UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm."

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTAA TIMUR PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTAA TIMUR PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii

3

4

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Rini. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si,. Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M. S., Apt. selaku Pj.S. Dekan Fakutas Farmasi UI sampai dengan 20 Desember Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi. 4. Drs. Jahja Atmaja, Apt. selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini. 5. Ny. Murdiana Baskoro selaku Pemilik Sarana Apotek yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di Apotek Rini. 6. Meta Pramana, S.Si, Apt., selaku pembimbing PKPA yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 7. Drs. Umar Mansur, M.Sc., selaku Apoteker Pengelola Apotek Rini yang telah memberikan kesempatan melaksanakan PKPA di Apotek Rini. 8. Seluruh karyawan Apotek Rini yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA di Apotek Rini. 9. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi. 10. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral dan material kepada penulis. v

6 11. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 77 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu secara langsung ataupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Penulis 2014 vi

7

8 ABSTRAK Nama NPM Program Studi Judul : : : : Erlimas Lucky Wijaya, S. Farm Apoteker Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Rini Periode 16 September 25 October 2013 Apotek merupakan salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian, yaitu suatu sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian oleh apoteker. Dalam meningkatkan pelayanan kefarmasian, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Apotek memiliki peran penting dalam mewujudkan peningkatan kesehatan masyarakat dengan menyediakan obat yang bermutu tinggi dengan harga yang terjangkau serta memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian dengan baik, maka calon apoteker harus melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek, sehingga calon apoteker dapat memahami peran serta tanggung jawab seorang apoteker di apotek serta dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan serta keterampilan dalam pelayanan kefarmasian di apotek. Kata Kunci Jumlah halaman Daftar Acuan : : : Praktek Kerja Profesi Apoteker, Apotek Rini, Pelayanan Kesehatan. xiii + 48 halaman; 8 gambar; 13 lampiran 11 ( ) viii

9 ABSTRACT Name NPM Program Study Title : : : : Erlimas Lucky Wijaya, S. Farm Apothecary Profession Report of Pharmacist Internship Program in Apotek Rini Period September16th October 25th 2013 Apotek is one of the pharmacy s service facility, which is a tool used to organize pharmaceutical services by pharmacists. In order to improve pharmacist s service, the pharmacist is required to improve the knowledge, skills and behaviors to be able to carry out a direct interaction with the patient. Apotek has an important role in achieving improvement of public health by providing high-quality drugs at affordable prices and provide pharmacy services to the community. As an effort in order to carry out the work of the pharmacist s well, a candidate of pharmacist must do Pharmacist Internship Program in Apotek with the hope that prospective pharmacists to understand the role and responsibilities of a pharmacist in an Apotek and can improve knowledge, insight and skills in pharmacy services. Keywords Total Pages Bibliography : : : Pharmacist Internship Program, Apotek Rini, Healthcare Services. xiii + 48 pages; 8 pictures; 13 attachments 11 ( ) ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vii ABSTRAK...viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN UMUM Pengertian Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Apotek Lokasi dan Tempat Bangunan dan Kelengkapan Perlengkapan Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Personalia Apotek Apoteker Pengelola Apotek Pengelolaan Apotek Pengelolaan Teknis Kefarmasian Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi di Apotek Penggolongan Obat Pengelolaan Narkotika Pemesanan Narkotika Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Pelaporan Narkotika Pemusnahan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pemesanan Psikotropika Penyimpanan Psikotropika Pelaporan Psikotropika Pemusnahan Psikotropika Pelayanan Informasi Obat x

11 3. TINJAUAN KHUSUS Lokasi Bangunan dan Tata Ruang Ruang Tunggu Bagian Penyerahan Resep, Pembayaran dan Penyerahan Obat Ruang Peracikan Ruang Administrasi dan Pembelian Ruang Pimpinan Gudang Dapur Ruang Sholat Strktur Organisasi Kegiatan di Apotek Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan Teknis Non Kefarrmasian Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN xi

12 DAFTAR GAMBAR Tabel 2.1 Penandaan Obat Bebas Tabel 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas Tabel 2.3 Penandaan Peringatan pada Obat Bebas Terbatas Tabel 2.4 Penandaan Obat Keras Tabel 2.5 Penandaan Obat Narkotika Tabel 3.1 Alur Penjualan Resep Tunai Tabel 3.2 Alur Penjualan Resep Kredit Tabel 3.3 Alur Penjualan OTC xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.Desain Ruangan Apotek Rini Lampiran 2.Contoh Salinan Resep Lampiran 3.Contoh Etiket Lampiran 4.Contoh Kwitansi Lampiran 5.Contoh Surat Pesanan Lampiran 6.Contoh Faktur Barang Lampiran 7.Contoh Tanda Terima Tukar Faktur Lampiran 8.Contoh Surat Pesanan Narkotika Lampiran 9.Contoh Surat Pengantar Laporan Penggunaan Narkotika ke Balai besar POM Lampiran 10.Contoh Surat Pengantar Laporan Penggunaan Narkotika ke Suku Dinas Kesehatan Lampiran 11.Contoh Format dan Isi Laporan Narkotik Lampiran 12.Contoh Surat Pesanan Psikotropika Lampiran 13.Tampilan Aplikasi SIPNAP xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apotek merupakan salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian, yaitu suatu sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian oleh apoteker. Sedangkan pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (PP Nomor 51 tahun 2009). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 menyebutkan bahwa apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasiaan di Indonesia sebagai Apoteker. Pelayanan kefarmasian di apotek hanya dapat dilakukan oleh apoteker, dalam hal apoteker dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian, pelaksanaan pelayanan kefarmasian tetap dilakukan oleh apoteker dan tanggung jawab tetap berada ditangan apoteker. Sedangkan tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian. (PP Nomor 51 tahun 2009). Dalam meningkatkan pelayanan kefarmasian, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan 1

15 2 dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004). Apotek memiliki peran penting dalam mewujudkan peningkatan kesehatan masyarakat dengan menyediakan obat yang bermutu tinggi dengan harga yang terjangkau serta memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Selain sebagai sarana dalam pelayanan kesehatan, apotek juga menjalankan fungsi bisnis dengan mengambil keuntungan dari penjualan obat (profit oriented) yang digunakan untuk mempertahankan kelangsungan apotek yang diusahakannya. Oleh karena itu, apoteker tidak hanya berperan sebagai tenaga profesional kesehatan, namun juga sebagai penanggung jawab dalam menjalankan bisnis apotek. Untuk hal tersebut, maka apoteker harus memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang manajerial, seperti manajemen keuangan, sarana, administrasi, sumber daya manusia dan operasional serta di bidang marketing sehingga apotek yang dikelolanya dapat terus berkembang dan memberikan kepuasan bagi masyarakat. Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian dengan baik, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi bekerja sama dengan Apotek Rini untuk menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada tanggal 16 September - 25 Oktober PKPA ini dilaksanakan dengan harapan agar calon apoteker dapat memahami peran serta tanggung jawab seorang apoteker di apotek serta dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan serta keterampilan dalam pelayanan kefarmasian di apotek. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan di Apotek Rini bertujuan untuk : 1. Mengetahui kegiatan-kegiatan di apotek secara umum sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja apotek. 2. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker sebagai pengelola apotek dalam kegiatan teknis dan non teknis kefarmasian.

16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009, tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Kegiatan di apotek diselenggarakan oleh apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh Surat Izin Apotek (SIA). Apoteker menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009, tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Surat izin pendirian apotek merupakan surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotek di suatu tempat tertentu. Sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, apotek harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahan terjamin. 3

17 4 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek. c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. e. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker dan Izin Kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri kesehatan No. 184/Menkes/Per/II/1995. f. Undang-Undang Obat Keras (St No. 541). g. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. h. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. i. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1027/MENKES/ SK/ IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Dalam rangka menunjang pembangunan nasional di bidang kesehatan perlu dikembangkan iklim yang baik mengenai pengelolaan apotik sehingga pemerintah dapat menguasai, mengatur dan mengawasi persediaan, pembuatan, penyimpanan, peredaran dan pemakaian obat dan perbekalan farmasi lainnya. Berdasarkan PP No. 25 Tahun 1980 Pasal 2, tugas dan fungsi apotek adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.

