MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL RENCANA KERJA JAMINAN HALAL BERDASARKAN SISTEM JAMINAN HALAL (HALAL ASSURANCE SYSTEM 23000)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL RENCANA KERJA JAMINAN HALAL BERDASARKAN SISTEM JAMINAN HALAL (HALAL ASSURANCE SYSTEM 23000)"

Transkripsi

1 Hal : 1 RENCANA KERJA JAMINAN HALAL BERDASARKAN (HALAL ASSURANCE SYSTEM 23000) LIQUID EXTRACT, DRY EXTRACT, PASTA, OIL EXTRACT No. Salinan STATUS DIKENDALIKAN Dibuat Oleh, Kordinator Halal Internal Agnes Dyah Hafsari 2014

2 Hal : 2 1. PENDAHULUAN 1.1. PROFIL USAHA 1.2. PANDUAN HALAL PENGANTAR PENGERTIAN HALAL DAN HARAM 1.3. TUJUAN PENERAPAN (HAS 23000) 1.4. RUANG LINGKUP 1.5. PRINSIP (HAS 23000) 2. KRITERIA (HAS 23000) 2.1. KEBIJAKAN HALAL 2.2.TIM MANAJEMEN HALAL STRUKTUR ORGANISASI JAMINAN HALAL URAIAN TUGAS TIM URAIAN WEWENANG TIMN KRITERIA PERSYARATAN TIM 2.3. PELATIHAN KARYAWAN, EVALUASI DAN SOSIALISASI 2.4. BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG 2.5. PRODUK 2.6. PROSEDUR TERTULIS AKTIVITAS KRITIS 2.7. KEMAMPUAN TELUSUR 2.8. FASILITAS PRODUKSI 2.9. PENANGANAN PRODUK YANG TIDAK MEMENUHI KRITERIA AUDIT INTERNAL TUJUAN AUDIT INTERNAL RUANG LINGKUP AUDIT INTERNAL PELAKSANAAN AUDIT KAJI ULANG MANAJEMEN 3. STANDAR POPERASIONAL PROSEDUR 3.1. SOP PEMILIHAN SUPPLIER ALTERNATIVE 3.2. SOP PERENCANAAN PENGEMBANGAN PRODUK BARU DAN PERUBAHAN BAHAN SEBAGAI BAHAN ALTERNATIVE 3.3. SOP PROSES PRODUKSI 3.4. SOP PEMERIKSAAN BAHAN BAKU DAN PRODUK JADI 3.5. SOP PENERIMAAN BAHAN DAN PENYIMPANAN DI GUDANG 3.6. SOP PENGIRIMAN PRODUK KE CUSTOMER 3.7. SOP PENGKALSIFIKASIAN CUSTOMER, SURVAI KEPUSASAN PELANGGAN, KOMPLAIN PELANGGAN

3 Hal : 3 4. POHON KEPUTUSAN 4.1. POHON KEPUTUSAN UNTUK TITIK KRITIS KEHARAMAN IDENTIFIKASI TITIK KRITIS BAHAN NABATI IDENTIFIKASI TITIK KRITIS BAHAN HEWANI IDENTIFIKASI TITIK KRITIS PRODUK MIKROBIAL IDENTIFIKASI TITIK KRITIS BAHAN LAIN IDENTIFIKASI TITIK KRITIS PENYIMPANAN DAN LINI PRODUKSI IDENTIFIKASI TITIK KRITIS DISTRIBUSI 4.2. POHON KEPUTUSAN UNTUK PENERAPAN STATUS BAHAN 5. LAMPIRAN 5.1. DIAGRAM ALIR PROSES 5.2. DESKRIPSI PRODUK 5.3. PENERAPAN TITIK KRITIS KEHARAMAN PRODUK 5.4. LAPORAN BERKALA 5.5. LAPORAN KETIDAK SESUAIAN PRODUK 5.6. LAPORAN PERUBAHAN BAHAN 5.7. NOTULEN TINJAUAN MANAJEMEN 5.8. FORM AUDIT INTERNAL 5.9. PELAKSANAAN

4 Hal : 4 1. PENDAHULUAN 1.1. PROFIL USAHA - Nama : PT. Merpati Mahardika - Jenis Usaha : Industri Pengolahan Bahan Baku Ekstrak - halal@mmnatures.com - Alamat Kantor : Jl. Panjang Arteri Kedoya No. 21 Jakarta Barat Telp : (021) Fax. : (021) Alamat Pabrik : Jl. Raya Cisauk-Legok Rt 01/04, Tangerang Telp. : (021) Fax. : (021) Luas Area : Pabrik = m2 Building = m2 (factory) m2 (office) - Jenis Produk : Natural Extract (Liquid Extract, Dry Extract, Pasta) - Kapasitas Produksi : 265 ton/tahun *Data ditahun Jumlah Karywan : 100 karyawan Unit usaha yang dimiliki PT. Merpati Mahardika mencangkup unit usaha di bidang Manufacturing dan Trading dengan produk yang dihasilkan yaitu berupa bahan baku (Raw Material) Natural Extract dalam bentuk liquid extract, dry extract, pasta dan oil extract. Dimana produk tersebut dapat dipasarkan ke industri food, cosmetic, farmasi didalam dan diluar negeri.

5 Hal : PANDUAN HALAL PENGANTAR Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi pangan, status bahan yang dulu di fatwakan halal, setelah ditemukan adanya hal-hal yang meragukan maka bisa menjadi berubah dalam fatwanya. Oleh karena itu dalam hal ini akan disampaikan kedudukan ketetapan hukum dalam Islam agar dapat diterima mengapa hal tersebut dapat terjadi, dan untuk memberikan pemahaman tentang pengertian halal dan haram. Dalam bab ini juga akan disampaikan pula dasar hukum berdasarkan Al Qur an dan Fatwa MUI tentang status bahan. Kedudukan ketetapan hukum dalam Islam : a. Al Qur an : hukumnya bersifat tetap, dan sebagiannya masih bersifat umum, sehingga memerlukan penjelasan lebih lanjut. b. Al-Hadist: merupakan penjabaran aplikatif dari kaidah-kaidah Qur aniyyah yang bersifat tetap, sekaligus juga penjelasan lebih lanjut terhadap kaidah-kaidah yang bersifat umum c. Ijma Shahabat: merupakan kesepakatan para shabat Nabi saw dan ulama atas permasalahan yang terjadi, karena meluasnya wilayah da wah serta perkembangan kehidupan sosial, dan tidak ada ketentuannya secara khusus di dalam Al Qur an maupun Al Hadits. Namun keputusan ijma itu tentu didasarkan pada pemahaman mereka atas Al Qur an maupun Al-Hadits. d. Qiyas: merupakan metoda penentuan hukum secara analogi, yang diambil berdasarkan pada kasus yang telah ditentukan Al Qur an maupun Al Hadits e. Fatwa: adalah keputusan hukum agama yang dibuat dengan ijtihad (ulama), atas hal-hal yang tidak terdapat di dalam Al Qur an maupun Al Hadits, berdasarkan pada kaidah-kaidah pengambilan dan penentuan hukum, seperti dengan metode qiyas atau ijma. Panduan Sistem Jaminan Halal (HAS 23000) merupakan pedoma PT. Merpati Mahardika dalam melaksanakan kegiatan untuk menjamin produk akhir yang dihasilkan memenuhi persyaratan Sertifikasi Halal.

6 Hal : 6 Sehingga panduan Sistem Jaminan Halal (HAS 23000) yang disusun mencangkup hal seperti : a. Pengertian Halal dan Haram b. Dasar Al Qur an dan Fatwa MUI c. Pohon keputusan untuk identifikasi titik kritis keharaman bahan dan proses produksi d. Tabel hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan dan tindakan pencegahannya e. Tabel hasil identifikasi titik kritis peluang kontaminasi proses f. Produksi dari bahan haram/najis dan tindakan pencegahannya g. Publikasi LPPOM MUI (Jurnal Halal LPPOM MUI dan website ( PENGERTIAN HALAL DAN HARAM Halal adalah boleh, pada kasus makanan, kebanyakan makanan termasuk halal kecuali secara khusus disebutkan dalam Al Qur an atau Hadits. Sedangkan haram adalah sesuatu yang Allah SWT melarang untuk dilakukan dengan larangan yang tegas. Setiap orang yang menentangnya akan berhadapan dengan siksaan Allah di akhirat. Bahkan terkadang juga terancam sanksi syariah di dunia ini. Adapun prinsip tentang Hukum Halal dan Haram, yakni : a. Pada dasarnya segala sesuatu halal hukumnya. b. Penghalalan dan pengharaman hanyalah wewenang Allah SWT. c. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk perilaku syirik terhadap Allah SWT. d. Sesuatu yang diharamkan karena ia buruk dan berbahaya. e. Pada sesuatu yang halal sudah terdapat sesuatu yang dengannya tidak lagi membutuhkan yang haram. f. Sesuatu yang mengantarkan kepada yang haram maka haram pula hukumnya. g. Menyiasati yang haram, haram hukumnya. h. Niat baik tidak menghapuskan hukum haram. i. Hati-hati terhadap yang syubhat agar tidak jatuh ke dalam yang haram. j. Sesuatu yang haram adalah haram untuk semua

7 Hal : 7 Yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai syariat Islam yaitu: a. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi serta tidak menggunakan alcohol sebagai ingredient yang sengaja ditambahkan b. Daging yang digunakan berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam c. Semua bentuk minuman yang tidak beralkohol d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan tempat transportasi tidak digunakan untuk babi atau barang tidak halal lainnya, tempat tersebut harus terlebih dahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syariat Islam Pengertian halal dan haram berdasarkan Al Qur an : a. Al-Baqarah 168 : Hai sekalian umat manusia makanlah dari apa yang ada di bumi baik secara halal dan baik, dan janganlah kalian mengikuti langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian b. Al-Baqarah : Hai orang orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar benar kepadanya kalian menyembah. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa dalam keadaan terpaksa, sedangkan ia tidak berkehendak dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. c. Al-Anam 145 : Katakanlah, saya tidak mendapat pada apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi yang memakannya, kecuali bangkai, darah yang tercurah, daging babi karena ia kotor atau binatang yang disembelih dengan atas nama selain Allah. Barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedangkan ia tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.

