MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL MM.03 MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL. Tanggal Pengesahan : 25 Maret Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL MM.03 MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL. Tanggal Pengesahan : 25 Maret Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh"

Transkripsi

1 MM.03 MANUAL Tanggal Pengesahan : 25 Maret 2009 Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh Ahmad Sibyan Mandala Yosa Widijanto Hartono 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 1 / 50

2 I. PENGENDALIAN DOKUMEN MANUAL 1.1. DAFTAR ISI I. PENGENDALIAN DOKUMEN 1.1. Daftar Isi Daftar Distribusi Daftar Perubahan Dokumen... 5 II. PENDAHULUAN 2.1. Profil Perusahaan Filosofi Perusahaan Tujuan Penerapan Ruang Lingkup Penerapan... 6 III Kebijakan Halal Panduan Halal Organisasi Sistem Jaminan Halal Standart Operating Procedures Halal Acuan Teknis Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal Sistem Administrasi Sistem Dokumentasi Sosialisasi Sistem Jaminan Halal Pelaksanaan Pelatihan Sistem Jaminan Halal Komunikasi Internal dan Eksternal Audit Internal Tindakan Perbaikan Review Manajemen Atas Sistem Jaminan Halal IV. LAMPIRAN DOKUMEN 4.1. Panduan Halal Diagram Alir Penetapan Titik Kritis Identifikasi Titik Kritis Bahan Nabati Identifikasi Titik Kritis Bahan Hewani Identifikasi Titik Kritis Produk Mikrobial Identifikasi TItik Kritis Bahan Lain Identifikasi Titik Kritis Penyimpanan dan Lini Produksi Identifikasi Titik Kritis Distribusi Identifikasi Penetapan Status Bahan Standart Operating Procedure setiap Bagian Formulir Audit Halal Internal Formulir Audit Halal Internal Pada QA/QC Formulir Audit Halal Internal Pada Produksi Formulir Audit Halal Internal Pada Bagian PD Formulir Audit Halal Internal Pada Bagian Gudang Formulir Audit Halal Internal Pada Bagian Pembelian Formulir Audit Halal Internal Pada Bagian Distribusi Format Laporan Berkala Format Laporan Ketidaksesuaian Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 2 / 50

3 4.7. Notulen Pertemuan Review Manajemen Formulir Administrasi Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 3 / 50

4 1.2. DAFTAR DISTRIBUSI Manual Sistem Jaminan Halal (SJH) didistribusikan sebagai salinan controlled document atau uncontrolled document dan dinyatakan dengan nomor copy yang diatur sebagai berikut : No Copy Pihak Penerima Pemegang Lokasi 01 Plant Manager Plant Manager Ruang Plant Manager Dokumen 02 Dept. Produksi Plant 1 Kadep Produksi Plant 1 Kantor Produksi Plant 1 03 Dept. Produksi Plant 2 Kadep Produksi Plant 2 Kantor Produksi Plant 2 04 Dept. QAQC Kadep QAQC Kantor QAQC 05 Dept. Formulasi Kadep Formulasi Kantor Formulasi 06 Dept. Teknik Kadep Teknik Kantor Teknik 07 Dept. PPIC Logistik Kadep PPIC Logistik Kantor PPIC Logistik 08 Dept. HRS Kadep HRS Kantor HRS 09 Dept. PD Kadep PD Kantor PD 10 Dept. PDCA Kadep PDCA Kantor PDCA 11 Dept. FA Kadep FA Kantor FA 12 Dept. Pembelian Kadep Pembelian Kantor Pembelian 13 Pihak Luar Sesuai daftar distribusi Sesuai pemegang dokumen 14 Koordinator Sistem Jaminan Halal Koordinator Sistem Jaminan Halal Ruang Koordinator Sistem Jaminan Halal 15 Head of Manufacturing HoM Kantor HoM 16 Dept. Plant 2 Plus Kadep Plant 2 Plus Kantor Produksi Plant 2 Plus Hanya salinan terkontrol pada Manual SJH yang menjadi subyek sistem kontrol dokumen. Salinan tak terkontrol dari Manual SJH atau yang berkaitan mungkin didistribusi ke pihak yang berhubungan berdasarkan permintaan dan harus disetujui oleh Koordinator Sistem Jaminan Halal. PT. Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik tidak wajib memperbaharui pemegang salinan tak terkontrol dari setiap perubahan pada Manual SJH. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 4 / 50

5 1.3. DAFTAR PERUBAHAN DOKUMEN NO 1 TGL. 23-Feb- 09 PERUBAHAN NO. REVISI BAGIAN 0.2 Daftar Distribusi BAB HALAMAN 4 URAIAN PERUBAHAN -PDQC diganti QAQC -QA diganti PD PARAF 2 23-Feb Acuan Teknis 14 Penambahan Acuan Teknis untuk Formulasi 3 23-Feb Sosialisasi SJH 15 Perubahan metode sosialisasi 4 25-Feb Pelatihan SJH 16 Penambahan bentuk-bentuk pelatihan SJH 5 25-Feb Pelaksanaan SJH 18 Menambah cakupan audit pelaksanaan SJH 6 25-Feb Review Manajemen 20 Mengubah review manajemen dari 2 kali setahun menjadi 1 kali setahun 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 5 / 50

6 2.1. PROFILE PERUSAHAAN II. PENDAHULUAN PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik beralamat di Desa Krikilan KM 28 Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik Propinsi Jawa Timur Telp Fax dioperasikan mulai tahun 1997 dengan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar Nomor : 041/403.56/SIUP-B/X/2003. Surat Ijin Mendirikan Bangunan Nomor : /410/HK/403.15/2000 dan Nomor : 523 tahun 2003 dan Nomor : 162 tahun 2005 dan Nomor : / 184 / /2008. PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik, adalah salah satu divisi Garudafood Group penghasil biskuit yang bermutu tinggi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik hingga saat ini menghasilkan produk-produk dari 5 lini produksi sesuai nama jenis produknya, yaitu Wafer Stick, Wafer Cream, Dip Stick, Cookies, dan Enrobing. Produk tersebut dipasarkan ke dalam negeri dan luar negeri antara lain ke kawasan Asia, Amerika Latin, Kanada, dan Timur Tengah. Tenaga kerja hingga saat ini melebihi 2500 personil FILOSOFI PERUSAHAAN PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik memiliki filosofi perusahaan Damai dan Dinamis dengan semangat kerja Sukses itu Lahir dari Kejujuran, Keuletan, dan Ketekunan yang Diiringi Doa 2.3. TUJUAN PENERAPAN Tujuan penerapan SJH di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik adalah menjamin kehalalan produk yang dihasilkan secara berkesinambungan dan konsisten sesuai dengan Syariat Islam yang telah ditetapkan berdasarkan fatwa MUI RUANG LINGKUP PENERAPAN Ruang lingkup penerapan SJH di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik meliputi Pembelian, Penerimaan Bahan, Lini Produksi, Penyimpanan Bahan dan Produk, Transportasi dan Distribusi. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 6 / 50

7 III KEBIJAKAN HALAL 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 7 / 50

8 3.2. PANDUAN HALAL Panduan Halal adalah pedoman PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dalam melaksanakan kegiatan untuk menjamin produksi halal. Panduan Halal yang disusun PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit mencakup : 1. Pengertian halal dan haram 2. Dasar Al Qur an/ Hadits dan Fatwa MUI 3. Pohon keputusan untuk identifikasi titik kritis keharaman bahan dan proses produksi 4. Tabel hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan dan hasil pencegahannya 5. Tabel hasil identifikasi titik kritis peluang kontaminasi proses produksi dari haram/najis dan tindakan pencegahannya 3.3.ORGANISASI Organisasi SJH merupakan organisasi internal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit yang mengelola seluruh fungsi dan aktivitas manajemen dalam menghasilkan produk halal. Pelaksanaannya melibatkan seluruh departemen yang terkait dengan sistem berproduksi halal, mulai dari tingkat pengambil kebijakan tertinggi sampai tingkat pelaksana teknis di lapangan. Struktur organisasi yang terlibat merupakan perwakilan dari manajemen puncak, Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC), produksi, Product Development (PD), purchasing, formulasi dan gudang. Sistem manajemen halal dipimpin oleh seorang koordinator auditor halal internal yang melakukan koordinasi dalam menjaga kehalalan produk. Dalam tata kerjanya auditor halal internal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus berkomunikasi dengan pihak LP POM MUI sebagai lembaga sertifikasi halal. Struktur manajemen halal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dapat dilihat pada Gambar 3. Koordinator auditor halal internal mengkoordinasikan semua bagian dalam segala hal yang berkaitan dengan produksi halal. Selain itu koordinator auditor halal internal melakukan hubungan secara langsung dengan pihak LP POM MUI untuk mengkomunikasikan pelaksanaan produksi halal di PT Garudafood Putra Putri Jaya 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 8 / 50

