Hilman Mahyuddin, Lutfi Hendriansyah Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN Cipto Mangunkusumo
|
|
- Liani Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Efek Terapi Bedah terhadap Reversibilitas Gangguan Penglihatan pada Penderita Tumor Intrakranial Studi Retrospektif di Departemen Bedah Saraf RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun Hilman Mahyuddin, Lutfi Hendriansyah Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN Cipto Mangunkusumo Abstrak: Latar belakang: gangguan penglihatan akibat suatu tumor intrakranial memerlukan penanganan secara optimal dan di waktu yang tepat. Pembedahan merupakan salah satu modalitas dalam menangani kelainan intrakranial tersebut sehingga selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki gangguan penglihatan. Berbagai faktor menentukan dalam keberhasilan terapi pembedahan untuk memperbaiki gangguan penglihatan. Tujuan: untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi progresifitas gangguan penglihatan akibat tumor intrakranial serta peranan terapi bedah terhadap dalam menghentikan proses kerusakan yang terjadi. Metode: desain penelitian adalah studi retrospektif yang dilakukan di Departemen Bedah Saraf RSUPN Ciptomangunkusumo dari bulan Oktober 2000 sampai September Populasi dan subjek penelitian adalah semua penderita tumor intrakranial dengan gangguan penglihatan yang dilakukan terapi pembedahan. Hasil: dari 32 pasien yang didapatkan proses tumor supratentorial sebagai penyebab tersering gangguan penglihatan (81,3%) dengan Adenoma Hipofisis dan Meningioma sebagai jenis yang sama-sama menempati porsi terbesar. Lebih dari separuh penderita datang mencari pengobatan setelah mengalami gangguan penglihatan antara 1 sampai 6 bulan (59,4%), sementara yang berobat dalam jangka waktu 1 bulan setelah mulai keluhan hanya 15,6%. Pasca operasi, perubahan ke arah perbaikan/tetap terjadi pada kondisi papil n.optikus (84,4-87,5%), pada tajam penglihatan (87,5%), pada lapang pandang (81,3 93,8%), serta pada refleks cahaya (90,6 93,8%). Kesimpulan: Jenis tumor intrakranial dan lama keluhan berhubungan dengan kondisi papil N. Optikus. Tindakan bedah sebagai cara untuk menghentikan progresifitas kerusakan saraf penglihatan pada penderita tumor intrakranial, dapat mencegah perburukan gangguan penglihatan, bahkan memulihkannya bila dilakukan pada saat yang tepat. Kata kunci: terapi operatif, gangguan penglihatan, tumor intrakranial PENDAHULUAN Gangguan penglihatan dapat merupakan manifestasi kelainan intrakranial dan muncul dalam bentuk penurunan tajam penglihatan, penyempitan lapang pandang, maupun penurunan respons pupil terhadap rangsang cahaya. Kerusakan saraf penglihatan ini, sesuai dengan sifat alamiah jaringan saraf khususnya susunan saraf pusat adalah kerusakan ireversibel. Pada proses intrakranial yang berkembang secara lambat gangguan penglihatan sering merupakan gejala awal yang dirasakan pertama kali. Namun tidak jarang pula gejala ini tidak dikeluhkan sehingga proses penyakit terus berjalan. Penanganan pada saat yang tepat akan mencegah gangguan penglihatan yang berat bahkan dapat memperbaiki gangguan yang sudah terjadi. 1 Dengan penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam progresifitas gangguan penglihatan akibat tumor intrakranial serta peranan terapi bedah dalam menghentikan proses kerusakan yang terjadi, sehingga hal-hal tersebut dapat dipakai untuk memulihkan fungsi penglihatan yang terganggu. PASIEN DAN METODE Populasi Pasien Populasi dalam penelitian ini mencakup semua penderita tumor intrakranial dengan gangguan penglihatan yang dirawat di Departemen Bedah Saraf dan Departemen Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta serta menjalani pemeriksaaan neurooftalmologis di Divisi Neuro-oftalmologi, 414
