B u l l e t i n S t a t i s t i k

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B u l l e t i n S t a t i s t i k"

Transkripsi

1 BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME OKTOBER 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: ; Fax.: ; contact-us@ppatk.go.id website: PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

2

3 bps ANTI BULLETIN PENCUCIAN STATISTIK UANG ANTI PENCUCIAN DAN PENDANAAN UANG & PENDANAAN TERORISME TERORISME (OKTOBER 215) B u l l e t i n S t a t i s t i k 1 Volume 68/Thn VI/215 Oktober 215 R i n g k a s a n E k s e k u t i f D A F T AR I S I : Halaman Ringkasan Eksekutif 1 Ringkasan Statistik 2 Laporan Transaksi 3 A. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) 3 B. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) 12 C. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) 14 D. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa 17 E. Laporan Transfer Dana dari/ke Luar Negeri 19 F. Laporan Penundaan Transaksi (LPT) 22 Analisis dan Pemeriksaan 26 A. Hasil Analisis (HA) 26 B. Karakteristik Terlapor HA 31 C. HA Terkait Pendanaan Terorisme 34 D. Hasil Pemeriksaan (HP) 37 E. Tindak Lanjut terhadap HA/HP 39 F. Permintaan Informasi Kepada PJK/PBJ Terkait Hasil Analisis 41 G. Pengaduan Masyarakat 43 Lain-lain 45 A. Putusan Pengadilan Terkait TPPU 45 B. Keterangan Ahli 48 C. Audit 5 D. Pertukaran Informasi Antar FIU 52 E. Nota Kesepahaman (MoU) 54 Bulletin Statistik disusun sebagai salah satu upaya PPATK untuk menyampaikan hasil pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam rangka mencegah dan memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 21 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (selanjutnya disebut UU TPPU) yang mulai berlaku pada tanggal 22 Oktober 21. Dalam bulletin ini, statistik yang dihimpun mencakup: 1. Perkembangan aktivitas pelaporan oleh Pihak Pelapor (Penyedia Jasa Keuangan/PJK, Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain/PBJ), serta Ditjen Bea Cukai; 2. Penyampaian hasil analisis dan hasil pemeriksaan kepada Apgakum dan/atau penyidik, serta 3. Informasi lainnya yang terkait dengan pelaksanaan tugas PPATK. Hingga awal kuartal keempat tahun 215, jumlah penyampaian laporan ke PPATK semakin bertambah. Penerimaan pelaporan terbanyak selama Oktober 215 terutama terkait LTKL (Swift Bank), LTKT, LTKM, dan LTPBJ yang selama Oktober 215 bertambah masing-masing sebanyak 26,3 ribu LTKL, 25, ribu LTKT, 3,7 ribu LTPBJ, dan 5,1 ribu LTKM. Dengan adanya penambahan laporan ini, jumlah keseluruhan laporan yang telah diterima PPATK sejak Januari 23 telah mencapai laporan atau meningkat sebanyak 3,3 persen dibandingkan jumlah kumulatif laporan per akhir Desember 214. Bila diamati perkembangan bulanannya (month-tomonth, disingkat m-to-m), penerimaan keseluruhan laporan di Oktober 215 bila dibandingkan penerimaan pada bulan sebelumnya mengalami penurunan, terutama penerimaan LTKL dan LTPBJ yang masing-masing turun sebanyak 49,1 persen dan 29,1 persen. Terkait fungsi analisis, selama Oktober 215, PPATK telah menyampaikan Hasil Analisis (selanjutnya disebut HA) kepada penyidik sebanyak 1 HA, dengan 8 HA diantaranya merupakan HA inquiry (permintaan dari penyidik), dan selebihnya sebanyak 2 HA merupakan HA Proaktif (inisiatif dari PPATK). Berdasarkan jumlah HA selama periode tersebut, dugaan tindak pidana Penipuan menjadi tindak pidana yang paling dominan, yaitu sebanyak 3 HA (3, persen). Sesuai amanat UU TPPU, selain melakukan fungsi analisis, PPATK juga memiliki fungsi pemeriksaan. Namun demikian, selama Oktober 215, belum terdapat Laporan Hasil Pemeriksaan (selanjutnya disebut LHP) yang disampaikan kepada penyidik terkait. Dengan demikian, jumlah LHP telah disampaikan kepada penyidik maupun Kementerian/Lembaga terkait sejak berlakunya UU TPPU, telah tercatat sebanyak 58 LHP, dengan rincian 19 LHP diantaranya disampaikan ke Penyidik Kepolisian, 27 LHP ke Penyidik Kejaksaan, 27 LHP ke Penyidik KPK, 9 LHP ke Penyidik DJP, 3 LHP ke Penyidik BNN, dan 1 LHP ke Penyidik DJBC. Sementara itu, terkait dengan putusan pengadilan, berdasarkan data terkini, hingga akhir September 215 terdapat 98 putusan pengadilan terkait TPPU sejak berlakunya UU TPPU. Bila diakumulasikan sejak Januari 25, jumlah putusan pengadilan terkait TPPU tercatat sudah sebanyak 136 kasus dengan hukuman maksimal 18 tahun dan denda maksimal Rp15 Miliar. Semoga buku ini dapat bermanfaat. Jakarta, November 215 MUHAMMAD YUSUF Kepala PPATK

4 2 R I N G K A S A N S T A T I S T I K L A P O R A N T R A N S A K S I Periode Januari 23 s.d. Oktober 215: Jumlah Laporan yang diterima PPATK s.d. Oktober 215 sebanyak Laporan. A. LTKM = Laporan, bertambah 23,4 persen dibanding posisi Desember 214. B. LTKT = Laporan, bertambah 11,3 persen dibanding posisi Desember 214. C. LTPBJ = Laporan, bertambah 53,3 persen dibanding posisi Desember 214. D. LPUT = Laporan yang diperoleh melalui 18 lokasi pelaporan. E. LTKL = Laporan (LTKL SWIFT Bank saja terhitung sejak Januari 214). (s.d. Oktober 215): Jumlah Laporan yang diterima sebanyak Laporan atau naik 8,2 persen dibandingkan jumlah Januari 214 s.d. Oktober 214 (c-to-c). A. LTKM = 46.1 Laporan, naik 53,5 persen (c-to-c). B. LTKT = Laporan, naik 19,8 persen (c-to-c). C. LTPBJ = Laporan, naik 33,7 persen (c-to-c). D. LPUT = 14 Laporan, turun 99, persen (c-to-c). E. LTKL = Laporan, naik 4, persen (c-to-c). Oktober 215: Jumlah Laporan yang diterima sebanyak Laporan, atau turun 34,3 persen dibandingkan jumlah September 215 (m-to-m), dan turun 3,2 persen (y-on-y). A. LTKM = 5.13 Laporan, turun 13, persen (m-to-m), namun naik 45,2 persen (y-on-y). B. LTKT = Laporan, naik 2,5 persen (m-to-m), dan naik 25,7 persen (y-on-y). C. LTPBJ = Laporan, turun 29,1 persen (m-to-m), namun naik,1 persen (y-on-y). D. LPUT = 4 Laporan. E. LTKL = Laporan, turun 49,1 persen (m-to-m), dan turun 48,8 persen (y-on-y). H A S I L A N A L I S I S D A N H A S I L P E M E R I K S A A N Periode Januari 23 s.d. Oktober 215: Hasil Analisis (tidak termasuk Hasil Pemeriksaan) yang disampaikan ke Penyidik Januari 23 s.d. Oktober 215 sebanyak HA yang terkait dengan LTKM. A. HA - Proaktif = HA yang terkait dengan LTKM. - Inquiry = HA yang terkait dengan LTKM. B. Informasi Hasil Analisis (IHA) = 1.2 IHA. C. HA terkait Pendanaan Terorisme = 73 HA yang terkait dengan 235 LTKM. D. LHP yang disampaikan ke Penyidik/Kementerian/Lembaga Terkait = 58 Laporan. (s.d. Oktober 215): HA yang disampaikan ke Penyidik selama Oktober 215 sebanyak 258 HA yang terkait dengan 634 LTKM. A. HA - Proaktif = 75 HA yang terkait dengan 91 LTKM. - Inquiry = 183 HA yang terkait dengan 543 LTKM. B. Informasi Hasil Analisis (IHA) = 155 IHA. C. HA terkait Pendanaan Terorisme = 8 HA yang terkait dengan 5 LTKM. D. LHP yang disampaikan ke Penyidik/Kementerian/Lembaga Terkait = 11 Laporan.

5 3 LAPORAN TRANSAKSI UU TPPU Pasal 23 Ayat (1) : Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi: a. Transaksi Keuangan Mencurigakan; b. Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp5.., (lima ratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa kali Transaksi dalam 1 (satu) hari kerja; dan/atau c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri. Pasal 1 Angka 5 : Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah: a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan; b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. A. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) LTKM merupakan laporan yang disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan (selanjutnya disebut PJK) berdasarkan UU TPPU Pasal 23 Ayat (1) huruf a, sesuai kriteria pada Pasal 1 Angka 5. Selama Oktober 215, jumlah LTKM yang disampaikan PJK kepada PPATK sebanyak 5.13 LTKM, dengan rata-rata penerimaan sebanyak 257 laporan/hari (1 bulan = 2 hari). Pelaporan LTKM selama bulan ini lebih tinggi 13, persen (m-to-m) dibandingkan jumlah pada bulan lalu, dan meningkat 45,2 persen dibandingkan dengan jumlah LTKM selama Oktober 214 (y-on-y). Secara keseluruhan LTKM yang diterima oleh PPATK sejak Januari 23 s.d. Oktober 215 mencapai sebanyak LTKM atau bertambah 23,4 persen dibandingkan jumlah kumulatif LTKM pada akhir Desember 214. Peningkatan pelaporan LTKM, terutama terjadi sejak diberlakukannya UU TPPU tanggal 22 November 21. Jumlah LTKM yang telah diterima PPATK sejak Januari 211 s.d. Oktober 215 tercatat sebanyak LTKM, atau secara rata-rata tahunan meningkat 363,1 persen dibandingkan periode sebelum diberlakukannya UU TPPU. Dilihat dari sisi jumlah Pihak Pelapor, selama Januari 215 s.d. Oktober 215 tercatat sebanyak 294 PJK telah menyampaikan LTKM kepada PPATK. Sebagian besar LTKM atau sebanyak 56,1 persen LTKM disampaikan oleh PJK Non Bank, sedangkan 43,9 persen selebihnya disampaikan oleh PJK Bank. Mayoritas TKM selama periode ini terjadi di Jakarta (45,5 persen), Jawa Barat (11,7 persen), dan Jawa Timur (1,8 persen). Berdasarkan profilnya, sebagian besar atau sebanyak 91,9 persen terlapor LTKM yang disampaikan pada Januari 215 s.d. Oktober 215 adalah perorangan, sedangkan 8,1 persen selebihnya merupakan korporasi. Mayoritas terlapor perorangan adalah Laki-laki (65,3 persen), dengan pekerjaan utama sebagai Pengusaha/Wiraswasta (35,3 persen), serta sebagian besar berada pada usia produktif antara 3-6 tahun (73,8 persen). Berdasarkan LTKM selama Januari 215 s.d. Oktober 215, diketahui bahwa hanya sebanyak 22,4 persen LTKM saja yang mampu diidentifikasikan oleh Pihak Pelapor terindikasi tindak pidana, dan selebihnya sebanyak 77,6 persen LTKM tidak terisi/mengindikasikan tindak pidana. Indikasi Tindak Pidana Asal yang dominan adalah Penipuan (5,3 persen), Korupsi (17,2 persen), dan Perjudian (8,1 persen).

