BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai antimikroba Staphylococcus aureus sebesar 2%. Staphylococcus aureus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai antimikroba Staphylococcus aureus sebesar 2%. Staphylococcus aureus"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak atsiri sereh dapat bermanfaat sebagai antibakteri dan antifungi (Hariana, 2006). Menurut Almeida (2013) minyak atsiri sereh dapat digunakan sebagai antimikroba Staphylococcus aureus sebesar 2%. Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang sering ditemukan pada jaringan kulit yang terluka (Healy, 2006), sehingga minyak sereh dapat berpotensi sebagai obat luka Sediaan gel dapat untuk mempermudah minyak atsiri sereh dalam penggunaan obat luka secara topikal. Gel dapat menahan dan menciptakan lingkungan lembab di sekitar luka yang dapat mempercepat penyembuhan luka (Boateng dkk, 2008). Penggunaan CMC-Na sebagai basis gel dapat membentuk larutan koloida dalam air yang dapat membuat gel menjadi tidak jernih karena menghasilkan dispers koloid dalam air yang ditandai munculnya bintik-bintik dalam gel. Selain itu, sediaan gel berbasis CMC-Na memiliki diameter penyebaran yang lebih kecil dibanding gel berbasis Karbopol (Erawati dkk., 2005). Karbopol memberikan kontribusi terkecil pada perubahan daya lekat. Kemampuan karbopol pada daya lekat karena berhubungan pada kemampuan mempertahankan jaringan yang terbentuk pada sistem (Yuliani dkk., 2012). 1

2 2 Penggunaan karbopol sebagai basis gel dapat menghasilkan gel yang jernih (Erawati dkk., 2005). Kombinasi CMC-Na dan karbopol pada proporsi yang tepat diharapkan akan menghasilkan gel yang diinginkan. Penambahan basis karbopol diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dari CMC-Na sehingga menghasilkan sediaan gel yang lebih optimal. Karbopol ditambahkan pada CMC-Na untuk menghasilkan gel yang jernih dan memiliki daya sebar yang lebih baik. Untuk itu diperlukan penelitian kadar campuran CMC-Na dan karbopol yang paling optimum dalam pembuatan gel minyak sereh sehingga menghasilkan gel yang stabil dan jernih. Pembuatan gel minyak atsiri sereh akan dilakukan menggunakan Simplex Lattice Design, dan hasil optimasi gel akan menggunakan Design Expert 9, serta uji stabilitas optimum gel menggunakan metode freeze-thaw yaitu dilakukan penyimpanan pada suhu 4 C dan dipindahkan pada suhu 40 C masing-masing selama 24 jam. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaruh kombinasi basis Karbopol dan CMC-Na pada sediaan gel minyak sereh? 2. Berapakah jumlah Karbopol dan CMC-Na yang diperlukan untuk mendapatkan formula gel yang optimum? 3. Bagaimanakah stabilitas fisik formula optimum kombinasi basis Karbopol dan CMC-Na pada sediaan gel minyak sereh?

3 3 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh kombinasi basis Karbopol dan CMC-Na pada sediaan gel minyak sereh. 2. Mengetahui jumlah Karbopol dan CMC-Na yang diperlukan untuk mendapatkan formula gel yang optimum. 3. Untuk mengetahui stabilitas fisik formula optimum kombinasi basis Karbopol dan CMC-Na. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk memenuhi tugas akhir mahasiswa pada Fakultas Farmasi UGM. 2. Untuk memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai gel minyak sereh kombinasi basis Karbopol dan CMC-Na yang stabil sehingga dapat dimanfaatkan pada kehidupan masyarakat. E. Tinjauan Pustaka 1. Minyak Atsiri Sereh Serai umumnya tumbuh sebagai tanaman liar di tepi jalan atau kebun, tetapi dapat ditanam dalam berbagai kondisi di daerah tropis yang lembab, cukup sinar matahari, dan bercurah hujan relatif tinggi. Kedudukan taksonomi tanaman serai menurut Santoso (2007) :

4 4 Kingdom : Plantae Subkingdom : Trachebionta Divisi Sub Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Species : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Commelinidae : Poales : Graminae/Poaceae : Cymbopogon : Cymbopogon nardus L. Rendle Serai juga mengandung eugenol-metil eter, sitral, dipenten, eugenol, kadinen, kadinol, dan limonen (Agusta, 2002). Manfaat serai yaitu dari daunnya mengandung 0,4% minyak atsiri dengan tiga komponen penting seperti sitronela, geraniol (20%), dan sitronelol (66-85%). Ketiga komponen tersebut bersifat antiseptik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan desinfektan (Agusta, 2002). Minyak atsiri serai wangidapat digunakan untuk penyakit infeksi dan demam serta dapat untuk mengatasi masalah sistem pencernaan dan membantu regenerasi jaringan penghubung (Agusta, 2002). Minyak atsiri dapat menghambat beberapa jenis bakteri merugikan seperti Escherichia coli, Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Klebsiella, dan Pasteurella (Agusta, 2002).

