BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor otak atau tumor intrakranial merupakan neoplasma atau proses desak ruang (space occupying lession atau space taking lession) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial. 1 Tumor otak merupakan keganasan, yang sering dijumpai sesudah leukemia dan limfoma pada anak berumur dibawah 15 tahun. Tjahjadi dkk. Melaporkan bahwa di antara 311 kasus tumor ganas pada anak berusia dibawah 15 tahun ternyata 57 kasus (18,3%) adalah tumor ganas saraf, sedangkan Gatot kasus keganasan pada anak. Angka kejadian tumor otak adalah 23,9 kasus per 1 juta populasi per tahun, dibagian ilmu kesehatan anak, fakulas kedokteran Universitas Indonesia, jakarta sekitar 20 pasien per tahun, dan termuda berusia 5 bulan hanya 1 orang pasien. Tumor otak jarang terjadi pada anak dibawah 1 tahun. Puncak kejadian adalah pada umur antara 3 5 tahun. 2,3 Tumor otak mempunyai sifat yang berlainan dibandingkan tumor ditempat lain. Walaupun secara histologis jinak, mungkin akan bersifat ganas karena letaknya berdekatan atau disekitar struktur vital dan dalam rongga tertutup yang sukar dicapai. Lokasi tumor otak pada anak berbeda dari orang dewasa, pada anak 60% atau lebih terdapat dibawah tentorium dan kebanyakan didaerah serebelum, sedang pada orang dewasa hanya 25-30% saja. 1 Umumnya pasien datang dalam keadaan lanjut. Hal ini disebabkan karena keluhan anak dianggap sebagai gejala penyakit biasa, kurangnya kesadaran orang tua untuk membawa anaknya berobat dan kurangnya pengenalan prosedur diagnostik tumor. Lagipula bayi dan anak kecil tidak dapat mengemukakan keluhannya secara verbal, sedang tanda dini tumor kadang-kadang samar dan tidak dikenali oleh orang tuanya. Dengan 1

2 adanya beberapa alat bantu diagnostik seperti elektroensefalografi, foto rontgen kepala baik polos maupun dengan bahan kontras dan alat canggih seperti CT scan, MRI diagnosis dan tata laksana tumor otak dapat dilakukan lebih cepat dan tepat. 2 2

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Otak 4 Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal dan terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu cranium (tengkorak), yang secara absolut tidak dapat bertambah volumenya, terutama pada orang dewasa. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Masing-masing neuron mempunyai 1000 sampai korteks sinaps dengan sel saraf lainnya, sehingga mungkin jumlah keseluruhan sinaps di dalam otak dapat mencapai 100 triliun. 3

4 Gambar 2.1 Penampang Otak 4 Jaringan otak dilindungi oleh beberapa pelindung, mulai dari permukaan luar adalah kulit kepala, tulang tengkorak, meningens (selaput otak) dan likuor serebrospinal. Meningens terdiri dari tiga lapisan, yaitu : Duramater (meningens kranial terluar), arakhnoid (lapisan tengah antara duramater dan piamater), dan piamater (lapisan selaput otak yang paling dalam). Di tempat-tempat tertentu duramater membentuk sekat-sekat rongga cranium dan membaginya menjadi tiga kompartemen. Tentorium merupakan sekat yang membagi rongga cranium menjadi supratentorial dan infratentorial, memisahkan bagian posterior-inferior hemisfer serebri dari serebelum. Gambar 2.2 Lapisan Meningens 4 Korteks serebrum mempunyai pola yang ditandai dengan celah-celah yang disebut sulkus dan birai-birai yang dikenal dengan nama girus. Dengan adanya sulkus di atas, serebrum dapat dibagi menjadi beberapa lobus ; 1) Lobus frontalis di fosa anterior: pusat fungsi perilaku, pengambilan keputusan, dan control emosi 4

5 2) Lobus temporalis di fosa media: pusat pendengaran, keseimbangan emosi dan memori 3) Lobus oksipitalis di belakang dan di atas tentorium: pusat penglihatan dan asosiasi 4) Lobus parietalis di antara ketiganya: pusat evaluasi sensorik umum dan rasa kecap. 2.2 Definisi Tumor Otak Tumor otak merupakan suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) sepert: kanker paru, payudara, prostat, ginjal dan lain-lain disebut tumor otak sekunder Epidemiologi 5,6 Tumor primer adalah tumor yang timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput myelin. Tumor metastasis SSP yang melalui peredaran darah yaitu yang paling sering adalah tumor paru-paru, prostat, ginjal, tiroid atau traktus digestivus, sedangkan secara perkontinuitatum masuk ke ruang tengkorak melalui foramina basis kranii yaitu infiltrasi karsinoma anaplastik nasofaring. Pada umumnya tumor otak primer tidak memiliki kecenderungan bermetastasis, hanya satu yaitu meduloblastoma yang dapat bermetastasis ke medulla spinalis dan kepermukaan otak melalui peredaran likuor serebrospinalis. Perbandingan tumor otak primer dan metastasis adalah 4 : 1. Tumor otak primer (80 %), sedangkan sekunder (20 %). Tumor primer kira-kira 50% adalah glioma, 20 % meningioma, 15 % adenoma dan 7 % neurinoma. Pada orang dewasa 60 % terletak di supratentorial, sedangkan pada anak-anak 70 % terletak di infratentorial. Tumor yang paling banyak ditemukan pada anak adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma. Statistik primer adalah 10 % dari semua proses neoplasma dan terdapat 3 7 penderita dari orang penduduk. 5

6 2.4 Etiologi Tumor Otak 5,6,7 Penyebab tumor otak masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penelitian yang dilakukan. Faktor-faktor penyebab tumor otak, sebagai berikut: 1. Herediter Faktor keturunan memainkan peran yang kecil dalam penyebab tumor otak. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang menderita tumor otak. Pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma juga dapat dijumpai pada anggota keluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber juga dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru yang mempengaruhi menjadi penderita glioma. 2. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest) Sisa-sisa embrional berkembang menjadi sel-sel yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi sebagian dari sisa embrional tertinggal dalam tubuh kemudian menjadi ganas dan merusak sel di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma. 3. Radiasi Sel-sel pada sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, walaupun belum ada bukti bahwa radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. 4. Virus Banyak penelitian inokulasi virus pada binatang kecil dan besar dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat. 5. Substansi-substansi Karsinogenik 6

7 Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. 2.5 Klasifikasi Tumor Otak Klasifikasi tumor primer dan sekunder berdasarkan patologi anatomi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Klasifikasi sitogenetik dari Bailey dan Cushing masih merupakan metode yang berguna untuk mengatasi masalah beraneka ragamnya sel yang menyusun susunan saraf pusat.6 Terbentuknya tumor didasarkan atas anggapan bahwa mingrasi dan diferensiasi lapisan sel primitive tabung saraf berubah menjadi meduloblas yang kemudian berdiferensiasi menjadi 2 bagian, yaitu golongan neuron menjadi neuroblasdan neuron, dan golongan glia menjadi spongioblas menjadi astrosit dan oligodendrosit. Lapisan sel tabung saraf dapat juga menjadi sel ependimal. Tiaptiap sel ini dapat berubah menjadi neoplastik sehingga meduloblas menjadi meduloblastoma, neuroblas menjadi neuroblastoma dan glanglioneuroma, dan sel ependimal menjadi ependioma. Tumor yang berasal dari sel glia dinamakan glioma.5 Tabel 2.1 Klasifikasi Tumor Otak Primer dan Sekunder 7