6 4 Tabel 1 Perbandingan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Oktober 215 Jenis PJK Pelapor Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Okt-214 Tahun 214 Kumulatif s.d. Okt- 214 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Jan-214 s.d. Des- 214 Sep-215 Okt-215 Kumulatif s.d. Okt- 215 Jumlah Jan 23 s.d. Okt-215 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) (12) Bank 36,39 47,185 2,15 17,64 23,79 2,163 2,565 2,26 91, , Ø Bank Umum 36,22 46,828 1,968 17,493 23,58 2,121 2,534 19,88 9, , Bank Milik Negara 11,96 19, ,87 9, ,633 36,944 48,4 5 Bank Swasta 12,54 21,716 1,26 8,65 11,885 1,67 1,193 1,192 43,793 56, Bank Pembangunan Daerah 8,614 2, ,364 1, ,217 5,76 14, Bank Asing 2,615 1, ,923 4, Bank Campuran 1, ,796 2,953 9 Ø Bank Perkreditan Rakyat , Non Bank 27,615 45,978 1,517 12,341 15,898 2,376 2,565 25,85 87, , Ø Pasar Modal 1,88 1, ,572 3,66 27 Ø Asuransi 2,939 9, ,524 3, ,976 16,896 19, Ø Dana Pensiun 1 1 Ø Lembaga Pembiayaan/Leasing 1,435 18, ,357 4,829 1,83 1,141 12,64 35,24 36, Ø Pedagang Valuta Asing 22,122 15, ,891 6, ,493 28,672 5, Ø Money Remittance/KUPU ,97 1, ,853 4,315 4,345 3 Ø Perusahaan Perdagangan Berjangka Komoditi Ø Koperasi Ø Lainnya Total LTKM 63,924 93,163 3,532 29,981 39,688 4,539 5,13 46,11 178, , *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21. **) Data Tahun 212 s.d.oktober 215 menggunakan Database SIAPUPPT per 31 Oktober 215. Jumlah Jumlah PJK Pelapor 215 (s.d. Okt- 215) Grafik 1 Perbandingan Rata-rata LTKM per Tahun Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Tahun 21 Berdasarkan Jenis PJK Pelapor Total 7,991 37,6 Pos dan Giro 18 Perusahaan Perdagangan Berjangka Komoditi 24 Money Remittance/KUPU Pedagang Valuta Asing 2,765 5,932 Lembaga Pembiayaan/Leasing 179 7,246 Dana Pensiun Asuransi 367 3,496 Pasar Modal Bank Perkreditan Rakyat 36 2 Bank Campuran Bank Asing Bank Pembangunan Daerah 1,77 1,192 Sebelum berlakunya UU TPPU Bank Swasta 1,568 9,61 Sesudah berlakunya UU TPPU Bank Milik Negara 1,387 7,644-5, 1, 15, 2, 25, 3, 35, 4,

7 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct Grafik 2 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK per-bulan Januari 214 s.d. Oktober 215 6, 5, 4, , 2, 1, 3,834 3,532 4,7 5,7 5,548 3,478 4,342 4,454 4,148 5,19 4,532 4,65 4,539 5, LTKM per Bulan % Perkembangan Bulanan (month-to-month) *) Peningkatan month-to-month (disingkat m-to-m) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan sebelumnya. Grafik 3 Jumlah dan Persentase Kumulatif LTKM Menurut Jenis PJK Pelapor Januari 215 s.d. Oktober 215 Grafik 4 Jumlah dan Persentase Kumulatif PJK Pelapor yang Menyampaikan LTKM Januari 215 s.d. Oktober 215 Non Bank 25,85 56% Bank 2,26 44% Non Bank % Bank %

8 6 Grafik 5 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKM Januari 211 s.d. Oktober 215 3, 25, 23.4% 2, 25.3% 15, 36.4% 1, 5, 36.9% 84, , ,87 196, ,786 2,222 31,21 41,92 39,688 46, Jumlah Kumulatif Jumlah Per-tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari 23 - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 211 s.d. Oktober 215 Grafik 6 Perkembangan Jumlah LTKM per-tahun dan Rata-rata Penerimaan per-bulan Januari 211 s.d. Oktober 215 5, 45, 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, 46,11 41,92 39,688 31,21 2,222 1,685 2,585 3,493 3,37 4, Jumlah Per-tahun Rata-rata per-bulan Catatan : - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 211 s.d. Oktober 215

9 7 Grafik 7 Perkembangan Jumlah LTKM per-tahun Berdasarkan Jenis PJK Januari 211 s.d. Oktober 215 5, 46,11 45, 4, 41,92 39,688 35, 31,21 3, 25, 2, 15, 1, 5, 2,222 1,535 9,687 21,257 16,835 2,663 14,186 23,79 15,898 25,85 2, Bank + Non Bank Bank Non Bank Catatan : - Jumlah LTKM per tahun dihitung berdasarkan penerimaan LTKM oleh PPATK pada tahun berjalan. - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 211 s.d.oktober 215 Grafik 8 Perkembangan Rata-rata Penerimaan LTKM per-bulan Januari 211 s.d. Oktober , , , , , ,. 2,. 3,. 4,. 5,. Catatan : - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 211 s.d. Oktober 215

10 8 Tabel 2 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Domisili Kantor Penyedia Jasa Keuangan Pelapor Kejadian Transaksi s.d. Oktober 215 Propinsi Kantor PJK Pelapor Kejadian Transaksi Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jumlah LTKM Jan-214 s.d. Des-214 Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Nanggroe Aceh Darussalam , Sumatera Utara 79 1,322 2, , Sumatera Barat Sumatera Selatan Bengkulu Jambi Riau Kepulauan Riau Lampung Kep Bangka Belitung Banten , , DKI Jakarta 1,671 14,52 18,38 2,12 2,165 2, Jawa Barat 395 3,888 4, , Jawa Tengah 249 1,623 2, , Jawa Timur 282 2,446 3, , DI Yogyakarta Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat. n.a. n.a. n.a. Gorontalo Papua Papua Barat. n.a. n.a. n.a. Total LTKM 3,532 29,981 39,688 4,539 5,13 46, Catatan: - Angka tidak mencerminkan kejadian tindak pidana pada wilayah pelaporan - Angka. mencerminkan tidak adanya PJK yang melaporkan adanya transaksi keuangan mencurigakan pada wilayah tersebut atau dalam pelaporan tidak disebutkan wilayah kejadian sehingga dihitung sebagai laporan dari kantor pusat (DKI Jakarta). - Peningkatan month-to-month (disingkat m-to-m) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan sebelumnya. - Peningkatan year-on-year (disingkat y-on-y) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan yang sama tahun sebelumnya. - Peningkatan cummulative-to-cummulative (disingkat c-to-c) merupakan perbandingan jumlah kumulatif tahunan hingga bulan tertentu terhadap jumlah kumulatif pada periode yang sama tahun sebelumnya.

11 9 Gambar 1. Pemetaan Propinsi Menurut Kategori Persentase Kumulatif LTKM Januari 215 s.d. Oktober 215 Catatan : Jumlah LTKM dihitung berdasarkan Lokasi Pelaporan. Jumlah LTKM tidak Mencerminkan Terjadinya Tindak Pidana.

12 1 Jenis Kategori Terlapor Tabel 3 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Kategori Terlapor s.d. Oktober 215 Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jumlah LTKM Jan-214 s.d. Des-214 Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Perorangan 3,15 26,899 35,782 4,65 4,744 42, Ø Laki-Laki 2,14 17,934 23,969 2,624 3,6 27, Ø Perempuan 1,136 8,965 11,813 1,441 1,738 14, Perusahaan/Korporasi 382 3,82 3, , Total LTKM 3,532 29,981 39,688 4,539 5,13 46, Jenis Pekerjaan Utama Terlapor Perseorangan Tabel 4 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Pekerjaan Terlapor Perseorangan s.d. Oktober 215 Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jumlah LTKM Jan-214 s.d. Des-214 Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Pengusaha/Wiraswasta 844 7,62 1,327 1,449 1,7 14, Ø Pegawai Swasta 777 5,999 7,983 1,111 1,236 1, Ø PNS (termasuk pensiunan) 311 2,871 3, , Ø Ibu Rumah Tangga 285 2,289 2, , Ø Pedagang 274 2,428 3, , Ø Pelajar/Mahasiswa , , Ø Profesional dan Konsultan Ø Pejabat Lembaga Legislatif dan Pemerintah Ø TNI/Polri (termasuk pensiunan) Ø Pegawai BI/BUMN/BUMD (termasuk pensiunan) Ø Pengajar dan Dosen Ø Pegawai Bank Ø Pengurus dan pegawai yayasan/lembaga berbadan hukum lainnya Ø Petani dan Nelayan Ø Pengurus/Pegawai LSM/organisasi tidak berbadan hukum lainnya Ø Buruh, Pembantu Rumah Tangga dan Tenaga Keamanan Ø Ulama/Pendeta/Pimpinan organisasi dan kelompok keagamaan Ø Pengurus Parpol n.a.. Ø Pegawai Money Changer Ø Pengrajin n.a. 5. Ø Tidak Teridentifikasi dll 236 1,887 2, , Total Terlapor Perseorangan 3,15 26,899 35,782 4,65 4,744 42,

13 11 Kategori Umur Terlapor Perseorangan Tabel 5 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Kelompok Umur Terlapor Perseorangan s.d. Oktober 215 Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jumlah LTKM Jan-214 s.d. Des-214 Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Usia Dibawah 3 tahun 829 7,197 9, , Ø Usia 3-4 tahun 888 7,561 1,272 1,24 1,329 12, Ø Usia 4-5 tahun 78 6,218 8,42 1,98 1,345 11, Ø Usia 5-6 tahun 494 4,12 5, , Ø Usia Diatas 6 tahun 188 1,496 1, , Ø Tidak Teridentifikasi Total Terlapor Perseorangan 3,15 26,899 35,782 4,65 4,744 42, Dugaan Tindak Pidana Asal Tabel 6 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal s.d. Oktober 215 Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jumlah LTKM Jan-214 s.d. Des-214 Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Terkait Tindak Pidana 1,29 11,851 15,41 1,36 1,278 1, Ø Penipuan 681 6,477 8, , Ø Korupsi 374 2,339 2, , Ø Perjudian 49 1,163 1, , Ø Di Bidang Perbankan Ø Di Bidang Perpajakan , Ø Narkotika Ø Penggelapan Ø Terorisme Ø Penyuapan Ø Pencurian Ø Di Bidang Lingkungan Hidup n.a. n.a. Ø Di Bidang Kelautan n.a. n.a Ø Perdagangan Manusia n.a. n.a. 25. Ø Di Bidang Kehutanan n.a. n.a. 4. Ø Penyelundupan Imigran n.a. n.a. 2. Ø Prostitusi Ø Di Bidang Pasar Modal n.a. n.a. 4. Ø Penyelundupan Barang n.a Ø Pemalsuan Uang n.a Ø Psikotropika n.a. n.a.. Ø Di Bidang Asuransi 1 1. n.a. n.a. -1. Ø Penculikan 8 1. n.a. n.a. -1. Ø Penyelundupan Tenaga Kerja. n.a. n.a. n.a. Ø Perdagangan Senjata Gelap 4 5. n.a. n.a. -1. Ø Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 tahun atau lebih Tidak Teridentifikasi Tindak Pidana/dll 2,242 18,13 24,287 3,53 3,852 35, Total LTKM 3,532 29,981 39,688 4,539 5,13 46,

14 12 142,644 Aug ,854 Sep ,123 Oct ,744 Nov ,971 Dec ,557 Jan ,152 Feb ,235 Mar ,41 Apr ,687 May ,62 Jun-15 22,663 Jul ,866 Aug-15 2,5 Sep B. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) UU TPPU Pasal 1 Angka 6 : Transaksi Keuangan Tunai adalah Transaksi Keuangan yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam. LTKT adalah laporan atas transaksi yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam yang dilaporkan oleh PJK. Kewajiban ini sesuai dengan UU TPPU, Pasal 23. Jumlah LTKT yang disampaikan PJK kepada PPATK selama Oktober 215 sebanyak LTKT, dengan rata-rata penerimaan sebanyak 1.25 laporan/hari (1 bulan = 2 hari). Dibandingkan jumlah LTKT pada bulan sebelumnya, jumlah tersebut naik 2,5 persen (m-to-m), atau tercatat naik 25,7 persen dibandingkan jumlah pada Oktober 214 (y-on-y). Bila diakumulasikan sejak Januari 23 s.d. Oktober 215, PPATK tercatat telah menerima sebanyak 17,9 juta LTKT dari PJK. Dilihat berdasarkan jenis industri PJK pelapor, mayoritas LTKT disampaikan oleh PJK Bank (99,5 persen), utamanya PJK Bank Umum (99,4 persen). Sejak diberlakukannya UU TPPU, jumlah LTKT telah mengalami penambahan sebesar 78,7 persen atau sebanyak 9,3 juta laporan dibandingkan dengan sebelum berlakunya UU TPPU. 25, Grafik 9 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK per-bulan s.d. Oktober 215 2, , 1, 5, 215 LTKT per Bulan % Perkembangan Bulanan (month-to-month)

