ANALISA KEBISINGAN DAERAH PERUMAHAN ANGKASA PURA I AKIBAT FLYOVER PESAWAT TERBANG DI BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN

Transkripsi

1 ANALISA KEBISINGAN DAERAH PERUMAHAN ANGKASA PURA I AKIBAT FLYOVER PESAWAT TERBANG DI BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN ELYSA MARGARET IR. TUTUG DHANARDONO, MT NIP LABORATORIUM REKAYASA AKUSTIK DAN FISIKA BANGUNAN JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2 OUTLINE Latar Belakang Permasalahan dan Tujuan Tinjauan Pustaka dan Teori Penunjang Metodologi Penelitian Hasil dan Kesimpulan

3 Latar belakang nalisa kebisingan

4 RUMUSAN MASALAH Bagaimana kelayakan perumahan Angkasa Pura I dengan statusnya sebagai pemukiman tempat tinggal jika dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2012 serta kelayakan pesawat terbang jika dibandingkan dengan aturan pada ICAO Annex 16 Volume 1? Bagaimana karakteristik pesawat yang flyover mealui perumahan Angkasa Pura I Balikpapan?

5 TUJUAN Mengevaluasi kelayakan perumahan Angkasa Pura I sebagai pemukiman berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2012 dan kelayakan pesawat terbang berdasarkan ICAO Annex 16 Volume 1 Mengetahui karakteristik pesawat yang flyover melalui Perumahan Angkasa Pura I Balikpapan

6 Batasan masalah Indikator evaluasi yang digunakan dalam evaluasi kebisingan ini adalah WECPNL dan EPNL Lokasi pengambilan data untuk WECPNL dan EPNL adalah di daerah perumahan Angkasa Pura I Balikpapan Measurement point yang digunakan untuk evaluasi EPNL adalah approach noise measurement point Data kondisi cuaca diambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika bandara

7 Teori penunjang Metrik Pengukuran Kebisingan Pesawat Terbang Ambang Batas Kebisingan Pesawat Terbang WECPNL ICAO Annex 16 volume 1 EPNL PP No. 40 Tahun 2010

8 WECPNL EPNL 70 WECPNL < WECPNL < WECPNL EPNdB max = log M

9 Pengukuran Tingkat Kebisingan Approach reference noise Tidak terjadi hujan Suhu udara adalah antara -10 o C dan 35 o C Kelembapan relatif adalah antara 20% dan 95% Penilaian Tingkat Kebisingan Pesawat Terbang WECPNL = db A + 10 log N PP 27 No. 40 Tahun 2012 Sesuai lampiran pada ICAO Annex 16 Volume 1 Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5

10 METODOLOGI MULAI PENELITIAN Studi Literatur A B Pengambilan Data Kebisingan PNLTM Dan Plot PNLT TTB Max Tiap Pesawat Data Hasil Rekaman Yoshimasa Koreksi Durasi EPNL Data TTB Fungsi Frekuensi Dan Waktu (k1) Data TTB Fungsi Frekuensi Dan Waktu (k2) Data TTB Fungsi Frekuensi Dan Waktu (kn) Analisa Data Kesimpulan Dan Saran PNL(k1) C(k1) PNL(k2) C(k2) PNL(kn) C(kn) SELESAI Perhitungan WECPNL PNLT(k1) PNLT(k2) PNLT(kn) A B

11 WECPNL METODE PENGOLAHAN DATA Measurement data in 1 day were collected in divided into time event category Nilai N pada persamaan 2.4 didapatkan berdasarkan pengelompokkan data tersebut Setiap nilai TTB maksimal pesawat merupakan nilai L i, lalu dihitung nilai 10 L i 10 untuk tiap pesawat. Tiap nilai hasil perhitungan untuk 10 L i 10 dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah semua pesawat yang lewat pada hari itu Nilai dihitung dengan menggunakan persamaan 2.3 dengan nilai yang sudah didapatkan pada langkah sebelumnya

12 EPNL Data hasil perekaman Yoshimasa dalam bentuk TTB perfrekuensi dengan pencuplikan tiap 0.5 sekon Nilai TTB pada tiap pita frekuesi 1/3 (50 Hz 10,000 Hz) dikonversi ke bentuk perceived noise Nilai perceived noise total dihitung dan hasilnya digunakan untuk menghitung nilai perceive noise Data untuk perhitungan koreksi durasi digunakan pada area data PNLTM 10 db dengan range data 2d Data PNLT(k) hasil perhitungan diplot menjadi grafik flyover Tiap frekuensi dan nilai TTBnya dimasukkan ke dalam tabel untuk perhitungan nilai tone correction.