8 Hal : 8 d. Al-Maidah 3 : Diharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, hewan yang disembelih dengan atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang kalian sempat menyembelihnya. Dan diharamkan pula bagi kalian binatang yang disembelih di sisi berhala. e. Al-Maidah : Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu hendak menimbulkan permusuhan dan perbencian di antara kalian lantaran meminum khamr dan berjudi dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat, maka apakah kalian berhenti dari mengerjakan pekerjaan itu. f. Al-Maidah 96 : Dihalalkan untuk kalian binatang buruan laut dan makanannya. g. Al-A raf 157 : Dia menghalalkan kepada mereka segala yang baik dan mengharamkan kepada mereka segala yang kotor. Fatwa MUI untuk beberapa bahan, seperti : a. Khamr - Segala sesuatu yang memabukkan dikategorikan khamr. - Minuman yang mengandung minimal 1 % ethanol, dikategorikan sebagai khamr. - Minuman yang dikategorikan khamr adalah najis. - Minuman yang diproduksi dari proses fermentasi yang mengandung kurang dari 1 % ethanol, tidak dikategorikan khamr tetapi haram untuk dikonsumsi. b. Ethanol - Ethanol yang diproduksi dari industri bukan khamr hukumnya tidak najis atau suci. - Penggunaan ethanol yang berasal dari industri non khamr di dalam produksi pangan diperbolehkan, selama tidak terdeteksi pada produk akhir. - Penggunaan ethanol yang berasal dari industri khamr tidak diperbolehkan.

9 Hal : 9 c. Hasil Samping Industri Khamr - Fusel oil yang berasal dari hasil samping industri khamr adalah haram dan najis. Komponen bahan yang diperoleh dari industri khamr melalui pemisahan secara fisik adalah haram (contohnya isoamil alkohol), tetapi apabila direaksikan untuk menghasilkan bahan baru, bahan baru tersebut adalah halal. d. Flavor Yang Menyerupai Produk Haram - Flavor yang menggunakan nama dan mempunyai profil sensori produk haram, contohnya flavor rum, flavor babi, dan lain-lain, tidak bisa disertifikasi halal serta tidak boleh dikonsumsi walaupun ingredient yang digunakan adalah halal. e. Produk Mikrobial - Produk mikrobial adalah halal selama ingredien medianya (mulai dari media penyegaran hingga media produksi) tidak haram dan najis f. Penggunaan Alat Bersama - Bagi industri yang memproduksi produk halal dan non halal maka untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang, pemisahan fasilitas produksi harus dilakukan mulai dari tempat penyimpanan bahan, formulasi, proses produksi dan penyimpanan produk jadi. - Suatu peralatan tidak boleh digunakan bergantian antara produk babi dan non-babi meskipun sudah melalui proses pencucian.

10 Hal : 10 Adapun beberapa contoh Bahan Kritis a. Bahan Nabati Bahan nabati pada dasarnya halal, akan tetapi jika diproses menggunakan bahan tambahan dan penolong yang tidak halal, maka bahan tersebut menjadi tidak halal. Oleh karena itu perlu diketahui alur proses produksi beserta bahan tambahan dan penolong yang digunakan dalam memproses suatu bahan nabati. Berikut ini disampaikan beberapa contoh bahan nabati yang mungkin menjadi titik kritis: - Tepung terigu dapat diperkaya dengan berbagai vitamin antara lain B1, B2, asam folat. - Oleoresin (cabe, rempah-rempah dan lain-lain) dapat menggunakan emulsifier (contoh: polysorbate/tween & glyceril monooleat yang mungkin berasal dari hewan), supaya dalam larut air. - Lesitin kedelai mungkin menggunakan enzim fosfolipase dalam proses pembuatannya untuk memperbaiki sifat fungsionalnya. - Hydrolyzed Vegetable Protein (HVP) perlu diperhatikan jika proses hidrolisisnya menggunakan enzim. b. Daging Hewan Daging yang berasal dari hewan halal dapat menjadi tidak halal jika disembelih tanpa mengikuti aturan syariat Islam. Hal-hal yang menjadi titik kritis proses penyembelihan adalah sebagai berikut : - Penyembelih (harus seorang muslim yang taat dan melaksanakan syariat Islam sehari-hari). - Pemingsanan (tidak menyebabkan hewan mati sebelum disembelih). - Peralatan/pisau (harus tajam) - Proses pasca penyembelihan (hewan harus benar-benar mati sebelum proses selanjutnya dan darah harus keluar secara tuntas). Untuk daging impor perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini: - Harus dilengkapi dengan sertifikat halal dari lembaga yang diakui LPPOM MUI. - Harus dilengkapi dengan dokumen pengapalan dan dokumen lainnya (kesehatan, dan sebagainya).

11 Hal : 11 - Harus ada kecocokan antara sertifikat halal dengan dokumen lain, sehingga ada kecocokan antara dokumen dengan fisik (kemasan, label, dan lain-lain) - Harus ada kecocokan nomor lot, plant number, tanggal penyembelihan, dan sebagainya. c. Bahan Turunan Hewani Bahan turunan hewani berstatus halal dan suci jika berasal dari hewan halal yang disembelih sesuai dengan syariat Islam, bukan berasal dari darah dan tidak bercampur dengan bahan haram atau najis. Berikut contoh bahan turunan hewani, seperti : - Lemak dan Protein - Gelatin - Kolagen - Asam lemak dan turunannya (E430-E436) - Garam atau ester asam lemak (E470-E495) - Gliserol/gliserin (E422) - Asam amino (contoh : sistein, fenilalanin, dan sebagainya) - Edible bone phosphate (E521) - Di/trikalsium fosfat - Konsentrat globulin - Fibrinogen - Media pertumbuhan mikroba (contoh : blood agar) - Hormon (contoh : insulin) - Enzim dari pankreas babi/sapi (amilase, lipase,pepsin, tripsin) - Taurin - Plasenta - Produk susu, turunan susu dan hasil sampingnya yang diproses menggunakan enzim (contoh: keju, whey, laktosa, kasein/kaseinat) - Beberapa vitamin (contoh: vitamin A, B6, D, E) - Arang aktif - Bulu hewan

12 Hal : 12 d. Produk hasil samping minuman beralkohol dan turunannya Produk hasil samping industri minuman beralkohol dan turunannya dapat bersetatus haram, jika cara memperolehnya hanya melalui pemisahan secara fisik dan produk masih memiliki sifat khamr. Akan tetapi jika bahan/produk tersebut direaksikan secara kimiawi sehingga menghasilkan senyawa baru, maka senyawa baruyang telah mengalami perubahan kimiawi statusnya menjadi halal. Beberapa contoh produk hasil samping industri minuman beralkohol dan turunannya yang merupakan titik kritis : - Cognac oil (merupakan hasil samping distilasi cognac/brandy). - Fusel Oil (merupakan hasil samping distilled beverages) dan turunannya seperti isoamil alkohol, isobutil alkohol, propil alkohol, gliserol, asetaldehid, 2,3 butanadiol, aseton dan diasetil dan sebagainya). - Brewer yeast (merupakan hasil samping industri bir). - Tartaric Acid (hasil samping industri wine). e. Produk Mikrobial Status produk mikrobial dapat menjadi haram jika termasuk dalam kategori berikut : - Produk mikrobial yang jelas haram, yaitu produk minuman beralkohol (khamr) beserta produk samping dan turunannya. - Produk mikrobial yang menggunakan media dari bahan yang haram pada media agar, propagasi dan produksi. Contoh media yg haram atau diragukan kehalalannya diantaranya : darah, pepton (produk hasil hidrolisis bahan berprotein seperti daging, kasein atau gelatin menggunakan asam atau enzim). - Produk mikrobial yang dalam proses pembuatannya melibatkan enzim dari bahan yang haram. - Produk mikrobial yang dalam proses pembuatannya menggunakan bahan penolong yang haram. Contohnya adalah penggunaan anti busa dalam kultivasi mikroba yang dapat berupa minyak/lemak babi, gliserol atau bahan lainnya.