2 Departemen Saraf antara Oktober 2000 sampai September Sampel mencakup semua penderita tumor intrakranial seperti tersebut di atas yang menjalani tindakan bedah di Departemen Bedah Saraf RSUPN CM. Sampel ditentukan dengan cara Consecutive Sampling, dimana sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan subyek yang diteliti. 2,3 Kriteria inklusi mencakup penderita tumor intrakranial dengan gangguan penglihatan yang: menjalani pemeriksaan neuro-oftalmologis sedikitnya 2 kali dalam rentang waktu penelitian, satu pemeriksaan sebelum tindakan bedah dan satu lagi sesudahnya serta menjalani terapi bedah untuk penanganan tumor intrakranial. Kriteria eksklusi mencakup penderita tumor intrakranial dengan gangguan penglihatan yang tajam penglihatannya 0 (buta total) pada pemeriksaan neuro-oftalmologis awal. HASIL Dari 365 penderita tumor intrakranial dengan gangguan penglihatan yang menjalani pemeriksaan neuro-oftalmologi di Divisi Neurooftalmologi Departemen Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta antara Oktober 2000 sampai September 2005, 32 orang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk dijadikan subyek pada penelitian ini. Tabel 1. Diagnosis klinis Tumor Supratentorial Tumor Infratentorial Tumor Retrobulbar Tabel 2. Diagnosis patologis Adenoma Hipofisis Meningioma Astrositoma Meduloblastoma Pinealoma CPA Tumor Metastasis Fibrous Dysplasia Unspecified Tabel 3. Lama gangguan penglihatan < 1 bulan bulan > 6 bulan Tabel 4. Kondisi Papil N. Optikus Atrofi 6 18,8 8 25, , ,5 Edema 10 31,3 9 28,1 4 12,5 4 12,5 Normal 16 50, , , ,0 Tabel 5. Tajam penglihatan 415
3 < 1/ ,5 2 6,3 5 15,6 3 9,4 1/60-6/ ,6 6 18,8 3 9,4 6 18,8 > 6/ , , , ,9 Tabel 6. Lapang pandang Tdk dpt diperiksa 2 6,3 1 3,1 4 12,5 2 6,3 Terganggu 13 40, , ,5 9 28,1 Normal 17 53, , , ,6 Tabel 7. Refleks cahaya Negatif 1 3,1 1 3, ,1 Lambat 2 6,3 5 15,6 3 9,4 2 6,3 Normal 29 90, , , ,6 Tabel 8. Interval 2 pemeriksaan < 1 bulan bulan 15 46,9 > 6 bulan 7 21,9 Gambaran klinikopatologis menunjukkan proses tumor supratentorial sebagai penyebab tersering gangguan penglihatan (81,3%) dengan Adenoma Hipofisis dan Meningioma sebagai jenis yang sama-sama menempati porsi terbesar yaitu dengan jumlah keduanya mencakup lebih dari separuh kasus (56,2%). Lebih dari separuh penderita datang mencari pengobatan setelah mengalami gangguan penglihatan antara 1 sampai 6 bulan (59,4%), sementara yang berobat dalam jangka waktu 1 bulan setelah mulai keluhan hanya 15,6%. Sebagian penderita datang pada saat kondisi awal papil N. Optikus paling tidak salah satu mata sudah dalam keadaan atrofi (18,8% - 25%). Kurang lebih separuh dalam kondisi awal papil yang normal (46,9 50%). Pemeriksaan ulang setelah tindakan menunjukkan prosentasi yang lebih tinggi baik pada kondisi atrofi (34,4 37,5%) maupun normal (50 53,1%). Sementara edema papil menunjukkan prosentasi yang lebih rendah pada pemeriksaan pasca tindakan (12,5%) dibandingkan sebelumnya (28,1-31,3%). Tajam penglihatan awal sebagian besar masih >6/60 (71,9 75%) sama seperti pada pemeriksaan pasca tindakan. Sebaliknya tajam penglihatan <1/60 menunjukkan persentase yang lebih tinggi pada pemeriksaan pasca tindakan (9,4 15,6%) dibandingkan pemeriksaan awal (6,3 12,5%). Lapang pandang yang terganggu, pada pemeriksaan awal menunjukkan persentase yang cukup besar (40,6%), menurun jumlahnya pada 416
4 Hilman Mahyuddin dkk. Efek Terapi Bedah terhadap Reversibilitas pemeriksaan pasca tindakan. Di sisi lain baik lapang pandang yang normal maupun yang tidak dapat diperiksa karena buruknya tajam penglihatan menunjukkan persentase yang lebih besar pada pemeriksaan pasca tindakan ( masing-masing 50-65,6% dan 6,3 12,5%) dibandingkan pemeriksaan awal (53,1 56,3% dan 3,1 6,3%). Refleks cahaya yang lambat dijumpai lebih sedikit pada pemeriksaan pasca tindakan (6,3 9,4%) dibandingkan pemeriksaan awal (6,3 15,6%). Sementara baik refleks cahaya normal maupun negatif tidak berubah pasca tindakan (masing-masing sampai 90,6% dan 3,1%). Hampir separuh pemeriksaan neurooftalmologis ulangan pasca tindakan bedah dilakukan dalam kurun waktu 1-6 bulan setelah pemeriksaan awal (46,9%). Pada evaluasi tentang hubungan antara dua pemeriksaan variabel yang diteliti, saat awal dan setelah dilakukan tindakan bedah didaptakan bahwa perubahan ke arah perbaikan/tetap terjadi pada kondisi papil n.optikus (84,4-87,5%), pada tajam penglihatan (87,5%), pada lapang pandang (81,3 93,8%), serta pada refleks cahaya (90,6 93,8%). Hanya sebagian kecil lebihnya yang memburuk. DISKUSI Dalam penelitian ini hanya 32 orang yang memenuhi kriteria baik inklusi maupun eksklusi untuk dijadikan subyek yang diteliti. Alasan mengapa begitu sedikit jumlah penderita yang memenuhi kriteria karena penderita tidak menjalani tindakan operasi. Pada penderitapenderita yang dilakukan tindakan operasi pun, ternyata masih sedikit sekali yang mempunyai catatan pemeriksaan ulang pasca tindakan. Tidak ada keterangan mengapa hal demikian terjadi, apakah karena pemeriksaan berkala belum menjadi hal yang rutin dilakukan, atau memang penderita-penderita tersebut hilang dari pemantauan (loss to follow up). Sebagian besar pasien datang berobat setelah mengalami ganguan penglihatan dalam jangka waktu sampai 6 bulan atau lebih, sementara yang datang berobat segera setelah keluhan penglihatan timbul (jangka waktu kurang dari 1 bulan) hanya merupakan sebagian kecil di antaranya. Penyebab tersering timbulnya gangguan penglihatan pada penelitian ini adalah tumor supratentorial dengan gambaran histopatologi adenoma hipofisis dan meningioma. Hal ini sesuai dengan sifat tumor yang jinak dan berkembang secara lambat, sehingga pada keadaan ini sering tidak ada gejala lain yang dirasakan oleh penderita sampai timbulnya keluhan penglihatan tadi. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan apa yang didapatkan oleh penelitian sebelumnya. 4 Analisa mengenai kondisi papil N. Optikus, menunjukkan bahwa persentase edema papil berkurang setelah dilakukan tindakan bedah, sementara baik papil atrofi maupun yang normal menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan persentase pada pemeriksaan awal. Hal ini berarti bahwa edema merupakan kondisi yang tidak stabil serta dapat berkembang ke arah perbaikan atau perburukan. Hasil penelitian terdahulu juga menemukan hal yang sama. 4,5,6 Pada penelitian ini, perubahan ke arah atrofi lebih banyak dibandingkan perubahan ke arah normal. Sehingga harus ada batas yang jelas antara edema papil dengan atrofi papil sekunder, karena ini berakibat pada perbedaan yang jelas dalam prognosis. Demikian pula dengan tajam penglihatan. Pada penelitian ini tajam penglihatan yang buruk, yang hanya bisa melihat gerakan tangan atau membedakan gelap-terang, sedikit lebih banyak pada pemeriksaan pasca tindakan. Berarti masih terjadi penurunan fungsi tajam penglihatan pada beberapa penderita walaupun sudah dilakukan tindakan. Hal ini berkaitan dengan kondisi papil N. Optikus dan sebagai bukti bahwa proses deteriorasi akan terus berjalan bila sudah sampai taraf atrofi, walaupun proses primernya sudah diatasi. Untuk penurunan tajam penglihatan, kelainan akan segera dikenali dan dirasakan mengganggu oleh penderita. Sedikit saja tajam penglihatan terganggu, penderita akan pergi berobat. Tidak demikian halnya dengan lapang pandang. Defek lapang pandang umumnya tidak menjadi keluhan penderita dan ternyata cukup banyak penderita yang tidak menyadari kelainan ini. Padahal fungsi ini memegang peranan penting sebagai indikator adanya gangguan saraf penglihatan. Trobe dan Glaser 7 menemukan bahwa defek lapang pandang juga dapat dideteksi dalam gangguan fungsi penglihatan, bahkan sering timbul sebelum keluhan penurunan tajam penglihatan. Selain itu mereka bahkan bisa menunjukkan bahwa pada gangguan N. Optikus akibat penekanan, bentuknya berupa skotoma sentralis yang mencakup berkas makulopapular untuk penglihatan sentral serta hemianopia, yang berbeda dengan gangguan pada neuritis optik. Bukti ini bisa dipakai untuk 417
