HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT Air Mancur Palur, Karanganyar PT Air Mancur merupakan salah satu perusahaan jamu terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini mengolah bahan alami menjadi produk jamu siap konsumsi dan kosmetik. Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan pada bagian produksi yang mengolah bahan alami menjadi jamu. Pada perusahaan PT Air Mancur Palur, Karanganyar, sub bagian produksi yang khusus mengolah jamu ada empat sub bagian, yaitu sub bagian produksi Nabati, Param, Jamu Bersalin Lengkap (JBL) dan Celep. Sub bagian Nabati terditi atas satu kelompok, yaitu sub bagian Nabati. Hampir semua kegiatan produksi pada sub bagian Nabati ini dikerjakan dengan mesin, kecuali pengeringan yang dilakukan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari. Sub bagian Nabati melakukan kegiatan mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi. Bahan jamu yang masih berupa bahan mentah mengalami pembersihan (pencucian), pengeringan dan penggilingan sehingga menjadi bahan setengah jadi. Satuan hasil per hari dari sub bagian Nabati ini dinyatakan dengan jumlah gilingan yang mampu dilakukan oleh seorang karyawan dalam sehari (gilingan/orang/hari). Sub bagian Param terdiri atas tiga kelompok, yaitu kelompok Mesin Aduk-Param, Cetak-Param dan Mesin Pack-Param. Hasil akhir dari sub bagian Param ini adalah jamu param berupa obat luar yang dalam bentuk kepingan untuk ditempelkan pada kulit dan jamu param kocok dalam bentuk cair untuk dioleskan pada kulit. Contoh produk jamu param disajikan pada Gambar Kelompok Mesin Aduk-Param melakukan kegiatan mengolah bahan baku setengah jadi menjadi bahan baku siap cetak. Bahan baku setengah jadi diaduk dengan mesin aduk. Satuan hasil per hari pada kelompok ini dinyatakan dengan jumlah adukan yang mampu dilakukan oleh seorang karyawan dalam sehari (adukan/orang/hari). 2. Kelompok Cetak-Param melakukan kegiatan mencetak bahan baku siap cetak dengan menggunakan cetakan yang berbentuk cekungan pipih. Cetakan-cetakan yang telah berisi jamu ini kemudian dijemur hingga kering, setelah kering jamu dikeluarkan dari cetakan sehingga jamu yang telah kering berupa kepingan-kepingan jamu param. Satuan hasil dari kelompok Cetak-Param dinyatakan dengan jumlah kepingan yang mampu dihasilkan oleh seorang karyawan dalam sehari (keping/orang/hari).

2 3. Kelompok Mesin Pack-Param melakukan kegiatan mengemas jamu param ke dalam sachet dengan menggunakan mesin. Satuan hasil dari kelompok Mesin Pack-Param dinyatakan dengan jumlah kepingan jamu param yang mampu disachet oleh seorang karyawan dalam sehari (sachet/orang/hari). Gambar 3 Produk Jamu Param Gambar 4 Produk Jamu Bersalin Lengkap Sub bagian Jamu Bersalin Lengkap (JBL) teridiri atas tiga kelompok, yaitu kelompok Persiapan 1-JBL, Persiapan 2-JBL dan Pack-JBL. Hasil akhir dari sub bagian JBL ini adalah paket jamu khusus untuk ibu setelah persalinan. Contoh produk Jamu Bersalin Lengkap dapat dilihat pada Gambar Kelompok Persiapan-1 JBL melakukan kegiatan memasukkan butiranbutiran (pil) Jamu Bersalin Lengkap ke dalam plastik. Satuan hasil dari kelompok Persiapan-1 JBL dinyatakan dengan jumlah pil yang mampu dibungkus oleh seorang karyawan dalam sehari (bungkus/orang/hari). 2. Kelompok Persiapan-2 JBL melakukan kegiatan yang sama dengan kelompok Persiapan 1-JBL, hanya saja jenis jamu yang dibungkus berbeda. Pada kelompok ini, jamu yang dibungkus berupa bedak dalam bentuk kepingan kotak berukuran kecil. Satuan hasil dari kelompok Persiapan-2 JBL dinyatakan dengan jumlah kepingan bedak yang mampu dibungkus oleh seorang karyawan dalam sehari (bungkus/orang/hari). 3. Kelompok Pack-JBL melakukan kegiatan memasukkan bungkusanbungkusan jamu yang termasuk dalam paket Jamu Bersalin Lengkap (JBL) ke dalam kardus kecil. Jamu yang termasuk dalam paket JBL berupa pil dan bedak yang seperti yang telah dilakukan oleh kelompok Persiapan 1-JBL dan Persiapan-2 JBL. Satuan hasil dari kelompok Pack-JBL dinyatakan dengan jumlah bungkusan jamu mampu dimasukkan ke dalam dus oleh seorang karyawan dalam sehari (dus/orang/hari).

3 Kelompok-kelompok pada sub bagian Celep melakukan kegiatan yang sama dengan yang dilakukan oleh kelompok pada sub bagian Param dan Jamu Bersalin Lengkap (JBL). Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut perusahaan sedang mengejar target produksi jamu yang jumlahnya cukup besar untuk diekspor ke Malaysia, sehingga sebagian kegiatan produksi pada sub bagian Param dan JBL juga dialokasikan kepada sub bagian Celep. Pada sub bagian Celep ini terdapat satu jenis kegiatan yang merupakan akhir dari proses produksi, yaitu semua jamu yang siap untuk didistribusikan mengalami proses pengemasan akhir (wrap) yang dilakukan oleh kelompok Mesin Wrap-Celep, selanjutnya disimpan di gudang yang terdapat pada sub bagian Celep. 1. Kelompok Pack-Celep melakukan sebagian kegiatan yang dilakukan oleh kelompok Persiapan 1-JBL. Satuan hasil seorang karyawan dalam sehari pada kelompok Pack-Celep sama dengan satuan hasil pada kelompok Persiapan 1-JBL, yaitu bungkus/orang/hari. 2. Kelompok Mesin Pack-Celep melakukan sebagian kegiatan yang dilakukan oleh kelompok Mesin Pack-Param. Satuan hasil seorang karyawan dalam sehari pada kelompok Mesin Pack-Celep sama dengan satuan hasil pada kelompok Mesin Pack-Param, yaitu sachet/orang/hari. 3. Kelompok Mesin Wrap-Celep melakukan kegiatan melapisi kemasan dus jamu dengan plastik wrap. Satuan hasil dari kelompok Mesin Wrap-Celep dinyatakan dengan jumlah dus jamu mampu diwrap oleh seorang karyawan dalam sehari (dus/orang/hari). Lokasi perusahaan jamu PT Air Mancur (sebagai tempat pengambilan data dalam penelitian ini) yaitu di Jl. Solo-Sragen Km. 7, Palur, Karanganyar, Jawa Tengah yang merupakan kantor pusat, kegiatan produksi dan laboratorium. Beberapa unit perusahaan jamu PT Air Mancur lainnya yaitu: 1). Unit Celep, sebagai gudang dan tempat pengemasan; 2). Unit Jetis, sebagai tempat pengolahan untuk produk kosmetik; 3). Unit Jajar, Surakarta, sebagai gudang bahan; 4) Unit Pelem, Wonogiri, sebagai tempat pengolahan untuk produk makanan dan minuman; 5) Unit Klampisan, Wonogiri, sebagai tempat pengolahan jamu ekstrak.