5 5 Pada minyak atsiri sereh pada bakteri S. aureus dan B. cereus ditemukan lebih sensitif dan dapat dihambat pada konsentrasi MIC 0,03%. Konsentrasi (MIC awal) dan pada konsentrasi 0,06% (MIC akhir) (Irfan dkk., 2010). 2. Staphilococcus aureus Staphylococcus aureus merupakan salah satu kelompok bakteri yang dapat menyebabkan berbagai penyakit sebagai akibat infeksi beragam pada jaringan tubuh seperti infeksi pada kulit. Bakteri Staphylococcus aureus menyebabkan berbagai infeksi bernanah (suppurative diseases) dan toksinosis (Darwani, 2009). Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen utama pada manusia. Staphylococcus aureus bersifat koagulase positif, yang membedakannya dari spesies lain. Hampir setiap orang pernah mengalami berbagai infeksi Staphylococcus aureus selama hidupnya, dari keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan (Wardani, 2009). Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur (Pelczar, 2006). Bakteri tersebut juga penyebab intoksitasi dan terjadinya berbagai macam infeksi seperti pada jerawat, bisul, pneumonia, empiema, endokarditis, atau bernanah pada bagian tubuh mana pun. Infeksi bakteri tersebut dapat juga di sebabkan oleh kontaminasi langsung pada luka, misalnya pada infeksi luka pasca bedah oleh Staphylococcus aureus atau infeksi setelah trauma (Adrian, 2009).

6 6 3. Gel a. Definisi Gel Gel, kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (DepKes RI, 2014). Gel merupakan sediaan farmasetik semisolid yang diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa sebagai suatu sistem semi-padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik kecil atau molekul organik besar kemudian terpenetrasi oleh suatu cairan (Priyambodo, 2006). Sifat yang diharapkan dalam sediaan gel topikal yaitu memiliki aliran tiksotropik, tidak lengket, tidak berkendir, daya sebar baik, tidak berminyak, mudah dicuci, sebagai emolien, ringan (khususnya untuk jaringan yang mengelupas), tidak terdapat noda, dapat bercampur dengan bahan tambahan lain, larut air atau dapat bercampur dengan air (Allen, 2002) Berdasarkan komposisinya, dasar gel dapat dibedakan menjadi dasar gel hidrofobik dan dasar gel hidrofilik (Ansel dkk., 2013). 1) Dasar gel hidrofobik Dasar gel hidrofobik terdiri dari partikel-partikel anorganik. Apabila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya ada sedikit sekali interaksi antara kedua fase tersebut. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dilakukan dengan prosedur yang khusus

7 7 (Ansel dkk., 2013). Dasar gel hidrofobik antara lain petrolatum, mineral oil/gel polietilen, plastibase, alumunium stearat, carbowax (Allen, 2002). 2) Dasar gel hidrofilik Dasar gel hidrofilik umumnya adalah molekul-molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada air. Pada umumnya karena daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik, sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel dkk., 2013). Dasar gel hidrofilik antara lain bentonit, veegum, silika, pektin, tragakan, metil selulosa, karbomer (Allen, 2002). Sifat fisik dan kimia gel akan dipengaruhi oleh penambahan reaktan, ph, suhu, dan kondisi usia pengendapan gel. Karakteristik gel yang baik hendaknya inert, tidak toksik, kompatibel, stabil dalam penyimpanan, bebas dari kontaminasi mikrobia, mempertahankan sifat alir gel, ekonomis, dan dapat dicuci dengan air. Bahan-bahan gel yang dapat dilihat pada tabel I, umumnya mengandung basis gel, pelarut, surfaktan, pengawet, dan pengaroma (Singh dkk., 2013). Eksipien Gelling agents Pelarut Surfaktan Pengawet Aroma Tabel I. Eksipien formula gel Contoh Carbomer 934p/941, HPMC, CMC-Na, PVP, Chitosan, Guar Gum, Gelatin Air murni, Etanol, Gliserin, Minyak Zaitun, Minyak Parafin, Polietilenglikol Tween, Span Metil Paraben, Propil Paraben Manitol

