d. November Jumlah Kumulatif Jumlah Per-Tahun Catatan : Jumlah Kumulatif pada tahun 2010 dihitung sejak Januari Grafik 21 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKM Terkait dengan HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 2003 s.d. November Jumlah Kumulatif Jumlah per Tahun Catatan : Jumlah Kumulatif pada tahun 2010 dihitung sejak Januari 2003.

35 33 Grafik 22 Jumlah dan Persentase Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik, Terkait dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 2003 s.d. November Inquiry 42 65% Proaktif 23 35% Tabel 26 Jumlah LTKM Yang Disampaikan PJK Kepada PPATK Terkait Dengan HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 2003 s.d. November Tahun Jumlah LTKM Jumlah Kumulatif LTKM Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (Sejak Januari 2011) Jumlah (s.d. Nov ) Jumlah Jumlah Jan 2003 s.d. Nov 232 *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010.

36 34 UU TPPU Pasal 1 Angka 8 : Hasil Pemeriksaan adalah penilaian akhir dari seluruh proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional yang disampaikan kepada penyidik. Pasal 90 Ayat (1) : Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, yang meliputi: a. instansi penegak hukum; b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan; c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang; dan e. financial intelligence unit negara lain. Pasal 47 Ayat (1) dan Ayat (2) : PPATK membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenangnya secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Bulan D. Hasil Pemeriksaan (HP) Selama tahun (s.d. November ), PPATK telah menyampaikan 15 Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kepada Penyidik/Kementerian/Lembaga terkait. Penyampaian laporan tersebut berkaitan dengan pemeriksaan perkara TPPU yang kegiatan pemeriksaannya dilakukan terhadap rekening Pihak Terkait yang ada pada 95 Penyedia Jasa Keuangan (PJK). Bila diakumulasikan sejak berlakunya UU TPPU, jumlah LHP yang telah disampaikan oleh PPATK ke Penyidik hingga akhir November telah sebanyak 43Laporan, dengan perincian: 18 LHP diantaranya disampaikan ke Penyidik Kepolisian, 26 LHP ke Penyidik Kejaksaan, 22 LHP ke Penyidik KPK, 2 LHP ke Ditjen Pajak, 2 LHP ke Gubernur BI, serta masing-masing 1 LHP ke Penyidik BNN, Panglima TNI, Ketua Dewan OJK, Kemendagri, dan Kementerian Koperasi dan UKM. Berkaitan dengan perkara TPPU yang telah diperiksa oleh PPATK sejak berlakunya UU TPPU, pemeriksaan telah dilakukan terhadap rekening Pihak Terkait yang tersebar pada 286 PJK. Tabel 27 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang disampaikan oleh PPATK per Bulan Januari 2011 s.d. November Jumlah LHP Jumlah HP ke Penyidik Jumlah IHP ke Penyidik Lainnya Kepolisian Kejaksaan KPK BNN Ditjen Pajak Gubernur BI Panglima TNI Jumlah IHP ke Instansi Lainnya Ketua Kemenkop & Dewan OJK Kemendagri UKM Mei Juni Juli Agustus Februari Maret April Mei Juli Agustus Oktober Desember Maret April Mei Juli November Februari Maret April Juni September November Jumlah

37 35 Tabel 28 Jumlah HP Berdasarkan Tahun Penyampaian Januari 2011 s.d. November Tahun Jumlah LHP Jumlah PJK Jumlah Rekening (s.d. November ) ,410 Jumlah Kumulatif ,798 Grafik 23 Perkembangan Jumlah HP, Jumlah PJK, dan Jumlah Rekening yang Diperiksa Januari 2011 s.d. November 2,798 1, (s.d. November ) Jumlah LHP Jumlah PJK Jumlah Rekening Jumlah Kumulatif