8 Gambar 2.3 Histogenesis dari tumor neuroektodermal 6 Modifikasi klasifikasi Russel dan Rubinstein berdasarkan letak tumor otak yang sering ditemukan pada anak adalah: 6 I. Tumor fosa posterior 1. Meduloblastoma 2. Astrositoma 3. Ependimoma 4. Glioma batang oatak 5. Hemangioblastoma II. Tumor fosa media 1. Kraniofaringioma 2. Kista intraselar 3. Glioma optic dan hipotalamik III. Tumor daerah hemisfer 1. Golongan yang berasal dari glia - Astrositoma - Glioblastoma multiforme - Oligodendroglioma - Ependimoma 8

9 - Papiloma pleksus koroid 2. Tumor daerah pineal - Pinealoblastoma - Pinealositoma - Germinoma 3. Angioma 4. Meningioma - Meningioma jinak - Sarkoma selaput otak - 1. Tumor Epithelial A. Tumor Glial 1. Astrositoma Astrositoma merupakan tumor SSP otak primer dengan kasus 17-30% dari semua glioma dan 11-13% dari seluruh tumor otak.tumor ini berasal dari sel astrosit yang merupakan bagian dari jaringan penunjang otak. Sel ini dinamakan astrosit karena bentuknya yang menyerupai bintang. 5,6 Durasi gejala astrositoma Grade I rata-rata: 21 bulan sedangkan Grade II: 11 bulan. Walaupun sakit kepala dan muntah bukanlah merupakan keluhan yang tersering, namun 72% astrositoma serebrum mempunyai keluhan ini, dimana 11% diantaranya cenderung melibatkan nyeri sebelah saja (75% darinya ipsilateral terhadap tumor). Muntah dijumpai pada kirakira 31% kasus. Gejala awal yang sering adalah kejang (40-75%), baik kejang umum maupun fokal. Kejang ini merupakan akibat insufisiensi aliran darah yang sesaat menimbulkan elektrik yang berlebihan, 19% penderita menunjukkan gejala paresis atau paralisis, 55% paresis fasial dan 41% paresis tungkai.1,5 9

10 Gambaran histopatologi pada low grade astrocytoma adalah memiliki gambaran sel multipolar dan multinuklear yang atipik. Sedangkan, gambaran CT-Scan yang merupakan suatu revolusi dalam mendiagnosis astrositoma dengan akurasi 100% pada low grade astrocytoma tergambar lesi yang hipodens dengan sedikit atau bahkan tidak terdapat massa tumor1 2.4 Gambaran Histopatologi Low Grade Astrocytoma Gambaran CT-Scan Low Grade Astrocytoma 11 Gradasi Astrositoma : 6,7 a. Grade I (Astrositoma Pilositik) Tumor tumbuh lambat dan sering berkista, sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda.tumor ini merupakan tumor glial yang tersering pada anak, sekitar 10% melibatkan bagian serebral dan 85% mengenai serebellum. Lokasi paling sering pada: nervus optikus, kiasma optikum, hipotalamus, ganglia basalis, hemisfer serebri, serebellum, dan batang otak. Gambaran histologinya: berupa sel-sel bipolar dengan serat Rosenthal dan sel- 10

11 sel multipolar yang tampak kehilangan teksturnya dengan mikro kista dan granular bodies. b. Grade II (Astrositoma Difus) Karakteristik tumor adalah tumbuhnya lambat dan menginfiltrasi struktur otak di dekatnya. Sekitar 35% tumor otak astrositik adalah jenis ini. Biasanya mengenai orang-orang usia dewasa muda dan cenderung untuk menjadi ganas. Lokasi tumor ini bisa di mana saja, namun paling sering di daerah serebelum. Gambaran histopatologis tumor ini berupa fibrilasi yang berdiferensiasi baik atau gemistositik neoplastik astrosit. Terdapat varian histologis: astrositoma fibrilari, astrositoma gemistositik. c. Grade III (Astrositoma Anaplastik) dan Grade IV (Glioblastoma Multiforme) Termasuk astrositoma maligna. Biasanya muncul secara sporadik tanpa kecenderungan familial maupun keterlibatan faktor lingkungan. Keduanya dapat menjadi faktor penyulit pada beberapa kelainan genetic seperti neurofibromatosis tipe 1 dan 2, syndrome Li-Fraumeni, dan syndrome Turcot. Gambaran mikroskopis tumor ini; tampak adanya peningkatan selularitas, nukleus atipik, dan aktifitas mitosis yang meningkat dibandingkan dengan astrositoma difus (Grade II). Sedangkan pada glioblastoma multiforme, secara mikroskopik akan tampak bersifat anaplastik, seluler glioma berdiferensiasi buruk, dan seringkali terlihat sel tumor astrosit pleomorfik dengan nukleus atipik dan aktifitas mitosis yang tinggi. Penanganan astrositoma ditujukan untuk menegakkan diagnosa pasti dan perbaikan prognosa, mengurangi-pemulihan gejala serta memperpanjang harapan hidup. Radioterapi tampaknya cukup berperan bagi tumor-tumor ini, dimana banyak peneliti yang mengemukakan adanya harapan hidup yang lebih panjang pada penderita-penderita tumor yang pascabedahnya diberikan radiasi. Gambaran 2.6 MRI T1 Axial.Preoperatif dan postoperative 11 11

12 a. Tumor Oligodendroglioma 2. Oligodendroglioma 7 Tumor oligodendroglioma berasal dari sel-sel oligodendrosit. Tumor ini banyak ditemukan pada usia dewasa dengan puncak insiden antara dekade ke empat dan keenam.. Pada laki-laki sedikit lebih dominan dibandingkan wanita. Oligondendroglioma merupakan tumor yang pertumbuhan nya lambat dan mungkin hanya menyebabkan kejang. Jika lebih ganas (astrositoma anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik) yang dapat menyebabkan kelainan fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa dan langkah yang goyah.tumor oligodendroglioma juga sering berkalsifikasi. 3. Tumor Ependimoma 5,6 Tumor ini merupakan neoplasma glial yang susunannya didominasi oleh sel-sel ependim dan frekuensinya 5% dari seluruh glioma. Pada ependimoma klasik, secara makroskopisnya tumor tampak padat dengan batas yang tegas dan berasal dari lantai ventrikel IV/ kanalis spinalis. Tumor dapat meluas hingga sudut serebro pontin melalui foramen Luscka, sisterna magna, dan foramen magendi.serta dapat mencapai batang otak jika sudah melalui foramen magnum. Secara histologis tampak sel kolumnar uniform dan sel astrosyte like fibriler yang membentuk barisan ependimal roossete. Gejala yang ditemukan mual, muntah, dan nyeri kepala dengan intensitas yang terasa lebih berat di pagi hari, diplopia, ataksia, hemiparesis dan paresis nervus kranialis. 8,9 12

