HUBUNGAN ANTARA SPEECH INTELLIGIBIITY SUARA WANITA DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI BACKGROUND NOISE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA SPEECH INTELLIGIBIITY SUARA WANITA DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI BACKGROUND NOISE"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA SPEECH INTELLIGIBIITY SUARA WANITA DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI BACKGROUND NOISE ABSTRAK Oleh Suyatno, M.Si **), Dra. Lea Prasetio, MSc **), Fariz Farianto *) *Mahasiswa: Jurusan Fisika, FMIPA-ITS **Staf Pengajar: Jurusan Fisika, FMIPA-ITS Telah dilakukan penelitian hubungan antara Speech Intelligibility (SI) suara wanita dan tingkat tekanan bunyi Background noise. Pengujian dilakukan di ruang uji laboratorium Akustik Fisika ITS dengan volum 33,42 m 2. Dari hasil analisa dan perhitungan diperoleh bahwa semakin tinggi Speech to Noise Ratio (SNR) maka semakin besar %SI yang didapat. Secara berturut-turut jenis background noise yang mereduksi SI terbesar adalah Brown noise, Pink noise, dan White noise. Speech to Noise Ratio (SNR) yang sama tetapi tingkat tekanan suara berbeda untuk +5 db, menghasilkan nilai SI yang sama untuk suara wanita. Kata kunci: SI, SNR, Background noise 1. PENDAHULUAN Kejelasan pembicaraan dalam sebuah komunikasi sangat penting. Namun sering kali dalam keadaan yang bising pendengar kesulitan mengerti atau memahami apa yang diucapkan oleh pembicara. Hal tersebut menyebabkan komunikasi kurang efektif karena informasi yang disampaikan oleh pembicara tidak dapat diterima dengan sempurna oleh pendengar. Kejelasan pembicaraan sangat dipengaruhi oleh tingkat tekanan bunyi pembicara dan tingkat kebisingan latar belakang (Background Noise) dalam suatu ruang. Kejelasan pembicaraan dalam suatu ruang dapat diukur dengan beberapa besaran, besaran tersebut antara lain adalah Speech Intelligibility (SI), Articulation Loss of Consonan (%Alcons), Rapid Speech Transmission Index (RASTI), dan Usefultodetrimental Sound Ratio (U50). Speech Intelligibility merupakan salah satu besaran yang dapat digunakan secara langsung untuk mengukur kejelasan pembicaraan. Mengetahui kejelasan pembicaraan dalam suatu ruang pembicaraan (auditorium, kelas, tempat ceramah, dll) sangat penting agar kita dapat memperbaiki parameter-parameter akustik dalam ruang tersebut sehingga informasi yang disampaikan di ruang tersebut dapat terdengar dengan jelas. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Speech 1 Intelligibility dan tingkat tekanan bunyi Background Noise suatu ruangan serta mengetahui hubungan antara Speech Intelligibility dengan SPL Background Noise pada SNR sama. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Sinyal Pembicaraan Suara manusia adalah bentuk gelombang kontinyu dengan frekuensi berkisar antara 100 sampai dengan 400 Hz. Suara pembicaraan terdiri dari huruf vokal dan konsonan yang dijalin dari nada-nada yang menonjol ke dalam pola tertentu. Suara pembicaraan yang mengandung banyak vokal membuat suara seseorang menjadi jelas, dan memberi konstribusi pada nada dasar pembicaraan. Huruf-huruf vokal meningkatkan kualitas kejelasan pembicaraan. Namun demikian, kejelasan utama pada pembicaraan terletak pada pengucapan huruf-huruf konsonan secara benar. 2.2 Tingkat Kebisingan Sekitar (Background Noise) Background Noise adalah kebisingan ketika sumber bunyi yang akan diukur tidak beroperasi. Background Noise dapat juga diartikan bunyi selain dari bunyi yang kita amati, yang terdengar bersamaan dengan bunyi yang kita amati tersebut. Background Noise timbul akibat kebisingan di dalam ruang atau sekitar ruang tempat pengukuran, misalnya ketika murid mendengarkan seorang guru

2 menerangkan dan terdengar bunyi motor dan bunyi peralatan elektronik, maka bunyi motor dan bunyi peralatan elektronik adalah background noise terhadap suara guru. Setiap tempat memiliki background noise yang berbeda tergantung lingkungan sekitar tempat tersebut. Dalam ruang pembicaraan seperti auditorium dan ruang kelas, disyaratkan memiliki background noise yang rendah sehingga informasi yang disampaikan pembicara, guru atau dosen dapat didengar secara sempurna oleh pendengar. 2.3 Warna Bunyi (Colour of Noise) Bunyi merupakan kumpulan dari sinyal acak yang memiliki karakteristik fisis tertentu bergantung pada sumber bunyi itu sendiri. Salah satu karakteristik fisis bunyi adalah bentuk spektrum bunyi. Dalam ilmu akustik, dibuat bermacam-macam sumber bunyi dan dinamakan warna bunyi. Ada banyak kebisingan berdasarkan spektrumnya, diantaranya White noise, Pink noise, Brown(ian) noise, Blue noise, Violet noise, Grey noise, dan Miscellanea. Dalam tugas akhir ini hanya akan digunakan tiga spektrum bunyi, yaitu White noise, Pink noise, dan Brown noise. 1. White Noise White noise adalah bunyi yang tingkat intensitasnya sama pada semua frekuensi. Bunyi yang terdengar seperti desis ini biasanya digunakan untuk membuat sirine sepeda motor. 2. Pink Noise Pink noise adalah bunyi yang tingkat intensitas pada frekuensi pita oktafnya menurun sebesar 3 db. Pink noise memiliki distribusi daya yang sama untuk setiap oktaf, sehingga daya antara 0,5 Hz dan 1 Hz adalah sama seperti antara Hz dan Hz. Oktaf adalah adalah suatu kenaikan tingkatan nada dalam jarak interval f=f 2 -f 1 =2f 1. Beberapa peneliti mengatakan bahwa bunyi ini banyak terjadi dimana-mana. Bunyi pink noise sering muncul dalam sistem fisis maupun biologis pada peralatan elektronik dan bunyi detak jantung. 3.Brown Noise Brown Noise (ditemukan oleh Robert Brown) atau Red Noise ini merupakan bunyi yang intensitas bunyi pada tiap frekuensi pita 2 oktafnya menurun sebesar 6 db. Bunyinya terdengar seperti deru bunyi air terjun atau hujan dengan level rendah. 2.4 Speech to Noise Ratio (SNR) Speech to Noise Ratio (SNR) dapat diartikan sebagai perbandingan antara level suara yang diukur dengan level bunyi yang tidak diinginkan. Dalam skala db, SNR merupakan selisih tingkat tekanan suara yang kita ukur dengan tingkat tekanan bunyi background noise. Secara matematis SNR dapat ditulis sebagai SNR = SPL Speech SPL noise.. (2.1) dengan: SNR SPL Speech kita ukur (db) SPL noise Noise (db) = Speech to Noise Ratio (db) = tingkat tekanan suara yang = tingkat tekanan Background SNR bernilai negatif (-) jika tingkat tekanan background noise lebih besar dari pada tingkat tekanan suara yang kita ukur. Sebaliknya jika tingkat tekanan suara yang kita ukur lebih besar dari pada tingkat tekanan background noise maka SNR yang didapat akan bernilai positif (+). Semakin besar nilai SNR maka suara akan terdengar semakin jelas. 2.5 Kejelasan Pembicaraan Kejelasan pembicaraan dapat diartikan sebagai banyaknya kata atau kalimat yang mampu didengar dengan baik dan benar oleh pendengar. Kejelasan pembicaraan sangatlah penting dalam komunikasi. Kata yang diucapkan seseorang harus jelas agar pendengarnya mengerti apa yang diucapkan. Tingkat kekerasan suara yang diucapkan harus cukup untuk didengar dan pengucapan fonem satu dan yang lain harus dapat dibedakan. Fonem merupakan unsur bahasa terkecil yang masih dapat memberikan perbedaan makna. Contohnya pada kata sabar dan sadar, huruf b dan d merupakan fonem karena dapat memberikan perbedaan arti pada kedua kata tersebut. Kejelasan pembicaraan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: kondisi