4 Penyelenggaraan Makanan di Kantin Perusahaan Salah satu fasilitas yang disediakan oleh PT Air Mancur kepada karyawannya adalah kantin karyawan. Adanya kantin ini merupakan wujud kepedulian PT Air Mancur terhadap kesejahteraan karyawan. Kantin karyawan menyediakan menu makan siang berupa makanan lengkap (nasi, lauk, sayur dan buah) beserta minuman kepada seluruh karyawan. Selain itu juga diberikan segelas susu dua kali dalam seminggu. Fasilitas yang disediakan oleh perusahaan jamu PT Air mancur Palur, Karanganyar terkait dengan penyelenggaraan makan bagi karyawan diantaranya adalah adanya ruang makan, peralatan makan dan minuman. Ruang makan di kantin perusahaan cukup luas (± 1000 m 2 ). Semua makanan yang disediakan untuk karyawan dimasak di dapur kantin perusahaan oleh para karyawan yang bertugas di bagian dapur. Bahan pangan yang digunakan berasal dari pasar tradisional yang letaknya tidak jauh dari perusahaan jamu PT Air Mancur. Bahan pangan yang akan dimasak untuk dijasikan menu makan siang telah dibelanjakan pada hari sebelumnya. Sebagian dari proses persiapan pengolahan pun telah dilakukan pada hari sebelumnya pula, seperti memotong sayuran, menyiapkan bumbu dan sebagainya. Proses pengolahan dengan api (pemanasan) atau memasak dilakukan pada pagi hari sebelum makan siang pada hari tersebut disajikan. Gambar 5 Contoh Menu Makan Siang Gambar 6 Kegiatan Makan Siang Pendistribusian makan siang dilakukan secara terpusat (sentralisasi) di kantin perusahaan. Seluruh karyawan di bagian produksi dan staf kantor melakukan kegiatan makan siang di kantin perusahaan, sehingga makanan disajikan dengan piring. Karyawan yang mempunyai jabatan tinggi dan sering bertugas keluar perusahaan melakukan makan siang di ruang kerjanya,

5 sehingga makan siangnya disajikan di wadah tersendiri (rantang) dan diantarkan ke ruang kerja yang bersangkutan. Waktu makan siang dilakukan pada jam istirahat. Waktu makan siang di kantin perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu pada pukul dan Hal ini dilakukan mengingat ruang makan kantin yang cukup luas tersebut ternyata tidak dapat menampung seluruh karyawan. Minuman untuk para karyawan diberikan tiga kali selama waktu kerja atau sejak pukul hingga Minuman yang diberikan pada pagi pukul berupa teh manis atau susu kental manis, pada waktu makan siang berupa air putih atau teh tawar dan pada waktu siang pukul berupa teh manis. Makanan yang diberikan kepada karyawan sudah ada ukurannya, baik untuk makanan pokok atau beras, lauk dan sayur, begitu pula dengan gula pasir. Kantin karyawan perusahaan telah memberikan jatah 1 kg beras untuk 8 orang karyawan, yaitu 0,125 kg beras atau kurang lebih adalah 250 g nasi per karyawan. Ukuran untuk sepotong daging sapi 50 g dan satu buah tahu 45 g. Tabel 4 Daftar Menu Makan Siang Karyawan PT Air Mancur Palur, Karanganyar serta Kandungan Energi dan Zat Besi (Fe) Tanggal Juni 2009 No Hari, Tanggal Menu Senin, 15/06/2009 Selasa, 16/06/2009 Rabu, 17/06/2009 Kamis, 18/06/2009 Jum at, 19/06/2009 Senin, 22/06/2009 Selasa, 23/06/2009 Rabu, 24/06/2009 Kamis, 25/06/2009 Jum at, 26/06/2009 Nasi, terik daging sapi, terik tahu, jeruk manis Energi (kkal) Kandungan zat gizi Zat Besi (Fe) (mg) 693 3,6 Nasi, pecel, telur ceplok, melon 851 4,5 Nasi, kakap bakar, lalap, pisang ambon Nasi, sayur lodeh, tahu goreng, peyek teri, semangka Nasi, sup kemplang, ayam goreng, pisang ambon Nasi, soto daging sapi, jeruk manis Nasi, sambel goreng kentang, telur asin, semangka Nasi, sayur asem, lele goreng, pisang ambon Nasi, sayur nangka muda, bandeng goreng, melon 737 3, , , , , , ,8 Nasi, garang asem, ayam goreng, pisang ambon 901 4,1 Rata-rata 766 4,6