13 Pada hasil pemeriksaan CT-Scan dan MRI akan tampak kontras mengisi daerah tumor di ventrikel lateral. Pasien dapat mengalami hidrosefalus. Tumor jenis ini dapat menutupi saluran cairan serebrospinalis sehingga menyebabkan hidrosefalus (ventrikel melebar, jaringan otak tipis). 11 Gambaran 2.7 Penumpukan zat Kontras pada Tumor di Ventrikel Lateral Ependimoma 11 B. Tumor Neuronal dan campuran neuronal glial 6 a. Gangliglioma Tumor ini berisi sel ganglion dan neuron abnormal. Tumor ini jarang terjadi. C. Tumor Non-Glial 6,7,8 1. Tumor Primitive Neuroektodermal Suratentorial (PNET) Tumor embrional maligna yang memiliki diferensiasi yang divergen dengan derajat yang bervariasi yang berasal dari matriks germinal dari primitive neural tube. 2. Tumor Plexus Khoroideus Pleksus khoroid secara embriologis berasal dari lapisan ependimal tabung neural. Tumor ini dapat terjadi pada semua kelompok usia termasuk bayi % usia < 20 tahun dan kasus tertua 74 tahun. Rasio pria dan wanita seimbang. Gejala 13

14 tumor pleksus khoroid biasanya hanya berupa tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial tanpa disertai gejala neurologis fokal. Tumor intraventikel IV kadang juga menimbulkan gejala nistagmus dan ataksia. Secara makroskopis, permukaan tumor plexus khoroideus berwarna kuning kecoklatan, dengan struktur yang tampak seperti brokoli dengan batas tegas pada ventrikel, dan disertai adanya kalsifikasi. Penanganan tumor berupa operasi pengangkatan tumor. 2.7 Gambar MRI T1 Sagital. Postkontras. Tumor Plexus Khoroideus Meduloblastoma 13,14 Tumor ini sering terjadi pada anak dan merupakan tumor primer maligna yang solid dan paling banyak pada anak 30%. Sekitar 75% kasus tumor ini terjadi pada anak usia kurang 15 tahun. Di Amerika Serikat, insiden tahunan dari tumor ini diperkirakan sekitar 0,5 setiap anak. Tumor ini sebagian besar berasal dari vermis serebelar (75%) yang 14

15 meluas hingga ventrikel IV dan dapat mengisi seluruh ventrikel, sekitar 25% terjadi pada bagian lateral serebelum. Pada pemeriksaan fisik, dapat dijumpai papiledema, nistagmus, dan diplopia akibat paresis nervus IV dan VI. Selain itu, dapat terjadi ataksia, disdiadukokinesia, hipotonia, dismetria. Pada bayi, keluhan klinis dapat berupa letargi, irritable, dan dapat terjadi makrosefali yang progresif dengan fontanella anterior yang membonjol. Durasi rata-rata gejala sebelum operasi adalah 4-5 bulan yang kemudian akan secara progresif memburuk setelah onset. Penanganan tumor ini dapat berupa operasi yang dikombinasikan dengan radiasi.tindakan operasi pengangkatan diharapkan minimal dilakukan sampai sumbatan saluran likuor dapat lancar kembali. Radioterapi secara bermakna dapat meningkatkan five years survival penderita. 2.8.Gambaran MRI Meduloblastoma di Cerebellum 12 Gambar 2.9 Histopatologik Sel Rosette pseudorosette pada pasien dengan 2. TUMOR MENINGEAL Meduloblastoma 1 2. Tumor Meningeal 13,14,15 15

16 a. Meningioma Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen), bisa menyebabkan berbagai gejala yang tergantung kepada lokasi pertumbuhannya. Para ahli belum memastikan penyebab meningioma, beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyatakan bahwa kromoson yang abnormal yang meyebabkan timbulnya meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningioma berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). Tumor ini tumbuhnya lambat sehingga sering gejala klinisnya tidak begitu menonjol. Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman, penonjolan mata dan gangguan penglihatan. Pada penderita lanjut usia bisa menyebabkan hilang ingatan dan kesulitan dalam berfikir, mirip dengan yang terjadi pada penyakit Alzheimer. Gejala pada pasien meningioma dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor : Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkai Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal, perubahan status mental Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda. Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus. Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya berjalan, Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan 16

17 Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing Terapi operatif radikal yang maksimal merupakan penanganan terpilih untuk tumor ini, peranan radiasi untuk meningioma yang tidak berhasil diangkat seluruhnya masih belum terlalu jelas, mengingat secara umum meningioma merupakan tumor yang relatif radioresisten. Pada umumnya prognosis meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa survivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi. Gambar 2.10 CT-Scan venogram potongan koronal Meningioma di Sinus Sagitalis Superior 12 b. Hemangioperisitoma Tumor ini termasuk golongan tumor yang vaskuler, dengan terapi definitifnya adalah reseksi. Seperti pada meningioma, peranan angiografi dan embolisasi juga diharapkan akan meningatkan efektifitas dan keamanann dari reseksi yang dilakukan. 3. Tumor Sella 6,7,14 a. Kraniofaringioma 17

18 Termasuk jenis tumor yang tumbuh lambat dan merupakan tumor epithelial jinak region sellar.secara embriologi, tumor ini berasal dari sisa sel epitel squamosa duktus kraniofaringeal. Gambar 2.11 MRI T1 Postkontras Potongan Koronal (A) dan Sagital (B) Tumor Kistik Selar dan Supraselar Kraniofaringioma Adenoma Hipofisis Tumor ini cukup banyak ditemukan, merupakan jenis tumor ketiga terbanyak setelah glioma dan mengioma. Beberapa literatur menyebutkan tumor ini merupakan 10-15% dari tumor primer intrakranial. Insiden pertahunnya sekitar 0,5-8,2% per individu dengan perbandingan kejadian pada pria dan wanita yang tidak berbeda. Kelenjar hipofisis merupakan organ yang berada dalam fossa hiposfisis atau sela tursika dan mempunyai berat sekitar 0,5 gr. Organ ini terdiri dari dua bagian yang berasal dari sel embrional yang berbeda, yaitu adenohipofisis yang merupakan lobus anterior kelenjar hipofisis, yang berasal dari kantung Rathke; lobus posteriornya, neurohipofisis yang berasal dari hipothalamus ventral. Tanda dan gejala klinis penderita adenoma hipofise diakibatkan oleh hipersekresi atau hiposekresi satu atau beberapa hormone hipofise. Keluhan gangguan penglihatan perlahan dannyeri kepala pada 20% penderita. Penanganan adenoma pituitari mempunyai tujuan: (1) dekompresi struktur saraf khususnya traktus penglihatan dan (2) restorasi sekresi hormonal yang normal. 18