38 36 UU TPPU Pasal 44 Ayat (1) : Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf d, PPATK dapat : j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang. E. Tindak Lanjut Terhadap HA/HP Tindak lanjut terhadap HA/HP yang disampaikan kepada penyidik dalam publikasi ini masih terbatas pada tindak lanjut HA/HP yang telah disampaikan oleh Penyidik kepada PPATK, selama periode Januari 2010 s.d. November. Jumlah tindak lanjut yang disajikan ini masih terus disempurnakan dan ditambahkan sesuai dengan pantauan terhadap HA/HP yang dilakukan oleh PPATK maupun penyidik. Selama tahun (s.d. November ), belum ada laporan tindak lanjut yang diterima PPATK terhadap LHA/LHP yang telah disampaikan ke penyidik. Tabel 29 Feedback/Tindak Lanjut Terhadap HA/HP Yang Disampaikan ke Penyidik*) Januari 2010 s.d. November Penyidik () Total 2010 s.d. () Jumlah % Distribusi Kepolisian Kejaksaan KPK BNN Ditjen Pajak Jumlah 1, , *) Jumlah Tindak lanjut masih terbatas pada keadaan sepanjang periode Januari 2010 s.d. November, dan akan terus disesuaikan berdasarkan hasil pantauan PPATK dan penyidik. Tindak lanjut Hasil Analisis/Hasil Pemeriksaan dapat berupa: masih dalam proses ataupun sudah selesai di proses oleh penyidik (dihentikan atau diteruskan).

39 37 F. Permintaan Informasi Kepada PJK/PBJ Terkait HA Terkait kegiatan analisis transaksi keuangan, selama Januari s.d. November, PPATK telah menyampaikan permintaan informasi kepada PJK dan instansi lainnya sebanyak permintaan informasi. Dengan demikian, jumlah permintaan informasi dalam rangka mendukung HA yang disampaikan kepada PJK/PBJ/instansi lainnya sejak Januari 2010 s.d. November adalah sebanyak permintaan. Sebagian besar permintaan informasi selama Januari 2010 s.d. November disampaikan kepada PJK Bank (84,8 persen atau permintaan), kepada PJK Non Bank (14,9 persen atau permintaan), serta kepada regulator/instansi lainnya (0,3 persen atau 30 permintaan). Tabel 30 Jumlah Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ Berdasarkan Jenis PJK/PBJ/Instansi Januari 2010 s.d. November Tahun Bank Non Bank Regulator/ Instansi Lainnya Jumlah , , , , , ,463 1, ,296 (s.d. Nov ) 2, ,679 Jumlah 7,663 1, ,039 % Distribusi

40 38 Grafik 24 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ Januari 2010 s.d. November 10,000 8, % 25.6% 6,000 4,000 2, % 40.6% 3,601 5,064 6,360 9, ,756 1,845 1,463 1,296 2, (s.d. Nov ) Jumlah Kumulatif Jumlah per Tahun 3,000 Grafik 25 Perkembangan Jumlah Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ per tahun Berdasarkan Jenis PJK/PBJ Januari 2010 s.d. November 2,500 2,401 2,000 1,500 1,334 1,457 1,317 1,154 1, Bank Non Bank (s.d. Nov )

41 39 G. Pengaduan Masyarakat (Dumas) Sejak Januari s.d. November, PPATK telah menerima 343 Dumas, dengan 256 Dumas diantaranya disampaikan selama Januari s.d. November. Sebagian besar Dumas selama Januari s.d. November disampaikan oleh Pihak Pelapor berupa Individu, yakni sebanyak 223 Dumas atau sebesar 65,0 persen. Sedangkan Dumas yang disampaikan oleh Lembaga sebanyak 120 Dumas atau sebesar 35,0 persen. Tabel 31 Jumlah Pengaduan Masyarakat yang Disampaikan Kepada PPATK Januari s.d. November Periode Jenis Pelapor Individu Lembaga Total (s.d. November ) Jumlah Jan - November Grafik 26 Distribusi Pengaduan Masyarakat yang DIsampaikan Kepada PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Januari s.d. November Lembaga % Individu %