6 Menu makan siang di kantin perusahaan beragam setiap hari selama satu bulan. Hal ini dikarenakan tidak adanya siklus menu. Daftar menu dibuat untuk satu bulan. Daftar menu untuk bulan yang bersangkutan telah dibuat pada bulan sebelumnya. Penelitian di kantin perusahaan jamu PT Air Mancur Palur, Karanganyar dilakukan selama sepuluh hari, sehingga pengamatan terhadap menu makan siang terbatas pada waktu tersebut. Tabel 4 menyajikan daftar menu makan siang di kantin perusahaan selama sepuluh hari pengamatan beserta kandungan energi dan zat besi. Ketersediaan energi dan zat besi makan siang dari kantin perusahaan berkontribusi terhadap pemenuhan kecukupan energi dan zat besi (berdasarkan AKG 2004) karyawan Produksi setiap harinya. Pada Tabel 5 berikut, disajikan daftar kontribusi ketersediaan energi dan zat besi dari makan siang yang disediakan oleh kantin perusahaan terhadap pemenuhan angka kecukupan energi dan zat besi berdasarkan AKG 2004 pada setiap kelompok jenis kelamin dan umur. Tabel 5 Kontribusi Ketersediaan Energi dan Zat Besi Makan Siang Kantin Perusahaan terhadap Pemenuhan Angka Kecukupan Energi dan Zat Besi berdasarkan AKG 2004 Pria Wanita Energi Zat Besi (Fe) AKG (kkal) Kontribusi (%) AKG (mg) Kontribusi (%) tahun , tahun , , tahun , tahun , , tahun , , tahun , ,33 Kontribusi energi dari makan siang yang disediakan oleh kantin perusahaan cukup baik, sudah mencapai 30% terhadap pemenuhan kecukupan energi sehari pada semua kelompok jenis kelamin dan umur karyawan Produksi. Kontribusi zat besi dari makan siang terhadap pemenuhan angka kecukupan zat besi sehari pada semua kelompok umur karyawan pria juga sudah baik (35,38%), namun pada kelompok umur tahun dan tahun karyawan wanita masih kurang, kontribusi zat besi dari makan siang hanya 16,69% dari angka kecukupan zat besi sehari.

7 Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi karyawan Produksi dilihat dari jenis kelamin menggambarkan bahwa 75% adalah perempuan dan 25% adalah laki-laki. Berdasarkan penggolongan umur menurut Hurlock (1991) sebesar 68,8% termasuk dalam golongan dewasa madya (40-60 tahun), 31,3% golongan dewasa dini (18-39 tahun) dan tidak ada yang termasuk golongan dewasa lanjut. Sebaran karyawan Produksi berdasarkan jenis kelamin dan umur disajikan pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Sebaran Karyawan Produksi berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Karakteristik Sosial Ekonomi Jenis Kelamin Umur Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Laki-laki 20 25,0 Perempuan 60 75,0 Total Dewasa dini (18-39 tahun) 25 31,3 Dewasa madya (40-60 tahun) 55 68,8 Dewasa lanjut (> 60 tahun) 0 0 Total Besarnya jumlah karyawan Produksi perempuan dibanding dengan lakilaki dikarenakan jenis pekerjaan yang dilakukan pada bagian produksi bukan pekerjaan yang berat, sehingga banyak karyawan perempuan dialokasikan pada bagian ini, sedangkan karyawan laki-laki lebih diprioritaskan untuk bagian mesin yang jenis pekerjaannya dinilai berat menurut pihak perusahaan. Sementara itu, tidak adanya karyawan yang termasuk dalam golongan usia lanjut disebabkan masa purna seluruh karyawan adalah pada saat usia 60 tahun. Sebanyak 57,5% keluarga karyawan Produksi termasuk keluarga kecil, 35% termasuk keluarga sedang dan 7,5% termasuk keluarga besar. Sebanyak 45% menempuh pendidikan terakhir hingga SD, 18,8% SMP, 35% SMA/SMK dan 1,3% karyawan Produksi menempuh pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Berdasarkan pendapatan setiap bulan yang diperoleh dari perusahaan, sebesar 78,8% memperoleh pendapatan Rp Rp , 17,5% memperoleh pendapatan Rp dan 3,8% memperoleh pendapatan Rp Rp serta tidak ada yang memperoleh pendapatan lebih dari Rp setiap bulannya. Tabel 7 menyajikan sebaran karyawan Produksi berdasarkan jumlah anggota keluarga, pendidikan terakhir dan pendapatan setiap bulan.

8 Tabel 7 Sebaran Karyawan Produksi berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga, Pendidikan Terakhir dan Pendapatan Karakteristik Sosial Ekonomi Jumlah Anggota Keluarga Pendidikan Pendapatan Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Kecil (< 5 orang) 46 57,5 Sedang (5 7 orang) 28 35,0 Besar (> 7 orang) 6 7,5 Total SD 36 45,0 SMP 15 18,8 SMA/SMK 28 35,0 Perguruan Tinggi 1 1,3 Total < Rp ,5 Rp <Rp ,8 Rp <Rp ,8 Rp <Rp Total Lebih dari separuh keluarga karyawan Produksi termasuk dalam keluarga kecil. Salah satu penyebab hal ini adalah banyak yang berusia 50 tahun ke atas. Pada umumnya, pada usia tersebut hanya tinggal dengan beberapa anggota keluarga di rumahnya seperti dengan anak yang terakhir, sementara anak-anak yang telah berkeluarga tinggal terpisah, sehingga jumlah anggota keluarga di rumah tidak banyak. Selain itu, karyawan Produksi perempuan pada usia tersebut yang telah berstatus janda. Dilihat dari data karakteristik seluruh karyawan Produksi, banyak yang menempuh pendidikan hingga SD. Salah satu alasannya adalah karena jenis pekerjaan pada bagian produksi tidak membutuhkan pemikiran keras, pekerjaan selain pada bagian mesin pun dilakukan sambil duduk, sehingga tingkat pendidikan yang tinggi tidak menjadi faktor yang penting. Karyawan Produksi yang bekerja di perusahaan ini menjadikan pekerjaannya sebagai mata pencaharian utama, sehingga pendapatan yang diperoleh dari perusahaan merupakan pendapatan utama. Perusahaan tidak mempertimbangkan tingkat pendidikan dalam menentukan pendapatan, akan tetapi pendapatan ditentukan oleh jenis bagian kerja karyawan dan lamanya masa kerja karyawan, selain itu juga status karyawan sebagai karyawan tetap atau karyawan kontrak. Tingkat Konsumsi Energi