5 menunjukkan pentingnya pemeriksaan lapang pandang sebagai salah satu alat diagnostik dini gangguan fungsi penglihatan, di samping oftalmoskopi untuk melihat kondisi papil N. Optikus. Satu variabel lagi yang sering menjadi petunjuk adanya gangguan fungsi penglihatan adalah refleks cahaya. 8 Dalam analisis hubungan antar variabel terlihat hubungan yang bermakna secara statistik antara diagnosis patologis/jenis tumor intrakranial serta lamanya keluhan penglihatan berlangsung dengan kondisi papil n.optikus. Selanjutnya kondisi papil n.optikus juga berhubungan secara bermakna dengan fungsi penglihatan berupa tajam penglihatan dan lapang pandang, namun tidak terhadap refleks cahaya. Perburukan nilai variabel yang diteliti hanya terjadi pada sebagian kecil penderita. Artinya tindakan bedah yang dilakukan mempunyai efek minimal menghentikan progresifitas gangguan penglihatan atau malah menghasilkan perbaikan pada fungsi penglihatan. Guyer et al 9 dalam penelitiannya terhadap neuropati optik akibat penekanan pada Fibrous Dysplasia, juga melaporkan hasil yang sama, yaitu bahwa tindakan dekompresi paling tidak menstabilkan bahkan memulihkan gangguan penglihatan yang terjadi. KESIMPULAN Jenis tumor intrakranial dan lama keluhan berhubungan dengan kondisi papil N. Optikus. Sementara kondisi papil sendiri berhubungan dengan tajam penglihatan dan lapang pandang, namun tidak terhadap refleks cahaya. Defek lapang pandang serta kelainan papil N. Optikus sering dijumpai pertama kali pada pemeriksaan dan tidak disadari oleh penderita sebelumnya. Sehingga penting dilakukannya pemeriksaan neuro-oftalmologis yang lengkap pada penderita tumor intrakranial atau pada penderita dengan kecurigaan ke arah sana. Gambaran edema papil N. Optikus belum tentu memberikan nilai prognostik buruk terhadap gangguan fungsi penglihatan. Hal ini justru menjadi pegangan untuk dilakukannya pemantauan berkala yang ketat, sementara penyebab primer dari kondisi ini diatasi. Tingkatan edema papil harus dicermati, sehingga kondisi atrofi sekunder dapat dikenali, karena sangat berhubungan dengan prognosis. Tindakan bedah sebagai cara untuk menghentikan progresifitas kerusakan saraf penglihatan pada penderita tumor intrakranial, dapat mencegah perburukan gangguan penglihatan, bahkan memulihkannya bila dilakukan pada saat yang tepat. DAFTAR PUSTAKA 1. Weisman JS, Hepler RS, Vinters HV. Reversible visual loss caused by fibrous dysplasia. Am J Ophthalmol 1990; 110: Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 2 nd ed. Jakarta: Sagung Seto; Supranto J. Statistik: teori dan aplikasi. 6 th ed. Jakarta: Penerbit Erlangga; Petrohelos MA, Henderson JW. The ocular findings in intracranial tumor: A study of 358 cases. Am J Ophthalmol 1951; 34: Orcutt JC, Page NG, Sanders MD. Factors affecting visual loss in benign intracranial hypertension. Ophthalmology 1984; 91: Friedman DI. Papilledema and pseudotumor cerebri. Ophthalmol Clinic North Am 2001; Trobe JD, Glaser JS: Quantitative perimetry in compressive optic neuropathy and optic neuritis. Arch Ophthalmol 1978; 96: Savino PJ, Danesh-Meyer HV. Neuroophthalmology: color atlas & synopsis of clinical ophthalmology. New York: McGraw-Hill; Guyer DR, Miller NR, Long DM, et al. Visual function following optic canal decompression via craniotomy. J Neurosurg 1985; 62:
Karakteristik Tumor Infratentorial dan Tatalaksana Operasi di Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran UI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun
Karakteristik Tumor Infratentorial dan Tatalaksana Operasi di Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran UI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun 2001 2005 Hilman Mahyuddin, Agus Budi Setiawan Departemen Bedah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1..1Latar Belakang Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit diturunkan secara maternal yang menyebabkan penderitanya mengalami degenerasi pada serabut saraf retina
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian cross sectio dengan menggunakan metode deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober 2010 sampai dengan
59 BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober sampai dengan bulan Februari di bangsal saraf dan bangsal bedah saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang. Subyek penelitian ditentukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan
38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa adanya neuropati optik glaukomatosa bersamaan dengan defek atau gangguan penyempitan lapang pandangan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi.