42 40 A. Putusan Pengadilan Terkait TPPU LAIN-LAIN UU TPPU Pasal 69: Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Pasal 77: Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana. Berdasarkan data terkini, terdapat 20 perkara TPPU yang telah diputus oleh Pengadilan selama periode Januari s.d. November. Dengan demikian, sejak Januari 2005 s.d. November, tercatat sudah ada sebanyak 125 kasus tindak pidana pencucian uang yang telah diputus pengadilan. Putusan Pengadilan terkait TPPU sebagian besar adalah putusan pengadilan di wilayah DKI Jakarta, yaitu sebanyak 62 putusan atau 49,6 persen. Putusan yang telah diputus oleh Pengadilan terkait TPPU adalah hukuman maksimal selama 18 tahun dan denda maksimal sebesar Rp15 Miliar. Sebagian besar putusan Pengadilan perkara TPPU terkait dengan tindak pidana asal Narkotika (28,6 persen) dan Korupsi (24,8 persen). Tabel 32 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait Tindak Pidana Pencucian Uang Menurut Propinsi Januari 2005 s.d. November Propinsi Kumulatif 2005 s.d. (s.d. Nov ) % Distribusi Banda Aceh Sumatera Utara Lampung Riau Kepri Sumatera Selatan DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Papua Barat Jumlah

43 41 Grafik 27 Perbandingan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2005 s.d. November Narkotika 35 Korupsi 31 Penipuan 16 Penggelapan 14 Perbankan 9 Pemalsuan Surat 6 Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan TPPU 4 Perjudian Psikotrapika 2 2 Kehutanan Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Penyuapan Pencurian Tabel 33 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2005 s.d. November Tindak Pidana Asal Kumulatif 2005 s.d. (s.d. Nov ) % Distribusi Penggelapan Penipuan Narkotika Psikotrapika Pencurian Korupsi Pemalsuan Surat Perbankan Perjudian Penyuapan Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan TPPU Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Kehutanan Jumlah

44 42 Tahun Tabel 34 Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Tahun Putusan dan Hukuman Januari 2005 s.d. November Jumlah Putusan Hukuman Penjara (dalam Tahun) Hukuman Denda (dalam Rupiah) Minimal Maksimal Minimal Maksimal Total Denda (dalam rupiah) Jan Des ,000,000 10,000,000,000 30,755,000,000 Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010) * ,000,000 10,000,000,000 15,850,000, (bulan) 15 10,000,000 15,000,000,000 25,950,000,000 Jumlah 38 5 (bulan) 17 5,000,000 15,000,000,000 72,555,000, ,000, ,000,000 8,300,000,000 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (Sejak Januari 2011) ,000,000 10,000,000,000 12,600,000, (s.d. November ) Jumlah ,000,000 10,000,000,000 20,900,000,000 Jumlah (bulan) 18 5,000,000 15,000,000,000 93,455,000,000 *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010 Grafik 28 Perkembangan Jumlah Putusan Pengadilan Terkait TPPU Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 2008 s.d. November Kumulatif Putusan Jumlah Putusan

45 43 B. Keterangan Ahli Berdasarkan data terkini, terdapat 130 permintaan Keterangan Ahli dari beberapa instansi yang telah dipenuhi PPATK selama Januari s.d. November. Mayoritas permintaan Keterangan Ahli selama tahun tersebut berasal dari Kepolisian, yakni sebanyak 80 permintaan (61,5 persen). Dengan demikian, sejak Januari 2008 s.d. November, permintaan Keterangan Ahli berkaitan dengan TPPU atas permintaan beberapa instansi telah dipenuhi sebanyak 478 permintaan. Selama periode tersebut, instansi yang paling banyak meminta keterangan ahli dari PPATK adalah Kejaksaan, yaitu sebanyak 174 kali atau 36,4 persen dari seluruh permintaan yang telah dipenuhi oleh PPATK. Bila dilihat berdasarkan periode berlakunya UU TPPU, PPATK telah memenuhi permintaan keterangan ahli sebanyak 419 permintaan sejak tahun Instansi Tabel 35 Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Dari PPATK Berdasarkan Instansi Peminta Januari 2008 s.d. November Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (Sejak Januari 2011) Jumlah ( ) Jumlah Jumlah Tahun 2008 s.d. ( ) BADAN RESERSE DAN KRIMINAL (BARESKRIM) KEPOLISIAN DAERAH (POLDA) & RESOR (POLRES) KEJAKSAAN AGUNG RI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOMISI INFORMASI PUSAT (KIP) PENGADILAN MILITER Jumlah *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010