9 Tingkat konsumsi energi dapat diperoleh dengan menentuan konsumsi energi dan mengetaui angka kecukupan energi menurut AKG 2004 terlebih dahulu. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa Rata-rata konsumsi energi seluruh karyawan Produksi adalah 1872 kkal/orang/hari. Tabel 8 menyajikan rata-rata konsumsi energi dan rata-rata tingkat konsumsi energi pada empat sub bagian produksi. Tabel 8 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Konsumsi Energi Karyawan Produksi No Sub bagian Konsumsi Energi (kkal/orang/hari) Tingkat Konsumsi Energi (%) 1 Nabati ,72 2 Param ,90 3 JBL ,49 4 Celep ,94 Rata-rata Total ,92 Tingkat konsumsi energi karyawan Produksi pada keempat sub bagian berkisar antara 101,72% hingga 106,49%. Rata-rata tingkat konsumsi energi keseluruhan adalah 104,92%, sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tingkat konsumsi energi termasuk dalam kategori normal (Depkes 1996). Tingkat konsumsi energi di atas 100% menunjukkan bahwa secara keseluruhan konsumsi energi lebih dari angka kecukupan energi berdasarkan AKG Tingkat konsumsi energi dikategorikan menjadi lima menurut Depkes (1996). Dikatakan defisit tingkat berat jika tingkat konsumsi energi kurang dari 70%, defisit tingkat sedang antara 70-79%, defisit tingkat ringan antara 80-89%, normal antara % dan lebih jika lebih dari 119%. Sebaran karyawan Produksi berdasarkan tingkat konsumsi energi dan pengkategoriannya menurut Depkes (1996) dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9 Sebaran Karyawan Produksi berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi menurut Kategori Depkes (1996) Defisit Defisit Defisit Normal Lebih Sub bagian berat sedang ringan Total n % n % n % n % n % Nabati 1 14, , ,57 7 Param 1 3, , , ,84 31 JBL 1 7, ,08 1 7, , ,46 13 Celep 2 6,89 2 6, , , ,24 29 Total 5 6,25% 10 12,5% 5 6,25% 31 38,75% 29 36,25% 80 Karyawan Produksi dengan tingkat konsumsi energi tergolong defisit berat persentasenya 6,25%, defisit tingkat sedang 12,5%, defisit tingkat berat 6,25%. Karyawan dengan tingkat konsumsi energi tergolong normal persentasenya berselisih tipis dengan tingkat konsumsi energi lebih, yaitu

10 masing-masing 38,75% normal dan 36,25% lebih. Pada sub bagian Nabati dan Celep, karyawan terbanyak termasuk dalam kategori tingkat konsumsi energi normal, yaitu 57,14% dan 55,17%. Pada sub bagian Param dan JBL karyawan terbanyak termasuk dalam kategori tingkat kecukupan energi lebih, yaitu masingmasing 54,84% dan 38,46%. Tingkat Konsumsi Zat Besi (Fe) Tingkat konsumsi zat besi diperoleh dengan menentukan konsumsi zat besi dan mengetahui angka kecukupan zat besi yang terdapat pada AKG Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa rata-rata konsumsi zat besi karyawan Produksi secara keseluruhan adalah 14,60 mg/orang/hari. Penentuan angka kecukupan zat besi, tidak perlu menggunakan AKG koreksi seperti yang telah dilakukan sebelumnya pada angka kecukupan energi. Angka kecukupan zat besi langsung mengacu pada AKG 2004 untuk zat besi pada kelompok jenis kelamin dan umur tertentu. Angka kecukupan zat besi berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Angka Kecukupan Zat Besi berdasarkan AKG 2004 (WNPG VIII 2004) Pria Wanita tahun tahun tahun tahun tahun tahun AKFe (mg) Rata-rata tingkat konsumsi zat besi karyawan dari setiap sub bagian berkisar pada 90,99% hingga 133,12%. Secara keseluruhan rata-rata tingkat konsumsi karyawan Produksi adalah 100,92%. Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada sub bagian Nabati (133,12%), sedangkan yang terendah terdapat pada sub bagian JBL (90,99%). Meskipun terendah, tingkat konsumsi zat besi pada JBL masih termasuk dalam tingkatan normal berdasarkan kategori menurut Gibson (2005). Tabel 11 menyajikan rata-rata konsumsi zat besi dan rata-rata tingkat konsumsi zat besi karyawan pada empat sub bagian produksi. Tabel 11 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Konsumsi Zat Besi Karyawan Produksi No Sub bagian Konsumsi Fe (mg/orang/hari) Tingkat Konsumsi Fe (%) 1 Nabati 17,09 133,12 2 Param 14,53 95,33 3 JBL 12,56 90,99 4 Celep 13,57 103,58 Rata-rata Total 14,60 100,92 Menurut Gibson (2005), untuk vitamin dan mineral dikategorikan menjadi normal dan defisit. Dikatakan normal jika tingkat konsumsinya lebih dari sama

11 dengan 77% (TK 77%) dan dikatakan defisit jika kurang dari 77% (TK < 77%). Sebaran karyawan Produksi berdasarkan kategori tingkat konsumsi zat besi menurut pengkategorian Gibson (2005) pada empat sub bagian produksi dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12 Sebaran Karyawan Produksi berdasarkan Kategori Tingkat Konsumsi Zat Besi menurut Kategori Gibson (2005) Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) No Sub bagian Normal ( 77%) Defisit (< 77%) Total n % n % 1 Nabati 6 85, , Param 17 54, , JBL 8 61, , Celep 22 75, ,14 29 Total 53 66, ,75 80 Sebesar 66,25% karyawan Produksi secara keseluruhan memiliki tingkat kosumsi zat besi normal dan selebihnya adalah defisit (33,75%). Jumlah karyawan dengan tingkat konsumsi zat besi tergolong normal yang terbanyak terdapat pada sub bagian Nabati yaitu 85,71% dan terendah pada sub bagian Param, yaitu 54,84%. Jumlah karyawan dengan tingkat konsumsi zat besi tergolong defisit terbanyak terdapat pada subbagian Param yaitu 45,16% dan terendah pada subbagian Nabati, yaitu 14,29%. Status Gizi Status gizi karyawan Produksi diukur berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat. Perhitungan IMT merupakan perbandingan antara berat badan (kg) terhadap kuadrat tinggi badannya (m 2 ). WHO (2007) mengkategorikan status gizi ke dalam tiga kategori utama, yaitu underweight, normal dan overweight, yang termasuk overweight yaitu at risk, obese I dan obese II. Seseorang dikatakan berstatus gizi underweight jika memiliki IMT <18,50, normal jika IMT 18,50-22,99 dan underweight jika IMT 23,00 (untuk status gizi at risk jika IMT 23,00-24,99, obese I jika IMT 25-30,00 dan obese II jika IMT >30,00). Tabel 13 berikut menyajikan sebaran status gizi karyawan pada empat sub bagian produksi yang diukur berdasarkan IMT dan pengkategoriannya menurut WHO (2007). Tabel 13 Sebaran Status Gizi Karyawan Produksi berdasarkan Kategori IMT menurut WHO (2007)