15 13 Tabel 7 Perbandingan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Oktober 215 Jenis Pihak Pelapor Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Okt-214 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Tahun 214 Kumulatif s.d. Okt- 214 Jan-214 s.d. Des- 214 Sep-215 Okt-215 Kumulatif s.d. Okt- 215 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) (12) Bank 8,62,893 5,619, ,737 1,517,357 1,841, ,892 23,631 1,817,39 9,278,12 17,898, Ø Bank Umum 8,619,74 5,612,92 161,561 1,515,82 1,839, ,74 23,431 1,815,149 9,266,493 17,885, Ø Bank Perkreditan Rakyat 1,819 7, ,537 1, ,89 11,519 13, Non Bank 1,53 18,781 1,386 8,14 9,97 1,113 1,361 9,761 38,512 49,42 38 Ø Pasar Modal Ø Asuransi ,28 Ø Dana Pensiun Ø Lembaga Pembiayaan/Leasing Ø Pedagang Valuta Asing 9,972 16, ,943 8, ,7 8,234 33,422 43, Ø Money Remittance/KUPU 346 2, ,734 4,8 4 Ø Pos dan Giro Ø Koperasi Ø Pegadaian Ø Lainnya Jumlah PJK Pelapor Jan 214 s.d. Okt-215 Total LTKT 8,631,423 5,638, ,123 1,525,371 1,851,86 2,5 24,992 1,826,8 9,316,524 17,947, *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Okt-215 2,, 18,, Grafik 1 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKT Januari 211 s.d. Oktober % 16,, 13.% 14,, 16.5% 12,, 19.9% 1,, 8,, 6,, 4,, 1,213,913 12,247,141 14,27,61 16,121,147 17,947,947 2,, 1,582,49 2,33,228 2,22,92 1,851,86 1,826, Kumulatif LTKT LTKT Per-Tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari 23 - Perkembangan LTKT yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 211 s.d.oktober 215.

16 14 C. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) UU TPPU Pasal 34 Ayat (1) : Setiap orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang asing, dan/atau instrumen pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro paling sedikit Rp1.., (seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia wajib memberitahukannya kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pasal 35 Ayat (1) : Setiap orang yang tidak memberitahukan pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 1% (sepuluh perseratus) dari seluruh jumlah uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain yang dibawa dengan jumlah paling banyak Rp3.., (tiga ratus juta rupiah). LPUT merupakan laporan atas pembawaan uang tunai ke dalam atau ke luar daerah kepabeanan Indonesia. Penyampaian LPUT dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai RI kepada PPATK, dan mulai efektif per Januari 26. Selama Oktober 215, terdapat 4 LPUT yang disampaikan Direktorat Jendral Bea dan Cukai RI kepada PPATK. Dengan adanya penambahan LPUT selama Oktober 215 tersebut, maka jumlah total LPUT yang diterima PPATK sejak Januari 26 s.d. Oktober 215 tetap sebanyak laporan dengan penerimaan laporan terbanyak berasal dari Soekarno Hatta dan Batam. Selain menerima LPUT, PPATK juga telah menerima pelaporan pembawaan uang tunai dari Dirjen Bea dan Cukai RI. Hingga Oktober 215, tercatat terjadi 136 pelanggaran pembawaan uang tunai yang terjadi di 13 lokasi pelaporan. Sejalan dengan pelaporan LPUT, sebagaian besar pelanggaran pembawaaan uang tunai terjadi di Batam, yakni sebanyak 29,4 persen atau 4 Laporan. Lokasi Pelaporan Tabel 8 Perbandingan Jumlah LPUT Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Lokasi Pelaporan s.d. Oktober 215 Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Okt-214 Tahun 214 Kumulatif s.d. Okt- 214 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Jan-214 s.d. Des- 214 Sep-215 Okt-215 Kumulatif s.d. Okt- 215 Jumlah Jan 26 s.d. Okt-215 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Batam 2, ,613 4,296 Ø Soekarno Hatta 2,866 5, ,43 9,296 Ø Bandung Ø Tanjung Balai Karimun Ø Tj. Pinang Ø Ngurah Rai Denpasar Ø Dumai Ø Teluk Bayur Ø Teluk Nibung 1 1 Ø Medan Ø Balikpapan Ø Pontianak Ø Pekanbaru Ø Semarang (Tj. Emas) Ø Lombok Ø Palembang Ø Yogyakarta Ø Mataram Total LPUT 5,711 6, ,466 1, ,22 13,913 *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21. Jumlah

17 15 Grafik 11 Perbandingan Jumlah LPUT Berdasarkan Lokasi Pelaporan Januari 26 s.d. Oktober 215 Mataram Yogyakarta Palembang Lombok Semarang (Tj. Emas) Pekanbaru Pontianak Balikpapan Medan Teluk Nibung Teluk Bayur Dumai Ngurah Rai Denpasar Tj. Pinang Bandung Soekarno Hatta Batam ,296 9,296 2, 4, 6, 8, 1, 16, Grafik 12 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LPUT Januari 211 s.d. Oktober , 11.8%.1% 12, 38.6% 1, 8, 6, 29.2% 12,432 13,899 13,913 4, 2, 6,944 8,971 1,233 2,27 3,461 1, Kumulatif LPUT LPUT Per-Tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari 26 - Perkembangan LPUT yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 211 s.d.

18 16 Tabel 9 Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan Januari 25 s.d. Oktober 215 Lokasi Pelaporan Jumlah Jan-26 s.d. Okt-215 % (1) (2) (3) Batam 4 29,4% Ngurah Rai Denpasar 37 27,2% Soekarno Hatta 32 23,5% PekanBaru 7 5,1% Medan 4 2,9% Pontianak 4 2,9% Dumai 3 2,2% Tj. Pinang 2 1,5% Teluk Bayur 2 1,5% Bandung 1,7% Tj. Balai Karimun 1,7% Halim Perdana Kusumah 1,7% Tarakan 1,7% Teluk Nibung 1,7% Palembang,% Total Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai 136 1,% Grafik 13 Perbandingan Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan Januari 25 s.d. Oktober 215 Palembang Teluk Nibung Tarakan Halim Perdana Kusumah Tj. Balai Karimun Bandung Teluk Bayur Tj. Pinang 2 2 Dumai 3 Pontianak Medan 4 4 PekanBaru 7 Soekarno Hatta 32 Ngurah Rai Denpasar 37 Batam 4

19 17 UU TPPU Pasal 17 Ayat (1) : Pihak Pelapor meliputi: a. penyedia jasa keuangan: 1. bank; 2. perusahaan pembiayaan; 3. perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi; 4. dana pensiun lembaga keuangan; 5. perusahaan efek; 6. manajer investasi; 7. kustodian; 8. wali amanat; 9. perposan sebagai penyedia jasa giro; 1. pedagang valuta asing; 11. penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu; 12. penyelenggara e-money dan/atau e- wallet; 13. koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam; 14. pegadaian; 15. perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditi; atau 16. penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang. b. penyedia barang dan/atau jasa lain: 1. perusahaan properti/agen properti; 2. pedagang kendaraan bermotor; 3. pedagang permata dan perhiasan/logam mulia; 4. pedagang barang seni dan antik; atau 5. balai lelang. D. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) Laporan dari PBJ telah diatur dalam UU TPPU, Pasal 17 ayat (1). Laporan dari PBJ mulai efektif diterima PPATK sejak Mei 212. Jumlah Laporan Transaksi dari PBJ (LTPBJ) yang disampaikan kepada PPATK selama Oktober 215 tercatat sebanyak Laporan, atau turun sebesar 29,1 persen (m-to-m) dibandingkan jumlah pada bulan sebelumnya, namun meningkat 33,7 persen dibandingkan jumlah pada Oktober 214. Dengan demikian, bila diakumulasikan sejak Mei 212, jumlah LTPBJ yang diterima PPATK hingga Oktober 215 telah mencapai laporan yang berasal dari 316 PBJ. Selama Januari 215 s.d. Oktober 215, laporan transaksi terbanyak dilaporkan berasal dari PBJ di bidang Properti, yaitu sebanyak laporan atau 67, persen, diikuti oleh Pedagang Kendaraan Bermotor sebanyak laporan atau 3,8 persen, Pedagang Perhiasan/logam mulia sebanyak 661 laporan atau 2, persen, dan Balai Lelang sebanyak 5 laporan atau,1 persen. Sementara itu, selama Mei 212 s.d. Oktober 215 masih belum diterima laporan transaksi yang disampaikan oleh PBJ yang bergerak di bidang perdagangan barang seni/antik. Jenis Perusahaan Penyedia Barang dan Jasa Lainnya (PBJ) Tabel 1 Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) Mei 212 s.d. Oktober 215 Tahun Tahun 214 Jumlah LTPBJ Mei 212 s.d. Okt-215 Okt-214 Kumulatif s.d. Okt- 214 Jan-214 s.d. Des- 214 Sep-215 Okt-215 Kumulatif s.d. Okt- 215 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Ø Perusahaan Properti 17,377 1,685 13,64 17,37 2,479 2,457 22,372 56, Ø Pedagang Kendaraan Bermotor 13,858 1,92 1,596 12,24 2,655 1,115 1,272 36, Jumlah PBJ Pelapor Mei 212 s.d. Okt- 215 Ø Pedagang Perhiasan/logam mulia ,242 1, ,514 4 Ø Balai Lelang Ø Barang Seni / Antik Ø Tidak terklasifikasi Total LTPBJ 31,911 3,685 24,973 3,715 5,21 3,687 33,396 96, Catatan : Laporan dari PBJ diterima sejak Mei 212, setelah diundangkannya UU TPPU (November 21).

20 18 Grafik 14 Perbandingan Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari PBJ dan Jumlah PBJ Pelapor Mei 212 s.d. Oktober 215 Barang Seni / Antik Balai Lelang Perhiasan / logam mulia 4 2,514 Pedagang Kendaraan Bermotor 16 36,334 Perusahaan Properti ,786 1, 2, 3, 4, 5, 6, Jumlah Laporan Transaksi Jumlah PBJ Grafik 15 Jumlah dan Persentase Kumulatif Transaksi dari PBJ Januari 215 s.d. Oktober 215 Pedagang Kendaraan Bermotor 1,272 31% Balai Lelang 5 % Barang Seni / Antik % Perhiasan / logam mulia 129 5% Perusahaan Properti 22,372 67%

21 19 UU TPPU Pasal 23 Angka 1 : Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi: c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri.. Peraturan Kepala PPATK No: PER- 12/1.2/PPATK/6/13 tentang Tata Cara Penyampaian LTKL bagi Penyedia Jasa Keuangan Pasal 1 Angka 4: Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan perintah dari Pengirim Asal yang bertujuan memindahkan sejumlah Dana dari dan ke luar wilayah Indonesia kepada Penerima yang disebutkan dalam Perintah Transfer Dana sampai dengan diterimanya Dana oleh Penerima. NON BANK UMUM 24 23% Grafik 16 Jumlah Pihak Pelapor LTKL Menurut Jenis Pihak Pelapor E. Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana dari/ke Luar Negeri (LTKL) Pelaksanaan kewajiban pelaporan LTKL mulai berlaku pada tanggal 14 Januari 214 untuk Bank Umum dan 1 Oktober 214 untuk PJK selain Bank Umum. Kewajiban ini sesuai dengan UU TPPU, Pasal 23 Angka 1 huruf c. Hingga akhir Oktober 215 sebanyak 14 PJK telah menyampaikan LTKL kepada PPATK, yang terdiri dari 8 PJK Bank Umum dan 24 PJK selain Bank Umum. Dominansi pelaporan LTKL berasal dari Bank Umum, yakni sebesar 9 persen dari keseluruhan LTKL. Dilihat berdasarkan jenis laporan, mayoritas LTKL disampaikan oleh Bank Umum melalui LTKL SWIFT (32 persen), diikuti NON SWIFT oleh selain Bank Umum (37 persen), dan KUPU (31 persen). Jumlah LTKL SWIFT yang disampaikan PJK Bank kepada PPATK selama Januari 214 s.d. Oktober 215 sebanyak 1,4 juta LTKL, dengan rata-rata penerimaan per bulan sebanyak 471,6 ribu laporan atau sebanyak 23,6 ribu laporan/hari (1 bulan = 2 hari). Dilihat berdasarkan jumlah laporan, sebagian besar LTKL SWIFT merupakan LTKL Incoming, yakni sebanyak 6,1 juta Laporan atau 59,1 persen sedangkan LTKL Outgoing sebanyak 4,1 juta Laporan atau 4,9 persen. Namun bila dilihat berdasarkan nilai dana yang ditransaksikan pada LTKL SWIFT, nilai transfer dana ke luar negeri (Outgoing) lebih besar daripada nilai transfer dana yang masuk dari luar negeri (Incoming). Hal ini dikarenakan besarnya rata-rata transfer dana Outgoing lebih besar daripada Incoming, yakni masing-masing sebesar Rp1.543 juta untuk setiap LTKL Outgoing dan Rp1.177 juta untuk setiap LTKL Incoming. NON BANK UMUM 9.1% Grafik 17 Jumlah LTKL Menurut Jenis Pihak Pelapor BANK UMUM 8 77% BANK UMUM 9.9%