19 2.6 Derajat Keganasan Tumor Otak 16 Keganasan tumor otak memberikan implikasi pada prognosisnya didasari oleh morfologi sitologi tumor dan konsekuensi klinis yang berkaitan dengan sifat biologis. Sifat-sifat keganasan otak secara klasik didasari oleh hasil evaluasi morfologi makroskopis dan histologis neoplasma, dikelompokan atas kategorikategori: 1. Benigna (jinak) dimana morfologi tumor tersebut makroskopis menunjukkan batas yang jelas, tidak infiltratif dan hanya mendesak organ-organ sekitarnya. Di samping itu, biasanya juga dijumpai adanya pembentukan kapsul serta tidak adanya metastasis maupun rekurensi setelah dilakukan pengangkatan total. Tampilan histologisnya menunjukkan struktur sel yang regular, pertumbuhan lambat tanpa mitosis, densitas sel yang rendah dengan diferensiasi struktur yang jelas parenkhim, stroma yang tersusun teratur tanpa adanya formasi yang baru. 2. Maligna (ganas), ditandai oleh tampilan makroskopis yang infiltrative atau ekspansi destruktif tanpa batas yang jelas, tumbuh cepat serta cenderung membentuk metastasis dan rekurensi pasca-pengangkatan total. Gambaran histologis menunjukkan meningkatnya selularitas, pleomorfisme walaupun susunan sel dan jaringannya masih baik, diferensiasi sel kurang begitu jelas, disporporsi rasio nukleus terhadap sitoplasma, multinukleus, formasi sel-sel raksasa, tumbuh cepat dengan mitosis yang banyak, area nekrosis, pertumbuhan patologis dan neoformasi terutama seperti bentuk-bentuk fistula atau sinusoidal (pintas arteri-vena). 2.7 Manifestasi Klinis Tumor Otak Perubahan pada parenkhim intrakranial baik difus maupun regional akan memberikan gejala dan tanda gangguan neurologis yang berhubungan dengan gangguan pada nukleus spesifik tertentu atau serabut 19

20 traktus pada tingkat neurofisiologi dan neuroanatomi tertentu seperti gejala-gejala: kelumpuhan, gangguan mental, gangguan endokrin, dan sebagainya. Gejala klinis sering kali dapat mengarahkan perkiraan kemungkinan lokasi tumor otak. Secara umum gejala klinis pada kebanyakan kasus tumor otak merupakan manifestasi dari peninggian tekanan intrakranial; namun sebaliknya bila gejala neurologis bersifat progresif walaupun tidak jelas ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial, perlu dicurigai adanya tumor otak Tekanan Tinggi Intrakranial 15,17,18 Trias gejala klasik dari sindroma tekanan tinggi intrakranial adalah: nyeri kepala, muntah proyekil, dan papiledema. Keluhan nyeri kepala disini cenderung bersifat intermittent, tumpul, berdenyut, nyeri dirasa berlokasi di sekitar daerah frontal atau oksipital dan tidak begitu hebat terutama di pagi hari karena selama tidur malam PCO 2 serebral meningkat sehingga mengakibatkan peningkatan CBF (Cerebral Blood Flow) dan dengan demikian mempertinggi tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan seperti karena batuk, mengejan atau berbangkis memperberat nyeri kepala. Penderita sering kali disertai muntah yang menyemprot (proyektil) dan tidak didahului oleh mual. Hal ini terjadi oleh karena tekanan Intrakranial yang menjadi lebih tinggi selama tidur malam, akibat PCO 2 serebral meningkat. Tumor otak pada bayi yang menyumbat aliran likuor serebrospinal sering kali ditampilkan dengan pembesaran lingkar kepala yang progresif dan ubun-ubun besar yang menonjol; sedangkan pada anak-anak yang lebih besar di mana suturanya relative sudah merapat, biasanya gejala papiledema terjadi lebih menonjol. Papiledema dapat timbul pada tekanan intrakranial yang meninggi atau akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara langsung. Papiledema memperlihatkan kongesti venosa yang jelas, dengan papil yang berwarna merah tua dan perdarahan-perdarahan di sekitarnya. 20

21 2. Kejang 8 Gejala kejang pada tumor otak khususnya di daerah Teori mekanisme peninggian tekanan intrakranial, pada tumor otak: 1. Karena adanya obstruksi pada sistem ventrikel sehingga menghalangi liquor cerebrospinalis, 2. Adanya massa tumor yang membesar, padahal kapasitas tengkorak terbatas untuk otak dan liquor saja, 3. Tenaga penyerapan terhadap liquor cerebrospinal terganggu, 4. Karena adanya obstruksi pada system vena, sehingga aliran darah yang kembali ke vena terhalang, 5. Karena tumor sendiri merupakan stimulasi produksi liquor cerebrospinalis, sehingga terjadi produksi yang berlebihan, seperti pada papiloma plexus. supratentorial dapat berupa kejang umum, psikomotor ataupun kejang fokal. Kejang dapat merupakan gejala awal yang tunggal dari neoplasma hemisfer otak dan menetap untuk beberapa lama sampai gejala lainnya timbul. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila: - Mengalami post iktal paralisis - Mengalami status epilepsy - Resisten terhadap obat-obat epilepsy - Bangkitan disertai dengan gejala TIK lain - Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% - pasien dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada glioblastoma. 3. Perdarahan Intrakranial 5 Bukanlah suatu hal yang jarang bahwa tumor otak diawali dengan perdarahan intrakranial-subarakhnoid, intraventrikuler atau intraserebral. 4. Gejala Disfungsi Umum 1,5 Abnormalitas umum dari fungsi serebrum bervariasi mulai dari gangguan fungsi intelektual yang tak begitu hebat sampai dengan 21

22 koma. Penyebab umum dari disfungsi serebral ini adalah tekanan intrakranial yang meninggi dan pergeseran otak akibat gumpalan tumor dan edema perifokal di sekitarnya atau hidrosefalus sekunder yang terjadi. 5. Gejala Neurologis Fokal 5 Perubahan tingkah laku atau gangguan mental biasanya menyertai tumor-tumor yang terletak di daerah frontal, temporal, dan hipotalamus, sehingga sering kali penderiita-penderita tersebut diduga sebagai penyakit nonorganik atau fungsionil. a. Gejala afasia agak jarang dijumpai, terutama pada tumor yang berada di hemisfer kiri (dominan). Tumor-tumor daerah supraselar, nervus optikus dan hipotalamus dapat mengganggu akuitas visus. Kelumpuhan saraf okulomotorius merupakan tampilan khas dari tumor-tumor paraselar, dan dengan adanya tekanan intrakranial yang meninggi kerap disertai dengan kelumpuhan saraf abdusens. b. Nistagmus biasanya timbul pada tumor-tumor fosa posterior; sedangkan tumor-tumor supraselar atau paraselar kadang (jarang sekali) menyebabkan gejala patognomonik berupa nistagmus gergaji (seesaw nystagmus); gerakan mata diskonjugat, ventrikal dan rotasional di mana masing-masing mata geraknya saling berlawanan. c. Kelemahan wajah dan hemiparesis yang berkaitan dengan gangguan sensorik serta kadang ada efek visual merupakan refleksi kerusakan yang melibatkan kapsula interna atau korteks yang terkait. d. Ataksia trukal adalah pertanda suatu tumor fosa posterior yang terletak di garis tengah. Gangguan endokrin menunjukkan adanya kelainan pada hipotalamus-hipofise. e. Hati-hati bila terdapat tanda-tanda perburukan dari status neurologi yang tiba-tiba, berupa: penurunan kesadaran, dilatasi 22

