UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZILFIA MUTIA RANNY, S.Farm ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker ZILFIA MUTIA RANNY, S.Farm ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011 i

3 iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang diselenggarakan pada tanggal 13 Juni 02 Juli 2011 di Apotek Keselamatan Jalan Keselamatan No. 27 Jakarta Selatan. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker. Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan Program Pendidikan Profesi Apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Setelah mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja. Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Azizahwati, MS, Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek Keselamatan sekaligus pembimbing atas bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 2. Ibu Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA. 3. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA 4. Bapak Drs. Jahja Atmaja, Apt. selaku pembimbing dari Departemen Farmasi FMIPA 5. Seluruh pegawai Apotek Keselamatan (Ibu Nikmah, Mba Rosma, Mpo Sati dan Mas Dayat) yang telah banyak membantu penulis selama pelaksanaan praktek kerja di Apotek Keselamatan. 6. Seluruh staf Departemen Farmasi FMIPA. 7. Keluarga tercinta yang sangat penulis sayangi. Terima kasih atas semangat, iii

5 doa, dan dukungannya selama ini. 8. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan moril maupun materil kepada penulis dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Jakarta, Juni 2011 Penulis iv

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang Tujuan... i ii iii v vii viii ix BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Apoteker Pengelola Apotek Studi Kelayakan Apotek Tata Cara Pemberian Izin Apotek Pengelolaan Apotek Pelayanan Apotek Pelayanan Obat Wajib Apotek Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pengadaan Persediaan Apotek Pengendalian Persediaan Apotek Strategi Pemasaran Apotek... BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KESELAMATAN Sejarah Apotek Keselamatan Lokasi dan Tata Ruang Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Tugas dan Fungsi Tiap Jabatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pelayanan Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Kegiatan Administrasi dan Keuangan v

7 BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Penandaan obat bebas... Penandaan obat bebas terbatas... Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1-P6)... Penandaan obat keras... Penandaan obat narkotika vii

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Matriks VEN-ABC viii

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Denah bangunan Apotek Keselamatan Surat pesanan narkotika Surat pesanan psikotropika Format Laporan Penggunaan Narkotika Format Laporan Penggunaan Psikotropika Surat pesanan Desain eksterior Apotek Keselamatan Kartu stok barang Salinan resep Kuitansi Apotek Keselamatan Plastik pembungkus obat Etiket obat Tanda terima-tukar faktur ix

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat dewasa ini sangat besar terhadap keberadaan apotek sebagai tempat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan obat-obatan yang lengkap dan diinginkan, disertai dengan informasi yang memuaskan. Definisi apotek (menurut PerMenKes RI No. 922/Menkes/PER/X/1993) adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Perbekalan farmasi tersebut dapat berupa obat, obat asli Indonesia (obat tradisional), bahan obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Sebagai suatu bentuk usaha, apotek memiliki keunikan tersendiri dibandingkan usaha lain. Sebuah apotek tidak hanya berjalan berdasarkan nilai bisnisnya, tetapi juga mempunyai fungsi sosial, terutama berkaitan dengan perannya dalam menunjang upaya kesehatan dan sebagai penyalur perbekalan farmasi kepada masyarakat. Oleh karena fungsi tersebut, maka apotek sebagai tempat usaha memiliki aturan dan persyaratan yang lebih khusus dan lebih ketat dalam pengelolaannya dibandingkan bisnis yang lain, mulai dari tata cara perizinan sampai dengan pelaporannya. Dalam menjalankan kedua fungsi apotek tersebut, disinilah apoteker, sebagai penanggung jawab sebuah apotek, memiliki peranan yang besar. Apalagi di zaman globalisasi dimana masyarakat menjadi semakin kritis akan kesehatan mereka. Hal ini disebabkan karena meningkatnya taraf ekonomi dan pendidikan masyarakat. Saat ini mereka tidak hanya ingin datang ke apotek untuk menebus obat, tetapi juga ingin mendapat informasi yang lengkap tentang obat yang mereka terima. Terlebih lagi, saat ini semakin marak didengungkan slogan self medication (pengobatan sendiri/swamedikasi), dimana masyarakat harus tetap dibina dan diberikan penyuluhan tentang penggunaan obat yang benar, untuk mencapai kerasionalan penggunaan obat. Oleh sebab itu seorang apoteker harus terus memperluas ilmunya terutama tentang obat dimana terus menerus 1

12 2 berkembang dengan pesat, sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam pelayanan informasi obat. Seorang calon apoteker tidak cukup hanya belajar teori, tetapi perlu mengetahui dan memahami secara langsung tentang pelayanan dan pengelolaan di apotek yang sesungguhnya melalui Praktek Kerja profesi Apoteker (PKPA). Perguruan Tinggi sebagai tempat penempaan ilmu pertama bagi seorang calon apoteker, memiliki peranan yang sangat besar dalam mambentuk apotekerapoteker yang siap terjun ke masyarakat. Akan tetapi sebuah perguruan tinggi tetap tidak dapat memberikan gambaran nyata tentang tugas apoteker di lapangan nantinya. Kerjasama perguruan tunggi dengan institusi atau lembaga diluar pendidikan penting untuk menciptakan calon apoteker yang handal dan berpengalaman di bidangnya. Salah satu bentuk kerjasama tersebut adalah dengan menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di apotek. Pentingnya peranan apoteker dalam penyelenggaraan apotek maka calon apoteker perlu dibekali dengan pengetahuan, pemahaman, dan penerapan ilmu yang selama ini didapatkan di perkuliahannya untuk menjalankan peran profesinya di apotek. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam bekerja sama dengan Apotek Keselamatan menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan dari tanggal 13 Juni sampai tanggal 02 Juli Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Keselamatan bertujuan agar calon apoteker: a. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di apotek. b. Mempelajari cara pengelolaan apotek dalam kegiatan administrasi, manajemen pengadaan, penyimpanan, penjualan, dan pelayanan kesehatan di apotek.

13 BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Pengertian Apotek Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat; pengelolaan obat; pelayanan obat atas resep dokter; pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Pelayanan apotek harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu dalam menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MenKes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/ 1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. d. Undang Undang No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika. e. Undang - Undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika. 3

14 4 f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. g. Undang Undang Kesehatan RI No.39 tahun 2009 tentang kesehatan. h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian. i. Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP NO.26 tahun 1965 tentang apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut : a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. d. Sarana pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya. 2.4 Apoteker Pengelola Apotek Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian. Apoteker harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: a. Memiliki keahlian dan kewenangan. b. Menerapkan Standar Profesi. c. Didasarkan atas Standar Kefarmasian dan Standar Prosedur Operasional. d. Memiliki sertifikat kompetensi yg berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang melalui uji kompetensi.. e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker.

15 5 f. Wajib memiliki surat izin berupa Surat Izin Praktek Apoteker bagi Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping di Apotik. Surat tanda registrasi apoteker (STRA) merupakan bukti tertulis yg diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yg telah diregistrasi. Surat Tanda Registrasi Apoteker diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker yang memiliki : a. Ijazah apoteker b. Sertifikat kompetensi c. Surat sumpah jabatan apoteker d. Surat kesehatan fisik dan mental e. Surat pernyataan akan melaksanakan etika profesi Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) merupakan surat izin yg diberikan kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota / Kabupaten, untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek atau IFRS. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) diberikan kepada apoteker yang memiliki : a. Surat tanda registrasi apoteker (STRA) b. Tempat kerja ( Fasilitas produksi, fasilitas distribusi, fasilitas pelayanan). c. Rekomendasi organisasi profesi setempat. Surat Izin Praktek Apoteker / Surat Izin Kerja batal demi hukum bila tempat kerja tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. 2.5 Studi Kelayakan Apotek Studi kelayakan (feasibility study-fs) adalah suatu metode penjajagan gagasan (idea) suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk dilaksanakan. Studi kelayakan pendirian suatu apotek berfungsi sebagai pedoman atau landasan pelaksanaan pekerjaan karena dibuat berdasarkan data-data dari berbagai sumber yang dianalisis dari banyak aspek. Tingkat keberhasilan dalam studi kelayakan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: a. Kemampuan sumber daya internal (kecakapan manajemen, kualitas pelayanan, produk yang dijual, kualitas karyawan). b. Lingkungan eksternal yang tidak dapat dipastikan (pertumbuhan pasar, pesaing, pemasok, perubahan peraturan).

16 Manfaat Studi Kelayakan Studi kelayakan dibutuhkan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan antara lain yaitu: a. Pengusaha: dengan adanya studi kelayakan pengusaha dapat mengetahui apakah gagasan usahanya layak dilaksanakan atau tidak, karena dengan adanya FS pengusaha dapat mengambil peluang atau dapat menghindari resiko kerugian. b. Kreditor: dengan adanya studi kelayakan kreditor dapat mengkaji apakah proyek tersebut pantas diberikan kredit atau tidak. Meskipun ada faktor-faktor lain yang dijadikan pertimbangan seperti besarnya nilai jaminan, bonfiditas pengusahanya, tingkat hubungan kedua belah pihak, jaminan dan sebagainya. c. Investor : dengan adanya studi kelayakan calon investor dapat menganalisis apakah menanamkan modal pada proyek tersebut dapat memberikan keuntungan atau tidak Proses Pembuatan Studi Kelayakan Tahapan dalam membuat sebuah studi kelayakan pendirian apotek, dapat terdiri dari lima tahapan yaitu tahap penemuan gagasan (idea), penelitian lapangan, evaluasi data, pembuatan rencana, dan pelaksanaan rencana kerja Penemuan Suatu Gagasan Gagasan adalah sebuah pemikiran terhadap sesuatu yang ingin sekali untuk dilaksanakan. Gagasan ini biasanya muncul dari sebuah pemikiran seseorang dalam suatu organisasi yang mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu. Gagasan yang baik untuk didiskusikan dan dianalisis, sebelum dilaksanakan adalah gagasan yang memenuhi beberapa kriteri diantaranya yaitu bahwa ide harus: sesuai dengan visi (angan-angan) organisasi, dapat menguntungkan organisasi, sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki organisasi., tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku, dan aman untuk jangka panjang Penelitian lapangan Setelah gagasan didiskusikan dan dianalisis dapat memberikan gambaran perspektif yang baik bagi apotek dimasa yang akan datang, maka gagasan tersebut

