KATA PENGANTAR. Alhamdulillah, Puji Syukur penyusun panjatkan kehadiran ALLAH SWT atas terselesaikannya laporan kasus yang berjudul Abses Leher Dalam.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Alhamdulillah, Puji Syukur penyusun panjatkan kehadiran ALLAH SWT atas terselesaikannya laporan kasus yang berjudul Abses Leher Dalam."

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, Puji Syukur penyusun panjatkan kehadiran ALLAH SWT atas terselesaikannya laporan kasus yang berjudul Abses Leher Dalam. Laporan tutorial ini disusun dalam rangka meningkatkan pengetahuan sekaligus memenuhi tugas kepaniteraan klinik Stase THT di RSUD Sekarwangi. Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada, dr.h. Pramushinto Adhy, Sp.THT-KL. Semoga dengan adanya laporan kasus ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya. Penyusun menyadari bahwa laporan tutorial ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, saran kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk membuat laporan tutorial yang lebih baik di masa yang akan datang. Terima kasih atas perhatiannya, mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Sekarwangi, Sepetmber 2014 Penyusun

2 STATUS PASIEN THT I. IDENTITAS PASIEN: Nama : Tn. U Pekerjaan : Wiraswasta Umur : 20 tahun Alamat : Cidahu, Sukabumi Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam II. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama Benjolan di pipi dan leher sejak 6 hari. 2. Keluhan Tambahan - Nyeri tenggorok - Nyeri Menelan - Demam - Nafsu makan menurun 3. Riwayat Penyakit Sekarang Seorang laki-laki datang ke RSUD Sekarwangi dengan keluhan benjolan di leher, tepat dibawah dagu dengan ukuran 3 x 5 cm, sejak 6 hari yang lalu. Awalnya pasien mengeluh sakit gigi graham sebelah kiri sejak 2 minggu yang lalu, pasien mengaku tidak pernah mengobati sakit giginya tersebut, hanya di kompres air. Enam hari sebelum masuk rumah sakit tiba-tiba muncul bengkak pada pipi kiri lama kelamaan menyebar ke pipi kanan dan leher. Saat ini pasien mengeluh nyeri menelan dan nyeri tenggorokan sehingga pasien tidak nafsu makan, keluhan ini disertai dengan demam.

3 4. Riwayat Penyakit Dahulu - Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya - Riw. DM, Hipertensi, Asma, TB, Thyroid disangkal - Riw. Sakit gigi (+) sejak 1 tahun yang lalu 5. Riwayat Penyakit Keluarga - Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami gejala seperti pasien sebelumnya. - Riw. DM, Hipertensi, Asma, TB, Thyroid, alergi disangkal. 6. Riwayat Pengobatan Pasien pernah berobat untuk demamnya ke klinik umum, tapi belum membaik. 7. Riwayat Alergi Pasien tidak memiliki riwayat alergi. III. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang B. Kesadaran : Compos mentis C. Tanda-tanda Vital Tekanan Darah Nadi Suhu Frekuensi Napas : 120/80 mmhg : 74 x/menit, kuat, reguler : 36,3 o C : 18 x/menit D. Status Generalis Kepala : normochepal Mata : Sklera ikterik -/-, Konjungtiva anemis -/- Mulut : bibir kering (+), sianosis (-), pucat (-) Thorax : simetris, retraksi -/-, massa -/-, scar -/-

4 Abdomen : supel, massa -, scar Ekstremitas : deformitas -, edema Kulit : scar E. Status Lokalis THT Telinga kanan Telinga kiri - normotia - helix sign (-) - tragus sign (-) Aurikula - normotia - helix sign (-) - tragus sign (-) - nyeri tekan - nyeri tekan retroaurikuler (-) retroaurikuler (-) - hiperemis (-) - serumen (-) - massa (-) CAE - hiperemis (-) - serumen (-) - massa (-) - Refleks cahaya (+) - Refleks cahaya (+) Membran Tympani - Perforasi (-) - Perforasi (-) + Rinne + Tidak ada lateralisasi Weber Tidak ada lateralisasi Sama dengan Sama dengan Schwabach pemeriksa pemeriksa Interpretasi : Normal Hidung Sinus paranasal : - Inspeksi : Tidak terlihat pembengkakan pada muka - Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan Kavum nasi : sempit -/-, massa -/-, benda asing -/-, sekret mukopurulen (-/-) Mukosa : hiperemis -/-

5 Concha : hipertrofi -/- Septum : Tidak ada deviasi septum Pharynx Nasofaring : Tidak dilakukan pemeriksaan Mukosa faring : Hiperemis (-), sekret (-) Arkus faring : Simetris kanan dan kiri Uvula : Ditengah Tonsil : T1/T1, tenang, detritus (-), kripte melebar (-) Larynx Epiglotis Glotis Arytenoid Pita suara : tidak diperiksa : tidak diperiksa : tidak diperiksa : tidak diperiksa Leher - Inspeksi : tampak benjolan pada pipi kanan dan kiri, dibawah dagu, hingga leher berwarna kemerahan. - Palpasi : Benjolan dengan ukuran 3 x 4 cm pada pipi kanan kiri, 4 x 4 cm di bawah dagu dan 6 x 4 di bawah leher sejak 6 hari yang lalu. Benjolan teraba keras, terfiksir, berbatas tegas, terasa nyeri. IV. RESUME Seorang laki-laki 20 tahun datang dengan keluhan benjolan pada pipi kanan dan kiri, bawah dagu hingga leher. Terlihat lidah terangkat, nyeri tenggorok (+), sulit makan, minum sedikit-sedikit.