23 pupil unilateral, trias Cushing (peningkatan tekanan darah, bradikardi dan pernapasan ireguler). 2.8 Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak 5,18,19 MRI dan CT dapat mendeteksi tumor serebri dengan baik, tetapi MRI mempunyai kelebihan. MRI sangat mengevaluasi glioma dan meduloblastoma di fosa posterior serta tumoe sela, yang sulit dideteksi dengan CT. Edema peritumor dapat terlihat dengan baik terutama pada gambaran T2, yang sering tidak atau belum terlihat pada CT. Pemeriksaan konvensional seperti: foto polos kepala, EEG, ekhoensefalografi, dan pemeriksaan penunjang diagnostic yang invasive seperti: angiografi serebral, pneumoensefalografi sudah jarang diterapkan, kecuali pada keadaan-keadaan darurat dengan Kendala fasilitas pemeriksaan mutakhir di atas tidak ada atau sebagai pembantu perencanaan teknik pembedahan otak. 2.9 Diagnosis Tumor Otak 5 Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya, batasnya, hubungannya dengan sistem ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak misalnya; sirrkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu, juga diperlukan periksaan radiologis canggih yang invasive maupun non invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup CT-Scan dan MRI bila perlu diberikan kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor. Pemeriksaan invasif seperti angiografi serebral yang dapat memberikan gambaran sistem pendarahan tumor, dan hubungannya dengan sistem pembuluh darah sirkulus willisi. -Penegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya; ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang. 23

24 Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor. Foto rontgen kepala Elektroensefalografi (EEG) Pemeriksaan cairan serebrospinal Ultrasonografi kepala Computed Tomography Scan (CT Scan) Arteriografi Mielografi Magnetic Resonance Imaging (MRI) CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasien yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras. Penilaian CT Scan pada tumor otak: Tanda proses desak ruang: Pendorongan struktur garis tengah otak Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel Kelainan densitas pada lesi: Hipodens Hiperdens atau kombinasi Kalsifikasi, perdarahan Edema perifokal 24

25 2.10 Penanganan Tumor Otak 5,19,21 Pemilihan tindakan penanganan yang dapat dilakukan pada penderita tumor otak tergantung dari beberapa faktor, antara lain : Kondisi umum penderita Tersedianya alat yang lengkap Pengertian penderita dan keluarga Luasnya metastasis Tatalaksana tumor otak dapat berupa tindakan operatif dan atau radioterapi dan kemoterapi. Beberapa tumor dapat diobati dengan operasi yaitu astrositoma serebelum, kraniofaringioma dan meningioma. Adapun penanganan terhadap tumor otak mencakup tindakantindakan: Tindakan operatif Tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan diagnosa pasti dan dekompresi internal, mengingat bahwa obat-obatan antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus-menerus. Indikasi reseksi tumor adalah bila tumor terdapat pada daerah serebelum, lobus frontal dan temporal yang tidak dominan dan korteks lobus prefrontal/ temporal anterior, sedangkan kontraindikasi adalah bila tumor terdapat pada daerah korteks motor, korteks sensori, pusat penglihatan, pusat bicara, hipotalamus dan batang otak Terapi konservatif o Radioterapi Tujuan radioterapi adalah untuk mematikan sel secara selektif. Radioterapi dapat merupakan pengobatan tambahan dari reseksi subtotal atau sebagai pengobatan definitif sesudah biopsi atau biopsi jarum, atau bila diagnosis ditegakkan hanya atas dasar gambaran klinis. Untuk tumor yang terbatas metastasisnya seperti glioma dan astrositoma supratentorial derajat rendah. Tindakan ini untuk tumor-tumor susunan saraf pusat kebanyakan menggunakan sinar X dan sinar Gamma, disamping juga radiasi lainnya seperti: proton, partikel alfa, neutron, dan pimeson. Keberhasilan terapi radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh beberapa faktor: 25

26 o 1. Terapi yang baik dan tidak melukai struktur kritis lainnya 2. Sensitivitas sel tumor dengan sel normal 3. Tipe sel yang disinar 4. Metastasis yang ada 5. Kemampuan sel normal untuk repopulasi, dan 6. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antarfraksi radiasi. Kemoterapi Kemoterapi pada tumor otak tidak dapat bersifat kuratif, tujuan utama dari kemoterapi adalah untuk menghambat pertumbuhan tumor dan meningkatkan kualitas hidup (quality of life) pasien selama mungkin. Peranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih belum mempunyai nilai keberhasilan yang bermakna sekali. Saat ini yang menjadi titik pusat perhatian modalitas terapi ini adalah tumor-tumor otak jenis astrositoma (Grade III dan IV) glioblastoma dan astrositoma anaplastik beserta variannya. Ada beberapa obat kemoterapi untuk tumor ganas otak yang saat ini beredar di kalangan medis yaitu: HU (hidroksiurea), 5-FU (5- Fluorourasil), PCV (prokarbazin, CCNU, Vincristine), Nitrous Urea (PCNU, BCNU/Karmustin, CCNU/lomustin, MTX (metotrksat), DAG (dianhidrogalaktitol) dan sebagainya. Potensi kemoterapi pada susunan saraf di samping didasarkan oleh farmakologi sendiri juga perlu dipertimbangkan aspek farmakokinetiknya (transportasi obat mencapai target) mengingat adanya sawar darah otak. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan melalui intra-arterial (infuse, perfusi), melalui intratekal/intraventrikuler (punksi lumbal, punksi sisterna, via pudentz/omyama reservoir); atau intra tumoral. o Menurunkan tekanan intrakranial 1. Pengurangan volumen jaringan orak. Pada edema sitotoksk, dapat diberikan manitol 20% dengan dosis 0,25-1 g/kgbb melalui infus intavena selama menit setiap 8 jam. 26