22 2 Grafik 18 Persentase Komposisi LTKL Menurut Jenis Laporan Periode Januari 214 s.d. Oktober 215 KUPU 31% SWIFT 32% NON SWIFT 37% Grafik 19 Jumlah LTKL SWIFT Menurut Jenis Laporan Periode Januari 214 s.d. Oktober 215 Incoming 6,126,52 59% Outgoing 4,248,258 41% Grafik 2 Total Nilai LTKL SWIFT Menurut Jenis Laporan Periode Januari 214 s.d. Oktober 215 Incoming Rp4,124,185, 116,965,79 48% Outgoing Rp4,547,319, 848,467,69 52%

23 21 Grafik 21 Perkembangan Jumlah LTKL SWIFT Bank Periode Oktober 214 s.d. Oktober 215 Ribu Laporan Outgoing Incoming Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Triliun Rp Grafik 22 Perkembangan Total Nilai (Rp) LTKL SWIFT Bank Periode Oktober 214 s.d. Oktober 215 1,421 1,25 Outgoing Incoming Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Juta Rp/Laporan 5,5. Grafik 23 Perkembangan Rata-rata Nilai (Rp) LTKL SWIFT Bank Periode Oktober 214 s.d. Oktober 215 5,. 4,938 4,5. 4,. Outgoing Incoming 3,5. 3,. 2,5. 2,. 1,5. 1,. 5. 1,767 1,621 1,48 1,528 1,683 1,71 1,51 1,592 1,65 1,754 1,666 1,595 1,76 1,59 1,127 1,22 1,161 1,482 1, , , Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15

24 22 UU TPPU Pasal 26 Ayat (1) : (1) Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan Transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan Transaksi dilakukan. (2) Penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal Pengguna Jasa: a. melakukan Transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); b. memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); atau c. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu. (3) Pelaksanaan penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam berita acara penundaan Transaksi. (4) Penyedia jasa keuangan memberikan salinan berita acara penundaan Transaksi kepada Pengguna Jasa. (5) Penyedia jasa keuangan wajib melaporkan penundaan Transaksi kepada PPATK dengan melampirkan berita acara penundaan Transaksi dalam waktu paling lama 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak waktu penundaan Transaksi dilakukan. (6) Setelah menerima laporan penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) PPATK wajib memastikan pelaksanaan penundaan Transaksi dilakukan sesuai dengan Undang- Undang ini. (7) Dalam hal penundaan Transaksi telah dilakukan sampai dengan hari kerja kelima, penyedia jasa keuangan harus memutuskan akan melaksanakan Transaksi atau menolak Transaksi tersebut. F. Laporan Penundaan Transaksi (LPT) Sesuai UU TPPU Pasal 26, Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan Transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan Transaksi dilakukan. Berikut ini perkembangan pelaporan LPT sampai dengan Oktober 215. Jumlah LPT yang dilaporkan oleh PJK kepada PPATK selama Oktober 215 tercatat sebanyak 28 Laporan, atau lebih rendah 34,9 persen dibandingkan jumlah pada September 215 (m-to-m), atau turun 3,4 persen dibandingkan jumlah pada Oktober 214 (y-on-y). Dengan penambahan ini, jumlah LPT selama Januari 215 s.d. Oktober 215 telah sebanyak 43 Laporan. Sebagian besar penundaan transaksi selama Januari 215 s.d. Oktober 215 dilakukan oleh PJK Bank (94,2 persen), terutama Bank Negara (66,3 persen) dan BPD (14,9 persen). Sebagian besar transaksi yang ditunda berupa transfer (41,2 persen). Dilihat dari profil terlapor, mayoritas terlapor adalah perorangan (99,1 persen) dengan profesi utama sebagai Pengusaha/Wiraswasta (36, persen), Pegawai Swasta (12,6 persen), dan Pelajar/Mahasiswa (1,2 persen). Bila dilihat dari besaran nominalnya, hampir keseluruhan transaksi yang ditunda selama Januari 215 s.d. Oktober 215 bernilai dibawah Rp1 juta (96,3 persen). Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan pemenuhan aspeknya, mayoritas LPT pada selama periode tersebut atau sebanyak 98,8 persen telah memenuhi aspek formil, namun disisi lain belum memenuhi aspek materil. Sedangkan jumlah LPT yang telah memenuhi aspek formil dan materil hanya sebanyak,9 persen saja. Bila dilihat menurut domisili PJK Penunda Transaksi, mayoritas dari transaksi yang ditunda selama Januari 215 s.d. Oktober 215 terjadi di Propinsi DKI Jakarta (43,5 persen), Sumatera Selatan (15,6 persen), Jawa Barat (15,1 persen), dan Jawa Timur (6,5 persen). Alasan Penundaan Transaksi: Sebagian besar transaksi yang ditunda oleh PJK atau sebanyak 48,8 persen, belum teridentifikasi dengan jelas alasan yang menjadi pertimbangan penundaan transaksi sesuai ketentuan UU TPPU. Dari sejumlah transaksi yang telah teridentifikasi alasan penundaannya, sebagian besar LPT didasari atas pertimbangan bahwa Pengguna Jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana.

25 23 12 Grafik 24 Perkembangan Bulanan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Oktober 214 s.d. Oktober Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Jenis Pihak Pelapor Okt-214 Tabel 11 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Oktober 215 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jan-214 s.d. Des-214 Jumlah LPT Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Bank ,2-35,7-6,9-27,5 Ø Bank Negara ,3-1, -1, -42,9 Ø Bank Swasta ,1 15, 9, 133,3 Ø BPD ,9-1, -1, 24,8 Ø Bank Asing , n.a. n.a. 75, Ø Bank Campuran ,9 n.a. n.a. -81,8 Non Bank ,8, n.a. -39, Ø Asuransi ,6, n.a. -36,8 Ø Pasar Modal 3 3 1,2 n.a. n.a. -66,7 Total LPT , -34,9-3,4-28,3 Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materil Laporan Penundaan Transaksi Tabel 12 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materil Januari 213 s.d. Oktober 215 Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jan-214 s.d. Des-214 Jumlah LPT Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Aspek Formil dan Aspek Materil terpenuhi ,9-1, n.a. -42,9 Aspek Formil terpenuhi, namun Aspek Materil tidak terpenuhi ,8-33,3, -27,6 Aspek Formil tidak terpenuhi, namun Aspek Materil terpenuhi, n.a. n.a. n.a. Aspek Formil dan Aspek Materil tidak terpenuhi ,2 n.a. -1, -83,3 Total LPT , -34,9-3,4-28,3 Keterangan: (1) Aspek formil terpenuhi bila Berita Acara/Pernyataan telah dilakukan penundaan transaksi dibuat tidak lebih dari 24 jam setelah transaksi ditunda. (2) Aspek materil terpenuhi bila transaksi yang ditunda bernilai Rp1 juta atau lebih.

26 24 Jenis Transaksi Yang Ditunda Okt-214 Tabel 13 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Transaksi Yang Ditunda s.d. Oktober 215 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jan-214 s.d. Des-214 Jumlah LPT Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Transfer ,2-39,1 55,6-41,6 Tarik/Setor Tunai ,4 33,3 n.a. -28, SMS/Mobile Banking ,3-33,3-6, 27,8 Polis Asuransi ,8 n.a. n.a. 1, Remittance ,6 n.a. -1, 6, Internet Banking 1 1 3,7, n.a. n.a. Saham 1,2 n.a. n.a. n.a. Incoming Valas ,2 n.a. n.a. -5, Penukaran Valas 1 1, n.a. n.a. -1, Redemption penyertaan 1 1, n.a. n.a. -1, Pembayaran 3 3, n.a. n.a. -1, Kirim Valas 2 2, n.a. n.a. -1, Lainnya ,1 33,3-33,3-58,4 Tidak Terisi ,4-9, -87,5 34,1 Total LPT , -34,9-3,4-28,3 Jenis Terlapor dan Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan Tabel 14 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Terlapor dan Jenis Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan s.d. Oktober 215 Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jan-214 s.d. Des-214 Jumlah LPT Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Perorangan ,1-34,9-3,4-28,6 Ø Pengusaha/Wiraswasta , -6,3 114,3-36,7 Ø Pegawai Swasta ,6-37,5, -38,6 Ø Pelajar/Mahasiswa ,2-5, -66,7-27,9 Ø Pedagang ,3-2, 33,3-48,1 Ø Ibu Rumahtangga , -5, 1, -29,7 Ø Buruh ,3-1, -1, -12,5 Ø PEPS ,1-1, n.a. -71,9 Ø PNS ,2 n.a. -1, -5, Ø TNI/POLRI (Termasuk Pensiunan) ,7 n.a. n.a. -76,9 Ø Pengajar/Dosen ,7-1, n.a. -66,7 Ø Profesional 1 1 2,5 n.a. n.a. 1, Ø TKW, n.a. n.a. n.a. Ø Belum/Tidak Bekerja 3 5 2,5 n.a. n.a. -33,3 Ø Tidak Teridentifikasi ,1-1, -1, 173,3 Korporasi 3 3 4,9 n.a. n.a. 33,3 Total LPT , -34,9-3,4-28,3 Kategori Nominal Transaksi Tabel 15 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Kategori Nominal Transaksi Yang Ditunda s.d. Oktober 215 Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jumlah LPT Jan-214 s.d. Des-214 Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Dibawah Rp1 juta ,3-35,7-3,6-27,6 Ø Rp1 juta s.d. Rp1 miliar ,8 n.a., -42,9 Ø Diatas Rp1 miliar ,9-1, n.a. -42,9 Total LPT , -34,9-3,4-28,3

27 25 Propinsi Kantor PJK Penunda Transaksi Tabel 16 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Kantor PJK Pelapor Penundaan Transaksi s.d. Oktober 215 Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jan-214 s.d. Des-214 Jumlah LPT Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) DKI JAKARTA ,5-5, 33,3-7,4 SUMSEL ,6 37,5 175, 71,8 JAWA BARAT ,1-44,4, -5, JAWA TIMUR ,5-66,7-5, -45,1 BANTEN , n.a. -1, -6,6 SUMUT ,3 n.a. -1, -56,5 JAWA TENGAH ,3, -5, -75,6 LAMPUNG ,3 n.a. n.a. 1, RIAU ,1-1, n.a. -57,1 SUMBAR ,2 n.a. n.a., KALTENG ,2 n.a. n.a. 66,7 SULSEL 7 7 4,9 n.a. n.a. -42,9 BALI ,7 n.a. -1, -25, KEP BABEL ,7 n.a. -1, 5, KEPRI ,5 n.a. -1, -6, JAMBI ,5,, 1, NAD 5 5 1,2 n.a. n.a. -8, DIY ,2-1, n.a. -75, KALSEL 2 2 1,2 n.a. n.a. -5, NTB 2 2 1,2 n.a. n.a. -5, BENGKULU ,2-1, n.a. -8, SULTENG 1 1,2-1, n.a. n.a. SULTRA 1,2 n.a. n.a. n.a. MALUKU 1 1, n.a. n.a. -1, NTT 1 1, n.a. n.a. -1, PAPUA 1 1 1, n.a. -1, -1, SULUT, n.a. n.a. n.a. GORONTALO 1 1, n.a. n.a. -1, SULBAR 2 2, n.a. n.a. -1, KALBAR 2 3, n.a. n.a. -1, KALTIM 2 2, n.a. n.a. -1, Total LPT , -34,9-3,4-28,3 Alasan Penundaan Transaksi Okt-214 Tabel 17 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Alasan Penundaan Transaksi s.d. Oktober 215 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jan-214 s.d. Des-214 Jumlah LPT Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Pertimbangan (1) dan (2) ,4-5, -5, -67,2 Pertimbangan (1) dan (3) ,2 n.a. -1, -8, Pertimbangan (2) dan (3) ,9 n.a. -1, -27,3 Pertimbangan (1) saja ,3-5,, -33,8 Pertimbangan (2) saja ,3 28,6 8, -19,5 Pertimbangan (3) saja , -1, -1, -49, Tidak Teridentifikasi ,8-39,3, -13,6 Total LPT , -34,9-3,4-28,3 Keterangan: (1) Pengguna Jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana; (2) Pengguna Jasa memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana; (3) Penguna Jasa diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu.