6 Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, suhu 36,4 o C. Pada pemeriksaan leher, terdapat benjolan di pipi kanan dan kiri ukuran 3 x 4 cm, tepat dibawah dagu dengan ukuran 4 x 4 cm, leher 6 x 4 cm sejak 6 hari yang lalu. Benjolan teraba keras, terfiksir, kemerahan, berbatas tegas, terasa nyeri. V. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah lengkap Foto rontgen soft tissue leher VI. DIAGNOSIS Diagnosis Banding Infiltrat submandibular Angina Ludovici Abses Peritonsiler Diagnosis Kerja Abses Rongga Leher Dalam VII. RENCANA PENATALAKSANAAN 1. Ceftriaxone 1 x 2 gr 2. Metronidazol 3 x 1 3. Paracetamol 3 x 500 mg TINJAUAN PUSTAKA ABSES RONGGA LEHER Pendahuluan Abses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasial leher dalan sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber separti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah, dan leher tergantung ruang mana yang terlibat.

7 Abses leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring, abses submandibula dan angina ludovici. Gejala gejala yang sering timbul seperti nyeri tenggorok dan demam yang disertai terbatasnya gerakan mulut merupakan sesuatu yang bisa dicurigai sebagai abses leher dalam. Pembahasan ABSES PERITONSIL Abses peritonsil (APT) adalah suatu timbunan nanah yang terletak di antara kapsul tonsil dan muskulus konstriktor superior faring (ruang peritonsil).ruang peritonsil disebut juga ruang paratonsil dan termasuk dalam ruang intrafaringeal. Anatomi Letaknya berbatasan sebelah medial dengan kapsul tonsil platina, sebelah lateral dengan m.konstriktor faring superior, sebelah anterior dengan pilar anterior dan sebelah posterior dengan pilar posterior. Etiologi Penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi dan menembus kapsul tonsil, dan penjalaran dari infeksi gigi.kuman penyebab yang mungkin ditemukan adalah kuman aeorob seperti streptococcus haemolitikus, stphylococcus aureus, dan haemophilllus influenza serta kuman anaerob seperti bacteroides sp dan fusobacterium sp. Patologi Radang umumnya berasal dari tonsil dan merupakan komplikasi tonsilitis akut.kuman penyebab menembus kapsul masuk kedalam fosa supratonsil sehingga terjadi infiltrat peritonsil.

8 Jika proses berlanjut akan terjadi supurasi dan terbentuk abses peritonsiler.udem dapat menjalar ke jaringan sekitar yaitu ke palatum mole, uvula, dan radiks lingua.abses terbentuk kira kira sesudah 4 hari. Pada pemeriksaan tampak tonsil seolah olah terdorong keluar dari tempatnya (dislokasi).tampak penggembungan (bombans) terutama didaerah supratonsil.uvula terdorong kesisi yang sehat (kontralateral). Udem kutub bawah tonsil dapat menjalar ke radiks lingua dan epiglotis yang disebut udem perifokal. Gejala dan tanda tanda Pada tonsilitis akut terdapat trismus sehingga pemeriksaan faring sulit.abses biasanya unilateral, pada daerah yang terkenal meradang dan tonsil yang membengkak sertra membesar ke bawah dan kedalam.palatum mole dan uvula edemaotus dan padat dan bagian depan menonjol keluar. Permukaan tonsil ditutupi sekret purulen,kelenjar kelenjar tonsiler membesar dan lembek dan ada kekakuan lehar dan torticolis.ada kesulitan menelan, maka ludah keluar dari mulut.suhu meningkat dan pasien kelihatan sangat sakit. Pemeriksaan Kadang kadang sangat sukar memeriksa seluruh faring karena trismus. Palatum mole tampak membengkak dan menonjol kedepan dan teraba fluktuasi. Uvula bengkak dan tedorong ke sisi kontralateral.tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak detritus dan terdorong kearah tengah depan dan bawah. Diagnosis Abses peritonsil menimbulkan keluhan nyeri spontan pada sisi yang sakit lebih hebat dibandingkan tonsilitis akut, nyeri menelan, nyeri telinga disisi yang sakit.ludah tertumpuk