17 7 disetujui untuk ditindak lanjuti dengan penelitian di lapangan. Dalam melakukan penelitian di lapangan, data-data yang dibutuhkan yaitu: a. Ilmiah, yaitu melalui analisis data-data bisnis mengenai kondisi lingkungan external yang ada di sekitar lokasi yang ditetapkan seperti: nilai strategis sebuah lokasi, data kelas konsumen, peraturan yang berlaku di daerah tersebut, tingkat persaingan yang ada saat ini. b. Non ilmiah, yaitu melalui intuisi (intuition) atau feeling yang diperoleh setelah melihat lokasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya, karena setiap individu memiliki business feeling yang berbeda-beda ketajamannya Evaluasi data Dalam melakukan evaluasi terhadap data hasil penelitian dilapangan, dapat dilakukan dengan cara yaitu: a. Memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh Terdiri dari Data lingkungan di sekitar lokasi (external faktor) apakah hasil analisis terhadap data eksternal yang ada saat ini perspektif yang baik atau tidak bagi perusahaan dimasa mendatang, seperti: yipe konsumen yang akan dilayani (pemukiman, perkantoran), tingkat keuntungan yang akan diperoleh, kondisi keamanan, peraturan tentang pengembangan tata kota (pelebaran jalan) ditempat lokasi yang ditetapkan, kondisi keamanan di sekitar lokasi yang ditetapkan. Selain itu juga terdiri dari data kemampuan sumber daya yang dimiliki (internal faktor) apakah sumber daya yang ada saat ini mempunyai kemampuan untuk merealisasi gagasan pada lokasi yang ditetapkan, seperti: kemampuan keuangan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan produk, kemampuan pengelolaan (manajemen) b. Membuat usulan proyek (project proposal) Meliputi yaitu yang pertama pendahuluan dengan latar belakang bahwa dengan menambah jumlah apotek pada suatu wilayah tertentu, maka akan terbentuk suatu jaringan apotek yang dapat melayani konsumen lebih dekat dan lebih banyak dan tujuan untuk memperoleh peningkatan penjualan dan laba, memperoleh posisi tawar yang lebih baik terhadap supplier (pemasok). Kedua yaitu analisis teknis berupa peta lokasi dan lingkungan di sekitarnya yang memberikan gambaran mengenai pemetaan lokasi-lokasi yang menjadi target pendirian apotek baru. Situasi lingkungan yang ada di sekitar lokasi yang

18 8 menjadi target seperti situasi fasilitas transportasi, jenis konsumen, jumlah praktek dokter, apotek pesaing. Kemudia desain interior dan eksterior yang memeberikan gambaran mengenai warna dan bentuk gedung serta billboard, harus dapat memberikan identitas tersendiri yang dapat membedakannya dengan apotek pesaing. Warna dan bentuk gedung serta billboard, harus dapat menarik perhatian (eye catching) konsumen. Kemudian dari segi jenis produk yang dijual oleh apotek, apakah dominan ethical product atau OTC product, dan perlu diperhatikan jumlah kelengkapan produk yang tersedia. Ketiga yaitu analisis pasar, dengan memperhatikan jenis pasar dan strategi persaingan yaitu gambaran mengenai pasar monopoli, pasar oligopoly atau pasar persaingan bebas. Potensi pasar ditinjau dari jenis konsumen yang merniliki daya beli tinggi terhadap apotek dan daya tarik laba. Target pasar (konsumen sasaran) yaitu jenis konsumen yang menjadi sasaran. dan jenis konsumen yang bukan menjadi sasaran. Keempat yaitu analisis manajemen yang menjelaskan struktur organisasi yang memeberikan gambaran mengenai apotek yang berdiri sendiri atau menjadi bagian dari apotek yang sudah ada serta jumlah kebutuhan tenaga kerja yang memberikan gambaran mengenai jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk omzet tertentu, jenis karyawan yang dibutuhkan. Program kerja juga harus memberikan gambaran mengenai langkah-langkah penting yang menjadi prioritas untuk dikerjakan dalam memperoleh sasaran yang ditetapkan dan kapan program tersebut dilaksanakan. Kelima yaitu analisis keuangan yang memberikan gambaran jumlah biaya investasi dan modal kerja mengenai berapa jumlah biaya investasi yang dibutuhkan, berapa lama waktu pengembalian (payback period), berapa besar tingkat pengembalian internal yang aman (internal rate of return) per tahunnya.analisis keuangan lainnya mengenai sumber pendanaan apotek yaitu berupa sumber biaya investasi, tingkat efisiensi dibandingkan dengan sumber lain, jenis pinjaman jangka pendek atau jangka panjang Rencana pelaksanaan Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu (time schedule) untuk memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas: a. Menyediakan dana biaya investasi dan modal kerja

19 9 b. Mengurus izin c. Membangun, merehabilitasi gedung d. Merekrut karyawan e. Menyiapkan barang dagangan, sarana pendukung f. Memulai operasional Pelaksanaan Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan, dibuatkan suatu format yang berisi mengenai : a. Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan b. Mencatat setiap penyimpangan yang terjadi c. Membuat evaluasi dan solusi penyesesaiannya 2.6 Tata Cara Pemberian Izin Apotek (Departemen Kesehatan RI, 2002) Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang kemudian wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1. b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam (nomor 2) dan (nomor 3) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan

20 10 Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagimana di maksud ayat (3), atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan formulir APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud (nomor 3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terdapat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan formulir APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam (nomor f), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana. i. Pemilik sarana yang dimaksud (nomor h) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan. j. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT Pengelolaan Apotek (Departemen Kesehatan RI, 1993) Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Adapun pengelolaan apotek dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis kefarmasian dan pengelolaan non teknis kefarmasian. Pengelolaan non-teknis kefarmasian tersebut meliputi

21 11 kegiatan administrasi, keuangan, pajak, personalia, kegiatan bidang material dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/MenKes/Per/X/1993, pengelolaan apotek meliputi: a. Peracikan, pengolahan, pengubahan bentuk, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, meliputi: pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat, Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya atau mutu suatu obat dan perbekalan farmasi lainnya, serta pelayanan informasi tersebut di atas wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat. 2.8 Pelayanan Apotek (Departemen Kesehatan RI, 1993) Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 yaitu: a. Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. b. Apoteker wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. c. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik. d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.

22 12 e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. f. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. g. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu tiga tahun. i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. j. Apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. k. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, Apoteker pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pengganti. l. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti didalam pengelolaan Apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan Apoteker Pengelola Apotek. m. Dalam pelaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker (AA). Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan Apoteker.

23 Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA) Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan 919/MENKES/PER/X/1993, obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria berikut (Departemen Kesehatan RI, 1993) : a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MenKes/SK/VII/1990, dalam melayani pasien yang memerlukan OWA apoteker di apotek diwajibkan untuk (Departemen Kesehatan RI, 1990) : a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Obat-obat yang termasuk ke dalam daftar OWA antara lain: a. Oral kontrasepsi baik tunggal maupun kombinasi untuk satu siklus. b. Obat saluran cerna yang terdiri dari Antasid + Antispasmodik + Sedatif, Antispasmodik (papaverin, hioscin, atropin), Analgetik + Antispasmodik. Pemberian maksimal 20 tablet. c. Obat mulut dan tenggorokan, pemberian maksimal 1 botol. d. Obat saluran nafas yang terdiri dari obat asma tablet atau mukolitik, pemberian maksimal 20 tablet.

24 14 e. Obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular yang terdiri dari: Analgetik (Antalgin, Asam Mefenamat, Glavenin, Antalgin+ Diazepam/derivatnya) dan Antihistamin. Pemberian maksimal 20 tablet. f. Antiparasit yang terdiri dari obat cacing, pemberian maksimal 6 tablet. g. Obat kulit topikal yang terdiri dari: Semua salep/krim antibiotik, semua salep/krim kortikosteroid, semua salep/krim antifungi, antiseptik lokal, enzim antiradang topikal, dan pemutih kulit. Pemberian maksimal 1 tube. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993, Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang tepat, aman dan rasional atas permintaan pasien (Departemen Kesehatan RI, 1993). Perilaku penggunaan obat oleh pasien dapat dipengaruhi antara lain oleh tingkat pengetahuan pasien dan efektifitas informasi yang diterima pasien mengenai obat yang digunakannya. Pemberian informasi obat kepada pasien bertujuan antara lain agar pasien mengerti tentang penggunaan obat yang diterimanya, misalnya cara minum obat yang benar. Materi informasi yang diberikan antara lain mengenai nama obat, indikasi, dosis, cara penggunaan, kemungkinan interaksi dengan obat lain atau makanan, anjuran-anjuran khusus pada pemakaian obat, efek samping dan penanggulangannya, kontra indikasi dari obat yang diberikan, tindakan yang dilakukan jika lupa minum obat, cara penyimpanan dan cara mengulangi atau memperoleh kembali. Untuk memberikan informasi tersebut perlu penguasaan teknik komunikasi yang berkaitan dengan pemahaman mengenai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya penerima informasi disamping mengetahui dan memahami tentang obat dan pengobatan. Informasi yang diberikan tidak harus ilmiah yang terpenting yaitu penerima mudah mengerti, memahami dan mencerna informasi yang dibutuhkan. Informasi disampaikan secara singkat, jelas, terbuka dan menghindari sikap menggurui, memaksa dan menyalahkan. Komunikasi harus dilakukan sedemikian rupa agar terjadi komunikasi yang interaktif. Swamedikasi merupakan suatu kegiatan pengobatan sendiri yang dilakukan oleh seorang individu untuk mengatasi sakit atau keluhan yang dirasakan tanpa bantuan ahli medis (Tan dan Raharja, 1993). Swamedikasi dalam

25 15 terminologi lain merupakan kegiatan mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasihat dokter. Swamedikasi seringkali dilakukan oleh masyarakat terutama masyarakat dengan klasifikasi kelas menengah ke bawah, masyarakat dengan kesibukan yang padat dan masyarakat dengan gejala kesakitan yang ringan dan biasanya dapat sembuh sendiri atau segera sembuh dengan obat-obat bebas. Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error). Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan berperan sebagai pemberi informasi (drug informer) khususnya untuk obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi. Obat-obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri. Swamedikasi dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya. Dalam hal ini Apoteker dituntut untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyalahgunaan obat (drug abuse) dan penggunasalahan obat (drug misuse). Masyarakat cenderung hanya mengetahui merek dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Gejala berbahaya yang tidak boleh diobati sendiri diantaranya adalah batuk dan serak yang bertahan lebih lama dari 1-2 minggu, batuk darah, rasa nyeri atau sulit menelan yang tidak segera sembuh, borok yang tidak segera sembuh, buang air besar/kecil dengan darah, keluarnya lendir/darah yang luar biasa dari vagina, demam di atas 40ºC yang bertahan lama lebih dari 2-3 hari yang disertai gejala-gejala lain, seperti nyeri tenggorokan dan diare atau muntah yang hebat (Tan dan Raharja, 1993).