50 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi. 3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat : bangsal saraf dan bedah saraf RSUP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti spinal dan intra orbita, dan meskipun tidak mengivasi jaringan otak, meningioma menyebabkan penekanan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata adalah organ tubuh yang menentukan kualitas hidup. seseorang, walaupun kerusakan pada mata tidak langsung berhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata adalah organ tubuh yang menentukan kualitas hidup seseorang, walaupun kerusakan pada mata tidak langsung berhubungan dengan kematian akan tetapi tanpa penglihatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Retinoblastoma (RB) adalah suatu penyakit keganasan pada lapisan retina mata, yaitu bagian mata yang paling peka terhadap cahaya. Penyakit RB dapat menyerang segala
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Saraf optik merupakan kumpulan akson yang berasal. dari sel-sel ganglion retina menuju khiasma nervus
BAB I Pendahuluan I.1 Latar belakang Saraf optik merupakan kumpulan akson yang berasal dari sel-sel ganglion retina menuju khiasma nervus optikus dan berakhir di korpus genikulatum lateral (Hartono, 1994).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab terbanyak cedera
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei sampai bulan Agustus 2015 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Saraf optik merupakan kumpulan akson yang berasal. dari sel-sel ganglion retina menuju chiasma nervus
1 BAB I Pendahuluan I.1 Latar belakang Saraf optik merupakan kumpulan akson yang berasal dari sel-sel ganglion retina menuju chiasma nervus optikus dan berakhir di korpus genikulatum (Hartono, 1999). Neuropati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker paru-paru
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.
25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan ilmu penyakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan ilmu penyakit dalam RS. Dr.Kariadi Semarang. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutaan di masyarakat di negara-negara berkembang. Data tahun 2010
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki catatan tentang kondisi kebutaan di masyarakat di negara-negara berkembang. Data tahun 2010 terdapat 45 juta penderita
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional
55 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional dengan kekhususan pada penelitian uji diagnostik. Sumber data penelitian menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di kalangan anak muda di seluruh dunia, prediksi hasil saat masuk RS sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di
Lebih terperinciBAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007
50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
39 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif bersifat retrospektif, dengan menggunakan data sekunder di ambil dari data rekam medik di Puskesmas
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik. 4.2. Tempat dan waktu penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang berasal dari sel meningothelial (arachnoid) leptomeningen. Tumor ini dapat
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) meningioma adalah tumor yang berasal dari sel meningothelial (arachnoid) leptomeningen. Tumor ini dapat terjadi dimana saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah kesehatan gigi dewasa ini tidak hanya membahas gigi geligi saja, tetapi telah meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang berasal dari selubung meninges pada otak dan korda spinalis. Walaupun sel asalnya masih belum dapat dipastikan, kemungkinan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.