3 lingkungan tempat terjadinya pembicaraan, pengucapan kata oleh pembicara, kondisi pendengar, dan kata yang diucapkan. Kondisi lingkungan yang dimaksud berupa background noise di tempat tejadinya percakapan tersebut. Pada tempat yang memiliki tingkat tekanan bunyi background noise yang tinggi, pendengar akan kesulitan untuk mengerti informasi yang disampaikan pembicara. Pembicara harus berbicara lebih keras agar pendengar mengerti apa yang diutarakan. Jika pembicaraan tersebut terjadi dalam ruang, maka waktu dengung ruang tersebut juga dapat mempengaruhi kejelasan pembicaraan. Pengucapan kata oleh pembicara memegang peran penting dalam kejelasan pembicaraan. Keras tidaknya kata diucapkan, cepat atau lambat dalam melafalkan kata, dan aksen dari pembicara sangat mempengaruhi pemahaman kata oleh pendengar. Kondisi pendengar yang sedang sakit atau lelah akan membuat pendengar sulit untuk berkonsentrasi dalam komunikasi. Informasi akan lebih mudah dimengerti jika diucapkan dengan bahasa atau kata yang familiar ditelinga pendengar. 2.6 Speech Intelligibility(SI) Speech Intelligibility merupakan ukuran kejelasan pembicaraan dari fraksi kata atau kalimat yang dapat dipahami oleh pendengar. Kalimat, kata, atau kata tak memiliki arti tersebut dapat berupa suara langsung ataupun berupa rekaman. Suara rekaman lebih dianjurkan untuk digunakan dalam pengukuran Speech Intelligibility karena lebih konsisten dan terkendali. Metode pengukuran Speech Intelligibility, yaitu pendengar disuruh mencatat kalimat, kata, atau kata tak memiliki arti yang ia dengar yang diputar dalam berbagai tingkat tekanan background noise atau waktu dengung. (Sumber Long, marshall, 2006) Gambar 1 Hubungan antara speech to noise ratio terhadap persen inteligibilitas Rekaman kalimat, kata, dan kata yang tak memiliki arti mempunyai nilai kesulitan yang berbeda untuk didengar jika diputar dengan background noise. Kata tak memiliki arti lebih sulit dikenali dengan benar dibanding kata yang memiliki arti dan kalimat. Bila diurutkan dari yang paling mudah dikenali secara berturut-turut adalah kalimat, kata, kata tak memiliki arti. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian Miller (1951) pada Gambar 1. Selanjutnya dalam tugas akhir ini penulis menggunakan kata-kata phonetically ballanced dalam bahasa Indonesia. Phonetically Balanced Word List dalam bahasa Indonesia ini biasanya digunakan untuk tes audiometri. P.B. list tersebut disusun oleh Fakulitas kedokteran, jurusan spesialis telinga hidung dan tenggorokan (THT) Universitas Gajah Mada dan jurusan THT Universitas Airlangga. Daftar susunan kata P.B. list dapat dibaca pada lampiran I. Hasil pengukuran Speech Intelligibility ini nantinya dapat digunakan untuk menyimpulkan kejelasan pembicaraan suatu ruang, yaitu kategori tidak jelas untuk SI 0%-25%, kurang jelas 25%- 50%, jelas 50%-75%, dan sangat jelas untuk 75%-100%. 3