26 16 Hal-hal yang menguntungkan yang dijadikan dasar seseorang berswamedikasi adalah menghemat biaya dan segera dapat melakukan aktivitas kembali. Sedangkan kerugian seseorang berswamedikasi, yaitu terjadi salah pengobatan (medication error), timbulnya efek samping yang merugikan, terjadi penutupan (masking) gejala-gejala yang perlu diketahui dokter untuk menentukan diagnosa, dan penyakit bertambah parah. Tahapan swamedikasi yang baik meliputi proses sebagai berikut : a. Memperoleh informasi dan menafsirkan gejala b. Menentukan tindakan c. Memilih obat d. Memberikan obat beserta informasi obat 2.10 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker (Depkes RI, 2002) Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002, yaitu : a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

27 Pencabutan Surat Izin Apotek (Departemen Kesehatan RI, 2002) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan sebagai apoteker. b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri. Apoteker mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang obat keras No. St 1973 N0.541, UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, UU No. 22 tahun 1997 tentang narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. f. Pemilik Sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13.

28 18 Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sabagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a) Sediaan Farmasi (Departemen Kesehatan RI, 1993) Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi: a. Obat Bebas Obat golongan ini adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna hijau disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, atau aturan pemakaiannya, nomor bets, nomor registrasi, nama pabrik, dan alamat serta cara penyimpanannya. Gambar 2.1. Penandaan obat bebas

29 19 b. Obat Bebas Terbatas Obat golongan ini adalah obat keras yang diberi batas pada setiap takaran dan kemasan yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna biru yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas Di samping itu ada tanda peringatan P.No.1 sampai dengan P.No.6, dan penandaan pada etiket atau brosur terdapat nama obat yang bersangkutan, daftar bahan khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan (indikasi), dan cara pemakaian, peringatan, serta kontraindikasi. Tanda peringatan pada kemasan dibuat dengan dasar hitam, tulisan putih. Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1-P6) c. Obat Keras Obat golongan ini adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi dan lain-lain pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K didalamnya Psikotropika termasuk dalam golongan obat keras. Gambar 2.4. Penandaan obat keras

30 20 d. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika Berdasarkan Undang Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pasal 1, narkotik adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini. Narkotika dibagi dalam tiga golongan, yaitu: a. Narkotika golongan I Yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Contohnya adalah tananan Papaver somniferum (kecuali bijinya), kokain, ganja, heroin, dan tiofentanil. b. Narkotika golongan II Yaitu narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah metadon, petidin, dan morfin. c. Narkotika golongan III Yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah kodein dan etil morfin.

31 Pengelolaan Narkotika Menurut Undang-undang No.22 tahun 1997 pengaturan narkotika bertujuan untuk: a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan; b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika; dan c. Memberantas peredaran gelap narkotika. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan dan pemusnahan Pemesanan narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, yaitu PT. Kimia Farma, dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan (SP) khusus narkotika yang terdiri dari 4 rangkap yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK, dan SIA. Satu Surat Pesanan (SP) hanya untuk memesan satu jenis narkotika Penyimpanan narkotika (Departemen Kesehatan RI, 1978) Apotek harus mempunyai tempat khusus yang dikunci dengan baik untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

32 22 f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan resep yang mengandung narkotika Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa: a. Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan IPTEK. b. Narkotika hanya dapat diserahkan pada pasien berdasarkan resep dokter. Menurut UU No. 9 tahun 1976 tentang narkotika disebutkan bahwa: a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan/atau ilmu pengetahuan. b. Narkotika hanya dapat dipergunakan untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. c. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika. Menurut Petunjuk Teknis Peraturan Apotek Tahun 2004 mengenai Prosedur Tetap Pelayanan Resep Narkotika, yaitu: a. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi. b. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. c. Mengkaji pertimbangan klinis, yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, keseuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). d. Narkotika hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep narkotika dalam tulisan iter tidak bolah dilayani sama sekali.

33 23 e. Salinan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau yang belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. f. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan Pelaporan narkotika Undang-undang No. 22 tahun 1997 pasal 11 ayat (2) menyatakan bahwa importer, eksportir, pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan yang ditandatangani oleh APA. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan khusus menggunakan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan dikirim ke kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip Pemusnahan narkotika (Departemen Kesehatan RI, 1978) APA dapat melakukan pemusnahan narkotika yang rusak, kadaluarsa,atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat: a. Hari, tanggal, bulan,dan tahun pemusnahan b. Nama APA c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari perusahaan atau badan tersebut d. Nama dan jumlah Narkotika yang dimusnahkan e. Cara pemusnahan f. Tandatangan penanggung jawab apotek Pemusnahan narkotik harus disaksikan oleh: a. Petugas Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan untuk Importir, pabrik farmasi dan unit pergudangan pusat

34 24 b. Petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk pedagang besar farmasi penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan propinsi c. Petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit, puskesmas dan dokter Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada kepala kantor Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang Undang No 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada sasaran saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu: a. Psikotropika golongan I Yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: lisergida dan meskalina. b. Psikotropika golongan II Yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin dan metamfetamin. c. Psikotropika golongan III Yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentobarbital dan pentazosina. d. Psikotropika golongan IV Yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: barbital, alprazolam dan diazepam.

35 Pemesanan psikotropika Surat Pesanan (SP) psikotropika harus ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Satu surat pesanan ini dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika dan dibuat tiga rangkap Penyimpanan psikotropika Obat golongan psikotropika penyimpanannya belum diatur oleh perundang-undangan, namun karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan agar obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus Pelaporan psikotropika Menurut Undang Undang No.5 tahun 1997, apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan wajib melaporkan kepada Menteri secara berkala. Pelaporan psikotropika ditandatangani oleh APA ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat, Balai/Balai Besar POM serta sebagai arsip apotek Pemusnahan psikotropika Berdasarkan Undang Undang No. 5 tahun 1997, setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara. Pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal kadaluwarsa dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika sebagaimana dimaksud pada butir adan b dilakukan oleh apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan oleh pejabat departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam waktu 7 (tujuh) hari Penyerahan psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter.

36 Pengadaan Persediaan Apotek (Quick, 1997; Seto, Yunita&Lily, 2004) Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan, yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fungsi pengadaan tersebut harus memenuhi syarat, yakni: a. Doematig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana. Pengadaan haruslah sesuai kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya. b. Rechtmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan. c. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaannya haruslah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku Model pengadaan secara umum berdasarkan waktu adalah: a. Annual purchasing, yaitu pemesanan satu kali dalam satu tahun b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan secara periodik dalam waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya. c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat persediaan rendah d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual purchasing. Pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya, seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya obat impor dari suatu negara dimana devaluasi mata uang menjadi masalah utama, atau obat berharga murah yang jarang digunakan cukup dipesan sekali dalam setahun saja. Obat-obatan yang relatif slow moving tetapi digunakan secara reguler dapat dipesan secara periodik setiap tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati dan obat-obatan yang harganya sangat mahal maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing.

37 27 Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan frekuensi dan waktu pemesanan maka pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara: a. Pembelian kontan Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung membayar harga obat yang dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh apotek yang baru dibuka karena untuk melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya dalam menjual. b. Pembelian kredit Pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya dilakukan pada waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan, misalnya 30 hari setelah obat diterima apotek. c. Pembelian konsinyasi Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat dikembalikan pada pemiliknya Pengendalian Persediaan Apotek Pengendalian persediaan dalam hal ini berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan persediaan obat di apotek untuk menjamin kelancaran pelayanan pasien di apotek secara efektif dan efisien. Unsur dari pengendalian persediaan ini mencakup penentuan cara pemesanan atau pengadaannya, menentukan jenis persediaan yang menjadi prioritas pengadaan, hingga jumlah persediaan yang optimum dan yang harus ada di apotek untuk menghindari kekosongan persediaan. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengendalian persediaan obat di apotek berfungsi untuk memastikan pasien memperoleh obat yang dibutuhkan, mencegah risiko kualitas barang yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan, dan mendapatkan keuntungan dari pembelian dengan memilih distributor obat yang tepat, pengiriman cepat dan kualitas obat yang baik.

38 28 Salah satu cara untuk menentukan dan mengendalikan jenis persediaan yang seharusnya dipesan adalah dengan melihat pergerakan keluar masuknya obat dan mengidentifikasi jenis persediaan yang menjadi prioritas pemesanan. Metode pengendalian persediaan dengan menyusun prioritas tersebut dapat dibuat dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut (Quick, 1997): Analisis VEN (Vital, Esensial, Non esensial) Pengendalian obat dengan memperhatikan kepentingan dan vitalitas obat yang harus selalu tersedia untuk melayani permintaan untuk pengobatan. a. V (Vital) Obat untuk penyelamatan hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan kematian. Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan. b. E (Esensial) Obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak, yang resepnya sering datang ke apotek. Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast-moving. c. N (Non esensial) Obat pelengkap yang sifatnya tidak esensial, digunakan untuk membantu penyembuhan penyakit Analisis Pareto (ABC) Analisis Pareto disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah (volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit) sehingga untuk mengendalikan persediaan barang difokuskan pada item persediaan yang bernilai tinggi daripada yang bernilai rendah. Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC: a. Kelas A Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-20% dari seluruh item. Memiliki dampak biaya yang tinggi. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif.