27 2. Pada edema vasogenik karena masa dapat diberikan kortikosteroid untuk mengurangi edema dan memperbaiki integritas membran dalam mempertahankan permeabilitasnya, dapat diberikan deksametason dengan dosis 0,1-0,2 mg/kgbb tiap 6 jam. Pada peningkatan tekanan intrakranial fase lanjut edema sitotoksik dan edema vasogenik dapat terjadi secara bersamaan. 3. Natrium hipertonik elektif untuk menurunkan peningkatan tekanan intrakranial dengan berfungsi mempertahankan tekanan osmolar parenkim otak. Digunakan pada pasien dengan keadaan hipotensi dan hipoperfusi. NaCl 3% diberikan dengan dosis 0,1-1 mg/kg/jam secara infus intravena. Efek samping pemberian cairan ini dapat menyebabkan peningkatan intrakranial kembali, mielinolisis sentral pontin atau perdarahan subarakhnoid. o Mempertahankan fungsi metabolik otak 1. Tekana arterial 02 dipertahankan mmhg 2. Mempertahankan kadar glukosa darah 3. Menurunkan suhu tubuh sampai hipotermi sedang (32-33 o C) o untuk mengurangi kebutuhan oksigen Menghindari keadaan peningkatan tekanan intrakranial 1. Elevasi kepala derajat dan dalam posisi netral 2. Meminimalkan tindakan seperti penghisapan lendir, pengambilan sampel darah, dll. Jika pasien gelisah/agitasi dapat diberikan sedasi, karena agitasi akan meningkatkan tekanan intrakranialk. 3. Restriksi cairan menjadi 80% dari kebutuhan rumat dengan tetap memperhatikan keseimbangan hemodinamik Prognosis Tumor Otak Prognosis tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. 5 Prognosis sering ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan diagnosis selain itu tergantung pada tipe, derajat tumor, lokasi tumor metastasis atau tidak, umur pasien, keadaan umum pasien, seberapa banyak tumor mempengaruhi aktivitas pasien. 27

28 BAB III PENUTUP Kesimpulan Tumor otak merupakan keganasan, yang sering dijumpai sesudah leukimia dan limfoma pada anak berumur dibawah 15 tahun dan termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak. Penderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik, pemeriksaan radiologi berperan penting dalam diagnosa tumor otak, sedangkan diagnosa pasti tumor otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi. 28

29 DAFTAR PUSTAKA 1. Mardjono, Mahar. Proses neoplasmatik di susunan saraf. Dalam: neurologi klinis dasar. Jakarta: PT. Dian Rakyat; hal Tjahjadi G, Soestrisno E, Soemarto P. Segi patologi tumor ganas saraf pada anak. Simposium tumor ganas pada anak, Jakarta Gatot D. Muslichan M, Abdulsalam M, Ginting B, Wahidiyat I. A review of pediatric cancer patients in Jakarta, Indonesia (Abstr). SIOP XVI Congress, Barcelona, Snell, Richard S. Neuroanatomi klinik. Jakarta: EGC; Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I. Yogyakarta; Gajah Mada University Press; hal: Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM (324): MacDonal, Tobey. Pediatric Medulloblastoma (serial online). Diunduh dari: URL : 8. Backus RE, Millichap JG. The seizure as a manifestation of intracranial tumor in childhood. Pediatrics 1962; 29: Hakim A.A. Tindakan Bedah pada Tumor Cerebellopontine Angle, Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No 3; Esccaurolle R.Manual of basic neuropatology. 2nd.ed. Philadelphia:WB Sounders, 1978: Davis RL et al. Some limitation of computed tomography, in the diagnosis of the neurologic disease. Am J Roentgenol 1978(127): Weisberg MD et al. Cerebral computed tomography, a text atlas. Philadelphia:WB Sounders, Stephen,Huff. Brain neoplasms.access on Adam RD, Victor M. Principles of neurology.4th. ed. New York: McGraw Hill, 1989: Ausman. Intra cranial neoplasma in AB Berker (ed.) Clinical neurology. Philadelphia: Harper & Row, 1987: Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM 1991 (324): Clar HE et al. Classification otot-otot tumor in the sellar using CT and Enchenphatomography. Neuro chir 1979 (22): Youmans JR. Neurological surgery. Philadelphia:WB Sounders, 1990, 29

30 Guthrie BL. Neoplasm of the meningens, in Youmans JR (ed) Neurological Surgery. Philadelphia:WB Sounders, 1990: Ramsey RG.Neuroradiology with computed tomography. Philadelphia:WB Sounders, Rowland LP. Merrits textbook of neurology.7th. ed. Philadelphia:Lea & Febiger, 1984:

Karakteristik Tumor Infratentorial dan Tatalaksana Operasi di Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran UI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun

Karakteristik Tumor Infratentorial dan Tatalaksana Operasi di Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran UI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun Karakteristik Tumor Infratentorial dan Tatalaksana Operasi di Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran UI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun 2001 2005 Hilman Mahyuddin, Agus Budi Setiawan Departemen Bedah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Definisi

BAB I PENDAHULUAN Definisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Definisi Sistem saraf manusia terbagi atas sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat. Yang dimaksud dengan sistem saraf tepi (peripheral nervoussystem) adalah semua serabut saraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang berasal dari selubung meninges pada otak dan korda spinalis. Walaupun sel asalnya masih belum dapat dipastikan, kemungkinan

Lebih terperinci

TANDA-TANDA RADIOLOGIK

TANDA-TANDA RADIOLOGIK Peranan Radiologik Pada Kelainan Otak dr. Susworo Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta PENDAHULUAN Pemeriksaan radiologi pada kelainan otak dapat dibagi atas : 1. Konvensional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh daerah kepala batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala. Berdasarkan kausanya digolongkan

Lebih terperinci

BAB II BRAIN CANCER II. 1. DEFINISI

BAB II BRAIN CANCER II. 1. DEFINISI BAB II BRAIN CANCER II. 1. DEFINISI Neoplasma merupakan setiap pertumbuhan sel-sel baru dan abnormal; secara khusus dapat diartikan sebagai suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dan progresif. Neoplasma

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR OTAK

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR OTAK LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR OTAK A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Pengertian Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak. Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak ditemukan. Pada populasi dewasa sekitar 30% dari tumor sistem saraf pusat, sedangkan

Lebih terperinci

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI 1 BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI Judul mata Kuliah : Neuropsikiatri Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi dasar : Menerapkan ilmu Kedokteran klinik pada sistem

Lebih terperinci

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment) 172 Tumor Otak Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 60 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi:

Lebih terperinci

GAMBARAN CT SCAN PADA TUMOR OTAK BENIGNA. Dr ISKANDAR JAPARDI Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN CT SCAN PADA TUMOR OTAK BENIGNA. Dr ISKANDAR JAPARDI Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara GAMBARAN CT SCAN PADA TUMOR OTAK BENIGNA Dr ISKANDAR JAPARDI Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma

Lebih terperinci

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan HEAD INJURY Pendahuluan Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan peralatan keselamatan sabuk pengaman, airbag, penggunaan helm batas kadar alkohol dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus Sistem Saraf Dr. Hernadi Hermanus Neuron Neuron adalah unit dasar sistem saraf. Neuron terdiri dari sel saraf dan seratnya. Sel saraf memiliki variasi dalam bentuk dan ukurannya. Setiap sel saraf terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi

NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi Neuroimaging merupakan salah satu peranan radiodiagnostik di bidang ilmu penyakit saraf.

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh. BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma,

Lebih terperinci

ASTROSITOMA I. PENDAHULUAN

ASTROSITOMA I. PENDAHULUAN ASTROSITOMA I. PENDAHULUAN Astrositoma merupakan neoplasma yang berasal dari sel-sel astrosit dan merupakan tipe tumor otak yang paling banyak ditemukan pada anak-anak maupun pada orang-orang yang berumur

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi tumor otak Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia. (Liau, 2001).