18 5 b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. 2.4 Persyaratan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Pasal 6, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin suatu apotek adalah sebagai berikut : a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat dan perlengkapan yang termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah: Lokasi dan Tempat Persyaratan jarak antara apotek tidak lagi dipermasalahkan tetapi tetap mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dokter praktek dan sarana pelayanan kesehatan lain Bangunan dan Kelengkapan Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor SIA, dan alamat apotek. Luas bangunan apotek tidak dipermasalahkan, bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi, ruang peracikan, ruang penyimpanan obat, dan toilet. Bangunan apotek harus

19 6 dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, ventilasi, dan sistem sanitasi yang baik Ruang tunggu Ruang tunggu dibuat senyaman mungkin, bersih, segar, terang, tidak terdapat nyamuk atau serangga sehingga pasien atau konsumen merasa betah dan nyaman menunggu. Beberapa apotek bahkan menyediakan majalah, minuman mineral atau dispenser dan majalah kesehatan ilmiah. Bagian penerimaan resep haruslah dibuat sebaik mungkin, karena berhubungan langsung dengan pelanggan Ruang peracikan Ruang peracikan sebaiknya diatur agar persediaan dapat dijangkau dengan mudah pada saat persiapan, peracikan, dan pengemasan Bagian penyerahan obat Untuk pelayanan profesional di apotek, disediakan ruang/tempat khusus untuk menyerahkan obat dan dapat juga digabung dengan ruang konsultasi atau pemberian informasi. Jika tidak bisa dibuat ruang terpisah, dapat juga dilakukan pembatasan dengan menggunakan dinding penyekat, sehingga dapat memberikan atau menyediakan kesempatan berbicara secara pribadi dengan pelanggan atau pasien Ruang administrasi. Ruang administrasi merupakan ruangan yang terpisah dari ruang pelayanan ataupun ruang lainnya. Walaupun tidak terlalu besar, namun disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan manajerial. Ruangan ini juga digunakan untuk menerima tamu dari supplier atau industri/pabrik farmasi.

20 Perlengkapan Apotek Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek. Perlengkapan yang harus tersedia di apotek adalah: a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan,seperti mortar dan gelas ukur. b. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. c. Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket dan plastik pengemas. d. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropik dan bahan beracun. e. Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana seperti erlenmeyer dan gelas ukur. f. Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur dan kuitansi. g. Buku standar yang diwajibkan antara lain ISO dan Farmakope Indonesia edisi terbaru. 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 4 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek menerangkan bahwa Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut:

21 8 a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1. b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (b) dan (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan yang dimaksud ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam

22 9 jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan Surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan contoh formulir model APT Personalia Apotek Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Untuk mendukung kegiatan di apotek apabila apotek yang dikelola cukup besar dan padat diperlukan tenaga kerja lain seperti Asisten Apoteker, Juru Resep, Kasir dan Pegawai Tata Usaha. Untuk melaksanakan kegiatannya dengan baik maka apotek harus didukung oleh tenaga kerja dengan jumlah dan kualifikasi yang memadai. Tenaga kerja yang idealnya ada pada suatu apotek adalah sebagai berikut: a. Apoteker Pengelola Apotek, yaitu apoteker yang telah diberi izin oleh Menteri Kesehatan untuk mengelola apotek di tempat tertentu. b. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping APA dan atau menggantikan pada jam tertentu pada hari buka praktek. c. Apoteker Pengganti yaitu Apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak ada ditempat lebih dari tiga bulan berturut-turut, telah memilliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai APA di tempat lain. d. Asisten Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker. e. Juru resep, yaitu petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker. f. Kasir, yaitu petugas yang mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kuitansi, nota, tanda setoran, dan lain-lain. g. Pegawai tata usaha, yaitu petugas yang melakukan administrasi apotek dan kemudian membuat laporan, baik laporan pembelian, penyimpanan, penjualan maupun keuangan apotek.

23 Apoteker Pengelola Apotek (APA) Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 5 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji Apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 19 disebutkan mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggung jawab pengelola apotek: a. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. b. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Apoteker Pengganti yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. c. Penunjukkan dimaksud dalam ayat (a) dan (b) harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan contoh formulir model APT-9. d. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam pasal 5 Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993.

24 11 e. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Selanjutnya, menurut Permenkes No. 922/MENKES/PER/X/1993 Pasal dan 23 dijelaskan bahwa Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping maupun Apoteker Pengganti, didalam pengelolaan apotek. Apoteker Pendamping yang dimaksud dalam pasal 19 ayat (a) Permenkes No.1332/MENKES/SK/X/2002 bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA kepada Apoteker Pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya, serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara serah terima sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yang melakukan serah terima dengan menggunakan contoh formulir model AP- 10. Pada Pasal 24 Permenkes No.1332/MENKES/SK/X/2002, dijelaskan apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut dalam waktu 2 x 24 jam kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka da lam pe laporan tersebut wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Penyerahan dibuat Berita Acara Serah Terima kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan menggunakan contoh formulir model APT-11 dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat.

25 Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker untuk memenuhi tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibedakan atas pengelolaan teknis farmasi dan non teknis farmasi yang meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, pajak, personalia, kegiatan dibidang material dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek Pengelolaan Teknis Kefarmasian Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 Pasal 10 dan 11, pengelolaan apotek meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi meliputi pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi tersebut, wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Obat di Apotek Pengaturan penyediaan obat (managing drug supply) merupakan hal yang sangat penting di apotek. Persediaan obat yang lengkap di apotek merupakan salah satu cara untuk menarik kepercayaan (pasien). Akan tetapi, banyaknya obat yang tidak laku, rusak dan kadaluarsa dapat menyebabkan kerugian apotek. Hal ini disebabkan karena tidak adanya manajemen pengadaan obat yang baik. Untuk mencegah hal tersebut diperlukan keseimbangan antara besar persediaan dan besarnya permintaan dari suatu barang yang disebut pengendalian persediaan barang (inventory control). Untuk mencapai keseimbangan antara persediaan dan permintaan ditentukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut yaitu kecepatan gerak atau perputaran persediaan barang, obat yang laku keras hendaknya tersedia lebih

26 13 banyak dibanding obat yang kurang laku. Jika lokasi Pedagang Besar Farmasi (PBF) jauh dari apotek maka perlu persediaan barang lebih banyak dibandingkan dengan apotek yang lokasinya dekat PBF, penambahan persediaan obat didasarkan atas kebutuhan per bulan atau hasil penjualan sehingga diharapkan persediaan obat setiap saat dapat memenuhi kebutuhan 1 bulan. Untuk mengendalikan persediaan obat diperlukan pencatatan mengenai arus keluar masuk barang sehingga ada keseimbangan antara obat yang terjual dengan obat yang harus dipesan kembali oleh apotek. Pemesanan barang disesuaikan dengan besarnya omset penjualan pada waktu yang lalu. Perencanaan pembelian harus sesuai dengan kebutuhan apotek yang dapat dilihat dari buku defekta, bagian penerimaan resep dan penjualan obat bebas. Pembelian dapat dilakukan secara tunai, kredit dan konsiliasi. Pada pembelian tunai pihak apotek langsung membayar harga obat yang dibelinya dari distributor. Sedangkan pembelian kredit pembayarannya ditangguhkan sampai jatuh tempo. Pada pembelian konsiliasi, distributor menitipkan barang dimana apotek akan menerima komisi bila barang tersebut laku dan jika barang tersebut tidak laku bisa dikembalikan kepada distributor. Pembelian terhadap barang juga harus mempertimbangkan pemilihan supplier. Ciri-ciri supplier yang baik adalah memberikan barang dengan kualitas yang baik, menepati waktu pengiriman barang, memberikan potongan harga yang cukup menguntungkan, tenggang waktu kredit yang fleksibel dan dapat dipercaya. Metode pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan cara menyusun prioritas berdasarkan analisis VEN dan PARETO: a. Analisis VEN Umumnya disusun dengan memperlihatkan kepentingan dan vitalitas persediaan farmasi yang harus selalu tersedia untuk melayani permintaan terhadap sediaan farmasi. V (Vital) artinya persediaan tersebut penting karena merupakan obat penyelamat hidup manusia atau obat yang dapat mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar, sehingga jika tidak tersedia dapat meningkatkan resiko kematian, contoh: obat diabetes dan hipertensi. E (Esensial) merupakan perbekalan yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau

27 14 pengobatan penyakit terbanyak yang ada pada suatu daerah atau rumah sakit, contoh: obat-obat fast moving. N (Non esensial) adalah perbekalan pelengkap agar pengobatan menjadi lebih baik. b. Analisis PARETO (ABC) Analisis ini disusun berdasarkan atas penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga paling banyak. Kriteria kelas dalam analisis PARETO terdiri atas tiga kelas, yakni kelas A, B dan C. Kelas A yaitu persediaaan yang memiliki nilai paling tinggi. Kelas ini mewakili 70%-80% dari total nilai persediaan meskipun jumlahnya hanya 20% dari seluruh item. Kelas B yaitu persediaan yang memiliki nilai menengah. Kelas ini mewakili 15%-20% dari total nilai persediaan dan jumlahnya hanya sekitar 30% dari seluruh item. Kelas C yaitu persediaan yang memiliki nilai rendah. Kelas ini mewakili sekitar 5%- 10% dari total nilai persediaan, dan jumlahnya sekitar 50% dari seluruh item. c. Kombinasi VEN-ABC Analisis ABC mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya selama periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Analisis VENABC menggabungkan analisis PARETO dan VEN dalam suatu matrik sehingga analisisnya menjadi lebih tajam. Matrik dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Jenis barang yang bersifat vital (VA, VB dan VC) merupakan pilihan utama untuk dibeli. Demikian pula dengan barang yang non essensial tetapi menyerap banyak anggaran (NA dan NB) juga dijadikan prioritas untuk dibelanjakan. Sedangkan barang Non Esensial dan bernilai kecil (NC) dibelanjakan bila ada sisa anggaran. Parameter pengendalian persediaan yang pertama yaitu persediaan ratarata yang dihitung dengan menjumlahkan stok awal dan stok akhir kemudian dibagi dua. Berdasarkan data persediaan rata-rata dapat dihitung tingkat perputaran persediaan. Perameter kedua adalah perputaran persediaan yang dihitung dengan membagi jumlah penjualan dengan persediaan rata-rata. Dari data perputaran persediaan, maka kita dapat mengetahui lamanya obat disimpan di apotek hingga

28 15 barang tersebut terjual. Barang-barang yang perputaranpersediaannya cepat (fast moving) harus tersedia lebih banyak dibanding barang yang perputaran persediaannya lambat (slow moving). Parameter yang ketiga adalah persediaan pengaman (safety stock) yaitu persediaaan barang yang ada untuk menghadapi keadaan tidak menentu disebabkan oleh perubahan pada permintaan atau kemungkinan perubahan pada pengisian kembali. Parameter yang keempat adalah persediaan maksimum. Persediaan maksimum merupakan jumlah persediaan terbesar yang tersedia. Jika telah mencapai nilai persediaan maksimum maka tidak perlu lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya penimbunan barang yang dapat menyebabkan kerugian. Parameter kelima adalah persediaan minimum yang merupakan jumlah persediaan terkecil yang masih tersedia. Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum maka langsung dilakukan pemesanan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi kekosongan barang. Parameter keenam yaitu reorder point (titik pemesanan) merupakan titik dimana harus diadakan pemesanan kembali untuk menghindari terjadinya kekosongan barang Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Apotek Tempat penyimpanan obat-obatan memerlukan ruangan tersendiri. Apabila ruangan memungkinkan maka digunakan rak-rak dari kayu atau besi. Untuk bahan-bahan yang mudah terbakar sebaiknya disimpan di tempat yang terpisah. Untuk obat-obat narkotika penyimpanannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk obat-obat psikotropika sebaiknya disimpan tersendiri. Untuk obatobat yang memerlukan kondisi tertentu seperti vaksin, insulin atau suppositoria disimpan di dalam lemari es. Obat-obatan disusun secara alfabetis menurut bentuk sediaannya. Penyusunan perbekalan farmasi dapat disusun secara First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Sistem FIFO artinya obat-obatan yang lebih dahulu masuk ke gudang lebih dahulu digunakan, sedangkan system FEFO artinya obat-obatan dengan tanggal kadaluarsa terdekat yang lebih dahulu digunakan. Penyimpanan barang juga dilengkapi dengan kartu stok untuk setiap

29 16 item barang untuk memudahkan pengendalian persediaan. Untuk persediaan obat yang sudah menipis jumlahnya atau sudah habis perlu dicatat dalam buku defekta yang nantinya diberitahukan kepada bagian pembelian Pelayanan Resep di Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 pasal yang meliputi: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. b. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. c. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis didalam resep dengan obat paten. d. Jika pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis didalam resep, Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat. e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien dan penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat. f. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. g. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker. h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun. i. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.

30 17 j. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari yang semula hanya berfokus pada obat sebagai komoditi menjadi pelayanan komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menjelaskan mengenai pelayanan resep adalah sebagai berikut : a. Skrining Resep Apoteker melakukan skrining terhadap resep, skrining resep dilakukan terhadap persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis pada setiap resep. Persyaratan administratif meliputi nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan atau paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah obat yang diminta; cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya. Kesesuain farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. Sedangkan pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. b. Penyiapan Obat Penyiapan obat meliputi peracikan, etiket, kemasan obat yang diserahkan, penyerahan obat, informasi obat, konseling, monitoring penggunaan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Pemberian etiket pada kemasan harus jelas dan dapat dibaca. Kemasan obat yang diserahkan hendaknya dikemas dengan rapi

31 18 dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan penberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Selain informasi, seorang Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronnis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

32 19 Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat fleksibel terhadap segala perubahan situasi dan kondisi nyata yang terjadi di dalam maupun di luar apotek. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun, mengatur atau mengkoordinasikan bagianbagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian memiliki tugas masing-masing. c. Kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawai agar berusaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan agar dapat dilakukan perbaikan sehingga segala kegiatan dapat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tercapainya tujuan yang diinginkan. 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek dan atau b. Apoteker tidak memenuhi kewajibannya dalam menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin dan melakukan penggantian obat generik dalam resep dengan obat paten dan atau c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terusmenerus dan atau d. Terjadi pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dibidang obat, yaitu Undang-undang Obat Keras Nomor.St No. 541, Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan dan atau e. Surat Izin Kerja APA dicabut dan atau f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat dan atau

33 20 g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan pendirian apotek. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh formulir Model APT-12. Pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan contoh formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek dapat dicairkan kembali apabila Apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir model APT-14, setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 dalam pasal 28, menyatakan bahwa apabila Surat Izin Apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai perturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan tersebut menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/SK/X/2002 dalam pasal 29 yaitu dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropik, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotek. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas Sediaan Farmasi di Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/ X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang dapat ditemui di apotek. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa obat merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

34 21 sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia Penggolongan Obat (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, 2006) a. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat golongan ini adalah parasetamol. Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas b. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat golongan ini adalah klorfenilramin maleat (CTM). Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas

35 22 Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter, lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut : Gambar 2.3. Penandaan Peringatan pada Obat Bebas Terbatas c. Obat Keras dan Psikotropika Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat golongan ini adalah asam mefenamat. Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh obat golongan ini adalah diazepam dan fenobarbital. Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras d. Obat Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

36 23 perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh obat golongan ini adalah kodein. Gambar 2.5. Penandaan Obat Narkotika 2.11 Pengelolaan Narkotika Menurut Undang-undang RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dalam Bab I Pasal 1, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Oleh karena itu, pengaturan narkotika harus benar-benar terkontrol, baik dalam hal mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan dan menggunakan narkotika harus dikendalikan dan diawasi dengan ketat. Tujuan pengaturan narkotika tersebut adalah menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan memberantas peredaran obat gelap. Di Indonesia, pengendalian, dan pengawasan narkotika merupakan wewenang Badan POM RI. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat

37 24 disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan Pemesanan Narkotika Undang-undang No. 9 Tahun 1976 menyatakan bahwa apotek hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA dan stempel apotek. Satu SP hanya boleh memesan satu jenis narkotika. Surat Pesanan terdiri dari 4 rangkap, 3 rangkap termasuk aslinya diserahkan ke pihak distributor (Kimia Farma) sementara sisanya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA yang dapat diwakilkan oleh AA yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor Surat Izin Apotek dan stempel apotek. Segala zat atau bahan yang termasuk narkotika di apotek wajib disimpan khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Pasal 14 ayat (1) UU No. 35 Tahun Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MENKES/Per/V/1978. Dalam Peraturan tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari 40x80x100 cm maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.