13 Hal : 13 - Produk mikroba rekombinan yang menggunakan gen yang berasal dari bahan yang haram. Contohnya adalah sebagai berikut : a. Enzim amilase dan protease yang dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisae rekombinan dengan gen dari jaringan hewan. b. Hormon insulin yang dihasilkan oleh E. coli rekombinan dengan gen dari jaringan pankreas babi. c. Hormon pertumbuhan (human growth hormone) yang dihasilkan oleh E. coli rekombinan. f. Bahan-Bahan Lain Selain kelompok bahan-bahan di atas, berikut ini adalah contoh bahan/kelompok bahan lain yang belum sering menjadi titik kritis. - Aspartam (terbuat dari asam amino fenilalanin dan asam aspartat). - Pewarna alami - Flavor - Seasoning - Bahan pelapis vitamin - Bahan pengemulsi dan penstabil - Anti busa, dll

14 Hal : TUJUAN PENERAPAN (HAS 23000) Tujuan penerapan Sistem Jaminan Halal (HAS 23000) pada PT. Merpati Mahardika adalah menjamin kehalalan produk yang dihasilkan secara berkesinambungan dan konsisten sesuai dengan syariat islam yang telah ditetapkan berdasarkan fatwa MUI, sehingga akhirnya dapat menyempurnakan kewajiban bagi kaum muslimin untuk mengkonsumsi produk halal RUANG LINGKUP Adapun jangkauan penerapan Sistem Jaminan Halal (HAS 23000) PT. Merpati Mahardika di area pabrik, antara lain - Pembelian Raw Material dari supplier. - Penerimaan dan penyimpan raw material di gudang raw material. - Proses produksi. - Penyimpanan produk jadi di gudang finished goods. - Transportasi dan distribusi produk jadi ke customer PRINSIP (HAS 23000) Adapun prinsip prinsip yang PT. Merpati Mahardika ditegakkan dalam penerapan SJH, atara lain : 1. Jujur : PT. Merpati Mahardika jujur dalam memberikan penjelasan akan semua bahan yang digunakan dan didalam proses produksi sehari hari berusaha untuk melakukan oprasional produksi secara halal sesuai yang ditulis di manual SJH. 2. Kepercayaan Perusahaan akan berusaha secara maksiman untuk menerapkan dan memelihara Sistem Jaminan Halal diarea pabrik, berdasarkan kepercayaan yang telah diberikan LPPOM MUI. 3. Keterlibatan partisipatif Perusahan melibatkan personal baik jajaran management dan staff untuk memelihara pelaksanaan SJH 4. Absolut Semua bahan yang dipergunakan dalam proses produksi telah dipastikan kehalalannya dan sesuai dengan daftar matrix bahan yang telah dimintakan persetujuan ke LPPOM MUI.

15 Hal : KRETERIA (HAS 23000) 2.1.KEBIJAKAN HALAL PT. Merpati Mahardika mempunyai komitmen untuk memproduksi produk halal secara konsisten dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen, seperti industri food, cosmetic dan farmasi. Dimana selama proses produksinya PT. Merpati Mahardika selalu menjaga kesinambungan prosesnya secara halal sesuai dengan ketentuan dari LPPOM MUI, serta menjaga konsistensi kehalalan produknya. Konsistensi yang dilakukan berupa : 1. Konsistensi dalam proses produksi yang sesuai dengan matrix proses produksi yang disetujui/diketahui LPPOM MUI 2. Konsistensi dalam pengadaan dan penggunaan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong harus sesuai dengan matrik bahan yang telah di setujui / diketahui LPPOM MUI, 3. Konsistensi dalam menjamin kebersihaan dan bebas dari bahan haram serta najis pada saat penerimaan raw material dari supplier, proses produksi dan pendistribusian produk ke customer Sehingga produk akhir natural ekstrak yang dihasilkan PT. Merpati Mahardika, telah bersertifikat halal MUI, dan produknya terjamin kehalalannya baik secara mutu dan keamanan pangannya sesuai dengan Sistem Jaminan Halal (HAS 23000). Selain itu juga managemen PT. Merpati Mahardika berkewajiban untuk mensosialisasikan, mengkomunikasikan, dan menerapkan Kebijakan Halal yang telah dituliskan dalam Manual Sistem Jaminan Halal kepada pemangku kepentingan perusahaan (stake holder), karena hal ini merupakan bukti komitmen perusahaan untuk memproduksi produk halal secara konsisten.

16 Hal : TIM MANAJEMEN HALAL Tim Manajemen Halal PT. Merpati Mahardika ditetapkan oleh managemen setiap dua tahun sekali, sesuai dengan masa berlaku sertifikat halal. Tim Manajemen Halal ini juga bertanggung jawab dan memiliki kewenangan untuk menyusun, mengelola, mengevaluasi Sistem Jaminan Halal di perusahaan. Tim Manajemen Halal haruslah mencangkup semua bagian /departemen yang terlibat dalam aktivitas kritis. Sumber daya manusia yang ditunjuk sebagai Tim Manajemen Halal haruslah memiliki kemampuan dibidangnya, sehingga mampu melakukan penerapan dan perbaikan berkelanjutan Sistem Jaminan Halal Struktur Organisasi Manajemen Halal RND Departement QA System/QC Departement Purchasing LPPOM MUI Departement Warehouse RM Manajemen Puncak (director) Koordinator Halal Internal (KAHI) Departement Plant/Produksi Departement Warehouse FG Departement Distribusi Departement Marketing

17 Hal : Uraian Tugas Tim Manajemen Halal Tugas masing masing departemen yang berada di bawah Struktur Organisasi Tim Manajemen Halal, adalah a. Manajemen puncak - Merumuskan kebijakan perusahaan yang terkait dengan kehalalan produk yang dihasilkan. - Memberikan dukungan penuh bagi pelaksanaan SJH di perusahaan. - Menyediakan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan SJH. b. Koordinator Halal Internal - Mengembangkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan efektifitas system jaminan halal - Mengkomunikasikan kebijakan system jaminnan halal kepada seluruh karyawan - Menyusun SJH di internal perusahaan secara tertulis. - Mengkoordinasikan pelaksanaan SJH di perusahaan. - Merencanakan dan mengkoordinir Audit Halal Internal. - Membuat laporan pelaksanaan Audit Halal Internal di perusahaan. - Melakukan komunikasi dengan pihak LPPOM MUI, - Memintakan ijin pengunaan bahan baku dan bahan penolong, jika ada pengunaan bahan baku/penolong alternative. - Melakukan pelaporan berkala per enam bulan ke LPPOM MUI - Bekerja sama dengan HRD perusahaan, merencanakan dan melaksanakan pelatihan dan sosialisasi SJH untuk karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan SJH - Memberikan label halal pass untuk bahan baku dan bahan penolong yang telah disetujui LPPOM MUI. c. Anggota Tim Sistem Jaminan Halal - Departemen RND - Departemen QA syatem /QC - Departemen Purchasing - Departemen Produksi - Departemen Warehouse Raw Material - Departemen Warehouse Finished Goods - Distribusi - Departemen Marketing

18 Hal : 18 Adapun anggota Tim Manajemen Halal tersebut memiliki tugas sesuai dengan departemen masing masing, seperti : a. Departemen RND - Pengembangan produk baru - Pemilihan bahan baku dan bahan penolong yang sesuai b. Departemen QA System / QC - Melakukan pemeriksaan barang datang untuk disesuaikan dengan dokumen yang ada seperti COA, MSDS, Sertifikat Halal c. Departemen Purchasing - Pemilihan supplier dan evaluasi supplier untuk bahan baku, bahan penolong dan packaging. - Pembelian bahan baku dan bahan pembantu yang sesuai dengan matrix daftar bahan yang disetujui LPPOM MUI d. Departemen Produksi - Persiapan pelaksanaan produksi (penyiapan bahan baku dan peralatan proses) e. Departemen Warehouse Raw Material - Penerimaan bahan baku dan bahan penolong sesuai dengan matrix daftar bahan yang disestujui LPPOM MUI. - Penyimpanan bahan baku dan bahan penolong dengan melakukan pemisahan dalam penyimpanan antara yang telah bersertifikat dan yang belum bersertifikat. - Melakukan check kendaraan yang digunakan supplier ketika melakukan pengiriman barang. f. Departemen Warehouse Finished Goods - Penyimpanan produk jadi, memisahkan produk jadi yang telah bersertifikat halal dan yang belum memiliki sertifikat halal berdasarkan pengklasifikasian produk. g. Departemen Distribusi - Melakukan pengiriman produk jadi ke customer dengan memperhatikan kebersihan alat pengiriman sehingga tidak terkontaminasi dengan barang haram/najis. - Melakukan check kendaraan sebelum melakukan pengiriman. - Memilih ekspedisi yang bisa menjamin pengiriman produk, sehingga tidak terjadi kontaminasi dengan bahan haram/najis.