36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka harapan hidup penduduk di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat jumlah penduduk Indonesia sebanyak
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat
46 BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan study prognostik dengan desain kohort. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat yang dirawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan
Lebih terperinciOverview Results of Optic Neuritis After Steroid Therapy
Ophthalmol Ina 2015;41(2):177-181 177 Original Article Overview Results of Optic Neuritis After Steroid Therapy Ricky O Sembiring, Bambang Setiohadji, Ine Renata Musa, Feti Karfiati Department of Ophthalmology,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN. Putu Giani Anabella Bestari Putri 1, I Wayan Eka Sutyawan 2, AA Mas Putrawati Triningrat 2
E-JURNAL Putu MEDIKA, Giani VOL. Anabella 7 NO. Bestari 1, JANUARI, Putri, 2018 I Wayan : 16 Eka - 21Sutyawan, AA Mas Putrawati Triningrat (Karakteristik penderita glaukoma...) ISSN: 2303-1395 Karakteristik
Lebih terperinciAnita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani
Glaukoma Penyakit glaukoma disebabkan oleh saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan kemudian menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi
Lebih terperinciBAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri
BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran : menerapkan ilmu kedokteran
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya subbagian Perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu Anestesia. Lokasi penelitian ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mengambil lokasi/ tempat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini mengambil lokasi/ tempat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo tepatnya di ruangan bedah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan proliferasi maligna dari sel epitel pada duktus atau lobulus payudara (Fauci, 2008). Menurut data WHO, kanker payudara menempati posisi kedua
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.
Lebih terperinciPrimary Cerebellar Haemorrhage : Complications, Treatment and Outcome
Jurnal Bedah Saraf Primary Cerebellar Haemorrhage : Complications, Treatment and Outcome (Clinical Neurology and Neurosurgery Journal, Elsevier 2013) Oleh: Fadhilah Pembimbing: dr. Hanis Setyono, SpBS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. variabel yang mempengaruhi penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2011).
53 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah sebuah rancangan penelitian yang menjadi pedoman peneliti untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan,
Lebih terperinciPERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULER PASCA OPERASI IRIDEKTOMI PERIFER DAN LASER IRIDOTOMI PADA GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP AKUT PERIODE 1 JANUARI 2004
PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULER PASCA OPERASI IRIDEKTOMI PERIFER DAN LASER IRIDOTOMI PADA GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP AKUT PERIODE 1 JANUARI 2004 31 DESEMBER 2007 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG ARTIKEL
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan pengambilan data dilakukan dengan pendekatan retrospektif melalui penelusuran terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat bersifat jinak atau ganas. Neoplasma jinak sejati (lipoma, tumor karsinoid, dan leiomioma) jarang terjadi
Lebih terperinciGAMBARAN PROTEIN S 100 PADA SCHWANNOMA DI MEDAN
Tesis Program Pendidikan Magister Bedah Departemen Ilmu Bedah Saraf Fakultas Kedokteran - GAMBARAN PROTEIN S 100 PADA SCHWANNOMA DI MEDAN OLEH : MUHAMMAD CHAIRUL NIM : 097116001 DEPARTEMEN ILMU BEDAH SARAF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak ditemukan. Pada populasi dewasa sekitar 30% dari tumor sistem saraf pusat, sedangkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Rehabilitasi Medik.
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Rehabilitasi Medik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Divisi Rehabilitasi Medik
Lebih terperinciSOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.