39 29 b. Kelas B Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini mewakili sekitar % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 30 % dari seluruh item. c. Kelas C Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar 5-10% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 50% dari seluruh item. Pengendalian khusus dilakukan secara sederhana. Analisis pareto dilakukan dengan menghitung nilai investasi dari tiap sediaan obat dengan cara : a. Menghitung total investasi tiap jenis obat. b. Kelompokan berdasarkan nilai investasi dan diurutkan mulai dari nilai investasi terbesar hingga terkecil. c. Syarat pengelompokan adalah sebagai berikut: Kelompok A dengan nilai investasi 70-80% dari total investasi obat keseluruhan, kelompok B dengan nilai investasi 15-20% dari total investasi obat keseluruhan, kelompok C dengan nilai investasi 5-10% dari total investasi obat keseluruhan Analisis VEN-ABC Mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya selama periode waktu tertentu. Analisis VEN-ABC menggabungkan analisis Pareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis menjadi lebih tajam. Matrik dapat dibuat sebagai berikut: Tabel 2.1 Matrix Ven - ABC V E N A VA EA NA B VB EB NB C VC EC NC Matriks diatas dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C. Tetapi kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat non esensial dalam kelompok A

40 30 tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan Strategi Pemasaran Apotek Strategi pemasaran yang umumnya dilakukan oleh apotek adalah analisis AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) Attention Strategi ini merupakan upaya apotek untuk dapat menarik perhatian pengunjung/konsumen, yang dapat dilakukan dengan: a. Membuat desain eksterior apotek semenarik mungkin, seperti membuat papan nama yang besar dan memasang neon box agar mudah terlihat oleh orang yang lewat. b. Mendesain bangunan agar terlihat menarik dan juga memperhatikan kondisi ekonomi di lingkungan tempat pendirian apotek. Misalnya, jika apotek berada di lingkungan daerah menengah ke atas, maka desainnya dapat dibuat lebih mewah agar tampak meyakinkan pengunjung di lingkungan tersebut bahwa obat yang dijual lengkap dan berkualitas. Namun sebaliknya, apabila apotek didirikan di lingkungan menengah ke bawah, maka desain yang dipilih tidak perlu mewah agar tidak membuat pengunjung merasa enggan atau ragu untuk datang karena memiliki sugesti obat yang dijual di apotek tersebut mahal. c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interior apotek dapat terlihat dari luar Interest Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keingintahuan pengunjung untuk masuk ke dalam apotek, yang dapat dilakukan dengan cara menyusun obat fast moving yang dipajang di ruang tunggu agar eye catching sehingga dapat langsung terlihat oleh pengunjung saat memasuki apotek serta obat disusun yang menarik dengan memperhatikan warna kemasan dan disusun berdasarkan efek farmakologis Desire Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat. Upaya yang dapat dilakukan

41 31 agar timbul keinginan tersebut adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, dan memberikan harga yang bersaing Action Setelah melalui beberapa tahap diatas akhirnya pengunjung apotek tersebut memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek. Pada tahap ini pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek. Pelayanan yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkan kecepatan pelayanan dan pemberian informasi yang diperlukan.

42 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KESELAMATAN 3.1 Sejarah Apotek Keselamatan Apotek Keselamatan didirikan pada bulan April tahun Apotek ini dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek, Ibu Dra. Azizahwati, Apt., MS dengan SIK NO. 2621/B dan SIA No. 87.SIA.0/04./YANKES/04. Di awal pendiriannya, apotek ini masih melakukan penyesuaian, namun memasuki bulan Juni 2004 Apotek Keselamatan sudah mulai berfungsi dalam melayani masyarakat. 3.2 Lokasi dan Tata Ruang Lokasi Apotek Keselamatan berlokasi di Jalan Keselamatan No. 27 Jakarta Selatan. Apotek ini berada di komplek perumahan padat penduduk, yang berjarak kurang lebih 200 meter dari jalan raya. Walaupun Apotek Keselamatan tidak berada di tepi jalan raya namun jalan depan Apotek Keselamatan cukup ramai dan digunakan sebagai jalan alternatif bagi kendaraan-kendaraan yang melalui jalan utama, seperti Jalan KH. Abdullah Syafi i dan Jalan Dr. Saharjo. Di samping itu, bangunan dari Apotek Keselamatan terletak tepat di pertigaan jalan sehingga dapat dijangkau dari tiga arah dan dapat dijangkau dengan kendaraan. Bangunan Apotek Keselamatan berstatus milik sendiri. Di dalam lingkungan apotek terdapat tempat praktek dokter umum, yang turut menunjang peningkatan jumlah resep yang diterima oleh Apotek Keselamatan Tata Ruang Bangunan Apotek Keselamatan terdiri dari halaman parkir, ruang tunggu, meja kasir dan tempat penerimaan resep, ruang peracikan, meja kerja apoteker, ruang praktek dokter, ruang istirahat karyawan dan tempat pencucian atau wastafel. Denah Apotek Keselamatan dapat dilihat pada Lampiran 1. 32

43 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan fungsi-fungsi yang terdapat dalam suatu organisasi. Seorang APA harus dapat memprediksi dan membentuk struktur organisasi apotek, disertai dengan uraian fungsi dan tugas/ wewenang dan tanggung jawabnya agar dapat mengetahui kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan tipe orang yang bagaimana yang dapat melaksanakan fungsi kegiatan tersebut sehingga apotek dapat beroperasional sesuai rencana. Organisasi Apotek Keselamatan dikelola oleh seorang Apoteker Pengegola Apotek (APA) yang juga merupakan Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang membawahi satu orang asisten apoteker, satu orang juru resep, satu orang tenaga administrasi dan kasir, dan satu orang tenaga pembantu. 3.4 Tugas dan Fungsi Tiap Jabatan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Seorang APA bertanggung jawab terhadap kegiatan apotek, memiiki Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek (SIA). Apoteker bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek. Apoteker Pengelola Apotek memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku. b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-masing karyawan. c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan atau pengembangan pelayanan dan kemajuan apotek.

44 34 d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkankan obat. e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, dan bijaksana serta terkini. f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. h. Membuat salinan resep (copy resep) dan kuintasi bila dibutuhkan. i. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian Asisten Apoteker (AA) Asisten Apoteker memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: a. Mendata kebutuhan barang b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan. c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkankan obat. d. Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep. e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. f. Mencatat keluar masuk barang. g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa.

45 35 h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya. i. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga dengan pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuintasi, nota dan tanda setoran yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk Juru Resep Juru resep adalah tenaga yang membantu Asisten Apoteker dalam meracik obat di apotek. Tugas dan kewajiban juru resep adalah: a. Membantu tugas Apoteker dan Asisten Apoteker dalam penyediaan atau pembuatan obat jadi maupun obat racikan. b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil sediaan yang sudah jadi kepada Asisten Apoteker. c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan Asisten Apoteker. d. Menjaga kebersihan apotek Karyawan Pembantu Karyawan pembantu mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Bertanggung jawab atas kebersihan apotek. b. Membantu juru resep dalam hal pekerjaannya. 3.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan perbekalan farmasi dimulai dari pengadaan, penyimpanan dan dispensing perbekalan farmasi Perencanaan Perbekalan Farmasi Perencanaan dilakukan berdasarkan data penjualan bulan lalu dan buku defecta. Setiap obat yang mendekati stok minimal akan dicatat kedalam buku defecta dan dilaporkan ke Apoteker untuk merencanakan sediaan farmasi yang akan dibeli. Berdasarkan daftar obat yang tercantum di buku defecta, dilakukan pengklasifikasian obat sesuai skala prioritasnya sehingga pengadaan yang dilakukan sesuai dengan dana yang tersedia. Obat-obat yang fast moving yang menyerap dana kecil merupakan prioritas utama dalam pengadaan, sedangkan

46 36 untuk obat-obat pelengkap (misalnya: vitamin) yang menyerap dana besar merupakan prioritas terakhir dalam pengadaan Pengadaan Perbekalan Farmasi Pengadaan perbekalan farmasi menjadi tugas dan wewenang APA, tetapi untuk menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan barang, Pembelian di Apotek Keselamatan dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu hari Selasa dan Kamis terkecuali pada kondisi-kondisi tertentu, maka pembelian dilakukan pada saat yang dibutuhkan. Asisten Apoteker dapat melakukan pengadaan barang untuk keperluan mendesak yang dilakukan pada pagi hari dengan surat pesanan (SP) sementara yang diparaf oleh Asisten Apoteker dengan persetujuan APA kemudian dikirim ke PBF atau melalui telepon (SP akan diambil oleh sales).. Prinsip pengadaan barang pada Apotek Keselamatan : a. Berasal dari sumber PBF yang jelas. b. Macam dan jumlah di sesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus barang fast moving atau slow moving. c. Berdasarkan epidemiologi atau penyakit yang sedang banyak diderita oleh pasien dan produk-produk brand name yang sedang digemari oleh masyarakat. d. Kondisi yang paling menguntungkan (mempertimbangkan mengenai harga, diskon, syarat pembayaran dan ketepatan barang datang). Pengadaan barang bisa dilakukan dengan cara konsinyasi/ barang titipan, COD (cash order delivery) atau kredit. Konsinyasi adalah penitipan barang dari distributor kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang terjual, bila tidak terjual barang tersebut dapat dikembalikan. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru yang belum dijual di apotek, dimana sedang dalam masa promosi, sementara pembayaran dilakukan hanya terhadap barang yang laku terjual. COD adalah pembelian barang dimana pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang, sedangkan pembayaran yang dilakukan secara kredit dilakukan setelah jatuh tempo. Pembayaran untuk pembelian kredit dilakukan dua kali dalam sebulan yaitu pada Rabu minggu kedua dan keempat setiap bulan. Pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu

47 37 pembelian secara terbatas, spekulasi dan berencana. Dari ke tiga cara tersebut Apotek Keselamatan lebih menggunakan pembelian secara terbatas, hal ini untuk menghindari penumpukan barang yang menyebabkan modal terhenti Pemeriksaan dan Pencatatan Barang Setiap hari dilakukan pemeriksaan kemudian barang yang habis atau hampir habis dicatat pada buku defekta untuk dilakukan pemesanan, selain itu juga di tulis obat-obat yang belum tersedia di Apotek tapi sudah mulai diresepkan dan banyaknya permintaan dari pelanggan Pemesanan Barang Pemesanan dilakukan berdasarkan buku defekta kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan menggunakan surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama dengan PBF adalah : a. Ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan b. Bertanggung jawab terhadap barang pesanan apabila terjadi kerusakan c. Memberikan jaminan terhadap barang pesanan d. Ada kepastian memperoleh barang yang dipesan e. Diskon yang diberikan f. Bebas waktu kredit Penerimaan Barang Barang yang datang diterima oleh Asisten Apoteker dari PBF disertai dengan faktur pembelian serta surat pesanan dari apotek, kemudian dilakukan pengecekan kesesuaian terhadap jumlah, jenis, bentuk, tanggal kadaluarsa, serta kondisi fisik barang dengan surat pemesanan dan buku pemesanan barang. Apabila barang sesuai, maka faktur tersebut ditandatangani oleh Asisten Apoteker yang menerima barang disertai dengan nama terang, tanggal penerimaan dan cap apotek. Jika ada barang yang dikirim tidak sesuai dengan surat pemesanan, atau karena barang yang diterima mendekati tanggal kadaluarsa, maka barang tersebut akan dikembalikan langsung (retur). Apotek menerima dua lembar faktur sebagai arsip. Barang yang baru datang tersebut kemudian diberi harga sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh apotek. Faktur yang diterima dicatat pada buku pencatatatan untuk

48 38 menginventaris barang yang diterima dan jumlah nilai yang akan dibayarkan kepada PBF ketika jatuh tempo Penyimpanan Perbekalan Farmasi Barang yang baru datang/baru diterima dari PBF diberi harga terlebih dahulu dan kemudian di tempatkan di etalase obat. Penempatan barang tersebut dapat menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Pada sistem FIFO, barang yang keluar lebih dahulu adalah barang yang lebih dahulu masuk, sedangkan pada sistem FEFO, obat/barang yang mempunyai tanggal kadaluarsa cepat maka obat tersebut pula yang paling pertama keluar. Pada sistem FIFO, jika pengambilan barang dari belakang etalase maka barang yang baru datang ditempatkan di depan barang yang lama, sementara jika pengambilan barang dari depan etalase maka barang yang baru datang di tempatkan di belakang barang yang lama, sehingga dapat mencegah obat melewati tanggal kadaluarsa. Sistem FEFO dapat terjadi bila suatu produk yang telah hampir kosong pabrik. Penyimpanan obat di Apotek Keselamatan dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan golongan obat. b. Tiap kelompok obat disusun secara alfabetis untuk mempermudah dalam pencarian/pengambilan. c. Narkotika di simpan dalam lemari narkotika. d. Psikotropika di simpan dalam lemari psikotropika e. Obat-obat yang dipersyaratkan di simpan pada suhu dingin di simpan dalam lemari pendingin (suppositoria, ovula, tablet, serbuk). f. Untuk produk bebas disimpan di etalase ruang depan dan disusun berdasarkan efek farmakologis, bentuk sediaan dan memperhatikan estetika warna dan rapi sehingga akan menarik perhatian pasien yang datang ke apotek, terlihat obat tersedia di Apotek lengkap dan obat mudah dicari dan diambil dengan cepat oleh petugas Apotek. g. Disediakan pula produk-produk kebutuhan bayi yang disimpan di etalase tersendiri.

49 Pelayanan Perbekalan Farmasi Pelayanan perbekalan farmasi di Apotek Keselamatan, yaitu: a. Pelayanan obat dengan resep Resep yang dilayani berasal dari praktek dokter yang praktek di apotek, dokter rumah sakit ataupun praktek dokter yang berada di sekitar apotek dan juga dari dokter-dokter puskesmas. Prosedur pelayanan obat, yaitu AA menerima resep dan mengecek ketersediaan obat serta hal-hal yang terkait dengan resep. Jika obat tersedia, maka diberi harga dan dikonfirmasikan kepada pasien. Setelah dibayar oleh pasien, AA menyiapkan atau meracik obat. Obat diberikan etiket dan dikemas kemudian diserahkan kepada pasien dengan memberikan informasi mengenai khasiat, aturan pakai, dan cara pemakaiannya. Untuk pasien yang hanya membeli sebagian dari jumlah resep, lembaran resep asli disimpan sekurangkurangnya 3 tahun sesuai tanggal resep dan kemudian dilakukan pemusnahan resep. b. Pelayanan obat tanpa resep dokter Pelayanan obat tanpa resep berupa penjualan-penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek (DOWA), perlengkapan bayi, suplemen dan alat kesehatan. Pada saat penyerahan obat disertai dengan informasi yang dibutuhkan pasien sehingga tidak terjadi kesalahan dan penyalahgunaan obat oleh pasien. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Keselamatan berorientasi kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Apoteker pengelola Apotek memberikan konseling kepada pasien serta memberikan pengetahuan mengenai swamedikasi pada pasien Pencatatan dan Pelaporan Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk memudahkan dalam pengelolaan administrasi apotek. Pencatatan biasanya dilakukan oleh AA dan dibantu juru resep. Sistem pencatatan dan pelaporan terdiri dari beberapa buku, diantaranya: a. Buku defekta b. Buku pemesanan obat c. Buku pembelian d. Buku perincian pembelian

50 40 e. Buku tukar faktur f. Buku pengajuan dana untuk pembayaran (untuk APA) g. Buku pembelian tunai (COD) h. Buku penjualan Selain buku-buku tersebut, sistem pencatatan dan pelaporan juga menggunakan kartu stok untuk tiap-tiap barang. 3.6 Pelayanan Apotek Pelayanan obat yang dilakukan di Apotek Keselamatan adalah sebagai berikut: Pelayanan obat dengan resep Pelayanan atau penjualan dengan resep diberikan kepada pasien yang membeli obat dengan resep dokter secara tunai, proses pelayanan resepnya adalah sebagai berikut: a. Resep dokter yang dibawa oleh pasien akan diterima oleh apoteker atau AA, kemudian diperiksa kelengkapan resepnya, ketersediaan obat tersebut di apotek juga diberi harga. b. Setelah pasien setuju terhadap harga yang ditawarkan dapat langsung membayar pada kasir. c. Resep kemudian dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh AA yang dapat dibantu oleh juru resep sesuai permintaan yang tertera dalam resep. Lalu obat yang telah selesai dibuat, diberi etiket dan diperiksa oleh apoteker atau AA baik bentuk sediaan, nama pasien, etiket, dan jumlah obat sebelum diserahkan kepada pasien. d. Penyerahan obat kepada pasien dengan disertai pemberian informasi yang bermanfaat bagi pasien tersebut, kemudian dicatat alamat dan nomor telepon pasien, jumlah dan harga resep ke dalam buku resep yang telah disediakan di apotek. e. Pada pelayanan resep yang mengandung narkotika, tidak diperbolehkan menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter dan resep dokter tersebut harus disimpan terpisah dengan resep obat nonnarkotika.

51 Pelayanan obat bebas Pelayanan obat bebas adalah pelayanan obat kepada konsumen tanpa resep dokter. Obat-obat yang dapat dijual bebas adalah obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika, dan alat kesehatan tertentu. Pembayaran dilakukan di kasir, setelah lunas obat diserahkan kepada konsumen atau pembeli Pelayanan obat wajib apotek Pelayanan obat wajib apotek adalah pelayanan obat-obat keras yang terdapat dalam daftar DOWA oleh apoteker di apotek yang dapat diberikan kepada pasien tanpa mengunakan resep dokter Pelayanan informasi obat dan monitoring penggunaan obat Salah satu kewajiban seorang apoteker sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993, yang menyatakan bahwa apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien, penggunaan obat yang tepat, aman, dan rasional atas permintaan pasien. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yag harus dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau salah penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan dan melakukan pemantauan penggunaan obat setelah diserahkan pada pasien. Untuk memberikan informasi tersebut diperlukan penguasaan teknik komunikasi yang berkaitan dengan pemahaman mengenai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya penerima informasi disamping mengetahui dan memahami tentang obat dan pengobatan. Informasi yang diberikan tidak harus menggunakan

52 42 istilah atau bahasa ilmiah yang terpenting penerima mudah mengerti, memahami, dan mencerna informasi yang dibutuhkan. Informasi disampaikan secara singkat, jelas, terbuka, dan menghindari sikap menggurui, memaksa, dan menyalahkan. Komunikasi harus dilakukan sedemikian rupa agar terjadi komunikasi yang interaktif antara penerima dan pemberi informasi. 3.7 Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika dimulai dari pemesanan, penerimaan, penyimpanan, dan pelaporan keluar masuknya obat narkotik di apotek Pemesanan narkotika Pemesanan narkotika harus dilakukan dengan menggunakan surat pesanan khusus narkotika yang diperoleh dari pedagang besar farmasi (PBF) Kimia Farma. Peraturan pemesanan narkotika adalah sebagai berikut: a. Dalam satu lembar surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika. b. Mencantumkan nama dan alamat apotek, surat izin apotek, nama apoteker pengelola apotek, dan surat izin kerja. c. Surat pesanan harus ditandatangani oleh apoteker pengelola aptek dan terdapat stempel apotek pemesan. d. Surat pesanan dibuat empat rangkap, satu untuk arsip di apotek, sedangkan yang tiga lembar lagi diserahkan kepada pedagang besar farmasi Kimia Farma yang bersangkutan. Surat pesanan narkotika dapat dilihat pada Lampiran Penerimaan dan penyimpanan narkotika Penerimaan dilakukan oleh apoteker pengelola apotek (APA) atau asisten apoteker (AA) dan bukti penerimaannya diterima dan ditandangani oleh APA atau AA. Untuk penyimpanannya, narkotika disimpan pada lemari khusus yang terkunci, terjamin keamanannya, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penyimpanan dipisahkan untuk penggunaan sehari-hari dan persediaan Pelaporan pemasukan dan pengeluaran narkotika Setiap bulan apotek wajib membuat laporan narkotika berdasarkan dokumen pemasukan dan pengeluaran narkotika di apotek. Blanko pelaporan narkotika ditandatangani oleh APA, dibuat empat rangkap dan dilaporkan kepada