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi. 50 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi. 3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat : bangsal saraf dan bedah saraf RSUP

Lebih terperinci

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka TRAUMA KEPALA TRAUMA KEPALA Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak / otak atau kulit seperti kontusio / memar otak, edema otak, perdarahan atau laserasi,

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang Kanker Paru DEFINISI Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di kalangan anak muda di seluruh dunia, prediksi hasil saat masuk RS sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor rongga hidung dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal adalah tumor yang dimulai dari dalam rongga hidung atau sinus paranasal di sekitar hidung.

Lebih terperinci

GLIOMA SPINAL MODUL. 1. Definisi. 2. Waktu Pendidikan TAHAP I TAHAP II TAHAP III S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11

GLIOMA SPINAL MODUL. 1. Definisi. 2. Waktu Pendidikan TAHAP I TAHAP II TAHAP III S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 MODUL GLIOMA SPINAL 1. Definisi Glioma adalah tumor otak primer yang berasal dari sel glia, yaitu sel penunjang sel saraf pada otak. Glioma diklasifikasikan berdasarkan letak dan histologisnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

MODUL GLIOMA INFRATENTORIAL

MODUL GLIOMA INFRATENTORIAL MODUL GLIOMA INFRATENTORIAL 1. DEFINISI Glioma adalah tumor otak primer yang berasal dari sel glia, yaitu sel penunjang sel saraf pada otak. Glioma diklasifikasikan berdasarkan letak dan histologisnya.

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran : menerapkan ilmu kedokteran

Lebih terperinci

TEKANAN INTRA KRANIAL

TEKANAN INTRA KRANIAL TEKANAN INTRA KRANIAL Lebih dari separuh kematian karena trauma kepala disebabkan oleh hipertensi intrakranial. Kenaikan tekanan intrakranial (TIK) dihubungkan dengan penurunan tekanan perfusi dan aliran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini berbentuk soliter dan dapat tumbuh secara acak di semua sel saraf.

BAB 1 PENDAHULUAN. ini berbentuk soliter dan dapat tumbuh secara acak di semua sel saraf. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Schwannoma adalah tumor yang berasal selubung myelin sel saraf. Tumor ini berbentuk soliter dan dapat tumbuh secara acak di semua sel saraf. Schwannoma telah dilaporkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi

Lebih terperinci

Secondary Brain Tumor

Secondary Brain Tumor Secondary Brain Tumor Dr. Nurhayana Lubis Dr. Widi Widowati Dr. Semuel Wagio Dr. Teguh AR, SpS (K) Neuro-Onkologi Dept. Neurologi Mei 2006 Pendahuluan Lokasi yang berbeda dari otak mempunyai fungsi yang

Lebih terperinci

Tekanan normal hidrosefalus (NPH) - lansia. Trias : gangguan gaya berjalan, penurunan kognitif dan inkontinensia urin.

Tekanan normal hidrosefalus (NPH) - lansia. Trias : gangguan gaya berjalan, penurunan kognitif dan inkontinensia urin. HIDROSEFALUS PENDAHULUAN Hidro air ; Cephalus kepala Medis - Penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan

Lebih terperinci

Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular

Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Activating System (ARAS). Jika terjadi kelainan pada kedua

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERPITUITARISME

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERPITUITARISME ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERPITUITARISME A. Pengertian Hiperfungsi kelenjar hipofisis atau sering disebut hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

2. WAKTU PENDIDIKAN TAHAP I TAHAP II TAHAP III S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11. Supratentorial

2. WAKTU PENDIDIKAN TAHAP I TAHAP II TAHAP III S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11. Supratentorial MODUL MEDULOBLASTOMA 1. DEFINISI Medulloblastoma adalah tumor primer intrakranial yang berasal dari serebelum atau fossa posterior. Tumor ini adalah salah satu tumor ganas intrakranial. 2. WAKTU PENDIDAN

Lebih terperinci

Gambaran CT-scan neoplasma intrakranial di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2014-September 2015

Gambaran CT-scan neoplasma intrakranial di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2014-September 2015 Gambaran CT-scan neoplasma intrakranial di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2014-September 2015 1 Maharani Dewi 2 Elvie Loho 2 Vonny N.Tubagus 1 Kandidat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sifatnya primer ataupun yang merupakan metastasis dari tumor pada organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sifatnya primer ataupun yang merupakan metastasis dari tumor pada organ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, di samping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor otak ini dapat berupa tumor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumor otak mendapatkan banyak perhatian karena. ditemukan merupakan penyebab kematian kedua setelah

BAB I PENDAHULUAN. Tumor otak mendapatkan banyak perhatian karena. ditemukan merupakan penyebab kematian kedua setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor otak mendapatkan banyak perhatian karena ditemukan merupakan penyebab kematian kedua setelah stroke pada penyakit intrakranial orang dewasa (Ropper & Samuel, 2009).

Lebih terperinci

GAMBARAN PROTEIN S 100 PADA SCHWANNOMA DI MEDAN

GAMBARAN PROTEIN S 100 PADA SCHWANNOMA DI MEDAN Tesis Program Pendidikan Magister Bedah Departemen Ilmu Bedah Saraf Fakultas Kedokteran - GAMBARAN PROTEIN S 100 PADA SCHWANNOMA DI MEDAN OLEH : MUHAMMAD CHAIRUL NIM : 097116001 DEPARTEMEN ILMU BEDAH SARAF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berasal dari sel meningothelial (arachnoid) leptomeningen. Tumor ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berasal dari sel meningothelial (arachnoid) leptomeningen. Tumor ini dapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) meningioma adalah tumor yang berasal dari sel meningothelial (arachnoid) leptomeningen. Tumor ini dapat terjadi dimana saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya

Lebih terperinci

NEOPLASMA TULANG. Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma

NEOPLASMA TULANG. Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma NEOPLASMA TULANG Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma Ganas : Osteosarkoma, parosteal osteosarkoma Berasal dari Tulang rawan : Jinak : Kondroma, Osteokondroma,

Lebih terperinci

Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk

Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk PENGERTIAN Hydrocephalus berasal dari bahasa Latin yaitu "Hydro" yang berarti "air" dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh survei ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit (RS) di seluruh Indonesia, pada penderita

Lebih terperinci

REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER

REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER NAMA PEMBIMBING : Dr. Edi Prasetyo, Sp.S DISUSUN OLEH Adib Wahyudi (1102010005) Andhika Dwianto (1102010019) Arif Gusaseano (1102010033) Dianta Afina (1102010075) Gwendry

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala Tinjauan Pustaka A. Pendahuluan Insiden dari metastasi tulang menempati urutan kedua setelah metastase ke paru-paru dan hati. Frekuensi paling sering pada tulang adalah metastase ke kolumna vertebra. Di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Menurut Fadila, Nadjmir dan Rahmantini (2014), dan Deliana (2002), kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun, yakni mencapai 15,9% dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55-64 tahun. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker merupakan