13 NOISE MEASUREMENT WECPNL & EPNL

14 EPNL L p max background noise 10dB

15 Skema Pengukuran EPNL

16 HASIL PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA WECPNL WECPNL = db A + 10 log N 27 1 db A = 10 log ( n. i 10L n N = N 2 + 3N (N 1 + N 4 ) WECP NL db(a) L i n : indikator kebisingan pesawat udara yang direkomendasikan oleh ICAO : nilai desibel rata-rata dari tingkat tekanan bunyi maksimum yang diakibatkan oleh pesawat terbang dalam 1 hari : tingkat tekanan bunyi maksimum yang dicapai oleh 1 event pesawat terbang yang lewat : jumlah event pesawat terbang dalam kurun waktu 1 hari (24 jam) N : jumlah event pesawat terbang yang lewat dalam kurun waktu 1 hari (24 jam) yang telah diberi pembobotan sesuai dengan waktu terjadinya (pagi, petang, dan malam) N 1 : jumlah event pesawat terbang yang lewat dalam kurun waktu N 2 : jumlah event pesawat terbang yang lewat dalam kurun waktu N 3 : jumlah event pesawat terbang yang lewat dalam kurun waktu

17 HASIL PENGUKURAN UNTUK WECPNL No. Waktu TTB max Maskapai No. Waktu TTB max Maskapai No. Waktu TTB max Maskapai lion lion garuda lion sriwijaya garuda garuda garuda lion sriwijaya merpati lion lion wings air sriwijaya wings air lion lion lion citylink lion sriwijaya sriwijaya sriwijaya garuda batik air lion garuda sriwijaya garuda lion lion sriwijaya sriwijaya lion lion lion garuda lion wings air sriwijaya garuda lion lion lion lion lion lion garuda silkair lion lion wings air lion wings air garuda lion sriwijaya lion garuda garuda sriwijaya garuda garuda

18 N 2 52 N 3 9 N 1 +N 4 3 n 64 n i=1 10 L i db A = 10 log db A = db(a) N = (9) (3) N = 109 WECPNL = db(a) + 10 log WECPNL = WECPNdB

19 Hari N 2 N 3 N 1 +N db(a WECP n 4 ) NL Grafik WECPNL dan db(a) TTB (dba) Hari Pengambilan Data WECPNL dba

20 EPNL Nilai Ambang Batas EPNL Jenis Pesawat EPNdB Maksimal A (B ER) 101 B (CRJ 1000NG) 99 C (B 738) 101 D (B ) 99 E (ATR72-5 dan ATR 98 42)

21 HASIL PENGUKURAN UNTUK EPNL ALL k 1.25k 1.6k 2k 2.5k 3.15k 4k 5k 6.3k 8k 10k

22 Chart Title Frekuensi (Hz) Lp (db) Noys (n(i,k)) k k k k k k k k k k k

23 N k = 0,85. (n k ) n(i, k) N k = 0.85(10.94) i= (143.14) N k = PNL k = 40, log N(k) log 2 PNL k = 40, log log 2 PNL k = n(k) N(k) : nilai terbesar dari 24 nilai n(i,k) : total perceive noise n(i,k)

24 TONE CORRECTION Frekuensi f, Hz 50 f < f < f < Perbedaan TTB F, db Tone Correction C, db 3 F < 20 F/6 20 F F < 20 F/3 20 F F < 20 F/6 20 F Frekuen si SPL step a step b step d Step e Step f Step g Step h C(k) k k k k k k k k k k k

25 PNLT Pesawat A PNLT(k) = PNL(k) + C(k) PNLT(k) = PNdB PNLT(k) = PNdB PNLT(k) Waktu

26 D = 10 log 2d k=0 antilog PNLT(k) 10 PNLTM D = 10 log D = 5.61 EPNL = EPNL = EPNdB

27 Hasil Perhitungan EPNL Jenis Pesawat EPNL Jenis Pesawat EPNL Jenis Pesawat EPNL Jenis Pesawat EPNL A A B D A A B D A A B D A A B D A A B D A A C D A A C D A A C D A A C D A A C D A A C E A A C E A B C E A B C E A B-3 96 C E

28 GRAFIK PNLT TIAP JENIS PESAWAT PNLT (PNdB) Plot Perceived Noise Level Pesawat A Waktu (sekon) PNLT (PNdB) Plot Perceived Noise Level Pesawat B Waktu (sekon) Plot Perceived Noise Level Pesawat C PNLT (PNdB) Waktu (sekon)

29 PNLT (PNdB) Plot Perceived Noise Level Pesawat D Waktu (sekon) PNLT (PNdB) Plot Perceived Noise Level Pesawat E Waktu (sekon)

30 KESIMPULAN Nilai WECPNL di Perumahan Angkasa Pura I memiliki range WECPNdB. Sehingga disimpulkan bahwa Perumahan Angkasa Pura I tidak layak dijadikan pemukiman tempat tinggal. Untuk dapat memenuhi, maka minimal jarak perumahan ke landasan adalah 11 km.

31 Nilai EPNL oleh pesawat A memiliki range 99 EPNdB 101 EPNdB, pesawat B dengan range 94 EPNdB 96 EPNdB, pesawat C dengan range 99 EPNdB 100 EPNdB, pesawat D dengan range 98 EPNdB 102 EPNdB, dan pesawat E dengan range 96 EPNdB 98 EPNdB. Dari 60 sampel pesawat, terdapat 10 pesawat yang melebihi ambang batas terutama pada pesawat C.