9 didalm mulut akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus) dan suara berubah seperti orang mengulum makanan panas dalam mulut (plummmy voice).pada pemeriksaan terlihat adanya udem hebat didalam palatum mole sehingga jika penderita minum, minuman keluar melalui hidung.hal ini disebabkan karana saat proses menelan palatum mole tidak dapat bergerak.udem palatum mole juga menimbulkan sura bindeng (rinolalia aperta).mulut sukar dibuka 0,5 1 cm (trismus).penyebabya adalah udem yang menjalar ke lateral ke daerah peritonsil menyebabkan spasme m.pterigoideus sehingga gerak mandibula dan mengunyah terganggu.kepala miring kearah yang sakit (tortikolis), terjadi karena spasme otot strnokleidomastoid.angulis mandibula pada sisi yang ssakiut bengkak.lidah kotor disertai foetor ex ore.uudem dan hiperemia pada tonsil, palatum mole, uvula dan radiks lingual.tonsil keluar dari fosa tonsiler.uvula terdorong ke sisi yang sehat.kelenjar leher membesar disertai nyeri tekan. Diagnosis Banding 1.Infiltrat peritonsil, timbul 1 3 hari setelah tonsilitis akut dan biasanya tidak ada trismus. 2. Abses peritonsil, timbul 4-5 hari setelah tonsilitis akut, sudah ada trismus. 3.Abses retrofaring 4. Abses parafaring Pengobatan dan penatalaksanaan Insisi dan mengeluarkan nanah disertai pemberian antibiotika secara par enteral atau peroral. Pungsi dan aspirasi disertai antibiotik par enteral. Segera tonsilektomi disertai pemberian antibiotika par enteral. Pungsi dilakukan di daerah peritonsil yang paling bombans, diulang setiap hari sampai penderita dinyatakan sembuh. Yang dimaksud pungsi adalah pungsi sekaligus dilakukan aspirasi nanah. Insisi dilakukan di daerah peritonsil yang paling bombans, atau di daerah pertemuan antara garis yang melewati tiasar uvula dan garis vertikal yang melewati arkus anterior.

10 Yang dimaksud insisi adalah tindakan insisi diteruskan membuka luka insisi untuk mengeluarkan nanah (drainase) dan diulang setiap hari sampai penderita dinyatakan sembuh. Selain tindakan tersebut, diberikan juga Ampicillin 3 x 500 mg (5 hari) dan Metampiron 3 x 500 mg (5 hari). Penderita dinyatakan sembuh apabila pada tindakan pungsi atau pembukaan luka insisi sudah tidak didapatkan nanah. Gejala subyektip berupa keluhan nyeri menelan, sakit kepala, suara bindeng, keluamya air lewat hidung waktu minum menghilang. Gejala obyektip berupa bombans, hiperemi daerah peritonsil, trismus, menghilang. Komplikasi Terjadinya abses yang pecah spontan mengakibatkan terjadinya pendarahan,aspirasi paru atau piemia.penjalaran infeksi dan abses ke daeranh parfaring sehingga terjadi abses parafaring.pada penjalaran selanjutnya masuk mediastinum sehingga terjadi mediastinitis.bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial dapat mengakibatkan trombus sinus kavernosus, meningitis dan abses otak. ABSES RETROFARING Abses retrofaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk didalam ruang retrofaring. Anatomi Ruang retrofaring terletak disebelah posterior dinding belakang faring dengan batas bagian anterior ialah lapisan tengah (visera) fasia leher dalam,bagian posterior ialah lapisan alar fasia leher dalam bagian dalam, bagian superior ialah dasar tengkorak bagian depan basiooksiput, baian inferior ialah mediastinum superior dan bagian lateral ialah ruang

11 parafaring.didalam ruang retrofaring terdapat kelenjar limfe, masing-masing 2-5 buah disisi kiri dan kanan. Selain itu juga dijumpai daerah potensial di leher yaitu: - Danger Space : Dibatasi oleh divisi alar pada bagian anterior dan divisi prevertebra pada bagian posterior (tepat dibelakang ruang retrofaring) - Prevertebral space : Dibatasi oleh divisi prevertebra pada bagian anterior dan korpus vertebra pada bagian posterior (tepat dibelakang danger space).ruang ini berjalan sepanjang kollumna vertebralis dan merupakan jalur penyebaran infeksi leher dalam ke daerah koksigeus. Etiologi Terbagi atas 2 jenis yaitu: 1. Akut Sering terjadi pada anak anak berumur dibawah 4 5 tahun.keadaan ini terjadi akibat infeksi pada slauran nafas atas seperti pada adenoid,nasofaring, rongga hidung, sinus paranasal dan tonsil yang meluas ke kelenjar limfe retrofaring (limfadenitis) sehingga menyebabkan supurasi pada daerah tersebut. Sedangkan pada orang dewasa terjadi akibat infeksi langsung oleh karena trauma akibat penggunaan instrument (intubasi endotrakea, endoskopi seawaktu adenoiktomi )atau benda asing. 2. Kronis Biasanya terjadi pada orang dewasa atau anak anak yang lebih tua.keadaan ini terjadi akibat infeksi tuberkulosis pada vertebra servikalis dimana pus secara langsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior.selain itu abses dapat terjadi akibat infeksi TBC pada kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari kelenjar limfe servikal.