46 44 Grafik 29 Perbandingan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Kepada PPATK Berdasarkan Instansi Peminta Januari 2008 s.d. November BARESKRIM POLDA & POLRES KEJAKSAAN KPK BADAN KOMISI NARKOTIKA INFORMASI PUSAT NASIONAL (BNN) (KIP) PENGADILAN MILITER Grafik 30 Perkembangan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Kepada PPATK dan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Januari 2008 s.d. November Jumlah Kumulatif Keterangan Ahli Jumlah Keterangan Ahli per Tahun Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan

47 45 C. Audit UU TPPU Pasal 43: Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf c, PPATK berwenang: c. melakukan audit kepatuhan atau audit khusus; d. menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor; Selama Januari s.d. November, PPATK telah melakukan kegiatan audit sebanyak 93 audit baik terhadap Pihak Pelapor PJK maupun PBJ. Bila dilihat menurut jenis pihak Pelapor, sebagian besar audit yang dilakukan selama periode Januari s.d. November dilakukan terhadap Bank (26,9 persen), Pedagang Kendaraan Bermotor (24,7 persen), dan Perusahaan Properti/Agen Properti (23,7 persen). Bila diakumulasi sejak Januari 2005, jumlah keseluruhan pelaksanaan audit yang telah dilakukan oleh PPATK terhadap PJK/PBJ s.d. November telah mencapai 751 audit, atau meningkat 14,1 persen dibandingkan jumlah akumulasi audit Januari 2005 s.d. Desember (658 audit). Jenis Pihak Pelapor Tabel 36 Jumlah Pihak Pelapor yang telah di Audit *) Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor s.d. November Nov- Jan- Jumlah Audit Tahun Okt- Nov- Jan- % Distribusi Jan- Perkembangan Nov- (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Bank n.a. n.a Asuransi dan Pialang Asuransi n.a. n.a Sekuritas dan Manajer Investasi n.a. n.a Perusahaan Pembiayaan Pedagang Valuta Asing n.a. n.a Kupu n.a. n.a Perposan Pegadaian Perusahaan Properti/Agen Properti Pedagang Kendaraan Bermotor Pedagang Permata dan Perhiasan/Logam Mulia Koperasi Simpan Pinjam n.a. n.a Modal Ventura Total Audit *) Mencakup audit kepatuhan dan audit khusus

48 46 Grafik 31 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif Audit Kepada Pihak Pelapor Januari 2010 s.d. November % 14.1% % % Jumlah Kumulatif Perkembangan (%) Jumlah per-tahun Grafik 32 Perbandingan Jumlah Pihak Pelapor yang telah di Audit Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Januari 2005 s.d. November Modal Ventura 12 Koperasi Simpan Pinjam 5 Pedagang Permata dan Perhiasan/Logam Mulia 13 Pedagang Kendaraan Bermotor Perusahaan Properti/Agen Properti Pegadaian Perposan 1 1 Kupu 29 Pedagang Valuta Asing 82 Perusahaan Pembiayaan 51 Sekuritas dan Manajer Investasi 111 Asuransi dan Pialang Asuransi 96 Bank

49 47 D. Pertukaran Informasi UU TPPU Pasal 88 Ayat (1) dan Ayat (2) : Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal. Pihak yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pihak yang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang di Indonesia. Pasal 89 Ayat (1) dan Ayat (2) : Kerja sama internasional dilakukan oleh PPATK dengan lembaga sejenis yang ada di negara lain dan lembaga internasional yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang. Kerja sama internasional yang dilakukan PPATK dapat dilaksanakan dalam bentuk kerja sama formal atau berdasarkan bantuan timbal balik atau prinsip resiprositas. Pasal 90 Ayat (1): Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional,. Jumlah pertukaran informasi selama tahun (s.d. November ) sebanyak 99 pertukaran informasi, dengan 42 kali atau 42,4 persen merupakan permintaan informasi dari Financial Intellegence Unit (FIU) lain kepada PPATK dan PPATK memberikan informasi yang diminta (Incoming Mutual Request). Sementara itu, sejak berlakunya UU TPPU pada tanggal 22 November 2010, PPATK telah melakukan pertukaran informasi dengan FIU negara lain sebanyak 357 informasi. Dengan demikian, sejak Januari 2003 s.d November, pertukaran informasi yang melibatkan FIU lain sebanyak 763 pertukaran informasi. Sebagian besar pertukaran informasi, didominasi oleh informasi yang berasal Incoming Mutual Request (Outgoing Information), yaitu sebanyak 397 informasi atau sebesar 52,0 persen. No. Jenis Pertukaran Informasi Tabel 37 Jumlah Pertukaran Informasi per Tahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi Januari 2003 s.d. November Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Jumlah Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (Sejak Januari 2011) () Jumlah Jumlah Tahun 2003 % s.d. Nov Distribusi 1 Outgoing Mutual Request (Incoming Information) Incoming Mutual Request (Outgoing Information) Spontaneous Incoming Information Spontaneous Outgoing Information Jumlah *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember 2010 Keterangan: 1. Outgoing Mutual Request (Incoming Information) : PPATK mengirimkan permintaan informasi kepada FIU lain, dan PPATK menerima informasi yang diminta. 2. Incoming Mutual Request (Outgoing Information) : PPATK menerima permintaan informasi dari FIU lain, dan PPATK memberikan informasi yang diminta. 3. Spontaneous Incoming Information : PPATK menerima informasi dari FIUs secara spontan (tanpa diminta). 4. Spontaneous Outgoing Information : PPATK memberikan informasi kepada FIU lain secara spontan (tanpa diminta). Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip berdasarkan EGMONT Group yang merupakan wadah perhimpunan FIU seluruh dunia.

