Karakteristik Tumor Infratentorial dan Tatalaksana Operasi di Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran UI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun
|
|
- Hartanti Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Karakteristik Tumor Infratentorial dan Tatalaksana Operasi di Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran UI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun Hilman Mahyuddin, Agus Budi Setiawan Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN Cipto Mangunkusumo Abstrak: Latar belakang: data yang pasti tentang insiden tumor otak di Indonesia setiap tahunnya belum ada. Padahal tumor otak merupakan penyebab kematian kedua setelah stroke dalam kelompok penyakit neurologis. Tumor infratentorial mempunyai karakteristik yang berbeda dengan tumor supratentorial. Tujuan: tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kasus tumor infratentorial di Departemen Bedah Saraf RS. Dr. Cipto Mangunkusumo. Metode: disain penelitian ini adalah studi deskriptif. Penelitian dilakukan selama 5 tahun dari bulan Januari 2001 sampai dengan Desember Populasi dan subyek penelitian adalah semua pasien tumor infratentorial yang menjalani operasi pemasangan VPS dan atau trepanasi serebelar di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Hasil: dari 61 kasus tumor infratentorial, sebagian besar datang dengan keluhan muntah dengan atau tanpa sakit kepala. Tiga puluh satu menjalani operasi 2 tahap, 17 menjalani operasi 1 tahap, 6 hanya menjalani pemasangan VPS, dan 7 hanya menjalani trepanasi serebelar. Kemudian dari hasil histopatologi 17 kasus sesuai dengan neurilemomma (neurinoma akustik), 9 kasus dengan meduloblastoma, dan 8 kasus dengan ependimoma. Kesimpulan: Gambaran tumor infratetorial di FKUI/RSCM tidak berbeda dengan hasil yang ada di literatur lain. Sebagian besar pasien datang dengan keluhan umum tumor infratentorial seperti sakit kepala. Tindakan operasi yang dilakukan adalah tindakan 2 tahap berupa pemasangan VPS diikuti dengan trepanasi dalam waktu yang berbeda. Kata kunci: tumor infratentorial, keluhan utama, tatalaksana operasi, histopatologi PENDAHULUAN Tumor otak merupakan penyebab kematian kedua setelah stroke dalam kelompok penyakit neurologis. 1,2 Diperkirakan sekitar orang meninggal akibat tumor otak primer setiap tahunnya di Amerika Serikat. 1 Insidensi kasus baru tumor otak di Amerika Serikat saat ini mencapai 18 kasus dalam populasi. 1,3 Tumor infratentorial mempunyai karakteristik yang berbeda dengan tumor supratentorial. 1,2,4,5 Perbedaan karakteristik ini mencakup beberapa faktor antara lain usia pasien, jenis kelamin pasien, manifestasi klinis, histopatologi tumor, dan tindakan operasi. 1,2 Manifestasi klinis yang ditimbulkan tumor infratentorial dapat disebabkan baik akibat penekanan tumor langsung pada serebelum dan batang otak maupun pada ventrikel IV. 2,4,5,6 Data yang pasti tentang insiden tumor otak di Indonesia setiap tahunnya belum ada. Beberapa data yang ada mengenai frekuensi tumor otak umumnya didasari atas pengalaman pribadi para dokter bedah saraf, hasil otopsi, dan angka angka dari beberapa rumah sakit. 1-3 PASIEN DAN METODE Populasi Pasien Populasi dan subyek penelitian adalah semua pasien tumor infratentorial yang menjalani operasi ventrikuloperitoneal shunt dan atau trepanasi serebelar di RSUPN Cipto Mangunkusumo sejak Januari 2001 sampai dengan Desember Dari data tersebut dicatat: usia, jenis kelamin, keluhan utama, jenis dan sifat tindakan operasi, serta histopatologi tumor. Kemudian data yang diperoleh disajikan dalam bentuk teks dan tabel HASIL Karakteristik Responden Dari 61 kasus tumor infratentorial didapati jumlah pasien dengan jenis kelamin laki-laki 35 orang dan wanita 26 orang. Berdasarkan usia, kasus tumor infratentorial terbanyak terjadi pada kelompok usia 1-10 tahun yaitu sebesar 15 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember
2 Karangan Asli orang, disusul kelompok usia dan tahun masing masing 10 orang. Dari 61 kasus tumor infratentorial keluhan utama terbanyak adalah muntah tanpa atau disertai sakit kepala yaitu sebanyak 39 orang disusul jalan sempoyongan atau gangguan keseimbangan sebanyak 17 orang. Tabel 1. Keluhan utama pasien Jumlah Jalan sempoyongan 17 Kesadaran menurun 2 Muntah 12 Sakit kepala dan muntah 27 Pandangan kabur 3 Tindakan Operasi Dari 61 kasus tumor infratentorial 31 orang menjalani 2 kali operasi pada waktu yang berbeda yaitu pertama melakukan pintas ventrikuloperitoneal (ventrikuloperitoneal shunt) dan kedua trepanasi serebelar untuk pengangkatan tumor. Tujuh belas orang menjalani kedua jenis tindakan tersebut dalam satu tahap, 6 orang hanya menjalani operasi pintas ventrikuloperitoneal, dan 7 orang menjalani trepanasi serebelar saja. Dipandang dari aspek keluhan utama dan tindakan operasi akan terlihat bahwa sebagian besar pasien dengan keluhan utama muntah dengan atau tanpa sakit kepala menjalani tindakan operasi dalam 2 tahap, yaitu sebesar 26 kasus, sedangkan 6 kasus sisanya dengan keluhan yang sama menjalani tindakan operasi dalam 1 tahap. Hasil selengkapnya terlihat dalam Tabel 4. Tabel 2. Jenis tindakan operasi berdasarkan keluhan utama Operasi 1 Tahap 2 Tahap Trepanasi VP Shunt Jalan sempoyongan Pandangan kabur 2 1 Muntah 3 8 Sakit kepala dan muntah Kesadaran menurun 2 Tabel 3. Histopatologi tumor Histopatologi Jumlah Astrositoma pilositik 4 Astrositoma grade 2 7 Ependimoma 8 Meduloblastoma 9 Meningioma 3 Neurilemoma 17 Neuroblastoma 1 Teratoma 1 Hemangioblastoma 1 Hemangioperisitoma 1 Kista dermoid 1 Metastasis adenokarsinoma 1 Tabel 4. Histopatologi tumor berdasarkan usia pasien Usia Histopatologi Astrositoma pilositik 2 2 Astrositoma grade Ependimoma Meduloblastoma 8 1 Meningioma Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember 2006
3 Hilman Mahyuddin dkk. Karakteristik Tumor Infratentorial Neurilemoma Neuroblastoma 1 Teratoma 1 Hemangioblastoma 1 Hemangioperisitoma 1 Kista dermoid 1 Metastasis adenokarsinoma 1 Histopatologi Tumor Dari 61 kasus tumor infratentorial, data histopatologi menunjukkan 17 kasus sesuai dengan neurilemomma (neurinoma akustik), 9 kasus dengan meduloblastoma, dan 8 kasus dengan ependimoma. Hasil ini terlihat pada Tabel 3. Ditinjau dari aspek histopatologi tumor dan usia pasien terlihat bahwa kasus meduloblastoma sebagian besar terjadi pada kelompok usia 1 10 tahun, ependimoma relatif merata mulai usia tahun, dan kasus neurinoma akustik terbagi merata pada kelompok usia tahun dan tahun. Hasil selengkapnya terlihat dalam Tabel 4. DISKUSI Karakteristik Responden Dilihat dari faktor jenis kelamin terlihat bahwa kasus tumor infratentorial lebih banyak terjadi pada laki-laki (57%) dibanding wanita (43%) dengan rasio 1,3 : 1. Hasil ini sesuai dengan sebagian besar studi epidemiologi tumor otak. Dari beberapa penelitian internasional tentang insiden tumor otak primer tanpa memandang histopatologi tumor didapat angka rasio laki-laki berbanding wanita adalah 1,4 : 1. 3 Dilihat dari segi usia terlihat bahwa kasus tumor infratentorial lebih banyak terjadi pada kelompok dewasa dibanding anak-anak. Jika digunakan batasan usia anak-anak adalah 18 tahun maka persentasenya adalah anak-anak 28% dan dewasa 72%. Hasil ini berbeda dengan literatur yang menyebutkan bahwa antara 54 70% dari keseluruhan kasus tumor otak pada anak terjadi di daerah infratentorial dibandingkan dengan 15 20% pada orang dewasa. Perbedaan ini dapat disebabkan karena tumor infratentorial pada anak anak umumnya lambat terdeteksi karena lebih sulit mengenali gejala - gejala klinisnya dibanding pada orang dewasa dan jumlah kasus tumor otak secara keseluruhan lebih banyak terjadi pada usia dewasa dibandingkan anak anak. Karakteristik Ditinjau dari aspek keluhan utama terlihat bahwa sebagian besar penderita tumor infratentorial datang dengan keluhan utama muntah dengan atau tanpa sakit kepala disusul gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, dan penurunan kesadaran. Terlihat bahwa sebagian besar pasien datang dengan gejala klinis peningkatan tekanan intrakranial yang merupakan gejala umum tumor infratentorial, sedangkan sisanya datang dengan gejala klinis fokal berupa gangguan keseimbangan. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa hampir 100% pasien dengan tumor infratentorial mempunyai keluhan utama sakit kepala. Meskipun sakit kepala sendiri dapat merupakan gejala klinis fokal tumor infratentorial, akan tetapi sulit untuk dibuktikan mengingat hampir sebagian besar pasien datang setelah terjadi peningkatan tekanan intrakranial akibat hidrosefalus (90%). Hal yang menarik adalah tidak terlihatnya ganggguan pendengaran sebagai keluhan utama, sedangkan dalam literatur disebutkan bahwa keluhan ini termasuk dalam kelompok mayoritas keluhan utama yang timbul pada tumor infratentorial, khususnya jenis tumor neurinoma akustik (neurilemoma). 1,2,3,7 Hal ini berarti semua kasus neurilemoma yang dikirim atau dirujuk ke Departemen Bedah Saraf telah memasuki fase lanjut. Kondisi ini dapat disebabkan karena tingkat pendidikan pasien yang rendah, kurangnya informasi kesehatan tentang pentingnya pemeriksaan dini pada gangguan pendengaran, dan tingkat ekonomi yang rendah menyebabkan pasien cenderung menunda tindakan operasi. Jenis Tindakan Operasi Dari hasil di atas terlihat bahwa sebagian besar pasien menjalani tindakan operasi dalam 2 tahap. Tindakan operasi dalam 2 tahap dilakukan dengan dasar pertimbangan sebagai berikut: 1. Sudah terdapat gejala peningkatan tekanan intrakranial yang membutuhkan Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember
4 Karangan Asli penanganan segera untuk mencegah kematian dan kecacatan saraf lebih lanjut. 2. Tidak selalu tersedianya tempat di unit perawatan intensif untuk perawatan pasca operasi yang mutlak diperlukan bagi pasien pasca tindakan pengangkatan tumor infratentorial. 3. Pihak pasien dengan berbagai alasan tidak selalu setuju untuk dilakukan 2 jenis tindakan operasi dalam 1 tahap. Kelemahan tindakan operasi 2 tahap adalah: risiko terjadinya upward herniation yang dapat memperburuk keadaan dan membutuhkan tindakan operasi segera, jumlah volume intrakranial yang dapat dikurangi pada saat operasi menjadi lebih kecil sehingga secara teknis dapat mempersulit jalannya operasi, dan kurang ekonomis karena otomatis biaya perawatan rumah sakit akan menjadi lebih besar. Namun meskipun upward herniation dapat berakibat fatal akan tetapi dari 31 pasien yang menjalani operasi 2 tahap hanya 1 pasien yang mengalami komplikasi ini. Berdasarkan kondisi di atas, maka keuntungan operasi 1 tahap dibanding 2 tahap dalam aplikasi teknisnya adalah sebagai berikut: 1. Kemungkinan otak bengkak pada saat membuka duramater akan lebih kecil. 2. Meminimalisasi tindakan retraksi otak pada kasus kasus tumor di basis kranii (skull base tumor) atau deep seated tumor. Dari data di atas terlihat bahwa dari 61 kasus tumor infratentorial 62% di antaranya menjalani operasi pemasangan VP Shunt atas indikasi hidrosefalus. Insiden hidrosefalus pada kasus tumor infratentorial ditentukan oleh berbagai faktor yaitu ukuran massa tumor dan letak tumor terhadap ventrikel IV. Histopatologi Tumor Berdasarkan hasil histopatologi di atas tampak angka kejadian tumor intra aksial lebih besar dibanding tumor ekstra aksial, yaitu masing masing 54% dan 36%. Dari 6 kasus tumor infratentorial (10%) yang hanya dilakukan tindakan pemasangan VP Shunt, dapat diperkirakan berdasarkan pemeriksaan radiologis termasuk golongan intra aksial. Dari kelompok intra aksial kasus tumor terbanyak secara berurutan adalah: meduloblastoma, ependimoma, astrositoma grade 2, dan astrositoma pilositik. Adapun dari kelompok ekstra aksial kasus terbanyak secara berurutan adalah neurinoma akustik disusul meningioma. Hasil di atas memang sesuai dengan beberapa literatur yang menyebutkan bahwa meduloblastoma dan astrositoma mempunyai angka kejadian tertinggi untuk kelompok tumor intra aksial infratentorial, sedangkan neurinoma akustik dan meningioma merupakan jenis tersering dalam kelompok tumor ekstrinsik infratentorial. Ditinjau dari aspek keluhan utama