9 Divisi Biskuit. Manajemen halal memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan PT. Garudafood Putra Putri Jaya-Divisi Biskuit yang berkaitan dengan produksi halal. Bila suatu saat diperlukan, manajemen halal juga berwenang menghentikan produksi suatu produk yang diduga bermasalah dari segi kehalalan. Plant Manager LPPOM MUI Koordinator Auditor Halal Internal Formulasi QA/QC Purchasing PD Produksi Gudang Struktur Manajemen Halal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Struktur manajemen halal pada prakteknya dilaksanakan oleh auditor halal internal yang diketuai oleh seorang koordinator halal internal. Persyaratan, tugas dan wewenang auditor halal internal adalah sebagai berikut : 1. Persyaratan Auditor halal internal a. Karyawan tetap PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit b. Koordinator Tim Auditor halal internal adalah seorang muslim yang mengerti dan menjalankan syariat Islam. c. Berada dalam lingkup Manajemen Halal. d. Berasal dari bagian yang terlibat dalam proses produksi secara umum seperti bagian QA/QC, PD, Purchasing, Produksi, PD, Formulasi dan Gudang. e. Memahami titik kritis keharaman produk, ditinjau dari bahan maupun proses produksi secara keseluruhan. f. Diangkat melalui surat keputusan pimpinan PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dan diberi kewenangan penuh untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan Sistem Jaminan Halal termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi atau penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan LP POM MUI. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 9 / 50

10 2. Tugas Tim Auditor halal internal secara umum a. Menyusun sistem jaminan halal di internal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem jaminan halal di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. c. Membuat laporan pelaksanaan sistem jaminan halal di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. d. Melakukan komunikasi dengan pihak LP POM MUI. Uraian Tugas dan Wewenang Auditor halal internal berdasarkan fungsi setiap bagian yang terlibat dalam struktur manajemen halal : a. Manajemen Puncak 1. Merumuskan kebijakan PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit yang berkaitan dengan kehalalan produk yang dihasilkan. 2. Memberikan dukungan penuh bagi pelaksanaan sistem jaminan halal di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. 3. Menyediakan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan sistem jaminan halal. 4. Memberikan wewenang kepada koordinator auditor halal internal untuk melakukan tindakan tertentu yang dianggap perlu yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem jaminan halal termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi atau penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan LP POM MUI. b. Product Development ( PD ) 1. Menyusun sistem pembuatan produk baru berdasarkan bahan baku yang telah halal. 2. Menyusun sistem perubahan bahan baku dan atau bahan tambahan sesuai dengan ketentuan halal. 3. Mencari bahan baku dan atau bahan tambahan sesuai dengan daftar bahan yang telah jelas kehalalannya. 4. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam formulasi dan pembuatan produk baru. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 10 / 50

11 c. Quality Assurance (QA) / Quality Control (QC) 1. Menyusun sistem pengendalian dan monitoring yang dapat menjamin konsistensi produksi halal. 2. Melaksanakan monitor sehari-hari terhadap setiap bahan yang masuk sesuai dengan sertifikat halal, spesifikasi dan produsennya. 3. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam setiap ditemukannya kejanggalan dan ketidakcocokan bahan dengan dokumen kehalalan. d. Purchasing 1. Menyusun sistem pembelian yang dapat menjamin konsistensi bahan baku sesuai dengan spesifikasi, sertifikat halal dan supliernya. 2. Melaksanakan pembelian bahan yang sesuai dengan daftar bahan yang telah disetujui auditor halal internal dan disahkan oleh LP POM MUI. 3. Melakukan komunikasi dengan koordinator auditor halal internal dalam pembelian bahan baku baru dan atau suplier baru. e. Produksi 1. Menyusun sistem produksi yang dapat menjamin terhindar dari bahan haram dan najis. 2. Melakukan monitoring sistem produksi yang bersih dan bebas dari bahan haram dan najis. 3. Menjalankan kegiatan produksi sesuai dengan matriks formulasi bahan yang telah disetujui oleh auditor halal internal dan disahkan oleh LP POM MUI. 4. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam hal proses produksi halal. f. Gudang 1. Menyusun sistem administrasi penggudangan yang dapat menjamin kemurnian produk dan bahan yang disimpan serta menghindari terjadinya kontaminasi dari segala sesuatu yang haram dan najis. 2. Melaksanakan penyimpanan produk dan bahan sesuai dengan daftar bahan dan produk yang telah disetujui oleh auditor halal internal dan disahkan oleh LP POM MUI. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 11 / 50

12 3. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam sistem keluar masuknya bahan dari dan ke dalam gudang. g. Formulasi 1. Menyiapkan bahan baku untuk diproses produksi yang telah halal. 2. Melakukan komunikasi dengan product development dan koordinator auditor alal internal dalam pembuatan dan perubahan formula untuk dipastikan bahan baku yang digunakan halal. 3. Menimbang dengan cara dan jumlah yang benar bahan baku yang telah halal yang digunakan untuk proses produksi STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) HALAL Standard Operating Procedures (SOP) adalah suatu perangkat instruksi yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. SOP dibuat agar PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit mempunyai prosedur baku untuk mencapai tujuan penerapan SJH yang mengacu kepada kebijakan halal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. SOP dibuat untuk seluruh kegiatan kunci pada proses produksi halal. Contoh kegiatan-kegiatan kunci tersebut antara lain pembelian bahan, penggunaan bahan baru, penggantian dan penambahan pemasok baru ACUAN TEKNIS PELAKSANAAN (SJH) Pelaksanaan SJH dilakukan oleh bidang- bidang yang terkait dalam struktur manajemen halal. Dalam pelaksanaannya perlu dibuat acuan teknis yang berfungsi sebagai dokumen untuk membantu pekerjaan bidang-bidang terkait dalam melaksanakan fungsi kerjanya. 1. Acuan Teknis untuk Bagian Pembelian a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI. b. Daftar Lembaga sertifikasi halal yang telah diakui LP POM MUI. c. Kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi yang terkait dengan produk (Sertifikasi per pengiriman, wilayah berlakunya Sertifikat Halal, masa berlaku Sertifikat Halal, logo halal pada kemasan dan lain-lain). d. SOP penambahan pemasok baru. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 12 / 50

13 2. Acuan Teknis untuk Bagian PD a. Daftar nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI. b. Kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi yang terkait dengan produk (Sertifikat per pengiriman, wilayah berlakunya Sertifikat Halal,masa berlaku Sertifikat Halal, logo halal pada kemasan dan lainlain). c. Titik kritis bahan d. SOP penggunaan bahan baru 3. Acuan Teknis untuk Bagian Produksi a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI. b. Formula produk sesuai dengan matriks bahan. c. SOP produksi halal. 4. Acuan Teknis untuk Bagian QC/QA a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI. b. Kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi yang terkait dengan produk (sertifikat per pengiriman, wilayah berlakunya sertifikat halal, masa berlaku sertifikat halal,dan lain-lain). c. SOP pemeriksaan bahan 5. Acuan Teknis untuk Bagian Pergudangan a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI. b. Tanda pada kemasan (logo,lot number, nama dan alamat/ lokasi produksi) yang harus disesuaikan dengan dokumen kehalalan. c. Prosedur penyimpanan bahan/produk yang menjamin terhindarnya bahan/produk dari kontaminasi oleh barang haram dan najis. d. SOP penerimaan dan penyimpanan bahan 5. Acuan Teknis untuk Bagian Formulasi a. Daftar nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI. b. Titik kritis bahan c. SOP penimbangan bahan 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 13 / 50