38 25 e. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa. g. Lemari khusus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Ketentuan-ketentuan peresepan obat narkotika sebagai berikut: a. Hanya dapat diserahkan dengan resep dokter. b. Resep tidak boleh diulang, tiap kali harus ada resep baru. c. Resep yang mengandung narkotika diberi garis merah. d. Nama dan alamat pasien dicatat di belakang resep. e. Penyimpanan resep dipisahkan dari resep-resep yang lain. Selain itu berdasarkan atas Surat Edaran Direktrorat Jenderal POM RI (sekarang Badan POM RI) No. 336/E/SE/1997 disebutkan: a. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. b. Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika Pelaporan Narkotika Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) menyebutkan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan, wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Laporan narkotika diberikan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Balai Besar POM. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirim laporan bulanan yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek.

39 Pemusnahan Narkotika Apoteker Pengelola Apotek yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika, yang sekurang-kurangnya memuat: a. Nama, jenis dan jumlah. b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan dan c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan. d. Berita acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada Suku Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada Balai Besar POM Pengelolaan Psikotropika UU No. 5 Tahun 1997 menyatakan bahwa Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap nakotika. Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa Psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi Narkotika golongan I sehingga Lampiran mengenai Psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 Tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi. Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan dan pemusnahan Pemesanan Psikotropika Pemesanan Psikotropika memerlukan SP, dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 12 ayat (2). Dalam Pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek

40 27 lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA. Surat Pesanan terdiri dari 2 rangkap, aslinya diserahkan ke pihak distributor sementara salinannya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika sampai saat ini belum diatur oleh perundangundangan. Namun mengingat obat-obat tersebut cenderung disalahgunakan maka disarankan agar penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan psikotropika dan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 33 ayat 1 dan Pasal 34 tentang pelaporan psikotropika Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika berdasarkan Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dalam waktu tujuh hari setelah mendapatkan kepastian.

41 Pelayanan Informasi Obat Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan, pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat (PIO). Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, waktu dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif. b. Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan. c. Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan. d. Ilmiah, artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya. e. Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencakup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien. Oleh karena itu, peran apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat kepada pasien, dokter maupun tenaga medis lainnya sangat penting.

42 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS Apotek Rini merupakan apotek keluarga yang didirikan pada tanggal 14 Desember 1968 oleh kakak beradik Ny. Murdiana Baskoro, H. Slamet Effendi (alm), dan Ny. Murdiati Purnomohadi (alm). Nama apotek ini berasal dari nama adik terkecil mereka yang bernama Rini Lokasi Apotek Rini berlokasi di Jalan Balai Pustaka Timur No. 11 Rawamangun, Jakarta Timur. Lokasi Apotek Rini strategis karena terletak di daerah yang ramai, dekat dengan tiga rumah sakit, yaitu RS Persahabatan, RS Dharma Nugraha, dan RS Rawamangun, di sebelah apotek juga terdapat praktek dokter dan pusat perbelanjaan Tip Top terletak di seberang apotek. Apotek Rini berada di pinggir jalan dua arah yang dilalui oleh kendaraan umum, sehingga mudah dijangkau oleh pasien dengan kendaraan umum serta memiliki halaman parkir yang cukup luas untuk kendaraan pribadi Bangunan dan Tata Ruang Bangunan Apotek Rini terdiri dan ruang tunggu, ruang pelayanan, ruang peracikan, ruang administrasi dan keuangan, ruang pimpinan, gudang, ruang sholat, toilet, dan dapur. Desain ruangan Apotek Rini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Ruang tunggu Ruang tunggu di Apotek Rini cukup luas serta dilengkapi dengen beberapa fasilitas untuk menunjang kenyamanan pasien selama menunggu waktu penyelesaian resep, seperti televisi yang diletakkan di sudut kanan ruang tunggu, bangku panjang serta pendingin ruangan. Selain itu, di sebelah kiri ruang tunggu ini juga terdapat fasilitas ATM, sehingga mempermudah pasien jika ingin mengambil uang. 29

43 Bagian Penerimaan Resep, Pembayaran dan Penyerahan Obat Bagian penerimaan resep, pembayaran dan penyerahan obat terletak di depan ruang tunggu yang dibatasi oleh etalase dan rak-rak display produk OTC (Over The Counter) dan PKRT (Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga). Produk-produk tersebut dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Pada bagian pembayaran terdapat tiga kasir yang saling terhubung dengan suatu sistem jaringan komputer online. Semua produk yang telah dibayar dan telah selesai disiapkan akan dicap (stempel) dan diserahkan ke bagian penyerahan obat Ruang Peracikan Ruang peracikan berada di bagian dalam terpisah dari ruang tunggu, sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen atau pasien. Ruangan ini juga dilengkapi dengan pendingin ruangan guna menjaga kualitas semua obat di Apotek Rini agar tetap baik sampai ke tangan pasien. Antara ruang peracikan dan bagian penerimaan resep terdapat loket untuk meletakkan resep yang sudah dihargai. Di ruang peracikan terdapat dua buah komputer yang terhubung dengan komputer bagian pemberian harga, bagian pembelian, kasir, gudang, ruang pimpinan dan satu buah mesin fax untuk melayani resep yang diantar untuk daerah Rawamangun dan sekitarnya. Pada ruang peracikan, obat disimpan dan disusun secara alfabetis dan berdasarkan jenis sediaan (tablet, sirup, krim/salep, obat tetes, obat suntik dan infus) di rak yang bersekat-sekat dan etalase untuk memudahkan pengambilan obat. Obat-obat yang harganya relatif mahal diletakkan secara terpisah pada rak tersendiri dekat meja pemberian etiket. Penyimpanan narkotika dilakukan pada lemari kayu yang menempel di dinding dan dikunci, sedangkan sediaan psikotropik dipisahkan penyimpanannya pada suatu rak tersendiri dekat meja pemberian etiket. Sediaan yang harus disimpan pada suhu dingin seperti suppositoria, insulin, vaksin dan sebagian obat-obat suntik diletakkan di lemari pendingin yang terpisah. Pada ruangan ini terdapat meja untuk resep racikan dan resep obat paten. Meja untuk menangani resep racikan terdiri dari meja untuk meracik puyer, kapsul, dan meja untuk pemeriksaan obat serta menulis salinan resep. Di dekat

44 31 meja peracikan juga terdapat timbangan. Untuk pengerjaan sediaan cair dan semi solid dilakukan di meja terpisah yang terletak di belakang ruang peracikan. Sedangkan meja untuk resep obat paten terletak di sebelah meja racik berdekatan dengan bagian penyerahan obat. Meja ini digunakan untuk pemberian etiket untuk obat paten, penulisan salinan resep dan pembuatan kwitansi. Contoh salinan resep, etiket, dan kwitansi dapat dilihat pada Lampiran 2, 3 dan Ruang Administrasi dan Pembelian Ruangan ini berada di ruangan terpisah disamping apotek yang dilengkapi seperangkat komputer. Semua urusan kepegawaian dan administrasi perusahaan dilakukan di ruangan ini. Ruang pembelian terdapat di sebelah ruang administrasi dilengkapi dengan komputer yang digunakan untuk mengecek kembali stok obat apabila meragukan, sehingga pemesanan obat sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu juga terdapat meja untuk melaksanakan transaksi pemesanan obat dan penukaran faktur, serta penyerahan giro pada saat waktu pembayaran tiba. Di ruang ini juga terdapat meja untuk APA dalam melakukan kegiatan administrasi Ruang Pimpinan Ruang pimpinan apotek terletak di sebelah gudang obat herbal. Ruangan tersebut dilengkapi dengan seperangkat komputer, meja kerja dan lemari penyimpan dokumen penting apotek. Selain itu, di dalam ruangan ini juga terdapat sebuah ruang tamu yang dilengkapi TV dan DVD Player untuk presentasi distributor atau tamu Gudang Merupakan tempat penyimpanan obat-obat. Obat disimpan dalam rak penyimpanan yang bersekat-sekat di mana obat disusun berdasarkan bentuk sediaan dan secara alfabetis dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out). Ruangan ini juga dilengkapi dengan komputer untuk memasukkan stok barang.