dan jenis tumor akan terlihat dari 38 kasus tumor intrinsik ternyata 82% menunjukkan keluhan utama yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan hanya 18% yang menunjukkan keluhan utama yang berhubungan dengan gejala neurologis fokal. Dari 23 kasus tumor ekstrinsik tidak terlalu terlihat perbedaan yang menyolok antara gejala peningkatan tekanan intrakranial dan gejala klinis fokal, yaitu masing-masing sebesar 56% dan 44%. Faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kondisi di atas adalah sebagai berikut: 1. Kelompok tumor intrinsik akan lebih lebih berdekatan dengan ventrikel IV dibanding tumor ekstrinsik sehingga dalam ukuran yang tidak terlalu besar sudah dapat menimbulkan obstruksi aliran likuor serebrospinalis. 2. Kelompok tumor intrinsik khususnya pada usia anak-anak lebih banyak terletak di garis tengah dan intraventrikel IV sehingga gejala akibat obstruksi aliran likuor serebrospinalis akan lebih mengemuka dibandingkan gejala neurologis fokal. 3. Adanya keterlambatan diagnosis disebabkan gejala neurologis fokal akibat tumor infratentorial khususnya pada anak lebih sulit terdeteksi sehingga baru terlihat pada fase lanjut akibat peningkatan tekanan intrakranial. 412 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember 2006
5 Hilman Mahyuddin dkk. Karakteristik Tumor Infratentorial Gambaran distribusi jenis tumor tumor terbanyak berdasarkan keluhan utama dapat dijelaskan dalam diagram di bawah ini: Keterbatasan Penelitian Sebagaimana halnya studi deskriptif maka penelitian ini hanya mengemukakan data data beserta hasil analisanya dalam bentuk tabel dan diagram tanpa melakukan uji statistik. Sedangkan dari segi tindakan operasi penelitian ini baru dapat memperlihatkan bahwa insiden komplikasi upward herniation pada tindakan diversi aliran likuor serebrospinalis pada operasi yang dilakukan dalam 2 tahap ternyata jarang terjadi, akan tetapi belum dapat memperlihatkan kelebihan tindakan operasi 1 tahap dibandingkan dengan 2 tahap. KESIMPULAN Kasus tumor infratentorial lebih banyak terjadi pada kelompok usia dewasa. Hal ini kemungkinan karena sulit mendeteksi adanya defisit neurologis fokal pada anak anak dengan kasus tumor infratentorial. Dilihat dari aspek keluhan utama terlihat bahwa sebagian besar pasien datang dengan gejala klinis peningkatan tekanan intrakranial yang merupakan gejala umum tumor infratentorial. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien tumor infratentorial berobat pada saat hidrosefalus telah terjadi. Dan masih banyak pasien dengan neurinoma akustik yang berobat bukan dengan keluhan utama gangguan pendengaran akan tetapi akibat peningkatan tekanan intrakranial. Dilihat dari aspek tindakan operasi terlihat sebagian besar pasien menjalani tindakan operasi diversi aliran likuor serebrospinalis dan pengangkatan tumor dalam waktu yang berbeda (2 tahap). Tindakan operasi 2 tahap ini didasari oleh lebih menonjolnya gejala peningkatan tekanan intrakranial dibanding gejala fokal sehingga membutuhkan penanganan segera. Komplikasi upward herniation akibat drainase berlebihan likuor serebrospinalis akut pada hidrosefalus akibat tumor infratentorial masih jarang terjadi. DAFTAR PUSTAKA 1. Morantz RA, Walsh JW. Brain Tumors A Comprehensive Text. New York: Marcel Decker Inc. 1994:1-3, Rengachary SS, Ellenbogen RG. Principles of Neurosurgery 2 nd ed. London: Elsevier Mosby. 2005: Kaye AH, Laws ER Jr, Brain Tumor An Encyclopedic Approach. New York: Churchill Livingstone. 1995:47-51, Raimondi AJ. Pediatric Neurosurgery 2 nd ed. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 1998: Nosko MG, et all. Posterior Fossa Tumors in E Medicine Archieve Lindsay KW. Neurology and Neurosurgery Illustrated 3 rd ed. Edinburgh: Churchill Livingstone. 2001: Schiff D, O Neill BP. Principles of Neuro- Oncology. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.2005:3-5, Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember
Hilman Mahyuddin, Lutfi Hendriansyah Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN Cipto Mangunkusumo