19 Hal : 19 h. Departemen Marketing - Melakukan pengklasifikasian customer mana yang membutuhkan sertifikast halal mana yang tidak - Melakukan penjualan produk jadi ke customer yang membutuhkan sertifikat halal dan sisanya untuk produk yang belum bersertifikat halal dijual ke customer yang tidak membutuhkan sertifikat halal - Melakukan penjualan produk jadi ke customer cosmetic yang penggunaanya tidak secara langsung, dikarenakan ada beberapa produk yang masih mengandung alkohol lebih dari 1%, meskipun alkoholnya berasal dari proses fermentasi. - Melakukan survai kepuasan pelanggan. - Menangani keluhan pelanggan Selain itu tugas anggota Tim Sistem Jaminan Halal - Mengembangkan dan mengimplemantasikan system jaminan halal - Mengusulkan perubahan terhadap system jaminan halal - Memastikan dilakukan validasi dan verifikasi terhadap system jaminan halal untuk menjamin efektiftas system jaminan halal tersebut Uraian Wewenang Tim Sistem Jaminan Halal a. Wewenang Manajemen puncak - Menetapkan kebijakan perusahaan yang terkait dengan kehalalan produk yang dihasilkan. - Meberikan kewenangan kepada koordinator auditor halal internal untuk meakukan tindakan tertentu yang dianggap perlu yang berkaitan dengan pelaksanaan SJH termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi atau penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan LPPOM MUI. b. Wewenang Koordinator Audit Halal Internal - Menunjuk Tim Sistem Jaminan Halal serta auditor internal Tim Sistem Jaminan Halal di PT Merpati Mahardika. - Pengambilan keputusan strategis unutk menjamin efektifitas penerapan sistem jaminan halal. - Pengesahan dokumen sistem jaminan halal c. Wewenang Anggota Tim Sistem Jaminan Halal - Melaporkan ke atasan terkait apabila menjumpai ketidak sesuaian yang berdampak terhadap system jaminan halal

20 Hal : Kreteria Persyaratan Tim Sistem Jaminan Halal a. Kriteria Persyaratan untuk menjadi Koordinator Auditor Halal Internal - Karyawan tetap PT. Merpati Mahardika. - Berpendidikan S1 - Seorang Muslim yang mengerti dan menjalankan syariat Islam. - Diangkat melalui surat keputusan Pimpinan Perusahaan - Dapat beradaptasi dalam lingkup Manajemen Halal. - Telah mengikuti traning HAS secara berkala. b. Kriteria Persyaratan untuk menjadi Anggota Tim Sistem Jaminan Halal - Karyawan tetap PT. Merpati Mahardika. - Berada dalam lingkup Manajemen Halal. - Berada dari bagian yang terlibat dalam proses produksi secara umum seperti bagian QA/QC, R & D, Purchasing, Produksi dan Pergudangan. - Memahami titik kritis keharaman produk, ditinjau dari bahan maupun proses produksi secara keseluruhan. - Diangkat melalui surat keputusan pimpinan perusahaan dan diberi kewenangan penuh untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan SJH termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi atau penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan LPPOM MUI

21 Hal : PELATIHAN KARYAWAN, EVALUASI dan SOSIALISASI PT. Merpati Mahardika telah memiliki prosedur tertulis mengenai pelaksanaan pelatihan untuk semua personil yang terlibat dan aktivitas kritis, termasuk karyawan baru. Pelatihan internal terhadap para karyawan dilaksanakan minimal setahun sekali dan perlu refresh training terhadap karyawan lama. Pelatihan eksternal untuk Koordinator Halal Internal jika sebelumnya telah mengikuti traning pelatihan LPPOM MUI, minimal akan mengikuti pelatihan kembali ketika ada perubahan pada Sistem Jaminan Halal dari LPPOM MUI Prosedur pelaksanaan pelatihan PT. Merpati Mahardika adalah sebagai berikut : a. Departemen HRD menetapkan/membuat Standarisasi kompetensi karyawan (MMF-HRD ) dan Rencana Pelatihan Tahunan (MMF- HRD ) yang dibutuhkan untuk setiap Jabatan berdasarkan pertimbangan pengembangan sumber daya manusia dan disesuaikan dengan Policy Management Perusahaan. b. Departemen HRD mendistribusi Formulir Standarisasi Kompetensi Karyawan (MMF-HRD ) dan Rencana Pelatihan Tahunan (MMF-HRD ) kesetiap kepala departemen. c. Masing masing kepala departemen yang telah menerima poin 2, selanjutnya melakukan tindakan : - Untuk karyawan lama masing masing departemen membuat Identifikasi Permintaan Pelatihan (MMF-HRD ) - Kepala departemen melaksakan Pelatihan Traning Karyawan baru sesuai dengan job description dan keahlian dan buktinya diserahkan ke HRD departemen (MMF-HRD ) d. Departemen HRD menerima form Identifikasi Permintaan Pelatihan (MMF-HRD ) dan Pelatihan Traning Karyawan Baru (MMF-HRD ) yang sudah diisi masing masing departemen, dan setelahnya membuatkan jadwal traning, dan selanjutnya HRD memfasilitasi pelaksanaan proses traning karyawan. e. Karyawan yang mengikuti pelaksanaan traning harus mengisi formulir Daftar Hadir Pelatihan (MMF-HRD ) dan wajib membuat resume pelatihan dengan mengisi form Laporan Pelatihan (MMF-HRD-006) f. Setelah traning usai, Departemen HRD membagikan Formulir Evaluasi Pelatihan kepada Kepala Departemen terkait (MMF-HRD ) untuk mengevaluasi karyawan yang telah diberikan traning. Evaluasi traning dilaksanakan minimal 3(tiga) bulan sampai maksimal 6(enam) bulan setelah pelatihan.

22 Hal : 22 g. Setelahnya departemen HRD melakukan analisa hasil dari evaluasi pelatihan karyawan, bila hasil analisa dari evaluasi karyawan tersebut tidak OK maka pelatihan dilakukan refresh pelatihan kembali dan apabila hasil analisanya OK maka pelatihan tersebut dianggap selesai dan dilakukan kembali tahun depan. h. Bukti dari pelaksanaan pelatihan harus didokumentasikan dan dipelihara dengan baik. Selain melakukan pelatihan, perlu juga melaksanakan sosialisasi mengenai Sistem Jaminan Halal di area kerja. Sosialisasi yang dilakukan PT. Merpati Mahardika dengan memasang stiker di beberapa lokasi. Sosialisasi yang menghimbau karyawan untuk selalu : - Konsisten memproduksi produk secara halal (area proses, laboratorium, cafeteria, office). - Konsisten menggunakan bahan baku dan bahan penolong (area warehouse raw material). - Konsisten menjaga pengiriman agar produk yang di kirim ke customer tidak terkontaminasi produk haram/najis (area warehouse finished goods).

23 Hal : Bahan Baku dan Bahan Penolong Bahan baku dan bahan penolong yang nantinya dipergunakan selama proses produksi, harus sesuai dengan matrix daftar bahan yang telah mendapat persetujuan dari LPPOM MUI. Adapun bahan yang dipergunakan, antara lain : - Bahan tidak berasal dan tidak mengandung bahan dari babi atau turunannya. - Bahan tidak termasuk dan mengandung minuman beralkohol (khamar) atau turunan khamar. - Bahan bukan merupakan dan mengandung darah, bangkai, danbagian tubuh manusia - Bahan tidak boleh dihasilkan dari fasilitas produksi yang juga digunakan untuk membuat produk yang menggunakan babi dan turunannya - Bahan tidak bercampur dengan bahan haram atau najis, yang berasal dari bahan tambahan, bahan penolong dan fasilitas produksi - Bahan hewani harus berasal dari hewan halal (hewan sembelihan), maka harus dilakukan penyembelihan sesuai dengan syariat agama islam. - Bahan penolong yang berupa alkohol untuk proses produksi berasal dari fermentasi. Sehingga penggunaan alkohol untuk proses produksi dapat diijinkan jika ketika alkohol tersebut direaksikan, akan menghasilkan senyawa kimia baru, dan diharapkan kadar alkohol di produk intermediet/produk antara (produk yang tidak dikonsumsi langsung) tidak melebihi 1%. - Bahan baku dan bahan penolong oleh perusahaan dipersyaratkan harus dilengkapi dokumen pendukung untuk semua bahan yang digunakan, seperti Sertifikat Halal yang masih berlaku, COA dan MSDS supplier. - Bahan yang dipergunakan memiliki expired datenya masih berlaku. - Bahan yang memiliki potensi untuk diproses difasilitas yang sama dengan bahan dari babi dan turunannya, harus disertai dengan pernyataan pork free facility dari produsennya.

24 Hal : Produk Pada produk raw material dan produk jadi harus diberikan label produk. Dalam pemberian nama produk tidak menggunakan nama yang mengarah pada suatu yang diharamkan dan tidak sesuai dengan syariat islam. Serta diharapkan karakteristik produk raw material dan produk akhir tidak memiliki kecenderungan bau, rasa yang mengarah kepada produk haram. Produk yang dikemas harus memiliki label produk, sebagai informasi yang dapat diberikan dan mempermudah dalam pengidentifikasiannya. Label produk terdiri dari : a. Label Produk Bahan Baku dan Bahan Pendukung Label produk bahan baku dan bahan pendukung dibuat oleh karyawan warehouse, dimana informasi yang diberikan berupa : - Nama produk - Nama Supplier / produsen - No Batch. - Tanggal Expired b. Label Produk Jadi Label produk jadi dibuat oleh karyawan produksi setelah mendapatkan realeased dari QC, dimana informasi yang diberikan berupa : - Nama Produk - Kode Produk - No batch - Berat Netto - Berat Bruto - Manufacture date - Expired date - Logo halal c. Label Halal Pass. Halal pass dibuat oleh KAHI (Koordinator Halal Internal) jika bahan baku dan bahan pendukung yang diterima oleh warehouse raw material sesuai dengan matrik bahan yang disetujui LPPOM MUI. Jika tidak terdapat di daftar matrix bahan tersebut, KAHI memintakan ijin pengunaan bahan baku ke LPPOM MUI dan menginformasikan ke QC untuk memberikan label hold hingga mendapatkan ijin dari LPPOM MUI.