53 43 kepala suku dinas pelayanan kesehatan Jakarta Selatan, dengan tembusan kepada kepala dinas kesehatan DKI Jakarta dan kepala Balai Besar POM DKI Jakarta, serta satu lembar yang digunakan sebagai arsip apotek Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan sediaan psikotropika meliputi pemesanan, penerimaan, penyimpanan, dan pelaporan penggunaan sediaan psikotropika Pemesanan psikotropika Cara pemesanan psikotropika di Apotek Keselamatan adalah: a. Dalam satu lembar surat pesanan boleh terdapat lebih dari satu jenis psikotropika. b. Dalam surat pemesanan mencantumkan nama apotek, alamat apotek, nomor surat izin apotek, nama APA, dan nomor surat izin kerja. c. Surat pesanan harus ditandatangani oleh APA dan diberi stempel apotek. d. Surat pesanan dibuat tiga rangkap, dua untuk arsip di apotek sedangkan satu lembar yang asli diserahkan ke PBF yang bersangkutan. Surat pesanan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran Penerimaan dan penyimpanan psikotropika Penerimaan psikotropika dapat dilakukan oleh asisten apoteker. Bukti penerimaan obat diterima dan ditandatangani oleh APA atau AA. Obat psikotropika di Apotek Keselamatan disimpan pada lemari khusus yang terkunci dan terjamin keamanannya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyalahgunaan Pelaporan penggunaan psikotropika Laporan pemakaian psikotropika dilakukan setahun sekali yang akan dilaporkan paling lambat tanggal 10 bulan januari tahun berikutnya dan ditujukan kepada kepala suku dinas pelayanan kesehatan dengan tembusan ke kepala Balai Besar POM DKI Jakarta dan sebagai arsip.

54 Kegiatan administrasi dan keuangan Kegiatan administrasi Apotek selain menjalankan fungsi kefarmasiannya juga melakukan kegiatan administrasi yang berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja yang ada di apotek tersebut. Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek Keselamatan meliputi: a. Administrasi penjualan Administrasi penjualan pada Apotek Keselamatan meliputi kegiatan pencatatan obat-obat yang terjual (obat ethical dan obat bebas) di apotek. b. Administrasi pembelian kredit atau hutang dagang Apotek Keselamatan melakukan pembelianproduk dari pedagang besar farmasi dengan cara kredit. Setiap PBF memberikan kebijaksanaan mengenai harga obat maupun diskon yang berbeda-beda kepada apotek. Pencatatan terhadap pembelian kredit dibuat berdasarkan faktur hutang yang masuk dari PBF ke apotek dan dibuat dalam sebuah laporan oleh bagian administrasi untuk memudahkan pengawasannya. c. Administrasi pembukuan Administrasi pembukuan diperlukan untuk mencatat transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan oleh Apotek Keselamatan Sistem administrasi Apotek Keselamatan memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik, dimulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang masuk dan keluar., pengelolaan ini dilakukan oleh AA yang dibantu oleh karyawan administrasi. Kelengkapan administrasi di Apotek Keselamatan meliputi: a. Buku defekta Buku ini digunakan untuk mencatat nama obat atau sediaan yang habis atau yang harus segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di apotek. Keuntungan buku ini adalah dapat digunakan untuk mengecek barang sekaligus stok barang, menghindari terjadinya kekeliruan pemesanan kembali dan mempercepat proses pemesanan sehingga tersedianya barang di apotek dapat terkontol dan terjamin dengan baik.

55 45 b. Surat pesanan (SP) Terdiri dari dua lembar yang harus ditandatangani oleh AA apabila akan melakukan pemesanan barang, dimana satu lembar pertama untuk diberikan kepada PBF dan lembar terakhir untuk keperluan arsip di apotek. Dalam surat pesanan terdapat tanggal pemesanan, nama PBF, yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jenis kemasan yang dipesan, jumlah pesanan, tandatangan pemesanan, dan stempel apotek. Surat pesanan dapat dilihat pada lampiran. c. Buku daftar harga Berfungsi untuk mencatat harga netto apotek (HNA) maupun harga eceran tertinggi (HET), pada buku ini tercantum nama obat dengan merek dagang, generik, maupun bahan baku, penyusunan nama obat berdasarkan alfabet yang dibedakan antara obat bebas dan obat ethical. d. Buku pembelian Berfungsi sebagai buku penerimaan barang, dalam buku ini tercantum tanggal, nomor urut, nama PBF, nomor faktur, nomor bets, tanggal kadaluarsa, nama barang, jumlah, harga satuan, diskon yang diperoleh, total harga, dan total pembayaran. Pencatatan ini dilakukan saat barang dating berdasarkan faktur pengiriman barang dari PBF. e. Buku pembelian dan penggunaan narkotika dan psikotropika Bertujuan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat narkotika dan psikotropika, yang tercantum nama obat, bulan, persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF, pengurangan dan sisa serta keterangan lain jika ada Kegiatan keuangan Kegiatan keuangan meliputi kegiatan yang meliputi aliran uang masuk dan uang keluar dalam apotek. Aliran uang masuk yang berasal dari setiap transaksi penjualan yang terjadi produk dan jasa di apotek, sedangkan arus uang keluar berasal dari berbagai macam pengeluaran atau pembiayaan hutang dagang dan biaya operasional apotek lainnya. Keluar masuknya uang dicatat dalam buku-buku harian, yaitu: a. Buku kas untuk mencatat kegiatan yang terkait dengan uang yang ada di kas apotek setiap harinya

56 46 b. Buku pembelian untuk mencatat semua transaksi pembelian barang dagangan baik yang termasuk produk bebas maupun produk ethical di apotek. c. Buku penjualan digunakan untuk mencatat hasil penjualan barang dagangan baik yang termasuk produk bebas maupun produk ethical di apotek.

57 BAB 4 PEMBAHASAN Sarana pelayanan kesehatan masyarakat merupakan wadah yang ditujukan untuk mendukung terciptanya masyarakat yang sehat. Di antara sarana kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia, apotek merupakan sarana terkecil yang memiliki peran strategis dalam menunjang pelayanan kesehatan masyarakat dan mendukung upaya kesehatan dasar, seperti swamedikasi atau upaya pengobatan diri sendiri. Di sisi lain, apotek juga sebagai sarana pendistribusian obat yang aman dan terjangkau oleh masyarakat luas dan berperan sebagai sarana pemberian informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga masyarakat mendapatkan pengetahuan yang benar tentang obat. Hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya salah penggunaan dan penyalahgunaan obat di masyarakat. Apotek Keselamatan berlokasi di Jalan Keselamatan No.27 Jakarta Selatan. Di tinjau dari letaknya, Apotek ini memiliki lokasi yang cukup strategis sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengenali dan mengaksesnya. Hal ini disebabkan oleh posisi apotek yang terletak di pertigaan jalan yang banyak dilalui kendaraan dan berada di pemukiman padat penduduk yang umumnya penduduknya cenderung untuk melakukan swamedikasi. Bangunan apotek menyatu dengan rumah dari Pemilik Sarana Apotek (PSA) sekaligus Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA). Apotek ini berada di Jalan Keselamatan merupakan jalan alternatif bagi kendaraan-kendaraan yang melalui jalan utama, seperti Jalan KH. Abdullah Syafi i dan Jalan Dr. Saharjo sehingga keberadaan lokasi ini menjadi nilai tambah tersendiri untuk Apotek Keselamatan. Adanya praktek dokter di apotek Keselamatan, praktek bidan, Balai Pengobatan Umum Yakin, Balai Pengobatan Yashika, Puskesmas binaan Kecamatan dan Kelurahan Tebet, dan praktek dokter di sekitar apotek juga menjadi keuntungan tersendiri bagi apotek karena pasien yang berobat di sarana pelayanan kesehatan tersebut dapat menjadi pelanggan di apotek. 47

58 48 Walaupun keberadaan Apotek Keselamatan yang cukup strategis, di sekitar apotek Keselamatan terdapat beberapa apotek pesaing seperti Apotek Amani, Apotek La Rose, dan yang terdekat yaitu Apotek Barkah. Keberadaan apotek-apotek ini menyebabkan resep-resep obat dari berbagai sarana pelayanan kesehatan tersebut menjadi terbagi ke berbagai apotek pesaing ini. Secara umum, letak ruang Apotek Keselamatan sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu apotek harus memiliki ruang tunggu, ruang racikan, keranjang sampah, alat pemadam kebakaran dan tempat mendisplai informasi. Selain itu, di Apotek Keselamatan juga terdapat kasir, kamar mandi, ruang shalat, ruang istirahat karyawan, ruang praktek dokter yang terpisah, ruang Apoteker, dan tempat pencucian atau wastafel serta halaman parkir. Denah Apotek Keselamatan dapat dilihat pada Lampiran 1. Apotek Keselamatan memiliki desain eksterior yang cukup sederhana sehingga pengunjung yang datang tidak memiliki kesan bahwa obat yang dijual oleh Apotek Keselamatan memiliki harga yang mahal, mengingat sebagian penduduk di sekitar apotek merupakan kalangan menengah hingga menengah ke bawah. Desain eksterior Apotek Keselamatan dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 5. Dari luar, desain apotek menggambarkan kondisi apotek yang rapi, bersih, dan memiliki obat yang lengkap. Selain itu, apotek juga dilengkapi dengan tempat parkir yang cukup luas dan mudah dipantau sehingga pelanggan dapat memarkir kendaraannya dengan mudah, aman, dan gratis. Apotek Keselamatan memiliki dua papan nama yang terletak di depan apotek, yaitu papan nama yang pertama terbuat dari neon box diletakkan di sisi jalan dan papan nama yang kedua dengan ukuran lebih besar terbuat dari kayu diletakkan tepat di depan apotek. Pada siku jalan yang berjarak 20 meter dari Apotek juga terdapat papan penunjuk menuju Apotek Keselamatan yang dipasang pada tiang listrik sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengetahui keberadaan apotek. Desain interior Apotek Keselamatan memberikan kesan bersih dan rapi bagi setiap pengunjung yang datang. Perabotan apotek, seperti timbangan, mortir alu, dan buku-buku referensi tertata dengan rapi pada tempatnya. Obat-obatan juga tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembapan, dan cahaya yang