12 Kuman yang sering dijumpai terdiri dari yang aerob: Streptococcus beta-haemoliticus grup A(paling sering),strep.pneumonia,staphylococcus aureus,haemophilus sp dan anaerob: Bacteroides sp, veillonelle, peptostreptococcus,fusobacteria. Gejala dan tanda tanda Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas.gejala dan tanda klinis yang sering dijumpai pada anak : dema,sukar dan nyeri menelan, suara sengau, dinding posterior faring membengkak (bulging) dan hiperemia pada satu sisi, pada palpasi teraba massa yang lunak berfluktuasi dan nyeri tekan, kekakuan otot leher (neck stiffness), air liur menetes (drooling), mengorok,stridor,dispnea. Gejala yang timbul pada orang dewasa umumnya tidak begitu berat bila dibandingkan dengan pada anak.dari anamnesa biasanya didahului riwayat tertusuk benda asing pada dinding posterior faring, pasca tindakan endoskopi, atau adanya riwayat batuk kronis.gejala yang dijumpai adalah dema, sukar dan nyeri menelan, rasa sakit di leher (neck pain), keterbatasan gerak leher, dispnea. Pada bentuk kronis, perjalan penyakit lambat dan tidak begitu khas sampai terjadi pembengkakan yang besar dan menyumbat hidung serta saluran nafas Diagnosis Banding 1. Adenoitis 2. Abses peritonsil 3. Abses parafaring 4. Epiglotitis 5. Croup 6. Aneurisma arteri 7. Tonjolan korpus vertebra Diagnosis 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan klinis 3. Laboratorium : darah rutin (leukositosis),kultur spesimen (hasil aspirasi) 4. Radiologis : Foto jaringan lunal leher lateral, CT scan, MRI

13 PENATALAKSANAAN 1. Mempertahankan jalan nafas yang adekuat: - posisi pasien supine dengan leher ekstensi - pemberian O2 - intubasi endotrakea degan visualisasi langsung / intubasi fiber optik - trakeostomo / krikotirotomi 2. Medikamentosa a. antibiotik pemberian antibiotik secara parenteral yang sebaiknya diberikan secepatnya tanpa menunggu hasil kultur pus dan juga harus mencakup terhadap kuman aerob dan anaerob,gram positif dan gram negatif.pilihan utama adalah clindamycin yang dapat diberikan sendiri atau dikombinasikan dengan sefalosporin generasi kedua (cefuroxime). b. Simtomatis c. Bila terdapat dehidrasi diberikan cairan untuk memperbaiki keseimbangan cairan elektrolit d. Pada infeksi tuberkulosis diberikan obat tuberkulostatika 3. Operatif a. aspirasi pus b. insisi dan drainase: - pendekatan inti oral : untuk abses yang kecil dan terlokalisir - pendekatan eksterna (anterior dan posterior) : untuk abses yang besar dan meluas ke arah hipofaring Komplikasi Dapat terjadi akibat massa itu sendiri (obstruksi jalan nafas), ruptur abses (asfiksia, aspirasi pneumonia, abses paru), penyebaran infeksi ke daerah sekitarnya (inferior:edema laring, mediastinitis, pleuritis, empiema, abses mediastinum;lateral:trombosis vena jugularis,ruptur

14 arteri karotis,abses parafaring;posterior:osteomielitis dan erosi kollomna spinalis), infeksi itu sendiri (necrotizing fasciitis, sepsis dan kematian). ABSES PARAFARING Abses parafaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk didalam ruang parafaring yang dsebut juga ruang faringomaksila, perifarinf atau ruang faring lateral. ANATOMI

15 Ruang parafaring anterior dibagi atas 2 bagian yaitu bagian anterioir( prestiloid ) dan bagian posterior (retrostiloid). Ruang parafaring anterioir letaknya berbatasan pada bagian superior dengan dasar tengkorak, bagian inferior dengan angulus mandibula, bagian antromedial dengan fasia bukofaringeal yang melapisi m. Konstruktor posterior, bagian anterolateral fegan fasia yang melapisi m.pterois interna, bagian posterolateral dengan ligamentun stilomandibula, bagian posterior dengan lapisan yang melapisi stiloidndan dinding anterior selubung karotis dan bagian poster medial dengan fasia alar. Ruang parafaring anterior berisi jaringan ikat dan beberapa kelenjar limfe.ruang parafaring posterior dibentuk oleh selubung karotis terbentang dari dasar tengkorak sampai ruang leher visera ETIOLOGI Kuman penyebabnya biasanya campuran kuman seperti streptococcus haemoliticus, stphylococcus aureus dan anaerob seperti bacteriodes melaninogenicus.sumber infeksi dapat melalui jarum suntikan analgesia infiltrasi pada tonsilektomia melalui pembuluh darah atau hematogen, limfogen atau supurasi kelenjar limfe leher dalam, infeksi didaerah faring atau gigi serta penjalaran infeksi dari ruang leher dalam lainnya. GEJALA DAN TANDA KLINIS Gambaran klinis berupa gejala infeksi umum sepert dema, leukositosis, nyeri tenggorok dan nyeri menelan, nyeri dan bengkak pada leher dibelakang angulus mandibula, trismus dan pendorongan dinding lateral faring ke arah medial. DIAGNOSIS BANDING