12 No Sub bagian Status Gizi Overweight Normal At risk Obese I Obese II n % n % n % n % n % Total 1 Nabati , , , Param 3 9, , , , JBL 1 7, ,15 1 7, , , Celep 5 17, , , , Total 9 11, , , ,25 3 3,75 80 Status gizi karyawan Produksi berdasarkan IMT menurut kategori WHO 2007 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan, 45% memiliki status gizi normal. Sementara itu, 26,25% berstatus gizi obese I, 13,75% at risk, 11,25% overweight dan 3,75% berstatus gizi obese II. Status gizi 57,14% karyawan pada sub bagian Nabati termasuk kategori obese I, sedangkan 28,57% normal dan 14,29% termasuk ketegori status gizi obese II. Pada sub bagian Param, 41,94% memiliki status gizi normal, selebihnya adalah obese I (29,03%), at risk (19,35%) dan overweight (9,68%). Karyawan pada sub bagian JBL yang memiliki status gizi normal jumlahnya 46,15%, obese I 23,08%, obese II 15,38%, overweight 7,69% dan status gizi at risk jumlahnya 7,69%. Pada sub bagian Celep, sebanyak 51,72% berstatus gizi normal, sedangkan status gizi overweight dan obese I masing-masing 17,24% dan at risk 13,75%. Produktivitas Kerja Produktivitas kerja pada penelitian ini diukur dengan melihat jumlah yang dihasilkan dalam sehari (output/hari). Selain itu juga diketahui jumlah absensi kerja karyawan Produksi atau jumlah hari tidak masuk kerja dalam sebulan terakhir. Pengukuran produktivitas berdasarkan output/hari dikategorikan menjadi tiga, yaitu jumlah output/hari di bawah rata-rata, sama dengan rata-rata dan di atas rata-rata setiap kelompoknya. Satuan jumlah output/hari dari sub bagian Nabati dinyatakan dengan jumlah gilingan yang mampu dilakukan oleh seorang karyawan dalam sehari (gilingan/orang/hari). Sub bagian Param terdiri atas tiga kelompok, yaitu kelompok Mesin Aduk-Param, Cetak-Param dan Mesin Pack-Param. Satuan jumlah output/hari pada kelompok Mesin Aduk-Param dinyatakan dengan jumlah adukan yang mampu dilakukan oleh seorang karyawan dalam sehari (adukan/orang/hari). Pada kelompok Cetak-Param, satuan hasil jumlah output/hari dinyatakan dengan jumlah kepingan yang mampu dihasilkan oleh seorang karyawan dalam sehari (keping/orang/hari) dan pada kelompok Mesin Pack-Param dinyatakan dengan

13 jumlah kepingan jamu param yang mampu disachet oleh seorang karyawan dalam sehari (sachet/orang/hari). Sub bagian Jamu Bersalin Lengkap (JBL) teridiri atas tiga kelompok, yaitu kelompok Persiapan 1-JBL, Persiapan 2-JBL dan Pack-JBL. Satuan hasil dari kelompok Persiapan-1 JBL dinyatakan dengan jumlah pil yang mampu dibungkus oleh seorang karyawan dalam sehari (bungkus/orang/hari). Pada kelompok Persiapan-2 JBL, satuan jumlah output/hari dinyatakan dengan jumlah kepingan bedak yang mampu dibungkus oleh seorang karyawan dalam sehari (bungkus/orang/hari) dan pada kelompok Pack-JBL dinyatakan dengan jumlah bungkusan jamu mampu dimasukkan ke dalam dus oleh seorang karyawan dalam sehari (dus/orang/hari). Sub bagian Celep terdiri atas tiga kelompok, yaitu kelompok Pack-Celep, Mesin Pack-Celep dan kelompok Mesin Wrap-Celep. Satuan hasil jumlah output/hari pada kelompok Pack-Celep sama dengan satuan hasil pada kelompok Persiapan 1-JBL, yaitu bungkus/orang/hari. Begitu pula pada kelompok Mesin Pack-Celep, satuan hasil jumlah output/hari pada kelompok Mesin Pack-Celep sama dengan satuan hasil pada kelompok Mesin Pack- Param, yaitu sachet/orang/hari. Pada kelompok Mesin Wrap-Celep satuan jumlah output/hari dinyatakan dengan jumlah dus jamu mampu diwrap oleh seorang karyawan dalam sehari (dus/orang/hari). Sebaran karyawan Produksi berdasarkan produktivitas kerja yang diukur berdasarkan jumlah output/hari pada setiap sub bagian dan kelompok produksi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran Karyawan Produksi menurut Produktivitas Kerja berdasarkan Jumlah Output/hari pada Setiap Kelompok Produksi No Di Bawah Sama dengan Di Atas Ratarata Sub Total Kelompok Rata-rata Rata-rata bagian n % n % n % 1 Nabati Nabati 4 57, , Param Mesin Aduk-Param Cetak-Param 14 66, ,33 21 Mesin Pack-Param JBL Persiapan 1-JBL Persiapan 2-JBL Pack-JBL Celep Pack-Celep 2 10, ,47 19 Mesin Pack-Celep Mesin Wrap-Celep Total 26 32, , ,75 80 Secara keseluruhan sebanyak 48,75% karyawan Produksi menghasilkan jumlah output/hari di atas rata-rata kelompok, 32,5% di bawah rata-rata dan

14 18,75% menghasilkan jumlah output/hari sama dengan rata-rata kelompok. Lebih dari separuh (57,15%) karyawan pada sub bagian Nabati menghasilkan jumlah gilingan/orang /hari di bawah rata-rata. Sebanyak 60% karyawan pada kelompok Mesin Aduk-Param menghasilkan jumlah adukan/orang/hari di atas rata-rata, pada kelompok Cetak- Param sebanyak 66,67% menghasilkan jumlah kepingan/orang/hari di bawah rata-rata dan pada kelompok Mesin Pack-Param sebagian besar (80%) menghasilkan jumlah sachet/orang/hari di atas rata-rata. Semua pada kelompok Persiapan 1-JBL menghasilkan jumlah bungkus/orang/hari sama dengan rata-rata, pada kelompok Persiapan 2-JBL sebagian besar (75%) menghasilkan jumlah bungkus/orang/hari di atas rata-rata dan pada kelompok Pack-JBL semua menghasilkan jumlah dus/orang/hari sama dengan rata-rata. Sebagian besar (89,47%) karyawan pada kelompok Pack-Celep menghasilkan jumlah bungkus/orang/hari di atas rata-rata, pada kelompok Mesin Pack-Celep 50% menghasilkan jumlah sachet/orang/hari di bawah rata-rata dan 50% menghasilkan jumlah sachet/orang/hari di atas rata-rata dan pada kelompok Mesin Wrap-Celep semua karyawan menghasilkan jumlah dus/orang/hari sama dengan rata-rata kelompok. Pengukuran produktivitas kerja juga dapat dilihat dari jumlah hari tidak masuk kerja. Absensi atau jumlah hari tidak masuk kerja karyawan Produksi dalam sebulan terakhir dikategorikan menjadi empat, yaitu selalu masuk (0), tidak masuk 1-3 hari, tidak masuk 4-6 hari dan tidak masuk 7 hari dalam sebulan terakhir. Sebesar 63,75% karyawan Produksi selalu masuk dalam sebulan terakhir dan selebihnya tidak masuk selama 1-3 hari serta tidak ada yang tidak masuk kerja lebih dari 3 hari dalam sebulan terakhir tersebut. Pada sub bagian Nabati, karyawan yang tidak masuk kerja selama 1-3 hari dalam sebulan terakhir sebesar 14,29%, Param 54,84%, JBL 46,15% dan Celep 17,26%. Tabel 15 menyajikan sebaran karyawan Produksi berdasarkan jumlah absensi kerja (ketidakhadiran kerja) dalam sebulan terakhir pada empat sub bagian produksi. Tabel 15 Sebaran Karyawan Produksi berdasarkan Jumlah Absensi Kerja dalam Sebulan Terakhir No Sub bagian 0 (Selalu masuk) 1-3 hari Total

15 n % n % 1 Nabati 6 85, , Param 14 45, , JBL 7 53, , Celep 24 82, ,24 29 Total Karyawan Produksi yang pernah tidak masuk kerja dalam sebulan terakhir memiliki alasan penyebab tidak masuk kerja. Alasan tidak masuk kerja dikelompokkan menjadi tiga, yaitu karena sakit (S), izin (I) dan tanpa keterangan atau alpa n (A). Karyawan Produksi yang tidak masuk kerja berjumlah 29 orang. Tabel 16 berikut menyajikan sebaran karyawan Produksi berdasarkan alasan tidak masuk kerja dan persentasenya terhadap jumlah karyawan Produksi yang tidak masuk kerja dalam sebulan terakhir. Tabel 16 Sebaran Karyawan Produksi berdasarkan Alasan Tidak Masuk Kerja dan Persentasenya terhadap Jumlah Karyawan Produksi yang Tidak Masuk Kerja dalam Sebulan Terakhir Jumlah Sakit (S) Izin (I) Tanpa Keterangan (A) Total n % 37,93% 62, % Karyawan Produksi yang tidak masuk kerja dengan alasan sakit yaitu sebesar 37,93%, sedangkan selebihnya adalah yang tidak masuk kerja dengan alasan yang digunakan adalah izin. Tidak ada yang tidak memberikan alasan tidak masuk kerja atau dapat dikatakan tidak ada yang bolos kerja (tanpa keterangan). Hubungan Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Tingkat konsumsi energi karyawan Produksi berhubungan dengan status gizi. Hasil uji korelasi Spearman menghasilkan nilai r=0.315 dan p<0.05. Hubungan ini menunjukkan semakin tinggi status gizi, semakin tinggi tingkat konsumsi energi. Sementara itu, hasil uji korelasi antara tingkat konsumsi zat besi dengan status gizi tidak menunjukkan adanya hubungan di antara kedua variabel tersebut. Karyawan Produksi dengan tingkat konsumsi energi dan status gizi normal jumlahnya paling tinggi di antara yang lainnya. Meskipun ada beberapa yang memiliki hubungan yang berlawan antara tingkat konsumsi energi dan status gizi (seperti pada tingkat konsumsi energi yang tergolong defisit tingkat berat tetapi status gizinya pre-obese dan pada status gizi lebih tetapi status gizinya masih ada yang kurus tingkat berat), namun secara umum tingkat konsumsi energi mempunyai hubungan yang searah dengan status gizi.

16 Perbaikan tingkat konsumsi energi membawa perbaikan pada status gizi karyawan Produksi. Namun, pada tingkat konsumsi energi yang lebih menyebabkan kegemukan (overweight, yaitu pre-obese hingga obese). Hal ini dikarenakan adanya kelebihan energi dalam jangka panjang disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak (IOM 2002 dalam WNPG 2004). Kelebihan cadangan energi dalam bentuk lemak ini menyebabkan terjadinya kegemukan. Seorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan suatu pekerjaan daripada seorang yang kurus. Orang gemuk membutuhkan usaha lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan (Almatsier 2003). Oleh karena itu, antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi saling berhubungan dan hal ini juga mempengaruhi produktivitas kerjanya. Hubungan Tingkat Konsumsi dan Produktivitas Kerja Tidak semua tingkat konsumsi karyawan pada semua kelompok produksi berhubungan dengan produktivitas kerjanya. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa hanya terdapat satu kelompok produksi yang memiliki hubungan antara tingkat konsumsi dengan output/hari, yaitu Mesin Aduk-Param. Pada kelompok ini, tingkat konsumsi zat besi dan produktivitas kerja menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.01, r=0.975), artinya peningkatan tingkat konsumsi zat besi membawa peningkatan jumlah yang dihasilkan dalam sehari (output/hari). Hubungan tingkat zat besi dan produktivitas kerja berdasarkan jumlah output/hari karyawan pada kelompok Mesin Aduk- Param dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini. Tabel 17 Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Besi (Fe) dan Produktivitas Kerja (output/hari) Karyawan pada Kelompok Mesin Aduk-Param Tingkat Konsumsi Zat Besi (%) Output/hari (adukan/hari) p=0.01 r=0.975 Hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja karyawan pada sub bagian Param ini sangat signifikan. Almatsier (2003) menyebutkan bahwa salah satu fungsi zat besi adalah sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, selain itu juga fungsinya di dalam darah sebagai alat transportasi zat-zat gizi makanan ke seluruh jaringan tubuh. Tersedianya zat besi dalam darah dengan jumlah yang cukup akan membantu kelancaran proses penyaluran oksigen dan zat-zat gizi makanan ke seluruh jaringan tubuh, sehingga tubuh mempunyai kemampuan untuk melakukan berbagai aktivitas atau pekerjaan secara optimal.

17 Adanya ketersediaan zat besi di dalam darah dalam jumlah yang cukup merupakan dampak dari adanya tingkat konsumsi zat besi yang baik, tidak kekurangan dan tidak kelebihan. Menurut Widayani (2004) defisiensi besi dapat berakibat menurunkan produktivitas dan kapasitas fisik saat bekerja dan menurunkan imunitas seluler dan meningkatkan kesakitan (Widayani 2004), namun kelebihan zat besi dapat mengakibatkan mikroorganisme memanfaatkannya untuk pertumbuhan, sehingga penyakit yang diderita semakin parah (Wirakusumah 1999 dalam Wardani 2008). Oleh karena itu, tingkat konsumsi zat besi yang baik menyebabkan tingginya jumlah yang dihasilkan dalam sehari (output/hari), karena tersebut dapat menghasilkan barang lebih banyak dalam waktu yang sama dengan yang tingkat konsumsi zat besinya lebih rendah. Hubungan tingkat konsumsi juga diuji dengan absensi kerja (ketidakhadiran kerja) dalam sebulan terakhir. Hasil uji korelasi memperlihatkan tidak adanya hubungan di antara kedua variabel tersebut, baik antara tingkat konsumsi energi dengan jumlah absensi kerja maupun antara tingkat konsumsi zat besi dengan jumlah absensi kerja. Hubungan Status Gizi dan Produktivitas Kerja Hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja yang diukur berdasarkan jumlah output/hari juga diuji dengan uji korelasi Spearman. Hasil uji korelasi Spearman memperlihatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan jumlah output/hari. Hal ini disebabkan karena pengukuran terhadap jumlah output/hari hanya dihitung pada saat pengambilan data, sedangkan status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama (Suhardjo 1985). Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya konsumsi pangan, aktivitas dan infeksi, namun aktivitas dan infeksi tidak diteliti dalam penelitian ini. Status gizi pada penelitian ini diukur berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Hasil uji regresi menunjukkan bahwa nilai IMT dipengaruhi oleh tingkat konsumsi energi dengan nilai R Square Hal ini berarti bahwa tingkat konsumsi energi mempengaruhi IMT sebesar 17,2%, sedangkan (100-17,2)% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Sementara itu, nilai IMT tidak dipengaruhi oleh faktor tingkat konsumsi zat besi.

18 Almatsier (2003) menyebutkan bahwa kekurangan energi dapat menyebabkan penurunan berat badan pada orang dewasa, sehingga tingkat konsumsi energi dapat mempengaruhi status gizi (yang diukur berdasarkan IMT) seperti pada penelitian ini. Sementara itu, tingkat konsumsi zat besi tidak mempengaruhi status gizi secara langsung seperti pengaruh tingkat konsumsi energi terhadap status gizi (IMT). Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya latar belakang pendidikan dan latihan, alat-alat produksi dan teknologi, value system yaitu nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat (ikatan kekeluargaan, mobilitas, motivasi), iklim pekerja, derajat kesehatan dan gizi dan tingkat upah minimal yang berlaku (Ravianto 1985b). Uji regresi dilakukan untuk menguji pengaruh tingkat konsumsi energi dan zat besi dan status gizi (IMT) terhadap produktivitas kerja, baik pengukuran dengan jumlah output/hari maupun dengan absensi dalam sebulan terakhir. Hasil uji regresi memperlihatkan bahwa status gizi (yang diukur dengan IMT) mempengaruhi jumlah output/hari pada kelompok Mesin Aduk Param dengan nilai R Square sebesar 0,838. Artinya, IMT mempengaruhi jumlah output/hari sebesar 83,8% dan (100-83,8)% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Sementara itu, output/hari tidak dipengaruhi oleh tingkat konsumsi energi dan zat besi pada semua kelompok produksi dan jumlah absensi dalam sebulan terakhir juga tidak dipengaruhi oleh tingkat konsumsi dan IMT pada semua kelompok produksi. Uji korelasi Spearman dengan uji regresi antara output/hari dengan tingkat konsumsi zat besi memiliki hasil yang berbeda. Hasil uji korelasi Spearman memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan output/hari dan tidak ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan output/hari, sedangkan hasil uji regresi menunjukkan bahwa output/hari tidak dipengaruhi oleh tingkat konsumsi zat besi tetapi dipengaruhi oleh status gizi (IMT). Kemungkinan hal ini bisa terjadi karena kedua uji ini berbeda. Data yang diinput pada uji Spearman dikategorikan, sedangkan pada uji regresi tidak dikategorikan (data mentah).

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur dan

Lebih terperinci

Nama Lengkap Tanda Tangan. A. KARAKTERISTIKK KARYAWAN 1. Nama Lengkap : Alamat Rumah : No. Telp/ HP : Jenis Kelamin 5.

Nama Lengkap Tanda Tangan. A. KARAKTERISTIKK KARYAWAN 1. Nama Lengkap : Alamat Rumah : No. Telp/ HP : Jenis Kelamin 5. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Data Karakteristik Karyawan dan Produktivitas Kerja KUESIONER TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe) DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR ANISA ROSYIDA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Kerja

TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Kerja TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Kerja Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara output (hasil kerja) dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1. L A M P I R A N 50 Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian No. Variabel Kategori Pengukuran 1. Proses Penyelenggaraan Makanan 2. Karakteristik Responden a. Umur (Depkes 2005) b. Uang saku 3. Karakteristik

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR ANISA ROSYIDA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Asrama 2 Al-khodijah merupakan salah satu asrama putri yang berada di

BAB V HASIL PENELITIAN. Asrama 2 Al-khodijah merupakan salah satu asrama putri yang berada di BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Asrama 2 Al-khodijah merupakan salah satu asrama putri yang berada di bawah yayasan Pondok Pesantren Darul Ulum, berada di Desa Rejoso, Kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK 10.01 BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BATANG No. 02/Th. XVII, Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Di Kabupaten Batang Bulan Januari 2017 1,04 persen Pada bulan Januari 2017 di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