59 49 berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dan temperatur yang sesuai. Penataan obat di Apotek Keselamatan dibedakan atas jenis sediaan, seperti obat luar, obat dalam, obat golongan narkotika dan psikotropika serta bentuk sediaan. Obat luar, seperti obat Over The Counter (OTC) yang berbentuk padat diletakkan di etalase bagian paling depan berdampingan dengan komoditi kosmetik dan produk bayi dan disusun berdasarkan efek farmakologinya. Obat bebas dengan bentuk sediaan cair disusun berdasarkan efek farmakologinya di lemari etalase tanpa kaca bagian depan dengan memperhatikan estetika warna agar penyusunan obat terlihat lebih menarik atau eye catching. Persediaan untuk obat luar disimpan di etalase bagian tengah. Kartu stok untuk obat luar disimpan terpisah agar memberikan kesan rapi serta disusun secara berurutan sesuai dengan letak obatnya. Kartu stok di Apotek Keselamatan dapat dilihat pada Lampiran 6. Penataan obat dalam, umumnya golongan obat keras, disimpan di rak kayu dan disusun secara alfabetis serta dibedakan antara golongan obat dengan nama dagang dan obat generik serta jenis sediaannya. Kartu stok untuk obat dalam diletakkan di sebelah kiri obat tersebut. Persediaan obat dalam diletakkan di rak kayu bagian tengah secara alfabetis. Obat-obat tertentu yang tidak stabil dalam suhu ruangan dan membutuhkan suhu penyimpanan khusus, misalnya dalam kondisi sejuk dan dingin seperti supossitoria dan Lacto B, disimpan di dalam lemari pendingin. Untuk obat-obat lepasan yang tidak dikemas disimpan didekat ruang peracikan. Adapun jenis obat-obat salep, krim, dan tetes mata juga dipisahkan pada rak berbeda agar mempermudah karyawan mengambil obatobatan saat melayani konsumen. Sedangkan bahan baku obat dan eksipien disimpan pada rak kayu di bagian bawah, terpisah dengan obat dalam. Penataan dan penyimpanan obat golongan psikotropik dan narkotik di dalam lemari khusus yang terdiri dari tiga bagian dengan daun pintu dan kunci ganda yang berbeda-beda. Satu bagian digunakan untuk menyimpan persediaan obat narkotika, dua bagian lainnya untuk menyimpan obat psikotropika dan narkotika keperluan sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi petugas apotek dalam pengadaan dan perhitungan stock obat narkotika dan psikotropika.

60 50 Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Fungsi profesional, termasuk fungsi yang berhubungan dengan pengendalian produk farmasi. Fungsi teknis dalam praktek kefarmasiaan. Fungsi administratif, pembinaan dan manajemen. Fungsi kewirausahaan yang berhubungan dengan investasi modal dan kepemilikan dari usaha farmasi. Jumlah karyawan yang bekerja di Apotek Keselamatan adalah empat orang, terdiri dari asisten apoteker, juru resep, tenaga administrasi, dan pegawai pembantu. Semua karyawan memiliki fungsi dan peranan masing-masing, sehingga dalam hal ini APA harus memiliki kemampuan untuk dapat membagibagi dan mengkoordinasikan pekerjaannya sesuai dengan kewenangan profesi dan keahlian masing-masing pegawai. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, APA dibantu oleh Asisten Apoteker dan juru resep. Untuk masalah pengadaan, pemesanan, penerimaan dan pelaporan keuangan serta pembukuan APA dibantu oleh tenaga administrator dan asisten Apoteker. Semua saling bekerja sama sehingga manajemen pengadaan barang di apotik dan perputaran modal mampu berjalan dengan baik dan efektif. APA Apotek Keselamatan menganggap bahwa karyawannya adalah pelanggan domestik yang merupakan aset sehingga harus dijaga kenyamanan mereka untuk bekerja. Dengan demikian, rasa kekeluargaan dan kebersamaan sangat terasa di apotek ini yang terlihat dari hubungan antara apoteker dengan pegawainya juga antara sesama pegawai, seperti misalnya kesediaan mereka untuk membantu pegawai lain untuk mengerjakan tugas utama, seperti melakukan pemesanan dan menerima obat. Untuk desain eksterior apotek dilakukan dengan diberikannya beberapa tanaman hias di depan apotek sehingga mencitrakan suasana yang hijau dan sejuk, kemudian untuk area sekitar tempat parkir kendaraan diberikan atap, agar kendaraan yang parkir disekitar pelataran apotek tidak kehujanan dan kepanasan, selain itu,dapat digunakan juga sebagai tempat orang berteduh ketika hujan, dimana secara tidak langsung bisa menjadi konsumen apotek, kemudian pintu gerbang di depan apotek dibiarkan terbuka ketika jam buka apotek, hal ini dimaksudkan agar pengunjung dari luar mampu melihat kondisi interior apotek yang lengkap dengan obat OTC nya sekaligus ruang tunggu yang nyaman. Apotek

61 51 juga dilengkapi dengan televisi dan beberapa majalah agar pengunjung tidak bosan menunggu. Untuk desain interior apotek dilakukan dengan cara tata desain lay out obat yang rapi, lengkap dan penuh. Penyimpanan obat di Apotek Keselamatan dibedakan menjadi dua jenis yaitu penyimpanan obat luar dan penyimpanan obat dalam. Obat luar yang dimaksud adalah obat yang diletakkan di counter depan apotek (OTC) dan obat OTC yang diletakkan di etalase depan apotek adalah obat yang promosinya sedang gencar di televisi. Obat luar ini berupa sediaan padat, cair seperti sirup untuk vitamin dan obat batuk, serta sediaan semi solid yang banyak dicari oleh masyarakat. Rata-rata obat OTC ini diberikan bagi masyarakat untuk melakukan swamedikasi, dimana masyarakat dapat melakukan pengobatan sendiri tanpa resep dokter. Istilah obat dalam adalah beberapa obat OTC, obat keras, psikotropika, dan narkotika yang biasanya diresepkan oleh dokter. Penyimpanan obat-obatan kategori obat dalam di Apotek Keselamatan ditempatkan berdasarkan jenis sediaan (obat bebas, obat keras, narkotika, dan psikotropika) dan bentuk sediaan yang kemudian disusun secara alfabetis. Sedangkan obat luar atau yang selanjutnya disebut sebagai OTC, disusun berdasarkan efek farmakologis. Obat disimpan sesuai dengan persyaratan penyimpanannya, misalnya untuk obat-obatan yang harus disimpan pada kondisi dingin maka disimpan di lemari pendingin dengan suhu tertentu, contohnya suppositoria dan Lacto-B Penyimpanan obat OTC diletakkan di etalase paling depan bersama dengan alat-alat kesehatan, produk bayi dan kosmetika. Obat OTC untuk jenis sediaan cair diletakkan di rak atas tanpa tertutup oleh kaca dan disusun berdasarkan efek farmakologinya. Sedangkan untuk obat OTC jenis sediaan padat dan semisolid diletakkan terpisah di dalam lemari kaca tapi tetap mengikuti efek farmakologinya. Untuk obat OTC sediaan cair, penyusunan di raknya diatur sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika warna dari kemasan luar sehingga terlihat menarik untuk dipandang, selain itu peletakannya dibuat padat sehingga tidak ada ruang kosong di antara obat-obat tersebut dan akan mengesankan obat yang dijual lengkap. Untuk memberikan kesan yang rapi, khusus kartu stok sediaan OTC disimpan terpisah serta dibagi untuk etalase kanan dan kiri serta disusun secara alfabetis.

62 52 Untuk penyimpanan obat dalam diletakkan dalam rak kayu dan dibedakan berdasarkan obat generik dan non generik dan jenis sediaan. Obat yang tergolong semisolid diletakkan terpisah di dalam lemari kaca. Kartu stok untuk obat dalam diletakkan disebelah kiri sediaan. Obat narkotika dan psikotropika penyimpanannya dipisahkan dari rak obat dalam golongan obat keras yaitu di dalam lemari yang terkunci. Hal lain yang juga harus diperhatikan agar suatu apotek dapat bertahan dan maju adalah pengendalian persediaan obat di apotek, karena persediaan obat merupakan harta paling besar di apotek, hal ini disebabkan oleh begitu besar jumlah yang diinvestasikan dalam persediaan, pengendalian persediaan obat yang tepat memiliki berpengaruh langsung terhadap perolehan kembali atas investasi apotek, dan pengendalian persediaan obat juga sangat penting dikarenakan apotek harus mempunyai stok yang cukup agar dapat melayani pasiennya dengan maksimal. Bila produk tidak tersedia, apotek akan kehilangan penjualan. Bila hal ini sering terjadi maka apotek akan kehilangan konsumen. Oleh karena itu, pengendalian persediaan yang efektif adalah dengan mengoptimalkan dua tujuan yaitu memperkecil total investasi pada persediaan obat dan menjual berbagai produk yang sesuai dengan kebutuhan dan permintaan konsumen. Pengadaan dilakukan bila persediaan diperkirakan sudah tidak mencukupi untuk pelayanan terhadap pasien. Apabila ada permintaan akan suatu jenis obat yang tidak dimiliki oleh apotek karena persediaannya habis dan barang belum datang, maka pegawai apotek akan mengusahakan dengan membelinya di apotek terdekat atau merekomendasikan nama dagang lain dengan isi atau khasiat yang sama sesuai kesepakatan dengan konsumen. Hal ini perlu dilakukan agar setiap konsumen yang datang tidak kecewa karena obat yang dibutuhkannya tidak ada. Pemesanan dan pembelian obat oleh Apotek Keselamatan tidak dilakukan dalam jumlah besar sehingga tidak disediakan gudang khusus untuk menyimpan obat persediaan. Selain itu, pemesanan dalam jumlah kecil tersebut juga untuk menghindari perputaran modal terhenti jika sewaktu-waktu obat tersebut tidak laku terjual. Oleh karena itu untuk menghindari kekosongan barang pemesanan obat ke PBF dilakukan dua kali dalam seminggu yaitu setiap hari senin dan kamis.