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

Hilman Mahyuddin, Lutfi Hendriansyah Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN Cipto Mangunkusumo

Hilman Mahyuddin, Lutfi Hendriansyah Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN Cipto Mangunkusumo Efek Terapi Bedah terhadap Reversibilitas Gangguan Penglihatan pada Penderita Tumor Intrakranial Studi Retrospektif di Departemen Bedah Saraf RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun 2000 2005 Hilman Mahyuddin,

Lebih terperinci

SINDROMA GUILLAINBARRE

SINDROMA GUILLAINBARRE SINDROMA GUILLAINBARRE Dosen pembimbing: dr. Fuad Hanif, Sp. S, M.Kes Vina Nurhasanah 2010730110 Definisi Sindroma Guillian Barre adalah suatu polineuropati yang bersifat akut yang sering terjadi 1-3 minggu

Lebih terperinci

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi Pendahuluan Kanker mata adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis tumor yang terjadi di berbagai bagian mata. Hal ini terjadi ketika sel-sel dalam atau di sekitar mata berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi di bidang kesehatan juga semakin berkembang. Saat ini yang mendapatkan perhatian khusus di dunia kesehatan adalah tumor.

Lebih terperinci

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif Sistem Syaraf Pusat OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif BAGIAN DAN ORGANISASI OTAK Otak orang dewasa dibagi menjadi: Hemisfere serebral

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan

Lebih terperinci

Tekanan Tinggi Intra Kranial (TTIK) dr. Syarif Indra, Sp.S Bagian Neurologi FK UNAND RS Dr. M. Djamil Padang

Tekanan Tinggi Intra Kranial (TTIK) dr. Syarif Indra, Sp.S Bagian Neurologi FK UNAND RS Dr. M. Djamil Padang 4 Tekanan Tinggi Intra Kranial (TTIK) dr. Syarif Indra, Sp.S Bagian Neurologi FK UNAND RS Dr. M. Djamil Padang OBJEKTIF Memahami tekanan tinggi intrakranial (TTIK) dan berbagai penyebabnya Memahami bahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti spinal dan intra orbita, dan meskipun tidak mengivasi jaringan otak, meningioma menyebabkan penekanan

Lebih terperinci

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PENDAHULUAN Alveolar soft part sarcoma merupakan neoplasma ganas

Lebih terperinci

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF 17 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 17 SISTEM SARAF Segala aktivitas tubuh manusia dikoordinasi oleh sistem saraf dan sistem hormon (endokrin). Sistem saraf bekerja atas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober 2010 sampai dengan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober 2010 sampai dengan 59 BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober sampai dengan bulan Februari di bangsal saraf dan bangsal bedah saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang. Subyek penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tumor dengan bentuk dan susunan serabut-serabut yang bervariasi, dan oleh Mallory

BAB 1 PENDAHULUAN. tumor dengan bentuk dan susunan serabut-serabut yang bervariasi, dan oleh Mallory 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fibrosarkoma atau fibroblastic sarcoma 1,2,3 atau malignant mesenchymal tumor 1,4 adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel mesenkim, yang terdiri dari sel-sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom neurokutaneus merupakan sekelompok besar kelainan kongenital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom neurokutaneus merupakan sekelompok besar kelainan kongenital BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom neurokutaneus merupakan sekelompok besar kelainan kongenital yang sangat bervariasi, tidak saling terkait, dengan karakteristik klinis, patologis dan genetik

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

Lebih terperinci

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) : Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak

Lebih terperinci

Sinonim: Head injuri=cedera kepala=trauma kapitis=trauma kranioserebral=traumatic brain injury Cedera kepala merupakan cedera mekanik terhadap kepala

Sinonim: Head injuri=cedera kepala=trauma kapitis=trauma kranioserebral=traumatic brain injury Cedera kepala merupakan cedera mekanik terhadap kepala Sinonim: Head injuri=cedera kepala=trauma kapitis=trauma kranioserebral=traumatic brain injury Cedera kepala merupakan cedera mekanik terhadap kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot.

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisit neurologis adalah kelainan fungsional area tubuh karena penurunan fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot. Tanda tanda defisit neurologis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala. Berdasarkan kausanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering kedelapan di seluruh dunia. Insiden penyakit ini memiliki variasi pada wilayah dan ras yang

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.

Lebih terperinci

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR OTAK

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR OTAK RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR OTAK Pengertian Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Etiologi Penyebab

Lebih terperinci

NEUROBLASTOMA,NEFROBLASTOMA, RETINOBLASTOMA. Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII

NEUROBLASTOMA,NEFROBLASTOMA, RETINOBLASTOMA. Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII NEUROBLASTOMA,NEFROBLASTOMA, RETINOBLASTOMA Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII 1 Ilustrasi Kasus Seorang anak perempuan usia 3,5 tahun dibawa orangtuanya dengan keluhan perut membesar sejak beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau sering disebut juga sebagai tumor ganas (maligna) atau neoplasma adalah istilah umum yang mewakili sekumpulan besar penyakit yang bisa mengenai bagian manapun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah. 1. Hipokalsemia HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dl darah. PENYEBAB Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens kanker di Indonesia diperkirakan 100 per 100.000 penduduk per tahun atau sekitar 200.000 penduduk per tahun. Pada survei kesehatan rumah tangga yang diselenggarakan

Lebih terperinci

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN Penyakit Leukimia TUGAS 1 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah Editor : LUPIYANAH G1C015041 D4 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal 1.Hamartoma ginjal 2. Adenokarsinoma ginjal / grawitz / hipernefroma / karsinoma sel ginjal Staging : Grading :

Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal 1.Hamartoma ginjal 2. Adenokarsinoma ginjal / grawitz / hipernefroma / karsinoma sel ginjal Staging : Grading : Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal - Definisi Massa abnormal yang berkembang di ginjal - Epidemiologi Ketiga terbanyak setelah ca prostat dan ca buli-buli Dekade 5-6 (50-60 tahun) Pria > Wanita : 2 > 1

Lebih terperinci

Anesty Claresta

Anesty Claresta Anesty Claresta 102011223 Skenario Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang lalu. Keluhan berdebar ini terjadi ketika ia mengingat suaminya yang

Lebih terperinci

DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU/RSHAM Dr. HAKIMI, SpAK. Dr. MELDA DELIANA, SpAK. DR. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA

DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU/RSHAM Dr. HAKIMI, SpAK. Dr. MELDA DELIANA, SpAK. DR. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU/RSHAM Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK DR. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA 1 Sekumpulan gejala dan tanda klinis akibat peningkatan kadar glukokortikoid (kortisol) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan kedua tersering pada keganasan daerah kepala leher di beberapa Negara Eropa (Chu dan Kim 2008). Rata-rata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningioma merupakan tumor otak jinak pada jaringan pembungkus otak atau meningens. Meningioma tumbuh dari sel arachnoid cap yang berasal dari arachnoid villi atau lapisan

Lebih terperinci