25 Hal : Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis PT. Merpati Mahardika memiliki prosedur tertulis mengenai pelaksanaan aktivitas kritis. Selain itu prosedur tersebut harus disosialisasikan ke semua pihak yang terlibat dalam Tim Sistem Manajemen Halal, dan buktinya akan didokumentasikan. Hasil evaluasi keefektivitasannya harus disampaikan setahun sekali ke pihak yang bertanggung jawab terhadap setiap aktivitas kritis (Koordinator Halal Internal) dan diketahui oleh managemen. Jika ada tindakan koreksi batas waktu perbaikkannya ditentukan dan harus segera diperbaiki. Pengontrolan aktivitas kritis dalam prosedur tersebut mencangkup : a. Seleksi bahan baru Semua bahan baku dan bahan penolong yang digunakan harus sesuai dengan daftar matrix bahan yang telah disetujui oleh LPPOM MUI, jika ada perubahan pengunaan bahan altenative harus dilakukan perijinan ke LPPOM MUI. b. Seleksi pembelian bahan Pembelian bahan baku dan bahan penolong oleh purchasing berasal dari supplier yang sebelumnya telah dilakukan seleksi supplier dan telah diketahui oleh LPPOM MUI, jika ada perubahan alternative supplier harus dilakukan perijinan ke LPPOM MUI. c. Formulasi produk/ pengembangan produk baru Semua formula baku / pengembangan produk baru yang dipergunakan di lini produksi harus sesuai dengan formula baku yang tertulis dalam matrix (formula baku) yang telah dilaporkan ke LPPOM MUI, jika ada perubahan harus dilakukan perijinan ke LPPOM MUI. d. Pemeriksaan kedatangan barang Pemeriksaan barang kedatangan harus dapat menjamin kesesuaian informasi yang tercantum dalam dokumen pendukung bahan dengan yang tercantum dalam label bahan. Informasi yang dimaksud mencangkup nama bahan, nama produsen, negara asal, no batch, tanggal produksi, expired date, logo halal

26 Hal : 26 e. Produksi Dalam lini produksi harus dapat menjamin seluruh bahan yang digunakan dalam proses produksi telah disetujui LPPOM MUI, serta formula yang dipergunakan sesuai dengan formula baku. f. Pencucian fasilitas produksi dan peralatan pembantu Setelah proses produksi dilakukan pencucian. Proses pencucian ini harus dapat menjamin kebersihan mesin proses dan peralatan pembantu dari berbagai pengotor, termasuk bahan haram/najis, serta menjamin tidak terjadinya kontaminasi bahan/produk. Bahan yang dipergunakan untuk pencucian juga tidak berasal dari bahan haram/najis. g. Penyimpanan dan penanganan bahan dan produk Selama penyimpanan dan penanganan bahan dan produk harus dipastikan untuk tidak terjadinya kontaminasi bahan/produk oleh bahan haram/najis, sehingga dalam penyimpanannya harus disimpan secara terpisah. h. Transportasi Pengecekan kebersihan kendaraan distribusi dan kendaraan jasa ekspedisi pengiriman barang ke customer harus dilakukan sebelumnya, untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi dari bahan haram/najis. Selain itu untuk pengiriman keluar kota, perusahaan menggunakan ekspedisi pengiriman barang menggunakan jasa pengiriman. Sehingga ekspedisi harus dapat menjamin kebersihan kendaaran dari jasa pengiriman tersebut, sehingga dapat menjamin tidak akan terjadi kontaminasi silang dengan bahan haram/najis.

27 Hal : Kemampuan Telusur PT. Merpati Mahardika memiliki prosedur tertulis yang dapat menjamin kemampuan telusur produk yang telah tersertifikasi. Dimana didalam menjamin kemampuan telusur produk tersebut dapat diketahui bahwa konsistensi untuk pemakaian bahan yang telah disetujui oleh LPPOM MUI, dan dalam proses pembuatannya dibuat dengan fasilitas produksi yang memenuhi kreteria didalam sebuah Sistem Jaminan Halal yang diterapkan. Selain itu untuk mempermudah identifikasi produk dalam mampu telusur maka perlu mencantumkan nomer batch dan jika ada juga mencantumkan kode produk. Pengkodean bahan pada PT. Merpati Mahardika adalah pengkodean bahan untuk produk jadi, dimana pengkodean barang tersebut ada yang secara internal (oleh QC) dan ada yang dari customer. Berdasarkan hal ini PT. Merpati Mahardika dapat menjamin bahwa kejelasan ketelusuran infomasi bahan disetiap kegiatan kritis dan menjamin bahan dengan kode tertentu tersebut memiliki status halal yang sama. Ada beberapa bahan baku yang dipergunakan PT. Merpati Mahardika dalam bentuk dikemas ulang. Sehingga memerlukan pelabelan ulang yang nantinya dapat memberikan kesesuai informasi ( nama produk, nama produsen, negara produsen, logo halal jika diperlukan ), yang nantinya akan dicantumkan dalam label baru. Tahapan guna mempermudah proses mampu telusur terhadap produk halal, sebagai berikut : a. Warehouse Raw Material melakukan penerimaan bahan dengan mengisi lengkap form Receiving and Inspection Report (MMF-LOG-015) b. Warehouse Raw Material memberikan label bahan pada bahan baku, bahan penolong dan packaging. Label bahan memberikan informasi berupa nama produk, nama produsen, no batch (dari tanggal kedatangan jika di produk tersebut tidak memiliki nomer batch), quantity, tanggal expired. Dimana sebelumnya telah dilakukan pengecekkan oleh QC dan diberikan label released. c. Warehouse mempersiapkan bahan yang akan di pergunakan untuk kebutuhan produksi, berdasarkan MRIS (MMF-LOG ) produksi. d. Produksi melakukan proses pengolahan berdasarkan, laporan kondisi proses produksi dicatat di dalam form Production Monitoring Form (MMF-MFG ).

28 Hal : 28 e. Produksi memberikan label produk setelah produk jadi tersebut dilakukan test mikro dan dinyatakan released oleh QC, berdasarkan COA yang telah dikeluarkan QC. Data kemudian dicatat didalam Production Report (MMF-MFG ). f. Produksi melakukan transfer produk jadi ke Warehouse Finished Goods dengan melampirkan form Product Transfer Note (MMF-MFG ) yang mencantumkan nama produk, kode produk dan quantity produk. g. Warehouse Finished Goods menyiapkan dokumen untuk pengiriman barang (produk jadi) ke customer dan melengkapi form laporan pengiriman (MMF-LOG ) dengan mencantumkan tanggal pengiriman, nama customer, nama produk, kode produk, nomer batch produk, quantity, pengirim dan nomer kendaraan.

29 Hal : Fasilitas Produksi Alat proses (mesin) dan peralatan pembantu yang dipergunakan di lini produksi, harus dipilih dari bahan yang aman dan mudah dalam pembersihannya. Alat proses dan peralantan pembantu tidak dipergunakan secara bergantian untuk menghasilkan produk halal dan produk yang mengandung babi atau turunannya. Tetapi dikarenakan PT. Merpati Mahardika masih menggunakan mesin proses dan peralatan pembantu yang dipergunakan di lini produksi, secara bergantian untuk menghasilkan produk yang disertifikasi dan produk yang tidak disertifikasi (dikarenakan bahannya tidak berasal dari babi dan turunannya). Maka setelah melakukan proses produksi perlu dibersihkan / dicuci dengan air atau bahan lain yang memiliki kemampuan menghilangkan rasa, bau dan warna, sehingga menjamin tidak terjadinya kontaminasi silang. Pengawasan mengenai hyigine alat baik mesin proses dan peralatan pembantu yang dipergunakan di lini produksi harus memenuhi syarat kehalalan yakni bebas dari bahan haram/najis. Pembersihan alat proses (mesin) dan peralatan pembantunya dibersihkan setelah proses produksi selesai dilakukan, untuk peralatan pembantu disimpan didalam lemari tertutup supaya tidak terkontaminasi dengan bahan haram/najis Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Keteria PT. Merpati Mahardika telah memiliki prosedur yang mengatur tatacara penanganan produk yang telah terlanjur dibuat dari bahan dan fasilitas produksi yang tidak memenuhi kreteria. Maka penangangannya sebagai berikut : a. Ketika produk jadi sudah terlanjur dibuat, tetapi didalam prosesnya ternyata tidak memenuhi kreteria. Maka produk jadi tersebut tidak dijual kepada konsumen yang mempersyaratkan halal. b. Ketika produk jadi sudah terlanjur dibuat, tetapi didalam prosesnya ternyata tidak memenuhi kreteria dan telah terlanjur terkirim ke customer. Maka produk jadi tersebut harus ditarik dari customer dan dibikinkan berita acara penarikkan produk. Semua dokumen yang berkaitan dengan penanganan produk yang tidak memenuhi kreteria telah didokumentasikan dengan baik