28 26 A. Hasil Analisis (HA) ANALISIS & PEMERIKSAAN UU TPPU Pasal 44 Ayat (1) : Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, PPATK dapat: a. meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor; b. meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait; c. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan pengembangan hasil analisis PPATK; d. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri; e. meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luar negeri; f. menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidana Pencucian Uang; g. meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan tindak pidana Pencucian Uang; h. merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; i. meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian Transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana; j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang; k. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan l. meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik. Selama Oktober 215, PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak 1 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 1 laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 2 HA (2, persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 2 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 8 HA (8, persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 8 laporan. Selama Januari 215 s.d. Oktober 215, PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak 258 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 634 laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 75 HA (29,1 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 91 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 183 HA (7,9 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 543 laporan. Setelah berlakunya UU TPPU s.d. Oktober 215, PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 6.78 laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 612 HA (35,3 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, dan o HA Inquiry sebanyak HA (64,7 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan. Dengan demikian, sejak Januari 23 s.d. Oktober 215, jumlah HA (tidak termasuk Hasil Pemeriksaan) yang disampaikan kepada Penyidik sudah mencapai HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak HA (56,4 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak laporan, dan o HA Inquiry sebanyak HA (43,6 persen) denga jumlah LTKM terkait sebanyak laporan. Berdasarkan HA selama Januari 215 s.d. Oktober 215, dugaan tindak pidana Korupsi masih menjadi tindak pidana yang paling dominan dalam HA, yaitu sebanyak 114 HA (44,2 persen). Namun demikian, jumlah HA dengan dugaan tindak pidana Korupsi selama Januari 215 s.d. Oktober 215 ini lebih rendah sebesar 33,3 persen dibandingkan jumlah HA selama Januari 214 s.d. Oktober 214 yang sebanyak 171 HA, sedangkan jumlah HA dengan dugaan tindak pidana di bidang perpajakan yang merupakan tindak pidana dominan berikutnya mengalami kenaikan sebesar 81,3 persen. PPATK juga menyampaikan Informasi Hasil Analisis kepada pihak-pihak yang telah menjalin kerjasama pertukaran informasi dengan PPATK. Selama Januari 215 s.d. Oktober 215, jumlah IHA yang disampaikan sebanyak 155 IHA.

29 27 PROAKTIF Tabel 18 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik dan Jumlah LTKM yang menjadi Dasar Analisis (Terkait) Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 23 s.d. Oktober 215 Jenis Hasil Analisis (HA) Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Tahun 214 Jumlah Jan 23 s.d. Okt-215 Tahun 211- Kumulatif Jan-214 Kumulatif 213 Okt-214 s.d. Okt- s.d. Des- Sep-215 Okt-215 s.d. Okt- Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Hasil Analisis Ø LTKM Terkait INQUIRY**) Ø Hasil Analisis Ø LTKM Terkait TOTAL Ø Hasil Analisis Ø LTKM Terkait Keterangan : - Cut off data per 31 Oktober Proaktif adalah HA yang disampaikan atas insiatif PPATK. - Inquiry adalah HA yang disampaikan sebagai jawaban atas permintaan dari Apgakum. - Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember HA Inquiry Januari 24 sampai dengan Desember 28, hanya diperhitungkan sebagai catatan biasa dan tidak diperhitungkan sebagai HA. Grafik 25 Perkembangan Jumlah HA per-tahun yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis HA Januari 211 s.d. Oktober HA per-tahun Proaktif Inquiry

30 28 Penyidik Tabel 19 Jumlah Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis Penyidik Januari 23 s.d. Oktober 215 Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Okt-214 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Tahun 214 Kumulatif s.d. Okt- 214 Jan-214 s.d. Des- 214 Sep-215 Okt-215 Kumulatif s.d. Okt- 215 Jumlah Jan 23 s.d. Okt-215 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø KEPOLISIAN SAJA Ø KEJAKSAAN SAJA Ø KPK SAJA Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN KPK Ø KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN Ø KEPOLISIAN DAN KPK Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN BNN Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN DITJEN PAJAK Ø KEJAKSAAN DAN KPK Ø DITJEN PAJAK Ø DITJEN BEA DAN CUKAI Ø BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) Jumlah JUMLAH HA Catatan : Jumlah Inquiry belum memperhitungkan inquiry Januari 24 s.d. Desember 28, sebanyak 295 laporan. Dugaan Tindak Pidana Asal Tabel 2 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 23 s.d. Oktober 215 Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun Okt-214 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Tahun 214 Kumulatif s.d. Okt- 214 Jan-214 s.d. Des- 214 Sep-215 Okt-215 Kumulatif s.d. Okt- 215 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Korupsi; Ø Penyuapan; Ø Narkotika; Ø Di bidang perbankan; Ø Di bidang Pasar Modal Ø Di bidang perasuransian; 1 1 Ø Kepabeanan; Ø Terorisme; Ø Pencurian; Ø Penggelapan; Ø Penipuan; Ø Pemalsuan uang; Ø Perjudian; Ø Prostitusi; 4 4 Ø Di bidang perpajakan; Ø Di bidang kehutanan; Ø Perdagangan orang; Ø Pidana lain yang diancam dengan penjara 4 tahun atau lebih Ø Tidak Teridentifikasi / dll Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Okt-215 JUMLAH HA

31 29 Tabel 21 Jumlah HA yang Tidak Ditemukan Indikasi berkaitan dengan Tindak Pidana dan Tidak disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 23 s.d. Oktober 215 (HA database) Tahun Hasil Analisis LTKM Terkait Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) (s.d. Oktober 215) 1 1 Jumlah Jumlah Tahun 23 s.d. Oktober *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Catatan : HA dimasukan dalam database karena tidak terindikasi terkait dugaan tindak pidana, dianggap sesuai dengan profil dan memiliki underlying yang wajar serta keterbatasan data. Grafik 26 Perkembangan Jumlah HA per-tahun yang Tidak Terindikasi Tindak Pidana (HA database) dan Jumlah HA yang disampaikan ke Penyidik Januari 23 s.d. Oktober HA Database HA ke Penyidik

32 3 Tabel 22 Jumlah Informasi Hasil Analisis (IHA) Terkait dengan Pemberian Informasi sesuai dengan MoU dengan Lembaga/Instansi #) Terkait Berdasarkan Lembaga/Instansi Penyampaian IHA Januari 23 s.d. Oktober 215 Instansi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Tahun 214 Jumlah Jan 23 s.d. Okt-215 Tahun 211- Kumulatif Jan-214 Kumulatif 213 Okt-214 s.d. Okt- s.d. Des- Sep-215 Okt-215 s.d. Okt- Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Komisi Pemberantasan Korupsi Ø Badan Pengawas Pemilu Ø Komisi Yudisial Ø Tim Tas TIPIKOR 1 1 (Bubar Tgl 11/6/27) Ø BAPEPAM-LK (Menjadi OJK Th ) Ø Bank Indonesia Ø Dirjen Pajak Ø Kementrian Luar Negeri 1 1 Ø Kementrian Kehutanan 1 1 Ø Badan Pemeriksa Keuangan Ø Badan Pengawasan Keuangan 6 6 dan Pembangunan Ø Kementrian Keuangan Ø Lembaga Penjamin Simpanan 1 1 Ø Ditjen Bea dan Cukai 1 1 Ø Badan Narkotika Nasional Ø Kementrian Hukum dan HAM Ø Kementrian Dalam Negeri Ø Ombudsman Ø Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Ø Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Ø KPPU Ø Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ø Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Ø Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Ø Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Ø Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Ø Lainnya JUMLAH IHA *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21. #) Pada periode sebelum berlakunya UU TPPU No.8 Tahun 21, Instansi KPK, Ditjen Pajak, BNN, Ditjen Bea dan Cukai belum dinyatakan sebagai instansi yang berwenang untuk menerima HA dari PPATK.

33 31 B. Karakteristik Terlapor Berdasarkan HA UU TPPU Pasal 1 Angka 9 : Setiap Orang adalah orang perseorangan atau Korporasi. Berdasarkan register data HA Proaktif selama Januari 215 s.d. Oktober 215 yang berjumlah sebanyak 75 LHA, mayoritas terlapor HA proaktif adalah perorangan (84, persen atau sebanyak 63 HA). Dilihat berdasarkan nominal transaksinya, mayoritas HA proaktif selama Januari 215 s.d. Oktober 215 bernominal di atas Rp5 Miliar atau sebesar 72, persen. Kategori Terlapor Berdasarkan lokus kejadiannya, diketahui bahwa sebagian besar kasus dugaan TPPU dalam HA proaktif terjadi di Propinsi DKI Jakarta atau sebesar 73,3 persen. Tabel 23 Perkembangan HA Proaktif Berdasarkan Kategori Terlapor s.d. Oktober 215 Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jan-214 s.d. Des-214 Jumlah HA Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Perorangan , -85,7-92,3 18,9 Ø Laki-Laki ,7-83,3-9,9 29,3 Ø Perempuan ,3-1, -1, -16,7 Perusahaan/korporasi , -5,, 71,4 Total HA Proaktif , -77,8-85,7 25, Grafik 27 Persentase HA Proaktif Berdasarkan Kategori Nominal Transaksi HA Januari 215 s.d. Oktober 215 Rp2 Miliar - Rp3 Miliar 9,3 Di atas Rp 5 Miliar 72, Rp4 Miliar - Rp5 Miliar 8,

34 32 Propinsi Tabel 24 Perkembangan HA Proaktif Menurut Locus (Tempat Kejadian) Indikasi Terjadinya Tindak Pidana s.d. Oktober 215 Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt- 214) Jan-214 s.d. Des-214 Jumlah HA Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt- 215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Nanggroe Aceh Darussalam, n.a. n.a. n.a. Sumatera Utara 1 6 7, n.a. -1, -1, Sumatera Barat, n.a. n.a. n.a. Sumatera Selatan 1 1, n.a. n.a. -1, Bengkulu, n.a. n.a. n.a. Jambi, n.a. n.a. n.a. Riau ,7 n.a. -1, -5, Kepulauan Riau 1 1,3 n.a. n.a. n.a. Lampung 1, n.a. n.a. n.a. Kep Bangka Belitung, n.a. n.a. n.a. Banten ,7-1, -1, -33,3 DKI Jakarta ,3-85,7, 175, Jawa Barat ,7 n.a. -1, -77,8 Jawa Tengah ,3 n.a. -1,, Jawa Timur ,7, n.a. -33,3 DI Yogyakarta, n.a. n.a. n.a. Bali 3 3, n.a. n.a. -1, Nusa Tenggara Barat, n.a. n.a. n.a. Nusa Tenggara Timur 1 1, n.a. n.a. -1, Maluku, n.a. n.a. n.a. Maluku Utara, n.a. n.a. n.a. Kalimantan Barat 1 1, n.a. n.a. -1, Kalimantan Timur ,7 n.a. n.a., Kalimantan Tengah, n.a. n.a. n.a. Kalimantan Selatan 3 4, n.a. n.a. n.a. Sulawesi Utara, n.a. n.a. n.a. Sulawesi Selatan 1 1,3 n.a. n.a. n.a. Sulawesi Tengah ,3 n.a. -1,, Sulawesi Tenggara, n.a. n.a. n.a. Sulawesi Barat, n.a. n.a. n.a. Gorontalo, n.a. n.a. n.a. Papua 1 2 3, n.a. -1, -1, Papua Barat, n.a. n.a. n.a. Total HA Proaktif , -77,8-85,7 25, Catatan : Provinsi kejadian terlapor merupakan locus (tempat kejadian) dugaan tindak pidana yang berindikasi dalam HA terdiri dari seluruh dugaan tindak pidana, dan juga dari seluruh profil pekerjaan.