16 1. Parotitis / abses parotitis 2. Abses submandibula 3. Tumor DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gajala dan tanda klinik.bila meragukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa fofo rontgen jaringan lunak AP atau CT scan. PENATALAKSANAN 1. Penderita dirawat di Rumah Sakit dan istirahat di tempat tidur, diberikan infus cairan dan diobservasi ketat terhadap tanda tanda komplikasi 2. Segera diberi antibiotik parenteral penisilin dan metronidazol 3 X mg/hari kemudian dilakukan drainase eksternal dalanm narkosis umum.insisis kira kira 2 cm dibawah dan sejajar mandibula sampai dibatas anterior m.sternokleidomastoid. 3. Tindakan drainase inraoral dengan melakukan insisi dan drainase dalam analgesia topikal bila tampak penonjolan ke dalam rongga faring. KOMPLIKASI Dapat terjadi akibat penjalaran infeksi ke intrakranial, mediastinum dan ruang leher dalam lainnya. Sebagai komplikasi ke selubung karotis dapat terjadi trombosis vena jugularis.penekanan pada laring dan trake dapat menyebabkan edem laring dan pendorongan trakea.pada keadaan gawat dapat terjadi septikemia sampai syok sepsis. ABSES MANDIBULA ETIOLOGI Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur atau kelenjar limfe submandibula.kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan anaerob. GEJALA DAN TANDA KLINIS

17 Nyeri leher disertai pembengkakan dibawah mandibula atau dibawah lidah PENATALAKSANAAN Antibiotik dosis tinggi, evakuasi abses dengan anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas.insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os.hyoid tergantung letak dan luas abses. ANGINA LUDOVICI Merupakan selulitis atau flegmon ruang potensial sublingual dan submandibula ETIOLOGI Sumber infeksi berasal dari gigi atau dasar mulut oleh kuman aeorb dan anaerob. GEJALA DAN TANDA KLINIS Terdapat nyeri tenggorok dan leher disertai pembengkakan didaerah submandibula yang tampak hiperemis dan keras pada perabaan.dasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah keatas belakang sehingga menimbulkan sesak nafas karena sumbatan jalan nafas DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat sakit gigi, mengorek atau mencabut gigi, gejala dan tanda klinik. PENTALAKSANAAN Antibiotik dengan dosis tinggi dan dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan) dan evakuasi pus.insisi dilakukan di garis tengah secara horizontal setinggi os hioid (3-4 jari dibawah mandibula).perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebab infeksi (gigi) untuk mencegah kekambuhan

18 KOMPLIKASI Sumbatan jalan nafas, penjalaranabses ke ruang leher dalam lain dan sepsis Kesimpulan 1. Abses pada rongga leher sebagian besar terjadi akibat manifestasi dari penyakit / trauma sebelumnya pada organ atau daerah yang berhubungan langsung satu sama lain dan menempati potensial area yang merupakan tempat timbulnya abses. 2. Gejala klinis yang timbul dapat berupa gejala yang ringan sampai gejala yang berat dan dapat menimbulkan kematian. 3. Diagnosis ditegakkan bedasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis disertai aspirasi dan pemeriksan radiologis. 4. Penatalaksanaan dapat dilakukan secara medikamentosa dan operatif bergantung dari luasnya abses. DAFTAR PUSTAKA 1. Murphy SC. The Person Behind the Eponym: Wilhelm Frederick von Ludwig. Journal of Oral Pathology & Medicine. August

19 2. Fachruddin D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; Damayanti. Kumpulan Kuliah Stomatologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. 4. Raharjo SP. Penatalaksanaan Angina Ludwig. Jurnal Dexa Media. Januari-Maret 2008; Vol Anonymous. Ludwig's Angina available at: 6. Hartmann RW. Ludwig's Angina in Children. Journal of American Family Physician. July1999; Vol Winters S. A Review of Ludwig's Angina for Nurse Practitioners. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners. December 2003; Vol. 15(Issue 12). LAPORAN KASUS ABSES RUANG LEHER DALAM

20 Pembimbing : dr. H. Pramushinto Adhy, Sp. THT-KL Disusun Oleh : Rizki Dwi Sukardi Hatim Alwan Shela Maulida PROGRAM STUDI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2014

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

LAPORAN KASUS (CASE REPORT) LAPORAN KASUS (CASE REPORT) I. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : Amelia : 15 Tahun : Perempuan : Siswa : Bumi Jawa Baru II. Anamnesa (alloanamnesa) Keluhan Utama : - Nyeri ketika Menelan

Lebih terperinci

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE Laporan Kasus Besar Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE 406117055 IDENTITAS PASIEN PEMERIKSAAN SUBJEKTIF AUTOANAMNESIS Rabu, 25 April jam 09.00 1. Keluhan Utama Benjolan

Lebih terperinci

Laporan Operasi Tonsilektomi

Laporan Operasi Tonsilektomi Laporan Operasi Tonsilektomi Oleh: Ahmad Riza Faisal Herze 1110103000034 Pembimbing: dr. Heditya Damayanti, Sp.THT-KL KEPANITERAAN KLINIK THT RSUP FATMAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial yang terletak di antara fasia leher dalam, sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016 LAPORAN KASUS Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober 2016 12 November 2016 MENIERE S DISEASE Pembimbing: dr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL

Lebih terperinci

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil TONSILEKTOMI 1. Definisi Tonsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Definisi Infeksi Leher Dalam Infeksi leher dalam merupakan infeksi leher pada ruang (potensial) diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR Diajukan guna melengkapi tugas Komuda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Simposium dan Workshop Emergensi di Bidang Telinga Hidung dan Tenggorok