45 Dapur Dapur digunakan sebagai tempat penyimpanan dan pembuatan sediaansediaan standar (anmaak) seperti obat batuk hitam (OBH), gargarisma khan, rivanol, alkohol 70%, salep ichtiyol, bedak salisilat, dan sediaan standar lain. Dapur juga digunakan sebagai tempat makan, istirahat para karyawan dan penyimpanan resep dalam jangka waktu satu tahun Ruang Sholat Ruang sholat dibuat untuk memfasilitasi ibadah karyawan muslim. Di dalam ruang sholat dilengkapi dengan lemari-lemari bersekat dengan kunci untuk menyimpan barang-barang pribadi karyawan Struktur Organisasi Apotek Rini dikepalai oleh seorang pimpinan sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang memimpin apotek secara keseluruhan. Salah satu pimpinan Apotek Rini adalah juga seorang apoteker, dengan demikian di Apotek Rini mempunyai tiga orang Apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di apotek, yaitu Apoteker Pengelola Apotek (APA), Apoteker Pendamping dan Wakil Pimpinan. Kegiatan teknis kefarmasian dibantu oleh asisten apoteker, juru resep dan kasir. Sedangkan untuk kegiatan non kefarmasian seperti pembelian, piutang dagang, hutang dagang, pajak dan laporan keuangan dilakukan oleh bagian administrasi. Apotek Rini juga mempunyai satpam untuk menjaga keamanan di sekitar apotek dan bila diperlukan dapat diperbantukan untuk mengantarkan resep. Jumlah total karyawan di Apotek Rini adalah 74 orang. Adapun rincian karyawan di Apotek Rini adalah sebagai berikut : Pimpinan : 1 orang Wakil Pimpinan : 1 orang Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang Apoteker Pendamping : 1 orang Kepala Asisten Apoteker : 4 orang Asisten Apoteker : 29 orang

46 33 Juru Resep Administrasi Kasir Satpam : 21 orang : 2 orang : 5 orang : 7 orang 3.4 Kegiatan di Apotek Kegiatan di Apotek Rini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan non teknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian meliputi pengadaan/pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, pembuatan obat racikan dan penjualan Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi Pengadaan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh petugas dari bagian pembelian (Asisten Apoteker) dengan menggunakan surat pesanan yang telah ditandatangani oleh APA. Pengadaan perbekalan farmasi ini dilaksanakan melalui pembelian secara tunai maupun kredit. Petugas bagian pembelian melakukan pemesanan berdasarkan print out pengeluaran barang dalam satu hari. Dari print out ini, petugas bagian pembelian melakukan pemesanan terhadap barang-barang yang jumlahnya sudah di bawah atau mendekati stok minimum serta barang-barang yang bersifat fast moving walaupun stok belum mencapai minimum. Stok minimum ditetapkan berdasarkan hasil penjualan bulan-bulan sebelumnya. Bagian pembelian ini mengelompokkan obat/barang yang dipesan sesuai dengan nama distributor. Surat pesanan (SP) yang dibuat ditandatangani oleh APA dan SP ini akan diambil langsung oleh salesman pada pagi hari. Untuk pemesanan cito disampaikan melalui telepon, dimana SP-nya menyusul ketika barang diantar. Pada hari yang sama di sore harinya, barang-barang yang dipesan diantarkan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Petugas bagian penerimaan barang memeriksa keadaan fisik barang, tanggal kadaluarsa, jenis dan jumlah barang sesuai dengan faktur. Petugas akan menandatangani dan

47 34 memberikan stempel apotek pada faktur asli dan juga kopinya apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli diberikan kepada distributor dan lembar salinannya diberikan kepada Asisten Apoteker yang bertugas di bagian gudang untuk dilakukan pemeriksaan ulang barang yang diterima. Bila sudah cocok dengan faktur maka barang yang diterima diinput ke komputer untuk selanjutnya dicetak. Contoh surat pesanan dan faktur dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Penyimpanan dan pengeluaran barang Perbekalan farmasi yang telah diterima dari distributor dan telah diperiksa oleh bagian pembelian, selanjutnya diperiksa kembali oleh bagian gudang sebelum barang-barang tersebut disusun. Pemeriksaaan yang dilakukan meliputi kesesuaian nama dan jumlah dengan faktur, tanggal kadaluarsa dan kondisi fisik barang. Bila telah sesuai, barang-barang tersebut disusun berdasarkan bentuk sediaan secara alfabetis dan dengan sistern FIFO. Untuk obat bebas disimpan langsung di etalase ruang depan pada bagian OTC dan untuk obat generik tidak diletakkan di gudang, melainkan diletakkan di atas rak obat-obat paten yang ada di ruang peracikan Pembuatan sediaan standar (anmaak) Sediaan standar (anmaak) adalah obat yang dibuat sendiri oleh apotek berdasarkan resep standar dari buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter. Beberapa obat standar yang diracik oleh Apotek Rini antara lain: OBH, OBP, boor zalf, AAV zalf, liquor faberi, rivanol 1%, alkohol 70%, gargarisma khan, minyak cengkeh, minyak adas, losio kalamin, ichtiyol, iodium tingtur, bedak salisilat, dan lain-lain. Pembuatan sediaan anmaak ini berdasarkan stok minimum yang ada Penjualan Kegiatan penjualan pada Apotek Rini antara lain melayani penjualan resep tunai, resep kredit, dan penjualan OTC.

48 35 a. Penjualan resep tunai Penjualan resep tunai adalah penjualan obat berdasarkan resep dokter kepada pasien dengan pembayaran tunai atau kartu kredit. Alur pemesanan tunai adalah sebagai berikut : Konsumen/Pasien Resep dihargai Bayar obat Kasir Menghargai resep dan memeriksa ketersediaan obat melalui komputer Menginformasikan harga kepada konsumen Menerima uang dari konsumen Memberikan struk pembayaran dan No. resep Asisten Apoteker Meyiapkan etiket obat Mengambil / meracik obat Penyerahan hasil akhir racikan obat Asisten Apoteker senior Memeriksa kebenaran jenis dan jumlah obat yang sudah diracik beserta kelengkapan etiket Menyerahkan obat dengan mencocokkan No. Resep Pemberian informasi mengenai indikasi dan aturan pakai obat Pasien Gambar 3.1 Alur Penjualan Resep Tunai b. Penjualan resep kredit Penjualan resep kredit dilakukan berdasarkan perjanjian kerja sama yang disepakati antara perusahaan/instansi (baik pemerintah maupun

49 36 swasta) dengan Apotek Rini. Pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian sebelumnya, biasanya penagihan dilakukan pada akhir bulan. Perusahaan/instansi yang bekerja sama dengan Apotek Rini antara lain IAI, Tarakanita, Dino Indria, dan RS Dharma Nugraha. Alur pengerjaan pelayanan resep kredit tidak berbeda dengan resep tunai, tetapi resep kredit punya penomoran tersendiri yang berbeda untuk tiap perusahaan atau instansi. Alur penjualan resep kredit adalah sebagai berikut : Konsumen/Pasien Bawa resep Asisten Apoteker Meyiapkan etiket obat Mengambil / meracik obat Penyerahan hasil akhir racikan obat Asisten Apoteker senior Pasien Memeriksa kebenaran jenis dan jumlah obat yang sudah diracik beserta kelengkapan etiket Menyerahkan obat dengan mencocokkan No. Resep Pemberian informasi mengenai indikasi dan aturan pakai obat Menyatukan resep dengan buku piutang sesuai nama debitur Meminta tanda tangan debitur untuk pemastian jenis dan jumlah permintaan obat Gambar 3.2 Alur Penjualan Resep Kredit