SPO Tanggal Terbit 1 dari 7 Ditetapkan Oleh Direktur PENGERTIAN ANAMNENIS Dr. H. Zainoel Arifin, M. Kes Nip. 19591104 198511 1 001 Pemeriksaan gangguan penglihatan yang disebabkan perubahan lensa mata
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional
Lebih terperinciEMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :
Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelainan refraksi 2.1.1 Definisi kelainan refraksi Kelainan refraksi merupakan suatu keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (makula retina atau bintik kuning)
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI PRE OPERATIF DENGAN PENYEMBUHAN LUKA OPERASI
HUBUNGAN STATUS GIZI PRE OPERATIF DENGAN PENYEMBUHAN LUKA OPERASI HERNIORAPHY DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN 4 Wihardi ABSTRAK Hernioraphy adalah memperbaiki defek dengan pemasangan jarring ( mesh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia laki-laki yang terletak mengelilingi vesica urinaria dan uretra proksimalis. Kelenjar prostat dapat mengalami pembesaran
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu sebuah studi pada sekelompok orang pada satu titik waktu untuk mengetahui hubungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study. Variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian Gastroentero-Hepatologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 2014. Penelitian ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan penglihatan masih menjadi sebuah masalah di dunia. Angka kejadian gangguan penglihatan di dunia cukup tinggi yakni mencakup 4,25 % dari penduduk dunia atau
Lebih terperinciNERVUS OPTIKUS. Ari Budiono, S. Ked. Disusun oleh : Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008
NERVUS OPTIKUS Disusun oleh : Ari Budiono, S. Ked Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 Avaliable in : Files of DrsMed FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. kematian karena non communicable disease sangat besar yakni mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Data WHO pada tahun 2012 menunjukkan bahwa dari 56 juta total kematian di dunia, 38 juta diantaranya diakibatkan oleh penyakit tidak menular (non communicable disease).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. berumur 30 tahun (Riskesdas 2013) , dengan usia 15 tahun sebanyak 6,9 %, data Rikesdas 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan penyakit kronis di Indonesia pada beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup signifikan, apabila dibandingkan dengan penyakit infeksi.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup penelitian A.1. Tempat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. A.2. Waktu Waktu pelaksanaan bulan September Oktober 2011. A.3. Disiplin Ilmu Disiplin ilmu
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar
Lebih terperinciBAB 2 NYERI KEPALA. B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda
BAB 2 NYERI KEPALA A. Tujuan pembelajaran Dokter muda mampu : 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien nyeri kepala. 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala nyeri kepala. 3. Mengklasifikasikan nyeri kepala.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada tubuh manusia yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan triodotironin
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini berupa deskriptif pemeriksaan laboratoris. Penelitian dilakukan di
31 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif pemeriksaan laboratoris. Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek Bandar Lampung
Lebih terperinciMethanol Toxic Optic Neuropathy (Characteristic and Evaluation of Therapy)
38 ORIGINAL ARTICLE Methanol Toxic Optic Neuropathy (Characteristic and Evaluation of Therapy) Ardiella Yunard, Syntia Nusanti, M. Sidik Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Meningioma merupakan tumor otak primer yang berasal jaringan. meninges dan merupakan salah satu tumor primer yang cukup sering
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meningioma merupakan tumor otak primer yang berasal jaringan meninges dan merupakan salah satu tumor primer yang cukup sering terdiagnosis. Prevalensi meningioma
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak subbagian Perinatologi dan Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease merupakan suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Mata dan CDC RSUP dr. one group pretest and posttest design.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Mata dan CDC
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes Mellitus (DM) merupakan permasalahan yang besar di masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF), Negara Asia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak 3.. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian akan dilaksanakan di Bangsal Anak RS. Dr. Kariadi
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mata sangatlah penting karena penglihatan tidak dapat digantikan dengan apapun, maka mata memerlukan perawatan yang baik. Kebutaan yang diakibatkan karena
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM...i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv ABSTRAK...v ABSTRACT...vi RINGKASAN...vii SUMMARY...ix KATA PENGANTAR...xi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering
Lebih terperinciGambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual 3.1.1 Skema Kerangka Konseptual Pola Penggunaan Angiotensin Reseptor Bloker pada Pasien Stroke Iskemik Etiologi - Sumbatan pembuluh darah otak - Perdarahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup, suatu sistem antara tubuh, pikiran, dan jiwa. 2. kota besar tersebut. Yoga menjadi menu latihan di sanggar-sanggar senam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Olahraga yang teratur merupakan suatu pilihan gaya hidup yang sehat. Aktivitas fisik yang teratur dan berkesinambungan dapat meningkatkan kesehatan. 1 Salah satu olahraga
Lebih terperinciMODUL KRANIOFARINGIOMA 1. DEFINISI
MODUL KRANIOFARINGIOMA 1. DEFINISI Kraniofaringioma adalah tumor epithelial jinak yang tumbuh dari tangkai atau glandula hipofisis, memiliki struktur solid, kistik ataupun campuran keduanya yang mengisi
Lebih terperinciBAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)
BAB. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Rancang Bangun Penelitian N K+ K- R+ R- R+ R- N : Penderita
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA PENELITIAN
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut, maka dikembangkan suatu kerangka
Lebih terperinci