4 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahap-tahap Penelitian Pada penelitian tugas ahir ini dilakukan analisa hubungan antara Speech Intelligibility suara wanita terhadap tingkat tekanan bunyi Background Noise suatu ruangan. Pelaksanaan penelitian tugas akhir ini mengikuti tahapantahapan sesuai diagram alir pada Gambar 2. STUDI LITERATUR DAN PENGENALAN SARANA PERALATAN PROSES PEREKAMAN PB LIST SUARA WANITA PROSES PENGAMBILAN DATA PENGOLAHAN DATA KESIMPULAN PEMBUATAN LAPORAN AHIR Gambar 2 Diagram alir metodologi penelitian Untuk memperoleh data speech intelligibility digunakan rekaman Phonetically Balanced Word List suara wanita dalam bahasa Indonesia hasil penelitian Fakultas kedokteran, jurusan spesialis telinga hidung dan tenggorokan (THT) Universitas Gajah Mada dan jurusan THT Universitas Airlangga. Background Noise yang digunakan adalah White Noise, Pink Noise, dan Brown Noise yang dibangkitkan dengan perangkat lunak Yoshimasa Elektronic (YMEC). 3.2 Studi Literatur dan Pengenalan Sarana Peralatan Studi literatur dilakukan untuk mempelajari dasar teori yang berkaitan dengan penelitian tugas akhir sehingga dapat dijadikan landasan dalam pengukuran, analisa data dan pembahasan. Literatur yang digunakan dalam tugas akhir ini meliputi buku-buku teks, artikel dan jurnal ilmiah serta materi dari internet. Peralatan yang digunakan untuk mendapatkan data tugas akhir ini adalah: Mikropon SLM dan laptop yang telah diinstal perangkat lunak audio editor Sebagai perekam PB list suara wanita Sound Level Meter Rion tipe NL-20 Alat untuk mengukur besarnya SPL Tripod Sebagai penyangga SLM agar ketinggiannya tetap Amplifier Sebagai penguat bunyi yang dikeluarkan dari PC sebelum masuk ke speaker Komputer (PC) Setelah perangkat lunak Yoshimasa Elektronic diinstal, PC berfungsi sebagai pembangkit Background Noise jenis White Noise, Pink Noise, dan Brown Noise 3.3 Proses Perekaman PB List Suara Wanita Proses perekaman suara dilakukan di ruang uji, laboratorium Akustik jurusan Fisika FMIPA ITS. PB List dilafalkan oleh seorang wanita dan direkam menggunakan mikropon SLM yang dihubungkan dengan laptop yang telah terinstal perangkat lunak audio editor. Hasil rekaman kemudian diatur Leq nya menggunakan perangkat lunak audio editor agar didapatkan nilai yang sama pada tiap kata. Suara wanita yang diputar pada Leq 70 db tanpa background noise buatan, (selanjutnya disebut Background noise saja) didengarkan pada jarak 2 meter, 100 % dari daftar kata harus dapat didengar oleh pendengar dengan baik dan benar. Apabila terdapat kata yang tidak dapat didengar dengan baik, maka dilakukan perekaman ulang dengan suara wanita yang lain. 4

5 3.4 Proses Pengambilan Data Proses pengambilan data pada pengukuran Speech Intelligibility ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu menyiapkan ruangan dan peralatan yang digunakan serta mengatur posisi speaker, mikropon SLM, dan pendengar. Posisi pendengar berada pada jarak dua meter baik terhadap speaker 1 (speaker penghasil suara wanita) maupun speaker 2 (speaker penghasil Background Noise ). Pendengar berada pada posisi duduk dan tinggi mikropon SLM diatur sama dengan ketinggian telinga pendengar. Hal ini dilakukan agar SPL suara yang didengar oleh pendengar sama dengan SPL yang terukur pada SLM. Selanjutnya ketinggian pusat kedua speaker terhadap lantai adalah 1,5 m yang dianggap sesuai dengan ketinggian mulut pembicara. Lebih jelas seperti pada Gambar 3. Gambar 3 Skema posisi peralatan dan pendengar Tahap kedua adalah mengkalibrasi mikropon SLM dengan menggunakan kalibrator Rion. Kalibrasi dilakukan dengan cara memasang kalibrator Rion pada mikropon, kemudian level bunyi yang terbaca pada YMEC disamakan dengan angka yang tertera pada kalibrator Rion yaitu 113,9 db untuk frekuensi 250 Hz. Tahap ketiga adalah merangkai peralatan yang digunakan untuk pengukuran speech intelligibility, seperti pada gambar 4 a dan 4 b Gambar 4 a Rangkaian alat pembangkit background noise Gambar 4 b Rangkaian alat pemutar rekaman suara wanita Tahap keempat adalah pengukuran speech intelligibility. Pada tahap ini digunakan satu suara wanita, tiga macam background noise (White Noise, Pink Noise, Brown Noise), dan 12 speech to noise ratio (SNR) berbeda, serta speech to noise ratio (SNR) yang sama divariasi pada tingkat tekanan bunyi suara wanita serta tingkat tekanan bunyi background noise yang berbeda. Suara wanita diputar tanpa background noise dan diatur volume suaranya hingga Leq yang terbaca pada SLM adalah 70 db. Suara wanita dimatikan, kemudian background noise dinyalakan dan diatur pada level yang telah ditentukan. Setelah itu suara wanita dan background noise dinyalakan bersama. Pada semua variasi, ketika kedua speaker dibunyikan, pendengar diminta menulis kata yang didengarnya. Jumlah kata yang dapat ditulis dengan tepat oleh pendengar dihitung selanjutnya dilakukan analisa untuk mencari hubungan antara speech intelligibility terhadap berbagai tingkat tekanan bunyi dari background noise. 5