30 Hal : Audit Internal Dalam pelaksanaan audit internal PT. Merpati Mahardika telah dituangkan dalam prosedur. Pelaksanaan audit internal halal dilakukan di masing masing departemen yang tergabung didalam tim kajian halal, seperti departemen purchasing, warehouse, produksi, QC/QA, RND, distribusi Tujuan Audit Internal - Menentukan kesesuaian SJH perusahaan dengan perencanaannya. - Menentukan kesesuaian pelaksanaan SJH perusahaan dengan pelaksanaannya. - Mendeteksi penyimpangan yang terjadi serta menentukan tindakan perbaikan dan pencegahan. - Memastikan bahwa permasalahan yang ditemukan pada audit sebelumnya telah diperbaiki sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan. - Menyediakan informasi tentang pelaksanaan SJH kepada manajemen dan LPPOM MUI Ruang Lingkup Audit Internal Yang menjadi ruang lingkup Audit Internal, yakni pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dokumen-dokumen pendukung kehalalan produk yang menyangkut bahan, proses maupun produk disetiap departemen yang terkait, seperti : daftar bahan, spesifikasi, sertifikat halal, Intruksi Kerja Proses Produksi (formula dan komposisi), dokumen pembelian bahan, seleksi dan evaluasi supplier dilakukan oleh purchasing, dokumen warehouse raw material dan finished goods, dan sebagainya. Hal-hal yang diperhatikan adalah : - Kelengkapan dokumen Sistem Jaminan Halal milik Koordinator Halal Internal. - Pendistribusian ke masing masing departemen terkait untuk matrix bahan dan daftar nama produk yang telah mendapat persetujuan LPPOM MUI - Kelengkapan dokumen yang memberikan informasi spesifikasi produk untuk bahan baku, bahan penolong, packaging produk jadi, dan spesifikasi produk jadi. - Kelengkapan, keabsahan dan masa berlaku sertifikat halal bahan baku dan bahan penolong yang dipergunakan selama proses produksi. - Kecocokan formula dengan daftar matrix bahan yang disetujui LPPOM MUI.

31 Hal : 31 - Kecocokan dokumen pembelian bahan dengan daftar matrix bahan yang telah disetujui LPPOM MUI. - Dilakukannya seleksi supplier dan evaluasi supplier sebelum melakukan proses pembelian bahan baku, bahan penolong dan packaging produk jadi. - Kelengkapan dan kecocokan dokumen produksi dengan daftar matrix bahan dan formula. - Kelengkapan dan kecocokan dokumen di warehouse raw material dengan daftar matrix bahan dan dokumen di warehouase finished goos dengan daftar produk yang telah memiliki sertifikat halal. - Uji mampu telusur (traceability) setiap bahan Pelaksanaan Audit Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai persiapan sebelum melakukan Audit Internal Halal, seperti : a. Rencana Audit Internal Halal. - Koordinator Internal Halal harus merencanakan kapan akan diadakan Audit Internal halal minimal dua kali dalam setahun (per enam bulan sekali). - Koordinator Internal Halal menyiapkan jadwal pelaksanaan Internal Audit, dan menunjuk siapa saja yang berhak sebagai Auditor dan Auditee (karena tidak boleh mengaudit Departemen sendiri). - Tanggal dan waktu audit akan disiapkan oleh Koordinator AHI dan dibagikan kepada Auditee satu minggu sebelum Internal Audit dengan menggunakan internal memo. b. Pelaksana Audit Audit Halal Internal dilakukan oleh Tim Auditor Halal Internal, yang telah ditetapkan secara resmi oleh pihak manajemen perusahaan Pihak auditee adalah pihak yang di audit, dan pihak auditor adalah pihak yang mengaudit. Pihak auditee dan auditor berasal dari departemen terkait dalam Sistem Jaminan Halal. Departemen terkait tidak diperbolehkan untuk mengaudit sendiri departemennya.

32 Hal : 32 c. Tata cara Pelaksanaan Audit Internal Halal. - Koordinator AHI menyiapkan daftar pertanyaan Audit Halal Internal sebagai alat bantu, untuk pelaksanaan Audit. - Auditor melaksanakan audit berdasarkan kriteria audit (Quality Manual, Standar Prosedur, Instruksi Kerja dan dokumen lain yang terkait). - Metode Audit dilakukan dengan kunjungan langsung ke lapangan, melakukan tanya jawab untuk mencari bukti penerapan Sistem Jaminan Halal secara obyektif. - Apabila Auditor menemukan ketidaksesuaian berdasarkan bukti yang obyektif maka akan menerbitkan Form Laporan Ketidaksesuaian - Auditor akan memberikan masukan perbaikan pada Auditee jika hasil pengamatan yang sifatnya bukan ketidaksesuaian (observasi) namun perlu perbaikan agar tidak menjadi ketidaksesuaian di masa yang akan datang dengan menggunakan Form Laporan Ketidaksesuaian dan hasil Observation Report tersebut akan diverifikasi pada saat pelaksanaan Internal Audit selanjutnya. - Form Laporan Ketidaksesuaian yang telah disetujui oleh Auditee sesuai dengan waktu tindakan yang disepakati akan diverifikasi oleh Auditor. d. Tindakan Perbaikkan / Pencegahan. - Auditee akan meninjau ketidaksesuaian yang terjadi, menganalisa penyebab ketidak sesuaian dan menetapkan langkah perbaikan dan pencegahan dengan batas waktu tertentu serta memastikan keefektifan langkah perbaikan dan pencegahan tersebut - Jika Auditee tidak sepaham dengan hasil audit, maka hal ini diteruskan kepada Koordinator AHI untuk mendapat keputusan/penyelesaian.

33 Hal : 33 e. Follow Up. - Auditor harus mengecek / verifikasi Form Laporan Ketidaksesuaian apakah perbaikan sudah dilaksanakan sesuai tanggal yang disepakati. - Auditor akan meng-close out Form Laporan Ketidaksesuaian jika hasil verifikasi efektif. - Apabila hasil verifikasi belum efektif maka diperbolehkan perpanjangan 1 (satu) kali dengan merubah date for completion dengan persetujuan Auditor. f. Pengkajian Hasil Audit Internal Hasil audit internal akan dikaji bersama di rapat tinjauan manajemen, dan setelahnya dibuatkan minutes of meeting (resume hasil rapat tinjuan manajemen). Temuan masing masing departemen untuk segera ditindak lanjuti, dan sebagai bentuk tindakan koreksi dengan batas waktu perbaikkan yang ditentukan. Dari tindakan perbaikkan yang dilakukan diharapkan untuk ditahun yang akan datang temuan ini tidak terulang kembali. Semua bukti pelaksanaan audit internal telah didokumentasikan dengan baik oleh Koordinator Halal. g. Laporan Ringkas. Selesai audit maka Koordinator AHI harus membuat laporan melalui Format laporan berkala dan melaporkan hasil audit internal ke Direktur dalam Pertemuan Tindakan Manajemen.

34 Hal : Kaji Ulang Management Keefektifitas pelaksanaan Sistem Jaminan Halal (HAS 23000) pada PT.Merpati Mahardika, telah dikaji oleh manajemen tertinggi minimal setahun sekali. Hasil evaluasi dari kajian tersebut disampaikan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas. Diharapkan pihak yang diberikan tanggung tersebut segera melakukan tindakan koreksi berdasarkan batas waktu yang telah ditentukan, dan bukti dari kajian ulang manajemen tersebut harus didokumentasikan. Hasil kaji ulang Sistem Jaminan Halal dilaporkan secara tertulis dalam bentuk format notulen pertemuan tindakan manajemen, Kaji ulang dilakukan karena beberapa hal, antara lain : a. Perubahan sistem manajemen perusahaan mempengaruhi peran SJH secara menyeluruh atau sebagian, misalnya peran auditor halal internal. b. Ketidaksesuaian sering ditemukan dalam pelaksanaannya. Adapun prosedur pertemuan kaji ulang SJH adalah sebagai berikut : a. Koordinator AHI membuat perencanaan pelaksanaan agenda pertemuan kaji ulang SJH dalam Form MM Meeting List (MMF-MR ) dan meminta persetujuan Direktur. b. Untuk melakukan pertemuan kaji ulang manajemen, Kepala-kepala Departemen menyiapkan laporan sesuai Agenda kaji ulang SJH, data analisa dan dari data tersebut dapat dilihat kesesuaian dan keefektifan Sistem Jaminan Halal c. Jika diperlukan rapat maka Koordinator AHI membuat undangan sesuai dengan Form Undangan Rapat dan Daftar Hadir kaji ulang SJH dan peserta yang diundang minimal tingkat Section Head. d. Setiap Tinjauan Manajemen harus sesuai dengan Agenda Rapat kaji ulang SJH dan harus mengarah kepada pengkajian dan evaluasi Sistem Jaminan Halal secara menyeluruh untuk memastikan apakah sistem tersebut masih sesuai dan relevan dengan kebutuhan perusahaan. Rapat akan dipimpin oleh Direktur atau yang ditunjuk mewakilinya dan harus memastikan bahwa Koordinator AHI dan semua personil yang terkait hadir dalam rapat ini yang dibuktikan dengan daftar hadir di Form Undangan Rapat dan Daftar Hadir (MMF-MR ).