50 48 Grafik 33 Perkembangan Jumlah Pertukaran Informasi per-tahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi Januari 2010 s.d. November Outgoing Mutual Request (Incoming Information) Incoming Mutual Request (Outgoing Information) Spontaneous Incoming Information 18 Spontaneous Outgoing Information Grafik 34 Jumlah dan Persentase Kumulatif Pertukaran Informasi Antara PPATK Dengan FIU Lain Berdasarkan Jenis Informasi Januari 2003 s.d. November Spontaneous Outgoing Information 12 Spontaneous 2% Incoming Information 99 13% Outgoing Mutual Request (Incoming Information) % Incoming Mutual Request (Outgoing Information) %

51 49 UU TPPU Pasal 88: (1) Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal. (2) Pihak yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pihak yang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang d Indonesia. Pasal 90 ayat (1): Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, yang meliputi: a. instansi penegak hukum; b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan; c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang; dan e. financial intelligence unit negara lain. E. Nota Kesepahaman (MoU) Selama November, tidak terdapat MoU baru yang ditandatangani PPATK dengan Lembaga/Instansi di dalam negeri ataupun FIU luar negeri. Dengan demikian, sejak Januari 2003 s.d. November, telah ada sebanyak 120 Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani oleh PPATK, dengan 48 MoU diantaranya merupakan MoU dengan FIU luar negeri serta 72 MoU adalah MoU dengan Lembaga/Instansi di dalam negeri. Bila dilihat berdasarkan periode penandatanganannya, 42 MoU ditandatangani setelah berlakunya UU TPPU pada bulan November 2010, yang terdiri dari 11 MoU dengan FIU dan 31 MoU dengan Lembaga/Instansi dalam negeri. Sementara itu, 78 MoU ditandatangani sebelum berlakunya UU TPPU, dengan 37 MoU dengan FIU dan 41 MoU dengan Lembaga/Instansi dalam negeri. Terkait dengan MoU dengan FIU, secara khusus masih ada 2 (dua) negara anggota ASEAN yang belum terikat MoU dengan PPATK, yaitu: Kamboja dan Laos. Tabel 38 Jumlah MoU Berdasarkan Tahun Penandatangan Antara PPATK dengan FIU Atau Instansi/Lembaga, Januari 2003 s.d. November Tahun Internasional (FIU) Nasional (Instansi/ Lembaga) Jumlah % Distribusi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (s/d Oktober 2010)* Jan Des Jumlah Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 2010 (sejak Januari 2011) (s.d. November ) Jumlah Jumlah *) Data Tahun 2010 dihitung s.d. Desember