6 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Ruang Ruang yang digunakan untuk pengukuran Speech Intelligibility ini adalah ruang uji Laboratorium Akustik dan Fisika Bangunan Jurusan Fisika ITS dengan volume 33,42 m 3, luas total permukaannya adalah 62,6 m 2, serta memiliki waktu dengung 1,3 detik. Ruangan tersebut sengaja dipilih karena memiliki waktu dengung yang cukup rendah. Keadaan ruang yang memiliki background noise alami yang rendah (41-42 db) dan memiliki isolasi bunyi yang cukup baik menjadikan pengukuran speech intelligibility di ruang tersebut lebih efektif karena dapat mengatur level background noise buatan yang lebih variatif dan tidak terganggu kebisingan dari luar ruangan Proses pengukuran Speech intelligibility di ruang tersebut dilakukan saat keadaan lingkungan sekitar ruangan sepi (malam hari atau siang hari ketika perkuliahan libur). Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh kebisingan dari luar ruangan akibat aktifitas manusia yang dapat menaikan level background noise alami ruang pengukuran. 4.2 Data Hubungan Antara Speech Intelligibility Suara Wanita dan Tingkat Tekanan Bunyi Background Noise Pengukuran speech intelligibility digunakan satu suara wanita, tiga macam background noise (White Noise, Pink Noise, Brown Noise), dan 12 speech to noise ratio (SNR) berbeda. Pada penelitian ini suara wanita diputar pada Leq 70 db,). Level background noise tertinggi adalah 82 db. Level tersebut digunakan karena pada 82 db pendengar sudah mengalami kesulitan untuk mendengar dengan benar katakata yang diputar, bahkan terdapat beberapa pendengar tidak dapat mendengar dengan benar semua kata yang diputar. Hal lain yang dijadikan pertimbangan adalah ketika level background noise dinaikkan lebih dari 82 db, sebagian pendengar merasa kepalanya pusing sehingga hal tersebut dapat membahayakan kesehatan pendengar. Level terrendah background noise pada penelitian ini adalah 60 db karena pada level background noise tersebut semua kata-kata yang diputar rata-rata telah mampu didengar dengan benar oleh pendengar. Selanjutnya SPL Speech dan SPL noise disajikan dalam bentuk SNR dengan menggunakan persamaan 2.1 SNR = SPL Speech SPL noise Dengan SPL speech adalah 70 db didapat SNR terrendah dan SNR tertinggi SNR=70-82= -12dB SNR=70-60= +10dB Secara keseluruhan SNR yang digunakan dalam pengukuran SI ini adalah -12 db, -10 db, -8 db, -6 db, -4 db,-2 db, 0 db, 2 db, 4 db, 6 db, 8 db, dan 10 db. Dalam tugas akhir ini, SNR bernilai positif dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan dalam kehidupan sehari-hari pendengar berada pada lingkungan yang memiliki SPL background noise lebih rendah dari pada SPL speech. SNR bernilai positif juga menggambarkan pendengar berada pada jarak yang lebih dekat dengan speech dari pada background noise. Sebaliknya, SNR bernilai negatif menggambarkan lingkungan tempat terjadinya pembicaraan memiliki SPL background noise lebih tinggi dari pada SPL speech atau pendengar berada didekat sumber kebisingan dan jauh dari pembicara Data % Speech Intelligibility untuk Background Noise Jenis White Noise Data hasil pengujian, kata yang dapat didengar dengan benar oleh pendengar dapat dilihat pada Lampiran II. Data tersebut 6

7 kemudian dihitung % Speech Intelligibilitynya. % Speech Intelligibility dapat dihitung dengan persamaan %SI= misal untuk pendengar pertama data yang didapat jumlah kata yang ditulis dengan benar = 5 kata jumlah kata yang diperdengarkan = 20 kata maka % SI = Gambar 6 Grafik hubungan antara SNR dan % SI rata-rata pada Pink noise dengan speech level 70 db Dari Gambar 6 di atas dapat diketahui bahwa pada SNR -2 db sampai 0 db diperoleh SI 72,9%-76,6%. Hal berarti kejelasan pempicaraan pada SNR tersebut termasuk kategori jelas, sedangkan pada SNR 0 sampai +10 diperoleh SI 76,6%-97,9 yang termasuk dalam kategori kejelasan pembicaraan sangat jelas. % SI = 25 % dengan perhitungan yang sama, didapatkan %SI masing-masing pendengar kemudian dirata-rata dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Gambar 7 Grafik hubungan antara SNR terhadap % SI rata-rata pada Brown noise dengan speech level 70 db Gambar 5 Grafik hubungan antara SNR dan % SI rata-rata pada White noise dengan speech level 70 db Dari Gambar 5 di atas dapat diketahui bahwa pada SNR -2 sampai +10 diperoleh nilai SI 82,0% sampai dengan 98,0% yang berarti kejelasan pembicaraan pada SNR tersebut termasuk kategori yang sangat jelas. Dari Gambar 7 di atas dapat diketahui bahwa pada SNR -2 db sampai +2 db diperoleh nilai % SI 57,0% sampai dengan 75,2% yang berarti kejelasan pempicaraan pada SNR tersebut termasuk kategori jelas dan pada SNR +2 db sampai +10 db diperoleh nilai % SI 75,2% sampai dengan 92,5% yang termasuk dalam kategori kejelasan pembicaraan sangat jelas 7

8 4.2.2 Pengaruh Jenis Background Noise dan % Speech Intelligibility Pengaruh jenis Background noise terhadap SI dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini Gambar 9 hubungan % Speech Intelligibility pada SNR sama (+5 db) untuk background noise jenis White noise Gambar 8 Pengaruh jenis background noise dan % Speech Intelligibility Dari Gambar 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa pada semua jenis Background noise semakin tinggi SPL background noise akan menurunkan nilai % SI. Secara lebih rinci brown noise mereduksi bunyi lebih besar dari pada pink noise dan white noise. Hal tersebut dikarenakan spektrum brown noise lebih mampu menutupi spektrum suara wanita dibanding pink noise dan white noise 4.3 Data % Speech Intelligibility Pada SNR yang Sama (+5 db) divariasi pada SPL Suara Wanita yang Berbeda. Pada pengujian ini dilakukan lima variasi SPL suara wanita 80 db, 75 db, 70 db, 65 db, dan 60 db. Variasi SPL suara wanita tersebut dipilih karena ketika suara wanita diputar pada SPL lebih dari 80 db, pendengar merasa sakit telinganya sehingga nilai variasi maksimal diambil pada nilai 80 db. Sedangkan nilai SPL suara wanita minimum dipakai pada nilai 60 db karena SPL background noise akibat berdengungnya suara speaker berada pada nilai 54 db, sehingga nilai SPL background noise minimum yang digunakan adalah 55 db. Data hasil pengujian dihitung % Speech Intelligibility-nya dengan persamaan 2.1 dan didapatkan nilai nilai %Speech Intelligibility seperti pada Gambar 9 untuk white noise, Gambar 10 untuk pink noise, dan Gambar 11 untuk brown noise 8 Gambar 10 hubungan % Speech Intelligibility pada SNR sama (+5 db) untuk background noise jenis Pink noise Gambar 11 hubungan % Speech Intelligibility pada SNR sama (+5 db) untuk background noise jenis Brown noise Proses pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui apakah Speech to Noise Ratio (SNR) yang sama (+5 db) tetapi tingkat

9 tekanan suara berbeda, menghasilkan Speech Intelligibility yang sama untuk suara wanita. Gambar 9, Gambar 10, Gambar 11 di atas kemudian dibandingkan dalam Gambar 12 untuk mengetahui hubungan % Speech Intelligibility rata-rata pada SNR sama (+5 db) untuk berbagai jenis background noise pink noise,dan pada SNR -2 sampai +2 db dengan SI 57,0%-75,3% untuk Brown noise Kategori kejelasan pembicaraan sangat jelas diperoleh pada SNR 0 sampai 10 db dengan SI 82,0%-98,0% untuk White noise, dengan SI 76,6%-97,9% untuk pink noise, dan pada SNR +2 sampai +10 dengan SI 75,3%-92,5% untuk Brown noise Speech to Noise Ratio (SNR) yang sama (+5 db) tetapi tingkat tekanan suara dan Background Noise berbeda, menghasilkan kategori SI yang sama untuk suara wanita Gambar 12 Grafik hubungan % Speech Intelligibility rata-rata pada SNR sama (+5 db) untuk berbagai jenis background noise Dari Gambar 12 di atas dapat diketahui pada Speech to Noise Ratio (SNR) yang sama (+5 db) namun SPL speech berbeda memiliki nilai %Speech Intelligibility yang hampir sama yaitu sekitar 84% untuk Brown noise, 87 % untuk Pink noise, dan 90% untuk White noise. 5. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini ini adalah : Semakin besar Speech to Noise Ratio maka semakin besar pula Speech Intelligibility-nya Secara berturut-turut jenis background noise yang mereduksi SI terbesar adalah Brown noise, Pink noise, dan White noise Kategori kejelasan pembicaraan jelas diperoleh pada SNR -2 sampai 0 db dengan SI 77,3%-82,0% untuk White noise, dengan SI 72,9%-76,6% untuk 9 DAFTAR PUSTAKA Bakhtiyar, Afta, (2003), Anaisis Akustik Ruang Dari Auditorium dengan Menerapkan Ukuran Speech Intelligibility yang Berbasis Index Artikulasi, Tugas Akhir TF-ITS, Surabaya. Geoffroy, Anne Nancy, Measuring Speech Intelligibility in Voice Alarm Communication Systems, Worcester Polytechnic Institute, Worcester, Herman J. M., Steeneken, (1999), The Measurement of Speech Intelligibility, J.Acoust.Soc.Am. Leslie L, Doelle dan Lea Prasetio, Akustik Lingkungan, Mc Graw Hill Book Company, New York Meyer Sound Laboratories, (2003), Speech Intelligibity Papers, Meyer Sound Laboratories. Murray Hodgson and Eva-Marie Nosal, (2002), Effect of Noise and Occupancy on Optimal Reverberation Times for Speech Intelligibility in Classrooms, J. Acoust.Soc.Am.

HUBUNGAN SPEECH INTELLIGIBILITY SUARA PRIA TERHADAP TINGKAT TEKANAN BUNYI BISING LATAR

HUBUNGAN SPEECH INTELLIGIBILITY SUARA PRIA TERHADAP TINGKAT TEKANAN BUNYI BISING LATAR HUBUNGAN SPEECH INTELLIGIBILITY SUARA PRIA TERHADAP TINGKAT TEKANAN BUNYI BISING LATAR Titi Desi Tyaswati 1), Lila Yuwana,M.Si 2), Dra. Lea Prasetio,M.Sc 3) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji LABORATORIUM AKUSTIK (11154) PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM 17 1 Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class () pada Suatu Sampel Uji Mohammad Istajarul Alim, Maslahah, Diky Anggoro Departemen

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN Ferdy Ansarullah 1), Lila Yuwana, M.Si 2) Dra. Lea Prasetio, M.Sc 3) Jurusan Fisika Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-144 Desain Ulang Meeting Room P3AI ITS untuk Perbaikan Kualitas Akustik Video Conference Danarjati Wisnu Wardhana dan Wiratno

Lebih terperinci

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) Oleh : M Farid Ardhiansyah

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) Oleh : M Farid Ardhiansyah STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) 1101000110 Oleh : M Farid Ardhiansyah 1106100039 Latar Belakang Ruang berukuran kecil dan berdinding beton Colouration Difuser

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 9, NOMOR 2 JUNI 2013 Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan Didiek Basuki Rahmat, Alpha Hambally Armen, dan Gontjang Prajitno Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia perkuliahan, proses belajar mengajar diadakan di dalam suatu ruang kelas atau ruang serbaguna. Dalam proses tersebut terjadi interaksi antara pembicara

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Elekto Medis, Politeknik Kesehatan Surabaya, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Tuna Rungu mulai bulan Januari 2012-Juli 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Elekto Medis, Politeknik Kesehatan Surabaya, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Tuna Rungu mulai bulan Januari 2012-Juli 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Instrumentasi Medis, Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN 7.1. TUJUAN PENGUKURAN Ada banyak alasan untuk membuat pengukuran kebisingan. Data kebisingan berisi amplitudo, frekuensi, waktu atau fase informasi, yang

Lebih terperinci

PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER 0101010101 Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si Laboratorium Akustik dan Fisika Bangunan Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

TF4041- TOPIK KHUSUS A

TF4041- TOPIK KHUSUS A TF4041- TOPIK KHUSUS A UPI s Amphitheatre Building OLEH: Laksmana Hanif Nugroho - 13310097 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Kebutuhan untuk belajar telah

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jenis Bahan terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequence) Dua Dimensi

Pengaruh Variasi Jenis Bahan terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequence) Dua Dimensi JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-11 Pengaruh Variasi Jenis Bahan terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequence) Dua Dimensi Keysha Wellviestu

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK MASJID SALMAN ITB: ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB Disusun Oleh: NAMA: FIKRI FERDIANA

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB Ujian Tengah Semester Akustik TF-3204 Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB Oleh : Muhamad Reza Hediyono 13306017 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP Yugo Setiawan*, Juandi M, Krisman Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru,

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) 0142241 Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm Arif Pugoh Nugroho, Lila Yuwana, Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DI LANGIT-LANGIT TERHADAP PERFORMANSI AKUSTIK DI RUANG RAPAT P213 GEDUNG P UNIVERSITAS TELKOM

PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DI LANGIT-LANGIT TERHADAP PERFORMANSI AKUSTIK DI RUANG RAPAT P213 GEDUNG P UNIVERSITAS TELKOM PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DI LANGIT-LANGIT TERHADAP PERFORMANSI AKUSTIK DI RUANG RAPAT P213 GEDUNG P UNIVERSITAS TELKOM THE EFFECT OF CEILING ABSORBER INSTALLATION TO ACOUSTIC PERFORMANCE IN MEETING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm JURNAL SAINS POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-26 Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) 0142241 Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm Arif Pugoh Nugroho, Lila Yuwana,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas seseorang sangat dipengaruhi banyak faktor, misalnya daya ingat (memory), kondisi lingkungan kerja, kondisi psikologis dan mental, kondisi fisiologis, dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN Agus Martono 1, Nur Aji Wibowo 1,2, Adita Sutresno 1,2,* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING

MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING TUJUAN 1. Memahami karakteristik sinyal suara dan audio 2. Mampu melakukan pengolahan terhadap sinyal suara dan audio 3. Mampu menggunakan tool untuk pengolahan sinyal

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KINERJA PARAMETER AKUSTIK DENGAN MEMODIFIKASI KONFIGURASI DISTRIBUSI SPEAKER PADA MASJID SYAMSUL ULUM

OPTIMALISASI KINERJA PARAMETER AKUSTIK DENGAN MEMODIFIKASI KONFIGURASI DISTRIBUSI SPEAKER PADA MASJID SYAMSUL ULUM ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 689 OPTIMALISASI KINERJA PARAMETER AKUSTIK DENGAN MEMODIFIKASI KONFIGURASI DISTRIBUSI SPEAKER PADA MASJID SYAMSUL ULUM OPTIMALIZATION

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perancangan perangkat lunak (software) aplikasi beserta rancangan pendukungnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perancangan perangkat lunak (software) aplikasi beserta rancangan pendukungnya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Perancangan sistem yang berhasil dibuat dalam penelitian ini adalah perancangan perangkat lunak (software) aplikasi beserta rancangan pendukungnya yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL Oleh: Arif Widihantoro NIM: 192008023 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains

Lebih terperinci

MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA

MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA MODUL PENGHIUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA I. UJUAN - Mahasiswa mampu melakukan proses penghitungan energi pada sinyal wicara dengan menggunakan perangkat lunak. II. DASAR EORI.1. Energi Suatu Sinyal

Lebih terperinci

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan Masjid Salman ITB Dibuat sebagai Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Akustik TF3204 Disusun oleh : Rianda Adiputra 13306073 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences)

Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences) JURNAL SAINS POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-21 Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences) Fajar Kurniawan, Lila Yuwana, Gontjang

Lebih terperinci

Desain Sumber Bunyi Titik

Desain Sumber Bunyi Titik Desain Sumber Bunyi Titik Yogo Widi Prakoso 1, Made Rai Suci Santi 1,2, Adita Sutresno 1,2* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika 2 Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI RUGI TRANSMISI BAHAN POLIKARBONAT DAN POLIPROPILEN DENGAN METODE PENGUKURAN RUGI SISIPAN DAN WAKTU DENGUNG

PENENTUAN NILAI RUGI TRANSMISI BAHAN POLIKARBONAT DAN POLIPROPILEN DENGAN METODE PENGUKURAN RUGI SISIPAN DAN WAKTU DENGUNG PENENTUAN NILAI RUGI TRANSMISI BAHAN POLIKARBONAT DAN POLIPROPILEN DENGAN METODE PENGUKURAN RUGI SISIPAN DAN WAKTU DENGUNG Muhammad Masrur, Endarko Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif

Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif Widyawan A. Widarto 1 1 Peserta Kuliah TF3204 Akustik 2010, NIM 13307005 Kelas Ganjil Dosen : Sugeng Joko Sarwono Intisari

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Andy Sutanto 1, Jimmy Priatman 2, Christina E. Mediastika 3 ABSTRAK: Faktor

Lebih terperinci

Keadaan Akustik Ruang TVST 82

Keadaan Akustik Ruang TVST 82 Keadaan Akustik Ruang TVST 82 TVST merupakan salah satu gedung di Insititut Teknologi Bandung (ITB) yang rutin dipakai untuk kuliah. Kebanyakan mahasiswa ITB dari jurusan manapun pasti pernah mengalami

Lebih terperinci

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) 138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,

Lebih terperinci

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length dilakukan penggandaan jarak antara pendengar dengan sumber bunyi [4]. Dalam kehidupan sehari-hari sumber bunyi garis menjadi tidak menguntungkan karena hanya mengalami penurunan sebesar 3 db saat penggandaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara paru terjadi karena adanya turbulensi udara saat udara memasuki saluran pernapasan selama proses pernapasan. Turbulensi ini terjadi karena udara mengalir dari

Lebih terperinci

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA Dani Ridwanulloh 13306037 LATAR BELAKANG Kondisi akustik ruangan yang baik sesuai fungsi ruangan diperlukan agar penggunaan ruangan tersebut

Lebih terperinci

Karakterisasi Suara Vokal dan Aplikasinya Dalam Speaker Recognition

Karakterisasi Suara Vokal dan Aplikasinya Dalam Speaker Recognition Karakterisasi Suara Vokal dan Aplikasinya Dalam Speaker Recognition Siwi Setyabudi, Agus Purwanto dan Warsono Laboratorium Getaran dan Gelombang, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA

PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA ISI: PENDAHULUAN GETARAN MENGUKUR GETARAN ACCELEROMETER KALIBRASI PENGUKURAN AKUSTIK TEKANAN SUARA DAN TINGKAT TEKANAN SUARA ALAT PENGUKUR SUARA METODE KALIBRASI WHAT IS VIBRATION?