8 8 Metode dispersi yakni dengan mendispersikan polimer ke dalam air murni dengan pengadukan yang terus berlanjut. Dipersi koloid yang kental dihangatkan untuk mendapatkan bentuk gel. Dilarutkan obat ke dalam pelarut dan disatukan ke dalam gel dengan pengadukan diikuti dengan zat peninggi penetrasi. Ditambahkan pengaturan ph untuk memodifikasi kapasitas buffering dari gel jika diperlukan (Prabhjotkaur dkk., 2013). Dalam pembuatan gel semua bahan harus dilarutkan dahulu pada pelarut atau zat pembawanya sebelum penambahan gelling agent (Allen, 2002). Lebih mudah mendispersikan metilselulosa pada air panas dibandingkan air dingin. Karbopol menjadi gel dengan prosedur yang khusus. Polimer didispersikan ke medium asam. Ketika dispersi homogen, gelasi diinduksi dengan menetralkan sistem menggunakan basa inorganik atau dengan amine seperti trietanolamin. Hal ini akan mengionisasi gugus fungsional asam dari polimer tersebut, menarik polimer menjadi larutan koloidal dan akan membentuk struktur matriks yang dibutuhkan (Prabhjotkaur dkk., 2013). b. Kontrol Kualitas Gel 1) Uji Organoleptis Organoleptis biasa dilakukan dengan mendeskripsikan warna, kejernihan, transparansi, kekeruhan, dan bentuk sediaan (Paye dkk., 2001). Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan cara melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau dari sediaan yang telah dibuat.

9 9 2) Uji Homogenitas Gel yang diuji dioleskan pada subuah kaca objek untuk diamati homogenitasnya. Apabila tidak mengandung butiran-butiran kasar di atas kaca objek, maka gel yang diuji homogen. Pemeriksaan homogenitas dapat dilakukan secara visual (Paye dkk., 2001). Uji homogenitas dilakukan dengan pemeriksaan secara visual setelah gel berada dalam wadah, dengan melihat bentuk atau penampakan dan adanya daya agregat. Syarat homogenitas adalah tidak boleh mengandung bahan kasar yang dapat teraba (Syamsuni, 2005). 3) Uji ph sediaan Nilai ph menunjukkan derajat keasaman suatu bahan. Nilai ph idealnya sama dengan ph kulit atau tempat pemakaian. Hal ini bertujuan untuk menghindari iritasi. ph normal kulit manusia berkisar antara 4,5-6-5 (Draelos dan Lauren, 2006). Uji ini dilakukan untuk mengetahui ph dari gel apakah sesuai dengan ph kulit ataukah tidak. Pengukuran ph dilakukan menggunakan ph universal yang dicelup dengan sedikit gel selama tiga detik, kemudian dikibas-kibas dan ditunggu tiga detik. Hasil pengukuran dibandingkan dengan kisaran ph sesuai dengan perubahan warna yang terjadi pada kertas ph. 4) Viskositas Uji ini dilakukan untuk mengetahui berapa besarnya viskositas suatu sediaan uji. Viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk

10 10 dapat mengalir. Semakin besar viskositas maka akan semakin besar pula tahanannya untuk mengalir atau semakin susah untuk mengalir (Sinko, 2011). Viskositas merupakan gambaran suatu benda cair untuk mengalir. Viskositas menentukan sifat sediaan dalam hal campuran dan sifat alirnya, pada saat diproduksi, dimasukkan ke dalam kemasan, serta sifat-sifat penting pada saat pemakaian, seperti konsistensi, daya sebar, dan kelembaban. Selain itu, viskositas juga akan mempengaruhi stabilitas fisik dan ketersediaan hayatinya (Paye dkk., 2001). 5) Daya sebar Daya sebar berkaitan dengan kenyamanan pada pemakaian. Sediaan yang memiliki daya sebar yang sangat baik sangat diharapkan pada sediaan topikal. Menurut Garg dkk. (2002), daya sebar sediaan semipadat berkisar pada diameter 3 cm-5 cm. 6) Daya lekat Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan gel tersebut melekat pada kulit. Hal ini berhubungan dengan berapa lama waktu kontak sediaan dengan kulit untuk mencapai efek yang diharapkan. Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel melekat pada tempat aplikasinya. Daya lekat basis berhubungan dengan lamanya kontak antara basis dengan kulit, dan kenyamanan penggunaan basis. Basis yang baik mampu menjamin waktu kontak yang efektif dengan kulit sehingga tujuan tercapai (Betageri dan Prabhu, 2002).

11 11 c. Tes Stabilitas Gel Stabilitas adalah sejauh mana suatu produk tetap sesuai batas kestabilan yang ditentukan dan selama kurun waktu penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakteristik produk sama seperti pada saat proses produksi (Allen, 2002). Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas produk farmasi, seperti stabilitas dari bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dan bahan tambahan, proses pembuatan, proses pengemasan, dan kondisi lingkungan selama pengangkutan, penyimpanan, dan penanganan, dan jangka waktu produk antara pembuatan hingga pemakaian (Vadas, 2000). Berdasarkan lamanya, uji stabilitas dibagi menjadi dua yakni uji stabilitas jangka pendek (dipercepat) dan jangka panjang (realtime study).uji stabilitas jangka pendek dilakukan selama 6 bulan dengan kondisiekstrim (suhu 40±2 C dan RH 75± 5%), sedangkan uji stabilitas jangka panjang dilakukan sampai dengan waktu kadaluarsa produk seperti yang tertera pada kemasan. Jenis pengujian stabilitas untuk sediaan obat dan kosmetik meliputi stabilitas; terapi/khasiat, fisika, kimia, mikrobiologi, dan teratologi (DepKes RI, 2005). Metode freeze-thaw merupakan salah satu uji stabilitas dipercepat pada sediaan, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu ekstrim terhadap kestabilan sediaan, yaitu berupa tekanan pada suhu 4 C dan 40 C. (Faramayuda dkk., 2013). Pada metode freeze-thaw sediaan disimpan pada suhu 4 C selama 24 jam lalu disimpan pada suhu 40 C selama 24 jam. Penyimpanan dilakukan sebanyak 3

12 12 siklus dan setiap akhir siklus dilakukan pengamatan organoleptis, pengujian ph, viskositas, daya sebar, dan daya lekat. (Thanasukarn dkk., 2004). Berdasarkan The United States Pharmacopeia 30/National Formulary 25 (USP 30/NF 25), stabilitas produk farmasi dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:: 1) Stabilitas kimia, meliputi keutuhan struktur dari setiap bahan aktif dalam suatu produk dan potensi dari bahan aktif tidak mengalami perubahan hingga batas tertentu yang telah ditentukan. 2) Stabilitas fisik, meliputi sifat fisik asli dari produk, termasuk penampilan fisik, disolusi, rasa dan efektivitas produk tidak mengalami perubahan (tetap). 3) Stabilitas mikrobiologi. sifat resistensi terhadap pertumbuhan mikroba serta efektivitas antimikroba yang dimiliki produk sesuai persyaratan yang ditentukan tidak mengalami perubahan hingga batas-batas tertentu. 4) Stabilitas terapeutik. efek terapi produk tidak berubah (tetap). 5) Stabilitas toksikologi. tidak terjadi peningkatan efek toksik yang signifikan dari produk. Faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas bentuk obat dan dosis antara lain adalah ph, suhu, pelarut, cahaya, udara ( oksigen ), karbondioksida, uap air atau kelembaban, ukuran partikel dan sebagainya (Allen, 2002). Stabilitas fisika adalah mengevaluasi perubahan sifat fisika dari suatu produk yang tergantung waktu (periode penyimpanan). Contoh dari perubahan fisika antara lain migrasi (perubahan) warna, perubahan rasa, perubahan bau, perubahan tekstur

13 13 atau penampilan. Evaluasi dari uji stabilitas fisika meliputi: pemeriksaan organoleptis, homogenitas, ph (Vadas, 2000). 4. Keterangan Bahan a. CMC-Na Karboksimetilselulosa Natrium adalah garam natrium dari polikarboksimetil eter selulosa, mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5% natrium (Na) dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Serbuk atau granul; putih sampai krem;higroskopik. Kelarutan mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut organik lain. (DepKes RI, 2014) Pada formulasi farmasi, terutama untuk meningkatkan viskositas. Larutan kental digunakan untuk mencampur serbuk pada sediaan topical, oral dan parenteral. Karboksimetilselulosa-Na juga digunakan sebagai penhikat dan disintegran dan penstabil emulsi (Hooton, 2009). Konsentrasi tertinggi, biasanya 3-6% sebagai tingkat kekentalan yang digunakan untuk memproduksi gel dan pasta sebagai basis, glikol sering ada di beberapa gel untuk mencegah kekeringan pada gel. Karboksimetilselulosa-Na juga digunakan dalam perekat, plester, dan patch kulit sebagai mukoadesif dan untuk menyerap cairan luka atau air dan keringat pada permukaan kulit (Hooton, 2009).

14 14 Natrium karboksimetilselulosa tidak dapat bercampur dengan larutan asam kuat dan dengan garam larut besi dan beberapa logam lainnya, seperti aluminium, merkuri, dan seng. Natrium karboksimetilselulosa juga tidak dapat bercampur dengan dengan xanthan. Kelembaban dapat terjadi pada ph <2, dan juga bila dicampur dengan etanol (95%). Natrium karboksimetilselulosa membentuk kompleks koarservat dengan gelatin dan pektin, serta dapat membentuk kompleks dengan kolagen dan mampu mempercepat presipertasi protein tertentu yang bermuatan positif (Hooton, 2009). b. Karbopol Bahan pembentuk gel yang saat ini juga banyak digunakan dalam bidang farmasi dan kosmetik adalah polimer karboksivinil yaitu karbomer. Karbomer merupakan polimer sintetik dengan berat molekul tinggi dari asam akrilat yang disambung silang dengan alil sukrosa atau alil eter dari pentaeritriol. Karbopol merupakan basis gel yang kuat, sehingga penggunaannya hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit, yakni sekitar 0,5 %. Karbopol biasa diperdagangkan dalam bentuk asam bebasnya. Karbopol perlu dibersihkan dalam media air untuk menghilangkan udara yang terperangkap. Setelah udara yang terperangkap keluar semua, karbopol perlu dinetralisasi dengan ditambah basa yang sesuai agar gel terbentuk. Basa anorganik yang ditambahkan misalnya NaOH, KOH, dan NH 4 OH dalam sistem cair. Karbopol dengan nama resmi carboxy polymethilene memilik rumus molekul C 10 -C 30 alkyl acrylates cross polymer. Karbopol memiliki beberapa

15 15 nama yang biasa digunakan, seperti carbomer, acitameter, acrylic acid polymer, carboxyvinyl polimer. Karbopol berbentuk serbuk hablur putih, sedikit berbau khas, dan higroskopis sehingga perlu disimpan dalam wadah tertutup baik. Karbopol larut dalam air hangat, etanol, dan gliserin (Draganoiu dkk., 2009). Karbopol merupakan polimer dengan berat molekul gmol -1 dari asam akrilik yang berikatan silang dengan eter dari pentaeritritol. Karbopol merupakan basis gel yang kuat, sehingga penggunaanya hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit, yakni sekitar 0,5-2,0 %. Karbopol didispersikan ke dalam air membentuk larutan asam yang keruh kemudian dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium hidroksida, trietanolamin, atau dengan basa inorganic lemah (contoh : ammonium hidroksida), sehingga akan meningkatkan konsistensi dan mengurangi kekeruhan (Draganoiu dkk., 2009). Karbopol aman digunakan secara topikal. Karbopol diketahui sebagai bahan yang tidak menimbulkan hipersensitivitas pada manusia (Draganoiu dkk., 2009). Karbopol memiliki gugus karboksilat yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan jaringan biologis yang menyebabkannya dapat melekat dengan baik (Jones dkk., 2007). c. Propilen glikol Propilen glikol atau 1,2-dihidroksipropana, 2-hidrokspropanol, metal etilenglikol, metal glikol dan propan-1,2-diol memilik rumus molekul C 3 H 8 O 2. Propilen glikol merupakan larutan jernih atau sedikit berwarna, kental, dengan

16 16 rasa agak manis. Propilen glikol yang memilik berat molekul sebesar 76,09 larut dalam kloroform, etanol, gliserin dan air. Penyimpanan propilen glikol dalam wadah tertutup baik, suhu rendah (Weller, 2009). Propilen glikol berfungsi sebagai pengawet, antibakteri, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer untuk vitamin dan water-miscible cosolvent (Weller, 2009). Propilen glikol stabil secara kimia bila dikombinasikan dengan etanol, gliserin, atau air. Inkompatibilitas dengan bahan yang mengoksidasi, seperti kalium permanganate. Propilen glikol bersifat higroskopis, stabil pada suhu dingin dan wadah tertutup rapat. Pada suhu tinggi dan di tempat terbuka cenderung mengoksidasi, menimbulkan produk seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. d. Metil Paraben Metilparaben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C8H8O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian metil paraben adalah hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; sedikit rasa terbakar. Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter (DepKes RI, 2014). Metil paraben memiliki berat molekul sebesar 152,15 dengan rumus molekul C 8 H 8 O 3. Metil paraben atau metal ester asam 4-hidroksibenzoat, metal p-hidroksibenzoat, Nipagin M, Uniphen P-23. Metil paraben merupakan hablur

17 17 atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih, tidak berbau atau berbau khas lemah yang mudah larut dalam etanol dan eter, praktis tidak larut dalam minyak, dan larut dalam 400 bagian air (Haley, 2009). Metil paraben digunakan secara luas sebagai bahan pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi. Golongan paraben efektif pada rentang ph yang luas dan mempunyai aktivitas antimikroba pada spectrum yang luas, meskipun paraben paling efektif melawan kapang dan jamur. Pada sediaan topikal umumnya metil paraben digunakan dengan konsentrasi antara 0,002-0,3% (Haley, 2009). e. Trietanolamin Trietanolamin dengan rumus molekul C 6 H 15 NO 3 memiliki sinonim TEA, tealan, trihidrokstrietilamin. Trietanolamin memilik berat molekul sebesar 149,19. Trietanolamin berupa cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, dengan bau mirip amoniak, perlu disimpan dalam wadah tertutup baik. Trietanolamin larut dalam air, etanol, dan kloroform (Goskonda, 2009). Trietanolamin digunakan secara luas pada formulasi sediaan topikal. Trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan adanya asam lemak tinggi. Trietanolamin dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan udara dan cahaya. Kegunaannya adalah sebagai penstabil karbopol (Goskonda, 2009).

18 18 f. NaOH Natrium Hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% alkali total, dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 3,0%. Pemerian natrium hidroksida adalah putih atau praktis putih, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Jika terpapar di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab. Massa melebur, berbentuk pelet kecil, serpihan atau batang atau bentuk lain. Kelarutan natrium hidroksida adalah mudah larut dalam air dan dalam etanol (DepKes RI, 2014). 5. Simplex Lattice Design Salah satu metode yang dapat digunakan untuk optimasi adalah Simplex Lattice Design. Metode tersebut dapat digunakan untuk optimasi formula pada berbagai jumlah komposisi bahan yang berbeda. Metode ini mempunyai keuntungan praktis dan cepat karena bukan merupakan penentuan formula dengan coba-coba (trial and error) (Bolton, 2004). Respon permukaan dan daerah-daerah yang optimal untuk perumusan karakteristik formulasi sering diperoleh dari penerapan simplex lattice design, desain ini sangat tepat dalam prosedur optimasi formulasi dimana jumlah total bahan yang berbeda di bawah pertimbangan harus konstan. Oleh karena itu, simlex lattice design sering juga disebut mixture design. Pelaksanaan simplex design terdiri dari menyiapkan berbagai formulasi yang mengandung kombinasi yang berbeda dari bahan variabel. Kombinasi

19 19 disusun dengan cara sedemikian rupa sehingga data eksperimen dapat digunakan untuk memprediksi tanggapan dengan cara yang sederhana dan efisien. Kombinasi (formulasi) simplex design dipilih untuk menutupi ruang yang menarik secara simetris. Hasil eksperimen digunakan untuk menghitung persamaan polinomial yang dapat digunakan untuk memperkirakan respon permukaan (Bolton, 2004). Pada dua komponen (A dan B) dapat dibantu oleh konsep simplex design, pada sistem ini dapat divisualisasikan pada sistem simplex. Hal yang diamati tanggapan pada tiga poin, 100% A, 100% B, dan 50%:50% campuran A dan B. Pada pendekatan simplex didapattkan persamaan dalam bentuk sebagai berikut: Y = B 1 (A) + B 2 (B)+ B 3 (AB) di mana, Y A B B 1 B 2 B 3 = respon atau hasil penelitian = konsentrasi komponen A = konsentrasi komponen B = koefisien yang dihitung pada komponen A = koefisien yang dihitung pada komponen B = koefisien yang dihitung pada campuran komponen AB Respon Y, dapat diprediksi untuk semua kombinasi A dan B, di mana A dan B masing-masing 1,0 (100%). Proporsi masing-masing komponen biasanya ditunjukkan sebagai desimal bukan sebagai persentase. Bentuk simplex design memungkinkan untuk memudahkan perhitungan koefisien pada tiap komponen (Bolton,2004).

20 20 F. Landasan Teori Minyak atsiri sereh pada bakteri S. aureus dan B. cereus ditemukan lebih sensitif dan dapat dihambat pada konsentrasi MIC 0,03%. Konsentrasi (MIC awal) dan pada konsentrasi 0,06% (MIC akhir) (Irfan dkk.,2010). Menurut Almeida (2013) minyak atsiri sereh dapat digunakan sebagai antimikroba Staphylococcus sp., Streptococcus mutans dan Candida sp., minyak sereh dapat menghambat Staphylococcus aureus sebesar 2%. Sedangkan menurut Brugnera (2011), minyak sereh dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi dari 3,9 µl/ml sampai 500 µl/ml. Untuk memudahkan penggunaan minyak atsiri sereh maka dibuat dalam bentuk sediaan topikal yaitu gel sebagai antibakteri pada luka di permukaan kulit. Secara ideal, basis dan pembawa harus mudah diaplikasikan pada kulit, tidak mengiritasi dan nyaman digunakan pada kulit. Bentuk sediaan gel lebih mudah digunakan dan penyebarannya di kulit juga mudah, dilihat juga dari warna yang bening. Formulasi pada sediaan gel akan mempengaruhi jumlah dan kecepatan zat aktif yang dapat diabsorbsi. Zat aktif dalam sediaan gel masuk ke dalam basis yang akan membawa obat untuk kontak dengan permukaan kulit. Bahan pembawa yang digunakan untuk sediaan topikal akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap absorbsi obat dan memiliki efek yang menguntungkan jika dipilih secara tepat. Penggunaan CMC-Na sebagai basis gel dapat membentuk larutan koloida dalam air yang dapat membuat gel menjadi tidak jernih karena menghasilkan

21 21 disperse koloid dalam air yang ditandai munculnya bintik-bintik dalam gel (Parsons, 2005). Selain itu, sediaan gel berbasis CMC-Na memiliki diameter penyebaran yang lebih kecil dibanding gel berbasis Karbopol (Erawati dkk., 2005). Daya sebar gel basis CMC-Na kurang baik karena CMC Na saat dimasukkan ke dalam air, Na + lepas dan diganti dengan ion H + dan membentuk CMCH yang akan meningkatkan viskositas (Bochek dkk., 2002). Penambahan basis gel berupa karbopol diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dari CMC-Na sehingga menghasilkan sediaan gel yang lebih optimal. Kombinasi CMC-Na dan karbopol pada proporsi yang tepat diharapkan akan menghasilkan gel yang diinginkan. Karbopol ditambahkan pada CMC-Na untuk menghasilkan gel yang jernih dan memiliki daya sebar yang lebih baik. Berdasarkan Parsons (2005), kadar CMC-Na yang digunakan sebagai basis gel adalah 3-6%, sedangkan menurut Koleng dan McGinity (2005) kadar karbopol yang digunakan sebagai basis gel adalah 0,5-2%. Sehingga perlu dibuat formulasi gel yang tepat sehingga dapat diketahui berapa kombinasi karbopol dan CMC-Na untuk menghasilkan gel yang diinginkan ke dalam gel minyak sereh ini. G. Hipotesis 1. Variasi basis karbopol dan CMC-Na mempengaruhi sifat fisik pada sediaan gel minyak sereh. Semakin tinggi kadar karbopol maka daya sebar gel semakin tinggi dan gel yang dihasilkan semakin jernih. Semakin tinggi kadar CMC-Na maka viskositas gel semakin tinggi.

22 22 2. Jumlah karbopol dan CMC-Na untuk memperoleh hasil yang optimum untuk sediaan gel minyak atisir sereh dapat dihitung menggunakan SLD ( Simplex Lattice Design). 3. Formula optimum kombinasi basis karbopol dan CMC-Na pada sediaan gel minyak sereh stabil secara fisik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk merupakan vektor dari beberapa penyakit seperti malaria, filariasis, demam berdarah dengue (DBD), dan chikungunya (Mutsanir et al, 2011). Salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang hidup di kulit (Jawetz et al., 1991). Kulit merupakan organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. kulit yang terluka (Healy, 2006). Luka bakar yang terinfeksi terdapat bakteri

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. kulit yang terluka (Healy, 2006). Luka bakar yang terinfeksi terdapat bakteri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka adalah rusaknya jaringan kulit sehingga memerlukan perlindungan. Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang sering ditemukan pada jaringan kulit yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia terus menerus terpapar patogen berbahaya sepanjang hidup yang mengakibatkan berbagai macam penyakit dan dampak besar pada kesehatan mereka (Kumari et

Lebih terperinci

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Minggu, 06 Oktober 2013 FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh mata kuliah Formulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kita yang melindungi bagian dalam tubuh dari gangguan fisik maupun mekanik, gangguan panas atau dingin, dan gangguan

Lebih terperinci

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula 10/25/2012 1 GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula @Dh hadhang_wk Laboratorium Farmasetika Unso oed GEL Semi padat yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin) GEL Uji gel a. Viskositas Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang sering menyebabkan infeksi pada kulit (Jawetz et al., 2005). Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi UGM didapat bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirsak (Annona muricata

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak masyarakat yang menggunakan berbagai produk kosmetik. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu biji (Psidium guajaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit yang sering terjadi dikalangan masyarakat adalah jerawat. Jerawat atau Acne vulgaris adalah suatu prosen peradangan kronik kelenjar polisebasea yang

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Salep, krim, gel dan pasta merupakan sediaan semipadat yang pada umumnya digunakan pada kulit.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka tumbuhan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka tumbuhan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak masyarakat yang kembali ke pengobatan alami atau tradisional untuk mengurangi efek samping dari penggunaan obat sintetik. Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sereh merupakan tanaman yang umumnya digunakan sebagai bumbu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sereh merupakan tanaman yang umumnya digunakan sebagai bumbu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sereh merupakan tanaman yang umumnya digunakan sebagai bumbu dapur dan untuk pengobatan tradisional yang dimanfaatkan sebagai obat kumur untuk sakit gigi dan gusi yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Patikan kebo (Euphorbia hirta Linn.) adalah salah satu tanaman yang dapat dibuat obat. Patikan kebo berasal dari Amerika Tengah dan secara luas dibudidayakan

Lebih terperinci

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL Nevirka Miararani ( M0614039 ) Nia Novita Sari( M0614040 ) Nugraha Mas ud ( M0614041 ) Nur Diniyah ( M0614042 ) Pratiwi Noor ( M0614043 ) Raissa Kurnia ( M0614044 ) Raka Sukmabayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar penyakit kulit dengan manifestasi klinik berupa abses pada kulit, nanah dan bisul. Infeksi pada kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya menjaga kesehatan kulit dengan menggunakan produk kosmetika telah dilakukan banyak orang khususnya oleh kaum wanita terutama pada bagian wajah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi pada setiap orang. Infeksi ini dapat merusak struktur gigi (Firdaus and Iswati, 2013) dan menyebabkan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak atsiri memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan di Indonesia, karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam penyediaan bahan bakunya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teh hijau merupakan salah satu jenis teh yang dibuat dari daun teh Camellia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teh hijau merupakan salah satu jenis teh yang dibuat dari daun teh Camellia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini penggunaan teh hijau sedang marak-maraknya. Mulai dari makanan, minuman, bahkan hingga kosmetik semuanya berbahan dasar teh hijau. Teh hijau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jarak Pagar (Jatropha curcas) 1. Taksonomi Tumbuhan Kingdom: Plantae BAB II TINJAUAN PUSTAKA Subkingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Tracheobionta : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai beragam jenis tanaman obat, salah satunya adalah bunga kembang sepatu yang secara empiris dapat diuji daya antibakterinya (Kiruthika et

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. dan penurunan kemampuan tubuh untuk melawan stres, penyakit, dan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. dan penurunan kemampuan tubuh untuk melawan stres, penyakit, dan kerusakan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penuaan adalah suatu proses kompleks dimana terjadi perubahan fisiologis dan penurunan kemampuan tubuh untuk melawan stres, penyakit, dan kerusakan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC- BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sediaan gel dari ekstrak etil asetat

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi pada kulit (Jawetz et al., 2005). Infeksi Staphylococcus aureus akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri penyebab infeksi piogenik pada kulit. Infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus antara lain bisul, jerawat,

Lebih terperinci

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2 MONOGRAFI A. Bahan Aktif HIDROKORTISON Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis Struktur Molekul : C 23 H 32 O 6 BM : 404,50 Pemerian : - penampilan : serbuk hablur - warna : putih atau hampir putih - bau

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih poten dibandingkan PGV-0 dan vitamin E dengan aksinya menangkap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih poten dibandingkan PGV-0 dan vitamin E dengan aksinya menangkap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang THPGV-0 memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan PGV-0 dan vitamin E dilihat dari nilai IC 50 THPGV-0, PGV-0, dan vitamin E secara berurutan yaitu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manggis (Garcinia mangostana Linn) adalah pohon hijau di daerah tropis yang diyakini berasal dari Indonesia. Pohon manggis mampu tumbuh mencapai 7 hingga 25

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaptopril adalah senyawa aktif yang berfungsi sebagai inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE) yang banyak digunakan untuk pasien yang mengalami gagal jantung

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut pelindung, maupun pembalut

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOETANOL GEL

PEMBUATAN BIOETANOL GEL PEMBUATAN BIOETANOL GEL Tujuan umum : Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat membuat bioetanol gel dari bioetanol cair menjadi bentuk gel. Tujuan khusus : Mengetahui pengaruh jumlah penambahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK Faridha Yenny Nonci, Nurshalati Tahar, Qoriatul Aini 1 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, jerawat masih menjadi suatu masalah yang merisaukan bagi kalangan remaja sampai dengan dewasa. Jerawat merupakan suatu penyakit kulit yang berupa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut tersusun dari beberapa komponen jaringan, yang merupakan pintu masuk utama mikroorganisme atau bakteri. Daerah di dalam mulut yang rentan terhadap serangan bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi menjadi tiga lapis jaringan yaitu epidermis, dermis dan lapis lemak di

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk kosmetik di pasaran saat ini sebagian besar masih didominasi oleh sediaan losion dan krim. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi gel

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman yang tumbuh subur di beberapa negara seperti Indonesia yang salah satunya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaptopril merupakan golongan angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor yang banyak digunakan sebagai pilihan untuk pengobatan gagal jantung dan hipertensi

Lebih terperinci

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tanaman di Indonesia yang potensial untuk dikembangkan adalah sereh. Bagian sereh yang banyak mengandung minyak adalah daun, sehingga daun sereh

Lebih terperinci

Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika. Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika.zip

Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika. Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika.zip Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika.zip berbeda bermakna dengan sediaan etanol, sedangkan sediaan dengan kadar Pemakaian antiseptik tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Senyawa antioksidan yang terdapat pada kulit buah manggis adalah senyawa polifenol

Lebih terperinci

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu BAB 1 PENDAHULUAN Terbutalin sulfat merupakan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit asma bronkial. Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan sebelum digunakan secara parenteral,

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Melibatkan berbagai investigasi bahan obat mendapatkan informasi yang berguna Data preformulasi formulasi sediaan yang secara fisikokimia stabil dan secara biofarmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KITSAN Kitosan adalah polimer alami yang diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitin adalah polisakarida terbanyak kedua setelah selulosa. Kitosan merupakan polimer yang aman, tidak

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat OAINS dari turunan asam propionat yang memiliki khasiat sebagai antipiretik, antiinflamasi dan analgesik pada terapi rheumatoid arthritis

Lebih terperinci

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan, menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Tranggono

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gel Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri partikel anorganik kecil atau molekul besar yang tersuspensi dalam cairan dengan penambahan gelling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL Pada awal penelitian ini, telah diuji coba beberapa jenis bahan pengental yang biasa digunakan dalam makanan untuk diaplikasikan ke dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. infeksi, memacu pembentukan kolagen dan mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. infeksi, memacu pembentukan kolagen dan mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar terjadi karena adanya kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat,

Lebih terperinci