35 33 Gambar 2. Pemetaan Propinsi Menurut Kategori Persentase Locus (Tempat Kejadian) Dugaan Tindak Pidana yang Terindikasikan dalam HA Proaktif Januari 215 s.d. Oktober 215 Catatan : Terkait dengan seluruh tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 UU No.8 tahun 21, tanpa membedakan profile terlapor.

36 34 C. HA Pendanaan Terorisme UU TPPU Pasal 2 Ayat (2) : Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n. Pasal 93: Dalam hal ada perkembangan konvensi internasional atau rekomendasi internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme, PPATK dan instansi terkait dapat melaksanakan ketentuan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Sepanjang tahun 215 (hingga Oktober 215), terdapat 8 HA yang terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme. Dengan demikian, sejak Januari 23 s.d. Oktober 215, jumlah seluruh HA yang telah disampaikan kepada penyidik terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme sebanyak 73 HA, yang terdiri dari: o HA Proaktif : sebanyak 29 HA o HA Inquiry : sebanyak 44 HA (sudah termasuk Inquiry pada periode Januari tahun 27 s.d. Desember 28 dimana pada periode tersebut belum dicatat sebagai HA) Jumlah LTKM yang disampaikan PJK kepada PPATK terkait dengan HA dengan dugaan tindak pidana terorisme sejak Januari 23 s.d. Oktober 215 sebanyak 235 LTKM. Tabel 25 Jumlah HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 23 s.d. Oktober 215 Tahun Proaktif Hasil Analisis Inquiry Jumlah HA Jumlah Kumulatif HA Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) (s.d. Okt 215) Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Okt *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember HA Inquiry Januari 24 sampai dengan Desember 28, hanya diperhitungkan sebagai catatan biasa dan tidak diperhitungkan sebagai HA.

37 35 Grafik 28 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif HA Terkait dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 23 s.d. Oktober Jumlah Kumulatif Jumlah Per-Tahun Catatan : Jumlah Kumulatif pada tahun 21 dihitung sejak Januari 23. Grafik 29 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKM Terkait dengan HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 23 s.d. Oktober Jumlah Kumulatif Jumlah per Tahun Catatan : Jumlah Kumulatif pada tahun 21 dihitung sejak Januari 23.

38 36 Grafik 3 Jumlah dan Persentase Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik, Terkait dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 23 s.d. Oktober 215 Inquiry 44 HA 64% Proaktif 25 HA 36% Tabel 26 Jumlah LTKM Yang Disampaikan PJK Kepada PPATK Terkait Dengan HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 23 s.d. Oktober 215 Tahun Jumlah LTKM Jumlah Kumulatif LTKM Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) Januari 23 - Desember (s.d. Okt 215) Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Okt *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21.

39 37 UU TPPU Pasal 1 Angka 8 : Hasil Pemeriksaan adalah penilaian akhir dari seluruh proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional yang disampaikan kepada penyidik. Pasal 9 Ayat (1) : Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, yang meliputi: a. instansi penegak hukum; b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan; c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang; dan e. financial intelligence unit negara lain. Pasal 47 Ayat (1) dan Ayat (2) : PPATK membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenangnya secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Bulan D. Hasil Pemeriksaan (HP) Selama Oktober 215, belum terdapat penambahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang disampaikan PPATK, baik kepada penegak hukum. Dengan demikian, jumlah LHP yang telah disampaikan oleh PPATK ke Penyidik sejak berlakunya UU TPPU hingga akhir Oktober 215 telah sebanyak 58 Laporan, dengan perincian: 19 LHP diantaranya disampaikan ke Penyidik Kepolisian, 27 LHP ke Penyidik Kejaksaan, 27 LHP ke Penyidik KPK, 9 LHP ke Ditjen Pajak, 3 LHP ke Penyidik BNN, 3 LHP ke Gubernur BI, serta masing-masing 1 LHP ke Ditjen Bea Cukai, Panglima TNI, Ketua Dewan OJK, Kemendagri, dan Kementerian Koperasi dan UKM. Berkaitan dengan perkara TPPU yang telah diperiksa oleh PPATK sejak berlakunya UU TPPU, pemeriksaan telah dilakukan setidaknya terhadap rekening Pihak Terkait yang tersebar pada 372 PJK. Tabel 27 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang disampaikan oleh PPATK per Bulan Januari 211 s.d. Oktober 215 Jumlah LHP Jumlah HP ke Penyidik Jumlah IHP ke Penyidik Lainnya Kepolisian Kejaksaan KPK BNN DJP DJBC Gubernur BI Panglima TNI Jumlah IHP ke Instansi Lainnya Ketua Kemenkop & Dewan OJK Kemendagri UKM Mei Juni Juli Agustus Februari Maret April Mei Juli Agustus Oktober Desember Maret April Mei Juli November Februari Maret April Juni September November Desember Maret Mei Juni Agustus Jumlah

40 38 Tabel 28 Jumlah HP Berdasarkan Tahun Penyampaian Januari 211 s.d. Oktober 215 Tahun Jumlah LHP Jumlah PJK Jumlah Rekening (s.d. Okt 215) Jumlah Kumulatif Grafik 31 Perkembangan Jumlah HP, Jumlah PJK, dan Jumlah Rekening yang Diperiksa Januari 211 s.d. Oktober (s.d. Okt 215) Jumlah Kumulatif Jumlah LHP Jumlah PJK Jumlah Rekening

41 UU TPPU Pasal 44 Ayat (1) : Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, PPATK dapat : j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang. E. Tindak Lanjut Terhadap HA/HP Terhadap LHA dan/atau LHP yang telah disampaikan kepada penyidik, PPATK telah melakukan pemantauan tindak lanjut (feedback). Tindak lanjut oleh penyidik tersebut diantaranya dapat berupa pengumpulan bahan dan keterangan/penelahaan, penyelidikan, penyidikan, dalam proses penuntutan, pemeriksaan di persidangan, ataupun sudah berkekuatan hukum tetap. HA/HP PPATK juga digunakan untuk mendukung proses pelacakan aset, mendorong peningkatan pendapatan negara melalui optimalisasi penerimaan pajak, serta mendukung validitas LHKPN. Tindak lanjut terhadap LHA/LHP yang disampaikan kepada penyidik dalam publikasi ini masih terbatas pada tindak lanjut LHA/LHP yang telah disampaikan oleh Penyidik kepada PPATK, selama periode Januari 21 s.d. Januari 215. Berdasarkan register feedback LHA/LHP, diketahui bahwa penerimaan feedback LHA/LHP dari Instansi Penyidik TPPU belum optimal. Tingkat rasio penyampaian feedback hanya mencapai 39,5 persen saja dengan rasio tertinggi dimiliki Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu RI disusul oleh KPK, Kejaksaan, dan Kepolisian RI. Sedangkan untuk feedback LHP, diketahui bahwa dari 47 LHP yang telah disampaikan PPATK kepada Apgakum, regulator/instansi terkait selama , PPATK hanya menerima 7 feedback saja. Grafik 32 Perbandingan Jumlah LHA dengan Feedback yang diterima berdasarkan instansi Penyidik TPPU*) Januari 21 s.d. Januari % 7.% 6.% % 5.% % 38.6%.% 2.% 4.% 3.% 2.% 1.% POLRI KEJAKSAAN KPK BNN DJBC DJP LHA yang diterima LHA yang ditindaklanjuti Rasio Tindak Lanjut (%).%

42 4 Grafik 33 Perbandingan per Tahun Jumlah LHP yang disampaikan dan Jumlah Feedback LHP yang diterima Januari 211 Desember LHP yang disampaikan Feedback yang diterima Grafik 34 Perbandingan Jumlah LHP yang disampaikan dan Jumlah Feedback LHP yang diterima dari Penyidik Januari 211 Januari 215 Lainnya 6 LHP yang disampaikan Panglima TNI 1 Feedback yang diterima DJBC 1 DJP 5 BNN 2 KPK 23 Kejaksaan 4 26 Kepolisian

43 41 F. Permintaan Informasi Kepada PJK/PBJ Terkait HA Terkait kegiatan analisis transaksi keuangan, selama Oktober 215, PPATK telah menyampaikan permintaan informasi kepada PJK dan instansi lainnya sebanyak 387 permintaan informasi. Dengan demikian, jumlah permintaan informasi dalam rangka mendukung HA yang disampaikan kepada PJK/PBJ/instansi lainnya selama Januari 215 s.d. Oktober 215 adalah sebanyak permintaan, dan bila diakumulasikan sejak Januari 21 s.d. Oktober 215 telah mencapai sebanyak permintaan. Sebagian besar permintaan informasi selama Januari 21 s.d. Oktober 215 disampaikan kepada PJK Bank (85, persen atau 1.78 permintaan), kepada PJK Non Bank (14,7 persen atau permintaan), serta kepada regulator/instansi lainnya (,3 persen atau 32 permintaan). Tabel 29 Jumlah Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ Berdasarkan Jenis PJK/PBJ/Instansi Januari 211 s.d. Oktober 215 Tahun Bank Non Bank Regulator/ Instansi Lainnya Jumlah (s.d. Okt 215) Jumlah Jan 21 - s.d. Okt % Distribusi 85, 14,7,3 1,

44 42 Grafik 35 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ Januari 211 s.d. Oktober ,6% ,6% ,9% ,8% (s.d. Okt 215) Jumlah Kumulatif Jumlah per Tahun Grafik 36 Perkembangan Jumlah Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ per tahun Berdasarkan Jenis PJK/PBJ Januari 211 s.d. Oktober Bank Non Bank Regulator/ (s.d. Okt 215) Instansi Lainnya

45 43 G. Pengaduan Masyarakat (Dumas) Sejak Januari 213 s.d. Oktober 215, PPATK telah menerima 471 Dumas, dengan 12 Dumas diantaranya disampaikan selama Januari 215 s.d. Oktober 215. Sebagian besar Dumas selama Januari 215 s.d. Oktober 215 disampaikan oleh Pihak Pelapor berupa Individu, yakni sebanyak 87 Dumas atau sebesar 85,3 persen. Sedangkan Dumas yang disampaikan oleh Lembaga sebanyak 15 Dumas saja atau sebesar 14,7 persen. Terhadap 12 laporan Dumas yang telah disampaikan oleh Pihak Pelapor kepada PPATK selama Januari 215 s.d. Oktober 215, tercatat keseluruhan 12 Laporan atau sebesar 1, persen Dumas telah ditindaklanjuti. Tabel 3 Jumlah Pengaduan Masyarakat yang Disampaikan Kepada PPATK Januari 213 s.d. Oktober 215 Periode Individu Lembaga Total (s.d. Okt-215) Jumlah Jan-213 s.d. Okt-215 Jenis Pelapor Grafik 37 Distribusi Pengaduan Masyarakat yang DIsampaikan Kepada PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Selama Januari 215 s.d. Oktober 215 Lembaga, 15, 15% Individu, 87, 85%

46 44 Tabel 31 Rasio Tindak Lanjut Laporan Pengaduan Masyarakat oleh PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Dumas Selama Januari 215 s.d. Oktober 215 Pengaduan Masyarakat (s.d. Okt-215) Jenis Pelapor Individu Lembaga Total Jumlah Laporan Dumas Jumlah Dumas yang DitindaklanjutI Rasio Tindak Lanjut Dumas 1,% 1,% 1,% Grafik 38 Perbandingan Jumlah Dumas yang diterima terhadap Jumlah Dumas yang telah ditindaklanjuti oleh PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Dumas Selama Januari 215 s.d. Oktober Individu Lembaga Total Jumlah Laporan Dumas Jumlah Dumas yang DitindaklanjutI