50 37 c. Penjualan bebas (OTC) Penjualan bebas meliputi penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, sediaan anmaak, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, susu, dan alat kesehatan. Alur pelayanan OTC adalah sebagai berikut : Konsumen / Pasien Kasir Memberikan informasi harga kepada konsumen / pasien Menginput ke dalam komputer (transaksi penjualan harian) Menerima uang dari konsumen / pasien Menyerahkan barang dan struk pembayaran kepada pasien Gambar 3.3 Alur penjualan OTC Kegiatan Teknis Non Kefarmasian Kegiatan teknis non kefarmasian di apotek Rini berupa kegiatan administrasi pembelian, piutang, penjualan, administrasi pajak, personalia/umum dan laporan keuangan Administrasi pembelian Kegiatan administrasi pembelian disebut juga administrasi hutang dagang meliputi : a. Transaksi pembelian dimasukkan ke dalam komputer oleh Asisten Apoteker berdasarkan faktur dan kemudian dicetak. b. Transaksi pembelian kemudian diposting, di mana jumlah barang akan tercatat ke dalam kartu stock dan jumlah uang akan tercatat pada transaksi hutang di komputer. c. Penukaran faktur dilakukan setiap hari rabu. Distributor menyerahkan fakturfaktur asli penjualan selama 1 minggu beserta total harga yang harus dibayar oleh apotek. Selanjutnya petugas yang bersangkutan mencocokkan faktur tersebut dengan data jumlah dan harga obat yang telah diinput pada komputer. Jika sudah sesuai maka petugas tersebut akan membuat tanda

51 38 terima faktur yang berfungsi untuk pengambilan giro. Giro ini akan diambil langsung oleh distributor 10 hari kemudian, tepatnya pada hari jumat berdasarkan tanggal pengambilan yang telah disetujui kedua belah pihak. Contoh tanda terima faktur dapat dilihat pada Lampiran 7. d. Selanjutnya dilakukan posting pembayaran hutang ke dalam komputer. e. Laporan pembayaran dibuat setiap bulan dan dilaporkan kepada Pimpinan Apotek Administrasi piutang Kegiatan administrasi piutang meliputi: a. Petugas administrasi bertugas menginput semua transaksi piutang berdasarkan kwitansi penagihan ke dalam file daftar piutang. b. Pencatatan jumlah tagihan dilakukan setiap bulan atau setiap minggu berdasarkan nama debitur dan kwitansinya. c. Penagihan dilakukan dengan mendatangi langsung ke perusahaan / instansi yang berpiutang Administrasi penjualan Pemberian harga resep, OTC, DOWA dilakukan melalui komputer bagian kasir di Apotek Rini. Pada saat petugas memasukkan daftar barang yang dibeli dan telah dibayar maka secara otomatis stok barang akan berkurang sesuai dengan transaksi yang telah dilaksanakan. Ketika pergantian shift, masing-masing kasir menyerahkan laporan perincian penjualan harian yang telah diprint. Setiap hari pada pukul dilakukan posting transaksi penjualan, baik dari penerimaan resep maupun penjualan bebas oleh kasir yang bertugas pada malam hari. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam pemesanan barang keesokan harinya Administrasi pajak Bagian pajak bertanggung jawab dalam menghitung serta mencatat jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh apotek.

52 Administrasi personalia Mencatat semua hal yang menyangkut urusan kepentingan pegawai, seperti gaji dan surat surat lain yang berkaitan dengan kepegawaian dengan persetujuan direktur Laporan keuangan Laporan keuangan yang ada di Apotek Rini ditangani langsung oleh Pemilik Sarana Apotek (PSA) / direktur dibantu oleh bagian personalia. 3.5 Pengelolaan Narkotika Pemesanan narkotika dilakukan ke PBF Kimia Farma, di mana pembelian dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika yang telah ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, alamat rumah, nama apotek serta stempel apotek. Surat pesanan terdiri dari empat rangkap. Satu surat pesanan hanya berlaku untuk 1 jenis narkotika. Contoh Surat Pesanan Narkotika dapat dilihat pada Lampiran 8. Narkotika pesanan diterima oleh petugas penerima barang (AA) dengan mencantumkan nama jelas, no. SIK, tanda tangan dan stempel apotek di mana pembayaran dilakukan secara tunai. Obat-obatan ini kemudian disimpan dalam lemari kayu yang dibagi dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci dan menempel di dinding. Bagian pertama menyimpan morfin, petidin dan garamgaramnya. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari. Apotek Rini melayani resep asli yang mengandung narkotika atau salinan resep yang berasal dari Apotek Rini dengan mencantumkan nama dan alamat pasien yang jelas. Laporan narkotika dibuat setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan ditandatangani APA dan mencantumkan Nomor SIK dan stempel apotek. Laporan penggunaan petidin dan morfin tidak dipisahkan dengan laporan narkotikan lain, tetapi dijadikan satu. Laporan ditujukan kepada Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Timur dengan tembusan kepada Kepala BPOM DKI Jakarta. Contoh pelaporan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 9, 10 dan 11.

53 Pengelolaan Psikotropika Obat-obat psikotropika di Apotek Rini dipesan ke PBF sama halnya seperti memesan obat-obat lainnya, dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika rangkap 2. Obat-obat ini diserahkan kepada pasien berdasarkan resep dokter atau salinan resep. Contoh Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 12. Saat ini untuk pelaporan narkotik dan psokotropik selain menggunakan laporan manual (ditulis tangan) juga dengan menggunakan aplikasi SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Aplikasi ini dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Kementrian Kesehatan RI) yang dapat diakses secara online. Tampilan aplikasinya dapat dilihat pada Lampiran 13. SIPNAP terdiri dari software tingkat Unit Pelayanan (Apotek, Puskesmas dan Rumah sakit), Software Tingkat Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Pelaporan ke Provinsi dan Pusat yang dilakukan melalui sistem Pelaporan Online melalui Jaringan Internet. Software yang digunakan oleh apotek dalam pelaporan penggunaan narkotik dan psikotropik di apotek kepada Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan software tingkat unit pelayanan.

54 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek merupakan tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta alat kesehatan lainnya kepada masyarakat. Untuk dapat mengelola suatu bisnis apotek, seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) tidak cukup dengan hanya berbekal ilmu teknis kefarmasian saja, karena mengelola sebuah apotek sama halnya dengan mengelola sebuah perusahaan, sehingga melalui kegiatan ini peserta PKPA diharapkan dapat mengetahui implementasi dari ilmu yang didapat selama perkuliahan. Apotek Rini merupakan apotek keluarga yang didirikan oleh kakak beradik Ny. Murdiana Baskoro, H. Slamet Effendi (alm), dan Ny. Murdiati Purnomohadi (alm). Apotek Rini didirikan sejak tahun 1968 dan saat ini Apotek Rini memiliki tiga orang apoteker yaitu APA, apoteker pendamping, dan wakil pimpinan yang juga seorang apoteker. Apotek Rini terletak didaerah ramai lalu lintas serta padat penduduk, tepatnya di Jalan Balai Pustaka Timur No. 11 Rawamangun yang merupakan jalan dua arah yang dilalui oleh beberapa trayek kendaraan umum, antara lain dari pulogadung, kampung melayu, pangkalan jati dan rawa sari. Hal ini menjadikan pasien dari daerah-daerah tersebut mudah menjangkau Apotek Rini. Di sekitar Apotek Rini terdapat tiga rumah sakit, yaitu RS Persahabatan, RS Dharma Nugraha dan RS Rawamangun. Selain rumah sakit, juga terdapat beberapa praktek dokter. Apotek Rini bukanlah satu-satunya apotek di daerah tersebut, tidak jauh dari lokasi Apotek Rini berdiri Apotek Century, Apotek Family, Apotek K24, Apotek Kimia Farma dan Apotek Sahabat Sehat. Bila diperhatikan, walaupun banyak apotek pesaing di sekitar Apotek Rini, tetap saja Apotek Rini merupakan apotek yang paling ramai dikunjungi pasien. Hal ini terjadi karena Apotek Rini telah berdiri jauh lebih lama sebelum apotek-apotek pesaing tersebut muncul, sehingga pasien lebih mengenal, lebih percaya dan telah menjadi langganan Apotek Rini. Selain itu, Apotek Rini terkenal dengan kelengkapan obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan yang disediakan, serta harga yang relatif 41