52 50 Grafik 35 Perkembangan Jumlah MoU yang Telah Ditandatangani antara PPATK dengan FIU atau Instansi/Lembaga, Januari 2003 s.d. November FIU Dalam Negeri Grafik 36 Jumlah dan Persentase Kumulatif MoU yang Telah Ditandatangani antara PPATK dengan FIU atau Instansi/Lembaga, Januari 2003 s.d. November Nasional (Instansi/ Lembaga) 72 60% Internasional (FIU) 48 40% Tabel 39 FIU dari Negara ASEAN Yang Telah Dan Belum Memiliki MoU dengan PPATK No. Negara (FIU) Penandatangan Nota Kesepahaman Tempat Tanggal/Bulan/Tahun 1 Thailand Bangkok 24 Maret Malaysia Malaysia 31 Juli Philippines Brunei 5 Oktober Vietnam Jakarta 18 Agustus Myanmar Jakarta 14 November Brunei Darussalam Jakarta 17 Desember 2008 Singapore 17 September 7 Singapura Jakarta 25 September 8 Kamboja Belum 9 Laos Belum Ket

53 51 Tabel 40 Lembaga/Organisasi Domestik Yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK No. Nama Lembaga / Organisasi Penandatanganan Nota Kesepahaman Tempat Tanggal Keterangan Tahun Bank Indonesia Jakarta 5 Februari 2003 Diperbaharui tgl. 18 Maret Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Jakarta 20 Oktober Ditjen Pajak Jakarta 28 Oktober 2003 Diperbaharui tgl. 19 Oktober 4 Ditjen Lembaga Keuangan (LK) Jakarta 28 Oktober Ditjen Bea & Cukai Jakarta 31 Oktober 2003 Tahun Center For International Forestry Research Jakarta 16 Januari Komisi Pemberantasan Korupsi Jakarta 29 April Kepolisian Negara RI Jakarta 16 Juni 2004 Diperbaharui tgl. 18 April 9 Kejaksaan Agung RI Jakarta 27 September 2004 Diperbaharui tgl. 18 April Tahun Departemen Kehutanan Jakarta 28 Maret 2005 Tahun Badan Pemeriksa Keuangan Jakarta 25 September 2006 Tahun Itjen Departemen Keuangan Jakarta 12 Januari Komisi Yudisial Jakarta 1 Februari Ditjen Administrasi Hukum Umum Jakarta 6 Maret Ditjen Imigrasi Jakarta 6 Maret Badan Pengawasan Keuangan dan Jakarta 19 April Badan Narkotika Nasional Jakarta 13 Juni 2007 Diperbaharui tgl. 14 Oktober 18 Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Banda Aceh 15 Agustus 2007 Tahun Universitas Surabaya Jakarta 17 April STIE Perbanas Surabaya Surabaya 31 Juli Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 17 September Badan Pengawas Pemilu Jakarta 6 November 2008 Diperbaharui tgl. 7 Juli Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Jakarta 7 November 2008 Tahun Universitas Soedirman Purwokerto 23 Januari Badan Pertanahan Nasional Jakarta 17 April Universitas Andalas Padang 18 Mei Ditjen Pos dan Telekomunikasi Jakarta 12 Juni Universitas Hasanuddin Makassar 23 Juni Institut Teknologi Bandung Bandung 25 Juni Universitas Diponogoro Semarang 12 Agustus Lembaga Penjamin Simpanan Jakarta 17 November Universitas Muhammadiyah Surakarta Solo 20 November Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan Jakarta 3 Desember Universitas Indonesia Jakarta 7 Desember Universitas Jember Jakarta 7 Desember 2009 Tahun Komisi Pengawas Persaingan Usaha Jakarta 14 April Universitas Padjajaran Bandung 22 Juni Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Jakarta 7 Juli Universitas Mataram Mataram 27 Juli Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 8 Oktober Setjen Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK) Jakarta 29 Desember 2010 Tahun Kementerian Perhubungan RI Jakarta 27 Januari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Jakarta 18 April Universitas Pattimura Ambon 5 Mei Universitas Indonesia & Bank Indonesia (terkait pendirian Pusat Kajian TPPU di UI) Jakarta 29 Juli Ombudsman RI Jakarta 11 Agustus Universitas Sriwijaya Palembang 12 September Universitas Udayana Denpasar 4 Oktober PT. Pertamina (Persero) Jakarta 19 Oktober Universitas Bina Nusantara Jakarta 19 Oktober 2011 Tahun Universitas Esa Unggul Jakarta 10 januari Universitas Sumatera Utara Jakarta 30 Januari Universitas Airlangga Surabaya 28 Februari Itjen Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta 11 April Itjen Kementerian Hukum dan HAM Jakarta 23 Oktober Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 5 November Universitas Cendrawasih Jayapura 29 November Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Surabaya 3 Desember Satgas REDD Jakarta 20 Desember NCB Interpol Indonesia Jakarta 21 Desember Itjen Kementerian Agama Jakarta 26 Desember 2012 Tahun 62 Setjen Mahkamah Konstitusi Jakarta 7 Januari 63 LPSE Kementerian Keuangan Jakarta 5 Februari 64 Sisminbakum DJAHU Kementerian Hukum & Jakarta 15 Februari 65 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jakarta 18 Juni 66 Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Jakarta 21 Juni 67 Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri RI Jakarta 30 Juli 68 Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta 27 Agustus 69 Itjen Kemendikbud Jakarta 30 September Tahun 70 Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil (Perjanjian Kerja Sama) Jakarta 30 Januari 71 Komisi Pemilihan Umum Jakarta 4 Februari 72 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Jakarta 26 Mei