Simposium dan Workshop Emergensi di Bidang Telinga Hidung dan Tenggorok Naskah Lengkap Simposium dan Workshop Emergensi di Bidang Telinga Hidung dan Tenggorok Pangeran Beach Hotel Padang 9 Februari 2013 Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

ABSES RETROFARING. Dr. Andrina Yunita Murni Rambe. Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Universitas Sumatera Utara

ABSES RETROFARING. Dr. Andrina Yunita Murni Rambe. Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN ABSES RETROFARING Dr. Andrina Yunita Murni Rambe Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Universitas Sumatera Utara Abses retrofaring adalah suatu peradangan yang

Lebih terperinci

BAB 2 ABSES LEHER DALAM

BAB 2 ABSES LEHER DALAM BAB 1 PENDAHULUAN Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. 1 Abses leher dalam terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD

Lebih terperinci

Gambar 1. Anatomi normal tonsil palatina dan jaringan disekitarnya.(8)

Gambar 1. Anatomi normal tonsil palatina dan jaringan disekitarnya.(8) Abses Peritonsiler Beberapa tahun terakhir ini penegakan diagnosis dan penanganan pada infeksi leher dalam telah memberi tantangan kepada para ahli untuk melakukan penelitian lebih dalam. Rumitnya dan

Lebih terperinci

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma Identitas Pasien Nama: An. J Usia: 5 tahun Alamat: Cikulak, Kab Cirebon Jenis Kelamin: Perempuan Nama Ayah: Tn. T Nama Ibu: Ny. F No RM: 768718 Tanggal Masuk: 12-Mei-2015 Tanggal Periksa: 15-Mei-2015 Anamnesis

Lebih terperinci

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u m a h S a k i t I s l a m J a k a r t a, P o n d o k

Lebih terperinci

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 Kepaniteraan Klinik Pediatri Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2013

Lebih terperinci

STASE ILMU THT LAPORAN KASUS ABSES LEHER DALAM

STASE ILMU THT LAPORAN KASUS ABSES LEHER DALAM STASE ILMU THT LAPORAN KASUS ABSES LEHER DALAM Nama : Shabrina Sasianti NIM : 2011730098 Pembimbing Rumah Sakit : Dr. Dian Nurul, Sp. THT : RSIJ Pondok Kopi PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4. KONSEP MEDIK A. Pengertian Mastoiditis Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala

Lebih terperinci

Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit :

Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Pengertian Kode Penyakit SOP Peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil

Lebih terperinci

BED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.

BED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp. BED SITE TEACHING Dani Dania D - 12100113044 Siti Fatimah - 12100113045 Lisa Valentin S - 12100113001 Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.PD SMF ILMU PENYAKIT DALAM P3D FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA RS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN S IDENTITAS PASIEN S NAMA: MUH FARRAZ BAHARY S TANGGAL LAHIR: 07-03-2010 S UMUR: 4 TAHUN 2 BULAN ANAMNESIS Keluhan utama :tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Pharynx Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Pharynx terletak di belakang

Lebih terperinci

GAMBARAN KASUS ABSES LEHER DALAM DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : VERA ANGRAINI

GAMBARAN KASUS ABSES LEHER DALAM DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : VERA ANGRAINI GAMBARAN KASUS ABSES LEHER DALAM DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012-2014 Oleh : VERA ANGRAINI 120100290 FAKULTAS KEDOKTERAN UNUIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 GAMBARAN KASUS ABSES LEHER DALAM

Lebih terperinci

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP:

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP: 1 Berkas Okupasi Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan : No Berkas : No Rekam Medis : Pasien Ke : dalam keluarga Data Administrasi tanggal diisi oleh Nama: NPM/NIP: Nama Umur / tgl. Lahir Pasien Keterangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK

LAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK LAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK SEORANG LAKI-LAKI 17 TAHUN DENGAN FRAKTUR SEGMENTAL MANDIBULA DEXTRA TERTUTUP NON KOMPLIKATA Pembimbing dr. Benny Issakh, Sp.B, SpB.Onk Disusun Oleh Hj Mutiara DPR 22010111200152

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN PADA LEHER ( ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap

Lebih terperinci

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM TRAUMA MUKA DAN HIDUNG DEPT. THT FK USU / RSHAM PENDAHULUAN Hidung sering fraktur Fraktur tulang rawan septum sering tidak diketahui / diagnosis hematom septum Pemeriksaan dapat dilakukan dengan palpasi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

(Assessment of The Ear)

(Assessment of The Ear) Pengkajian Pada Telinga (Assessment of The Ear) RIWAYAT KESEHATAN Keluhan Utama Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pola Hidup dan Psikososial Review System 1. Keluhan Utama Kehilangan Pendengaran Nyeri Drainase

Lebih terperinci

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi

Lebih terperinci

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING Pasaribu AS 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang. Kejang adalah peristiwa yang

Lebih terperinci

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Para peserta dan orangtua/wali yang terhormat, Medical check up merupakan salah satu tahapan dalam proses Penerimaan Santri Baru (PSB) yang harus diikuti

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Disusun Oleh : AHMAD IKHLASUL AMAL 092110004 STASE KEPERAWATAN ANAK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. D Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 83 tahun Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl.