35 Hal : 35 e. Notulen pertemuan tindakan manajemen dipersiapkan oleh Koordinator AHI dan disetujui oleh Direktur dalam waktu satu minggu dan diedarkan kepada seluruh peserta rapat. Notulen ditulis pada Form Notulen pertemuan tindakan manajemen. Apabila Tinjauan Manajemen tidak dilakukan melalui rapat maka rekomendasi perbaikan yang diberikan oleh Manajemen Puncak disampaikan dalam laporan yang dibuat oleh masing masing Departemen Terkait / Koordinator AHI. f. Tindak lanjut hasil Tinjauan Manajemen dilakukan oleh semua Kepala Departemen Terkait dan dimonitoring serta dievaluasi oleh Koordinator AHI dan hasilnya dilaporkan dalam Rapat kaji ulang SJH berikutnya

36 Hal : Standar Oprasional Prosedure 3.1. SOP Pemilihan Supplier Alternative a. Melakukan seleksi supplier dan evaluasi supplier untuk pembelian raw material (bahan baku dan bahan penolong) serta packaging produk jadi. b. Jika bahan baku atau bahan penolong (berasal dari pemasok local) yang teridentifikasi memiliki kategori kritis, maka diperiksa apakah pemasok baru telah memiliki sertifikat halal dari LPPOM MUI, MUI daerah. c. Jika bahan baku atau bahan penolong (berasal dari pemasok impor) yang teridentifikasi memiliki kategori kritis, maka diperiksa apakah telah memiliki sertifikat halal yang dikeluarkan oleh lembaga luar negeri yang diakui oleh LPPOM MUI. d. Apabila sebagai supplier existing (pemasok local ataupun pemasok impor) tidak lagi memiliki sertifikat halal disarankan untuk mencari supplier baru yang telah memiliki sertifikat halal (sebagai supplier alternative). e. Bila supplier existing dan supplier baru (sebagai supplier alternative) tidak memiliki sertifikat halal, maka perlu dilakukan pemeriksaan spesifikasi teknis yang menjelaskan asal usul bahan dan diagram alir proses pembuatan bahan tersebut serta dikonsultasikan kepada LPPOM MUI melalui Koordinator Halal Internal. f. Bila masa berlaku sertifikat halal dari supplier habis dan masih dalam proses perpanjangan, purchasing harus memintakan bukti surat keterangan dalam proses yang dikeluarkan LPPOM MUI untuk supplier tersebut. g. Harus ada jaminan bahwa bahan yang akan dibeli sesuai dengan data yang tertera pada sertifikat halal atau dokumen halal (nama dan kode bahan, nama perusahaan, nama dan lokasi pabrik). h. Supplier diperiksa apakah merupakan produsen langsung atau penyalur. Bila pemasok adalah penyalur, maka meskipun dia hanya penyalur harus memiliki sertifikat halal atau diagram alir proses dari produsen yang memproduksi produk tersebut. Serta dilampirkannya adanya surat keterangan dari supplier terebut bahwa mereka hanyalah penyalur bukan produsen. i. Rencana penggantian/penambahan supplier yang tidak terdaftar dalam matrix bahan yang telah disetujui LPPOM MUI, harus dilaporkan kepada LPPOM melalui Koordinator Halal Internal. j. Bahan dari pemasok baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan oleh LPPOM MUI. k. Data supplier terupdate baik yang aktif maupun tidak harus didokumentasikan dengan baik.

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA 1 Kebijakan Halal Apakah pimpinan perusahaan memilik kebijakan tertulis yang menunjukkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk memproduksi produk halal secara konsisten? Apakah kebijakan halal disosialisasikan

Lebih terperinci

MANUAL Sistem Jaminan Halal

MANUAL Sistem Jaminan Halal MANUAL Sistem Jaminan Halal Perusahaan : (Diisi Nama Perusahaan) Disusun Oleh : Manual SJH 0 HALAMAN PENGESAHAN Manual Sistem Jaminan Halal Perusahaan [.] ini merupakan dokumen perusahaan terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan MANUAL SJH STANDAR Manual SJH Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan dalam menerapkan SJH Prinsip Manual Sistem Menuliskan

Lebih terperinci

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ]

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] Disiapkan oleh, Disahkan oleh, (Ketua Tim Manajemen Halal) (Perwakilan Manajemen) Daftar Isi... 1 Halaman Pengesahan... 2 1. Pendahuluan...3 1.1 Informasi Umum

Lebih terperinci

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H) SISTEM JAMINAN HALAL (S J H) 2014 MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] Disiapkan oleh, Disahkan oleh, (Ketua Tim Manajemen Halal) (Perwakilan Manajemen) DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Halaman Pengesahan...

Lebih terperinci

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL MM.03 MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL. Tanggal Pengesahan : 25 Maret Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL MM.03 MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL. Tanggal Pengesahan : 25 Maret Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh MM.03 MANUAL Tanggal Pengesahan : 25 Maret 2009 Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh Ahmad Sibyan Mandala Yosa Widijanto Hartono 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 1 / 50 I. PENGENDALIAN DOKUMEN MANUAL

Lebih terperinci

MANUAL SJH PT EVIGO INDONESIA MAN-SJH-01

MANUAL SJH PT EVIGO INDONESIA MAN-SJH-01 MANUAL SJH PT EVIGO INDONESIA MAN-SJH-01 JAKARTA 2014 Halaman 1 dari 26 HALAMAN PENGESAHAN Manual Sistem Jaminan Halal (SJH) PT EVIGO INDONESIA ini merupakan dokumen perencanaan penerapan Sistem Jaminan

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH AUDIT INTERL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH 1. Ringkasan Hasil Audit Internal : 1a. Waktu Audit Internal : 1b. Auditor : 1c. Auditee : 1d. Temuan : 1e. Tindakan Koreksi : Form Laporan Berkala 2. Ringkasan

Lebih terperinci

PANDUAN UMUM SISTEM JAMINAN HALAL LPPOM MUI

PANDUAN UMUM SISTEM JAMINAN HALAL LPPOM MUI PANDUAN UMUM SISTEM JAMINAN HALAL LPPOM MUI LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA 2008 Kata Pengantar Sistem Jaminan Halal mulai diberlakukan oleh Lembaga Pengkajian

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah IV. SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah lembaga yang berfungsi membantu Majelis Ulama Indonesia

Lebih terperinci

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN DOKUMEN KEHALALAN BAHAN Tujuan Memahami pentingnya analisa dokumen. Memahami jenis-jenis dokumen kehalalan bahan dan penggunaannya dalam sertifikasi halal Memahami dokumen standar untuk bahan hewani, tumbuhan,

Lebih terperinci

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal Apa itu Perbuatan Hukum asal perbuatan adalah terikat dengan hukum syara. (Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, Haram) Hukum Halal/Haram Menjadi dasar dalam proses Sertifikasi

Lebih terperinci

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Persyaratan Sertifikasi Halal Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Tujuan : Peserta memahami prinsip-prinsip dari Kebijakan dan Prosedur dalam Sertifikasi Halal. Peserta dapat menerapkan Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita tentu ingin selalu tampil cantik di mana pun dan kapan pun. Banyak yang dilakukan untuk mendapatkan tampilan yang diinginkan agar terlihat menawan. Hal yang paling

Lebih terperinci

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR Konsep dasar halal dan haram dalam islam Halal dan Haram adalah Hak absolut Allah dan RasulNya Kejelasan halal dan haram Dalam islam sesuatu itu terbagi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2014 PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN HALAL Pangan di dalam UU RI No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara wawancara dengan manajemen PT GIA yang terdiri dari direktur dan manajer umum, dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak mendapat perlindungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT GIA sebagai perusahaan perisa yang berlokasi di Cianjur. Waktu penelitian dimulai sejak Juli 2010 sampai Maret 2011.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 WAHYUNI AMELIA WULANDARI 2, WIWIT ESTUTI 3 dan GUNAWAN 2 2 BPTP Bengkulu, Jl. Irian Km 6,5 Kota Bengkulu 38119 3

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Serial artikel sosialisasi halalan toyyiban PusatHalal.com Materi 5 KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Oleh DR. Anton Apriyantono Mengkonsumsi pangan yang halal dan thoyyib (baik, sehat, bergizi dan aman) adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produk Pangan 1. Pengertian Pangan Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan yang selanjutnya disingkat UUP, Pangan adalah segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. Menurut An- Nabhani sekumpulan aturan yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK BAB V ANALISA DATA 5.1 Perbaikan Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sesudah Proses Akreditasi ISO 17025:2008 5.1.1 Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sebelum Proses Akreditasi Sampel uji diterima oleh Manajer

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA Logo perusahaan DISETUJUI OLEH: PRESIDEN DIREKTUR Dokumen ini terkendali ditandai dengan stempel DOKUMEN TERKENDALI. Dilarang mengubah atau menggandakan dokumen tanpa seizing

Lebih terperinci

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh 2017 No. Dok.: PM-WM-01 No. Rev.: 1 Tgl. Berlaku: Oktober 2017 Hal: 1 / 13 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober 2017 Oleh DEKAN Pedoman Mutu ini menguraikan Sistem Manajemen Mutu di Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN PANGAN AMAN DAN HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Waspadai Produk Gunaan dari Babi

Waspadai Produk Gunaan dari Babi Waspadai Produk Gunaan dari Babi 23 Februari 2015 Makalah Islam Waspadai Produk Gunaan dari Babi Siti Aminah (Kasubdit Produk Halal Direktorat Urais dan Binsyar) Babi adalah sejenis hewan ungulata yang

Lebih terperinci

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU 1 MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU 1. Pengajuan persetujuan bahan baru di Cerol 2. Pengajuan Surat Keterangan di Cerol 3. Pengiriman Laporan Berkala di Cerol 4. Kebijakan mengenai Daftar Bahan yang Disetujui

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) merupakan pelaku ekonomi nasional yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian. Karena. kegiatan