47 45 LAIN-LAIN UU TPPU Pasal 69: Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Pasal 77: Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana. A. Putusan Pengadilan Terkait TPPU Berdasarkan data terkini, telah terdapat 136 perkara TPPU yang telah diputus oleh Pengadilan sejak Januari 25 s.d. September 215. Selama periode tersebut, sebagian besar Putusan Pengadilan terkait TPPU diputus oleh Pengadilan (mencakup Pengadilan Negeri/Tipikor, Pengadilan Tinggi, dan atau Mahkamah Agung) di wilayah DKI Jakarta, yaitu sebanyak 63 putusan atau 46,3 persen. Putusan yang telah diputus oleh Pengadilan terkait TPPU adalah hukuman maksimal selama 18 tahun dan denda maksimal sebesar Rp15 Miliar. Sebagian besar putusan Pengadilan perkara TPPU terkait dengan tindak pidana asal Korupsi, yakni sebanyak 39 putusan atau 28,7 persen dari total keseluruhan putusan TPPU. Tabel 32 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait Tindak Pidana Pencucian Uang Menurut Propinsi Januari 25 s.d. September 215 Propinsi Kumulatif 25 s.d. 215 (s.d. Sep 215) % Distribusi Banda Aceh Sumatera Utara Lampung 1.7 Riau Kepri Sumatera Selatan DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Sulawesi Utara 1.7 Kalimantan Timur 1.7 Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Papua Barat 1.7 Sulawesi Tengah 1.7 Jumlah

48 46 Grafik 39 Perbandingan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 25 s.d. September 215 Korupsi 39 Narkotika 36 Penipuan Penggelapan Perbankan 11 Pemalsuan Surat 6 Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan TPPU 5 Perjudian Psikotrapika 2 2 Kehutanan Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Penyuapan Pencurian Tabel 33 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 25 s.d. September 215 Tindak Pidana Asal Kumulatif 25 s.d. 215 (s.d. Sep 215) % Distribusi Penggelapan Penipuan Narkotika Psikotrapika Pencurian 1.7 Korupsi Pemalsuan Surat Perbankan Perjudian Penyuapan 1.7 Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan TPPU Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai 1.7 Kehutanan 1.7 Jumlah

49 47 Tabel 34 Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Tahun Putusan dan Hukuman Januari 25 s.d. September 215 Tahun Jumlah Putusan Hukuman Penjara (dalam Tahun) Hukuman Denda (dalam Rupiah) Minimal Maksimal Minimal Maksimal Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21) * Januari 23 - Desember (bulan) 17 5,, 15,,, ,, 5,, ,, 1,,, Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) (s.d. September 215) Jumlah ,, 1,,, Jumlah (bulan) 18 5,, 15,,, *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Grafik 4 Perkembangan Jumlah Putusan Pengadilan Terkait TPPU Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 28 s.d. September Kumulatif Putusan Jumlah Putusan

50 48 B. Keterangan Ahli Berdasarkan data terkini hingga akhir September 215, PPATK telah memenuhi sebanyak 117 permintaan keterangan ahli selama Januari 215 s.d. September 215. Bila diakumulasikan sejak Januari 28 s.d. September 215 telah terdapat 63 permintaan Keterangan Ahli dari beberapa instansi yang telah dipenuhi PPATK. Mayoritas permintaan Keterangan Ahli selama Januari 28 s.d. September 215 tersebut berasal dari Kepolisian, yakni sebanyak 344 permintaan atau 54,6 persen dari seluruh permintaan yang telah dipenuhi oleh PPATK. Bila dilihat berdasarkan periode berlakunya UU TPPU, PPATK telah memenuhi permintaan keterangan ahli sebanyak 571 permintaan sejak tahun 211. Selama periode ini, sebagian besar permintaan keterangan ahli yang dapat dipenuhi oleh PPATK juga berasal dari Kepolisian, yakni sebanyak 311 permintaan atau sebanyak 54,5 persen dari keseluruhan permintaan yang telah dipenuhi oleh PPATK. Tabel 35 Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Dari PPATK Berdasarkan Instansi Pemohon Januari 28 s.d. September 215 Instansi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) (s.d. Sep-215) Jumlah Jumlah Tahun 28 s.d. 214 BADAN RESERSE DAN KRIMINAL (BARESKRIM) KEPOLISIAN DAERAH (POLDA) & RESOR (POLRES) KEJAKSAAN AGUNG RI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOMISI INFORMASI PUSAT (KIP) PENGADILAN MILITER DITJEN PAJAK Jumlah *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21

51 49 Grafik 41 Perbandingan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Kepada PPATK Berdasarkan Instansi Pemohon Januari 28 s.d. September BARESKRIM POLDA & POLRES KEJAKSAAN KPK BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOMISI INFORMASI PUSAT (KIP) PENGADILAN MILITER DITJEN PAJAK Grafik 42 Perkembangan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Kepada PPATK dan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Januari 28 s.d. September Jumlah Kumulatif Keterangan Ahli Jumlah Keterangan Ahli per Tahun Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan

52 5 C. Audit UU TPPU Pasal 43: Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, PPATK berwenang: c. melakukan audit kepatuhan atau audit khusus; d. menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor; Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor, selama Januari 215 s.d. Oktober 215, PPATK telah melakukan kegiatan 12 audit terhadap Pihak Pelapor, baik kepada Pihak Pelapor Penyedia Jasa Keuangan maupun Penyedia Barang/Jasa Lainnya. Bila dilihat menurut jenis pihak Pelapor, sebagian besar audit yang dilakukan selama tahun 215 dilakukan terhadap Perusahaan/Agen Properti (52,9 persen), Bank (17,6 persen), Pedagang Valuta Asing (14,7 persen), dan Pedagang Kendaraan Bermotor (7,8 persen). Bila diakumulasi sejak Januari 25, jumlah keseluruhan pelaksanaan audit yang telah dilakukan oleh PPATK terhadap PJK/PBJ s.d. Oktober 215 telah mencapai 856 audit, atau meningkat 13,5 persen dibandingkan jumlah akumulasi audit Januari 25 s.d. Desember 214 (754 audit). Jenis Pihak Pelapor Tabel 36 Jumlah Pihak Pelapor yang telah di Audit *) Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor s.d. Oktober 215 Okt-214 Tahun 214 (s.d. Okt-214) Jumlah Audit Jan-214 s.d. Des-214 Sep-215 Okt-215 (s.d. Okt-215) % Distribusi (s.d. Okt-215) Perkembangan Okt-215 (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (7) (9) (1) (11) PENYEDIA JASA KEUANGAN: Bank ,6, -75, -21,7 Perusahaan Pembiayaan, n.a. n.a. n.a. Perusahaan Asuransi dan Pialang Asuransi, n.a. n.a. n.a. Dana Pensiun Lembaga Keuangan, n.a. n.a. n.a. Perusahaan Efek dan Manajer Investasi ,9 n.a. n.a. -33,3 Perposan, n.a. n.a. n.a. Pedagang Valuta Asing ,7 n.a. n.a., Koperasi Simpan Pinjam , n.a. n.a., Pegadaian, n.a. n.a. n.a. Kupu 2 2, n.a. n.a. n.a. PENYEDIA BARANG DAN JASA: Perusahaan Properti/Agen Properti ,9-25,, 237,5 Pedagang Kendaraan Bermotor ,8, -8, -61,9 Pedagang Permata dan Perhiasan/Logam Mulia 1, n.a. n.a. n.a. Pedagang Barang Seni dan Antik, n.a. n.a. n.a. Balai Lelang, n.a. n.a. n.a. Total Audit , -16,7-58,3 24,4 *) Mencakup audit kepatuhan dan audit khusus.

53 51 Grafik 43 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif Audit Kepada Pihak Pelapor Januari 211 s.d. Oktober ,7% ,8% ,6% ,5% Jumlah Kumulatif Perkembangan (%) Jumlah per-tahun Grafik 44 Perbandingan Jumlah Pihak Pelapor yang telah di Audit Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Januari 25 s.d. Oktober 215 Balai Lelang Pedagang Barang Seni Pedagang Permata 13 Pedagang Kendaraan 52 Perusahaan 12 Kupu 31 Pegadaian 1 Koperasi Simpan Pinjam 6 Pedagang Valuta Asing 97 Perposan 1 Perusahaan Efek dan 115 Dana Pensiun Perusahaan Asuransi 96 Perusahaan 63 Bank

54 52 D. Pertukaran Informasi UU TPPU Pasal 88 Ayat (1) dan Ayat (2) : Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal. Pihak yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pihak yang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang di Indonesia. Pasal 89 Ayat (1) dan Ayat (2) : Kerja sama internasional dilakukan oleh PPATK dengan lembaga sejenis yang ada di negara lain dan lembaga internasional yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang. Kerja sama internasional yang dilakukan PPATK dapat dilaksanakan dalam bentuk kerja sama formal atau berdasarkan bantuan timbal balik atau prinsip resiprositas. Pasal 9 Ayat (1): Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional,. Selama Oktober 215, terdapat sebanyak 8 kali pertukaran informasi antara PPATK dengan FIU lain. Dengan demikian, jumlah pertukaran informasi selama Januari 215 s.d. Oktober 215 sebanyak 228 pertukaran informasi, dengan 151 kali atau 66,2 persen merupakan penerimaan informasi dari Financial Intellegence Unit (FIU) lain secara spontan, tanpa adanya permintaan dari PPATK (Spontaneous Incoming Information). Sementara itu, sejak berlakunya UU TPPU pada tanggal 22 November 21, PPATK telah melakukan pertukaran informasi dengan FIU negara lain sebanyak 594 informasi. Dengan demikian, sejak Januari 23 s.d Oktober 215, pertukaran informasi yang melibatkan FIU lain sebanyak 1. pertukaran informasi. Sebagian besar pertukaran informasi, didominasi oleh informasi yang berasal Incoming Mutual Request (Outgoing Information), yaitu sebanyak 459 informasi atau sebesar 45,9 persen. No. Jenis Pertukaran Informasi Tabel 37 Jumlah Pertukaran Informasi per Tahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi Januari 23 s.d. Oktober 215 Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember 21 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) (s.d. Okt-215) Jumlah Jumlah Tahun 23 s.d. Okt 215 % Distribusi 1 Outgoing Mutual Request (Incoming Information) ,5 2 Incoming Mutual Request (Outgoing Information) ,9 3 Spontaneous Incoming Information ,4 4 Spontaneous Outgoing Information ,2 Jumlah , *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Keterangan: 1. Outgoing Mutual Request (Incoming Information) : PPATK mengirimkan permintaan informasi kepada FIU lain, dan PPATK menerima informasi yang diminta. 2. Incoming Mutual Request (Outgoing Information) : PPATK menerima permintaan informasi dari FIU lain, dan PPATK memberikan informasi yang diminta. 3. Spontaneous Incoming Information : PPATK menerima informasi dari FIUs secara spontan (tanpa diminta). 4. Spontaneous Outgoing Information : PPATK memberikan informasi kepada FIU lain secara spontan (tanpa diminta). Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip berdasarkan EGMONT Group yang merupakan wadah perhimpunan FIU seluruh dunia.