54 52 Gambar 3. FIU yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK

55 53 Tabel 41 FIU Yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK No. Negara (FIU) Penandatangan Nota Kesepahaman Tempat Tanggal/Bulan/Tahun Tahun Thailand Bangkok 24 Maret Malaysia Malaysia 31 Juli Korea Jakarta 20 Oktober Australia Tahun 2004 Bali 4 Februari Philippines Brunei Darussalam 5 Oktober Romania Bucharest 12 Oktober 2004 Tahun Belgium Jakarta 1 Februari 2005 Brussels 26 Januari Italy Rome 17 Februari Poland Washington 29 Juni Spain Washington 29 Juni Peru Sofia 6 Oktober 2005 Jakarta 18 Oktober 2005 Tahun China Jakarta 29 Mei Mexico Limassol - Cyprus 14 Juni Canada Ottawa 12 Oktober 2006 Jakarta 16 Oktober Myanmar Jakarta 14 November South Africa Jakarta 24 November 2006 Pretoria 29 November Cayman Island Grand Cayman 27 November Japan Jakarta 18 Desember 2006 Tokyo 19 Desember 2006 Tahun Bermuda Bermuda 31 Mei Mauritius Bermuda 31 Mei New Zealand Jakarta 18 Juli Turkey Ankara 8 Agustus 2007 Jakarta 13 Agustus Finland Helsinki 27 September 2007 Tahun Georgia Georgia 10 Maret Croatia Jakarta 21 April Moldova Seoul 28 Mei United States of America Jakarta 19 September 2008 Washington 6 Oktober Brunei Darussalam Jakarta 17 Desember Bangladesh Tahun 2009 Jakarta 16 Maret Senegal Jakarta 17 April Sri Lanka Doha 27 Mei Macau Brisbane 10 Juli Fiji Island Brisbane 10 Juli Solomon Island Tahun 2010 Wollonggong 22 Februari Qatar Cartagena 30 Juni United Arab Emirate Cartagena 30 Juni Vietnam Jakarta 18 Agustus India Tahun 2011 New Delhi 25 Januari Netherlands Aruba 15 Maret Luxembourg Yerevan-Armenia 12 Juli Saudi Arabia Yerevan-Armenia 12 Juli Samoa Yerevan-Armenia 12 Juli Ukraine Tahun 2012 Saint Petersburg 10 Juli Russia Saint Petersburg 11 Juli 2012 Tahun 45 Kazakhstan Astana 2 September 46 Singapore Singapore 17 September Jakarta 25 September Tahun 47 Timor Leste Dilli 21 February 48 United Kingdom of Great Britain London 25 February

56

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME FEBRUARI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MEI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME OKTOBER 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME SEPTEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME DESEMBER 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME OKTOBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET 216 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 2017 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JULI Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME AGUSTUS Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME APRIL Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

BULLETIN FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BULLETIN FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME FEBRUARI 216 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l e t i n S t a t i s t i k

B u l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 2013 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME NOVEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k ANTI BULLETIN PENCUCIAN STATISTIK UANG ANTI PENCUCIAN DAN PENDANAAN UANG & PENDANAAN TERORISME TERORISME (DESEMBER 2013) B u l l e t i n S t a t i s t i k 1 R i n g k a s a n E k s e k u t i f Volume 46/Thn