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka pangan harus tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam jenisnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi saat ini, maka kebutuhan hidup manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan akan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU Halaman : 1 dari 19 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 19 Agustus 2014 Oleh Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak Luwi Budi Nugroho NIP. 195807231981091001 Pedoman ini menguraikan

Lebih terperinci

MAKANAN HALAL THAYYIBAN

MAKANAN HALAL THAYYIBAN SEKOLAH IBU CABANG KEPANJEN MAKANAN HALAL THAYYIBAN 1 Titis Sari Kusuma, S.Gz, M.P Staf Dosen PS. Ilmu Gizi FKUB Penyelia Halal (KJF Food Halal UB) Food Safety Trainer Good Hygiene Practices Trainer HP

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survei Pendahuluan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal pada PT Bondor Indonesia diawali dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar belakang perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, makanan mempunyai peranan yang penting bagi manusia. Peran tersebut antara lain untuk mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penulis melakukan observasi langsung pada PT. BROCO MUTIARA ELECTRICAL INDUSTR dan melakukan wawancara dengan bagian MR (Management Representative)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perancangan Sistem Manajemen Mutu. Pada PT. Garuda Indonesia. Pedoman Mutu. Sistem Manajemen Mutu Perusahaan

Lampiran 1. Perancangan Sistem Manajemen Mutu. Pada PT. Garuda Indonesia. Pedoman Mutu. Sistem Manajemen Mutu Perusahaan 180 Lampiran 1 Perancangan Sistem Manajemen Mutu Pada PT. Garuda Indonesia Pedoman Mutu Sistem Manajemen Mutu Perusahaan Dalam menjalankan proses bisnisnya, PT. Garuda Indonesia harus menerapkan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan sebagai isi dari apa yang

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Air Minum dalam Kemasan Ketika perkembangan zaman semakin menuntut segalanya harus lebih praktis, maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS (MUI), setelah : Menimbang : 1. bahwa produk pangan ternak ada yang telah dikembangkan

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti "diizinkan" atau "boleh ". Istilah ini dalam kosakata sehari-hari lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. berarti diizinkan atau boleh . Istilah ini dalam kosakata sehari-hari lebih sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Halal,حلال) halāl, halaal) adalah istilah bahasa Arab dalam agama Islam yang berarti "diizinkan" atau "boleh ". Istilah ini dalam kosakata sehari-hari lebih

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2154, 2016 KEMEN-KP. Sertifikat Kelayakan Pengolahan. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PERMEN-KP/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit manajemen pada PT. MJPF Farma Indonesia akan dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA Dr. HM. Asrorun Ni am Sholeh,MA Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia @ans PENGERTIAN Fatwa adalah jawaban atau penjelasan dari ulama mengenai masalah keagamaan

Lebih terperinci

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA Konferensi Tingkat Tinggi Association of South East Asia Nations (ASEAN) ke-9 tahun 2003 menyepakati Bali Concord II yang memuat 3 pilar untuk mencapai vision 2020 yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan politik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim

Lebih terperinci

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT Kompleks Ruko Taman Tekno Boulevard, Blok A 20 Jl. Taman Tekno Widya, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

SOP AUDIT MUTU INTERNAL

SOP AUDIT MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM MALANG SOP AUDIT MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM MALANG Kode : UNISMA- PPM.03.05.15 Tanggal : 25 Mei 2015 Revisi : 1 Halaman : 1 dari 9 SOP AUDIT MUTU INTERNAL Proses Penanggungjawab

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA KLAUSUL-KLAUSUL ISO

Lebih terperinci

PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 19 April 2011 Pengendalian Dokumen Tanggal Berlaku : 26 April 2011 Kode Dokumen : PK STEKPI PPMA 001/R2

PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 19 April 2011 Pengendalian Dokumen Tanggal Berlaku : 26 April 2011 Kode Dokumen : PK STEKPI PPMA 001/R2 PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 19 April 2011 Pengendalian Dokumen Tanggal Berlaku : 26 April 2011 Kode Dokumen : PK STEKPI PPMA 001/R2 HALAMAN PENGESAHAN Dibuat oleh: Diperiksa oleh: Disahkan oleh: Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UKM sangat berperan dalam peningkatan lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROFIL RESPONDEN Identifikasi permasalahan proses sertifikasi halal diperoleh berdasarkan hasil diskusi bersama pakar LPPOM MUI, pengamatan langsung selama kegiatan magang, dan

Lebih terperinci

Manual Prosedur Audit Internal

Manual Prosedur Audit Internal Manual Prosedur Audit Internal Gugus Jaminan Mutu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang 2011 Manual Prosedur Audit Internal Gugus Jaminan Mutu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Sistem manajemen halal

Sistem manajemen halal RSNI4 RSNI4 99001:2016 Rancangan Standar Nasional Indonesia 4 Sistem manajemen halal Pengguna dari RSNI ini diminta untuk menginformasikan adanya hak paten dalam dokumen ini, bila diketahui, serta memberikan

Lebih terperinci

Daftar Periksa Audit SMM ISO 9001:2008. Memeriksa Ada struktur organisasi

Daftar Periksa Audit SMM ISO 9001:2008. Memeriksa Ada struktur organisasi Daftar Periksa Audit SMM ISO 9001:2008 Nomor Substansi Persyaratan Yang Diperiksa Klausul 4.1. Persyaratan umum organisasi seperti : struktur organisasi, bisnis proses organisasi, urutan proses, criteria

Lebih terperinci

Manual Prosedur Audit Keuangan

Manual Prosedur Audit Keuangan Manual Prosedur Audit Keuangan Satuan Pengawas Internal Universitas Brawijaya Malang 2011 Manual Prosedur Audit Keuangan Satuan Pengawas Internal Universitas Brawijaya Kode Dokumen : 00010 02007 Revisi

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas Muslim di seluruh dunia telah membentuk segmen pasar yang potensial dikarenakan pola khusus mereka dalam mengkonsumsi suatu produk. Pola konsumsi ini diatur

Lebih terperinci

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu Quality Mangement System ISO 9000 series.. Published by International Organization for Stantardization (ISO) a world wide federation of national

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN ISO TS DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN ISO TS DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA ANALISIS PENERAPAN ISO TS 16949 DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Pittauli Aritonang NPM : 35412674 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ina

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Pada PT Arwana Citramulia, Tbk Untuk mengetahui tentang prosedur pembelian pada PT Arwana Citramulia, Tbk, maka penerapan prosedur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU AUDIT MUTU INTERNAL. 1. TUJUAN : Untuk verifikasi pelaksanaan dan efektifitas penerapan Sistem Manajemen Mutu.

PROSEDUR MUTU AUDIT MUTU INTERNAL. 1. TUJUAN : Untuk verifikasi pelaksanaan dan efektifitas penerapan Sistem Manajemen Mutu. PROSEDUR MUTU PROSEDUR 04 AUDIT MUTU INTERNAL Revisi Tgl. Berlaku Kode Dokumen 06 15 Juli 2015 SCU/PM.04 1. TUJUAN Untuk verifikasi pelaksanaan dan efektifitas penerapan Sistem Manajemen Mutu. 2. RUANG

Lebih terperinci

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 MANAJEMEN UMUM Manajemen umum adalah manajemen puncak yang terdiri dari direksi dan wakil manajemen/quality Management Representative (QMR). Direksi

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN

MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Konsumen Oleh : 1. Avida Ayu Pramesti (5402411052) 2. Rana Bella (5402411053) 3. Inayatul Munawaroh (5402411054) 4.

Lebih terperinci

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN 4. Sistem Manajemen Mutu (=SMM) 4.1 Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu SMM

Lebih terperinci

Meliputi penerimaan survailen, resertifikasi & perluasan lingkup audit.

Meliputi penerimaan survailen, resertifikasi & perluasan lingkup audit. 1. Tujuan Prosedur ini digunakan sebagai acuan untuk mengatur aktivitas yang berkaitan dengan Survailen, Resertifikasi & Perluasan Lingkup PT Sertifikasi Mutu Indonesia. 2. Ruang lingkup Meliputi penerimaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

AGRO-BASED INDUSTRY CERTIFICATION SERVICES

AGRO-BASED INDUSTRY CERTIFICATION SERVICES PANDUAN PROSES SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SERTIFIKASI SISTEM HACCP, DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO 22000:2005 AGRO-BASED INDUSTRY CERTIFICATION SERVICES BALAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi yang dapat diperoleh konsumen akan semakin banyak dan turut pula mempengaruhi pola

Lebih terperinci

JOB DESCRIPTION. ( Rincian Tugas )

JOB DESCRIPTION. ( Rincian Tugas ) JOB DESCRIPTION ( Rincian Tugas ) BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS JANABADRA YOGYAKARTA 2013 PENGANTAR Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya dapat diselesaikan

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL Kode. Dok Revisi Tgl Terbit Halaman LPM-POS-MNV Maret dari 9

AUDIT INTERNAL Kode. Dok Revisi Tgl Terbit Halaman LPM-POS-MNV Maret dari 9 LPM-POS-MNV.02 01 1 Maret 2016 1 dari 9 PENGESAHAN Nama Jabatan Tanda Tangan Dibuat Oleh Dr. H. Abdi Fithria, S.Hut., M.P Kabid Monevin Disahkan Oleh Dr. Ir. M. Ahsin Rifa i, M.Si Ketua LPM Status Distribusi

Lebih terperinci