55 42 lebih murah. Karena hal tersebut, tidak jarang pasien dari apotek lain atau rumah sakit memilih untuk menebus resepnya di Apotik Rini. Terutama pasien-pasien dengan penyakit diabetes atau hipertensi yang memerlukan obat selama hidupnya, dengan harga obat relatif lebih murah yang ditawarkan Apotik Rini, maka hal tersebut akan memberikan sedikit kelonggaran bagi keuangan pasien sehingga pasien tersebut akhirnya menjadi langganan di Apotek Rini. Apotek Rini mempunyai desain eksterior yang unik dan mudah dibedakan dengan apotek-apotek lain. Desain eksterior ini tetap dipertahankan sesuai dengan desain bangunan aslinya, sehingga pasien yang telah lama tidak mengunjungi Apotek Rini tetap dapat mengenali bangunan Apotek Rini bila mengunjunginya kembali. Apotek Rini juga dilengkapi dengan halaman parkir yang cukup luas, sehingga memudahkan bagi konsumen yang membawa kendaraan pribadi. Walaupun halaman parkir Apotek Rini terbuka, namun keamanan kendaraan pasien yang diparkir terjamin, karena Apotek Rini memperkerjakan beberapa orang satpam untuk menjaga dan juga terdapat petugas parkir yang mengatur parkir kendaraan. Untuk kendaraan roda dua (motor) akan di beri pelapis pada bagian jok oleh petugas parkir, sehingga melindungi jok motor dari sengatan panas matahari ataupun hujan. Ruangan yang ada di Apotek Rini terdiri dari ruang tunggu, ruang pelayanan, ruang peracikan, ruang administrasi dan keuangan, dan ruang pimpinan, gudang, dapur, toilet dan mushola. Desain interior Apotek Rini cukup baik, ruang tunggu terasa nyaman dengan adanya pendingin udara (air conditioner) dan juga dilengkapi televisi sebagai hiburan agar pasien tidak merasa jenuh saat menunggu resep selesai dipersiapkan. Selain itu, dibagian lain ruang tunggu terdapat beberapa mesin ATM yang memudahkan pasien untuk mengambil uang. Obat-obatan OTC (Over the Counter) dan perbekalan kesehatan di tata pada etalase/display di ruang tunggu, sehingga pasien dapat melihat dengan mudah ketersediaan obat-obatan atau perbekes lain yang diperlukannya. Display tersebut juga menjadi pembatas antara ruang tunggu dengan ruang pelayanan resep. Di ruang pelayanan resep, para pegawai apotek menerima resep, memberi nomor dan menghargai resep. Ruang pelayanan resep relatif terbuka, sehingga pasien dapat melihat kegiatan yang sedang berlangsung. Resep yang sudah

56 43 dibayar akan disiapkan di ruang peracikan yang tertutup dari pandangan pasien. Ruang administrasi, keuangan, ruang pimpinan gudang, dapur, toilet dan mushola tertutup dari pandangan pasien. Apotek Rini memberikan pelayanan kefarmasian setiap hari selama 24 jam, sehingga konsumen dapat membeli obat maupun alat kesehatan kapanpun dibutuhkan. Selain itu, Apotek Rini juga menyediakan layanan pengantaran obat bagi konsumen yang tidak punya cukup waktu untuk menebus obat ke apotek. Konsumen cukup mengirimkan fax resep ke Apotek Rini, kemudian karyawan Apotek akan mempersiapkan resep serta mengantarnya sesuai dengan alamat yang diminta. Lokasi pengantaran tersebut terbatas pada lingkup sekitar Apotek (Rawamangun dan sekitarnya) dan untuk lokasi yang lebih jauh, obat akan dikirimkan melalui jasa pengiriman barang. Saat ini Apotek Rini memperkerjakan 74 orang karyawan termasuk Pimpinan, Wakil Pimpinan, Apoteker Pengelola Apotek. Karyawan lain dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi (sekitar 30 orang), sore (sekitar 30 orang) dan malam (sekitar 20 orang). Suasana kekeluargaan yang kental diantara karyawan Apotek menjadikan sebagian besar karyawan telah bekerja di Apotek Rini selama puluhan tahun. Walaupun demikian, dalam pelaksanaan kegiatan keseharian di Apotek terdapat standar kualitas dan pelayanan yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan sehingga karyawan tidak dapat bekerja sekehendaknya. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Apotek Rini dilakukan setiap hari dengan didasarkan pada trend penjualan. Apotek Rini telah menggunakan sistem komputerisasi dalam mendokumentasikan barang yang masuk dan keluar. Dengan adanya sistem komputer bila terjadi transaksi maka sistem akan secara otomatis mengurangi stok obat sesuai dengan jumlah obat yang keluar, sehingga dapat langsung diketahui persediaan obat pada saat itu juga. Hal ini mempermudah melihat trend penjualan dan menentukan obat apakah yang akan dibeli/diadakan. Setiap hari pada pukul WIB, jumlah persediaan barang akan di cetak. Selain jumlah persediaan barang, sistem komputer juga akan menghitung jumlah minimum barang, sehingga bagian pengadaan akan dengan mudah mengetahui barang yang hampir mendekati stok minimumnya. Selain stok minimum, jenis barang (slow moving ataukah fast moving) juga dapat ditentukan

57 44 berdasarkan data tersebut. Pada akhir tahun, keseluruhan data barang (jumlah dan harga barang) yang masuk dan keluar akan di cetak. Hasil cetakan tersebut menjadi back up data bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada sistem komputer yang digunakan. Pemesanan barang dilakukan setiap hari mulai pukul sampai selesai. Apotek Rini bekerja sama dengan beberapa distributor untuk memenuhi kebutuhan barang di Apotek Rini. Pemilihan distributor didasarkan pada pertimbangan lokasi, kualitas barang yang dikirim, ketepatan waktu pengiriman, diskon dan kemudahan dalam pengembalian obat yang rusak dan kadaluarsa. Barang pesanan yang datang akan diterima oleh petugas bagian penerimaan barang. Sayangnya, tidak ada tempat khusus saat proses penerimaan barang terjadi. Proses tersebut berlangsung ditempat yang sama dengan dengan tempat pasien menunggu resepnya disiapkan, sehingga sedikit mengganggu kenyamanan pasien. Sebelum diterima, barang akan diperiksa keadaan fisik, tanggal kadaluarsa, jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan faktur. Faktur yang diterima terdiri dari faktur asli yang diberikan kepada distributor, sedangkan salinannya diberikan pada petugas gudang untuk selanjutnya akan diinput ke komputer. Pembayaran kepada pihak distributor dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Untuk sediaan narkotika sistem pembayaran dilakukan secara tunai, sedangkan untuk sediaan selain narkotika dilakukan secara kredit. Pembayaran kepada masing-masing distributor dilakukan berdasarkan tanggal yang telah disepakati. Sistem penyimpanan dan penataan barang di Apotek Rini secara umum sudah cukup baik. Hanya saja karena banyaknya resep yang masuk ke apotek kadang membuat karyawan kurang rapi dalam mengembalikan obat pada tempatnya, sehingga saat mencari obat yang sama akan sulit untuk menemukannya. Obat-obat disimpan di ruang peracikan dan disimpan pada tempat yang berbeda berdasarkan bentuk sediaannya seperti tablet, sirup, krim, salep, obat tetes, obat suntik, infus, dan alat kesehatan. Obat disusun secara alfabetis dengan sistem FIFO (First IN First Out). Sistem peyimpanan FEFO (First Expired First Out) tidak diterapkan karena sebagian besar obat-obat yang ada di Apotek Rini merupakan obat yang fast moving sehingga umumnya barang