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JANUARI 217 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

BULLETIN JULI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BULLETIN JULI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JULI 2013 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME DESEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

STATISTIK MARET ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997

STATISTIK MARET ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997 BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN STATISTIK TAHUN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakar ta Pusat www.ppatk.go.id

Lebih terperinci

STATISTIK FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997

STATISTIK FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997 BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN STATISTIK TAHUN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakar ta Pusat www.ppatk.go.id

Lebih terperinci

BULLETIN STATISTIK ISSN : ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI

BULLETIN STATISTIK ISSN : ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI 218 . B U L L E T I N S T A T I S T I K DAFTAR ISI: Halaman Ringkasan Eksekutif 1 Ringkasan Statistik

Lebih terperinci

Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012)

Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012) Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Lebih terperinci

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Keempat. Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia Tujuan Modul bagian keempat yaitu Pengaturan

Lebih terperinci

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1821, 2014 PPATK. Sanksi Administratif. Kewajiban Pelaporan. Pelanggaran. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER. 14 /1.02/PPATK/11/14

Lebih terperinci

Volume 19 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan September 2011)

Volume 19 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan September 2011) Volume 19 Thn II/2011 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan September 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Oktober 2011

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2015 HUKUM. Pidana. Pencucian Uang. Pihak Pelapor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5709). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA PENCUCIAN UANG? PENCUCIAN UANG Upaya untuk menyembunyikan/menyamarkan harta kekayaan dari hasil tindak pidana sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim No.1872, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penyedia Jasa Keuangan. Penghentian Sementara dan Penundaan Transaksi. Pencabutan. PERATURAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012)

Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012) Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012)

Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012) Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG No.283,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG PELAKSANAAN PENGHENTIAN SEMENTARA

Lebih terperinci

PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN MEI 2017 Daftar Isi SAMBUTAN

Lebih terperinci

Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012)

Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012) Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penghentian Sementara. Penundaan. Transaksi. Perbankan. Pasar Modal. Asuransi. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, No.960, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Identifikasi Transaksi. Jasa Keuangan. Mencurigakan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.928, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Kewajiban Pelaporan. Dikecualikan. Transaksi Keuangan Tunai. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642) No.642, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642) PERATURANKEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Laporan. Transaksi Keuangan. Penyedia Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1479, 2013 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI. Traksaksi. Tunai. Jasa Keuangan. Identifikasi PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester II Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013 Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010 Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010 3.1 Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010 3.1.1 Pemeriksaan oleh PPATK Pemeriksaan adalah proses identifikasi

Lebih terperinci

Volume 22 Thn III/2012 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011)

Volume 22 Thn III/2012 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011) Volume 22 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Januari 2012

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 108, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4324) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Volume 20 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011)

Volume 20 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011) Volume 20 Thn II/2011 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Nopember 2011

Lebih terperinci

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN PERATURAN PUSAT PELAPORANDANANALISISTRANSAKSIKEUANGAN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAANPENGHENTIAN SEMENTARA DAN PENUNDAANTRANSAKSIOLEH PENYEDIAJASA

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.670, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Identifikasi. Transaksi Mencurigakan. Jasa Keuangan. Perubahan.(Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 7) PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012)

Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012) Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Daerah Pabean Indonesia. Uang Tunai. Instrumen Pembayaran Lain. Pembawaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 2016 Harga Properti Residensial pada Triwulan IV-2016 Meningkat Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 0,37% (qtq), sedikit

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 71/XI/17/VII, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III - 2017 Indeks

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa No.929, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi. No.549, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR: PER - 09/1.01/PPATK/11/2009

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM. Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi

Lebih terperinci

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5406 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 50) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun Hasil 3.8 Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.

Lebih terperinci

Perpustakaan LAFAI

Perpustakaan LAFAI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5932 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 194). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang besar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un No.1563, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberitahuan dan Pengawasan, Indikator yang Mencurigakan, Pembawaan Uang Tunai dan/atau Instrumen Pembayaran Lain, serta Pengenaan Sanksi Administratif

Lebih terperinci

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa kejahatan yang menghasilkan harta

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci