PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH
|
|
- Bambang Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH Ajeng Putri Mayangsari Pembimbing I : Andi Rahmadiansah, ST, MT. Pembimbing II : Ir. Tutug Dhanardono Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kampus ITS Sukolilo, Surabaya Abstrak Pemukiman penduduk di jalan Ambengan Surabaya yang terletak di pinggiran jalur rel kereta api sangat terganggu oleh kebisingan kereta api yang melewati jalur tersebut. Dari hasil observasi lapangan diperoleh bahwa di jalur rel kereta api jalan Ambengan setiap harinya dilewati kereta api sebanyak 72 kali yaitu 62 kali kereta penumpang dan 10 kali kereta barang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan kebisingan ini adalah dengan membangun dinding penghalang (barrier) antara rel kereta api dan pemukiman penduduk. Perancangan barrier ini menggunakan metode Nomograph. Dengan keterbatasan jarak antara rel kereta api dan lokasi pemukiman penduduk yang hanya 8.5m, maka diperoleh nilai pengurangan kebisingan sebesar 12.8 dba. Dari data tingkat kebisingan yang telah diukur diperoleh nilai tingkat kebisingan maksimum adalah sebesar dba. Dengan dirancangnya barrier sepanjang 100m, tinggi 4m, dan tebal antara 23.88cm-28.9cm tersebut, maka tingkat kebisingan yang diterima oleh pemukiman penduduk yang berada disekitar jalur rel kereta api menjadi dba. Kata Kunci : kebisingan, barrier, nomograph 1. PENDAHULUAN Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang juga menjadi sentral dari segala kegiatan masyarakat seperti pendidikan, bisnis, pusat perbelanjaan, dan lain-lain. Dan salah satu aspek yang menunjang semua kegiatan-kegiatan tersebut adalah aspek transportasi. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa transportasi menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dapat menjalankan segala kegiatan. Dan salah satu transportasi yang paling diminati saat ini adalah kereta api karena tidak macet dan dapat lebih cepat sampai ke tempat tujuan. Namun ada beberapa rel kereta api di Surabaya ini yang lokasinya sangat berdekatan dengan pemukiman penduduk, hal tersebut berdampak sangat buruk bagi warga yang berada di sekitar rel kereta api karena kebisingan yang ditimbulkan dari kereta api yang sedang melaju adalah cukup tinggi. Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat kebisingan adalah dengan perencanaan kota. Akan tetapi di kota-kota besar hal ini seringkali tidak tercapai akibat pertumbuhan populasi dan tidak tersedianya lahan yang seimbang. Sehingga rumah dan bangunan harus dibangun secara berdekatan dan bahkan berdempetan dengan rel kereta api. Kondisi situasi jalur rel kereta api di jalan Ambengan yang cukup padat dan berdekatan dengan lokasi pemukiman penduduk menimbulkan gangguan kebisingan yang cukup tinggi sehingga hal tersebut dapat mengganggu kenyamanan warga yang bermukim disekitar rel kereta api. Pada penelitian ini akan dirancang sebuah barrier sebagai salah satu upaya tindakan akustik untuk mengurangi tingkat kebisingan, agar dapat tercipta lingkungan pemukiman penduduk yang nyaman dan tenang. 2. DASAR TEORI 2.1 Bising Kebisingan merupakan bunyi-bunyian yang tidak diperlukan dan sifatnya mengganggu. Definisi ini menghasilkan dua aspek bising yaitu aspek fisik yang ditunjukkan dengan bunyi, dan juga aspek subjektif seperti asal bunyi dan keadaan pikiran dan temperamen penerima. Tingkat kebisingan adalah ukuran derajat tinggi rendahnya kebisingan yang dinyatakan dalam satuan desibel (db). dba adalah satuan tingkat kebisingan dalam kelas A yaitu kelas yang sesuai dengan respon telinga manusia normal. Bising yang cukup keras, di atas sekitar 70 db, dapat menyebabkan kegelisahan (nervousness), kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung dan masalah peredaran darah. Bising yang sangat keras, di atas 85 db, dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan seseorang pada umumnya, dan bila berlangsung lama kehilangan pendengaran sementara atau permanen dapat terjadi. Bising yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam masalah-masalah kelainan seperti penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi [2]. Pengendalian bising secara teknis dapat dilakukan dengan 3 cara 1. Pengendalian bising yang dihasilkan pada sumber. Pengendalian kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan dengan memodifikasi 1
2 mesin atau menempatkan peredam pada sumber getaran. Tetapi alternatif ini memerlukan penelitian intensif dan umumnya juga memerlukan biaya cukup tinggi. 2. Pengendalian bising yang ditransmisikan Pengendalian bising yang ditransmisikan melalui udara atau material lain minimal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu insulasi dan absorbsi. Insulasi digunakan untuk menempatkan penghalang (barrier) antara bunyi dan suatu area atau orang yang dilindungi dari bising. Absorbsi digunakan untuk melindungi orang atau objek yang ditempatkan pada tempat yang sama dengan sumber bunyi. 3. Pengendalian bising pada penerima Ketika pengontrolan bunyi di lingkungan gagal dilakukan, dapat diusahakan perlindungan terhadap manusia dengan pemakaian tutup telinga (earmuff), sumbat telinga (earplug), dan perlengkapan pelindung sejenis. 2.2 Desibel Kepekaan telinga yang tidak sama terhadap bunyi menyebabkan pengukuran tingkat keras bunyi menggunakan satuan desibel (db) menjadi lebih mudah, karena terdiri dari angka-angka yang lebih mudah dipahami. Batas terbawah kemampuan telinga manusia dalam mendengar bunyi adalah 0 db dan batas tertinggi adalah 140 db. Pengukuran bunyi menggunakan tingkat keras cenderung lebih sesuai dilakukan sebab sensasi yang secara nyata dirasakan telinga, lebih pada keras atau pelannya bunyi, sementara faktor frekuensi adalah pertimbangan selanjutnya. Satuan tingkat bunyi disesuaikan dengan beban jaringannya, misalnya dba, dbb, dbc dan dbd. Skala A merupakan respon yang paling mewakili batasan pendengaran manusia dan respon telinga terhadap bising, termasuk bising lalu lintas serta bising yang dapat menimbulkan kehilangan pendengaran. Skala A dinyatakan dalam satuan dba. Tabel 2.1 Peraturan Menkes No. 781/MENKES/XI.1987 Zona Jenis Daerah Batas Maks (dba) Dianjurkan Dibolehkan A Rumah Sakit, Tempat Penelitian B Perumahan, Sekolah C Perkantoran, Pertokoan, Pasar D Industri, Pabrik Pagar (Barrier) untuk Mengatasi Kebisingan Pagar adalah elemen luar bangunan yang sering dijumpai di Indonesia. Pagar dapat dimanfaatkan sekaligus sebagai peredam rambatan gelombang bunyi. Beberapa pertimbangan agar pagar juga dapat berperan sebagai peredam secara maksimal diuraikan sebagai berikut [1] 1. Faktor Posisi Meski bunyi yang merambat dari sebuah sumber bunyi tersebar secara merata ke segala arah, namun bunyi yang diterima bangunan umumnya diperoleh dari perambatan bunyi secara mendatar atau pada sudut kemiringan tajam. Perambatan gelombang bunyi secara horizontal atau dalam sudut tajam dapat ditahan dengan elemen bangunan berposisi tegak (vertikal). Oleh karena itu elemen bangunan yang berupa elemen vertikal akan lebih berhasil mengatasi perambatan ini dibanding elemen horizontal, seperti yang terlihat pada gambar 2.1. Bunyi dengan frekuensi yang amat rendah akan disertai getaran yang hebat oleh karena kuatnya gelombang yang dimilikinya. Pada keadaan semacam ini tidak hanya elemen vertikal bangunan yang akan berperan dalam menghambat perambatan, namun juga elemen horizontal. Hal ini terjadi karena hebatnya getaran yang menyertai bunyi tidak mampu diredam sepenuhnya oleh tanah. Gambar 2.1 Elemen vertikal bangunan menerima perambatan bunyi secara langsung 2. Faktor Perletakan Elemen vertikal bangunan berupa pagar yang digunakan untuk menahan perambatan gelombang bunyi idealnya diletakkan sedemikian rupa agar menghasilkan peredaman terbaik. Secara garis besar terdapat tiga kemungkinan perletakan elemen vertikal, dengan asumsi bahwa letak sumber bunyi terpusat di tengah badan jalan. Ketiga perletakan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 a. Cenderung lebih mendekati sumber bunyi Pada keadaan ini, elemen penghalang bangunan (seperti pagar) diletakkan dengan jarak tertentu dan berdiri sendiri (terpisah dari bangunan). Contohnya adalah pagar. Pada bangunan dengan luas lahan yang mencukupi, sangat 2
3 dimungkinkan pagar diletakkan cukup jauh dari dinding muka bangunan. Dengan perletakan semacam ini maka gelombang bunyi yang menyentuh ujung atas pagar, sebagian akan dibelokkan ke atas dan sebagian ke arah bawah. Oleh karena dinding muka bangunan berada pada jarak yang cukup jauh, maka pembelokan perambatan gelombang bunyi itu dimungkinkan untuk tidak langsung menuju ke bangunan, meskipun sebagian dari gelombang bunyi ini juga dimungkinkan untuk tetap merambat menuju dinding muka bangunan (Gambar 2.2a). b. Cenderung lebih mendekati bangunan Pada keadaan ini elemen vertikal diletakkan pada jarak cukup dekat dengan dinding muka bangunan. Hal ini terjadi pada bangunan dengan luas lahan kurang, hanya menyisakan lahan terbuka bagian depan yang jaraknya lebih pendek dari lebar setengah badan jalan. Gelombang bunyi yang mengenai permukaan pagar sebagian membelok ke atas dan sebagian besar sisanya langsung menuju dinding muka bangunan sehingga apabila pada dinding muka bangunan dipasang jendela atau lubang ventilasi lainnya maka gelombang bunyi akan langsung masuk ke dalam bangunan. Keadaan ini kurang menguntungkan dibandingkan bila pagar cenderung lebih dekat ke sumber bunyi, karena lebih banyak bagian dari gelombang bunyi yang terbelokkan menuju bangunan. Hal ini dapat diperbaiki dengan membuat pagar yang lebih tinggi, melebihi tinggi atap bangunan, agar pembelokan gelombang bunyi tidak menuju dinding muka bangunan (Gambar 2.2c). c. Apabila perletakan (a) tidak dapat dicapai karena keterbatasan lahan, perletakan (c) dengan ketinggian pagar jauh melebihi bangunan lebih disarankan. Perletakan pagar yang lebih dekat dengan bangunan (c) lebih baik dibandingkan perletakan pagar di tengah-tengah antara garis tengah jalan dinding muka bangunan (posisi b). Pada keadaan ini pembelokan gelombang bunyi sebagian besar justru langsung menuju dinding muka bangunan, sekalipun pagar ditinggikan (Gambar 2.2b). Gambar 2.2 Beberapa kemungkinan perletakan pagar atau barrier terhadap sumber kebisingan 3. Faktor Berat dan Kerapatan Material Menurut teori perambatan gelombang bunyi, material alam atau material bangunan yang memiliki berat tertentu lebih baik dalam meredam bunyi. Berat yang dimiliki tiap material mendukung material tersebut untuk bertahan pada posisinya untuk tidak mudah mengalami resonansi sehingga tidak meneruskan perambatan gelombang bunyi ke balik pembatas. Semakin berat dan tebal material atau lapisan material yang digunakan, semakin baik kemampuan redamnya, tidak saja karena menekan terjadinya resonansi, namun juga karena lebih mampu menyerap gelombang bunyi yang masuk melalui pori-porinya, dibandingkan material yang tipis dan ringan. 2.4 Barrier Insertion Loss Barrier Insertion Loss dapat diartikan dengan banyaknya bising yang dapat diserap oleh barrier. Insertion Loss (IL) dapat ditunjukkan dengan persamaan dibawah ini IL = L p0 L p2 (2.1) 2.5 Rugi Transmisi Bunyi (Sound Transmission Loss) Rugi transmisi bunyi atau sering disebut rugi transmisi (TL) suatu partisi, yang dinyatakan dalam desibel merupakan ukuran insulasi bunyi. Rugi transmisi sama dengan jumlah desibel berkurangnya energi bunyi datang pada partisi bila melewati struktur. Nilai numerik TL tergantung pada konstruksi partisi dan berubah dengan frekuensi bunyi. TL tidak tergantung pada sifat akustik ruangan yang dipisahkan oleh partisi itu. Rugi transmisi juga dipengaruhi oleh adanya frekuensi. Untuk frekuensi yang rendah TL dipengaruhi oleh ketebalan dari dinding, sedangkan untuk frekuensi yang semakin besar TL dipengaruhi oleh massa dari dinding. Perumusan yang berkaitan dengan frekuensi adalah sebagai berikut TL = (20 log W) + (20 log f) C (2.2) 3
4 dimana f = Frekuensi (Hz) W = Massa jenis (kg/m 2 /cm) C = koefisien = 47 Tabel 2.2 Kerapatan Material Barrier Surface Density Material Tebal (Lb/ft²/in) Tebal (Kg/m²/cm) Brick Cinder concrete 8 15 Dense concrete Wood Common glass Lead sheets Gypsum Reduksi Bising dari Dinding Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa TL ditentukan oleh sifat fisis partisi, tanpa tergantung sifat akustik ruang-ruang yang dipisahkan oleh partisi tersebut. Reduksi bising (Noise Reduction/NR) adalah istilah yang lebih umum daripada TL untuk menyatakan insulasi bunyi antara ruang-ruang karena ia ikut memperhitungkan efek berbagai jejak transmisi antara ruang sumber dan ruang penerima dan juga sifat akustik ruang-ruang ini. NR yang dinyatakan dalam desibel diberikan oleh NR = L p1 L p2 (2.3) 2.7 Metode Nomograph Metode Nomograph digunakan untuk menghitung seberapa tinggi barrier yang dibutuhkan untuk mengurangi bising sebesar yang diinginkan. Nomograph memberikan gambaran yang akurat untuk pengurangan tingkat tekanan bunyi (TTB). 3. METODOLOGI Tahapan yang digunakan pada penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa tahapan. Pertama, pengambilan data dengan mengukur tingkat kebisingan semua kereta api yang melewati area yang telah ditentukan sebelumnya. Kedua, memilih kereta api yang memiliki tingkat kebisingan paling tinggi. Ketiga, dilakukan pengambilan data dengan jarak yang berbeda-beda dari pinggiran rel kereta api dengan mengacu pada kereta api yang mempunyai tingkat kebisingan paling tinggi. Perancangan eksperimental pada penelitian tugas akhir ini disesuaikan kondisi lapangan yang ada. Adapun susunannya sebagai berikut: Sumber bunyi berupa kereta api atau dianggap sebagai sumber titik yang berjalan. Letak sumber bunyi berada disekitar pemukiman penduduk. Alat ukur (SLM) diletakkan ± 1,5 m diatas permukaan tanah. barrier Jumlah titik ukur sebanyak 5 titik. Menggunakan metode Nomograph untuk menentukan atenuasi barrier. rel kereta 100 m 10m 20m dst 4,5m(Ls) 4m(Lp) pemukiman Gambar 3.1 Denah Titik Pengukuran Keterangan gambar Jarak rel kereta dengan pemukiman (L/S) = 8,5 m Jarak barrier dengan sumber (Ls) = 4,5 m Jarak barrier dengan penerima (Lp) = 4 m Jarak titik ukur = 10 m, 20 m, 30 m, 40 m, 50 m Dimensi barrier : - Panjang = 100 m - Tinggi = 4 m Gambar 2.3 Barrier Nomograph 4
5 3.1 Metode Analisa Data dan Interpretasi Data Mulai Survey awal Pengambilan data Perancangan barrier Analisa hasil Selesai Selesai Gambar 3.2 Flowchart penelitian Setelah dilakukan perancangan barrier dilakukan analisa dan diambil kesimpulan. Model barrier hasil rancangan didapatkan seberapa besar pelemahannya, apakah sudah dapat menurunkan tingkat kebisingan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 781/MENKES/XI ANALISA DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui seberapa efektif barrier yang dirancang maka pada bab ini dilakukan analisa mengenai ketinggian, jarak barrier dengan sumber (Ls), serta jarak barrier dengan penerima (Lp) dan panjang barrier. Dalam pembahasan ini juga dapat diketahui efektifitas barrier dalam mereduksi bising kereta api agar memiliki kenyamanan akustik. 4.1 Data Hasil Pengukuran Hasil pengukuran tingkat kebisingan kereta api dilakukan pada 5 titik yaitu 10 m, 20 m, 30 m, 40 m dan 50 m maka dapat diperoleh nilai tingkat kebisingan overall dan juga pada tiap-tiap frekuensi. Pada hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh kereta api di jalur Ambengan sangat tinggi dan jauh diatas nilai ambang batas yang telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 781/MENKES/XI Selama pengukuran diperoleh tingkat kebisingan tertinggi yaitu pada jarak 10 m ketika posisi kereta api tepat lurus dengan alat ukur sebesar dba. Dari data-data pengukuran tingkat kebisingan pada tiap-tiap frekuensi yang telah diperoleh maka selanjutnya dapat dicari nilai Transmission Loss (TL) dengan mengacu pada target tingkat kebisingan pada daerah pemukiman seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu 55 db. Tabel 4.1 Nilai Transmission Loss (TL) TTBmax TL Jarak (TTBmax- (dba) 55dB) 10 m m m m m Dari nilai transmission loss yang diperoleh dapat diketahui besarnya massa dari material barrier yang akan digunakan. Dan massa barrier terbesar yang dihasilkan adalah kg/m 2. Nilai tersebut kemudian dijadikan acuan untuk menentukan bahan material serta lebar dari barrier yang dirancang. Dalam penelitian ini material barrier yang dipilih adalah brick yang mempunyai kerapatan sebesar kg/m 2 /cm. Sehingga dari nilai massa yang diperoleh dan dari besarnya kerapatan material brick maka tebal yang dapat diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar cm-28.9 cm. 4.2 Perancangan Barrier Hasil perhitungan dan data-data yang telah diketahui sebelumnya dapat digunakan untuk merancang dinding barrier yang sesuai dengan pemukiman Ambengan Penentuan Sudut Barrier (angle subtended) Penetapan sudut barrier (angle subtended) pada penelitian ini dilakukan setelah terlebih dahulu mengetahui panjang barrier. Dalam perancangan ini panjang barrier yang digunakan adalah 100 m. Perhitungan angle subtended dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian kiri, tengah, dan kanan. Yang mana pada masing-masing bagian tersebut dilakukan sebanyak enam titik ukur (8.5 m, 10 m, 20 m, 30 m, 40 m, 50 m). barrier PEMUKIMAN rel kereta 8,5m 10m 4,5m(Ls) 4m(Lp) PEMUKIMAN 10m 20m 5m dst Gambar 4.1 Denah Penentuan Angle Subtended 5
6 4.2.2 Penentuan Pengurangan Tingkat Kebisingan (Barrier Attenuation) dengan Metode Nomograph Setelah mengetahui nilai angle subtended maka dapat diperoleh nilai barrier attenuation dengan cara melakukan pengeplotan pada grafik Nomograph. Dari hasil pengeplotan pada grafik nomograph, diperoleh besarnya pengurangan tingkat kebisingan oleh barrier (barrier attenuation) seperti yang terlihat pada tabel berikut. Tabel 4.2 Nilai Barrier Attenuation Bagian Kiri Barrier Bagian Jarak Sudut (θ) Attenuation (dba) 8.5 m m Kiri 20 m m m m m m Tengah 20 m m m m m m Kanan 20 m m m m Besarnya pengurangan tingkat kebisingan maksimal yang dapat dihasilkan oleh barrier terletak pada bagian tengah dengan jarak 8.5 m dari pinggir rel kereta api, dimana nilai barrier attenuation yang dihasilkan adalah sebesar 14 dba. Sedangkan nilai barrier attenuation terbesar kedua yang dihasilkan adalah 12.8 dba yaitu tetap berada pada bagian tengah namun dengan jarak 10 m dari pinggir rel kereta api. Nilai pengurangan tingkat kebisingan yang dihasilkan dari pengeplotan grafik nomograph tersebut masih belum memenuhi syarat karena bila mengacu pada nilai tingkat kebisingan maksimal yang didapat pada saat pengukuran dilapangan pada jarak 10 m yaitu sebesar dba dan nilai ambang batas maksimal yang telah ditentukan oleh pemerintah untuk daerah pemukiman sebesar 55 db, seharusnya nilai pengurangan tingkat kebisingan atau barrier attenuation pada jarak 10 m adalah sebesar dba. Sehingga nilai akhir tingkat kebisingan yang dihasilkan melalui perhitungan setelah adanya perancangan barrier yang diterima oleh pemukiman sekitar adalah dba. Hasil tersebut belum memenuhi syarat yang telah disyaratkan oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 781/MENKES/XI.1987 yang mensyaratkan batas maksimal tingkat kebisingan dilingkungan pemukiman adalah sebesar 55 dba. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh laju kereta api disekitar pemukiman penduduk di jalan Ambengan adalah cukup tinggi dan tidak layak untuk dijadikan pemukiman penduduk. 2. Tingkat kebisingan tertinggi untuk setiap titik pengukuran selama pengambilan data adalah Jarak 10 m : dba Jarak 20 m : dba Jarak 30 m : dba Jarak 40 m : dba Jarak 50 m : dba 3. Dari hasil perancangan yang telah dilakukan, pembangunan dinding barrier yang diperlukan untuk mengurangi tingkat kebisingan disekitar pemukiman penduduk adalah barrier dengan bahan material brick, tinggi 4 m, panjang 100 m, tebal antara cm 28.9 cm. Dengan atenuasi sebesar 12.8 dba. 5.2 Saran Dari hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang perlu untuk diperhatikan yaitu : 1. Disarankan untuk merealisasikan pembangunan dinding barrier untuk mengurangi tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh kereta api, mengingat tingkat kebisingan yang cukup tinggi. DAFTAR PUSTAKA [1] Mediastika, E Christina Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan. Yogyakarta. [2] Doelle, L Leslie Akustik Lingkungan. Erlangga. [3] Harris, M Cyril Handbook of Acoustical Measurements and Noise Control. [4] Barron, Randall F Industrial Noise Control and Acoustics. Marcel Dekker. New York. [5] Materi Kuliah Akustik dan Getaran Jurusan Teknik Fisika ITS Surabaya [6] Irwin, J.D and Graf, E.R Industrial Noise and Vibration Control. New Jersey. 6
7 BIOGRAFI PENULIS Nama : Ajeng Putri Mayangsari Alamat : Mulyosari Tengah V/89 Surabaya TTL : Surabaya, 25 April 1987 Riwayat Pendidikan SDN Kalisari II Surabaya ( ) SMPN 6 Surabaya ( ) SMAN 1 Surabaya ( ) D3 Teknik Instrumentasi ( ) S1 Teknik Fisika (2008- sekarang) 7
PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN
PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN Ratih Dwilestari Pembimbing I : Ir. Tutug Dhanardono, MT. Pembimbing II : Ir. Heri Joestiono Jurusan Teknik Fisika Fakultas
Lebih terperinciPENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN PADA AUTOMATIC CAR WASH DI PT. IN N OUT
1 PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN PADA AUTOMATIC CAR WASH DI PT. IN N OUT Avininda Galih M 1),Ir. Tutug Dhanardono, MT 2) Ir Heri Joestiono 3) Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology
Lebih terperinciDESAIN BARRIER UNTUK MENGURANGI TINGKAT KEBISINGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAEKAWA. Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri
DESAIN BARRIER UNTUK MENGURANGI TINGKAT KEBISINGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAEKAWA batas yang telah ditetapkan dalam Peraturan ( Syahid Prima Rakhmawan, Andi Rahmadiansah, Menteri ST, MT, Negara Ir.
Lebih terperinciPENGENDALIAN KEBISING
PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA PLANT HYDROGEN DI PT.SAMATOR DRIYOREJO-GRESIK ( Dwi Elly Kurniawan, Dr.Dhany Arifianto, ST, M.Eng, Ir. Zulkifli, Msc) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut
Lebih terperinciPEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN
PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN Ferdy Ansarullah 1), Lila Yuwana, M.Si 2) Dra. Lea Prasetio, M.Sc 3) Jurusan Fisika Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciPERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS
PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS Bising Tingkat kebisingan yang berlebihan Besarnya TTB di ruang sumber dan di titik titik lain
Lebih terperinciPengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji
LABORATORIUM AKUSTIK (11154) PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM 17 1 Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class () pada Suatu Sampel Uji Mohammad Istajarul Alim, Maslahah, Diky Anggoro Departemen
Lebih terperinciDesain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau
1 Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau Kukuh Darmawan, Ir. Heri Joestiono, MT dan Ir. Wiratno Argo Asmoro, M.Sc Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciMODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA Rilwanu Ahmad P, Wiratno Argo Asmoro, Andi Rahmadiansah Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciPENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI
PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI 3208204001 Latar belakang pelebaran jalan akibat perkembangan kota mengakibatkan
Lebih terperinciJURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,
Lebih terperinciHalaman Judul Lembar Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel
aman Judul Lembar Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel DAFTAR ISI Hal i ii iv v vii x xiii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar belakang 1 1.2 Permasalahan 2 1.3 Batasan masalah
Lebih terperinciPENGENDALIAN KEBISINGAN PADA INDUSTRI PENCUCI PASIR DI PT. MAHARADIA PRAKARSA REMBANG - JAWA TENGAH
PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA INDUSTRI PENCUCI PASIR DI PT. MAHARADIA PRAKARSA REMBANG - JAWA TENGAH (Novantri Faradilla, Andi Rahmadiansah, ST, MT, Dyah Sawitri, ST, MT) Jurusan Teknik Fisika Fakultas
Lebih terperinciPengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan
Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
Lebih terperinciDESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH
DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH 6505 040 048 ABSTRAK Pada PT BOC Gases ini terdapat beberapa sumber kebisingan
Lebih terperinciPERANCANGAN ENCLOSURE PADA POMPA BOILER FEED WATER UNIT UTILITAS BATU BARA SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN
1 PERANCANGAN ENCLOSURE PADA POMPA BOILER FEED WATER UNIT UTILITAS BATU BARA SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN Achmad Fauzi Rizal dan Tutug Dhanardono, Ronny Dwi Noriyati Jurusan Teknik Fisika, Fakultas
Lebih terperinciTINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)
138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :
Rancang Bangun Kotak Peredam Generator Set (Genset) dengan Beberapa Variabel Bahan dalam Skala Rumah Tangga Ulvi Loly Amanda a, Nurhasanah a *, Dwiria Wahyuni a a Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Candra Budi S : Andi Rahmadiansah, ST. MT Pembimbing II : Dyah Sawitri. ST. MT
SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI KUALITAS AKUSTIK BERDASARKAN WAKTU DENGUNG DAN BISING LATAR BELAKANG MASJID MASJID BESAR DI SURABAYA Pembimbing I Oleh: Candra Budi S 2409 105 034 : Andi Rahmadiansah, ST. MT
Lebih terperinciPENGENDALIAN BISING PADA BANGUNAN APARTEMEN
PENGENDALIAN BISING PADA BANGUNAN APARTEMEN Pendahuluan Apartemen dapat dikatakan sebagai penyatuan banyak bangunan tempat tinggal menjadi satu bangunan berlantai banyak yang terdiri dari beberapa unit
Lebih terperinciPengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries. Agustina Dwi Jayanti K3-VIII B
Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries Agustina Dwi Jayanti 6507040039 K3-VIII B Latar Belakang Produksi utama yaitu benang dan kain tenun Proses produksi dilakukan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-156 Peningkatan Insulasi Akustik Dinding Luar Kamar Hotel Studi Kasus Di Dalam Bandar Udara Benny Adi Nugraha, Andi Rahmadiansah,
Lebih terperinciDESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT
DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM Batara Sakti 2408100040 Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT Latar Belakang Pada Kamar Hotel membutuhkan ketenangan dan kenyamanan
Lebih terperinciOleh : Jenar Seto/ Dosen pembimbing 1 :Ir. Wiratno Argo Asmoro,Msc Dosen pembimbing 2 :Ir. Zulkifli,Msc
Oleh : Jenar Seto/2409105011 Dosen pembimbing 1 :Ir. Wiratno Argo Asmoro,Msc Dosen pembimbing 2 :Ir. Zulkifli,Msc Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan gangguan sistemik
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN
PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN Agus Martono 1, Nur Aji Wibowo 1,2, Adita Sutresno 1,2,* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi lokal sebagai material dinding kedap. bila dibandingkan dengan makhluk lain adalah akal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Pemanfaatan potensi lokal sebagai material dinding kedap suara Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT pasti memilki nilai kebaikan. Kekayaan
Lebih terperinciPengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 9, NOMOR 2 JUNI 2013 Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan Didiek Basuki Rahmat, Alpha Hambally Armen, dan Gontjang Prajitno Jurusan
Lebih terperinciDESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL
DESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon (0291) 681024 Abstraksi : Desain
Lebih terperinciTIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan
Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
Lebih terperinciKata kunci: Transmission Loss
RANCANG BANGUN RUANG PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS MINI DI JURUSAN TEKNIK FISIKA ITS M. Bayu Lazuardy T., dan Andi Rahmadiansah ST, MT. Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinciPENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT
PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga Jurusan Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri permobilan terus meningkat. Peralatan industri seperti knalpot sepeda motor, peniup / penghembus, kipas angin, dan trafo menyebabkan
Lebih terperinciEvaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS
Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Ir. Wiratno Argo Asmoro, MSc. NIPN. 196002291987011001 Latar Belakang Akustik Ruang
Lebih terperinciDINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA
DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA Kristofel Ade Wiyono Pangalila 1, Prasetio Sudjarwo 2, Januar Buntoro 3 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kombinasi campuran material
Lebih terperinciMATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA
MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA Febrian Tri SH 1), Denny Sugiarto S 2), Prasetio Sudjarwo 3), Januar Buntoro 4) ABSTRAK : Penelitian dilakukan
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK
PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK Ade Oktavia, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis,
Lebih terperinciATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :
ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR Oleh : Irma Subagio (Lab. Fisika Bangunan, Prodi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, trptune@yahoo.com) Abstrak Pada daerah
Lebih terperinciPengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana
Pengendalian Bising Oleh Gede H. Cahyana Bunyi dapat didefinisikan dari segi objektif yaitu perubahan tekanan udara akibat gelombang tekanan dan secara subjektif adalah tanggapan pendengaran yang diterima
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN KHUSUS
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1. Tinjauan Tema Proyek 3.1.1. pengertian Akustik Akustik adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bunyi atau suara dan cara mengendalikan bunyi supaya nyaman bagi telinga
Lebih terperinciAkustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT
Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa
Lebih terperinciPengaruh core campuran sampah daun kering, kertas koran dan plastik hdpe pada komposit sandwich UPRS Cantula 3D terhadap nilai sound transmission loss
Pengaruh core campuran sampah daun kering, kertas koran dan plastik hdpe pada komposit sandwich UPRS Cantula 3D terhadap nilai sound transmission loss Oleh : Edwin Yusrizal NIM. I.1406024 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciAlexander Christian Nugroho
CLASSROOM ACOUSTICS Alexander Christian Nugroho STUDI KASUS : TVST B Pada tugas Topik Khusus kali ini, peserta kuliah diminta untuk memberikan persepsinya mengenai sebuah ruangan kelas dengan kapasitas
Lebih terperinciANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA
ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf
Lebih terperinciEFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN
EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN Jusma Karbi 1, Defrianto 2, Riad Syech 3 Mahasiswa Jurusan Fisika Bidang Akustik Jurusan Fisika Bidang Fisika Kelautan Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi selain membawa dampak positif dalam kehidupan manusia juga banyak menimbulkan dampak negatif yang merugikan manusia seperti di antaranya polusi
Lebih terperinciPeningkatan Insulasi Akustik Dari Dinding Partisi Antar Kamar Berdasarkan Nilai Rugi Transmisi Bunyi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) 1 Peningkatan Insulasi Akustik Dari Dinding Partisi Antar Kamar Berdasarkan Nilai Rugi Transmisi Bunyi Fitri Rachmawati, Andi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu pendengaran manusia. Menurut teori Fisika, bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh syaraf pendengaran yang berasal
Lebih terperinciPENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA
TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2
Lebih terperinciDampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang
Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang Secara umum jalan layang keberadaannya sangat positif dalam menata sistem lalu lintas, guna mengurangi kemacetan lalu lintas sehingga memberikan kemudahan
Lebih terperinciKEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN
KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN Raissa Caecilia 1, Monica Papricilia 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS
1 Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS Ferry Setyo Kurniawan, Wiratno Argo Asmoro Jurusan Teknik Fisika- Fakultas Teknologi
Lebih terperinciPENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG
PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Sonya Yuliantika, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan
Lebih terperinciDESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU
DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU Kukuh Darmawan 2410105001 Pembimbing I Pembimbing II : Ir. Heri Joestiono, MT : Ir. Wiratno Argo Asmoro, M.Sc. LatarBelakang Sebagaimana fungsinya,
Lebih terperinciPerbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung Mohammad Romy Hidayat, Andi Rahmadiansah, ST. MT. Jurusan
Lebih terperinciKEBISINGAN (NOISE) Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS
Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS Peratuan MENKES No. 718/Men.Kes/Per/XI/1987 Tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan Zona A Zona
Lebih terperinciSTUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG PADA DINDING PENGHALANG TERHADAP PENGURANGAN SPL
STUDI TENTANG ENGARUH ROSENTASE LUBANG ADA DINDING ENGHALANG TERHADA ENGURANGAN SL Efrom Susanti 1, Suryasatriya Trihandaru 1,, Adita Sutresno 1,,* 1 rogram studi endidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT
TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT Novi Suryanti 1), Nurhasanah 1), Andi Ihwan 1) 1)Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
Lebih terperinciKebisingan Kereta Api dan Kesehatan
Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,
Lebih terperinciPerancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer
Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer Oleh : Alfarizki Wuka Nugraha 2408 100 006 Pembimbing : Andi Rahmadiansah, ST,
Lebih terperinciSection 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation
Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation 14.4 Isolasi bunyi pada kolong udara dengan partisi double lapis Seperti yang terlihat dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia semakin meningkat. Baik peralatan tersebut berupa sarana informasi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin majunya teknologi, perkembangan peralatan yang digunakan manusia semakin meningkat. Baik peralatan tersebut berupa sarana informasi, komunikasi, produksi,
Lebih terperinciKAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Andy Sutanto 1, Jimmy Priatman 2, Christina E. Mediastika 3 ABSTRAK: Faktor
Lebih terperinciPembuatan dan Pengujian Bahan Peredam Suara dari Berbagai Serbuk Kayu
Pembuatan dan Pengujian Bahan Peredam Suara dari Berbagai Serbuk Kayu Pradana Adi Wibowo*, Rahmawan Wicaksono, AgusYulianto Email*: prapradana1320@yahoo.com Jurusan Fisika, Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinci(6.38) Memasukkan ini ke persamaan (6.14) (dengan θ = 0) membawa kita ke faktor refleksi dari lapisan
6.6.3 Penyerapan oleh lapisan berpori Selanjutnya kita mempertimbangkan penyerapan suara oleh lapisan tipis berpori, misalnya, dengan selembar kain seperti tirai, atau dengan pelat tipis dengan perforasi
Lebih terperinciPenilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB
Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan Masjid Salman ITB Dibuat sebagai Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Akustik TF3204 Disusun oleh : Rianda Adiputra 13306073 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi
Lebih terperinciDESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM
DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM 1 Batara Sakti, Andi Rahmadiansah, ST, MT Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciPERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS
PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS Indah Budiar Pratiwi 6506040013 Pembimbing 1. Emie Santoso ST, MT 2. Joko Endrasmono ST, MT Abstrak PT. X merupakan
Lebih terperinciARDHINA NUR HIDAYAT ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Didik Bambang S, MT.
ARDHINA NUR HIDAYAT (3308100066) Dosen Pembimbing: Ir. Didik Bambang S, MT. Evaluasi Perubahan Tingkat Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi Dikaitkan Dengan Tata Guna Lahan Di Kawasan Dharmawangsa
Lebih terperinciPENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK
VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perancangan interior suatu ruang berfungsi untuk memberikan kenyamanan bagi penghuninya, baik secara fisik maupun non-fisik. Salah satu kenyamanan tersebut adalah kenyamanan
Lebih terperinciFISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M
FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M0207025 Di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dari An introduction by Heinrich Kuttruff Bagian 6.6 6.6.4 6.6 Penyerapan Bunyi Oleh
Lebih terperinciPENGARUH LAY OUT BANGUNAN PADA PEREDUKSIAN BISING DALAM RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA
1 PENGARUH LAY OUT BANGUNAN PADA PEREDUKSIAN BISING DALAM RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA Titi Ayu Pawestri 1, Sri Nastiti N. Ekasiwi 2, I Gusti Ngurah Antaryama 2 Abstract - Ruang kelas dasar di
Lebih terperinciAnalisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping
1 Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping Wildan Ahmad MB., Andi Rahmadiansah, ST, MT Jurusan Teknik Fisika, Fakultas
Lebih terperinciLobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1
PENGUKURAN INTENSITAS TINGKAT KEBISINGAN BERDASARKAN STANDAR OSHA (Occupational Safety & Health Administration) PADA AREA MESIN RING FRAME (Studi Kasus Departemen Spinning PT. Kusumaputra Santosa-Solo)
Lebih terperinciStudi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi
Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi (Studi Kasus: PT. Industri Kemasan Semen Gresik, Tuban Jawa Timur) Rochana Fathona
Lebih terperinciSTUDI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI TERHADAP PERUMAHAN TAMAN HOLIS INDAH KOTA BANDUNG.
STUDI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI TERHADAP PERUMAHAN TAMAN HOLIS INDAH KOTA BANDUNG. SUSANTO ATMADJA NRP : 9721007 NIRM : 41077011970244 Pembimbing : V. Hartanto S.,Ir.
Lebih terperinciHALAMAN PERNYATAAN DAFTAR GAMBAR. 1.7 Latar Beiakang Permasalahan 1
HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN " HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA ABSTRAK DAFTAR ISi DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN ' "' iv v vii viii xii xiii 1.7 Latar Beiakang
Lebih terperinciOptimasi Kualitas Akustik Room to Room Berdasarkan Nilai Transmission Loss
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-175 Optimasi Kualitas Akustik Room to Room Berdasarkan Nilai Transmission Loss Fitri Rachmawati, Andi Rahmadiansah, dan Wiratno
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008
TUGAS SARJANA TEKNIK PENGENDALIAN KEBISINGAN MODIFIKASI DESIGN DAN UJI EKSPERIMENTAL SILENCER DENGAN DOUBLE SALURAN PADA KNALPOT TOYOTA KIJANG 7K YANG TERBUAT DARI MATERIAL KOMPOSIT O L E H : NAMA : PANCA
Lebih terperinciFISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari
FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu dimensi Gerak dalam dua dan tiga dimensi Gelombang berdasarkan medium (gelombang mekanik dan elektromagnetik) Gelombang
Lebih terperinciLIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA
62 LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA Suharyani, Dhani Mutiari Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Akustik Papan Partikel Sengon 4.1.1 Koefisien Absorbsi suara Apabila ada gelombang suara bersumber dari bahan lain mengenai bahan kayu, maka sebagian dari energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa
2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa
Lebih terperinciPengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat
Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat Sekarang ini pembangunan di kota Solo sangat pesat antara lain banyak hotel, mall dan gedung bertingkat yang didirikan di
Lebih terperinciPENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG
PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Vonny Febrita, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternak, satwa, dan sistem alam (Kusuma, 1996). Menurut WHO (Word Healt
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan
Lebih terperinciAKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh
AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA Dani Ridwanulloh 13306037 LATAR BELAKANG Kondisi akustik ruangan yang baik sesuai fungsi ruangan diperlukan agar penggunaan ruangan tersebut
Lebih terperinciAKUSTIKA RUANG KULIAH
AKUSTIKA RUANG KULIAH Ruang Kuliah GKU Barat UTS TF 3204 AKUSTIK Akbar Aidil Sardi 13306003 LATAR BELAKANG Setiap ruangan, baik tertutup maupun terbuka, tidak terlepas dari akustik ruang. Akustik ruang
Lebih terperinciDAMPAK KEBISINGAN AKIBAT PEMBANGUNAN JALAN LAYANG
DAMPAK KEBISINGAN AKIBAT PEMBANGUNAN JALAN LAYANG Keberadaan jalan layang dapat menimbulkan beberapa dampak diantaranya penurunan kualitas lingkungan yaitu tingginya tingkat kebisingan yang mengurangi
Lebih terperinciEVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C
EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C MAKALAH AKUSTIK TF3204 Oleh : Rakhmat Luqman Ghifari 13305040 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Lebih terperinciJenis dan Sifat Gelombang
Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah
Lebih terperinciGELOMBANG MEKANIK. (Rumus) www.aidianet.co.cc
GELOMBANG MEKANIK (Rumus) Gelombang adalah gejala perambatan energi. Gelombang Mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium untuk merambat. A = amplitudo gelombang (m) = = = panjang gelombang (m) v
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KERTAJAYA INDAH TIMUR- DARMAHUSADA INDAH TIMUR-DARMAHUSADA INDAH UTARA, SURABAYA
PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KERTAJAYA INDAH TIMUR- DARMAHUSADA INDAH TIMUR-DARMAHUSADA INDAH UTARA, SURABAYA Oleh: Heru NRP. 3307100024 Dosen Pembimbing Ir. M. Razif,
Lebih terperinciEfisiensi reduksi bunyi pada penghalang bersusunan pagar
MediaTeknika Jurnal Teknologi Vol.9, No.2, Juni 2014, 101 Efisiensi reduksi bunyi pada penghalang bersusunan pagar Dwiseno Wihadi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma 0274-883968
Lebih terperinciANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT
Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 2, April 2011 108 ANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT Novi Avisena* ABSTRAK :Telah dilakukan survei geofisika dengan menggunakan metode seismik di
Lebih terperinciPENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP
PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP Yugo Setiawan*, Juandi M, Krisman Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru,
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA
PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA Pandu Kartiko 1, Sumaryoto 2, Moh. Muqoffa 3 Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta 1,2,3 pandukartiko@live.com
Lebih terperinci