14 3.6. SISTEM ADMINISTRASI PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus membuat suatu sistem administrasi yang dapat ditelusur secara accountable. Sistem administrasi yang disusun harus dapat menelusuri penggunaan bahan untuk tiap jenis produk (per jenis, per pemasok) SISTEM DOKUMENTASI Pelaksanaan SJH di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus didukung oleh dokumen yang informatif dan dapat mudah diakses oleh semua pihak yang terlibat dalam produksi halal termasuk LP POM MUI sebagai lembaga sertifikasi halal. Sistem dokumentasi yang harus dimiliki PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit mencakup: 1. Sub-sistem Dokumentasi Pembelian 2. Sub-sistem Dokumentasi Penggunaan Bahan 3. Sub-sistem Dokumentasi R & D (Formulasi) 4. Sub-sistem Dokumentasi Produksi 5. Sub-sistem Dokumentasi Pergudangan 6. Sub-sistem Dokumentasi Evaluasi dan Monitoring (laporan berkala) 7. Sub-sistem Dokumentasi Tindakan Perbaikan (jika ada) Dokumentasi : Dokumentasi yang diperlukan dalam perencanaan SJH adalah : 1. Panduan halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI 2. Pedoman penetapan titik kritis 3. SOP pembelian bahan 4. SOP pemeriksaan dan penerimaan bahan 5. SOP penggantian dan penambahan pemasok baru 6. SOP penggunaan bahan baru 7. SOP produksi 8. SOP perubahan formula dan pengembangan produk baru 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 14 / 50

15 3.8. SOSIALISASI Sistem Jaminan Halal yang telah dibuat oleh PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus disosialisasikan ke seluruh bagian PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit termasuk kepada pihak ketiga (pemasok, makloon) agar dapat dipahami oleh seluruh pihak terkait sehingga mempermudah pelaksanaannya. Metode sosialisasi yang dilakukan dapat berupa briefing awal kerja, pemasangan poster, buletin internal dan komunikasi internal-eksternal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. Dalam melaksanakan komunikasi PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit perlu mendokumentasikan: 1. Prosedur komunikasi internal-eksternal 2. Spanduk 3. Rekaman harian (logbook) komunikasi internal-eksternal 4. Surat-surat keluhan, tanggapan, notulen, berita acara 3.9. PELAKSANAAN PELATIHAN PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit perlu melakukan pelatihan bagi seluruh jajaran palaksana Sistem Jaminan Halal (SJH). Untuk itu PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan. Pelatihan harus melibatkan semua personal yang pekerjaannya mempengaruhi status kehalalan produk, diserahkan kepada personal yang kompeten sesuai dengan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman (dalam hal ini di bidang pekerjaan dan hukum Islam). Tujuan dari pelatihan adalah : 1. Meningkatkan pemahaman karyawan terhadap hukum-hukum Islam tentang pentingnya kehalalan suatu produk. 2. Menjadikan karyawan peduli terhadap kebijakan kehalalan dan menerapkan di tingkat operasional. Bentuk-bentuk pelatihan yang dapat dilakukan: 1. Pelatihan Eksternal Pelatihan yang diselenggarakan oleh LPPOM MUI 2. Pelatihan Internal Pelatihan yang diselenggarakan oleh internal PT. Garudafood Putra-putri Jaya Divisi Biskuit 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 15 / 50

16 Hal-hal yang perlu didokumentasikan dalam pelaksanaan pelatihan SJH adalah : 1.Identifikasi perencanaan dan jadwal pelatihan 2.Laporan pelaksanaan pelatihan (pelaksanaan kualifikasi, kuisioner, dan evaluasi) KOMUNIKASI INTERNAL DAN EKSTERNAL PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dalam melaksanakan Sistem Jaminan Halal (SJH) perlu melakukan komunikasi dengan berbagai pihak yang terkait baik secara internal maupun eksternal. Untuk itu PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus membuat dan melaksanakan prosedur untuk: 1. Melakukan komunikasi internal antara berbagai tingkatan dan fungsi organisasi 2. Menerima, mendokumentasikan dan menanggapi komunikasi dari pihak luar termasuk dengan LPOM MUI Dalam mendokumentasikan komunikasi PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit perlu mendokumentasikan : 1. Prosedur komunikasi internal-eksternal 2. Spanduk 3. Rekaman harian (logbook) komunikasi internal-eksternal 4. Surat-surat keluhan, tanggapan, notulen, berita acara AUDIT INTERNAL Pemantauan dan evaluasi Sistem Jaminan Halal (SJH) pelaksanaannya diwujudkan dalam bentuk audit internal yang bertujuan untuk: 1. Menentukan kesesuaian SJH PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dengan standar yang telah ditetapkan oleh LP POM MUI. 2. Menentukan kesesuaian palaksanaan SJH PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dengan perencanaannya. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 16 / 50

17 3. Mendeteksi penyimpangan yang terjadi serta menentukan tindakan perbaikan dan pencegahan. 4. Memastikan bahwa permasalahan yang ditemukan pada audit sebelumnya telah diperbaiki sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan. 5. Menyediakan informasi tentang pelaksanaan SJH kepada manajemen dan LP POM MUI RUANG LINGKUP AUDIT INTERNAL 1. Dokumentasi Sistem Jaminan Halal Pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dokumen-dokumen pendukung kehalalan produk yang menyangkut bahan, proses maupun produk di setiap bagian yang terkait, seperti : daftar bahan, spesifikasi,sertifikat halal, formula, dokumen pembelian bahan, dokumen penggudangan, dan sebagainya. Hal-hal yang diperhatikan adalah : Kelengkapan dokumen Sistem Jaminan Halal Kelengkapan spesifikasi bahan Kelengkapan, keabsahan dan masa berlaku sertifikat halal bahan Kecocokan formula dengan daftar bahan halal Kecocokan dokumen pembelian bahan dengan daftar bahan halal Kelengkapan dan kecocokan dokumen produksi dengan daftar bahan dan formula halal Kelengkapan dan kecocokan dokumen penggudangan dengan daftar bahan dan daftar produk halal Uji mamputelusur (traceability) setiap bahan 2. Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal Audit pelaksanaan Sistem Jaminan Halal dilakukan pada setiap bagian yang terkait mulai dari pembelian bahan, penyimpanan bahan, proses produksi, penyimpanan produk jadi, transportasi dan pengembangan produk baru. Audit pelaksanaan Sistem Jaminan Halal di PT. Garudafood Putra-Putri Jaya Divisi Biskuit mencakup: a. Organisasi Manajemen halal b. Kelengkapan Dokumen Acuan Teknis Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal c. Implementasi Dokumen d. Pelaksanaan Sosialisasi Sistem Jaminan Halal 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 17 / 50

18 e. Pelatihan Sistem Jaminan Halal f. Komunikasi internal dan eksternal dalam Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal g. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal h. Pelaporan Internal dan eksternal Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal i. Pengambilan bukti berupa form-form atau hal-hal lain tentang pelaksanaan Sistem Jaminan Halal di PT. Garudafood Putra-Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik jika dianggap perlu PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL 1. Waktu Pelaksanaan Audit Halal internal dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali setiap enam bulan atau pada saat terjadi perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi status kehalalan produk seperti : perubahan manajemen, kebijakan, formulasi, bahan, proses, maupun keluhan dari konsumen. 2. Metode Pelaksanaan Audit Halal internal dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan audit sistem lain, akan tetapi borang audit halal internal dan pelaporannya harus dibuat terpisah dari audit sistem yang lain. Audit dapat dilakukan dengan metode : Wawancara Pengujian dokumen Observasi lapang dan fisik 3. Pelaksana (Auditor) Audit Halal internal dilakukan oleh Tim Auditor Halal Internal yang telah ditetapkan secara resmi oleh pihak manajemen PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. Pelaksana audit internal dilakukan oleh Auditor Halal Internal dari departemen yang berbeda (cross audit) 4. Pihak yang Diaudit (Auditee) Pihak auditee adalah seluruh bagian yang terkait dalam proses produksi halal seperti : Bagian pembelian (purchasing) Bagian pengawasan mutu (QA/QC) Bagian produksi Bagian product develpoment (PD) 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 18 / 50

19 Bagian formulasi Bagian penggudangan Bagian transportasi PELAPORAN Hasil audit dituangkan dalam bentuk laporan yang disampaikan kepada pihak manajemen PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. Hasil temuan audit ditindaklanjuti dalam kerangka waktu tertentu tergantung bobot permasalahan. Resume hasil audit dilaporkan kepada LP POM MUI setiap enam bulan sekali terhitung dari tanggal terbitnya sertifikat TINDAKAN PERBAIKAN Tindakan perbaikan atas pelaksanaan Sistem Jaminan Halal dilakukan jika pada saat dilakukan audit halal internal ditemukan ketidaksesuaian pelaksanaannya. Tindakan perbaikan harus dilakukan sesegera mungkin, jika temuan yang didapatkan berdampak langsung terhadap status kehalalan produk. Semua bentuk tindakan perbaikan dilakukan oleh PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dengan dibuatkan berita acara serta laporannya dan terdokumentasikan dengan baik REVIEW MANAJEMEN ATAS Review manajemen atas Sistem Jaminan Halal secara menyeluruh dilakukan minimal 1 kali dalam setahun. Kaji ulang dilakukan karena berbagai hal, antara lain : 1. Perubahan sistem manajemen PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit yang mempengaruhi peran sistem jaminan halal secara menyeluruh atau sebagian, misalnya peran auditor halal internal 2. Ketidaksesuaian yang sering ditemukan dalam pelaksanaannya Kaji ulang manajemen dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh bagian yang terlibat dalam sistem jaminan halal termasuk manajemen puncak. Pertemuan kaji ulang dilaporkan dan dibuatkan rekamannya. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 19 / 50

20 IV. LAMPIRAN DOKUMEN 4.1. PANDUAN HALAL PENGANTAR Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi pangan, status bahan yang dulu difatwakan halal, setelah ditemukan adanya hal-hal meragukan maka bisa menjadi berubah fatwanya. Oleh karena itu dalam bab ini disampaikan kedudukan ketetapan hukum dalam Islam agar dapat diterima mengapa hal tersebut terjadi. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian halal haram, dalam bab ini disampaikan pula dasar hukum baik dari Qur an serta fatwa MUI terbaru tentang status bahan. Kedudukan ketetapan hukum dalam Islam : 1. Al-Qur an : hukumnya bersifat tetap, dan sebagiannya masih bersifat umum, sehingga memerlukan penjelasan lebih lanjut. 2. Al-Hadits : penjabaran aplikatif dari kaidah-kaidah Qur aniyah yang bersifat tetap, sekaligus juga penjelasan lebih lanjut terhadap kaidah-kaidah yang bersifat umum. 3. Ijma Shahabat : kesepakatan para sahabat Nabi SAW dan ulama atas permasalahan yang terjadi, karena meluasnya wilayah dawah serta perkembangan kehidupan sosial, dan tidak ada ketentuannya secara khusus di dalam AL-Qur an dan Al-Hadits. Namun keputusan ijma tentu didasarkan pada pemehaman mereka terhadap Al-Qur an dan Al-Hadits. 4. Qiyas : metode penentuan hukum secara analogi, yang diambil berdasarkan pada kasus yang telah ditentukan Al-Qur an dan Al-Hadits. 5. Fatwa : keputusan hukum agama yang dibuat dengan ijtihad (ulama), atas halhal yang tidak terdapat di dalam Al-Qur an dan Al-Hadits, berdasarkan pada kaidah-kaidah pengambilan dan penentuan hukum, seperti dengan metode qiyas atau ijma PENGERTIAN HALAL DAN HARAM a. Halal adalah boleh. Pada kasus makanan, kebanyakan makanan termasuk halal kecuali secara khusus disebutkan dalam Al-Qur'an atau Hadits. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 20 / 50

21 b. Haram adalah sesuatu yang Allah SWT melarang untuk dilakukan dengan larangan yang tegas. Setiap orang yang menentangnya akan berhadapan dengan siksaan Allah di akhirat. Bahkan terkadang juga terancam sanksi syariah di dunia ini PRINSIP-PRINSIP TENTANG HUKUM HALAL DAN HARAM a. Pada dasarnya segala sesuatu halal hukumnya. b. Penghalalan dan penghargaan hanyalah wewenang Allah SWT semata. c. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk perilaku syirik terhadap Allah SWT. d. Sesuatu diharamkan karena ia buruk dan berbahaya e. Pada sesuatu yang halal sudah terdapat sesuatu yang dengannya tidak lagi membutuhkan yang haram f. Sesuatu yang mengantarkan kepada yang haram maka haram pula hukumnya. g. Menyiasati yang haram, haram hukumnya. h. Niat baik tidak menghapuskan hukum haram i. Hati-hati terhadap yang subhat agar tidak jatuh ke dalam yang haram j. Sesuatu yang haram adalah haram untuk semua HALAL DAN HARAM BERDASARKAN AL QUR AN a. Al-Baqoroh 168 : Hai sekalian umat manusia makanlah dari apa yang ada di bumi ini secara halal dan baik. Dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kalian. b. Al-Baqoroh : Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-nya kalian menyembah. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa dalam keadaan terpaksa, sedangkan ia tidak berkehendak dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. c. Al-Anam 145 : Katakanlah, saya tidak mendapat pada apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi yang 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 21 / 50

22 memakannya, kecuali bangkai, darah yang tercurah, daging babi karena ia kotor atau binatang yang disembelih dengan atas nama selain Allah. Barang siapa dalam keadaan terpaksa sedangkan ia tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. d. Al-Maidah 3 : Diharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, hewan yang disembelih dengan atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang kalian sempat menyembelihnya. Dan diharamkan pula bagi kalian binatang yang disembelih di sisi berhala. e. Al-Maidah : Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamir, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu hendak menimbulkan permusuhan dan perbencian di antara kalian lantaran meminum khamir dan berjudi dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan sholat, maka apakah kalian berhenti dari mengerjakan pekerjaan itu. f. Al-Maidah 96 : Dihalalkan untuk kalian binatang buruan laut dan makanannya. g. Al-A raf 157 : Dia menghalalkan kepada mereka segala yang baik dan mengharamkan kepada mereka segala yang kotor FATWA MUI UNTUK BAHAN DAN PROSES PRODUKSI 1. Khamr a. Segala sesuatu yang memabukkan dikategorikan sebagai khamr. b. Minuman yang mengandung minimal 1% ethanol, dikategorikan sebagai khamr. c. Minuman yang dikategorikan khamr adalah najis. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 22 / 50

23 d. Minuman yang diproduksi dari proses fermentasi yang mengandung kurang dari 1% ethanol,tidak dikategorikan khamr tetapi haram untuk dikonsumsi. 2. Ethanol a. Ethanol yang diproduksi dari industri bukan khamr hukumnya tidak najis atau suci. b. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang bukan berasal dari industri khamr untuk proses produksi pangan hukumnya: 1. Mubah, apabila dalam hasil produk akhirnya tidak terdeteksi 2. Haram, apabila dalam hasil produk akhirnya masih terdeteksi 3. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang berasal dari industri khamr untuk proses produksi industri hukumnya haram 3. Hasil Samping Industri Khamr a. Fusel oil yang berasal dari hasil samping industri khamr adalah haram dan najis b. Fusel oil yang bukan berasal dari khamr adalah halal dan suci c. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang berasal dari khamar hukumnya haram d. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang berasal dari khamr dan direaksikan secara kimiawi sehingga berubah menjadi senyawa baru hukumnya halal dan suci e. Cuka yang berasal dari khamr baik terjadi dengan sendirinya maupun melalui rekayasa hukumnya halal dan suci f. Ragi yang dipisahkan dari proses pembuatan khamr setelah dicuci sehingga hilang rasa, bau, dan warna khamr-nya, hukumnya halal dan suci 4. Flavor Yang Menyerupai Produk Haram Flavor yang menggunakan nama dan mempunyai profil sensori produk haram, contohnya flavor rum, flavor babi, dan lain-lain, tidak bisa disertifikasi halal serta tidak boleh dikonsumsi walaupun ingredient yang digunakan adalah halal. 5. Produk Mikrobial a. Mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang suci dan halal adalah halal, dan mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang najis dan haram adalah haram 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 23 / 50

24 b. Produk mikrobial yang langsung dikonsumsi yang menggunakan bahanbahan yang haram dan najis dalam media pertumbuhannya, baik pada skala penyegaran, skala pilot plant, dan tahap produksi, hukumnya haram c. Produk mikrobial yang digunakan untuk membantu proses produksi produk lain yang langsung dikonsumsi dan menggunakan bahan-bahan haram dan najis dalam media pertumbuhannya hukumnya haram d. Produk konsumsi yang menggunakan produk mikrobial harus ditelusuri kehalalannya sampai pada tahap proses penyegaran mikroba 6. Penggunaan Alat Bersama a. Alat bekas dipakai babi/anjing harus dicuci dengan cara di-sertu (dicuci dengan air 7x yang salah satunya dengan tanah/debu atau penggantinya yang memiliki daya pembersih yang sama). b. Suatu peralatan tidak boleh digunakan bergantian antara produk babi dan non-babi meskipun sudah melalui proses pencucian BEBERAPA CONTOH BAHAN KRITIS 1. Daging Daging yang berasal dari hewan halal dapat menjadi tidak halal jika disembelih tanpa mengikuti aturan syariat Islam. Hal-hal yang menjadi titik kritis proses penyembelihan adalah sebagai berikut : a. Penyembelih (harus seorang muslim yang taat dan melaksanakan syariat islam sehari-hari) b. Pemingsanan (tidak menyebabkan hewa mati sebelum disembelih) c. Peralatan/pisau (harus tajam) d. Proses pasca penyembelihan (hewan harus benar-benar mati sebelum proses selanjutnya dan darah harus keluar secara tuntas) Untuk daging impor perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini: 1. Harus dilengkapi dengan sertifikat halal dari lembaga yang diakui LP POM MUI 2. Harus dilengkapi dengan dokumen pengapalan dan dokumen lainnya (contoh: dokumen kesehatan) 3. Harus ada kecocokan antara sertifikat halal dengan dokumen lain 4. Harus ada kecocokan antara dokumen dengan fisik (kemasan, label, dan lain-lain) 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 24 / 50

25 5. Harus ada kecocokan nomor lot, plant number, tanggal penyembelihan, dan sebagainya 2. Bahan Turunan Hewani Bahan turunan hewani berstatus halal dan suci jika berasal dari hewan halal yang disembelih sesuai dengan syariat Islam, bukan berasal dari darah dan tidak bercampur dengan bahan haram atau najis. Berikut ini disampaikan contoh-contoh bahan turunan hewani/ mungkin berasal dari turunan hewani: a. Lemak b. Protein c. Gelatin d. Kolagen e. Asam lemak dan turunannya (E430-E436) f. Garam atau ester asam lemak (E470-E495) g. Gliserol/gliserin (E422) h. Asam amino (contoh : sistein, fenilalanin, dan sebagainya) i. Edible bone phosphate (E521) j. Di/trikalsium fosfat k. Tepung plasma darah l. Konsentrat globulin m. Fibrinogen n. Media pertumbuhan mikroba (contoh: blood agar) o. Hormon (contoh: insulin) p. Enzim dari pankreas babi/sapi (amilase,lipase, pepsin, tripsin) q. Taurin r. Plasenta s. Produk susu, turunan susu dan hasil sampingnya yang diproses menggunakan enzim (Contoh : keju, whey, laktosa, kasein/kaseinat) t. Beberapa vitamin (contoh: vitamin A, B6, D, E) u. Arang aktif v. Kuas 3. Bahan Nabati Bahan nabati pada dasarnya halal, akan tetapi jika diproses menggunakan bahan tambahan dan penolong yang tidak halal, maka bahan tersebut menjadi tidak halal. Oleh karena itu perlu diketahui alur proses 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 25 / 50

26 produksi beserta bahan tambahan dan penolong yang digunakan dalam memproses suatu bahan nabati. Berikut ini disampaikan beberapa contoh bahan nabati yang mungkin menjadi titik kritis : a. Tepung terigu dapat diperkaya dengan berbagai vitamin antara lain B1, B2, asam folat b. Oleoresin (cabe, rempah-rempah dan lain-lain) dapat menggunakan emulsifier (contoh : polysorbate/tween & glyceril monooleat yang mungkin berasal dari hewan), supaya larut dalam air c. Lesitin kedelai mungkin menggunakan enzim fosfolipase dalam proses pembuatannya untuk memperbaiki sifat fungsionalnya d. Hydrolyzed Vegetable Protein (HVP) perlu diperhatikan jika proses hidrolisisnya menggunakan enzim 4. Produk Hasil Samping Industri Minuman Berakohol dan Turunannya Produk/ bahan hasil samping industri minuman berakohol beserta turunannya berstatus haram jika cara memperolehnya hanya melalui pemisahan secara fisik dan produk masih memiliki sifat khamr. Akan tetapi jika bahan/produk tersebut direaksikan secara kimiawi sehingga menghasilkan senyawa baru, maka senyawa baru yang telah mengalami perubahan kimiawi statusnya menjadi halal. Beberapa contoh produk hasil samping industri minuman berakohol dan turunannya yang merupakan titik kritis : a. Cognac Oil (merupakan hasil samping distilasi cognac/brandy) b. Fusel Oil (merupakan hasil samping distilled beverages) dan turunannya seperti isoamil alkohol, isobutil alkohol, propil alkohol, gliserol, asetaldehid, 2,3 butanadiol, aseton dan diasetil dan sebagainya. c. Brewer yeast (merupakan hasil samping industri bir) d. Tartaric Acid (hasil samping industri wine) 5. Produk Mikrobial Status produk mikrobial dapat menjadi haram jika termasuk dalam kategori berikut : 1. Produk mikrobial yang jelas haram yaitu produk minuman berakohol (khamr) beserta produk samping dan turunannya 2. Produk mikrobial yang menggunakan media dari bahan yang haram pada media agar, propagasi, dan produksi. Contoh media yang haram atau diragukan kehalalannya diantaranya: darah, pepton (produk hasil hidrolisis 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 26 / 50

27 bahan berprotein seperti daging, kasein atau gelatin menggunakan asam atau enzim) 3. Produk mikrobial yang dalam proses pembuatannya melibatkan enzim dari bahan yang haram 4. Produk mikrobial yang dalam proses pembuatannya menggunakan bahan penolong yang haram. Contohnya adalah penggunaan anti busa dalam kultivasi mikroba yang dapat berupa minyak/lemak babi, gliserol atau bahan lainnya 5. Produk mikroba rekombinan yang menggunakan gen yang berasal dari bahan yang haram. Contohnya adalah sebagai berikut: a. Enzim a-amilase dan protease yang dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisae rekombinan dengan gen dari jaringan hewan b. Hormon insulin yang dihasilkan oleh E.Coli rekombinan dengan gen dari jaringan pankreas babi c. Hormon pertumbuhan (human growth hormone) yang dihasilkan oleh E.Coli rekombinan 6. Bahan-bahan Lain Selain kelompok bahan-bahan di atas, berikut ini adalah contoh bahan/kelompok bahan lain yang sering menjadi titik kritis; 1. Aspartam (terbuat dari asam amino fenilalanin dan asam aspartat) 2. Pewarna alami 3. Flavor 4. Seasoning 5. Bahan pelapis vitamin 6. Bahan pengelmusi dan penstabil 7. Anti busa, dll 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 27 / 50

28 4.2. DIAGRAM ALIR PENETAPAN TITIK KRITIS Identifikasi Titik Kritis Bahan Nabati Bahan Nabati Pengolahan? Ya Non TK Kultivasi Mikrobial? Ya Fermentasi Khamr? + Bahan Tambahan? Ya Ya TK Haram Non TK TK Catatan : 1. TK : Titik Kritis, Non TK : Titik Kritis 3. TK dikaji lebih lanjut pada Prosedur Penetapan Status Bahan 4. Bahan nabati yang diperiksa dalam penetapan titik kritis ini adalah bahan nabati yang status awalnya halal, bukan bahan nabati yang sudah mendapat status keharaman terlebih dahulu, seperti ganja, kokain, opium,dll 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 28 / 50

29 Identifikasi Titik Kritis Bahan Hewani Bahan Hewani Susu, Telur, Ikan Daging dan hasil samping (lemak, tulang, kulit,dll) Ada pengolahan? Apakah daging dan hasil samping berasal dari Hewan Halal? Ya TK Non TK Haram Ya Apakah Hewan disembelih sesuai dengan Syari at Islam dan memiliki SH MUI atau lembaga yang diakui LP POM MUI? Ya boleh digunakan Ada pengolahan lanjutan Ya TK Non TK 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 29 / 50

30 Identifikasi Titik Kritis Produk Mikrobial Produk Mikrobial TK Semua produk mikrobial merupakan titik kritis Titik kritis terletak pada media, baik media penyegaran hingga media produksi (bisa nabati atau hewani ) 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 30 / 50

31 Identifikasi Titik Kritis Bahan Lain-lain (Tambang, Sintetik) Bahan Lain-lain Bahan Tambang Sintetik Campuran TK Non TK Organik Non Organik TK Apakah mengandung Bahan Penolong? Ya Non TK TK 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 31 / 50

32 IDENTIFIKASI TITIK KRITIS PENYIMPANAN DAN LINI PRODUKSI Apakah semua produk disertifikasi halal? Ya Apakah ada peluang kontaminasi bahanbahan haram dan najis? Ya Apakah produk sejenis non sertifikasi menggunakan merk yang sama? Ya dapat disertifikasi Apakah bahan untuk produk non sertifikasi mengandung babi atau hasil sampingnya? TK 1 Non TK Ya Apakah lini produksi, penyimpanan bahan dan produk untuk produk disertifikasi dgn non sertifikasi terpisah? dapat disertifikasi Ya Non TK Apakah prosedur sanitasi yang dilakukan dpt menghilangkan lemak, bau, warna,rasa? Ya dapat disertifikasi Apakah ada peluang terkontaminasi bahan-bahan haram/najis? Ya TK 2 Non TK 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 32 / 50

33 Catatan : 1. LP POM MUI merekomendasikan agar PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit yang mengajukan sertifikat halal, mensertifikat semua produknya pada semua pabrik dan lini produksi yang dimilikinya. 2. PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus menjaga agar produk yang disertifikasinya tidak tercemar dengan barang haram atau najis. 3. Jika PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit hanya mensertifikasi sebagian produknya, maka produk yang tidak disertifikasi tidak boleh menggunakan merek yang sama dengan produk yang disertifikasi, tidak mengandung babi atau bahan turunan dari babi. 4. Lini produksi, tempat penyimpanan bahan atau produk yang disertifikasi dan yang tidak disertifikasi harus terpisah secara nyata. 5. TK 1 adalah kontaminasi dari lingkungan (hewan piaraan, burung, cicak, dll) dan karyawan (katering, makanan, minuman) 6. Untuk TK 1 perlu dilakukan pencegahan dengan cara : a. Penutupan tempat-tempat terbuka yang memungkinkan terjadinya kontaminasi b. Karyawan dilarang untuk membawa makanan dan minuman ke ruang produksi 7. TK 2 adalah kontaminasi silang dari bahan-bahan yang tidak disertifikasi (bahanbahan haram atau najis selain babi) 8. Untuk TK 2 perlu dilakukan pencegahan malalui pemisahan secara fisik dan administrasi antara bahan untuk produk yang disertifikasi halal dan yang tidak. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 33 / 50

34 IDENTIFIKASI TITIK KRITIS DISTRIBUSI Apakah semua produk yang didistribusikan bersertifikat halal? Ya Apakah alat distribusi berbeda? Non TK Ya Non TK Apakah produk non sertifikasi halal mengandung babi dan hasil sampingnya? Ya disertifikasi Ada kemasan? Ya Apakah kemasan dapat mencegah kontaminasi silang? TK 1 Ya Non TK TK 2 Catatan : 1. Jika distribusi dilakukan oleh pihak ketiga harus dibuat sistem distribusi yang bisa menjamin bahwa distribusi dilakukan terpisah antara produk yang disertifikasi dan non sertifikasi. 2. TK 1 adalah dimana kondisi produk dalam keadaan curah, sehingga harus menggunakan wadah yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang. 3. TK 2 dapat dicegah dengan penggunaan kemasan distribusi yang dapat mencegah kontaminasi silang. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 34 / 50

35 IDENTIFIKASI PENETAPAN STATUS BAHAN Apakah bahan merupakan Produk Impor? Ya Apakah memiliki SH MUI atau Lembaga Luar Negeri yang diakui MUI dan masih berlaku? Apakah memiliki SH MUI dan masih berlaku? Ya Ya Apakah ada kemungkinan mengandung bahan yang diragukan? (biasanya bahan hewani atau produk khamr) Ya Sertifikasi Halal Kajian LP POM MUI Halal Bermasalah Bermasalah Bahan tidak dapat digunakan Bahan dapat digunakan 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 35 / 50

36 Catatan : 1. Prosedur ini berlaku untuk semua produsen dan pemasok 2. Keluaran dari prosedur penetapan status bahan adalah daftar bahan yang dapat dipakai sebagai acuan untuk auditor halal internal 3. Bahan dalam kategori daftar bahan yang dapat digunakan, sebelum diimplementasikan harus disahkan terlebih dahulu oleh LP POM MUI 4. Bahan dalam kategori daftar bahan yang tidak dapat digunakan tidak boleh ada di areal pabrik 5. Bahan yang dapat digunakan harus dilengkapi dokumen pendukung berupa spesifikasi bahan, surat rekomendasi atau sertifikat halal dari LP POM MUI atau Lembaga Sertifikasi Halal luar negeri yang direkomendasi LP POM MUI 6. Bahan yang melalui proses kajian LP POM MUI dilengkapi dengan rekomendasi LP POM MUI, sedangkan bahan yang melalui sertifikasi halal dilengkapi dengan sertifikat halal MUI 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 36 / 50

37 4.3. STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) HALAL MANUAL SOP Penggunaan bahan baru untuk bagian PD a. Bahan yang dibeli harus mengacv pada daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI b. Pembelian harus dapat menjamin bahwa bahan yang akan dibeli sesuai dengan data yang tertera pada sertifikat halal atau dokumen halal (nama dan kode bahan, nama perusahaan, nama dan lokasi pabrik) c. Dokumen pembelian harus terdokumentasi dengan baik dan lengkap SOP Pemeriksaan dan Penerimaan Bahan a. Nama bahan, kode bahan, produsen, nama dan lokasi pabrik diperiksa kesesuaiannya dengan daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI. b. Bila ada sertifikat halal menghendaki logo khusus, logo tersebut harus dipastikan ada pada kemasan bahan. c. Untuk bahan yang sertifikat halalnya diterbitkan per pengapalan, perlu dipastikan bahwa lot number, kuantitas, tanggal produksi, dan tanggal kadaluarsa sesuai dengan yang tercantum pada dokumen halal. d. Bahan yang telah diperiksa dan sesuai dengan kriteria maka diberi halal pass. e. Bahan yang disimpan di gudang adalah bahan yang sesuai dengan daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI. Apabila ada bahan di luar daftar tersebut maka penempatannya harus dipisah dan dipastikan tidak terjadi kontaminasi silang. f. Bahan yang disimpan di gudang harus terbebas dari najis dan bahan haram. g. Setiap mutasi (pemasukan dan pengeluaran) bahan dari gudang harus dicatat serta dilengkapi dengan kartu stok, nota permintaan barang dan bukti penerimaan barang SOP Penggantian dan Penambahan Pemasok Baru a. Jika bahan termasuk kategori kritis,maka diperiksa apakah pemasok baru telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang diakui oleh LP POM MUI. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 37 / 50

38 b. Bila pemasok tidak memiliki sertifikat halal maka disarankan untuk mencari pemasok lain yang telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang telah diketahui oleh LP POM MUI. c. Bila tidak ditemukan alternatif pemasok baru yang telah memiliki sertifikat halal maka perlu dilakukan pemeriksaaan spesifikasi teknis yang menjelaskan asal usul bahan (source of origin) dan diagram alir proses pembuatan bahan tersebut serta dikonsultasikan kepada LP POM MUI melalui internal auditor. d. Harus ada jaminan bahwa bahan yang akan dibeli sesuai dengan data yang tertera pada sertifikat halal atau dokumen halal ( nama dan kode bahan, nama perusahaan, nama dan lokasi pabrik ). e. Pemasok diperiksa apakah merupakan produsen langsung atau penyalur. Bila pemasok adalah penyalur, maka harus dibuat perjanjian tertulis dengan pihak pemasok yang menyatakan bahwa pemasok hanya memasok bahan dari produsen yang tertera pada dokumen halal. f. Rencana penggunaan penggantian pemasok dilaporkan kepada LP POM MUI melalui internal auditor. g. Bahan dari pemasok baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan oleh LP POM MUI. h. Data pemasok yang aktif maupun tidak harus didokumentasikan dengan baik SOP Penggunaan Bahan Baru a. Bahan baru diperiksa apakah bahan termasuk kategori kritis dan telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang diketahui oleh LP POM MUI b. Bila bahan tidak memiliki sertifikat halal disarankan untuk mencari bahan alternatif yang sama atau sejenis yang telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang telah diketahui oleh LP POM MUI c. Bila bahan alternatif yang sama tidak didapatkan, maka perlu pemeriksaan spesifikasi teknis yang menjelaskan asal usul bahan (source of origin) dan diagram alir proses pembuatan bahan tersebut serta dikonsultasikan kepada LP POM MUI melalui internal auditor d. Rencana penggunaan bahan baru dilaporkan kepada LP POM MUI melalui internal auditor e. Bahan baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan oleh LP POM MUI 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 38 / 50

39 SOP Produksi Halal a. Pembuatan kertas kerja produksi (work sheet) harus mengacu pada formula dan matriks bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI. b. Bahan yang dapat digunakan dalam produksi halal hanya yang terdapat dalam daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI dan telah mendapatkan halal pass. c. Bahan dipastikan terbebas dari kontaminasi najis dan bahan yang haram. d. Lini produksi dipastikan hanya digunakan untuk bahan yang halal. e. Apabila lini produksi juga digunakan untuk bahan yang belum disertifikasi halal, maka prosedur pembersihan dipastikan dapat menghilangkan/ menghindari produk dari kontaminasi silang. f. Bila ada produk yang tidak disertifikasi mengandung babi, alat dan lini produksi dipastikan benar-benar terpisah. g. Harus dipastikan bahwa di area produksi tidak boleh ada bahan-bahan atau barang-barang yang tidak digunakan untuk produksi SOP Perubahan Formula dan Pengembangan Produk Baru a. Prinsip perubahan formula dan pengembangan produk baru adalah mengutamakan pada daftar bahan yang telah diketahui LP POM MUI. b. Perubahan formula yang menghasilkan produk baru harus diajukan dalam proses sertifikasi halal baru. c. Perubahan formula yang tidak menghasilkan produk baru dan tidak menggunakan bahan baru (reformulasi komposisi) tidak perlu dilaporkan kepada LP POM MUI. d. Perubahan formula yang tidak menghasilkan produk baru tetapi menggunakan bahan baru ( pengguna bahan alternatif ) harus mengacu kepada SOP penggunaan bahan baru. e. Rencana pembuatan formula baru yang tidak menghasilkan produk baru dilaporkan kepada LP POM MUI melalui internal auditor. f. Formula baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan oleh LP POM MUI. g. Apabila formula baru tidak mendapatkan persetujuan maka formula baru tidak dapat digunakan. 25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 39 / 50

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA 1 Kebijakan Halal Apakah pimpinan perusahaan memilik kebijakan tertulis yang menunjukkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk memproduksi produk halal secara konsisten? Apakah kebijakan halal disosialisasikan

Lebih terperinci

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ]

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] Disiapkan oleh, Disahkan oleh, (Ketua Tim Manajemen Halal) (Perwakilan Manajemen) Daftar Isi... 1 Halaman Pengesahan... 2 1. Pendahuluan...3 1.1 Informasi Umum

Lebih terperinci

MANUAL Sistem Jaminan Halal

MANUAL Sistem Jaminan Halal MANUAL Sistem Jaminan Halal Perusahaan : (Diisi Nama Perusahaan) Disusun Oleh : Manual SJH 0 HALAMAN PENGESAHAN Manual Sistem Jaminan Halal Perusahaan [.] ini merupakan dokumen perusahaan terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

PANDUAN UMUM SISTEM JAMINAN HALAL LPPOM MUI

PANDUAN UMUM SISTEM JAMINAN HALAL LPPOM MUI PANDUAN UMUM SISTEM JAMINAN HALAL LPPOM MUI LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA 2008 Kata Pengantar Sistem Jaminan Halal mulai diberlakukan oleh Lembaga Pengkajian

Lebih terperinci

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H) SISTEM JAMINAN HALAL (S J H) 2014 MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] Disiapkan oleh, Disahkan oleh, (Ketua Tim Manajemen Halal) (Perwakilan Manajemen) DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Halaman Pengesahan...

Lebih terperinci

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan MANUAL SJH STANDAR Manual SJH Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan dalam menerapkan SJH Prinsip Manual Sistem Menuliskan

Lebih terperinci

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL RENCANA KERJA JAMINAN HALAL BERDASARKAN SISTEM JAMINAN HALAL (HALAL ASSURANCE SYSTEM 23000)

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL RENCANA KERJA JAMINAN HALAL BERDASARKAN SISTEM JAMINAN HALAL (HALAL ASSURANCE SYSTEM 23000) Hal : 1 RENCANA KERJA JAMINAN HALAL BERDASARKAN (HALAL ASSURANCE SYSTEM 23000) LIQUID EXTRACT, DRY EXTRACT, PASTA, OIL EXTRACT No. Salinan STATUS DIKENDALIKAN Dibuat Oleh, Kordinator Halal Internal Agnes

Lebih terperinci

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN DOKUMEN KEHALALAN BAHAN Tujuan Memahami pentingnya analisa dokumen. Memahami jenis-jenis dokumen kehalalan bahan dan penggunaannya dalam sertifikasi halal Memahami dokumen standar untuk bahan hewani, tumbuhan,

Lebih terperinci

MANUAL SJH PT EVIGO INDONESIA MAN-SJH-01

MANUAL SJH PT EVIGO INDONESIA MAN-SJH-01 MANUAL SJH PT EVIGO INDONESIA MAN-SJH-01 JAKARTA 2014 Halaman 1 dari 26 HALAMAN PENGESAHAN Manual Sistem Jaminan Halal (SJH) PT EVIGO INDONESIA ini merupakan dokumen perencanaan penerapan Sistem Jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita tentu ingin selalu tampil cantik di mana pun dan kapan pun. Banyak yang dilakukan untuk mendapatkan tampilan yang diinginkan agar terlihat menawan. Hal yang paling

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH AUDIT INTERL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH 1. Ringkasan Hasil Audit Internal : 1a. Waktu Audit Internal : 1b. Auditor : 1c. Auditee : 1d. Temuan : 1e. Tindakan Koreksi : Form Laporan Berkala 2. Ringkasan

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah IV. SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah lembaga yang berfungsi membantu Majelis Ulama Indonesia

Lebih terperinci

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR Konsep dasar halal dan haram dalam islam Halal dan Haram adalah Hak absolut Allah dan RasulNya Kejelasan halal dan haram Dalam islam sesuatu itu terbagi

Lebih terperinci

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Persyaratan Sertifikasi Halal Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Tujuan : Peserta memahami prinsip-prinsip dari Kebijakan dan Prosedur dalam Sertifikasi Halal. Peserta dapat menerapkan Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara wawancara dengan manajemen PT GIA yang terdiri dari direktur dan manajer umum, dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT GIA sebagai perusahaan perisa yang berlokasi di Cianjur. Waktu penelitian dimulai sejak Juli 2010 sampai Maret 2011.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 WAHYUNI AMELIA WULANDARI 2, WIWIT ESTUTI 3 dan GUNAWAN 2 2 BPTP Bengkulu, Jl. Irian Km 6,5 Kota Bengkulu 38119 3

Lebih terperinci

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal Apa itu Perbuatan Hukum asal perbuatan adalah terikat dengan hukum syara. (Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, Haram) Hukum Halal/Haram Menjadi dasar dalam proses Sertifikasi

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN HALAL Pangan di dalam UU RI No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2014 PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) merupakan pelaku ekonomi nasional yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian. Karena. kegiatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak mendapat perlindungan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN PANGAN AMAN DAN HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Serial artikel sosialisasi halalan toyyiban PusatHalal.com Materi 5 KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Oleh DR. Anton Apriyantono Mengkonsumsi pangan yang halal dan thoyyib (baik, sehat, bergizi dan aman) adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produk Pangan 1. Pengertian Pangan Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan yang selanjutnya disingkat UUP, Pangan adalah segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. Menurut An- Nabhani sekumpulan aturan yang

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA Konferensi Tingkat Tinggi Association of South East Asia Nations (ASEAN) ke-9 tahun 2003 menyepakati Bali Concord II yang memuat 3 pilar untuk mencapai vision 2020 yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas Muslim di seluruh dunia telah membentuk segmen pasar yang potensial dikarenakan pola khusus mereka dalam mengkonsumsi suatu produk. Pola konsumsi ini diatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi saat ini, maka kebutuhan hidup manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan akan