Lebih terperinci

Kata kunci: Transmission Loss

Kata kunci: Transmission Loss RANCANG BANGUN RUANG PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS MINI DI JURUSAN TEKNIK FISIKA ITS M. Bayu Lazuardy T., dan Andi Rahmadiansah ST, MT. Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN Pada bab ini akan dibahas teori apa saja yang menunjang untuk mendeskripsikan bagaimana keadaan akustik dari BU UKSW. Dengan teori teori yang akan dibahas di

Lebih terperinci

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka Gedung Merdeka pada awalnya diperuntukan sebagai tempat pertemuan Societeit Concordia, sebuah perkumpulan beranggotakan orang-orang Belanda

Lebih terperinci

Prasyarat Periode Metode Baku Mutu Jarak

Prasyarat Periode Metode Baku Mutu Jarak Pengukuran Bising Lingkungan Prasyarat Periode Metode Baku Mutu Jarak by : Zoel 06 Tidak dalam kondisi hujan Kecepatan angin 20 km/jam Mikrofon dilengkapi wind screen untuk menghindari pengaruh getaran

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Setiap ruangan harus memiliki 3 aspek yang harus diperhatikan, akustik, thermal dan pencahayaan. Aspek-aspek ini memiliki

1.1. Latar Belakang Setiap ruangan harus memiliki 3 aspek yang harus diperhatikan, akustik, thermal dan pencahayaan. Aspek-aspek ini memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap ruangan harus memiliki 3 aspek yang harus diperhatikan, akustik, thermal dan pencahayaan. Aspek-aspek ini memiliki kriteria yang harus dipenuhi untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Kotak Peredam Generator Set (Genset) dengan Beberapa Variabel Bahan dalam Skala Rumah Tangga Ulvi Loly Amanda a, Nurhasanah a *, Dwiria Wahyuni a a Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI 3208204001 Latar belakang pelebaran jalan akibat perkembangan kota mengakibatkan

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG TF-3204 Akustik Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang Nama : Adrianus Pradipta T.W. Nim : 13307043 AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1. LATAR BELAKANG Tujuan utama dari penelitian desain akustika

Lebih terperinci

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN PADA PEREDUKSIAN BISING DALAM RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN PADA PEREDUKSIAN BISING DALAM RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA 1 PENGARUH LAY OUT BANGUNAN PADA PEREDUKSIAN BISING DALAM RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA Titi Ayu Pawestri 1, Sri Nastiti N. Ekasiwi 2, I Gusti Ngurah Antaryama 2 Abstract - Ruang kelas dasar di

Lebih terperinci

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM Batara Sakti 2408100040 Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT Latar Belakang Pada Kamar Hotel membutuhkan ketenangan dan kenyamanan

Lebih terperinci

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB Nama Rizki Febrian Nim 13307111 Kelas 01 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

DETEKSI TERDISTRIBUSI ROBUST DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR AKUSTIK

DETEKSI TERDISTRIBUSI ROBUST DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR AKUSTIK Company LOGO DETEKSI TERDISTRIBUSI ROBUST DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR AKUSTIK Oleh : Lusia Tuties Kristianingrum (2206100627) Dosen Pembimbing : Dr. Ir Wirawan, DEA Januari 2011 1 Topik Pembahasan Pendahuluan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM TATA SUARA MASJID AL AQSHA SUKODONO-SIDOARJO

PERANCANGAN SISTEM TATA SUARA MASJID AL AQSHA SUKODONO-SIDOARJO TUGAS AKHIR TF 141581 PERANCANGAN SISTEM TATA SUARA MASJID AL AQSHA SUKODONO-SIDOARJO Amron Basuki NRP 2412 100 054 Dosen Pembimbing Ir. Wiratno Argo Asmoro, M.Sc. Ir. Tutug Dhanardono, M.T. JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di sekitar kawasan PLTD Telaga Kota Gorontalo dan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung

Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung Oleh : Amir Wibowo / 13304001 Mata Kuliah : Akustika TF3204 Dosen : R. S. Joko Sarwono Kelas : Ganjil A. Latar Belakang Makalah ini merupakan

Lebih terperinci

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja Standar Nasional Indonesia Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja ICS 13.140 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA Febrian Tri SH 1), Denny Sugiarto S 2), Prasetio Sudjarwo 3), Januar Buntoro 4) ABSTRAK : Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

EVALUASI AKUSTIK RUANG PADA RUANG SIDANG FISIKA ITS SEBAGAI CONFERENCE ROOM

EVALUASI AKUSTIK RUANG PADA RUANG SIDANG FISIKA ITS SEBAGAI CONFERENCE ROOM TUGAS AKHIR SF 141501 EVALUASI AKUSTIK RUANG PADA RUANG SIDANG FISIKA ITS SEBAGAI CONFERENCE ROOM FANNISA RAHMAN NRP 1113100027 Dosen Pembimbing Dr. Suyatno Gontjang Prajitnno, M.Si DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Di bawah ini adalah tabel tanggapan frekuensi dari alat-alat music.

Di bawah ini adalah tabel tanggapan frekuensi dari alat-alat music. 1. Jangkauan respon frekuensi speaker. Pertama-tama yang harus diketahui bahwa speaker mereproduksi suara dari perangkatperangkat elektronik yang menyertainya( CD player, amplifier, processor dan lain-lain.),

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu alat ukur untuk menilai kualitas akustik sebuah ruang kegiatan (misalnya auditorium) adalah dengung atau reverberasi, atau lebih tepat waktu reverberasinya.

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI Lea Prasetio, Suyatno, Rizki Armandia Mahardika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz Hubungan 1/1 filter oktaf f 1 f 2 f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2f c1 = frekuensi tengah penyaring =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz Analisis oktaf sepertiga,

Lebih terperinci

PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL

PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL Aska 1, Andreas Setiawan 1,2, Adita Sutresno 1,2,* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

SISTEM KEAMANAN BERBASIS SUARA

SISTEM KEAMANAN BERBASIS SUARA SISTEM KEAMANAN BERBASIS SUARA VOICE-BASED SECURITY SYSTEM Nana Nurhidayah 1) dan Agus Purwanto 2) Mahasiswa Prodi Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 1) dan Dosen Prodi Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS 1 Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS Ferry Setyo Kurniawan, Wiratno Argo Asmoro Jurusan Teknik Fisika- Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-156 Peningkatan Insulasi Akustik Dinding Luar Kamar Hotel Studi Kasus Di Dalam Bandar Udara Benny Adi Nugraha, Andi Rahmadiansah,

Lebih terperinci

Serba Serbi Spiker, Ampli dan Desain Sound System #1 2010

Serba Serbi Spiker, Ampli dan Desain Sound System #1 2010 Artikel ini dibuat untuk menjawab berbagai macam pertanyaan dalam sound system design sehubungan dengan ampli dan speaker secara umum saja. Banyak email yang saya terima, termasuk pertanyaan pertanyaan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN Raissa Caecilia 1, Monica Papricilia 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA DINDING AUDITORIUM (KU )

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA DINDING AUDITORIUM (KU ) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 666 ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA DINDING AUDITORIUM (KU3.08.11) ANALYSIS OF

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Ruang auditorium pidato memiliki standar dan persyaratan khusus yang harus dipenuhi agar dapat mengakomodasi aktivitas di dalam ruangan tersebut dengan optimal.