55 53 Grafik 45 Perkembangan Jumlah Pertukaran Informasi per-tahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi Januari 21 s.d. Oktober Outgoing Mutual Request (Incoming Information) Incoming Mutual Request (Outgoing Information) Spontaneous Incoming Information Spontaneous Outgoing Information Grafik 46 Jumlah dan Persentase Kumulatif Pertukaran Informasi Antara PPATK Dengan FIU Lain Berdasarkan Jenis Informasi Januari 23 s.d. Oktober 215 Spontaneous Outgoing Information; 22; 2% Spontaneous Incoming Information; 254; 25% Outgoing Mutual Request (Incoming Information); 265; 27% Incoming Mutual Request (Outgoing Information); 459; 46%

56 54 UU TPPU Pasal 88: (1) Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal. (2) Pihak yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pihak yang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang d Indonesia. Pasal 9 ayat (1): Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, yang meliputi: a. instansi penegak hukum; b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan; c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang; dan e. financial intelligence unit negara lain. E. Nota Kesepahaman (MoU) Selama Oktober 215, tidak terdapat penandatangan MoU baru antara PPATK dengan Financial Intellgence Unit (FIU) luar negeri maupun Lembaga/Instansi di dalam negeri. Dengan tidak adanyan adanya penambahan MoU di bulan ini, maka sejak Januari 23 s.d. Oktober 215, telah terdapat sebanyak 134 Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani oleh PPATK, dengan 5 MoU diantaranya merupakan MoU dengan FIU luar negeri serta 84 MoU adalah MoU dengan Lembaga/Instansi di dalam negeri. Bila dilihat berdasarkan periode penandatanganannya, 56 MoU ditandatangani setelah berlakunya UU TPPU pada bulan November 21, yang terdiri dari 13 MoU dengan FIU dan 43 MoU dengan Lembaga/Instansi dalam negeri. Sementara itu, 78 MoU ditandatangani sebelum berlakunya UU TPPU, dengan 37 MoU dengan FIU dan 41 MoU dengan Lembaga/Instansi dalam negeri. Di ASEAN, secara khusus hanya terdapat 1 (satu) negara anggota ASEAN yang belum terikat MoU dengan PPATK, yaitu: Laos. Tabel 38 Jumlah MoU Berdasarkan Tahun Penandatangan Antara PPATK dengan FIU Atau Instansi/Lembaga, Januari 23 s.d. Oktober 215 Tahun Internasional (FIU) Nasional (Instansi/ Lembaga) Jumlah % Distribusi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember , ,4 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) , , ,5 215 (s.d. Okt 215) ,7 Jumlah ,8 Jumlah *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember ,

57 55 Grafik 47 Perkembangan Jumlah MoU yang Telah Ditandatangani antara PPATK dengan FIU atau Instansi/Lembaga, Januari 23 s.d. Oktober FIU Dalam Negeri Grafik 48 Jumlah dan Persentase Kumulatif MoU yang Telah Ditandatangani antara PPATK dengan FIU atau Instansi/Lembaga, Januari 23 s.d. Oktober 215 Nasional (Instansi/ Lembaga) 84 63% Internasional (FIU) 5 37% Tabel 39 FIU dari Negara ASEAN Yang Telah Dan Belum Memiliki MoU dengan PPATK No. Negara (FIU) Tempat Tanggal/Bulan/Tahun 1 Thailand Bangkok 24 Maret 23 2 Malaysia Malaysia 31 Juli 23 3 Philippines Brunei 5 Oktober 24 4 Vietnam Jakarta 18 Agustus 21 5 Myanmar Jakarta 14 November 26 6 Brunei Darussalam Jakarta 17 Desember 28 7 Singapura Penandatangan Nota Kesepahaman Singapore 17 September 213 Jakarta 25 September 213 Ket 8 Kamboja Jakarta 22 September Laos Belum

58 56 Tabel 4 Lembaga/Organisasi Domestik Yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK No. Nama Lembaga / Organisasi Penandatanganan Nota Kesepahaman Tempat Tanggal Keterangan Tahun 23 Diperbaharui pada 18 Maret 21 dan 5 Maret Bank Indonesia Jakarta 5 Februari 23 (disertai Perjanjian Kerjasama pada 5 Maret 215) 2 Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Jakarta 2 Oktober 23 3 Ditjen Pajak Jakarta 28 Oktober 23 Diperbaharui pada 19 Oktober Ditjen Lembaga Keuangan (LK) Jakarta 28 Oktober 23 5 Ditjen Bea & Cukai Jakarta 31 Oktober 23 6 Center For International Forestry Research Jakarta Tahun Januari 24 7 Komisi Pemberantasan Korupsi Jakarta 29 April 24 Diperbaharui pada 12 Februari Kepolisian Negara RI Jakarta 16 Juni 24 Diperbaharui pada 18 April Kejaksaan Agung RI Jakarta 27 September 24 Diperbaharui pada 18 April Departemen Kehutanan Jakarta Tahun Maret Badan Pemeriksa Keuangan Jakarta Tahun September 26 Diperbaharui pada 24 Februari Itjen Departemen Keuangan Jakarta Tahun Januari Komisi Yudisial Jakarta 1 Februari Ditjen Administrasi Hukum Umum Jakarta 6 Maret Ditjen Imigrasi Jakarta 6 Maret Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Jakarta 19 April Badan Narkotika Nasional Jakarta 13 Juni 27 Diperbaharui pada 14 Oktober Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Banda Aceh 15 Agustus 27 Tahun Universitas Surabaya Jakarta 17 April 28 2 STIE Perbanas Surabaya Surabaya 31 Juli Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 17 September Badan Pengawas Pemilu Jakarta 6 November 28 Diperbaharui pada 7 Juli Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Jakarta 7 November 28 Tahun Universitas Soedirman Purwokerto 23 Januari Badan Pertanahan Nasional Jakarta 17 April Universitas Andalas Padang 18 Mei Ditjen Pos dan Telekomunikasi Jakarta 12 Juni Universitas Hasanuddin Makassar 23 Juni Institut Teknologi Bandung Bandung 25 Juni 29 3 Universitas Diponogoro Semarang 12 Agustus Lembaga Penjamin Simpanan Jakarta 17 November 29 Diperbaharui pada 16 Juni Universitas Muhammadiyah Surakarta Solo 2 November Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan Jakarta 3 Desember Universitas Indonesia Jakarta 7 Desember Universitas Jember Jakarta 7 Desember 29 Tahun Komisi Pengawas Persaingan Usaha Jakarta 14 April Universitas Padjajaran Bandung 22 Juni Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Jakarta 7 Juli Universitas Mataram Mataram 27 Juli 21 4 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 8 Oktober Setjen Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK) Jakarta 29 Desember Kementerian Perhubungan RI Jakarta Tahun Januari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Jakarta 18 April Universitas Pattimura Ambon 5 Mei Universitas Indonesia & Bank Indonesia (terkait Jakarta 29 Juli Ombudsman RI Jakarta 11 Agustus Universitas Sriwijaya Palembang 12 September Universitas Udayana Denpasar 4 Oktober PT. Pertamina (Persero) Jakarta 19 Oktober Universitas Bina Nusantara Jakarta 19 Oktober Universitas Esa Unggul Jakarta Tahun januari Universitas Sumatera Utara Jakarta 3 Januari Universitas Airlangga Surabaya 28 Februari Itjen Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta 11 April Itjen Kementerian Hukum dan HAM Jakarta 23 Oktober Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 5 November Universitas Cendrawasih Jayapura 29 November Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Surabaya 3 Desember Satgas REDD Jakarta 2 Desember NCB Interpol Indonesia Jakarta 21 Desember Itjen Kementerian Agama Jakarta 26 Desember Setjen Mahkamah Konstitusi Jakarta Tahun Januari LPSE Kementerian Keuangan Jakarta 5 Februari Sisminbakum DJAHU Kementerian Hukum & HAM Jakarta 15 Februari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jakarta 18 Juni Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Jakarta 21 Juni Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta 3 Juli Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta 27 Agustus Itjen Kemendikbud Jakarta 3 September Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta Tahun Januari Keputusan Bersama antara PPATK dengan Jakarta 4 April Komisi Pemilihan Umum Jakarta 4 Februari Badan Pengawasan Obat Makanan Jakarta 26 Mei PT. Indonesia Power Jakarta 17 Oktober PT. PLN (persero) Jakarta 19 November Itjen Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta 18 Desember Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta 5 Januari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Jakarta 22 Januari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Samarinda 12 Maret Kementerian Pemuda dan Olahraga Jakarta 25 Maret PT Elang Mahkota Teknologi TbK (SCTV, Indosiar dan Liputan6.com) Jakarta 17 April Kementerian Kesehatan Jakarta 3 April Badan SAR Nasional (BASARNAS) Jakarta 12 Mei Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta 3 Juli 215

59 57 Gambar 3. FIU yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME NOVEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MEI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME OKTOBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME SEPTEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME DESEMBER 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME FEBRUARI 215 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET 216 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JULI Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 2017 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

BULLETIN FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BULLETIN FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME FEBRUARI 216 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME AGUSTUS Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME APRIL Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JANUARI 217 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME NOVEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME DESEMBER Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

STATISTIK MARET ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997

STATISTIK MARET ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997 BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN STATISTIK TAHUN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakar ta Pusat www.ppatk.go.id

Lebih terperinci

STATISTIK FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997

STATISTIK FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997 BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN STATISTIK TAHUN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl. Ir. H. Juanda No. 35 Jakar ta Pusat www.ppatk.go.id

Lebih terperinci

BULLETIN STATISTIK ISSN : ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI

BULLETIN STATISTIK ISSN : ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI BULLETIN ISSN : 89997 STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI 218 . B U L L E T I N S T A T I S T I K DAFTAR ISI: Halaman Ringkasan Eksekutif 1 Ringkasan Statistik

Lebih terperinci

B u l e t i n S t a t i s t i k

B u l e t i n S t a t i s t i k BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JUNI 2013 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k ANTI BULLETIN PENCUCIAN STATISTIK UANG ANTI PENCUCIAN DAN PENDANAAN UANG & PENDANAAN TERORISME TERORISME (DESEMBER 2013) B u l l e t i n S t a t i s t i k 1 R i n g k a s a n E k s e k u t i f Volume 46/Thn

Lebih terperinci

BULLETIN JULI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BULLETIN JULI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME JULI 2013 Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telp.: +62213850455; +62213853922 Fax.: +62213856809; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id

Lebih terperinci

Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012)

Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012) Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Lebih terperinci

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Keempat. Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia Tujuan Modul bagian keempat yaitu Pengaturan

Lebih terperinci

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1821, 2014 PPATK. Sanksi Administratif. Kewajiban Pelaporan. Pelanggaran. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER. 14 /1.02/PPATK/11/14

Lebih terperinci

Volume 19 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan September 2011)

Volume 19 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan September 2011) Volume 19 Thn II/2011 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan September 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Oktober 2011

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2015 HUKUM. Pidana. Pencucian Uang. Pihak Pelapor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5709). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim No.1872, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penyedia Jasa Keuangan. Penghentian Sementara dan Penundaan Transaksi. Pencabutan. PERATURAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA PENCUCIAN UANG? PENCUCIAN UANG Upaya untuk menyembunyikan/menyamarkan harta kekayaan dari hasil tindak pidana sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012)

Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012) Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012)

Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012) Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG No.283,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG PELAKSANAAN PENGHENTIAN SEMENTARA

Lebih terperinci

Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012)

Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012) Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penghentian Sementara. Penundaan. Transaksi. Perbankan. Pasar Modal. Asuransi. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN MEI 2017 Daftar Isi SAMBUTAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.928, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Kewajiban Pelaporan. Dikecualikan. Transaksi Keuangan Tunai. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, No.960, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Identifikasi Transaksi. Jasa Keuangan. Mencurigakan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013 Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester II Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Laporan. Transaksi Keuangan. Penyedia Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642) No.642, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642) PERATURANKEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Volume 22 Thn III/2012 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011)

Volume 22 Thn III/2012 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011) Volume 22 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Januari 2012

Lebih terperinci

Volume 20 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011)

Volume 20 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011) Volume 20 Thn II/2011 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULLETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Jakarta, Nopember 2011

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1479, 2013 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI. Traksaksi. Tunai. Jasa Keuangan. Identifikasi PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010 Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010 3.1 Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010 3.1.1 Pemeriksaan oleh PPATK Pemeriksaan adalah proses identifikasi

Lebih terperinci

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN PERATURAN PUSAT PELAPORANDANANALISISTRANSAKSIKEUANGAN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAANPENGHENTIAN SEMENTARA DAN PENUNDAANTRANSAKSIOLEH PENYEDIAJASA

Lebih terperinci

Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012)

Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012) Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012) Direktorat Riset dan Analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 2016 Harga Properti Residensial pada Triwulan IV-2016 Meningkat Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 0,37% (qtq), sedikit

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 108, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4324) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 71/XI/17/VII, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III - 2017 Indeks

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.670, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Identifikasi. Transaksi Mencurigakan. Jasa Keuangan. Perubahan.(Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 7) PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5932 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 194). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Daerah Pabean Indonesia. Uang Tunai. Instrumen Pembayaran Lain. Pembawaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-12/1.02/PPATK/06/13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN TRANSAKSI KEUANGAN TRANSFER DANA DARI DAN KE LUAR NEGERI

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi. No.549, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR: PER - 09/1.01/PPATK/11/2009

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/05/Th. XVIII, 15 Mei 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015 APRIL 2015 RUPIAH TERAPRESIASI 0,23 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah mencatat apresiasi 0,23

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM. Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa No.929, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5406 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 50) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.

Lebih terperinci

Perpustakaan LAFAI

Perpustakaan LAFAI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.920, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Laporan. Transaksi Keuangan. Penyedia Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang besar

Lebih terperinci

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun Hasil 3.8 Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK Maupun

Lebih terperinci