Lebih terperinci

MAKANAN HALAL THAYYIBAN

MAKANAN HALAL THAYYIBAN SEKOLAH IBU CABANG KEPANJEN MAKANAN HALAL THAYYIBAN 1 Titis Sari Kusuma, S.Gz, M.P Staf Dosen PS. Ilmu Gizi FKUB Penyelia Halal (KJF Food Halal UB) Food Safety Trainer Good Hygiene Practices Trainer HP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka pangan harus tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti "diizinkan" atau "boleh ". Istilah ini dalam kosakata sehari-hari lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. berarti diizinkan atau boleh . Istilah ini dalam kosakata sehari-hari lebih sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Halal,حلال) halāl, halaal) adalah istilah bahasa Arab dalam agama Islam yang berarti "diizinkan" atau "boleh ". Istilah ini dalam kosakata sehari-hari lebih

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA Dr. HM. Asrorun Ni am Sholeh,MA Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia @ans PENGERTIAN Fatwa adalah jawaban atau penjelasan dari ulama mengenai masalah keagamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS (MUI), setelah : Menimbang : 1. bahwa produk pangan ternak ada yang telah dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan sebagai isi dari apa yang

Lebih terperinci

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Fokus Menghindari Pencemaran dan Penurunan Mutu Produk Pemeliharaan dan Pembersihan Prosedur Pembersihan dan Sanitasi Program Pengendalian Hama (Mencegah, Pemasangan

Lebih terperinci

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit manajemen pada PT. MJPF Farma Indonesia akan dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan

Lebih terperinci

MAKANAN HALALAN TOYYIBBAN PERSPEKTIF ISLAM

MAKANAN HALALAN TOYYIBBAN PERSPEKTIF ISLAM MAKANAN HALALAN TOYYIBBAN PERSPEKTIF ISLAM Tajudin Nur*) Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan Dan Bidang Produk Halal dan Hisab Rukyat (Penyelenggara Syariah) Hai sekalian manusia,

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2154, 2016 KEMEN-KP. Sertifikat Kelayakan Pengolahan. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PERMEN-KP/2016 TENTANG

Lebih terperinci

PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 19 April 2011 Pengendalian Dokumen Tanggal Berlaku : 26 April 2011 Kode Dokumen : PK STEKPI PPMA 001/R2

PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 19 April 2011 Pengendalian Dokumen Tanggal Berlaku : 26 April 2011 Kode Dokumen : PK STEKPI PPMA 001/R2 PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 19 April 2011 Pengendalian Dokumen Tanggal Berlaku : 26 April 2011 Kode Dokumen : PK STEKPI PPMA 001/R2 HALAMAN PENGESAHAN Dibuat oleh: Diperiksa oleh: Disahkan oleh: Nama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

Waspadai Produk Gunaan dari Babi

Waspadai Produk Gunaan dari Babi Waspadai Produk Gunaan dari Babi 23 Februari 2015 Makalah Islam Waspadai Produk Gunaan dari Babi Siti Aminah (Kasubdit Produk Halal Direktorat Urais dan Binsyar) Babi adalah sejenis hewan ungulata yang

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG FORMULIR No. Formulir FOR-APL 02 ASESMEN MANDIRI Edisi 1 Revisi 2 Berlaku Efektif Februari 2016 Nama Peserta : Tanggal/Waktu :, Nama Asesor : TUK : Sewaktu/Tempat

Lebih terperinci

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan

Lebih terperinci

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL A. UMKM Makanan dan Minuman di Surabaya Usaha mikro kecil menengah (UMKM) merupakan pelaku ekonomi nasional yang mempunyai peran yang sangat

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, makanan mempunyai peranan yang penting bagi manusia. Peran tersebut antara lain untuk mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROFIL RESPONDEN Identifikasi permasalahan proses sertifikasi halal diperoleh berdasarkan hasil diskusi bersama pakar LPPOM MUI, pengamatan langsung selama kegiatan magang, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur puyuh adalah produk utama yang dihasilkan oleh ternak puyuh dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa serta harga relatif murah.

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam. Bab 10 Makanan dan Minuman dalam Islam

Pendidikan Agama Islam. Bab 10 Makanan dan Minuman dalam Islam Pendidikan Agama Islam Bab 10 Makanan dan Minuman dalam Islam Bagan Makanan dan Minuman dalam Islam Konsep Dasar Halal dan Haram dalam Islam Hidangan Islami Sertifikasi Halal 1. Halal dan Haram adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan BAB IV PEMBAHASAN Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan keekonomisan suatu perusahaan. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Hlm. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR SINGKATAN...xvi DAFTAR FATWA...xvii INTISARI...xix ABSTRACT...xx

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN HASIL BAHAN ASAL HEWAN KONSUMSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja: a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR: HK.00.06.52.0100 TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI, Menimbang

Lebih terperinci

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh 2017 No. Dok.: PM-WM-01 No. Rev.: 1 Tgl. Berlaku: Oktober 2017 Hal: 1 / 13 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober 2017 Oleh DEKAN Pedoman Mutu ini menguraikan Sistem Manajemen Mutu di Fakultas

Lebih terperinci

DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000

DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000 Dokumen? Media dan informasi pendukungnya (ISO 9000:2000) Dokumen dapat berupa: Hard copy (hasil cetakan) Soft copy (file elektronik) Rekaman suara Gambar

Lebih terperinci

SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)

SISTEM JAMINAN HALAL (SJH) (SJH) CV PASIFIC HARVEST JL. TRATAS NO. 61 MUNCAR, BANYUWANGI JAWA TIMUR INDONESIA Telp. 0333 593368 Fax. 0333 591618 Email: pasificmuncar@yahoo.com LEMBAR PENGESAHAN Tanggal 10/09 /2013 Halaman 2 SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi akan menggerakkan dan menjalankan tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi akan menggerakkan dan menjalankan tujuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi akan menggerakkan dan menjalankan tujuan yang telah disepakati. Kegiatan manajemen perlu adanya sebuah organisasi sebagai wadah atau alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal-hal yang besar hingga bagian terkecil dalam

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU SISTEM. Universitas Nusa Cendana AUDIT MUTU INTERNAL (06)

PROSEDUR MUTU SISTEM. Universitas Nusa Cendana AUDIT MUTU INTERNAL (06) 1. TUJUAN Prosedur ini sebagai pedoman bagi auditor dalam melakukan audit agar sistem manajemen mutu dilakukan secara efektif dan konsisten, serta untuk mengetahui secara obyektif dan berkala kondisi atau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lampiran Jawaban Tugas Tertulis 12. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Enginer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Lampiran Jawaban Tugas Tertulis 12. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Enginer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... 1 BAB I KONSEP PENILAIAN... 2 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Tujuan... 2 1.3 Metoda Penilaian... 2 BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN... 4 2.1 Kunci Jawaban Tugas-Tugas (Teori)... 4

Lebih terperinci

Halal (atau) haram?? Bagaimana system kerja MUI sebagai media filter Halal Haram di Indonesia??

Halal (atau) haram?? Bagaimana system kerja MUI sebagai media filter Halal Haram di Indonesia?? Halal (atau) haram?? Bagaimana system kerja MUI sebagai media filter Halal Haram di Indonesia?? Apa Yang Dimaksud Halal Haram Itu? Halal dalam Al-Quran berarti diperbolehkan atau sah. Makanan dan minuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan perdagangan bebas, dengan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan masuknya barang dan jasa melintasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survei Pendahuluan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal pada PT Bondor Indonesia diawali dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar belakang perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN B A D A N P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N R E P U B L I K I N D O N E S I A Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tel. 4244691 4209221 4263333

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR3 TAHUN2017 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETENSI KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biskuit merupakan produk pangan hasil pemanggangan yang terbuat dengan bahan dasar tepung terigu, dengan kadar air akhir kurang dari 5%. Biasanya formulasi biskuit

Lebih terperinci

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB Disampaikan oleh: Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik & PKRT Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IKATAN APOTEKER INDONESIA Tangerang

Lebih terperinci

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, No.797, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Pendaftaran dan Peredaran Pakan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMENTAN/PK.110/6/2017 TENTANG PENDAFTARAN DAN

Lebih terperinci

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan. No.93, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan makanan itulah manusia akan dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan makanan itulah manusia akan dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan makanan itulah manusia akan dapat melakukan aktivitas dengan semangat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA Logo perusahaan DISETUJUI OLEH: PRESIDEN DIREKTUR Dokumen ini terkendali ditandai dengan stempel DOKUMEN TERKENDALI. Dilarang mengubah atau menggandakan dokumen tanpa seizing

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa produk pangan segar asal tumbuhan

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci