BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Ari Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk merupakan vektor dari beberapa penyakit seperti malaria, filariasis, demam berdarah dengue (DBD), dan chikungunya (Mutsanir et al, 2011). Salah satu penyakit yang banyak terjadi di Indonesia adalah filariasis yang ditularkan melalui nyamuk Culex sp betina (Gandahusada et al, 1988). Maraknya kejadian di atas menyebabkan berbagai pihak menuntut agar dapat terhindar dari vektor tersebut dan mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan repelan (penolak) (Mutsanir et al, 2011). N, N-diethyl-m-toluamide (DEET) merupakan senyawa yang dapat digunakan sebagai repelan (Soedarto, 1992). Namun penggunaan DEET dapat menimbulkan hipersensitivitas dan iritasi seperti menimbulkan rasa terbakar jika mengenai mata, luka jaringan atau membranous, serta dapat merusak benda yang terbuat dari plastik maupun bahan sintetik (Soedarto, 1992; Shinta, 2012). Untuk mencegah terjadinya efek samping yang ada, sebaiknya digunakan bahan repelan yang aman dan ramah lingkungan yaitu berasal dari tanaman yang mengandung minyak atsiri (Shinta, 2012). Salah satu tanaman yang mengandung minyak atsiri dan berkhasiat sebagai repelan adalah bunga mawar (Rosa damascena Mill.). Komponen kimia penyusun bunga mawar antara lain citronellol, geraniol, nerol, linalool, fenil etil alkohol, dan ester (Ketaren, 1985), yang mana linalool dan geraniol berfungsi sebagai penolak nyamuk (Baskoro et al, 2008). Sifat dari minyak atsiri yaitu mudah menguap. Adanya penggunaan minyak atsiri secara langsung dapat menyebabkan kurang efektifnya bahan, sehingga perlu dibuat dalam bentuk sediaan untuk memudahkan pemakaian dan lebih tahan lama seperti gel. Dalam formulasi sediaan gel dibutuhkan bahan tambahan gelling agent dan humektan. Salah satu gelling agent yang digunakan adalah hidroksipropil metilselulosa (HPMC) yang dapat menaikkan viskositas serta menghasilkan 1
2 2 cairan yang lebih jernih dibandingkan dengan metilselulosa lain (Gibson, 2001). Semakin kental gel, maka gel dapat menahan minyak atsiri bunga mawar sehingga penguapan minyak terjadi secara lambat dan memberikan efek repelan yang lama (Yuliani, 2005). Penambahan propilen glikol berfungsi sebagai humektan, yakni zat yang menyerap kelembaban. Propilen glikol dipilih karena mempunyai efek toksik lebih rendah dibanding jenis glikol yang lain (Weller, 2009). Ketika kelembaban kulit berkurang, humektan akan menarik air dari dermis menuju epidermis. Ketika kondisi di lingkungan sekitarnya lembab, maka humektan menarik kelembaban udara yang ada di sekitarnya untuk masuk ke kulit. Masalah yang mungkin timbul yakni humektan dapat kehilangan air dengan cara mendorong kelembaban air dari dermis ke epidermis kemudian menguap ke lingkungan sehingga kelembaban kulit berkurang. Oleh karena itu, penggunaan humektan digunakan dalam jumlah seminimal mungkin, agar efek samping yang terjadi minimal (Boivin, 2009). Gelling agent dan humektan merupakan bahan yang dapat mempengaruhi sifat fisik gel. Bahan terpenting dalam pembuatan gel ini adalah gelling agent, sedangkan humektan menjaga kestabilan sediaan dengan menyerap air di udara dan juga mempertahan kulit agar tidak kering. Oleh sebab itu, penggunaan gelling agent dan humektan harus diperhatikan sehingga didapatkan efek yang dominan dan respon yang diharapkan (Dwiastuti, 2010). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh kombinasi HPMC-propilen glikol terhadap sifat fisik serta aktivitas repelan gel minyak atsiri bunga mawar, dan menentukan kombinasi yang optimum untuk sediaan gel dengan aplikasi design expert menggunakan simplex lattice design. Kombinasi HPMC-propilen glikol dalam sediaan gel diharapkan mempunyai efektivitas repelan yang baik, stabil dalam penyimpanan, dan aman untuk digunakan.
3 3 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kombinasi HPMC-propilen glikol terhadap sifat fisik gel repelan minyak atsiri bunga mawar? 2. Bagaimana pengaruh kombinasi HPMC-propilen glikol terhadap aktivitas repelan minyak atsiri bunga mawar? 3. Berapa kombinasi HPMC-propilen glikol yang menghasilkan formula gel repelan yang optimum berdasarkan sifat fisik dan aktivitasnya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh kombinasi HPMC-propilen glikol terhadap sifat fisik gel repelan minyak atsiri bunga mawar. 2. Mengetahui pengaruh kombinasi HPMC-propilen glikol terhadap aktivitas repelan minyak atsiri bunga mawar. 3. Mendapatkan proporsi HPMC-propilen glikol yang menghasilkan formula gel repelan optimum berdasarkan sifat fisik dan aktivitasnya. D. Tinjauan Pustaka 1. Minyak atsiri bunga mawar Bunga mawar (Rosa damascena Mill.) merupakan tanaman mengandung minyak atsiri yang terdiri dari geraniol dan citronellol dengan konsentrasi keduanya mencapai 75% dari total minyak (Baskoro et al., 2008). Minyak atsiri bunga mawar diperoleh menggunakan penyulingan air yang berhubungan langsung antara bahan dengan air mendidih (Guenther, 1987). Minyak mawar biasa digunakan dalam pembuatan parfum, kosmetik dan keperluan farmasi lain. Namun, secara farmakologis tanaman ini juga mempunyai efek seperti antimikroba, antispasmodik, antiseptik, dan antiviral (Roodsari et al., 2013;
4 4 Zakiyah et al, 2013). Adapun sifat fisika kimia minyak mawar sebagai mana terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Sifat Fisika Kimia Minyak Mawar Karakteristik Nilai Bobot jenis (15 ) Putaran optik Indeks bias (20 ) Bilangan asam Bilangan ester Bilangan ester setelah asetilasi 0,948-0, (-) ,5046 1,5190 2,1 5,1 5,6 10,4 278,6 320,6 (Ketaren, 1985) Minyak mawar dapat digunakan sebagai bahan pengusir nyamuk, dalam hal ini nyamuk yang berpotensi terhadap minyak mawar sebagai repelan adalah Culex sp. Penelitian Baskoro et al (2008) mengatakan bahwa pada konsentrasi 6,25%; 12,5%; dan 25% minyak mawar mempunyai daya repelan pada nyamuk Culex sp yang berbeda. 2. Repelan Repelan merupakan senyawa kimia yang dapat menghindarkan serangga dari manusia sehingga terhindar dari gangguannya dengan cara menggosokkan pada tubuh atau menyemprotkan pada pakaian. Syarat yang harus dipenuhi oleh repelan antara lain tidak mengganggu pemakaian, tidak melekat atau lengket, baunya menyenangkan, tidak menimbulkan iritasi pada kulit, tidak beracun, tidak merusak pakaian, dan daya pengusir terhadap serangga hendaknya bertahan lama (Soedarto, 1992). Mekanisme daya repelan pada nyamuk berawal dari aroma yang terkandung dalam minyak atsiri meresap ke pori-pori kulit dan menguap karena adanya panas dari tubuh maupun lingkungan sekitar. Aroma tersebut akan ditangkap oleh antena pada nyamuk dan selanjutnya diteruskan ke impuls saraf sehingga nyamuk akan menghindar (Shinta, 2012). Pengaplikasian minyak atsiri lebih mudah apabila dibuat dalam bentuk sediaan seperti gel. 3. Gel Gel merupakan sistem semi padat yang terdiri dari suatu dispersi, berasal dari partikel anorganik yang kecil ataupun molekul organik yang besar,
5 5 terpenetrasi oleh suatu cairan (Depkes RI, 1995). Topikal gel tidak boleh terlalu lengket. Konsentrasi pembentuk gel yang terlalu tinggi atau bobot molekul yang terlalu tinggi akan menghasilkan gel yang sulit digunakan (Lieberman et al, 1996). Berdasarkan komposisinya, basis gel dapat dibedakan menjadi basis gel hidrofobik dan basis gel hidrofilik. Basis gel hidrofobik terdiri dari partikel anorganik dengan sedikit interaksi antar kedua fase jika ditambah dengan fase pendispersi. Contohnya antara lain mineral oil/gel polietilen, petrolanum, plastibase, carbowax bases, alumunium stearat (Allen, 2002). Adapun basis gel hidrofilik mengandung bahan yang larut dalam air, seperti veegum, tragakan, pektin, metilselulosa, sodium carboxymethylcellulose (Idson & Lazans, 1994). Pemilihan gelling agent dalam sediaan farmasi harus aman, inert, dan tidak bereaksi dengan komponen lain (Lieberman et al., 1996). Gel juga dapat dibentuk oleh selulosa seperti hidroksipropil metilselulosa (Idson & Lazans, 1994). Hidroksipropil metilselulosa merupakan serbuk putih atau putih kekuningan, tidak berbau dan berasa. Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam air panas, etanol 95%, kloroform, tidak larut terhadap agen pengoksidasi dan biasanya digunakan untuk menaikkan viskositas, thickening agent, dan gelling agent dan mempunyai rentang ph 5-8 untuk 2% HPMC. Nama lain HPMC adalah hypromellosum, methocel, metilselulosa propilenglikol, metolose, pharmacoat. Secara luas HPMC digunakan untuk penggunaan oral, mata, hidung dan topikal pada sediaan farmasi (Rogers, 2009). Fungsi HPMC dalam penelitian ini sebagai gelling agent nantinya menghasilkan gel yang berwarna netral, jernih, tidak berwarna, dan pada ph 3 sampai 11 akan stabil (Suardi et al., 2008). Hidroksipropil metilselulosa dapat mengalami perubahan dari sol menjadi gel yang bersifat reversible dengan pemanasan dan pendinginan secara berturut-turut dan menghasilkan cairan lebih jernih dibandingkan dengan sediaan metilselulosa lain (Gibson, 2001). Tipe HPMC yang digunakan yakni pharmacoat 606 dengan viskositas untuk 2% b/b 6 mpa. Selain gelling agent, humektan juga penting sebagai bahan pembuat gel. Dalam penelitian ini humektan yang digunakan yaitu propilen glikol dengan
6 6 pemerian berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab. Propilen glikol dapat bercampur dengan air, aseton, kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak dan stabil pada wadah yang tertutup rapat, serta mempunyai viskositas 58,1 mpas pada suhu 20 (Weller, 2009). Bahan tambahan lain yang digunakan adalah metilparaben dan propilparaben sebagai pengawet. Propilparaben merupakan antimikroba yang digunakan pada kosmetik, makanan, dan formulasi farmasi. Propilparaben biasa digunakan dengan kombinasi ester paraben atau dengan agen antimikroba lainnya seperti metilparaben. Konsentrasi propilparaben 0,02% dan metil paraben 0,18% biasa digunakan bersama pada sediaan formulasi farmasi. Propilparaben dan metilparaben menunjukkan aktivitas antimikroba pada ph 4-8 dan larut pada aseton, etanol, eter, gliserin, maupun propilen glikol (Haley, 2009). Syarat gel yang baik yaitu lebih cepat menyebar pada permukaan kulit, mudah dipakai, daya lekat tinggi, dan mudah dicuci dengan air (Lieberman et al, 1996). E. Landasan Teori Minyak atsiri bunga mawar mengandung linalool dan geraniol yang berperan sebagai penolak nyamuk (Baskoro et al, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Baskoro et al. (2008) bahwa minyak atsiri bunga mawar digunakan sebagai repelan terhadap nyamuk Culex sp. mempunyai potensi bertahan lebih lama yaitu pada konsentrasi 25%. Hidroksipropil metilselulosa merupakan gelling agent yang mempunyai berbagai tipe, mulai dari viskositas tinggi hingga rendah. Hidroksipropil metilselulosa tipe SH-60 mulai kental pada konsentrasi 7-10% dan gel yang paling baik berada pada konsentrasi 8% (Hidayah, 2013). Menurut Wu et al (2011), HPMC tipe E-4M digunakan sebagai gelling agent konsentrasi 0,2-0,8%, namun hasil gel terbaik berada pada konsentrasi 0,6%. Berdasarkan penelitian Parhi et al (2014) tentang evaluasi sediaan topikal gel menyatakan bahwa pada konsentrasi HPMC K-4M 3% merupakan sediaan terbaik. Apabila menggunakan
7 7 tipe HPMC dengan viskositas yang rendah, maka dibutuhkan konsentrasi yang semakin tinggi. Semakin tinggi konsentrasi HPMC yang digunakan, maka viskositasnya akan semakin tinggi dan bentuk sediaannya semakin kental sehingga dapat menahan minyak atsiri yang ada di dalamnya dengan melepaskan secara perlahan-lahan dan memberikan efek repelansi yang semakin lama (Arikumalasari, 2010). Propilen glikol sebagai humektan digunakan konsentrasi mendekati 15% (Weller, 2009). Penelitian Patel et al (2011), menyebutkan bahwa penambahan propilen glikol pada gel dari konsentrasi 5-10% dapat meningkatkan permeabilitas obat, dan konsentrasi yang menunjukkan nilai permeabilitas tertinggi yakni pada konsentrasi 5%. Penggunaan humektan yang sekecil mungkin dapat menyebabkan iritasi semakin kecil (Boivin, 2009). Kombinasi formula HPMC-propilen glikol diharapkan dapat melekat lebih lama pada permukaan kulit dan formulasi gel minyak atsiri bunga mawar mempunyai aktivitas menolak nyamuk Culex sp. F. Hipotesis Gel minyak atsiri bunga mawar dengan kenaikan konsentrasi HPMC dapat meningkatkan viskositas gel dan daya lekat, sedangkan penurunan konsentrasi propilen glikol dapat menjadikan daya sebar kecil sehingga minyak atsiri yang terkandung di dalamnya sulit menguap dan nantinya akan memberikan aktivitas repelan yang lama dalam proporsi formula optimum pada ph kulit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk
Lebih terperinciNASKAH. Oleh: MARIA ULFA K
PENGARUH FORMULASI GEL REPELAN MINYAK ATSIRI BUNGA MAWAR (Rosa damascena Mill.) DENGAN KOMBINASI HPMC-PROPILEN GLIKOL TERHADAP SIFAT FISIK DAN UJI AKTIVITASNYA NASKAH PUBLIKASI Oleh: MARIA ULFA K 14 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kita yang melindungi bagian dalam tubuh dari gangguan fisik maupun mekanik, gangguan panas atau dingin, dan gangguan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur
Lebih terperinciGEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula
10/25/2012 1 GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula @Dh hadhang_wk Laboratorium Farmasetika Unso oed GEL Semi padat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangbiakan nyamuk sangat erat kaitannya dengan beberapa faktor termasuk lingkungan, sosial dan perilaku manusia (Zuhriyah et al., 2013). Perkembangbiakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang hidup di kulit (Jawetz et al., 1991). Kulit merupakan organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah
Lebih terperinciUJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Canangium odoratum Baill) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK Culex quinquefasciatus SKRIPSI
UJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Canangium odoratum Baill) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK Culex quinquefasciatus SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rimpang Jahe (Zingiber officinale) 1. Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus :
Lebih terperinciDi sampaikan Oleh: Azis Ikhsanudin
Di sampaikan Oleh: Azis Ikhsanudin PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Nyamuk Aedes aegypti Vektor Demam Berdarah Usaha proteksi diri terhadap nyamuk Kelambu Repelan Paling digemari masyarakat Praktis Mudah dipakai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut pelindung, maupun pembalut
Lebih terperinciFORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL
Minggu, 06 Oktober 2013 FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh mata kuliah Formulasi
Lebih terperinciKode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets
I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan vektor penyakit filariasis, demam berdarah dengue, malaria, chikungunya, dan encephalitis. Penyakit-penyakit tersebut dibawa oleh nyamuk melalui cucukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi menjadi tiga lapis jaringan yaitu epidermis, dermis dan lapis lemak di
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi menularkan virus dengue ke tubuh manusia melalui gigitannya, karena itu dianggap sebagai arbovirus yaitu virus yang ditularkan melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tentang Tanaman 1. Kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) a. Tanaman kenanga (C. odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) termasuk ke dalam taksonomi sebagai berikut
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma termal atau suhu (Grace & Borley, 2007). Luka bakar dapat terjadi di mana saja dan dapat dialami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Patikan kebo (Euphorbia hirta Linn.) adalah salah satu tanaman yang dapat dibuat obat. Patikan kebo berasal dari Amerika Tengah dan secara luas dibudidayakan
Lebih terperinciMONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2
MONOGRAFI A. Bahan Aktif HIDROKORTISON Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis Struktur Molekul : C 23 H 32 O 6 BM : 404,50 Pemerian : - penampilan : serbuk hablur - warna : putih atau hampir putih - bau
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit yang sering terjadi dikalangan masyarakat adalah jerawat. Jerawat atau Acne vulgaris adalah suatu prosen peradangan kronik kelenjar polisebasea yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.... DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.. ABSTRACT vi viii xi xii xiii xiv xv BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia terus menerus terpapar patogen berbahaya sepanjang hidup yang mengakibatkan berbagai macam penyakit dan dampak besar pada kesehatan mereka (Kumari et
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor utama dari penyakit Demam Dengue dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Demam Dengue atau
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental
8 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak atsiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh
Lebih terperinciC3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa
A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Senyawa antioksidan yang terdapat pada kulit buah manggis adalah senyawa polifenol
Lebih terperinciUJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus)
UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak atsiri lazim dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud cair dan diperoleh dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk kosmetik di pasaran saat ini sebagian besar masih didominasi oleh sediaan losion dan krim. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi gel
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.
Lebih terperinciKELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL
KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL Nevirka Miararani ( M0614039 ) Nia Novita Sari( M0614040 ) Nugraha Mas ud ( M0614041 ) Nur Diniyah ( M0614042 ) Pratiwi Noor ( M0614043 ) Raissa Kurnia ( M0614044 ) Raka Sukmabayu
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa
Lebih terperinciMemiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai beragam jenis tanaman obat, salah satunya adalah bunga kembang sepatu yang secara empiris dapat diuji daya antibakterinya (Kiruthika et
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Repelan Repelan adalah bahan-bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk menjauhkan serangga dari manusia sehingga dapat dihindari gigitan serangga atau gangguan oleh serangga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecombrang (Etlingera elatior) 1. Klasifikasi Berdasarkan Cronquist (1981) serta Ibrahim dan Setyowati (1999), klasifikasi kecombrang adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Lebih terperinciDalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.
Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga
Lebih terperinciPEMBAHASAN. I. Definisi
PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
Lebih terperinciGEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)
GEL Uji gel a. Viskositas Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang sering menyebabkan infeksi pada kulit (Jawetz et al., 2005). Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang kosmetika saat ini sangatlah pesat. Kosmetika berdasarkan penggunaannya dapat digunakan sebagai tata rias dan juga sebagai perawatan kulit
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah
Lebih terperinciLampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah
Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak masyarakat yang menggunakan berbagai produk kosmetik. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu biji (Psidium guajaya
Lebih terperinciSUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.
SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengue merupakan penyakit viral dengan vektor nyamuk yang telah menyebar dalam beberapa tahun terakhir. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.
Lebih terperinciREAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga
Lebih terperinciI. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN
Pembawa, Syarat dan Evaluasi Obat Suntik Oleh : Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya menjaga kesehatan kulit dengan menggunakan produk kosmetika telah dilakukan banyak orang khususnya oleh kaum wanita terutama pada bagian wajah.
Lebih terperinciPEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :
LARUTAN OBAT TETES PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS : LARUTAN Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi secara molekuler
Lebih terperinciSALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)
SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Salep, krim, gel dan pasta merupakan sediaan semipadat yang pada umumnya digunakan pada kulit.
Lebih terperinciPot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel
Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi
digilib.uns.ac.id 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Allium shoenoprasum L. yang telah dinyatakan berdasarkan hasil determinasi di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar ultraviolet sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat memicu timbulnya radikal bebas. Secara umum sumber utama sinar ultraviolet berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaptopril merupakan golongan angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor yang banyak digunakan sebagai pilihan untuk pengobatan gagal jantung dan hipertensi
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak atsiri memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan di Indonesia, karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam penyediaan bahan bakunya.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL Pada awal penelitian ini, telah diuji coba beberapa jenis bahan pengental yang biasa digunakan dalam makanan untuk diaplikasikan ke dalam pembuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. infeksi, memacu pembentukan kolagen dan mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar terjadi karena adanya kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Anonim, 2001). Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Anonim, 2001).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman yang tumbuh subur di beberapa negara seperti Indonesia yang salah satunya dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika adalah bahan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai antimikroba Staphylococcus aureus sebesar 2%. Staphylococcus aureus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak atsiri sereh dapat bermanfaat sebagai antibakteri dan antifungi (Hariana, 2006). Menurut Almeida (2013) minyak atsiri sereh dapat digunakan sebagai antimikroba
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan dan kecantikan kulit wajah merupakan aset penting terutama bagi kaum perempuan karena kulit memegang peran dan fungsi yang penting yaitu sebagai proteksi
Lebih terperinciSTANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit cantik dan sehat merupakan idaman dari banyak orang terutama bagi wanita, namun kondisi cuaca dengan paparan sinar matahari yang cukup terik, kelembaban udara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaptopril adalah senyawa aktif yang berfungsi sebagai inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE) yang banyak digunakan untuk pasien yang mengalami gagal jantung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan, menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Tranggono
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nyamuk merupakan serangga yang seringkali. membuat kita risau akibat gigitannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyamuk merupakan serangga yang seringkali membuat kita risau akibat gigitannya. Salah satu bahaya yang disebabkan oleh gigitan nyamuk adalah berbagai macam
Lebih terperinciUJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Canangium odoratum Baill) SEBAGAI REPELAN TERHADAP SKRIPSI
UJI AKTIVITAS SALEP MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Canangium odoratum Baill) SEBAGAI REPELAN TERHADAP NYAMUK Anopheles aconitus BETINA SKRIPSI Oleh : BUDHI KURNIAWAN K 100050123 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika merupakan suatu sediaan yang telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Salah satu kegunaan sediaan kosmetika adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV tahun 2014
OPTIMASI KOMBINASI MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA DENGAN HERBA KEMANGI DALAM GEL SEBAGAI REPELAN NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN Indri Hapsari 1, Anwar Rosyadi 1, Retno Wahyuningrum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya dapat menyebabkan rasa gatal saja, nyamuk juga mampu menularkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,
Lebih terperinci