63 53 Pengendalian persediaan barang di apotek dijalankan oleh suatu sistem administrasi yang sudah berjalan dengan baik dan lancar. Pengawasan terhadap barang yang habis atau hampir habis dilakukan dengan menggunakan buku defekta selanjutnya pemesanan obat dilakukan sesuai dengan yang tertulis di buku defekta. Jenis dan jumlah obat yang terjual setiap harinya dicatat di buku penjualan dan dibedakan antara obat luar dan obat dalam. Untuk obat-obat baru yang tidak terdapat di apotek juga dicatat dan dievaluasi oleh APA apakah perlu dibuat pemesanan obat baru tersebut. Semua kegiatan yang berkaitan dengan administrasi dan keuangan Apotek Keselamatan dibuat laporan harian secara rinci dan jelas sehingga mempermudah pembuatan laporan setiap bulannya. Evaluasi keuangan dilakukan setiap tahun dengan membuat neraca laba rugi sehingga APA mampu menilai perkembangan apoteknya. Selain pengawasan terhadap keuangan apotek, pengawasan dan pengendalian juga dilakukan pada seluruh kegiatan dan persediaan di apotek. Pencocokkan jumlah barang yang terdapat dalam kartu stok dengan jumlah fisik barang dilakukan pada saat mengambil atau mengeluarkan obat, atau ketika menghitung jumlah pemasukan dan persediaan obat pada saat akhir shift atau pergantian shift. Akan tetapi kegiatan rutin mencocokkan obat juga dilakukan pada akhir tahun (stok opname) dan dianalisa juga barang yang termasuk slow moving dan fast moving. Pengelolaan terhadap resep yang masuk dilakukan dengan cara mengelompokkan resep tiap bulan berdasarkan bulan penerimaan resep dan di urutkan sesuai dengan nomor, serta harga dari resep juga dicatat. Nomor resep yang mengandung obat narkotika dan psikotropika dipisahkan untuk penyusunan laporan ke Suku Dinas Kesehatan. Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika yang harus diserahkan pada Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dicatat rinciannya oleh asisten apoteker, dan diperiksa serta ditandatangani oleh APA. Untuk manajemen pemasaran Apotek Keselamatan antara lain dilakukan dengan mempertahankan pelanggan lama dan menarik pelanggan baru. Seorang APA tidak hanya dapat menyediakan obat apa yang dibutuhkan bagi pasien tapi mampu memperlakukan pasien dengan baik sehingga dia merasa puas dan diperhatikan. Informasi obat yang bisa diberikan kepada pasien tidak hanya

64 54 terbatas dari khasiat dan cara pakai seperti yang tertulis di resep. APA Apotek Keselamatan senantiasa selalu memberikan informasi tambahan jika ada seperti cara penyimpanan obat, apa yang boleh dimakan atau dihindari, khasiat, efek samping dan informasi lain yang harus diketahui oleh pasien dan belum diberikan oleh dokter. Tidak jarang juga pasien datang ke apotek hanya untuk dipilihkan dan direkomendasikan jenis obat yang cocok untuk penyakitnya tanpa bermaksud untuk pergi ke dokter kepada APA Apotek Keselamatan. Akan tetapi obat yang direkomendasikan hanya terbatas dengan DOWA, di luar itu APA akan merekomendasikan ke dokter untuk didiagnosa lebih lanjut. Selain itu, keramahan, keakraban dan kesigapan dari APA atau pegawai Apotek Keselamatan kepada pasien yang datang memberikan nilai lebih sehingga hubungan dengan pelanggan sudah terbangun cukup baik. Tidak jarang banyak pasien yang datang ke apotek berasal dari daerah yang letaknya jauh dari apotek dan tidak hanya itu mereka juga merupakan pelanggan setia. Hal ini menunjukkan manajemen pelanggan yang baik akan menumbuhkan kepercayaan pada pasien, sehingga tidak menutup kemungkinan pelanggan tersebut akan menginformasikan kepada kerabat atau kenalannya untuk membeli obat di Apotek Keselamatan.

65 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Apoteker Pengelola Apotek memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mengelola semua kegiatan yang berlangsung di apotek dan dalam pelaksanaannya APA melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik serta telah sesuai dengan seluruh aspek mencakup pengelolaan teknis maupun nonteknis kefarmasian sehingga semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik. a. Pengelolaan Apotek Keselamatan telah dilaksanakan dengan baik, meliputi dari segi administrasi, manajemen pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelayanan dan telah sesuai dengan peraturan, dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. 5.2 Saran a. Diperlukan tempat peracikan obat khusus yang tertutup, disebabkan oleh banyaknya ganguan eksternal berupa angin yang masuk ketika dilakukan peracikan obat, sehingga membuat obat yang sedang diracik (khususnya serbuk) berterbangan. b. Perlunya dilakukan perbaikan desain terhadap papan nama apotek agar lebih menarik dan terlihat dari berbagai sisi di depan jalan mengingat apotek terletak di pertigaan jalan. c. Perlu dilakukan optimalisasi pengendalian ketersediaan obat di Apotek sebagai upaya meminimalisasi tidak terjualnya obat karena kadaluarsa serta mendukung peningkatan kepuasan pelanggan d. Perlu dibuat area khusus untuk tempat para pasien berkonsultasi dengan APA, mengingat banyaknya permintaan akan konseling mengenai pilihan obat yang tepat untuk pasien. 55

66 DAFTAR REFERENSI Departemen Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen KesehatanRepublik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Undang Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan 919/MENKES/PER/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 917/MENKES/PER/X/1993 Tentang Wajib Daftar Obat Jadi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 56

67 57 Departemen Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28/Menkes/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Undang Undang Nomor 9 Tahun 1976 Tentang Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Quick, J Managing Drug Supply, The selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed. Revised and Expanded. Kumarian Press. Seto, S., Yunita, N., & T, L Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press. Tan, H.T. dan Raharja, Kirana Swamedikasi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.

68 58 Lampiran 1. Denah bangunan Apotek Keselamatan

69 59 (Lanjutan)

70 60 Lampiran 2. Surat pesanan narkotika

71 61 Lampiran 3. Surat pesanan psikotropika

72 62 Lampiran 4. Format laporan penggunaan narkotika

73 63 Lampiran 5. Format laporan penggunaan psikotropika

74 64 Lampiran 6. Surat pesanan

75 65 Lampiran 7. Desain eksterior Apotek Keselamatan

76 66 Lampiran 8. Kartu stok barang

77 67 Lampiran 9. Salinan resep

78 68 Lampiran 10. Kuitansi Apotek Keselamatan

79 69 Lampiran 11. Plastik pembungkus obat

80 70 Lampiran 12. Etiket obat

81 71 Lampiran 13. Tanda terima-tukar faktur

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILDYANTI PUSPITASARI KARDIANTO, S. Farm.

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN LAMPIRAN- LAMPIRAN Perkiraan Biaya Istalasi dan Operasional Sistem Informasi akuntansi Berbasis Komputer Apotek Fatma Medika A. Investasi 1 Set Komputer Pentium IV Rp. 2.500.000,- 1 Set Printer Epson LX

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YUDHO PRABOWO,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA HASAN,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEDDY RIFANDI

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL Bab keempat ini akan berisi data-data yang dibutuhkan dalam pengerjaan sistem serta pembahasan mengenai pemetaan proses bisnis. Pemetaan proses bisnis merupakan penjabaran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat Resep Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal Kewenangan bidan dalam pemberian obat selama memberikan pelayanan kebidanan pada masa kehamilan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat keberhasilan pembangunan suatu negara. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk mencapai derajat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pilihan Pengobatan Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu faktor perilaku seperti pergi ke apotek membeli obat dan non perilaku

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri 1. Definisi dan Peran Pengobatan sendiri atau swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotik atau

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. Mengingat b. 1. 2. 3. 4. bahwa persyaratan tentang pedagang besar farmasi seperti

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. Ir. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARMELIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK

PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK Nama Apotik Alamat No. Telp. Nama APA No. STRA No. SIPA :.. :.. :.. :.. :.. :.. Cek Kelengkapan Ada Tidak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER REZA HERMAWAN SULISTOMO,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

FARMASI PERAPOTIKAN. syofyan

FARMASI PERAPOTIKAN. syofyan FARMASI PERAPOTIKAN syofyan Kronologis Pengaturan apotik telah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda berdasarkan Het Reglement op de Dienst der Volksgezoindheid disingkat Reglement DVG (Stbld. 1882 No.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK

CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK Nama Apotik Alamat No. Telp. Nama APA No. STRA No. SIPA :.. :.. :.. :.. :.. :.. No. Syarat Permohonan 1 Surat permohonan yang ditujukan

Lebih terperinci

CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER

CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER Apotik :.. lama :.. No. Telp. :.. APA Lama :.. No. SIPA :.. APA Baru :.. No. STRA :.. No. Syarat Permohonan 1 Surat permohonan yang ditujukan kepada Kepala Dinas

Lebih terperinci