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR Jasmareni Sri Kurniati Baalijas *,Juandi, Sugianto Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK Evaluasi Kondisi Akustik Ruang 9311 Lokasi: Gedung T.P. Rachmat Lantai Satu OLEH: THOMAS JUNIOR SEMBIRING 13307125 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masin-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA SEMINAR TUGAS AKHIR PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA Masmulki Daniro J. NRP. 3307 100 037 Dosen Pembimbing: Ir. M. Razif, MM Semakin pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perancangan interior suatu ruang berfungsi untuk memberikan kenyamanan bagi penghuninya, baik secara fisik maupun non-fisik. Salah satu kenyamanan tersebut adalah kenyamanan

Lebih terperinci

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR Oleh : Yuniar Syahadhatin / 2407100075 Pembimbing 1 : Andi Rahmadiansah, ST, MT NIP. 19790517 200312 1 002 Pembimbing II :

Lebih terperinci

Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium

Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13) ISSN: 31-971 D-7 Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium Indan Pratiwi, Wiratno Argo Asmoro, dan Dhany Arifianto

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik. Oleh : Muhammad Andhito Sarianto

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik. Oleh : Muhammad Andhito Sarianto LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik Oleh : Muhammad Andhito Sarianto 13306011 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9231 GKU TIMUR

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9231 GKU TIMUR LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9231 GKU TIMUR ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik oleh : Nama : Riza Hakam NIM : 13307001 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Ir. Wiratno Argo Asmoro, MSc. NIPN. 196002291987011001 Latar Belakang Akustik Ruang

Lebih terperinci

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( )

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( ) ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK Disusun Oleh: Suksmandhira H (13307011) FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010 A. Latar

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17 Disusun Oleh: Wymmar 13307045 Fakultas Teknologi Industri Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung Bandung

Lebih terperinci

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1 PENGUKURAN INTENSITAS TINGKAT KEBISINGAN BERDASARKAN STANDAR OSHA (Occupational Safety & Health Administration) PADA AREA MESIN RING FRAME (Studi Kasus Departemen Spinning PT. Kusumaputra Santosa-Solo)

Lebih terperinci

Reduksi Bising Motor Diesel Menggunakan Partial Enclosure

Reduksi Bising Motor Diesel Menggunakan Partial Enclosure Reduksi Bising Motor Diesel Menggunakan Partial Enclosure Ahmad Su udi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unila Bandar Lampung 14 E-mail: suudi@unila.ac.id, suudi74@yahoo.com Abstract 10 Noise is one

Lebih terperinci

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer Oleh : Alfarizki Wuka Nugraha 2408 100 006 Pembimbing : Andi Rahmadiansah, ST,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN PARAMETER AKUSTIK DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENGUKURAN PARAMETER AKUSTIK DAN ANALISA BAB IV HASIL PENGUKURAN PARAMETER AKUSTIK DAN ANALISA Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kondisi akustik dari gedung BU UKSW. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran parameter akustik sesuai

Lebih terperinci

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo PARAMETER KUALITAS AKUSTIK DI GEDUNG TEATER INDOOR DAGO TEA HOUSE Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo 13306039 Bab 1 Pendahuluan 1. Latar belakang Dago tea house terletak

Lebih terperinci

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Tjong Wan Sen #1 # Fakultas Komputer, Universitas Presiden Jln. Ki Hajar Dewantara, Jababeka, Cikarang 1 wansen@president.ac.id Abstract Pengenalan ucapan

Lebih terperinci

NILAI KUALITAS AKUSTIK RUANG PADA MASJID-MASJID DI DAERAH PERMUKIMAN DENGAN BENTUK PLAFON YANG BERBEDA

NILAI KUALITAS AKUSTIK RUANG PADA MASJID-MASJID DI DAERAH PERMUKIMAN DENGAN BENTUK PLAFON YANG BERBEDA NILAI KUALITAS AKUSTIK RUANG PADA MASJID-MASJID DI DAERAH PERMUKIMAN DENGAN BENTUK PLAFON YANG BERBEDA Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Negeri Malang Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh : ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR Oleh : Irma Subagio (Lab. Fisika Bangunan, Prodi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, trptune@yahoo.com) Abstrak Pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekitar 10% persen manusia dari populasi dunia menderita gangguan pendegaran (hearing loss). Hal ini disebabkan oleh infeksi, strokes, obatobatan, tumor, dan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium BAB I PENDAHULUAN Bab satu ini akan membahas latar belakang masalahan, tujuan, dan sistematika pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium Multifungsi : Balairung Utama UKSW.

Lebih terperinci

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Audiometri dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Definisi Audiogram adalah suatu catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan menggunakan alat berupa audiometer, yang berisi grafik batas

Lebih terperinci

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping 1 Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping Wildan Ahmad MB., Andi Rahmadiansah, ST, MT Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau 1 Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau Kukuh Darmawan, Ir. Heri Joestiono, MT dan Ir. Wiratno Argo Asmoro, M.Sc Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 A. Tujuan 1. Standar Kompetensi : Mengoperasi kan Pekerjaan Peralatan Audio 2. Kompetensi Dasar : Mengoperasi

PERTEMUAN 2 A. Tujuan 1. Standar Kompetensi : Mengoperasi kan Pekerjaan Peralatan Audio 2. Kompetensi Dasar : Mengoperasi PERTEMUAN 2 A. Tujuan 1. Standar Kompetensi : Mengoperasikan Pekerjaan Peralatan Audio 2. Kompetensi Dasar : Mengoperasikan Peralatan Elektronik Audio B. Pokok Bahasan : Pembacaan Buku Manual C. Sub Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kelangsungan hidup hewan. Bagi hewan, komunikasi digunakan untuk mencari pasangan, menandai wilayah kekuasaan/teritori,

Lebih terperinci