LembarObservasi Penelitian Pola Makan. Yang berhubungan dengan kadar gula darah pada Lansia

LembarObservasi Penelitian Pola Makan. Yang berhubungan dengan kadar gula darah pada Lansia 57 Lampiran 1 LembarObservasi Penelitian Pola Makan Yang berhubungan dengan kadar gula darah pada Lansia Nama (inisial) : Umur : Jenis Kelamin : Berat Badan : Tinggi Badan : Alamat : Jenis makanan Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK 10.01 BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA BATANG PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Di Kota Batang Bulan 2017 0,46 persen No. 07/Th. XVII, Juli 2017 Pada bulan 2017 di Kota Batang terjadi sebesar 0,46

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

GIZI KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

GIZI KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja GIZI KERJA K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja GIZI KERJA Landasan Hukum 1. UU No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang kondisi fisik tenaga kerja,setelah bekerja terus menerus selama 4 jam harus diberi istirahat.

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Siklus Menu 10 Hari Instalasi Gizi RSUD Kabanjahe

Lampiran 1. Siklus Menu 10 Hari Instalasi Gizi RSUD Kabanjahe Lampiran 1. Siklus Menu 10 Hari Instalasi Gizi RSUD Kabanjahe Hari VIP Kelas Ruangan I Pagi Pagi Pagi Ikan acar kuning Telur dadar Telur dadar Tempe goreng Tempe goreng Tempe goreng Tumis bayam Tumis bayam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK 10.01 BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA BATANG No. 08/Th. XVII, Agustus 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Di Kota Batang Bulan 2017 0,15 persen Pada bulan 2017 di Kota Batang terjadi sebesar

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa : BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Penyelenggaraan Makan Siang Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan yang mempekerjakan 22.563 orang telah menyediakan kantin untuk tenaga kerja, hal ini

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 No. Responden : Kelas : Diisi oleh peneliti Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk

Lebih terperinci

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON LAMPIRAN 65 KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON No Sampel : Enumerator : Tanggal Wawancara : Nama Responden : Alamat

Lebih terperinci

http.//sragenkab.bps.go.id

http.//sragenkab.bps.go.id Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi di Kota Sragen Februari 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SRAGEN BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SRAGEN No. 14/02/3314/Th.X, 1 Maret

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MENU MAKAN ANAK USIA DINI

PENYUSUNAN MENU MAKAN ANAK USIA DINI PENYUSUNAN MENU MAKAN ANAK USIA DINI Pengertian MENU Susunan hidangan sekali makan yang secara keseluruhan harmonis dan saling melengkapi untuk kebutuhan makan seseorang MENU SEIMBANG Menu yang mengandung

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

No. 01/01/Th.III, 2 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KUDUS BULAN JANUARI 2016 INFLASI 0,44 PERSEN Pada Januari 2016 di Kudus terjadi inflasi sebesar 0,44 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI: KABUPATEN PEKALONGAN BULAN APRIL 2017 INFLASI SEBESAR 0,19 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI: KABUPATEN PEKALONGAN BULAN APRIL 2017 INFLASI SEBESAR 0,19 PERSEN No. 01/05/3326/Th.V, 08 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI: KABUPATEN PEKALONGAN BULAN APRIL 2017 INFLASI SEBESAR 0,19 PERSEN Bulan April 2017, harga-harga di Kabupaten Pekalongan mengalami

Lebih terperinci

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA DINAS KESEHATAN

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA DINAS KESEHATAN PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010 BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING) Nomor Kegiatan Lokasi : 007/BA.Aan/PAN-LLG/DINKES/III/2010 : Belanja Makanan

Lebih terperinci

KUESIONER Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Santri Asrama 2 Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang

KUESIONER Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Santri Asrama 2 Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang Lampiran 1: Kuesioner KUESIONER Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Santri Asrama 2 Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang Nomor Responden : Tanggal Wawancara : / / A. Identitas Responden

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Denah ruang produksi Katering Pawon Endah

Lampiran 1 Denah ruang produksi Katering Pawon Endah Lampiran 1 Denah ruang produksi Katering Pawon Endah 95 Lampiran 2 Denah ruang produksi Berkah Katering 96 97 Lampiran 3 Menu Katering Sekolah Alam Bulan Maret 2010 (Pawon Endah) Tahu isi daging Sop sayuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JULI 2016 INFLASI 0,65 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JULI 2016 INFLASI 0,65 PERSEN No.09/08/3311/Th.III, 15 Agustus 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JULI 2016 INFLASI 0,65 PERSEN Bulan Juli 2016, Kabupaten Sukoharjo mengalami inflasi sebesar 0,65 persen

Lebih terperinci

MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA

MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA Dosen pembimbing : Ir. Suyatno, M.Kes Disusun oleh : Bertin F W 25010110141094 Annisa Arum S 25010112150038 BAGIAN GIZI

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/07/72/Th. XII, 01 Juli 2009 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan Juni 2009 di Kota Palu terjadi inflasi sebesar 0,15 persen, dengan indeks dari 115,86 pada Mei 2009 menjadi 116,03

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Mei 2017 secara umum mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Magelang, pada bu

Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Mei 2017 secara umum mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Magelang, pada bu BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN MAGELANG BULAN MEI 2017 TERJADI INFLASI 0,61 PERSEN No.01/06/33.08/Th. IV, 5 Juni 2017 di Kabupaten Magelang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Cimayang merupakan salah satu kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Jarak kelurahan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Instrumen Penelitian. 1.1 Observasi. 1.2 Angket. 1.3 Wawancara. 1.4 Dokumentasi. 1.5 Tes

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Instrumen Penelitian. 1.1 Observasi. 1.2 Angket. 1.3 Wawancara. 1.4 Dokumentasi. 1.5 Tes lx DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Penelitian 1.1 Observasi 1.2 Angket 1.3 Wawancara 1.4 Dokumentasi 1.5 Tes Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas 2.1 Validitas 2.2 Reliabilitas Lampiran 3. RPP

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selain sebagai negara maritim juga sekaligus sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Artinya bahwa Indonesia merupakan negara yang paling

Lebih terperinci

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang

Lebih terperinci