58 45 telah habis sebelum waktu kadaluarsanya tiba. Meskipun penyimpanan tidak dilakukan dengan system FEFO, petugas tetap memonitoring kadaluarsa obat. Apotek Rini menyediakan lemari khusus untuk obat-obatan yang memerlukan perhatian lebih (obat dengan ukuran dan kemasan kecil sehingga mudah terselip dan atau tercecer) dan obat-obatan dengan harga mahal (sediaan padat). Obat-obat tersebut disimpan pada lemari kaca yang terletak di dekat meja pemberian etiket. Standar mahal yang ditetapkan yaitu minimal dengan harga lima belas ribu rupiah untuk satu butir obat. Obat-obatan yang disimpan dalam lemari tersebut mempunyai penanggung jawab tersendiri. Penanggung jawab tersebut merupakan karyawan yang ditunjuk untuk mengawasi kebenaran jumlah dan kondisi obat-obatan yang tersimpan dengan stok yang tertera dalam sistem komputer. Selain itu juga disediakan tempat penyimpanan untuk obat yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus, misalnya di lemari pendingin, yaitu untuk sediaan suppositoria, ovula, insulin, dan vaksin. Obat-obatan OTC tidak disusun secara alfabetis melainkan berdasarkan indikasi obat. Untuk obat-obat generik disimpan di ruang peracikan yang diletakkan di atas lemari penyimpanan obat paten. Sediaan narkotika di Apotek Rini disimpan dalam lemari kayu yang terdiri dari dua bagian, menempel pada tembok dan dikunci dengan dua kunci yang berlainan. Untuk golongan psikotropika, obat disimpan secara terpisah dengan obat lainnya meskipun tidak disimpan pada lemari khusus seperti obat narkotika. Untuk pelaporan penggunaan obat narkotika dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Laporan dibuat empat rangkap yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan DKI Jakarta Timur, Kepala Dinas DKI Jakarta, Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta, serta satu rangkap sebagai arsip Apotek Rini. Selain secara manual, penggunaan narkotik dan psikotropik juga dilaporkan secara online melalui aplikasi SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika Dan Psikotropik) yang dikembangkan oleh Dirjen Bina Pelayanan Farmasi dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Resep yang masuk setiap hari di Apotek Rini berjumlah ratusan, maka dengan adanya sistem komputerisasi yang diterapkan di Apotek Rini sangat membantu dalam pendataan resep dan jumlah obat yang masuk dan keluar.

59 46 Apotek Rini membagi jumlah resep yang masuk menjadi menjadi empat bagian, yaitu resep pagi, sore, malam dan bius. Resep disimpan di apotek selama tiga tahun untuk selanjutnya dimusnahkan. Namun karena banyaknya resep yang masuk dalam sehari maka resep yang disimpan di apotek hanya resep setahun terakhir, sedangkan resep dua tahun sebelumnya disimpan di gudang. Pelayanan resep di Apotek Rini dimulai dari masuknya resep dari pasien di bagian penerimaan resep. Resep tersebut diperiksa kelengkapan dan ketersediaan obat. Apabila obat tidak ada, pihak apotek akan menanyakan kepada pasien apakah mau menunggu atau tidak, kemudian pihak apotek berusaha untuk mencari obat tersebut ke apotek lain atau memesannya langsung ke distributor. Setelah itu pasien membayar resep dan mendapatkan struk pembayaran serta nomor resep. Pasien diminta untuk menunggu penyiapan resep, sementara itu resep dipersiapkan dan atau diracik. Untuk peracikan sediaan puyer, Apotek Rini tidak lagi menggunakan cara manual di mana puyer dimasukkan ke dalam kertas perkamen dan dibungkus. Apotek Rini sudah memiliki kemasan tersendiri untuk puyer dengan menggunakan suatu mesin, yaitu puyer dimasukkan dalam kantong kertas kemudian ditutup dengan menggunakan mesin sealing, sehingga pelaksanaan peracikannya tidak memakan waktu lama. Namun untuk puyer yang jumlah per bungkusnya sedikit, tetap digunakan cara manual dengan membungkusnya menggunakan kertas perkamen. Sebelum obat diberikan pada pasien, dilakukan pemeriksaaan akhir terlebih dahulu untuk mengetahui kesesuaian jenis dan jumlah obat dengan resep. Apotek tidak sekedar bisnis retail yang hanya menghasilkan keuntungan semata. Apotek sebagai tempat pengabdian profesi apoteker juga harus menjalankan fungsinya dalam memberikan informasi obat kepada pasien atau disebut Pelayanan Informasi Obat (PIO). Pelaksanaan PIO di Apotek Rini belum berjalan dengan baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak tersedianya ruangan khusus bagi pasien untuk melakukan konseling obat dan kondisi apotek yang selalu ramai setiap harinya.

60 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Kegiatan di Apotek Rini baik di bidang teknis kefarmasian maupun di bidang non teknis kefarmasian telah berjalan dengan baik. Apoteker berperan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pengelolaan apotek, baik teknis dan non-teknis kefarmasian. Kegiatan non teknis kefarmasian meliputi pengelolaan modal dan sarana, administrasi dan keuangan serta sumber daya manusia. Sedangkan pada kegiatan teknis kefarmasian, apoteker berperan dalam mengatur perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan lainnya. b. Dengan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Rini, calon apoteker yang sebelumnya hanya memperoleh pengetahuan mengenai peran apoteker di apotek melalui perkuliahan dapat mengetahui peranannya di apotek secara nyata. 5.2 Saran a. Perlunya peningkatan kedisiplinan karyawan untuk meletakkan kembali obatobat ke tempat semula dengan rapi. Hal ini bertujuan agar memudahkan karyawan dalam mencari obat. b. Perlu disediakan tempat tersendiri saat proses penerimaan barang dari distributor berlangsung, sehingga proses penerimaan barang tidak mengganggu kenyamanan pasien. c. Pelayanan informasi obat perlu ditingkatkan untuk meminimalkan terjadinya medication error dan meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien. 47

61 DAFTAR ACUAN Anonim. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28/MENKES/PER/I/1978Tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim.(1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta. Anonim(1993). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. (1997). Surat Edaran Direktorat Jenderal POM Nomor 336/E/SE/1997 Tentang Narkotika. Jakarta : Direktorat Jenderal POM. Anonim. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Anonim. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Anonim. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Anonim. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri No. 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Profile Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Jakarta 48

62 LAMPIRAN

63 49 Lampiran 1. Denah Ruangan Apotek Rini

64 50 Lampiran 2. Contoh Salinan Resep

65 51 Lampiran 3. Contoh Etiket

66 52 Lampiran 4. Contoh Kwitansi

67 53 Lampiran 5. Contoh Surat Pesanan

68 54 Lampiran 6. Contoh Faktur Barang

69 55 Lampiran 7. Contoh Tanda Terima Tukar Faktur

70 56 Lampiran 8. Contoh Surat Pesanan Narkotika

71 57 Lampiran 9. Contoh Surat Pengantar Laporan Penggunaan Narkotik ke Balai Besar POM

72 58 Lampiran 10. Conto toh Surat Pengantar Laporan Penggunaan Nark rkotik ke Suku Dinas as Kesehatan Unive ersitas Indonesia

73 59 Lampiran 11. Contoh Format dan Isi Laporan Narkotik

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL Bab keempat ini akan berisi data-data yang dibutuhkan dalam pengerjaan sistem serta pembahasan mengenai pemetaan proses bisnis. Pemetaan proses bisnis merupakan penjabaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat, perlindungan dan diarahkan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot No.906, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kefarmasian. Puskesmas. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

HEALTH & BEAUTY. Oleh Aftiyani. Guardian, The One You Trust

HEALTH & BEAUTY. Oleh Aftiyani. Guardian, The One You Trust HEALTH & BEAUTY Guardian, The One You Trust Guardian adalah salah satu unit bisnis bagian dari Hero Group yang bergerak pada apotek modern berupa toko kesehatan dan kecantikan. Guardian memulai bisnisnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kehidupan manusia. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. Mengingat b. 1. 2. 3. 4. bahwa persyaratan tentang pedagang besar farmasi seperti

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang tidak dapat ditunda. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan kesehatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana untuk memperoleh generasi yang baik perlu adanya peningkatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik bagi dirinya. Pengertian kesehatan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle) dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VETHREEANY SIMAMORA, S.Farm 1206330223 ANGKATAN

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup didunia memiliki hak untuk hidup sehat. Kesehatan merupakan suatu keadaan dimana tubuh dan jiwa yang tiap orang miliki mampu melakukan kegiatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integrasi dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, suatu daerah harus memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, Menimbang : a. bahwa penyediaan obat merupakan langkah awal pengelolaan di Puskesmas

Lebih terperinci