Lebih terperinci

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS Pembimbing: drg. Ernani Indrawati. Sp.Ort Disusun Oleh : Oktiyasari Puji Nurwati 206.12.10005 LABORATORIUM GIGI DAN MULUT RSUD KANJURUHAN KEPANJEN FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik. LAPORAN KASUS RUMAH SAKIT UMUM YARSI II.1. Definisi Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik). II.2. Etiologi Epistaksis dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

Abses dentogen subkutan

Abses dentogen subkutan Fonny Dahong: Abses dentogen subkutan 69 Abses dentogen subkutan Fonny Dahong Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia ABSTRACT Subcutaneous mandibular abscess

Lebih terperinci

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran I PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama :Tn. G Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 25 tahun Status Perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN PADA MANUSIA. Abstraksi

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN PADA MANUSIA. Abstraksi SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN PADA MANUSIA Hanif Al Fatta dan Sutopo Wibowo Dosen STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Perkembangan dunia medis terkini banyak menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS. Epistaksis. Oleh : Nanny Herwanto, S.Ked ( ) Pembimbing : dr. Ahmad Dian Wahyudiono, Sp.THT-KL

LAPORAN KASUS. Epistaksis. Oleh : Nanny Herwanto, S.Ked ( ) Pembimbing : dr. Ahmad Dian Wahyudiono, Sp.THT-KL LAPORAN KASUS Epistaksis Oleh : Nanny Herwanto, S.Ked (0610710092) Pembimbing : dr. Ahmad Dian Wahyudiono, Sp.THTKL Laboratorium Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Anatomi dan fisiologi tenggorokan Anatomi Tenggorokan 8

Anatomi dan fisiologi tenggorokan Anatomi Tenggorokan 8 Anatomi dan fisiologi tenggorokan 2.3.1 Anatomi Tenggorokan 8 Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra, terdiri dari faring dan laring. Bagian terpenting dari tenggorokan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah merupakan faktor

Lebih terperinci

FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial

FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menjalani praktikum fisik diagnostik kepala leher, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Melakukan pemeriksaan fisik telinga dengan benar 2. Melakukan

Lebih terperinci

Portofolio Kasus 1 SUBJEKTIF OBJEKTIF

Portofolio Kasus 1 SUBJEKTIF OBJEKTIF Portofolio Kasus 1 SUBJEKTIF Pasien Tn.D, 22 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 3 hari yang lalu, mual dan muntah sebanyak 3 kali sejak 2 malam yang lalu. Selain itu os juga mengeluhkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI FARINGITIS AKUT Laporan Penyakit : 1302 ICD X : J.00-J.01 Faringitis adalah Inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring (dapat

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,

Lebih terperinci

SEORANG LAKI-LAKI USIA 21 TAHUN DENGAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVICULA DEXTRA 1/3 TENGAH

SEORANG LAKI-LAKI USIA 21 TAHUN DENGAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVICULA DEXTRA 1/3 TENGAH PRESENTASI KASUS SEORANG LAKI-LAKI USIA 21 TAHUN DENGAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVICULA DEXTRA 1/3 TENGAH Oleh : De yang WPP G99141092 Pembimbing: dr. Tito Sumarwoto, Sp. OT (K) KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP:

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP: 1 Berkas Pasien Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan : No Berkas : No Rekam Medis : Pasien Ke : dalam keluarga Data Administrasi tanggal diisi oleh Nama: NPM/NIP: Nama Umur / tgl. Lahir Alamat Jenis kelamin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian dilakukan sampai jumlah sampel terpenuhi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ABSES LEHER DALAM

TINJAUAN PUSTAKA DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ABSES LEHER DALAM TINJAUAN PUSTAKA DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ABSES LEHER DALAM oleh : Tris Sudyartono BAGIAN I. K. THT- KL FK UNDIP / SMF IK THT- KL RS DR. KARIADI SEMARANG 1 PENDAHULUAN Abses leher dalam atau Deep

Lebih terperinci

Wanita 29 tahun G2P1A0 dengan post-term, fetal distress, dan ruptura uteri iminens

Wanita 29 tahun G2P1A0 dengan post-term, fetal distress, dan ruptura uteri iminens Wanita 29 tahun G2P1A0 dengan post-term, fetal distress, dan ruptura uteri iminens IDENTITAS PASIEN Ny. S 29 tahun Islam Jawa Kaligangsa RT.06 RW.01, Margadana, Kota Tegal Pedagang ANAMNESIS Tanggal 07-10-14

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI Data Diri DokterMuda NamaPasien Alamsyah JenisKelamin Laki-laki 59 tahun No. CM 1-07-96-69 Soal 1 ReferensiLiteratur Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan. Nyeri dada dirasakan sekitar

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan glandula saliva. Sebelum membahas mengenai kedua penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan glandula saliva. Sebelum membahas mengenai kedua penyakit BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Mukokel dan ranula merupakan dua contoh dari beberapa penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva. Sebelum membahas mengenai kedua penyakit mulut tersebut, akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis kelamin Suku bangsa Agama Alamat : An. B : 6 tahun : lakilaki : Jawa/Indonesia : Islam : Gunung Pati, Semarang No. Register : 5526221

Lebih terperinci

Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga.

Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga. THT Otitis Eksterna (OE) Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga. Terdapat 2 jenis OE, yaitu OE sirkumkripta

Lebih terperinci

KASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya,

KASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, KASUS GIZI BURUK 1. Identitas a. Identitas Balita Nama : Yuni Rastiani Umur : 40 bln (29-06-2009) Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 29-06-2009 Alamat Agama Suku : Bojong Kaum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

SINUSISTIS MAKSILARIS EC HEMATOSINUS EC FRAKTUR LE FORT I. Lukluk Purbaningrum FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta RSUD Salatiga

SINUSISTIS MAKSILARIS EC HEMATOSINUS EC FRAKTUR LE FORT I. Lukluk Purbaningrum FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta RSUD Salatiga SINUSISTIS MAKSILARIS EC HEMATOSINUS EC FRAKTUR LE FORT I Lukluk Purbaningrum 20070310087 FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta RSUD Salatiga IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. R Umur : 53 tahun Alamat : Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pharmaceutical Care adalah salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan dan selalu berhubungan dengan elemen lain dalam bidang kesehatan. Farmasi dalam kaitannya

Lebih terperinci

IDENTITAS PASIEN. Tanggal Lahir : 17 September 1964 Status Perkawinan : Sudah menikah

IDENTITAS PASIEN. Tanggal Lahir : 17 September 1964 Status Perkawinan : Sudah menikah ACS STEMI IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.T Jenis Kelamin : Laki-Laki Usia : 46 tahun Tanggal Lahir : 17 September 1964 Status Perkawinan : Sudah menikah Agama : Islam Pekerjaan : Pengendara sepeda Alamat :

Lebih terperinci

riwayat personal-sosial

riwayat personal-sosial KASUS OSCE PEDIATRIK 1. (Gizi Buruk) Seorang ibu membawa anaknya laki-laki berusia 9 bulan ke puskesmas karena kha2atir berat badannya tidak bisa naik. Ibu pasien juga khawatir karena anaknya belum bisa

Lebih terperinci

Diagnosis, Tata Laksana dan Komplikasi Abses Peritonsil. Diagnosis, Management and Complication of Peritonsil Abscess

Diagnosis, Tata Laksana dan Komplikasi Abses Peritonsil. Diagnosis, Management and Complication of Peritonsil Abscess Erna M. Marbun Tinjauan Pustaka Staf Pengajar Bagian THT Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi: Jl Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Abstrak Abses peritonsil adalah

Lebih terperinci

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria)

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria) Lampiran : Surat No. 224/DL.004/V/AMG-2012 Tanggal 15 Mei 2012 Hal : Pemeriksaan Kesehatan MACAM DAN JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN 1. Riwayat Penyakit (Anamnesis) 2. Pemeriksaan Fisik (Physical Test) 3.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi saluran nafas atas akut yang sering terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tonsillitis atau yang lebih dikenal masyarakat dengan amandel sering diderita anakanak. Kejadian tersebut sering membuat ibu-ibu merasa khawatir, karena banyak berita

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6 MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6 TINDAK LANJUT Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI Oleh : Rita Purnamasari Tanggal : 11 November 2011 Waktu : 10.00 WIB I. PENGKAJIAN A. IDENTITAS ISTERI SUAMI Nama : Ny. Y Tn. A Umur

Lebih terperinci

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal. HIDUNG Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS No. Rekam Medis : 55-13-XX Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Hampir 60 % tumor ganas kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring,

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April 2010 A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien a. Biodata Pasien Nama : An. A Tanggal lahir : 21 Agustus 2009 Umur Jenis kelamin Suku Bangsa Agama

Lebih terperinci

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A. Asuhan Keperawatan kasus I. PENGKAJIAN Nama/Inisial : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 28 tahun Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat :Jl. Dusun I

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ANGINA LUDWIG PADA PASIEN LAKI-LAKI DEWASA MUDA KARENA INFEKSI ODONTOGEN 1) Mahaputri AR 1) Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Latar Belakang. Angina Ludwig merupakan selulitis diffusa

Lebih terperinci

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI GANGGUAN NAPAS PADA BAYI Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch) Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi BATASAN Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau

Lebih terperinci

Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum

Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum INFEKSI NIFAS PRINSIP DASAR Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum PREDISPOSISI - Malnutrisi - Anemia - Higiene jelek - Persalinan macet / bermasalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung pada tanggal

Lebih terperinci

M/ WITA/ P4A0

M/ WITA/ P4A0 RESUME 1.Ny. E/35 tahun/mrs 7 Juni 2015 jam 05.15 WITA/ G 3 P 2 A 0 Aterm Inpartu Kala I Fase Aktif, PER 2.Ny. M/17 tahun/mrs 6 Juni 2015 jam 15.30 WITA/ G 1 P 0 A 0 gravid 40 minggu, janin tunggal hidup,

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

Gambar 1. Anatomi Palatum 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum 2.1.1 Anatomi Palatum Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum

Lebih terperinci