Efek Terapi Bedah terhadap Reversibilitas Gangguan Penglihatan pada Penderita Tumor Intrakranial Studi Retrospektif di Departemen Bedah Saraf RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun 2000 2005 Hilman Mahyuddin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kraniotomy adalah operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J, 2005). Pembedahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat
Lebih terperinciPrimary Cerebellar Haemorrhage : Complications, Treatment and Outcome
Jurnal Bedah Saraf Primary Cerebellar Haemorrhage : Complications, Treatment and Outcome (Clinical Neurology and Neurosurgery Journal, Elsevier 2013) Oleh: Fadhilah Pembimbing: dr. Hanis Setyono, SpBS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan kegawatdaruratan bedah abdominal pada bayi dan anak. 1-7 Angka kejadiannya di dunia satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh survei ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit (RS) di seluruh Indonesia, pada penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama kematian dan disabilitas permanen pada usia dewasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari rata-rata nasional (1,4%), yaitu pada urutan tertinggi ke-6 dari 33 provinsi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak terkendali, terus bertumbuh/bertambah, immortal (tidak dapat mati), dapat menyusup ke jaringan sekitar, dan dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang berasal dari sel meningothelial (arachnoid) leptomeningen. Tumor ini dapat
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) meningioma adalah tumor yang berasal dari sel meningothelial (arachnoid) leptomeningen. Tumor ini dapat terjadi dimana saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi terutama dalam bidang transportasi mengakibatkan meningkatnya jumlah dan jenis kendaraan bermotor dan hal ini berdampak pada meningkatnya kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, infeksi susunan saraf pusat menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit (Saharso dan Hidayati, 2000). Inflamasi yang terjadi pada sistem
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ tambahan seperti kantung yang terletak pada bagian inferior dari sekum atau biasanya disebut usus buntu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dermatitis atopik (DA) merupakan suatu penyakit peradangan kronik, hilang timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang berlangsung selama (minimal) 24 jam atau lebih, ada keterlibatan
Lebih terperinciPROFIL PASIEN TUMOR OTAK DARI 10 RUMAH SAKIT DI SUMATERA UTARA
PROFIL PASIEN TUMOR OTAK DARI 10 RUMAH SAKIT DI SUMATERA UTARA Aldy S. Rambe*, Aida Fithrie*, Tonam** Departemen Neurologi FK-USU/ Perdossi Cabang Medan ABSTRAK Latar belakang: Tumor otak mencakup hanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen stroke initiative (2003),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EPOS) 2012, rinosinusitis kronis didefinisikan sebagai suatu radang hidung dan sinus paranasal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Retinoblastoma (RB) adalah suatu penyakit keganasan pada lapisan retina mata, yaitu bagian mata yang paling peka terhadap cahaya. Penyakit RB dapat menyerang segala
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Nyeri kepala mungkin merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia,
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri kepala mungkin merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia, Diperkirakan sekitar 90% manusia pernah mengalami minimal satu kali nyeri kepala berat yang
Lebih terperinciBUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI
1 BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI Judul mata Kuliah : Neuropsikiatri Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi dasar : Menerapkan ilmu Kedokteran klinik pada sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian cross sectio dengan menggunakan metode deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut
Lebih terperinciPEOGRAM PENDIDIKAN NEUROONKOLOGI PPDS I DEPT-SMF ILMU BEDAH SARAF RS.Dr SOETOMO - FK UNAIR SURABAYA
PEOGRAM PENDIDIKAN NEUROONKOLOGI PPDS I DEPT-SMF ILMU BEDAH SARAF RS.Dr SOETOMO - FK UNAIR SURABAYA I. Batasan Neuroonkologi adalah bagian dari Ilmu Bedah Saraf yang mempelajari tentang tumor atau neoplasma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup akibat meningkatnya pelayanan kesehatan dapat diperkirakan bahwa pada masa depan akan terjadi perubahan pola penyakit. Meskipun demikian,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan stroke, dimana didapatkan data 6 juta orang meninggal dunia, dan 5 juta lainnya mengalami cacat permanen.
Lebih terperinciHubungan Gejala Klinis Dengan Tekanan Intraventrikuler Pada Hidrosefalus Akut
Hubungan Gejala Klinis Dengan Tekanan Intraventrikuler Pada Hidrosefalus Akut Donny Argie, Muhammad Zafrullah Arifin, Achmad Adam, Akhmad Imron, Mirna Sobana, Agung Budi Sutiono Abstrak Penelitian tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang berasal dari selubung meninges pada otak dan korda spinalis. Walaupun sel asalnya masih belum dapat dipastikan, kemungkinan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi.
50 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi. 3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat : bangsal saraf dan bedah saraf RSUP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke memiliki serangan akut yang dapat dengan cepat menyebabkan kematian. Penderita stroke mengalami defisit neurologis fokal mendadak dan terjadi melebihi dari 24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di kalangan anak muda di seluruh dunia, prediksi hasil saat masuk RS sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma dispepsia merupakan keluhan/kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut
Lebih terperinciVENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL
VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL Dipresentasikan Oleh : Aji Febriakhano Pembimbing : dr. Hanis S,Sp.BS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober 2010 sampai dengan
59 BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober sampai dengan bulan Februari di bangsal saraf dan bangsal bedah saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang. Subyek penelitian ditentukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah penyakit neurologis terbanyak yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan sensorik. Kelemahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri
Lebih terperinci2. WAKTU PENDIDIKAN TAHAP I TAHAP II TAHAP III S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11. Supratentorial
MODUL MEDULOBLASTOMA 1. DEFINISI Medulloblastoma adalah tumor primer intrakranial yang berasal dari serebelum atau fossa posterior. Tumor ini adalah salah satu tumor ganas intrakranial. 2. WAKTU PENDIDAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh daerah kepala batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala. Berdasarkan kausanya digolongkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma kepala (cedera kepala) adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurologis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dari menurunnya angka kesakitan, angka kematian bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cedera kepala adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau basis crania serta organ didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Stroke menurut World Health Organization (WHO) 1995 adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinusitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih mukosa sinus paranasal. Sinusitis juga dapat disebut rinosinusitis, menurut hasil beberapa diskusi pakar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kesehatan kerja di dalam lingkungan pekerjaan untuk mencegah dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan dicantumkan dalam UU RI
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.
BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak ditemukan. Pada populasi dewasa sekitar 30% dari tumor sistem saraf pusat, sedangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisit neurologis adalah kelainan fungsional area tubuh karena penurunan fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot. Tanda tanda defisit neurologis merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan peradangan apendiks vermiformis yang memerlukan pembedahan dan biasanya ditandai dengan nyeri tekan lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson,
Lebih terperinciBAB II BRAIN CANCER II. 1. DEFINISI
BAB II BRAIN CANCER II. 1. DEFINISI Neoplasma merupakan setiap pertumbuhan sel-sel baru dan abnormal; secara khusus dapat diartikan sebagai suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dan progresif. Neoplasma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insiden kematian apendisitis pada anak semakin meningkat, hal ini disebabkan kesulitan mendiagnosis appendik secara dini. Ini disebabkan komunikasi yang sulit antara
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
9 BAB IV HASIL PENELITIAN Dari 166 kasus kejang demam yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUPDr. M. Djamil Padang selama tahun 1995-1996, hanya 126 yang memenuhi syarat untuk dapat dijadikan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram et al., 2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian tulang-tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur. Kasus dekubitus dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomer tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke masih merupakan penyebab utama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Leukemia Mieloid Akut (LMA) adalah salah satu kanker darah yang ditandai dengan transformasi ganas dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid. Bila
Lebih terperinciSINDROM ARNOLD CHIARI/ SIRINGOMIELIA
MODUL SINDROM ARNOLD CHIARI/ SIRINGOMIELIA 1. Definisi Sindrom Arnold Chiary atau siringomielia adalah sindrom herniasi otak belakang (hindbrain) dimana terdapat hubungan antara isi fossa posterior dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Telah diperkirakan bahwa pada tahun 1990-an stroke menyebabkan 4,4 juta kematian per tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah serius di dunia kesehatan. Stroke merupakan penyakit pembunuh nomor dua di dunia,
Lebih terperinci5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi
DAFTAR ISI Halaman COVER... i LEMBAR PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.3.1
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh sebab vaskular (WHO, 2004). Insiden stroke di Amerika Serikat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah gangguan neurologis tiba-tiba yang bersifat fokal atau global dan berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian dan disebabkan oleh sebab vaskular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembunuh kedua dari daftar penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik adalah stroke. Stroke telah bertanggung jawab atas kematian 6.7 juta manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan disekitarnya dan dapat bermetastatis atau menyebar keorgan lain (WHO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, yaitu divertikulum pada caecum yang menyerupai cacing, panjangnya bervariasi dari 7 sampai 15 cm, dan
Lebih terperinciBAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1 NPB merupakan penyebab tersering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nucleus yang terbuat dari material berbentuk gel dalam spinal cord keluar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herniasi diskus intervertebralis, merupakan penyakit dimana bagian nucleus yang terbuat dari material berbentuk gel dalam spinal cord keluar dari annulus atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai
Lebih terperinciLaporan Pengabdian Masyarakat
Laporan Pengabdian Masyarakat Pemeriksaan Tekanan Darah Dan Glukosa Darah Serta Penyuluhan Pencegahan Serangan Stroke Pada Lansia Di Desa Sukajadi Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir Oleh : Ketua : dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara maju dan diperkirakan akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2020 (Tunstall. 1994). Diantaranya,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI
HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : AVYSIA TRI MARGA WULAN J 500 050 052
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). Stroke merupakan penyebab
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat
Lebih terperinciPatofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular
Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Activating System (ARAS). Jika terjadi kelainan pada kedua
Lebih terperinci